SEPSIS.doc

48
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Infeksi merupakan salah satu penyebab terpenting morbiditas dan mortalitas pada bayi baru lahir. Sepsis berhubungan dengan angka kematian 13% - 50% dankemungkinan morbiditas yang kuat pada bayi yang bertahan hidup. (Fanaroff & Martin,2007). Infeksi pada neonatus di negeri kita masih merupakan masalah yang gawat. Di Bandung terutama di RSHS, infeksi merupakan 10 – 15% dari morbidilitas perinatal. Infeksi pada neonatus lebih sering di temukan pada BBLR. Infeksi lebih seringditemukan pada bayi yang lahir di rumah sakit dibandingkan dengan bayi yang lahir diluar rumah sakit. Dalam hal ini tidak termasuk bayi yang lahir di luar rumah sakit dengancara septik. Sepsis neonatus, sepsis neonatorum, dan septikemia neonatus merupakan istilahyang telah digunakan untuk menggambarkan respon sistemik terhadap infeksi pada bayibaru lahir. Ada sedikit kesepakatan pada penggunaan istilah secara tepat, yaitu apakahharus dibatasi pada infeksi bakteri, biakan darah positif, atau keparahan sakit. Kini, adapembahasan yang cukup banyak mengenai definisi sepsis yang tepat dalam kepustakaanperawatan kritis. B. TUJUAN PENULISAN 1. Tujuan Umum

Transcript of SEPSIS.doc

Page 1: SEPSIS.doc

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Infeksi merupakan salah satu penyebab terpenting morbiditas dan mortalitas pada bayi

baru lahir. Sepsis berhubungan dengan angka kematian 13% - 50% dankemungkinan morbiditas

yang kuat pada bayi yang bertahan hidup. (Fanaroff & Martin,2007). Infeksi pada neonatus di

negeri kita masih merupakan masalah yang gawat. Di Bandung terutama di RSHS, infeksi

merupakan 10 – 15% dari morbidilitas perinatal.

Infeksi pada neonatus lebih sering di temukan pada BBLR. Infeksi lebih seringditemukan

pada bayi yang lahir di rumah sakit dibandingkan dengan bayi yang lahir diluar rumah sakit.

Dalam hal ini tidak termasuk bayi yang lahir di luar rumah sakit dengancara septik.

Sepsis neonatus, sepsis neonatorum, dan septikemia neonatus merupakan istilahyang

telah digunakan untuk menggambarkan respon sistemik terhadap infeksi pada bayibaru lahir.

Ada sedikit kesepakatan pada penggunaan istilah secara tepat, yaitu apakahharus dibatasi pada

infeksi bakteri, biakan darah positif, atau keparahan sakit. Kini, adapembahasan yang cukup

banyak mengenai definisi sepsis yang tepat dalam kepustakaanperawatan kritis.

B. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum

Untuk mendapatkan pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien

dengan Sepsis neonatorum dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus untuk mendapatkan pengalaman nyata dalam :

a. Melakukan pengkajian pada klien dengan Sepsis neonatorum

b. Menentukan masalah data yang ditemukan pada klien dengan Sepsis neonatorum

c. Merencanakan keperawatan pada klien dengan Sepsis neonatorum

d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan Sepsis neonatorum moid

e. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan pada klien dengan Sepsis neonatorum

Page 2: SEPSIS.doc

f. Mengidentifikasi adanya kesenjangan asuhan keperawatan antara teori dengan kasus

serta justifikasinya.

g. Mengidentifikasi faktor penunjang dan penghambat serta alternatif penyelesaiannya

dalam memberikan asuhan keperawatan pada setiap langkah proses keperawatan.

h. Membuat pendokumentasian pada klien dengan Sepsis neonatorum.

C. Metode Penulisan

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan metode Studi Kasus, dengan

pendekatan proses keperawatan guna mengumpulkan data, analisa data dan menarik kesimpulan

untuk memperoleh bahan atau materi yang digunakan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

Sedangkan tehnik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:

1. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah cara penelitian dengan mengumpulkan data secara

komprehensif untuk mendapatkan data atau bahan yang berhubungan dengan penderita Sepsis

Hepatis dalam rangka mendapatkan dasar teoritis dengan jalan membaca buku catatan kuliah,

makalah literatur, atau referensi.

2. Tinjauan kasus

Dengan cara mengadakan observasi pada pasien yang di rawat di Ruang Penyakit Dalam

C3 lantai 1 di Rumah Sakit dr. Karyadi Semarang khususnya pada penderita Sepsis neonatorum.

3. Dokumenter

Dokumenter diambil dari catatan medis untuk menyesuaikan pelaksanaan kegiatan teori.

Dengan tehnik studi dokumenter ini akan lebih mendukung pada data yang telah diambil dengan

cara lain sebagai data yang diperoleh lebih bisa dipercaya.

4. Komunikasi dan wawancara

Yaitu dengan mengadakan wawancara dengan penderita maupun keluarganya dengan

tujuan untuk mengumpulkan data mengenai riwayat kesehatan pasien tersebut.

Page 3: SEPSIS.doc

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI

Sepsis adalah infeksi bakteri umum generalisata yang biasanya terjadi pada

bulan pertama kehidupan. (Muscari, Mary E. 2005. hal 186).

Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah bayi selama empat minggu pertama

kehidupan.(Bobak, 2005)

Sepsis adalah infeksi berat dengan gejala sistemik dan terdapat bakteri dalam darah.

(Surasmi, Asrining. 2003, hal 92).

Sepsis adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala infeksi

yang parah yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok septik. (Doenges, Marylyn E.

2000, hal 871).

Septisemia menunjukkan munculnya infeksi sistemik pada darah yang disebabkan oleh

penggandaan mikroorganisme secara cepat dan zat-zat racunnya yang dapat mengakibatkan

perubahan psikologis yang sangat besar.

Sepsis merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah dan jaringan lain.

Sepsis terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi merupakan penyebab dari 30%

kematian pada bayi baru lahir. Infeksi bakteri 5 kali lebih sering terjadi pada bayi baru lahir yang

berat badannya kurang dari 2,75 kg dan 2 kali lebih sering menyerang bayi laki-laki

Pada lebih dari 50% kasus, sepsis mulai timbul dalam waktu 6 jam setelah bayi lahir, teta

pi kebanyakan muncul dalam waktu 72 jam setelah lahir.Sepsis yang baru timbul dalam waktu 4

hari atau lebih kemungkinan disebabkan oleh infeksi nasokomial (infeksi yang didapat di rumah

sakit).

