SERI MENYONGSONG SDGS

87
Dedy Supriadi Kepala BAPPEDA Kabupaten Bekasi POTENSI DAMPAK COVID-19 TERHADAP PREVALENSI STUNTING KAB. BEKASI SERI MENYONGSONG SDGS POTENSI DAMPAK COVID-19 TERHADAP PREVALENSI STUNTING KAB. BEKASI SERI MENYONGSONG SDGS Center for Sustainable Development Goals Studies Gedung CISRAL UNPAD Jl. Dipatiukur No. 46, Bandung, 40132 Jawa Barat, Indonesia SDGsCenterUnpad @SDGsCenterUnpad SDGs Center Unpad http://sdgcenter.unpad.ac.id [email protected] "Fokus buku ini menganalisis dampak COVID-19 terhadap prevalensi stunting..... Buku ini dapat berperan sebagai bagian dari 8 (delapan) aksi integrasi yang akan memperkuat intervensi stunting yaitu: analisis situasi program penurunan stunting (aksi #1). Penanganan stunting juga harus dilakukan melalui pendekatan multi-sektor dan diperlukan adanya sinkronisasi program dari pusat dan daerah serta mempertimbangkan karakteristik/keunikan wilayah terkecil.

Transcript of SERI MENYONGSONG SDGS

Page 1: SERI MENYONGSONG SDGS

Dedy SupriadiKepala BAPPEDA Kabupaten Bekasi

POTENSI DAMPAK COVID-19TERHADAP PREVALENSI STUNTINGKAB. BEKASI

SERI MENYONGSONG SDGS

PO

TE

NS

I DA

MPA

K C

OV

ID-19 T

ER

HA

DA

P P

RE

VA

LE

NS

I ST

UN

TIN

G K

AB

. BE

KA

SI

SERI M

ENYO

NG

SON

G SD

GS

Center for Sustainable Development Goals StudiesGedung CISRAL UNPAD

Jl. Dipatiukur No. 46, Bandung, 40132 Jawa Barat, Indonesia

SDGsCenterUnpad

@SDGsCenterUnpad

SDGs Center Unpad

http://sdgcenter.unpad.ac.id

[email protected]

"Fokus buku ini menganalisis dampak COVID-19 terhadap prevalensi stunting.....Buku ini dapat berperan sebagai bagian dari8 (delapan) aksi integrasi yang akan memperkuatintervensi stunting yaitu: analisis situasi programpenurunan stunting (aksi #1).Penanganan stunting juga harus dilakukan melalui pendekatan multi-sektor dan diperlukan adanya sinkronisasi program dari pusat dan daerahserta mempertimbangkan karakteristik/keunikanwilayah terkecil.

Page 2: SERI MENYONGSONG SDGS

i

Seri Menyongsong SDGs

POTENSI DAMPAK COVID-19

TERHADAP PREVALENSI

STUNTING KAB. BEKASI

TIM PENULIS

Heriyaldi

Ahmad Komarulzaman

Zuzy Anna

Arief Anshory Yusuf

Roby Andoyo

Aisyah Amatul Ghina

Putri Riswani Halim

Page 3: SERI MENYONGSONG SDGS

ii

Copyright@2020

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.

Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian

atau seluruh isi buku tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Cetakan 1, 2020

Diterbitkan oleh Unpad Press

Grha Kandaga, Gedung Perpustakaan Unpad Jatinangor, Lantai I

Jl. Ir. Soekarno km 21 Bandung 45363

Telp. (022) 84288888 ext 3806

e-mail : [email protected] /[email protected]

http://press.unpad.ac.id

Anggota IKAPI dan APPTI

Tata Letak : Megananda

Desainer Sampul : Arief Anshory Yusuf

Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Heriyaldi, et all

Seri Menyongsong SDGs: Potensi Dampak Covid-19

Terhadap Prevalensi Stunting Kab. Bekasi / Penulis,

Heriyaldi, et all ; , --Cet. 1 – Bandung; Unpad Press; 2021

x, 64 h.; 16 x 24 cm

ISBN 978-623-352-007-2

I. Judul II. Heriyaldi, et all

Page 4: SERI MENYONGSONG SDGS

iii

Sambutan

Sekretaris Daerah Kabupaten Bekasi

Atas nama Pemerintah Kabupaten Bekasi kami mengucapkan terima

kasih kepada SDGs Center yang telah memfasilitasi dalam penyusunan

buku “Seri Menyongsong SDGs POTENSI DAMPAK COVID-19

TERHADAP PREVALENSI STUNTING KABUPATEN BEKASI”.

Kabupaten Bekasi berupaya menurunkan prevalensi stunting yang

merupakan salah satu agenda global bagian dari Sustainable

Development Goals (SDGs) dan telah menjadi komitmen bersama untuk

dicapai pada tahun 2030. Tidak dapat dipungkiri dengan adanya pandemi

Covid-19 sejak awal tahun 2020, upaya daerah untuk percepaten

penurunan stunting diperkirakan akan mendapatkan tantangan yang lebih

berat. Sehingga diperlukan adanya identifikasi pengaruh Covid-19

terhadap pencapaian prevalensi stunting di Kabupaten Bekasi dan

menyusun rekomendasi kebijakan akselerasi pencapaian penurunan

prevalensi stunting di Kabupaten Bekasi, sebagai salah satu upaya agar

tantangan tersebut dapat dihadapi.

Semoga buku ini dapat memberikan kontribusi bagi upaya penurunan

stunting di Kabupaten Bekasi melalui pemetaan tantangan, hambatan

serta prioritas kebijakan percepatan pencapaian secara terintegrasi.

Cikarang, Maret 2021

Sekretaris Daerah Kabupaten Bekasi

Drs. H. UJU, M.Si. Pembina Utama Madya

NIP. 196106021989031004

Page 5: SERI MENYONGSONG SDGS

iv

Sambutan

Kepala Bappeda Kabupaten Bekasi

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

yang telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga Buku “Seri

Menyongsong SDGs POTENSI DAMPAK COVID-19

TERHADAP PREVALENSI STUNTING KABUPATEN

BEKASI” dapat terselesaikan dengan baik. Prevalensi angka

stunting mengalami peningkatan dalam 2 (dua) tahun terakhir di

Kabupaten Bekasi, dimana balita yang mengalami stunting

memiliki resiko kematian, kegagalan pertumbuhan dan

perkembangan otak. Selain itu, beberapa kajian juga memberikan

kesimpulan yang sama bahwa pandemi Covid-19 dapat

memperburuk angka prevalensi stunting di beberapa daerah.

Walaupun fokus buku ini menganalisis dampak Covid-19 terhadap

prevalensi stunting, namun buku ini dapat berperan sebagai bagian

dari 8 (delapan) aksi integrasi yang akan memperkuat intervensi

stunting yaitu: analisis situasi program penurunan stunting (aksi

#1). Penanganan stunting juga harus dilakukan melalui pendekatan

multi-sektor dan diperlukan adanya sinkronisasi program dari pusat

dan daerah serta mempertimbangkan karakteristi/keunikan wilayah

terkecil.

Akhir kata, kami mengucapkan terimakasih kepada SDGs Center

Universitas Padjadjaran atas kontribusi dan kerjasama yang baik

dengan berbagai pihak dalam penyusunan buku ini. Semoga buku

ini dapat memberikan gambaran langsung seberapa besar potensi

dampak Covid-19 terhadap prevalensi stunting di Kabupaten

Page 6: SERI MENYONGSONG SDGS

v

Bekasi. Sekaligus memberikan alternatif kebijakan dan program

penanganan stunting sampai ke tingkat kecamatan dan desa.

Cikarang, Maret 2021

Kepala Bappeda Kabupaten Bekasi

Drs. DEDY SUPRIYADI, MM Pembina Tingkat I

NIP. 1971030619900031002

Page 7: SERI MENYONGSONG SDGS

vi

Kata Pengantar

Puji dan syukur Tim Penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang

Maha Esa, karena telah dapat menyelesaikan Buku “Seri

Menyongsong SDGs POTENSI DAMPAK COVID-19

TERHADAP PREVALENSI STUNTING KAB. BEKASI”. Buku

ini menganalisis bagaimana pandemi Covid-19 berpotensi

memberikan dampak terhadap pencapaian SDGs, khususnya

Tagret 2.2, indikator 2.2.1* prevalensi stunting pada balita. Buku

ini didasarkan pada hasil penelitian yang berlangsung sejak awal

sampai pertengahan tahun 2020 sebagai bagian dari kerjasama

SDGs Center dengan Pemerintah Kabupaten Bekasi.

Dalam penyajiannya, buku ini terdiri dari 4 (empat) bagian. Bagian

pertama membahas mengenai latar belakang stunting yang

merupakan salah satu agenda global bagian dari Sustainable

Development Goals (SDGs). Kemudian, beberapa kajian mengenai

stunting dengan objek penelitian di berbagai wilayah Indonesia.

Selain itu, dipaparkan juga bagaimana metodologi sebagai anat

analisis proyeksi dampak Covid-19 terhadap prevalensi stunting di

Kabupaten Bekasi. Bagian kedua, banyak menguraikan mengenai

data-data kondisi demografi & sosio ekonomi Kabupaten Bekasi.

Bagian ketiga, memaparkan mengenai hasil proyeksi indikator dan

potensi dampak Covid-19 terhadap prevalensi stunting. Terakhir,

pada bagian kelima, membahas bagaimana efektivitas program-

program penanganan stunting di tingkat desa/kecamatan.

Hasil penelitian yang kami terbitkan menjadi buku ini diharapkan

berkontribusi dalam memperkirakan sejauh mana dampak

pandemic covid-19 terhadap prevalensi stunting di Kabupaten

Bekasi. Disisi lain, penelitian ini sebagai diharapkan juga

Page 8: SERI MENYONGSONG SDGS

vii

berkontribusi dalam melihat sejauh mana kesiapan Kabupaten

Bekasi dalam pencapaian target SDGs terkait prevalensi stunting

di tahun 2030. Selanjutnya, kami berharap hasil studi ini

bermanfaat bagi penyusunan kebijakan penanganan stunting di

Kabupaten Bekasi yang lebih baik dan dasar dalam penyusunan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD). Buku ini juga

sebagai living document yang menjadi acuan strategis bagi

pencapaian target penurunan prevalensi stunting di Kabupaten

Bekasi.

Akhirnya, kami mengucapkan terimakasih kepada Bappeda

Kabupaten Bekasi atas kepercayaan dan kerjasama yang diberikan,

sehingga penelitian ini berjalan dengan lancer dan sukses. Terima

kasih juga kami sampaikan kepada seluruh tim peneliti dan kepada

semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang

telah membantu kelancaran kegiatan penelitian ini sejak awal

hingga akhir. Semoga buku ini dapat memberikan gambaran

mengenai seberapa besar dampak Covid-19 terhadap indikator –

indikator SDGs di Kabupaten Bekasi.

Bandung, Maret 2021

Direktur SDGs Center Universitas Padjadjaran

Prof. Dr. Zuzy Anna

Page 9: SERI MENYONGSONG SDGS

viii

POTENSI DAMPAK COVID-19 TERHADAP PREVALENSI

STUNTING KAB. BEKASI

Executive Summary

Upaya untuk menurunkan prevalensi stunting merupakan salah satu

agenda global bagian dari Sustainable Development Goals (SDGs)

yang menjadi komitmen bersama untuk dicapai pada tahun 2030.

Target SDGs 2.2 menyatakan “Pada tahun 2030, menghilangkan

segala bentuk kekurangan gizi, termasuk pada tahun 2025 mencapai

target yang disepakati secara internasional untuk anak pendek dan

kurus di bawah usia 5 tahun, dan memenuhi kebutuhan gizi remaja

perempuan, ibu hamil dan menyusui, serta manula”. Salah satu

indikator untuk pencapaian target tersebut adalah prevalensi stunting

(pendek dan sangat pendek) pada anak di bawah lima tahun/ balita

(Indikator 2.2.1*).

Sejak dicanangkan pada tahun 2015, Indonesia memiliki komitmen

penuh dalam pencapaian SDGs. Hal ini terbukti dengan

implementasi SDGs pada seluruh tingkatan pemerintahan mulai dari

pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah daerah

(kabupaten/ kota). Salah satu bukti dari komitmen dan implementasi

SDGs ini tercermin dari berbagai upaya pencapaian SDGs di

Kabupaten Bekasi. Tidak hanya itu, Kabupaten Bekasi sejak awal

terus berupaya mengilementasikan SDGs dengan berbasis pada data

dan hasil riset.

Selama ini, SDGs seringkali dianggap sebagai transformasi yang

cukup ambisius dari MDGs. Terlebih di tingkat daerah, seperti

kabupaten/ kota, yang memiliki sumberdaya yang terbatas namun

dengan permasalahan pencapaian SDGs yang cukup banyak.

Kondisi ini kemudian diperparah dengan adanya pandemi Covid-19

pada tahun 2020. Hampir seluruh sumberdaya yang ada

dikonsentrasikan pada upaya penanganan pandemic ini. Sebagai

contoh, adanya pandemic ini diperkirakan dapat mengeliminasi

Page 10: SERI MENYONGSONG SDGS

ix

upaya penurunan kemiskinan yang telah dilakukan selama bertahun-

tahun. Suryahadi, Izzati and Suryadarma (2020) memperkirakan

bahwa tingkat kemiskinan diperkirakan meningkat dari 9.2% pada

September 2019 menjadi 16.7% pada September 2020.

Penelitian ini menganalisis potensi dampak Covid-19 terhadap

pencapaian indikator SDGs prevalensi stunting Kabupaten Bekasi

pada tahun 2030. Pertama-tama, kajian ini melakukan proyeksi

baseline (tanpa Covid) untuk variable pengeluaran konsumsi per

kapita dengan menggunakan analisis tren berdasarkan data historis

2010-2019. Selanjutnya, tingkat pengeluaran konsumsi per kapita

tahun 2020 diproyeksikan berdasarkan mobility elasticity of

consumption yang diperoleh dari analisis regresi antara konsumsi per

kapita (Q1 & Q2 2020) dengan mobility report tingkat provinsi se-

Indonesia. Hasil proyeksi pengeluaran per kapita ini bersama-sama

dengan nilai elastisitas konsumsi pada indikator SDGs digunakan

untuk memproyeksikan indikator SDGs sampai dengan 2030

berdasarkan dua skenario, yaitu tanpa dan dengan Covid-19.

Hasil analisis menunjukkan bahwa pada tahun 2019 prevalensi

stunting di Kab. Bekasi diperkirakan turun menjadi 22.55%. Jika

tidak ada Covid-19, prevalensi balita stunting diproyeksikan terus

menurun menjadi 22.27% pada tahun 2020 dan 19.45% pada tahun

2030. Namun demikian, dengan adanya Covid-19, prevalensi

stunting pada balita diperkirakan akan meningkat pada tahun 2020

menjadi 23.16%. Selanjutnya, prevalensi ini diperkirakan menurun

dan mencapai 20.37% pada tahun 2030.

Hasil proyeksi ini mengindikasikan bahwa pada tahun 2030 terdapat

gap sebesar 4.73% untuk pencapaian prevalensi stunting pada balita

antara proyeksi dengan dan tanpa Covid-19. Dengan adanya Covid-

19, Kab. Bekasi baru bisa mencapai prevalensi stunting balita

sebesar 19.45 pada tahun 2033-2034 atau ada lag selama 3.26 tahun.

Page 11: SERI MENYONGSONG SDGS

x

Tabel

Proyeksi prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek) pada

anak di bawah lima tahun/balita

Tahun

Proyeksi 2030 Dengan-Tanpa Covid

Tanpa

Covid

Dengan

Covid

Selisih

absolut

Gap

(%)

Lag

(Tahun)

2017 23.70 23.70 0.00 0.00 3.26

2018 23.18 23.18 0.00 0.00 3.26

2019 22.55 22.55 0.00 0.00 3.26

2020 22.27 23.16 0.89 4.01 3.26

2021 21.98 22.90 0.92 4.18 3.26

2022 21.70 22.62 0.92 4.24 3.26

2023 21.42 22.34 0.92 4.29 3.26

2024 21.14 22.06 0.92 4.35 3.26

2025 20.86 21.78 0.92 4.41 3.26

2026 20.57 21.49 0.92 4.47 3.26

2027 20.29 21.21 0.92 4.53 3.26

2028 20.01 20.93 0.92 4.60 3.26

2029 19.73 20.65 0.92 4.66 3.26

2030 19.45 20.37 0.92 4.73 3.26

2031 19.16 20.08 0.92 4.80 3.26

2032 18.88 19.80 0.92 4.87 3.26

2033 18.60 19.52 0.92 4.95 3.26

2034 18.32 19.24 0.92 5.02 3.26

2035 18.04 18.96 0.92 5.10 3.26

Catatan: Data 2017 bersumber dari Riskesdas. 2018-2034 hasil

proyeksi oleh peneliti.

