SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan...
-
Upload
nguyenliem -
Category
Documents
-
view
220 -
download
3
Transcript of SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan...
SEKOLAHPASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2010
IWAN SETIAWAN
ARAHAN PENGEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN SUMBAWA BERBASIS KOMODITAS
UNGGULAN DAERAH
.....
/wan Setiawan NRP A156080144
Bogor, Januari 2010
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa berbasis Komoditas Unggulan Daerah adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daflar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI
Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process, spatial analysis
The agricultural sector had been playing an important role in Sumbawa Regency development program. Accelerating process of agricultural development could be done by developing local primary commodities. This research purposes wero to determine alternatives and the development strategies of the primary food orop commodities in Sumbawa Regency. Research was carried out by collecting stakeholde(s perception, productivity and economic value of the food crops in Sumbawa Regency and West Nusa Tenggara Province. The analysis methods used were Klassen typology, analytical hierarchy process and spatial analysis. The results showed that local primary food crop commodities were com (score 0,33), mung beans (score 0,23), soybean (score 0, 19), chilli (score O, 16), and sweet potatoes (score 0,09). tne development of com and mung beans were more focussed on marketing accessibility to other regions through cooperation contract to be more guaranteed prices. For soybeans, chi/II and sweet potatoes, development could be dona by extending the netves: area, use of superior seeds, use of water pumps to overcome the limitations of water. intercropplng planting patterns, and develop microfinanco institutions in the rural district.
/WAN SETIAWAN. Developing Agricultural Sector in Sumbawa Regency Based on Local Primary Commodities. SupeNised by DWI PUTRO TEJO BASKORO and MUHAMMAD FIRDAUS.
ABSTRACT
Sektor pertanian yang tetap berperan penting dalam pembangunan Kabupaten Sumbawa menjadl tltik tolak arah pembangunan ke depan. Hal ini dinyatakan dalam visi Kabupaten Sumbawa sebagai daerah agribisnis berdaya saing menuju masyarakat sejahlera. Untuk itu, diperlukan upaya identifikasi sumberdaya agribisnis yang diunggulkan di daerah. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) menentukan altematif komodilas unggulan tanaman pangan, 2) menentukan prioritas komoditas untuk dikembangkan. 3) memetakan wilayah pengembangan, dan 4) merumuskan arahan strategis pengembangannya.
Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder berupa tingkat produktivitas dan nilai ekonomi tanaman pangan di Kabupaten Sumbawa dan Nusa Tenggara Barat, serta data primer berupa persepsi berbagal pihak terkalt. Metode analisis yang digunakan berupa tipologi Klassen untuk menentukan alternatif komoditas tanaman pangan unggulan di Kabupaten Sumbawa. Penentuan prioritas pengembangan dengan proses hirarl<i analitik oleh responden pakar yang dipilih secara purposive sampling. Wilayah pengembangan dianalisis secara spasial tematik dengan mempertimbangkan tingkat produksi saat ini. Serta arahan pengembangan dlrumuskan secara deskriptif berdasarkan proyeksi konsumsi dan hasil analisis spasial zona agroekologl dengan pola penggunaan lahan yang ada.
Hasil analisis tipologi Klassen menunjukkan bahwa komodltas jagung, kedelai, kacang hijau, ubi jalar. dan cabe rawit rnerupakan altematif komoditas unggulan daerah Kabupaten Sumbawa. I ndikator keunggulan ditunjukkan oleh estimasi nilai ekonomi dan produktivitas yang lebih tinggi diband1ngkan rata-rata daerah acuan Nusa Tenggara Baral. Berdasarkan proses hirarkl analltlk, urutan prioritas komoditas tersebut dari yang lebih penting sampai kurang penting adalah jagung (skor 0,33), kacang hijau (skor 0,23), kedelal (skor 0, 19), cabe rawit (skor 0, 16), dan ubi jalar (skor 0,09). Prioritas tersebut dipengaruhi oleh faktor pasar (skor 0,30), modal (skor 0,24), lahan (skor 0,20). nilai tambah (skor 0, 1 B). dan preferensi (skor 0,09).
Tingkat produksi yang aca saat ini memberikan peluang pengusahaan komoditas jagung untuk dikembangkan di Kecamatan Labangka, Plampang, Lunyuk. dan Utan. Kacang hijau di Moyo Hillr. Empang, Lopok, dan Plampang. Komoditas kedelai, cabe rawit, dan ubi jalar berpotensi untuk dikembangkan pada areal yang lebih luas secara lebih intensif. Wilayah yang dapat dijadikan sentra pengembangan kedelal adalah Kecamatan Alas Baral, Alas, Lantung, Buer, Empang, Ropang, Rhee, Lenangguar, Tarano, serta Lunyuk. Wilayah pengambangan cabe rawit meliputi Kecamatan Buer, Batu Lanteh, Plampang, Tarano, can Labangka. Dan ubl jalar dapat dikembangkan di Kecamatan Labuhan Badas, Batu Lanteh, Sumbawa, dan Buer.
Produksi jagung dan kacang hijau saat ini sudah mampu memenuhi kebutuhan konsumsi regional dengan indeks kecukupan masing-masing sebesar 2,58 dan 8,09. Sedangkan kedelai. cabe rawit, dan ubi jalar produksi saat ini masih belum mencukupi secara relatif kebutuhan konsumsi regional Nusa Tenggara Ba.rat dengan indeks kecukupan kurang dart satu (<1). Bila
IWAN SETIAWAN. Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa berbasis Komoditas Unggulan Daerah. Dibimbing oleh DWI PUTRO TEJO BASKORO dan MUHAMMAD FIRDAUS.
RINGKASAN
Kata kunci: perencanaan wilayah. komoditas unggulan, proses hirarki analitik, analisis spasial
dipernatikan secara biogeofisik karakteristik wilayah potensial untuk pengembangan komoditas unggulan tersebut menyebar hampir secara merata di seluruh wilayah kecamatan yang ada. Dengan demikian, pengembangan jagung dan kacang hijau lebih ditekankan pada aksesibilitas pemasaran Ke luar daerah melalui kontrak ke~asama agar harga dapat lebih terjamin. Untuk kedelai, cabe rawit, dan ubi jalar. pengembangannya dapat dilakukan dengan meningkatkan intensifikasi berupa penggunaan benih unggul, penggunaan pompa air untuk mengatasi keterbatasan ketersediaan air, menerapkan pola tanam tumpang sari, dan menumbuhkembangkan lembaga keuangan mikro di pedesaan.
