Senyawa Kompleks

29
MAKALAH KIMIA ANORGANIK II (Senyawa Kompleks dan Ligannya) Disusun Oleh : Cici Novita A1C111048 Dosen Pengampu : Drs. Nofrizal Jhon, M.Si PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI 2013 1

description

makalah senyawa kompleks

Transcript of Senyawa Kompleks

MAKALAH

KIMIA ANORGANIK II

(Senyawa Kompleks dan Ligannya)

Disusun Oleh :

Cici Novita

A1C111048

Dosen Pengampu :

Drs. Nofrizal Jhon, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2013

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul “Senyawa Kompleks dan ligannya”

Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis peroleh

dari buku panduan yang berkaitan Senyawa Kompleks dan ligannya, serta informasi dari

media massa yang berhubungan dengan Senyawa Kompleks dan ligannya.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu

mata kuliah Kimia Anorganik Bapak Drs. Nofrizal Jhon, M.Si yang membimbing dan

memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyusun makalah ini. Penulis juga

berterima kasih kepada rekan-rekan yang ikut berperan dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua,

dalam hal ini dapat menambah wawasan kita, khususnya bagi penulis. Memang makalah ini

masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi

perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Jambi, 14 Maret 2013

Cici Novita

2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Rumusan Masalah 1

1.3 Tujuan Penulisan 1

BAB II PEMBAHASAN 2

2.1 Pengertian Senyawa Kompleks 2

2.2 Pengertian Ligan 2

2.3 Tata Nama Senyawa Kompleks 3

2.4 Pembuatan Senyawa kompleks 9

2.5 Bilangan Oksidasi Senyawa kompleks 9

2.6 Bilangan Koordinasi 10

2.7 Reaksi-Reaksi Senyawa Kompleks 13

2.8 Kegunaan Senyawa Kompleks 15

BAB III PENUTUP 19

3.1 Kesimpulan 19

3.2 Saran 19

DAFTAR PUSTAKA

3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Salah satu sifat unsur transisi adalah mempunyai kecenderungan untuk

membentuk ion kompleks atau senyawa kompleks. Ion-ion dari unsur logam transisi

memiliki orbital-orbital kosong yang dapat menerima pasangan elektron pada

pembentukan ikatan dengan molekul atau anion tertentu membentuk ion kompleks.

Ion kompleks terdiri atas ion logam pusat dikelilingi anion-anion atau

molekul-molekul membentuk ikatan koordinasi. Ion logam pusat disebut ion pusat

atau atom pusat. Anion atau molekul yang mengelilingi ion pusat disebut ligan.

Banyaknya ikatan koordinasi antara ion pusat dan ligan disebut bilangan koordinasi.

Ion pusat merupakan ion unsur transisi, dapat menerima pasangan elektron bebas dari

ligan. Pasangan elektron bebas dari ligan menempati orbital-orbital kosong dalam

subkulit 3d, 4s, 4p dan 4d pada ion pusat.

a.2. Rumusan masalah

a. Jelaskan pengertian senyawa kompleks dan ligan?

b. Bagaimana Tata Nama Senyawa Kompleks?

c. Bagaimana pembuatan senyawa kompleks?

d. Bagaimana reaksi senyawa kompleks serta kegunaannya?

a.3. Manfaat Penulisan

a. Sebagai tambahan pengetahuan khususnya untuk penulis sendiri dan diharapkan

untuk orang lain juga.

b. Sebagai usaha menggali kemampuan dan kecermatan dalam memahami Senyawa

Kompleks dan Ligannya

c. Makalah ini diharapkan dapat berguna bagi mahasiswa khususnya dalam proses

belajar mengajar serta berguna bagi masyarakat umum.

4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Senyawa Kompleks

Senyawa kompleks adalah senyawa yang mengandung kation logam pusat yang

berikatan dengan satu atau lebih ion atau molekul (ligan). Senyawa kompleks terbentuk

dari ion logam dan ligan. Pada umumnya ion logam yang digunakan adalah: ion logam

transisi golongan 3-11 dengan konfigurasi elektron [gas mulia] nd1-9, sedang ligan yang

terkoordinasi adalah basa Lewis. Struktur dan sifat Senyawa kompleks serta syarat

kestabilan telah banyak diteliti dan dipelajari. Sementara itu ion logam dengan

konfigurasi elektron [gas mulia] nd10, yang disebut sel tertutup (closed shell) kurang

diperhatikan karena strukturnya selalu teratur dan sederhana. Ion logam sel tertutup ini

adalah ion logam golongan 11 dengan bilangan oksidasi +1 dan golongan 12 yang

berbilangan oksidasi +2. Struktur kompleks ion logam d10 ini telah didominasi dengan

struktur yang dapat diramalkan, misalnya: struktur kompeks kation [Ag(NH3)2]+ adalah

linier dengan koordinasi dua dan kompleks kation [Zn(NH3)4]2+ adalah tetraeder

dengan koordinasi empat. Selain itu Senyawa kompleks dari ion logam d10 jarang diteliti

karena warnanya selalu putih, bersifat diamagnetik dan energi penstabilan medan ligan

berharga nol.