Program intervensi dalam upaya untuk menekan prevalensi stunting

menjadi fokus utama pemerintah pusat dan daerah agar dampak

pandemi Covid-19 tidak memperburuk kondisi anak yang

kekurangan gizi. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional

(Bappenas) pada tahun 2020 dengan nomor KEP

42/M.PPN/HK/04/2020, secara khusus memutuskan untuk

menetapkan perluasan kabupaten/kota lokasi fokus intervensi

Page 12: SERI MENYONGSONG SDGS

xi

penurunan stunting terintegrasi untuk tahun 2021. Kabupaten Bekasi

termasuk dalam fokus intervensi bersama dengan 260

kabupaten/kota lainnya.

Pemda Kabupaten Bekasi telah melakukan intervensi prioritas untuk

kelompok sasaran 1.000 HPK bagi ibu hamil melalui program PMP,

suplemen tambah darah dan pemeriksaan kehamilan. Kemudian,

kelompok sasaran ibu menyusui dengan anak 0-23 bulan, Pemda

Kabupaten Bekasi telah melaksanakan tambahan makanan bagi anak

kurus, pemberian suplemen kapsul vitamin A, imunisasi, pemberian

suplemen zinc untuk pengobatan diare. Sedangkan, sasaran

intervensi untuk kelompok sasaran usia lainnya, Pemda Kabupaten

Bekasi telah memberikan suplemen tambah darah untuk remaja putri

usia subur. Selain itu, untuk anak 24-59 bulan juga diberikan

pemberian makanan tambahan pemulihan bagi anak kurus,

pemberian kapsul vitamin A dan pemberian suplemen zinc bagi

anak-anak penderita diare.

Selain melakukan pemetaan program kegiatan intervensi stunting

untuk gizi spesisik, Pemda Kabupaten Bekasi juga melaksanakan

intervensi gizi sensitif. Setidaknya terdapat 8 (delapan) program dari

14 (empat belas) program yang telah dilakukan oleh Pemda. Dari 8

(delapan) intervensi tersebut, mewakili setiap jenis intervensi pada

gizi sensitif, seperti: peningkatan penyediaan air minum dan sanitasi

(2 program), peningkatan akses dan kualitas pelayanan gizi dan

kesehatan (2 program), peningkatan kesadaran, komitmen, dan

praktik pengasuhan dan gizi ibu dan anak (2 program) serta

peningkatan akses pangan (2 program).

Meskipun telah banyak intervensi yang dilakukan oleh Kabupaten

Bekasi untuk menekan prevalensi stunting ini, namun tingkat

pencapaian intervensi-intervensi tersebut di tingkat desa sangat

beragam. Hasil analisis menunjukkan hanya empat (dari 20)

program intervensi yang berkorelasi dengan penurunan stunting,

yaitu cakupan balita kurus yang mendapatkan PMT, cakupan balita

Page 13: SERI MENYONGSONG SDGS

xii

diare yang memperoleh suplementasi zinc, cakupan remaja putri

mendapatkan TTD, cakupan kelas ibu hamil (ibu mengikuti

konseling gizi dan kesehatan. Untuk itu, diperlukan upaya untuk

meningkatkan monitoring & evaluasi pelaksanaan program

intervensi penurunan stunting. Disisi lain, diperlukan inovasi

program intervesi yang sesuai dengan karakteristik social dan

budaya di Kabupaten Bekasi agar dapat mempercepat penurunan

prevalensi stunting di Kabupaten Bekasi.

Page 14: SERI MENYONGSONG SDGS

xiii

Daftar Isi

Sambutan Sekretaris Daerah Kabupaten Bekasi................ iii

Sambutan Kepala Bappeda Kabupaten Bekasi .................. iv

Kata Pengantar....................................................................... vi

Daftar Isi ............................................................................... xiii

Daftar Tabel ........................................................................... xv

Daftar Gambar ...................................................................... xv

Daftar Singkatan ................................................................. xvii

Bagian 1 Pendahuluan ............................................................ 1

Kajian Pustaka .......................................................... 3

Metodologi Penelitian............................................. 17

Pengumpulan Data ....................................................... 17

Proyeksi konsumsi per kapita ....................................... 17

Estimasi elastisitas konsumsi pada indikator SDGs

prevalensi stunting ....................................................... 19

Proyeksi indikator SDG prevalensi stunting menuju

2030 untuk Kab. Bekasi ............................................... 21

Metadata Indikator 2.2.1* Prevalensi stunting (pendek

dan sangat pendek) pada anak di bawah lima tahun/

balita. ............................................................................ 21

Bagian 2 Kondisi Demografi & Sosio Ekonomi Kabupaten

Bekasi ..................................................................... 22

Bagian 3 Hasil Proyeksi Indikator....................................... 26

Proyeksi Pengeluaran Konsumsi per Kapita .......... 26

Proyeksi Potensi Dampak Covid-19 terhadap

Prevalensi Stunting ................................................. 28

Bagian 4 Kebijakan Penanganan Stunting dimasa Pandemi

Covid-19 ................................................................. 33

Program Intervensi Pemerintah Daerah dalam

Penanggulangan Stunting ....................................... 33

Page 15: SERI MENYONGSONG SDGS

xiv

Analisis program intervensi stunting di tingkat

desa 40

Analisis program intervensi stunting di tingkat

kecamatan ............................................................... 44

Pengorganisasian pelaksanaan program intervensi 49

Tingkat Pemerintah Kabupaten/Kota ........................... 49

Tingkat Kecamatan ...................................................... 50

Tingkat Desa ................................................................ 50

Bagian 5 Penutup .................................................................. 52

Daftar Pustaka ...................................................................... 54

Tentang SDGs Center Universitas Padjadjaran .............. 62

Page 16: SERI MENYONGSONG SDGS

xv

Daftar Tabel

Tabel 2-1 Rangkuman Kajian Empiris mengenai Stunting ...... 4

Tabel 3-1 Proyeksi prevalensi stunting (pendek dan sangat

pendek) pada anak di bawah lima tahun/balita ................ 32 Tabel 4-1 Intervensi Gizi Spesifik Percepatan Penurunan

Stunting ............................................................................ 37

Tabel 4-2 Intervensi Gizi Sensitif Percepatan Penurunan

Stunting ............................................................................ 40

Daftar Gambar

Gambar 1-1 Metode Proyeksi Potensi Dampak Covid-19

terhadap Pengeluaran per Kapita ..................................... 18 Gambar 2-1 Jumlah desa/kelurahan, Persentase Penduduk &

Luas Area berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Bekasi.

......................................................................................... 23

Gambar 2-2 Jumlah Fasilitas Kesehatan berdasarkan Jenis dan

Kecamatan di Kabupaten Bekasi ..................................... 25 Gambar 3-1 Hasil Proyeksi Pengeluaran per Kapita Kab.

Bekasi Tanpa dan Dengan Covid-19 ............................... 27

Gambar 3-2 Estimasi mobility elasticity of consumption growth

difference ......................................................................... 28 Gambar 3-3 Metode Proyeksi Potensi Dampak Covid-19

terhadap pencapaian indikator SDGs ............................... 30

Gambar 3-4 Scatterplot dan garis regresi pengeluaran per

kapita dan prevalensi stunting pada balita ....................... 31 Gambar 4-1 Intervensi Gizi Selama 1000 Hari Pertama

Kehidupan (HPK) ............................................................ 34

Gambar 4-2 Kerangka konseptual Intervensi Penurunan

Stunting di Indonesia ....................................................... 36 Gambar 4-3 Matrik Scatter Plot Intervensi Stunting ............. 42

Gambar 4-4 Prevalensi Stunting dan Balita diare yang

memperoleh Suplemen Zinc ........................................... 46

Page 17: SERI MENYONGSONG SDGS

xvi

Gambar 4-5 Prevalensi Stunting & Remaja Putri yang

mendapatkan TTD ........................................................... 48

Gambar 4-6 Prevalensi Stunting & Ibu Hamil yang mengikuti

Kelas Ibu Hamil ............................................................... 48

Page 18: SERI MENYONGSONG SDGS

xvii

Daftar Singkatan

BAPPENAS Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

BAPPEDA Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

BPS Badan Pusat Statistik

DHS Demographic and Health Survey

Gernas PPG Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi

SUSENAS Survei Sosio Ekonomi Nasional

SAKERNAS Survei Angkatan Kerja Nasional

IAEG-SDGs Inter-agency and Expert Group on

Sustainable Development Goal Indicators

MDGs Milenium Development Goals

ODI Overseas Development Institute

RISKESDAS Riset Kesehatan Dasar

SDGs Sustainable Development Goals

TPB Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

UN United Nations

WHO World Health Organization

Page 19: SERI MENYONGSONG SDGS
Page 20: SERI MENYONGSONG SDGS

1

Bagian 1

Pendahuluan

Upaya untuk menurunkan prevalensi stunting merupakan salah

satu agenda global bagian dari Sustainable Development Goals

(SDGs) yang menjadi komitmen bersama untuk dicapai pada

tahun 2030. Target SDGs 2.2 menyatakan “Pada tahun 2030,

menghilangkan segala bentuk kekurangan gizi, termasuk pada

tahun 2025 mencapai target yang disepakati secara internasional

untuk anak pendek dan kurus di bawah usia 5 tahun, dan

memenuhi kebutuhan gizi remaja perempuan, ibu hamil dan

menyusui, serta manula”. Salah satu indikator untuk pencapaian

target tersebut adalah prevalensi stunting (pendek dan sangat

pendek) pada anak di bawah lima tahun/ balita (Indikator 2.2.1*).

Di Indonesia, pada tahun 2018 terdapat 30.8% balita yang

mengalami stunting dan merupakan salah satu yang tertinggi di

Asia Tenggara (FAO, 2018). Dalam roadmap SDGs, Indonesia

menargetkan pada tahun 2030 prevalensi stunting balita menurun

sampai pada level 22.4% pada skenario BAU dan bahkan

ditargetkan turun sampai 10% pada scenario intervensi

(Bappenas, 2019).

Namun demikian, dengan adanya pandemi Covid-19 sejak awal

tahun 2020, upaya penurunan stunting diperkirakan akan

semakin sulit untuk dicapai. Pandemi Covid-19 mengakibatkan

terjadinya kontraksi pertumbuhan ekonomi, menurunkan

pengeluaran per kapita, meningkatkan angka kemiskinan dan

ketimpangan. Pada akhirnya, kemiskinan dapat menyebabkan

kesenjangan dalam gizi anak balita (Van de Poel et al., 2007,

Khan MM, 2009). Hal ini pun terkonfirmasi di Indonesia, dimana

anak balita dari kelompok 20% rumah tangga termiskin dua kali

lebih mungkin untuk mengalami stunting dibandingkan anak

balita dari kelompok 20% rumah tangga terkaya (Bappenas,

2019).

Page 21: SERI MENYONGSONG SDGS

2

Penelitan terbaru (Saputri et al., 2020) menemukan bahwa

pandemi Covid-19 berpotensi memberikan dampak terhadap

layanan gizi dan kesehatan ibu dan anak (KIA) di Kabupaten

Bekasi, diantaranya berupa:

1. Menurunnya jumlah kunjungan ke layanan gizi dan

kesehtan ibu dan anak (KIA), terutama layanan imunisasi

dasar dan penimbangan anak bawah lima tahun.

2. Menurunnya persalinan yang dilakukan di fasilitas

kesehatan.

3. Menurunnya kunjungan keempat pemeriksaan kehamilan

pada trimester III (K4) mengalami penurunan sebesar 6,6

persen.

4. Menurunnya jumlah kunjungan nifas 8–28 hari pasca

persalinan (KF3) dan kunjugan neonatal (KN) lengkap

yang lebih besar terjadi di puskesmas dengan jumlah

kasus Covid-19 tinggi.

5. Kader dan tenaga kesehatan melakukan kunjungan ke

rumah terutama untuk memantau ibu hamil dengan resiko

tinggi.

6. Pemantauan melalui telpon dan aplikasi daring mampu

menekan penurunan jumlah kunjungan pemeriksaan

kehamilan dan pemberian TTD (Tablet Tambah Darah).

Kondisi ini perlu segera ditangani dengan baik mengingat

dampak stunting yang cukup serius baik pada jangka pendek

maupun jangka panjang. Dalam jangka pendek, stunting dapat

menghambat tumbuh kembang anak, keterbatasan kognitif dan

motorik serta kondisi fisik tubuh pendek dan gangguan

metabolism (Hanum & Khomsan, 2009; Ariantjelangi, 2020).

Sedangkan dalam jangka panjang dapat menurunkan

kemampuan intelektualitas/kecerdasan anak (Bappenas, 2018).

Padahal pembangunan manusia, termasuk anak, merupakan

tujuan utama dari pembangunan suatu negara. Karena anak

merupakan aset bangsa yang akan berperan untuk mengisi

pembangunan di masa yang akan datang.

Page 22: SERI MENYONGSONG SDGS

3

Buku ini berupaya mengkaji potensi dampak Covid-19 terhadap

prevalensi stunting di Kabupaten Bekasi dan secara umum

bertujuan untuk:

Mengidentifikasi pengaruh Covid-19 terhadap

pencapaian prevalensi stunting di Kabupaten Bekasi.

Memberikan rekomendasi kebijakan akselerasi

pencapaian penurunan prevalensi stunting di Kabupaten

Bekasi.

Kajian dalam buku ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan

untuk perencanaan aksi pencapaian SDGs, khususnya Indikator

2.2.1*, di Kabupaten Bekasi. Sehinggga pada akhirnya,

Kabupaten Bekasi dapat berkontribusi bagi pencapaian SDGs

Provinsi dan Nasional di tahun 2030.

Kajian Pustaka

Setidaknya terdapat 22 penelitian yang membahas mengenai

stunting dengan ruang lingkup (wilayah penelitian) di Indonesia.

Alasan mengambil kajian empiris dengan wilayah penelitian di

beberapa daerah di Indonesia adalah untuk mempertahankan

kesamaan karakteristik objek penelitianm. Tabel di bawah ini

memberikan hasil temuan dan informasi mengenai stunting di

berbagai wilayah Indonesia.

Page 23: SERI MENYONGSONG SDGS

4

Tabel 1-1

Rangkuman Kajian Empiris mengenai Stunting

No. Judul – Penulis Variabel Metodologi – Data –

wilayah Temuan

1 What explains stunting among children

living in a rice surplus area in Central

Java, Indonesia?

R.C. Purwestri, Z. Barati, N.N. Wirawan, I

Fahmi, J. Lauvai, V. Scherbaum

Dependent: Tinggi badan

Independent:

1. Karakteristik anak (jenis kelamin.

ASI/tidak. umur (bulan), berat badan

anak)

2. Indikator sosioekonomi ( kuintil

kekayaan per kapita per tahun.

pengeluaran bulanan rumah tangga per

kapita per bulan untuk barang selain

makanan, makanan, dan cemilan)

3. Nutrisi yang dikonsumsi (energi,

protein, vitamin B6, vitamin A,

kalsium, iron, zinc)

Cross sectional survey

Data primer

menggunakan

kuesioner

Kecamatan

Karanganyar,

Kecamatan Gajah,

Kecamatan Dempet di

Kabupaten Demak,

Jawa Tengah

1. Kualitas diet (nutrisi yang

dikonsumsi) anak tanpa stunting

jauh lebih baik dibandingkan anak

dengan stunting.

