Serial Oliv Buku 3 Bab 4 : Pesta tengah malam

7
1 Pesta tengah malam Purwokerto sangat panas hari ini. Oliv Cuma pake’ baju singlet di kamarnya yang sumpek. Rene, adik kelas sekaligus teman sekamar Oliv dari tadi nyalain kipas angin sambil baca komik. Kiki menggedor tembok disamping ranjangnya. Oliv yang lagi baca novel “Laskar Pelangi” udah apal dengan bunyi ini. Dia segera membalas menggedor tembok. “Liv, keluar yuk” Kiki melemparkan surat pendek melalui lubang kecil di samping kasurnya. Oliv menjawab “Aku takut sama bu Encin” sambil menyodorkan kembali kertas Kiki. “Gerah banget nih, ke lantai atas yuk! Ke ruang jemur pakaian” Kiki memaksa lipatan kertas kecil itu masuk kembali ke kamar Oliv. Oliv tak kuasa menolak, di bawanya novel yang belum kelar dibaca keluar kamar. Oliv sedikit mengintip dari pintu kamarnya, barangkali bu Encin masih keliling kamar. “Ki, ayo!” bisik Oliv di depan pintu kamar Kiki. Kiki keluar kamar, dia mengenakan kaos tank top warna shocked pink dan sandal boneka piggy. “ Bawa apaan lu?” Tanya Kiki. “Novel” jawab Oliv singkat. “Bentar, gue mau bawa sesuatu…” jawab Kiki sambil masuk kembali ke kamarnya. “ Taraaaaa!” Kiki membawa termos, dua

Transcript of Serial Oliv Buku 3 Bab 4 : Pesta tengah malam

Page 1: Serial Oliv Buku 3 Bab 4 : Pesta tengah malam

1

Pesta tengah malam

Purwokerto sangat panas hari ini. Oliv Cuma

pake’ baju singlet di kamarnya yang sumpek. Rene, adik kelas sekaligus teman sekamar Oliv dari tadi nyalain kipas angin sambil baca komik. Kiki menggedor tembok disamping ranjangnya. Oliv yang lagi baca novel “Laskar Pelangi” udah apal dengan bunyi ini. Dia segera membalas menggedor tembok. “Liv, keluar yuk” Kiki melemparkan surat pendek melalui lubang kecil di samping kasurnya. Oliv menjawab “Aku takut sama bu Encin” sambil menyodorkan kembali kertas Kiki. “Gerah banget nih, ke lantai atas yuk! Ke ruang jemur pakaian” Kiki memaksa lipatan kertas kecil itu masuk kembali ke kamar Oliv.

Oliv tak kuasa menolak, di bawanya novel yang belum kelar dibaca keluar kamar. Oliv sedikit mengintip dari pintu kamarnya, barangkali bu Encin masih keliling kamar. “Ki, ayo!” bisik Oliv di depan pintu kamar Kiki. Kiki keluar kamar, dia mengenakan kaos tank top warna shocked pink dan sandal boneka piggy. “ Bawa apaan lu?” Tanya Kiki. “Novel” jawab Oliv singkat. “Bentar, gue mau bawa sesuatu…” jawab Kiki sambil masuk kembali ke kamarnya. “ Taraaaaa!” Kiki membawa termos, dua

Page 2: Serial Oliv Buku 3 Bab 4 : Pesta tengah malam

2

buah cangkir, dan satu keripik kentang kemasan jumbo. “Let’s get party!” seru Kiki gembira.

Oliv dan Kiki naik ke lantai atas gedung asrama putri. Langit cerah dan bintang bertebaran di angkasa. Bulan tampak sempurna. Sinarnya terang menyapa dua gadis manis yang sedang asyik memakan keripik kentang sambil cekakak cekikik. “Ki…, lihat tuh! Ada bintang jatuh! Ya Tuhan! Balikin Aldo padakuuuuu!” Oliv teriak sekeras-kerasnya sambil menengadahkan tangannya. “Lu make a wish gak Ki?” Tanya Oliv. “Ya Iya lah…, gue make a wish supaya menang lomba basket antar sekolah besok” “Wuiiiih, cieeeeeee” “biasa aja lagi! Lebay banget sih!” Kiki risih sama tingkah laku Oliv yang too much. “Kira-kira do’a gue terkabul gak ya ki?” “Kayaknya enggak, orang yang teraniaya itu yang do’anya banyak dikabulkan!” jawab Kiki singkat sambil menggelitik perut Oliv. Oliv kegelian sambil guling-guling di lantai. “STOP! Jangan aniaya gue dong!” Oliv terengah engah. “Udah berdo’a belum?” Tanya Kiki mencibir. Seringai dari mulutnya membuat hati Oliv tertekan.

