Sensitivitas Wilayah Konsentrasi Nelayan Terhadap ...

20
1 Sensitivitas Wilayah Konsentrasi Nelayan Terhadap Perubahan Iklim di Pantai Utara Jawa Defi Ohfanisa 1 , Sobirin 2 dan Tjiong Giok Pin 2 Departemen Geografi, FMIPA UI, Kampus UI Depok 16424 E-mail: dosmayaandriani@gmail.com 1 , [email protected] 2 , [email protected] 2 Abstrak Perubahan iklim berdampak terhadap sektor kelautan. Dampak yang nyata adalah tinggi gelombang laut dan perubahan musim barat dan musim timur sehingga berdampak terhadap hasil tangkapan ikan nelayan. Tujuan penelitian untuk mendapatkan gambaran tentang pola sensitivitas wilayah konsentrasi nelayan di pantai utara Jawa bagian barat dan bagian tengah terhadap kejadian gelombang laut tinggi serta kaitannya dengan jumlah hasil tangkapan ikan dan mengetahui secara spasial maupun temporal frekuensi tinggi gelombang laut lebih dari 2,0 m (gelombang berbahaya bagi nelayan) masing-masing bulan selama periode tahun 2010 – 2015. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Analitical Hierarchy Process (AHP) dan teknik overlay peta. Tingkat sensitivitas per kabupaten didapatkan dari analisis skoring dan overlay peta tiap variabel. Hasil penelitian, sensitivitas wilayah konsentrasi nelayan di pantai utara Jawa bagian barat dan tengah terhadap perubahan iklim menunjukan pola keruangan semakin ke arah tengah cenderung semakin rendah. Wilayah sensitivitas tinggi berada di Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bekasi, dan Kabupaten Jepara. Sensitivitas sedang berada di Kota Cirebon, Kabupaten Brebes dan Kabupaten Batang. Sedangkan sensitivitas rendah berada di Kota Tegal, Kabupaten Subang dan Kabupaten Pati. Wilayah yang tergolong memiliki sensitivitas tinggi cenderung mengalami penurunan jumlah produksi tangkapan ikan. Kata Kunci : gelombang laut; pantai utara jawa; perubahan iklim; sensitivitas wilayah Place Sensitivity of Fisherman Concentration toward Climate Change in North Coast of Java Abstract Climate change afflicted the marine sector. The presence impacts are the rising ocean wave height and the shifted drought and rainy season, giving impacts to the fishing catches. The study aims to acquire spatial pattern of region sensitivity of fisherman concentration in west and central segment of north java coast to the rising ocean wave and its correlation with the fishing catches and understand the monthly wave height frequency more than 2 m (dangerous wave height to the fishermen) spatially and temporarily in 2010-2015. Methods used on this research are Analitical Hierarchy Process (AHP) and overlay method. Municipal sensitivity obtained through scoring analysis and map overlay for each variables. The results showed that, the place sensitivity level of fisherman concentration tends to be lower in central ward of the west and central segment of north java coast. Regions with high sensitivity are Cirebon municipality, Indramayu municipality, Bekasi municipality, Karawang municipality, and Jepara municipality. Whereas the Regions with mid-level sensitivity are Batang municipality, Brebes municipality, and Cirebon. The Regions with low sensitivity are Pati municipality, Subang municipality, and Tegal. The research showed that Climate change affected the fishermen activity, and the Regions with high sensitivity level tend to have lower fishing catches. Keywords: regional rainfall rate, inverse distance weighted, ordinary kriging, spline, natural neighbor. Sensitivitas wilayah ..., Defi Ohfanisa, FMIPA UI, 2016

Transcript of Sensitivitas Wilayah Konsentrasi Nelayan Terhadap ...

Page 1: Sensitivitas Wilayah Konsentrasi Nelayan Terhadap ...

1

Sensitivitas Wilayah Konsentrasi Nelayan Terhadap Perubahan Iklim di Pantai Utara Jawa

Defi Ohfanisa1, Sobirin2 dan Tjiong Giok Pin2

Departemen Geografi, FMIPA UI, Kampus UI Depok 16424

E-mail: [email protected], [email protected], [email protected]

Abstrak

Perubahan iklim berdampak terhadap sektor kelautan. Dampak yang nyata adalah tinggi gelombang laut dan perubahan musim barat dan musim timur sehingga berdampak terhadap hasil tangkapan ikan nelayan. Tujuan penelitian untuk mendapatkan gambaran tentang pola sensitivitas wilayah konsentrasi nelayan di pantai utara Jawa bagian barat dan bagian tengah terhadap kejadian gelombang laut tinggi serta kaitannya dengan jumlah hasil tangkapan ikan dan mengetahui secara spasial maupun temporal frekuensi tinggi gelombang laut lebih dari 2,0 m (gelombang berbahaya bagi nelayan) masing-masing bulan selama periode tahun 2010 – 2015. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Analitical HierarchyProcess (AHP) dan teknik overlay peta. Tingkat sensitivitas per kabupaten didapatkan darianalisis skoring dan overlay peta tiap variabel. Hasil penelitian, sensitivitas wilayahkonsentrasi nelayan di pantai utara Jawa bagian barat dan tengah terhadap perubahan iklimmenunjukan pola keruangan semakin ke arah tengah cenderung semakin rendah. Wilayahsensitivitas tinggi berada di Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu, KabupatenKarawang, Kabupaten Bekasi, dan Kabupaten Jepara. Sensitivitas sedang berada di KotaCirebon, Kabupaten Brebes dan Kabupaten Batang. Sedangkan sensitivitas rendah berada diKota Tegal, Kabupaten Subang dan Kabupaten Pati. Wilayah yang tergolong memilikisensitivitas tinggi cenderung mengalami penurunan jumlah produksi tangkapan ikan.

Kata Kunci : gelombang laut; pantai utara jawa; perubahan iklim; sensitivitas wilayah

Place Sensitivity of Fisherman Concentration toward Climate Change in North Coast of Java

Abstract

Climate change afflicted the marine sector. The presence impacts are the rising ocean wave height and the shifted drought and rainy season, giving impacts to the fishing catches. The study aims to acquire spatial pattern of region sensitivity of fisherman concentration in west and central segment of north java coast to the rising ocean wave and its correlation with the fishing catches and understand the monthly wave height frequency more than 2 m (dangerous wave height to the fishermen) spatially and temporarily in 2010-2015. Methods used on this research are Analitical Hierarchy Process (AHP) and overlay method. Municipal sensitivity obtained through scoring analysis and map overlay for each variables. The results showed that, the place sensitivity level of fisherman concentration tends to be lower in central ward of the west and central segment of north java coast. Regions with high sensitivity are Cirebon municipality, Indramayu municipality, Bekasi municipality, Karawang municipality, and Jepara municipality. Whereas the Regions with mid-level sensitivity are Batang municipality, Brebes municipality, and Cirebon. The Regions with low sensitivity are Pati municipality, Subang municipality, and Tegal. The research showed that Climate change affected the fishermen activity, and the Regions with high sensitivity level tend to have lower fishing catches.

