SETAN
-
Upload
petrik-ikngo-rian-panamuan -
Category
Documents
-
view
213 -
download
1
Transcript of SETAN
BAB 1PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, dalam Pemerintahan
Daerah dibentuk Pemerintahan Desa. Pemerintahan Desa merupakan lembaga
pemerintahan yang berada di tingkatan paling bawah dalam struktur pemerintahan
di Indonesia yang berinteraksi langsung dan melayani kebutuhan dasar
masyarakat paling bawah yang berada di wilayah pedesaan. Oleh karena itu
kinerja pemerintah desa mempunyai dampak secara langsung terhadap
peningkatan kesejahteraan masyarakat desa. Pemerintah desa mempunyai
kewajiban dalam memberikan pelayanan melalui administrasi desa seperti
pembuatan KTP, Akte kelahiran, Akte Kematian, Akte Kepemilikan Tanah dan
lain sebagainya. Kegiatan pelayanan ini tentunya memerlukan penyimpanan,
pencatatan serta pengolahan surat, baik kedalam maupun keluar dengan sistem
tertentu dan dapat dipertanggungjawabkan. Kegiatan ini disebut dengan istilah
Administrasi Kearsipan.
Kearsipan sebagai salah satu kegiatan perkantoran merupakan hal yang sangat
penting dan tidak mudah. Arsip yang dimiliki oleh organisasi harus dikelola
dengan baik sebab keunggulan pada bidang kearsipan akan sangat membantu
tugas pimpinan serta membantu mekanisme kerja dari seluruh karyawan instansi
yang bersangkutan dalam pencapaian tujuan secara lebih efisien dan efektif.
Pekerjaan kearsipan menjadi suatu kebutuhan dan keharusan yang harus
diperhatikan karena sangat berpengaruh terhadap proses administrasi yang pada
akhirnya bermuara pada pelayanan publik.
Sistem penyimpanan arsip dapat dikatakan baik apabila waktu arsip yang di
perlukan dapat di ketemukan kembali dengan tepat dan cepat, sehingga diperlukan
penataan arsip yang sistematis dan efektif karena sistem penyimpanan arsip tidak
lepas dari kegiataan penataan arsip dan penemuan kembali. Faktor lain dari
keberhasilan suatu manajemen juga dipengaruhi oleh sarana dan prasarana untuk
menyimpan arsip dan efisiensi pemakaian peralatan tersebut. semua itu tidak lepas
dari faktor sumber daya manusianya itu sendiri, keterbatasan sumber daya
biasanya akan membawa dampak, saat arsip itu akan disimpan dan ditemukan
kembali.
Pada saat ini pengelolaan kearsipan desa belum mendapatkan perhatian yang
cukup sehingga ketika arsip diperlukan terdapat berbagai permasalahan seperti
adanya arsip yang rusak dikarenakan tidak adanya pemeliharaan yang cukup atau
hilang karena sistem pengelolaannya yang tidak mengikuti aturan atau kaidah
yang benar dan sebagainya. Ketidak jelasan pengelolaan arsip desa terlebih yang
menyangkut arsip-arsip vital dapat mengganggu proses perjalanan pemerintahan
desa. Ketidakjelasan sistem pengelolaan, dinamika perubahan pamong desa dan
kualitas serta kompetensi di bidang kearsipan juga menjadi variabel yang
menentukan. Sistem dan aturan, sumberdaya manusia, sarana, dan prasarana yang
belum tersedia secara memadai menyebabkan pelaksanaan pengelolaan arsip tidak
efektif dan kurang dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu kinerja di
bidang kearsipan bisa dikatakan juga belum memenuhi standar. Bahkan seringkali
sistem pengelolaannya mengalami ketidakjelasan, seperti kesulitan penemuan
kembali, cepat rusak, hilang atau musnah.
Melihat permasalahan yang terjadi maka perlu adanya sistem pengelolaan
kearsipan yang baik, seperti berupaya untuk memberikan pemahaman arsip
sebagai bagian dari terciptanya tertib arsip dan perlu adanya pembinaan kearsipan
yang intensif kepada pemerintah desa dengan menitik beratkan pada peningkatan
pengetahuan dan keterampilan aparat pemerintah desa sehingga dapat
memberikan kontribusi bagi pelayanan terhadap masyarakat. Hal ini sesuai
dengan apa yang tercantum dalam Undang-undang Kearsipan No 43 tahun 2009
tentang kearsipan, yang menyebutkan bahwa penyelenggaraan kearsipan
bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan arsip
yang autentik dan terpercaya. Artinya penyelenggaraan yang komprehensif dan
terpadu dengan dukungan sumber daya manusia yang profesional serta prasarana
dan sarana yang memadai akan meningkatkan kualitas pelayanan publik.
Akhirnya Pengeloaan Arsip dapat mendukung Pelayanan Publik karena
Ketersediaan Arsip yang utuh, faktual, sistematis, autentik, dan terpercaya yang
terukur dan dapat dibuktikan.
Demikian halnya pada Kantor Desa Paloan arsip berfungsi sebagai penunjang
kelancaran pelaksanaan tugas pokok bagi pimpinan dalam membuat atau
mengambil suatu keputusan secara tepat dalam menghadapi suatu masalah. Semua
itu tergantung pada kecepatan dan ketepatan informasi yang terkandung dalam
arsip, oleh karena itu sistem pengelolaan arsip diarahkan sesuai dengan kegunaan
bagi kepentingan petugas arsip maupun pimpinan yang akan memakainya.
Dalam pengelolaan arsip yang dilakukan di kantor desa paloan masih ada
kegiatan yang belum dilakukan dengan baik. Hal ini terlihat dari kegiatan
penataan kearsipannya yang menyangkut penyimpanan, peletakan dan
pemeliharaan arsip. Penyimpanan arsip yang dilakukan di Kantor Desa Paloan
tidak memenuhi syarat, dimana berkas-berkas yang ada disimpan dan diletakkan
di lantai sehingga menyebabkan kerusakan fisik pada arsip seperti koyak,
berjamur, kerusakan oleh serangga dan kotor. Padahal arsip itu seharusnya
disimpan di tempat yang layak seperti lemari, rak buku dan file indeks. Selain itu
petugas juga kurang teliti dalam memisahkan surat sehingga dijumpai adanya
penempatan arsip yang tidak sesuai dan menyulitkan dalam pencarian arsip
apabila diperlukan seperti misalnya surat masuk di campur adukkan dengan data
penduduk. Petugas juga kurang mengerti mengenai peranan arsip yang begitu
penting bagi kantor, sehingga menunggu arsip itu banyak terkumpul barulah
melakukan penataan.
