Seksio Sesarea Pada Primitua + Infertil
-
Upload
endriko-toreh -
Category
Documents
-
view
175 -
download
9
Transcript of Seksio Sesarea Pada Primitua + Infertil
LAPORAN KASUS
SEKSIO SESAREA PADA PRIMITUA + RIWAYAT
INFERTIL 9 TAHUN
Oleh:
FAHRIZAL MARADJABESSY030111046
Pembimbing :
Prof. dr. Eddy Suparman, SpOG (K)
BAGIAN/SMF OBSTETRI GINEKOLOGIFAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI/RSUP PROF DR. R.D. KANDOU
MANADO2008
0
PENDAHULUAN
Seksio sesarea ialah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka
dinding perut dan dinding uterus. Dewasa ini seksio sesarea jauh lebih aman
dilakukan berhubung dengan adanya antibiotika, transfusi darah, teknik operasi yang
lebih sempurna, dan anestesi yang lebih baik. Tetapi, setiap seksio sesarea harus
memiliki indikasi yang tepat sebelum diputuskan untuk dilakukan. Seksio sesarea
merupakan penanganan yang tepat untuk keadaaan dimana persalinan pervaginam
tidak dapat dilakukan dengan aman.1,2,3,4
Kehamilan resiko tinggi (KRT) adalah suatu kehamilan dimana jiwa dan
kesehatan ibu dan atau bayi dapat terancam. Dengan kata lain faktor resiko tinggi akan
menghadapi morbiditas dan mortalitas terhadap ibu dan janin dalam kehamilan,
persalinan, dan nifas. Karena kasus-kasus resiko tinggi mencakup kepentingan dua
nyawa, maka penanganannya harus dipertimbangkan sebaik-baiknya.5
Rochayati dkk mengemukakan kriteria KRT antara lain primuda, primitua,
primisekundi, umur 35 tahun atau lebih, tinggi badan 145 cm atau kurang,
grandemultipara, BOH, bekas seksio, preeklampsia, hamil serotinus, perdarahan
antepartum, kelainan letak, kelainan medis, dan lain-lain.5,6 Primisekundi adalah jarak
antara persalinan terakhir dengan kehamilan yang sekarang 10 tahun atau lebih.5,7
Fertilitas ialah kemampuan seorang istri untuk menjadi hamil dan melahirkan
anak hidup oleh suami yang mampu menghamilkannya. Sebelum dan sesudahnya
tidak seorangpun tahu apakah pasangan itu fertil atau tidak. Riwayat fertilitas
sebelumnya sama sekali tidak menjamin fertilitas di kemudian hari, baik pada
pasangan itu sendiri maupun berlainan pasangan. Infertilitas atau dinyatakan dengan
kesuburan berkurang merupakan ketidakmampuan pasangan suami istri untuk
mendapatkan anak setelah satu tahun bersenggama tanpa menggunakan alat
kontrasepsi. Infertilitas pada pria dibagi atas infertilitas primer, dimana seorang pria
tidak pernah menghamili wanita dan infertilitas sekunder yaitu suatu keadaan dimana
seorang pria pernah menghamili wanita. Pada wanita disebut infertilitas primer jika
istri belum pernah hamil walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada
kemungkinan kehamilan selama 12 bulan. Disebut infertilitas sekunder kalau istri
1
pernah hamil, akan tetapi kemudian tidak terjadi kehamilan lagi walaupun
bersenggama dan dihadapkan pada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan.8,9
Berikut ini akan dilaporkan sebuah kasus seksio sesarea pada primitua dan
riwayat infertil 9 tahun yang terjadi di RSU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
2
LAPORAN KASUS
Identitas
Nama : Ny. H. N Nama Suami : Tn. N. N
Umur : 41 tahun Umur : 42 tahun
Tempat lahir : Gorontalo Pekerjaan : Buruh
Alamat : Ketang Baru Link 1 Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
MRS : 05 Mei 2008 (Jam 15.36 Wita)
Penderita dikirim dari Poliklinik Obstetri RSU Prof Kandou dengan diagnosis G1P0A0,
41 tahun, hamil aterm, belum inpartu + primitua + riwayat infertil 9 thn, Janin intra
uterin, tunggal, hidup, letak kepala
Anamnesis Utama
Nyeri perut bagian bawah belum dirasakan
Pelepasan lendir campur darah (-)
Pelepasan air dari jalan lahir (-)
Pergerakan janin (+) saat MRS
Riwayat penyakit jantung, paru, ginjal, sakit kuning, kencing manis, darah
tinggi → disangkal
Riwayat Gemelli (-)
BAB/BAK biasa
PAN 9 X di PKM Wonasa, 2 X di Poliklinik Obstetri RSU Prof Kandou
HPHT : ? September 2007 TTP : ? Juni 2007
Menikah 1 kali selama 10 tahun KB : (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Status PraesensKeadaan umum : Cukup Kesadaran : CM
Tekanan Darah : 120/80 mmHg Nadi : 88 x / menit
3
Respirasi : 24 X/mnt Konjungtiva : Anemis (-)
Sklera : Ikterik (-) Jantung & paru : Tidak ada kelainan
Edema : (-) / (-) BB : 74 kg.
