Serambi Engineering, Volume II, No.4, Agustus 2017 Edisi...

8
Serambi Engineering, Volume II, No.4, Agustus 2017 ISSN : 2528-3561 Edisi Khusus 1. Pendahuluan Masalah sampah adalah permasalahan yang sering terjadi, baik di lingkungan rumah, masyarakat dalam skala kecil maupun dalam skala yang lebih luas lagi. Ada banyak macam sampah/limbah yang terdapat di sekitar lingkungan kita, secara garis besar seperti sampah organik dan sampah non organik. Dalam jangka panjang sampah non organik seperti limbah plastik akan menjadi permasalahan yang harus mendapat penanganan khusus sehingga limbah plastik tersebut sesungguhnya jika dapat dikelola dengan cara dan metoda yang benar, maka dapat membantu dan sekaligus mencegah permasalahan yang mungkin saja terjadi yaitu seperti mengurangi kerusakan lingkungan yang tentunya dapat mengancam lingkungan dimana masyarakat tinggal. Limbah ataupun sampah-sampah plastik yang dibiarkan dan tidak ada pengelolaan yang baik dan benar terhadap limbah plastik tersebut, maka sangat memungkinkan dapat mencemari lingkungan tempat dimana kita berada. Gangguan dalam bentuk pencemaran dimungkinkan saja dapat terjadi baik itu pencemaran pada air, udara dan daratan. Beratnya pencemaran tersebut sangat tergantung seberapa parah kondisi keberadaan limbah plastik tersebut yang dibiarkan di lingkungan terbuka tanpa dilakukan penanganan sebagaimana mestinya. Disamping itu, pencemaran terhadap Pengelolaan Limbah Plastik Sebagai Upaya Pengurangan Pencemaran Lingkungan Melalui Transformasi Yang Memiliki Nilai Tambah Ekonomi Syaifuddin Yana* 1 , Badaruddin 2 1 Fakultas Teknik, Universitas Serambi Mekkah, Banda Aceh 2 Fakultas Ekonomi, Universitas Serambi Mekkah, Banda Aceh. *Koresponden email: [email protected] Abstrak. Kondisi pertambahan jumlah penduduk khususnya di Aceh mengakibatkan konsumsi limbah (khususnya limbah plastik) menjadi meningkat. Hal ini akan berdampak buruk apabila limbah plastik tidak diperlakukan sebagaimana layaknya misalnya tidak diolah kembali (reuse, reduce maupun recycle/reprocessing). Jika tidak di kendalikan atau dikelola dengan benar, maka ancaman akan munculnya baik itu pencemaran lingkungan misalnya menyumbat saluran buang di lingkungan tempat tinggal (pemukiman), dan seterusnya. Apabila dibakar di alam terbuka juga menyebabkan resiko bencana (menggangu kesehatan, polusi udara, dan lainnya). Agar limbah plastik dapat bersahabat dengan alam, maka diperlukan pengelolaan sehingga disamping itu juga dapat memiliki nilai tambah ekonomi. Kata Kunci : Pengolahan limbah plastik, nilai tambah ekonomi, timbunan sampah plastik, reuse, reduce, recycle/ reprocessing, dan pencemaran lingkungan Abstract. The population growth especially in Aceh resulted in waste consumption (especially plastic waste) to increase. This will have adverse impacts if the plastic waste is not treated properly for example not re-treated (reuse, reduce or recycle/ reprocessing). If not in control or properly managed, then the threat will emerge either environmental pollution such as clogging the waste channel in the neighborhood (settlement), and so on. When burned in the open also cause the risk of disaster (disrupt health, air pollution, and others). In order for plastic waste can be friendly with nature, it is necessary management so that besides it can also have added economic value. Keywords: Plastic waste processing, economic added value, waste plastic pile, reuse, reduce, recycle / reprocessing, and environmental pollution 157

Transcript of Serambi Engineering, Volume II, No.4, Agustus 2017 Edisi...

Page 1: Serambi Engineering, Volume II, No.4, Agustus 2017 Edisi ...jurnalserambiengineering.net/wp-content/uploads/2017/08/... · Ada banyak macam sampah/limbah yang terdapat ... Sampah

Serambi Engineering, Volume II, No.4, Agustus 2017 ISSN : 2528-3561Edisi Khusus

1. PendahuluanMasalah sampah adalah permasalahan yang sering

terjadi, baik di lingkungan rumah, masyarakat dalam skala kecil maupun dalam skala yang lebih luas lagi. Ada banyak macam sampah/limbah yang terdapat di sekitar lingkungan kita, secara garis besar seperti sampah organik dan sampah non organik. Dalam jangka panjang sampah non organik seperti limbah plastik akan menjadi permasalahan yang harus mendapat penanganan khusus sehingga limbah plastik tersebut sesungguhnya jika dapat dikelola dengan cara dan metoda yang benar, maka dapat membantu dan sekaligus mencegah permasalahan yang mungkin saja terjadi yaitu seperti mengurangi

kerusakan lingkungan yang tentunya dapat mengancam lingkungan dimana masyarakat tinggal.

Limbah ataupun sampah-sampah plastik yang dibiarkan dan tidak ada pengelolaan yang baik dan benar terhadap limbah plastik tersebut, maka sangat memungkinkan dapat mencemari lingkungan tempat dimana kita berada. Gangguan dalam bentuk pencemaran dimungkinkan saja dapat terjadi baik itu pencemaran pada air, udara dan daratan. Beratnya pencemaran tersebut sangat tergantung seberapa parah kondisi keberadaan limbah plastik tersebut yang dibiarkan di lingkungan terbuka tanpa dilakukan penanganan sebagaimana mestinya. Disamping itu, pencemaran terhadap

Pengelolaan Limbah Plastik Sebagai Upaya Pengurangan Pencemaran Lingkungan Melalui

Transformasi Yang Memiliki Nilai Tambah EkonomiSyaifuddin Yana*1, Badaruddin2

1Fakultas Teknik, Universitas Serambi Mekkah, Banda Aceh2Fakultas Ekonomi, Universitas Serambi Mekkah, Banda Aceh.

