Seni Karawitan

11
X – MIA 6

Transcript of Seni Karawitan

Page 1: Seni Karawitan

X – MIA 6

Page 2: Seni Karawitan

Asal Usul Karawitan

Pada mulanya, nama karawitan diambil dari kata rawit yang berarti kecil, halus atau rumit. Dilingkungan Keraton Surakarta, istilah karawitan pernah digunakan  sebagai kesenian, seperti tatah sungging, ukir, tari hingga pedhalangan.

istilah karawitan biasa digunakan untuk merujuk kesenian gamelan yang banyak dimainkan oleh kalangan masyarakat Jawa. Istilah tersebut mengalami perkembangan tidak hanya penggunaannya, tetapi juga pemaknaanya. Kata karawitan dipakai untuk mengacu pada alat musik gamelan, alat musik tradisional Indonesia yang berlaras slendro dan pelog.

Macam-Macam Karawitan

A. Karawitan Jawa

Beberapa keistimewaan gamelan Jawa terdapat pada aspek audio dan visualnya. Keistimewaan pada aspek audio meliputi: warna bunyi (tone colour), laras (scale system), embat (interval), dan pelayangan (sound wave), sedangkan keistimewaan pada aspek visualnya meliputi: bentuk, konstruksi, keindahan material yang dipakai, dan ornamennya.

Keistimewaan pada kedua aspek dan dukungan kualitas pada aspek musikalnya mendorong masyarakat dunia untuk mengakui bahwa gamelan Jawa adalah ‘the most sophisticated music in the world’. Negara yang sudah maju dan mempunyai peluang untuk mempelajari musik dunia, misalnya: Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Eropa, Australia, dan beberapa negara lainnya telah menjadikan gamelan Jawa sebagai lambang status pada beberapa universitasnya.

Page 3: Seni Karawitan

Gamelan Jawa terdiri dari kurang lebih dua puluh jenis instrumen. Bila dihitung secara keseluruhan dapat mencapai jumlah kurang lebih tujuh puluh lima buah, tergantung pada kebutuhan dengan rincian bahwa setiap instrumen terdiri dari dua buah untuk masing-masing laras (Lindsay, 1979: 3). Sebagian besar merupakan alat musik yang dikategorikan sebagai metallophone dari perunggu, tetapi di dalamnya juga terdapat alat musik dari kategori lainnya, yaitu: chordophone (rebab, siter, celempung), xylophone (gambang), aerophone (suling) dan membranophone (kendang) (Nettl, 1992: 133). Lebih spesifik merupakan seperangkat alat musik dengan laras tertentu (slendro atau pelog) (Vetter, 2001: 43). Berdasarkan fungsi pada instrumentasinya dibagi menjadi dua, yaitu: (1) instrumen yang bertugas untuk membawakan lagu (pamurba lagu), dan (2) instrumen yang bertugas untuk mengatur irama (pamurba wirama).

B. Karawitan Sunda

Degung adalah kumpulan alat musik dari sunda. Ada dua pengertian tentang istilah Degung, yaitu :

1. Degung sebagai nama perangkat gamelan.2. Degung sebagai nama laras bagian dari laras salendro

(berdasarkan teori Machyar Angga Kusumahdinata). 3. Degung sebagai unit gamelan dan degung yang sebagai laras

mempunyai arti yang berlainan. Dan dalam teori tersebut, laras degung terdiri dari degung dwiswara (tumbuk: (mi) 2 – (la) 5) dan degung triswara: 1 (da), 3 (na), dan 4 (ti).

Ada beberapa gamelan yang pernah ada dan terus berkembang di Jawa Barat, antara lain :

1.Gamelan Salendro

Gamelan salendro ini biasa digunakan untuk mengiringi pertunjukan wayang, tari, kliningan, jaipongan dan lain-lain.

2.Gamelan Pelog

Page 4: Seni Karawitan

Gamelan pelog fungsinya hampir sama dengan gamelan salendro, akan tetapi kesenian gamelan pelog kurang begitu berkembang dan kurang akrab di masyarakat dan jarang dimiliki oleh grup-grup kesenian di masyarakat. Hal ini menandakan cukup terwakilinya seperangkat gamelan dengan keberadaan gamelan salendro.

