1 11. MEMORI Memori RAM Semikonduktor Memori semikonduktor ...
3_Piranti semikonduktor
-
Upload
crishtianifriska -
Category
Documents
-
view
79 -
download
14
description
Transcript of 3_Piranti semikonduktor
31
BAB III
PIRANTI SEMIKONDUKTOR
Pendahuluan
Kata “piranti” dapat diartikan sebagai alat atau perkakas atau
devais. Piranti semikonduktor dapat diartikan sebagai alat atau
komponen yang berbahan semikonduktor, yang banyak digunakan
dalam membangun suatu peralatan elektronik, seperti dioda dan
transistor. Pada bagian ini, akan dibahas tentang dioda (termasuk dioda-
dioda khusus), transistor bipolar (BJT), dan transistor unipolar atau
transistor efek medan (FET).
Setelah pembahasan materi ini, mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan
karakteristik dan prinsip kerja dioda dan transistor, serta aplikasinya.
3.1 Dioda
Dioda adalah semikonduktor yang terdiri dari persambungan (junction) P-
N. Sifat dioda yaitu dapat menghantarkan arus pada tegangan maju dan
menghambat arus pada tegangan balik. Dioda memiliki fungsi yang unik yaitu
hanya dapat mengalirkan arus satu arah saja. Struktur dioda tidak lain adalah
sambungan semikonduktor P dan N. Satu sisi adalah semikonduktor dengan tipe P
dan satu sisinya yang lain adalah tipe N. Dengan struktur demikian arus hanya
akan dapat mengalir dari sisi P menuju sisi N.
Gambar 3.1. Simbol, struktur dioda dan karakteristik dioda
32
Ini disebabkan karena adanya dinding deplesi (deplesion layer). Untuk
dioda yang terbuat dari bahan Silikon tegangan konduksi adalah diatas 0.7 volt.
Kira-kira 0.2 volt batas minimum untuk dioda yang terbuat dari bahan
Germanium. Sebaliknya untuk bias negatif dioda tidak dapat mengalirkan arus,
namun memang ada batasnya. Sampai beberapa puluh bahkan ratusan volt baru
terjadi breakdown, di mana dioda tidak lagi dapat menahan aliran elektron yang
terbentuk di lapisan deplesi (sebagai contoh 100 V untuk dioda 1N4002).
Model Dioda
Dioda dalam prakteknya, seringkali didekati dengan menggunakan
pendekatan atau model. Sudah barang tentu, model ini tetap berdasarkan kepada
representasi matematika dan grafik dari karakteristik V-I dari dioda itu sendiri.
Penyederhanaan model ini, hanya ingin memberikan gambaran global dari cara
kerja dioda, namun belum merepresentasikan detil-detil penting dari dioda itu
sendiri. Terdapat beberapa model pendekatan dioda, yaitu: Model Dioda Ideal,
Model Dioda Offset dan Model Dioda Real.
a. Model Dioda Ideal
I
V
Pendekatan ke-2
Forward bias
= + -
Vof
Vof
b. Model Dioda Offset
33
c. Model Dioda Real
Gambar 3.2. Model Dioda
Model Dioda Ideal memiliki karakteristik V-I seperti pada Gambar 3.2(a).
Pada model ini, suatu dioda berlaku sebagai konduktor yang sempurna
(bertegangan nol) bila diberi forward biased dan berlaku sebagai isolatif yang
sempurna (berarus nol) bila diberi reverse biased. Dalam istilah rangkaian, dioda
berlaku seperti saklar (switch), bila diberi forward biased ia bertindak sebagai
saklar tertutup (ON), dan bertindak seperti saklar terbuka (OFF) bila diberi
reverse biased. Model ini sangat ekstrim, sehingga untuk kondisi-kondisi tertentu,
diperlukan model yang lebih baik lagi.
Sesungguhnya, diperlukan tegangan offset, Vof sekitar 0,7 volt sebelum dioda
Silikion menjadi konduktor dengan baik. Gambar 3.2(b). memperlihatkan
karakteristik V-I dioda, dimana tidak ada arus mengalir sampat tegangan dioda
mencapai 0,7 volt. Pada titik ini dioda mulai konduksi. Jadi, dioda dianggap
seperti sebuah switch yang disarikan dengan sebuah baterai 0,7 volt. Jika tegangan
sumber lebih besar dari 0,7 volt, saklar menutup dan tegangan dioda adalah 0,7
volt. Namun, jika tegangan sumber kurang dari 0,7 volt maka switch membuka.
Pada model ketiga ini, tahanan dalam dioda, Rf, diperhitungkan. Gambar 3.2(c).,
menunjukkan model dioda real ini. Sehingga, pada saat konduksi, arus
menghasilkan tegangan pada Rf, dimana semakin besar arus, semakin besar pula
tegangan tersebut. Rangkain ekivalen pada model real dioda ini, adalah seperti
sebuah saklar yang diseri dengan baterai 0,7 volt dan tahanan Rf.
34
Untuk kebanyakan hal praktis, Model Dioda Offset seringkali
dipergunakan. Namun, jika diperlukan analisa yang lebih mendalam, Model
Dioda Real akan dipakai, sehigga akan didapatkan analisa yang lebih akurat
Sesuai karakteristiknya, dioda dapat dipakai untuk fungsi-fungsi sebagai
berikut.
1. Pengaman Polaritas Terbalik Pada Input DC
Oleh karena dioda hanya dapat menghantar arus dalam satu arah maka
dioda dapat digunakan untuk mencegah kerusakan peralatan elektronik akibat
tertukarnya polaritas + dan – sumber tegangan DC. Ada dua rangkaian yang dapat
digunakan seperti gambar 3.3.
(a) (b)
Gambar 3.3. Rangkaian pengaman peralatan elektronik dengan dioda
Pada Gambar 3.3a, ada jatuh tegangan sebesar tegangan offset pada dioda,
sedangkan pada Gambar 3.3b, tidak ada jatuh tegangan pada dioda, dan fuse (F)
akan putus jika polaritas (+) dan (-) terbalik.