2.2. Pengertian Ligan

Ligan merupakan basa Lewis yang memiliki pasangan elektron bebas (lone pair

electron), misalnya ligan NH3, H2O dan Cl-atau memiliki pasangan elektron ,

misalnya ligan C2H2 (asetilena), C2H4 (etilena) dan C6H6 (benzena).Suatu ligan dapat

memiliki elektron yang tidak berpasangan di samping pasangan elektron  misalnya

ligan C5H5 (siklopentadienil), C3H5 (alil) dan NO (nitrosil). Di dalam ligan terdapat

atom donor yaitu atom yang memiliki pasangan elektron bebas atau atom yang terikat

melalui ikatan .Melalui atom-atom donor tersebut suatu ligan mengadakan ikatan

kovalen koordinasi dengan atom atau ion pusat yang ada.Berdasarkan jumlah atom donor

yang dimilikinya, ligan dapat dikelompokkan sebagai ligan monodentat, bidentat,

tridentat, dan seterusnya. Atom dalam ligan yang menyumbangkan pasangan elektron

disebut atom donor. ikatan logam untuk atom yang melalui satu atom ligan disebut

monodentat Sebuah ligan bidentat pada atom logam melalui dua atom ligan. Polydentate

5

mengacu pada beberapa titik lampiran oleh satu ligan. Kalau cincin beranggota enam-

lima dihasilkan oleh ikatan ligan polydentate, kompleks ini disebut sebuah khelat.

2.3. Tata Nama Senyawa Kompleks

            Tata nama senyawa kompleks terbagai menjadi dua jenis yakni tata

nama sistematik dan tatanama umum:

a. Tata Nama Umum

              Tata nama umum kini jarang bahkan tidak digunakan lagi. Hal ini disebabkan

tata nama dengan cara ini hanya didasarkan atas nama penemu atau warna yang dimiliki

senyawa koordinasi. Berikut adalah beberapa contoh senyawa koordinasi yang

penamaannya didasarkan atas nama penemunya:

Garam Vauquelin : [Pd(NH3)4] [PdCl4]

Garam Magnus : [Pt(NH3)4] [PtCl4]

Senyawa Gmelin : [Co(NH3)6]2(C2O4)3

Garam Zeise : K[PtCl3(C2H4)].H2O

Sedangkan nama senyawa koordinasi yang didasarkan atas warna yang dimiliki

adalah:

Biru prusia (prusian

blue)

: KFe[Fe(CN)6].H2O

Kompleks luteo

(kuning)

: [Co(NH3)5Cl]Cl2

Kompleks praseo

(hijau)

: [Co(NH3)4Cl2]

Alasan-alasan nama umum jarang digunakan atau tidak digunakan:

1. Banyak senyawa kompleks yang berbeda namun disintesis oleh orang yang sama

2. Banyak senyawa kompleks yang berbeda namun memiliki warna yang sama.

b. Tata Nama Sistematik

Tata nama sistematik dibagi menjadi dua cara yakni:

a) Tata nama yang didasarkan atas nama dan jumlah ligan yang ada serta nama atom

pusat beserta tingkat oksidasinya. Bilangan oksidasinya ditulis di dalam tanda

kurung menggunakan angka Romawi. Anggka Romawi yang diberikan

disebut Angka Stock.

6

b) Tata nama yang didasarkan atas nama dan jumlah ligan, nama atom pusat serta

muatan dari kompleks yang ada. Angka arab yang digunakan dapat berupa tanda

positif atau negatif yang menunjukan muatan ion kompleks, angka Arab ini

disebut angka Ewens-Bassett.

c. Tatanama Ligan

Tata nama Ligan netral

Tata nama ligan netral adalah seperti nama senyawanya kecuali untuk

beberapa ligan seperti yang tertera pada Tabel.

Ligan Nama senyawa Nama ligan

MeCN Asetonitril Asetonitril

En Etilenadiamina atau 1,2-

diaminoetana

Etilenadiamina

Py Piridina Piridina

AsPh3 Trifenillarsina Trifenillarsina

phen 1,10-fenantrolina atau o-

fenantrolina

1,10-fenantrolina

Perkecualian

H2O Air Aqua

NH3 Amonia Amina atau azana

H2S Hidrogen sulfida Sulfan

H2Te Hidrogen telurida Telan

CO Karbon monooksida Karbonil

CS Karbon monosulfida Tiokarbonil

NO Nitrogen monooksida Nitrosil

NO2 Nitrogen monooksida Nitril

NS Nitrogen monosulfida Tionitrosil

SO Nitrogen monoksida Sulfinil atau tionil

SO2 Belerang dioksida Sulfonil atau sulfulir

Tatanama Ligan bermuatan negatif

7

Ligan negatif dapat berupa:

- Ion sisa asam. Ion sisa asam namanya dapat berakhiran –da, -it atau –at, misalnya

klorida (Cl‾), nitrit (NO2‾) dan nitrat (NO3‾)

- Ion bukan sisa asam. Ion bukan sisa asam namanya biasanya berakhiran –da,

misalnya nitrida (N3‾) dan ozonida.