B. ETIOLOGI

a. Semua infeksi pada neonatus dianggap oportunisitik dan setiap bakteri mampu menyebabkan

sepsis.

Page 4: SEPSIS.doc

b. Zat-zat pathogen dapat berupa bakteri, jamur, virus atau riketsia. Penyebab paling sering dari

sepsis Escherichia Coli dan Streptococcus grup B (dengan angka kesakitan sekitar 50 – 70 %.

(http://healthycaus.blogspot.com/2009/07/askep-bayi-sepsis.html) diikuti dengan malaria,

sifilis, dan toksoplasma. Streptococcus grup A, dan streptococcus viridans, patogen lainnya gono

kokus, candida alibicans, virus herpes simpleks (tipe II) dan organisme listeria, rubella, sitomega

lo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis.

c. Pertolongan persalinan yang tidak higiene, partus lama, partus dengan tindakan.

d. Kelahiran kurang bulan, BBLR, cacat bawaan.

Beberapa komplikasi kehamilan yang dapat meningkatkan risiko terjadinya sepsis pada

neonatus antara lain :

· Perdarahan

· Demam yang terjadi pada ibu

· Infeksi pada uterus atau plasenta

· Ketuban pecah dini (sebelum 37 minggu kehamilan)

· Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum melahirkan)

· Proses kelahiran yang lama dan sulit.

C. Pembagian Sepsis:

1. Sepsis dini

terjadi 7 hari pertama kehidupan.

Karakteristik : sumber organisme pada saluran genital ibu dan atau cairan amnion,

biasanya fulminan dengan angka mortalitas tinggi.

2. Sepsis lanjutan/nosokomial

yaitu terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan didapat dari lingkungan pasca lahir.

Karakteristik : Didapat dari kontaklangsung atau tak langsung dengan organisme yang ditemuka

n dari lingkungan tempat perawatan bayi, sering mengalami komplikasi.

D. PATOFISIOLOGI

Sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan endotoksin

oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan ambilan dan penggunaan

oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan metabolik yang

Page 5: SEPSIS.doc

progresif. Pada sepsis yang tiba-tiba dan berat, complement cascade menimbulkan banyak

kematian dan kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan perfusi jaringan, asidosis metabolik,

dan syok, yang mengakibatkan disseminated intravaskuler coagulation (DIC) dan kematian

(Bobak, 2005).

Faktor- factor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum berasal dari tiga

kelompok, yaitu :

1. Faktor Maternal

a. Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi kecenderungan terjadinya

infeksi dengan alasan yang tidak diketahui sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio- ekonomi

rendah mungkin nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis. Bayi kulit

hitam lebih banyak mengalami infeksi dari pada bayi berkulit putih.

b. Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu (kurang dari

20 tahun atua lebih dari 30 tahun

c. Kurangnya perawatan prenatal.

d. Ketuban pecah dini (KPD)

e. Prosedur selama persalinan.

2. Faktor Neonatatal

a. Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan faktor resiko utama untuk

sepsis neonatal. Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari pada bayi cukup bulan.

Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir trimester ketiga.

Setelah lahir, konsentrasi imunoglobulin serum terus menurun, menyebabkan

hipigamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga

melemahkan pertahanan kulit.

b. Defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya terhadap

streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak melewati plasenta dan hampir tidak

terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan adanya hal tersebut, aktifitas lintasan komplemen

terlambat, dan C3 serta faktor B tidak diproduksi sebagai respon terhadap lipopolisakarida.

Kombinasi antara defisiensi imun dan penurunan antibodi total dan spesifik, bersama dengan

penurunan fibronektin, menyebabkan sebagian besar penurunan aktivitas opsonisasi.

c. Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens sepsis pada bayi laki- laki empat kali lebih

besar dari pada bayi perempuan.

Page 6: SEPSIS.doc

3. Faktor Lingkungan

a. Pada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering memerlukan

prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di rumah sakit lebih lama.

Penggunaan kateter vena/ arteri maupun kateter nutrisi parenteral merupakan tempat

masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga mungkin terinfeksi

akibat alat yang terkontaminasi.

b. Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bis menimbulkan resiko pada

neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum luas, sehingga

menyebabkan kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan resisten berlipat

ganda.

c. Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran mikroorganisme

yang berasal dari petugas ( infeksi nosokomial), paling sering akibat kontak tangan.

d. Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli ditemukan dalam

tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula hanya didominasi oleh E.colli.

Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui beberapa

cara yaitu :

a. Pada masa antenatal atau sebelum lahir pada masa antenatal kuman dari ibu setelah

melewati plasenta dan umbilicus masuk kedalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin.

Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat menembus plasenta, antara lain virus

rubella, herpes, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang dapat

melalui jalur ini antara lain malaria, sifilis dan toksoplasma.

b. Pada masa intranatal atau saat persalinan infeksi saat persalinan terjadi karena kuman

yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai kiroin dan amnion akibatnya, terjadi

amnionitis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilkus masuk ke tubuh bayi.

Cara lain, yaitu saat persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi dapat terinhalasi

oleh bayi dan masuk ke traktus digestivus dan traktus respiratorius, kemudian

menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain melalui cara tersebut diatas infeksi pada

janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau “port de entre” lain saat bayi melewati jalan

lahir yang terkontaminasi oleh kuman (mis. Herpes genitalis, candida albican dan

gonorrea).

c. Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran

Page 7: SEPSIS.doc

umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan diluar rahim (mis, melalui

alat-alat; pengisap lendir, selang endotrakea, infus, selang nasagastrik, botol minuman

atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat menyebabkan

terjadinya infeksi nasokomial.

Zat-zat patogen (bakteri,virus,jamur)

Rangsangan endo/eksotoksin

sistem imunologi

aktivasi magrofag sekresi berbagai Aktivasi komplemen& sitokinin& mediator neutrofil

disfungsi&kerusakan endotel

aktivasi sistem koagulasi&trombosit

Gangguan perfusi ke berbagai jaringan& disfungsi organ multiple

Sepsis

E. MANIFESTASI KLINIS

Page 8: SEPSIS.doc

a. Umum : panas, hipotermi, tampak tidak sehat, malas minum, letargi, sklerema

b. Saluran cerna : distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali

c. Saluran napas : apnea, dispnea, takipnea, retraksi, napas cuping hidung, merintih,

sianosis.

d. Sistem kardiovaskuler : pucat, sianosis, kulit marmorata, kulit lembab, hipotensi,

takikardi, bradikardia.

e. Sistem saraf pusat : irritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum, pernapasan

tidak teratur, ubun-ubun menonjol,high-pitched cry

f. Hematologi : ikterus,splenomegali, pucat, petekie, purpura, pendarahan.

