SETEGUK PUISI UNTUK DAHAGAMU IBU
Karya Timotius Ferdian Rihatmogo
Perut membuncit/ saksi kita pernah ada/
Tangan kasar/ saksi kita dirawatnya/
Jari yang merapuh/ saksi kita disentuhnya
Kerutan wajah yang menua/saksi kita telah
dibesarkannya
Daster lusuh/saksi kita diberinya makan
Tak tau waktu untuk tidur//saksi kita menangis di
gendongnya
Mata sayu/ saksi doanya untuk kita
Rambut tak beraturan/ saksi sarapan
disediakannya
Sujud/ terimakasih anakmu haturkan/
Untuk kerelaan//
Kerelaan/ untuk tampil sederhana
Untuk/ sebuah harapan//
Harapan yang menjelma sebagai doa//
Doa/ untuk selalu melihat/ anakmu menggapai asa
Mungkin/ kau tak meraih
1
Namun/ tanganmu menyangga/ untuk anakmu
meraih
Meraih sebuah impian
Impian/ yang kelak kau ceritakan
Kepada/ malaikat pencabut nyawa
Hingga akhirnya/ kau berkata
"Regangkanlah nyawaku"/
"Tugasku tlah usai"/
"Air mataku/ tlah kering karena kebahagiaan"
"Bahagia/ melihat anakku bahagia"
Terimakasih IBU...
Untuk/ jalan asa/ yang kau tutur...
2
PERSIAPAN
1. Rima dan Irama, artinya dalam membaca puisi tidak
terlalu cepat ataupun terlalu lambat. Seperti yang
telah dijelaskan diatas, membaca puisi berbeda
dengan membaca sebuah teks biasa karena puisi
terikat oleh rima dan irama sehingga dalam
membaca puisi tidak terlalu cepat ataupun juga
terlalu lambat.
2. Artikulasi atau Kejelasan suara, artinya suara kita
dalam membaca sebuah puisi haruslah jelas,
misalnya saja dalam huruf-huruf vokal. Sehingga
puisi akan terdengar oleh audiens.
3. Ekspresi Mimik wajah, artinya ekspresi wajah kita
harus bisa disesuaikan dengan isi puisi. Ketika puisi
yang kita bacakan adalah puisi sedih maka ekspresi
mimik wajah kitapun harus bisa menggambarkan isi
puisi sedih tersebut.
4. Mengatur Pernapasan, artinya pernapasan harus
diatur dan jangan tergesa-gesa. Sehingga tidak akan
menggangu ketika membaca puisi.
3
Top Related