3.Gamelan Degung

Gamelan degung merupakan kesenian gamelan yang dirasakan cukup mewakili kekhasan masyarakat Jawa Barat.

4.Gamelan Ajeng

Gamelan ini berlaras salendro yang masih terdapat di kabupaten Bogor.

5.Gamelan Renteng

Gamelan renteng terdapat di beberapa tempat di Jawa Barat, salah satunya di Batu Karut, Cikalong kabupaten Bandung. Melihat bentuk dan interval gamelan renteng, ada pendapat bahwa kemungkinan besar gamelan degung yang sekarang berkembang, berorientasi pada gamelan Renteng.

Dalam sejarah gamelan degung (sunda), degung merupakan salah satu gamelan khas dan asli hasil kreativitas masyarakat Sunda. Gamelan yang kini jumlahnya telah berkembang dengan pesat, diperkirakan awal perkembangannya sekitar pada akhir abad ke-18 atau pada awal abad ke-19. Jaap Kunst yang mendata gamelan yang ada di seluruh pulau Jawa, yang ditulis dalam bukunya Toonkunst van Java (1934), mencatat bahwa degung terdapat di beberapa tempat, antara lain : Bandung, Sumedang, Cianjur, Ciamis, Kasepuhan, Kanoman, Darmaraja, Banjar, Singaparna.

C. Karawitan Bali

Page 5: Seni Karawitan

Gamelan Bali memiliki perbedaan dengan gamelan jawa yaitu bentuk wilah (bilah pada saron) lebih tebal, bentuk pencon (bentuk gamelan seperti bonang) lebih banyak daripada wilah, dan ritme lebih cepat.

Gamelan Bali disebut dengan rincikan dan berikut adalah nama-nama gamelan bali: Jiyèng, Réyong, Kanthil, Gangsé, Jigog, Jublak, Gong, Kenong, Kethuk, Cèng-cèng (kecrak), Kendang, Gendèr, Suling.

Di Bali, gamelan bali digunakan dalam berbagai upacara ritual Bali, seperti “Potong Gigi”, yaitu sebuah ritual upacara yang menandakan seorang anak sudah memsuki masa remaja. Namun, pada perkembangannya, penggunaan gamelan semakin luas dalam berbagai kesenian.

Peralatan dalam Karawitan

1. Kempul dan Gong

Kempul merupakan instrumen gamelan yang bertugas pada bagian irama. Bentuknya seperti pencon bonang barung bagian bawah yang bergantung pada gayor, akan tetapi ukurannya besar-besar. Pada perangkat gamelan yang lengkap, biasanya laras pelog

dan laras slendro mempunyai kempul tersendiri. Nada-nada kempil sesuai dengan nada-nada saron. Cara memainkan instrumen ini adalah dengan cara dipukul menggunakan bendha (sejenis bindhi yang berbentuk bulat).

Sedangkan untuk Gong berfungsi sebagai finalis lagu. Bentuk gong sama persis dengan bentuk kempul, hanya saja ukurannya lebih besar. Gong yang ukurannya sedikit lebih besar dinamakan suwukan. Sedangkan yang paling besar dinamakan gong ageng.

Page 6: Seni Karawitan

2. Bonang

Bonang adalah salah satu instrumen gamelan yang bertugas dibagian lagu. Cara Menabuhnya adalah dengan cara di pukul dengan dua bindhi pada bagian pencu/pencon-nya. Instrumen Bonang ada tiga macam, yaitu:

a.Bonang Barung (ukuran sedang)

Biasanya bonang barung dimainkan sebagai penguasaan ketukan awal/ pembukaan patokan tempo, juga patokan dinamika.

b. Bonang penerus (ukurannya lebih kecil)

Bonang penerus dibunyikan setengah ketuk dari bonang barung. Sehingga apabila dibunyikan bersamaan, akan menimbulkan efek suara bersahutan. Jumlah kepigannya sama dengan bonang barung, tetapi notasinya satu oktaf lebih tinggi.

c.Bonang penembung (ukurannya lebih besar dari bonang barung)

Page 7: Seni Karawitan

Pencon-pencon bonang ditata berjajar dalam dua baris. Baris atas biasa disebut Jaleran atau Brunjung, sedangkan yang bawah disebut setren atau dhempok.

