SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan...

114

Transcript of SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan...

Page 1: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian
Page 2: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

i

SERI KAJIAN SASTRA KLASIK :

WULANG LUHUR

KEPADA PARA WANITA

ISI:

SERAT DARMADUHITA SERAT DARMARINI

SERAT WULANG WANITA

TERJEMAH DAN KOMENTAR OLEH:

BAMBANG KHUSEN AL MARIE

2018

Page 3: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

ii

Page 4: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

iii

KATA PENGANTAR

Buku ini merupakan kumpulan beberapa serat karya para leluhur yang memuat nasihat kepada para wanita yang hendak mamangku peran sebagai seorang istri. Meski merupakan karya klasik yang sudah berusia ratusan tahun, beberapa nasihat yang terkandung dalam serat-serat ini masih relevan untuk diterapkan di zaman kini. Oleh karena itu sebagai bahan pembelajaran dan memperkaya pengetahuan, kami merasa perlu mengkaji serat-serat tersebut.

Bagian pertama, Serat Darmaduhita berisi nasihat tentang sifat-sifat yang sebaiknya dipunyai seorang istri. Juga diuraikan tentang sifat-sifat buruk yang harus dihindari bagi wanita. Tugas dan posisi dalam rumah tangga dan anjuran untuk merawat kebaikan sampai usia senja.

Bagian kedua, Serat Darmarini berisi nasihat tentang sifat yang harus dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga.

Bagian ketiga, Serat Wulang Wanita berisi ajaran bahwa wanita harus menurut dan patuh kepada suami. Hal itu merupakan bentuk kepatuhan juga kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Jangan sampai menjadi wanita yang suka membantah seperti halnya orang yang berwatak hina. Hendaknya wanita juga bisa memberdayakan suaminya sehinga dalam rumah tangga suami merasa mendapat support dari istri. Berbaiklah dalam melayani kebutuhan dasar dalam rumah tangga sebagai istri dan sekaligus kepala rumah tangga.

Selengkapnya, silakan membaca sendiri kajian ini.

Salam!

Pengkaji

Bambang Khusen Al Marie

Page 5: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

iv

Page 6: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

v

DAFTAR ISI

Kata Pengantar iii

Daftar isi v

Transliterasi Arab-Latin vi

Transliterasi Jawa-Latin vii

BAGIAN PERTAMA: SERAT DARMADUHITA 1 Kajian Darmaduhita 1: Tiga Sifat Wajib Istri 2 Kajian Darmaduhita 2 : Watak Wanita Candhala 5 Kajian Darmaduhita 3 : Sampai Kakek-Nenek 8 Kajian Darmaduhita 4: Isyarat Jari Yang Lima 11 Kajian Darmaduhita 5 : Menghadapi Poligami 18 Kajian Darmaduhita 6 : Tetirua Panggawe Becik 22

SERAT DARMARINI 26 Kajian Darmarini 1: Sembilan Watak Utama Wanita 27 Kajian Darmarini 2: Rumah Tangga Awet Lebih Baik 36 SERAT WULANG WANITA 43 Pupuh Kesatu: Dhandhanggula 44 Kajian Wulang Wanita 1 : Manut Mring Laki 45 Kajian Wulang Wanita 2 : Sarwa Bisa Wajibing Wanita 52 Kajian Wulang Wanita 3 : Ywa Dadi Trahing Kompra 59 Pupuh Kedua: asmaradana 63 Kajian Wulang Wanita 4 : Den Bisa Mandayeng Laki 64 Kajian Wulang Wanita 5 : Nyugata Bojakrama 69 Pupuh Ketiga: Kinanthi 74 Kajian Wulang Wanita 6: Nganthia Wulanging Ratu 75 Kajian Wulang Wanita 7 : Pilihen Kang Utama 82 Kajian Wulang Wanita 8 : Awas Sasmitaning Dunung 87 Kajian Wulang Wanita 9: Dimen Tulus Apasihaning Widhi 91 Pupuh Keempat: Mijil 94 Kajian Wulang Wanita 10 : Den Waskitha Semune Hyang Widhi 95 Kajian Wulang Wanita 11: Wruha Ala Kalawan Becik 102

Page 7: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

vi

Transliterasi Arab ke Latin

Untuk kata-kata Arab yang ditulis dalam huruf latin dan diindonesiakan, tulisan ini memakai Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Disempurnakan. Untuk kata-kata yang belum diindonesiakan bila ditulis dalam huruf latin mempergunakan transliterasi sebagai berikut:

a, i, u = ا

b = ب t = ت ts = ث j = ج h = ح kh = خ d = د dz = ذ

r = ر z = ز s= س sy = ش sh = ص dl = ض th = ط dh = ظ ‘ = ع

gh = غ f = ف q = ق k = ك l = ل m = م n = ن w = ؤ h = ه y = ي

Page 8: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

vii

Transliterasi Jawa ke Latin

Transliterasi kata-kata Jawa yang ditulis dalam hurf latin adalah sebagai berikut.

= Ha = Na = Ca = Ra = Ka

= Da = Ta = Sa = Wa = La

= Pa = Dha = Ja = Ya = Nya

= Ma = Ga = Ba = Tha = Nga

Page 9: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 1

BAGIAN PERTAMA

SERAT DARMADUHITA

Page 10: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 2

Kajian Tematik Darmaduhita 1: Tiga Sifat Wajib Istri

Pupuh 1, Kinanthi (metrum: 8u, 8i, 8a, 8i, 8a,8i), bait 1-3, Serat Darmaduhita.

Dene ta pitutur ingsun, marang putraningsun èstri, dèn eling ing aranira. Sira pan ingaran putri, kang aputih kang sanyata, tri têtêlu têgêsnèki. Bêkti nastiti ing kakung, kaping têlune awêdi, lair batin aja êsak, nglakoni tuduhing laki. Laki ciptanên bêndara, mapan wong wadon puniki. Wajib manut marang kakung, aja pisan amapaki, marang karêpe wong lanang. Sanadyan atmajèng aji, alaki lan panakawan, sayêkti wajib ngabêkti.

Kajian per kata

Dene ta (adapun) pitutur (nasihat) ingsun (aku), marang (kepada) putraningsun (anakku) èstri (perempuan), dèn eling (ingatlah) ing (pada) aranira (sebutanmu). Adapun nasihatku, kepada anakku yang perempuan, ingatlah dengan sebutanmu.

Harap engkau ingat wahai anak-anak perempuanku, akan sebutanmu, yakni engkau disebut putri. Nama itu bukan sekedar nama tetapi mengandung makna yang tersirat. Kata putri berasal dari suku kata put dan tri.

Sira (engkau) pan ingaran (disebut) putri (putri), kang (yang) aputih (artinya putih) kang (yang) sanyata (sebenarnya), tri (tri) têtêlu (tiga) têgêsnèki (artinya). Engkau disebut putri, yang artinya putih yang sebenarnya, tri artinya tiga.

Engkau dinamakan putri, artinya put adalah aputih, yakni bermakna suci, bersih dari noda. Tri berarti tiga, karena seorang perempuan harus memiliki tiga sifat berikut ini.

Bêkti (berbakti) nastiti (teliti, berhati-hati) ing (pada) kakung (suami), kaping têlune (yang ketiga) awêdi (takut), lair (lahir) batin (batin) aja

Page 11: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 3 (jangan) êsak (sakit hati), nglakoni (menjalani) tuduhing (petunjuk) laki (suami). Berbakti dan teliti berhati-hati pada suami, ketiganya takut, lahir dan batin jangan sakit hati, menjalani petunjuk suami.

Sifat yang pertama adalah bekti terhadap suami. Arti bekti sudah kita uraikan dalam kajian serat Darmarini, yakni tak berani serta menghargai, tidak lancang, tidak berani mendahuluinya. Nastiti artinya sangat berhati-hati dan teliti dalam segala hal, agar tidak teledor atau cewet (ketinggalan). Sedangkan arti dari wedi adalah takut dalam pengertian menghormat dan patuh.

Laki (suami) ciptanên (anggaplah) bêndara (tuan), mapan (karena) wong (seorang) wadon (wanita) puniki (itu), wajib (harus) manut (menurut) marang (kepada) kakung (suami). Suami anggaplah tuan, karena seorang wanita itu, wajib menurut kepada suami.

Suami anggaplah sebagai tuan yang setiap perintahnya wajib engkau patuhi. Tentu saja dalam hal ini tetap berlaku prinsip paling tinggi, yakni sepanjang perintah itu tidak berlawanan dengan kewajiban syariat. Misalnya, seorang suami menyuruh istrinya untuk tidak shalat di masjid, yang demikian itu boleh karena shalat di masjid bagi perempuan tidak wajib. Namun jika suami melarang istrinya shalat, itu baru batil dan tak perlu dipatuhi, karena shalat merupakan kewajiban syariat.

Demikian besar kuasa seorang suami pada istrinya, maka bagi lelakipun hendaknya dapat menunaikan amanat yang diembannya dengan benar. Tidak boleh kemudian menyuruh istri sekehendaknya sendiri. Namun hal itu tidak kita bahas kali ini, karena topik kajian kita adalah tentang wanita.

Aja (jangan) pisan (sekali-kali) amapaki (mencela, meremehkan), marang (kepada) karêpe (kehendak) wong (seorang) lanang (lelaki). Jangan sekali-kali mencela, kepada kehendak seorang lelaki (suami).

Setelah mengetahui kedudukan seorang lelaki maka hendaklah istri mengerti sikap apa yang tidak patut baginya. Jangan sekali-kali membantah, mencela atau meremehkan kehendak lelaki (suaminya). Hal itu tidak baik. Seorang istri hendaknya selalu menuruti kemauan suami, sepanjang itu bukan untuk melakukan suatu kebatilan. Jika seorang istri diperintah suami untuk melakukan hal yang batil, maka berlaku hukum yang lain, yakni segala yang batil tidak perlu diikuti. Namun jika perintah

Page 12: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 4 suami tidak melanggar aturan apapun, baik agama, norma dalam masyarakat dan undang-undang yang berlaku, maka wajib dipatuhi.

Sanadyan (walaupun) atmajèng (anak dari) aji (seorang raja), alaki (bersuami) lan (dengan) panakawan (pembantu), sayêkti (benar-benar) wajib (harus) ngabêkti (berbakti). Walau anak dari raja, bersuami dengan pembantu, benar-benar wajib baginya berbakti.

Hal tersebut berlaku pada pasangan suami istri yang manapun. Walau misalnya, seorang istri kedudukan asalnya lebih tinggi dari suaminya, kalau sudah berumah tangga harus tunduk dan patuh pada suami. Misalnya andai ada kasus seorang anak perempuan raja yang menikah dengan pembantu, maka si istri yang anak raja tersebut benar-benar harus berbakti pada suaminya.

Demikian nasihat leluhur berkaitan dengan kepatuhan seorang istri kepada suami. Jika ditimbang dengan ajaran agama apa yang telah disampaikan di atas tidaklah bertentangan dengan syariat, bahkan dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah, Nabi sangat menekankan kepatuhan istri kepada suaminya.

ت ر ألم سجد ألحد ا أحدا أن ي ر و كنت آم ال جه و ز أة أن تسجد ل ر الم “Seandainya aku boleh menyuruh seorang sujud kepada seseorang, maka aku akan perintahkan seorang wanita sujud kepada suaminya.”

HR. At Tirmidzi, no 1159.

Sekian dahulu kajian bagian pertama.

Page 13: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 5

Kajian Tematik Darmaduhita 2 : Watak Wanita Candhala

Pupuh 1, Kinanthi (metrum: 8u, 8i, 8a, 8i, 8a,8i), bait 4-6, Serat Darmaduhita.

Kalamun wong wadon iku, angrasa mêngku ing laki, ing batine amarentah, rumasa sênêng mring laki, nora rumasa wanodya, puniku pan kaking laki. Iku wong wadon kêpaung, bingung binglêng kênèng pêning. Tan wurung dadi ranjapan, ing dunya tumêkèng akir, dadi intiping naraka. Kalabang lan kalajêngking, ingkang dadi kasuripun,Ssajroning naraka benjing. Iku wong wadon candhala, kang tan bisa amêrangi, ing nêpsu kalawan hawa, amarah kang dèn tut wuri.

Kajian per kata:

Kalamun (kalau) wong (seorang) wadon (wanita) iku (itu), angrasa (mempunyai rasa) mêngku (menguasai) ing (pada) laki (suami), ing (dalam) batine (hati) amarentah (memerintah), rumasa (merasa) sênêng (suka) mring (pada) laki (lelaki), nora (tidak) rumasa (merasa) wanodya (sebagai wanita), puniku (itu) pan (sungguh) kaking (kak, sejatinya) laki (suami). Kalau ada seorang wanita yang, mempunyai rasa menguasai pada lelaki, dalam hatinya memerintah, merasa senang pada lelaki, tidak merasa sebagai wanita, itu sejatinya hak suami.

Bait ini menyoroti perilaku wanita yang suka memerintah, merasa senang jika bisa menyuruh-nyuruh suaminya, merasa senang jika menguasai lelakinya, dan tidak menuruti kodrat kewanitaannya. Jika ada wanita seperti itu, maka sebenarnya maka sebenarnya dia telah mengambil hak dari suaminya.

Iku (itu) wong (seorang) wadon (wanita) kêpaung (kesasar, sesat), bingung (bingung) binglêng (stress, depresi) kênèng (terkena) pêning (pusing kepala). Itu perilaku seorang wanita yang kesasar, kebingungan stress-depresi terkena pusing kepala.

Page 14: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 6 Perilaku yang tak wajar demikian hanya dilakukan oleh wanita yang kesasar, sakit kepalanya, tanda-tanda bahwa kehidupannya tidak berjalan sewajarnya. Bisa jadi yang bersangkutan mengalami trauma atau mengidap sindrom tertentu, yang berakibat perilakunya tak wajar. Atau mungkin karena tekanan hidup yang sangat berat. Pendek kata itu bukan keadaan normal.

Tan (tak) wurung (urung) dadi (menjadi) ranjapan (bancakan, purakan), ing (di) dunya (dunia) tumêkèng (sampai) akir (akhirat), dadi (menjadi) intiping (kerak) naraka (neraka). Tak urung menjadi bancakan, di dunia sampai akhirat, menjadi kerak neraka.

Wanita yang demikian justru tidak bermartabat, akan menjadi bancakan dan bulan-bulanan dalam kehidupan ini. Akan selalu dipermainkan lelaki, diambil keuntungan darinya dengan semena-mena. Kelihatannya dia gagah menguasai tetapi akan selalu dikibuli. Karena lelaki sungguh licik dan punya banyak kesempatan dibanding wanita untuk berbuat hina. Dan untuk wanita seperti itu, jodohnya pun lelaki pekok yang tak punya harga diri. Apa yang akan diperolehnya jika demikian itu.

Sudah begitu keadaannya di dunia, di akhirat pun dia akan rugi karena tidak ada kebaikan seorang wanita yang dilakukannya, sedangkan amalan lelaki juga bukan kewajiban baginya. Rugi besarlah dia nanti. Celaka dunia akhirat.

Frasa intiping neraka, mengungkapkan bahwa si wanita itu akan mendapat siksa paling pedih di neraka kelak. Seumpama neraka itu kuali besar yang dipanasi dari bawah, maka bagian bawahnya yang paling panas, sampai mengkerak-kerak. Di bagian itulah wanita tadi berada.

Kalabang (lipan) lan (dan) kalajêngking (kalajengking), ingkang (yang) dadi (menjadi) kasuripun (alas tidurnya), sajroning (di dalam) naraka (neraka) benjing (kelak). Lipan dan kalajengking, yang menjadi alas tidurnya, di dalam neraka kelak.

Lipan dan kalajengking akan menjadi alas tidurnya. Sudah lengkaplah deritanya, di akhirat nanti. Bersama hewan buas dan berbisa yang menjijikkan, dan dibakar sampai berkerak pula.

Iku (itulah) wong (seorang) wadon (wanita) candhala (candhala), kang (yang) tan (tak) bisa (bisa) amêrangi (memerangi), ing (dalam hal) nêpsu

Page 15: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 7 (nafsu) kalawan (dan) hawa (hawa), amarah (amarah) kang (yang) dèn (di) tut wuri (ikuti). Itulah seorang wanita candhala, yang tak bisa memerangi hawa dan nafsu, hanya amarah yang dituruti.

Di sini dijelaskan bahwa wanita yang berperilaku layaknya lelaki, ingin menguasai suaminya, suka memerintah dan membantah suami, adalah wanita yang berwatak candhala. Yakni wanita yang tak bisa memerangi hawa dan nafsu. Hawa adalah godaan dari luar, nafsu adalah keinginan dari dalam yang berlebihan. Wanita seperti itu sejatinya wanita yang lemah, karena hanya selalu mengikuti amarah. Apakah amarah itu? Yakni nafsu yang selalu cenderung mengajak kepada kerusakan (amarah bil su’).

Demikian kajian kedua serat Darmaduhita dengan tema watak wanita candhala. Hal-hal di atas kiranya perlu diketahui agar kita semua terhindar darinya.

Page 16: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 8

Kajian Tematik Darmaduhita 3 : Sampai Kakek-Nenek

Pupuh 1, Kinanthi (metrum: 8u, 8i, 8a, 8i, 8a,8i), bait 7-10, Serat Darmaduhita.

Iku poma wêkas ingsun, anggonên pitutur iki, dèn wêdi ing kakungira, aja dumèh sutèng aji. Yèn sira nora bêktia, ing laki tan wurung dadi, gêgawa mring rama ibu, kurang pamuruking siwi , iku tarkane ngakathah. Panêdhaning sun sadêmi, maring Allahutangala, miwah mring Rasullollahi. ing sakèhe putraningsun, èstri kanggoa ing laki, kinasihana ing priya, lan padha bêktiyèng laki, padha lakia sapisan. Dipun kongsi nini-nini, maksih angladèni kakung, sartane dipun wêlasi, aoyoda arondhona , warêga amomong siwi, lan nini pitutur ingwang, estokêna lair batin.

Kajian per kata:

Iku (itu) poma (ingatlah) wêkas (pesan) ingsun (saya), anggonên (pakailah) pitutur (nasihat) iki (ini), dèn (harap) wêdi (takut) ing (pada) kakungira (suamimu), aja (jangan) dumèh (karena, mentang-mentang) sutèng (anak dari) aji (raja). Itu ingatlah pesanku, pakailah nasihat ini, harap takut pada suamimu, jangan mentang-mentang anak raja.

Itulah nasihatku, ingat-ingatlah selalu, pakailah nasihat ini. Takutlah kepada suamimu. Jangan mentang-mentang sebagai anak raja, lalu menggunakan kekuasaan untuk menguasai suami. Karena dalam rumah tangga yang baik, suamilah yang menjadi pemimpinnya, artinya yang mengarahkan, yang berwenang mempertimbangkan dan yang mengambil keputusan. Jikalau wanita yang mengambil peran itu, akan timpanglah rumah tangganya.

Yèn (kalau) sira (engkau) nora (tidak) bêktia (berbakti), ing (pada) laki (suami) tan (tak) wurung (urung) dadi (menjadi), gêgawa (terbawa) mring (pada) rama (ayah) ibu (ibu), kurang (kurang) pamuruking

Page 17: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 9 (mendidik) siwi (anak), iku (iku) tarkane (tebakan, anggapan) ngakathah (orang banyak). Kalau engkau tidak berbakti, pada suami tak urung menjadi, terbawa nama ayah-ibu, dikira kurang mendidik anak, itu anggapan orang banyak.

Jika engkau, wahai anak-anak perempuanku, tidak berbakti kepada suamimu, tak urung nama orang tua akan terbawa-bawa. Orang tuamu akan dianggap sebagai orang tua yang kurang mendidik anak. Akan dikira tidak memperhatikan anak-anaknya dahulu ketika masih gadis. Tidak diajar tatakrama dan diberi pengetahuan rumah tangga. Itulah anggapan orang banyak. Jika engkau tak berbakti kepada suamimu, orang tuamulah yang akan kena getahnya.

Panêdhaning (permintaan) sun (aku) sadêmi (sedikit), maring (kepada) Allahutangala (Allah Ta’ala), miwah (dan) mring (kepada) Rasullollahi (rasulullah), ing (pada, bagi) sakèhe (semua) putraningsun (anak-anakku), èstri (sebagai istri) kanggoa (bagi) ing laki (suaminya), kinasihana (dikasihi) ing (oleh) priya (suami), lan (dan) padha (semua) bêktiyèng (berbakti pada) laki (suami), padha (semua) lakia (menikahlah) sapisan (sekali saja). Permintaanku hanya sedikit kepada Allah Ta’ala, dan syafaat kepada Rasulullah: bagi semua anak-anakku, sebagai istri bagi suaminya, dikasihi oleh suami, dan semua berbakti pada suami, semua menikahlah sekali saja.

Permintaanku kepada Allah Ta’ala, dan syafaat kepada Rasulullah. Semoga semua anak-anakku yang perempuan, sebagai istri dari suaminya, selalu dikasihi dan semoga semua berbakti kepada suami. Semoga mereka menikah sekali saja, langgeng sampai kaki-nini.

Itulah doa kepada Allah Ta’ala yang dipanjatkan oleh sang penggubah serat Darmaduhita ini. Beliau juga mohon syafaat atau pertolongan Rasulullah, melalui syariat yang dijalankannya agar diberi kemudahan dalam mencapai itu semua.

Makna syafaat adalah sebentuk pertolongan, tetapi karena Rasulullah sudah wafat maka beliau tidak dapat menolong kita di dunia ini secara fisik. Namun syariat yang beliau tinggalkan akan selalu menolong kita mendapatkan petunjuk dan kemudahan dalam hidup. Dan kelak sesudah hari kiamat syafaat Rasulullah akan menolong kita di akhirat.

Page 18: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 10 Dipun (diupayakan) kongsi (sampai) nini-nini (nenek-nenek), maksih (masih) angladèni (melayani) kakung (suami), sartane (serta) dipun (di) wêlasi (kasihi), aoyoda (mengakar) arondhona (lebat daunnya, kuat), warêga (puas) amomong (mengasuh) siwi (anak), lan (dan) nini (anakku) pitutur (nasihat) ingwang (aku), estokêna (laksanakan) lair (lahir) batin (batin). Sampai nenek-nenek, masih melayani suami, serta dikasihi, mengakar kuatlah (keluarganya), puas mengasuh anak, dan anakku nasihatku ini, laksanakan lahir dan batin.

Dalam bait sebelumnya ada harapan agar anak cucu menikah sekali saja, diupayakan sebuah pernikahan bisa langgeng sampai nini-nini atau nenek-nenk (bagi perempuan). Kalau sampai nenek-nenek masih bisa melayani suami artinya ada harapan pernikahannya bahagia sampai tua. Apalagi jika mereka (para anak perempuan tersebut) mau menerapkan ajaran dalam serat ini, yakni agar selalu patuh dan berbakti kepada suami.

Jika demikian itu sudah dilakukan, mereka akan selalu dikasihi oleh suaminya, kekeluargaan mereka berakar kuat, ibarat pohon yang akarnya kuat daunnya lebat (angoyod arondhon). Sampai tua puas mengasuh anak, tidak kekurangan kasih sayang suami dan anak-anaknya. Keluarganya akan menjadi keluarga yang sakinah (penuh ketenangan), mawadah (penuh kasih sayang) dan insya’ Allah turun rahmah dari Allah SWT.

Inilah nasihat dari sang penggubah serat. Kepada anak cucu perempuan, dan siapapun yang membaca, laksanakan secara lahir dan batin, agar tercapai kebahagiaan rumah tangga.

Page 19: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 11

Kajian Tematik Darmaduhita 4: Isyarat Jari Yang Lima

Pupuh 1, Kinanthi (metrum: 8u, 8i, 8a, 8i, 8a,8i), bait 11-20, Serat Darmaduhita.

Lawan ana kojah ingsun, saking eyangira swargi, pawèstri elinga sira, lamun ginawan dariji, lêlima puniku ana, dununge sawiji-wiji. Jêjêmpol ingkang rumuhun, panuduh kang kaping kalih, panunggul kang kaping tiga, kaping pat dariji manis, dene ta kang kaping lima, wêkasan aran jêjênthik. Kawruhana karsanipun, mungguh sêmune Hyang Widhi, wong wadon wus ginawanan, dalil panggonaning èstri, iku wajib kinawruhan, karêpe sawiji-wiji. Mula ginawan sirèku, jêjêmpol marang Hyang Widhi, dèn kayêm pol manahira, yèn ana karsaning laki, têgêse pol dèn agampang, sabarang karsaning laki, Mula ginawan panuduh, aja sira kumawani, nikêlkên tuduhing priya, ing satuduh anglakoni, panunggul pan ginawanan, iku sasmita sayêkti. Mrihên ta karyane unggul,miwah lamun apêparing, iya sira unggulêna, sanadyan amung sathithik, wajib sira unggulêna, mring guna kayaning laki. Marmane sira puniku, ginawan dariji manis, dipun manis netyanira, yèn ana karsaning laki, apa maning yèn angucap, ing wacana kudu manis. Aja dhoso amarêngut, nora mêrakakên ati, ing netya dipun sumringah, sanadyan rêngu ing batin, yèn ana ngarsaning priya, buwangên ajana kari. Marmane ginawan iku, iya dariji jêjênthik, dipun athak aithikan (= thak thik),yèn ana karsaning laki, karêpe athak ithikan, dèn tarampil barang kardi.

Page 20: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 12

Kalamun ngladèni kakung, dèn kêbat nanging dèn ririh, aja kêbat garobyagan, drêg-êdrêgan sarwi cincing, apan iku kêbat nistha, rada angoso ing batin.

Kajian per kata:

Lawan (dan) ana (ada) kojah (dari kata hujjah, perkataan) ingsun (aku), saking (dari) eyangira (mbh, kakek-nenek) swargi (almarhum), pawèstri (para wanita) elinga (ingatlah) sira (engkau), lamun (kalau) ginawan (diberi) dariji (jari), lêlima (berlima) puniku (itu) ana (ada), dununge (pengertiannya) sawiji-wiji (satu per satu). Dan ada perkataanku, dari kakek-nenekmu almarhum, kalau kita diberi jari, ada lima jumlahnya, ada pengertiannya satu per satu-satu.

Ada satu lagi nasihat, yang akan disampaikan, yang berasal dari kakek-nenek. Nasihat ini sederhana dan sudah diturunkan antar generasi sejak lama, yakni tentang perlambang atau isyarat dari 5 jari tangan. Kit mempunyai lima jari tangan yang masing-masing mempunyai nama sendiri-sendiri.

Jêjêmpol (jempol) ingkang (yang) rumuhun (pertama), panuduh (panuduh) kang (yang) kaping kalih (kedua), panunggul (panunggul) kang (yang) kaping tiga (ketiga), kaping pat (keempat) dariji manis (jari manis), dene ta (adapun) kang (yang) kaping lima (kelima), wêkasan (terakhir) aran (disebut) jêjênthik (jenthik). Jempol yang pertama, panuduh yang kedua, panunggul yang ketiga, keempat jari manis, adapun yang kelima, terakhir disebut jenthik.

Yang pertama adalah ibu jari, atau jari yang paling besar. Dalam bahasa Jawa disebut jempol. Lalu berikutnya adalah jari kedua yang disebut panuduh (bukan panudhuh lho..). Disebut jari panuduh karena sering dipakai untuk menuduh (menunjukkan). Misalnya ada orang bertanya, di mana rumah Pak Suta, maka yang ditanya akan menunjukkan letaknya, “Di sana!” sambil menunjuk memakai jari kedua ini.

Yang ketiga adalah jari panunggul (pan unggul), disebut demikian karena memang pan unggul (memang unggul), maksudnya jari ini paling unggul atau tinggi daripada jari yang lain. Yang keempat disebut jari manis,

Page 21: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 13 karena sering dipakaikan cincin sehingga tampak manis. Yang kelima disebut jenthik karena paling kecil.

Masing-masing jari tersebut memuat isyarat yang berkaitan dengan peran dan tugas wanita dalam rumah tangga. Tentu saja ini hanya othak-athik gathuk, tapi setidaknya dapat dipakai untuk pengingat dan merupakan kearifan lokal dalam mengajarkan suatu hikmat dengan media yang mudah dan ramah dengan lingkungan sehari-hari.