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOG OR 2010
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada Program Studl llmu Perencanaan Wilayah
IWAN SETIAWAN
ARAHAN PENGEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN SUMBAWA BERBASIS KOMODITAS
UNGGULAN DAERAH
Tanggat Lulus O J .-Ea 2010 Tanggal Ujian: 13 Januari 2010
Diketahui
Anggota Ketua Ph.D
Kornisl Pembimbing
Oisetujui
Nam a NRP
: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa berbasis Komoditas Unggulan Oaerah lwan Setiawan
: A156080144
Judul Tesis
lh1 t ok lh uA o }10119 sciu'» ku: 111£/u _ .. r er?ty
''vahku yonq kul>wigi;o 8adarvddm rvo.;,1
Don >1Jndo1a11 i1C11J,\;1, • M.J//ihah
/wan Seiiewen
Bogor, Januari 2010
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang maha menentukan dan maha mengetahui segala ilmu. Alas taufik dan karunia-Nya, tesis Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa berbasis Komoditas Unggulan Daerah ini dapat penulis selesaikan. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada program studi llmu Perencanaan Wilayah lnstitut Pertanian Bogor.
Arahan, dukungan, dan diskusi membangun dari berbagai pihak memberikan andil dalam menentukan penyelesaian tests ini, mulai dari penyusunan rencana penelitian hingga menjadi tesis seperti yang ada sekarang. Untuk itu, kepada Bapak Dr. Ir. Dwi Putro Tejo Baskoro, M.Sc. dan Bapak Muhammad Firdaus, S.P, M.Si., Ph.D penulis sampaikan terima kasih alas segala bentuk bimbingannya. Terima kasih juga kepada Bapak Dr. Ir. lskandar Lubis, M.S. atas arahan dan perbaikan dalam ujian tesis, serta kepada Bapak Dr. Ir. Eman Rustiadi, M.Agr. atas masukan penyempumaannya. Kepada teman teman di PWL08, diskusi-diskusi ilmiah yang terjalin selama ini menjadi catatan sejarah tersendiri, terima kasih.
Penulis juga menyampaikan terima kasih atas pastisipasi aktif dari berbagai kalangan alas penyediaan data-data pendukung. Kepada para petanl yang telah menyisihkan sebagian waktunya untuk berbincang-bincang tentang pertanian Sumbawa yang penulis pillh sebagai wilayah penelitian. Rekan-rekan kerja di Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Sumbawa, Bappeda, Dinas Pertanian NTB, BPTP NTB, dan BBSDLP Bogor, semoga komunikasi kita tetap terjalln demi pembangunan pertanian ke depan. Kepada keluarga besar Badaruddin Noor dan Asthohar Mastur, terima kasih alas do'a dan dukungannya. Dan tentu saja kepada Bad an Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) atas pembiayaan program ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
PRAKATA
Penufis dilahirkan di Lantung Sepukur Kabupaten Sumbawa pada tanggal 22 Oktober 1976 dart ayah Badaruddin Noor dan ibu Tenry. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara.
Tahun 1994 penutis tulus dart SMA Negari 2 Sumbawa Besar dan pada tahun yang sama tutus seleksi ujian masuk perguruan tinggi negeri di Universitas Mataram. Penulis memitih program studi Teknotogi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama mengikuti per1wliahan, penulis aktif sebagai asisten dosen pada beberapa mata kufiah praktikum.
Penulis bekerja sebagai pegawai negeri sipil di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sumbawa sejak Desember 2002. Sampai dengan saat ini ditempatkan di Dinas Pertanian Tanaman Pangan. Program magister di program studi llmu Perencanaan Wilayah IPB sejak tahun 2008 ditempuh atas beasiswa pendidikan dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS).
RIWAYAT HIDUP
x
3.4.1 Location Quotient 23 3.4.2 Analisis Tipologi Klassen 24 3.4.3 Proses Hirarki Analitik (PHA) 25 3.4.4 Analisis Spasial 26 3.4.5 Proyeksi Konsumsi 27 3.4.6 Analisis Deskriptif 27
3 .4 Metode Ana Ii sis Data . .. . .. 22
3.3 Sumber Data dan lnstrumen 21
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 21
3.1 Kerangka Pemikiran 18
18 METODOLOGI PENELITIAN . Ill.
2. 3 Tinjauan Kebijakan yang Terkait .. .. 17
2.2 Tinjauan Studi Terdahulu 14
2.1.1 Penetapan Komodltas Unggulan 7 2.1.2 Sistem Usaha Tani 8 2.1.3 Permlntaan dan Penawaran Komoditas 10 2.1.4 Zona Agroekologi (ZAE) 11 2.1.5 Perencanaan Wilayah 13
2.1 Tlnjauan Teoritls 7
7 TINJAUAN PUSTAKA . 11.
1.4 Manfaat Penelitian 6
1.3 Tujuan Penelitian 6
1.2 Perumusan Masalah .. ... .. .... .. .... .. ... .. ... .. .... .. .... .. ... .... .. .. .. 2
1.1 Latar Belakang .. .. . .. . .. .. . .. . .. . 1
1 PENDAHULUAN . I.
DAFT AR LAMPI RAN . . .. . .. . . . .. . .. . . . .. . xiv
DAFT AR GAMBAR . .. •.• . . . . .. .. .. . . .. . .• . .. . . . .. . . . . xiii
xii DAFTAR TABEL ..