2. Penyearah tegangan AC
Hampir semua rangkaian elektronik memerlukan suatu sumber daya dc.
Baterai dapat digunakan sebagai sistem daya rendah yang dapat dibawa. Akan
tetapi sering alat-alat elektronik diberi energi oleh catu daya (power supply) suatu
alat yang mengubah bentuk gelombang balik-balik dari PLN menjadi tegangan
yang searah. Suatu alat, seperti dioda semikonduktor yang dapat mengubah suatu
bentuk gelombang masukan sinusoidal (yang nilai rata-ratanya sama dengan nol)
menjadi gelombang searah (walaupun tidak tetap) dengan komponen rata-rata
taksama dengan nol disebut suatu penyearah.
a. Penyearah Setengah Gelombang
Rangkaian dasar dari penyearah setengah gelombang diperlihatkan pada
Gambar 3.4.
DF
PeralatanElektro-
nik
+
-
SumberDC
35
Gambar 3.4. Penyearah setengah gelombang.
Oleh karena masukan dalam rangkaian penyearah vi = Vm sin t,
mempunyai nilai puncak Vm yang sangat besar dibanding dengan tegangan
potong/offset V dari dioda, kita anggap dalam pembahasan berikut bahwa V = 0.
Dengan dioda dibayangkan sebagai tahanan Rf dalam keadaan ON dan sebagai
suatu hubungan terbuka dalam keadaan OFF, arus i dalam dioda atau dalam beban
RL adalah:
i = Im sin bila 0
i = 0 bila 2 (3-1)
di mana = t, dan Lf
mm RR
VI
(3-2)
Tegangan sekunder trasformator vi, diperlihatkan pada Gambar 3-13b, dan arus
yang disearahkan diperlihatkan pada Gambar 3-13c. Arus yang keluar mempunyai
satu arah, sehingga nilai rata-ratanya tidak sama dengan nol. Menurut defenisi
nilai rata-rata suatu fungsi periodik diberikan oleh suatu luas dari kurva satu
periode dibagi alas. Secara matematik:
2
0dc di
21I (3-3)
Untuk rangkaian setengah gelombang:
36
m
0mdc
IdsinI
21I (3-4)
Tegangan keluaran dc:
fdcmLm
Ldcdc RIVRIRIV
(3-5)
Tetapi dengan mengabaikan tahanan Rf (dianggap sama dengan 0) maka tegangan
keluaran dc dapat dituliskan:
efm
mm
T
mdc
VV
VdVdVT
V
45,0
cos210sin
21sin1
000
(3-6)
di mana Vef adalah tegangan efektif (rms) = Vm/2.
Contoh :
Suatu penyearah setengah gelombang dengan menggunakan transformator 220/12
V dihubungkan dengan sumber tegangan 220 V, maka tegangan DC yang
diperoleh: Vdc = 0,45. 12 = 5,4 V. Jika jatuh tegangan pada dioda (=0,7 V)
diperhitungkan, maka tegangan output penyearah = 5,4 – 0,7 = 4,7 V. Jika
resistansi beban diketahui, maka arus beban rata-rata Idc dapat dihitung.
Karena penyearah setengah gelombang adalah rangkaian satu loop, arus dioda dc
sama dengan arus beban dc-nya. Pada siklus negatif sumber ac, dioda mengalami
prategangan-balik, sehingga tidak ada tegangan pada beban. Maksimum tegangan
balik ini disebut puncak tegangan balik (PIV : peak inverse voltage). Agar dioda
tidak tembus (breakdown), puncak tegangan balik ini harus lebih rendah daripada
batas kemampuan PIV dioda.
Tegangan output penyearah masih mempunyai riak (ripple), pada penyearah
setengah gelombang, frekuensi riak sama dengan tegangan input.
b. Penyearah Gelombang Penuh
Rangkaian dari penyearah gelombang penuh diperlihatkan pada Gambar
3.5. Pada penyearah gelombang penuh biasa, hanya menggunakan 2 dioda, tetapi
transformator yang digunakan adalah trasformator yang mempunyai tap di tengah
(transformator CT/center tap).
37
Gambar 3.5. Penyearah gelombang penuh
Rangkaian ini mengandung dua rangkaian penyearah setengah gelombang
yang dihubungkan sedemikian sehingga penghantaran terjadi melalui satu dioda
selama setengah periode dan melalui dioda yang lain selama setengah periode
yang kedua. Arus ke beban, yang merupakan jumlah dari kedua arus ini
mempunyai bentuk seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.5b.
Nilai dc dari arus dan tegangan dalam sistem tersebut adalah:
fdcmLm
dcm
dc RIV2RI2V;I2I
(3-7)
Dengan cara yang sama pada Persamaan (3-5) maka diperoleh tegangan dc pada
penyearah gelombang penuh (dengan mengabaikan tahanan dioda Rf):
efm
dc V9,0V2V
(3-8)
Contoh :
Suatu penyearah gelombang penuh dengan menggunakan transformator
220/12 V dihubungkan dengan sumber tegangan 220 V, maka tegangan DC yang
diperoleh :
Vdc = 0,9. 12 = 10,8 V. Jika jatuh tegangan pada dioda (=0,7 V)
diperhitungkan, maka tegangan output penyearah = 10,8 – 0,7 = 10,1 V.
38
Jika resistansi beban diketahui, maka arus beban rata-rata Idc dapat
dihitung. Pada penyearah gelombang penuh setiap dioda konduksi secara
bergantian (D1 konduksi untuk siklus positif dan D2 konduksi pada siklus
negatif), sehingga arus dc pada setiap dioda sama dengan ½ arus beban dc-nya.
PIV dioda sama dengan tegangan puncak/maksimum sisi sekunder transformator.
Frekuensi riak sama dengan dua kali frekuensi tegangan input.
c. Penyearah Jembatan
Gambar 3.6. Penyearah jembatan
Penyearah jembatan merupakan penyearah gelombang penuh yang
menggunakan 4 dioda dan setiap siklus tegangan input melewati 2 dioda.