Jika berlaku sebagai ligan baik ion sisa asam maupun ion bukan sisa asam

yang berakhiran –da, diganti dengan akhiran –do, kecuali untuk beberapa ligan

yang tertera pada Tabel.

Rumus kimia Nama ion Nama ligan

NH2 Amida Amido

NH2‾ Imida Imido

N3‾ Nitrida Nitrido

N3‾ Azida Azido

S2‾ Sulfida Sulfido

O3‾ Ozonida Ozonido

Perkecualian

F‾ Fluorida Fluoro

Cl‾ Klorida Kloro

Br‾ Bromida Bromo

I‾ Iodida Iodo

O2‾ Oksida Okso atau oksido

O22‾ Peroksida Perokso

Te2‾ Telurida Telurokso atau telurido

S2‾ Sulfida Tio, tiokso atau sulfido

H‾ Hidrida Hidro atau hidrido

SH‾ Hidrogen

sulfida

Merkapto atau sulfanido

RO‾ Alkoksida Alkoksi

C6H5O‾ Fenoksida Fenoksi

CN‾ Sianida Siano

Sedangkan untuk ion sisa asam yang berakhiran -it atau -at jika sebagai ligan

akhirannya ditambah dengan akhiran –o, seperti yang tertera pada Tabel.

8

Rumus kimia Nama ion Nama ligan

ONO‾ Nitrit Nitrito

NO2‾ Nitrit Nitro

ONO2‾ Nitrat Nitrato

OSO22‾ Sulfit Sulfito

OSO32‾ Sulfat Sulfato

OCN‾ Sianat Sianato

SCN‾ Tiosianat Tiosianato

CO32‾ Kabonat Karbonato

              Ligan bermuatan positif sangat jarang dijumpai pada senyawa kompleks oleh

sebab itu tidak dibahas pada bagian ini. Salah satu ligan yang bermuatan positif adalah

H2N-CH2-NH3+.

              Dalam menulis ligan pada senyawa koordinasi biasanya atom donor selalu

ditulis didepan, kecuali H2O, H2S dan H2Te. Misalnya untuk ion nitrit (NO2‾), jika N

sebagai atom donor maka penulisan ligannya adalah NO2‾ sedangkan apabila O yang

bertindak sebagai atom donor maka penulisan ligannya adalah ONO‾.

Urutan Penyebutan Ligan

a. Apabila di dalam senyawa kompleks terdapat lebih dari satu ligan makaurutan

penyebutan ligan adalah secara alfabetis tanpa memperhatikan jumlah dan muatan

ligan yang ada. Pada aturan lama ligan yang disebut terlebih dahulu adalah ligan yang

bermuatan negatif secara alfabet kemudian diikuti dengan ligan netral yang disebut

secara alfabet pula.

b. Urutan penyebutan ligan adalah urutan berdasarkan alfabet pada nama ligan yang telah

di Indonesiakan. Misalnya alfabet awal untuk Cl‾ adalah kmeskipun dalam bahasa

inggris nama chloro dengan alfabet awal c. Sebagai contoh nama untuk senyawa

kompleks [Co(en)2Cl2]+ adalah :

- Ion bis (etilenadiamina)diklorokobalt(III) (benar)

- Diklorobis (etilenadiamina)kobalt(III) (salah)

c. Jumlah ligan yang ada dapat dinayatakan dengan awalan di, tri. Tetra dan seterusnya.

tetapi apabila awalan-awalan tersebut telah digunakan untuk menyebut jumlah

9

substituen yang ada pada ligan maka jumlah ligan yang ada dinyatakan dengan

awalan bis, tris, tetrakis dan seterusnya. misalnya di dalam suatu senyawa kompleks

terdapat dua ligan PPh3 maka disebut

dengan bis(trifenilfosfina) bukan di(trifenilfosfina).

d. Ligan-ligan yang terdiri dari dua atom atau lebih ditulis dalam tanda kurung.

Tatanama Senyawa Kompleks Netral

1) Nama senyawa kompleks netral ditulis dalam satu kata.

2) Menulis atau menyebut nama dan jumlah ligan

3) Menulis atau menyebut nama atom pusat serta bilangan oksidasi dari atom

pusatyang ditulis dengan anggka Romawi. Dan bilangan oksidasi atom pusat yang

harganya nol tidak perlu dituliskan.