Melihat kenyataan tersebut dan menyadari betapa pentingnya peranan arsip
bagi kantor desa paloan, maka peliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan
judul “Pengelolaan Kearsipan Dalam Pelayanan Publik Di Kantor Desa
Paloan Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak”.
1.2. Pembatasan Permasalahan
Permasalahan yang di tulis dalam latar belakang masih terlalu luas. Agar
penelitian lebih fokus, peneliti perlu melakukan pembatasan masalah sehingga
tidak terjadi salah pengertian yang dapat menimbulkan masalah baru. maka
peneliti membatasi ruang lingkup masalah pada :
1. ;Faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan kearsipan di Kantor Desa
Paloan Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak.
2. Peranan pengelolaan kearsipan dalam mendukung pelayanan publik di
Desa Paloan.
3. Cara mengatasi hambatan-hambatan dalam proses pengelolaan kearsipan
pada Kantor Desa Paloan.
1.3. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang penelitian
diatas, maka rumusan masalahnya adalah Bagaimana pengelolaan kearsipan dalam
kaitannya dengan pelayanan publik di Desa Paloan Kecamatan Sengah Temila
Kabupaten Landak?
1.4. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui secara jelas pengelolaan kearsipan desa yang dilakukan
oleh pemerintah Desa Paloan dalam mendukung pelayanan publik.
2. Untuk mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan
kearsipan di Kantor Desa Paloan.
3. Untuk mengetahui cara mengatasi hambatan dalam pengelolaan kearsipan
pada Kantor Desa Paloan.
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Manfaat Teoritis
1. Penelitian ini dilakukan untuk menambah wawasan keilmiahan yang
berkaitan dengan pengelolaan Kearsipan Desa.
2. Dapat menjadi bahan penelitian selanjutnya mengenai Pengelolaan
Kearsipan di Desa Paloan.
1.5.2. Manfaat Praktis
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam
merumuskan dan menyusun kebijakan terutama dalam pengelolaan
kearsipan desa.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan pemikiran yang
baik dan rasional kepada dunia usaha pemerintah serta lingkungan
masyarakat tentang pengelolaan kearsipan desa.
3. Bagi pegawai Kantor Desa Paloan Kecamatan Sengah Temila Kabupaten
Landak agar dapat bekerja dengan maksimal dalam rangka mendukung
pelayanan publik.
4. Penelitian ini berguna untuk mempraktekkan atau menerapkan ilmu
pengetahuan yang telah peneliti peroleh selama mengikuti kuliah di
Program Studi Ilmu Pemerintahan.
BAB IIKAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Arsip dan Kearsipan
Istilah Kearsipan berasal dari akar kata "Arsip".Arsip (Record) yang dalam
istilah bahasa Indonesia ada yang menyebutkan sebagai “warkat”, pada pokoknya
dapat diberikan pengertian sebagai: setiap catatan tertulis baik dalam bentuk
gambar ataupun bagan yang memuat keterangan-keterangan mengenai subjek
(pokok persoalan) ataupun peristiwa yang dibuat orang untuk membantu daya
ingatan orang (itu) pula.
Atas dasar pengertian diatas, maka yang termasuk dalam pengertian arsip itu
misalnya: surat-surat, kwitansi, faktur, pembukuan, daftar gaji, daftar harga, kartu
penduduk, bagan organisasi, foto-foto dan lain sebagainya.
Beberapa pengertian lain mengenai arsip, akan dikemukakan dibawah ini :
a. Menurut UU No.7/1971/pasal 1 dalam (Basir Bhartos,2009:1)
1. Arsip adalah Naskah-naskah yang dibuat dan diterima oleh lembaga-
lembaga negara dan badan-badan pemerintahan dalam bentuk dan corak
apapun, baik dalam keadaan tunggal maupun berkelompok dalam rangka
pelaksanaan kegiatan pemerintahan.
2. Arsip adalah Naskah-naskah yang dibuat dan diterima oleh badan-badan
swasta dan atau perorangan, dalam bentuk corak apapun, baik dalam
keadaan tunggal maupun berkelompok, dalam rangka pelaksanaan
kehidupan kebangsaan.
b. Menurut Drs. The Liang Gie dalam bukunya Administrasi Perkantoran
Modern, arsip adalah suatu kumpulan dokumen yang disimpan secara
sistemastis karena mempunyai suatu kegunaan agar setiap kali diperlukan
dapat secara cepat ditemukan kembali.
2.2. Peranan Kearsipan
Kearsipan mempunyai peranan sebagai “pusat ingatan”, sebagai “sumber
informasi” dan “sebagai alat pengawasan” yang sangat diperlukan dalam
organisasi dalam rangka kegiatan “perencanaan”, “penganalisaan”,
“pengembangan”. Perumusan kebijakan, pengambilan keputusan, pembuatan
laporan, pertanggung jawaban laporan dan pengendalian secepat-cepatnya. Arsip
mempunyai peranan penting dalam proses penyajian informasi bagi pimpinan
untuk membuat keputusan dan merumuskan kebijakan, oleh sebab itu untuk dapat
menyajikan informasi yang lengkap haruslah ada sistem dan prosedur kerja yang
baik dalam kearsipan.
