Selat Malaka

4
DESKRIPSI SELAT MALAKA A. Kondisi Geostrategik Selat Malaka Letak dan posisi Selat Malaka di antara Pulau Sumatera dan Semenanjung Malaya yang membujur dari utara ke selatan hingga Kepulauan Riau dan membelok ke Timur. Selat Malaka panjangnya kurang lebih dari 900 mil laut, dengan lebar rata-rata 8,3 mil laut dimana tempat tersempit terletak di Pulau Karimun Kecil (Indonesia) dan Pulau Kutub (Malaysia) yang lebarnya hanya 8,4 mil laut. Sedangkan tempat tersempit di Selat Singapura berada antara Pulau Senang (Singapura) dan Pulau Takong Besar (Indonesia) selebar 3,2 mil laut serta antara Pulau St. John dan Pulau Anak Sambo selebar 3,4 mil laut. Curah hujan yang tinggi, adanya pasang surut dan terdapatnya angin musim (Monsoon) semakin menambah kompleksitas Selat Malaka. Selain kondisinya yang sempit, kedalaman laut dan pasang surutnya juga tidak beraturan, mulai lebih dari 73 meter hingga kurang dari 25 meter. Sehingga kondisi pasang surut berkisar dari 3,7 meter di sekitar perairan One Fathom Bank dan 1,6 meter di perairan sekitar mercusuar Horsburgh. Selain itu terdapat pula kedalaman laut yang sangat dangkal dengan kedalaman 4,9 meter, yaitu di sekitar perairan Raleigh Shoal yang terletak antara Indonesia dan Malaysia atau di sekitar kepulauan Aruah. B. Potensi Selat Malaka Begitu strategis dan pentingnya Selat Malaka, selama ini telah di sia-siakan Pemerintah Indonesia. Akibatnya negara ini harus kehilangan potensi pendapatan puluhan triliun rupiah setiap tahunya dari potensi ekonomi selat yang menjadi jalur pelayaran

description

..

Transcript of Selat Malaka

DESKRIPSI SELAT MALAKAA. Kondisi Geostrategik Selat Malaka

Letak dan posisi Selat Malaka di antara Pulau Sumatera dan Semenanjung Malaya yang membujur dari utara ke selatan hingga Kepulauan Riau dan membelok ke Timur. Selat Malaka panjangnya kurang lebih dari 900 mil laut, dengan lebar rata-rata 8,3 mil laut dimana tempat tersempit terletak di Pulau Karimun Kecil (Indonesia) dan Pulau Kutub (Malaysia) yang lebarnya hanya 8,4 mil laut. Sedangkan tempat tersempit di Selat Singapura berada antara Pulau Senang (Singapura) dan Pulau Takong Besar (Indonesia) selebar 3,2 mil laut serta antara Pulau St. John dan Pulau Anak Sambo selebar 3,4 mil laut.

Curah hujan yang tinggi, adanya pasang surut dan terdapatnya angin musim (Monsoon) semakin menambah kompleksitas Selat Malaka. Selain kondisinya yang sempit, kedalaman laut dan pasang surutnya juga tidak beraturan, mulai lebih dari 73 meter hingga kurang dari 25 meter. Sehingga kondisi pasang surut berkisar dari 3,7 meter di sekitar perairanOne Fathom Bankdan 1,6 meter di perairan sekitar mercusuar Horsburgh. Selain itu terdapat pula kedalaman laut yang sangat dangkal dengan kedalaman 4,9 meter, yaitu di sekitar perairanRaleigh Shoalyang terletak antara Indonesia dan Malaysia atau di sekitar kepulauan Aruah.

B. Potensi Selat Malaka

Begitu strategis dan pentingnya Selat Malaka, selama ini telah di sia-siakan Pemerintah Indonesia. Akibatnya negara ini harus kehilangan potensipendapatan puluhan triliun rupiah setiap tahunya dari potensi ekonomi selat yang menjadi jalur pelayaran tersibuk di dunia yang dilalui lebih dari 90.000 kapal berbagai ukuran setiap tahunnya denganmuatan kargo dan minyak dari seluruh dunia.