(Kapita selekta kedokteran Jilid II,Mansjoer Arief 2008)

Gejala sepsis yang terjadi pada neonatus antara lain bayi tampak lesu, tidak kuat

menghisap, denyut jantungnya lambat dan suhu tubuhnya turun-naik. Gejala-gejala lainnya

dapat berupa gangguan pernafasan, kejang, jaundice, muntah, diare, dan perut kembung

Gejala dari sepsis neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan

penyebarannya:

a. Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah dari pusar

b. Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan koma, kejang,

opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan pada ubun-ubun

c. Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada lengan atau

tungkai yang terkena

d. Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan dan sendi

yang terkena teraba hangat

e. Infeksi pada selaput perut (peritonitis) menyebabkan pembengkakan perut dan diare

berdarah.

F. KOMPLIKASI

· Meningitis

· Hipoglikemia, asidosis metabolik

· Koagulopati, gagal ginjal, disfungsi miokard, perdarahan intrakranial

· ikterus/kernikterus

G. DIAGNOSIS

Page 9: SEPSIS.doc

Diagnosis sepsis ditegakkan pada isolasi agen etiologik dari darah, cairan spinal, air kemih atau

cairan tubuh lain dengan cara melakukan biakan dari bahan-bahan tersebut.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Bila sindrom klinis mengarah ke sepsis, perlu dilakukan evaluasi sepsis secara

menyeluruh.

Pada pemeriksaan darah tepi dapat ditemukan neutropemia dengan pergeseran ke

kiri(imatur: total seri granolisik > 0,2).

a. Kultur darah dapat menunjukkan organisme penyebab.

b. Analisis kultur urine dan cairan sebrospinal (CSS) dengan lumbal fungsi dapat

mendeteksi organisme.

c. DPL menunjukan peningkatan hitung sel darah putih (SDP) dengan peningkatan neutrofil

immatur yang menyatakan adanya infeksi.

d. Laju endah darah, dan protein reaktif-c (CRP) akan meningkat menandakan adanya inflamasi.

I. PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Suportif

– Lakukan monitoring cairan elektrolit dan glukosa

– Berikan koreksi jika terjadi hipovolemia, hipokalsemia dan hipoglikemia

– Bila terjadi SIADH (Syndrome of Inappropriate Anti Diuretik Hormon) batasi cairan

– Atasi syok, hipoksia, dan asidosis metabolic.

– Awasi adanya hiperbilirubinemia

– Lakukan transfuse tukar bila perlu

– Pertimbangkan nurtisi parenteral bila pasien tidak dapat menerima nutrisi enteral.

2. Kausatif

Antibiotic diberikan sebelum kuman penyebab diketahui. Biasanya digunakan golongan

Penicilin seperti Ampicillin ditambah Aminoglikosida seperti Gentamicin. Pada sepsis

nasokomial, antibiotic diberikan dengan mempertimbangkan flora di ruang perawatan,

namun sebagai terapi inisial biasanya diberikan vankomisin dan aminoglikosida atau

sefalosforin generasi ketiga. Setelah didaapt hasil biakan dan uji sistematis diberikan

Page 10: SEPSIS.doc

antibiotic yang sesuai. Tetapi dilakukan selama 10-14 hari, bila terjadi Meningitis,

antibiotic diberikan selama 14-21 hari dengan dosis sesuai untuk Meningitis.

J. PENCEGAHAN

· Pada masa Antenatal

Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala, imunisasi,

pengobatan terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu, asupan gizi yang memadai,

penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan kesehatan ibu dan janin.

Rujuk ke pusat kesehatan bila diperlukan.

· Pada masa Persalinan

Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik.

· Pada masa pasca Persalinan

Rawat gabung bila bayi normal, pemberian ASI secepatnya, jaga lingkungan dan

peralatan tetap bersih, perawatan luka umbilikus secara steril.

ASUHAN KEPERAWATAN

A. BIODATA

– Pengkajian

– Identitas orang tua

B. RIWAYAT KESEHATAN

a) Keluhan utama

Klien datang dengan tubuh berwarna kuning, letargi, kejang, tak mau menghisap, lemah.

b)Riwayat penyakit sekarang

Pada permulaannya tidak jelas, lalu ikterik pada hari kedua , tapi kejadian ikterik

iniberlangsung lebih dari 3 mg, disertai dengan letargi, hilangnya reflek rooting, kekakuanpada

leher, tonus otot meningkat serta asfiksia atau hipoksia.

c)Riwayat penyakit dahulu.

Ibu klien mempunyai kelainan hepar atau kerusakan hepar karena obstruksi.

Page 11: SEPSIS.doc

d)Riwayat penyakit keluarga

Orang tua atau keluarga mempunyai riwayat penyakit yang berhubungan dengan hepar

atau dengan darah.

3.Riwayat Tumbuh Kembang

a) Riwayat prenatal

Anamnesis mengenai riwayat inkompatibilitas darah, riwayat transfusi tukar atau

terapisinar pada bayi sebelumnya, kehamilan dengan komplikasi, obat yang diberikanpd

ibuselama hamil / persalinan, persalinan dgntindakan / komplikasi.

b) Riwayat neonatal

Secara klinis ikterus pada neonatal dapat dilihatsegera setelah lahir atau beberapa

harikemudian. Ikterus yang tampakpun ssngat tergantung kepada penyebeb ikterus itu

sendiri.Bayi menderita sindrom gawat nafas, sindrom crigler-najjar, hepatitis neonatal,

stenosispilorus, hiperparatiroidisme, infeksi pasca natal dan lain-lain.

C. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum

– Kesadaran

– Vital sign

– Antropometri

2. Kepala

Adakah trauma persalinan, adanya caput, cepat hematan, tanda ponsep

3. Mata

Apakah ada Katarak congenital, blenorhoe, ikterik pada sclera, konjungtiva perdarahan

dan anemis.

4. Sistem Gastrointestinal

Apakah palatum keras dan lunak, apakah bayi menolak untuk disusui, muntah, distensi

abdomen, stomatitis, kapan BAB pertama kali.