3. Suling

Suling adalah alat musik dari keluarga alat musik tiup kayu atau terbuat dari bambu. Suara suling berciri lembut dan dapat dipadukan dengan alat musik lainnya dengan baik.

Suling modern untuk para ahli umumnya terbuat dari perak, emas atau campuran keduanya. Sedangkan suling untuk pelajar umumnya terbuat dari nikel-perak, atau logam yang dilapisi perak.

4. Kenong dan Kethuk

Kenong dan Kethuk merupakan instrumen gamelan yang berbentuk pencon-pencon besar seperti pencon bonang bagian atas. Instrumen kethuk cara memainkannya ditabuh menggunakan bindhi dengan satu tangan. Sedangkan Kenong menggunakan dua buah bindhi dengan dua tangan. Fungsi Kenong dan Kethuk pada gamelan adalah sebagai pemangku irama dan pembatas kalimat dalam suatu gendhing.

5. Slenthem

Page 8: Seni Karawitan

Slenthem merupakan salah satu instrumen gamelan yang terdiri dari lembaran lebar logam tipis yang diuntai dengan tali dan direntangkan di atas tabung-tabung dan menghasilkan dengungan rendah atau gema yang mengikuti nada saron, ricik, dan balungan bila ditabuh. Beberapa

kalangan menamakannya sebagai gender penembung. Seperti halnya pada instrumen lain dalam satu set gamelan, slenthem tentunya memiliki versi slendro dan versi pelog. Wilahan Slenthem Pelog umumnya memiliki rentang nada C hingga B, sedangkan slenthem slendro memiliki rentang nada C, D, E, G, A, C'.

6. Kendhang

kendhang, atau gendang adalah instrumen dalam gamelan Jawa Tengah yang salah satu fungsi utamanya mengatur irama. Instrument ini dibunyikan dengan tangan, tanpa alat bantu. Jenis kendang yang kecil disebut ketipung, yang menengah disebut kendang ciblon/kebar. Pasangan ketipung ada satu lagi bernama kendang gedhe biasa disebut kendang kalih.

7. Rebab

Ukuran rebab biasanya kecil, badannya bulat, bagian depan yang tercakup dalam suatu membran seperti perkamen atau kulit domba dan memiliki leher panjang terpasang. Ada leher tipis panjang dengan pegbox pada akhir dan ada satu, dua atau tiga senar. Tidak ada papan nada. Alat musik ini dibuat tegak, baik bertumpu di pangkuan atau di lantai. Busurnya biasanya lebih

melengkung daripada biola.

8. Gender

Page 9: Seni Karawitan

Gender adalah alat musik pukul logam (metalofon) yang menjadi bagian dari perangkat gamelan Jawa dan Bali. Alat ini memiliki 10 sampai 14 bilah logam (kuningan) bernada yang digantungkan pada berkas, di atas resonator dari bambu atau seng, dan diketuk dengan pemukul berbetuk

bundaran berbilah dari kayu (Bali) atau kayu berlapis kain (Jawa).

9. Gambang

Gambang adalah alat musik tradisional yang terdiri dari 18 bilah bambu yang dimainkan dengan cara dipukul. Alat musik ini digunakan dalam kesenian gambang kromong Betawi.

10. Saron

Saron atau yang biasanya disebut juga ricik ,adalah salah satu instrumen gamelan yang termasuk keluarga balungan.

Dalam satu set gamelan biasanya mempunyai 4 saron, dan semuanya memiliki versi pelog dan slendro. Saron menghasilkan nada satu oktaf

Page 10: Seni Karawitan

lebih tinggi daripada demung, dengan ukuran fisik yang lebih kecil. Tabuh saron biasanya terbuat dari kayu, dengan bentuk seperti palu.

Contoh Not Gamelan Jawa

Lanc. “GUGUR GUNUNG” PL. Br.

Buka : . 3 2 3 . 6 . 5 . 7 . 6 . 2 2(2)

. 6 . 7 . 6 . 7 . 3 . 5 . 7 . (6)

. 2 . 7 . 2 . 7 . 6 . 5 . 2 . (3)

. 5 . 6 . 5 . 6 . 2 . 3 . 6 . (5)

. 2 . 3 . 2 . 3 . 6 . 5 . 3 . (2)