SEMIKONDUKTOR

19
MAKALAH FISIKA BAHAN SIFAT LISTRIK BAHAN - Semikonduktivitas Diususun oleh: Febrilia Ramadani (2412100032) JURUSAN TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

description

SEMIKONDUKTOR INTRINSIK, SEMIKONDUKTOR EKSTRINSIK, TRANSISTOR

Transcript of SEMIKONDUKTOR

  • MAKALAH FISIKA BAHAN

    SIFAT LISTRIK BAHAN - Semikonduktivitas

    Diususun oleh:

    Febrilia Ramadani (2412100032)

    JURUSAN TEKNIK FISIKA

    FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

    INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

    SURABAYA

    2014

  • i

    MAKALAH FISIKA BAHAN

    SIFAT LISTRIK BAHAN - Semikonduktivitas

    Diususun oleh:

    Febrilia Ramadani (2412100032)

    JURUSAN TEKNIK FISIKA

    FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

    INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

    SURABAYA

    2014

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Pertama-tama kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT

    karena dengan rahmatnya kami mampu menyelesaikan Makalah Fisika Bahan ini

    demgan sebaik-baiknya. Tidak lupa sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada

    junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW.

    Dalam Makalah Fisika Bahan ini kami membahas tentang salah satu Sifat

    Listrik Bahan yaitu Semikonduktivitas. Kami berharap makalah yang kami buat ini

    nantinya dapat bermanfaat bagi seluruh pembacanya, sehingga dapat menambah

    pengetahuan dan wawasan para pembacanya.

    Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak

    yang telah membantu kami dalam menyusun Makalah ini, khususnya kami

    mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Dosen pembimbing mata kuliah

    Fisika Bahan.

    Kami mengetahui masih banyak kesalahan dalam penyusunan makalah ini.

    Oleh karena itu kritik dan saran sangat kami butuhkan sebagai bahan perbaikan

    dalam penyusunan makalah yang akan datang.

    Surabaya, 22 April 2014

    Penulis

  • iii

    DAFTAR ISI

    Halaman Judul ................................................................................................................. i

    Kata Pengantar ................................................................................................................. ii

    Daftar Isi .......................................................................................................................... iii

    Daftar Gambar ................................................................................................................. iv

    Daftar Tabel ..................................................................................................................... v

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 1

    1.3 Tujuan ................................................................................................................... 2

    1.4 Sistematika Makalah ............................................................................................. 2

    BAB II ISI

    2.1 Semikonduktivitas ................................................................................................ 3

    2.2 Semikonduktor Intrinsik ....................................................................................... 4

    2.3 Semikonduktor Ekstrinsik ..................................................................................... 5

    2.4 Dioda Sambunhgan p-n ........................................................................................ 7

    2.5 n-p-n Bipolar Junction .......................................................................................... 9

    BAB III PENUTUP

    3.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 12

    Daftar Pustaka ....................................................................................................... 13

  • iv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Struktur Pita Energi Semikonduktor Intrinsik ................................. 4

    Gambar 2.2 Reaksi Semikonduktor Ekstrinsik Tipe N ....................................... 6

    Gambar 2.3 Reaksi Semikonduktor Ekstrinsik Tipe P ........................................ 6

    Gambar 2.4 Konsentrasi Pembawa Muatan Sebagai Fungsi Suhu ...................... 7

    Gambar 2.5 Struktur Pita Energi Daerah Sambungan p-n................................... 8

    Gambar 2.6 Pemberian bias tegangan dan pita energi untuk tegangan maju (a) dan

    tegangan mundur (b) ........................................................................ 8

    Gambar 2.7 Karakteristik I-V pada Sambungan P-N .......................................... 9

    Gambar 2.8 Diagram BJT, jenis n-p-n (a) jenis p-n-p (b) ................................... 9

    Gambar 2.9 Struktur alloy (a), Struktur planar (b), Simbol rangkaian (c) .......... 10

    Gambar 2.10 Skema pergerakan pembawa muatan pada pengoperasian transistor

    n-p-n ................................................................................................. 11

  • v

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Bahan semikonduktor dan celah energinya .......................................... 3

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Pertimbangan sifat listrik bahan seringkali penting ketika pemilihan dan proses

    selama mendesain komponen atau struktur material. Sifat kelistrikan bahan

    digolongkan menjadi 3 golongan yaitu konduktor, isolator, dan semikonduktor.