Pada pasal 3 Undang-undang No. 7 Tahun 1971, antara lain dirumuskan bahwa
“tujuan” kearsipan adalah untuk menjamin keselamatan bahan
pertanggungjawaban nasional tentang perencanaan, pelaksanaan dan
penyelenggaraan kehidupan kebangsaan serta untuk menyediakan bahan
pertanggungjawaban tersebut bagi kegiatan pemerintahan. Dari pengertian tersebut
tampak arti pentingnya kearsipan ternyata mempunyai jangkauan yang amat luas
yaitu baik sebagai daya ingatan manusia, maupun dalam rangka pelaksanaan
kegiatan pemerintahan dan pelaksanaan kehidupan berbangsa. Selain itu kearsipan
juga merupakan salah satu bahan untuk penelitian ilmiah.
2.3. Jenis-Jenis Arsip
Bentuk arsip bisa beragam, tidak hanya berupa lembaran kertas dan tulisan
seperti yang kerap dianggap oleha kebanyakan orang. Namun, dalam sebagian
besar kantor, arsip memang terutama berupa surat atau dokumen berbentuk
lembaran kertas bertulisan. Arsip dapat debedakan beberapa jenis:
1. Arsip menurut subjek atau isinya
a) Arsip Kepegawaian, contoh: data riwayat hidup pegawai, surat lamaran, surat
pengangkatan pegawai dan sebagainya.
b) Arsip Keuangan, contoh: laporan keuangan, bukti pembayaran, daftar gaji dan
sebagainya.
c) Arsip Pemasaran, contoh: surat penawaran, surat pemasaran, surat perjanjian
dan sebagainya.
d) Arsip Pendidikan, contoh: kurikulum, satuan pelajaran, daftar hadir siswa,
rapor, transkip nilai dan sebagainya.
2. Arsip menurut bentuk dan wujud fisik
Penggolongan ini lebih didasarkan pada tampilan fisik media yang
digunakan dalam merekam informasi. Menurut bentuk dan wujud fisiknya arsip
dapat dibedakan menjadi:
a) Surat, contoh : naskah perjanjian, akte pendirian perusahaan, surat keputusan,
notulen rapat, berita acara, laporan, tabel dan sebagainya.
b) Pita rekaman
c) Mikrofilm
d) Disket
e) Compact Disk (CD)
3. Arsip menurut nilai atau kegunaannya
Penggolongan arsip lebih didasarkan pada nilai dan kegunaannya. Dalam
penggolongan ini ada bermacam-macam arsip, yaitu:
a) Arsip bernilai informasi, contoh: pengumuman, pemberitahuan, undangan dan
sebagainya.
b) Arsip bernilai administrasi, contoh: ketentuan-ketentuan organisasi, surat
keputusan, prosedur kerja, uraian tugas pegawai dan sebagainya.
c) Arsip bernilai hukum, contoh: akte pendirian perusahaan, akte kelahiran, akte
perkawinan, surat perjanjian dan sebagainya.
d) Arsip bernilai sejarah, contoh: laporan tahunan, notulen rapat, gambar/foto
peristiwa dan sebagainya.
e) Arsip bernilai ilmiah, contoh: hasil penelitian
f) Arsip bernilai keuangan, contoh: kuintansi, bon penjualan, laporan keuangan
dan sebagainya.
g) Arsip bernilai pendidikan, contoh: karya ilmiah para ahli, kurikulum, satuan
pelajaran, program pengajaran dan sebagainya.
4. Arsip menurut sifat pentingnya
a) Arsip tidak berguna (non-esensial) contoh: surat undangan, memo dan
sebagainya.
b) Arsip berguna, contoh: presensi pegawai, surat permohonan cuti, surat pesanan
barang dan sebagainya.
c) Arsip penting, contoh: surat keputusan, daftar riwayat hidup pegawai, laporan
keuangan, buku kas dan sebagainya.
d) Arsip vital, contoh: akte pendirian perusahaan, buku induk pegawai, sertifikat
tanah dan sebagainya.
5. Arsip menurut fungsinya
Penggolongan ini lebih didasarkan pada fungsi arsip dalam mendukung
kegiatan organisasi. Dalam penggolongannya ini ada dua jenis arsip, yaitu:
a) Arsip Dinamis adalah arsip yang dipergunakan dalam perencanaan,
pelaksanaan, penyelenggaraan administrasi suatu organisasi.
b) Arsip Statis adalah arsip yang tidak dipergunakan secara langsung dalam
penyelenggaraan kegiatan maupun ketatausahaan.
6. Arsip menurut tempat dan tingkat pengelolaannya dibagi menjadi 2 yaitu :
a) Arsip pusat yaitu arsip yang disimpan secara sentralisasi atau berada dipusat
organisasi.
b) Arsip unit, arsip yang berada diunit-unit dalam organisasi.
7. Arsip menurut keasliannya:
a) Arsip asli, yaitu dokumen yang langsung terkena hentakan mesin ketik, cetakan
printer, dengan tandatangan dan legalitas yanga sli, yang merupakandokumen
utama.
b) Arsip tembusan, yaitu dokumen kedua, ketiga dan seterusnya yang dalam
proses pembuatannya bersama dokumen asli, tetapi ditujukan pada pihak lain
selain penerima dokumen asli.
c) Arsip salinan, yaitu dokumen yang prosesa pembuatannya tidak bersama
dengan dokumen asli, tetapi memiliki kesesuaian dengan dokumen asli.
d) Arsip petikan, yaitu dokumen yang berisi bagian dari suatu dokumen asli.
8. Arsip menurut hukum
a) Arsip otentik yaitu arsip yang diatasnya terdapat tanda tangan asli dengan tinta
(bukan fotocopy atau film) sebagai tanda keabsahan dari isi arsip bersangkutan.
Arsip otentik dapat dipergunakan sebagai bukti hukum yang sah.
b) Arsip tidak otentik yaitu arsip yang diatasnya tidak terdapat tandatangan asli
dengan tinta. Arsip ini berupa fotokopi, film, hasil print komputer dan
sebagainya.
2.4. Pengorganisasian Arsip
Didalam pengorganisasian arsip sering disebut-sebut istilah file aktif inaktif.