5. Sistem Pernapasan

Apakah ada kesulitan pernapasan, takipnea, bradipneo, teratur/tidak, bunyi napas

6. Tali Pusat

Periksa apakah ada pendarahan, tanda infeksi, keadaan dan jumlah pembuluh darah (2

Page 12: SEPSIS.doc

arteri dan 1 vena)

7. Sistem Genitourinaria

Apakah terdapat hipospadia, epispadia, testis, BAK pertama kali

8. Ekstremitas

Apakah ada cacat bawaan, kelainan bentuk, jumlah, bengkak, posisi/postur,

normal/abnormal.

9. Muskuloskletal

Tonus otot, kekuatan otot, apakah kaku, apakah lemah, simetris/asimetris

10. Kulit

Apakah ada pustule, abrasi, ruam dan ptekie.

D. PEMERIKSAAN SPESIFIK

1. Apgar Score

2. Frekuensi kardiovaskuler

Apakah ada takikardi, bradikardi, normal

3. Sistem Neurologis

– Refleks moro : tidak ada, asimetris/hiperaktif

– Refleks menghisap : kuat, lemah

– Refleks menjejak : baik, buruk

– Koordinasi refleks menghisap dan menelan

E. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

1. Sampel darah tali pusat

2. Fenil ketonuria

3. Hematokrit

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Kebutuhan Nutrisi: kurang dari kebutuhan b.d intoleransi terhadap minuman

2. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan tingkat metabolisme penyakit

3. Cemas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang perjalanan penyakit dan therapi yang

diberikan pada bayi.

Page 13: SEPSIS.doc

4. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan

permeabilitas kapiler.

5. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan kadar bilirubin.

6. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan system imun

7. Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan reduksi aliran

darah.

G. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun

– Berikan isolasi/pantau pengunjung sesuai indikasi

– Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien

– Batasi penggunaan alat/prosedur invasive jika memungkinkan

– Gunakan sarung tangan/pakai kain steril pada waktu perawatan

– Buang balutan/bahan yang kotor dalam kantong ganda

2. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan tingkat metabolisme penyakit

– Pantau suhu tubuh (derajat dan pola), perhatikan menggigi/diaforosis

– Pantau suhu lingkungan, batasi, tambah linen tempat tidur sesuai indikasi

– Berikan selimut pendingin dan kompres hangat

– Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antipiretik (aspirin, asemtaminofen

(Tylenol)

3. Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan reduksi aliran

darah

– Pertahankan tirah baring, bantu dengan aktivitas perawatan

– Pantau tekanan darah, catat perkembangan hipotensi

– Pantau frekuensi dan irama jantung

– Perhatikan kualitas/kekuatan dari denyut perifer

– Kaji kulit terhadap perubahan warna, suhu kelembaban

– Catat pemasukan dan pengeluaran urin setiap jam dan berat jenisnya

– Evaluasi kaki dan tangan bagian bawah untuk pembengkakan jaringan lokal, eritema

– Catat efek obat-obatan, dan pantau tanda-tanda keracunan

– Kolaborasi dngan dokter untuk pemberian cairan pariteral

Page 14: SEPSIS.doc

– Pantau pemeriksaan laboratorium.

4. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan

permeabilitas kapiler.

– Catat/ukur pemasukan pengeluaran urin dan berat jenisnya

– Pantau tekanan darah dan denyut jantung

– Kaji membrane mukosa, turgor kulit dan rasa haus

– Amati edema dependen/perifer pada sacrum, skurutum, punggung kaki

– Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian cairan IV

– Pantau nilai laboratorium.

5. Kebutuhan Nutrisi: kurang dari kebutuhan b.d intoleransi terhadap minuman

- Kaji intolera nsi terhadap minuma n

- Hitung kebutuhan minum bayi

- Ukur intake dan output

- Timbang BB bayi secara berkala

- Catat perilaku makan dan aktivitas secara akurat

-Pantau koordinasi refleks menghisap dan menelan.

6. Cemas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang perjalanan penyakit dan therapi yang

diberikan pada bayi.

-Kaji pengetahuan keluarga tentang perawatan bayi ikterus

-Berikan penjelasan tentang:Penyebab ikterus, proses terapi, dan perawatanya.

-Berikan penjelasan setiap akan melakukan tindakan .

-Diskusikan tentang keadaan bayi dan program-program yang akan dilakukan selama di rumah

sakit

-Ciptakan hubungan yang akrab dengan keluarga selama melakukan perawatan

-Memberikan bahan masukan bagi perawat sebelum me- lakukan pendidikan kesehatan kepada

keluarga

-Dengan mengerti penyebab ikterus, program terapi yang diberikan keluarga dapat

Page 15: SEPSIS.doc

-menerima segala tindakan yang diberikan kepada bayinya.

-Informasi yang jelas sangat penting dalam membantu mengurangi kecemasan keluarga

-Komunikasi secara terbuka dalam memecahkan satu per-masalahan dapat mengurangi

kecemasan keluarga.

-Hubungan yang akrab dapat meningkatkan partisipasi keluarga dalam merawat bayi ikterus.

7. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan kadar bilirubin

- Catat kondisi selama diberikan sinar setiap 6 jam dan laporkan bila perlu.

- Monitor baik langsung atau tidak langsung tingkat bilirubin

- Jaga kulit bayi agar tetap bersih dan kering

- Menurunkan iritasi dan resiko kerusakan kulit.

Page 16: SEPSIS.doc

BAB III

TINJAUAN KASUS

1. IDENTISTAS PASIEN

Nama bayi yaitu by Ny. Diah dengan jenis kelamin laki – laki masuk pada tanggal 16 – 05 –

2011, nama bapak Tn. Rahmat umur 36 tahun agama islam beralamat di jagakarsa.

2. DATA MASUK PERAWATAN

Pasien dikaji pada tanggal 21 juni 2011, tempat dan tanggal lahir di RSPAD 7 – 06 – 2011,

jam 16.00 WIB, jenis persalinan spontan apgar score menit I 9, menit ke V 10, BB waktu lahir

2950 gram panjang badan 47 cm, lingkar kepala 36 cm, lingkar dada 34 cm, denyut jantung 140

x/m pernafasan 58 x/m, suhu 37c bunyi nafas vesikuler pada paru kanan dan kiri.

3. RESUME

Pasien dating ke RSPAD GATOT SUBROTO dengan rujukan dari puskesmas dengan

diagnosa ateresiani. Bayi baru berumur 2 hari dengan BBL 2950 gr, panjang badan 47 cm, suhu

36.6c. bayi lahir spontan ditolong oleh bidan dengan apgar score 9/10 menangis kuat, gerak aktif

pada hari pertama bayi deberikan asi, pada saat dibersihkan tidak terdapat lubangdubur,

kemudian bayi tidak diberikan asi lagi sampai saat ini mekonium (-), muntah dengan cairan

jernih, kembung (-), saat ini BB 2180 gram. Bayi telah dilakukan e.c aterisiani post colostomy.