    Konduktor adalah bahan yang dapat menghantarkan arus listrik. Isolator adalah

    bahan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik. Sedangakan semikonduktor

    adalah bahan yang bisa berfungsi sebagai isolator tetapi bisa juga menjadi

    konduktor.

    Semikonduktor merupakan alat yang banyak kegunaannya dalam bidang

    elektronika, terutama dalam pembuatan chip. Alat-alat yang terbuat dan

    semikonduktor diantaranya seperti diode, transistor, dan masih banyak lagi.

    Semikonduktor dapat terbuat dari Silikon dan Germanium tetapi masih banyak

    bahan-bahan semikonduktor lainnya. Semikonduktor intrinsik hanya terbuat dari

    Silikon atau Germanium murni. Sedangkan untuk semikonduktor ekstrinsik unsur-

    unsur tadi diberi pengotoran dengan tujuan agar konduktivitasnya bertambah.

    1.2 Rumusan Masalah

    Untuk membatasi lingkup pembahasan, maka masalah di dalam makalah ini

    difokuskan pada aspek-aspek berikut :

    1. Apa itu semikonduktor intrinsik?

    2. Apa itu semikonduktor ekstrinsik?

    3. Bagaimana Divais sederhana (pn junction & npn bipolar junction)?

    1.3 Tujuan

    Tujuan dari pembuatan makalah ini diantaranya adalah sebagai berikut :

    1. Mengetahui definisi semikonduktor intrinsik

    2. Mengetahui definisi semikonduktor intrinsik

    3. Mengetahui divais sederhana (pn junction & npn bipolar junction)

    1.4 Sistematika Makalah

    Pada makalah kali ini kami menggunakan beberapa bab. Di setiap bab kami

    juga menggunakan sub bab.

    Berikut ini sistematika penulisan makalah oleh kelompok kami :

    1.4.1 Bab I Pendahuluan :

    a. Latar Belakang : Berisikan tentang hal-hal yang melatar belakangi

    pembuatan makalah ini.

    b. Rumusan Masalah : Rumusan masalah ini berisikan tentang masalah-

    masalah apa saja yang dihadapi pada makalah ini.

  • 2

    c. Tujuan : Tujuan ini berisikan tentang tujuan yang ingin kita dapatkan

    melalui makalah ini.

    d. Sistematik Laporan : Dalam sub bab ini dijelaskan mengenai apa saja yang

    ada di dalam makalah.

    1.4.2 Bab II Isi :

    Pada bab ini berisikan tentang apa saja yang dibahas dalam makalah ini.

    1.4.3 Bab III Penutup :

    a. Kesimpulan : Dalam sub bab ini diterangkan mengenai kesimpulan yang

    didapat pada makalah yang kami buat ini.

  • 3

    BAB II

    ISI

    2.1 Semikonduktivitas

    Semikonduktor adalah sebuah bahan dengan konduktivitas listrik yang berada

    di antara isolator dan konduktor. Bahan-bahan yang mempunyai sifat

    semikonduktif umumnya memiliki konduktivitas listrik antara 10-6 104 -1 m-1,

    dan celah energinya lebih kecil dari 6 eV. Sebuah semikonduktor bersifat sebagai

    isolator pada temperatur yang sangat rendah, namun pada temperatur ruangan

    bersifat sebagai konduktor.

    Bahan Semikonduktor dapat berupa bahan murni atau bahan paduan. Beberapa

    jenis bahan semikonduktor dan nilai celah energinya diberikan pada tabel 2.1.