Setidaknyaadatiga faktoryang menjadi kepentingan banyak negara di Selat Malaka,yaitu : Peperangan dan proyeksi kekuatan militer melintasi dunia, Kepentingan komersial dan perdagangan maritim, Eksploitasi ekonomi sumber daya laut.

Dari usaha jasa pandu kapal saja, Singapura disinyalir memperoleh separuh dari omset bisnis itu atau sekitar 30 trilun rupiah setiap tahunnya. Dengan asumsi jumlah kapal yang melalui Selat Malaka pertahun sebanyak 90 ribu kapal berarti sebulanya 7.500 kapal yang lalu lalang dan jika jasa pandu kapal 65.000 dollar AS per kapal maka jika ada 90 ribu kapal berarti omset bisnis ini pertahun mencapai 58 triliun rupiah. Bila Singapura mengelola separuh dari omset tersebut maka pendapatan negeri kota itu sekitar 30 triliun rupiah per tahun, sisanya dibagi Malaysia dan Indonesia.Singapura juga menikmati pendapatan dari biaya lego jangkar dan labuh kapal yang nilainya mencapai puluhan triliun rupiah setiap bulannya. Negara itu juga menikmati pendapatan dari penjualan air bersih dan Bahan Bakar Minyak yang nilainya juga mencapai puluhan triliun rupiah setiap bulannya.Indonesia yang memiliki sebagian besar atau sekitar 80 persen wilayah Selat Malaka ironisnya hanya menjadi penonton dan ironisnya lagi malah menjadi pemasok barang barang yang dijual Singapura ke atas kapal asing tersebut, contohnya air bersih dan Bahan Bakar Minyak serta gas.

C. The Most Dangerous Prone Water In The World

Sebelum tahun 2005, perompakan di selat malaka sampai pada tahap yang mengkhawatirkan. Selat malaka pun di juluki sebagai The Most Dangerous Prone Water In The World, wilayah yang paling berbahaya di dunia. Pada hal, hampir 80 persen lalu lintas ekonomi dan energi bagi Negara-negara Asia Timur melalui selat malaka.

Selat malaka pernah dikategorikan sebagai perairan yang rawan perompakan oleh Internasional Maritime Bureau (IMB) yang berkedudukan di Kuala Lumpur. Dalam catatan IMB, kejahatan di perairan selat malaka menunjukan kualitas dan kuantitas yang membahayakan lalu-lintas kapal niaga Negara pengguna laut (User State). Amerika Serikat, China, Jepang, dan Korea Selatan pun berniat mengirimkan armada ke selat malaka untuk menghadapi kejahatan tersebut, karena setiap hari tidak kurang dari 500 kapal niaga berlalu lalang melalui Selat Malaka.

Untuk itu, pada tahun 2005, Indonesia, Malaysia dan Singapura bekerja sama melakukan patroli keamanan yang terkordinasi di perairan Selat Malaka dengan sandi Patkor Malsindo, dan Indonesia pun sebelumnya membuat Operasi Gurita yang di buat oleh Armada RI Kawasan Barat. Amerika juga ikut membantu Indonesia untuk memasang radar pantai (coastal radar) di sepanjang pantai timur Sumatra mencapai 12 radar.Begitu pun dengan singapura memasang surface picture (surpic) radar yang dapat memantau lalu lintas di sepanjang Selat Singapura secara Real Time.

Pengamanan laut, utamanya di Selat Malaka, ditrmpuh melalui dua pendekatan secara simultan, yaitu langkah unilateral dan multilateral. Langkah unilateral merupakan langkah internal dalam bentuk pembangunan kekuatan laut, peningkatan maritime domain awareness, dan melaksanakan gelar patrol rutin di perairan yang rawan. Sedangkan langkah multilateral untuk menjamin keamanan maritime dalam bentuk kerja sama dengan Negara-negara pantai berupa patrol terkoordinasi, latihan bersama, intelegence sharing, dan capacity building.

Daftar Pustaka

Purdjianto Tedjo Laksamana. Mengawal Perbatasan Negara Maritim: Grasindo

http://thestoryofwardana.wordpress.com/2013/07/08/repost-selat-malaka-potensi-yang-diabaikan/

http://www.acehloensayang.com/2012/01/kondisi-geostrategik-selat-malaka.html