Kawruhana (ketahuilah) karsanipun (maksudnya), mungguh (dalam hal) sêmune (isyarat) Hyang (Tuhan) Widhi (Maha Benar), wong (seorang) wadon (wanita) wus (sudah) ginawanan (disertai), dalil (alasan) panggonaning (tempat sebenarnya) èstri (bagi istri), iku (itu) wajib (wajib) kinawruhan (diketahui), karêpe (maksudny) sawiji-wiji (satu per satu). Ketahuilah maksudnya, dalam hal isyarat dari Tuhan Maha Benar, seorang wanita sudah disertai, alasan tempat sebenarnya bagi seorang istri, itu wajib diketahui, maksudnya satu per satu.

Ketahuilah, bahwa maksud dari isyarat yang disampaikan Tuhan Yang Maha Benari berkaitan dengan tempat wanita dalam rumah tangga adalah seperti perlambang dari nama-nama jari tangan kita. Maka ketahuilah satu per satu sebagai pengingat agar mudah dihapal.

Mula (maka) ginawan (diberikan) sirèku (bagimu), jêjêmpol (jempol) marang (oleh) Hyang (Tuhan) Widhi (Maha Benar), dèn (agar) kayêm (ayem) pol (mentok, maksimal) manahira (hatimu), yèn (kalau) ana (ada) karsaning (kehendak) laki (suami), têgêse (artinya) pol (maksimal) dèn agampang (dimudahkan), sabarang (semua) karsaning (kehendak) laki (suami). Maka diberikan bagimu, jempol oleh Tuhan Maha Benar, agar ayem maksimal hatimu, kalau ada kehendak suami, artinya maksimal dimudahkan, semua kehendak suami.

Makanya engkau, wahai wanita, diberikan jari jempol agar kayem pol, artinya rasa ayem (tenang) dalam hati maksimal. Itu hanya dapat dicapai jika engkau menuruti kehendak suamimu. Gampangkan segala permintaannya, bila perlu berikan kesukaannya sebelum dia meminta. Jika demikian suami akan kalegan, puas dan semakin sayang pada istri.

Namun jika suatu butuh sesuatu suami harus berkali-kali memberi perintah baru engkau turuti, menginginkan sesuatu harus memakai banyak bujukan,

Page 22: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 14 atau harus memakai proposal bertele-tele, maka bisa jadi suamimu mendongkol dalam hatinya. Bukan hal yang mustahil kalau kemudian dia mempunyai wanita idalam lain dalam hatinya. Maka gampangkanlah segala permintaannya, agar engkau disayang dan hatimu merasa ayempol. Jempol!!

Mula (makanya) ginawan (diberikan) panuduh (panuduh), aja (jangan) sira (engkau) kumawani (lancang berani), nikêlkên (melipatgandakan) tuduhing (petunjuk) priya (suami), ing (dalam) satuduh (petunjuk itu saja) anglakoni (menjalankannya). Makanya diberikan panuduh, jangan engkau lancang berani, melipatgandakan petunjuk suami, dalam satu petunjuk itu saja menjalankannya.

Yang kedua, engkau diberi jari panuduh dengan maksud patuhilah pituduh suami. Jangan sekali-kali lancang dengan melipat-gandakan petunjuk tadi. Maksudnya kalau petunjuknya satu ya diselesaikan satu, lalu minta petunjuk lagi dalam hal lain yang belum mengerti. Jangan sampai petunjuknya satu, kok yang dikerjakan banyak sekali. Pasti yang selainnya dilakukan dengan lancang, atau tanpa petunjuk. Jangan seperti itu.

Panunggul (panunggul) pan ginawanan (diberikan serta), iku (itu) sasmita (isyarat) sayêkti (sebenarnya), prihên ta (upayakan) karyane (pekerjaannya) unggul (unggul, bermutu), miwah (serta) lamun (kalau) apêparing (dalam pemberian), iya (juga) sira (engkau) unggulêna (unggulkanlah, perlihatkanlah), sanadyan (walau) amung (hanya) sathithik (sedikit), wajib (wajib) sira (bagimu) unggulêna (mengunggulkannya), mring (pada) guna kayaning (nafkah pemberian) laki (suami). Panunggul diberikan serta, itu isyarat sebenarnya, upayakan pekerjaannya unggul, serta kalau dalam pemberian, juga engkau unggulkan, walau hanya sedikit, wajib bagimu mengunggulkannya, terhadap nafkah yang diberikan suami.

Di sini ada pelajaran tentang etos kerja dan bersyukur. Dalam pekerjaan lakukan secara unggul atau utama. Jjika melayani suami layanilah dengan senang hati. Kalau mencuci bajunya ya yang bersih, jangan mau-mau tidak mau, lakukan pekerjaan secara sempurna. Kalau masak ya yang enak, jangan asal-asalan saja. Dan dalam pekerjaan lain, juga lakukan seperti itu.

Kemudian, jika diberi sesuatu perlihatkanlah. Orang Jawa bilang ngetok-etokke, artinya diterima dengan rasa syukur dan senang hari lalu

Page 23: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 15 diperlihatkan. Misalnya suamimu memberimu cincin besi, maka terimalah dengan senang hati dan pakailah seolah itu cincin emas. Pakai untuk kondangan, atau jagong, sebagai tanda kalau engkau senang diberi sesuatu. Orang itu kalau sangat senang itu pasti pamer kemana-mana. Misalnya kita sering juga melihat orang memposting foto lagi di Mekkah atau Madinah. Mereka tak tahan untuk pamer karena sangking senangnya. Seperti itulah kira-kira.

Walau sebenarnya engkau mungkin kecewa tapi kalau dihadapan suami harus diperlihatkan rasa senang itu, syukur-syukur kalau sudah mencapai tingkat ikhlas sehingga apapun yang diberikan suami akan diterima dengan rasa senang yang benar-benar. Misalnya dalam kasus cincin besi tadi, walau hatimu masygul dan jengkel setengah mati, tetap pakailah. Jangan sampai kok malah bilang, “Wah apa ini cincin besi, berlian dong! Dasar suami miskin!” Yang seperti itu jangan lakukan. Cincin besi juga bagus kok, asal yang memakai sambil senyum gembira. Daripada cincin emas dipakai wanita yang mecucu bin mbesengut. Halah, preett!!

Marmane (makanya) sira (engkau) puniku (itu), ginawan (diberikan) dariji (jari) manis (manis), dipun (harap di) manis (maniskan) netyanira (mukanya, wajahnya), yèn (kalau) ana (ada) karsaning (kehendak) laki (suami), apa (apa) maning (lagi) yèn (kalau) angucap (berucap), ing (dalam) wacana (percakapan) kudu (harus) manis (manis). Makanya engkau itu, diberikan jari manis, harap dimaniskan wajahnya, kalau ada kehendak suami, apa lagi dalam berucap, dalam percakapan harus manis.

Yang keempat, mengapa engkau diberi jari manis adalah agar sikapmu selalu manis kepada suami. Raut mukanya dan wajahnya yang manis agar suami tertarik hatinya, suka berdekatan dengan istrinya. Manis dalam sikap dan bicara, tidak menunjukkan kesan angker dan kecewa. Dengan sikap seperti itu suami akan sayang dan makin cinta, terkintil-kintil dan emoh pisah lama-lama. istri yang selalu cerah wajahnya dan manis raut mukanya tak mungkin ditinggal karambol di gardu atau main bilyar. Pasti suami betah di rumah.

Aja (jangan) dhoso (kasar) amarêngut (merengut), nora (tidak) mêrakakên (menarik) ati (hati), ing (dalam) netya (raut muka) dipun (di) sumringah (yang gembira), sanadyan (walau) rêngu (kecewa) ing (di) batin (hati), yèn (kalau) ana (ada di) ngarsaning (depan) priya (suami),

Page 24: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 16 buwangên (buanglah) ajana (jangan ada) kari (yang tertinggal). Jangan kasar merengut, tidak menarik hati, dengan raut muka yang gembira, walau kecewa di hati, kalau ada di depan suami, buanglah jangan ada yang tertinggal.

Akan berbeda dengan suami yang istrinya mecucu sejak bangun tidur sampai ketiduran lagi. Percaya deh suamimu akan dongkol setengah mati. Dalam hati sebenarnya ingin menampar wajah angkermu itu. Tapi mungkin juga dia, daripada dongkol dan kecut, akan memilih mengambil jatah lembur. Uang lemburnya bukan untuk si angker di rumah. Paling dihabiskan di kedai kopi sambil cekakakan sama teman-temannya. Itulah lelaki terbaik yang istrinya angker, kalau si lelaki pekok bin tolol, sudah bisa ditebak dia lari kemana. Jangan anggap remeh yang seperti ini, wahai anak-anakku perempuan.

Lebih baik layani suami dengan raut muka gembira (sumringah), walau mungkin memendam kecewa tapi buanglah kekecewaan itu jauh-jauh. Dengan demikian engkau akan menerima imbal baik yang sepadan. Seoran suami yang baik takkan menyiakan istri yang sayang padanya. Jangan sungkan untuk mengungkap sayang dengan perhatian, wong orang berumah tangga itu memang untuk saling berkasih sayang kok!

Marmane (makanya) ginawan (diberikan) iku (itu), iya (iya) dariji (jari) jêjênthik (jenthik), dipun (di) athak aithikan (otak-atik), yèn (kalau) ana (ada) karsaning (kehendak) laki (suami), karêpe (kahendaknya) athak ithikan (diotak-atik, direkayasa), dèn (agar) tarampil (terampil) barang (sembarang) kardi (pekerjaan). Makanya diberikan itu, iya jari manis, agar diotak-atik, kalau ada kehendak dari suami, kehendaknya agar diotak-atik, agar trampil sembarang pekerjaan.

Makanya diberikan jari jentik adalah agar seorang istri terampil mengotak-atik, merekayasa, mereka-reka sesuatu agar manfaatnya maksimal. Maksud dari otak-atik adalah agar istri dapat merekayasa kehendak suami agar terlaksana dengan peralatan yang ada. Di maksimalkan fungsinya agar tujuannya tercapai tanpa harus mengadakan yang belum terjangkau. Hal ini biasanya berkaitan dengan urusan rumah tangga dan dapur. Misalnya jika suami ingin makan enak, tetapi tidak mempunyai bahan yang mewah, bagaimana reka-reka istri agar dapat menyajikan hidangan

Page 25: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 17 enak yang murah. Bisa dengan membuat menu baru, atau menciptakan resep bumbu yang maknyusss..

Istri yang terampil mengotak-atik keperluan rumah tangga akan menyelesaikan banyak masalah. Bisa keluar dari sekian problem yang diakibatkan persoalan klasik, kantong cekak. Berumah tangga memang butuh kreatifitas karena keperluan seorang yang berumah tangga banyak sekali. Apalagi kalau anak-anak sudah mulai tumbuh besar, semakin banyak persoalan perlu diselesaikan secara kreatif dan terampil.

Kalamun (kalau) ngladèni (melayani) kakung (suami), dèn (harap) kêbat (cepat) nanging (tetapi) dèn ririh (halus), aja (jangan) kêbat (cepat) garobyagan (berantakan, kocar-kacir), drêg-êdrêgan (bertindak kasar) sarwi (dengan) cincing (menarik kain), apan iku (yang seperti itu) kêbat (cepat) nistha (nista), rada (agak) angoso (mendongkol) ing (dalam) batin (hati). Kalau melayani suami, harap cekatan tetapi halus, jangan cepat tapi berantakan, bertindak kasar sambil menarik kain, yang seperti itu cepat nista, agak mendongkol di dalam hati.

Yang terakhir, ini bagian dari sikap terampil di atas, dalam melayani suami hendaklah cekatan. Cepat tapi tidak berantakan. Dalam menyiapkan keperluan tumah tangga kerjanya sistimatis dan tenang. Terpogram sehingga tidak kebingungan mana yang didahulukan dan diakhirkan. Jangan sampai cepat tapi malah garobyagan.

Garobyagan adalah sebutan untuk orang yang kerja cepat tapi sering menunjang-nunjang, kerja tidak sistimatis sehingga berantakan. Apalagi kalau cepatnya disertai buru-buru, bahkan sampai mengangkat kain segala (cincing). Wanita yang bekerja dengan cara seperti itu pasti dalam hatinya mendongkol dan mulutnya selalu ribut mengeluh. Wah saru, tak elok itu!

Cukup sekian anak-anak perempuanku. Ingat-ingatlah dan amalkanlah filosogi lima jari ini. Semoga kelak engkau berhasil menjadi wanita yang melakukan sesuatu dengan cara yang utama.

Page 26: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 18

Kajian Tematik Darmaduhita 5 : Menghadapi Poligami

Pupuh 1, Kinanthi (metrum: 8u, 8i, 8a, 8i, 8a,8i), bait 21-26, Serat Darmaduhita.

Poma-poma wêkas isun, marang putraningsun èstri, iku padha dèn anggoa, wuruke si bapa iki. Yèn dèn lakoni sadaya, anganggo pitutur iki, si bapa ingkang ananggung, yèn dèn anggo kang wêwêling, wus pasthi amanggih mulya, ing dunya tuwin ing akir. Lan aja manah nalimpang, dipun tumêmên ing laki. Dèn bandhunga sanga likur, tyasira aja gumingsir, lair batin aja êsak, angladèni maring laki, malah sira ngupayakna, wanodya kang bêcik-bêcik. parawan kang ayu-ayu, sira caosna ing laki. Mangkono patrape uga, ngawruhi karsaning laki, pasthi dadi ingkang trêsna, yèn wong lanang dèn turuti. Yèn wong wadon ora asung, bojone duwea sêlir, miwah lumuh dèn wayuha, yaiku wadon panyakit, miwah tan wruh tatakrama, dalil kadis tan udani. Pêpadhane asu buntung, cèlèng gotèng pamanèki, nora pantês pinêdhakan, nora wurung mêmarahi, dèn dohna pitung bêdahat, aja nêja duwe pikir.

Kajian per kata:

Serat ini memang ditujukan kepada para anak-anak perempuan sang penggubah serat ini. Maka pesan-pesannya disesuaikan dengan konteks masa itu, ketika praktik poligami dan perseliran masih menjadi gaya hidup utama bagi bangsawan kraton. Maka beliau juga memberi nasihat kepada putri-putrinya, karena sadar akan potensi yang akan menimpa mereka. Meski bait ini membuat trenyuh, terharu, tetapi merupakan nasihat yang realistis pada masa itu.

Page 27: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 19 Poma-poma (ingat-ingat) wêkas (pesan) isun (aku), marang (kepada) putraningsun (anak-anakku) èstri (perempuan), iku (itu) padha (semua) dèn anggoa (pakailah), wuruke (ajaran) si bapa (si bapak) iki (ini). Ingat-ingatlah pesanku, kepada anak-anakku perempuan, itu semua pakailah, ajaran si bapak ini.

Ingat-ingatlah pesanku, kepada semua anak-anakku perempuan. Pakailah nasihat si bapak ini.

Yèn (kalau) dèn (di) lakoni (jalani) sadaya (semua), anganggo (memakai) pitutur (nasihat) iki (ini), si bapa (si bapak ini) ingkang (yang) ananggung (menanggung), yèn (kalau) dèn (di) anggo (pakai) kang (yang) wêwêling (pesan), wus (sudah) pasthi (pasti) amanggih (menemui) mulya (kebahagiaan), ing (di) dunya (dunia) tuwin (serta) ing (di) akir (akhirat). Kalau dijalani, memakai nasihat ini, si bapak ini yang menanggung, kalau dipakai pesan ini, sudah pasti menemui kebahagiaan, di dunia serta di akhirat.

Kalau engkau semua menjalani seluruh nasihat itu, memakai ajara ini, bapak yang akan menanggung, kalau dipakai nasihat ini, sudah pasti akan menemui kebahagiaan. Baik di dunia ini maupun di akhirat.

Dalam nasihat pada serat ini, dari awal sampai akhir tidak ada opsi untuk keadaan yang diluar rencana atau keadaan yang tidak sesuai harapan. Misalnya, jika sang anak perempuan mendapat perlakuan kasar dari suaminya. Hal tersebut karena memang ini kitab nasihat, tentu yang diharapkan adalah kebaikan semata. Ini bukan buku pedoman perilaku, tetapi semata-mata harapan orang tua kepada kebahagiaan anak-anak perempuan. Walau demikian dalam serat ini terselip nasihat jika sang anak menjadi istri dari suami yang poligami. Namun harus dicatat bahwa poligami hal yang lumrah di masa itu, bukan suatu perkara yang memancing kontroversi seperti sekarang. Jadi sangat mungkin sang anak kelak juga akan mengalaminya.

Lan (dan) aja (jangan) manah (berhati) nalimpang (menyimpang), dipun (harap) tumêmên (sungguh-sungguh) ing (pada) laki (suami). Dan jangan berhati menyimpang, harap bersungguh-sungguh pada suami.

Page 28: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 20 Dan jangan pernah sekalipun menyimpang, harap bersungguh-sungguh komitmennya pada suami, pada keluarga yang hendak dibangun bersama-sama ini.

Dèn (di) bandhunga (rangkap) sanga likur (dua puluh sembilan), tyasira (hatimu) aja (jangan) gumingsir (berubah, bergeser), lair (lahir) batin (batin) aja (jangan) êsak (sakit hati), angladèni (melayani) maring (kepada) laki (suami), malah (malah) sira (engkau) ngupayakna (mencarilah), wanodya (wanita) kang (yang) bêcik-bêcik (baik-baik), parawan (perawan) kang (yang) ayu-ayu (cantik-cantik), sira (engkau) caosna (berikan) ing (pada) laki (suami).

Dirangkap dua puluh sembilan pun, hatimu jangan berubah, lahir batin jangan sakit hati, melayani kepada suami, malah engkau mencarilah, wanita yang baik-baik, perawan yang cantik-cantik, engkau berikan pada suami.

Walau engkau nanti dimadu sampai dua puluh sembilan pun, hatimu jangan berubah. Tentu saja ini kiasan karena poligami sesuai tuntunan syariat Islam hanya sampai empat istri. Jika sampai seperti itu, lahir batin jangan sakit hati dan ngambek dalam melayani suami.

Bila perlu tanggaplah dengan keinginan suamimu, layanilah dengan baik. Jika dia ingin mencari wanita lagi, carikan, pilihkan wanita yang cantik-cantik dan baik-baik, kemudian engkau berikan dengan tulus pada suamimu.

Mangkono (demikian) patrape (tindakannya) uga (juga), ngawruhi (mengetahui) karsaning (kehendak) laki (suami), pasthi (pasti) dadi (menjadi) ingkang (sebab) trêsna (cinta), yèn (kalau) wong (seorang) lanang (suami) dèn (di) turuti (turuti). Demikian tindakannya juga, mengetahui kehendak suami, pasti akan menjadi sebab rasa cinta, kalau seorang suami dituruti.

Demikian tindakan yang selayaknya dilakukan oleh seorang istri. Mengetahui kehendak suami dan mengikhlaskannya, pasti akan menjadi sebab datangnya rasa cinta. Kalau si istri ikhlas suaminya mengambil istri lagi pasti sang suami akan bertambah sayang padanya. Lain halnya kalau belum-belum si istri sudah curiga dan menghalangi, si suami akan jengkel

Page 29: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 21 sekali. Begitulah lelaki, kalau kehendaknya dituruti dia akan semakin sayang padamu, dan sebaliknya jika dilarang akan semakin menjadi-jadi.

Yèn (kalau) wong (seorang) wadon (wanita) ora (tidak) asung (memberi), bojone (suaminya) duwea (mempunyai) sêlir (selir), miwah (serta) lumuh (tak mau) dèn (di) wayuha (madu), yaiku (yaitu) wadon (wanita) panyakit (penyakit), miwah (serta) tan (tidak) wruh (mengethui) tatakrama (tatakrama), dalil (dalil) kadis (hadits) tan (tak) udani (mengetahui). Kalau seorang wanita tidak memberi, suaminya mempunyai selir, serta tak mau dimadu, yaitulah wanita berpenyakit, serta tak mengetahui tatakrama, dalil hadits tan memahami.

Praktik poligami memang sudah lazim pada zaman itu, dan didukung dengan argumen keagamaan dalil Quran dan Hadits. Seorang wanita yang menentang akan dicap sebagai seorang wanita yang tidak berpendidikan, tak tahu ilmu agama. Wong Quran-haditsnya sudah jelas membolehkan. Wanita yang seperti itu tidak akan dihargai dalam masyarakat. Meski dalam praktiknya poligami di masa itu rawan diselewengkan dari ajaran Islam. Contohnya, iya praktik perseliran itu sendiri. Apakah adanya istri selir itu sesuai dengan ajaran Islam? Mana dalil dan haditsnya?

Pêpadhane (ibaratnya) asu (anjing) buntung (buntung), cèlèng (celeng) gotèng (kerdil) pamanèki (umpamanya), nora (tidak) pantês (pantas ) pinêdhakan (didekati), nora (tak) wurung (urung) mêmarahi (mengajari, menulari), dèn dohna (jauhkan) pitung (tujuh) bêdahat (bedahat), aja (jangan) nêja (bermaksud) duwe (mempunyai) pikir (pikiran). Ibaratnya seperti anjing buntung, atau celeng kerdil umpamanya, tidak pantes didekati, tak urung akan menulari, jauhkan tujuh bedahat, jangan beermaksud mempunyai pikiran seperti itu.

Inilah sikap atau cap terhadap perempuan yang menolak poligami di zaman itu. Seolah diserupakan dengan asu buntung atau celeng gotheng, hewan yang cacat dan wajib disingkiri. Oleh karena pandangan masyarakat yang demikian praktik perseliran subur menjamur di zaman itu. Perseliran menjadi ajang melampiaskan nafsu hedonis bagi kalangan priayi, strata utama dalam masyarakat yang merasa mempunyai hak atas klaim sebagai ngawirya, ksatria.

Page 30: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 22

Kajian Tematik Darmaduhita 6 : Tetirua Panggawe Becik

Pupuh 1, Kinanthi (metrum: 8u, 8i, 8a, 8i, 8a,8i), bait 27-32, Serat Darmaduhita.

Kaya ta mangkono iku, balik kang dipun nastiti, marang wuruke si bapa, darapon manggih basuki, kaya ta yèn maca layang, tingkah wanodya puniki. Pagene tan nêdya tiru, kalakuane pawèstri, kang kinasihan ing priya, apa pawèstri parunji, miwah ta èstri candhala, apan nora kêdhah-kêdhih. Ingkang kinasihan kakung, kabèh pawèstri kang bêcik, kang nastiti marang priya. Dene èstri kang parunji, candhala pan nora nana, dèn kasihi maring laki. Mila ta kêrêp rinêmbug, dadine wong wadon iki, tanpa gawe maca layang, tan gêlêm niru kang bêcik. Mulane ta putraningwang, poma-poma dipun eling, marang ing pitutur ingsu. Muga ta Hyang Maha Suci, nêtêpêna elingira, marang panggawe kang bêcik, dèn dohna panggawe ala, siya-siya kang tan bêcik. Titi tamat layang wuruk, marang putraningsun èstri, Kêmis Pon ping pitu Ruwah, Kuningan Je kang gumanti, obah guna swarèng jagad, sancaya astha pan maksih.

Kajian per kata:

Kaya ta (seperti yang) mangkono (demikian) iku (itu), balik (kembali) kang (yang) dipun (di) nastiti (perhatikan dengan teliti), marang (pada) wuruke (ajaran) si bapa (si bapak), darapon (supaya) manggih (menemui) basuki (selamat), kaya (seperti) ta yèn (jikalau) maca (membaca) layang (serat), tingkah (perilaku) wanodya (wanita) puniki (ini). Seperti yang demikian itu, kembali diperhatikan dengan teliti, pada ajaran si bapak ini, supaya menemui selamat, seperti kalau membaca serat, perilaku wanita ini.

Page 31: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 23 Apa yang sudah disampaikan dalam bait-bait pada kajian terdahulu, harap diperhatikan dengan teliti, apa yang sudah diajarkan si bapak ini, supaya kalian menemui selamat. Seperti kalau membaca serat tentang perilaku wanita ini. Semoga anak-anak perempuanku memperhatikan.

Pagene (mengapa) tan (tak) nêdya (hendak) tiru (meniru), kalakuane (kelakuan) pawèstri (istri), kang (yang) kinasihan (dikasihi) ing (oleh) priya (suami), apa (apa) pawèstri (istri) parunji (tak tahu aturan), miwah ta (serta) èstri (istri) candhala (durhaka), apan nora (tidak) kêdhah-kêdhih (berteriak-teriak). Mengapa tak hendak meniru, kelakuan istri, yang dikasihi oleh priya? Apa istri tak tahu aturan serta isri durhaka? Yang tidak berteriak-teriak.

Mengapa tak hendak meniru kelakuan istri yang dikasihi priya? Sebagaimana yang telah disebutkan dalam bait-bait yang lalu. Janganlah bersikap seperti istri yang tak tahu aturan, yang durhaka pada suami, jangan suka berteriak-teriak pada suami. Alasan apa yang membuat engkau tak mau melakukan perbuatan baik? Ketahuilah akibat dan konsekuensi dari perilaku yang demikian itu.

Ingkang (ingkang) kinasihan (dikasihi) kakung (suami), kabèh (semua) pawèstri (istri) kang (yang) bêcik (baik), kang (yang) nastiti (berhati-hati) marang (kepada) priya (suami). Dene (adapun) èstri (istri) kang (yang) parunji (tak tahu aturan) candhala (durhaka) pan (memang) nora (tidak) nana (ada), dèn kasihi (dikasihi) maring (oleh) laki (suami). Yang dikasihi oleh suami adalah para istri yang berbuat baik, yang berhati-hati kepada suami. Adapun istri yang tak tahu aturan, durhaka memang tidak ada, yang dikasihi oleh suaminya.

Sudah dari dahulu berlaku dalam tatanan masyarakat, bahwa yang dikasihi oleh suami adalah istri yang baik, yang mengikuti nasihat-nasihat pada bait yang lalu. Yakni yang berhati-hati dalam melayani suaminya. Adapun seorang istri yang tak tahu aturan, durhaka, tak ada yang dikasihi oleh suaminya.

Mila ta (makanya) kêrêp (sering) rinêmbug (dibicarakan), dadine (kejadiannya) wong wadon (perempuan) iki (ini), tanpa (tanpa) gawe (melakukan) maca (membaca) layang (serat, kitab), tan (tak) gêlêm (mau) niru (meniru) kang (yang) bêcik ( baik. Makanya sering dibicarakan,

Page 32: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 24 kejadiannya perempuan seperti ini. Yakni mereka yang tak membaca kitab, dan tak mau meniru perbuatan baik.

Maka sering dibicarakan kejadian seorang perempuan yang demikian itu. Hal itu karena perempuan tidak membaca kitab dan tidak mau meniru perbuatan baik. Maka setidaknya lakukan salah satu dari kedua hal itu. Memang benar perempuan tugasnya amat banyak, takkan sempat untuk membaca kitab dan mengkaji ilmu pengetahuan. Jika tidak dapat melakukan itu, setidaknya berusahalah untuk meniru perbuatan baik. Jangan membantah dan melawan kepada suami.

Mulane ta (makanya) putraningwang (anak-anakku), poma-poma (harap sangat) dipun eling (diingat-ingat), marang ing (pada) pitutur (nasihat) ingsun (aku). Makanya anak-anakku, harap sangat diingat-ingat, kepada nasihatku.

Maka dengan sangat aku minta, kepada anak-anak perempuanku agar selalu mengingat-ingat nasihatku ini. Yang telah kuuraikan dengan panjang lebar dan jelas. Jangan sampai mengabaikan nasihat baik ini.

Muga ta (semoga) Hyang (Tuhan Yang) Maha (Maha) Suci (Suci), nêtêpêna (menetapkan) elingira (ingatanmu), marang (kepada) panggawe (perbuatan) kang (yang) bêcik (baik), dèn dohna (dijauhkan) panggawe (perbuatan) ala (buruk), siya-siya (yang sia-sia) kang (yang) tan (tak) bêcik (baik). Semoga Tuhan Yang Maha Suci, menetapkan ingatanmu, kepada perbuatan baik, dijauhkan dari perbuatan buruk, dan perbuatan yang sia-sia tak ada kebaikannya.

Semoga Tuhan Yang Maha Suci memberi ketetapan pada hatimu agar engkau selalu ingat kepada semua perbuatan baik. Dijauhkan dari perbuatan buruk dan perbuatan yang sia-sia, yakni perbutan yang tidak ada kebaikan di dalamnya.