Halaman
DAFTAR ISi
xi
LAMPI RAN
DAFT AR PUST AKA
6.1 Keslmpulan 67
6.2 Saran 68
VI. KESIMPULAN DAN SARAN 67
5.4.1 Tlngkat Konsumsi dan Kebutuhan Lahan ...... .... 55 5.4.2 Zona Agroekologi Potensial untuk Tanaman
Pangan 58 5.4.3 Rumusan Strategi 62
5.3 Wllayah Pengembangan Komoditas 48
5.4 Arahan Strategis Pengembangan 54
5.2 Priorltas Komoditas untuk Dikembangkan 42
5.1 Alternatif Komoditas Unggulan Daerah 37
37 HASIL DAN PEMBAHASAN . v. 4.8 Prasarana Perhubungan 36
4.7 Penggunaan Lahan 34
4.6 Hidrologi 34
4.5 Jenis Tanah 33
4.4 Geologi 32
4.3 Keadaan lklim dan Cuaca 30
4.2 Topografi ,,............. 30
4.1 Letak, Batas, dan Luas Wilayah ....• 28
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 28
xii
13. Persentase penggunaan lahan (2008) untuk komoditas unggulan di Kabupaten Sumbawa terhadap kebutuhan lahan di Nusa Tenggara Baral (2025) 58
12. Kebutuhan lahan di Nusa Tenggara Barat untuk memenuhi tingkat konsumsi 2025 berbagai komodi1as unggulan Kabupaten Sumbawa .. . . . . .. . .. . 57
11. lndeks kecukupan produksi komoditas unggulan daerah Kabupaten Sumbawa (2008) terhadap kebutuhan konsumsi NTB (2025) . . .. . . . . . .. . .. . . . . . . .. . . . .. . .. . . . . .. . . . 56
10. Proyeksi kebutuhan konsumsi penduduk Provinsi Nusa Tenggara Baral tahun 2025 terhadap komoditas unggulan Kabupaten Sumbawa ... .. . .. ... . .. .. . ... .. . ... .. ... . .. ... .. . . . . .. ... . . .. . . .. ... 55
9. Posisi masing-masing komoditas tanaman pangan di Kabupaten Sumbawa berdasarkan tipologi Klassen .. .. . . .. . .. ... ... .. . 40
8. Rata-rata produktivitas dan nilai ekonomi komoditas tanaman pangan di Kabupaten Sumbawa dan Provinsi NTB tahun 2004-2007 .. . . . .. . . . .. . . . . .. . . . . . . .. . .. . . . . . . .. .. .. .. . . . 39
7. Nilai LQ produksi tanaman pangan di Kabupaten Sumbawa Tahun 2004-2007 38
6. Keadaan luas lahan berdasarkan potensi wilayah di Ka bu paten Sumbawa tahun 2008 ... .. . .. ... . .. ... ... . .. ... .. . ... .. . ... .. ... . 35
5. Rata-rata Karakteristik cuaca di Kabupaten Sumbawa tahun 2008 .. .. . ... .. . ... .. . ... .. . .. .. . . . .. . ... .. . .. . . ...... .. . .. . . .. . .. . ..... .... 32
4. Rata-rata curah hujan di Kabupaten Sumbawa Tahun 2004-2008 dirinci perbulan (mm).... 31
3. Luas wilayah Kabupaten Sumbawa dirinci per kecamatan tahun 2008 . . . . . .. . .. . .. . .. . .. . .. .. .. .. .. . .. . .. . .. .. . .• . 29
2. Matriks tipologi Klassen penentuan komoditas unggulan daerah Kabupaten Sumbawa .. . .. . .. . . . . .. . .. .. .. . 24
1. Matriks hubungan tujuan penelitian, metode analisis, data yang diperlukan, sumber data, dan output . .. .. .. .. ...•... 22
Ha la man
DAFT AR TABEL
xiii
20. Arahan wilayah pengembangan kornoditas unggulan daerah Ka bu paten Sumbawa .•.•... .. . . . . .. . . . . . . . . . .. . .. . . . . . . .. . .. . .. . 66
19. Pola penggunaan lahan di Kabupaten Sumbawa berdasarkan citra Landsat tahun 2006 .. 61
18. Sebaran zona potensial pengembangan komoditas unggulan daerah Kabupaten Sumbawa . .. . . . . . . . . . .. .. . 60
17. Sebaran zona agroekologi di Kabupaten Sumbawa ..........•............... 59
16. Sebaran produksi ubi jalar di Kabupaten Sumbawa Tahun 2008 53
15. Sebaran produksi cabe rawit di Kabupaten Sumbawa Tahun 2008 .. 52
14. Sebaran produksi kedelai di Kabupaten Surnbawa Tahun 2008 51
13. Seba ran produksi kacang hijau di Kabupaten Surnbawa 2008 . .. . . . ... . 50
12. Sebaran produksi jagung di Kabupaten Surnbawa Tahun 2008 49
11. Hirarki skor prioritas kriteria dan altematif penentuan komoditas unggulan daerah Kabupaten Sumbawa 47
10. Skar masing-masing allematlf dalam penentuan prioritas kornoditas unggulan daerah....................... 46
9. Skor masing-rnasing kriteria dalam penentuan prioritas kornoditas unggulan daerah... .. . .. ... . .... . .. ... ... . . . .. . ... . . ... . .. .... .. ... . . .. . 44
8. Keadaan topografi Ka bu paten Surnbawa .. . . . .. . .. . . .. . .. 30
7. Jarak dari ibukota kabupaten ke kota kecamatan dalam Kabupaten Sumbawa tahun 2008 . . .. . . . . . . .. . . . .. . .. . 29
6. Hirari<i penentuan prioritas komodltas unggulan 26
5. Wilayah adrninistrasi kecarnatan di Kabupaten Sumbawa .. . . . .. ... . .. . .. 21
4. Kerangka pernikiran penelitian 20
3. Aliran barang dan jasa dalam suatu sistern usaha tani sederhana .... 9
2. Distribusi persentase PDRB Kabupaten Surnbawa rnenurut lapangan usaha ADH konstan 2000 tahun 2004-2006 ... .. . .. . . ... . . .. .. . .. 3
1. Laju perturnbuhan PDRB Provinsi NTB ADH konstan 2000 menu rut kabupaten/kota 2004-2006 ... . . ... . ... .. .. ..... . .. . .. ... . .. . .. .. . ... .. ... 3
Halaman
DAFT AR GAMBAR
xiv
13. Luas panen. produktivitas, dan jumlah produksi ubi jalar di Kabupaten Sumbawa dirinci perkecamatan tahun 2008
12. Luas panen, produklivitas, dan jumlah produksl cabe rawit di Kabupaten Sumbawa dirinci perkecamatan tahun 2008
10. Luas panen, produktivitas, den jumlah produksi kacang hijau di Kabupaten Sumbawa dirinci perkecamatan tahun 2008
11. Luas panen, produktivitas, dan jumtan produkst kedelai di Kabupaten Sumbawa dirincl perkecamatan tahun 2008
9. Luas panen, produlctlvitas, dan jumlah produksl jagung di Kabupaten Sumbawa dirinci peri<ecamatan tahun 2008
8. Zona agroekologl dan zonasi alternatif pengembangan pertanian dan kehutanan di Kabupaten Sumbawa
6 Sintesis detil prioritas pada level kriteria dan altematif dalam anallsis AHP
7 Proyeksi penduduk Nusa Tenggara Barat menurut kelompok umur tahun 2009-2025 (x1000)
4. Rata-rata nllai ekonomi komoditas pangan di Kabupaten Sumbawa dan Provinsi Nusa Tenggara Barat berdasarkan data tahun 2004-2007
5. Daftar ldentitas respooden expert datam analisis AHP
3. Rata-rata produktivitas komoditas pangan di Kabupaten Sumbawa dan Provins! Nusa Tenggara Baral berdasarkan data tahun 2004-2007
2. Rata-rata luas panen komoditas pangan di Kabupaten Sumbawa dan Provinsi Nusa Tenggara Baral berdasarkan data tahun 2004-2007
1. Rata-rata produksl komoditas pangan di Kabupaten Sumbawa dan Provinsi Nusa Tenggara Barat berdasarkan data tahun 2004-2007
DAFTAR LAMPIRAN
Kawasan Timur Indonesia (KTI) dewasa ini terus mendapat prioritas
pengembangan dan pembangunan termasuk dalam sektor pertanian, karena
wilayah tersebut mempunyai cadangan sumber daya lahan yang cukup luas.