*Koresponden email: [email protected]

Abstrak. Kondisi pertambahan jumlah penduduk khususnya di Aceh mengakibatkan konsumsi limbah (khususnya limbah plastik) menjadi meningkat. Hal ini akan berdampak buruk apabila limbah plastik tidak diperlakukan sebagaimana layaknya misalnya tidak diolah kembali (reuse, reduce maupun recycle/reprocessing). Jika tidak di kendalikan atau dikelola dengan benar, maka ancaman akan munculnya baik itu pencemaran lingkungan misalnya menyumbat saluran buang di lingkungan tempat tinggal (pemukiman), dan seterusnya. Apabila dibakar di alam terbuka juga menyebabkan resiko bencana (menggangu kesehatan, polusi udara, dan lainnya). Agar limbah plastik dapat bersahabat dengan alam, maka diperlukan pengelolaan sehingga disamping itu juga dapat memiliki nilai tambah ekonomi. Kata Kunci : Pengolahan limbah plastik, nilai tambah ekonomi, timbunan sampah plastik, reuse, reduce, recycle/ reprocessing, dan pencemaran lingkungan

Abstract. The population growth especially in Aceh resulted in waste consumption (especially plastic waste) to increase. This will have adverse impacts if the plastic waste is not treated properly for example not re-treated (reuse, reduce or recycle/ reprocessing). If not in control or properly managed, then the threat will emerge either environmental pollution such as clogging the waste channel in the neighborhood (settlement), and so on. When burned in the open also cause the risk of disaster (disrupt health, air pollution, and others). In order for plastic waste can be friendly with nature, it is necessary management so that besides it can also have added economic value.Keywords: Plastic waste processing, economic added value, waste plastic pile, reuse, reduce, recycle / reprocessing, and environmental pollution

157

Page 2: Serambi Engineering, Volume II, No.4, Agustus 2017 Edisi ...jurnalserambiengineering.net/wp-content/uploads/2017/08/... · Ada banyak macam sampah/limbah yang terdapat ... Sampah

Serambi Engineering, Volume II, No.4, Agustus 2017 ISSN : 2528-3561Edisi Khusus

lingkungan juga sangat bergatung pada jenis dan sifat dari limbah plastik tersebut, dan bagaimana kita melakukan penanganan terhadap limbah-limbah plastik tersebut sehingga jika limbah itu dibiarkan begitu saja secara terus menerus akan mengakibatkan lingkungan menjadi rusak dan tercemar.

Limbah plastik dewasa ini menjadi permasalahan bagi masyarakat, dimana keberadaannya jika tidak dapat ditanggulangi secara benar dan dengan metode yang komprehensif maka dapat menyebabkan berbagai permasalahan seperti tersumbatnya selokan yang dapat menyebabkan banjir, menimbulkan penyakit dan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan seperti pencemaran darat, air dan udara seperti: CO2 (karbon dioksida), NO (nitrogenmonoksida), S2 (gas belerang), amoniak, dan lainnya.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; Bab III Hak, Kewajiban, Dan Peran Masyarakat; Pasal 6.1: Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup. Selanjutnya Pasal 7.1: Masyarakat mempunyai kesempatan yang sama dan seluas luasnya untuk berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup. Berdasarkan Undang-undang tertera di atas jelas bahwa baik individu maupun masyarakat wajib untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup yang dapat berdampak luas kepada masyarakat apabila diabaikan dan tidak menjadi perhatian bersama dalam penanggulangan terhadap dampak lingkungan.

Kerusakan lingkungan dapat berdampak terhadap pencemaran lingkungan hidup dan juga berdampak pada menurunnya kemampuan lingkungan da-lam menjaga keseimbangan serta menurunnya kemampuan untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam hal memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari yang bergantung pada ketersediaan sumberdaya yang tersedia di lingkungan sekitarnya.

Secara umum, sampah plastik yang dihasilkan dari seluruh total sampah yaitu memiliki rata-rata atau memiliki porsi sekitar 10 persen dari total volume sampah. Dari jumlah tersebut, hanya sedikit

yang dapat didaur ulang. Sampah plastik berbahan polimer sintetik tidak mudah diurai organisme dekomposer. Butuh 300-500 tahun agar bisa terdekomposisi atau terurai sempurna. Membakar plastik pun bukan pilihan baik. Plastik yang tidak sempurna terbakar, di bawah 800 derajat Celsius, akan membentuk dioksin. Senyawa inilah yang berbahaya (Vedder, T. 2008).

2. Studi LiteraturPengertian Sampah dan Limbah Plastik

Definisi sampah menurut World Health Organization (WHO) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2007). Sebaliknya juga, masih banyak sampah organik yang masih dapat digunakan kembali melalui daur ulang (re-use).

Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri atas zat organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. Sampah umumnya dalam bentuk sisa makanan (sampah dapur), daun-daunan, ranting pohon, kertas/karton, plastik, kain bekas, kaleng-kaleng, debu sisa penyapuan, dsb, sumber Standar Nasional Indonesia (SNI 19-2454-1991).

Sahnung (2000), mengklasifikasikan sampah (waste) dari segi sifat, jenis dan proses terjadinya:

1. Berdasarkan sifatnya: terdapat dua macam sampah yaitu organik dan anorganik, Sampah organik terdiri dari: daun-daun, kertas, kayu, karton, tulang, sisa bahan makanan ternak, sayur dan buah. Sedangkan yang termasuk sampah non-organik seperti: plastik, besi, gelas, mika dan logam.

2. Berdasarkan jenisnya, sampah dapat digolongkan kedalam sembilan golongan yaitu: (a). sampah makanan (b). sampah kebun/pekarangan(c). Sampah keras(d). Sampah plastik, karet, kulit(e) sampah kain (f). sampah kayu

158 159

Page 3: Serambi Engineering, Volume II, No.4, Agustus 2017 Edisi ...jurnalserambiengineering.net/wp-content/uploads/2017/08/... · Ada banyak macam sampah/limbah yang terdapat ... Sampah

Serambi Engineering, Volume II, No.4, Agustus 2017 ISSN : 2528-3561Edisi Khusus

lingkungan juga sangat bergatung pada jenis dan sifat dari limbah plastik tersebut, dan bagaimana kita melakukan penanganan terhadap limbah-limbah plastik tersebut sehingga jika limbah itu dibiarkan begitu saja secara terus menerus akan mengakibatkan lingkungan menjadi rusak dan tercemar.