Bayi telah dilakukan transfuse tukar. Dari perut keluar feses dan dari luka op. keluar feses.

4. PEMERIKSAAN FISIK

A. Kepala

Ubun – ubun cembung, posisi mata simetris, tidak ada kotoran di mata, posisi telinga simetris, lobang telinga (+) mulut simetris palantum mole (+) palantum durum (+) gigi (-) lubang hidung (+) tidak keluar secret, pernapasan cuping hidung, pergerakan leher (+).

Page 17: SEPSIS.doc

B. Tubuh

Kulit warna kuning, pergerakan aktif, lanugo (+), verniks (+), pengeluaran mekonium(+) setelah colostomy. Dada simetris, retraksi dada (+), ngorok (-), perut lembek, bising usus 7 x/m.

C. Tungkai

Jari tangan dan kaki lengkap, pergerakan kurang aktif, tidak ada tremor, posisi kaki simetris.

D. Punggung

Posisi punggung simetris, namun lubang anus tidak ada.

E. Genetalia

bayi tidak ada kelainan alat genetalia, Bak dan Bab pertama setelah operasi colostomy tanggal 19 – 05 – 2011, jenis makan susu formula laktogen, menggunakan ogt, reflek menghisap (-), tidak ada reflek menggenggam tangan, menangis kuat.

5. Riwayat Kelahiran

Ibu klien baru memiliki anak pertama, dengan jenis kelamin laki – laki, lahir dengan berat 2950 gr umur sekarang sudah 34 hari, lahir dengan cara spontan, klien minum susu formula yaitu pregistimil, kulit klien kekuningan tanda – tanda vital s 36.7 C, nadi 140 x/m, respirasi 45 x/m.

Bapak Ibu klien tidak memiliki latar belakang kesehatan yang jelek Ibu klien tidak memiliki penyakit yang mungkin akan menularkan kepada klien.

6. RIWAYAT KESeHATAN KELUARGA

Catatan khusus

Golongan darah Ibu B, dan golongan darah bapak O, golongan darah bayi O. Bapak atau Ibu klien tidak memiliki penyakit hepatitis, hubungan tali kasih sementara ini sudah ada namun hanya sesekali saja, karena bayi ada di ruang peristi.

7. RINGKASAN KEADAAN ABNORMAL

Klien lahir dengan cara spontan setelah 2 hari diberikan ASI, klien di bawa ke PKM Jagakarsa, karena tidak keluar feses setelah 2 hari kelahiran. lalu dari sana klien dirujuk ke RSPAD GATOT SUBROTO dengan dx post colostomy dan ateresiani.

Page 18: SEPSIS.doc

8. PENATALAKSANAAN

1. Fototherapy

2. Incubator

3. Oksigenasi O2 3 litter

4. Transfuse tukar

5. Flagyl 22.5 mg

6. Injeksi meropenen 3 x 75 mg

7. Lasik 2.5 mg

8. Amino fusin

9. OGT

10. Infuse syring pump IVFD D 10% : Nacl 0.9% 4 : 1 + 1mg kcl /50 cc.

11. Aminofusin paed 2.5 gr/ kg/ hari 145 cc/ jam

9. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan labolatorium

Darah lengkap:

- Eritrosit 5.1 juta/ul 4.3 – 6.0 juta/ul

- Trombosit 18000/ul 150000 – 400000/ul

- MCV 86 fl 80 – 96 fl

- MCH 28 pg 27 – 32 pg

- MCHC 32 g/dl 32 – 36 g/dl

- Hemoglobin 14 g/dl 13 – 18 g/dl

- Hematokrit 43 % 40 – 52 %

- Leukosit 21000/ul 4800 – 10800 /ul

Page 19: SEPSIS.doc

- Billirubin total 9.1 mg/dl

- GDS 66 mg/dl <140 mg/dl

Imunologi :

- CRP semikuintativ 9 mg/l < 6.0 mg/l

Hasil pemeriksaan kultur darah

Ditemukan bakteri alkali genes fecalis sensitive terhadap meropenen

10. DATA FOKUS

a. Data subjektif :( - )

b. Data objektif :

Keadaan klien lemah, kesadaran CM, klien bedrest, TTV : TD 120/70 mmHg, N 120x/menit, Rr 45x/menit, S 370C

Klien mengalami penuruna berat badan dari 2950 gr dari awal lahir sekarang 2150 gr, tinngi badan saat ini 47 cm, konjungtiva anemis, wana kulit ikterik, membrane mukosa pucat, skelera ikterik, bising usus 7 x/m, klien sedang menjalani fototerapi, tugor kulit jelek, lapisan kulit tipis, tamapak retraksi dada, pernapasan dangkal, cepat.klien teraba panas, mukosa bibir kering, klien tampak menggunakan otot bantu napas, suara napas vesikuler.

Pemeriksaan labolatorium

Darah lengkap:

- Eritrosit 5.1 juta/ul 4.3 – 6.0 juta/ul

- Trombosit 18000/ul 150000 – 400000/ul

- MCV 86 fl 80 – 96 fl

- MCH 28 pg 27 – 32 pg

- MCHC 32 g/dl 32 – 36 g/dl

- Hemoglobin 14 g/dl 13 – 18 g/dl

Page 20: SEPSIS.doc

- Hematokrit 43 % 40 – 52 %

- Leukosit 21000/ul 4800 – 10800 /ul

- Billirubin total 9.1 mg/dl

- GDS 66 mg/dl <140 mg/dl

Imunologi :

- CRP semikuintativ 9 mg/l < 6.0 mg/l

Hasil pemeriksaan kultur darah

Ditemukan bakteri : alkali genes fecalis, sensitive terhadap meropenem.