2. Aksesbilitas makanan anak

dengan dan tanpa stunting tidak

berbeda jauh

3. Kebiasaan mengkonsumsi

cemilan tidak sehat berkontribusi

terhadap asupan makanan yang

tidak memadai

2 The role of drinking water source,

sanitation, and solid waste management in

reducing childhood stunting in Indonesia

S Irianti, P Prasetyoputra, I Dharmayanti, K

Azhar, dan P S Hidayangsih

Dependent: tinggi badan

Independent:

- demografik (umur, jenis kelamin,

ukuran rumah tangga, jeins kelamin,

umur, dan status pernikahan kepala

rumah tangga)

- riwayat penyakit anak terbaru (diare,

ALRI)

- keadaan lingkungan (sanitasi,

pengelolaan limbah, sumber energi

Multivariable logistic

regression analysis

IFLS 2014/2015

(IFLS5)

Rural area di Indonesia

1. Sumber air minum, fasilitas

sanitasi, dan pengelolaan limbah

rumah tangga yang tidak tepat

meningkatkan kemungkinan

stunting

2. Kekayaan rumah tangga

mengurangi kemungkinan stunting

3. Sebesar 21.58% beban stunting

balita di pedesaan dapat dicegah

dengan penyediaan akses air

Page 24: SERI MENYONGSONG SDGS

5

No. Judul – Penulis Variabel Metodologi – Data –

wilayah Temuan

untuk memasak, sumber air minum)

- kekayaan rumah tangga

minum, pengelolaan limbah padat

rumah tangga yang lebih layak

3 The causality between economic growth,

poverty, and stunting: empirical evidence

from Indonesia

Dwi Darma Puspita Sari, Taufiq Marwa,

Sukanto, Abdul Bashir

Dependent: stunting

Independent:

- pertumbuhan ekonomi

- kemiskinan

Pendekatan spatial

menggunakan tipologi

Klassen & model

kausalitas panel

Granger

BPS

34 pronvisi di

Indonesia (2015 -

2017)

1. Terdapat kausalitas searah

antara angka kemiskinan dengan

prevelensi stunting terhadap

pertumbuhan ekonomi jangka

panjang

2. Terdapat kausalitas searah

antara stunting dan kemiskinan

dalam jangka panjang

3. Stunting berdampak dominan

terhadap perlambatan

pertumbuhan ekonomi

3. Kemiskinan berpengaruh besar

terhadap peningkatan kasus

stunting di Indonesia

4. Tidak ada bukti kausalitas

searah antara pertumbuhan

ekonomi & kemiskinan terhadap

stunting

4 Stunting, Underweight and Overweight in

Children Aged 2.0–4.9 Years in Indonesia:

Prevalence Trends and Associated Risk

Factors

Cut Novianti Rachmi, Kingsley E. Agho,

Mu Li, Louise Alison Baur

Dependent:

- stunting: tinggi badan anak

- obseitas: berat badan anak (BMI)

Independent:

1. Karakterisik anak (umur, jenis

kelamin, anthropometri, riwayat

nutrisi, umur saat pertama kali

Cross sectional survey

IFLS 1, 2, 3, 4

13 provinsi di

Indonesia

1. Terjadi penurunan prevelensi

stunting dari 50.8% ke 36.7% dan

prevelensi berat badan kurang dari

34.5% ke 21.4% selama IFLS 1 -

IFLS 4

2. Terjadi peningkatan prevelensi

obesitas dari 10.3% ke 16.5%

Page 25: SERI MENYONGSONG SDGS

6

No. Judul – Penulis Variabel Metodologi – Data –

wilayah Temuan

mengkonsumsi mpasi)

2. Karateristik rumah tangga (umur

orang tua, status pernikahan,

antropometri orang tua, riwayat

perawatan kehamilan ibu, pendidikan

orang tua, indeks kekayaan)

3. Karakterisitik lingkungan (daerah

tinggal (desa/kota), wilayah tinggal

(Sumatra/Jawa/Bali/NTB/

Kalimantan/Sulawesi)

selama IFLS 1 - IFLS 4

3. Stunting dan berat badan kurang

berhubungan dengan tinggi badan

lahir rendah, diberi ASI selama 6

bulan atau lebih, memiliki orang

tua yang

kurus atau bertubuh pendek, dan

ibu yang tidak pernah mengikuti

pendidikan formal

4. Stunting lebih tinggi di daerah

desa

5. Obesitas berhubungan dengan

jenis kelamin laki-laki, orang tua

dengan obesitas, dan ayah yang

menempuh pendidikan di

universitas

5 Stunting Was Associated with Reported

Morbidity, Parental Education and

Socioeconomic Status in 0.5–12-Year-Old

Indonesian Children

Moesijanti Y. E. Soekatri, Sandjaja

Sandjaja, dan Ahmad Syauqy

Dependent: stunting (tinggi badan)

Independent:

- morbiditas

- pendidikan orang tua

- status sosial ekonomi rumah tangga

ANOVA

SEANUTS

mencakup 48

kabupaten/kota di

Indonesia

1. Stunting di Indonesia

berhubungan kuat dengan riwayat

penyakit dan frekuensi sakit,

pendidikan orang tua, dan

pendapatan rumah tangga

2. Tidak terdapat perbedaan

signifikan HAZ (height for age Z-

score) pada anak stunting yang

pernah sekali/lebih mengalami

infeksi, penyakit saluran

Page 26: SERI MENYONGSONG SDGS

7

No. Judul – Penulis Variabel Metodologi – Data –

wilayah Temuan

pencernaan/pernapasan dengan

anak stunting tanpa riwayat sakit

6 Stunting trends and associated factors

among Indonesian children aged 0-23

months: Evidence from Indonesian Family

Life Surveys (IFLS) 2000, 2007 and 2014

Laily Hanifah, Rifda Wulansari, Rini

Meiandayati, & Endang Laksminingsih

Achadi

Dependent: stunting

Independent:

- umur anak

- berat badan lahir

- penyediaan makanan pralakta

- penyediaan ASI

- penyediaan MPASI

- pendidikan ibu

- pekerjaan ibu

- sanitasi kesehatan

- kepemilikan buku kesehatan ibu dan

anak

- aternal care

- kelengkapan imunisasi

1. Trend analisis

2. Bivariate analysis

untuk melihat

determinan stunting

IFLS 3, 4, 5

13 provinsi di

Indonesia

1. Prevelensi stunting meningkat

dari tahun 2000 ke 2014 (29.7%

ke 32.6%)

2. Pada IFLS 3, terdapat hubungan

signifikan antara stunting dengan

umur anak, berat badan lahir,

pendidkan ibu, anternatal care,

sanitasi kesehatan, dan status

immunisasi

3. Pada IFLS 5, terdapat hubungan

signifikan antara stunting dengan

umur anak, berat badan lahir,

asupan makanan pralaktal,

kepemilikan buku kesehatan ibu

dan anak, dan sanitasi kesehatan

7 STUNTING BALITA INDONESIA DAN

PENANGGULANGANNYA

Mohammad Teja

Data prevalensi stunting Analisa Deskriptif Strategi penanggulangan:

1. Menjamin ketersediaan pangan

kerja sama yang melibatkan semua

stakeholder

2. Memberikan pelayanan

kesehatan neonatal kepada ibu

hamil secara intensif

3. Mendorong ibu untuk

memberikan Air Susu Ibu (ASI)

secara eksklusif

Page 27: SERI MENYONGSONG SDGS

8

No. Judul – Penulis Variabel Metodologi – Data –

wilayah Temuan

4. Memberikan pengetahuan

kepada ibu hamil

dan pasca melahirkan tentang

asupan gizi yang benar dan

beragam

5. Peningkatan kesadaran

masyarakat akan pentingnya gizi

ibu saat anak masih dalam

kandungan hingga anak berumur 2

tahun

8 Prognostic factors at birth for stunting at

24 months of age in rural Indonesia

Endy P. Prawirohartono, Detty S. Nurdiati,

Mohammad Hakimi

Dependent: stunting (tinggi badan)

Independent: faktor prognostik:

- maternal (tinggi badan, pendidikan

ibu)

- child (prematur/tidak, berat badan

anak, tinggi badan anak, size for

gestational age, urutan anak dalam

keluarga)

- household (sumber air minum,

fasilitas sanitasi)

Double blind & RCT

Zibuvita & Pronak

Studies (1995 - 1999)

Purworejo, Jawa

Tengah, Indonesia

1. Anak laki laki yang lahir

prematur cenderung memiliki

resiko stunting lebih tinggi pada

umur 24 bulan dibandingkan

dengan anak perempuan dengan

kondisi sama

2. Stunting pada anak laki laki usia

24 bulan (33.9&) lebih tinggi

dibandingkan dengan anak

perempuan berusia sama (22.5%)

3. Stunting pada anak yang lahir

prematur (33.3%) lebih tinggi

dibandingkan dengan anak yang

lahir dengan keadaan normal

(27.6%)

Page 28: SERI MENYONGSONG SDGS

9

No. Judul – Penulis Variabel Metodologi – Data –

wilayah Temuan

9 Positive returns: cost-benefit analysis of a

stunting intervention in Indonesia

Lubina F. Qureshya, Harold Aldermanb,

Claudia Rokxc, Rebekah Pintod, Matthew

Wai-Poie & Ajay Tandonf

Data actual dari berbagai program

intervensi stunting

Cost & Benefit

analysis

PNPM Generasi Sehat

dan Cerdas (PNPM

Generasi)

Jawa Barat, Jawa

Timur, NTT, NTB,

Gorontalo, Sulawesi

Barat

1. Menggunakan discount rate

5%, benefit cost ratio program

adalah 2.08.

2. Terdapat dampak positif dari

program, ditandai dengan tingkat

malnutrisi yang lebih rendah

10 Maternal Knowledge of Stunting in Rural

Indonesia

Cougar Hall, Cudjoe Bennett, Benjamin

Crookston, Kirk Dearden, Muhamad Hasan,

Mary Linehan, Ahmad Syafiq, Scott Torres,

& Joshua West

Variables:

1. Demografis (kepemilikan radio, hp,

kulkas, tv, sepeda/perahu,

sepedamotor/motorbike,

komputer/laptop)

2. Pernah mendengar stunting/tidak

3. Pengetahuan mengenai gejala

stunting

4. Pengetahuan mengenai penyebab

stunting

5. Pengetahuan mengenai pencegahan

stunting

6. Pengetahuan mengenai dampak

stunting

frequency statistics

Data primer, survey

7 provinsi di Indonesia

1. Hanya 2.1% ibu yang pernah

mendengar, membaca atau

mengetahui sesuatu mengenai

stunting

2. Efek kesehatan dari stunting

adalah pertumbuhan yang

terhambat (33.75), kebodohan

(13.8%), mudah sakit (11.85)

3. 2/3 partisipan menghubungkan

keadaan stunting dengan faktor

keturunan

4. Perlu diadakannya edukasi

terhadap pengetahuan dasar

stunting

11 Low birth weight was the most dominant

predictor associated with stunting among

children aged 12–23 months in Indonesia

Dependent: stunting

Independent:

1. Jenis kelamin anak

2. Tinggi badan lahir

cross section bivariate

and multivariate

logistic regressions.

Riskesdas 2010

1. Prevalensi stunting anak berusia

12-23 bulan di Indonesia sebesar

40.4%

2. Sebanyak 42.7% bayi

Page 29: SERI MENYONGSONG SDGS

10

No. Judul – Penulis Variabel Metodologi – Data –

wilayah Temuan

Ni Ketut Aryastami, Anuraj Shankar, Nunik

Kusumawardani, Besral Besral, Abas

Basuni Jahari, Endang Achadi

3. Riwayat penyakit neonatal

4. Riwayat asupan makanan

5. Paparan program/layanan kesehatan

6. Status ekonomi

Indonesia mengalami inisiasi ASI dini dan

19.7% bayi menerima ASI ekslusif

3. Bayi dengan tinggi lahir rendah

1.74 kali lebih mungkin

mengalami stunting dibadningkan

dengan bayi dengan tinggi lahir

normal

4. Laki laki 1.27 kali lebih

mungkin mengalami stunting

dibandingkan perempuan

5. Bayi dengan riwayat penyakit

neonatal 1.23 kali lebih mungkin

mengalami stunting

6. Kemiskinan secara tidak

langsung berhubungan dengan

stunting

12 Kajian Kebijakan dan Penanggulangan

Masalah Gizi Stunting di Indonesia

Ni Ketut Aryastami, Ingan Tarigan

- Litelatur review

1. Teori dan jurnal

terkait determinan

stunting

2. Analisis data

riskesdas 2013

3. Kebijakan dan

program dari Bappenas

dan Kemenkes

4. Kebijakan global

1. Perlunya upaya yang bersifat

holistik dan saling

terintegrasi

2. Menjadikan program 1000 HPK

bagian dari budaya dan kehidupan

sosial di masyarakat

3. Mengadakan kelas ibu hamil

untuk memberikan informasi

mengenai ASI ekslusif &

mendorong donor ASI

4. Memberikan eduaksi terhadap

Page 30: SERI MENYONGSONG SDGS

11

No. Judul – Penulis Variabel Metodologi – Data –

wilayah Temuan

terkait gizi dari WHO,

Unicef

calon ibu maupun

calon pengantin

13 Higher Household Expenditure on Animal-

Source and Nongrain Foods Lowers the

Risk of Stunting among Children 0–59

Months Old in Indonesia: Implications of

Rising Food Prices1–3

Mayang Sari, Saskia de Pee, Martin W.

Bloem, Kai Sun, Andrew L. Thorne-

Lyman, Regina Moench-Pfanner, Nasima

Akhter, Klaus Kraemer, & Richard D.

Semba

Dependent: stunting

Independent:

- komposisi rumah tangga

- pendidikan orang tua

- pengeluaran rumah tangga

- sanitasi lingkungan

- indikator kesehatan

- pengeluaran rumah tangga atas

berbagai jenis makanan dan non

makanan

Chi square test,

multivariate logistic

regression

Data primer

(kuesioner)

Slum area: Padang,

Jakarta, Semarang,

Surabaya, & Makassar

Rural area: Sumatra

Barat, Lampung,

Banten, Jawa Barat,

Jawa Tengah, Jawa

Timur, Lombok, and

Sulawesi Selatan

1. Rumah tangga dengan

pengeluaran untuk nongrain food

yang tinggi (terutama makanan

bersumber daging) memiliki

prevalensi stunting yang lebih

rendah.

2. Adanya resiko peningkatan

malnutrisi akibat pengurangan

pengeluaran rumah tangga ketika

krisis global

14 Explaining the fall of socioeconomic

inequality in childhood stunting in

Indonesia

Muhammad Fikru Rizal, Eddy van

Doorslaer

1. Terdapat penurunan signifikan

terhadap angka stutning akut dari

tahun 2007 ke 2014

2. Kekayaan rumah tangga,

pendidikan ibu, melahirkan di fasilitas

kesehatan, dan sanitasi yang layak

merupakan faktor yang paling

berkontribusi terhadap ketimpangan

sosial ekonomi balita stunting

Erreygers

Concentration Index

(EI) regression-based

decomposition

IFLS 4, IFLS 5

13 provinsi di

Indonesia

1. Terdapat penurunan signifikan

terhadap angka stutning akut dari

tahun 2007 ke 2014

2. Kekayaan rumah tangga,

pendidikan ibu, melahirkan di

fasilitas kesehatan, dan sanitasi

yang layak merupakan faktor yang

paling berkontribusi terhadap

ketimpangan sosial ekonomi balita

stunting

Page 31: SERI MENYONGSONG SDGS

12

No. Judul – Penulis Variabel Metodologi – Data –

wilayah Temuan

15 Different Intakes of Energy and Protein in

Stunted and Non-stunted Elementary School

Children in Indonesia

Yanti Ernalia, Lintang Dwi Utari, Suyanto,

and Tuti Restuastuti

Dependent: stunting

Independent:

- status nutrisi

- konsumsi energi dan protein

- umur anak

- jenis kelamin anak

- status ekonomi rumah tangga

- tingkat literasi ibu

Cross section bivariate

& univariate analysis

Data primer, random

sampling murid SD di

Kecamatan Sungai

Sembilan

Kecamatan Sungai

Sembilan, Kota

Dumai, Riau

1. Tidak terdapat perbedaan

signifikan pada energi yang

dikonsumsi oleh anak dengan dan

tanpa stunting

2. Anak tanpa stunting

mengkonsumsi lebih banyak

protein dibandingkan dengan anak

dengan stunting

3. Asupan protein yang rendah

menjadi faktor stunting pada anak

usia sekolah dasar

16 Determinants of the Stunting of Children

Under Two Years Old in Indonesia: A

Multilevel Analysis of the 2013 Indonesia

Basic Health Survey

Christiana R. Titaley, Iwan Ariawan, Dwi

Hapsari, Anifatun Muasyaroh, Michael J.