Prlontas pengembangan tersebut terkalt dengan upaya menge]ar ketertinggalan
kawasan timur terhadap kawasan barat Indonesia. Sejalan dengan
diterapkannya sistem otonomi daerah, setlap daerah berlomba-lomba untuk
dapat mengangkat potensi speslfik lokasi agar memilikl daya salng dengan
daerah lainnya. Otonomi daerah juga memberikan pengaruh terhadap
kompleksitas perencanaan dan pengendalian pembangunan sebagai akibat
dlnamika kehidupan masyarakat.
Kabupaten Sumbawa sebagal salah satu kabupaten di Provins! Nusa
Tenggara Baral memiliki cadangan sumber daya lahan cukup luas. Data Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Sumbawa menyebutkan bahwa luas
lahan pertanian sekitar 2.880,33 km2 dari keseluruhan luas wilayah 6.643,98 km2•
Sampal dengan saat inl, sektor pertanlan di Kabupaten Sumbawa maslh
berperan besar dalam menentukan keberhasilan pembangunan daerah. Data
BPS Sumbawa (2008) menunjukkan bahwa pada tahun 2007 p(oduk domestik
regional brute (PDRB) Kabupaten Sumbawa masih disumbangkan sebesar 42,69
persen darl sektor pertanian. Peranan sektor lni dltunjang oleh subsektor
tanaman pangan yang menyumbang sebesar 26,68 persen. Untuk itu, sektor
pertanian perlu mendapat perhatian khusus dengan berbagai kebljakan
pembangunan yang didukung oleh ketersediaan informasl yang akurat tentang
potensi wilayah yang dimiliki.
Salah satu langkah inventarisasi potensi wilayah adalah dengan
menginventarisasi produk-produk (komoditas) potensial, andalan. dan unggulan
daerah. Komoditas unggulan daerah menggambarkan kemampuan daerah
menghasilkan komoditas. menciptakan nilai tambah, memanfaatkan sumber
daya secara nyata, memberi kesempatan kerja, memiliki prospek untuk
meningka.tkan produktivltas dan investasinya, serta mampu menangkal produk
sejenis di pasaran.
1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN
Pertumbuhan ekonomi wilayah di Nusa Tenggara Barat terus mengalami
peningkatan. Namun demikian, pertumbuhan tersebut tidak serta merta
mengurangi ketimpangan pembangunan (disparitas) yang terjadi di dalam
wilayah tersebut. BPS Provinsi Nusa Tenggara Barat (2008) menyebutkan
bahwa pada tahun 2006, laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Sumbawa hanya
sebesar 4,68 persen dan berada di bawah rata-rata laju pertumbuhan PDRB
Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 4,93 persen. Hal ini mengindikasikan
bahwa Kabupaten Sumbawa masih kurang mampu bersaing dengan wilayah
wilayah lain yang ada di Nusa Tenggara Barat. Wilayah yang paling dekat adalah
Kabupaten Sumbawa Baral yang merupakan kabupaten pemekaran dari
Kabupaten Sumbawa sejak tahun 2003, laju pertumbuhan PDRBnya mencapai
6,99 persen jauh di alas Kabupaten Sumbawa. Persentase laju pertumbuhan
PDRB masing-masing kabupaten/l<ota di Nusa Tenggara Barat tanun 2004
sampai dengan 2006 disajikan dalam Gambar 1.
1.2 Perumusan Masalah
Dalam mengembangkan komoditas-komoditas unggulan tersebut juga
perlu diketahui potensi dan karakteristik lahan. Lahan mempunyai kemampuan
beragam dari segi biofisik, ditentukan oleh karakter bentuk pennukaan,
kemiringan. ketinggian tempat. serta shat tanah seperti tekstur. struktur, lingkat
kemasaman, dan sifat kimia tanah lainnya. Produktivitas suatu komoditas sangat
ditentukan oleh karakteristik lahan tersebut sebagai tempat tumbuh dan
berkembang, dan setiap komoditas mempunyai persyaratan tumbuh yang
berbeda.
Syafruddin et al. (2004) mengemukakan bahwa untuk membangun sektor
pertanian yang kuat, berproduksi tinggl, efisien, berdaya saing tingg1, dan
berkelanjutan perlu dilakukan penataan sistem pertanian dan penetapan
komoditas unggulan di setiap wilayah pengembangan disertai kebijakan
pemerintah daerah yang tepat. Untuk itu perlu dilakukan penehtian tentang
arahan pengembangan komodrtas unggulan sebagai masukan dalam
pengambilan kebijakan dan perencanaan pembangunan Kabupaten Sumbawa
ke depan.
2
Gambar 2 Distribusi persentase PDRB Kabupaten Sumbawa menurut lapangan usaha ADH Konstan 2000 tahun 2004-2006.