Penyearah yang paling banyak digunakan adalah penyearah jembatan, sehingga
pabrik banyak yang membuat penyerah jembatan dalam satu modul, seperti pada
gambar 3.7.
Gambar 3.7. Dioda jembatan
d. Penapis (Filter) Kapasitor
Karena output penyearah masih merupakan tegangan yang masih
berdenyut / beriak, maka untuk memperoleh tegangan DC yang rata (nilai tetap)
dibutuhkan sebuah penapis (filter). Filter yang banyak digunakan adalah kapasitor
yang dipasang paralel terhadap beban.
39
Gambar 3.8 menunjukkan pendekatan bentuk gelombang tegangan beban vo
dalam suatu penyearah gelombang penuh dengan tapis kapasitor.
Apabila total tegangan pengosongan muatan kapasitor (riak tegangan) diberikan
oleh Vr maka nilai rata-rata dari tegangan kira-kira:
Vdc = Vm – Vr/2 (3-9)
Akan tetapi Vr perlu dinyatakan sebagai fungsi dari arus dan tegangan beban.
Mengingat bahwa kapasitas kapasitor: C = Q/V atau V = Q/C, dan Q = I.T, jika T2
menyatakan seluruh waktu tak menghantar, kapasitor akan kehilangan muatan
IdcT2 ketika pengosongan muatan dengan kecepatan tetap Idc. Oleh karena itu
perubahan dalam tegangan kapasitor adalah IdcT2/C atau:
Vr = (IdcT2)/C (3-10)
Gambar 3.8. Bentuk gelombang tegangan output penyearah gelombang penuh dengan tapis kapasitor
Semakin baik kerja penapisan, semakin kecil waktu penghantaran T1 dan T2
semakin mendekati setengah periode. Oleh karena itu kita anggap T2 = T/2 = 1/2f
di mana f adalah frekuensi dasar listrik PLN. Maka:
fC2
IV dc
r (3-11)
dan dari Persamaan (3-18), diperoleh:
Cf4
IVV dcmdc (3-12)
Persamaan (4-12) berlaku untuk penyearah gelombang penuh, sedangkan untuk
penyearah setengah gelombang: Cf2
IVV dcmdc .
40
3. Mencegah kerusakan akibat tegangan induksi
Fungsi lain dioda adalah sebagai anti shock tegangan. Contoh aplikasinya
adalah pada jenis relai diberikan dioda dengan tujuan untuk mencegah terjadinya
arus balik pada rangkaian. Arus balik listrik ini dapat berasal dari induksi medan
magnet yang dihasilkan oleh kumparan relai. Induksi listrik ini biasanya lebih
tinggi tegangannya dibandingkan dengan tegangan sumber. Untuk mencegah
terjadinya kerusakan akibat terjadinya tegangan induksi ini maka pada rangkaian
relai dipasangkan rangkaian dioda, seperti pada gambar 3.9.
Gambar 3.9
3.2 Dioda zener
Dioda zener berbeda dengan dioda biasa yang tidak pernah dengan sengaja
dioperasikan pada daerah tembus (breakdown), dioda zener justru bekerja paling
baik pada daerah tembus. Ditemukan oleh seorang fisikawan Amerika, Clarence
Melvin Zener. Dioda zener merupakan tulang-punggung pengatur tegangan, yaitu
rangkaian-rangkaian yang menjaga agar tegangan beban hampir konstan/tetap,
walaupun ada perubahan yang besar pada tegangan sumber dan resistansi
(tahanan) beban.
Gambar 3.10. Simbol dan karakteristik dioda zener
VZ
I
V IZT
IZM
41
Dioda zener dapat beroperasi di tiga daerah: maju, bocor (leakage) atau
tembus. Pada daerah maju, ia menghantar seperti pada dioda biasa. Pada daerah
bocor (antara nol dan tembus), ia hanya mempunyai arus bocor yang sangat kecil.
Pada dioda zener, lengkungan di sekitar titik tembusnya berbentuk lutut yang
sangat tajam, tegangannya hampir tetap (mendekati VZ) pada hampir semua
daerah tembus. Lembaran data biasanya menetapkan nilai VZ pada arus
pengesetan tertentu (IZT).
Pembuangan daya pada dioda zener sama dengan hasil kali tegangan dan
arusnya: PZ = VZ IZ. Selama PZ lebih kecil daripada batas kemampuan daya, dioda
zener dapat beroperasi di daerah tembus tanpa mengalami kerusakan.
Dioda zener kadang-kadang disebut dioda pengatur tegangan, karena ia
mempertahankan tegangan output yang tetap meskipun arus yang melaluinya
berubah, perubahan tegangan sebesar VZ = IZ. RZ (nilai RZ kecil).
Pendekatan Dioda Zener
(a) (b) (c)
Gambar 3.12. Pengatur Zener
Supaya zener beropersi pada daerah breakdown : VTH VZ
Arus seri IS = (VS – VZ)/RS
VZVZ
RZ
Gambar 3.11.
a. Lambang dioda zener b. Pendekatan ideal c. Pendekatan yang memperhitungkan
resistansi zener
SLS
LTH V
RRRV
42
Arus beban VL VZ IL = VL/RL
Arus zener IZ = IS – IL
Perbandingan riak output terhadap riak input sama dengan perbandingan resistansi
zener terhadap resisitansi seri.
S
Z
S
ZRR
VV
(3-13)
Supaya sebuah pengatur zener dapat menjaga agar tegangan outputnya tetap,
maka dioda zener harus tetap berada di daerah tembus dalam segala keadaan
operasi, ini berarti bahwa harus selalu ada arus zener untuk semua tegangan
sumber dan arus beban. Resistansi seri maksimum yang diperbolehkan:
(max)L
Z(min)S(max)S I
VVR
(3-14)
Contoh 1.
Gambar 3.13.