File aktif adalah yang masih berisikan arsip yang masih aktif dan banyak
dipergunakan di dalam pekerjaan. Sedangkan file in aktif adalah file yang arsipnya
sudah jarang dipergunakan. Setiap jenis arsip mempunyai nilai guna tertentu yang
akan dijadikan patokan didalam menentukan lama warkat. Ada beberapa macam
pengorganisasian arsip yaitu:
1. Sentralisasi
Sehubungan dengan masalah kearsipan, maka desentralisasi berarti
penyimpanan arsip yang dipusatkan disatu unit kerja khusus yang lazim disebut
sentral arsip. Arsip itu sebetulnya adalah surat yang sudah disimpan karena sudah
selesai diolah (diproses). Dengan desentralisasi arsip maka semua surat-surat
kantor yang sudah selesai di proses akan disimpan di sentral arsip.
Kelebihannya :
a. Mencegah duplikasi.
b. Layanan yang lebih baik.
c. Menghemat waktu, ruangan, peralatan dan alat tulis kantor.
d. Memungkinkan pengamanan yang lebih terpadu.
e. Pelayanan dokumen dibawah satu atap.
Kerugiannya :
a) Kesulitan fisik.
b) Kebocoran informasi.
c) Adanya ketakutan akan hilangnya dokumen.
d) Pemakai tidak langsung memperoleh dokumen bila diperlukan.
2. Sistem Desentralisasi
Yaitu menyerahkan pengolahan dan penyimpanan dokumen pada masing-
masing unit.
Kelebihannya:
a. Dekat dengan pemakai sehingga dapat langsung diawasi dan si pemakai dapat
langsung memakainya.
b. Sangat cocok bila informasi rahasia yang berkaitan dengan sebuah bagian
disimpan dibagian yang bersangkutan.
c. Menghemat waktu dan tenaga dalam pengangkutan berkas.
Kerugiannya :
a) Pengawasan sulit dilakukan karena letak dokumen yang tersebar di masing-
masing bagian.
b) Duplikasi dokumen yang sama mengakibatkan terjadinya duplikasi ruangan,
perlengkapan dan alat tulis kantor.
c) Tidak ada keseragaman dalam hal pemberkasan dan peralatan.
3. Sistem Kombinasi
Masing-masing bagian menyimpan dokumennya sendiri di bawah kontrol
sistem terpusat. Arsip yang bersifat umum atau dibutuhkan oleh semua unit
disimpan di pusat arsip organisasi sedangkan arsip yang bersifat khusus disimpan
dimasing-masing unit.
Selanjutnya Menurut Barthos (2005:44), ada lima sistem tata cara mengarsip surat
yaitu :
1) Sistem Abjad, adalah suatu sistem unutk menyusun arsip dalam urutan A
sampai Z. Untuk dapat menyusun arsip tersebut dibagi 4 golongan yaitu
menurut nama perorangan, nama perusahaan, nama instansi pemerintah, dan
nama organisasi sosial lainnya.
2) Sistem Subjek, adalah penggolongan dimana dokumen-dokumen disusun
menurut perihal, menurut nama-nama perusahaan, koresponden dan
sebagainya.
3) Sistem Geografis atau Wilayah, maksudnya adalah penyusunan arsip dimana
surat-surat atau arsip dibagi menurut letak wilayah.
4) Sistem Nomor, merupakan sistem tata arsip yang tidak langsung, karena
sebelum menentukan nomor-nomor yang diperlukan, maka petugas arsip lebih
dahulu membuat daftar-daftar kelompok masalah-masalah seperti pada sistem
subjek, baru kemudian diberikan nomor dibelakangnya.
5) Sistem kronologis, maksudnya adalah sistem yang penyusunan arsip atau surat-
surat menurut urutan tanggal dari datangnya surat-surat tersebut. Surat-surat
yang datang lebih akhir ditempatkan pada yang paling depan, tanpa melihat
masalah atau perihal surat.
Diantara kelima sistem tata cara mengarsip surat tersebut, sistem abjad
merupakan dasar dari semua sistem tata cara mengarsip surat kecuali bagi sistem
kronologis.
2.5. Ruang Lingkup Manajemen Arsip
Ruang lingkup manajemen kearsipan meliputi aspek POAC dalam pengelolaan
kearsipan. Yang dimaksud dengan POAC merupakan singkatan dari planning,
organizing, actuating, controlling.
Planning (perencanaan) merupakan aspek yang cukup penting dalam
melaksanakan suatu kegiatan. Tanpa adanya suatu perencanaan yang baik, maka
suatu kegiatan tidak akan dapat berjalan dengan baik. demikian juga dalam
kegiatan pengelolaan arsip diakntor. Aspek perencanaan dalam pengelolaan arsip
sangat diperlukan. Adapun aspek perencanaan dalam bidang kearsipan meliputi
masalah perencanaan arsip apa yang benar-benar perlu diciptakan, bagaimana
memberi pelayanan arsip tersebut agar dapat memenuhi kebutuhan dalam
pelaksanaan efisiensi, mengapa arsip perlu dimusnahkan dan juga dilestarikan.
Kegiatan dalam Planning (perencanaan) tidak akan berjalan dengan baik
apabila tidak ditunjang dengan koordinasi (Organizing) dari berbagai komponen
dalam manajemen kearsipan. Organizing merupakan aspek tindak lanjut dari
sebuah perencanaan. Suatu rencana tanpa disertai dengan langkah konkrit, maka
suatu perencanaan tidak akan berarti apa-apa. Demikian juga dengan langkah
mengkoordinasikan dalam pengelolaan kearsipan. Langkah-langkah yang harus
dilakukan dalam pengelolaan kearsipan meliputi:
1) Pegawai atau petugas yang cakap sesuai dengan bidangnya yang dihadapi.
2) Keuangan yang mendukung untuk keberhasilan rencana pengurusan arsip.
3) Peralatan yang memadai.
4) Sistem atau metode penyimpanan yang baik serta di dukung dengan mesin-
mesin yang akan mengakibatkan kelancaran kerja pengelolaan arsip.
5) Pemilihan sistem penataan berkas arsip yang sesuai dengan aktivitas
manajemen melalui prosedur kerja terarah.