Kiki menjawil keripik kentangnya. “Lu tahu gak gue seneng banget lihat langit” kata Kiki, mulutnya penuh mengunyah sejumput keripik. “Enggak!” jawab Oliv singkat. “Yeee!” Kiki menusuk pinggang Oliv. “hi hi hi…. Sewot nih ye” Oliv meledek. “langit itu indah! Ada tujuh lapisan di atasnya! Kita bisa melihat bintang, bulan, matahari, awan waah, indahnya!” seru Kiki. “Subhanallah!” jawab Oliv.

Page 3: Serial Oliv Buku 3 Bab 4 : Pesta tengah malam

3

“yang lebih penting lagi liv, gue bisa memandang wajah bapak di sana!” kata Kiki serius. “dimana?” Oliv penasaran. “Tuh! Bintang yang paling terang! Itu bapak gue!” “mana sih? kagak ada bokap lu!” Oliv mendongak lebih ke atas lagi. “bego banget sih! ituuuuu loh! Yang kerlipnya paling menawan! Seolah bapakku sedang tersenyum dan matanya berkedip padaku!” Kiki menunjuk satu bintang yang paling terang. “Ooooo, itu ya!” jawab Oliv. “Waktu gue kecil, bapak selalu mengajakku keluar rumah jika langit terang dan tidak hujan. Beliau bilang, ada satu bintang yang paling terang, itu bintang bapak. Yang kecil di sebelahnya, itu bintang gue. Sampai sekarang kalau gue kangen bapak, gue selalu pandangi bintang itu” “Bapak sudah pergi menembus langit ke tujuh bertemu sang penciptanya” “gue jadi terharu nih” Oliv meneguk secangkir kopi. “Bapak gue udah meninggal sejak gue masih SMP. Gue kangen Liv” Kiki menyeka air matanya yang sudah tumpah. “Ah, udah deh, jangan inget yang sedih-sedih…., gue jadi kangen ayah juga nih” “Kita nyanyi-nyanyi aja yuuuuk” Kiki memberi ide. “Di malam yang sesunyi ini…., ku sendiri…, tiada yang menemani….” Oliv langsung bernyanyi, di barengi Kiki, Oliv pake’ suara satu, Kiki pake’ suara kucing, he he he “Tolooooong! Toloooong!” tiba-tiba terdengar teriakan dari lantai satu. Oliv dan Kiki yang tengah

Page 4: Serial Oliv Buku 3 Bab 4 : Pesta tengah malam

4

konser dadakan di lantai atas langsung terlonjak kaget. Oliv meneguk kopinya sekali lagi. “Ada apaan tuh?” Oliv bertanya pada Kiki. “mene ketehe!” sahut Kiki. Oliv dan Kiki langsung ngibrit ke bawah. Oliv nabrak jemuran kayu dan ada BH nyangkut di wajahnya. Oliv lalu membuangnya sembarangan. Sampai di lantai dua, Oliv keheranan karena kamarnya sudah sesak dipenuhi anak-anak. “Ada apaan nih?” Tanya Oliv penasaran. Meskipun belum ada yang menjawab Oliv lalu menerobos masuk kamar. Ya Ampun! Rene kesurupan! Dia menendang segala barang dalam ruangan itu. Oliv mendekap radio transistor milik pak Jaya yang sering dipinjemnya, lalu meletakkannya di pinggir ranjang. Mata Rene mendelik sambil berteriak-teriak. “Kemana saja kamu Oliv!” Bu Encin mendelik juga. Oliv ketakutan. “sa.. saya di lantai atas?” “Ngapain? Bukannya tidur malah keluyuran! Point 20! Melanggar aturan asrama!” Bu Encin berteriak sampai urat lehernya mau putus. Oliv merinding ketakutan. “Aaaaaaaaaaaaa!” Rene masih terus menendang seperti anak kecil yang tidak dibelikan permen. “minta makan! Saya minta makan!” suara Rene seperti suara ibu-ibu setengah baya. Semua anak duduk dan membaca do’a. Oliv dan Kiki memegang tangan dan kaki Rene. Sudah 2 jam Rene tak sadarkan diri. Bu Encin mendatangkan “orang pintar” untuk membantu kesadaran Rene. Rupanya, pas ditinggal Oliv tadi, Rene pengen ke kantin beli minum, sebelum melewati kantin, pas di bawah pohon mangga, Rene seperti dipanggil seorang ibu yang minta makan, karena merasa gak punya makanan Rene menolak dengan halus. Sepulang