Penyelesaian :
Karena rangkaian tanpa beban (IL = 0), maka IZ = IS = (VS – VZ)/RS
Untuk Vs = 20 V Is = (20 – 10)/820 = 12,2 mA. = IZ(min)
Untuk Vs = 40 V Is = (40 – 10)/820 = 36,6 mA = IZ(max)
Sehingga VZ = IZ. RZ = (36,6 – 12,2) mA. 7 = 0,171 V.
Ini berarti bahwa tegangan zener yang biasanya 10 V, naik 0,171 V ketika sumber
berubah dari 20 V menjadi 40 V. Karena zener paralel dengan beban, maka
tegangan output sama dengan tegangan pada zener.
VZ
Rs
Vs Vout
Diketahui rangkaian dengan dioda
zener seperti pada Gambar 3.13.
RS = 820 , Tahanan zener = 7 ,
VZ = 10 V, hitunglah perubahan
tegangan zener jika tegangan
sumber VS berubah dari 20 V ke 40
V!
43
Contoh 2.
Gambar 3.14.
a. Berapa nilai pendekatan arus zener
b. Jika sumber mempunyai riak puncak ke puncak = 4 V, hitung riak output
c. Berapa nilai kritis resistansi seri
d. Jika beban berubah, berapa nilai resistansi beban sehingga pengatur zener
tidak bekerja?
Penyelesaian :
a. IS = (VS – VZ)/RS = (40 – 10)V/1,5 k = 20 mA ; VL VZ IL = VL/RL =
10V/1k = 10 mA; IZ = IS – IL = 20 – 10 = 10 mA.
b. S
Z
S
ZRR
VV
mV,VV
RRV S
S
ZZ 7264
150010
c. (max)L
Z(min)S(max)S I
VVR
= (40 – 10)V/10 mA = 3 k
d. SLS
LTH V
RRRV
< VZ {RL/(1,5+RL)}40 < 10. RL < 0,5 k
RL < 500
3.3 LED (Light Emitting Diode)
LED atau dalam bahasa Indonesia diartikan Dioda Pancaran Cahaya
adalah suatu semikonduktor yang memancarkan cahaya monokromatik yang tidak
koheren ketika diberi tegangan maju.
Pada dioda berprategangan maju, elektron bebas melintasi persambungan
dan jatuh ke dalam lubang (hole). Pada saat elektron ini jatuh dari tingkat energi
yang lebih tinggi tingkat energi ke yang lebih rendah, ia memancarkan energi.
Z VZ
Rs
VsRL
Diketahui rangkaian dengan dioda zener
seperti pada Gambar 3.14.
RS = 1,5 k, Tahanan zener = 10 , VZ =
10 V, RL = 1 k
44
Pada dioda-dioda biasa, energi ini dalam bentuk panas, tetapi pada LED energi ini
memancar sebagai cahaya. Dioda-dioda biasa dibuat dari silicon, tetapi LED
dibuat dari bahan gallium, arsen, dan fosfor. Jenis LED ditentukan oleh cahaya
yang dipancarkan. Seperti LED merah, hijau, biru, kuning, oranye, infra merah
dan laser diode. LED yang menghasilkan pemancaran di daerah cahaya tampak
amat berguna dalam instrumentasi, alat hitung (kalkulator) dan sebagainya. LED
inframerah, pemakaiannya dijumpai dalam sistem bahaya pencuri dan bidang-
bidang lain yang memerlukan pemancaran cahaya tak tampak. LED inframerah
juga dipakai untuk transmisi pada sistem remote control dan opto sensor, dan laser
diode yang dipakai untuk optical pick-up pada sistem CD. Gambar 4.21
memperlihatkan simbol dan contoh bentuk fisik LED.
Gambar 3.15. Simbol dan contoh bentuk fisik LED
Yang harus diketahui sebelum menghitung nilai dari resistor untuk LED
adalah tegangan kerja dari LED, tegangan dari sumber listrik dan arus yang
dibutuhkan LED.
Daftar tegangan kerja LED berdasarkan warnanya (http://gopeng.mywapblog.com/)
1. Infra merah : 1,6 V
2. Merah : 1,8 V – 2,1 V
3. Oranye : 2,2 V
4. Kuning : 2,4 V
5. Hijau : 2,6 V
6. Biru : 3,0 V – 3,5 V
7. Putih / Superbright : 3,0 – 3,6 V
8. Ultraviolet : 3,5 V
45
Kecemerlangan LED tergantung dari arusnya. Besar arus maju suatu LED
standard adalah sekitar 20 mA. Gambar 3.16 memperlihatkan cara yang umum
untuk merangkai LED yang dihubung seri dengan sebuah tahanan RS.
Gambar 3.16. Rangkaian LED
Contoh:
LED hijau ingin dinyalakan pada tegangan aki 12 volt dan 0.02 ampere,
berapakah besar tahanan seri yang dibutuhkan?
Jawab:
Karena LED hijau mempunyai tegangan kerja 2,6 volt maka resistor yang
dibutuhkan adalah ;
R = (VS – VLED) / I
R = ( 12 - 2,6 ) / 0.02
R = 470 Ohm.
3.4 Dioda Cahaya (Photo Diode)
Jika semi konduktor menyerap cahaya, maka dapat tercipta pasangan
elektron bebas-lubang yang melebihi jumlah yang telah ada dalam semi konduktor
itu akibat kegiatan termal. Gejala ini disebut penyerapan foto/cahaya (photo
absorption). Meningkatnya konduktifitas listrik akibat kelebihan muatan
pembawa oleh penyerapan foto disebut konduktifitas foto (photo conductivity).
Jika bungkus semi konduktor diberi “jendela” transparan (tembus cahaya) maka
konduktifitas listrik semi konduktor tergantung pada intensitas cahaya yang jatuh
padanya. Inilah prinsip kerja sebuah dioda foto/cahaya. Dioda foto bekerja
berdasarkan intensitas cahaya, jika terkena cahaya maka dioda foto bekerja
seperti dioda pada umumnya, tetapi jika tidak mendapat cahaya maka dioda foto
Arus pada LED: S
LEDSRVVI
IVV
R LEDSS
(3-15)
46
akan berperan seperti resistor dengan nilai tahanan yang besar sehingga arus
listrik tidak dapat mengalir.