Terapi yang telah diberikan:

1. Fototherapy

2. Incubator

3. Oksigenasi O2 3 litter

4. Transfuse tukar

5. Flagyl 22.5 mg

6. Injeksi meropenen 3 x 75 mg

7. Lasik 2.5 mg

8. Amino fusin

9. OGT

10. Infuse syring pump IVFD D 10% : Nacl 0.9% 4 : 1 + 1mg kcl /50 cc.

11. Aminofusin paed 2.5 gr/ kg/ hari 145 cc/ jam

Page 21: SEPSIS.doc

11. ANALISA DATA

NO DATA MASALAH ETIOLOGI

1. DS: -

DO:

- Porsi makan kurang

- Jenis makanan susu formula 60 ml/ 3 jam

- Bb awal 2950 gr

- Bb sekarang 2150 gr

- Tb 47 cm

- Konjungtiva anemis

- Membrane mukosa pucat

- Sclera ikterik

- Bising usus 7 x/m

Pemeriksaan lab:

- Hb 43 %

- GDS 66 mg/dl

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Tidak ada reflek menelan

2. DS: -

DO:

- k/ panas ketika diraba

- k/ rewel dan sering nangis

- tugor kulit tidak elastic

- rr 45 x/m, n 120 x/m, s 37 C

Gangguan keseimbanga suhu tubuh hipertermi

Fototherapy

Page 22: SEPSIS.doc

- lapisan lemak kulit tipis

- bb awal 2950 gr

- bb sekarang 2150 gr

3. DS: -

DO:

- k/ tampak menngunakan otot bantu napas

- rr 45 x/m,

- klien tampak sesak napas

- suara napas vesikuler

- napas cepat

Tidak efekti pola napas ketidak mampuan untuk mempertahankan jalan napas yang adekuat

12. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Berdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil pengkajian dan analisa data maka

disusun diagnosa keperawatan berdaarkan skala prioritas sebagai berikut:

1. Tidak efektif pola napas berhubungan dengan ketidak mampuan untuk

mempertahankan jalan napas yang adekuat sekunder akibat punurunan expansi

paru.

2. Gangguan keseimbangan suhu tubuh hipertermi berhubungan dengan kehilangan

cairan berlebih sekunder akibat pemanasan fototherapy.

3. Nutrisi klurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan

sekunder akibat tidak adanya relfek menelan.

Page 23: SEPSIS.doc

13. RENCANA KEPERAWATAN, IMPLEMENTASI, DAN EVALUASI

1. Tidak efektif pola napas berhubungan dengan ketidak mampuan untuk mempertahankan

jalan napas yang adekuat sekunder akibat punurunan expansi paru.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan pola napas kembali efektif.

Kriteria hasil :

1. Rr dalam batas normal 30 – 60 x/m

2. Irama napas teratur

3. Suara napas bersih

4. Tidak sianosis

5. Tidak sesak napas

6. Dapat beristirahat dan tidur dengan tenang

Intervensi :

1. Kaji irama napas, kedalaman, kesimetrisan pergerakan dinding dada.

2. Auskultasi daerah paru, catat adanya bunyi napas tambahan.

3. Lakukan suction bila perlu

4. Posisikan untuk ventilasi yang maksimum

5. Berikan 02 sesuai program

Pelaksanaan tanggal 18 – 06 – 2011

Jam 09.00 mengkaji pernapasan klien hasil irama tidak teratur , napas cepat, pendek, pergerakan dada tidak simetris, suara napas ronchi.

Jam 10.00 memposisikan pasien hasil pasien dalam posisi semi fowler.

Jam 11.00 memberikan o2 sesuai program hasil head box terpasang dengan kekuatan oksigen 2 litter.

Page 24: SEPSIS.doc

12.00 mengukur ttv hasil s 36.5C, n 80 x/m, rr 40 x/m

Evaluasi:

Tanggal 18-6-2011 Jam 12.00

S : -

O : rr dalam batas normal, irama napas tidak teratur, suara napas ronchi, klien tampak sesak,

klien rewel sering nangis

A : Tujuan belum tercapai, masalah belum teratasi

P : Tindakan keperawatan dilanjutkan pemberian oksigen

2. Gangguan keseimbangan suhu tubuh hipertermi berhubungan dengan kehilangan cairan

berlebih sekunder akibat pemanasan fototherapy.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan

suhu badan klien seimbang.

Kriteria hasil :

1. Tanda – tanda vital dalam batas normal s 36 – 37.5C, Rr 20 – 30 x/m,

N 70 – 190 x/m.

2. Tidak terjadi perubahan warna kulit.

3. Tidak menggigil.

4. Anak tidak rewel, tugor kulit dalam keadaan baik.

Intervensi :

1. Monitor ttv tiap 2 jam

2. Monitor hidrasi ( tugor kulit, kelembapan membrane mukosa, warna kulit )

3. Pantau suhu incubator.

4. Ganti pakaian dengan yang tipis

Page 25: SEPSIS.doc

5. Berikan banyak minum sesuai kebutuhan

6. Monitor intake cairan dan nutrisi

7. Berikan oksigenasi sesuai program

Pelaksanaan tanggal 18 – 6 -2011

Jam 07 .00 mengukur tanda – tanda vital, hasil s 36.5 C Rr 45 x/m, n 90 x/m

Jam 07.05 memonitor hidrasi cairan, hasil tugor kulit baik, membrane mukosa bibir lembab.

Jam 08.00 mengganti pakaian klien, hasil pakaian terpasang rapih.

Jam 09.00 memberikan makan dan minum susu formula, hasil habis 20 cc, klien tidak muntah.

Jam 09.30 memberikan oksigenasi sesuai program, hasil klien terpasang head box 2 litter.

Jam 10.00 memberikan makan dan minum susu formula, hasil habis 20 cc tidak ada muntah.

Jam 11.00 mengukur tanda – tanda vital, hasil s 36.5 C, n 45 x/m, rr 45 x/m

EVALUASI

Tanggal 18 – 6 – 2011 jam 12.00

S : -

O : suhu dalam batas normal 36 C, Rr 45 x/m, N 90 x/m, tidak terjadi perubahan warna kulit, anak tidak rewel, tugor kulit dalam keadaan baik

A : tujuan tercapai, masalah teratasi

P : tidnakan keperawatan di hentikan

3. Nutrisi klurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan sekunder akibat

tidak adanya relfek menghisap..

Tujuan : setelah dilakukan dilakukan tindakan keperawatan selama 7 x 24 jam

diharapkan nutrisi klien terpenuhi.

kriteria hasil :

Page 26: SEPSIS.doc

1. Nafsu makan meningkat

2. Asupan makanan sesuai dengan kebutuhan

3. Tidak ada tanda – tanda mual

4. Bb dapat ditingkatkan

5. Nilai labolatorium Hb = 9.6- 13.5 gr %, protein 5 – 7.8 gr %, albumin 3.9 – 4.5 gr %

Intervensi:

1. Kaji kebutuhan nutrisi dan kemampuan menelan klien.

2. Kaji reflek menghisap/ menelan

3. Posisikan semi fowler untuk mengoptimalkan penelanan

4. Berikan makanan pengganti asi sesuai jadwal

5. Timbang berat badan setiap hari.

Pelaksanaan tanggal 18 – 6 – 2011

Jam 06.00 mengkaji keadaan umum klien, hasil kesadaran CM, bayi kurang aktif, terpasang

colostomy bag, dan OGT.