Titi (selesai) tamat (lengkap) layang (risalah) wuruk (pelajaran), marang (kepada) putraningsun (anak-anakku) èstri (perempuan), Kêmis (Kamis) Pon (Pon) ping pitu (hari ke-7) Ruwah (Ruwah, Sya’ban), Kuningan (wuku Kuningan) Je kang gumanti (tahun Je), obah guna swarèng jagad, sancaya (windu) astha (masa astha) pan maksih (masih dalam waktu). Sudah tamat ajaran piulang dari bapakmu ini, kepada anak-anak perempuanku. Pada hari Kamis Pon, hari ke-7 bulan Ruwah, wuku

Page 33: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 25 Kuningan, Tahun Je. Ditandai dengan sengkala : obah guna swareng jagad (1736 AJ), windu Sancaya, masih dalam mangsa Astha.

Jika mengambil tanggal yang tertera di akhir serat ini, penanda waktu akhir penulisan serat ini terdapat kekeliruan, seharusnya: Senin Kliwon, 7 Ruwah 1736 AJ (Senin 18 September 1809 M). Namun bisa juga yang keliru adalah tanggalnya, mengingat agak aneh kalau seseorang sampai lupa hari. Yang sering terjadi adalah lupa tangga. Wallau a’lam.

Dengan selesainya bait ini, lengkaplah sudah kajian serat Darmaduhita yang menguraikan tentang darma atau perbuatan baik bagi perempuan (duhita). Semoga bermanfaat.

Klaten, 29 Juni 2018.

Bambang Khusen al Marie.

Page 34: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 26

BAGIAN KEDUA

SERAT DARMARINI

Page 35: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 27

Kajian tematik Serat Darmarini 1: Sembilan Watak Utama Wanita

Pupuh 1, Pucung (metrum: 12u, 6a, 8i, 12a), Bait 1-14, Serat Darmarini.

Kang tinutur marna rèh mring para sunu, wanodya kang samya, manungku ing palakrami, pan mangkana ingkang winêdharing kata. Dipun tuhu anglakonana puniku, kang sangang prakara, wijange sawiji-wiji, dhingin mantêp lire tan niyat mring liyan.

Kajaba mung ngamungna ingkang amêngku, iku lakinira. Kapindho têmên winarni, têmên iku nora silip ing sabarang,

dora wuwus-Dene ta kang kaping têlu, dipun anarima, apa sapanduming laki. Ping pat sabar têgêse ywa sring dêduka,

cêpak nêpsu- Ping lima bêktiyèng kakung, de bêkti mangkana, tan wani sarta ngajèni, nora lancang ywa wani andhinginana.

barang laku mêngku ngêkul nora ayun, babaganing priya, wêdia bênduning laki. Kanêmira kang gumati marang priya,

kusung-kusung sêsaji ngopèni kakung, barang kang kinarsan, tanapi yèn sukêr sakit, mulasara sung usada mrih waluya.

Kang kapitu mituhu sabarang tuduh, manut nora puga. Kawolu rumêksèng laki, bisa simpên yèn ana wadining garwa,

tyasira sru ngeman ngowêl ywa katêmpuh, sakèhing bêbaya. Kasanga wiweka pasthi, pradikaning wiweka ingkang santosa.

Ja katungkul sadina-dina kang emut, aywa pêgat-pêgat, ing rina pantara ratri, sariranta wanita èstu tan daya.

Amung dipun santosa sajroning kalbu, mring godha rêncana, sapira gone jagani, priyanira sira yêkti nimbangana.

Page 36: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 28

Kudu-kudu wiwekane dipun bakuh, tan kengguh ing coba, iku awakmu pribadi, kang rumêksa sumingkira rèh tan arja.

Wanudyèku manawa kuwat ing kalbu, yêkti lakinira, dhêmên wêlas tulus asih, tur pitaya rêsêp rumakêt sutrêsna.

Sun sêsuwun ing Gusti Kang Maha Agung, sinunga kamulyan, ing awal tumêkèng akir, putra-putri kang mangèsthi marang garwa.

Kajian per kata:

Serat Darmarini merupakan nasihat kepada anak perempuan yang sedang mempersiapkan diri memasuki kehidupan pernikahan. Digubah oleh Sri Susuhunan Paku Buwana IX raja Surakarta Adiningrat. Versi yang digunakan dalam kajian ini merupakan versi Padmasusastra. R. Ngabei Padmasusastra merupakan penulis dan penghimpun karya susastra dari keraton Surakarta. Beliau juga merupakan abdi dalem dan merupakan murid dari R. Ngabehi Ranggawarsita.

Karena nasihat ini disampaikan secara bersambung, kita terpaksa memotong tidak pada akhir gatra atau bait, tetapi kita potong sesuai item-item yang berkaitan. Karena kajian kita kali ini bersifat tematik, maka yang lebih diutamakan adalah tema pesan yang disampaikan oleh serat ini.

Kang (yang) tinutur (nasihatkan) marna (bermacam-macam) rèh (hal) mring (kepada) para (para) sunu (anak), wanodya (wanita) kang (yang) samya (sedang), manungku (berkonsentrasi) ing (dalam) palakrami (pernikahan), pan mangkana (demikianlah) ingkang (yang) winêdharing (diungkapkan) kata (dengan kata). Yang dinasihatkan ini bermacam-macam hal kepada para anak, wanita yang sedang, berkonsentrasi dalam pernikahan, demikian yang diungkapkan dalam tembang.

Nasihat ini, untuk para anak-anak perempuan, juga untuk para wanita, yang sedang berkonsentrasi, mempelajari atau sedang mempersiapkan diri atau sudah menjalani pernikahan. Kata manungku artinya fokus atau sangat perhatian pada hal-hal tertentu, dalam hal ini tentang pernikahan. Inilah nasihat yang diungkapkan dalam tembang. Arti dari kata dalam bahasa Jawa adalah rangkaian perkataan, dalam hal ini adalah tembang. Ada beberapa kata dalam bahasa Jawa yang mirip dalam arti dan bentuk

Page 37: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 29 dengan kata-kata dalam bahasa Indonesia. Hal ini wajar karena bahasa Jawa dan bahasa Indonesia merupakan keturunan dari bahasa Sansekerta.

Dipun (di) tuhu (patuhi) anglakonana (lakukanlah) puniku (itu), kang (yang) sangang (sembilan) prakara (perkara, hal), wijange (penjelasannya) sawiji-wiji (satu per satu), dhingin (pertama) mantêp (mantap) lire (artinya) tan (tak) niyat (berniat) mring (kepada) liyan (yang lain). Patuhilah dan lakukanlah itu, yang sembilan hal, penjelasannya satu per satu, yang pertama mantap artinya tidak berniat kepada yang lain.

Bagi para wanita yang ingin sukses dalam berumah tangga, patuhilah dan lakukanlah sembilan hal ini:

Yang pertama, mantapkan pilihanmu. Arti mantap adalah tidak berniat untuk menyeleweng dengan yang lain. Jika sudah memilih suami maka mantapkan dalam pilihan itu. Jangan sampai menoleh ke kiri ke kanan mencari perbandingan. Fokuskan dengan apa yang sudah dipilih tersebut, apa adanya dengan segala kelebihan dan kekurangan.

Dalam budaya Jawa posisi memilih sebenarnya berada di pihak wanita. Kita sering melihat bila ada anak gadis yang menjelang dewasa, akan banyak lelaki yang datang bertandang atau menanyakan. Maka sebuah hubungan yang berakhir dalam pernikahan sangat ditentukan oleh siapa lelaki yang dipilih oleh gadis tersebut, atau keluarganya.

Posisi memilih ini sebenarnya sangat menguntungkan karena si gadis dapat menentukan sesukanya siapa lelaki yang terbaik untuk dirinya. Oleh karena itu si lelaki sering disebut sebagai yang terpilih (pinilih), sebuah ungkapan yang melambangkan kemenangan.

Walau demikian, hati seorang gadis amatlah labil dan rapuh. Seringkali si gadis terbujuk oleh rayuan lelaki gombal mukiyo sehingga dalam memilih lupa akan berbagai pertimbangan. Oleh karena itu dalam hukum Islam, yang juga berlaku dalam budaya Jawa, keputusan memilih diletakkan di tangan wali dari si gadis. Ini sebenarnya merupakan fungsi kontrol agar si gadis tidak salah memutuskan. Fungsi wali ini seperti fungsi dewan keamanan PBB yang mempunyai hak veto jika suatu keputusan dianggap tidak benar.

Page 38: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 30 Kajaba (kecuali) mung (hanya) ngamungna (tak ada lain) ingkang (yang) amêngku (memperistri), iku (yaitu) lakinira (suamimu). Kecuali hanya tak ada lain yang memperistri, yakni suamimu.

Oleh karena itu sesudah si gadis dan walinya memilih maka segala peluang dengan lelaki lain harus ditutup. Kehidupan si gadis hendaklah berpusat pada lelaki yang memperistrinya, yakni suaminya tersebut. Tidak boleh masih memelihara peluang jika suatu keputusan sudah diambil. Oleh karena itu dalam budaya Jawa tempo dulu ada ritual yang namanya pingitan, yakni si gadis tidak boleh keluar rumah secara berlebihan jika sudah menerima lamaran lelaki. Hal tersebut untuk menjauhkan dari godaan yang mungkin timbul.

Kapindho (kedua) têmên (sungguh) winarni (nasihat, macamnya), têmên (sungguh) iku (itu) nora (tidak) silip (teledor, abai) ing (dalam) sabarang (semua), dora (bohong) wuwus (perkataan). Nasihat yang kedua sungguh, sungguh artinya tidak teledor dalam semua perkataan bohong.

Yang kedua bersungguh-sungguh, artinya tidak teledor atau lalai, dalam semua perkataan tidak bohong. Yang dimaksud adalah bersungguh-sungguh meneliti sehingga terhindar dari informasi yang tidak benar atau perkataan yang menimbulkan salah paham. Hal-hal yang tidak benar dalam rumah tangga bisa menimbulkan sumber pertengkaran dan saling curiga. Maka hendaknya wanita menjauhkan diri dari sikap seperti itu.

Dene ta (adapun) kang (yang) kaping têlu (ketiga), dipun (harap) anarima (menerima, nrimo), apa (apapun) sapanduming (pemberian) laki (suami). Adapun yang ketiga, harap bersikap menerima, apapun pemberian suami.

Yang ketiga, sikap menerima (nrima) adalah sikap yang selalu bersyukur atas seberapapun hasil yang diberikan suami. Jika banyak tidak membuat lupa diri dengan memborong keperluan yang tidak dibutuhkan, jika sedikit tidak membuat kecewa dan menyangkal sifat pemurah Tuhan. Apapun yang diterima manusia hanyalah pemberian (peparing) dari Allah Yang Maha Pemurah.

Ping pat (yang keempat) sabar (sabar) têgêse (artinya) ywa (jangan) sring (sering) dêduka (marah-marah), cêpak (dekat) nêpsu (kemarahannya).

Page 39: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 31 Yang keempat, sabar artinya jangan sering marah-marah, dekat kemarahannya.

Yang keempat, sabar. Sabar di dalam serat ini diartikan tidak sering marah, atau gampang marah. Asring (sering) berkaitan dengan jarak waktu, cepak (dekat) marah berkaitan dengan penyebabnya. Jika seringkali marah dipastikan yang bersangkutan gampang sekali marah oleh sebab yang sepele. Yang demikian mesti diperhatikan oleh para wanita. Karena merekalah yang seringkali bersifat baper, sensitif dan impulsif. Hendaknya dihindari sikap seperti itu.

Ping lima (yang kelima) bêktiyèng (berbakti pada) kakung (suami), de bêkti (bakti) mangkana (itu), tan (tak) wani (berani) sarta (serta) ngajèni (menghargai), nora (tidak) lancang (lancang) ywa (jangan) wani (berani) andhinginana (mendahuluinya). Barang (semua) laku (perbuatan) mêngku (mengandung) ngêkul (meremehkan) nora (tidak) ayun (diperlihatkan), babaganing (tentang) priya (suami), wêdia (takutlah) bênduning (kemarahan) laki (suami). Yang kelima berbakti pada suami, adapun bakti itu, tak berani serta menghargai, tidak lancang jangan berani mendahuluinya. Semua perbuatan yang meremehkan tidak diperlihatkan, tentang suami, takutlah kemarahan suami.

Yang kelima, berbakti kepada suami. Arti bakti itu, tak berani serta menghargai, tidak lancang, tidak berani mendahuluinya. Lebih baik menunggu keputusan suami dalam hal-hal yang penting, tidak mendahuluinya, jga tidak mengatur, serta memerintah. Yang demikian itu membuatnya marah, kalaupun tidak marah pasti hatinya tidak suka. Jika tidak suka maka kasih sayangnya berkurang.

Juga jangan melakukan perbuatan yang mengandung unsur meremehkan suami, atau perbuatan yang mengecilkannya. Takutlah pada kemarahan suami karena akibatnya kurang baik. Jika suami seorang yang kuasa maka dia dapat bertindak yang kurang pantas terhadap istrinya. Jika suami seorang yang lemah, maka dia bisa nekat kalau sudah marah. Bisa jadi memukul atau malah lari ke dekapan wanita lain. Atau lari ke perbuatan bejat lainnya.

Kanêmira (keenamnya) kang (yang) gumati (penuh perhatian) marang (kepada) priya (suami), kusung-kusung (bersegera) sêsaji (menyajikan) ngopèni (merawat) kakung (suami), barang (apapun) kang (yang)

Page 40: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 32 kinarsan (dikehendaki). Keenamnya, yang penuh perhatian terhadap suami, bersegera menyajikan dan merawat suami, dalam hal apapun yang dikehendakinya.

Keenamnya adalah bersikap gumati. Arti dari gumati adalah sayang dan perhatian. Bersegera dalam menyajikan dan melayani suami. Perhatian dalam merawat dan menyiapkan kebutuhannya.

Tanapi (dan juga) yèn (kalau) sukêr (terkena) sakit (sakit), mulasara (merawat) sung (memberi) usada (obat) mrih (agar) waluya (sembuh). Dan juga kalau sedang menderita sakit, merawat dengan memberi obat agar sembuh.

Dan apabila suami sedang kesusahan atau menderita sakit, maka istri merawat dengan memberi obat agar segera sembuh. Pendek kata gumati adalah menyayangi sekaligus memperhatikan.

Kang (yang) kapitu (ketujuh) mituhu (menurut) sabarang (semua) tuduh (petunjuk), manut (menurut) nora (tidak) pugal (membantah, keras hati). Yang ketujuh menurut semua petunjuk, menurut tidak membantah.

Yang ketujuh seorang istri hendaknya menurut segala petunjuk dari suami. Sebisa mungkin dilaksanakan apapun arahan dan keinginan suami. Tidak usah membantah atau bersikap menentang. Pugal artinya keras hatinya, tidak mudah dinasihati. Yang seperti itu jangan dilakukan oleh seorang istri.

Kawolu (kedelapan) rumêksèng (menjaga) laki (suami), bisa (bisa) simpên (menyimpan) yèn (kalau) ana (ada) wadining (aib atau kekurangan) garwa (suami). Kedelapan menjaga suami, bisa menyimpang kalau ada rahasia suami.

Yang kedelapan, menjaga suami. Dalam hal ini adalah martabat suaminya, jangan sampai rahasia suami justru dibocorkan yang berakibat aib suami tersebar. Namun hendaklah apa yang kurang baik diketahui orang lain dari suaminya, seorang istri berusaha menutupi itu semua.

Tyasira (hatimu) sru (sangat) ngeman (sayang) ngowêl (tak rela) ywa (jangan sampai) katêmpuh (tertimpa), sakèhing (segala) bêbaya (bahaya). Hatimu sangat sayang, tak rela tertimpa, segala bahaya.

Page 41: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 33 Seorang istri yang menjaga dalam hatinya selalu ada perasaan ngeman dan owel, sayang dan tidak rela, jika suami atau keluarga tertimpa aib, atau marabahaya yang tidak dikehendaki. Jika ada perasaan seperti ini dalam hati seorang istri, niscaya dia akan selalu menjaga sikap dan perilakunya dalam pergaulan di masyarakat. Inilah makna dari menjaga.

Kasanga (kesembilan) wiweka (berhati-hati) pasthi (pasti), pradikaning (artinya) wiweka (berhati-hati) ingkang (yang) santosa (sentosa). Kesembilan berhati-hati pasti, artinya berhati-hati dengan sentosa.

Yang kesembilan berhati-hati pasti, artinya berhati-hati dengan sentosa. Yang dimaksud adalah menyiapkan diri sebelum segala kerepotan menemui. Jika diri telah siap maka apapun masalah dan beban yang dihadapi pasti akan terasa mudah, jauh dari stess dan depresi.

Ja (jangan) katungkul (terlalaikan) sadina-dina (sehari-hari) kang (yang) emut (ingat), aywa (jangan) pêgat-pêgat (putus-putus), ing (di) rina (siang) pantara (sampai) ratri (malam). Jangan sampai terlalaikan dalam sehari-hari yang selalu ingat, jangan putus-putus, di siang sampai malam hari.

Kewaspadaan seorang wanita dalam hal menguatkan diri tadi jangan sampai putus-putus di siang sampai malam hari. Selalu dalam keadaan berhati-hati secara terus menerus.

Sariranta (engkau) wanita (wanita) èstu (sungguh) tan (tak) daya (berdaya), amung (hanya) dipun (harus di) santosa (kuatkan) sajroning (didalam) kalbu (hati), mring (dari) godha (godaan) rêncana (dan tipudaya), sapira (seberapa) gone (dalam) jagani (menjaga), priyanira (suamimu) sira (engkau) yêkti (seharusnya) nimbangana (mengimbanginya). Engkau wanita sungguh tak berdaya, hanya harus dikuatkan di dalam hati, dari godaan dan tipudaya, seberapa dalam menjaga, suamimu engkau seharusnya mengimbanginya.

Seorang wanita hanyalah makhuk lemah tak berdaya dibanding laki-laki. Maka cara menguatkannya adalah di dalam hati. Wanita yang kuat hatinya dalam menghadapi godaan dan tipudaya akan selamat. Juga harus dilihat komitmen atau perhatian seoran suami kepada istrinya, seberapa besar penjagaan suamimu kepadamu, maka hendaklah engkau mengimbanginya juga. Dengan jalan menguatkan hatimu.

Page 42: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 34 Kudu-kudu (seharusnya) wiwekane (kehati-hatian) dipun (di) bakuh (perkokoh), tan (tak) kengguh (terbujuk) ing (oleh) coba (cobaan). Seharusnya kehati-hatian diperkokoh, tak terbujuk oleh cobaan.

Kudu-kudu bisa bermakna harus, juga bisa bermakna bersegera atau melakukan sesuatu dengan prioritas. Dalam hal ini kehati-hatian haruslah menjadi prioritas bagi seorang wanita yang menempuh kehidupan rumat tangga.

Iku (itu) awakmu (dirimu) pribadi (sendiri), kang (yang) rumêksa (menjaga) sumingkira (menghindarlah) rèh (segala yang) tan (tak) arja (selamat). Itu dirimu sendiri, yang menjaga menghindarlah dari segala yang tak selamat.

Karena kehati-hatian adalah sikap hati maka dirimu sendirilah yang bisa mengontrol dan mengarahkan. Jika saja sudah dikenali bahwa sesuatu akan membinasakan segeralah menyingkir. Jangan sampai terlambat mengambil keputusan sehingga persoalan menjadi menumpuk. Jika sudah pasti akan merusak, hendaklah segera menghindar.

Wanudyèku (wanita itu) manawa (kalau) kuwat (kuat) ing (dalam) kalbu (hati), yêkti (benar-benar) lakinira (suaminya), dhêmên (senang) wêlas (belas) tulus (tulus) asih (kasih), tur (dan lagi) pitaya (percayaannya) rêsêp (meresap) rumakêt (intim) sutrêsna (rasa cintanya). Wanita itu kalau kuat dalam hati, benar-benar suaminya, senang dan tulus belas kasihnya, dan lagi kepercayaannya meresap dalam hati, intim dalam cintanya.

Kalau seorang istri kuat hatinya, kukuh imannya, maka benar-benar suaminya akan senang dan penuh kasih padanya. Akan penuh hati suaminya dengan rasa sayang dan cinta. Dan lagi suaminya akan sangat percaya padanya, jauh dari rasa curiga. Akan timbul di harinya perasaan dekat yang sangat intim, oleh karena rasa cintanya itu.

Sun(aku) sêsuwun (mintakan) ing (pada) Gusti (Tuhan) Kang (Yang) Maha (Maha) Agung (Agung), sinunga (agar mendapat) kamulyan (kemuliaan), ing (di) awal (awal) tumêkèng (sampai) akir (akhir), putra-putri (anak-anak laki-perempuan) kang (yang) mangèsthi (selalu memikirkan) marang (kepada) garwa (pasangannya). Aku mintakan pada

Page 43: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 35 Tuhan Yang Maha Agung, gar mendapat kemuliaan, di awal sampai akhir, anak laki-perempuan yang memikirkan pasangannya.

Terakhir, inilah doa dari penggubah serat ini. Semoga Tuhan Yang Maha Agung memberi kemuliaan di awal sampai akhir, kepada anak lelaki-perempuan yang selalu memperhatikan dan memikirkan kepada pasangannya.

Sekian Pupuh pertama dari serat Darmarini.

Page 44: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 36

Kajian tematik Serat Darmarini 2: Rumah Tangga Awet Lebih Baik

Pupuh 2, Gambuh (metrum: 7u, 10u, 121, 8u, 8o), Bait 1-10, Serat Darmarini.

Supadi dadi gambuh, gonira wuruk iku, sumarmanta wara sinawunging sari. Surasane dèn kacakup, kabèh wajibing wong wadon.

Witana kang kadulu, kang kapyarsa wanodya puniku, lamun pêgat dènira apalakrami, ana ping pindho ping têlu, ping pat ping lima kalakon. Sangsaya wuwuh-wuwuh, pocapane ala nganggo saru. Li warise kêsêl gone dadi wali, kajaba yèn pêgatipun, nora tulus karahayon. Tinakdir ing Hyang Agung, kayapriye kawula yèn lumuh, yêkti kudu nglakoni lumrahing urip. Wong wadon ana kang mêngku, priya kang wus dadi jodho. Aksamanta sadarum, pra sujana sarjana de ulun, kumawawa ngapus wêwulang mring siwi. Silara ing saru siku, tan wrin lukita kinaot. Mung adrêng driya kudu, karya tilas têmbe wuri besuk. Ingkang srêdha manulat pariwaradi, dinulurna ing Hyang Agung, tinut putra wayah wadon. Puji-pinuji tulus, sakaronron èstri lawan jalu, antuk brêkah oyod rondhona salami. Sawarahing rama ibu, ywa tuna sihing Hyang Manon. Narambahana sagung, kulawarga kadang myang sadulur, kacumpuning sandhang pangan sugih singgih. Titi cuh-cuh para sunu, mituhua ing wiraos. Dadya pangemut-emut, rikalanira mangriptèng kidung, sampat ari Sukra wanci jam saptenjing, Jumadilakir Sitangsu, nêmbêlas wimba katonton.

Page 45: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 37

Maktal môngsa Dhêsthèku, Alip ôngka sèwu wolung atus, lan sawêlas ingaran srat Darmarini, minôngka wasitanipun, marang putra wayah wadon.

Kajian per kata:

Supadi (supaya) dadi (menjadi) gambuh (terbiasa, sesuai, cocok), gonira (dalam engkau) nglakoni (melakukan) wuruk (nasihat) iku (itu), sumarmanta (maka padamu) wara (disampaikan, diberitakan) sinawunging (disertai) sari (kembang, tembang). Supaya menjadi terbiasa, dalam engkau melakukan nasihat itu, maka padamu disampaikan disertai tembang.

Kata sari dalam bait diatas berarti kembang, namun dalam hal ini yang dimaksud adalah tembang. Karena tembang juga seringkali disebut sekar, misalnya sekar pangkur. Pemakaian kata-kata plesetan seperti ini lazim di dalam karya susastra Jawa. Contoh lain adalah kata mataram yang juga sering memakai kata matarum (ngeksi ganda). Cara ini disebut wangsalan.

Supaya terbiasa dalam menjalani nasihat tadi, yakni sembilan hal yang sudah disampaikan dalam kajian pertama, maka beritakan nasihat tadi dalam bentuk tembang. Yang demikian itu agar indah terdengar di telinga dan berkesan dalam hati.

Surasane (pengertiannya) dèn kacakup (agar termuat), kabèh (semua) wajibing (kewajiban) wong (seorang) wadon (peremuan). Agar pengertiannya dapat termuat, semua tentang kewajiban seorang wanita.

Agar pengertian yang termuat didalamnya dapat diingat dengan mudah. Jika ditembangkan secara berulang akan selalu ingat, sehingga menjadi peringatan di setiap saat. Itu semua tentang kewajiban sebagai seorang wanita, sebagimana telah diuraikan pada kajian pertama.

Orang-orang terdahulu dalam menyampaikan nasihat selalu diungkapkan dengan kata-kata yang baik, dengan irama yang indah dan bahasa yang puitis sebagaimana tembang macapat yang dipakai dalam serat Darmarini ini. Orang-orang dahulu sangat memegang tatakrama dan budi luhur dalam menyampaikan nasihat, mereka mematuhi ajaran kuno: menyampaikan hal baik harus dengan cara yang baik.

Page 46: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 38 Witana (awitana, mulailah) kang (yang) kadulu (terlihat), kang (yang) kapyarsa (terdengar) wanodya (wanita) puniku (itu), lamun (kalau) pêgat (cerai) dènira (dalam) apalakrami (berumah tangga), ana (ada) ping pindho (dua kali) ping têlu (tiga kali), ping pat (empat kali), ping lima (lima kali) kalakon (akan terlaksana). Mulailah dari yang terlihat, dan yang terdengar wanita itu, kalau bercerai dalam rumah tangganya, ada yang dua kali, tiga kali, empat kali, lima kali, akan terlaksana.

Mulailah menjalani nasihat di atas dari hal-hal yang dekat saja, yang sering terlihat dan terdengar, mulai yang sudah di depan mata. Misalnya pada contoh ini, seorang wanita ada yang bercerai dalam kehidupan rumah tangganya, kemudian menikah lagi dan bercerai lagi, dan seterusnya. Ada yang dua kali, tiga kali, empat kali sampai lima kali, yang demikian itu bisa saja terlaksana. Itu bisa saja terjadi dalam kehidupan. Namun selalu saja ada akibat yang akan ditanggungnya.

Sangsaya (semakin) wuwuh-wuwuh (bertambah-tambah), pocapane (pergunjingan) ala (buruk) nganggo (bercampur) saru (keji). Semakin bertambah-tambah, pergunjingan buruk bercampur keji.

Semakin banyak gagal dalam membina rumah tangga, semakin banyak gunjingan datang. Orang menduga-duga dengan prasangka-prasangka yang tidak pantas. Akan sangat menganggu nantinya. Akan mendapat label sebagai perempuan yang tidak baik.

Li (ahli) warise (warisnya) kêsêl (capek) gone dadi (menjadi) wali (wali), kajaba (kecuali) yèn (kalau) pêgatipun (bercerainya), nora (tidak) tulus (langgeng) karahayon (dalam kebaikan). Ahli warisnya capek menjadi wali, kecuali kalau sebab bercerainya karena tak langgeng dalam kebaikan.

Para saudara dan ahli waris pun capek, apalagi yang menjadi wali. Oleh karena itu tidak ada manfaatnya perilaku yang demikian itu. Tidak ada kebaikan dalam berganti-ganti pasangan hidup, menambah permasalahan saja. Meski cerai dibolehkan menurut aturan agama tetapi juga ditegaskan bahwa perbuatan itu dibenci Allah. Apalagi jika sampai bongkar-pasangan berkali-kali seperti di atas. Kecuali jika memang alasan cerai karena tidak langgeng dalam kebaikan atau keselamatan bagi pasangan tersebut.

Page 47: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 39 Tinakdir (sudah ketentuan) ing (dari) Hyang (Yang) Agung (Maha Agung), kayapriye (seperti) kawula (hamba) yèn (kalau) lumuh (tak mau), yêkti (sungguh) kudu (harus) nglakoni (menjalani) lumrahing (umumnya) urip (orang hidup). Sudah menjadi ketentuan Yang Maha Agung, seperti seorang hamba (makhluk) mau tak mau harus menjalani seperti umumnya orang hidup.