Dibley

Dependent: stunting

Independent:

1. Karakteristik anak (jenis kelamin,

status menyusui, inisiasi dini akan

pemberian ASI, diare dalam 2 minggu

terakhir, umur anak, berat badan lahir,

umur kehamilan saat lahir)

2. Keadaan rumah tangga

- struktur rumah tangga (pendidikan

ayah dan ibu, status pekerjaan ayah

dan ibu, usia ibu saat melahirkan)

- karakteristik rumah tangga (jenis

bahan bakar untuk memasak, sumber

air minum, fasilitas sanitasi, wealth

index, jumlah anggota rumah tangga,

jumlah anggota rumah tangga dibawah

Descriptive statistics,

bivariate analysis,

logistic regression

analysis, multilevel

analysis & two

sequntial models,

including random

intercepts.

Riskesdas 2013

33 provinsi di

indonesia

1. Kemungkinan stunting

meningkat signifikan diantara

anak yang:

- Tinggal di rumah tangga dengan

jumlah 3 atau lebih balita

- Tinggal di umah tangga dengan

jumlah 5-7 orang

- Anak yang ibunya melakukan

kurang dari 4 kali antenatal caare

ketika hamil

- Anak berusia 12-23 bulan

- Anak dengan berat badan lahir

<2500g

2. Kemungkinan stunting

meningkat seiring dengan

Page 32: SERI MENYONGSONG SDGS

13

No. Judul – Penulis Variabel Metodologi – Data –

wilayah Temuan

5 tahun)

- pelayanan kesehatan (jumlah

kunjungan atenatal care, jumlah

suplemen IFA yang dikonsumsi ketika

hamil)

3. Keadaan lingkungan

- wilayah

- tipe tempat tinggal

- cluster

menurunnya household wealth

index

17 Determinants of stunting in Indonesian

children: evidence from a cross-sectional

survey indicate a prominent role for the

water, sanitation and hygiene sector in

stunting reduction

Harriet Torlesse, Aidan Anthony Cronin,

Susy Katikana Sebayang, Robin Nandy

Dependent: stunting (tinggi badan)

Independent:

- umur anak

- jenis kelamin anak

- berat badan anak

- umur ibu

- pendidikan ibu

- partisipasi ibu dalam keputusan

rumah tangga

- pemberian ASI

- pemberian MPASI

- kebiasaan mencuci tangan

- akses anak terhadap fasilitas

kesehatan maupun layanan gizi/nutrisi

(imunisasi, pemberian suplemen,

pengawasan pertumbuhan)

- akses ibu terhadap fasilitas kesehatan

(antenatal care, melahirkan di

Multiple logistic

regression

Maternal and Young

Child Nutrition

Security Initiative

(MYCNSIA)

Sikka (NTT),

Jayawijaya (Papua),

Klaten (Jawa Tengah)

1. Rumah tangga yang

mengkonsumsi untreated water

memiliki kemungkinan anak

stutning lebih tinggi 3 kali lipat

dibandingkan dengan rumah

tangga yang mengkonsumsi

treated water

2. Terdapat interaksi yang

signifikan antara stunting dengan

fasilita sanitasi rumah tangga

3. Laki laki, anak dengan umur

yang lebih tua, quintile kekayaan

yang lebih rendah, tidak adanya

antenatal care di fasilitas

kesehatan, dan partisipasi ibu

dalam memilih jenis makanan

yang dikonsumsi oleh rumah

Page 33: SERI MENYONGSONG SDGS

14

No. Judul – Penulis Variabel Metodologi – Data –

wilayah Temuan

faskes/tidak)

- sanitasi dan kebersihan rumah tangga

- karakteristik sosial ekonomi rumah

tangga

tangga merupakan faktor

signifikan terhadap stunting

18 Clean and Healthy Living Behavior with

The Stunting Events in Children in Central

Java, Indonesia

Louisa Ariantjelangi

Dependent: stunting

Independent:

Clean and healthy living behavor

(PHBS) yang dibagi menjadi dimensi:

- kognitif

- afektif

- psikomotorik

Cross section chi

square analysis

Data primer, diambil

melalui kuesioner

Seluruh anak sekolah

dasar di Tambakrejo

Pemalang, Jawa

Tengah

Tidak terdapat korelasi yang

signifikan antara PHBS dengan

stunting pada anak sekolah dasar

19 Child Malnutrition in Indonesia: Can

Education, Sanitation and Healthcare

Augment the Role of Income?

Sudarno Sumarto and Indunil De Silva

Dependent: stunting

Independent:

1. karakteristik rumah tangga

2. karakteristik orang tua

3. akses dan pemanfaatan fasilitas

kesehatan

4. pengeluaran/asset rumah tangga

5. karakteristik anak

Logistic regression

IFLS 2000, IFLS 2007

& Riskesdas 2007

Indonesia

1. Edukasi ibu, keadaan air dan

sanitasi, rumah tangga yang

miskin, dan akses terhadap faskes

secara kuat memengaruhi tingat

malnutrisi anak Indonesia.

2. Stunting tetap tinggi pada

kuintil rumah tangga terkaya,

menandakan income growth tidak

secara otomatis mengatasi

permasalahan gizi

20 Analysis of Rural Indonesian Mothers'

Knowledge, Attitudes, and Beliefs

Regarding Stunting

Amanda C. Haines, Allyn C. Jones, Heidi

Kriser, Elizabeth L. Dunn, Tyler Graff,

Dependent: stunting, kepercayaan

mengenai stunting

Independent:

- Praktik pemberian makan bayi

- Praktik kesehatan selama kehamilan

Cross section

regression analysis

Data primer melalui

interview

1. Terdapat hubungan negatif

antara menerima informasi

mengenai stunting lebih dari 6

bulan dengan pengetahuan

mengenai stunting

Page 34: SERI MENYONGSONG SDGS

15

No. Judul – Penulis Variabel Metodologi – Data –

wilayah Temuan

Cudjoe Bennett, Muhamad Hasan, Mary

Linehan, Ahmad Syafiq, Scott Torres, Kirk

A. Dearden, P. Cougar Hall, Joshua H.

West, Benjamin T. Crookston

- Penggunaan kesehatan lokal

jasa

- Akses ke air bersih

- Status kesehatan akut anak dalam

rumah tangga

- Pengambilan keputusan pembelian

obat, barang mewah, kebutuhan sehari

hari dan makanan dalam rumah tangga

- Pengetahuan mengenai stunting

- Konsumsi media

- Pendapatan & pengeluaran rumah

tangga

Sumatra, Jawa,

Kalimantan, Nusa

Tenggara, sulawesi

2. Terdapat hubungan negatif

antara tidak pernah menerima

informasi mengenai gizi anak

dengan kepercayaan mengenai

stunting

3. Terdapat hubungan negatif

antara pernah menerima infomasi

mengenai stunting dengan tingkat

stunting

21 A review of child stunting determinants in

Indonesia

Ty Beal, Alison Tumilowicz, Aang

Sutrisna, Doddy Izwardy,

Lynnette M. Neufeld

Dependent: stunting

Independent:

1. Faktor komunitas dan sosial

- politik ekonomi

- kesehatan dan fasilitas kesehatan

- pendidikan

- kebudayaan

- agrikultur dan food system

- air, sanitasi, dan lingkungan

2. Faktor rumah tangga dan keluarga

3. Makanan komplementer yang tidak

cukup/layak

4. Pemberian ASI

5. Infeksi

Litelature review 1. Pemberian ASI non eksklusif

selama 6 bulan pertama, status

sosial ekonomi rumah tangga yang

rendah, kelahiran prematur, tinggi

badan lahir yang rendah, tinggi

badan ibu, dan pendidikan ibu

merupakan faktor penentu stunting

di Indonesia

2. Faktor komunitas dan sosial

seperti akses yang buruk ke

fasilitas kesehatan, tinggal di

daerah pedesaan berkaitan dengan

stunting

3. Pendidikan, masyarakat dan

budaya, sistem pertanian dan

Page 35: SERI MENYONGSONG SDGS

16

No. Judul – Penulis Variabel Metodologi – Data –

wilayah Temuan

pengaira, sanitasi, air dan

lingkungan berkontribusi terhadap

stunting

22 Pola Asuh Makan, Perkembangan Bahasa,

Dan Kognitif Anak Balita Stunted

Dan Normal Di Kelurahan Sumur Batu,

Bantar Gebang Bekasi

Nur Latifah Hanum dan Ali Khomsan

Dependent: stunting

Independent:

- perkembangan bahasa

- perkembangan kognitif

- pola asuh makan

- frekuensi makan

Cross sectional

Data primer

Kelurahan Sumur

Batu, Kecamatan

Bantar Gebang, Bekasi

1. Terdapat perbedaan signifikan

perkembangan bahasa dan kognitif

pada balita stunting dengan balita

tanpa stunting

2. Terdapat korelasi signifikan

antara status gizi indeks (TB/U)

balita dengan perkembangan

bahasa

3. Tidak terdapat perbedaan pola

asuh makan anak balita tanpa

stunting dengan balita dengan

stunting

Page 36: SERI MENYONGSONG SDGS

17

Metodologi Penelitian

Analisis proyeksi dampak Covid-19 terhadap prevalensi stunting

di Kabupaten Bekasi dilakukan dengan menggunakan elastisitas

konsumsi per kapita terhadap prevalensi stunting. Langkah-

langkah analisisnya dimulai dengan pengumpulan data dan

proyeksi konsumsi per kapita sampai tahun 2030. Selanjutnya,

dilakukan estimasi elastisitas konsumsi per kapita pada

prevalensi stunting menggunakan metode regresi. Hasil dari

proyeksi konsumsi per kapita dan elastisitasnya terhadap

prevalensi stunting, kemudian digunakan untuk menghitung

proyeksi stunting tanpa dan dengan Covid-19. Berbekal proyeksi

stunting tanpa dan dengan Covid-19 ini, kemudian dihitung gap

dan lag prevalensi stunting akibat adanya pandemic Covid-19.

Secara lebih detail, langkah-langkahnya dijelaskan sebagai

berikut.

Pengumpulan Data

Beberapa data utama yang digunakan sebagai berikut:

1. Indikator SDGs, khususnya terkait stunting, Kabupaten/

Kota seluruh Indonesia.

2. Konsumsi rumah tangga atau pengeluaran per kapita

(IPM) dari tahun 2000-2020(Q2).

3. Mobility report per provinsi yang berasal dari Google

Mobility Index (2020) dan mobility report per Kabupaten/

Kota yang berasal dari Facebook Movement Range

(2020).

Proyeksi konsumsi per kapita

Untuk memproyeksikan konsumsi per kapita Kabupaten Bekasi

sampai dengan tahun 2030, dengan dan tanpa Covid-19,

digunakan beberapa langkah. Pertama untuk proyeksi konsumsi

per kapita tahun 2020-2030 dengan scenario tanpa Covid-19

diasumsikan bahwa konsumsi per kapita akan mengikuti pola

pertumbuhan konsumsi jangka panjang (garis hijau pada

Gambar 1-1

Page 37: SERI MENYONGSONG SDGS

18

Metode Proyeksi Potensi Dampak Covid-19 terhadap

Pengeluaran per Kapita

Sumber: peneliti, data diolah.

). Pertumbuhan konsumsi jangka panjang ini dihitung

berdasarkan rata-rata pertumbuhan konsumsi per kapita tahun

2010-2019.

Gambar 1-1

Metode Proyeksi Potensi Dampak Covid-19 terhadap

Pengeluaran per Kapita

Sumber: peneliti, data diolah.

Selanjutnya untuk memproyeksikan konsumsi per kapita 2020-

2030 dengan scenario adanya Covid-19 digunakan beberapa

asumsi, yaitu:

1. Penurunan konsumsi per kapita berkorelasi dengan

penurunan mobilitas masyarakat selama pandemic,

khususnya pada Q1-Q2 2020.

Page 38: SERI MENYONGSONG SDGS

19

2. Perekonomian akan kembali membaik pada tahun 2021

dan diproyeksikan pertumbuhan konsumsi per kapita

tahun 2021 akan mencapai 90% dari rata-rata

pertumbuhan jangka panjangnya.

Setelah tahun 2021, konsumsi per kapita akan mengikuti

pola pertumbuhan jangka panjangnya (garis merah pada

Gambar 1-1

Metode Proyeksi Potensi Dampak Covid-19 terhadap

Pengeluaran per Kapita

Sumber: peneliti, data diolah.

3. Gambar 1-1

Metode Proyeksi Potensi Dampak Covid-19 terhadap

Pengeluaran per Kapita

Sumber: peneliti, data diolah.

4. ).

Page 39: SERI MENYONGSONG SDGS

20

Perhitungan konsumsi per kapita tahun 2020 dilakukan dengan

menggunakan elastisitas mobilitas untuk konsumsi. Nilai

elastisitas tersebut diestimasi dengan regresi OLS sensitivitas

perubahan pertumbuhan konsumsi terhada perubahan mobilitas

masyarakat selama periode Q1 – Q2 tahun 2020, sesuai dengan

persamaan regresi berikut:

∆𝐺𝑅𝑂𝑊𝑇𝐻𝑖 = 𝛽0 + 𝛽1𝑗𝑚𝑖𝑗 + 𝑢𝑖𝑗

Di mana perubahan pertumbuhan konsumsi Q1 dan Q2 dihitung

menggunakan persamaan berikut:

∆𝐺𝑅𝑂𝑊𝑇𝐻𝑖 = 100 (𝑦𝑖

𝑞1_20

𝑦𝑖𝑞1_19 − 1) − 100 (

𝑦𝑖𝑞1_19

𝑦𝑖𝑞1_18 − 1)

∆𝐺𝑅𝑂𝑊𝑇𝐻𝑖 = 100 (𝑦𝑖

𝑞2_20

𝑦𝑖𝑞2_19 − 1) − 100 (

𝑦𝑖𝑞2_19

𝑦𝑖𝑞2_18 − 1)

Elstisitas perubahan pertumbuhan konsumsi yang didapatkan

dari regresi OLS diatas, kemudian digunakan untuk

mengestimasi nilai perubahan pertumbuhan konsumsi Kab.

Bekasi pada tahun 2020 berdasarkan nilai penurunan mobilitas

masyarakat Kab Bekasi selama periode Q1-Q2 2020. Setelah

mendapatkan nilai perubahan pertumbuhan konsumsi 2020,

maka kita kemudian bisa memproyeksikan tingkat konsumsi per

kapita pada tahun 2020.

Estimasi elastisitas konsumsi pada indikator SDGs prevalensi

stunting

Untuk memproyeksikan indikator SDGs Kabupaten Bekasi

menuju tahun 2030, digunakan elastisitas konsumsi untuk

indikator SDGs tersebut. Elastisitas ini dipilih berdasarkan

korelasi yang kuat antara konsumsi per kapita dan indikator

SDGs. Proses perhitungan elastisitas dilakukan menggunakan

model regresi crosssection, dengan langkah-langkah sebagai

berikut.

Pertama, kami melakukan regresi cross-section antara indikator

SDGs dan Konsumsi per kapita, berdasarkan tiga model regresi,

yaitu:

1) Model linear, yang dapat ditulis sebagai berikut :

Page 40: SERI MENYONGSONG SDGS

21

𝐸(𝑦|𝐸𝑋𝑃) = 𝛼0 + 𝛼1𝐸𝑋𝑃

Dimana 𝑦 adalah indikator SDGs, 𝐸𝑋𝑃 adalah Expenditure/

Consumption Percapita (in constant IDR in logarithm),

𝐸(𝑦|𝐸𝑋𝑃) adalah expected value dari 𝑦 dimana 𝐸𝑋𝑃 dan 𝛼0

serta 𝛼1 adalah parameter yang akan diestimasi. Untuk

mengestimasi model ini digunakan pendekatan Ordinary Least

Qquare (OLS)

2) Model tobit, yang dapat dijelaskan dalam persamaan dibawah

ini :

𝐸(𝑦|𝐸𝑋𝑃) = 𝛽0 + 𝛽1𝐸𝑋𝑃, and 𝑦∗ = { 𝑦 𝑎 𝑏

if if if

𝑎 < 𝑦 < 𝑏𝑦 ≤ 𝑎𝑦 ≥ 𝑏

Dimana 𝑦 adalah observed indikator SDG, 𝑦∗ adalah variabel

laten (unobserved), 𝑎 dan 𝑏 adalah ambang bawah dan atas dari𝑦.

Dalam banyak kasus, 𝑎 = 0 dan 𝑏 = 1, dimana merupakan

indictor SDG yang dinormalisasi menjadi proporsi dari

persentase. Model ini akan diestimasi menggunakan Maximum

Likelihood.