Contoh

[Co(NH3)3(NO2)3] : triaminatrinotrokobaltt(III)

[Ni(CO)4] : tetrakarbonilnikel

[Fe(CO)5] : pentakarbonilbesi

[Fe(CO)2(NO)2] : dikarbonildinitrosilbesi

[Co(CO)3(NO)] : trikarbonilnitrosilkobalt

Keterangan: triaminatrinotrokobaltt(III) merupakan kompleks dengan biloks = 0, selain

itu merupakan kompleks dengan biloks 1.

Senyawa Kompleks Ionik

Senyawa kompleks ionik kation sebagai ion kopleks, penamaannya adalah sebagai

berikut:

1) Diawali dengan menulis atau menyebut kata ion

2) Menulis atau menyebut nama dan jumlah ligan yang dimiliki

3) Menulis atau menyebut nama atom pusat diikuti bilangan oksidasi yang ditulis

dalam anggka Romawi.

Selain cara di atas penamaan dapat dilakukan dengan cara berikut:

1) Diawali dengan menulis atau menyebut kata ion

2) Menulis atau menyebut nama dan jumlah ligan yang dimiliki

3) Menulis atau menyebut nama serta muatan dari ion kompleks yang ditulis dengan

anggka Arab.

Contoh:

10

Kompleks Spesi yang ada Nama

[Cu(NH3)4]2+ Cu2+ dan 4NH3 ion tetraaminatembaga(II), atau Ion

tetraaminatembaga(2+)

[Co(NH3)4Cl2]+ Co3+, 4NH3, dan 2Cl‾ ion tetraaminadiklorokobalt(II) atau ion

tetraaminadiklorokobalt(1+)

[Pt(NH3)4]2+ Pt2+, dan 4NH3 ion tetraaminaplatina(II) atau

iontetraaminaplatina(2+)

[Ru(NH3)5(NO2)]+ Ru2+, 5NH3, dan NO2‾ ion pentaaminanitrorutenium(II) atau ion

pentaaminanitrorutenium(1+)

Senyawa kompleks ionik anion sebagai ion kompleks, Penamaannya adalah sebagai berikut

1) Diawali dengan menulis atau menyebut kata ion

2) Menulis atau menyebut nama dan jumlah ligan yang dimiliki

3) Menulis atau menyebut nama atom pusat dalam bahasa latin dengan akhiran –um atau ium

diganti –at kemudian diikuti bilangan oksidasi atom pusat yang ditulis dalam anggka

Romawi.

Selain cara di atas penamaan dapat dilakukan dengan cara berikut

1) Diawali dengan menulis atau menyebut kata ion

2) Menulis atau menyebut nama dan jumlah ligan yang dimiliki

3) Menulis atau menyebut nama atom pusat dalam bahasa latin dengan akhiran –um atau ium

diganti –at kemudian diikuti muatan dari ion kompleks yang ditulis dengan angka Arab.

Contoh

Kompleks Spesi yang ada Nama

[PtCl4]2‾ Pt2+ dan 4Cl‾ Ion tetrakloroplatinat(I) atau ion tetrakloroplatinat(2-)

[Ni(CN)4]2‾ Ni2+ dan 4CN‾ Ion tetrasianonikelat(II) atau ion tetrasianonikelat(2-)

[Co(CN)6]3‾ Co3+ dan 6CN‾ Ion heksasianokobaltat(III) atau ion heksasianokobaltat(3-)

[CrF6]3‾ Cr3+ dan 6F‾ Ion heksafluorokromat(III) atau ion

heksasianofluorokromat(3-)

[MgBr4]2‾ Mg2+ dan 4Br‾ Ion tetrabromomagnesat(II) atau Ion

tetrabromomagnesat(2-)

Senyawa kompleks ionik kation dan anion sebagai ion kompleks

Penamaannya adalah menulis atau menyebut nama dan jumlah kation terlebih dahulu

kemudian nama anion diikuti bilangan oksidasi atom pusat yang ditulis dalam anggka

11

Romawi atau menulis atau menyebut nama dan jumlah kation terlebih dahulu kemudian

nama anion diikuti muatan ion kompleks yang ditulis dengan angka Arab.