Sudah ketetapan Allah Yang Maha Agung kalau seorang hamba harus menjalani hidup sesuai sunatullah, sebagaimana umumnya manusia lain. Hal itu harus dilakukan, suka atau tidak suka, karena itulah jalan termudah untuk mencapai kebaikan.

Dalam kehidupan berumah tangga ada banyak kebaikan yang didapat oleh manusia yang menjalaninya. Kalau memakai terminologi agama, ada banyak pahala dalam mahligai pernikahan. Karena serat ini menguraikan tentang kewajiban bagi wanita, maka jika dilihat secara seksama pahala yang didapat bagi wanita dari kehidupan rumah tangga amatlah banyak. Dalam melayani suami ada pahala, dalam merawat anak ada pahala, dalam mendidik anak ada pahala, dalam berkasih sayang antar anggota keluarga ada pahala. Sungguh sangat banyak pahala yang diperoleh dari kehidupan berumah tangga ini, yang jika diganti dengan amalan ibadah lain akan sulit dicapai.

Wong (seorang) wadon (perempuan) ana (ada) kang (yang) mêngku (mengayomi), priya (lelaki) kang (yang) wus (sudah) dadi (menjadi) jodho (jodohnya). Seorang perempuan ada yang mengayomi, lelaki yang sudah menjadi jodonya.

Juga sudah menjadi ketetapan Allah bahwa seorang wanita harus ada yang mengayomi, yakni seorang lelaki yang menjadi jodohnya. Maka sungguh beruntung bila pasangan suami-istri dapat menjalani kehidupan rumah tangga dengan harmonis dan langgeng. Bagi keduanya akan terkumpul banyak kebaikan dan mendapat pahala yang berlipat.

Aksamanta (maafkanlah) sadarum (semuanya), pra (para) sujana (cerdik) sarjana (cendekia) de (kalau) ulun (saya), kumawawa (lancang) ngapus (berpura-pura) wêwulang (memberi nasihat) mring (kepada) siwi (anak-anak). Maafkanlah semuanya, para cerdik cendekia kalau saya, lancang berpura-pura memberi nasihat kepada anak-anak.

Page 48: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 40 Dalam bait ini sang penggubah serat Darmarini meminta maaf kepada para cerdik-cendekia, karena telah lancang dengan berpura-pura memberi nasihat kepada anak-anak. Ini adalah ungkapan tatakrama dari seorang penulis yang rendah hati. Yang patut dihargai, bahwa Sinuhun PB IX walau seorang raja dalam menulis tetap bersikap layaknya seorang penulis tulen, sikap yang biasa diambil oleh para pujangga, yakni rendah hati.

Silara (terhindarlah) ing (dari) saru (aib) siku (marah), tan (tak) wrin (mengetahui) lukita (perkataan) kinaot (yang baik). Terhindarlah dari aib dan amarah, karena tak mengetahui perkataan yang baik.

Semoga terhindar dari aib dan marah para cerdik-pandai, karena tak mengetahui perkataan yang baik. Semoga karya ini dimaafkan dan dimaklumi karena tidak menampilkan perkataan yang bagus-bagus sebagaimana umumnya karya-karya orang pintar.

Mung (hanya) adrêng (gejolak) driya (hati) kudu (untuk bersegera), karya (membuat) tilas (jejak) têmbe (waktu) wuri (belakang) besuk (esok, kelak). Hanya terdorong gejolak hati untuk segera, membuat jejak waktu belakang kelak.

Hal ini terpaksa dilakukan karena dorongan hati yang kuat (adreng) untuk meninggalkan jejak bagi anak keturunan di kelak kemudian hari. Agar mereka dapat mengambil kebaikan dalam karya ini.

Ingkang (yang) srêdha (mau, sudi, percaya) manulat (meneladani) pariwaradi (kabar baik, perkataan baik), dinulurna (dikabulkan) ing (oleh) Hyang (Tuhan) Agung (Maha Agung), tinut (diikuti) putra (anak) wayah (cucu) wadon (perempuan). Yang mau meneladani perkataan baik ini, semoga dikabulkan oleh Tuhan Maha Agung, diikuti oleh para anak cucu perempuan.

Kepada yang mau meneladani perkataan baik ini, semoga dikabulkan oleh Tuhan Yang Maha Agung, diikuti perkataan ini oleh anak cucu perempuan semuanya. Kata sreda (sredha) artinya mau, percaya. Sedangkan kata dulur artinya dituruti, jika yang menuruti Tuhan artinya dikabulkan.

Puji-pinuji (saling mendoakan) tulus (langgeng), sakaronron (sekalian) èstri (istri) lawan (dan) jalu (suami), antuk (mendapat) brêkah (barokah) oyod (mengakar) rondhona (lebat) salami (selamanya). Saling mendoakan

Page 49: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 41 semoga langgeng, sekalian istri dan suami, mendapat barokah mengakar lebat pohon keluarganya selamanya.

Saling mendoakan agar langgeng, antara suami-istri, semoga keduanya mendapat barokah. Seketurunannya mengakar kuat, lebat akarnya, kokoh pohon keluarganya, selama-lamanya. Memang jika dicermati membangun keluarga seperti menanam sebuah pohon, semula sulit di awal. Namun jika sudah tumbuh dengan lahirnya buah hati hati akan semakin kuatlah pohon keluarga itu, semakin banyak cabang-cabangnya, semakin kokoh akarnya sehingga menaungi anggota keluarganya selama-lamanya. Dan pohon keluarga yang kokoh tersebut hanya dapat dibangun oleh mereka yang kehidupan pernikahannya harmonis. Tak mungkin keluarga yang sering cekcok akan berhasil, apalagi yang bongkar pasang suami-istri sampai lima kali seperti contoh di atas, mustahil itu.

Sawarahing (segala ajaran) rama (ayah) ibu (ibu), ywa (jangan) tuna (kehilangan) sihing (belas kasih) Hyang (Tuhan) Manon (Yang Maha Melihat). Segala ajaran ayah dan ibu, jangan sampai kehilangan kasih sayang Tuhan Yang Maha Melihat.

Segala ajaran ayah-ibu akan ditaati, jangan sampai kehilangan kasih sayang Tuhan. Dengan keluarga yang harmonis dan kuat maka barokah akan diturunkan kepada keluarga itu. Kasih sayang Tuhan akan melimpah ruah.

Narambahana (semoga meliputi) sagung (segenap), kulawarga (keluarga) kadang (sanak) myang (dan) sadulur (saudara), kacumpuning (kecukupan) sandhang (sandang) pangan (pangan) sugih (kaya) singgih (mulia). Semoga meliputi segenap, keluarga sanak saudara, kecukupan sandang pangan kaya mulia

Dengan demikian semoga meliputi segenap keluarga besar. Sanak saudara pun kecipratan barokahnya, mereka semua berkecukupan sandang-pangan, kaya harta benda dan mulia dalam derajat dan martabat di mata pergaulan luas.

Titi (tamat, selesai) cuh-cuh (larangan, ajaran) para (para) sunu (anak), mituhua (menurutlah) ing (dalam) wiraos (perkataan). Selesai ajaran untuk para anak, menurutlah nasihat ini.

Page 50: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 42 Sudah selesai ajaran, nasihat dan larangan-larangan yang disampaikan dalam serat ini. Para anak cucu harap menurutlah pada nasihat baik ini, agar kehidupan rumah tanggamu selamat, langgeng dan berkembang.

Dadya (menjadi) pangemut-emut (penginat-ingat), rikalanira (waktu ketika) mangriptèng (menggubah) kidung (tembang), sampat (selesai, lengkap) ari (hari) Sukra (jumat) wanci (waktu) jam (jam) saptenjing (tujuh pagi), Jumadilakir (jumadil akhir) Sitangsu (bulannya), nêmbêlas (enam belas) wimba (ucapan) katonton (terlihat). Menjadi pengingat-ingat, waktu ketika menggubah tembang ini, selesai hari Jumat waktu jam tujuh pagi, Jumadil Akhir bulanny, tanggal 16 ucapan ini terlihat.

Sebagai pengingat-ingat, waktu selesainya digubahnya tembang ini: hari Jumat, jam 7 pagi, bulan Jumadil Akhir tanggal 16.

Maktal (wuku Maktal) môngsa (mangsa) Dhêsthèku (Dhestha), Alip (tahun Alif) ôngka (angka tahun) sèwu (seribu) wolung atus (delapan ratus), lan sawêlas (dan sebelas, 1811AJ) ingaran (dinamakan) srat (Serat) Darmarini (Darmarini), minôngka (sebagai) wasitanipun (wasiat), marang (kepada) putra (anak) wayah (cucu) wadon (perempuan). Maktal mangsa Dhestha, Alip angka tahun seribu delapan ratus, dan sebelas dinamakan serat Darmarini, sebagai wasiat, kepada anak cucu perempuan.

Wuku Maktal, mangsa Dhestha, tahun Alip berangka tahun 1811, serat ini dinamakan Serat Darmarini, ditulis sebagai wasiat kepada anak cucu perempuan.

Selesai kajian serat Darmarini.

Page 51: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 43

BAGIAN KETIGA

SERAT WULANG WANITA

Page 52: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 44

PUPUH KESATU

Dhandhanggula

Page 53: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 45

Kajian tematik Serat Wulang Wanita 1 : Manut Mring Laki

Pupuh 1, Pada 1-5, Dhandhang Gula (10i,10a,8e,7u,9i,7a,6u,8a,12i,7a), Serat Wulang Wanita:

Murwèng sarkara nata sung wangsit, mring sagunging wanita kang samya, winêngku marang priyane, kudu manut sakayun, ngayam-ayam karsaning laki. Lêlèjêma mrih rêna, karanane iku, dadi jalaraning trêsna- ning wong priya yayah guna lawan dhêsthi. Pasthine mung elingan, aywa linglung lênglêng nora eling, lalu lina lêlabaning lara, badan tumêkèng atine. Titi tan mikir wuruk, angrêrusak budi tan wêning, sangsaya mring sarira, ras-arasên nurat. Wulanging bapa lan biyang, yêkti pantês tinurut jêr iku dadi, jalaraning tumitah. Têtêpana tartamtuning èstri, pan pinêtri wêwadining badan, dadi tartip iku rane. Tartip têgêse urut, runtut titis wajibing èstri, titis bênêr têgêsnya. Nêring driya iku, ywa liya mring lakinira, rah-arahên ywa arda driya dèn manis, ulat wijiling sabda. Dadi kanggo tinuruting laki , jêr ta sira miturut tur awas, marang karsaning lakine. nuraga dadi iku, marmaning Hyang asih mring dasih, sumingkir duka cipta, iku adatipun. Labêt labuhaning kuna, kang kasusra wanita kanggo ing laki, yogya linaluria. Myating solah myang karsaning laki, kira-kira mrih rêsêping karsa, dadi timbang mrih pêrlune. Laki kongasing kalbu, bungah lengah-lèngèh kang èstri, tinurut kasêmbadan, tan cuwa tyasipun.Lir taru katiban warsa, ngrêmbaka ron kêmbang pêntile andadi, têntrêm tan walang-driya.

Kajian per kata:

Murwèng (mengawali) sarkara (Dhandhang Gula) nata (Raja) sung (memberi) wangsit (pesan), mring (kepada) sagunging (segenap) wanita (wanita) kang (yang) samya (semua), winêngku (dinikahi) marang (oleh) priyane (pria), kudu (harus) manut (menurut) sakayun (sekehendak), ngayam-ayam (mengharap-harap) karsaning (kehendak) laki (lelaki).

Page 54: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 46 Mengawali pupuh Dhandhang Gula ini, Raja memberi pesan, kepada segenap wanita yang dinikahi oleh pria, harus menurut sekehendak, dengan mengharap-harap kehendak lelaki.

Serat Wulang Wanita ini merupakan bagian dari Wira Iswara karya Pakubuwana IX yang khusus berisi nasihat kepada wanita dalam menjalankan tugas sebagai istri. Untuk itu beliau pesankan agar; pertama, para wanita harus menyiapkan diri untuk bersikap menurut kepada suaminya. Kedua, hendaknya berharap-harap kepada keridhaan suami, jangan sampai suami kecewa dengannya.

Lêlèjêma (bermuka, berraut muka) mrih (agar) rêna (menyenangkan), karanane (karena) iku (itu), dadi (menjadi) jalaraning (sebab) trêsna-ning (rasa cintanya) wong (seorang) priya (lelaki) yayah (laksana) guna (guna-guna) lawan (dan) dhêsthi (pengasihan). Bermukalah yang menyenangkan, karena itu, menjadi sebab rasa cintanya seorang pria laksana guna-guna dan pengasihan.

Ketiga, bersikaplah dengan raut muka yang manis, menyenangkan hati. Jangan cemberut, mecucu dan bersedih. Karena tiga sikap itulah yang akan menjadi sebab rasa cintanya seorang lelaki. Sikap itu sangat mujarab dalam merebut hati suami, laksana guna-guna dan pengasihan.

Pasthine (pastinya) mung (hanya) elingan (selalu ingat), aywa (jangan) linglung (linglung, bingung) lênglêng (kebingungan) nora (tidak) eling (ingat), lalu (lebih) lina (lupa) lêlabaning (bercampur) lara (sakit), badan (badan) tumêkèng (sampai dalam) atine (hatinya). Pastinya hanya selalu ingat, jangan linglung kebingungan tidak ingat, lebih-lebih sampai lupa bercampur sakit, di badan sampai ke hati.

Ingat-ingatlah selalu, jangan sampai kebingungan dan tidak mengingat. Lebih-lebih sampai lupa, bercampur dengan sakit. Di badan sampai ke hati. jangan mengabaikan nasihat ini dan berbuat menyimpang atau mengabaikan pengajaran.

Titi (sampai tamat) tan (tan) mikir (memikirkan) wuruk (pengajaran), angrêrusak (merusak) budi (budi) tan (tak) wêning (jernih), sangsaya (sengsara) mring (pada) sarira (badan sendiri), ras-arasên (enggan, malas-malasan) nurat (menulis). Yang sampai akhir tidak memikirkan

Page 55: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 47 pengajaran, merusak budi menjadi tak jernih, membuat sengsara badan sendiri, menjadi malas untuk menulis.

Jangan sampai akhir tidak memikirkan nasihat dan pengajaran ini. Akan merusak budi, menjadikannya tak jernih, menyengsarakan badan sendiri, membuat malas menulis.

Pengkaji agak kesulitan memahami makna dari kalimat terakhir ini. Yang kami tangkap maknanya, agar nasihat kepatuhan kepada suami ini jangan diabaikan. Agar tidak merusak akal budi dan badan sendiri. Wallahu a’lam.

Wulanging (pengajaran) bapa (ayah) lan (dan) biyang (ibu), yêkti (sungguh) pantês (pantas) tinurut (dituruti) jêr (karena) iku (itulah) dadi (menjadiu), jalaraning (sebab) tumitah (terdiptanya). Pengajaran ayah dan ibu, sungguh pantas dituruti karena itulah yang menjadi, sebab terciptanya.

Pengajara ayah dan ibu jangan diabaikan. Keduanya pantas untuk memberi nasihat. Wajib bagi kita untuk menurut, karena keduanya telah menjadi sebab terciptanya kita ke dunia ini. Merawat dan mengasuh kita. Membesarkan dan mendidik kita. Apakah itu bukan sebuah alasan untuk menurut? Kedua orang tua adalah wakil dari kasih sayang Tuhan kepada kita. Selayaknya kita mengikuti nasihatnya, karena pastilah disampaikan dengan ikhlas sebagai perwujudan cinta kasih. Dan salah satu nasihatnya adalah agar para istri patuh kepada suami.

Têtêpana (patuhilah) tartamtuning (apa yang menjadi ketetapan) èstri (bagi wanita), pan (memang) pinêtri (diupayakan) wêwadining (rahasia dalam) badan (diri), dadi (menjadi) tartip (tertib) iku (itu) rane (namanya). Patuhilah apa yang menjadi ketetapan bagi wanita, memang diupayakan rahasia diri, menjadi tertib itu namanya.

Patuhilah kodrat sebagai wanita, ketetapan Tuhan yang telah dianugerahkan untuk para istri, yakni melayani. Memang sudah menjadi ketetapan bagi wanita untuk belajar menjaga rahasia diri. Wewadining badan, artinya rahasia kodrat dari wanita. Itulah yang dinamakan tertib. Apa artinya?

Tartip (tertib) têgêse (artinya) urut (urut), runtut (berurutan) titis (tepat) wajibing (kewajiban) èstri (bagi wanita), titis (titis) bênêr (benar, tepat)

Page 56: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 48 têgêsnya (artinya). Tertib artinya urut, berurutan tepat kewajiban bagi wanita, titis artinya tepat.

Tertib artinya urut, segala sesuatu dikerjakan secara berurutan, tidak saling mendahului. Apa yang menjadi kewajiban dilaksanakan dengan tepat. Titis artinya tepat pada sasaran. Apa sasaran atau maksud yang diinginkan dari semua kewajiban wanita tadi?

Nêring (tujuan) driya (hati) iku (itu), ywa (jangan) liya (selain) mring (kepada) lakinira (suamimu), rah-arahên (perkirakan) ywa (jangan) arda (bergejolak) driya (hati) dèn (agar) manis (manis), ulat (raut muka) wijiling (dan keluarnya) sabda (perkataan). Tujuan hati itu, jangan selain kepada suamimu, perkirakan jangan bergejolak hati agar manis, raut muka dan keluarnya perkataan.

Tujuan dari hati seorang wanita adalah semata-mata kepada suaminya. Perkirakan, jangan sampai ada gejolak hati agar engkau tetap bisa bersikap manis. Dalam raut muka maupun perkataan. Walau wanita kadang sangat potensial untuk bersikap emosional, tetapi biasakan jangan seperti itu. Perkirakan sendiri apa-apa yang bisa membuat engkau bersikap tidak baik, dan hindarilah. Ywa arda artinya jangan sampai hatimu bergejolak sehingga sikapmu tidak terjaga, baik dalam raut muka maupun perkataan.

Ini penting untuk diperhatikan karena wanita kalau sudah hatinya bergolak kadang menjadi tidak terkontrol. Muka cemberut, bibir manyun seolah mengulum batu sekepal, dan alis menyatu alias njenggureng. Tentu menjadi tidak enak dipandang mata, apalagi oleh suaminya. Jangan sampai itu terjadi. Upayakan untuk menghindari hal-hal yang bisa membuat hati galau, sehingga tetap bisa tampil dengan baik. Dalam raut muka, sikap manis dan perkataan.

Dadi (menjadi) kanggo (untuk) tinuruting (dituruti oleh) laki (suami), jêr ta (karena) sira (engkau) miturut (menurut) tur (lagipula) awas (awas), marang (terhadap) karsaning (kehendak) lakine (suaminya). Menjadi untuk dituruti oleh suami, karena engkau menurut lagi pula awas, terhadap kehendak suaminya.

Jika bisa bersikap manis tan berkata yang baik, itu menjadi sebab wanita dituruti oleh lelaki. Jadi wanita yang turut akan dituruti. Wanita yang patuh pada segala perintah suami, akan dituruti segala keinginan hatinya.

Page 57: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 49 Maka penting bagi wanita agar selalu patuh dan mengawasi semua kehendak suaminya. Jangan sampai kehendak suami lolos dari pengamatan. Maksudnya jangan sampai ada kehendak suami yang tidak diketahui wanita sehingga tidak kesampaian.

Nuraga (bersikap santun, merendahkan diri) dadi (menjadi) iku (seperti itu), marmaning (menjadikan) Hyang (Tuhan) asih (berbelas kasih) mring (kepada) dasih (hamba), sumingkir (tersingkir) duka (duka) cipta (pikiran), iku (itu) adatipun (kebiasaannya). Sikap santun merendahkan diri menjadi seperti itu, menjadikan Tuhan berbelas kasih kepada hambanya. Tersingkir duka dari pikiran, itulah kebiasaannya.

Sikap santun dan merendahkan diri yang dilakukan wanita kepada suaminya itulah, yang aka menjadi penyebab turunnya belas kasih dari Tuhan, kepadanya. Terhindar dari pikiran yang susah (duka cipta). Itulah kebiasaan yang sudah berlaku.

Labêt labuhaning (perbuatan baik) kuna (di zaman kuna), kang (yang) kasusra (sudah dikenal) wanita (wanita) kanggo (untuk) ing laki (para laki-laki), yogya (seyogyanya) linaluria (lestarikanlah). Perbuatan baik di zaman kuna, yang sudah kita kenal, wanita adalah untuk lelaki. Seyogyanya yang demikian lestarikanlah.

Memang demikian adanya, bahwa wanita adalah hadiah dari Tuhan untuk kaum lelaki. Ini dapat dirunut pada awal mula penciptaan Adan dan Hawa. Diciptakan Hawa agar Adam menjadi tenteram kepadanya. Namun hal yang sama bisa dibalik, lelaki ada untuk para wanita. Banyak kejadian lelaki berebut perempuan yang menjadi idaman. Bahkan saling bertengkar atau saling bunuh. Ini menjadi bukti sebaliknya, bahwa lelaki ada untuk wanita pula. Memang kedua insan lain jenis ini adalah pasangan, arti pasangan adalah ada untuk saling melengkapi. Tanpa salah satunya, takkan ada kehidupan sempurna. Maka terhadap laki-laki pun juga ada ajaran kemuliaan agar mereka dapat bersikap yang pantas kepada wanita. Namun fokus kita kali ini adalah masalah wulang wanita. Maka yang dibahas adalah tugas, kewajiban dan sikap yang baik bagi wanita. Kita lanjutkan.

Myating (melihat pada) solah (perilaku) myang (dan) karsaning (kehendak) laki (suami), kira-kira (dikira-kira) mrih (agar) rêsêping (menyenangkan) karsa (hati), dadi (menjadikan) timbang (seimbang) mrih (agar sesuai) pêrlune (kewajibannya). Melihat pada perilaku dan

Page 58: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 50 kehendak suami. Dikira-kira agar menyenangkan hatinya dan menjadikan seimbang agar sesuai kewajibannya.

Para istri hendaknya selalu melihat apa yang dilakukan oleh suaminya, dan juga mengawasi apa yang dikehendakinya. Jangan sampai terlambat dalam melayani. Kira-kiralah apa yang menyenangkan hatinya. Jika suami senang maka akan dia akan memberikan seimbang sesuai kewajibannya.

Laki (suami) kongasing (menampakkan) kalbu (rasa hati), bungah (gembira) lengah-lèngèh (selalu tertawa) kang (yang) èstri (istri), tinurut (dituruti) kasêmbadan (tercukupi), tan (tak) cuwa (kecewa) tyasipun (hatinya). Suami yang menampakkan rasa hatinya, gembira selalu tertawa istrinya, dituruti dan dicukupi, tak kecewa hatinya.

Inilah gambaran keluarga yang harmonis. Suami menampakkan rasa suka hatinya. Istri selalu tertawa gembira. Tidak ada rasa kecewa di hatinya. Semua berawal dari rasa patuh dan perhatian istri kepad suaminya. Si suami senang hati dan runtuhlah rasa cintanya kepada istri dan anak-anak. Sumi dapat bekerja dengan tenang dan konsentrasi, dengan demikian rezeki mengalir lancar. Segala keinginan istri dituruti dan dicukupi. Tidak ada lagi kekecewaan di hatinya.

Lir (seperti) taru (daun) katiban (tertimpa) warsa (hujan), ngrêmbaka (berkembang) ron (daun) kêmbang (bunga) pêntile (bakal buahnya) andadi (lebat), têntrêm (tenteram) tan (tidak) walang-driya (rasa khawatir). Seperti daun tertimba hujan, berkembang daun bungan dan bakal buahnya lebat, tenteram tak ada rasa khawatir.

Perumpamaan keluarga yang harmonis ibarat seperti pohon yang dedaunannya tertimpa air hujan. Batang pohon dan cabang-cabangnya nya kuat, daun-daunnya berkembang, bunganya pun mekar, bakal buahnya lebat. Sebuah gambaran kehidupan yang tenteram, jauh dari rasa khawatir.

Setelah uraian panjang lima bait pertama di atas, marilah kita ambil kesimpulan dari serat Wulang Wanita di atas:

1. Hendaknya para istri patuh dan selalu berharap keridaan suami dalam sembarang pekerjaan. Selalu awas dalam melihat kebutuhan suami, jangan sampai suami tidak terlayani dengan baik.

2. Bersikaplah yang manis dan menyenangkan hati sehingga suami bertambah kasih sayangnya. Jangan menambah kesedihannya karena

Page 59: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 51

suami juga sudah mempunyai tanggungan yang berat dalam menjalankan tugasnya.

3. Sikap yang manis dan tutur kata yang baik akan membuat senang suami, membuatnya tenang dalam pekerjaannya dan bertambah rasa cintanya kepada keluarga. Sehingga terciptalah keharmonisan dalam rumah tangga.

Page 60: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 52

Kajian Tematik Serat Wulang Wanita 2 : Sarwa Bisa Wajibing Wanita

Pupuh 1, Pada 6-10, Dhandhang Gula (10i,10a,8e,7u,9i,7a,6u,8a,12i,7a), Serat Wulang Wanita:

Driyanira dèn têntrêm ywa gingsir, sarwa bisa wajibing wanita, mirantèni busanane, priya myang dhaharipun, ingkang dadi karêming laki. Pinatut wayahira, sarapane esuk, têngange lan lingsir surya, têngah wêngi byar esuk sayoga salin. Tan bosên mamrih lêjar. Jêr ta iku dudutaning pikir, dadi sumèh sêmune tan giras, têntrêm krasan nèng wismane. Yêkti sira kang untung, tinunggonan nora ngêmbani. Lamun sira sêmbada, sariranta iku, bêbrêsih wida myang sêkar, sawatara dadi panggugahing ati. Lakinta nora kêmba. Bisikane sang raja ing Dêmis (Prabu Umum), pan wus umum sakèhing wanita, gung nêpsu cupêt budine. Lalèn dhêmên ginunggung, nora ketung bayar rong ringgit, janjine ana ujar, ngrika wontên dhukun, bisa nyarati wanita, jambe suruh saranane kanggwèng laki, ginugu tan tinimbang. Mula akèh wanita yèn laki, pitung dina branane wus bebas, pinunjungkên mring dhukune, tombok darbèking kakung, busanadi prabot anangkil. Konangan jinêmalan, tur sudasihipun, awak lêsah ati susah, tan tinulung mring lakine muring-muring, gêring cêkèk dadakan. Ngagak-agak sêbute dharindhil, iya talah nora kaya ingwang, têka dadine mangkene. Parikan pantèk kayu (paju), ulêr siti kang môngsa sikil (rang), majwèwuh mundur wirang- nging wus watakipun, wanodya yèn lagi susah, tansah katon bapa biyung dèn aturi, pae yèn kanggwèng krama.

Kajian per kata:

Driyanira (hatimu) dèn têntrêm (yang tenang, tenteram) ywa (jangan) gingsir (berubah), sarwa (serba) bisa (bisa) wajibing (kewajiban) wanita

Page 61: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 53 (wanita), mirantèni (menghias, menyiapkan) busanane (pakaiannya), priya (suami) myang (dan) dhaharipun (makanannya), ingkang (yang) dadi (menjdi) karêming (kegemaran) laki (suami). Hatimu yang tenang jangan berubah, serba bisa dalam menjalankan kewajiban wanita, menyiapkan pakaian suami dan makanannya, yang menjadi kegemarannya.

Seorang istri harus tenang, tidak boleh hatinya galau atau moody. Dalam melayani suami tidak boleh angot-angotan, terpengaruh suasana hati. Kewajiban istri dalam menata rumah tangga, menyiapkan pakaian dan makanan untuk suami tetap dikerjakan dengan stabil. Walau suasana hati yang bagaimanapun kewajiban itu tetep melekat padanya. Mengurus rumah tangga dan keperluan makanan suami. Bahkan, pelaksanaan kewajiban ini haruslah dimanfaatkan sebagai sarana agar suami semakin cinta kepadanya. Pilihlah pakaian yang suaminya suka, adakan makanan yang menjadi kegemarannya.

Tidak boleh seorang istri kalau hatinya tidak berkenan kemudian ngambek, tidak mau masak. Kalau diingatkan malah bilang, “Ya Masaka dhewe kana!” Atau kalau marah kemudian tidak mau mencuci baju suami, “Mbuh! Klamben karepmu, ra karepmu!” Lha, yang demikian itu tidak boleh.