Keywords: regional rainfall rate, inverse distance weighted, ordinary kriging, spline, natural neighbor.

Sensitivitas wilayah ..., Defi Ohfanisa, FMIPA UI, 2016

Page 2: Sensitivitas Wilayah Konsentrasi Nelayan Terhadap ...

2

1. Pendahuluan

Indonesia merupakan negara kepulauan yang dua pertiga bagiannya adalah laut dengan

luas mencapai 5.8 juta km² serta garis pantai sepanjang 81.000 km (Nontji, 1993). Indonesia

memiliki potensi laut yang sangat tinggi karena letaknya berada di antara Samudera Pasifik

dan Samudera Hindia. Potensi laut yang dapat dimanfaatkan adalah potensi di bidang

perikanan. Indonesia merupakan negara penghasil perikanan terbesar di Asia Tenggara dan

memiliki keunggulan komparatif dalam potensi sumberdaya perikanan dan kelautan

(Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, 2007), serta memiliki keragaman hayati yang tinggi,

sumber daya ikan sekitar 37% dari spesies ikan dunia (Mayasari, 2011).

Berdasarkan data komisi Nasional Pengkajian Stok Sumberdaya Ikan Laut pada tahun

1998, potensi sumber daya ikan laut perairan Laut Jawa mencapai 843.515 ton yang

mencakup berbagai jenis ikan. Pantai Utara Jawa yang berhadapan langsung dengan Laut

Jawa merupakan satu dari sembilan Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 712 telah banyak

untuk dikaji. Data Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, sekitar 19.27% dari total hasil

tangkapan ikan di laut Indonesia, didaratkan di pelabuhan perikanan yang ada di sepanjang

pantai utara Jawa. Pantai utara Jawa memiliki sentra nelayan perikanan dari skala kecil hingga

skala menengah yang tersebar dari barat hingga timur dan didukung dengan adanya pelabuhan

perikanan dan tempat pelelangan ikan di tiap kabupaten. Sebagai sentra perikanan tangkap

pantai utara Jawa memiliki berbagai macam jenis kapal yang bersandar serta nelayan yang

menggantungkan hidupnya dari kekayaan alam laut di kawasan ini.

Kondisi perairan Laut Jawa sangat dipengaruhi sirkulasi angin monsun, gelombang

tinggi, angin kencang, badai, serta degradasi laut membuat hasil tangkapan semakin lama

semakin berkurang. Perubahan iklim telah dirasakan secara langsung pada sektor perikanan

dan kelautan. Perubahan iklim memberikan dampak yang luar biasa pada ekosistem pesisir

khususnya yang terkait dengan kenaikan paras muka laut, perubahan suhu permukaan laut,

perubahan kadar keasaman air laut, dan meningkatnya frekuensi dan intensitas kejadian

ekstrem berupa badai tropis dan gelombang tinggi. Berbagai kegiatan di laut, seperti operasi

pelayaran untuk transportasi laut, penangkapan ikan sangat sensitif terhadap dinamika

perubahan cuaca dan keadaan permukaan laut.

Sensitivitas wilayah ..., Defi Ohfanisa, FMIPA UI, 2016

Page 3: Sensitivitas Wilayah Konsentrasi Nelayan Terhadap ...

3

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan nelayan menurun yaitu faktor

alam adalah angin, gelombang, dan lain-lain. Gelombang merupakan pergerakan air laut yang

terjadi secara terus-menerus yang dipengaruhi oleh angin, tenaga tektonik bumi dan gaya

gravitasi bumi. Gelombang merupakan faktor alam yang menyebabkan hasil tangkapan

nelayan menurun. Pada musim gelombang laut tinggi biasanya terjadi antara bulan Desember,

Januari, dan Februari. Disitulah banyak nelayan yang tidak melaut dikarenakan ukuran kapal

atau GT (Grosetonase) mesin kapal kecil, dan risiko yang tinggi. Keadaan gelombang suatu

wilayah perairan akan menentukan keberadaan ikan dan mempengaruhi bentuk kapal dan cara

penangkapan ikan.

Sensitivitas merepresentasikan karakteristik nelayan yang terpengaruh terhadap

perubahan iklim yang kemungkinan mengalami kerugian. Karakteristik ini menentukan

dampak dari paparan perubahan iklim. Sensitivitas yang tergantung pada faktor keterbatasan

modal dan teknologi penunjang penangkapan ikan. Dari uraian tersebut peneliti ingin

mengetahui tingkat sensitivitas wilayah konsentrasi nelayan yang ada di pantai utara Jawa

bagian barat dan tengah terhadap kejadian gelombang laut tinggi serta mengkaitkannya

dengan hasil tangkapan ikan yang diperoleh. Berdasarkan latar belakang diatas, maka

pertanyaan yang muncul dalam penelitian ini “Bagaimanakah pola sensitivitas wilayah

konsentrasi nelayan perikanan tangkap di Pantai Utara Jawa terhadap perubahan iklim?”.

Dengan tujuan dari penelitian ini antara adalah untuk mengetahui secara spasial maupun

temporal frekuensi tinggi gelombang ≥ 2,0 m (gelombang berbahaya bagi nelayan) masing-

masing bulan selama periode tahun 2010 – 2015 di pantai utara Jawa bagian barat dan tengah.

2. Tinjauan Teoritis

2.1 Sensitivitas Wilayah

Sensitivitas merupakan bagian dari kerentanan. Penilaian sensitivitas pada awalnya

digunakan dalam penilaian kerentanan (vulnerability) karena pengaruh iklim. Kerentanan

memiliki tiga kompenen fungsi, yaitu keterpaparan (exposure), kepekaan (sensitivity), dan

kapasitas (capacity). Sensitivitas dimaknai sebagai dampak, atau lebih lengkapnya adalah

derajat atau tingkatan dimana sistem terkena dampak baik negatif maupun positif karena

perubahan iklim (IPCC, 2007). Atau bisa dimaknai sebagai tingkat kerugian seseorang atau

kelompok atau ketegasan suatu infrastruktur terhadap terpaan suatu bahaya. Sensitivitas

menggambarkan tingkat responsif sistem terhadap pengaruh rangsangan dan mempengaruhi

Sensitivitas wilayah ..., Defi Ohfanisa, FMIPA UI, 2016

Page 4: Sensitivitas Wilayah Konsentrasi Nelayan Terhadap ...