Dioda foto adalah jenis dioda yang berfungsi mendeteksi cahaya. Menurut
Wikipedia, cahaya yang dapat dideteksi oleh diode foto ini mulai dari cahaya infra
merah, cahaya tampak, ultra ungu sampai dengan sinar-X. Aplikasi dioda foto
mulai dari penghitung kendaraan di jalan umum secara otomatis, pengukur cahaya
pada kamera serta beberapa peralatan di bidang medis. Simbol dioda diperlihatkan
pada gambar 4.23.
(a) (b) Gambar 3.17. Simbol dioda foto dan rangkaian cara pemasangannya
Dioda foto dipasang terbalik (reverse), karena pada saat dioda dipasang
reverse maka arus tidak akan mengalir karena hambatannya sangat besar sehingga
dioda dianggap sebagai kondisi rangkaian terbuka (open circuit) jika dianalogikan
seperti sakelar. Tetapi pada photo diode, hambatan yang besar tadi bisa menjadi
kecil karena pengaruh cahaya yang masuk. Hal seperti ini bisa menyebabkan arus
mengalir sehingga kondisi seperti ini bisa dikatakan sebagai rangkaian tertutup
(Close Circuit) jika dianalogikan seperti sakelar.
Dioda foto dapat juga digunakan untuk memberikan alarm peringatan
ketika seseorang melewati daerah terlindungi. Rangkaian dibuat tetap siaga
melalui sinar laser atau sinar infra merah yang difokuskan pada dioda foto
tersebut. Ketika sinar laser atau sinar infra merah terhalangi (terputus), alarm akan
terpicu.
47
3.5 Silicon Controlled Rectifier (SCR)
Susunan SCR hampir sama dengan susunan dioda empat lapis, hanya saja
pada SCR terdapat tambahan satu terminal keluar pada basis transistor PNP yang
disebut Gate.
Gambar 3.18. Struktur, simbol dan bentuk SCR
Melalui kaki (pin) gate tersebut memungkinkan komponen ini ditrigger
atau dipicu menjadi ON, yaitu dengan memberi arus gate. Ternyata dengan
memberi arus gate Ig yang semakin besar dapat menurunkan tegangan breakover
(Vbo) sebuah SCR. Tegangan ini merupakan tegangan minimum yang diperlukan
SCR untuk menjadi ON. Pada datasheet SCR, arus trigger gate ini sering ditulis
dengan notasi IGT (gate trigger current). Satu-satunya cara untuk membuat SCR
menjadi OFF adalah dengan membuat arus anoda-katoda turun di bawah arus Ih
(holding current). Besarnya arus holding, umumnya ada di dalam datasheet SCR.
Cara membuat SCR menjadi OFF dengan menurunkan tegangan anoda-katoda ke
titik nol. Ada satu parameter penting lain dari SCR, yaitu VGT. Parameter ini
adalah tegangan trigger pada gate yang menyebabkan SCR ON.
SCR adalah salah satu thyristor yang paling sering digunakan dan dapat
melakukan penyaklaran untuk arus yang besar. SCR dapat digunakan pada
penyearah terkendali.
3.6 Karakteristik Transistor
Ada dua jenis transistor, yaitu transistor sambungan bipolar (bipolar
junction transistor, BJT, sering disebut transistor saja), dan transistor efek
medan (field effect transistor, FET) yang karakteristik kerja dan konstruksinya
berbeda.
48
B
C
E
IB
IC
IE
B
C
E
IB
IC
IE
1. Bipolar Junction Transistor (BJT)
Transistor adalah komponen aktif dengan arus, tegangan atau daya
keluarannya dikendalikan oleh arus masukan. Di dalam sistem komunikasi,
transistor digunakan sebagai penguat untuk memperkuat sinyal. Di dalam
rangkaian elektronik komputer, transistor digunakan untuk saklar elektronik laju
tinggi. Transistor adalah komponen tiga terminal. Ketiga terminal tersebut disebut
Basis (B), Kolektor (C), dan Emiter (E). Transistor mempunyai dua sambungan
(junction), satu di antara emitter (E) dan basis (B), dan lainnya antara basis (B)
dan kolektor (C).
Gambar 3.19. Konstruksi transistor (JE: sambungan emiter, JC: sambungan kolektor)
Transistor npn Transistor pnp
Gambar 3.20. Simbol transistor
Karena itu, sebuah transistor sama seperti dua buah dioda. Dioda sebelah
kiri sebagai dioda emitter-basis (disingkat dioda emitter) dan sebelah kanan
adalah dioda kolektor-basis (dioda kolektor). Untuk transistor npn, emitter
berfungsi untuk mengemisikan atau menginjeksikan elektron ke dalam basis.
Basis di-dope sedikit dan sangat tipis; basis melewatkan sebagaian besar electron
yang diinjeksikan oleh emitter ke kolektor. Kolektor mengumpulkan atau
menagkap elektron-elektron dari basis, dan merupakan bagian terbesar dari tiga
Transistor npn Transistor pnp
n p n
C E
B
JE JC
p n p
C E
B
JE JC
49
-
VCC
-VBB
IB
VBE
VCE
IC
RB
RC
bagian transistor tersebut, kolektor harus mrndisipasikan lebih banyak panas dari
pada emitter atau basis. Transistor pnp merupakan komplemen dari transistor npn.
Pembawa muatan mayoritas pada emitter adalah hole.
Untuk mempelajari karakteristik transistor maka transistor dipasang dalam
rangkaian seperti pada Gambar 3.21. Kurva karakteristik kolektor
menghubungkan IC dan VCE dengan IB sebagai parameter. Pada Gambar 3.22
terlihat bahwa kurva kolektor terbagi menjadi 3 daerah, yaitu jenuh (saturasi),
aktif, dan cut-off.