Keua,ngan, Persewaan, Jasa Perusahaan
I ' t
~ ' " 'I!' 2004 2005 200€
Tahun
Perdagangan, Hotel, dan Rcstoran Pengang~utan dan Komunlkasl
-Bangunan • • • --Listrik, Gas, an Air llersih
lndustri Pengolahan
_. Pertambangan dan Penggalian
--Pertanian
-
50 45 40 35 t ~ 30
c 2S " ~ ~ .. 20 a. 15 10 5 0
Produk domestik regional bruto (PDRB) Kabupaten Sumbawa sampai
dengan saat ini masih disumbang secara signifikan oleh sektor pertanian
(Gambar 2). BPS Kabupaten Sumbawa (2007) menyebutkan bahwa sampai
dengan tahun 2006, sektor pertanian masih menyumbang sebesar 43,51 persen
terhadap PDRB Kabupaten Sumbawa. Sektor pendukung PDRB selanjutnya
adalah perdagangan, hotel, dan restoran yang relatif menunjukkan peningkatan
setiap tahun, namun rnasih jauh di bawah sektor pertanian.
Gambar 1 Laju pertumbuhan PDRB Provinsi NTB ADH Konstan 2000 menurut kabupatenlkota 2004-2006.
•2004
•2005
2006
3
5
Pengusahaan komoditas dibatasi oleh karakteristik lahan, bahwa setiap
komoditas pertanian hanya akan mampu berproduksi optimal pada lahan yang
sesuai dengan persyaratan tumbuh (crop recuiremenl) sehingga hanya
memer1ukan input yang relatif rendah untuk berproduksi. Lahan sebaga1 satuan
input dasar pengembangan sektor pertanian mempunyai kondisi cukup beragam
di masing-masing daerah, dipengaruhi oleh faktor iklim, tanah, terrainltopograft,
dan hidrologi. Keragaman kondisi ini sangat berpengaruh terhadap potensi lahan
dan jenis penggunaan lahan yang dapat dikembangkan atau diusahakan.
Karakteristik potensial suatu lahan untuk pengembangan komoditas dikenal
dengan zona agroekologi (ZAE) yaitu unit-unit lahan yang dibagi berdasarkan
kemiripan sifat tanah, iklim, dan terrainltopograft.
Dengan memperhatikan bahwa suatu wilayah mungkin hanya sesuai untuk
komoditas tertentu tetapi tidak untuk yang lain atau tidak selalu suatu komoditas
dapat diusahakan di setiap wilayah, maka dipertukan pewilayahan masing
masing komoditas yang potensial untuk diusahakan Perencanaan wilayah dalam
bentuk dokumen rencana tata ruang wilayah (RTRW) Kabupaten Sumbawa
harus mempertimbangkan kondisi tersebut. Deliniasi kawasan kegiatan ekonomi
sektor pertanian dalam RTRW yang ada saat ini dipandang belum
mempertimbangkan kondisi biofisik dan agroldimal ser11a sosial ekonomi wilayah
yang bersangkutan.
Pengernbangan sektor pertanian Kabupaten Sumbawa menuju daerah
agribisnis harus diutamakan pada komocfllas-komoditas unggulan daerah yaitu
komoditas yang mampu mernberikan hasa yang optimal dan n[lai tambah yang
besar dengan tetap mempertahankan kemampuan lahan demi pencapaian
tujuan pembangunan yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat seutuhnya.
Dan sektor pertanian tanaman pangan merupakan bagian penting yang tidak
dapat ditinggalkan dalam pembangunan terkait dengan hajat hidup manusia
yang tetap memer1ukan pangan. Pangan adalah kebutuhan dasar manusia,
karena itu mengkonsumsi pangan merupakan suatu keharusan siapa pun dan
apa pun status seseorang. Bagi manusia makan dan minum adalah k.ebutuhan
yang harus dipenuhi. Manusia memang tidak hanya h1dup dari pangan, namun
manusia tidak bisa selamanya hidup tanpa pangan. meskipun pada situasi dan
kondisi tertentu manusia bisa menahan lapar dan haus yang dialaminya.
ldentiflkasi sumberdaya agribi.snis yang dapat diunggulkan memunculkan
beberapa perrnasalahan yang mendasan penelitian iru, berupa:
Berdasarkan tujuan tersebut maka hasil penelitian yang akan didapatkan,
diharapkan bermanfaat bagi para pengambil kebijakan pembangunan daerah
Kabupaten Sumbawa sebagai rujukan dalam menentukan rencana program
peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui sektor pertanian tanaman
pangan, sedangkan bagi masyarakat/petani maupun investor dapat menjadi
rujukan komoditas apa yang layak untuk diusahakan.
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarl<an latar belakang dan rumusan masalah tersebut, penelitian iru dilakukan dengan tujuan:
1. Menentukan altematif komoditas unggulan daerah Kabupaten Sumbawa
sektor penanian tanaman pangan.
2. Menentukan prioritas komoditas unggulan daerah untuk dikembangkan.
3. Memetakan wilayah pengembangan komoditas unggulan daerah.
4. Merumuskan arahan strategis pengembangan komoditas unggulan daerah.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Jenis komoditas apa saja yang dapat menjadi unggulan daerah Kabupaten
Sumbawa?
2. Komoditas manakah yang meniadi prioritas untuk d1kembangkan?
3. Wilayah mana saja yang dapat menjadi sentra pengembangan komoditas
terse but?
4. Langkah apa saja yang dapat dilakukan untuk pengembangan sektor
pertanian tanaman pangan dengan memanfaatkan komoditas unggulan
tersebut?
6
Pengembangan suatu komoditas di daerah yang sesuai dengan kondisi
lahan dan berskala luas dapat meningkatkan efisiensi usaha tani, menjaga
kelestarian sumberdaya lahan dan meningkatkan aktivitas perdagangan antar
pulau dan daerah sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani. Agar hal ini
dapat berjalan dengan baik diperlukan penetapan kawasan pengembangan dan
komoditas unggulan yang didukung oleh ketersediaan data dan informasi kondisi
biofisik dan sosial ekonomi petani.