    Tabel 2.1 Bahan semikonduktor dan celah energinya

    Bahan Celah Energi

    (eV) Bahan

    Celah Energi

    (eV)

    Golongan IV Golongan III-V

    Si 1,11 Ga As 1,40

    Ge 0,67 Ga P 2,24

    Sn 0,08 Ga Sb 0,77

    In As 0,33

    In P 1,29

    In Sb 1,16

    Golongan II-IV Golongan IV-VI

    CdS 2,40 Pb S 0,40

    Zn Te 2,26

    Zn S -

    Cd Te -

    Cd Se -

    Selain bahan semikonduktor komersial yang ditunjukkan pada tabel diatas,

    masih terdapat bahan semikonduktor lain yang oleh karena masalah teknis

    sintesisnya dan juga masih dalam taraf penelitian dan pengembangan, bahan

    tersebut belum dipakai secara luas. Bahan-bahan yang bersangkutan adalah bahan

    semikonduktor oksida dan bahan polimer. Contoh bahan oksida antara lain : CuO,

    ZnO, Ag2O, PbO, Fe2O3, SnO dan seterusnya, sedangkan contoh bahan polimer

    misalnya : poliasetilen, polipirol, politiofen, polianilin dan polimer konduktif

    sejenisnya.

    Ditinjau dari jenis pembawa muatan yang menghantarkan listrik di dalamnya,

    bahan semikonduktor dapat dibedakan menjadi bahan semikonduktor intrinsik dan

    ekstrinsik. Bahan semikonduktor intrinsik merupakan bahan semikonduktor yang

  • 4

    tidak mengandung atom-atom takmurnian (impuritas), sehingga hantaran listrik

    yang terjadi pada bahan tersebut adalah elektron dan lubang (hole). Sedangkan pada

    bahan semikonduktor ekstrinsik, karena mengandung atom-atom pengotor,

    pembawa muatan didominasi oleh elektron saja atau lubang saja.

    2.2 Semikonduktor Intrinsik

    Semikonduktor instrinsik (murni) adalah semi konduktor yang tidak ataupun

    belum terkotori oleh atom-atom asing. Pada suhu 0 K, semua elektron menempati

    orbital-orbital ikatan dalam keadaan terikat. Susunan ini memberikan keadaan

    struktur pita energi sebagai berikut : Pita Valensi terisi penuh elektron dan Pita

    Konduksi kosong, sehingga pada bahan semikonduktor tidak terjadi aliran arus

    listrik meskipun dikenakan medan listrik padanya sehingga bersifat sebagai

    isolator.

    Pada suhu yang lebih tinggi misal pada suhu ruang (300

    K), sebagian elektron

    di pita valensi memiliki energi yang cukup untuk bertransisi ke pita konduksi

    sehingga elektron di pita valensi dapat meloncat dari pita valensi ke pita konduksi

    menjadi elektron bebas dengan meninggalkan kekosongan pada pita valensi. Baik

    elektron pada pita konduksi maupun lubang pada pita valensi dapat bergerak bila

    pada semikonduktor tersebut diberikan medan listrik.

    Gambar 2.1 Struktur Pita Energi Semikonduktor Intrinsik

    Jadi semikonduktor intrinsik pada suhu 0K bersifat sebagai isolator, dan

    pada suhu agak tinggi bersifat sebagai konduktor karena adanya pembentukan

    pasangan-pasangan eletron bebas hole yang keduanya berlaku sebagai

    pembawa ikatan. Jika konsentrasi (jumlah per volume) elektron bebas dalam

    semikonduktot instrinsik dinyatakan dengan ni dan konsentrasi hole dengan p

    maka berlaku,

    ni = p

    Ketergantungan konsentrasi pembawa muatan dalam semikonduktor

    instrinsik terhadap suhu dapat ditentukan berdasarkan statistik Fermi Dirac,

    dan menghasilkan formulasi sebagai berikut :

    2 = 3 /

  • 5

    dengan,

    Ao = tetapan tak bergantung suhu

    T = suhu (K)

    EGO = energi gap pada 0K (eV)

    K = konstante Bolzman (eV/K)

    = 2,7

    Daya hantar jenis dan tahanan jenis semikonduktor intrinsik di berikan

    oleh persamaan-persamaan,

    = ( + )

    = 1

    ( + )

    dengan,

    = daya hantar/konduktivitas listrik

    = tahanan jenis

    = mobilitas elektron bebas

    = mobilitas hole

    = konsentrasi elektron

    = 1,6x10-19

    2.3 Semikonduktor Ekstrinsik

    Berbeda dengan semikonduktor intrinsik, pada semikonduktor ekstrinsik jenis

    pembawa muatan hanya salah satu saja yang dominan, elektron atau lubang.