Pinatut (diatur sepantasnya) wayahira (kapan waktunya), sarapane (makan sarapan) esuk (di waktu pagi), têngange (saat siang) lan (dan) lingsir (menjelang condong) surya (matahari), têngah (tengah) wêngi (malam) byar (fajar) esuk (pagi) sayoga (seyogyanya) salin (berganti). Tan (tak) bosên (bosan) mamrih (agar) lêjar (longgar hati). Diatur kepantasannya, kapan waktunya yang baik, sarapan di waktu pagi, makan siang dan menjelang matahari condong, di tengah malam dan fajar menjelang. Seyogyanya setiap waktu diganti-ganti agar tidak bosan, dan selalu merasa senang hatinya.

Dalam menyiapkan makan untuk suami, perkirakan kapan waktunya yang tepat. Harus selalu awas dalam mulat kahanan, melihat keadaan. Harus tanggap kapan suami butuh minum, butuh makan, baik di waktu pagi, siang dan malam. Telitilah (titi) melihat gelagat, dari perilaku suami. Jangan sampai suami terlanjur meminta, baru kausediakan. Hendaknya terlebih dahulu tanggap. Juga jangan banyak bertanya, karena kebanyakan

Page 62: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 54 para suami tidak suka ditanya macam-macam. Semisal ingin makan apa? Kapan akan makan? Yang demikian itu istri harus bisa memperkirakan waktunya dan apa kegemaran suami. Maka harus tanggap dan titen, menghapalkan kebiasaan suami. Bagaimana gelagat kalau suami sudah ingin makan, agar segera disiapkan untuknya. Juga harus titen, apa saja kesukaan suami. Ingat jangan banyak bertanya. Ada pepatah; malu bertanya sesat di jalan, banyak bertanya bikin jengkel.

Jêr ta (karena) iku (itu) dudutaning (menjadi terpikatnya) pikir (pikiran), dadi (menjadi) sumèh (penuh senyum) sêmune (roman mukanya) tan (tidak) giras (sensitif), têntrêm (tentetram) krasan (kerasan) nèng (di) wismane (rumahnya). Karena itu menjadi terpikatnya pikiran, menjadi penuh senyum roman mukanya tidak sensitif, tenteram dan kerasan di rumahnya.

Suami yang suka hatinya atas pelayanan istri yang tanggap, responsif dan sesuai selerannya, akan terpikat hatinya, penuh senyum dan berseri roman mukanya, tidak sensitif dan sebentar-sebentar pergi. Dudut ati artinya menjadi senang hatinya, ndudut pikir artinya pikirannya sesuai, cocok dengan apa yang dipikirkan. Sumeh artinya penuh senyum, tanda hatinya berkenan. Giras adalah gampang pergi dari rumah, atau gampang menghindar dari istri. Selalu merasa tenteram dan kerasan di rumahnya. Gambaran di atas adalah gambaran seorang suami yang kalegan (merasa lega) hatinya, atas pelayanan istrinya.

Yêkti (sungguh ) sira (engkau) kang (yang) untung (beruntung), tinunggonan (selalu ditunggui) nora (tidak) ngêmbani (membuat berkurang, kecewa). Sungguh engkau yang akan beruntung, selalu ditunggui dan tidak membuat surut.

Kemba artinya semangatnya surut, atau kasih sayang suami surut. Karena sudah merasa kalegan hatinya maka suami selalu dalam keadaan cinta kasih. Jika ini terjadi yang beruntung adalah istri. Karena akan selalu ditunggui di rumah, tidak ditinggal pergi-pergi. Suami diajak ngopi-ngopi oleh temannya pun ogah, pilih dirumah bercengkerama dengan istrinya. Hayo pora penak istri yang suaminya demikian.

Lamun (kalau) sira (engkau) sêmbada (bisa mencukupi), sariranta (dirimu) iku (itu), bêbrêsih (rajin membersihkan diri) wida (dengan parfum) myang (dan) sêkar (bunga), sawatara (beberapa, bisa) dadi

Page 63: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 55 (menjadi) panggugahing (pembangkit gairah) ati (hati). Lakinta (suamimu) nora (tidak) kêmba (surut gairahnya). Kalau engkau bisa mencukupi, dirimu itu, dalam membersihkan diri, dengan wewangian dan bunga, bisa membangkitkan gairah hati. Suamimu tidak surut gairahnya kepadamu.

Kalau seorang istri mampu membersihkan diri, mempercantik penampilan dalam mendampingi suami. Dengan memakai aroma wewangian dan bunga, maka itu akan membangkitkan gairah suaminya. Sang suami tidak akan surut gairah kepadanya. Akan nempeeeel terus kayak prangko....

Bisikane (bisik-bisik) sang (sang) raja (Raja) ing (di) Dêmis (Prabu Umum), pan (memang) wus (sudah) umum (umum) sakèhing (banyak) wanita (wanita), gung (besar) nêpsu (keinginannya) cupêt (pendek) budine (akal budinya). Bisik-bisik dari sang Raja di Demis, memang sudah umum kalau banyak wanita, besar keinginannya tapi pendek akal budinya.

Raja Demis adalah raja dalam cerita Menak. Kita belum bisa menjelaskan lebih lanjut mengapa Raja Demis disebut di sini. Semoga kelak kita juga sempat mengkaji karya-karya menak sehingga menjadi jelas. Raja Demis ini mengatakan, kalau sudah umum bagi wanita kalau mereka banyak keinginan, tetapi pendek akal budinya.

Lalèn (mudah lupa) dhêmên (senang) ginunggung (dipuji), nora (tak) ketung (terhitung) bayar(bayar) rong (dua) ringgit (ringgit), janjine (asalkan) ana (ada) ujar (perkataan), ngrika (di sana) wontên (ada) dhukun (dhukun), bisa (bisa) nyarati (memberi sarat) wanita (wanita), jambe (jambe) suruh (suruh) saranane (sarananya) kanggwèng (untuk dipakai) laki (suami), ginugu (dipatuhi) tan (tak) tinimbang (ditimbang-timbang). Mudah lupa senang dipuji, tidak terhitung membayar dua ringgih, asalhan ada perkataan, di sana ada dhukun, bisa memberi sarat kepada wanita, jambe suruh sarananya untuk dipakai kepada suami. Dipatuhi tanpa ditimbang-timbang lagi.

Mudah lupa, artinya segera lupa akan perasaanya atau pengetahuannya yang lalu. Juga senang sekali kalau dipuji. Tidak terasa kalau sudah membayar dua ringgih, asalkan mendengar bahwa di sana ada dhukun pintar yang bisa memberi sarat kepadanya. Sarat itu untuk ditujukan kepada suaminya agar sayang kepadanya. Jika sudah demikian, bilangan

Page 64: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 56 dua ringgih yang untuk ukuran zaman itu sangat banyak pun direlakan untuk membayarnya. Tanpa pertimbangan mereka asal percaya saja. Itulah yang dimaksud cupet budine, karena akal tidak dipakai untuk menelisik, menganalisa ataupun bersikap kritis terhadap kabar berita.

Mula (karena itu) akèh (banyak) wanita (wanita) yèn (kalau) laki (suaminya), pitung (tujuh) dina (hari) branane (hartanya) wus (sudah) bebas (hilang), pinunjungkên (diberikan) mring (kepada) dhukune (dhukunnya). Karena itu banyak wanita kalau suaminya, tujuh hari hartanya sudah lepas, diberikan kepada dhukunnya.

Oleh karenanya uang belanja pemberian suami pun baru tujuh hari sudah melayang ke tangan dhukun. Dipakai untuk menebus sarat-sarat yang katanya agar suaminya sayang kepadanya. Praktik demikian memang banyak ditemukan pada zaman dahulu. Guna-guna pengasihan, susuk atau ajian-ajian rapal dan sebagainya sering dipakai para wanita untuk menaklukkan laki-laki.

Tombok (tombok, menalangi) darbèking (kepunyaan) kakung (lelaki), busanadi (busana yang bagus) prabot (perabot) anangkil (menghadap raja). Tombok dengan kepunyaan suami, pakaian bagus kelengkapan untuk menghadap raja.

Malah kalau uang belanja sudah habis, apa saja dipakai untuk tombok. Diserahkan ke dhukun. Termasuk pakaian bagus-bagus kelengkapan dinas yang biasa dipakai menghadap raja. Pokoknya kalau sudah kecanduan guna-guna, sikap para wanita akan kalap. Seolah tak punya akal budi lagi. Coba nek ngono kuwi bojone kon ngantor koloran thok po piye?

Konangan (kalau sampai dipergoki suaminya) jinêmalan (dipukul kepalanya), tur (dan juga) sudasihipun (menjadi berkurang kasih-sayangnya). Awak (badan) lêsah (lesu, layu) ati (hati) susah (sudah), tan (tak) tinulung (ditolong) mring (oleh) lakine (suaminya) muring-muring (marah-marah), gêring (sakit-sakitan) cêkèk (batuk) dadakan (mendadak). Kalau sampai dipergoki suami dipukul kepalanya, dan juga menjadi berkurang kasih sayangnya. Badan menjadi lesu, hati susah, tak ditolong malah marah-marah, sakit batuk mendadak.

Kalau sampai tepergok oleh suaminya, dipukul kepalanya. Dan suaminya bukannya tambah sayang malah berkurang cintanya, berganti rasa jengkel,

Page 65: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 57 kemropok. Namun , si istri justru histerik, badan menjadi lesu, hari susah seolah dia korban. Kalau tak segera ditolong suaminya menjadi marah-marah, lalu ngambek. Tiba-tiba sakit batuk mendadak. Sakit batuk-batuk adalah sakit yang tampak menyiksa. Bernapas susah, seolah sakit parah. Begitulah wanita. Kalau sudah kepergok justru memainkan strategi playing victim.

Ngagak-agak (tak bisa tidur) sêbute (keluh kesahnya) dharindhil (nyerocos), iya talah (Ya allah) nora (tidak) kaya (seperti) ingwang (diri ini), têka (mengapa) dadine (jadi) mangkene (seperti ini). Tak bisa tidur keluh kesahnya nyerocos tan henti, “Ya Allah, jadi orang kok tak seperti saya ini, mengapa nasibku menjadi begini?”

Playing victim semakin menjadi. Setelah mendadak sakit kemudian selalu mengeluh, tak henti-henti merintih seolah menjadi orang paling malang di dunia. Meratapi nasib, mengapa menjadi begini?

Parikan (seperti peribahasa) pantèk kayu ( pantek kayu, paju), ulêr siti kang môngsa sikil (ulat tanah yang menyerang kaki, rang), majwèwuh (maju repot) mundur (mundur) wirang (malu)- nging (tapi) wus (sudah) watakipun (wataknya). Peribahasanya, pantek kayu, uler siti kang mangsa sikil, maju repot mundur malu. Tapi memang sudah menjadi watak wanita seperti itu.

Perilaku wanita yang demikian itu ibarat pepatah; pantek kayu, uler siti kang mangsa sikil, maju ewuh mundur wirang, maju repot mundur malu. Ini adalah tebakan dalam sastra Jawa yang disebut wangsalan. Pantek kayu disebut paju, diambil maju. Uler siti kang mangsa sikil adalah rang, diambil wirang. Artinya maju ewuh mundur wirang, maju repot mundur malu. Itulah gambaran keadaan wanita yang terpergok berbuat salah.

Wanodya (wanita) yèn (kalau) lagi (lagi) susah (susah), tansah (selalu) katon (terlihat) bapa (ayah) biyung (ibu) dèn (di) aturi (minta datang), pae (beda) yèn (walau) kanggwèng (sudah) krama (berumah tangga). Wanita kalau lagi susah, selalu terlihat ayah dan ibunya diminta datang, beda kalau sudah berumah tangga.

Ini juga merupakan senjata bagi wanita yang terpergok berbuat salah. Kemudian memanggil kedua orang tuanya, meminta pertolongan dan berkeluh kesah. Namun beda dengan orang yang sudah berumah tangga.

Page 66: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 58 Semestinya bisa mandiri, menyelesaikan urusannya sendiri. peran orang tua hanyalah sebagai penasihat saja, tak berwenang untuk ikut campur dalam keputusan. Maka hendaknya seseorang yang telah berumah tangga mendewasakan diri.

Page 67: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 59

Kajian Tematik Serat Wulang Wanita 3 : Ywa Dadi Trahing Kompra

Pupuh 1, Pada 11-13, Dhandhang Gula (10i,10a,8e,7u,9i,7a,6u,8a,12i,7a), Serat Wulang Wanita:

Lali lamun jalaraning urip, pijêr mikir sukane don kars .Ingundang kèh sêmayane, nanging kalamun padu, jaranthalan prapta pribadi. Dhuh adhuh wong wanita, sun puji tyasipun, mituruta sakèh wulang, lêrêpêna driyanta supaya dadi, tuladan marang putra. Jêr ta lumrah wong iku sêsiwi, yèn alaa nênulari putra, dadi tan ana ajine, tininggal bapa biyung, ngayang-ayang tanna ngajèni, sama-samèng tumitah. Uripe ngalincut, cinacat turuning sudra , midêr-midêr mring lyan praja samya uning, yèn iku trahing kompra. Angalompra tangèh wruhing bêcik, goroh umuk tur sugih carita, yaiku dadi gêlare, mrih kandêl mring lyanipun, pakantuka gone ngapusi. Sire lir pokrul jendral, bisane calathu, iku wong durjana sabda, dipun eling sakèhing manungsa sami, ywa kongsi nandhang brônta.

Kajian per kata:

Lali (lupa) lamun (kalau) jalaraning (sebab dari) urip (hidup), pijêr (sering) mikir (mikir) sukane (kesenangan) don (tujuan) karsa (kehendaknya). Lupa kalau sebab dari kehidupan, sering mikir kesenangan yang dituju hanya sesuai kehendaknya.

Jangan lupa akan asal-usul kehidupan. Semua itu diawali dari bimbingan orang tua. Mereka mengarahkan, memberi petunjuk dan mencukupi kebutuhan kita. Setelah kita bisa mandiri, mengurus keperluan sendiri, janganlah kemudian terlena memikirkan kesenangan kita sendiri. Tetap perhatikanlah mereka, jangan dipakai tombok kalau pas butuh saja.

Ingundang (diundang) kèh (banyak) sêmayane (berkilah), nanging (tetapi) kalamun (kalau) padu (bertengkar), jaranthalan (menabarak-nabrak) prapta (datang) pribadi (sendiri). Kalau diundang banyak berkilah, kalau bertengkar menabrak-nabrak datang sendiri.

Page 68: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 60 Jika mereka mengundangmu, cepat-cepatlah datang. Jangan sampai banyak berkilah dengan berbagai alasan. Namun kalau sedang bertengkar dengan suami, tak diundang pun menabrak-nabrak datang sendiri.

Dhuh (duh) adhuh (aduh) wong (kaum, orang) wanita (wanita), sun (aku) puji (doakan) tyasipun (hatinya), mituruta (menurut) sakèh (segala) wulang (nasihat), lêrêpêna (tenangkan) driyanta (hatimu) supaya (supaya) dadi (menjadi), tuladan (teladan) marang (kepada) putra (anak-anak). Duh, aduh, para wanita, aku doakan hatinya, menurut segala nasihat. Tenangkan hatimu supaya menjadi teladan kepada anak-anak.

Duh, aduh para wanita jangan seperti itu! Aku doakan (-penulis serat ini) agar hatimu senantiasa menurut segala nasihat. Tenangkan hati supaya kehidanmu tak penuh drama. Yang berhati-hati dalam hidup, yakni dengan sikap sareh dan tidak tergesa-gesa seperti yang telah diuraikan di atas. Supaya kehidupanmu dapat menjadi teladan bagi anak-anakmu kelak.

Jêr ta (karena memang) lumrah (lazim) wong (seseorang) iku (itu) sêsiwi (mempunyai anak), yèn (kalau) alaa (bertingkah buruk) nênulari (menular ke) putra (anak), dadi (jadi) tan (tak) ana (ada) ajine (nilainya). Karena memang lazimnya seseorang itu mempunyai anak, kalau bertingkah buruk menular ke anaknya, menjadi tak ada nilainya.

Karena memang sudah menjadi kelaziman kalau seseorang itu mempunyai anak, kalau dia bertingkah buruk, pasti menular ke anak. Kalau si orang tua buruk anak ikut terkena keburukannya. Ada paribasan, kacang ora ninggal lanjaran. Anak takkan bersikap jauh dari orang tuanya. Maka perlu bagi orang tua untuk selalu bersikap baik agar anaknya kelak baik pula. Seseorang yang buruk kelakuannya akan meninggalkan banyak masalah kepada anak keturunannya.

Tininggal (ditinggal) bapa (ayah) biyung (ibu), ngayang-ayang (ke sana kemari) tanna (tak ada) ngajèni (menghargai), sama-samèng (oleh sesama) tumitah (manusia, makhluk). Ketika ditinggal ayah dan ibunya, ke sana ke mari tak ada yang menghargai,oleh sesama manusia.

Kelak jika si anak ditinggal ayah dan ibunya, akan kesana kemari tak ada dihargai oleh sesama manusia. Istilah Jawanya sudah diciri, yakni sudah dikenali keburukannya dan dihindari. Terlebih orang Jawa sangat mempercayai paribasan kacang ora ninggal lanjaran tadi.

Page 69: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 61 Uripe (hidupnya) ngalincut (merasa malu), cinacat (dicela sebagai) turuning (keturunan orang) sudra (rendahan), midêr-midêr (berpindah-pindah) mring (ke) lyan (lain) praja (negeri) samya (semua) uning (tahu), yèn (kalau) iku (itu) trahing (keturunan dari) kompra (orang hina). Hidupnya merasa malu, dicela sebagai keturunan orang rendahan, berpindah-pindah ke lain negeri semua sudah mengetahui, kalau itu keturunan orang hina.

Hidupnya akan penuh rasa malu, dicela sebagai keturunan orang rendahan, maksudnya berbudi rendah. Walau berpindah-pindah pun, sampai ke lain negeri semua orang sudah mengetahuinya. Apalagi oran Jawa suka menyebar informasi dengan cara gethok tular melalui sarana lisan. Ada paribasan; sadawa-dawane lurung isih dawa gurung, sepanjang-panjangnya jalan masih lebih panjang tenggorokan orang Jawa.

Dan lagi, orang Jawa sangat kepoan, serta suka membicarakan keburukan orang lain. Mungkin dengan dalih peduli kepada teman atau kenalan agar tidak terkena keburukan orang yang dibicarakan. Kebiasaan ini sangat efektif membunuh karakter seseorang. Itulah sebabnya anak-anak orang yang kelakuannya buruk akan memikul beban yang berat.

Angalompra (menghinakan diri) tangèh (mustahil) wruhing (mengetahui) bêcik (kebaikan), goroh (bohong) umuk (umuk) tur (dan juga) sugih (banyak) carita (cerita), yaiku (yaitulah) dadi (menjadi) gêlare (penampilannya), mrih (agar) kandêl (percaya diri) mring (kepada) lyanipun (orang lain), pakantuka (agar berhasil) gone (dalam dia) ngapusi (menipu). Menghinakan diri mustahil mengetahui kebaikan, bohong umuk dan juga banyak cerita, yaitulah yang menjadi penampilannya, agar percaya diri kepada orang kain, aga berhasil dalam menipu.

Orang yang menghinakan diri mustahil mengetahui kebaikan. Yaitu orang-orang yang suka bohong dan umuk dan juga banyak cerita. Orang seperti itu memang penampilannya demikian. Agar percaya diri dalam menjalankan tipudaya untuk menaklukkan korbannya.

Sire (inginnya) lir (seperti) pokrul jendral (kepala pengadilan), bisane (bisanya) calathu (berbicara), iku (itu) wong (orang) durjana ( durjana) sabda (perkataannya), dipun (harap di) eling (ingat) sakèhing (semua) manungsa (manusia) sami (sama), ywa (jangan) kongsi (sampai)

Page 70: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 62 nandhang (menderita) brônta (asmara). Inginnya seperti pokrul jenderal, isanya berbicara, itu orang durjana dalam perkataannya. Harap diingat segenap manusia, jangan sampai menderita asmara.

Keinginan hatinya bisa seperti kepala pengadilan, yang setiap perkataannya dituruti orang. Orang yang bersikap seperti itu, tanpa wewenang yang dia punyai adalah orang yang durjana dalam perkataannya. Harap diingat bagi semua manusia, jangan sampai menderita asmara. Yakni terlena dalam bersuka-suka, tenggelam dalam bercinta sehingga lalai urusan yang lain. Bait berikutnya akan menguraikan masalah ini.

Pokrul jendral menurut kamus Bausastra Jawa, Poerwadarminta, artinya pengareping bebadan ing pengadilan luhur, kepala badan di pengadilan tinggi. Perumpamaan itu diambil di sini sebagai kiasan bagi orang yang inginnya mendapat hasil hanya dari berbicara saja.

Page 71: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 63

PUPUH KEDUA

ASMARADANA

Page 72: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 64

Kajian Tematik Serat Wulang Wanita 4 : Den Bisa Mandayeng Laki

Pupuh 2, Pada 1-5, Asmaradana (metrum: 8i, 8a, 8e, 8a, 7a, 8a, 8a), Serat Wulang Wanita:

Ywa lalu mandayèng laki, lali pijêr don asmara, kalimput mung suka bae. Yogya sira mêmujia, sakadaring wanita , titise dadi tan cubluk, sudibya ngungkuli bapa. Pan mangkono wong aurip, jangkane kudu jinangkah, kang ririh amrih ywa cèwèt, katêkan sakarsanira, lumintu tan rêkasa, pae karsa kang kasusu, suh sirna tanpa karana. Sumaraha mring Hyang Widhi, kang asung urip mring sira, dèn rapêt ngadu pasêmon, sêmuning Gusti kawula. Dèn jumbuh ywa bêncorah, ngarah lêstarining kusuk, pasêmone pinrih jomblah. Jomblah wanuh ingkang wrêdhi, mangkene upamanira,pawèstri iku wajibe, dèn wêruh budining priya. Dimèn tuk sih tan kêndhat, bokmanawa wuwuh-wuwuh, wahanèng tyas marang sira. Rruwiyaning para putri, ing kuna wus cinarita, ing Ngarab myang Jawa kene. Kang utama piniliha, sakadaring sarira, linaras lan jamanipun, mrih tumrah tinoning kathah.

Kajian per kata:

Ywa (jangan) lalu (lupa) mandayèng (merekayasa, menempatkan) laki (suami), lali (lupa) pijêr (terlena sering) don asmara (bermesraan), kalimput (tertutup) mung (hanya) suka (bersuka-suka) bae (saja). Jangan lupa menempatkan suami, agar jangan terlena bermesraan saja, tertutup kesenangan bersuka-suka saja.

Mandaya artinya menempatkan, membuat sesuatu lebih bagus. Dalam hal suami artinya wanita harus bisa mengarahkan atau mempengaruhi agar suami tidak tenggelam dalam bercinta dan bermesraan saja, serta terlena dalam bersuka-suka. Ingatkan suami bila kadarnya sudah melampaui batas. Tentu saja dengan cara yang baik, agar suami berkenan menuruti

Page 73: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 65 saran dan arahan itu. Akan lebih baik bila istri tidak hanya bicara saja, tetapi mampu megambil tindakan yang bijak agar suami tidak tenggelam dalam bersuka-suka.

Yogya (sebaiknya) sira (engkau) mêmujia (berdoalah), sakadaring (sekadar menjadi) wanita (wanita), titise (keturunannya) dadi (menjadi orang) tan (tidak) cubluk (bodoh), sudibya (perwira) ngungkuli (melebihi) bapa (ayah, orang tua). Sebaiknya engkau berdoalah, sekadar kemampuan wanita, agar keturunannya menjadi orang yang tidak bodoh, perwira melebihi ayahnya.

Selalu berdoalah, sekadar kemampuan sebagai wanita, agar anak keturunannya terhindar menjadi orang yang bodoh. Kalau bisa menjadi seorang perwira melebihi orang tuanya. Sudibya artinya lebih dari sesamanya, terpilih dari sesama manusia. Anak yang sudibya ini menjadi dambaan setiap orang tua. Bahkan gelar dari putra mahkota raja-raja Surakarta dan Yogyakarta pun terselip kata sudibya.

Pan (memang) mangkono (demikian) wong (orang) aurip (berkehidupan), jangkane (rencana masa depan) kudu (harus) jinangkah (dilaksanakan). Kang (yang) ririh (pelan, berati-hati) amrih (agar) ywa (tidak) cèwèt (tercecer), katêkan (tercapai) sakarsanira (sekehendakmu), lumintu (lestari) tan (tak) rêkasa (kesulitan), pae (beda) karsa (kehendak) kang (yang) kasusu (tergesa-gesa), suh (rusak) sirna (hilang, lenyap) tanpa (tanpa) karana (sebab). Memang demikian orang berkehidupan, rencan masa depan harus dilaksanakan. Yang berhati-hati agar tidak tercecer, agar tercapai sekehendakmu, lestari tak menemui kesulitan. Beda dengan kehendak yang dilakukan tergesa-gesa, rusak lenyap tanpa sebab.

Memang hidup itu perlu direncanakan. Harus ada gambaran tentang masa depan yang ingin dituju, dan juga harus ada upaya menjalaninya. Namun semua itu hendaklah dilakukan dengan pelan dan berhati-hati, agar setiap upaya keberhasilan tidak tercecer dilakukan. Kelak bila tercapai semua rencana itu, dapat terlaksana dengan cara yang baik dan tanpa menimbulkan kesulitan. Beda dengan bila dilakukan dengan tergesa-gesa, malah bisa merusak rencana, hilang lenyap tanpa sebab. Yang dituju tidak ketemu, yang dijangkau tak tercapai.

Sumaraha (pasrahlah) mring (kepada) Hyang (Tuhan) Widhi (Yang Maha Benar), kang (yang) asung (memberi) urip (hidup) mring (kepada)

Page 74: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 66 sira (kamu). Dèn rapêt (rapatlah) ngadu (melihat, memperhatikan) pasêmon (isyarat), sêmuning (isyarat) Gusti (Gusti) kawula (hamba). Pasrahkanlah kepada Tuhan Yang Maha Benar, yang memberi hidup kepadamu. Rapatlah dalam memperhatikan isyarat, isyarat antara Tuhan dan hamba.

Juga jangan lupa pasrahkanlah setiap hasil kepada Tuhan Yang Maha Benar. Dialah yang menentukan apapun yang terbaik untuk kita. Dia juga yang memberi kita hidup, dan memberi kita petunjuk dalam menjalaninya. Namun hendaklah kita selalu memperhatikan setiap isyarat yang disampaikan melalui tanda-tanda kehidupan. Agar kita dapat menangkap tanda-tanda petunjuk itu. Karena kita bukan makhluk yang dapat berbicara timbal-balik dengan tuhan, maka yang dapat kita lakukan hanyalah menangkap isyarat-isyarat tersebut.

Dèn (agar) jumbuh (sesuai) ywa (jangan) bêncorah (berselisih), ngarah (mengarah) lêstarining (lestari dalam) kusuk (kusyu’), pasêmone (isyarat) pinrih (diupayakan agar) jomblah (jomblah). Agar sesuai jangan berselisih, mengarah lestari dalam sikap kusyu’, isyarat diupayakan agar jomblah.

Agar sesuai, jangan berselisih dalam mengarah lestarinya sikap kusyu’ dalam sikap pasrah tadi. Supaya semua isyarat diterima maka haruslah jomblah. Apakah jomblah itu?

Jomblah (jomblah) wanuh (mengenal) ingkang (yang) wrêdhi (maknanya), mangkene (demikian) upamanira (perumpamaannya), pawèstri (wanita) iku (itu) wajibe (kewajibannya), dèn (agar) wêruh (mengetahui) budining (kebaikan) priya (suami). Jomblah yakni mengenal yang menjadi maknanya, demikian perumpamaannya, seorang wanita itu kewajibannya, agar mengetahui kebaikan suami.

Jomblah adalah mengenal (wanuh), seperti seorang istri mengenal kebaikan dari suaminya. Dalam hal jomblah dengan Tuhan, maka seseorang hamba mesti mengenal sifat-sifat kebaikan Tuhan. Apa yang diridhai dan apa yang dilarang oleh Tuhan hendaknya dilaksanakan. Tanpa semua itu pegenalan tak mungkin terjadi.