Limbah plastik dewasa ini menjadi permasalahan bagi masyarakat, dimana keberadaannya jika tidak dapat ditanggulangi secara benar dan dengan metode yang komprehensif maka dapat menyebabkan berbagai permasalahan seperti tersumbatnya selokan yang dapat menyebabkan banjir, menimbulkan penyakit dan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan seperti pencemaran darat, air dan udara seperti: CO2 (karbon dioksida), NO (nitrogenmonoksida), S2 (gas belerang), amoniak, dan lainnya.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; Bab III Hak, Kewajiban, Dan Peran Masyarakat; Pasal 6.1: Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup. Selanjutnya Pasal 7.1: Masyarakat mempunyai kesempatan yang sama dan seluas luasnya untuk berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup. Berdasarkan Undang-undang tertera di atas jelas bahwa baik individu maupun masyarakat wajib untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup yang dapat berdampak luas kepada masyarakat apabila diabaikan dan tidak menjadi perhatian bersama dalam penanggulangan terhadap dampak lingkungan.

Kerusakan lingkungan dapat berdampak terhadap pencemaran lingkungan hidup dan juga berdampak pada menurunnya kemampuan lingkungan da-lam menjaga keseimbangan serta menurunnya kemampuan untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam hal memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari yang bergantung pada ketersediaan sumberdaya yang tersedia di lingkungan sekitarnya.

Secara umum, sampah plastik yang dihasilkan dari seluruh total sampah yaitu memiliki rata-rata atau memiliki porsi sekitar 10 persen dari total volume sampah. Dari jumlah tersebut, hanya sedikit

yang dapat didaur ulang. Sampah plastik berbahan polimer sintetik tidak mudah diurai organisme dekomposer. Butuh 300-500 tahun agar bisa terdekomposisi atau terurai sempurna. Membakar plastik pun bukan pilihan baik. Plastik yang tidak sempurna terbakar, di bawah 800 derajat Celsius, akan membentuk dioksin. Senyawa inilah yang berbahaya (Vedder, T. 2008).

2. Studi LiteraturPengertian Sampah dan Limbah Plastik

Definisi sampah menurut World Health Organization (WHO) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2007). Sebaliknya juga, masih banyak sampah organik yang masih dapat digunakan kembali melalui daur ulang (re-use).

Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri atas zat organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. Sampah umumnya dalam bentuk sisa makanan (sampah dapur), daun-daunan, ranting pohon, kertas/karton, plastik, kain bekas, kaleng-kaleng, debu sisa penyapuan, dsb, sumber Standar Nasional Indonesia (SNI 19-2454-1991).

Sahnung (2000), mengklasifikasikan sampah (waste) dari segi sifat, jenis dan proses terjadinya:

1. Berdasarkan sifatnya: terdapat dua macam sampah yaitu organik dan anorganik, Sampah organik terdiri dari: daun-daun, kertas, kayu, karton, tulang, sisa bahan makanan ternak, sayur dan buah. Sedangkan yang termasuk sampah non-organik seperti: plastik, besi, gelas, mika dan logam.

2. Berdasarkan jenisnya, sampah dapat digolongkan kedalam sembilan golongan yaitu: (a). sampah makanan (b). sampah kebun/pekarangan(c). Sampah keras(d). Sampah plastik, karet, kulit(e) sampah kain (f). sampah kayu

158 159

Serambi Engineering, Volume II, No.4, Agustus 2017 ISSN : 2528-3561Edisi Khusus

(g). sampah logam (h). sampah gelas dan keramik (i). sampah berupa abu dan debu.

Slamet (1994), membedakan sampah atas dasar sifat-sifat biologis dan kimianya menjadi:

1) Sampah yang mudah terdegradasi 2) Sampah yang sulit terdegradasi 3) Sampah yang berbahaya bagi kesehatan

seperti sampah industri yang mengandung zat kimia fisis yang berbahaya. Sampah yang mudah terdegradasi terutama terdiri atas zat-zat organik seperti sisa sayuran, sisa daging, dan daun sampah. Sampah yang sulit terdegradasi dapat berupa plastik, kertas, logam, abu, bahan bangunan dan kayu-kayuan.

Pengolahan sampah adalah suatu upaya untuk mengurangi volume sampah atau merubah bentuk menjadi lebih bermanfaat, antara lain dengan cara pembakaran, pengomposan, penghancuran, pengeringan dan pendaur ulangan (Standar Nasional Indonesia, SNI T-13-1990-F).

Adapun teknik pengolahan sampah adalah sebagai berikut:

1. Pengomposan (Composting). Adalah suatu cara pengolahan sampah organik

dengan memanfaatkan aktifitas bakteri untuk mengubah sampah menjadi kompos (proses pematangan).

2. Pembakaran sampah. Pembakaran sampah dapat dilakukan pada

suatu tempat, misalnya lapangan yang jauh dari segala kegiatan agar tidak mengganggu. Namun demikian pembakaran ini sulit dikendalikan bila terdapat angin kencang, sampah, arang sampah, abu, debu, dan asap akan terbawa ketempat-tempat sekitarnya yang akhirnya akan menimbulkan gangguan. Pembakaran yang paling baik dilakukan disuatu instalasi pembakaran, yaitu dengan menggunakan incinerator, namun pembakaran menggunakan incinerator memerlukan biaya yang mahal.

3. Recycling. Merupakan salah satu teknik pengolahan

sampah, dimana dilakukan pemisahan atas benda-benda bernilai ekonomi seperti: kertas,

plastik, karet, dan lain-lain dari sampah yang kemudian diolah sedemikian rupa sehingga dapat digunaklan kembali baik dalam bentuk yang sama atau berbeda dari bentuk semula.