4

bentuk asal (Fellman). Tingkat sensitivitas merupakan kondisi internal dari sistem terkena

dampak yang menunjukkan derajat kerawanannya terhadap gangguan yang menyebabkan

kerentanan terhadap faktor dan variabel yang mempengaruhinya.

Untuk menentukan tingkat sensitivitas tidak hanya menggunakan teknik scoring dan

overlay, ada pula penelitian-penelitian lain yang menentukan tingkat sensitivitas dengan

menggunakan Environmental Sensitivity Index (ESI) atau Indeks Kepekaan Lingkungan

(IKL). Tetapi, metode Indeks Kepekaan Lingkungan (IKL) digunakan untuk arean

pemukiman di wilayah teresterial.

2.2 Sistem Angin Monsun di Laut Jawa

Perubahan angin musim (musim barat dan musim timur) dapat mengakibatkan

perubahan lingkungan perairan dalam satu wilayah. Menurut Nontji tahun 1987, pada masa

transisi umumnya kondisi laut tenang karena terjadinya pergantian dari dominasi angin barat

menjadi angin timur atau sebaliknya. Angin monsun mempunyai pengaruh terhadap arah

pergerakan arus permukaan laut dan gelombang laut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh Adhawati pada tahun 2012, waktu yang digunakan nelayan untuk melakukan

aktivitasnya berdasarkan kondisi cuaca alam dibagi menjadi 3 musim, yaitu:

a. Musim puncak adalah musim dimana aktivitas nelayan sangat tinggi. Musim puncak

ditandai dengan berlimpahnya hasil tangkapan akibat dari faktor alam yang sangat

mendukung. Pada musim puncak biasanya kondisi angin stabil dan perairan tenang.

Musim puncak berlangsung selama 5 bulan yaitu dimulai pada bulan Agustus dan

puncaknya berakhir pada bulan Desember.

b. Musim peralihan adalah peralihan dari musim puncak ke musim gelombang laut.

Musim peralihan biasa berlangsung selama 3 bulan yaitu dimulai pada bulan Mei dan

berakhir di bulan Juli.

c. Musim gelombang laut adalah musim dimana kondisi perairan sangat tidak

mendukung aktivitas nelayan. Musim gelombang laut berlangsung selama 4 bulan

dimulai pada bulan Desember dan berakhir pada bulan April. Musim gelombang laut

ditandai dengan angin kencang, dan gelombang tinggi, kondisi tersebut berdampak

pada jumlah nelayan yang melakukan aktivitas melaut. Beberapa nelayan bahkan

memutuskan untuk tidak melaut pada musim gelombang laut disebabkan karena risiko

melaut yang sangat tinggi.

Sensitivitas wilayah ..., Defi Ohfanisa, FMIPA UI, 2016

Page 5: Sensitivitas Wilayah Konsentrasi Nelayan Terhadap ...

5

Gambar 2.1 Angin Monsun Barat (kiri) dan Angin Monsun Timur (kanan)

(Sumber: BMKG, 2012)

Menurut Prawirowardoyo (1996), pada saat musim dingin di belahan bumi utara

khatulistiwa, yang umumnya terjadi pada bulan Oktober hingga April dan puncaknya terjadi

pada bulan Desember, Januari, Februari. Pada periode ini daerah-daerah di Indonesia yaitu

daerah yang berada di sekitar Sumatera bagian selatan, Jawa, Bali, Lombok sampai Papua

angin monsun bertiup dari arah barat ke arah timur. Daerah ini disebut monsun dingin dari

Belahan Bumi Utara ini dinamakan monsun barat atau musim monsun barat. Sedangkan

daerah yang mencakup sebagian besar Sumatera dan Kalimantan Barat angin monsun datang

dari arah timur laut, angin monsun di daerah ini disebut monsun timur laut.

Musim Timur terjadi antara bulan April hingga Oktober saat posisi matahari berada di

belahan bumi utara yang menyebabkan benua Australia mengalami musim dingin, sehingga

bertekanan tinggi. Sedangkan benua Asia lebih panas, sehingga tekanan udara menjadi

rendah, sehingga angin bertiup dari benua Australia menuju benua Asia, dan karena menuju

Utara khatulistiwa, maka angin akan dibelokkan ke arah kanan. Pada waktu ini, Indonesia

akan mengalami musim kemarau akibat angin tersebut melalui gurun pasir di bagian utara

Australia yang kering dan hanya melalui lautan sempit. Pada bulan Desember – Maret letak

bumi terhadap matahari sedemikian rupa, sehingga belahan bumi selatan menerima lebih

banyak penyinaran matahari daripada belahan utara. Akibatnya, daratan Australia mengalami

tekanan udara rendah, sedangkan daratan Asia mengalami tekanan udara tinggi. Antara kedua

wilayah tekanan yang berbeda ini berkembang arah angin monsun yang bertiup dari daratan

Asia ke Australia. Di Indonesia bagian utara khatulistiwa angin bertiup dari arah timur laut

sehingga disebut angin Monsun Timur.

Iklim di laut Jawa mengikuti pola musim dimana musim kering berlangsung pada bulan

Juni hingga September, sedangkan musim hujan pada bulan November hingga Maret.

Disepanjang perairan utara Jawa merupakan wilayah lintasan poros utama Angin Monsun

Sensitivitas wilayah ..., Defi Ohfanisa, FMIPA UI, 2016

Page 6: Sensitivitas Wilayah Konsentrasi Nelayan Terhadap ...

6

sehingga kondisi hidroseanografi dan klimatologinya sangat terkait dengan pola monsun dan

sirkulasi masa air disekitarnya.

2.3 Gelombang Tinggi Sebagai Indikator Perubahan Iklim

Perubahan iklim adalah berubahnya iklim yang diakibatkan langsung atau tidak

langsung oleh aktivitas manusia yang menyebabkan perubahan komposisi atmosfer secara

global serta perubahan variabilitas iklim alamiah yang teramati pada kurun waktu yang dapat

dibandingkan (UU No. 31 Tahun 2009).

Indikator perubahan iklim menurut IPCC (2007:40) adalah gelombang ekstrem yang

meluas dan gelombang badai. Gelombang ektrim dan gelombang akibat badai merupakan

jenis dampak negatif dari perubahan iklim. Gelombang merupakan variabel iklim yang

dibentuk oleh angin (Burton, 1995:22). Gelombang air laut dapat terjadi akibat adanya alih

energi dari angin menuju permukaan laut, atau saat tertentu seperti gempa di dasar laut.

Gelombang merambat ke segala arah dan dilepaskan menuju pantai menjadi ombak.