Dimèn (agar) tuk (mendapat) sih (kasih) tan (tak) kêndhat (putus), bokmanawa (barangkali) wuwuh-wuwuh (bertambah-tambah), wahanèng

Page 75: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 67 (saranya dalam) tyas (hati) marang (kepada) sira (engkau). Agar mendapat kasih yang tak putus, barangkali akan bertambah-tambah, sarana dalam hati kepadamu.

Masih melanjutkan perumpamaan di atas, seorang istri yang mengenal kebaikan suami pastilah sikapnya akan menyesuaikan dengan pengetahuannya tadi. Maka sang suami pun akan penuh kasih kepadanya tiada putus-putusnya. Malah bangkali kasihnya akan bertambah-tambah.

Demikian pula dengan Tuhan. Kalau kita mengenal sifat-sifatNya dan semua petunjukNya tentu sikap kita akan berbeda. Seorang yang mengenal bahwa Tuhan adalah Pemberi Rizki, takkan menggerutu manakala satu dua hari tak mendapat hasil sesuai harapannya. Dia tetap meyakini bahwa Tuhanlah yang Maha Bijaksana dalam mengatur rezeki seseorang. Dia tidak lantas mengomel bahwa Tuhan tidak lagi berpihak padanya, tetapi dia tetap akan bersikap baik dan tidak mengurangi peribadatan karenanya. Itu semua karen dia telah mengenal Tuhannya, serta yakin bahwa Dialah sebaik-baik pengatur rezeki.

Rruwiyaning (cerita tentang) para (para) putri (putri), ing (di) kuna (zaman kuna) wus (sudah) cinarita (diceritakan), ing (di) Ngarab (tanah Arab) myang (dan) Jawa (tanah Jawa) kene (sini). Cerita tentang para putri, di zaman kuna sudah diceritakan, di tanah Arab dan tanah Jawa.

Carilah inspirasi dari cerita tentang para putri dari zaman kuna. Yang sudah diceritakan di tanah Arab dan tanah Jawa. Ada cerita tentang keutamaan istri Fir’aun dalam al Qur’an. Ada cerita tentang Siti Zulaikha di zaman Nabi Yusuf. Ada cerita tentang putri Nabi, Siti Fatimah. Dari Jawa ada cerita Ratu Sima, Dewi Kilisuci, Ratu Kalinyamat, Sri Huning dan sebagainya. Carilah teladan baik dari mereka.

Kang (yang) utama (utama) piniliha (pilihlah), sakadaring (sekadar kemampuan dalam) sarira (diri), linaras (disesuaikan) lan (dengan) jamanipun (zamannya), mrih (agar) tumrah (keturunan) tinoning (terlihat oleh) kathah (orang banyak). Yang utama pilihlah, sekadar kemampuan dalam diri, disesuaikan dengan zamannya, agar anak keturunan pantas dilihat orang banyak.

Dari mereka teladanilah yang utama. sekadarnya dilakukan sesuai kemampuan diri kita. Sesuaikan dengan perkembangan zamannya. Apa yang bisa diteladani maka teladanilah, yang kurang sesuai karena

Page 76: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 68 perbedaan budaya dan situasi maka tak perlu dipaksakan. Semua itu lakukanlah agar kelak anak cucu keturunanmu pantas dilihat oleh orang banyak.

Page 77: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 69

Kajian Tematik Serat Wulang Wanita 5 : Nyugata Bojakrama

Pupuh 2, Pada 6-11, Asmaradana (metrum: 8i, 8a, 8e, 8a, 7a, 8a, 8a), Serat Wulang Wanita:

Pathining we jalanidhi (uyah), ron lêmpuyang misih mudha (lirih), wus sayah kang ngripta mangke, aririh dera mangarah, runtute kang wiyata. Tarlèn mung dadya pangemut, tyasing wanita mrih arja. Kasmaran ngungune guling, angripta kadi supêna, sêdya andugèkkên manèh, pitutur mring pra wanita. Yogyane barêsiha, jro wisma myang badanipun, mrih rahabing kadang mitra. ingkang sêdya amartuwi. Pirangbara lamun bisa, nyugata amrih sukane, kadang mitra ingkang samya, tuwi krasan rêrasan, saking bisa tindak-tanduk, ingaranan bojakrama. Boja suguh ranirèki, krama têmbung kang mrih lêjar, tyasing tamu mrih jênake, tan age mulih dumadya. Pratandhane yèn sira, sinihan sêsaminipun, janma yogya linuria. Karanane wong antuk sih, ing manungsa iku tôndha, Hyang Manon kang ngosikake. Dèn agung sukuring Suksma, muga ta lêstaria, sihing Hyang turun-tumurun, tumêkèng dina kiyamat. Mufangati lair batin, wong sinihan samèng titah, tumruntun prapta drajate, sasêdyane pan tinêkan, mangkana adatira. Manungsa kang arsa luhung, sumingkir marang kanisthan.

Kajian per kata:

Pathining (sari pati) we (air) jalanidhi (laut), (saripati air laut yakni; garam atau uyah), ron (daun) lêmpuyang (lempuyang) misih (masih) mudha (muda), (daun lempuyang masih muda yakni; lirih), wus (sudah) sayah (capai) kang (yang) ngripta (mengarang) mangke (sekarang), aririh (pelan-pelan) dera (dalam melakukan) mangarah (memperkirakan), runtute (runtutnya, konsistennya) kang (yang) wiyata (pelajaran), tarlèn

Page 78: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 70 (tak lain) mung (hanya) dadya (agar menjadi) pangemut (peringatan), tyasing (hati) wanita (wanita) mrih (agar) arja (sejahtera, tenang, baik). Sudah capai yang mengarang sekarang, pelan-pelan dalam memperkirakan runtutnya pelajaran. Tak lain hanya agar menjadi peringatan, hati wanita agar penuh kebaikan.

Wangsalan pathining we jaladri, saripati air laut, yakni uyah, diambil sayah (capai). Ron lempuyang misih mudha, daun lempuyang yang masih muda adalah lirih, diambil ririh (pelan-pelan). Arti dari wangsalan ini adalah pengarang serat ini sudah capai, maka pelan-pelan saja dalam mengarahkan diri agar mampu tetap menulis. Agar yang ditulis konsisten, yakni semata-mata memberi pelajaran kepada wanita, agar tidak melantur kemana-mana, diluar konteks yang dibicarakan. Semua itu tak lain sebagai pelajaran agar hati para wanita selalu dalam keadaan tenang dan penuh kebaikan (arja).

Kasmaran (terpedaya) ngungune (keinginan) guling (tidur), angripta (mengarang) kadi (seperti) supêna (bermimpi), sêdya (bermaksud) andugèkkên (melanjutkan) manèh (lagi), pitutur (nasihat) mring (kepada) pra (para) wanita (wanita). Terpedaya keinginan tidur, mengarang seperti bermimpi saja, bermaksud melanjutkan lagi, nasihat kepda para wanita.

Sudah capai dan terpedaya keinginan untuk tidur. Mengarang jadi seperti bermimpi saja. Padahal maksud hati masih ingin melanjutkan memberi nasihat kepada para wanita. Maka dengan pelan-pelan, karena mengantuk dan badan capai, nasihat ini dilanjutkan.

Yogyane (sebaiknya) barêsiha (bersih-bersihlah), jro (dalam) wisma (rumah) myang (dan) badanipun (badannya), mrih (agar) rahabing (menjadi senang) kadang (saudara) mitra (teman), ingkang (yang) sêdya (hendak) amartuwi (bertamu). Sebaiknya bersih-bersihlah, dalam rumah dan badannya, agar menjadi senang saudara dan teman, yang hendak bertamu.

Sebaiknya, sebagai wanita bersih-bersihlah dalam rumah dan juga lingkungan sekitar, serta bersihkanlah badan. Tidah usah berhias berlebihan seperti kalau mau kondangan, tetapi hendaklah yang bersih. Agar saudara dan teman yang berkunjung merasa senang ketika bertamu atau anjangsana, menengok atau mengabarkan. Kalau rumah bersih dan yang punya rumah siap menerima tamu, mereka tentu merasa nyaman.

Page 79: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 71 Pirangbara (lebih baik) lamun (kalau) bisa (bisa), nyugata (menjamu) amrih (agar) sukane (suka hatinya), kadang (saudara) mitra (dan teman) ingkang (yang) samya (sedang), tuwi (bertandang) krasan (kerasan) rêrasan (bercakap-cakap), saking (dari) bisa (bisa) tindak-tanduk (berperilaku), ingaranan (inilah yang disebut) bojakrama (boja krama). Lebih baik kalau bisa, menjamu agar suka hatinya, saudara dan teman yang sedang bertandang kerasan bercakap-cakap, dari tindak-tanduk perilaku. Inilah yang disebut bojakrama.

Akan lebih baik lagi, kalau bisa menyediakan jamuan. Agar yang berkunjung suka hatinya. Sanak saudara dan teman yang menengok menjadi kerasan dalam bercakap-cakap. Rerasan adalah bercakap-cakap tentang hal yang bersifat pribadi, timbul dari rasa hati masing-masing. Kalau istilahnya sekarang mungkin curhat. Curhat ini bagi sebagian orang mungkin sangat berguna untuk mengurangi beban hidup. Dan tuan rumah yang baik akan menyambut dengan suasana nyaman. Sambil ngemil kacang goreng bisa bicara dari hati ke hati dalam suasana yang hangat. Nah tindak tanduk yang menyenangkan dari tuan rumah disertai jamuan itu disebut bojakrama. Apa itu bojakrama?

Boja (boja) suguh (jamuan) ranirèki (namanya itu), krama (krama) têmbung (perkataan) kang (yang) mrih (membuat) lêjar (suka), tyasing (hati dari) tamu (tamu) mrih (agar) jênake (nyaman), tan (tak) age (segera) mulih (pulang) dumadya (jadinya). Yang disebut boja adalah jamuan darimu, yang disebut krama adalah perkataan yang membuat suka hati, hati dari tamu agar merasa nyaman, tak ingin segera pulang jadinya.

Bojakrama dari kata boja dan krama. Yang disebut boja adalah hidangan yang disuguhkan kepada tamu. Arti krama adalah perkataan baik, memenuhi kaidah unggah-ungguh yang benar. Krama adalah perkataan yang membuat lejar. Arti lejar adalah hilangnya duka menjadi suka. Orang yang lejar hatinya sudah tidak menyimpan kedukaan lagi. Bila sang tamu sudah lejar hatinya maka kemudian dia akan merasa jenak. Arti jenak adalah kerasan, nyaman, tanpa merasa risih atau ingin segera pulang. Maka kalau Anda ketamuan dan tamunya kok “ora mulih-mulih”, itu tanda tamunya jenak.

Pratandhane (itu pertanda) yèn (kalau) sira (engkau), sinihan (dikasihi) sêsaminipun (sesamanya), janma (manusia) yogya (sebaiknya) linuria

Page 80: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 72 (lestarikanlah). Itu pertanda kalau engkau, dikasihi sesama manusia, sebaiknya lestarikan yang demikian.

Si tamu yang jenak tadi menjadi tanda bahwa engkau disukai, dikasihi oleh sesama manusia. yang demikian ini sebaiknya dilestarikan. Jangan malah kalau ada tamu tak pulang-pulang Anda malah jengkel. Mengapa demikian?

Karanane (karenanya) wong (orang) antuk (mendapat) sih (kasih sayang), ing (dari) manungsa (manusia) iku (itu) tôndha (pertanda), Hyang (Tuhan) Manon (Yang Maha Melihat) kang (yang) ngosikake (menggerakkan). Karena orang mendapat kasih sayang, dari orang lain itu pertanda, Tuhan Yang Maha Tahu Yang menggerakkan.

Karena orang yang mendapat kasih sayang dari sesama manusia, itu menjadi tanda bahwa Tuhan Yang Maha Melihat telah menggerakkan hati orang lain itu untuk mengasihi orang itu. Jika orang yang datang ke rumahmu merasa kerasan, maka itu tanda bahwa rumahmu penuh berkah. Maka hilangkan kejengkelanmu itu. Sambutlah tamu yang datang dengan hangat.

Dèn agung (perbanyaklah) sukuring (rasa syukur) Suksma (kepada Tuhan), muga (semoga) ta lêstaria (lestarilah), sihing (kasih sayang) Hyang (Tuhan) turun-tumurun (turun-temurun), tumêkèng (sampai pada) dina (hari) kiyamat (kiamat). Perbanyaklah rasa syukur kepada Tuhan, semoga lestarilah, kasih sayang Tuhan turun temurun, sampai pada hari kiamat.

Maka perbanyaklah rasa syukurmu kepada Tuhan. Semoga lestari, langgeng, sempulur, lumintu, tumruntun kasih sayang Tuhan kepadamu dan anak keturunanmu sampai pada hari kiamat. Menjadi tangan Tuhan yang terjulur sebagai penyampai kasih bukanlah sebuah kerepotan, tetapi tanda bahwa derajatmu ditinggikan.

Mufangati (memberi manfaat) lair (lahir) batin (batin), wong (orang) sinihan (dikasihi) samèng (sesama) titah (makhluk), tumruntun (bertubi-tubi) prapta (sampai) drajate (derajatnya), sasêdyane (sekehendaknya) pan (akan) tinêkan (tercapai), mangkana (demikian) adatira (kebiasaannya). Memberi manfaat lahir dan batin, orang yang dikasihi

Page 81: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 73 oleh sesama makhluk, berurutan sampai kepada derajatnya, sekehendaknya akan tercapai, demikian kebiasaannya.

Apa yang terjadi padamu akan memberi manfaat lahir dan batin. Orang yang dikasihi olehsesama makhluk, akan mendapat kebaikan secara berurutan sampai kehendaknya tercapai. Itulah yang menjadi hukum alam. Adat di sini artinya kebiasaan yang sering terjadi dalam kehidupan. Bahasa lain dari hukum alam.

Manungsa (manusia) kang (yang) arsa (menghendaki) luhung (keluhuran), sumingkir (menghindar) marang (dari) kanisthan (kenistaan). Manusia yang menghendaki keluhuran, akan menghindar dari kenistaan.

Manusia yang menghendaki keluhuran derajatnya, pasti akan menghindari perbuatan nista. Ingatlah bahwa keluhuran budi itu diturunkan antar generasi, melalui pengajaran, teladan dan watak yang tertanam dalam sanubari. Upayakan kebaikan diri, agar kelak anak keturunanmu mendapat kebaikan juga. Kacang ora ninggal lanjaran.

Page 82: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 74

PUPUH KETIGA

K I N A N T H I

Page 83: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 75

Kajian Tematik Serat Wulang Wanita 6: Nganthia Wulanging Ratu

Pupuh 3, Pada 1-11, Kinanthi (metrum: 8u, 8i, 8e, 8a, 8i, 8a, 8i), Serat Wulang Wanita:

Nganthia wulanging ratu, kang wus mashur nguni-uni, budwèslam samya têtilar. Nalar kang amrih nulari, mring budi dadine jêmbar, brêkahi mring anak rabi. Pirabara lamun sarju, liyaning ahli kapengin, miturut wiyata arja. Ujêr iku mufangati, mring badan lan ahlinira, rêsêp antuk kojah bêcik. Cobanên kalamun ngrungu, ujaring kang dadi wiji, wijining utamèng karsa, yêkti têntrêm tyas kang gingsir. Lan sire dhewe sulaya, janma lèn yêkti tan sudi, darbe mitra kang kadyèku. Tan wande andarawasi, nulari sakèhing nalar, milar milalu mêdèni, wis aja sinruwe padha, wong ingkang pangawak dhêmit. Dhêmên wadul lir wong nglindur, dora ragane mrih bêcik, cilakaning lyan sinêdya, kadya setan nunggang ilir. Sabên nglilir angupaya, luputing tôngga pinikir. Kêri gatêl lambenipun, kalamun nora ngrasani, mring kônca mitra kêkadang. Iku têtela yèn dadi, awak uwong ati setan, tan kêna dipun tambani. Pantês ngalap opah iku, sabên sasi sing pulisi, cukup digo tuku madat, lan pacitan sawatawis. Yèn wus sêgêr nuli lunga, golèk warta mrih bilai- ning wong kang nora tartamtu, mung tamtu antuk pawarti. Tinata dènira dora, supadya kandêling wingking, wuwuh blônja wuwuh madat, awak kuru gêlis mati.

Page 84: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 76

Patine akèh kang sukur,saksat kelangan kalilip, nora gêdhe nanging lara, marang mata brêbês mili. Mulane para sujanma, aja kadi dhuwur iki. Pikirên utamanipun, solah muna lawan muni, ron roda kinarya ajang (takir), gong alit munggêl irami (ganjur), pikirên dhingin supaya, tan kabanjur tindak nisthip. Buring carma aranipun (èlês), ibu Sang Duryudanaji (Gêndari), lêstarining barang karsa, angèl lamun tan ngawruhi, sasmitaning môngsakala, lalu luluh tan pakolih.

Kajian per kata:

Nganthia (bawalah) wulanging (nasihat) ratu (raja), kang (yang) wus (sudah) mashur (msyhur) nguni-uni (sejak dulu), budwèslam (budi Islam) samya (yang) têtilar (ditinggalkan untuk kita). Bawalah nasihat raja, yang sudah masyhur sejak dulu, budi Islam yang ditingalkan untuk kita.

Kata nganthia artinya bawalah, maksudnya pakailah dalam kehidupan sehari-hari. Kata nganthia dipilih karena pupuh ini memakai tembang Kinanthi. Nasihat dari para raja-raja yang sudah masyhur di tanah Jawa, termasuk dari dinasti Mataram, sudah banyak yang dicatat dalam berbagai serat, antara lain Wulang Reh, Cipta Waskitha, karya PB IV. Wedatama, Darmawasita, Salokatama, karya MN IV, dan banyak lagi. Juga termasuk serat Wulang Wanita ini. Semua nasihat yang telah ditinggalkan untuk kita itu diajarkan berlandaskan budi Islam. Budi di sini artinya, cara berpikir, cara bersikap dan cara bertindak. Sifat dari budi Islam tadi adalah memakai nalar yang benar dan hati yang tulus serta tingkah laku yang utama.

Nalar (nalar) kang (yang) amrih (agar) nulari (menulari), mring (pada) budi (budi) dadine (sehingga) jêmbar (luas), brêkahi (memberi berkah) mring (kepada) anak (anak) rabi (istri). Nalar yang menulari, pada budi sehingga menjadi luas, memberi berkah kepada anak istri.

Nalar yang benar berlandaskan pada akal pikiran. Bukan berdasar klenik dan kepercayaan buta. Nalar yang benar akan menular pada budi pekerti yang baik, yang melahirkan tindakan yang penuh berkah kepada anak istri.

Page 85: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 77 Pirabara (lebih baik) lamun (kalau) sarju (setuju), liyaning (lainnya) ahli (ahli waris, anggota keluarga) kapengin (ingin), miturut (menurut) wiyata (pelajaran) arja (baik). Lebih baik kalau setuju, lainnya dari anggota keluarga yang ingin, menurut pelajaran baik.

Lebih baik lagi, bila anggota keluarga lain setuju, mereka pun bisa menuruti pelajaran baik ini. Sehingga nasihat-nasihat tadi tidak saja bermanfaat untuk anak istri, juga kepada orang sekitar, anggota keluarga besar dan masyarakat luas.

Ujêr (karena) iku (itu) mufangati (memberi manfaat), mring (kepada) badan (diri) lan (dan) ahlinira (anggota keluargamu), rêsêp (menyenangkan) antuk (mendapat) kojah (perkataan) bêcik (baik). Karena itu memberi manfaat, kepada diri dan anggota keluarga, menyenangkan dan mendapat perkataan baik.

Karena semua nasihat tadi memberi manfaat, kepada diri sendiri dan keluarga. Jika diamalkan akan menyenangkan orang sekitar dan mendapat perkataan baik. Resep artinya sedang dipandang. Orang yang memakai nasihat tadi akan membuat yang melihat merasa senang. Selanjutnya akan mendapat perkataan baik, atau pujian dari orang yang melihat. Tentu ini bukan tujuan utama dari mengamalkan nasihat, namun jika orang sekitar merasa senang dan memuji, itu pertanda bahwa kebaikan ini akan menular ke lingkungan juga. Mereka pasti, walau sedikit, akan tertarik untuk ikut mengamalkan.

Cobanên (cobalah) kalamun (kalau) ngrungu (mendengarkan), ujaring (perkataan) kang (yang) dadi (menjadi) wiji (benih), wijining (benih dari) utamèng (keutamaan dalam) karsa (kehendak), yêkti (sungguh) têntrêm (tenteram) tyas (hati) kang (yang) gingsir (menyingkir). Cobalah kalau mendengarkan, perkataan yang menjadi benih, benih dari keutamaan dalam kehendak. Sungguh tenteram hati yang menyingkir.

Cobalah kalau mendengarkan, perkataan yang menjadi benih keutamaan, yakni perkataan yang baik. Pasti hati akan tenteram. Perkataan baik adalah biji dari keutamaan. Artinya kalau seseorang bisa berkata-kata yang baik, perbuatan baik pun lebih mudah dilakukan. Sungguh akan tenteram pula hati yang menyingkir dari kenistaan. Kata gingsir (menyingkir) dimaksudkan sebagai menyingkir dari kenistaan, sebagaimana disebut dalam bait ke-10.

Page 86: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 78 Lan (dan) sire (kehendak) dhewe (sendiri) sulaya (berselisih), janma (manusia) lèn (lain) yêkti (sungguh) tan (tak) sudi (mau), darbe (mempunyai) mitra (teman) kang (yang) kadyèku (seperti itu). Dan orang yang sekehendak sendiri untuk berselisih, manusia lain sungguh tak mau, mempunyai teman seperti itu.

Lain lagi, dengan orang yang menghendaki perselisihan. Pasti orang lain takkan senang. Entah itu teman atau tetangga atau bahkan sekedar yang melihat, pasti merasa tidak senang. Selanjutnya akan menghindar, antipati dan memusuhi.

Tan (tak) wande (urung) andarawasi (membahayakan), nulari (menulari) sakèhing (semua) nalar (pikiran), milar (melesat) milalu (sangat, lebih) mêdèni (menakutkan). Tak urung membahayakan, menulari semua nalar, melesar jauh menakutkan.

Karena orang yang demikian memang membahayakan bagi lingkungan pergaulan. Orang yang sudah niat untuk selisih akan waton sulaya, asal beda. Kalau melihat kebaikan orang tidak akan memuji atau meniru, malah mencari kelemahannya. Wataknya yang asal beda tadi akan membawa serta watak buruk lanjutan, menjadikan hatinya sarang keburukan.

Wis (sudah) aja (jangan) sinruwe (disapa) padha (sama), wong (orang) ingkang (yang) pangawak (berbadan) dhêmit (dedemit). Sudah janganlah disapa oleh sesama, orang yang berwatak dedemit.

Sinaruwe, sinruwe artinya disapa atau diingatkan kalau salah. Namun terhadap orang yang sudah demikian jahatnya, diberi peringatan atau tidak pun sama saja. Maka lebih baik dibiarkan saja orang yang berwatak dedemit itu.

Dhêmên (suka) wadul (mengadu) lir (seperti) wong (orang) nglindur (mengigau), dora (bohong) ragane (dirinya) mrih (agar) bêcik (terlihat baik), cilakaning (celaka bagi) lyan (orang lain) sinêdya (yang diharapkan), kadya (seperti) setan (syetan) nunggang (naik) ilir (kipas). Suka mengadu-adu seperti orang mengigau, bohong dirinya agar terlihat baik, celaka bagi orang lain yang diharapkan, seperti syetan naik kipas.

Orang tersebut akan suka sekali mengadu-adu orang lain, laksana orang mengigau. Artinya perkataannya tidak berlandaskan nalar tadi. Mereka tega berbohong demi mengangkat citra dirinya sendiri agar terlihat baik.

Page 87: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 79 Juga tega merekayasa agar orang lain celaka. Perbuatannya seperti perbuatan syetan.

Sabên (setiap) nglilir (bangun) angupaya (mencari-cari), luputing (kesalahan) tôngga (tetangga) pinikir (yang dipikirkan). Setiap bangun tidur mencari-cari, kesalahan tetangga yang dipikirkan.

Setiap bangun tidur langsung mencari-cari kesalahan tetangga. Pikirannya langsung tertuju kepada kelemahan orang lain.

Kêri (geli) gatêl (gatal) lambenipun (bibirnya), kalamun (kalau) nora (tidak) ngrasani (menggunjing), mring (kepada) kônca (teman) mitra (kawan) kêkadang (sepersaudaraan). Geli dan gatal bibirnya, kalau tidak menggunjing, kepada teman kawan sepersaudaraan.

Geli dan gatal bibirnya kalau tidak menggunjing teman, tetangga, kawan, kenalan, saudara bahkan orang lewat di jalan pun digunjing.

Iku (itu) têtela (jelas, nyata) yèn (kalau) dadi (menjadi), awak (tubuh) uwong (manusia) ati (hati) setan (syetan), tan (tak) kêna (bisa) dipun (di) tambani (sembuhkan). Itu nyata-nyata kalau menjadi-jadi keburukannya, seperti tubuh manusia berhati syetan, tak bisa disembuhkan.

Sudah jelas nyata keburukannya. Ibaratnya, bertubuh manusia berhati syetan. Penyakit hati yang demikian sudah tak mungkin disembuhkan.

Pantês (pantas) ngalap (meminta) opah (upah) iku (itu), sabên (setiap) sasi (bulan) sing (dari) pulisi (polisi), cukup (cukup) digo (dipakai) tuku (membeli) madat (ganja), lan (dan) pacitan (makanan ringan) sawatawis (seberapa). Pantas meminta upah, setiap bulan dari polisi, cukup dipakai untuk madat dan membeli makanan beberapa ringan.

Pantas saja kalau perbuatannya juga bukan perbuatan utama. meminta upah dari polisi penjaga setiap bulan, untuk madat dan membeli makanan ringan. Lalu mabuk ganja sampai teler.

Yèn (kalau) wus (sudah) sêgêr (segar) nuli (segera) lunga (pergi), golèk (mencari) warta (berita) mrih (agar) bilai (celaka)-ning (bagi) wong (orang) kang (yang) nora (tidak) tartamtu (tentu). Mung (hanya) tamtu (pasti) antuk (mendapat) pawarti (berita). Kalau sudah segar segera pergi, mencari berita agar celaka bagi orang yang tidak tentu. Hanya pasti mendapat berita.

Page 88: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 80 Kalau sudah tercapai keinginannya, sudah segar tubuhnya dari ketagihan, segera mencari berita agar dapat mencelakai orang lain. Mencari korban dari orang yang tidak pasti, pokoknya mendapat keuntungan bagi dirinya.

Tinata (ditata) dènira (dalam dia) dora (berbohong), supadya (supaya) kandêling (tebal di) wingking (belakang), wuwuh (bertambah) blônja (belanja) wuwuh (bertambah) madat (madat). Awak (badan) kuru (kurus) gêlis (cepat) mati (mati). Ditata dalam berbohong, supaya tebal di belakang, bertambah belanja untuk madat. Badan menjadi kurus cepat mati.

Ditata dalam berbohong, agar tebal dompetnya. Kandel ing wingkin maksudnya biar persediaan untuk keperluannya tercukupi. Bertambah persediaan untuk belanja, untuk makan dan madat. Tak aneh kalau badan menjadi kurus dan cepat mati.

Patine (matinya) akèh (banyak) kang (yang) sukur (mensyukuri), saksat (ibarat) kelangan (kehilangan) kalilip (kelilip), nora (tidak) gêdhe (besar) nanging (tetapi) lara (sakit), marang (pada) mata (mata) brêbês (air mata keluar) mili (mengalir). Matinya banyak yang mengucap syukur, ibarat kehilangan kelilip. Kelilip tidak besar tapi sakit pada mata air mata keluar mengalir.

Kalaupun mati banyak orang yang mensyukuri. Orang itu ibarat telah menjadi kelilip bagi masyarakatnya. Bukan orang jahat sekali, tetapi sungguh membuat kehidupan dalam masyarakat tidak nyaman. Ibarat orang yang kena debu matanya, walau hanya kecil dan sepele tak urung membuat mata mengalirkan air mata. Itulah perumpamaan orang yang suka membuat onar dalam masyarakat.