4. Reuse. Merupakan teknik pengolahan sampah yang

hampir sama dengan recycling, bedanya reuse langsung digunakan tanpa ada pengolahan terlebih dahulu.

5. Reduce. Adalah usaha untuk mengurangi potensi

timbulan sampah, misalnya tidak menggunakan bungkus kantong plastik yang berlebihan.

Pemanfaatan plastik banyak sekali digunakan baik itu di rumah tangga, di pasar, di kantor dan lain sebagainya yang digunakan untuk keperluaan sehari-hari. Penggunaan plastik itu sendiri pada akhirnya berdampak pada banyaknya sampah plastik di lingkungan sekitarnya. Plastik sendiri sebagaimana kita ketahui sangat sulit terurai baik di lingkungan terbuka maupun di kuburkan di dalam tanah.

Jenis-Jenis Dan Klasifikasi Limbah Plastik Beberapa jenis plastik umumnya dapat

diklasifikasikan berupa nomor yaitu dari nomor 1 sampai dengan nomor 7, sebagaimana dapat digambarkan dibawah ini:

Secara umum, kemasan plastik diberikan label-label sebagai berikut:

Berikut keterangan lanjut dari peristilahan secara kimiawi bagan 1 di atas. PETE atau PET ( Polyethylene Terephthalate), HDPE (High Density Polyethylene), PVC (Polyvynil Chloride), LDPE (Low Density Polyethylene), PP (Polypropylene), PS (Polystyrene) dan other (lainnya) biasanya dalam bentuk polycarbonate.

Berikut gambaran sifat dan karakteristik dari beberapa jenis plastik dan beberapa dampaknya pemakaiannya terhadap kesehatan manusia.

1. PETE atau PET (polyethylene terephthalate) dengan berlabel angka 01 dalam segitiga

Gambar 1. Klasifikasi Plastik Berupa Nomor

158 159

Page 4: Serambi Engineering, Volume II, No.4, Agustus 2017 Edisi ...jurnalserambiengineering.net/wp-content/uploads/2017/08/... · Ada banyak macam sampah/limbah yang terdapat ... Sampah

Serambi Engineering, Volume II, No.4, Agustus 2017 ISSN : 2528-3561Edisi Khusus

biasa dipakai untuk botol plastik yang jernih/transparan/tembus pandang seperti botol air mineral. Botol-botol dengan bahan ini direkomendasikan hanya untuk sekali pakai. Jangan dipakai untuk menyimpan air hangat apalagi panas.

2. HDPE (high density polyethylene) berlabel angka 02 dalam segitiga biasa dipakai untuk botol susu yang berwarna putih susu. Direkomendasikan hanya untuk sekali pemakaian.

3. V atau PVC (polyvinyl chloride) berlabel angka 03 dalam segitiga adalah plastik yang paling sulit di daur ulang. Plastik ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap), dan botol-botol. Kandungan dari PVC yaitu DEHA yang terdapat pada plastik pembungkus dapat bocor dan masuk ke makanan berminyak bila dipanaskan. PVC berpotensi berbahaya untuk ginjal, hati dan berat badan.

4. LDPE (low density polyethylene) berlabel angka 04 dalam segitiga biasa dipakai untuk tempat makanan dan botol-botol yang lembek. Barang-barang dengan berkode ini dapat di daur ulang dan baik untuk barang-barang yang memerlukan fleksibilitas tetapi kuat. Barang ini bisa dibilang tidak dapat di hancurkan tetapi tetap baik untuk tempat makanan.

5. PP (polypropylene) berlabel angka 05 dalam segitiga adalah pilihan terbaik untuk bahan plastik terutama untuk yang berhubungan dengan makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, botol minum dan terpenting botol minum untuk bayi. Karakteristik botol ini transparan yang tidak jernih atau berawan.

6. PS (polystyrene) berlabel angka 06 dalam segitiga biasa dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam, tempat minum sekali pakai, dll. Bahan Polystyrene bisa membocorkan bahan styrine ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan. Bahan Styrine berbahaya untuk otak dan sistem syaraf. Bahan ini harus dihindari dan banyak negara bagian di Amerika sudah

melarang pemakaian tempat makanan berbahan styrofoam termasuk negara China.

7. Other (biasanya polycarbonate) berlabel angka 07 dalam segitiga bisa didapatkan di tempat makanan dan minuman seperti botol minum olahraga. Polycarbonate bisa mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam makanan dan minuman yang berpotensi merusak sistem hormon.

Kemasan plastik yang paling banyak dan paling aman digunakan adalah yang terbuat daripolyethylene (PE) dan polyprophylene (PP) yang dilabeli terkadang juga dilabeli dengan gambar gelas dan garpu atau ada tulisan `untuk makanan` atau `for food use`.

Dampak Pencemaran Limbah Plastik Dan Permasalahannya

Limbah plastik memiliki masalah tersendiri setelah tidak dipakai lagi atau dibuang. Barang berbahan plastik tidak dapat membusuk, tidak dapat menyerap air, tidak dapat berkarat dan tidak dapat untuk untuk diuraikan (di degradasi) di dalam tanah yang pada akhirnya akan menyebabkan permasalahan bagi lingkungan. Limbah plastik yang ada saat ini pada umumnya dibuang tempat pembaungan akhir (TPA), dibakar atau beberapa diantaranya masih layak untuk didaur ulang (recycle). namun demikian, proses tersebut masih belum dapat menyelesaikan semua permasalahan yang berkaitan dengan limbah plastik tersebut. Agar dapat menghilangkan sifat karsinogen dari pembakaran limbah plastik, maka limbah plastik tersebut dibakar pada suhu tinggi hingga 1000 oC sehingga tidak ekonomis.