Rambatan gelombang mencapai ribuan kilometer hingga menuju pantai. Gelombang yang

menuju pantai mengalami pembiasan dan pemusatan jika mendekati semenanjung dan

menyebar apabila mendapati cekungan.

Gelombang atau gelombang laut yang terjadi di lautan dapat diklasifikasikan menjadi

beberapa macam tergantung kepada energy pembangkitnya. Pembangkit gelombang laut

dapat disebabkan oleh angin (gelombang angin), gaya tarik menarik bumi-bulan-matahari

(gelombang pasang-surut), gempa (vulkanik atau tektonik) di dasar laut (gelombang tsunami),

ataupun gelombang yang disebabkan oleh pergerakan kapal.

Menurut Perka BNPB Nomor 2 tahun 2012, salah satu indikator indeks ancaman

bencana berupa abrasi adalah gelombang. Gelombang tersebut dibagi menjadi 3 kelas yakni

sebagai berikut: Tabel 2.1 Klasifikasi Gelombang Menurut BNPB

Klasifikasi Ukuran

Rendah < 1,0 m

Sedang 1,0 – 2,0 m

Tinggi > 2,0 m

Sumber: Perka BNPB, tahun 2012

2.4 Armada Kapal Penangkap Ikan

Sensitivitas wilayah ..., Defi Ohfanisa, FMIPA UI, 2016

Page 7: Sensitivitas Wilayah Konsentrasi Nelayan Terhadap ...

7

Kapal penangkan ikan adalah perahu atau kapal yang langsung dipergunakan dalam

operasi penangkapan ikan atau binatang air atau tanaman air. Berdasarkan perahu atau kapal

penangkap ikan, nelayan dibagi menjadi nelayan tradisional dan nelayan bermotor (modern).

Nelayan tradisional memakai perahu tanpa mesin atau motor. Bila perahu mempunyai mesin

yang ditempel diluar perahu disebut perahu motor tempel, bila perahu atau kapal mempunyai

mesin di dalam kapal maka disebut kapal motor. Besarnya mesin yang digunakan, diukur

dengan GT (Gross ton), kapal motor dibagi menjadi tiga (Tarigan, 2002), yaitu:

a. Kapal kecil, yaitu < 5 GT – 10 GT

b. Kapal sedang, yaitu 10 GT – 30 GT

c. Kapal besar, yaitu > 30 GT

2.5 Unit Penangkapan Ikan

Unit penangkapan ikan adalah kesatuan teknis dalam suatu operasi penangkapan yang

biasanya terdiri atas kapal penangkap ikan dan alat penangkapan ikan yang dipergunakan.

Klasifikasi alat tangkap menurut Y. Iitaka, yang merupakan seorang ahli perikanan dari

Jepang telah membagi cara penangkapan kedalam tiga klasifikasi adalah sebagai berikut:

1. Fishing With Net Gear adalah penangkapan dengan menggunakan alat tangkap

berupa jaring sebagai alat tangkap yang digunakan.

2. Fishing with line gear adalah penangkapan dengan menggunakan alat tangkap

berupa tali dan pancing. Kadang-kadang digunakan juga joran atau gandar sebagai

alat bantunya

3. Fishing with miscellaneous gear adalah penangkapan dengan menggunakan alat

tangkap non jaring bukan tali.

2.6 Nelayan

Berdasarkan Ditjen Perikanan, pendefinisian nelayan ialah orang yang secara aktif

melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan. Dapat disimpulkan nelayan ialah

orang yang mata pencahariannya dengan mengambil hasil alam dari laut. Nelayan adalah

orang yang mata pencaharian utamanya ialah menangkap ikan dilaut. Terdapat beberapa

pengelompokan yang sering digunakan untuk menggambarkan kelompok nelayan

berdasarkan waktu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan,

nelayan diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Nelayan penuh yaitu nelayan yang seluruh waktu kerjanya digunakan untuk

melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan atau binatang air atau tanaman air.

Sensitivitas wilayah ..., Defi Ohfanisa, FMIPA UI, 2016

Page 8: Sensitivitas Wilayah Konsentrasi Nelayan Terhadap ...

8

2. Nelayan sambilan utama yaitu nelayan yang sebagian besar waktu kerjanya

digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan atau binatang air

atau tanaman air. Disamping melakukan pekerjaan penangkapan, nelayan kategori ini

dapat pula mempunyai pekerjaan lain.

3. Nelayan sambilan tambahan yaitu nelayan yang sebagian kecil waktu kerjanya

digunakan untuk melakukan pekerjaan penangkapan ikan.

Dalam menentukan tingkat sensitivitas wilayah, peneliti menggunakan klasifikasi nelayan penuh yang lebih sensitive terhadap kejadian gelombang tinggi.

2.7 Teknologi Geo Informasi dan Komunikasi (TGIK)

Teknologi Geo Informasi dan Komunikasi adalah alat navigasi dan alat komunikasi

kapal. Alat Navigasi kapal merupakan suatu yang sangat penting dalam menentukan arah

kapal. Pada zaman dahulu kala untuk menentukan arah kapal berlayar tidak jauh dari benua

atau daratan. Alat komunikasi kapal digunakan untuk berhubungan antara awak kapal yang

beda pada satu kapal, atau dapat di gunakan untuk komunikasi dengan kapal lain, dan atau

berkomunikasi dengan darat. Zaman dulu navigasi kapal atau arah tujuan kapal dilakukan

dengan melihat posisi benda-benda langit seperti matahari dan bintang-bintang dilangit tetapi,

untuk zaman sekarang lebih mudah dengan alat-alat navigasi kapal modern. Salah satu alat

navigasi dan komunikasi kapal yaitu : GPS, kompas, Shounder, marine VHF radio.

3. Metode Penelitian

Daerah penelitian dalam penelitian adalah pesisir pantai utara Jawa bagian barat dan

tengah. Kondisi pantai utara Jawa Barat dan Tengah umumnya relatif dangkal, dan umumnya

landai dengan kemiringan ± 0,06 %. Pantai utara Jawa menghadap ke arah Laut Jawa sebagai

perairan laut dangkal yang merupakan daerah fotik yang memiliki keanekaragaman hayati

tinggi menjadikan wilayah tersebut sebagai daerah yang memiliki sentra nelayan dan

penangkapan ikan yang cukup banyak antara skala kecil hingga skala menengah.

Dalam penelitian ini variabel yang digunakan antara lain:

- Status mata pencaharian

- Armada kapal

- Unit penangkapan ikan

- Teknologi Geo Informasi dan Komunikasi (TGIK)

Sensitivitas wilayah ..., Defi Ohfanisa, FMIPA UI, 2016

Page 9: Sensitivitas Wilayah Konsentrasi Nelayan Terhadap ...