3) Model fractional response, yang dapa dituliskan sebagai

berikut :

𝐸(𝑦|𝐸𝑋𝑃) = Φ(𝛾0 + 𝛾1𝐸𝑋𝑃)

Dimana 𝑦 adalah indikator SDG dengan nilai antara 0 dan 1, dan

Φ() adalah standarized cummulative normal distribution. Model

ini juga akan diestimasi menggunakan Maximum Likelihood.

Kedua, berdasarkan hasil regresi dari tiga model tersebut, dipilih

hasil dari regresi dengan goodness of fit yang paling tinggi,

dengan melihat R-squared dan Pseudo-R-squared.

Ketiga, mengeliminasi estimasi yang memiliki goodness of fit

yang paling rendah berdasarkan Pseudo-R-squared. Nilai

threshold yang akan digunakan adalah 0.25 dari Pseudo-R-

square yang digunakan oleh World Bank (2015).

Keempat, hasil akhir regresi akan disimulasikan dalam scatter-

plot antara indikator SDG dan EXP per kapita.

Page 41: SERI MENYONGSONG SDGS

22

Kelima, melakukan perhitungan elastisitas indikator SDG

terhadap EXP per kapita.

Page 42: SERI MENYONGSONG SDGS

23

Proyeksi indikator SDG prevalensi stunting menuju 2030 untuk Kab.

Bekasi

Proyeksi indikator SDG dilakukan dengan menggunakan 2

skenario sebagai berikut:

1. Skenario tanpa Covid Baseline Scenario (growth

trajectories)

2. Skenario dengan Covid

Metadata Indikator 2.2.1* Prevalensi stunting (pendek dan sangat

pendek) pada anak di bawah lima tahun/ balita.

Berdasarkan metadata indikator SDGs Indonesia, Stunting

(pendek/sangat pendek) adalah kondisi kurang gizi kronis yang

diukur berdasarkan indeks tinggi badan menurut umur (TB/U)

dibandingkan dengan menggunakan standar WHO tahun 2005.

Data tinggi badan pada Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

menjadi analisis untuk status gizi dan tinggi badan setiap anak

bawah dua tahun (baduta) dikonversikan ke dalam nilai

terstandar (Z-score) menggunakan baku antropometri anak balita

WHO 2005. Klasifikasi berdasarkan indikator TB/U adalah

sebagai berikut:

1. Sangat pendek : Z score <-3,0

2. Pendek : Z score ≥- 3,0 s/d Z score < -2,0

Jumlah anak baduta pendek pada waktu tertentu dibagi dengan

jumlah anak baduta pada periode yang sama dan dinyatakan

dalam satuan persen (%).

PAB(2)P𝑠𝑡𝑢𝑛𝑡𝑖𝑛𝑔 =JAB(2)SP 𝑠𝑡𝑢𝑛𝑡𝑖𝑛𝑔

JAB(2)x100%

Di mana:

PAB(2)SP stunting : Prevalensi anak baduta yang

menderita pendek dan sangat pendek

(stunting)

JAB(2)SP stunting : Jumlah anak baduta pendek dan

sangat pendek (stunting) pada waktu

tertentu

JAB(2) : Jumlah anak baduta pada periode

waktu yang sama

Page 43: SERI MENYONGSONG SDGS

24

Bagian 2

Kondisi Demografi & Sosio Ekonomi

Kabupaten Bekasi

Kabupaten Bekasi adalah salah satu kabupaten di Jawa Barat

dengan 23 kecamatan, 7 kelurahan dan 180 desa. Total luas

wilayah Kab. Bekasi adalah 1.273,88 km2, dengan kecamatan

terluas adalah Muaragembong (140,09 km2) dan kecamatan

dengan luas terkecil adalah Kedungwaringin (31,53 km2). Pada

tahun 2019, Kabupaten Bekasi memiliki jumlah populasi

sebanyak 265 juta jiwa dengan persentase penduduk miskin

sebesar 9,8%. Persentase penduduk terbanyak berada di

Kecamatan Tambun Selatan dengan luas area yang relatif kecil.

Kondisi tersebut berbeda dengan Kecamantan Muaragembong

yang memiliki persentase penduduk terkecil namun memiliki

luas area yang besar. Selain itu, Kecamatan Pebayuran memiliki

jumlah area terluas kedua yang diikuti dengan jumlah

kelurahan/desa tertinggi. Informasi detail dapat dilihat pada tabel

Gambar 2-1.

Kabupaten Bekasi secara konsisten dalam 3 tahun terakhir,

memiliki angka harapan hidup sebesar 71,2 tahun dan angka

melek hurif usia +15 tahun sebesar 95,7%. Angka kelahiran total,

rata-rata anak yang dilahirkan oleh seorang ibu pada usia subur

sebesar 2,3 anak dengan angka kematian bayi sebesar 24,6 bayi

meninggal dari 1000 kelahiran.

Page 44: SERI MENYONGSONG SDGS

25

Gambar 2-1

Jumlah desa/kelurahan, Persentase Penduduk & Luas Area berdasarkan Kecamatan di Kabupaten

Bekasi.

Sumber: BPS, diolah kembali oleh peneliti

Page 45: SERI MENYONGSONG SDGS

26

Jenis fasilitas kesehatan di Kabupaten Bekasi meliputi rumah

sakit, rumah sakit bersalin, poliklinik, puskesmas, puskesmas

pembantu dan apotek relatif merata namun masih terdapat

beberapa kecamatan yang tidak lengkap. Kecamatan Sukawangi

dan Tambelang hanya memiliki 3 (tiga) jenis fasilitas kesehatan

dari 6 (enam) fasilitas kesehatan yang dimiliki oleh kecamatan

pada umumnya. Kecamatan Sukawangi memiliki 4 (empat)

poliklinik, 2 (dua) puskesmas dan 3 (tiga) puskesmas pembantu

serta Kecamatan Tambelang yang mempunyai 5 (lima)

poliklinik, 1 (satu) puskesmas dan 1 (satu) apotek. Kondisi diatas

berbeda dengan Kecamatan Setu, Cikarang Selatan, Cibarusah,

Cibitung, Cikarang Barat, Tambun Selatan, Babelan dimana

kecamatan tersebut memiliki seluruh jenis fasilitas kesehatan.

Semakin besar jumlah penduduk yang berada di kecamatan

tersebut, maka akan semakin besar kemungkinan jumlah fasilitas

kesehatan yang tersedia. Secara lengkap dapat dilihat pada

Gambar 2-2.

Page 46: SERI MENYONGSONG SDGS

27

Gambar 2-2

Jumlah Fasilitas Kesehatan berdasarkan Jenis dan Kecamatan di Kabupaten Bekasi

Sumber: BPS, diolah kembali oleh peneliti

Page 47: SERI MENYONGSONG SDGS

28

Bagian 3

Hasil Proyeksi Indikator

Kajian ini menganalisis potensi dampak Covid-19 terhadap

pencapaian indikator SDGs prevalensi stunting Kabupaten

Bekasi pada tahun 2030. Seperti sebelumnya dijelaskan pada

Bagian Metodologi, pertama-tama kajian ini melakukan proyeksi

baseline (tanpa Covid) untuk variable pengeluaran konsumsi per

kapita dengan menggunakan analisis tren berdasarkan data

historis 2010-2019. Selanjutnya, tingkat pengeluaran konsumsi

per kapita tahun 2020 diproyeksikan berdasarkan mobility

elasticity of consumption yang diperoleh dari analisis regresi

antara konsumsi per kapita (Q1 & Q2 2020) dengan mobility

report tingkat provinsi se-Indonesia. Hasil proyeksi pengeluaran

per kapita ini bersama-sama dengan nilai elastisitas konsumsi

pada indikator SDGs digunakan untuk memproyeksikan

indikator SDGs sampai dengan 2030 berdasarkan dua skenario,

yaitu tanpa dan dengan Covid-19.

Proyeksi Pengeluaran Konsumsi per Kapita

Gambar 3-1 berikut memperlihatkan proyeksi pengeluaran

konsumsi per kapita (Rp Juta) tanpa covid dan dengan covid.

Data pengeluaran per kapita Kab. Bekasi pada tahun 2019 telah

mencapai Rp 11,6 juta. Dengan menggunakan rata-rata

pertumbuhan historis sebesar 1.8% per tahun, pengeluaran per

kapita tahun 2020 diperkirakan mencapai Rp 11,8 Juta, yang

diperkirakan meningkat terus sampai tahun 2030 sebesar Rp 14,1

Juta.

Page 48: SERI MENYONGSONG SDGS

29

Gambar 3-1

Hasil Proyeksi Pengeluaran per Kapita Kab. Bekasi Tanpa

dan Dengan Covid-19

Sumber: BPS, diolah dan diproyeksikan oleh peneliti.

Dengan adanya Covid-19, berdasarkan analisis regresi antara

growth difference konsumsi per kapita (Q1 & Q2 2020) dengan

mobility report tingkat provinsi se-Indonesia diperoleh nilai

elastisitas sebesar 0.38 (lihat Error! Reference source not

found.). Selanjutnya dengan rata-rata perubahan mobility di

kab. Bekasi selama Q1 dan Q2 2020 sebesar -20,73%, kita

bisa mendapatkan perbedaan pertumbuhan ekonomi 2019-

2020 sebesar -7.88% (0.38 x -20.73%). Dengan nilai

pertumbuhan Kab. Bekasi pada tahun 2019 sebesar 4.08%

maka diperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi Kab,

Bekasi pada tahun 2020 adalah -3.8% (-7.88% + 4.08%).

Dengan nilai pertumbuhan tersebut, maka diperkirakan

tingkat pengeluaran konsumsi per kapita tahun 2020 akan turun

menjadi Rp 11,2 Juta (lihat garis kuning pada

Page 49: SERI MENYONGSONG SDGS

30

Gambar 3-1

Hasil Proyeksi Pengeluaran per Kapita Kab. Bekasi Tanpa

dan Dengan Covid-19

Sumber: BPS, diolah dan diproyeksikan oleh peneliti.

). Selanjutnya, diasumsikan bahwa pada tahun 2021

perekonomian akan kembali menuju trend jangka panjangnya,

dengan nilai pertumbuhan pengeluaran per kapita sebesar 1.6%

per tahun (90% x 1.8%). Untuk periode selanjutnya, diasumsikan

pengeluaran per kapita telah mencapai tren jangka panjangnya

dan pada tahun 2030 mencapai Rp 13,3 Juta.

Gambar 3-2

Estimasi mobility elasticity of consumption growth difference

Page 50: SERI MENYONGSONG SDGS

31

Sumber: peneliti, data diolah.

Berdasarkan hasil proyeksi tersebut, terdapat gap pencapaian

pengeluaran konsumsi per kapita tahun 2030 sebesar 7,4% dari

yang bisa dicapai pada tahun yang sama ketika tidak ada Covid-

19. Disisi lain, dikarenakan adanya Covid-19, maka kondisi

pengeluaran konsumsi per kapita tahun 2030 sebesar Rp 14,1

Juta (baseline) diperkirakan dapat dicapai pada tahun 2033-2034

atau ada lag sekitar 3,3 tahun.

Proyeksi Potensi Dampak Covid-19 terhadap Prevalensi

Stunting

Hasil proyeksi pengeluaran per kapita, baik untuk yang tanpa-

maupun yang dengan-Covid-19, akan digunakan untuk

memproyeksikan capaian indikator SDGs sampai dengan 2030

untuk kedua scenario tersebut. Sebelum melakukan proyeksi

indikator SDGs, pertama-tama kita melakukan analisis regresi

untuk mendapatkan nilai consumption elasticities of SDGs (lihat

Dalam kajian ini, proyeksi untuk indikator prevalensi stunting

(pendek dan sangat pendek) pada anak di bawah lima tahun/balita

Page 51: SERI MENYONGSONG SDGS

32

berdasarkan pada data terakhir tahun 2017 sebesar 23.7% yang

bersumber dari Riskesdas (lihat Tabel 3-1), kolom Proyeksi

2030-Tanpa Covid). Selanjutnya, untuk tahun 2018-2030

dilakukan proyeksi untuk kondisi tanpa dan dengan Covid-19.

Page 52: SERI MENYONGSONG SDGS

33

Gambar 3-3). Proses mendapatkan elastisitas ini mengikuti alur

seleksi seperti yang dijelaskan pada Bab 3. Elastisitas ini

kemudian digunakan untuk menghitung proyeksi capaian SDGs

tanpa dan dengan Covid berdasarkan hasil proyeksi konsumsi per

kapita yang kita dapatkan sebelumnya. Setelah kita mendapatkan

proyeksi tanpa dan dengan Covid, kemudian kita analisis dengan

menghitung berapa persen gap pada tahun 2030 antara tanpa dan

dengan Covid dan juga berapa (tahun) lag untuk mencapai

kembali nilai SDGs 2030 tanpa Covid.

Dalam kajian ini, proyeksi untuk indikator prevalensi stunting

(pendek dan sangat pendek) pada anak di bawah lima tahun/balita

berdasarkan pada data terakhir tahun 2017 sebesar 23.7% yang

bersumber dari Riskesdas (lihat Tabel 3-1), kolom Proyeksi

2030-Tanpa Covid). Selanjutnya, untuk tahun 2018-2030

dilakukan proyeksi untuk kondisi tanpa dan dengan Covid-19.

Page 53: SERI MENYONGSONG SDGS

34

Gambar 3-3

Metode Proyeksi Potensi Dampak Covid-19 terhadap pencapaian indikator SDGs

Sumber: peneliti, data diolah.

Page 54: SERI MENYONGSONG SDGS

35

Berdasarkan alur proses perhitungan elastisitas indikator SDGs

terhadap pengeluaran per kapita (lihat Gambar 3-4), hasil regresi

linear didapatkan nilai koefisien beta sebesar -0.16 yang secara

statistic signifikan pada level 1% dan model ini memiliki r-

squared sebesar 24.9%. Nilai beta ini mengindikasikan bahwa

peningkatan 1% pengeluaran per kapita berhubungan dengan

penurunan stunting sebesar 0.16%. Nilai elastisitas ini kemudian

digunakan untuk memproyeksikan prevalensi stunting pada

tahun-tahun berikutnya sesuai dengan proyeksi tingkat

pengeluaran per kapita yang telah dihitung sebelumnya.

Gambar 3-4

Scatterplot dan garis regresi pengeluaran per kapita dan

prevalensi stunting pada balita

Sumber: Riskesdas dan BPS, diolah oleh peneliti.

Hasil analisis menunjukkan bahwa pada tahun 2019 prevalensi

stunting di Kab. Bekasi diperkirakan turun menjadi 22.55%. Jika

tidak ada Covid-19, prevalensi balita stunting diproyeksikan

terus menurun menjadi 22.27% pada tahun 2020 dan 19.45%

pada tahun 2030. Namun demikian, dengan adanya Covid-19,

prevalensi stunting pada balita diperkirakan akan meningkat

Page 55: SERI MENYONGSONG SDGS

36

pada tahun 2020 menjadi 23.16%. Selanjutnya, prevalensi ini

diperkirakan menurun dan mencapai 20.37% pada tahun 2030.

Hasil proyeksi ini mengindikasikan bahwa pada tahun 2030

terdapat gap sebesar 4.73% untuk pencapaian prevalensi stunting

pada balita antara proyeksi dengan dan tanpa Covid-19. Dengan

adanya Covid-19, Kab. Bekasi baru bisa mencapai prevalensi

stunting balita sebesar 19.45 pada tahun 2033-2034 atau ada lag

selama 3.26 tahun.

Tabel 3-1

Proyeksi prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek)

pada anak di bawah lima tahun/balita

Tahun

Proyeksi 2030 Dengan-Tanpa Covid

Tanpa

Covid

Dengan

Covid

Selisih

absolut

Gap

(%)

Lag

(Tahun)

2017 23.70 23.70 0.00 0.00 3.26

2018 23.18 23.18 0.00 0.00 3.26

2019 22.55 22.55 0.00 0.00 3.26

2020 22.27 23.16 0.89 4.01 3.26

2021 21.98 22.90 0.92 4.18 3.26

2022 21.70 22.62 0.92 4.24 3.26

2023 21.42 22.34 0.92 4.29 3.26

2024 21.14 22.06 0.92 4.35 3.26

2025 20.86 21.78 0.92 4.41 3.26

2026 20.57 21.49 0.92 4.47 3.26

2027 20.29 21.21 0.92 4.53 3.26

2028 20.01 20.93 0.92 4.60 3.26

2029 19.73 20.65 0.92 4.66 3.26

2030 19.45 20.37 0.92 4.73 3.26

2031 19.16 20.08 0.92 4.80 3.26

2032 18.88 19.80 0.92 4.87 3.26

2033 18.60 19.52 0.92 4.95 3.26

2034 18.32 19.24 0.92 5.02 3.26

2035 18.04 18.96 0.92 5.10 3.26

Catatan: Data 2017 bersumber dari Riskesdas. 2018-2034 hasil proyeksi oleh peneliti.