Disamping itu, berikut perihal kerusakan dan pencemaran yang diakibatkan oleh sampah sebagaimana yang termaktub dalam UU-18/2008:

− Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun;

− Sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun;

− Sampah yang timbul akibat bencana;− Puing bongkaran bangunan− Sampah yang secara teknologi belum dapat

diolah; dan/atau− Sampah yang timbul secara tidak periodik

160 161

Page 5: Serambi Engineering, Volume II, No.4, Agustus 2017 Edisi ...jurnalserambiengineering.net/wp-content/uploads/2017/08/... · Ada banyak macam sampah/limbah yang terdapat ... Sampah

Serambi Engineering, Volume II, No.4, Agustus 2017 ISSN : 2528-3561Edisi Khusus

biasa dipakai untuk botol plastik yang jernih/transparan/tembus pandang seperti botol air mineral. Botol-botol dengan bahan ini direkomendasikan hanya untuk sekali pakai. Jangan dipakai untuk menyimpan air hangat apalagi panas.

2. HDPE (high density polyethylene) berlabel angka 02 dalam segitiga biasa dipakai untuk botol susu yang berwarna putih susu. Direkomendasikan hanya untuk sekali pemakaian.

3. V atau PVC (polyvinyl chloride) berlabel angka 03 dalam segitiga adalah plastik yang paling sulit di daur ulang. Plastik ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap), dan botol-botol. Kandungan dari PVC yaitu DEHA yang terdapat pada plastik pembungkus dapat bocor dan masuk ke makanan berminyak bila dipanaskan. PVC berpotensi berbahaya untuk ginjal, hati dan berat badan.

4. LDPE (low density polyethylene) berlabel angka 04 dalam segitiga biasa dipakai untuk tempat makanan dan botol-botol yang lembek. Barang-barang dengan berkode ini dapat di daur ulang dan baik untuk barang-barang yang memerlukan fleksibilitas tetapi kuat. Barang ini bisa dibilang tidak dapat di hancurkan tetapi tetap baik untuk tempat makanan.

5. PP (polypropylene) berlabel angka 05 dalam segitiga adalah pilihan terbaik untuk bahan plastik terutama untuk yang berhubungan dengan makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, botol minum dan terpenting botol minum untuk bayi. Karakteristik botol ini transparan yang tidak jernih atau berawan.

6. PS (polystyrene) berlabel angka 06 dalam segitiga biasa dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam, tempat minum sekali pakai, dll. Bahan Polystyrene bisa membocorkan bahan styrine ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan. Bahan Styrine berbahaya untuk otak dan sistem syaraf. Bahan ini harus dihindari dan banyak negara bagian di Amerika sudah

melarang pemakaian tempat makanan berbahan styrofoam termasuk negara China.

7. Other (biasanya polycarbonate) berlabel angka 07 dalam segitiga bisa didapatkan di tempat makanan dan minuman seperti botol minum olahraga. Polycarbonate bisa mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam makanan dan minuman yang berpotensi merusak sistem hormon.

Kemasan plastik yang paling banyak dan paling aman digunakan adalah yang terbuat daripolyethylene (PE) dan polyprophylene (PP) yang dilabeli terkadang juga dilabeli dengan gambar gelas dan garpu atau ada tulisan `untuk makanan` atau `for food use`.

Dampak Pencemaran Limbah Plastik Dan Permasalahannya

Limbah plastik memiliki masalah tersendiri setelah tidak dipakai lagi atau dibuang. Barang berbahan plastik tidak dapat membusuk, tidak dapat menyerap air, tidak dapat berkarat dan tidak dapat untuk untuk diuraikan (di degradasi) di dalam tanah yang pada akhirnya akan menyebabkan permasalahan bagi lingkungan. Limbah plastik yang ada saat ini pada umumnya dibuang tempat pembaungan akhir (TPA), dibakar atau beberapa diantaranya masih layak untuk didaur ulang (recycle). namun demikian, proses tersebut masih belum dapat menyelesaikan semua permasalahan yang berkaitan dengan limbah plastik tersebut. Agar dapat menghilangkan sifat karsinogen dari pembakaran limbah plastik, maka limbah plastik tersebut dibakar pada suhu tinggi hingga 1000 oC sehingga tidak ekonomis.

Disamping itu, berikut perihal kerusakan dan pencemaran yang diakibatkan oleh sampah sebagaimana yang termaktub dalam UU-18/2008:

− Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun;

− Sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun;

− Sampah yang timbul akibat bencana;− Puing bongkaran bangunan− Sampah yang secara teknologi belum dapat

diolah; dan/atau− Sampah yang timbul secara tidak periodik

160 161

Serambi Engineering, Volume II, No.4, Agustus 2017 ISSN : 2528-3561Edisi Khusus

3. MetodologiPendekatan Pengelolaan Sampah yang Sederhana

Konsep yang paling sederhana dalam penanggulan limbah plastik yaitu dengan menggunakan pendekatan atau konsep 4 R (Reduce, Reuse, Recovery dan Recycle). Reduce yaitu dengan cara mengurangi material sehingga kuantitas limbah plastik dapat ditekan jumlahnya. Reuse yaitu menggunakan kembali bahan-bahan habis pakai dengan penanganan khusus seperti kemasan mineral cup, dan lainnya. Recovery yaitu mengambil kembali material limbah yang masih dapat digunakan. Recycle yaitu mendaur ulang limbah plastik yang dibuang untuk digunakan kembali, contohnya berbagai jenis limbah plastik yang dapat didaur ulang seperti jenis PP, PET, HDPE dan lainnya.

Disamping itu, berbagai jenis limbah plastik dapat dikelola dengan pendekatan daur ulang yang tentunya selain mengendalikan keberadaan limbah plastik di lingkungan dan sekaligus memiliki nilai tambah bagi si pengelolanya.

Dalam proses daur ulang limbah plastik, adalah sangat dimungkinkan untuk penggunaan limbah plastik rumah tangga. Bagan berikut menggambarkan suatu proses daur ulang limbah plastik oleh sharp new technology (Sharp environmental report, 2004).

Penanganan sampah yang benar akan memberikan kontribusi positif terhadap pengurangan dampak terhadap pencemaran lingkungan yang dapat berdampak negatif baik dalam skala kecil maupun skala besar yang apabila dalam kuantitas yang masif dapat berdampak membahayakan terhadap keberadaan lingkungan yang baik, sehat dan hijau.