Page 5: Serial Oliv Buku 3 Bab 4 : Pesta tengah malam

5

dari kantin Rene langsung kesurupan. Rene pun diberi ayam ingkung dan bunga mawar. Dia makan bunga mawar seperti makan keripik kentang punya Kiki. Sepertinya enaaaak sekali. Oliv jadi merinding, inget kelakuannya kabur lewat pintu belakang asrama dan ngumpet di bawah pohon mangga. Rupanya cerita tentang anak yang gantung diri itu memang benar adanya. Soal percaya atau tidak, Wallahu alam. Gak tahu deh. Yang jelas, itu Rene udah kesurupan, jadinya Oliv udah gak mau main-main lagi dengan pintu belakang asrama. Besoknya berita tentang kesurupannya Rene langsung menyebar luas. Konon kabarnya, kesurupan sampai menular ke beberapa teman perempuan sekelas Rene. Wak! Kayak flu burung aja tuh, sehari udah ada 3 korbannya, UKS penuh sesak, tim palang merah nyampe kewalahan, karena korban terus bertambah. Oliv gak tahu lagi mesti ngomong apa. Kiki juga manyun doang melihat keadaan ini. Engel ngomel gak abis-abis. Dia nyalahin Kiki dan Oliv, melanggar aturan itu hukumnya haram buatnya. Erly wajahnya pucat pasi. Dia takut ketularan juga. Sekolah dibubarkan. Anak-anak senang bukan kepalang. Artinya pulang lebih awal. Ada yang udah rencana mau ngabur ke mall, ada yang mau nge date, ada yang mau nge game di rental PS. Kiki dan Oliv belum ada rencana pulang ke asrama, mereka masih syok masuk ke kamar. Engel niatan mau mencari “orang yang lebih pintar” dari “orang pintar” yang disewa bu Encin. Erly dengan senang hati ingin mendadak jadi ingin ngebantuin mamanya jualan kue apem. “Jangan keluyuran! Diam di rumah dan berdoa, kita pulang lebih

Page 6: Serial Oliv Buku 3 Bab 4 : Pesta tengah malam

6

wal bukan untuk main. Tapi belajar di rumah. Sebab suasana sekolah sedang tidak mendukung KBM. Barang siapa yang tidak langsung pulang ke rumah, niscaya akan ikut kesurupan juga!” Pak Hadi memberi peringatan, setengah mengancam, setengah menuduh. Seolah dia tahu rencana anak-anak. Anak-anak pun bergidik,ngeper juga sama ancemannya Pak Hadi, sang asisten guru. Belum jadi guru aja gualaknya minta ampun. Gimana entar kalo’ dah jadi kepala sekolah. Hi hi hi…. Akhirnya “orang pintar yang lebih pintar” datang ke sekolah atas panggilan Engel. “Ibu, bapak, apakah di asrama ini sering diadakan perkumpulan pengajian, atau doa bersama?” Tanya orang pintar, yang ternyata bernama pak Kushendi. “Beberapa waktu memang kami adakan pak, namun, lambat laun, pesertanya terus berkurang” Bu Encin member penjelasan. “Ibu, ada baiknya kegiatan itu diadakan lagi, supaya tidak ada siswa yang pikirannya kosong, lalu dimasuki setan” kata pak Kushendi dengan nada bicara yang santun. “Mari kita kumpulkan anak-anak, lalu kita membaca ayat suci bersama, kita berdoa supaya selalu dilindungi Allah, dan dihindarkan dari godaan setan”, pak Kushendi memberikan saran, yang langsung diikuti oleh semua penghuni asrama. Mereka membawa AlQurannya masing-masing, kemudian membaca surat Yasin bersama. Setelah itu pak Kushendi me rukyat para siswa yang kesurupan. Dan Alhamdulillah, semua langsung sadar. Ternyata pak Kushendi memang orang pintar, sebab setelah seharian me rukyat para siswa, dia lalu minum jamu tolak angin. Hi hi hihi…

Page 7: Serial Oliv Buku 3 Bab 4 : Pesta tengah malam

7

Seminggu berlalu, peristiwa kesurupan cukup jadi pengalaman Rene dan korban lainnya saja. Oliv sama sekali tak tertarik. Dia cukup sebagai saksi, bahwa ada makhluk di dunia ini yang sering nyasar masuk ke jiwa manusia, terutama jiwa yang kosong. Hhhhh…, untung semua udah kembali normal, tapi, semua peristiwa itu memberikan pengalaman baru buat Oliv. Pengalaman mistik. Boleh mengangguk atau mendelik. Perkara klenik memang sulit ditelisik. Apalagi kalau kita belum punya trik, buat kau klik. Bukan soal magic, tapi asyik……hihihi