Contoh

K3[Fe(CN)6]3‾ : Kalium heksasianoferat(III) atau kalium heksasianoferat(3-)

K4[Fe(CN)6] : Kalium heksasianoferat(II) atau kalium heksasianoferat(4-)

[CoN3(NH3)5]SO4 : Pentaaminaazidokobalt(III) sulfat atau Pentaaminaazidokobalt(2+)

sulfat

[Cu(NH3)4]SO4 : Pentaaminatembaga(II) sulfat atau Pentaaminatembaga(2+) sulfat

[Cu(NH3)4] [PtCl4] : Tetraaminatembaga(II) tetrakloroplatinat(II) atau tetraamina

tembaga(2+) tetrakloroplatinat(2-)

[Co(NH3)6]

[Cr(CN)6]

: Heksaaminakobalt(III) heksasianokromat(III) atau

heksasianokobalt(3+) heksasianokromat(3-)

2.4. Pembuatan Senyawa Kompleks

Pada awal perkembangan senyawa-senyawa kompleks atau senyawa koordinasi

umumnya dibuat dari unsur-unsur transisi sebagai atom pusat. Disamping itu, senyawa

yang dibentuk dari logam transisi selalu memiliki bilangan oksidasi atau tingkat oksidasi

positif.

Namun kini senyawa kompleks atau senyawa koordinasi atom pusatnya tidak

harus dari unsur transisi. logam alkali, alkali tanah dan logam utama lainnya dapat

digunakan sebagai atom pusat untuk mensintesis senyawa komplek atau senyawa

koordinasi. Misalnya NaCl yang dikonsumsi sehari-hari dalam kuah masakan merupakan

suatu kompleks. NaCl di dalam air membentuk ion heksaaquanatrium(I), [Na(H2O)8]+.

Ion tetrakloroaluminat(III) [AlCl]‾, Be(NO3)2.4H2O dan BeSO4.4H2O yang mengandung

ion komplek tetraaquaberilium, [Be(H2O)4]2+, merupakan beberapa senyawa kompleks

yang dibentuk dari unsur-unsur bukan unsur transisi.

Dari contoh-contoh diatas dapat disimpulkan bahwa senyawa kompleks, tidak

hanya dibuat dengan unsur transisi sebagai atom pusat, tetapi dapat pula dibuat dengan

unsur-unsur lain atau unsur-unsur logam golongan utama.

2.5. Bilangan Oksidasi Senyawa Kompleks

12

             Awalnya senyawa kompleks yang berhasil disintesis selalu memiliki bilangan

oksidasi yang berharga positif. Berikut adalah beberapa contoh senyawa kompleks

dengan bilangan oksidasi ion pusat berharga positif

Ion kompleks Atom pusat b.o atom pusat

[Co(NH3)6]3+ Co3+ +3

[Co(CN)6]3‾ Co3+ +3

[Cu(NH3)4]2+ Cu2+ +2

[Fe(CN)6]3‾ Fe3+ +3

[Pd(NH3)4]2+ Pd2+ +2

[PtCl4]2‾ Pt2+ +2

Keterangan: b.o = bilangan oksidasi

        

                   Dari contoh di atas dapat disimpulkan bahwa atom pusat suatu kompleks

tidak harus memiliki bilangan oksidasi yang harganya positif. Atom pusat suatu

kompleks dapat memiliki bilangan oksidasi nol dan negatif.Berikut adalah contoh

kompleks dengan bilangan oksidasi nol dan harga bilangan oksidasi negatif.

kompleks b.o atom

pusat

Kompleks b.o atom

pusat

[V(CO)6] 0 [V(CO)6] ‾ -1

[Cr(CO)6] 0 [Cr(CO)5]2‾ -2

[Fe(CO)5] 0 [Mn(CO)5] ‾ -1

[Co(Cp)2] 0 [Fe(CO)4]2‾ -2

[Ni(CO)4] 0 [Re(CO)4]3‾ -3

Keterangan: b.o = bilangan oksidasi

Catatan: CO adalah ligan karbonil, Cp ligan siklopentadienil dan NO adalah ligan

nitrosil. Ketiga ligan tersebut merupakan ligan netral.

2.6. Bilangan Koordinasi

Bilangan koordinasi ditentukan oleh ukuran atom logam pusat, jumlah

elektron d, efek sterik ligan. Dikenal kompleks dengan bilangan koordinasi antara 2

13

dan 9. Khususnya kompleks bilangan koordinasi 4 sampai 6 adalah yang paling stabil

secara elektronik dan secara geometri dan kompleks dengan bilangan koordinasi 4-6

yang paling banyak dijumpai. Kompleks dengan berbagai bilangan koordinasi

dideskripsikan di bawah ini.

a. Kompleks berbilangan koordinasi dua 

Banyak ion yang kaya elektron d10, misalnya: Cu+, Ag+, dan Au+,

membentuk kompleks linear seperti [Cl-Ag-Cl]- atau [H3N-Au-NH3]-. Kompleks

dengan valensi nol [Pd(PCy3)2] dengan ligan yang sangat meruah trisikloheksilfosfin

juga dikenal. Umumnya, kompleks berkoordinasi 2 dikenal untuk logam transisi

akhir.

b. Kompleks berbilangan koordinasi tiga 

Walaupun [Fe{N(SiMe3)3}3] adalah salah satu contoh, komplek dengan bilangan

koordinasi 3 jarang diamati.