Konsep dan pengertian komoditas unggulan dapat dilihat dari dua sisi.
yaitu sisi penawaran (supply) dan sisi permintaan (demand). Dilihat dari sisi
penawaran, komoditas unggulan merupakan komoditas yang paling superior
dalam pertumbuhannya pada kondisi biofisik, teknologi, dan kondisi sosial
ekonomi petani di suatu wilayah tertentu. Pengertian tersebut lebih dekat dengan
pengertian locational advantages. Sedangkan di'lihat dari sisi permintaan,
komoditas unggulan merupakan komoditas yang mempunyai permintaan yang
kuat baik untuk pasar domestik maupun pasar intemasional. Dengan pengertian
tersebut maka komoditas unggulan bersifat dinamis baik dilihat dari sisi
penawaran karena adanya perubahan teknologi maupun dilihat dari sisi
permintaan karena adanya pergeseran permintaan konsumen (Syafa'at dan
Priyatno 2000).
Dalam laporan akhir Kajian Peluang Perencanaan lnvestasi Pertanian
Indonesia yang dikeluarkan oien Departemen Pertanian bekerjasama dengan
SUCOFINDO melaporkan bahwa, berdasarkan hasil survey yang dilakukan
dengan melakukan diskusi dan konfirmasi dengan instansi terkait, diperoleh
beberapa faktor yang dijadikan dasar dalam penentuan komoditas unggulan
diantaranya adalah: (1) kesesuaian lahan, (2) historikal budaya masyarakat, (3)
ketersediaan lahan pengembangan. (4) keunggulan teknis yang dimiliki oleh
masing-masing komoditas dimaksud, dan (5) belum adanya investor untuk
komoditas dimaksud. Selain faktor tersebut d1 alas penentuan komocfrtas
unggulan juga didasarkan pada kriteria:
2.1.1 Penetapan Komodita$ Unggulan
2.1 Tlnjauan Teorttis
II. TINJAUAN PUST AKA
D . Pennintaan akan komoditas (produk) Px : Harga komoditas itu sendiri Py : Harga komoditas lain (substitusi dan komplementer)
: Pendapatan T : Selera/kebiasaan
Dimana:
Permintaan (demand) merupakan keinginan dan kebutuhan pembeli atau
konsumen ternadap suatu produk dalam jumlah tertentu pada berbagai tingkat
selama periode tertentu. Secara spesifik permintaan komocfrtas pertanian
merupakan keseluruhan atau banyaknya jumlah komoditas pertanian yang
dibutuhkan dan diinginkan oleh pembeli berdasartcan harga yang sudah
ditentul<an oleh produsen. Hukum dasar permintaan mengindikasikan bahwa bua
harga suatu komoditas naik dan faktor lain tetap maka jumlah komoditas yang
diminta akan berkurang, begitu juga sebaliknya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan komoditas pertanian dapat
dirumuskan secara matematis dan sederhana sebagai berikut (Rahim dan
Hastuti 2008):
D = f (Px. Py, I, T. N, Q, EsP)
2.1.3 Penmintaan dan Penawaran Komoditas
pengolahan. adakalanya disebut dengan agroindustri. 4) subsistem perdagangan
atau tata niaga hasil, dan 5) subsistem jasa pendukung berupa kegiatan
penelitian, penyediaan kredit, sistem transportasi, pendidikan dan penyuluhan,
serta kebijakan makro (Syahyuti 2006).
Premis dasar paradigma agribisnis adalah usaha pertanian haruslah
bersifat profit oriented. Dengan demikian. pasar berperan besar dalam
menentukan keberhasilan agribisnis. Berbicara tentang pasar, dalam era
globalisasi dan perdagangan bebas tentunya produk yang akan dipasarl<an pertu
mempunyai daya saing tinggi, dan pertu mempunyai keunggulan kompetitif.
Sehubungan dengan hat tersebut, konsep keunggulan kompetitif merupakan
konsep yang menekankan pada kedinamikaan pelaku ekonomi dalam
menembus pasar melalui inovasi dan pengembangan proses kreativitas lainnya.
Melalui proses tersebut, hal-hal yang ketinggalan zaman harus segera diganti
dengan hal-hal baru yang lebih baik, lebih murah, lebih disukai dan lebih
bermanfaat (Siahaan 2003).
10
Zona Agroekologi (ZAE) merupakan salah satu cara dalam menata
penggunaan lahan melalui pengelompokan wilayah berdasarkan kesamaan sifat
dan kondisi wilayah. Pengelompokan bertujuan untuk menetapkan area
pertanaman dan kornoditas potensial, berskala ekonomi, dan tertata dengan baik
agar diperoleh sistem usaha tani yang berkelanjutan. Komponen utama dalam
penetapan ZAE adalah kondisi biofisik lahan (kelerengan, kedalaman tanah, dan
elevasi), iklim (curah hujan, kelembaban, dan suhu), dan persayaratan tumbuh
tanaman agar tanaman dapat tumbuh dan berproduksi dengan optimum
(Syafruddin el ul. 2004). Agroekologi dldefinisikan sebagai penerapan konsep
konsep dan prinsip-prinslp ekologi dalam membentuk dan mengatur
agroekosistem yang berkelanjutan (Gliessman 2004). Secara spesifik dikatakan
bahwa agroekologi menggambarkan interaksi diantara tanaman, hewan,
manusia, dan lingkungan dalem suatu sistem pertanian (Dalgaard el al. 2003).
2.1.4 Zona Agroekologl (ZAE)
S : Penawaran akan komoditas pertanian Pl : Harga input Ppl : Harga komoditas lain T : Teknologi Nip : Jumlah lembaga pemasaran Hpro : Harapan produsen terhadap harga komoditas di masa datang
dlmana:
N : Jumlah penduduk Q : Kualitas komoditas EsP : Perkiraan harga di masa mendatang
Penawaran dalam pertanian merupakan banyaknya komoditas pertanian
yang disediakan atau ditawarkan oleh berbagai produsen di suatu daerah.
Hubungan antara harga dengan jumlah yang ditawarkan atau sering disebut
hukum penawaran, menyebutkan bahwa makin tinggl harga suatu barang
semakin banyak pula jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh produsen.