Jam 08.00 mengkaji reflek menghisap, hasil reflek menghisap lemah tidak mampu menelan.

Jam 09.00 memberikan makan / minum dengan susu formula, hasil masuk 60 cc, tidak ada

muntah

Jam 12.00 menimbang berat badan, hasil berat badan 2150 gr.

Pelaksanaan tanggal 19 – 6 – 2011

Jam 14.00 mengkaji keadaan umum klien, hasil hasil kesadaran CM, bayi kurang aktif,

terpasang colostomy bag, dan OGT

Jam 15.00 00 memberikan makan / minum dengan susu formula, hasil masuk 60 cc, tidak ada

muntah

Page 27: SEPSIS.doc

Jam 16.00 menimbang berat badan, hasil berat badan 2150 gr.

Jam 17. 00 memposisikan klien dalam posisi semi fowler, hasil klien lebih mudah untuk

menelan.

Jam 21.00 memasang OGT, hasil OGT terpasang.

Jam 21.30 memberikan makan/ minum per OGT, hasil susu formula masuk 60 cc.

Pelaksanaan tanggal 20 – 06 – 2011

Jam 07.00 mengkaji keadaan umum klien, hasil klien tampak tidur dengan tenang.

Jam 08.00 memberikan makan/ minum per OGT, hasil susu formula masuk 60cc

Jam 08.30 menimbang berat badan, hasil berat badan 2150 gr.

Jam 09.00 mengauskultasi bising usus, hasil bising usu 6 x/m.

EVALUASI

Tanggal 20 – 6 – 2011

S : -

O :

- Nafsu makan klien mulai ada peningkatan.

- Berat badan dapat dipertahankan

- Mukosa bibir lembab

- Nilai labolatorium Hb 9.6 %, protein 5 gr %, albumin 4 gr %

A : tujuan tercapai sebagian masalah belum teratasi.

P : Tindakan keperawatan dilanjutkan.

Memberikan makan/ minum sedikit tapi sering

Menimbang berat badan.

Page 28: SEPSIS.doc

BAB V

PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan yang ditemukan antara

teori dan kasus yaitu “ asuhan keperawatan pada By. Ny D dengan sepsis neonatorum di

perawatan resiko tinngi RSPAD Gatot Soebroto”. Penulis mencoba mencoba membahas dari

hasil asuhan keperawatan yang telah dilakukan dan membandingkan dengan tinjauan teori.

Uraian pembahasan ini disesuaikan berdasarkan tahap proses keperawatan yang meliputi

pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi keperawatan.

A. PENGKAJIAN

Pengkajian keperawatan merupakan langkah awal dalam melaksanakan asuhan

keperawatan yang di terapkan pada kasus, pengkajian yang dilakukan menggunakan metode

observasi, wawancara, pemeriksaanfisik dan data yang didapat melalui study dokumentasi

keperawatan atau status klien. Pengkajian pada By. Ny D dengan sepsis neonatorum dilakukan

pada tanggal 18 Juni 2011. Pada teori disebutkan tanda gejala sepsis yaitu adanya penurunan

beratbadan tiba – tiba, sedangkan pada kasus penurunan berat badan terjadi dalam waktu yang

sangat lama karena bayi mendapatkan nutrisi dan terapi cairan yang sesuai dengan kebutuhan

tubuh.

Dalam teori tanda gejala yang lain adalah adanya penurunan dan kenaikan suhu tubu,

akan tetapi dalam kasus hal tersebut tidak terjadi karena bayi terjaga suhu tubuhnya oleh

incubator.

Pada teori pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis sepsis adalah kultur darah, kultur

urine, pemeriksaan laju endap darah, CRP, dan darah lengkap, akan tetapi pada kasus klien tidak

dilakukan kultur urin. Karena dari beberapa pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan sudah

cukup untuk menegakan diagnose sepsis neonatorum.

Dalam teori dikatakan bahwa salah satu penyebab terjadinya sepsis neonatorum adalah

dari orang tua yang mengidam suatu penyakit infeksi yang kemudian ditrurnkan kepada anaknya,

Page 29: SEPSIS.doc

lalu infeksi berkembang menjadi sepsi dalam tubuh bayi. Namun pada kasus berdasarkan hasil

pengkajian dari status klien kedua orang tua dalam keadaan baik selama proses kehamilan dan

melahirkan, sepsis sendiri tejadi karena masuknya mikroorganisme akibat luka tindakan operasi

post colostomi

Dalam pengkajia penulis mengalami hambatan dalam mengumpulkan data subjektif dari

orang tua klien, karena selama dilakukan asuhan keperawatan oleh penulis orang tua klien jarang

menjenguk klien selama dirawat di peristi, sehingga data subjektif dalam pengkajian tidak ada.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan pada teori ditemukan 7 diagnosa keperawatan, sedangkan pada

kasus hanya ditemukan 3 diagnosa keperawatan. Diagnosa yang ditemukan diteori dan tidak ada

pada kasus adalah sebagai berikut:

a. Cemas berhubungan dengan ketidak tahuan orang tuan mengenai proses penyakit,

dignosa ini tidak di temukan dalam mkasus karena selama dilakukanya asuhan

keperawatan oleh penulis, orang tua klien tidak pernah mengunjungi klien. Sehingga

penulis tidak bisa mengkaji pengetahuan orang tua klien.

b. Resiko tinggi kurang volume cairan berhubungan dengan peningkatan permaebilitas

kapiler, diagnosa ini tidak muncul dalam kasus karena pada saat penulis mengkaji tanda –

tanda kurang volume cairan.intake input output dalam keadaan baik. Karena sebelum

dilakukan pengkajian oleh penulis koreksi kebutuhan cairan pasien sudah dilakukan.

c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun, diagnosa ini tidak

ditemukan dalam kasus karena bayi sudah terjadi infeksi bahkan sudah mencapai sepsis.

d. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan reduksi aliran darah,

diagnosa ini tidak ditemukan dalam kasus karena berdasarkaan pengkajian sirkulasi darah

klien dalam keadaan baik.