Ruang lingkup manajemen kearsipan selanjutnya adalah Actuating, yaitu
meliputi pengendalian sejak lahirnya arsip hingga pemusnahan atau pelestarian
termasuk di dalamnya masalah pemeliharaan arsip, melalui pengawasan yang
cermat serta terarah. Lingkup manajemen kearsipan yang terakhir adalah
Controlling, yang meliputi pengawasan dari semua komponen dari manajemen
kearsipan, sehingga manajemen kearsipan benar-benar dapat dilaksanakan sesuai
dengan standar serta efektif dan efisien. Keberhasilan ataupun kegagalan suatu
manajemen kearsipan harus dapat dilihat dalam aspek ini. Sehingga dari kegiatan
ini akan diperoleh suatu evaluasi terhadap pelaksanaan pengelolaan kearsipan.
2.6. Pemeliharaan, Perawatan dan Pengamanan Arsip
2.6.1. Pemeliharaan Arsip
Pemeliharaan arsip adalah usaha penjagaan arsip agar kondisi fisiknya tidak
rusak selama masih mempunyai nilai guna. Untuk dapat memelihara arsip dengan
baik, perlu diketahui beberapa faktor penyebab kerusakan arsip dan cara
pencegahannya.
a) Penyebab kerusakan arsip
Faktor penyebab kerusakan arsip dapat dibedakan menjadi faktor intrinsik dan
ekstrinsik. Faktor intrinsik ialah penyebab kerusakan yang berasal dari benda
arsip itu sendiri, misalnya kualitas kerta, pengaruh tinta, pengaruh lem perekat dan
lain-lain. Faktor ekstrinsik ialah faktor penyebab kerusakan yang berasal dari luar
benda arsip yakni lingkungan fisik, organisasi perusak dan kelalaian manusia.
b) Usaha pencegahannya
Ada beberapa upaya untuk mencegah kerusakan akibat faktor-faktor penyebab
kerusakan tersebut, yaitu:
1. Sedapat mungkin gunakan kertas, pita, tinta, karbon, lem dan bahan-bahan lain
yang bermutu tinggi.
2. Lokasi ruangan/gedung arsip sebaiknya terletak diluar daaerah industri dengan
luas yang cukup untuk menyimpan arsip yang sudah diperkirakan.
3. Konstruksi bangunan sebaiknya tidak menggunakan kayu yang langsung
menyentuh tanah untuk menghindari serangan rayap.
4. Ruangan sebaliknya dilengkapi dengan penerangan, pengatur temperatur
ruangan yang bermanfaat untuk mengendalikan kelembaban udara di dalam
ruangan.
5. Ruangan harus selalu bersih dari debu, kertas bekas, puntung rokok, maupun
sisa makanan.
2.7. Perawatan Arsip
Perawatan arsip ialah usaha penjagaan agar benda arsip yang telah mengalami
kerusakan tidak bertambah parah. Pada umumnya kerusakan yang paling sering
terjadi adalah sobek, terserang jamur, terkena air dan terbakar. Arsip yang rusak
karena sobek dapat diperbaiki dengan cara bagian yang sobek ditempeli kertas
yang sejenis dengan menggunakan perelat kanji. Bila kerusakan sangat berat
mintalah pertolongan ahli di Arsip Nasional.
2.8. Pengamanan Arsip
Pengamanan arsip ialah usaha penjagaan agar benda arsip tidak hilang dan agar
isi atau informasinya tidak sampai diketahui oleh orang yang tidak berhak.
Petugas arsip harus mengetahui persis mana saja arsip yang vital bagi
organisasinya, mana arsip yang tidak terlalu penting, mana yang sangat rahasia dan
sebagainya. Untuk pengamannya antara lain dilakukan dengan cara-cara sebagai
berikut:
a. Petugas arsip harus betul-betul orang yang dapat menyimpan rahasia.
b. Harus dilakukan pengendalian dalam peminjaman arsip. Misalnya dapat
ditetapkan bahwa peminjaman arsip hanya boleh dilakukan oleh petugas atau
unit kerja yahng bersangkutan dengan penyelesaian surat itu.
c. Diberlakukan larangan bagi semua orang selain petugas arsip mengambil arsip
dari tempatnya.
d. Arsip diletakkan pada tempatnya yang aman dari pencurian.
2.9. Pengertian Pelayanan Publik
Menurut Kurniawan Pelayanan publik diartikan, pemberian layanan
(melayani) keperluan orang atau ,masyarakat yang mempunyai kepentingan pada
organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan.
Selanjutnya menurut KEPMENPAN NO. 63/KEP/M.PAN/7/2003, publik adalah
segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan
publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dengan demikian, pelayanan publik adalah pemenuhan keinginan dan
kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara negara. Negara didirikan oleh publik
(masyarakat) tentu saja dengan tujuan agar dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. pada hakikatnya negara dalam hal ini pemerintah haruslah dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat. kebutuhan dalam hal ini bukanlah kebutuhan
secara individual akan tetapi berbagai kebutuhan yang sesungguhnya diharapkan
masyarakat, misalnya kebutuhan pendidikan, kebutuhan akan tersedianya data-
data yang diperlukan dan lain-lain.
2.10. Standar Pelayanan Publik
Setiap penyelenggaraan publik harus memiliki standar pelayanan dan di
publikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan. Standar
pelayanan merupakan ukuran yang dibakukan dalam penyelenggaraan pelayanan
publik yang wajib ditaati oleh pemberi dan penerima pelayanan. Menurut
Keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2004 standar pelayanan, sekurang-
kurangnya meliputi:
a. Prosedur Pelayanan
Prosedur pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan
termasuk pengaduan.
b. Waktu penyelesaian
Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai
dengan penyelesaian pelayanan terrmasuk pengaduan
c. Biaya pelayanan
Biaya/tarif pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan dalam proses
pemberian pelayanan.
d. Produk pelayanan
Hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan.
e. Sarana dan prasarana
Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh penyelenggara
pelayanan publik.
f. Kompetensi petugas
Kompetensi petuga pemberi pelayanan harus dietapkan dengan tepat
berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap dan perilaku yang
dibutuhkan.