Gambar 3.21. Rangkaian yang digunakan untuk mempelajari karakteristik kolektor
Gambar 3.22. Kurva kolektor
50
a. Daerah jenuh (saturasi), adalah daerah dengan VCE kurang dari tegangan
lutut (knee) VK. Daerah jenuh terjadi bila sambungan emiter dan
sambungan basis berprategangan maju. Daerah jenuh arus kolektor tidak
tergantung pada nilai IB. Tegangan jenuh kolektor-emiter VCE(sat) untuk
transistor silikon adalah 0,2 V, sedangkan untuk transistor germanium
adalah 0,1 V.
b. Daerah aktif, adalah daerah antara tegangan lutut VK dan tegangan dadal
(break-down) VBR serta di atas IB = ICO. Daerah aktif terjadi bila
sambungan emiter diberi prategangan maju dan sambungan kolektor diberi
prategangan balik. Pada daerah aktif arus kolektor sebanding dengan arus
basis. Penguatan sinyal masukan menjadi sinyal keluaran terjadi pada
daerah aktif.
c. Daerah cut-off (putus) terletak di bawah IB = ICO. Sambungan emiter dan
sambungan kolektor berprategangan balik. Pada daerah ini IE = 0, IC = ICO
= IB.
2. Field Effect Transistor (FET)
Pada FET, hanya menggunakan satu jenis pembawa muatan, dan
dikelompokkan sebagai devais unipolar. Dibanding dengan BJT, FET memiliki
beberapa kelebihan di antaranya adalah:
a. Hambatan dalam input sangat besar.
b. Noisenya kecil, karena pembawa muatan pada FET tidak melewati
hubungan p-n sama sekali.
c. Densitas FET sangat tinggi, sehingga dapat dibentuk rangkaian integrasi
lebih padat.
d. Lebih stabil terhadap suhu.
Kekurangan FET dibandingkan dengan BJT adalah:
a. Kecepatan pensaklarannya (switching) lebih lambat.
b. Secara umum, FET tidak mampu menangani daya besar, walaupun saat ini
sudah ada yang mampu bekerja untuk daya besar.
FET memiliki 3 terminal yaitu Source (S), Drain (D), dan Gate (G). Source
adalah terminal tempat pembawa muatan mayoritas masuk ke kanal untuk
51
menyediakan arus melalui kanal. Drain adalah adalah terminal arus meninggalkan
kanal. Gate adalah elektroda yang mengontrol konduktansi antara Source dan
drain. Sinyal input diberikan pada terminal Drain. Sedangkan substrate atau bulk
umumnya dihubungkan dengan Source. Material pada substrate biasanya netral
atau didope sedikit. Konstruksi dan simbol JFET ditunjukkan pada gambar 3.23.
Gambar 3.23. Konstruksi dan simbol JFET
Umumnya sinyal input diberikan pada terminal Gate. Dalam rangkaian
input, terminal Gate dan kanal bertindak seolah-olah bagai kapasitor plat sejajar,
dan konduktivitas kanal dapat diubah oleh tegangan Gate terhadap Source. Untuk
kanal-n, tegangan positif pada Gate menginduksi muatan negatif pada kanal
sehingga ada aliran elektron dari Source ke Drain. Ada analogi yang mirip antara
JFET dan BJT. Banyak formula dalam FET mirip dengan formula pada BJT,
dengan menganalogikannya seperti pada tabel 3.1.
Tabel 3.1. Analogi terminal BJT dan FET
BJT JFET
Emiter Source
Basis Gate
Kolektor Drain
Operasi JEFT berdasarkan pada pengubahan lebar kanal untuk
mengendalikan arus drain pada saat tegangan VDS diberikan pada drain dan
source. Jika lebar kanal mengecil, maka resistans kanal bertambah dan arus drain
52
mengecil. Dengan memberikan prasikap balik ke sambungan gate-source maka
daerah deplesi pada kanal bertambah, sehigga mengakibatkan lebar kanal
mengecil.
Ada dua cara mengendalikan lebar kanal yaitu:
1. Mengubah nilai tegangan gate-source (VGS) pada tegangan drain-source
(VDS) yang konstan.
2. Mengubah VDS pada VGS konstan.
Pengaruh VGS terhadap ID pada VDS konstan terlihat pada Gambar 3.24a.
Jika VGS bertambah negatif, maka daerah deplesi bertambah dan lebar kanal
berkurang. Pengaruh VDS terhadap ID terlihat pada Gambar 3.24b.
Bertambahnya VDS pada VGS konstan, mengakibatkan ID bertambah. Hal
ini mengakibatkan daerah deplesi bertambah dan kanal menjadi sempit. Karena itu
sampai pada nilai VDS tertentu, pertambahan VDS tidak menambah nilai ID. Pada
VGS = 0, nilai VDS yang menyebabkan ID maksimum disebut tegangan pinch-off
(tegangan jepit) VP. Setelah VP tercapai VDS dan resistans kanal bertambah dengan
laju yang sama. Karena itu ID mendekati konstan dengan bertambahnya VDS.
Daerah operasi antara VP dan VBR (tegangan dadal atau breakdown), disebut
daerah arus konstan.
(a)
53
(b)
Gambar 3.24. (a). Pengaruh VGS terhadap lebar kanal pada VDS konstan, terlihat makin negatif VGS mengakibatkan kanal makin sempit.
(b). Pengaruh VDS terhadap lebar kanal pada VGS konstan, terlihat makin negatif VDS mengakibatkan kanal makin sempit.
Gambar 3.25. Kurva karakteristik drain dari JFET.
54
Ada dua jenis FET, yaitu JFET (Junction Field Effect Transistor) dan
MOSFET (Metal Oxide Semiconductor FET). Teknologi MOS (Metal Oxide
Semiconductor) telah memberikan solusi terhadap masalah yang terdapat pada
pengembangan rangkaian terpadu (Integrated Circuit). Masalah yang dimaksud
adalah disipasi panas yang dengan untai MOS menjadi sangat berkurang. Di
samping itu rangkaian MOSFET (Mental Oxide Semiconductor FET) dapat dibuat
lebih kecil dibandingkan dengan BJT.