C. PERENCANAAN

Menurut teori langkah-langkah perencanaan meliputi prioritas masalah, menetapkan tujuan

dan kriteria evaluasi, serta menyusun rencana tindakan. Prioritas masalah pada kasus berbeda

Page 30: SEPSIS.doc

dengan teori. Pada kasus masalah yamg penulis prioritaskan pertama adalah tidak efektif pola

napas berhubungan dengan ketidak mampuan untuk mempertahankan jalan napas yang adekuat

sekunder akibat punurunan expansi paru. Di prioritaskan pertama karena pada bayi yang baru

lahir dimana system pernapasan belum matang di tambah lagi adanya sepsis yang menyebabkan

keterlambatan pertumbuhan system pernapasan sehingga terjadi perubahan pola napas.

Kemudian prioritas masalah yang kedua adalah Gangguan keseimbangan suhu tubuh

hipertermi berhubungan dengan kehilangan cairan berlebih sekunder akibat pemanasan

fototherapy, mengapa penulis menjadikan prioritas masalalah yang kedua. Karena efek dari

pemansan foto terapi menyebabkan peningkatan evaporasi bayi oleh karena itu cairan dalam

tubuh bayi bisa mengalami kekurangan, sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh.

Prioritas masalah yang ke tiga adalah Nutrisi klurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

kesulitan menelan sekunder akibat tidak adanya relfek menelan sekunder akibat tidak adanya

reflek menghisap. Di prioritaskan ketiga karena pada bayi yang mengalami sepsis terjadi

peningkatan metabolism besar – besaran dalam tubuh bayi, olehkarena itu asupan nutrisi dan

cairan harus terpenuhi. Untuk membangun seluruh system pada bayi nyang belum matang.

D. PELAKSANAAN

Pada pelaksanaan semua rencana tindakan dapat dilaksanakan sesuai rencana yang telah

disusun dan disesuaikan dengan kondisi klien. Semua tindakan yang dilakukan dan respon klien

terhadap setiap tindakan untuk mengatasi diagnosa keperawatan yang ditemukan

didokumentasikan pada catatan keperawatan. Selain itu juga setiap perawat yang melakukan

dokumentasi dengan mencatat semua tindakan yang diintervensi, waktu pelaksanaan tindakan

dan menandatangani catatan perawatan yang dilakukan.

E. EVALUASI

Setelah melakukan tindakan keperawatan, maka langkah yang terakhir adalah evaluasi

terhadap diagnosa keperawatan yang ditemukan pada klien. Dari 3 diagnosa keperawatan yang

ditemukan pada klien, baru ada satu diagnosa keperawatan yang teratasi. Sedangkan diagnosa

keperawatan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, tujuan tercapai sebagian karena Berat Badan

klien meningkat 0,5 kg dalam waktu 3 hari. Untuk itu diharapkan perawat ruangan untuk lebih

memperhatikan kebutuhan klien. dan Tidak efektif pola napas berhubungan dengan ketidak

Page 31: SEPSIS.doc

mampuan untuk mempertahankan jalan napas yang adekuat sekunder akibat punurunan expansi

paru, tindakan masih dilanjutkan karena sampai saat ini masih tampak gangguan pola napas.

Dalam evaluasi penulis mengalami hambatan khususnya dalam melakukan evaluasi

proses dan evaluasi hasil. Hal ini disebabkan karena pendokumentasian yang dilakukan terhadap

respon tindakan belum optimal dilakukan. Misalnya bagaimana kondisi klien setelah dilakukan

tindakan keperawatan. Untuk mengatasi hal tersebut perawat bekerjasama dengan penanggung

jawab ruangan dan klien serta keluarga, sehingga penulis dapat melakukan evaluasi terhadap

setiap diagnosan keperawatan yang ditemukan. Faktor penunjang, klien dan keluarga serta

perawat diruangan dapat bekerjasama dengan penulis sehingga asuhan keperawatan dapat

dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun.

Page 32: SEPSIS.doc

BAB V

EVALUASI

Pada bab ini penulis akan akan menyimpulkan hasil pembahasan yang telah dilakukan untuk

selanjutnya memberikan amsukan berupa saran yang nantinya dapat bermanfaat.

A. Kesimpulan

Setelah memberikan askep dan melakukan pembahasan antara teori dan kasus, maka penulis

dapat menyimpulkan sebagai berikut.

1. Pada pengkajian data yang ditemukan hanya berdasarkan pemeriksaaan fisik dan status

klien, sedangkan data dari orang tua sama sekali tidak ada, karena selama dalam

melakukan asuhan keperwatan orang tua jarang mengunjungi anaknya, terlebih lagi di

peristi selain petugas di larang masuk kedalam ruangnga tersebut, kecuali ada urusan

yagn sangat penting.

2. Diagnose keperawatna yang ditemukan pada kasus disesuaikan dengan data yang

diperoleh dari pengkajian, dan dari pengkajian yang telah dilakukan oleh penulis

ditemukan tiga diagnose.

3. Perencanaan dibuat dan disesuaikan dengan kondisi klien dan dari dignosa yang telah

ditemukan, penentuan prioritas, penetapan tujuan dan criteria hasil serta menyususn

rencana tindakan.

4. Pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana yabg telah dibuat. Dan

seluruh pelaksanaan tindakan didokumentasikan dala catatan keperawatan.

5. Evaluasi asuhan keperawatna dari dua diagnosan, baru ada satu diagnose yang dapat

tertasi. Dalam evaluasi pendokumentasian yang kurang lengkap seperti respon klien

terhadap tindakan sehingga penulis mengalami hambatan dalam melakukan evaluasi.

Page 33: SEPSIS.doc

B. SARAN

Setelah penulis menguraikan dan menyimpulkan, penulis dapat menyampaikan sara yang

ditujukan untuk semua perawat dan mahasiswa, dan klien sebagai berikut:

1. Kerjasama antara orang tua dan perawat harus lebih ditingkatkan agar hasil yang

didapat lebih baik sehiingga tujuan dapat tercapai.

2. Pagi para petugas untuk dalam melakukan semua tindakan keperawtan agar langsung

mendokumentasikan hasil kerjanya dan respon klien, agar tidak lupa pada saat

pendokumentasian nanti.

3. Untuk mahasiswa agar meningkatnkan kualitas dan kuantitasnya dalam pembelajaran

pada saat di kelas maupun praktik diruangan.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.indonesiaindonesia.com/f/12912-sepsis-neonatorum

Doengoes, dkk. 1999 .Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta :EGC

Carpenito, LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktek Klinis, Edisi 6.Jakarta : EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : Bina Pustaka

Wong, L. Donna, Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Vol. 1. Jakarta: EGC, 2009Mansjoer, Arif, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Media Aesculapius: FKUI, 2000.

Muscari E. Mary, Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC, 2005.