Seteguk puisi untuk dahagamu ibu

4
SETEGUK PUISI UNTUK DAHAGAMU IBU Karya Timotius Ferdian Rihatmogo Perut membuncit/ saksi kita pernah ada/ Tangan kasar/ saksi kita dirawatnya/ Jari yang merapuh/ saksi kita disentuhnya Kerutan wajah yang menua/saksi kita telah dibesarkannya Daster lusuh/saksi kita diberinya makan Tak tau waktu untuk tidur//saksi kita menangis di gendongnya Mata sayu/ saksi doanya untuk kita Rambut tak beraturan/ saksi sarapan disediakannya Sujud/ terimakasih anakmu haturkan/ Untuk kerelaan// Kerelaan/ untuk tampil sederhana Untuk/ sebuah harapan// 1

description

Puisi yang saya bawakan saat menampilkan bakat "Musikalisasi Puisi" saat ajang pencarian Duta SMA Negeri 2 Palangka Raya.

Transcript of Seteguk puisi untuk dahagamu ibu

Page 1: Seteguk puisi untuk dahagamu ibu

SETEGUK PUISI UNTUK DAHAGAMU IBU

Karya Timotius Ferdian Rihatmogo

Perut membuncit/ saksi kita pernah ada/

Tangan kasar/ saksi kita dirawatnya/

Jari yang merapuh/ saksi kita disentuhnya

Kerutan wajah yang menua/saksi kita telah

dibesarkannya

Daster lusuh/saksi kita diberinya makan

Tak tau waktu untuk tidur//saksi kita menangis di

gendongnya

Mata sayu/ saksi doanya untuk kita

Rambut tak beraturan/ saksi sarapan

disediakannya

Sujud/ terimakasih anakmu haturkan/

Untuk kerelaan//

Kerelaan/ untuk tampil sederhana

Untuk/ sebuah harapan//

Harapan yang menjelma sebagai doa//

Doa/ untuk selalu melihat/ anakmu menggapai asa

Mungkin/ kau tak meraih

1

Page 2: Seteguk puisi untuk dahagamu ibu

Namun/ tanganmu menyangga/ untuk anakmu

meraih

Meraih sebuah impian

Impian/ yang kelak kau ceritakan

Kepada/ malaikat pencabut nyawa

Hingga akhirnya/ kau berkata

"Regangkanlah nyawaku"/

"Tugasku tlah usai"/

"Air mataku/ tlah kering karena kebahagiaan"

"Bahagia/ melihat anakku bahagia"

Terimakasih IBU...

Untuk/ jalan asa/ yang kau tutur...

2

Page 3: Seteguk puisi untuk dahagamu ibu

PERSIAPAN

1. Rima dan Irama, artinya dalam membaca puisi tidak

terlalu cepat ataupun terlalu lambat. Seperti yang

telah dijelaskan diatas, membaca puisi berbeda

dengan membaca sebuah teks biasa karena puisi

terikat oleh rima dan irama sehingga dalam

membaca puisi tidak terlalu cepat ataupun juga

terlalu lambat.

2. Artikulasi atau Kejelasan suara, artinya suara kita

dalam membaca sebuah puisi haruslah jelas,

misalnya saja dalam huruf-huruf vokal. Sehingga

puisi akan terdengar oleh audiens.

3. Ekspresi Mimik wajah, artinya ekspresi wajah kita

harus bisa disesuaikan dengan isi puisi. Ketika puisi

yang kita bacakan adalah puisi sedih maka ekspresi

mimik wajah kitapun harus bisa menggambarkan isi

puisi sedih tersebut.

4. Mengatur Pernapasan, artinya pernapasan harus

diatur dan jangan tergesa-gesa. Sehingga tidak akan

menggangu ketika membaca puisi.

3