TB : 152 cm.
Status ObstetrikTFU : 34 cm Letak janin : letak kepala U
punggung kiriHis : ( - ) BJJ : 12 – 12 – 13 TBBA : 3400 gr ( Palpasi )
Laboratorium : Hemoglobin : 12,3 gr%
Leukosit : 11.200 /mm3
Trombosit : 408.000/mm3
GDS : 79 mg/dl
Diagnosis
G1P0A0, 41 tahun, hamil aterm, belum inpartu + primitua + riwayat infertil 9 thn
Janin intra uterin, tunggal, hidup, letak kepala
Sikap
MRS
Lab, USG, NST
Rencana Seksio Sesarea Cito
Konseling
Sedia donor, setuju operasi
Lapor Konsulen (dr. J.K. SpOG) : advis seksio sesarea
USG
Janin intra uterin letak kepala
FM (+) / FHM (+)
BPD : 91,3 AC FL : 68
Plasenta di fundus
Air ketuban cukup
TBBA : 3010 gr
Kesan hamil WNL (With Normal Limit)
NST : Suspicious
Sikap
R/ Seksio sesarea cito
4
NST
Jam 21.00 : NST : Reaktif
Lapor Konsulen : Advis SC besok pagi
Jam 2200 – 2300 BJA : 12-12-13 His : (-)
Jam 2300 – 0000 BJA : 12-12-13 His : (-)
Tanggal 6 Mei 2008
Jam 0000 – 0100 BJA : 12-12-13 His : (-)
Jam 0100 – 0200 BJA : 12-12-12 His : (-)
Jam 0200 – 0300 BJA : 12-12-12 His : (-)
Jam 0400 – 0500 BJA : 12-12-11 His : (-)
Jam 0500 – 0600 BJA : 12-13-12 His : (-)
Jam 0700 – 0800 BJA : 12-12-13 His : (-)
Jam 0800 – 0900 BJA : 12-13-12 His : (-)
Jam 0900 – 1000 BJA : 12-12-13 His : (-)
Jam 1000 – 1100 BJA : 12-12-12 His : (-)
Jam 1100 – 1200 BJA : 12-13-12 His : (-)
Jam 1300 – 1400 BJA : 13-12-12 His : (-)
Operasi tertunda menunggu persiapan keluarga dan kamar operasi
Jam 1400 – 1500 BJA : 13-12-12 His : (-)
Jam 1500 – 1600 BJA : 12-13-12 His : (-)
Jam 16.30 : Penderita di dorong ke OK cito
Jam 17.10 : Operasi dimulai, dilakukan SCTP
Jam 17.15 : Lahir bayi ♂, BBL : 3050 gr, PBL 46 cm, AS 7-9
Jam 18.20 : Operasi selesai
LAPORAN OPERASI
Pasien dibaringkan terlentang di atas meja operasi dilakukan antiseptik pada abdomen
dan sekitarnya dengan povidon iodine. Penderita ditutup dengan doek steril, kecuali
lapangan operasi. Dalam keadaan GA dilakukan insisi linea mediana inferior. Insisi
diperdalam lapis demi lapis secara tajam dan tumpul sampai tampak peritoneum.