4. PembahasanPengelolaan Limbah Plastik Dan Dampaknya Terhadap Pencemaran Lingkungan

Dengan melakukan pendekatan pengelolaan limbah plastik misalnya pengelolaan limbah plastik yang paling sederhana misalnya menjadi plastik cacah (chips), maka sesungguhnya tindakan tersebut sudah mengurangi permasalahan yang terjadi yaitu permasalahan pencemaran yang dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan kita. Dengan penanganan limbah plastik tersebut dengan cara yang baik dan benar semisal transformas menjadi produk berikutnya seperti plastik cacah, maka secara khusus keberadaan plastik di lingkungan atau alam terbuka secara kuantitas akan menjadi berkurang dan dapat mengurangi dampak negatif yang mungkin saja terjadi.

Kondisi yang demikian tentunya akan sekaligus mengendalikan limbah plastik yang tersebar di alam terbuka dan yang lebih penting lagi adalah membantu untuk mencipkan lingkungan yang bersih, hijau dan sehat, jikalau limbah plastik tersebut dapat ditangani dan dikendalikan (dikelola) dengan sebaik-baiknya. Limbah Plastik Dapat Memunculkan Per­masalahan Umum

Menurut Kusnoputranto dan Susanna (2000), pengelolaan sampah yang tidak baik memberikan pengaruh yang besar terhadap kerusakan lingkungan seperti:

1. Menyebabkan estetika lingkungan menjadi tidak indah dilihat akibat adanya tumpukan sampah sehingga mengganggu kenyamanan

Gambar 2. Close-Loop Plastic Material Recycling

160 161

Page 6: Serambi Engineering, Volume II, No.4, Agustus 2017 Edisi ...jurnalserambiengineering.net/wp-content/uploads/2017/08/... · Ada banyak macam sampah/limbah yang terdapat ... Sampah

Serambi Engineering, Volume II, No.4, Agustus 2017 ISSN : 2528-3561Edisi Khusus

lingkungan masyarakat.2. Proses pembusukan sampah oleh

mikroorganisme menghasilkan gas-gas tertentu yang dapat menyebabkan timbulnya bau busuk. Apabila konsentrasi bau busuk sangat tinggi maka dapat menimbulkan ketidaknyamanan masyarakat.

3. Adanya debu-debu dapat mengganggu mata dan pernafasan.

4. Risiko terjadinya kebakaran (baik sengaja maupun tidak) dan asap yang ditimbulkan dapat mengganggu pernafasan, penglihatan dan penurunan kualitas udara. Selain itu berpotensi menyebabkan kebakaran yang luas dan membahayakan penduduk sekitar.

5. Risiko terjadinya pencemaran udara karena meningkatnya konsentrasi debu, asap dan gas-gas dari sampah padat yang melewati standar kualitas udara.

6. Pembuangan sampah kesaluran air akan menyebabkan pendangkalan saluran dan mengurangi kemampuan daya aliran sungai. Sehingga bila terjadi hujan dapat

menimbulkan banjir. Pembuangan sampah ke dalam selokan atau badan-badan air akan menyebabkan badan air tersebut menjadi kotor. Selain itu hasil dekomposisi biologis dari sampah yang berupa cairan organik dapat mencemari air permukaan ataupun air tanah menjadi dangkal.

7. Dihasilkannya asam organik dari sampah yang dibuang ke badan air serta kemungkinan timbulnya banjir akibat timbunan sampah yang berpotensi untuk menyebabkan kerusakan fasilitas masyarakat, antara lain kerusakan jalan, jembatan, saluran air, fasilitas saringan dan pengolahan air kotor.

Membakar sampah dalam skala yang kecil disekitar lingkungan tempat tinggal atau dalam skala besar di dekat tempat areal pembuangan atau tempat pembuangan sementara dapat menyebabkan terutama permasalahan pencemaran udara yang bermukim disekitar pembakaran tersebut. Hal ini secara signifikan akan berdampak negatif pada manusia utamanya pada kesehatan pekerja yang bekerja disekitar areal pembuangan termasuk pemulung yang biasanya membakar sampah di sekitar areal pembuangan tersebut. Pencemaran akibat pembakaran tersebut terbawa ke udara dan terbawa jauh ke lingkungan permukiman atau lokasi lainnya seperti sekolah, yang dapat mengakibatkan gangguan pernafasan melalui materi (organik) yang mengandung dioksin dan lainnya yang berbahaya bagi kesehatan manusia (USAID: 2006).

Limbah plastik yang berasal dari rumah sakit atau limbah berbahaya (B3) lainnya juga dapat sangat membahayakan bagi manusia yang secara langsung terkontaminasi oleh perangkat-perangkat bekas tersebut, dimana ketika dipegang tanpa menggunakan alat pelindung (proteksi) ketika menangani limbah-limbah tersebut. Sebagai contoh, operator kebersihan atau pemulung dimana mereka bekerja untuk memungut limbah plastik rumah sakit atau limbah berbahaya (B3) seperti plastik bekas infus, dan wadah-wadah bekas lainnya. Hal ini dimungkinkan karena umumnya pemulung tidak memakai alat pelindung (personal protective equipment) seperti sepatu bot, sarung tangan dan pelindung lainnya yang dapat mencegah mereka dari bahaya

Gambar 3. Proses Pengolahan Limbah Plastik Menjadi Plastik Chips Sumber: Palapa Plastic Recycle

162

Page 7: Serambi Engineering, Volume II, No.4, Agustus 2017 Edisi ...jurnalserambiengineering.net/wp-content/uploads/2017/08/... · Ada banyak macam sampah/limbah yang terdapat ... Sampah

Serambi Engineering, Volume II, No.4, Agustus 2017 ISSN : 2528-3561Edisi Khusus

lingkungan masyarakat.2. Proses pembusukan sampah oleh

mikroorganisme menghasilkan gas-gas tertentu yang dapat menyebabkan timbulnya bau busuk. Apabila konsentrasi bau busuk sangat tinggi maka dapat menimbulkan ketidaknyamanan masyarakat.