9

Gambar 1. Diagram Alur Pikir Penelitian

Dalam penelitian ini ada dua tipe data yang diperlukan, yaitu data primer dan sekunder yang

dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Data Penelitian

Jenis Data Data Sumber

Data Primer

Pembobotan Variabel (AHP) Wawancara pakar atau ahli

• Hambatan saat melaut • Periode melaut • Pergeseran musim barat dan

timur

Wawancara

Data Sekunder

Jumlah armada kapal Statistik Kementerian Kelautan dan Perikanan 2015

Jumlah unit penangkapan ikan Statistik Kementerian Kelautan dan Perikanan 2015

Jumlah unit Teknologi Geoinformasi dan Komunikasi (TGIK) Kementerian Kelautan dan Perikanan

Gelombang tinggi rata-rata bulanan www.ecmwf.int

Produksi tangkapan ikan yang diperoleh

Statistik Kementerian Kelautan dan Perikanan 2015

Mata Pencaharian (Jumlah Nelayan) Statistik Kementerian Kelautan dan Perikanan 2015

Sensitivitas wilayah ..., Defi Ohfanisa, FMIPA UI, 2016

Page 10: Sensitivitas Wilayah Konsentrasi Nelayan Terhadap ...

10

Pengolahan data dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Pengolahan data gelombang laut yang pernah terjadi dapat diketahui dan ditampilkan dalam

data temporal berupa data Tinggi Gelombang Signifikan atau Significant Wave Height (SWH)

yang diperoleh dari pengamatan reanalysis satelit Era-Interim yang dapat diunduh di laman

http://www.ecmwf.int untuk kemudian diolah kembali di perangkat lunak Ocean Data View

untuk mendapatkan data tabular hingga menghasilkan data berupa koordinat dan SWH dari

titik pengamatan terdekat yang ingin kita ketahui tinggi gelombang signifikannya dengan

resolusi 0.125⁰ x 0.125⁰. Dari data tersebut, maka dapat ditentukan pola dan kecenderungan

dari tinggi gelombang signifikan yang dikelompokan menjadi pola kecenderungan tahunan

dan bulanan periode tahun 2010 – 2015.

2. Pengolahan data AHP yang telah dilakukan diolah dengan menggunakan perangkat lunak

Microsoft Excel untuk menentukan nilai prioritas pada variabel yang diperoleh dari setiap

informan dan dibandingkan dalam matriks lalu menentukan nilai bobot tiap variabel dengan

menjumlahkan penilaian tiap kolom dan sel dari kolom dibagi berdasarkan dari hasil

penjumlahan penilaian tiap kolom.

3. Pembuatan peta sensitivitas wilayah yang dibuat dengan analisis overlay antara variabel-

variabel yang telah disebutkan sebelumnya. Analisa overlay ini dilakukan menggunakan

software ArcMap 10.1.

1. . Dalam klasifikasi untuk overlay ini dibuat dengan Query data dengan dasar matriks

kesesuaian sebagai berikut; Tabel 3.6 Matriks Sensitivitas

Variabel Tingkat Sensitivitas

Tinggi Skor Sedang Skor Rendah Skor

Armada Kapal K1 3 K2 2 K3 1

Unit Penangkapan Ikan UP1 3 UP2 2 UP3 1

Mata Pencaharian M1 3 M2 2 M3 1

Teknologi Geo Informasi dan Komunikasi

TGIK1 3 TGIK2 2 TGIK3 1

[Sumber: Pengolahan Data Pribadi]

Tabel 3.7 Bobot AHP

No Variabel Kode Bobot (%)

1 Mata Pencaharian M 4.6

2 Armada Kapal K 50.9

Sensitivitas wilayah ..., Defi Ohfanisa, FMIPA UI, 2016

Page 11: Sensitivitas Wilayah Konsentrasi Nelayan Terhadap ...

11

3 Unit Penangkapan Ikan UP 23.6

4 Teknologi Geo Informasi dan

Komunikasi

TGIK 20.9

[Sumber: Pengolahan Data Pribadi]

Berikut merupakan rumus dalam menentukan wilayah yang sensitif terhadap perubahan iklim :

Setelah proses klasifikasi, proses selanjutnya adalah perumusan dengan teknik query.

Teknik query merupakan teknik yang digunakan dalam proses overlay dengan memasukkan

rumus-rumus yang ditentukan untuk menghasilkan output berupa data spasial maupun tabuler.

Tabel 3.6 adalah tabel skoring pervariabel dan tabel 3.7 adalah tabel pembobotan yang

diperoleh dari metode AHP. Untuk mendapatkan tingkat sensitivitas yaitu dengan

mengkalikan skor dengan bobot lalu hasil tersebut dilakukan pengklasifikasian berdasarkan

interval yang telah ditentukan untuk mendapatkan kelas sensitivitas (lihat tabel 3.8). Berikut

ini adalah tabel yang digunakan sebagai acuan untuk membuat rumus untuk dimasukkan

kedalam Query. Penentuan klasifikasi nilai sensitivitas pada setiap variabel dengan rumus:

Interval (c) = = = 56

Maka, interval pada masing-masing klasifikasi adalah sebagai berikut: Tabel 3.8 Interval Kelas Klasifikasi Sensitivitas

Klasifikasi Interval

Rendah < 190 Sedang 190 - 240 Tinggi > 240

Setelah mendapatkan nilai dari hasil perkalian skor dan bobot, di klasifikasikan dalam 3

kelas yaitu tinggi, sedang dan rendah. Dimana nilai < 190 masuk dalam klasifikasi rendah,

190 – 240 masuk dalam klasifikasi sedang dan > 240 masuk dalam klasifikasi tinggi seperti

pada tabel 3.8.

4. Hasil dan Pembahasan

4.1 Karakteristik Wilayah Konsentrasi Nelayan

Tingkat Sensitivitas = K*K + UP*UP + M*M+ TGIK*TGIK

Skor maksimal – skor minimal Banyak klasifikasi

300 – 130 3

Sensitivitas wilayah ..., Defi Ohfanisa, FMIPA UI, 2016

Page 12: Sensitivitas Wilayah Konsentrasi Nelayan Terhadap ...

12

4.1.1 Armada Kapal Dalam penelitian ini, variabel jumlah armada kapal merupakan variabel yang

memiliki pengaruh paling besar terhadap sensitivitas wilayah konsentrasi nelayan

perikanan tangkap terhadap perubahan iklim yang dikaitkan dengan jumlah produksi ikan

di pantai utara Jawa bagian barat dan tengah. Berdasarkan hasil wawancara ahli

menggunakan metode AHP (analytical hierarchy process), variabel ini memiliki pengaruh

sebesar 50.9%.