    Semikonduktor ekstrinsik dengan pembawa muatan mayoritas elektron disebut

    semikonduktor tipe-n, dan sebaliknya disebut semikonduktor tipe-p.

    a. Semikonduktor tipe-n

    Pada semikonduktor tipe ini, bahwa intrinsik seperti silikon memerlukan

    ketidakmurnian atom yang mempunyai elektron vatensi lebih dari empat. Ini

    dimaksudkan ada elektron sisa dalam membentuk ikatan dan dengan demikian

    elektron tersebut dapat berkonduksi (menjadi elektron bebas). Atom-atom pengatur

    dalam hal ini sering dipakai posfor () atau arsen (As) yang bervalensi lima dalam

    konsentrasi berorde ppm (= part per million / bagian dalam sejuta). Pada gambar

    2.2 ditunjukkan bahwa energi Fermi bergeser mendekati pita konduksi oleh karena

    kehadiran tingkat energi donor (ED). Sebelum atom-atom donor terionisasi, tingkat

    energi donor terisi elektron yang merupakan elektron kelima dari setiap atom donor

    (pemberi elektron).

    Bila atom donor terionisasi (P+

    atau As+

    ), elektron bertransisi dari tingkat donor

    ke pita konduksi. Di pihak lain, transisi dari pita valensi tetap terjadi meskipun

    dalam intensitas yang kecil.

  • 6

    Gambar 2.2 Reaksi Semikonduktor Ekstrinsik Tipe N

    Meskipun jumlahnya lebih sedikit transisi ini menghasilkan lubang pada pita

    valensi. Sementara itu, pada pita konduksi terdapat elektron yang jumlahnya jauh

    lebih banyak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam semikonduktor tipe-

    n, elektron sebagai pembawa muatan mayoritas sedangkan lubang merupakan

    pembawa muatan minoritas. Dalam keadaan atom-atom donor telah terionisasi

    seluruhnya, konsentrasi pembawa muatan :

    dengan ND adalah konsentrasi atom donor, dan konduktivitas listriknya :

    b. Semikonduktor tipe-p

    Kebalikan dari semikonduktor tipe-n, pada semikonduktor tipe-p atom-atom

    yang ditambahkan sebagai takmurnian adalah atom dengan valensi yang lebih kecil

    dari empat. Pada gambar 2.3. ditunjukkan kristal silikon yang mengandung atom

    takmurnian bervalensi tiga (boron, galium), dan struktur pita yang dihasilkannya.

    Gambar 2.3 Reaksi Semikonduktor Ekstrinsik Tipe P

    Energi Fermi bergeser mendekati ke pita valensi karena munculnya tingkat

    energi akseptor (EA). Tingkat ini muncul oleh karena adanya kekurangan elektron

    pada atom impuritas. Bila atom impuritas terionisasi, atom ini akan mendapatkan

    elektron dari elektron-elektron terikat pada pita valensi. Oleh karena itu atom

    impuritas disebut atom akseptor (penerima elektron). Elektron yang bertransisi

    ketingkat akseptor meninggalkan lubang pada pita valensi. Seperti halnya pada

    semikonduktor tipe-n, elektron juga mungkin bertransisi ke pita konduksi meskipun

  • 7

    dengan probabilitas yang lebih kecil. Dengan mekanisme ini dihasilkan elektron

    bebas pada pita konduksi dalam jumlah yang jauh lebih kecil dari pada jumlah

    lubang pada pita valensi. Jadi, dalam semikonduktor tipe-p, pembawa muatan

    mayoritas adalah lubang dan pembawa muatan minoritas adalah elektron.