c. Kompleks berbilangan koordinasi empat

Bila empat ligan berkoordinasi pada logam, koordinasi tetrahedral (Td) adalah

geometri yang paling longgar, walaupun sejumlah kompleks bujur sangkar (D4h) juga

dikenal. [CoBr4]2-, Ni(CO)4, [Cu(py)4]+, [AuCl4]- adalah contoh-contoh kompleks

tetrahedral. Ada beberapa kompleks bujur sangkar dengan ligan identik, seperti

[Ni(CN)4]2-, atau [PdCl4]2-. Dalam kasus kompleks ligan campuran, sejumlah

kompleks bujur sangkar ion d8, Rh+, Ir+, Pd2+, Pt2+, dan Au3+, telah dilaporkan.

Contohnya termasuk [RhCl(PMe3)3], [IrCl(CO)(PMe3)2], [NiCl2(PEt3)2], dan

[PtCl2(NH3)2] (Et =C2H5).

d. Kompleks berbilangan koordinasi lima 

Contoh kompleks berbilangan koordinasi lima adalah trigonal bipiramidal (D3h)

Fe(CO)5 atau piramida bujur sangkar (C4v) VO(OH2)4. Dulunya, kompleks

berbilangan koordinasi lima jarang namun jumlahnya kini meningkat. Perbedaan

energi antara dua modus koordinasi (nbipiramida dan piramida bujursangakar, pentj)

ini tidak terlalu besar dan transformasi struktural mudah terjadi. Misalnya, struktur

molekular dan spektrum Fe(CO)5 konsisiten dengan struktur bipiramid trigonal, tetapi

spektrum NMR 13C menunjukkan satu sinyal pada suhu rendah, yang

mengindikasikan bahwa ligan karbonil di aksial dan ekuatorial mengalami pertukaran

14

dalam skala waktu NMR (10-1~10-9 s). Transformasi struktural berlangsung melalui

struktur piramid bujur sangkar dan mekanismenya dikenal dengan pseudorotasi Berry.

e. Kompleks berbilangan koordinasi enam 

Bila enam ligan berkoordinasi dengan atom pusat, koordinasi oktahedral (Oh)

yang paling stabil dan mayoritas kompleks memiliki struktur oktahedral. Khususnya,

ada sejumlah kompleks Cr3+ dan Co3+ yang inert pada reaksi pertukaran ligan,

dinyatakan dengan [Cr(NH3)6]3+ atau [Co(NH3)6]3+. Keduanya khususnya penting

dalam sejarah perkembangan kimia koordinasi. [Mo(CO)6], [RhCl6]3-, dsb. juga

merupakan kompleks oktahedral. Dalam kasus ligan campuran, isomer geometri cis-

dan trans-[MA4B2] dan mer- dan fac-[MA3B3], dan untuk ligan khelat ∆-[M(A-A)3]

dan Λ-[M(A-A)3] isomer optik, mungkin terjadi. Struktur oktahedral menunjukkan

distorsi tetragonal (D4h), rombik (D2h), trigonal (D3h) yang disebabkan efek

elektronik atau sterik. Distorsi tetragonal [Cr(NH3)6]3+ oleh faktor elektronik adalah

contoh khas efek Jahn-Teller.

Atom dengan koordinasi enam dapat berkoordinasi prisma trigonal. Walaupun

koordinasi ini diamati di [Zr(CH3)6]2- atau [Re{S2C2(CF3)2}3], kompleks logam

jarang berkoordinasi prisma trigonal karena koordinasi oktahedral secara sterik lebih

natural. Walaupun demikian telah lama dikenal bahwa belerang di sekitar logam

adalah prisma trigonal dalam padatan MoS2 dan WS2.

f. Kompleks berbilangan koordinasi lebih tinggi dari enam 

Ion logam transisi deret kedua dan ketiga kadang dapat mengikat tujuh atau lebih

ligan dan misalnya [Mo(CN)8]3- atau [ReH9]2-. Dalam kasus-kasus ini, ligan yang

lebih kecil lebih disukai untuk menurunkan efek sterik.

2.7 Reaksi Senyawa Kompleks

a.      Reaksi substitusi dalam larutan air

         Cara ini merupakan cara yang terpenting, reaksinya terjadi antara larutan

garam logam di dalam air dengan pereaksi koordinasi. Reaksi pembentukan

kompleks tetraamine tembaga (II) dapat dinyatakan dengan persamaan berikut :

[Cu(H2O)4]SO4 + NH3       [Cu(NH3)4]SO4 + 4H2O

                                                        Biru tua

                                                     + C2H5OH

15

                                                    [Cu(NH3)4]SO4

                                                      Kristal

b.      Reaksi substitusi dalam larutan bukan air

         Penggunaan pelarut – pelarut bukan air tidak banyak dilakukan. Cara ini

hanya dilakukan bila :