3. Adanya debu-debu dapat mengganggu mata dan pernafasan.

4. Risiko terjadinya kebakaran (baik sengaja maupun tidak) dan asap yang ditimbulkan dapat mengganggu pernafasan, penglihatan dan penurunan kualitas udara. Selain itu berpotensi menyebabkan kebakaran yang luas dan membahayakan penduduk sekitar.

5. Risiko terjadinya pencemaran udara karena meningkatnya konsentrasi debu, asap dan gas-gas dari sampah padat yang melewati standar kualitas udara.

6. Pembuangan sampah kesaluran air akan menyebabkan pendangkalan saluran dan mengurangi kemampuan daya aliran sungai. Sehingga bila terjadi hujan dapat

menimbulkan banjir. Pembuangan sampah ke dalam selokan atau badan-badan air akan menyebabkan badan air tersebut menjadi kotor. Selain itu hasil dekomposisi biologis dari sampah yang berupa cairan organik dapat mencemari air permukaan ataupun air tanah menjadi dangkal.

7. Dihasilkannya asam organik dari sampah yang dibuang ke badan air serta kemungkinan timbulnya banjir akibat timbunan sampah yang berpotensi untuk menyebabkan kerusakan fasilitas masyarakat, antara lain kerusakan jalan, jembatan, saluran air, fasilitas saringan dan pengolahan air kotor.

Membakar sampah dalam skala yang kecil disekitar lingkungan tempat tinggal atau dalam skala besar di dekat tempat areal pembuangan atau tempat pembuangan sementara dapat menyebabkan terutama permasalahan pencemaran udara yang bermukim disekitar pembakaran tersebut. Hal ini secara signifikan akan berdampak negatif pada manusia utamanya pada kesehatan pekerja yang bekerja disekitar areal pembuangan termasuk pemulung yang biasanya membakar sampah di sekitar areal pembuangan tersebut. Pencemaran akibat pembakaran tersebut terbawa ke udara dan terbawa jauh ke lingkungan permukiman atau lokasi lainnya seperti sekolah, yang dapat mengakibatkan gangguan pernafasan melalui materi (organik) yang mengandung dioksin dan lainnya yang berbahaya bagi kesehatan manusia (USAID: 2006).

Limbah plastik yang berasal dari rumah sakit atau limbah berbahaya (B3) lainnya juga dapat sangat membahayakan bagi manusia yang secara langsung terkontaminasi oleh perangkat-perangkat bekas tersebut, dimana ketika dipegang tanpa menggunakan alat pelindung (proteksi) ketika menangani limbah-limbah tersebut. Sebagai contoh, operator kebersihan atau pemulung dimana mereka bekerja untuk memungut limbah plastik rumah sakit atau limbah berbahaya (B3) seperti plastik bekas infus, dan wadah-wadah bekas lainnya. Hal ini dimungkinkan karena umumnya pemulung tidak memakai alat pelindung (personal protective equipment) seperti sepatu bot, sarung tangan dan pelindung lainnya yang dapat mencegah mereka dari bahaya

Gambar 3. Proses Pengolahan Limbah Plastik Menjadi Plastik Chips Sumber: Palapa Plastic Recycle

162

Serambi Engineering, Volume II, No.4, Agustus 2017 ISSN : 2528-3561Edisi Khusus

yang dapat berbahaya bagi kesehatan mereka.Disamping itu, terdapat beberapa pendekatan

atau metoda dalam proses pengolahan limbah plastik baik menjadi plastik cacah (chips plastic), biji plastik sampai dengan menjadi produk plastik jadi (end plastic product). Pada penelitian ini hanya difokuskan pada pengolahan limbah plastik yang paling sederhana namun memiliki nilai ekonomi bagi si pengelolanya yaitu pengolahan limbah plastik menjadi plastik cacah.

Secara garis besar kegiatan pengolahan limbah plastik sederhana yang memiliki nilai ekonomi yaitu menjadi plastik cacah adalah sebagai berikut:

Penjelasan Gambar1. Pemulung dan Agen Perolehan bahan baku yaitu dengan cara

membeli melalui agen pengumpul ataupun pemulung dimana harga jual yang disepakati adalah sesuai dengan jenis dan harga pasar pada saat transaksi tersebut.

2. Pengumpulan (collecting) Plastik yang telah dibeli dari Agen pengumpul

dan pemulung selanjutnya akan ditempatkan atau dikelompokkan sesuai dengan jenis, warnanya dalam satu wadah yang sama misal keranjang atau goni besar sebelum dilakukan proses selanjutnya.

3. Pemilahan (sorting) Bahan baku plastik yang akan diolah

sebelumnya dilakukan pemilahan/ pemisahan (penyortiran). Hal ini dilakukan untuk memisahkan limbah plastik sesuai dengan jenisnya masing-masing yaitu seperti plastik PP, PE, HD, dan lainnya dan disesuaikan dengan warnanya. Proses ini dilakukan secara manual karena lebih mudah untuk dikerjakan. Disamping itu pemilahan ini dilakukan agar mendapatkan bahan baku limbah plastik yang bersih dan tidak tercampur misalnya aqua gelas dengan tutup birunya yang berbeda jenis klasifikasi plastiknya dan juga berbagai macam jenis plastik lainnya. Dengan demikian, maka akan didapatkan bahan baku limbah plastik yang bersih sesuai jenisnya dan selanjutnya akan siap untuk dimasukkan ke

mesin cacah (grinding).4. Penghancuran (chrushing) Selanjutnya plastik yang sudah disortir

dan telah dibersihkan siap dinaikkan ke pengerjaan mesin untuk melakukan proses penghancuran dengan menggunakan mesin grinding yaitu untuk dijadikan plastik cacah (chips). Pada proses grinding ini sekaligus dengan pencucian plastik cacah hasil produksi tersebut agar hasil produksi dapat memiliki kualitas yang diinginkan oleh pembeli akhir.