2.2. Hasil Penelitian Yang Relevan
Adapun penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya terkait dengan
penelitian yang akan penulis lakukan yaitu:
1. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ermin Kartianti Tentang
Pengelolaan Arsip Pada Bagian Tata Usaha Kantor Dinas Pendidikan Dan
Kebudayaan Kabupaten Jepara (2007) menunjukkan bahwa Kantor Dinas
Pendidikan Dan Kebudayaan Kabupaten Jepara mengelola arsip dengan
sistem desentralisasi, dari pencarian kembali arsip ditemui kendala-
kendala seperti lalai dalam mengembalikan arsip yang telah disimpan.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa :
a) Kantor dinas pendidikan dan kebudayaan kabupaten jepara dalam
pelaksanaan arsip menggunakan prinsip kesamaan urusan.
b) Kurang memperhatikan masalah perawatan arsip.
c) Belum mempunyai tenaga ahli kearsipan.
2. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Fitriyah Tentang Sistem
Pengelolaan Kearsipan Pada Kantor Kecamatan Lamongan (2007).
Program Studi Pendidikan Administrasi Perkantoran, Jurusan Manajemen,
Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Malang. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa sistem pengelolaan kearsipan pa-da Kantor
Kecamatan Lamongan dapat dikatakan sudah cukup baik, hal ini dapat
dilihat dari sistem penyimpanan arsip yang disimpan oleh masing-masing
bagian yang sesuai dengan bidangnya,sehingga apabila arsip tersebut
diperlukan sewak-tu-waktu dapat ditemukan dengan cepat dan tepat.
Meskipun masih juga terdapat beberapa kekurangannya diantaranya adalah
penerapan dalam peminjaman arsip dengan kartu pinjam arsip yang tidak
dilaksanakan secara maksimal serta peme-liharaan dan perawatan arsip
yang kurang diperhatikan.Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah
dilaksanakan, disarankan pada KantorKecamatan Lamongan agar
menggunakan kartu pinjam arsip untuk pemin-jaman arsip, parapegawai
lebih teliti dalam hal menyimpan ataupun menemukan arsip kembali yang
dibutuhkan, lebih memperhatikan pada perawatan dan pemeli-haraan arsip
yang ada, sehingga arsip-arsiptersebut tidak mudah rusak karena ar-sip
merupakan sumber informasi dalam menyelesaikansuatu pekerjaan, serta
me-nerapkan sistem komputerisasi kearsipan untuk menghemat
waktutenaga, dan bi-aya dalam pengelolaan kearsipan dan lebih
memperhatikan pada pemeliharaan dan perawatan pada arsip.
2.3. Kerangka Pikir Penelitian
Kebutuhan informasi dalam setiap kegiatan merupakan kebutuhan yang
mendasar. Informasi dibutuhkan dalam kegiatan teknis sampai dengan
pengambilan keputusan oleh pimpinan. Salah satu sumber informasi adalah
rekaman data-data dalam berbagai media yang disebut dengan arsip. Mengingat
pentingnya peran arsip dalam mendukung aktivitas, maka perlu dilakukan
pengelolaan arsip secara baik dan benar. Pengelolaan kearsipan yang efektif, akan
dapat menyediakan data dan informasi dengan cepat dan tepat.
Kegiatan pengelolaan kearsipan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti
tersedianya sarana dan prasarana yang memadai, sumber daya manusia yang
memiliki kemampuan dibidangnya, dan sistem penataannya. Dengan berjalannya
sistem pengelolaan yang baik maka tujuan pelayanan kearsipan seperti yang
tercantum dalam Undang-undang Kearsipan No 43 tahun 2009 tentang kearsipan
yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan
arsip yang autentik dan terpercaya akan dapat dilaksanakan.
Berpijak dari pemikiran diatas , maka dapat digambarkan sebuah kerangka
pemikiran sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian
Rumusan Permasalahan:
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan kearsipan di kantor Desa Paloan.
2. Peranan pengelolaan kearsipan dalam mendukung pelayanan publik di kantor desa paloan.
3. Cara mengatasi hambatan yang ada dalam pengelolaan kearsipan di Kantor Desa Paloan.
Kajian Teori:
1. Pengertian arsip dan kearsipan2. Peranan kearsipan3. Jenis-jenis arsip4. Pengorganisasian arsip5. Ruang lingkup manajemen arsip6. Pemeliharaan, perawatan dan pengamanan arsip7. Pengertian pelayanan publik dan standar pelayanan publik.
Pengelolaan Kearsipan Dalam Mendukung Pelayanan Publik Di Kantor Desa
Paloan Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak
Fenomena :
1. Arsip rusak dan kotor.2. Pemisahan dan penempatan surat yang tidak sesuai.3. Pegawainya masih kurang mengerti tentang pengelolaan kearsipan.
2.4. Pertanyaan Penelitian
1. Pengelolaan arsip yang baik itu di dukung oleh banyak faktor, apakah itu
faktor pendukung atau faktor penghambat. Dalam pengelolaa kearsipan
yang dilakukan di kantor desa paloan, Faktor-faktor apa saja yang
berpengaruh?
a. Apakah faktor sarana dan prasarananya?
b. Faktor sumber daya manusianya (pegawainya)?
2. Penataan kearsipannya?
a. Apa saja yang dilakukan guna mendukung terlaksananya pengelolaan
kearsipan di kantor desa paloan?
b. Apakah memberikan pelatihan kepada pegawainya tentang kearsipan?
c. Menyediakan tenaga arsiparis?
3. Bagaimana sistem pengelolaan yang dilakukan, mulai dari sistem
pemeliharaannya, sistem perawatannya dan sistem pengamanannya?
BAB IIIMETODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
Metode adalah aspek yang sangat penting dan besar pengaruhnya terhadap
berhasil tidaknya suatu penelitian, terutama untuk mengumpulkan data. Sebab
data yang diperoleh dalam suatu penelitian merupakan gambaran dari obyek
penelitian. Menurut Beni Ahmad Saebani penelitian merupakan suatu kegiatan
yang ditujukan untuk mengetahui seluk beluk sesuatu. Kegiatan ini biasanya
dilakukan karena ada suatu masalah yang memerlukan jawaban atau ingin
membuktikan sesuatu yang telah dialami selama hidup atau mengetahui berbagai
latar belakang terjadinya sesuatu.
Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan
kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan
data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi,
catatan memo, dan dokumen resmi lainnya. Sehingga yang menjadi tujuan dari
penelitian kualitatif ini adalah ingin menggambarkan realita empirik di balik
fenomena secara mendalam, rinci dan tuntas. Oleh karena itu penggunaan
pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah dengan mencocokkan antara
realita empirik dengan teori yang berlaku dengan menggunakkan metode
diskriptif.
3.2. Langkah-langkah Penelitian
Langkah-langkah penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah:
3.2.1. Tahap Pra-lapangan, meliputi kegiatan: penentuan fokus penelitian,
penyesuaian paradigma dengan teori, penjajakan alat peneliti,
mencakup observasi lapangan dan permohonan ijin kepada subyek
yang diteliti, konsultasi fokus penelitian, penyusunan usulan
penelitian.
3.2.2. Tahap pekerjaan lapangan, meliputi mengumpulkan bahan-bahan yang
berkaitan dengan pengelolaan kearsipan desa dalam mendukung
pelayan publik di desa paloan kecamatan sengah temila kabupaten
landak. Data tersebut diperoleh dengan observasi, wawancara dan
dokumentasi dengan cara melihat perilaku dan kegiatan yang
dilakukan oleh pegawai di kantor desa paloan.
3.2.3. Tahap analisis data, meliputi analisis data baik yang diperolah melaui
observasi, wawancara mendalam maupun dokumentasi dengan
pegawai yang ada di kantor desa paloan. Kemudian dilakukan
penafsiran data sesuai dengan konteks permasalahan yang diteliti
selanjutnya melakukan pengecekan keabsahan data dengan cara
mengecek sumber data yang didapat dan metode perolehan data
sehingga data benar-benar valid sebagai dasar dan bahan untuk
memberikan makna data yang merupakan proses penentuan dalam
memahami konteks penelitian yang sedang diteliti.
3.2.4. Tahap penulisan laporan, meliputi : kegiatan penyusunan hasil
penelitian dari semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai
pemberian makna data. Setelah itu melakukan konsultasi hasil
1
penelitian dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan perbaikan
saran-saran demi kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindaklanjuti
hasil bimbingan tersebut dengan penulis skripsi yang sempurna.
Langkah terakhir melakukan pengurusan kelengkapan persyratan
untuk ujian skripsi.
3.3. Tempat dan Waktu Penelitian
Kantor Desa paloan merupakan salah satu kantor desa yang terletak di ibu
kota kecamatan, sehingga intensitas pelayanan kepada masyarakat cukup sering
dilakukan dibandingkan dengan desa-desa yang berada jauh dari ibu kota
kecamatan. Selain itu juga Di kantor Desa Paloan belum pernah ada yang
melakukan penelitian sebelumnya khususnya dengan permasalahan mengenai
pengelolaan kearsipan sehingga ini merupakan penelitian pertama dan hal ini
menjadi tantangan tersendiri bagi peneliti. Selain itu peneliti berharap penelitian
ini dapat memberikan kontribusi yang positif pada kantor desa paloan khususnya
mengenai pengelolaan kearsipan yang ada di kantor desa paloan itu sendiri.
Waktu penelitian dilakukan sesuai dengan Tanggal, Bulan dan Tahun peneliti
mulai melakukan penelitian yaitu dengan di keluarkannya Surat Keputusan oleh
pihak pengelola sampai dengan selesainya proses pengumpulan data penelitian
dan proses penelitiaan.
Tabel
Jadwal Kegiatan Penelitian
No KEGIATANBulan Ke
1 2 3 4
1 Bimbingan proposal x
2 Seminar Proposal x
3 Finalisasi Proposal x
4 Penelitian x X
5 Bimbingan Penulisan Skripsi x X x
6 Ujian skripsi x
7 Finalisasi atau perbaikan skripsi x
3.4. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah aparatur yang ada di Kantor Desa
Paloan yaitu kepala desa dan pegawainya. Objek penelitian yaitu lebih berfokus
atau terarah pada bagaimana pengelolaan kearsipan dalam mendukung pelayanan
publik di Kantor Desa Paloan.
3.5. Instrumen pengumpulan data
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan sebagai
instrument aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di lapangan. sedangkan
instrument pengumpulan data yang lain selain manusia adalah berbagai bentuk
alat-alat bantu dan berupa dokumen-dokumen lainnya seperti Pedoman
Wawancara dan Dokumentasi yang dapat digunakan untuk menunjang keabsahan
hasil penelitian, namun berfungsi sebagai instrument pendukung. Oleh karena itu,
kehadiran peneliti secara langsung di lapangan sebagai tolak ukur keberhasilan
untuk memahami kasus yang diteliti, sehingga keterlibatan peneliti secara langsung
dan aktif dengan informan dan atau sumber data lainnya di sini mutlak diperlukan.
3.6. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian,
karena itu seorang peneliti harus terampil dalam mengumpulkan data agar
mendapatkan data yang valid. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis
dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Teknik pengumpulan data
yang dilakukan adalah:
1. Wawancara
Wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara menanyakan
sesuatu kepada seseorang yang menjadi informan. Caranya adalah dengan
bercakap-cakap atau bertatap muka. Kerlinger menyebutkan tiga hal yang menjadi
kekuatan metode wawancara:
a) Mampu mendeteksi kadar pengertian subjek terhadap pertanyaan yang
diajukan. Jika responden tidak mengerti, peneliti dapat melakukan antisipasi
dengan memberikan penjelasan.
b) Fleksibel, pelaksanaannya dapat disesuaikan dengan tiap-tiap individu.
c) Menjadi satu-satunya hal yang dapat dilakukan ketika teknik lain tidak dapat
dilakukan.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Pendekatan Menggunakan
Petunjuk Wawancara. Dimana jenis wawancara ini mengharuskan pewawancara
membuat kerangka dan garis besar pokok-pokok yang dirumuskan tidak perlu
ditanyakan secara berurutan. Demikian pula penggunaan dan pemilihan kata-kata
untuk wawancara dalam hal tertentu tidak perlu dilakukan sebelumnya. Petunjuk
wawancara hanyalah berisi petunjuk secara garis besar tentang proses dan isi
wawancara untuk menjaga pokok-pokok yang direncanakan dapat seluruhnya
tercakup. Petunjuk itu mendasarkan diri atas anggapan bahwa ada jawaban yang
secara umum akan sama diberikan oleh informan, tetapi yang jelas tidak ada
seperangkat pertanyaan baku yang telah disiapkan terlebih dahulu. Pelaksanaan
wawancara dan pengurutan pertanyaan disesuaikan dengan keadaan informan
dalam konteks wawancara yang sebenarnya.