Page 56: SERI MENYONGSONG SDGS

37

Bagian 4

Kebijakan Penanganan Stunting dimasa

Pandemi Covid-19

Program Intervensi Pemerintah Daerah dalam

Penanggulangan Stunting

Program intervensi dalam upaya untuk menekan prevalensi

stunting menjadi fokus utama pemerintah pusat dan daerah agar

dampak pandemi Covid-19 tidak memperburuk kondisi anak

yang kekurangan gizi. Menteri Perencanaan Pembangunan

Nasional (Bappenas) pada tahun 2020 dengan nomor KEP

42/M.PPN/HK/04/2020, secara khusus memutuskan untuk

menetapkan perluasan kabupaten/kota lokasi fokus intervensi

penurunan stunting terintegrasi untuk tahun 2021. Kabupaten

Bekasi termasuk dalam fokus intervensi bersama dengan 99

kabupaten/kota lainnya. Selain itu melalui Bappenas pada bulan

November 2018, membuat dokumen pedoman pelaksanaan

intervensi penurunan stunting terintegrasi di Kabupaten/Kota.

Salah satu program pemerintah pusat adalah meluncurkan

Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi (Gernas PPG) yang

didasarkan dari Peraturan Presiden Nomor 42 tahun 2013 tentang

Gernas PPG dalam kerangka 1.000 HPK.

Gambar 4-1 memberikan informasi bagaimana intervensi

stunting dilakukan pada masa usia kandungan 0 (nol) bulan

sampai bayi berumur 2 (dua) tahun. Bahkan terdapat juga

intervensi tambahan sampai dengan tahap balita (bawah lima

tahun) sebagai inisiatif kabupaten/kota di wilayahnya. Secara

khusus, intervensi stunting dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu:

intervensi langsung (gizi spesifik) dan intervensi tidak langsung

(gizi sensitif). Intervensi gizi spesifik merupakan kegiatan yang

secara langsung dapat mereduksi terjadinya stunting, seperti:

pemberian tablet besi dolt/gizi mikro; makanan selama

kehamilan; pemberitan Makanan Tambahan (PMT) pada usia

Page 57: SERI MENYONGSONG SDGS

38

kehamilan. Balita dengan umur 0-6 bulan diberikan ASI ekslusif

dan pemberian ASI; makanan pendamping ASI; tabur gizi;

pemberian kapsul vitamin A pada usia 6-24 bulan. Terakhir,

penanganan gizi buruk (kurus) pada usia bayi 0-24 bulan serta

pencegahan dan penanganan penyakit (diare, cacingan, malaria)

pada masa kandungan sampai dengan 24 bulan.

Gambar 4-1

Intervensi Gizi Selama 1000 Hari Pertama Kehidupan

(HPK)

Sumber: bappenas.go.id

Bentuk kegiatan untuk intervensi gizi sensitif (tidak langsung)

sebagai pendukung melalui kemudahan akses makanan yang

Page 58: SERI MENYONGSONG SDGS

39

bergizi, akses terhadap air bersih; sanitasi dan hidup sehat untuk

menguragi infeksi dan penyakit. Kemudian kegiatan keluarga

berencana untuk mengurangi angka fertilitas dan memperbesar

masa waktu kelahiran. Program perlindungan sosial juga

termasuk dalam kategori intervensi gizi sensitif.

Selain itu, Bappenas juga mengembangkan secara detail

kerangka konseptual intervensi penurunan stunting di Indonesia

(

Page 59: SERI MENYONGSONG SDGS

40

Gambar 4-2), dimana terdiri 5 (lima) pilar, 22 (dua puluh dua)

kegiatan intervensi. Kegiatan intervensi itu tersebut ditujukan

untuk memperbaiki asupan gizi dan menurunkan infeksi

sehingga pada akhirnya akan berdampak penurunan prevalensi

stunting.

Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi telah melakukan berbagai

upaya dalam pelaksanaan intervensi penurunan stunting

terintegrasi di daerahnya. Program intervensi tersebut dipetakan

ke dalam kerangka intervensi gizi spesifik dan sensitif yang

dikeluarkan oleh Bappenas yang dapat dilihat pada Tabel 4-1 dan

Tabel 4-2.

Page 60: SERI MENYONGSONG SDGS

41

Gambar 4-2

Kerangka konseptual Intervensi Penurunan Stunting di Indonesia

Sumber: Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi di Kabupaten/Kota. (Bappenas, 2018)

Page 61: SERI MENYONGSONG SDGS

42

Tabel 4-1

Intervensi Gizi Spesifik Percepatan Penurunan Stunting

KELOMPOK

SASARAN INTERVENSI PRIORITAS INTERVENSI PENDUKUNG

INTERVENSI PRIORITAS

SESUAI KONDISI

TERTENTU

Kelompok Sasaran 1.000 HPK

Ibu Hamil Pemberian makanan tambahan bagi ibu

hamil dari kelompok miskin/Kurang Energi

Kronik (KEK)

Suplementasi tablet tambah darah

Suplementasi kalsium

Pemeriksaan kehamilan

Perlindungan dari

malaria

Pencegahan HIV

Ibu menyusui dan

anak 0-23 bulan Promosi dan konseling menyusui

Promosi dan konseling pemberian makan

bayi dan anak (PMBA)

Tata laksana gizi buruk

Pemberian makanan tambahan pemulihan

bagi anak kurus

Pemantauan dan promosi pertumbuhan

Suplementasi kapsul vitamin

A

Suplementasi taburia

Imunisasi

Suplementasi zinc untuk

pengobatan diare

Manajemen terpadu balita

sakit (MTBS)

Pencegahan kecacingan

Kelompok Sasaran Usia Lainnya

Remaja putri dan

wanita usia subur Suplementasi tablet tambah darah

Anak 24-59 bulan Tata laksana gizi buruk

Pemberian makanan tambahan pemulihan

bagi anak kurus

Pemantauan dan promosi pertumbuhan

Suplementasi kapsul vitamin

A

Suplementasi taburia

Pencegahan kecacingan

Page 62: SERI MENYONGSONG SDGS

43

KELOMPOK

SASARAN INTERVENSI PRIORITAS INTERVENSI PENDUKUNG

INTERVENSI PRIORITAS

SESUAI KONDISI

TERTENTU

Suplementasi zinc untuk

pengobatan diare

Manajemen terpadu balita

sakit (MTBS)

Sumber: program intervensi stunting Pemda Kabupaten Bekasi ditautkan oleh peneliti dari Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting

Terintegrasi di Kabupaten/Kota. (Bappenas, 2018)

Page 63: SERI MENYONGSONG SDGS

44

Pemda Kabupaten Bekasi sudah melakukan intervensi prioritas

untuk kelompok sasaran 1.000 HPK bagi ibu hamil melalui

program PMP, suplemen tambah darah dan pemeriksaan

kehamilan. Kemudian, kelompok sasaran ibu menyusui dengan

anak 0-23 bulan, Pemda Kabupaten Bekasi telah melaksanakan

tambahan makanan bagi anak kurus, pemberian suplemen kapsul

vitamin A, imunisasi, pemberian suplemen zinc untuk

pengobatan diare. Sedangkan, sasaran intervensi untuk kelompok

sasaran usia lainnya, Pemda Kabupaten Bekasi telah memberikan

suplemen tambah darah untuk remaja putri usia subur. Selain itu,

untuk anak 24-59 bulan juga diberikan pemberian makanan

tambahan pemulihan bagi anak kurus, pemberian kapsul vitamin

A dan pemberian suplemen zinc bagi anak-anak penderita diare.

Secara umum, pemerintah Kabupaten Bekasi telah melakukan

lebih dari setengah program intervensi gizi spesifik yang

direkomendasikan pada buku pedoman pelaksanaan intervensi

penurunan stunting yang dikeluarkan oleh Bappenas.

Selain melakukan pemetaan program kegiatan intervensi stunting

untuk gizi spesisik, Pemda Kabupaten Bekasi juga melaksanakan

intervensi gizi sensitif. Setidaknya terdapat 8 (delapan) program

dari 14 (empat belas) program yang telah dilakukan oleh Pemda.

Dari 8 (delapan) intervensi tersebut, mewakili setiap jenis

intervensi pada gizi sensitif, seperti: peningkatan penyediaan air

minum dan sanitasi (2 program), peningkatan akses dan kualitas

pelayanan gizi dan kesehatan (2 program), peningkatan

kesadaran, komitmen, dan praktik pengasuhan dan gizi ibu dan

anak (2 program) serta peningkatan akses pangan (2 program).

Page 64: SERI MENYONGSONG SDGS

45

Tabel 4-2

Intervensi Gizi Sensitif Percepatan Penurunan Stunting

JENIS INTERVENSI PROGRAM/KEGIATAN INTERVENSI

Peningkatan penyediaan

air minum dan sanitasi Akses air minum yang aman

Akses sanitasi yang layak

Peningkatan akses dan

kualitas pelayanan gizi

dan kesehatan

Akses pelayanan Keluarga Berencana (KB)

Akses Jaminan Kesehatan (JKN)

Akses bantuan uang tunai untuk keluarga

miskin (PKH)

Peningkatan kesadaran,

komitmen, dan praktik

pengasuhan dan gizi ibu

dan anak

Penyebarluasan informasi melalui berbagai

media

Penyediaan konseling perubahan perilaku antar

pribadi

Penyediaan konseling pengasuhan untuk orang

tua

Penyediaan akses Pendidikan Anak Usia Dini

(PAUD), promosi stimulasi anak usia dini, dan

pemantauan tumbuh-kembang anak

Penyediaan konseling kesehatan dan reproduksi

untuk remaja

Pemberdayaan perempuan dan perlindungan

anak

Peningkatan akses pangan

bergizi Akses bantuan pangan non tunai (BPNT) untuk

keluarga kurang mampu

Akses fortifikasi bahan pangan utama (garam,

tepung terigu, minnyak goreng)

Akses kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari

(KRPL)

Penguatan regulasi mengenai label dan iklan

pangan

Sumber: program intervensi stunting Pemda Kabupaten Bekasi ditautkan oleh

peneliti dari Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi di

Kabupaten/Kota. (Bappenas, 2018)

Analisis program intervensi stunting di tingkat desa

Kabupaten Bekasi yang terdiri dari 23 kecamatan dan 187 desa

telah melaksanakan 20 kegiatan intervensi penurunan prevalensi

stunting. Selanjutnya, untuk mengetahui hubungan antara setiap

program intervensi dengan prevalensi stunting digunakan

Page 65: SERI MENYONGSONG SDGS

46

pendekatan scatter plot dalam bentuk matrix

(correlation/covariance matrix) dengan menggunakan data di

tingkat desa (

Page 66: SERI MENYONGSONG SDGS

47

Gambar 4-3). Scatter plot dalam bentuk matriks juga dapat

mengetahui hubungan antar program intervensi. Kekuatan

hubungan antara prevalensi stunting (%stunting) dengan

berbagai macam program intervensi menggunakan pendekatan

Pearson correlation coefficient (p<.01). Perlu dicatat bahwa

walaupun program intervensi persentase KPM PKH yang

mengikuti FDS gizi dan kesehatan tersedia, namun datanya

indentik untuk 187 desa sehingga secara teknikal tidak dapat

dianalisis.

Terdapat hubungan negatif antara prevalensi stunting dengan

persentase balita diare yang memperoleh suplementasi zinc dan

persentase remaja putri yang mendapat TTD (Tablet Tambah

Darah), dan persentase ibu hamil yang mengikuti kelas ibu hamil

dengan tingkat signifikansi (p<.01). Artinya, semakin besar

persentase balita diare yang memperoleh zinc maka semakin

kecil prevalensi stunting. Hal yang sama terjadi pada program

intervensi remaja putri yang mendapatkan tablet tambah darah

dan persentase ibu hamil yang mengikuti kelas ibu hamil,

semakin besar persentase tersebut maka semakin kecil prevalensi

stunting.

Page 67: SERI MENYONGSONG SDGS

48

Gambar 4-3

Matrik Scatter Plot Intervensi Stunting

Sumber: peneliti, data diolah.

Page 68: SERI MENYONGSONG SDGS

49

Penjelasan informasi variabel yang menjadi program intervensi

stunting dapat dilihat pada deskripsi dibawah ini.

% Stunting

% Ibu hami dengan kondisi Kurang Energi Kronik (KEK) relatif terhadap

seluruh Ibu hamil di wilayah tersebut (non-intervensi)

P1

%Ibu hamil dengan kondisi Kurang Energi Kronik (KEK) yang

mendapatkan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) relative terhadap

seluruh ibu hamil dengan kondisi (KEK)

P2

% Ibu hamil mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) minimal 90 tablet

selama kehamilan

P3

% Balita kurus yang mendapat Pemberian Makanan Tambahan (PMT)

pemulihan

P4

% Anak usia 0-5 tahun yang hadir per bulan di posyandu

P5

% Ibu hamil yang mendapatkan pelayanan K4 di fasilitas pelayanan

kesehatan

P6

% Bayi usia 6-59 bulan yang memperoleh Vitamin A

P7

% Bayi usia 0-11 bulan yang telah mendapatkan imunisasi dasar dan

imunisasi lengkap

P8*

% Balita diare yang memperoleh suplementasi zinc

P9*

% Remaja putri yang mendapat TTD (Tablet Tambah Darah)

P10

% Ibu nifas yang mendapatkan pelayanan postnatal minimal 3 kali

P11*

% Ibu hamil yang mengikuti kelas ibu hamil

P12

% Keluarga dengan balita yang mengikuti BKB (Bina Keluarga Balita)

P13

% Rumah tangga dengan akses sumber air minum layak

P14

% Rumah tangga yang telah menggunakan sanitasi layak

P15

% Ibu hamil dan orang tua dengan anak usia baduta yang mengikuti kelas

parenting

P16

% Anak usia 2-6 tahun terdaftar (peserta didik) di PAUD (Pendidikan Anak

Usia Dini)

P17

% Penduduk yang telah menjadi peserta JKN/JamKesda

P18

% KPM PKH yang mengikuti FDS gizi dan kesehatan

P19

% Keluarga 1000 HPK kelompok miskin sebagai penerima BPNT

P20

% Desa yang menerapkan KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari)

* Pearson correlation coefficient significant at the 10% level or better (p < .01)

terhadap %stunting. P1 artinya program intervensi nomor 1

Selain menganalisis program – program intervensi apa saja yang

berhubungan terhadap prevalensi stunting. Analisis ini juga

menguraikan bagaimana hubungan persentase ibu hamil dengan

Page 69: SERI MENYONGSONG SDGS

50

kondisi Kurang Energi Kronik (KEK) relatif terhadap seluruh ibu

hamil di wilayah tersebut. Hal ini penting untuk didetailkan,

karena kondisi ibu hamil dengan KEK akan memperbesar

prevalensi stunting. Dengan menggunakan pendekatan Pearson

correlation coefficient (p<.01), maka didapatkan hubungan yang

signifikan antara prevalensi stunting dengan program intervensi,

sebagai berikut: Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pada ibu

hamil, persentase rumah tangga dengan akses sumber air minum

layak, persentase penduduk yang telah menjadi peserta

JKN/JamKesda dan persentase keluarga 1000 HPK kelompok

miskin sebagai penerima BPNT. Semakin besar pemberian PMT

pada ibu hamil dan persentase rumah tangga dengan akses

sumber air minum layak maka semakin rendah persentase

kondisi ibu hamil dengan kondisi KEK. Kemudian, program

intervensi presentase peserta JKN/JamKesda dan persentase

keluarga 1000 HPK kelompok miskin sebagai penerima BPNT

memiliki pola pergerakan dengan hubungan yang searah

terhadap persentase kondisi ibu hamil dengan kondisi KEK.

Analisis program intervensi stunting di tingkat kecamatan

Program intervensi stunting dapat dikaji di tingkat kecamatan

yang berjumlah 23 (dua puluh tiga) kecamatan. Analisis program

intervensi stunting dilakukan dengan membagi menjadi 4

(empat) kuadran, yaitu: merah, kuning, hijau dan biru.