Peritoneum dijepit dengan 2 pinset. Setelah yakin tidak ada usus dibawahnya,
peritoneum digunting kecil dan diperlebar keatas dan kebawah. Haak abdomen
dimasukkan, tampak uterus gravidarum. Identifikasi plika vesikouterina, dijepit dan
5
digunting kecil dan diperlebar ke lateral lalu kandung kencing disisihkan ke bawah.
Identifikasi SBR, insisi semilunair, diperdalam sampai kavum uterik tampak ketuban
dan dipecahkan keluar cairan putih keruh ± 150 cc. Identifikasi janin letak kepala,
janin dilahirkan dengan meluksir kepala. Jam 17.15 lahir bayi laki-laki dengan BBL
3050 gr, PBL 46 cm, AS 7-9. Sementara jalan napas dibersihkan, tali pusat digunting
diantara 2 klem kocher, bayi diserahkan kepada sejawat neonati untuk penanganan
selanjutnya. Plasenta dilahirkan dengan tarikan ringan pada tali pusat, lahir lengkap
dengan selaputnya dengan BPL 550 gr. Luka SBR dijepit dengan beberapa ring tang.
Cavum uteri dibersihkan dari sisa darah dan ketuban. Luka SBR dijahit dengan 2 lapis
secara simpul dan jelujur dengan cromic cat gut. Kontrol perdarahan tidak ada
perdarahan, dilanjutkan dengan retroperitonealisasi secara jelujur dengan cat gut.
Kontrol perdarahan tidak ada perdrahan. Identifikasi uterus terdapat mioma
submukosum dengan mioma 2x3 cm dan 3x4 cm dan mioma intramural, kedua tuba
dan ovarium normal. Kavum abdomen dibersihkan dari isa darah dan bekuan darah.
Dilanjutkan dengan penutupan dinding abdomen lapis demi lapis. Peritoneum secara
jelujur dengan cat gut, otot secara simpul dengan cromic cat gut. Fasia secara jelujur
dengan dexon 1.0. Subcutan secara simpul dengan cat gut, kulit secara subcuticuler
dengan cromic cat gut. Luka operasi ditutup dengan gaas steril. Ibu dibersihkan.
Operasi selesai.
KU post operasi : T:120/70 mmHg, N:84 x/mnt, R:24 x/mnt, S:36,8 oC
Konraksi uterus : Baik
Perdarahan : + 700 cc. Diuresis : + 300 cc
Diagnosa Post Operasi
P1A0, 41 tahun, partus maturus dengan SCTP a.i. Primitua + riwayat infertil 9 tahun
Lahir bayi ♂, BBl 3050 gr, PBL 46 cm, AS 7-9
Instruksi Post Operasi
Kontrol tanda vital, diuresis dan perdarahan
Puasa sampai peristaltik (+)/flatus (+)
Infus RL : D5% := 2 : 2 : 30 gtt/menit
Antibiotik : Cefotaxime inj 3 x 1 gr i.v
Metronidazole drips 2 x 0,5 gram
6
Pitosin-S inj. 3 x 1 ampul drips
Vitamin C 1 x 1 ampul i.v
Kaltrofen suppositoria 1 x 2
Cek Hb 6 jam post operasi
Follow Up
7 Mei 2008
S : Keluhan (-)
O: Status Praesens : KU : Cukup Kes: CM
TD : 130/80 N : 92 x/mnt
R : 24 x/mnt S : 36,8 °C
Status Puerpuralis : Laktasi -/-, infeksi -/-
TFU : 2 Jari bawah pusat Kontraksi baik
Peristaltik / Flatus (-)
Hb : 11,1 gr %
A: P1A0 41 tahun post partus maturus dengan SCTP a.i. Primitua + riwayat infertil 9
tahun
Lahir bayi laki-laki, BBL : 3050 gr, PBL 46 cm, AS 7-9
P : IVFD D 5 % : RL =2 : 2
Cefotaxime inj 3 x 1 gr
Metronidazole inj 2 x 500 mg
Piton S 3 x 1 amp I.V.