    Bila atom-atom akseptor terionisasi, tingkat akseptor terisi elektron. Dan bila

    ionisasi maksimum, artinya seluruh atom terionisasi maka konsentrasi lubang,

    NA adalah konsentarsi atom akseptor, dan konduktivitas yang dihasilkannya :

    Pada suhu yang bertambah terus, semikonduktor ekstrinsik baik tipe-n maupun

    tipe-p akan berubah menjadi semikonduktor intrinsik. Hal ini dimungkinkan karena

    bila suhu meningkat akan terjadi transisi elektron dari pita valensi ke pita konduksi

    yang terus-menerus. Akibatnya, konsentrasi intrinsik (ni) akan melebihi konsentrasi

    ekstrinsik.

    Gambar 2.4 Konsentrasi Pembawa Muatan Sebagai Fungsi Suhu

    2.4 Dioda Sambungan p-n

    Sambungan antara semikonduktor tipe-p dan tipe-n dapat dibuat dengan

    berbagai teknik. Pada dasarnya, keping silikon didifusi dengan atom-atom pengatur

    dalam fasa gas dari kedua sisi masing-masing untuk setiap tipe semikonduktor.

    Struktur pita energi bahan sambungan p-n adalah gabungan antara pita energi

    bahan tipe-n dan bahan tipe-p. Penyambungan ini terjadi dengan prinsip bahwa

    tingkat Fermi (EF) haruslah terletak setingkat. Sebagai akibat penerapan prinsip

    tersebut, timbulah potensial sambungan () atau energi potensial sambungan ().

    Pemberian bias tegangan pada ujung-ujung bahan sambungan akan meningkatkan

    atau menurunkan energi potensial sambungan, bergantung arah tegangan bias yang

    diberikan.

  • 8

    Gambar 2.5 Struktur Pita Energi Daerah Sambungan p-n

    Tegangan maju akan menurunkan energi potensial sambungan, sehingga arus

    listrik (pembawa muatan) dapat menyeberang sambungan. Sebaliknya, untuk

    tengangan mundur, energi potensial sambungan bertambah. Akibatnya, pembawa

    muatan tidak dapat menyeberang sambungan, arus listrik sulit mengalir.

    Berdasarkan sifat inilah sambungan p-n berfungsi sebagai penyearah arus (dioda).

    Tampak bahwa hambatan-dalam dioda ini tidak bernilai tetap, melainkan berubah

    menurut tegangan yang diberikan.

    Gambar 2.6 Pemberian bias tegangan dan pita energi untuk tegangan maju (a)

    dan tegangan mundur (b)

    Berikut akan ditinjau daerah sambungan. Dalam masing-masing bahan, tipe-p

    dan tipe-n, distribusi muatan yang dikandungnya terdiri dari muatan positif bebas

    dan ion negatif statik dalam tipe-p, dan muatan negatif bebas serta ion positif statik

    dalam bahan tipe-n. Tepat pada daerah sambungan dan sekitarnya, terjadi difusi

    muatan bebas : elektron nenuju tipe-p dan lubang menuju tipe-n. Peristiwa difusi

    tersebut disertai terjadinya rekombinasi, yaitu penggabungan elektron dan lubang

    lalu lenyap. Dengan rekombinasi ini, di sekitar daerah sambungan tidak ada lagi

    muatan-muatan bebas, dan yang tertinggal hanyalah ion-ion statik, yaitu ion-ion

    dari atom-atom donor dan akseptor. Daerah sambungan dengan ciri yang demikian

    disebut daerah/lapisan deplesi. Karena daerah deplesi mengandung muatan positif

    statik pada salah satu sisi dan muatan negatif pada sisi yang lain, maka timbul

  • 9

    medan listrik pada daerah deplesi tersebut dan ini dapat dipandang sebagai sebuah

    keping sejajar.