Sebaliknya, makin rendah harga suatu barang semakin sedikit jumlah barang
yang ditawarkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran dirumuskan secara
matematis sebagai berlkut (Rahim dan Hastuti 2006):
S = f (Pi, Ppl, T, Nip, Hpro)
11
Dengan demikian, dalam pengembangan pertanian diperlukan suatu
strategi yang didasarkan pada kemampuan lahan (carrying capacity) suatu
wilayah untuk mewujudkan pertumbuhan (growth), keseimbangan (equity), dan
berkelanjutan (sustainability). Fauzi (2006) menjelaskan bahwa pengukuran
carrying capacity didasarkan pada pemikiran bahwa lingkungan memiliki
kapasltas maksimum untuk mendukung suatu pertumbuhan/aktifitas dan
pertumbuhan yang terus menerus akan menimbulkan kompetisi terhadap ruang
sampai daya dukung lingkungan tidak mampu lagi mendukung pertumbuhan.
Kondisi tersebut mengharuskan adanya sistem pertanian berkelanjutan.
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) merupakan pengelolaan
sumberdaya pertanlan untuk memenuhi perubahan kebutuhan manusia samb1I
mempertahankan atau meningkatkan kualltas lingkungan dan melestarikan
sumberdaya alam (Reijntjes et al. 2006). Sistem pertanian berkelanjutan harus
mengatur atau meningkatkan produktivitas biologis dan ekonomls. Produktivitas
blologls dibutuhkan untuk pemenuhan konsumsl pangan indlvidu dan masyarakat
di sekitarnya. Sedangkan produktivitas ekonomis dibutuhkan untuk penlngkatan
pendapatan petsru (Edwards et al. 1993}.
Melalui pendekatan zona agroekologi, pemanfaatan potensi lahan dapat
diidentifikasi dengan cepat dan lebih tepat. Dengan dikelompokkannya variasi
lahan ke dalam satuan-satuan unil lahan berdasarkan keadaan tanan, hldrologl,
dan iklim, maka hasil inventarisasi sumberdaya lahan akan lebih mudah
dlpahami oleh pengguna. Dengan demlkian, informasl ZAE juga dapat digunakan
sebagai alat bantu untuk menilai sumberdaya lahan sebagai dasar untuk
perencanaan penggunaan lahan, perencanaan pengembangan pertanian atau
manajemen sumberdaya lahan lainnya.
Penyusunan keragaan zona agroekologi mengacu pada konsep sistem
pakar (Expe1t Sy:>lem), yang dikembangkan oleh Pusat Penelitian Tanah dan
Agroklimat. Prinsip metode didasarkan pada pendekatan pencocokan (matching)
antara karakteristik iklim dan sumberdaya lahan dengan persyaratan tumbuh
tanaman. Menurut sistem pakar pembagian zonasi agroekologi dibedakan
berdasarkan perbedaan rejim iklim dan relief (kisaran lereng). Rejim iklim yang
digunakan ialah rejim kelembaban dan suhu (Rumayar el al. 2005).
12
Secara historis kegagalan program-program pembangunan dalam
mencapai tujuannya seringkali bukan semata-mata kegagalan dalam program
atau pelaksanaannya, tetapi ada sumbangan "kesalahan" karena
berkembangnya kepercayaan terhadap kebenaran teori-teori atau konsep
l<onsep pembangunan yang melandasinya (Rustiadi et al. 2009). Dalam banasa
sehari-hari biasa disebut dengan pergeseran paradigma atau lahimya paradigma
baru. Biasanya perubahan paradigma ini dilakukan untuk menampilkan wajah
baru untuk menggantikan atau menghilangkan kesan negatif alas kekurangan
yang ada di masa lampau. Paradigma baru perencanaan wilayah adalah
pembangunan yang berkelanjutan (sustainability). Menurut Komisi Brundtland
(Fauzl 2006) menyatakan bahwa. pembangunan berkelanjutan adalah
pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi
kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Salah satu peran perencanaan adalah sebagai arahan bagi proses
pembangunan untuk beriatan menuju tujuan yang ingin dicapai disamping
sebagai tolak ukur keberhasilan proses pembangunan yang dilakukan. Definisi
perencanaan adalah upaya institusi publik untuk membuat arah kebijakan
pembangunan yang harus dilakukan di sebu.ah wilayah baik negara maupun di
daerah dengan didasarkan keunggulan dan kelemahan yang dimiliki oleh wilayah
tersebut (Widodo 2006). Sedangkan perencanaan wilayah menurut Tarigan
(2008) adalah mengetahui dan menganalisis kondisi saat ini, rneramalkan
perkembangan berbagai faktor noncontrollable yang relevan, memperkirakan
faktor-faktor pembatas, menetapkan tujuan dan sasaran yang diperkirakan dapat
dicapai, menetapkan langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut, serta
menetapkan lol<asi dart berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan.
Perencanaan pengembangan wilayah secara umum ditunjang oleh empat
pilar pokok (Rustiadi et al. 2009), yaitu: 1) lnventarisasi, klasifikasi, dan evaluasl
sumberdaya, 2) Aspek ekonomi, 3) Aspek kelembagaan (institusional), dan 4)
Aspek lokasi/spasial. Sumberdaya selalu memiliki sifat langka dan nilai guna
yang tidak merata. Sehingga pengalokasian sumberdaya harus dimanfaatkan
secara efisien dan efektif yang diatur secara kelembagaan dengan tetap
memperhatikan aspek tata ruang.
2.1.5 Perencanaan Wilayah
13
Berdasarkan hasil penelitian Nurwahidah (2004}, selama kurun waktu
1997-2002 sektor pertanian di Kabupaten Sumbawa masih memberikan
kontribusi paling besar terhadap PDRB. Analisis LO menunjukkan sektor
pertanian, sektor bangunan/konstruksi, sektor perdagangan. hotel dan restoran.
dan sektor listrik. gas. dan air bersih merupakan sektor basis di Kabupaten
Sumbawa. Sedangkan hasil anaHsis Klassen typology menunjukkan Kabupaten
Sumbawa termasuk daerah maju tapi tertekan.