8 Mei 2008
S : Keluhan (-)
O: Status Praesens : KU : Cukup Kes: CM
TD : 120/80 N : 88 x/mnt
R : 24 x/mnt S : 36,8 °C
Status Puerpuralis : Laktasi -/-, infeksi -/-
TFU : 2 Jari bawah pusat Kontraksi baik
Luka operasi terawat
Peristaltik / Flatus (+)
7
A: P1A0 41 tahun post partus maturus dengan SCTP a.i. Primitua + riwayat infertil 9
tahun hari II
Lahir bayi laki-laki, BBL : 3050 gr, PBL 46 cm, AS 7-9
P : Diet Bubur
Cefadroxil 3 x 500 mg
Metronidazole 3 x 500 mg
SF 1 x 1 tab
9 Mei 2008
S : Keluhan (-)
O: Status Praesens : KU : Cukup Kes: CM
TD : 120/70 N : 84 x/mnt
R : 24 x/mnt S : 36,3 °C
Status Puerpuralis : Laktasi +/+, infeksi -/-
TFU : 2 Jari bawah pusat Kontraksi baik
Luka operasi terawat
A: P1A0 41 tahun post partus maturus dengan SCTP a.i. Primitua + riwayat infertil 9
tahun hari III
Lahir bayi laki-laki, BBL : 3050 gr, PBL 46 cm, AS 7-9
P : Diet Bubur
Cefadroxil 3 x 500 mg
Metronidazole 3 x 500 mg
SF 1 x 1 tab
10 Mei 2008
S : Keluhan (-)
O: Status Praesens : KU : Cukup Kes: CM
TD : 110/70 N : 88 x/mnt
R : 22 x/mnt S : 36,5 °C
Status Puerpuralis : Laktasi +/+, infeksi -/-
TFU : 2 Jari bawah pusat Kontraksi baik
Luka operasi terawat
8
A: P1A0 41 tahun post partus maturus dengan SCTP a.i. Primitua + riwayat infertil 9
tahun hari IV
Lahir bayi laki-laki, BBL : 3050 gr, PBL 46 cm, AS 7-9
P : Asi on demand Konseling KB
Cefadroxil 3 x 500 mg Rencana pulang besok
SF 1 x 1 tab
11 Mei 2008
S : Keluhan (-)
O: Status Praesens : KU : Cukup Kes: CM
TD : 110/70 N : 84 x/mnt
R : 24 x/mnt S : 36,3 °C
Status Puerpuralis : Laktasi +/+, infeksi -/-
TFU : 2 Jari bawah pusat Kontraksi baik
Luka operasi kering
A: P1A0 41 tahun post partus maturus dengan SCTP a.i. Primitua + riwayat infertil 9
tahun hari III
Lahir bayi laki-laki, BBL : 3050 gr, PBL 46 cm, AS 7-9
P : Asi on demand Konseling KB
Cefadroxil 3 x 500 mg Pulang hari ini
SF 1 x 1 tab
9
DISKUSI
Pada kasus ini akan didiskusikan mengenai :
1. Dasar diagnosa pada kasus ini,
2. Penanganan pada kasus ini
3. Prognosis pada kasus ini
Dasar Diagnosa pada kasus ini
Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang.
Pada pasien ini berdasarkan anamnesis di dapatkan bahwa kehamilan saat ini
adalah kehamilan pertama kali.
HPHT pada pasien ini tidak jelas tanggalnya yang hanya di ingat adalah bulan
dan tahunnya yaitu HPHT : ? September 2007 – TP : ? Juni 2008, dan
berdasarkan bulan dan tahun tersebut di dapatkan kehamilan sudah aterm,
ditunjang dengan pemeriksaan USG menunjukkan kehamilan sudah aterm.