Kategorisasi armada kapal berdasarkan besaran mesin kapal terbagi menjadi tiga,

yaitu: ≤ 10GT, 10 – 30 GT, dan ≥ 30 GT. Namun, rata – rata nelayan masih menggunakan

besaran kapal yang kecil. Dalam penelitian ini untuk menentukan tingkat sensitivitas

difokuskan pada penggunaan kapal ≤ 10GT karena tergolong nelayan tradisional atau

nelayan dengan skala usaha kecil persentase yang digunakan untuk membandingkan

jumlah armada kapal pada setiap kabupaten, yakni kabupaten dengan jumlah armada

kapal ≤ 10GT tinggi memiliki persentase sebesar ≥ 70%, sedang dengan persentase 30 –

70%, dan rendah dengan persentase ≤ 30%.

Pada gambar 4.1, kategori rendah hanya 3 kabupaten, 3 kabupaten dengan kategori

sedang, dan 5 kabupaten dengan kategori tinggi. Kategori Armada Kapal dengan Besaran

≤ 10GT rendah berada pada Kabupaten Pati, Kota Tegal, dan Kabupaten Subang, kategori

sedang berada pada Kabupaten Brebes, Kabupaten, Batang, dan Kota Cirebon, sedangkan

kategori tinggi berada pada Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang, Kabupaten

Indramayu, Kabupaten Cirebon, dan Kabupaten Jepara. Empat yang masuk dalam

kategori tinggi berada di bagian barat. Sedangkan di bagian Tengah yang masuk kedalam

kategori tinggi hanya Kabupaten Jepara.

Sensitivitas wilayah ..., Defi Ohfanisa, FMIPA UI, 2016

Page 13: Sensitivitas Wilayah Konsentrasi Nelayan Terhadap ...

13

Gambar 4.1 Persentase Armada Kapal ≤ 10GT

4.1.2 Unit Penangkapan Ikan Variabel unit penangkapan ikan merupakan variabel yang memiliki pengaruh

terbesar setelah variabel armada kapal terhadap sensitivitas wilayah konsentrasi nelayan

perikanan tangkap terhadap perubahan iklim yang dikaitkan dengan jumlah produksi ikan

di Pantai Utara Jawa bagian barat dan Tengah. Berdasarkan hasil wawancara ahli

menggunakan metode AHP (analytical hierarchy process), variabel ini memiliki pengaruh

sebesar 23.6%.

Pengklasifikasian unit penangkapan ikan di daerah penelitian terbagi menjadi tiga,

yaitu: Klasifikasi menggunakan jarring, pancing, dan perangkap. Dalam menentukan

tingkat sensitivitas unit penangkapan ikan yang menggunakan perangkap masuk dalam

golongan nelayan tradisional. Persentase penggunaan alat tangkap perangkap

dibandingkan di setiap kabupaten, yakni kabupaten dengan perensentase penggunaan alat

tangkap perangkap tinggi memiliki persentase sebesar ≥ 70%, sedang dengan persentase

30 – 70%, dan rendah dengan persentase ≤ 30%.

Sensitivitas wilayah ..., Defi Ohfanisa, FMIPA UI, 2016

Page 14: Sensitivitas Wilayah Konsentrasi Nelayan Terhadap ...

14

Gambar 4.2 Persentase Unit Penangkapan Ikan Menggunakan Perangkap

Hasil perhitungan diolah kembali untuk menampilkan peta unit penangkapan ikan

dengan non jaring bukan tali (perangkap) di setiap Kabupaten pada daerah penelitian.

Pada gambar 5.2, hampir seluruh kabupaten masuk dalam kategori rendah dan hanya satu

kabupaten dengan kategori tinggi. Kategori penggunaan alat tangkap perangkap memiliki

persentase rendah berada pada Kabupaten Jepara, Kabupaten Cirebon, Kabupaten

Bekasi, Kabupaten Karawang, Kabupaten Pari, Kabupaten Batang, Kota Cirebon, Kota

Tegal, dan Kabupaten Subang. Sedangkan Kabupaten Indramayu memiliki persentase

tinggi.

4.1.3 Teknologi Geo Informasi dan Komunikasi Dalam pengklasifikasian penggunaan Teknologi Geo Informasi dan Komunikasi

(TGIK) di daerah penelitian terbagi menjadi dua, yaitu: menggunakan TGIK dan tidak

menggunakan TGIK. Dalam menentukan tingkat sensitivitas wilayah berdasarkan

penggunaan TGIK akan dibagi tiga kategori, yaitu: tinggi, sedang, dan rendah. Persentase

tinggi dengan penggunaan TGIK sebesar ≤ 30%, sedang dengan persentase 30 – 70%,

dan rendah dengan persentase ≥ 70%.

Terlihat bahwa hampir semua kabupaten di daerah penelitian tidak menggunakan

TGIK sebagai alat bantu navigasi. Penggunaan Teknologi Geo Informasi dan

Komunikasi di daerah penelitian masih kurang dari 50%. Terbanyak hanya pada

Kabupaten Pati, penggunaan TGIK sebanyak 30% (lihat gambar 4.3). Hal ini

dikarenakan armada kapal yang dipakai mayoritas masih dengan besaran ukuran kapal

yang kecil dan rata – rata nelayannya masih tergolong nelayan kecil. Mahalnya alat

Sensitivitas wilayah ..., Defi Ohfanisa, FMIPA UI, 2016

Page 15: Sensitivitas Wilayah Konsentrasi Nelayan Terhadap ...

15

TGIK ini menjadi hambatan nelayan untuk membelinya sebagai alat bantu navigasi

dalam aktivitas menangkap ikan.

Gambar 4.3 Persentase Penggunaan TGIK

4.1.4 Mata Pencaharian

Variabel mata pencaharian (persentase jumlah nelayan penuh) merupakan variabel

yang memiliki pengaruh terhadap sensitivitas wilayah konsentrasi nelayan perikanan

tangkap terhadap perubahan iklim yang dikaitkan dengan jumlah produksi ikan di Pantai

Utara Jawa bagian barat dan Tengah. Berdasarkan hasil wawancara ahli menggunakan

metode AHP (analytical hierarchy process), variabel ini memiliki pengaruh sebesar

4.6%.

Didapat bahwa kategori rendah sebanyak 3 kabupaten, kategori sedang sebanyak 3

kabupaten, dan kategori tinggi sebanyak 5 kabupaten. Kabupaten Karawang dan

Kabupaten Indramayu termasuk dalam kategori tinggi dengan presentase tertinggi

sebesar 100% karena mata pencaharian sebagai nelayan adalah mata pencaharian pokok

untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sehari – hari dengan menggantungkan hidup

kepada laut. Sedangkan kategori rendah dengan presentase terendah sebesar 11% adalah

Kabupaten Subang, mata pencaharian sebagai nelayan bukan sebagai mata pencaharian

utama, melainkan hanya sebagai mata pencaharian sambilan saja.