Mulane (makanya) para (para) sujanma (manusia utama, orang baik), aja (jangan) kadi (seperti) dhuwur ( di atas) iki (ini). Makanya para manusia, jangan seperti perilaku di atas.

Makanya para manusia utama, para orang-orang baik, mereka yang menghendaki kebaikan untuk dirinya, jangan sampai berperilaku seperti orang di atas.

Pikirên (pikirkan) utamanipun (utamanya), solah (perilaku) muna lawan muni (cara bebicara), ron (daun) roda (roda) kinarya (sipakai) ajang (alas makan), (takir), gong (gong) alit (kecil) munggêl (memutus) irami

Page 89: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 81 (irama), (ganjur), pikirên (pikirkan) dhingin (dahulu) supaya (supaya), tan (tidak) kabanjur (telanjur) tindak (berbuat) nisthip (salah). Pikirkan keutamannya, perilaku dan cara bicara. Pikirkan dahulu supaya tidak telanjur berbuat salah.

Di bait ini ada dua wangsalan. Ron roda kinarya ajang, daun roda dipakai alas makan, yakni takir, diambil pikir. Gong alit munggel irama, ganjur, diambil telanjur. Pikirkan keutamaan perilaku dan cara bebicara, dalam kehidupan sehari-hari. Pikirkan dahulu sebelum telanjur berbuat salah. Kalau sudah telanjur akan sangat sulit memperbaikinya. Kepercayaan orang bisa hilang sehingga membuat mereka selalu curiga. Maka jagalah jangan sampai tejerumus kepada perbuatan yang tidak baik.

Buring (terbangnya) carma (lulang, kulit) aranipun (namanya), (èlês), ibu (ibu) Sang (sang) Duryudanaji (Raja Duryudana), (Gêndari), lêstarining (lestarinya) barang (semua) karsa (kehendak), angèl (sulit) lamun (kalau) tan (tak) ngawruhi (mengetahui), sasmitaning (isyarat) môngsakala (waktu), lalu (lupa) luluh (luluh, hancur) tan (tanpa) pakolih (hasil). Lestarinya semua kehendak, sulit kalau tidak mengetahui isyarat datangnya waktu, lupa, luluh tanpa hasil.

Di bait ini juga ada dua wangsalan, tetapi mengulang kata yang sama. Buring carma aranipun, eles, diambil lestari. Ibu sang Duryudanaji, Gendari, diambil lestari. Maknanya; lestarinya semua kehendak akan sulit jika tidak mengetahui datangnya waktu yang tepat (mangsakala). Segala sesuatu pasti ada moment untuknya. Jika kita mengenali moment yang tepat itu, maka kehendak kita akan berhasi dengan mudah. Namun jika moment-nya tidak tepat maka bisa jadi jerih payah kita berlalu tanpa hasil.

Page 90: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 82

Kajian Tematik Serat Wulang Wanita 7 : Pilihen Kang Utama

Pupuh 3, Pada 12-16, Kinanthi (metrum: 8u, 8i, 8e, 8a, 8i, 8a, 8i), Serat Wulang Wanita:

Pilihên wong urip iku, utama kalawan nisthip, bêgja kalawan cilaka, andhap luhur iku sami, wus ginêlar anèng wulang, ywa lalu gone nglaluri . Jaman katon jroning turu (ngimpi), marga we kang munggèng tritis (talang), dèn kaèpi sakèh wulang, tinimbang mrih babar budi, budiman baboning gêsang, sarana parêk mring Gusti. Gusti iku kèh liripun, gusti lair gusti batin, laire sri naranata, ing batin kang maha suci. Karone kudu sinêmbah, mrih utamèng dunya ngakir. Mapan pae patrapipun, sêmbah lair sêmbah batin, laire sarana tangan, batine dumunwèng ati , tinata dipun têtela, laraping don pinrih titi. Tartip têtêp titis têguh, ginodha gunging pangèksi, tan rinungu tan rinasa, mung ngrasa nikmating ati. Ati runtut wus tinata, tataning tindak utami.

Kajian per kata:

Pilihên (pilihlah) wong (orang) urip (hidup) iku (itu), utama (utama) kalawan (dan) nisthip (nista, salah), bêgja (untung) kalawan (dan) cilaka (celaka), andhap (rendah) luhur (mulia) iku (itu) sami (sama). Wus (sudah) ginêlar (dipaparkan) anèng (dalam) wulang (nasihat), ywa (jangan) lalu (lupa) gone (dalam) nglaluri (melestarikan). Pilihlah orang hidup itu, utama dan nista, untung dan celaka, rendah dan tinggi, itu sama. Sudah dipaparkan dalam nasihat-nasihat, jangan lupa dalam melestarikan.

Dalam hidup ini pilih-pilihlah, jangan asal semua diikuti, jangan asal semua dikerjakan, jangan ikut-ikutan orang lain. Pilihlah antara utama dan

Page 91: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 83 hina, untung dan celaka, perbuatan rendah dan perbuatan mulia. Tiga hal itu semua sama. Apa maknanya?

Makna sama di sini adalah sudah sama-sama dipaparkan dalam nasihat-nasihat para leluhur. Jangan lupa dalam melestarikannya. Ada baiknya kita jelaskan secara singkat ketiga hal teresebut:

Perbuatan utama adalah perbuatan yang dilakukan dengan cara yang baik, tidak melanggar hukum positif dan hukum moral. Perbuatan utama lebih dari sekedar perbuatan baik, tetapi lebih baik dari yang baik. Sebaliknya yang disebut perbuatan nisthip adalah perbuatan yang dilakukan dengan merugikan orang lain atau diri sendiri. Maka pilihlah yang utama.

Yang disebut begja adalah perbuatan yang akan membawa keberuntungan di akhirat nanti. Perbuatan cilaka adalah perbuatan yang membuat celaka pada kehidupan yang akan datang. Maka pilihlah perbuatan begja (beruntung).

Perbuatan andhap adalah perbuatan yang dilakukan oleh orang tak berbudi. Sebaliknya, perbuatan luhur adalah perbuatan yang dilakukan orang-orang mulia. Bedanya, antara keduanya terdapat pertimbangan keutamaan atau tidak. Contohnya, orang tak berbudi mencari rejeki asal-asalan, dengan cara curang atau jahat pun dilakukan, semisal mencuri atau korupsi. Lain halnya dengan orang mulia, dalam mencari rezeki sangat mempertimbangkan banyak aspek, apakah pantas, apakah merugikan orang lain, apakah halal, apakah mulia atau hina. Jadi pertimbangannya bukan sekedar untung rugi, halal atau haram saja, tetapi juga cara-caranya pantas. Maka pilihlah perbuatan yang luhur.

Jaman (zaman) katon (terlihat) jroning (dalam) turu (tidur), (ngimpi), marga (jalan) we (air) kang (yang) munggèng (bagi) tritis (teritisan), (talang), dèn (di) kaèpi (mimpi) sakèh (semua) wulang (nasihat), tinimbang (ditimbang) mrih (agar) babar (memunculkan) budi (budi), budiman (orang baik) baboning (induk dari) gêsang (hidup), sarana (sarana) parêk (mendekat) mring (kepada) Gusti (sesembahan). Diimpikan semua nasihat, ditimbang agar memunculkan budi, budi yang pintar adalah induk dari kehidupan, sarana untuk mendekat kepada sesembahan.

Dalam bait ini ada dua wangsalan. Pertama, jaman katon jroning turu, artinya mimpi diambil kata kaepi artinya diimpikan. Kedua, marga we

Page 92: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 84 kang munggeng tritis, artinya talang, diambil lang menjadi wulang. Maknanya segala ajaran (piwulang) dipikirkan bahkan dalam tidur.

Segala nasihat hendaknya diimpikan, selalu dipikirkan bahkan dalam tidur. ditimbang-timbang agar memunculkan akal budi. Arti mbabar adalah memunculkan potensinya, dalam hal manusia yakni akal budinya. Budiman artinya budi yang telah terasah, cerdas, mampu berpikir. Itulah induk dari kehidupan. Sarana untuk mendekat kepada sesembahan (gusti).

Gusti (sesembahan) iku (itu) kèh (banyak) liripun (artinya), gusti (sesembahan) lair (lahir) gusti (sesembahan) batin (batin). Laire (yang lahir) sri naranata (sang raja), ing (di) batin (batin) kang (Yang) maha (Maha) suci (Suci). Karone (keduanya) kudu (harus) sinêmbah (disembah), mrih (agar) utamèng (utama di) dunya (dunia) ngakir (akhir). Sesembahan itu banyak artinya, sesembahan lahir dan barin. Yang lahir adalah sang rajam yang di batin adalah Yang Maha Suci. Keduanya harus disembah agar utama di dunia dan akhirat.

Yang dimaksud sesembahan itu banyak maknanya. Sesembahan lahir dan sesembahan batin. Sesembahan lahir adalah raja, kepadanya kita menyembah yang artinya menghormat dengan sangat, menunjukkan bakti dan kepatuhan. Ajaran ini berkaitan dengan konsep masa itu yang menempatkan raja sebagai khalifatullah atau wakil Allah di bumi. Semua raja-raja di Mataram dan sempalannya memakai gelar khalifatullah sehingga kepadanya dihaturkan penghormatan yang lebih. Sedangkan sesembahan batin adalah Tuhan, muara segala sembah termasuk sembah yang lahir tadi. Kedua sesembahan tadi harus disembah agar hidup ini mencapai keutamaan di dunia dan akhirat.

Catatan:

Ini adalah konsep khalifatullah yang berlaku pada masa itu. Raja adalah wakil dari Hyang Agung, Tuhan Yang Maha Besar, maka kepadanya juga dihaturkan sembah. Tentu sembah di sini bukan berarti ibadah, melainkan sebentuk penghormatan yang besar. Ujud atau tatacara lahiriah dari sembah kepada raja ini adalah menyatukan kedua tangan di depan muka dan gestur tubuh sedikit membungkuk.

Sembah kepada Tuhan adalah disebut ibadah, arti ibadah adalah penghambaan, yakni menegaskan kehambaan kita kepadanya. Ujud dari

Page 93: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 85 ibadah ini adalah sembahyang atau shalat. Jadi sembah yang dihaturkan kepada raja adalah dalam kapasitas sebagai wakil Tuhan. Sekarang ada pertanyaan apakah para raja-raja itu adalah manusia-manusia luhur yang layak mendapat perlakuan seperti itu? Itu soal lain. Yang jelas pendiri kerajaan Mataram mempunyai cita-cita bahwa para raja adalah wakil Tuhan yang menjalankan pemerintahan sesuai syar’at Islam. Jadi raja adalah pemerintah sekaligus pengadil dan pembuat hukum. Yang tidak kalah penting, serat ini ditulis hampir seratus tahun yang lalu. Ketika itu sistem yang berlaku di manapun adalah sistem kerajaan. Kecuali di beberapa negara yang menerapkan sistem republik seperti yang kita pakai sekarang.

Mapan (memang) pae (beda) patrapipun (patrapipun), sêmbah (sembah) lair (lahir) sêmbah (sembah) batin (batin). Laire (lahirnya) sarana (memakai) tangan (tangan), batine (batinnya) dumunwèng (ada di) ati (hati), tinata (ditata) dipun (di) têtela (jelas sekali), laraping (penjelasannya) don (tempat) pinrih (agar) titi (teliti). Memang beda penerapannya, sembah lahir dan sembah batin. Lahirya memakai tangan, batinnya memakai hati. Ditata agar jelas sekali, penjelasannya di tempat agar teliti.

Kedua sembah tadi, penerapannya berbeda. Sembah lahir dan sembah batin. Yang untuk raja adalah sembah lahir, dengan tatacara yang sebut di atas yakni dengan tangan. Adapun sembah kepada Tuhan adalah dengan hati, meski dalam shalat kita juga memakai anggota badan. Namun yang utama adalah sembah dalam hati. Keduanya mesti ditata agar jelas sekali (tetela). Agar jelas teliti maknanya, maka dicari kejelasannya pada tempatnya masing-masing. Uraian tentang sembah kepada Tuhan ini dapat dibaca lebih lanjut pada Kajian Serat Wedatama, yang juga sudah dikaji di situs ini. Selanjutnya, setelah kita melakukan kedua sembah, lahir dan batin, maka akan tercipta keadaan yang tenang, seperti diuraikan dalam bait berikut ini.

Tartip (tertib) têtêp (tetap) titis (tepat) têguh (kuat), ginodha (digoda) gunging (segala) pangèksi (yang terlihat), tan (tak) rinungu (didengar) tan (tak) rinasa (dirasa), mung (hanya) ngrasa (merasakan) nikmating (nikmat dalam) ati (hati). Tertib tetap tepat dan kuat, digoda segala yang terlihat, tak didengar tak dirasa, hanya merasakan nikmat dalam hati.

Page 94: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 86 Bagi orang yang sudah mampu melaksanakan uraian di atas, yang ditemui adalah harmoni dalam hidupnya. Tertib, urut dan runtut hidupnya. Tidak melenceng, tidak naik turun, tidak belok kiri-kanan. Tetep artinya tidak berubah-ubah, baik kepribadian, pendirian dan tujuan hidupnya. Titis artinya mampu bersikap dan betindak tepat, karena sudah tertib hidupnya dan sudah tetap keyakinannya. Teguh artinya kuat menahan godaan. Dari segala godaan yang terlihat, tak didengar dan dirasa. Yang dirasakan hanya nikmat dalam menjalani kehidupan. Semua karena hidupnya sudah jelas, tidak ada keraguan lagi. Tujuannya jelas, cara menjalaninya juga jelas dan keberhasilannya kelak juga jelas. Jadi mau galau apa lagi?

Ati (hati) runtut (runtut) wus (sudah) tinata (ditata), tataning (ditata dalam) tindak (perbuatan) utami (utama). Hati yang runtut ditata, ditata dalam perbuatan utama.

Semua itu akan bermuara pada ketenangan hati. Hati yang sudah ditata, runtut, tertib, tenang, akan melahirkan perbuatan yang utama.

Page 95: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 87

Kajian Tematik Serat Wulang Wanita 8 : Awas Sasmitaning Dunung

Pupuh 3, Pada 17-20, Kinanthi (metrum: 8u, 8i, 8e, 8a, 8i, 8a, 8i), Serat Wulang Wanita:

Rinambah liring pitutur, marang samoaning èstri, dèn alus jatmikèng tingkah, lire sabdanira manis, supadya dadya nang-onang, sêngsêming driya mimbuhi. dèn awas sasmitèng dunung, dununge karsaning laki, dhuh babo babo wanodya, yèn tan wruh karsaning laki,rudah ing cipta tur dadya, kuwur ngawur kowar-kawir. kawêran ing gênging napsu, kêsusu tan antuk kasil, kêsliyo tyas têmah ngrêdha, kêna karêncanèng eblis, lah ta mulane wanita, dèn samya amêrak ati. titikane duk ing dangu, wanita ingkang utami, tuladan ing kuna-kuna, caritaning umat singgih supadya antuk utama, utamèng sagung dumadi.

Kajian per kata:

Rinambah (diulang-ulang) liring (makna dari) pitutur (nasihat), marang (kepada) samoaning (semua para) èstri (wanita, istri), dèn alus (haluskan) jatmikèng (lemah lembut dalam) tingkah (dalam perilaku). Diulang-ulang nasihat, kepada para istri, yang halus dan lemah lembut dalam perilaku.

Diulang-ulang agar paham, nasihat kepada para istri ini. Hendaklah berperilaku yang halus dan lemah lembut. Alus jatmika, menggambarkan perilaku lahiriah atau gerakan tubuh. Para wanita jangan bersikap norak dan ugal-ugalan, bertingkahlah yang halus dan lemah lembut.

Lire (maknanya) sabdanira (perkataanmu) manis (manis), supadya (supaya) dadya (menjadi) nang-onang (mempesona), sêngsêming (rasa suka) driya (dalam hati) mimbuhi (bertambah). Maknanya perkataanmu yang manis, supaya menjadi pesona, agar rasa suka dalam hati bertambah-tambah.

Page 96: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 88 Yang dituju dengan sikap lemah lembut ini tentu para suami. Kalau para istri bersikap halus lemah lembaut dan bicaranya manis, diharapkan suami akan terpesona sehingga rasa suka dalam hatinya bertambah-tambah. Bait berikutnya menguatkan pengertian ini.

Dèn (yang, harap) awas (awas, teliti) sasmitèng (isyarat dalam) dunung (letak), dununge (letaknya) karsaning (kehendak) laki (suami). Yang teliti dalam mengawasi isyarat dalam letak, letak dari kehendak suami.

Awas dan tanggap terhadap isyarat. Para istri harus awas terhadap gelagat dan kebiasaan suami. Jika suami sudah gelisah di malam hari, mungkin itu tanda ingin dipijit. Jika batuk-batuk di pagi hari, itu mungkin ingin minum kopi panas. Kebiasaan yang demikian harus dihapalkan dan dikenali oleh para istri dengan seksama.

Dhuh (duh) babo babo (aduh) wanodya (para wanita), yèn (kalau) tan (tak) wruh (mengetahui) karsaning (kehendak) laki (suami), rudah (susah) ing (dalam) cipta (pikiran) tur (dan lagi) dadya (menjadi), kuwur (kabur) ngawur (ngawur) kowar-kawir (tak jelas). Duh, aduh, para wanita, kalau tidak mengetahui kehendak suami, susah dalam pikirandan lagi menjadi, kabur, ngawur dan tak jelas.

Duh para wanita, kalau sampai tidak mengetahu apa yang menjadi kehendak suami, akan susah dalam pikiran. Tak mengerti apa maunya, bisanya menduga-duga saja. Serba salah tafsir, dan salah dalam melayani. Dimasakkan jangan terong suami kelihatan lahap makannya. Dikiranya suka, padahal dilahap biar cepat habis dan diganti sayur yang lain. Esok harinya, dimasakkan jangan terong lagi. Kalau hanya satu kali dua kali mungkin suami masih sabar. Coba kalau seminggu berturut-turut, panci bisa peyok, piring bisa berkeping-keping. Karena itu kenali gelagatnya, apakah suami suka jangan terong atau tidak.

Kawêran (terbebani) ing (oleh) gênging (besarnya) napsu (nafsu), kêsusu (tergesa-gesa) tan (tak) antuk (mendapat) kasil (hasil). Akibatnya perbuatanmu terbebani oleh besarnya nafsu, tegesa-gesa tak mendapat hasil.

Karena serba tidak tahu apa yang dikehendaki suami, apa yang menjadi kesenangan suami, akhirnya hanya menuruti pikirannya sendiri. berbuat memakai pertimbangan sendiri. Kadang karena terburu nafsu melayani

Page 97: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 89 suami membuat perilakunya tak terkontrol. Tergesa-gesa dalam bertindak, akibatnya tak mendapatkan hasil apapun. Suami tak bertambah sayang, malah semakin jengkel.

Apakah seorang suami akan menjawab jika ditanya, “Ingin makan apa pa?” Tentu tidak. Namun kadang seorang istri memaksakan bertanya karena tegesa-gesa ingin segera melayani kesukaan suami. Dia tidak sabar mempelajari kebiasaan dan kesukaan suami. Akibatnya yang ditanya malah jengkel dan tidak menjawab. Mengapa? Karena pada dasarnya para suami enggan mengurusi hal-hal yang detail seperti itu. Dan pertanyaan itu terkesan reseh dan bawel. Mbok iya inisiatif membuat masakan yang enak. Toh nanti kalau dihidangkan dengan senyum manis dan tutur kata yang lembut masakan seasin air laut pun akan dihabiskan oleh suami. Ngono wae kok ndadak ribut!

Kêsliyo (keseleo) tyas (hati) têmah (hingga) ngrêdha (muncul), kêna (terkena) karêncanèng (godaan oleh) eblis (iblis). Keseleo hati hingga muncul, godaan oleh iblis.

Kalau hati sudah tegesa-gesa, perilaku menjadi tidak fokus. Maksud baik pun bisa menjadi buruk. Seolah hati keseleo, terpeleset, ditangkap oleh iblis yang menusuk dengan godaannya. Jika demikian yang terjadi selanjutnya adalah pertengkaran suami istri.

Lah ta (nah) mulane (makanya) wanita (para wanita), dèn (harap) samya (semua) amêrak (bersikap menarik) ati (hati). Nah makanya para wanita, harap semua bersikap yang menarik hati.

Sebenarnya melayani suami kuncinya adalah dalam perilaku yang halus, sikap yang lemah lembut dan tutur kata yang manis. Itulah bumbu pelayanan kepada suami yang akan membuat suami klepek-klepek sehingga terkintil-kintil. Kalaupun hanya masalah masakan tak enak, itu bisa dicoba lagi di lain kali, tapi sikap yang manis akan membuat terkesan dan sulit dilupakan.

Titikane (ciri-ciri) duk (ketika) ing (di waktu) dangu (lama), wanita (wanita) ingkang (yang) utami (utama), tuladan (teladan) ing (di) kuna-kuna (zaman kuna), caritaning (cerita dari) umat (umat) singgih (mulia) supadya (supaya) antuk (mendapat) utama (keutamaan), utamèng (utama dalam) sagung (segala) dumadi (kehidupan). Kenali ciri-cirinya di waktu

Page 98: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 90 yang lama, wanita yang utama, teladan di zaman kuna. Cerita dari umat mulia supaya mendapat keutamaan, utama dalam segala kehidupan.

Kenalikah ciri-ciri dari waktu yang lama, maksudnya sejak zaman dahulu. Tentang para wanita utama, teladan di zaman kuna. Perhatikan cerita dari umat mulia, dari peradaban yang masyhur di masa lalu. Supaya mendapat keutamaan, utama dalam segala kehidupan. Teladanilah hal-hal baik dari masa lalu. Kita toh tak dapat menggali kebaikan sendiri secara lengkap. Meneladani adalah cara termudah dalam mencapai keutamaan.

Page 99: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 91

Kajian Tematik Serat Wulang Wanita 9: Dimen Tulus Apasihaning Widhi

Pupuh 3, Pada 21-24, Kinanthi (metrum: 8u, 8i, 8e, 8a, 8i, 8a, 8i), Serat Wulang Wanita:

Dhuh babo babo wong ayu, kang apasihaning Widhi. Dimèn tulus ayunira, amrih pasihan lêstari, tan pêgat sinung darajat, apan sira wruh ing wangsit. Sêsiku kang mrih kalismu, poma-poma dèn kaèsthi, supaya antuk sihira, ing lakinta awal akir. Dadi awak tanpa ceda, nèng dunya wimbuh kamuktin. Gampang wong suwitèng kakung, mung miturut ing sakapti, nastiti sawuwusira , aywa wani nyênyampahi. Nadyan karyaa lelewa, dèn bisa manuju kapti. Kancana kang mungweng bau (gêlang), ayam kang kêkuncung Gusti (mêrak), gêgulangên sabên dina, mrak ati muna lan muni, tur dadi sukaning driya, lumunturing sih kawijil.

Kajian per kata:

Dhuh (Duh) babo babo (aduh, aduh, wong(orang) ayu (cantik), kang (yang) apasihaning (dikasihi oleh) Widhi (Tuhan). Duh, aduh-aduh, orang yang cantik, yang dikasihi oleh Tuhan.

Ini adalah seruan untuk para wanita semuanya, yang cantik-cantik, yang sudah bersusah payah tampil dengan pesona mereka. Pujian ini untuk membesarkan hati para wanita semua, bukan saja yang cantik molek wajahnya. Namun untuk semuanya, bahwa mereka semua sudah cantik-cantik dan dikasihi oleh Tuhan.

Dimèn (dagar) tulus (lestari) ayunira (kecantikanmu), amrih (agar) pasihan (kasih sayang) lêstari (lestari), tan (tak) pêgat (putus) sinung (mempunyai) darajat (derajat), apan (dan juga) sira (engkau) wruh (mengetahui) ing (dalam) wangsit (isyarat). Agar lestari kecantikanmu,

Page 100: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 92 agar kasih sayang dari Tuhan lestari, tak putus mendapat derajat yang tinggi, dan juga engkau sebaiknya tahu membaca isyarat.

Sêsiku (hukuman) kang (yang) mrih (supaya) kalismu (terhindarmu), poma-poma (ingat-ingat) dèn (agar) kaèsthi (selalu dipikirkan), supaya (agar) antuk (mendapat) sihira (kasih sayang bagimu), ing (dari) lakinta (suamimu) awal (awal) akir (akhir). Hukuman yang supaya engkau terhindar darinya, ingat-ingatlah agar selalau kaupikirkan, supaya mendapat kasih sayang, dari suamimu dari awal sampai akhir.

Hukuman-hukuman hendaklah engkau hindarkan. Ingat-ingatlah apa yang membuat engkau terhindar darinya. Yakni agar suamimu timbul kasih sayangnya kepadamu, sejak awal sampai akhir berumah tangga.

Hukuman yang dimaksud dalam bait ini adalah hukuman dari Tuhan, disebabkan karena perbuatan yang tidak baik sebagaimana disinggung dalam bait-bait pada bahasan sebelumnya.

Dadi (menjadi) awak (diri) tanpa (tanpa) ceda (cela), nèng (di) dunya (dunai) wimbuh (bertambah) kamuktin (kenikmatannya). Agar menjadi diri yang tanpa cela, di dunia bertambah kenikmatannya.

Agar engkau menjadi diri yang tanpa cela. Didunia hidup bahagia, bertambah-tambah kenikmatannya. Dan di akhirat pun selamat karena bakti kepada suami juga merupakan perintah Tuhan. Dikasihi suami juga berarti dikasihi Tuhan. Istri yang suaminya lestari kasih sayangnya, juga akan lestari dikasihi tuhan.

Gampang (mudah) wong (orang) suwitèng (mengabdi pada) kakung (suami), mung (hanya) miturut (menurut) ing (pada) sakapti (sekehendak), nastiti (berhati-hati) sawuwusira (apapun perkataanmu), aywa (jangan) wani (berani) nyênyampahi (mencela). Mudah mengabdi kepada suami, hanya menurut pada apa sekehendaknya, berhati-hati apapun perkataanmu, jangan berani mencela kepadanya.

Tidak sulit. Memang mudah mengabdi kepada suami. Hanya melakukan tiga hal; menurut apapun yang menjadi perintahnya, berhati-hati dalam segala perkataan dan jangan sekali-kali mencela kepadanya. Yang terakhir ini harus engkau perhatikan sungguh-sungguh.

Page 101: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 93 Nadyan (walau) karyaa (hanya untuk) lelewa (bermanja-manja), dèn (yang) bisa (bisa) manuju (menyenangkan) kapti (hati). Walau hanya untuk bemanja-manja, yang bisa menyenangkan hati.

Walau sedang bercanda, bersenda gurau dan bermanja-manja, jangan sampai melakukan tiga hal di atas. Hendaknya setiap perilaku dan tutur kata dilakukan agar menyenangkan hati suamimu.

Kancana (emas) kang (yang) mungweng (dibapakai di bahu) bau (gêlang), ayam (ayam) kang (yang) kêkuncung (punya kuncung) Gusti (seperti mahkota raja), (mêrak), gêgulangên (pelajarilah) sabên (setiap) dina (hari), mrak (menarik) ati (hati) muna lan muni (tutur kata), tur (dan lagi) dadi (menjadi) sukaning (suka dalam) driya (hati), lumunturing (turunnya) sih (kasih) kawijil (terungkap). Pelajarilah setiap hari, menarik hati dan tutur kata, yang menjadi suka hatinya, agar turunnya kasih sayang terungkap.

Dalam bait ini ada wangsalan. Kancana kang mungweng bau, emas yang dipakai di bahu, adalah gelang, diambil gegulang. Ayam kang kekuncung gusti, ayam yang bermahkota raja, merak, diambil mrak. Kancana mungweng bau, ayam kang kekuncung gusti, artinya; pelajarilah setiap hari cara menarik hati.

Jika para istri bisa bersikap yang baik dan menarik hati suaminya, maka para suami menjadi bertambah rasa suka dari dalam hatinya. Turunnya kasih sayang pun terungkap dalam perilaku sehari-hari kepada istrinya.