3.7 Transistor Sebagai Penguat
Ada tiga jenis konfigurasi penguat transistor, yaitu:
a. Penguat Emiter Bersama (Common Emitter/CE).
b. Penguat Kolektor Bersama (Common Collector/CC).
c. Penguat Basis Bersama (Common Basis/CB).
Karena hampir semua rangkaian transistor, sinyal masukan diberikan ke
basis dan sinyal keluaran diambil dari kolektor maka perbandingan arus kolektor
(IC) dan arus basis (IB) disebut penguatan arus dc (dc current gain) dari transistor.
Gain arus dc ini kadang-kadang ditulis dengan dc = hFE = IC/IB.
Perbandingan karakteristik ketiga konfigurasi tersebut diperlihatkan pada tabel
5.2.
Tabel 5.2. Karakteristik tiga jenis konfigurasi penguat transistor
Item Rangkaian CE Rangkaian CB Rangkaian CC
Penguatan arus Tinggi Rendah (< 1) Tinggi (sama β)
Penguatan tegangan Tinggi Tinggi Kecil (< 1)
Penguatan daya Tinggi Sedang Sedang
Impedansi Input Sedang Rendah Tinggi
Impedansi Output Sedang Tinggi Rendah
Beda fasa output dan input
Beda fasa 180o Sefasa Sefasa
Karakteristik frekuensi tinggi
Kurang baik (cocok untuk penguat frekuensi rendah/audio)
Paling baik Baik
55
Dari ketiga konfigurasi tersebut, yang sering digunakan pada otomotif adalah
Common Emitter (CE), sehingga konfigurasi ini yang akan dijelaskan lebih lanjut.
Prinsip kerja transistor pada contoh rangkaian gambar 5.8, arus kecil pada
basis (B) yang merupakan input dikuatkan beberapa kali setelah melalui
Transistor. Arus output yang telah dikuatkan tersebut diambil dari terminal
Collector (C). Besar kecilnya penguatan atau faktor pengali ditentukan oleh
beberapa perhitungan resistor yang dihubungkan pada setiap terminal transistor
dan disesuaikan dengan tipe dan karakteristik transistor. Signal yang diperkuat
dapat berupa arus DC (searah) dan arus AC (bolak-balik) tetapi maksimal
tegangan output tidak akan lebih dari tegangan sumber (Vcc) Transistor.
Pada gambar 3.26, tegangan pada Basis dikuatkan oleh Transistor menjadi
besar. Perubahan besarnya tegangan output pada Collector akan mengikuti
perubahan tegangan input pada Basis.
Gambar 3.26. Contoh rangkaian transistor sebagai penguat
(Simulasi dengan NI Multisim 12.0)
56
Gambar 3.27. Bentuk signal input dan output penguatan
Pada gambar 3.27 terlihat bentuk gelombang tegangan input dan output. Pada saat
T2, tegangan puncak input = -99,790 mV dan tegangan puncak output = 2,754 V;
sehingga penguatan tegangan = 2,754V/-99,790mV = -27,6 (- berarti tegangan
input dan output berbeda fasa 180o).
3.8 Transistor Sebagai Saklar
Transistor bipolar adalah komponen yang bekerja berdasarkan ada-
tidaknya arus pemicuan pada kaki Basisnya. Cara yang termudah untuk
menggunakan sebuah transistor adalah sebagai sebuah switch (saklar), artinya
bahwa kita mengoperasikan transistor pada salah satu dari saturasi atau titik
sumbat, tidak pada sepanjang garis beban. Jika suatu transistor berada dalam
keadaan saturasi, transistor tersebut seperti sebuah switch yang tertutup dari
kolektor ke emitter. Jika transistor tersumbat (cut off), transistor seperti sebuah
switch yang terbuka. Rangkaian switching transistor dapat digambarkan seperti
pada Gambar 5.10a, sedangkan garis bebannya diperlihatkan pada Gambar 5.10b.
Arus basis dapat dihitung dari: IB RB + VBE – VBB = 0
IB = (VBB – VBE )/RB
57
Jika transistor terhubung-singkat antara kolektor dan emitter, maka arus kolektor:
IC = VCC/RC
Gambar 3.28. (a). Rangkaian switching transistor (b). Garis beban DC
Saat kondisi saturasi, transistor seperti sebuah saklar yg tertutup (on)
sehingga arus dapat mengalir dari kolektor menuju emitor. Sedangkan saat kondisi
cutoff, transistor seperti sebuah saklar yg terbuka (off) sehingga tidak ada arus yg
mengalir dari kolektor ke emitor.
Agar transistor dapat bekerja sebagai saklar, ada beberapa hal yg harus
diperhatikan diantaranya :
Menentukan Ic
Ic adalah arus beban yg akan mengalir dari kaki kolektor ke emitor. Besarnya
arus beban ini tidak boleh lebih besar dari Ic maksimum yang dpt dilewatkan
oleh transistor. Arus beban ini dapat dicari dengan persamaan berikut :
퐼 ( ) < 퐼 ( ) ← 푠푦푎푟푎푡
퐼 ( ) =푉푅
Menentukan hFE (penguatan) transistor
Setelah arus beban yg akan dilewatkan pada transistor diketahui maka
selanjutnya adalah menentukan transistor yg akan dipakai dgn syarat seperti
berikut.
ℎ > 5 푥 퐼 ( )
퐼 ( )
Switch tertutup
Switch terbuka
VCC/RC
VCC VCE
IC
58
Menentukan RB
Setelah transistor yg akan dipakai sebagai saklar telah ditentukan maka
selanjutnya adalah menentukan hambatan pada basis (RB). Besarnya RB ini
dapat dicari dengan persamaan berikut :
퐼 =퐼 ( )
ℎ
푅 =푉 − 푉
퐼
Gambar 3.29 memperlihatkan contoh pemakaian transistor untuk
menswitch relai 12V. Relai ini kemudian digunakan untuk mengaktifkan motor
DC 12V. Penambahan dioda D1 berfungsi sebagai proteksi transistor untuk
menghubung singkat tegangan induksi yang mungkin terjadi saat peralihan
kondisi dari on ke off.