Pembagian kuadran (garis merah) berdasarkan rata – rata

prevalensi stunting & rata – rata dari setiap program intervensi.

Dengan demikian setiap kecamatan dapat mengetahui posisi

prevalensi stunting yang direlatifkan terhadap program

intervensi. Apakah program intervensi berada diatas rata-rata

kecamatan ataukah berada di bawah rata-rata kecamatannya.

Sehingga pengambil kebijakan dapat melakukan strategi yang

akan diambil terkait pemetaan kuadran berdasarkan kecamatan.

Ruang lingkup dalam analis ini adalah program – program yang

memiliki tingkat signifikansi 10% (p<.01) melalui pendekatan

Pearson correlation coefficient. Langkah ini dilakukan karena

memiliki hubungan/keterkaitan secara statistik terhadap

prevalensi stunting. Program intervensi yang akan dianalisis di

Page 70: SERI MENYONGSONG SDGS

51

tingkat kecamatan adalah: persentase balita diare yang

memperoleh suplemen zinc, persentase remaja putri yang

mendapatkan tablet tambah darah dan persentase ibu hamil yang

mengikuti kelas ibu hamil.

Rata-rata prevalensi stunting di tingkat kecamatan adalah 3.72

persen dan persentase balita yang memperoleh suplemen zinc

rata-rata di angka 31,99 persen. Kecamatan Cikarang Pusat,

Sukawangi, Babelan, Sukakarya, Muara Gembong dan

Cabangbungin merupakan kecamatan yang persentase balita

yang memperoleh suplemen zinc diatas rata-rata dengan tingkat

prevalensi stunting di bawah rata-rata. Dari seluruh kecamatan

yang berada di Kabupaten Bekasi, Kecamatan Cabangbungin

merupakan kecamatan dengan pemberian suplemen zinc

terbanyak.

Kondisi berbeda terjadi pada Kecamatan Cibarusah, Tambun

Utara, Serang Baru, Kedungwaringin, Tambun Selatan,

Karangbahagia dan Bojongmangu dimana kecamatan yang

memiliki tingkat prevalensi stunting diatas rata-rata dengan

persentase pemberian suplemen zinc yang masih berada di bawah

rata-rata kecamatan. Kecamatan Cibarusah merupakan

kecamatan yang memiliki tingkat prevalensi stunting tertinggi.

Pemda dapat memfokuskan 7 (tujuh) kecamatan yang berada

pada kuadran merah untuk meningkatkan persentase balita diare

untuk mengakses suplemen zinc. Harapannya, dengan

mendorong presentase balita diare yang memperoleh zinc pada

akhirnya akan menurunkan prevalensi stunting.

Kecamatan Setu, Tarumajaya dan Cikarang Utara berada di atas

rata-rata untuk program intervensi dalam memberian suplemen

zinc untuk balita yang mengalami diare. Namun tetap memilki

prevalensi stunting yang tinggi, dimana kecamatan tersebut

berada di atas rata-rata seluruh kecamatan. Artinya, program

intervensi tersebut tidak mampu untuk menurunkan stunting,

sehingga diperlukan program intervensi lain dalam upaya

mereduksi kasus prevalensi stunting di Kabupaten Bekasi.

Fenomena berbeda terjadi pada Kecamatan Cibitung, Cikarang

Page 71: SERI MENYONGSONG SDGS

52

Barat, Pebayuran, Sukatani, Cikarang Timur, Cikarang Selatan

dan Tambelang. Dimana kecamatan tersebut mempunyai

prevalensi stunting yang rendah namun dibarengi dengan

persentase balita diare yang memperoleh suplemen zinc yang

rendah. Sehingga kondisi rendahnya prevalensi stunting untuk 7

(tujuh) kecamatan tersebut tidak bisa dijelaskan oleh prongram

intervensi ini. Secara jelas uraian diatas dapat disimpulkan pada

Gambar 4-4 di bawah ini.

Gambar 4-4

Prevalensi Stunting dan Balita diare yang memperoleh

Suplemen Zinc

Sumber: peneliti, data diolah.

Selain itu, program intervensi yang mempunyai hubungan

dengan prevalensi stunting adalah persentase remaja putri yang

memperoleh tablet penambah darah. Dari 23 kecamatan yang

berada di Kabupaten Bekasi, rata-rata persentase remaja putri

yang mendapatkan tablet tambah darah 46,82 persen. Kecamatan

Serang Baru memiliki persentase terendah untuk remaja putri

yang mendapatkan TTD, sedangkan Kecamatan Babelan adalah

kecamatan dengan persentase tertinggi dimana remaja putrinya

mendapatkan akses TTD. Kecamatan Cikarang Pusat, Sukatani,

Tambelang, Babelan, Cabangbungin, Sukawangi dan Muara

Page 72: SERI MENYONGSONG SDGS

53

Gembong merupakan kecamatan yang memiliki rata-rata

persentase remaja putri dengan TTD diatas rata-rata kecamatan.

Tingkat prevalensi stunting kecamatan tersebut juga berada di

bawah angka rata-rata prevalensi stunting seluruh kecamatan

(3,72%). Terdapat 3 (tiga) kecamatan dengan intervensi remaja

putri yang mendapatkan TTD diatas rata-rata namun tingkat

prevalensinya masih di atas rata-rata seluruh kecamatan, seperti:

Kecamatan Cibarusah, Kedungwaringin dan Tambun Selatan.

Tiga kecamatan tersebut belum mampu menurunkan prevalensi

stunting melalui instrument intervensi remaja putri yang

mendapatkan TTD. Kuadran biru pada Gambar 4-5, memberikan

informasi rendahnya prevalensi stunting dapat di jelaskan

melalui program intervensi lainnya.

Program intervensi terakhir yang mempunyai hubungan secara

statistik adalah persentase kehadiran kelas ibu hamil (Gambar 4-

6. Pemetaan kuadran pada grafik dibawah ini, menunjukkan

perbandingan antara persentase ibu hamil yang mengikuti kelas

ibu hamil dengan tingkat stunting pada 23 kecamatan di

Kabupaten Bekasi. Pembagian kuadran didasarkan pada rata-rata

persentase ibu hamil yang mengikuti kelas ibu hamil (36,23

persen) dan rata-rata tingkat stunting (37,17 persen) di

Kabupaten Bekasi.

Kuadran hijau terdiri dari 7 (tujuh) kecamatan dengan persentase

ibu hamil yang mengikuti kelas ibu hamil di atas rata-rata dan

prevalensi stunting di bawah rata-rata kecamatan. Berdasarkan

pola tersebut, dapat disimpulkan bahwa program kelas ibu hamil

efektif dalam menekan prevalensi stunting. Kondisi yang

bertolak belakang terjadi pada kuadran merah, dimana persentase

ibu hamil yang mengikuti kelas ibu hamil dibawah rata-rata

kecamatan diikuti dengan prevalensi stunting yang berada di atas

rata-rata. Fenomena tersebut sesuai dengan temuan De Silva &

Sumarto (2018) yang menyatakan bahwa edukasi terhadap ibu

hamil memiliki hubungan negatif terhadap preavalensi stunting.

Oleh karena itu, pemerintah daerah dapat mendorong program

kelas ibu hamil dalam unpaya menurunkan prevalensi stunting,

terutama 6 (enam) kecamatan yang berada pada kuadran merah.

Page 73: SERI MENYONGSONG SDGS

54

Gambar 4-5

Prevalensi Stunting & Remaja Putri yang mendapatkan

TTD

Sumber: peneliti, data diolah.

Gambar 4-6

Prevalensi Stunting & Ibu Hamil yang mengikuti Kelas Ibu

Hamil

Sumber: peneliti, data diolah.

Page 74: SERI MENYONGSONG SDGS

55

Kondisi yang berbeda terjadi pada kuadran kuning dan kuadran

biru. Kecamatan yang berada pada kuadran kuning memiliki

prevalensi stunting di atas rata-rata walaupun persentase ibu

hamil yang mengikuti kelas ibu hamil berada di atas rata-rata.

Artinya, program kelas bagi ibu hamil belum secara efektif

menurunkan prevalensi stunting di kecamatan tersebut. Untuk

mengatasi kondisi ini, pemerintah dapat melakukan intervensi

menggunakan pendekatan lain. Sebaliknya, kecamatan yang

berada pada biru memiliki prevalensi stunting di bawah rata-rata

walaupun persentase ibu hamil yang mengikuti kelas ibu hamil

berada di bawah rata-rata kecamatan. Fenomena ini dapat terjadi

sebab terdapat faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi

prevalensi stunting di luar edukasi ibu hamil (Hanifah et al.,

2018).

Pengorganisasian pelaksanaan program intervensi

Pengorganisasian intervensi stunting perlu dilakukan agar

mencapai sasaran yang diharapkan. Terlebih lagi pelaksanaan

intervensi penurunan stunting terintegrasi memerlukan peran

serta multi-pihak. Pembagian pelaksana program intervensi

stunting harus didetailkan dari tingkat pusat sampai dengan

pemerintahan terkecil (desa). Sesuai buku pedoman intervensi,

rujukan pembagian peran antara pemerintah kabupaten sampai

ke tingkat desa dapat diuraikan sebagai berikut:

Tingkat Pemerintah Kabupaten/Kota

a. Pemerintah kabupaten/kota memastikan perencanaan dan

penganggaran program/ kegiatan untuk intervensi

prioritas, khususnya di lokasi dengan prevalensi stunting

tinggi dan/atau kesenjangan cakupan pelayanan yang

tinggi.

b. Pemerintah kabupaten/kota memperbaiki pengelolaan

layanan untuk intervensi gizi prioritas dan memastikan

bahwa sasaran prioritas memperoleh dan memanfaatkan

paket intervensi yang disediakan.

Page 75: SERI MENYONGSONG SDGS

56

c. Pemerintah kabupaten/kota mengoordinasikan

kecamatan dan pemerintah desa dalam

menyelenggarakan intervensi prioritas, termasuk dalam

mengoptimalkan sumber daya, sumber dana, dan

pemutakhiran data.

d. Pemerintah kabupaten/kota menyusun kebijakan daerah

yang memuat kampanye publik dan komunikasi

perubahan perilaku mengacu pada substansi yang diatur

dalam strategi yang disusun oleh Kementerian

Kesehatan, untuk meningkatkan kesadaran publik dan

perubahan perilaku masyarakat dalam penurunan

stunting.

Tingkat Kecamatan

a. Koordinasi intervensi pencegahan stunting dipimpin oleh

Camat selaku koordinator wilayah kecamatan.

b. Camat melakukan pertemuan secara berkala dengan

aparat tingkat kecamatan, tingkat desa, dan masyarakat

untuk membahas perencanan dan kemajuan intervensi

penurunan stunting

c. Memberikan dukungan dalam melaksanakan pemantauan

dan verifikasi data dan melakukan pendampingan

pelaksanaan kegiatan di tingkat desa.

Tingkat Desa

a. Pemerintah desa melakukan sinkronisasi dalam

perencanaan dan penganggaran program dan kegiatan

pembangunan desa untuk mendukung pencegahan

stunting.

b. Pemerintah desa memastikan setiap sasaran prioritas

menerima dan memanfaatkan paket layanan intervensi

gizi prioritas. Implementasi kegiatan dilakukan bekerja

sama dengan Kader Pembangunan Manusia (KPM),

pendamping Program Keluarga Harapan (PKH), petugas

Puskesmas dan bidan desa, serta petugas Keluarga

Berencana (KB).

Page 76: SERI MENYONGSONG SDGS

57

c. Pemerintah desa memperkuat pemantauan dan evaluasi

pelaksanaan pelayanan kepada seluruh sasaran prioritas

serta mengoordinasikan pendataan sasaran dan

pemutakhiran data secara rutin.

Page 77: SERI MENYONGSONG SDGS

58

Bagian 5

Penutup

Sejak dicanangkan pada tahun 2015, Indonesia memiliki

komitmen penuh dalam pencapaian SDGs. Hal ini terbukti

dengan implementasi SDGs pada seluruh tingkatan pemerintahan

mulai dari pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah

daerah (kabupaten/ kota). Salah satu bukti dari komitmen dan

implementasi SDGs ini tercermin dari berbagai upaya

pencapaian SDGs di Kabupaten Bekasi. Tidak hanya itu,

Kabupaten Bekasi sejak awal terus berupaya mengilementasikan

SDGs dengan berbasis pada data dan hasil riset.

Selama ini, SDGs seringkali dianggap sebagai transformasi yang

cukup ambisius dari MDGs. Terlebih di tingkat daerah, seperti

kabupaten/ kota, yang memiliki sumberdaya yang terbatas

namun dengan permasalahan pencapaian SDGs yang cukup

banyak. Kondisi ini kemudian diperparah dengan adanya

pandemi Covid-19 pada tahun 2020. Hampir seluruh sumberdaya

yang ada dikonsentrasikan pada upaya penanganan pandemic ini.

Sebagai contoh, adanya pandemic ini diperkirakan dapat

mengeliminasi upaya penurunan kemiskinan yang telah

dilakukan selama bertahun-tahun. Suryahadi, Izzati and

Suryadarma (2020) memperkirakan bahwa tingkat kemiskinan

diperkirakan meningkat dari 9.2% pada September 2019 menjadi

16.7% pada September 2020.

Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengukur potensi dampak

pandemic Covid-19 pada pencapaian SDGs Kabupaten Bekasi

pada tahun 2030. Kajian ini dilakukan dengan membandingkan

hasil proyeksi tanpa- dan dengan-Covid-19. Selanjutnya,

dihitung gap (persentase selisih) capaian indikator SDGs pada

tahun 2030 antara tanpa dan dengan Covid-19. Kemudian

dihitung juga, lag (selisih tahun) pencapaian SDGs pada tahun

2030 antara tanpa dan dengan Covid-19.

Page 78: SERI MENYONGSONG SDGS

59

Hasil analisis indikator prevalensi stunting pada balita,

menunjukkan bahwa proyeksi stunting Kabupaten Bekasi pad

atahun 2020 meningkat dari 22.27% ketika tanpa Covid-19 ke

23.36% dengan adanya Covid-19. Selanjutnya, proyeksi

pencapian prevalensi stunting pada tahun 2030 dengan adanya

Covid-19 adalah sebesar 20.37% atau lebih tinggi 4.73% dari

proyeksi tanpa covid sebesar 19.45%. Dengan adanya Covid-19

ini, capaian 19,45% ini baru bisa dicapai pada tahun 2034

(setelah 3.26 tahun).

Proyeksi meningkatnya prevalensi stunting ini perlu

mendapatkan perhatian yang lebih baik dari Pemerintah

Kabupaten Bekasi dan juga semua stakeholder yang ada.

Meskipun telah banyak intervensi yang dilakukan oleh

Kabupaten Bekasi untuk menekan prevalensi stunting ini, namun

tingkat pencapaian intervensi-intervensi tersebut di tingkat desa

sangat beragam. Hasil analisis menunjukkan hanya empat (dari

20) program intervensi yang berkorelasi dengan penurunan

stunting, yaitu cakupan balita kurus yang mendapatkan PMT,

cakupan balita diare yang memperoleh suplementasi zinc,

cakupan remaja putri mendapatkan TTD,cakupan kelas ibu hamil

(ibu mengikuti konseling gizi dan kesehatan. Untuk itu,

diperlukan upaya untuk meningkatkan monitoring & evaluasi

pelaksanaan program intervensi penurunan stunting. Disisi lain,

diperlukan inovasi program intervesi yang sesuai dengan

karakteristik social dan budaya di Kabupaten Bekasi agar dapat

mempercepat penurunan prevalensi stunting di Kabupaten

Bekasi.

Page 79: SERI MENYONGSONG SDGS

60

Daftar Pustaka

Alkire, Sabina. Conceição, P., Calderón, C., Dirksen, J., Evans,

M., Gonzales, R., Hall, J., Jahic, A., Kanagaratnam, U.,

Kivilo, M., Kovacevic, M., Kovesdi, F., Mitchell, C.,

Nogales, R., Ortubia, A., Roncancio, M.P., Quinn, N.,

Rivera, C., Scharlin-Pettee, S., Suppa, N. (2020)

Charting pathways out of multidimensional poverty:

Achieving the SDGs. Oxford Poverty and Human

Development Initiative. 2020 Global Multidimensional

Poverty Index (MPI).

Andrej Zwitter* and Oskar J. Gstrein. Journal of International

Humanitarian Action (2020) 5:4

https://doi.org/10.1186/s41018-020-00072-6.