5. Pengeringan (drying) Setelah plastik cacahan dihasilkan dan dicuci,

kemudian untuk mendapatkan hasil plastik cacahan yang diinginkan dan sesuai dengan permintaan pasar, maka perlu dilakukan penjemuran. Penjemuran yang paling sederhana adalah dengan menggunakan lantai jemur yaitu dikeringkan dengan memanfaatkan panas/terik matahari. Kekurangan dengan menggunakan lantai jemur melalui panas matahari adalah sangat tergantung pada cahaya matahari. Pada musim penghujan maka kegiatan produksi akan sangat terganggu.

6. Pengepakan (packing) Setelah plastik cacahan tersebut kering,

kemudian dikumpulkan, dimasukkan kedalam karung, ditimbang dan kemudian dikemas (packing) siap untuk di kirim ke pembeli selanjutnya. Biasanya terjadi penyusutan pada saat penimbangan plastik cacahan dibandingkan dengan pada saat awal proses pencacahan/penghancuran oleh mesin grinding tersebut. Hal ini dapat terjadi karena unsur ataupun kotoran yang melekat pada plastik tersebut sudah dicuci bersih, sehingga berat plastik cacahan tersebut dapat berkurang. Disamping itu terdapat benda, ataupun plastik jenis lain yang terikut dalam proses penggilingan, sehingga diperlukan quality control dalam proses produksi dan setelah produksi, agar hasil plastik cacahan yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan.

7. Transportasi Setelah dikemas (packing) dalam karung-

karung yang telah disiapkan, kemudian dibuat kode tertentu, ditulis jenis dan berat

162 163

Page 8: Serambi Engineering, Volume II, No.4, Agustus 2017 Edisi ...jurnalserambiengineering.net/wp-content/uploads/2017/08/... · Ada banyak macam sampah/limbah yang terdapat ... Sampah

Serambi Engineering, Volume II, No.4, Agustus 2017 ISSN : 2528-3561Edisi Khusus

dari masing-masing packing tersebut, untuk kemudian dijual ke pembeli selanjutnya dengan menggunakan armada transportasi yaitu truk barang. Pemuatan kemasan plastik cacahan tersebut, harus dapat memenuhi permintaan/pemesanan pembeli selanjutnya, oleh karena itu biasanya tonase harus mencapai jumlah tertentu misalnya mencapai sepuluh ton, sehingga dapat memenuhi permintaan dan memudahkan dalam proses pengiriman ke pembeli berikutnya. Biasanya, penjualan produk plastik cacahan biasanya diluar Aceh yaitu di industri pengolahan plastik yang berada di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara.

5. Kesimpulan1. Pertambahan jumlah penduduk khususnya

di Aceh mengakibatkan konsumsi limbah (khususnya limbah plastik) menjadi meningkat. Hal ini akan berdampak buruk apabila limbah plastik tidak diperlakukan sebagaimana layaknya misalnya tidak diolah kembali (reuse, reduce maupun recycle/reprocessing). Jika tidak di kendalikan atau dikelola dengan benar, maka ancaman akan munculnya baik itu pencemaran lingkungan misalnya menyumbat saluran buang di lingkungan tempat tinggal (pemukiman), dan seterusnya. Apabila dibakar di alam terbuka juga menyebabkan resiko bencana (menggangu kesehatan, polusi udara, dan lainnya). Agar limbah plastik dapat bersahabat dengan alam, maka diperlukan pengelolaan sehingga dapat memberikan nilai ekonomi bagi pengelolanya.

2. Pengumpulan dan Pembelian bahan baku limbah plastik yang paling banyak diproduksi dan sangat diminati oleh pasar adalah seperti PP, PET dan HDPE, sedangkan untuk jenis lain seperti LDPE, PVC dan PS diproduksi umumnya jika ada pesanan tertentu dari pasar industri (buyer) yang umumnya berlokasi di Binjai, Medan dan sekitarnya.

3. Dengan bertambahnya jumlah penduduk khususnya di Aceh, serta kecenderungan konsumtif yang meningkat baik rumah

tangga, kantor-kantor, pasar dan pabrikasi sehingga kecenderungan peningkatan jumlah limbah plastik secara masif sangat dimungkinkan, sehingga potensi untuk mengembangkan usaha ini masih sangat dirasakan perlu keberadaannya.

6. Daftar PustakaAnonim, (1991). Tata cara pengolahan teknik

sampah perkotaan (SNI T-13-1990-F). Departemen Pekerjaan Umum, Yayasan LPMB. Bandung.

Anonim, (1991). Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan, (SNI 19-2454-1991). Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta.

Chandra, Budiman. (2007). Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. Hal. 124, dan 144-147.

HEKS, (2010). Media Partisipatif Untuk (Mengurangi) Resiko Perubahan Iklim dan Untuk (Menanggulangi) Bencanana: Kertas kerja edisi 5.

Kusnoputranto, H, (2000). Kesehatan Lingkungan. Edisi Revisi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Jakarta.

Palapa Plastic Recycle Foundation (Edisi ke-2, 2008), Materi Pelatihan dan Petunjuk Praktis Untuk Pemulung, Kota Lhokseumawe.

Sharp Environmental Report (2004), Plastic Find New Life Using an Industry-First Technology. Collected Plastic and Pellete Recycled based on Sharp’s Closed-Loop Material Recycling Technology.

Slamet, Juli Soemirat (2009). Kesehatan Lingkungan. Cetakan Kedelapan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

USAID Enviromental Services Program (2006). Action Plan For Integrated Solid Waste Management In Nanggroe Aceh Darussalam, Indonesia, hal (10-11).

Vedder, T. 2008. Edible Film. http://japemethe.port5.com (diakses 26 Agustus 2009).

http://alamendah.wordpress.com/2009/07/17/mengenal-bahaya-kemasan-plastik-dan-kresek/ diakses tanggal 29 September 20114

http://alamendah.wordpress.com/2009/07/23/dampak-plastik-terhadap-lingkungan/ diakses tanggal 29 September 2014

164 165