Gambar 3.29. Contoh pemakaian transistor sebagai saklar
59
Contoh simulasi (menggunakan program NI Multisim 12.0) rangkaian transistor
sebagai saklar diperlihatkan pada gambar 3.30. Pada gambar 3.30a, tahanan R3
besar sehingga VBE lebih besar dari tegangan lutut dioda Basis-Emiter
mengakibatkan adanya arus basis (IB) dan arus kolektor (IC) mengalir. Pada
gambar 3.30b, tahanan R3 kecil, VBE kecil, IB mendekati nol, transistor off.
(a) Transistor Q1 konduksi
60
(b) Transistor Q1 tidak konduksi
Gambar 3.30. Simulasi rangkaian dasar transistor sebagai saklar
Pada aplikasi driver relay, transistor bekerja sebagai saklar yang pada saat
tidak menerima arus pemicuan, maka transistor akan berada pada posisi cut-off
dan tidak menghantarkan arus, Ic=0. Dan saat kaki basis menerima arus
pemicuan, maka transistor akan berubah ke keadaan saturasi dan menghantarkan
arus.
Gambar 3.31 adalah contoh rangkaian praktis driver relay. Komponen
aktif rangkaian tersebut adalah 2 buah transistor jenis NPN yang disusun secara
Darlington. Transistor ini berfungsi sebagai saklar elektronik yang akan
mengalirkan arus jika terdapat arus bias pada kaki basisnya, dan akan menyumbat
arus jika tidak terdapat arus bias pada kaki basisnya.
61
Gambar 3.31. Rangkaian driver relay dengan transistor
(http://telinks.files.wordpress.com/2010/04/relaydriver.jpg)
Untuk relay-relai kecil dengan tegangan kerja 5V – 24V, untuk lebih
menghemat biaya, transistor TIP31C dapat diganti dengan C828 atau NPN
sejenis. Untuk relai-relai besar, maka transistor TIP31C sudah lebih dari cukup
untuk mengaktifkan relai dengan mantap.
Contoh hasil simulasi dengan Multisim rangkaian penggerak relai (driver
relay) ditunjukkan pada gambar 3.32. Pada gambar 3.32a, saat R3 besar (dapat
diasumsikan sensor cahaya, LDR, dalam keadaan gelap), arus basis mengalir dan
mengaktifkan transistor Q1, sehingga arus mengalir pada relai K1 dan lampu
menyala (arus pada lampu, IL = 25W/12V = 2,083 A). Pada gambar 3.32b, saat
R3 kecil (dapat diasumsikan keadaan terang), arus basis tidak mengalir dan
transistor Q1 off, sehingga arus tidak mengalir pada relai K1 dan lampu tidak
menyala.
62
(a) Transistor Q1 on, relai K1 aktif, lampu nyala
(b) Transistor Q1 off, relai K1 tidak aktif, lampu padam
Gambar 3.32. Simulasi dengan Multisim rangkaian penggerak relai (driver relay)
63
3.9 Penutup
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan sifat dioda yaitu dapat menghantarkan arus pada tegangan maju
dan menghambat arus pada tegangan balik, maka dioda dapat digunakan
sebagai penyearah (mengubah tegangan AC menjadi DC), mencegah
kerusakan peralatan elektronik akibat tertukarnya polaritas sumber tegangan
DC, dan sebagai sebagai anti shock tegangan pada rangkaian relai.
2. Dioda zener merupakan tulang-punggung pengatur tegangan, yaitu rangkaian-
rangkaian yang menjaga agar tegangan beban hampir konstan/tetap, walaupun
ada perubahan yang besar pada tegangan sumber dan resistansi (tahanan)
beban.
3. LED merupakan merupakan semikonduktor yang memancarkan cahaya
monokromatik yang tidak koheren ketika diberi tegangan maju.
4. Dioda foto adalah jenis dioda yang berfungsi mendeteksi cahaya, yang dapat
diaplikasikan pada penghitung kendaraan di jalan umum secara otomatis,
pengukur cahaya pada kamera, memberikan alarm peringatan ketika
seseorang melewati daerah terlindungi, dan lain-lain.
5. Operasi SCR sama dengan operasi dioda standar kecuali bahwa SCR
memerlukan tegangan positif pada gerbang untuk menghidupkan saklar. SCR
dapat diaplikasikan pada penyearah terkendali.
6. Terminal pada transistor sambungan bipolar (bipolar junction transistor, BJT,
sering disebut transistor saja) adalah Basis (B), Kolektror (C) dan Emiter (E),
sedangkan terminal pada transistor efek medan (field effect transistor, FET)
adalah Gate (G), Drain (D) dan Source (S).
7. Transistor adalah komponen aktif dengan arus, tegangan atau daya
keluarannya dikendalikan oleh arus masukan pada basis. FET dikendalikan
oleh tegangan.
8. Kurva kolektor transistor terbagi menjadi 3 daerah, yaitu jenuh (saturasi),
aktif, dan cut-off. Transistor sebagai penguat beropersi pada daerah aktif,
sedangkan transistor sebagai saklar bekerja pada daerah jenuh (saturasi) dan
cut-off.
64
B. Soal-Soal Latihan
1. Diketahui rangkaian catu daya, seperti pada gambar 3.33.
Identifikasi komponen-komponen elektronika dalam rangkaian tersebut, dan
jelaskan fungsinya masing-masing.
Gambar 3.33.
2. Jelaskan prinsip kerja dan aplikasinya dalam otomotif dari komponen
elektronika berikut.
a. Dioda Zener b. LED c. Dioda Foto (Photo Diode) d. SCR.
3. a. Jelaskan prinsip kerja dan karakteristik BJT.
b. Jelaskan prinsip kerja dan karakteristik FET.
4. Jelaskan cara kerja transistor sebagai penguat sinyal dan sebagai saklar.
TrafoRL1000 uF
R1
LED
R2
Z
SumberAC