2. Observasi
Menurut Nawawi & Martini, observasi adalah pengamatan dan pencatatan
secara sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala dan
gejala-gejala dalam objek penelitian. observasi dilakukan untuk memahami proses
terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami konteksnya. Observasi
dilakukan terhadap subjek, perilaku selama wawancara, interaksi subjek dengan
peneliti dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat memberikan data
tambahan terhadap hasil wawancara.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik Observasi Partisipatif
dimana peneliti dalam melakukan observasinya ikut melibatkan diri kedalam
kehidupan sosial sehari-hari di lokasi penelitian. sikap yang digunakan peneliti
dalam observasi partisipatif ini yakni:
1) Peneliti Sebagai Partisipasi Pasif yaitu hanya datang ke lokasi penelitian,
melihat, memerhatikan, mewawancara tetapi tidak melibatkan diri.
2) Observasi Partisipasi Moderat yakni peneliti berada di posisi yang menengah
yakni ikut melibatkan diri dengan aktivitas sosial yang diteliti tetapi untuk hal-
hal yang dipandang berkaitan langsung dengan penelitian ia memisahkan diri
dari keadaan sosial yang sebenarnya denga posisi sebagai orang luar atau
pendatang dan atau seorang peneliti. Jadi terkadang berpartisipasi terkadang
tidak, bergantung pada pemahamannya tentang pengumpulan data.
3. Dokumentasi
Metode atau teknik dokumenter adalah teknik pengumpulan data dan
informasi melalui pencarian dan penemuan bukti-bukti. Metode dokumenter ini
merupakan pengumpulan data yang berasal dari sumber nonmanusia. Sumber-
sumber informasi nonmanusia ini sering diabaikan dalam penelitian kualitatif,
padahal sumber ini kebanyakan tersedia dan siap pakai. Dokumentasi adalah
setiap bahan tertulis baik berupa karangan, memo, pengumuman, instruksi,
majalah, buletin, pernyataan, aturan suatu lembaga masyarakat, dan berita yang
disiarkan oleh media massa.
3.7. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data
kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema
dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.
Dari rumusan di atas dapatlah kita tanarik garis besar bahwa analisis data
bermaksud pertama-tama mengorganisasikan data. Data yang terkumpul banyak
sekali dan terdiri dari catatan lapangan, komentar peneliti, gambar, foto, dokumen
berupa laporan, biografi, artikel, dan sebagainya. Kegiatan analisis adata adalah
mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode dan
mengakategorikannya. Pengorganisasian dan pengelolaan data itu bertujuan
menemukan tema dan konsepsi kerja yang akan diangkat menjadi teori substantif.
Setelah data dari lapangan terkumpul dengan menggunakan metode
pengumpulan data di atas, maka peneliti akan mengolah dan menganalisis data
tersebut dengan menggunakan analisis secara deskriptif-kualitatif. Analisis
deskriptif-kualitatif merupakan suatu tehnik yang menggambarkan dan
menginterpretasikan arti data-data yang telah terkumpul dengan memberikan
perhatian dan merekam sebanyak mungkin aspek situasi yang diteliti pada saat itu,
sehingga memperoleh gambaran secara umum dan menyeluruh tentang keadaan
sebenarnya.
3.8. Teknik Keabsahan Data
Dalam metode penelitian kualitatif ada empat kriteria yang berhubungan
dengan keabsahan daya yaitu :
1. Keabsahan konstruk (construct validity)
Keabsahan konstruk (konsep) berkaitan dengan suatu kepastian bahwa yang
terukur benar-benar merupakan variabel yang ingin di ukur. Keabsahan ini juga
dapat dicapai dengan prosesa pengumpulan data yang tepat. Salah satu caranya
adalah dengan proses triangulasi yakni teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu.
2. Keabsahan Internal (internal validity)
Keabsahan internal merupakan konsep yang mengacu pada seberapa jauh
kesimpulan hasil penelitian menggambarkan keadaan yang sesesungguhnya.
Keabsahan ini dapat dicapai melalui proses analisis dan interpretasi yang tepat.
Aktivitas dalam melakukan penelitian kualitatif akan selalu berubah dan tentunya
akan mempengaruhi hasil penelitian tersebut.
3. Keabsahan Eksternal (eksternal validity)
Keabsahan eksternal mengacu pada seberapa jauh hasil penelitian dapat
digeneralisasikan pada kasus lain. Walaupun dalam penelitian kualitatif tidak ada
kesimpulan yang pasti, dapat dikatakan bahwa penelitian kualitatif memiliki
keabsahan data eksternal terhadap kasus-kasus lain selama kasus tersebut
memiliki konteks yang sama.
4. Keajegan (Reabilitas)
Keajegan merupakan konsep yang mengacu pada seberapa jauh penelitian
berikutnya akan mencapai hasil yang sama apabila penelitian yang sama
dilakukan kembali. Dalam penelitian kualitatif, keajengan mengacu pada
kemungkinan peneliti selanjutnya memperoleh hasil yang sama apabila penelitian
dilakukan kembali dalam subjek yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa konsep
keajengan penelitian kualitatif menekankan pada desain penelitian dan metode
serta teknik pengumpulan data dan analisis data.