Sensitivitas wilayah ..., Defi Ohfanisa, FMIPA UI, 2016

Page 16: Sensitivitas Wilayah Konsentrasi Nelayan Terhadap ...

16

Gambar 4.4 Persentase Nelayan Penuh

4.2 Perubahan Iklim di Daerah Penelitian

Perubahan iklim yang dirasakan nelayan di Pantai Utara Jawa yaitu terjadinya

perubahan atau pergeseran pola musim. Pergeseran pola musim ini berpengaruh pada

kesulitan nelayan memprediksi tingginya gelombang dan kecepatan angin. Gambaran bentuk

pergeseran musim dapat dilihat pada tabel 4.5. Gambaran yang ditampilkan tersebut tidak

dapat dijadikan patokan karena nelayanpun merasa kesulitan saat menentukan kapan musim

barat dan musim timur. Gambaran musim digambarkan nelayan untuk membandingkan

perubahan atau pergesesaran selama 6 tahun terakhir yaitu gambaran musim yang terjadi pada

tahun 2015 dan musim yang terjadi pada tahun 2010.

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat peneliti menanyakan pada nelayan membandingkan

kejadian musim barat dan musim timur, serta terjadinya perubahan lamanya musim timur dan

memendeknya musim barat. Bahwa pada tahun 2010 musim barat terjadi pada bulan Januari,

Februari, dan Desember. Musim barat pada taun 2010 hanya terjadi selama tiga bulan dengan

puncak pada bulan Februari. Saat ini terdapat pergeseran musim, dimana pada tahun 2015

Musim Barat sudah mengalami pergeseran yaitu terjadi Desember, Januari, Februari, Maret

dan April. Tabel 4.5 Kalender Musim

Musim Angin Tahun Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Musim Barat 2010

2015

Sensitivitas wilayah ..., Defi Ohfanisa, FMIPA UI, 2016

Page 17: Sensitivitas Wilayah Konsentrasi Nelayan Terhadap ...

17

Musim Timur 2010

2015

Sumber: Wawancara, 2016.

Musim barat menurut nelayan lebih lama dirasakan yaitu lima bulan dengan puncak

pada bulan Desember dan Januari. Dari hasil wawancara, 40 dari 90 responden masuk dalam

kategori nelayan tradisional yang rata – rata masih menggunakan jenis armada kapal ≤ 10GT.

Aktivitas melautnya sangat dipengaruhi oleh keadaan musim. Pada musim barat kebanyakan

nelayan menghentikan aktivitasnya dan memilih untuk tidak melaut daripada harus bertarung

melawan gelombang tinggi.

Dari hasil analisis frekuensi gelombang laut tinggi ≥ 2,0 meter di wilayah penelitian

masing – masing bulan selama periode 2010 – 2015. Frekuensi gelombang laut tinggi ≥ 2,0

meter paling sering terjadi pada bulan Desember, Januari dan Februari terjadi di wilayah Laut

Jawa bagian barat maupun tengah. Faktor pemicu atau penentu ketinggian gelombang selain

kecepatan angin juga ditentukan oleh durasi lamanya angin bertiup. Walaupun kecepatan

angin bertiup sangat besar, tetapi jika hanya bertiup dalam waktu singkat maka tidak akan

menimbulkan gelombang besar.

Gambar 4.8 Grafik Frekuensi Kejadian Gelombang Tinggi di Pantura Bagian barat dan tengah (Sumber:

Hasil pengolahan data ECMWF).

Frekuensi kejadian gelombang tinggi di pantura bagian barat terbanyak kejadian

gelombang laut tinggi > 2,0 m terjadi pada tahun 2012 sebanyak 18 kali. Sementara di bagian

tengah frekuensi kejadian gelombang tinggi setiap tahunnya mengalami kenaikan puncaknya

pada tahun 2015 gelombang laut tinggi > 2,0 m terjadi 18 kali. Menurut data yang diperoleh

dari statistik Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah dalam

kurun waktu enam tahun (2010 – 2015) jumlah produksi ikan di daerah penelitian mengalami

penurunan. Penurunan yang drastis terjadi pada tahun 2014 yaitu mengalami penurunan

produksi sebesar 684.49 ton dibandingkan pada tahun 2013 dan pada tahun 2015 mengalami

kenaikan produksi sebesar 1147 ton. Dilihat berdasarkan gambar 4.8 kejadian gelombang

Sensitivitas wilayah ..., Defi Ohfanisa, FMIPA UI, 2016

Page 18: Sensitivitas Wilayah Konsentrasi Nelayan Terhadap ...

18

tinggi di Laut Jawa bagian tengah gelombang tinggi > 2,0 m terjadi pada tahun 2015 sebanyak

18 kali berdampak pada jumlah hasil tangkapan di Kabupaten Jepara yang mengalami

penurunan sebesar 5100 ton dibandingkan tahun 2014.

Pergeseran pola musim menurut nelayan sekitar sangat berdampak pada aspek

pengetahuan nelayan tentang alam. Dahulunya nelayan dapat berinteraksi dengan laut telah

memiliki pengetahuan mengenai alam dapat memprediksi tentang keadaan laut dan

keberadaan ikan dengan cara berinteraksi dengan alam seperti angin timur untuk menentukan

saat melaut. Namun saat ini nelayan merasa tidak lagi dapat memprediksi alam. Pengetahuan

nelayan tentang alam telah berubah khususnya tentang musim yang berpengaruh kepada

aktivitas melautnya karena nelayan sangat mengandalkan hidupnya pada alam. Nelayan

mengalami kesulitan saat menentukan kapan hari melaut dan dimana lokasi penangkapan

ikan. Rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki masyarakat nelayan berdampak kepada

perilaku, cara berpikir dan produktivitas.

4.3 Sensitivitas Wilayah Konsentrasi Nelayan Terhadap Perubahan Iklim

Sensitivitas tinggi berada pada Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten

Jepara, Kabupaten Karawang, dan Kabupaten Bekasi. Untuk Kabupaten Indramayu, memiliki

nilai sensitivitas sangat tinggi dibandingkan dengan yang lainnya. Empat dari lima dari

kabupaten ini berada di pesisir utara Jawa bagian barat. Mata pencaharian dari lima kabupaten

ini hampir seluruhnya adalah nelayan penuh. Nelayannya masih menggunakan armada kapal

≤ 10GT dengan tidak adanya alat bantu navigasi saat beroperasi menangkap ikan. Variasi

penggunaan unit penangkapan ikan antara menggunakan alat tangkap dengan cara perangkap

dan jarring. Karena variabel dan faktor – faktor tersebut menyebabkan tingkat sensitivitas

pada lima kabupaten ini tinggi.