Dimana dipakai rumus Naegele perkiraan partus, hari + 7, bulan – 3 dan tahun
+ 1.1
Tapi pada pasien ini tidak ditemukan tanda-tanda inpartu. Usia penderita saat
ini sudah 41 tahun, hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa umur
35 tahun atau lebih dan pasien ini merupakan primitua merupakan kehamilan
dengan resiko tinggi.5,6 untuk Poedji Roochyati skor dimana skornya adalah 8
dan termasuk kriteria resiko tinggi.5,7
Pada kasus ini pasien belum mempunyai anak dari perkawinannya selama 10
tahun, walaupun bersenggama tanpa menggunakan alat kontrasepsi dan
dihadapkan pada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan.8 Tidak ada riwayat
tinggal berjauhan pada pasangan suami istri ini. Kemungkinan penyebab
infertil pada kasus ini ialah mioma uteri, dimana setelah dilakukan operasi di
dapatkan mioma submukosum dan intramural yang berada di dekat tuba
Menurut kepustakaan infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup
atau menekan pars interstisial tuba sedangkan mioma submukosum juga
memudahkan terjadinya abortus oeh karena distorsi rongga uterus.8
10
Penanganan pada kasus ini
Pada kasus ini ibu mempunyai kehamilan dengan resiko tinggi , yaitu mengingat umur
ibu yang sudah 41 tahun, primitua, dan mempunyai riwayat infertil selama 9 tahun,
dengan begitu anak yang di kandungnya ini merupakan anak yang sangat diharapkan
“anak mahal”, pada pasien ini kehamilan suda aterm tetapi belum ditemukan tanda –
tanda inpartu sedangkan untuk dilakukan induksi sudah tidak bisa lagi, ini sesuai
dengan protokol di bagian obstetri ginekologi RSU Prof. Kandou, dimana umur > 35
tahun tidak bisa dilakukan oksitosin drips.10 sehingga diputuskan dilakukan seksio
sesarea untuk mengurangi segala resiko baik pada ibu dan terutama kepada janin.
Pada pasien ini juga sudah dilakukan konseling untuk dilakukan sterilisasi tapi ibu
belum siap untuk dilakukan sterilisasi.
Prognosis pada kasus ini
Prognosis pada ibu maupun janin pada kasus ini adalah dubia ad bonam. Pada ibu
tidak terjadi komplikasi pasca bedah selama dilakukan follow up di ruangan. Kondisi
janin dalam keadaan baik dengan skor APGAR 7-9.11
PENUTUP
11
Kesimpulan
Dari pembahasan laporan kasus, dapat disimpulkan :
Penanganan pasien ketika di rumah sakit telah tepat, mengingat telah sesuai
dengan indikasi dan protokol rumah sakit
Seksio sesarea pada kasus ini atas indikasi primitua dan riwayat infertil 9 tahun
dan juga atas indikasi sosial “anak mahal”
Pemeriksaan antenatal sangat penting terutama pada kehamilan pada usia tua
karena memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi.5
Penyebab infertil pada kasus ini karena adanya mioma uteri
Saran
Dianjurkan agar ibu memakai kontrasepsi progestin (implan)
Ibu bisa hamil lagi dalam 2 tahun berikut dengan pemeriksaan antenatal yang
teratur dan persalinan dilakukan di rumah sakit
DAFTAR PUSTAKA
12
1. Wiknjosastro H, Saifuddin A, Rachimhadhi T, Husodo L. Pembedahan Dengan
Laparotomi. Dalam: Ilmu Kebidanan,ed 3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo;1999.hal.155, 863-4.
2. Wiknjosastro H, Saifudin AB, Rachimhadhi T, editor. Seksio Sesarea. Dalam :
Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta, Yayasan Bina Pustaka. 2000. hal. 133-41.
3. Martin RW, Winfred LW, Morrison JC. Cesarean Birth: Surgical Techniques. In :
Sciarra Gynecologi and Obstetric, 2nd edition, New York, Lippincott-Raven, 1997.
4. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap III LC, Hauth JC, Wenstrom KD.
Obstetri Williams Edisi 21vol 1. 2004. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hal 591
5. Mochtar R. Sinopsis Obstetri – Obstetri Operatif, Obstetri Sosial. Edisi kedua,
jilid II. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1998. hal 201-6.
6. Manuba Ide Bagus. Kapita Selekta – Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi
Dan KB. EGC. 2000. hal. 104-13.
7. Bagian Obstetri & Ginekologi Fak. Kedokteran Univ. Padjajaran Bandung. Obtetri
Fisiologi. Bandung: Elstar Offset.
8. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Infertilitas. Dalam: Ilmu
Kandungan. Edisi kedua. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta:
1999; 343, 496-7.
9. Mochtar R, Lutan D. Kasus Resiko Tinggi. Dalam: Sinopsis Obstetri. Jilid 2 edisi
2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta: 1998; 201-6
10. Buku Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian Obstetri Ginekologi RSU Prof R.D.
Kandou. 2006.
11. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap III LC, Hauth JC, Wenstrom KD.
Obstetri Williams Edisi 21vol 2. 2004. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hal 1175
13