Andy Sumner,1 Chris Hoy,2 and Eduardo Ortiz-Juarez. (2020).

Estimates of the impact of COVID-19 on global

poverty. WIDER Working Paper 2020/43

Ariantjelangi, L. (2020). Clean and healthy living behavior with

the stunting events in children in central Java,

Indonesia. Systematic Reviews in Pharmacy.

https://doi.org/10.31838/srp.2020.12.21

Aryastami, N. K., Shankar, A., Kusumawardani, N., Besral, B.,

Jahari, A. B., & Achadi, E. (2017). Low birth weight

was the most dominant predictor associated with

stunting among children aged 12-23 months in

Indonesia. BMC Nutrition.

https://doi.org/10.1186/s40795-017-0130-x

Bappenas. (2018). Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan

Stunting Terintegrasi di Kabupaten/Kota. In Rencana

Aksi Nasional dalam Rangka Penurunan Stunting:

Rembuk Stunting. Kementerian Perencanaan

Pembangunan Nasional/Bappenas.

Beal, T., Tumilowicz, A., Sutrisna, A., Izwardy, D., & Neufeld,

L. M. (2018). A review of child stunting determinants

in Indonesia. In Maternal and Child Nutrition.

https://doi.org/10.1111/mcn.12617

Page 80: SERI MENYONGSONG SDGS

61

Buck, T., Arnold, M., Chazan, G., & Cookson, C. (2020).

Coronavirus declared a pandemic as fears of economic

crisis mount. Financial Times.

https://www.ft.com/content/d72f1e54-6396-11ea-b3f3-

fe4680ea68b5

De Silva, I., & Sumarto, S. (2018). Child Malnutrition in

Indonesia: Can Education, Sanitation and Healthcare

Augment the Role of Income? Journal of International

Development. https://doi.org/10.1002/jid.3365

Easterly, W. (2015). The trouble with the sustainable

development goals. Current History, 114(775), 322-

324. https://nyuscholars.nyu.edu/en/publications/the-

trouble-with-the-sustainable-development-goals

Ernalia, Y., Dwi Utari, L., . S., & Restuastuti, T. (2018).

Different Intakes of Energy and Protein in Stunted and

Non-stunted Elementary School Children in Indonesia.

KnE Life Sciences.

https://doi.org/10.18502/kls.v4i4.2318

Evans, O. (2020). Socio-economic impacts of novel

coronavirus: The policy solutions. Bizecons Quarterly,

7, 3–12.

FAO. (2020). How is COVID-19 affecting the fisheries and

aquacultu re food systems. In How is COVID-19

affecting the fisheries and aquaculture food systems.

https://doi.org/10.4060/ca8637en

Gokkon, B. (2020). COVID-19 no excuse for dropping guard

against illegal fishing, Indonesia says. Mongabay.

https://news.mongabay.com/

Haines, A. C., Jones, A. C., Kriser, H., Dunn, E. L., Graff, T.,

Bennett, C., Hasan, M., Linehan, M., Syafiq, A.,

Torres, S., Dearden, K. A., Hall, P. C., West, J. H., &

Crookston, B. T. (2018). Analysis of rural Indonesian

mothers knowledge, attitudes, and beliefs regarding

stunting. Medical Research Archives.

Hall, C., Benett, C., Crookston, B., Deaarden, K., Hasanm, M.,

Linehan, M., Syafiq, A., Torres, S., & West, J. (2018).

Maternal Knowledge of Stunting in Rural Indonesia.

Page 81: SERI MENYONGSONG SDGS

62

International Journal of Child Health and Nutrition.

https://doi.org/10.6000/1929-4247.2018.07.04.2

Hanifah, L., Wulansari, R., Meiandayati, R., & Achadi, E. L.

(2018). Stunting trends and associated factors among

Indonesian children aged 0-23 months: Evidence from

Indonesian Family Life Surveys (IFLS) 2000, 2007

and 2014. Malaysian Journal of Nutrition.

Hanum, N. L., & Khomsan, A. (2012). Pola asuh makan,

perkembangan bahasa, dan kognitif anak balita stunted

dan normal di Kelurahan Sumur Batu, Bantar Gebang

Bekasi. Jurnal Gizi dan Pangan, 7(2), 81-88.

Hoy, Christopher. Sumner, Andy. 2020. After COVID-19: How

to Pull Off the SDG Hat-Trick?. Center for Global

Development. Ideas to Action: Independent research

for global prosperity.

https://www.cgdev.org/blog/after-covid-19-how-pull-

sdg-hat-trick2020/05/COVID-19-no-excuse-for-

dropping-guard-against-illegal-fishing-indonesia-says/

IGES (Institute for Global Environmental Strategies. (2020).

Implications of COVID-19 for the Environment and

Sustainability. 12p.

https://www.iges.or.jp/en/pub/covid19-e/en

ILO. (2020) ‘COVID-19 and the world of work: impact and

policy responses’. Downloaded at

https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---

dgreports/---dcomm/documents/briefingnote/

wcms_738753.pdf

IMF (2020). World Economic Outlook, April 2020: The Great

Lockdown, International Monetary Fund. Washington.

D.C.

Irianti, S., Prasetyoputra, P., Dharmayanti, I., Azhar, K., &

Hidayangsih, P. S. (2019). The role of drinking water

source, sanitation, and solid waste management in

reducing childhood stunting in Indonesia. IOP

Conference Series: Earth and Environmental Science.

https://doi.org/10.1088/1755-1315/344/1/012009

Ketut Aryastami, N., & Tarigan, I. (2017). Kajian Kebijakan

dan Penanggulangan Masalah Gizi Stunting di

Page 82: SERI MENYONGSONG SDGS

63

Indonesia Policy Analysis on Stunting Prevention in

Indonesia. Buletin Penelitian Kesehatan.

Khan MM, Kraemer A. Factors associated with being

underweight, overweight and obese among ever-

married non-pregnant urban women in Bangladesh.

Singapore medical journal 2009;50(8):804–13.

McKibbin, W., and R. Fernando (2020). ‘The Global

Macroeconomic Impacts of COVID-19: Seven

Scenarios. Downloaded at:

https://www.brookings.edu/wpcontent/uploads/2020/

03/20200302_COVID19.pdf

Naidoo, Robin. Fisher, Brendan. 2020. Reset Sustainable

Development Goals for a pandemic world. A

natureresearch journal. Nature 583, 198-201 (2020).

doi: 10.1038/d41586-020-01999-x

Nicola, M., Alsafi, Z., Sohrabi, C., Kerwan, A., Al-Jabir, A.,

Iosifidis, C., Agha, M., & Agha, R. (2020). The Socio-

Economic Implications of the Coronavirus and

COVID-19 Pandemic: A Review. In International

Journal of Surgery. IJS Publishing Group Ltd.

https://doi.org/10.1016/j.ijsu.2020.04.018

Poole, D. N., Escudero, D. J., Gostin, L. O., Leblang, D., &

Talbot, E. A. (2020). Responding to the COVID-19

pandemic in complex humanitarian crises.

International Journal for Equity in Health, 19(1), 1–2.

https://doi.org/10.1186/s12939-020-01162-y

Prawirohartono, E., Nurdiati, D., & Hakimi, M. (2016).

Prognostic factors at birth for stunting at 24 months of

age in rural Indonesia. Paediatrica Indonesiana.

https://doi.org/10.14238/pi56.1.2016.48-56

Purwestri, R. C., Barati, Z., Wirawan, N. N., Fahmi, I., Lauvai,

J., & Scherbaum, V. (2018). 7. What explains stunting

among children living in a rice surplus area in Central

Java, Indonesia? In Diversity and change in food

wellbeing. https://doi.org/10.3920/978-90-8686-864-

3_7

Qureshy, L. F., Alderman, H., Rokx, C., Pinto, R., Wai-Poi, M.,

& Tandon, A. (2013). Positive returns: cost-benefit

Page 83: SERI MENYONGSONG SDGS

64

analysis of a stunting intervention in Indonesia. Journal

of Development Effectiveness.

https://doi.org/10.1080/19439342.2013.848223

Rachmi, C. N., Agho, K. E., Li, M., & Baur, L. A. (2016).

Stunting, underweight and overweight in children aged

2.0-4.9 years in Indonesia: Prevalence trends and

associated risk factors. PLoS ONE.

https://doi.org/10.1371/journal.pone.0154756

Rajkumar, R. P. (2020). COVID-19 and mental health: A

review of the existing literature. Asian Journal of

Psychiatry, 52, 102066.

https://doi.org/10.1016/j.ajp.2020.102066

Rivera, C., Hsu, Yu-Chieh., Esbry, F.P., Dugarova, Esuna.

(2020). Gender inequality and the COVID-19 crisis: A

Human Development perspective. Human

Development Working Paper. UNDP.

http://hdr.undp.org/en/content/gender-inequality-and-

covid-19-crisis-human-development-perspective

Rizal, M. F., & van Doorslaer, E. (2019). Explaining the fall of

socioeconomic inequality in childhood stunting in

Indonesia. SSM - Population Health.

https://doi.org/10.1016/j.ssmph.2019.100469

Sachs, J., Schmidt-Traub, G., Kroll, C., Lafortune, G., Fuller,

G., Woelm, F. 2020. The Sustainable Development

Goals and COVID-19. Sustainable Development

Report 2020. Cambridge: Cambridge University Press.

Saputri, N. S., Anbarani, M. D., Toyamah, N., &amp; Yumna,

A. (2020). Dampak Pandemi Covid-19 Pada Layanan

Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA): Studi Kasus

di Lima Wilayah di Indonesia. SMERU Research

Institute.

Sari, D. D. P., Sukanto, S., Marwa, T., & Bashir, A. (2020). The

Causality between Economic Growth, Poverty, and

Stunting: Empirical evidence from Indonesia. Jurnal

Perspektif Pembiayaan Dan Pembangunan Daerah,

8(1), 13–30. https://doi.org/10.22437/ppd.v8i1.8834

Sari, M., De Pee, S., Bloem, M. W., Sun, K., Thorne-Lyman, A.

L., Moench-Pfanner, R., Akhter, N., Kraemer, K., &

Page 84: SERI MENYONGSONG SDGS

65

Semba, R. D. (2010). Higher household expenditure on

animal-source and nongrain foods lowers the risk of

stunting among children 0-59 months old in Indonesia:

Implications of rising food prices. Journal of Nutrition.

https://doi.org/10.3945/jn.109.110858

Saumweber, W., Lehr, A. K., & Loft, T. (2020, April 10).

COVID-19 at Sea: Impacts on the Blue Economy,

Ocean Health, and Ocean Security. CSIS.

https://www.csis.org/analysis/COVID-19-sea-impacts-

blue-economy-ocean-health-and-ocean-security

SDGs Center Unpad. 2017. Menyongson SDGs: Kesiapan

Daerah-Daerah di Indonesia.

http://sdgcenter.unpad.ac.id/sdgs-books/menyongsong-

sdgs-kesiapan-daerah-daerah-di-indonesia/

Soekatri, M. Y. E., Sandjaja, S., & Syauqy, A. (2020). Stunting

was associated with reported morbidity, parental

education and socioeconomic status in 0.5–12-year-old

Indonesian children. International Journal of

Environmental Research and Public Health.

https://doi.org/10.3390/ijerph17176204

Sohrabi, C., Alsafi, Z., O’Neill, N., Khan, M., Kerwan, A., Al-

Jabir, A., Iosifidis, C., & Agha, R. (2020). World

Health Organization declares global emergency: A

review of the 2019 novel coronavirus (COVID-19).

International Journal of Surgery, 76, 71–76.

https://doi.org/10.1016/j.ijsu.2020.02.034

Teja, M. (2019). Stunting Balita Indonesia Dan

Penanggulangannya. Pusat Penelitian Badan Keahlian

DPR RI.

The Economic Transcript. 2017. UN SDGs- A Utopian Dream?

September 11, 2017.

https://economictranscript.wordpress.com/2017/09/11/

u-n-sdgs-a-utopian-dream/

The Economist. 2015. The 169 commandments, The proposed

sustainable development goals would be worse than

useless. Mar 26th 2015 edition.

https://www.economist.com/leaders/ 2015/03/26/the-

169-commandments

Page 85: SERI MENYONGSONG SDGS

66

The Economist. 2020. Sea of troubles COVID-19 has led to a

pandemic of plastic pollution.

https://www.economist.com/international/2020/06/22/c

ovid-19-has-led-to-a-pandemic-of-plastic-pollution

Titaley, C. R., Ariawan, I., Hapsari, D., Muasyaroh, A., &

Dibley, M. J. (2019). Determinants of the stunting of

children under two years old in Indonesia: A multilevel

analysis of the 2013 Indonesia basic health survey.

Nutrients. https://doi.org/10.3390/nu11051106

Torlesse, H., Cronin, A. A., Sebayang, S. K., & Nandy, R.

(2016). Determinants of stunting in Indonesian

children: Evidence from a cross-sectional survey

indicate a prominent role for the water, sanitation and

hygiene sector in stunting reduction. BMC Public

Health. https://doi.org/10.1186/s12889-016-3339-8

UNDESA. (2020). A UN framework for the immediate socio-

economic response to COVID-19 (Issue April).

UNDP (2020). The Social and Economic Impact of COVID-19

in the Asia-Pacific Region. Position Note prepared by

UNDP Regional Bureau for Asia and the Pacific.

Bangkok: United Nations Development Programme.

https://www.undp.org/content/dam/undp/library/km-

qap/UNDP-RBAP-Position-Note-Social-Economic-

Impact-of-COVID-19-in-Asia-Pacific-2020.pdf

UN-ESCAP. 2019. Asia and The Pacific SDG Progress Report.

73p.

https://www.unescap.org/sites/default/files/publication

s/ESCAP_Asia_and_the_Pacific_SDG_Progress_Repo

rt_2020.pdf

United Nation. 2020 (b). The Sustainable Development Goals

Report 2020.

https://unstats.un.org/sdgs/report/2020/#foreword

United Nations. (2020a). SHARED RESPONSIBILITY ,

GLOBAL SOLIDARITY : Responding to the socio-

economic impacts of COVID-19 (Issue March).

Van de Poel E, Hosseinpoor, A.R., Jehu-Appiah, C., Vega, J.,

Speybroeck, N. Malnutrition and the disproportional

Page 86: SERI MENYONGSONG SDGS

67

burden on the poor: the case of Ghana. International

Journal for Equity in Health. 2007;6(21):12.

Vandemoortele, Jan. (2014). Post-2015 Agenda: Mission

Impossible? Development Studies Research. An Open

Access Journal, 1:1, 223-232,

DOI:10.1080/21665095.2014.943415

Vos, R., W. Martin, and D. Laborde (2020a). ‘As COVID-19

spreads, no major concern for global food security yet’.

Downloaded at: https://www.ifpri.org/blog/COVID-

19-spreads-nomajor-concern-global-food-security-yet

Vos, R., W. Martin, and D. Laborde (2020b). ‘How much will

global poverty increase because of COVID-19?’.

Downloaded at: https://www.ifpri.org/blog/how-much-

will-global-povertyincrease-because-COVID-19.

Watts, J. (2020). Stealth plunder of Argentinian waters raises

fears over marine monitoring. The Guardian.

https://www.theguardian.com/environment/2020/may/

01/stealth-plunder-of-argentinian-waters-raises-fears-

over-marine-monitoring

Regional Overview of Food Security and Nutrition, FAO

(2018).

Bappenas (2019). Peta Jalan SDGs Indonesia: Menuju 2030.

Bappenas (2018). Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan

Stunting Terintegrasi di Kabupaten/Kota.

Page 87: SERI MENYONGSONG SDGS

68

Tentang

SDGs Center

Universitas Padjadjaran

VISI

Indonesia Mencapai SDGs di Tahun 2030

MISI ● Menghasilkan rekomendasi kebijakan berbasis penelitian serta

menghasilkan inovasi dan strategi ● Memonitor kemajuan

pencapaian SDGs secara independen ● Mengutamakan SDGs

dalam penelitian dan kebijakan ● Memfasilitasi dialog antar

pemangku kepentingan.

ALAMAT

Gedung CISRAL UNPAD

Jl. Dipatiukur No. 46, Bandung, 40132

Jawa Barat, Indonesia

Website: http://sdgcenter.unpad.ac.id

Email: [email protected]

Youtube: SDG Center Unpad

Facebook: SDGsCenterUnpad

Twitter: @SDGsCenterUnpad

Instagram: @SDGsCenterUnpad