Tabel 4.9 Nilai Sensitivitas

Kabupaten /

Kota

Skoring Tiap Variabel Bobot Tiap Variabel Jumlah

Tingkat

Sensitivitas K UP TGIK M K UP TGIK M

Cirebon 3 1 3 1 152,7 23,6 62,7 4,6 243 Tinggi

Indramayu 3 3 3 3 152,7 70,8 62,7 13,8 300 Tinggi

Jepara 3 1 3 1 152,7 23,6 62,7 4,6 243 Tinggi

Batang 2 1 3 2 101,8 23,6 62,7 9,2 197 Sedang

Pati 1 1 2 3 50,9 23,6 41,8 13,8 130 Rendah

Karawang 3 1 3 3 152,7 23,6 62,7 13,8 252 Tinggi

Subang 1 1 3 1 50,9 23,6 62,7 4,6 141 Rendah

Sensitivitas wilayah ..., Defi Ohfanisa, FMIPA UI, 2016

Page 19: Sensitivitas Wilayah Konsentrasi Nelayan Terhadap ...

19

Brebes 2 1 3 2 101,8 23,6 62,7 9,2 197 Sedang

Kota Cirebon 2 1 3 3 101,8 23,6 62,7 13,8 201 Sedang

Bekasi 3 1 3 2 152,7 23,6 62,7 9,2 248 Tinggi

Kota Tegal 1 1 3 3 50,9 23,6 62,7 13,8 151 Rendah

Sumber: Hasil Pengolahan Data Statistik Perikanan 2015

Pola spasial tingkat sensitivitas yang bernilai rendah berada di Kabupaten Pati,

Kabupaten Subang, dan Kota Tegal. Mata pencaharian di kabupaten ini hampir 70 % adalah

nelayan penuh dan nelayan sambilan utama. Nelayannya sudah menggunakan teknologi kapal

yang lebih modern dengan menggunakan armada kapal ≥ 30GT serta dilengkapi dengan alat

bantu navigasi saat beroperasi menangkap ikan maka dari itu tingkat sensitivitas di dua

kabupaten ini rendah.

Wilayah yang dikategorikan memiliki tingkat sensitivitas rendah tidak berarti

memiliki dampak yang kecil terhadap gelombang laut tinggi ≥ 2,0 m jika dibandingkan

dengan wilayah yang dikategorikan memiliki tingkat sensitivitas sedang dan tinggi, hal

tersebut dapat didukung dengan jumlah nelayan dan frekuensi trip melaut. Adanya perubahan

atau pergeseran musim yang terjadi dari tahun 2010 – 2015, hal tersebut mengindikasikan

adanya fenomena cuaca ektrem yang cukup kuat pada tahun 2015. Sehingga semua nelayan di

pesisir utara Jawa harus selalu waspada ketika datangnya musim barat karena dampaknya

mungkin akan menjadi lebih parah.

Gambar 4.9 Tingkat Sensitivitas Wilayah Konsentrasi Nelayan

Tingkat sensitivitas wilayah berdampak pada jumlah produksi hasil tangkapan ikan.

Wilayah yang masuk dalam sensitivitas tinggi akan berdampak pada penurunan jumlah

produksi tangkapan ikan serta sebaliknya, sensitivitas rendah memiliki jumlah produksi

tangkapan ikan yang tinggi. Pada tabel 4.10 menunjukan tingkat sensitivitas beserta jumlah

Sensitivitas wilayah ..., Defi Ohfanisa, FMIPA UI, 2016

Page 20: Sensitivitas Wilayah Konsentrasi Nelayan Terhadap ...

20

produksi pada tahun 2015 di masing – masing daerah penelitian. Faktor internal lainnya yang

dapat mempengaruhi jumlah hasil tangkapan ikan adalah jumlah nelayan, periode melaut atau

jumlah trip nelayan dalam menangkap ikan. Semakin lama dan semakin banyak trip yang

dilakukan semakin banyak pula jumlah hasil tangkapan ikan.

5. Kesimpulan

Sensitivitas wilayah konsentrasi nelayan di pantai utara Jawa bagian barat dan tengah

terhadap perubahan iklim menunjukan pola keruangan semakin ke arah tengah tingkat

sensitivitasnya cenderung semakin rendah. Wilayah sensitivitas tinggi berada di Kabupaten

Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bekasi, dan Kabupaten

Jepara. Wilayah sensitivitas sedang berada di Kota Cirebon, Kabupaten Brebes dan

Kabupaten Batang. Sedangkan wilayah sensitivitas rendah berada di Kota Tegal, Kabupaten

Subang dan Kabupaten Pati.

Hasil temuan dari penelitian ini terungkap bahwa perubahan iklim berdampak terhadap

aktivitas nelayan di daerah penelitian. Wilayah yang tergolong memiliki tingkat sensitivitas

tinggi cenderung mengalami penurunan jumlah produksi tangkapan ikan.

Daftar Referensi 1) BNPB. 2012. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 2

Tahun 2012. Jakarta : BNPB 2) Burton, Rosemary. 1995. Travel Geography. London : Pitman Publishing. 3) Ditjen Perikanan.1990. Peraturan Perundangan Perikanan..Kabupaten Pati. Dinas

Perikanan dan Kelautan 4) IPCC. (2007). Summary for policy makers. Climate change 2007: Impacts, adaptation

and vulnerability (p. 7-22). In Parry, M.L., Canziani,O.F., Palutikof, J.P., van der Linden, P.J., & Hanson, C.E. (eds.),. Fourth Assessment Report of the Intergovernmental Panel for Climate Change (IPCC). Cambridge: Cambridge University Press

5) Kementerian Kelautan dan Perikanan. (2011). Statistik Perikanan Tangkap Indonesia. Jakarta: Direktorat Jendral Perikanan Tangkap.

6) Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta. 7) Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta. 8) Nomura, M. T. Yamazaki. 1977. Fishing Technique I. Japan International Cooperation

Agency. 206 p. Tokyo. 9) Pola Musiman dan Antar Tahunan Salinitas Permukaan Laut Di Perairan Utara Jawa-

Madura2012Maspari Jurnal 168-177 10) Setianto, I. 2007. Kapal Perikanan. UNDIP, Semarang. 11) Susilo Prawirowardoyo. (1996). Meteorologi. Bandung: Institut Teknologi Bandung. 12) Setianto, I. 2007. Kapal Perikanan. UNDIP, Semarang.

Sensitivitas wilayah ..., Defi Ohfanisa, FMIPA UI, 2016