    Perhatikan kembali karakteristik arus-tegangan (I-V) dioda terutama dalam

    keadaan tegangan mundur. Pada V

  • 10

    Terdapat dua jenis kontruksi dasar BJT, yaitu jenis n-p-n dan jenis p-n-p. Untuk

    jenis n-p-n, BJT terbuat dari lapisan tipis semikonduktor tipe-p dengan tingkat

    doping yang relatif rendah, yang diapit oleh dua lapisan semikonduktor tipe-n.

    Karena alasan sejarah pembuatannya, bagian di tengah disebut basis (base), salah

    satu bagian tipe-n (biasanya mempunyai dimensi yang kecil) disebut emitor

    (emitter) dan yang lainya sebagai kolektor (collector). Secara skematik kedua

    jenis transistor diperlihatkan pada gambar 3.9. Tanda panah pada gambar 3.9

    menunjukkan kaki emitor dan titik dari material tipe-p ke material tipe-n.

    Perhatikan bahwa untuk jenis n-p-n, transistor terdiri dari dua sambungan p-n yang

    berperilaku seperti diode. Setiap diode dapat diberi panjar maju atau berpanjar

    mundur, sehingga transistor dapat memiliki empat modus pengoperasian.

    Gambar 3.10 (a) menunjukkan struktur transistor alloy n-p-n. Kolektor terbuat

    dari chip semikonduktor tipe-n dengan ketebalan kurang dari 1 mm2. Daerah basis

    dibuat dengan proses difusi kemudian dibuat kontak logam untuk dihubungkan

    dengan kaki basis. Daerah emitor dibuat dengan teknik alloy pada daerah basis.

    Sebagai hasilnya berupa sebuah pasangan sambungan p-n yang dipisahkan oleh

    daerah basis kira-kira setebal kertas. Untuk struktur planar (gambar 3.10 (b)), suatu

    lapisan tipe-n dengan tingkat doping rendah ditumbuhkan di atas substrat n+ (tanda

    + menunjukkan tingkat doping sangat tinggi). Setelah melalui proses oksidasi pada

    permukaan, sebuah jendela (window) dibuka dengan proses penggerusan (etching)

    dan suatu pengotor (p) dimasukkan ke kristal dengan proses difusi untuk

    membentuk sambungan (junction). Sekali lagi setelah melalui reoksidasi, sebuah

    jendela kecil dibuka untuk proses difusi pembentukan daerah emitor (n).

    Gambar 2.9 Struktur alloy (a), Struktur planar (b), Simbol rangkaian (c)

    Secara konvensional simbol transistor n-p-n diperlihatkan pada gambar 3.10

    (c) dilengkapi dengan tanda panah pada emitor yang menunjukkan aliran muatan

    positif. Walaupun sebuah transistor n-p-n akan bekerja dengan kedua daerah n

    dapat berfungsi sebagai emitor, namun karena kedua daerah mempunyai tingkat

    doping dan geometri yang berbeda, maka daerah n yang dimaksud harus diberi

    label.

  • 11

    Gambar 2.10 Skema pergerakan pembawa muatan pada pengoperasian

    transistor n-p-n.

  • 12

    BAB III

    PENUTUP

    3.1 Kesimpulan

    Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka

    penulis dapat menyimpulkan beberapa poin yang antara lain sebagai berikut :

    a. dengan mengetahui sifat listrik suatu bahan, kita dapat memilih bahan-bahan

    mana saja yang sesuai (cocok) dengan divais yang akan kita buat, menyesuaikan

    kondisi saat sangat konduktif dan sangat isolatif

    b. bahan semikonduktor merupakan salah satu jenis bahan yang termasuk kedalam

    jenis teknologi bahan terbaru karena sifatnya yang berada di antara konduktor

    dan isolator,

    c. sifat-sifat dan properti yang dimiliki oleh bahan semikonduktor sangat baik dan

    bagus apabila digunakan untuk pembuatan komponen komponen elektronika,

    seperti dioda dan transistor

  • 13

    DAFTAR PUSTAKA

    William D. Callister, Jr., Materials Science and Engineering 7th edition,

    Department of Metallurgical Engineering The University of Utah, New York

    1940.

    McGraw-Hill series in Materials Science and Engineering