Page 102: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 94

PUPUH KEEMPAT

M I J I L

Page 103: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 95

Kajian Tematik Serat Wulang Wanita 10 : Den Waskitha Semune Hyang Widhi

Pupuh 4, Pada 1-8, Kinanthi (metrum: 8u, 8i, 8e, 8a, 8i, 8a, 8i), Serat Wulang Wanita:

Darunanirèng Hyang Maha Suci, nganakkên punang wong, jalu èstri pan padha pêrlune. Wujud priya lantaraning wiji, èstri kang madhahi, kumpul dadi wujud. Yèn wus wujud obah aran urip. Wajibe têtakon, sajarahe ingkang nganakake. Kang asarèh pitakone titi, patitising wiwit, pungkasaning mantuk. Supayantuk marga ingkang sidik, dadi mulih mring gon, gone lawas tan uwas wus wèntèh. Wus tan was-was wanuhe wus lami, mêmitran wit eling, winulang mring guru. Guru iku lantarane yun wrin, wajibing tumuwoh, wohing kamal (asêm) dununge sang rajèng (kitha), dèn waskitha sêmune Hyang Widhi, mandhiri sajati, jatine mung iku. Kang sinêbut pinuja-pinuji, yêkti mung Hyang Manon, nabi wali oliya myang rajèng. Apan pantês pinuji mring janmi, sabab iku sami, kêkasih Hyang Agung. Yèn manungsa liya sri bupati, Ngabdul araning wong, apan jêmak lan manungsa kabèh. Mung pinurih aywa srik ing galih, lumintu mrih puji, ing manungsa iku. Kudu-kudu tinarimèng ati, manawa kapêrgok, nabi Allah kang mindha druwise. Jabat akèh tuladhane nguni, malekat pi-api, namur anjêjaluk. Mung carita dudu zaman mangkin, samêngko tan kanggo, mung pinirit jumbuhing mangsane. Dadi nora kaelangan lari, nglêluri utami, mamrih sugih kang wruh.

Page 104: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 96 Kajian per kata:

Darunanirèng (maksud dari) Hyang (Tuhan ) Maha (Yang Maha) Suci (Suci), nganakkên (mengadakan, menciptakan) punang (bentuk) wong (manusia), jalu (laki-laki) èstri (perempuan) pan (memang) padha (sama) pêrlune (pentingnya). Maksud dari Tuhan Yang Maha Suci, menciptakan bentuk manusia, sebagai lelaki dan perempuan memang sama pentingnya.

Tuhan memang berkehendak menciptakan manusia dalam bentuk laki-laki dan perempuan. Keduanya sama pentingnya dam saling melengkapi. Saling membutuhkan. Saling menguatkan. Mengenai masalah ini sudah banyak dibahas dalam kajian-kajian kita pada kitab-kitab yang lain, misalnya pada serat Warayagnya dan serat Darmawasita. Silakan membuka kajian kita pada kedua serat tersebut.

Wujud (wujud) priya (laki-laki) lantaraning (menjadi sebab dari) wiji (benih manusia), èstri (wanita, istri) kang (yang) madhahi (menjadi wadah), kumpul (berkumpul) dadi (menjadi) wujud (wujud). Yang berwujud laki-laki menjadi sebab dari benih manusia, wanita menjadi wadah, berkumpul menjadi wujud.

Dalam proses penciptaan manusia sebenarnya tidak tepat jika dikatakan benih berada dalam diri laki-laki. Karena sperma yang dianggap sebagai benih hanya membawa separuh kromoson manusia, sedangkan separuh lagi berada dalam diri wanita. Ini berarti keduanya membawa separuh dari benih itu. Namun, benar bahwa lelaki diberi kuasa seperti penanam benih, layaknya seorang petani. Dalam Al Qur’an pun disebutkan kalau wanita ibarat sawah ladang tempat benih ditanam. Fisolofi wanita sebagai wadah dan lelaki sebagai pengisinya ini dipakai dalam banyak hal. Maka dalam budaya Jawa ada istilah bapa akasa ibu pertiwi, bapak itu layaknya langit dan ibu itu seperti bumi. Bapak mencurahkan hujan, ibu menerima dan memunculkan kesuburan.

Yèn (kalau) wus (sudah) wujud (berwujud) obah (bergerak) aran (disebut) urip (hidup). Kalau yang berkumpul tadi sudah berwujud dan bergerak disebut hidup.

Inilah awal kejadian manusia, dari dua elemen yang disatukan dalam rahim ibu. Kemudian hidup dan bergerak, lahir ke dunia ini sebagai

Page 105: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 97 manusia. Jika sudah menjadi manusia segera saja memikul tanggung jawab dan kewajiban. Maka perlu baginya menjalankan kewajiban itu.

Wajibe (kewajibannya) têtakon (bertanya-tanya), sajarahe (sejarahnya) ingkang (yang) nganakake (menciptakan). Kewajibannya bertanya-tanya, sejarahnya yang menciptakan.

Setelah berwujud manusia wajib baginya bertanya-tanya, ini artinya wajib mencari tahu tentang dirinya, wajib mencari pengetahuan. Yakni pengetahuan tentang sejarahnya, bagaimana awal mula dia dilahirkan sampai hadir ke dunia ini. Pengetahuan ini wajib sifatnya bagi semua manusia yang masih berpikir. Tahu-tahu ada di dunia ini kok tidak tergerak pikirannya untuk mencari tahu dari mana dia datang, pasti yang demikian itu orang yang bodoh dan tidak peduli dengan kehidupannya.

Kang (yang) asarèh (pelan-pelan) pitakone (bertanyanya dengan) titi (teliti), patitising (tepat dari) wiwit (awal), pungkasaning (sampai akhir) mantuk (pulang). Yang pelan-pelan bertanyanya dengan teliti, tepat dari awal, sampai akhir kelak pulang kembali.

Dalam bertanya tentang awal kejadian, mesti pelan-pelan, artinya mencari pengetahuan butuh proses yang panjang. Menjadi manusia memang harus menjadi makluk yang sabar sejak lahir. Ketika lahir manusia belum bisa melakukan apa-apa, semua tergantung kepada pengasuhnya. Demikian pula untuk mencapai pengetahuan tentang asal-usul, tentu butuh proses yang panjang dan melelahkan. Yang tidak sabar akan menyerah dan membiarkan dirinya tenggelam dalam kebodohan, tanpa mengetahu tujuan akhir dari kehidupan ini. Yang demikian tidak boleh terjadi. Kita manusia harus tetap belajar agar tahu kemana tujuan akhir dari kehidupan ini.

Supayantuk (agar mendapat) marga (jalan) ingkang (yang) sidik (benar), dadi (menjadi) mulih (kembali) mring (kepada) gon (tempat), gone (tempatnya) lawas (lama) tan (tak) uwas (risau) wus (sudah) wèntèh (nyata, terbukti). Supaya mendapat jalan yang benar, menjadi sarana kembali kepada tempat, tempat lama yang tak risau sudah nyata.

Jika kita mau belajar maka akan mendapat pencerahan ke jalan yang benar. Jalan yang akan menuntun ke tempat yang benar. Tempat kita dahulu berasal, yakni tempat lama kita, yang kita pernah di sana. Tanpa ada keraguan lagi, tempat yang sudah nyata-nyata kita ketahui.

Page 106: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 98 Wus (sudah) tan (tak) was-was (was-was) wanuhe (pengenalannya) wus (sudah) lami (lama), mêmitran (berteman) wit (mulai) eling (ingat), winulang (diajar) mring (oleh) guru (guru). Sudah tidak ada was-was dalam mengenali tempat lama itu, dari berteman mulai ingat, seperti yang diajarkan oleh guru.

Jika kita mengetahui tempat itu dengan yakin, kita takkan merasa was-was lagi. Kita dapat mengenali tempat yang sudah kita kenal dahulu (wanuh). Seperti apa yang telah diajarkan oleh para guru.

Guru (guru) iku (itu) lantarane (menjadi jalan) yun (hendak ) wrin (mengetahui), wajibing (wajib bagi) tumuwoh (setiap yang hidup). Guru itu menjadi jalan mengetahui, wajib bagi setiap yang hidup.

Guru-guru itulah yang menjadi petunjuk bagi yang hendak mengetahui jalan menuju tempat akhir kehidupan. Wajib bagi setiap orang yang hidup untuk mengetahui jalan itu.

Wohing kamal (asêm) dununge (tempatnya) sang (sang) rajèng (raja di), (kitha), dèn (harap) waskitha (tanggap) sêmune (isyarat) Hyang (Tuhan) Widhi (Yang Maha Benar), mandhiri (mandiri) sajati ( sejati), jatine (sejatinya) mung (hanya) iku (itu). Harap tanggap isyarat Tuhan Yang Maha Benar, mandiri sejati, sejatinya hanya itu.

Dalam bait ini ada wangsalan; wohing kamal, kamal adalah pohon asem, diambil semune. Dununge sang rajeng, tempat tinggal raja di kitha (kota), diambil waskitha. Artinya; den waskitha semune Hyang Widhi, harap tanggap isyarat dari Tuhan Yang Maha Benar.

Tanggap terhadap isyarat terhadap Tuhan artinya mampu membaca isyarat-isyarat yang disampaikan Tuhan kepada makhluknya. Yang mampu melakukan itu hanyalah orang-orang yang waskitha, yang sudah tajam penglihatan batinnya.

Kang (yang) sinêbut (disebut) pinuja-pinuji (dipuja-puji), yêkti (sungguh) mung (hanya) Hyang (tuhan) Manon (Yang Maha Melihat), nabi (Nabi) wali (wali) oliya (auliya) myang (dan) rajèng (raja). Yang disebut dan dipuja-puji, sungguh hanya Tuhan Yang Maha Melihat, adalah Nabi, Wali dan Auliya dan Raja.

Yang sudah tajam penglihatan batinnya dan tanggap membaca isyarat dari Tuhan hanyalah para Nabi, Wali dan Auliya serta para Raja. Mereka

Page 107: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 99 adalah orang-orang pilihan sesuai derajat masing-masing. Mereka telah mencapai tahap akhir dalam pencarian pengetahuan tentang asal mula dan akhir dari kehidupan.

Apan (memang) pantês (pantas) pinuji (dipuji) mring (oleh) janmi (manusia), sabab (sebab) iku (itu) sami (sama-sama), kêkasih (kekasih) Hyang (Tuhan) Agung (Maha Besar). Mereka memang panas dipuji oleh sesama manusia, sebab mereka itu sama-sama kekasih Tuhan ang Maha Besar.

Memang pantas mereka dipuji oleh sesama manusia, karena mereka itu sama-sama kekasih Allah. Nabi adalah utusan Allah untuk memberi petunjuk kepada manusia. Wali dan Auliya adalah orang-orang yang dekat dengan Allah karena ketaatan dan ibadahnya yang kuat. Para Raja adalah orang yang terpilih untuk memimpin orang-orang agar tidak tercerai berai. Dapat bersatu sebagai masyarakat. Nabi, Wali dan Raja, mereka semua adalah kekasih-kekasih Allah yang dekat kepadaNya. Mereka mempunyai kewajiban yang lain dari manusia umumnya. Mereka juga diberi kelebihan oleh sebab peribadatannya dan kedekatannya kepada Tuhan.

Yèn (kalau) manungsa (manusia) liya (selain) sri bupati (sang raja), Ngabdul (Abdul) araning (namanya) wong (orang), apan (memang) jêmak (jamak, lazim) lan (dan) manungsa (manusia) kabèh (kabeh). Kalau manusia selain sang Raja, misalnya manusia bernama Abdul, memang sudah lazim dan manusia semuanya.

Kalau bagi manusia selain sang Raja, misalnya manusia bernama Abdul, dan juga kepada manusia-manusia lain, hanya diberi kewajiban yang lazim sebagai manusia umumnya.

Mung (hanya) pinurih (agar) aywa (jangan) srik (sakit) ing (dalam) galih (hati), lumintu (lestari) mrih (agar) puji (memuji), ing (pada) manungsa (manusia) iku (itu). Hanya agar jangan menyimpan sakit dalam hatinya, lestari agar memuji kepada manusia-manusia pilihan itu.

Kewajiban manusia lazimnya hanyalah agar tidak menyimpan rasa sakit hati dalam hatinya, dan senantiasa memuji kepada manusia-manusia pilihan itu tadi. Karena mereka adalah penyampai kabar dari Tuhan, guru bagi manusia dan pemimpin yang mengatur. Melalui bimbingan para manusia pilihan tadi masyarakat aman dan makmur. Lahir sampai ke

Page 108: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 100 batinnya. Dapat menjadi manusia yang utuh, juga manusia yang berbudi dan berpengetahuan.

Kudu-kudu (bersegera) tinarimèng (menerima dalam) ati (hati), manawa (kalau) kapêrgok (kepergok), nabi (Nabi) Allah (Allah) kang (yang) mindha (menyamar) druwise (seperti pengemis). Bersegera menerima dalam hati, kalau bertemu, Nabiyullah yang menyamar seperti pengemis.

Druwise sangat mungkin berasal dari kata darwis, yakni kaum sufi yang hidup dengan sarana duniawi yang pas-pasan, sekedar untuk hidup saja. Mereka memang meniru kemiskinan Muhammad, Nabi kita yang memilih hidup dengan sarana yang sederhana. Nabi tidak hidup bermewah meski beliau mampu melakukannya. Bahkan kalau dibanding dengan sarana kehidupan dengan zaman ditulis serat ini, seratus tahun lalu, apa yang dipakai dalam kehidupan Nabi sehari-hari sangatlah kurang. Apalagi kalau dibanding dengan sarana di zaman sekarang. Mungkin hanya pengemis saja yang masih hidup dengan sarana duniawi seperti yang Nabi pakai. Dengan pakaian hanya tiga lembar dan itu juga bukan pakaian mewah ala raja. Makanan pun kadang hanya tiga biji kurma sehari. Dengan tidur hanya beralas anyaman pelepah kurma, yang sampai meninggalkan bekas di tubuh. Rumah hanya sederhana sekali, hanya satu ruang yang diberi sekat-sekat. Nah kepada Nabi yang begitu sederhana itulah, kita harus menerima dengan segera segala ajarannya. Disebabkan karena apa yang beliau bawa adalah kebenaran yang akan menyelamatkan hidup kita kelak.

Jabat akèh (banyak) tuladhane (teladan) nguni (zaman dahulu), malekat (malaikat) pi-api (berpura-pura), namur (menyamar) anjêjaluk (meminta-minta). Sudah banyak teladan di zaman dahulu, malaikat berpura-pura, menyamar sebagai peminta-minta.

Memang kehidupan para orang yang dekat dengan Tuhan lebih banyak yang hidup sederhana. Di zaman dahulu para malaikat pun juga berpura-pura menyamar sebagai peminta-minta. Untuk memberi pelajaran kepada manusia. Banyak juga para pemuka agama yang hidup sederhana, dengan sarana duniwi yang sangat minimal. Mereka lebih suka laku prihatin agar tidak dininabobokan oleh dunia yang sifatnya memabukkan.

Mung (hanya) carita (cerita) dudu (bukan) zaman (zaman) mangkin (sekarang), samêngko (sekarang) tan (tak) kanggo (dipakai), mung (hanya) pinirit (dicontoh) jumbuhing (sesuai dengan) mangsane

Page 109: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 101 (masanya). Hanya cerita bukan zaman sekarang, sekarang tak dipakai yang demikian itu, hanya sebagai contoh yang harus disesuaikan dengan zamannya.

Namun perilaku seperti di atas, untuk ukuran zaman sekarang sangat kelewatan sederhana. Takkan ada yang kuat mencontohnya. Memang zamannya sudah berbeda. Walau demikian tetaplah harus kita ketahui sebagai contoh yang pelaksanaannya disesuaikan dengan perkembangan zaman. Intinya harus tetap tanggap dan cermat dalam mengenali isyarat dari Tuhan di dalam kehidupan kita.

Dadi (jadi) nora (ora) kaelangan (kehilangan) lari (jejak), nglêluri (melestarikan) utami (keutamaan), mamrih (mengharap) sugih (kaya) kang (yang) wruh (kawruh, pengetahuan). Jadi tidak kehilangan jejak, melestarikan keutamaan, mengharap kaya akan pengetahuan.

Teladan dari para manusia pilihan tadi, walau sudah tidak mungkin diterapkan secara persis di masa kini, tetaplah harus diketahui agar kita tidak kehilangan jejak-jejak keutamaan mereka. Dengan mengetahui sejarah kehidupan para orang besar di masa lau, para Nabi, Auliya dan Raja-Raja, kita dapat melestarikan keutamaan mereka dan mencontohnya sesuai kekuatan masing-masing. Yang intinya agar kita dapat mencapai kekayaan pengetahuan seperti mereka.

Page 110: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 102

Kajian Tematik Serat Wulang Wanita 11: Wruha Ala Kalawan Becik

Pupuh 4, Pada 9-15, Kinanthi (metrum: 8u, 8i, 8e, 8a, 8i, 8a, 8i), Serat Wulang Wanita:

Wruha ing ala kalawan bêcik, saking wulang ing wong, ingkang wasis waskitha budine. Pan ingêtrap nèng dluwang lan mangsi, sinimpên mring ahli, kitab aranipun. Kitab saking Kuran asalnèki, Kuran sing Hyang Manon. Ya ta môngsa Allah nulis dhewe, pasthi nyambat manungsa kêkasih, tinrap nèng jro ngati-, ning manungsa iku. Jêr ta ana kang muni jro dalil, rapale mangkono, kalbu mukmin ya betolahine, ing têgêse ati ingkang mukmin, ingakên sayêkti, unggyaning Hyang Agung. Basa mukmin manungsa wus napi, liyane Hyang Manon. dadi kayun pidarèni rane, wong kang manuh manggone kêkalih, dunya dèn dunungi, ing akerat jumbuh. Wus pinunggêl pitutur mring èstri, sêdhênge sêmono, pan kasêlan lagi mikir ponès. Rêbo Kliwon ping têlu kang sasi, ing Rabingulakir, Galungan kang wuku. Kang môngsastha Kunthara warsa Lip. Sangkala rinaos, kawilêting kawi wangsalane, yitmèng praja cipta kang kawijil, kangjêng sri bupati, karsa amanawung. Drênging driya tansah amêmuji, kalipahing Manon Yun mangèsthi sang prabu ing mangke, wulang tumrap marang para èstri, mrih ayu pinanggih, wit wêkasanipun.

Kajian per kata:

Wruha (ketahuilah) ing (dalam) ala (buruk) kalawan (dan) bêcik (baik), saking (dari) wulang (ajaran) ing (pada) wong (orang), ingkang (yang)

Page 111: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 103 wasis (pintar) waskitha (tajam) budine (budinya). Ketahuilah dalam buruk dan baik, dari ajaran orang-orang pintar yang tajam budinya.

Selalu belajarlah untuk mengetahui buruk dan baik, dari ajaran orang-orang pintar yang tajam budinya. Mengetahui buruk dan baik menjadi batas dari komitmen seseorang yang hendak melangkah ke jalan yang benar. Jika baik dan buruk saja tidak tahu maka bagaimana mungkin dia akan berpihak kepada kebaikan. Mengetahu baik dan buruk juga menjadi pertanda kedewasaan seseorang. Lalu apa dasar dari sesuatu bisa dikatakan baik atau buruk itu?

Pan (yang) ingêtrap (dituangkan) nèng (pada) dluwang (kertas) lan (dan) mangsi (tinta), sinimpên (disimpan) mring (oleh) ahli (ahlinya), kitab (kitab) aranipun (namanya). Yang dituangkap dalam kertas dan tinta, disimpan oleh ahlinya, kitab namanya.

Baik buruk bukan dari pemikiran para oran pintar yang tajam penglihatannya tadi, melainkan dari sesuatu yang kemudian dituangkan dalam kertas dan tinta, disebut kitab. Walau para orang pintar tadi sudah menguasai berbagai pengetahuan, tetapi mereka pun juga belajar dari yang lainnya, yakni ajaran yang tertuang dalam kitab.

Kitab (kitab) saking (dari) Kuran (Al Qur’an) asalnèki (asalnya itu), Kuran (Qur’an) sing (dari) Hyang (Tuhan) Manon (Maha Melihat). Kitab itu dari Al Qur’an asalnya. Qur’an yang dari Tuhan Uang Maha Melihat.

Kitab tadi dari al Qur’an asalnya, yakni Al Qur’an dari Yang Maha Melihat. Kalau dilihat redaksi kalimat ini, yang dimaksud kitab adalah mushaf Al Qur’an, dan yang dimaksud Al Qur’an adalah yang datang dari Tuhan Yang Maha Melihat. Yakni yang turun ke dalam hati Nabi Muhammad SAW. Itulah Al Qur’an yang kemudian dituangkan dalam mushaf dengan peralatan kertas dan tinta.

Ya ta (ya iyalah) môngsa (masa) Allah (Allah) nulis (menulis) dhewe (sendiri), pasthi (pasti) nyambat (menyruh) manungsa (manusia) kêkasih (kekasih), tinrap (diterapkan) nèng (di) jro (dalam) ngati- (hati), ning (nya) manungsa (manusia) iku (itu). Ya iyalah masa Allah menulis sendiri, pasti menyuruh manusia kekasihnya, diterapkan ke dalam harinya manusia itu.

Page 112: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 104 Tentu saja walau Al Qur’an datang dari Allah tetapi diundangkan kepada manusia melalui manusia juga, yakni manusia agung yang menjadi kekasihnya. Diterapkan atau dimasukkan ke dalam hati manusia agung itu. Baru kemudian disampaikan kepada ummat seluruhnya. Hal itu karena antara manusia awam dan Tuhan ada jarak wujud yang jauh. Hanya ada sedikit manusia-manusia pilihan yang dapat berkomunikasi dua arah. Dan dari manusia pilihan yang sedikit itulah diangkat seorang rasul (utusan) untuk menyampaikan pesan dari Tuhan.

Jêr ta (karena memang) ana (ada) kang (yang) muni (mengatakan) jro (di dalam) dalil (dalil), rapale (lafalnya) mangkono (demikian), kalbu mukmin ya betolahine (qalbun mukmin baitullah), ing (pada) têgêse (artinya) ati (hati) ingkang (yang) mukmin (mukmin), ingakên (diakui) sayêkti (sungguh), unggyaning (tempatnya) Hyang (Tuhan) Agung (Yang Maha Besar). Karena ada yang mengatakan dalam dalil, lafalnya demikian; qalbun mukmin baitullah, yang artinya pada hati orang mukmin, diakui dengan sungguh-sungguh, sebagai tempat Tuhan Yang Maha Agung.

Karena hanya manusia pilihan yang mampu menangkap pesan keagungan Tuhan. Dikatakan dalam sebuah hadits qudsi, qalbun mukmin baitullah, yang artinya hati orang mukmin adalah rumah Tuhan. Hanya hati orang mukmin yang sanggup disinggahi oleh Tuhan. Hati selain orang mukmin takkan sanggup menerima kehadiran Tuhan Yang Agung. Mengapa demikian?

Basa (yang disebut) mukmin (muknin) manungsa (mnusia) wus (sudah) napi (kosong), liyane (dari selain) Hyang (Tuhan) Manon (Maha Melihat). Yang disebut mukmin adalah manusia yang sudah kosong, dari selain Tuhan Yang Maha Melihat.

Hal itu karena Tuhan adalah Raja dari segala raja, maka Dia tidak berkenan hadir di dalam satu kota jika di kota itu masih ada raja yang lain. Jika di dalam hati seseorang masih ada yang selain Dia, maka Dia tak berkenan hadir. Hanya hati orang mukmin saja yang telah kosong dari selain Dia, maka ke dalamnya Dia berkenan hadir.

Dadi (menjadi) kayun (kehendak) pidarèni (dua dunia) rane (namanya), wong (orang) kang (yang) manuh (mengenal) manggone (tempatnya)

Page 113: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 105 kêkalih (keduanya). Dan menjadi hayun pidareni, yakni orang yang mengenal tempatnya dua dunia.

Hayun pidareni disebut dalam serat sastra gending dengan redaksi: Iya kayun pidareni, murading lapal, uriping desa kalih. Desa lair desa batin wus kawangwang. Artinya; Kayun pidareni maknanya lafal yakni kehidupannya di dua desa. Desa lahir dan desa batin sudah dikuasai. Yang dimaksud desa lahir adalah alam dunia, sedangkan desa batin adalah alam akhirat. Pesan moralnya; jangan hanya hidup di satu alam saja, alam dunia, tetapi juga hiduplah di alam batin, alam yang lebih langgeng kehidupannya, kekal tiada akhir.

Dunya (dunia) dèn (di) dunungi (tempati), ing (di) akerat (akhrat) jumbuh (sesuai). Dunia ditempat, di akhirat pun sesuai.

Maknanya kehidupan dunianya tidak ditinggalkan, kehidupan akhiratnya pun sesuai dengan kehidupan dunianya. Jika kehidupan dunianya sejahtera demikian pula kehidupan akhiratnya. Inilah artinya hidup dalam dua dunia.

Wus (sudah) pinunggêl (diakhiri) pitutur (nasihat) mring (kepada) èstri (wanita), sêdhênge (bersamaan) sêmono (waktu itu), pan (akan) kasêlan (diselingi) lagi (lagi) mikir (memikirkan) ponès (vonis). Sudah diakhiri nasihat kepada wanita, bersamaan waktu itu, akan diselingi oleh memikirkan vonis (pengadilan).

Sudah diakhir sampai sekian nasihat kepada wanita. Karena bersamaan waktu itu dengan kegiatan lain di pengadilan, sedang memikirkan vonis dari perkara yang masuk. Mungkin sang pengarang serat ini melakukan sambil lalu dengan pekerjaan yang lain. Dan tampaknya pengarang ingin mengakhiri karena hendak menangani perkara yang lainnya.

Rêbo (Rabu) Kliwon (Kliwon) ping têlu (hari ketiga) kang sasi (bulannya), ing (pada) Rabingulakir (Rabiul Akhir), Galungan (Galungan) kang wuku (wukunya). Rabu Kliwon, hari ketiga bulan Rabiul Akhir, Galungan wukunya.

Bertepatan dengan hari Rabu Kliwon, hari ke-3 bulan Rabiul Akhir, Wuku Galungan.

Kang môngsastha (masa Astha) Kunthara (Kuntara, windu) warsa (tahun) Lip (alip), sangkala (sengkalaan) rinaos (dirrasakan), kawilêting (terbelit oleh) kawi (kawi) wangsalane (wangsalannya), yitmèng praja

Page 114: SERI KAJIAN SASTRA KLASIK - WordPress.com · dipunyai seorang istri, yang terangkum dalam sembilan macam sifat. Juga disertai nasihat agar langgeng dalam membina rumah tangga. Bagian

Kajian Sastra Klasik Kajian Tematik Wulang Wanita 106 cipta kang kawijil, kangjêng (Kanjeng) sri bupati (sang Raja), karsa (berkenan) amanawung (mengarang). Yang masanya masa Asta, Kuntara tahun alip, ditandai sengkala, dibelit bahasa kawi wangsalannya, yitmeng praja cipta kang kawijil, Kanjeng Raja berkenan mengarang .

Raja berkenan mengarang serat ini pada saat masa Astha, Windu Kuntara, tahun Alip, ditandai dengan sengkala; yitmeng praja cipta kawijil, yang menandakan angka tahun 1811 AJ. Jadi secara lengkap tahun penulisan serat Wulang Wanita ini adalah:

Rêbo Kliwon, 3 Rabiul Akhir 1811 AJ, bertepatan dengan Rabu, 22 Pebruari 1882 AD.

Drênging (dorongan) driya (hati) tansah (selalu) amêmuji (mendoakan), kalipahing (khalifah) Manon (Tuhan), yun (hendak) mangèsthi (berkeinginan) sang (sang) prabu (raja) ing (di) mangke (sekarang), wulang (nasihat) tumrap (untuk) marang (kepada) para (para) èstri (wanita), mrih (agar) ayu (selamat) pinanggih (yang ditemui), wit (awal) wêkasanipun (sampai akhirnya). Dorongan hati selalu mendoakan, khalifah Tuhan, hendak berkeinginan sang raja sekarang, memberi nasihat untuk kepada para wanita, agar selamat yang ditemui, dari awal sampai akhirnya.

Dorongan hati selalu mendoakan dari khalifah Allah di tanah Jawa Susuhunan Pakubuwana IX, dan sekarang berkeinginan mengajarkan nasihat kepada para wanita agar selamat kehidupannya, dari awal sampai akhir berumah tangga.

Tamat. Telah selesai penerjemahan dan kajian serat Wulang Wanita, karya Sri Susuhunan Pakubuwana IX dari Surakarta Adiningrat.

Mireng, 05 Juli 2018.

Bambang Khusen Al Marie.