1.      Ion logam mempunyai afinitas besar terhadap air.

2.      Ligan yang dipakai tidak larut dalam air.

Ion – ion yang mempunyai afinitas besar terhadap air dan membentuk

ikatan logam – oksigen yang kuat ialah Al3+ , Fe3+ , dan Cr3+ . Penambahan ligan

yang bersifat basis tidak membentuk kompleks, tetapi endapan basa yang

gelatinous. Dalam hal ini hidrat dari ion di atas bersifat sebagai asam protonik.

c.       Reaksi substitusi tanpa adanya pelarut

         Reaksi antara garam anhidrous dan suatu ligan cair dapat dipakai untuk

membuat kompleks logam. Dalam banyak hal, ligan cair yang jumlahnya

berlebihan dapat berfungsi sebagai pelarut untuk campuran reaksi.

         [Ni(NH3)6]Cl2 dapat dibuat dengan mereaksikan NiCl2 dengan NH3 cair dan

menguapkan sisa NH3, yang mempunyai titik didih rendah  (-33◦C).

         NiCl2    +  NH3              [Ni(NH3)6]Cl2

           Kuning                         violet

d.      Reaksi oksidasi – reduksi

         Senyawa – senyawa kobalt (III) kompleks selalu dibuat dari garam kobalt

(II), sebab bilangan oksidasi kobalt biasanya (II). Kobalt (III) kompleks stabil bila

mempunyai gugus koordinasi tertentu. Reaksi kobalt (II) dengan ligan cepat dan

ini kemudian dapat dibuat kobalt (III) kompleks dengan jalan oksidasi.

Pembentukan kompleks [Co(NH3)6] Cl3 terjadi secara bertahap.

[Co(H2O)6] Cl2 + 6NH3                  [Co(NH3)6] Cl2 + 6H2O

[Co(NH3)6] Cl2 + 4NH3Cl + O2              4[Co(NH3)6] Cl3 + 4NH3 + 2H2O

2.8 Kegunaan Senyawa Kompleks

Sennyawa kompleks sebagai katalis

16

Studi mengenai senyawa kompleks logam transisi menjadi sangat menarik terkait

sifat kimianya yang dapat diaplikasikan sebagai katalis. Sifat-sifat logam pusat seperti

muatan, tingkatan oksidasi, konfigurasi elektron dan geometri akan memberikan

pengaruh pada reaktifitas senyawa kompleks tersebut.

Katalis senyawa kompleks logam transisi dengan rumus umum [M(L)n]x[A]y

dimana M adalah ion logam pusat, L adalah ligan lemah dan A adalah anion lawan

berdaya koordinasi lemah atau sama sekali non koordinasi, beberapa diantaranya telah

diaplikasikan sebagai katalis dalam reaksi kimia organik. Reaktifitas senyawa

kompleks logam transisi ini sebagai katalis muncul disebabkan oleh karena dua hal.

Pertama, ligan lemah yang terikat pada ion logam pusat dapat dengan mudah

disubsitusi atau digantikan kedudukannya oleh substrat. Kedua, anion lawan yang

berdaya koordinasi lemah atau sama sekali non koordinasi yang merupakan suatu

asam lewis kuat, dapat meningkatkan keasaman lewis dari logam pusat. Keasaman

diperlukan untuk menarik substrat agar terikat ke pusat aktif logam.

Beberapa senyawa kompleks tembaga(II) seperti [Cu(NCCH3)6][B(C6F5)4]2

dan [Cu(NCCH3)6][BF4]2 dilaporkan telah berhasil disintesis dan diaplikasikan pada

reaksi kimia organik seperti aziridinasi dan siklopropanasi berbagai senyawa olefin

pada tempratur ruang baik pada fasa homogen maupun heterogen. Pada fasa

homogen, katalis-katalis ini menunjukkan hasil yang memuaskan dengan rendemen

hasil dan selektifitas yang tinggi. Sedangkan pada fasa heterogen katalis-katalis ini

menunjukkan penurunan aktifitas setelah digunakan untuk beberapa kali reaksi. Meski

demikian, katalis homogen masih memiliki beberapa kelemahan seperti sulitnya

pemisahan dari produk, serta akumulasi logam dan ligan yang bersifat toksik dari

senyawa komplek logam transisi yang dapat mecemari lingkungan

Aplikasi senyawa kompleks

a.    Aplikasi Dalam Bidang Kesehatan

Senyawa kompleks gadolinium-dietilentriaminpentaasetato (GdDTPA)

secara in vivo telah digunakan dalam bidang kesehatan sebagai senyawa

pengontras MRI untuk diagnose berbagai penyakit

b.     Aplikasi Dalam Bidang Farmasi

Sintesis senyawa kompleks besi (II) dengan menggunakan ligan turunan 1,10-

Phenantrolin (phen) seperti 4,7-dimetil-phen (DMP). 3,4,7,8-tetrametil-phen (TMP)

17

dan 4,7-difenil-phen (DIP) menggunakan metode substitusi ligan yang digunakan

sebagai kandidat senyawa obat pada terapi penyakit tumor/kanker.

c.    Aplikasi Dalam Bidang Industri

            Penentuan kesadahan air untuk menganalisa pembentukan kerak yang terjadi

pada dinding pipa yang disebabkan endapan CaCO3. Metode yang digunakan dalam

analisis larutan Ethyldiamine tetra acetic acid sebagai larutan standarnya, untuk

mengetahui titik akhir titrasi digunakan indikator logam. Diantara indikator yang

digunakan adalah Eriochrome Black T.

d.    Aplikasi Dalam Bidang Lingkungan

Proses biosintesis asam oksalat oleh jamur pembusuk coklat merupakan proses

fisiologis yang sangat penting bagi jamur, dimana jamur memberoleh energi dengan

mengoksidasi karbohidrat menjadi asam oksalat, seperti pada persamaan:

C6H12O6 + 5O2                2(COOH)2 + 2CO2 + 4H2O

Dalam metabolisme biosintesis asam oksalat pada jamur basidiomisetes,

asetil-KoA yang diperoleh dari oksidasi glukosa dikonversi menjadi asam oksalat

selanjutnya di disekresikan ke lingkungann sintesis asam oksalat dengan mengunakan

inhibitor spesifik menyebabkan terhambatnya pertumbuhan jamur untuk

meminimalisir dalam degradasi polutan.

e.      Aplikasi Dalam Bidang Pertanian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelapisan urea dengan asam humat yang

berasal dari Gambut Kalimantan sebesar 1% menghasilkan pupuk urea yang lebih

tidak mudah larut daripada yang dilapisi asam humat dari Rawa Pening. Dengan

pelepasan N yang lebih lambat diharapkan keberadaan N di dalam tanah lebih awet

dan pemupukan menjadi lebih efisien. Pupuk urea-humat telah diaplikasikan ke tanah

Psamment (Entisol) yang kandungan pasirnya tinggi (tekstur kasar) untuk mewakili

jenis-jenis tanah yang biasa ditanami tebu dengan tekstur yang paling kasar. Respons

tanaman tebu varietas PS 851 menunjukkan kinerja pertumbuhan yang lebih baik di

tanah Vertisol.

BAB III

PENUTUP

18

3.1 Kesimpulan

Senyawa kompleks adalah senyawa yang mengandung kation logam pusat

yang berikatan dengan satu atau lebih ion atau molekul (ligan). Senyawa kompleks

terbentuk dari ion logam dan ligan. Pada umumnya ion logam yang digunakan

adalah: ion logam transisi golongan 3-11 dengan konfigurasi elektron [gas mulia]

nd1-9, sedang ligan yang terkoordinasi adalah basa Lewis.

Ligan merupakan basa Lewis yang memiliki pasangan elektron bebas (lone

pair electron), misalnya ligan NH3, H2O dan Cl-atau memiliki pasangan elektron ,

misalnya ligan C2H2 (asetilena), C2H4 (etilena) dan C6H6 (benzena).Suatu ligan

dapat memiliki elektron yang tidak berpasangan di samping pasangan

elektron  misalnya ligan C5H5 (siklopentadienil), C3H5 (alil) dan NO (nitrosil).

3.2 Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, oleh sebab itu penulis

juga mengharapkan masukan-masukan yang dapat membantu dalam penyusunan

makalah berikutnya. Penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat adanya.

Dapat memberikan sedikit pengetahuan kepada yang memerlukan terutama para

pelajar.

DAFTAR PUSTAKA

19

Anonim, 2010. Kompleksometri. (http://www.chem-is-try.org/ /instrumen_analisis/kompleksometri/ kompleks/) [di akses pada hari Kamis 14 Maret 2013]

Cotton dan Wilkinson.2009. Kimia Anorganik Dasar. Edisi Pertama. Jakarta: Universitas            Indonesia Press

Day, M. Clyde dan Jr. Joel Selbin.1993. Kimia Anorganik Teori. Edisi Pertama. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Elfa Fajri. 2011. Senyawa kompleks (http://elfafajri.blogspot.com/2011/06/senyawa-kompleks.html) [di akses pada hari Kamis 14 Maret 2013]

Pudjaatmaja, Hadyana Aloysius.1996. Kimia Untuk Universitas. Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga

Sri Harani. 2012. Intisari senyawa kompleks (http://ranyharany.blogspot.com/2012 /01/intisari-senyawa-kompleks-dari-buku.html) [di akses pada hari Jum’at,15 Maret 2013]

 Sukardjo. 1992. Kimia Koordinasi. Edisi Revisi (Ketiga).: Jakarta:Rineka Cipta

20