Sebagai upaya pembangunan daerah Kabupaten Sumbawa agar dapat
lebih rnaiu, maka sektor pertanian yang merupakan salah satu sektor basis
2.2 Tinjauan studi terdahulu
Perencanaan yang mempertimbangkan kondisi spatial suatu daerah akan
mampu mengembangkan harmonisasi fungsi ruang secara berkelanjutan,
penataan ruang juga diharapkan dapat menjadi landasan koordinasi
pembangunan, yang mengedepankan kepentingan wilayah atau kawasan yang
lebih tuas melalui pelaksanaan prinsip-prinsip sinergi pembangunan dan
pemanfaatan bersama (complementary benefit). Melalui sinergi antar wilayah,
antar sektor, dan antar pelaku, nantinya diharapkan dapat memberikan hasil
hasil yang efektif bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat dan lingkungannya
(Riyadi dan Bratakusumah 2004).
Kebijakan pembangunan selalu dihadapkan pada pilihan pendekatan
pembangunan yang terbaik. Secara teoritis strategi pengembangan wilayah baru
dapat digolongkan dalam dua kategori strategi yaitu demand side strategy dan
supply side strategy (Rustiadi et al. 2009). Demand side strategy diupayakan
melalui peningkatan barang-barang dan jasa-jasa dari masyarakal setempat
melalui kegiatan produksi lokal untuk meningkatkan taraf hidup penduduk.
Sedangkan supply side strategy diupayakan melalui investasi modal untuk
kegiatan-kegiatan produksi yang berorientasi ke luar yang diproses dari
sumberdaya alam lokal yang akan menjadi daya tarik kegiatan lain untuk datang
ke wilayah tersebut.
Selanjutnya konsep pengembangan wilayah setidaknya didasarkan pada
prinsip: (1) berbasis pacla sektor unggulan: (2) dilakukan alas dasar karakteristik
daerah; (3) dilakukan secara komprehensif dan terpadu; (4) mempunyai
keterkaitan kuat ke depan dan ke belakang; (5) dilaksanakan sesuai dengan
prinsip-prinsip otonomi dan desentralisasi
14
tersebut perlu terus dikembangkan. Untuk itu, perlu ditetapkan komoditas
pertanian yang dapat menjadi unggulan untuk dikembangkan dalam berbagai
bentuk kebijakan program. Penetapan komoditas unggulan dapat dilakukan
dengan berbagai metode analisis.
Pendekatan secara biofisik dapat dilakukan dalam menetapkan komodltas
unggulan, yaltu pendekatan pedo-agroklimat atau zona agroekologi. D]aenuddln
et al. (2002) dalam penelitiannya di Kawasan Timur Indonesia (KTI) memberikan
arahan pewilayahan komoditas pertanian secara biofisik di Nusa Tenggara Barat
ke dalam komoditas unggulan utama ya~u: tembakau, jagung, kedelal, can
plsang, serta komoditas unggulan pendukunglalternatif yaitu: padi sawah. padi
gogo, srikaya, sayuran dan umbi-umbian dataran tinggi, bawang merah, dan
bawang putih. Penelitian lebih spesifik dilakukan oleh Suparto et al. (2006) di
Kecamatan Buer Kabupaten Sumbawa untuk mendukung prlma tanl Komoditas
yang disarankan adalah kedelai, kacang hijau, padl gogo, dan jagung
Secara nasional penentuan komodilas unggulan diaplikasi dengan metode
Location Quotient (LQ) seperti yang dikemukakan oien Hendayana (2003). Namun metode LO memiliki beberapa keterbatasan seperti hambatan dalam
akurasi data yang dikumpulkan di lapangan den kesulitan deliniasi wilayah kajian
sehingga hasil LQ terkadang aneh, misalnya suatu wllayah yang dlduga memiliki
keunggulan di sektor nonpangan namun hasil LQ dapat menunjukkan
keunggulan sektor pangan. Vanabel yang dipakai dalam penelltian tersebut
adalah luas areal panen yang dipandang dapat memenuhi kriterla unggul dari sisi
penawaran. Hasil analisis LQ tersebut menunjukkan bahwa komoditas unggulan
Nusa Tenggara Barat adalah padi sawah. kedete, kacang hijau. kacang tanah,
cabe, bawang merah, mangga, dan pisang.
Metode analisis yang lain adalah model Input - Output seperti yang
dilakukan oleh Syafa'at dan Priyatno (2000). Metode ini lebih menekankan pada
penetapan komoditas unggulan dari sisi demand, hasil anailsis disajikan dalam
rnatriks komoditas berdasarkan pengganda permintaan akhir terhadap nilai
tambah dan tenaga kerja di Sulawesi tahun 1995. Kuadran I dengan nilai tambah
tinggi dan tenaga keqa tinggi adalah komoditas padi dan jagung. Kuadran II
dengan nilai tambah tinggi dan tenaga kerja rendah adalah komoditas kentang,
kedele, ubi kayu, hortikultura dan pangan lainnya. Kuadran Ill dengan nilai
tambah rendah dan tenaga kerja tinggi adalah komoditas jeruk, bawang merah,
15
bawang putih. dan umbi-umbian lainnya. Sedangkan kuadran IV dengan nilai
tambah rendah dan tenaga kerja rendah adalah komoditas perkebunan.
Kedua pendekatan tersebul dapat digunakan secara bersama-sama dalam
matriks komoditas yang disajikan ke dalam bentuk kuadran dengan
menggunakan analisis Trpologi Klassen. Dengan analisis Tipologi Klassen,
keunggulan dari sisi penawaran (supply) maupun sisi permsuaan (demand) dapat digabungkan secara simultan. Berbagai komoditas unggufan yang
dihasilkan dari analisis tersebut belum tentu sepenuhnya sesuai dengan
preferensi masyarakat. Sementara produktivitas komoditas tersebut juga
dipengaruhi oleh tingkat kesukaan atau preferensi berbagai pihak terkait.
Preferensi terkait dengan pengambilan keputusan atau skala prioritas dari
berbagai altematif komoditas yang ada Metode yang banyak dikembangkan saat
ini dalam pengambilan keputusan adalah the analythic hierarchy process (AHP).
Oddershed.e el al. (2007) menggunakan the analythic hierarchy process
untuk mendukung kebijakan pengembangan masyarakat pedesaan di Chile. Hal
ini dilakukan karena melihat bahwa ada inconsistency (ketidaktepatan) antara
apa yang diinginkan oleh masyarakat, program yang ditawarkan, dan tujuan yang
ada. AHP yang disusun dalam penelitian tersebut mengangkat tujuan umum
mengembangkan pembangunan daerah. Pada level 0 diletakkan sasaran umum
yaitu pembangunan daerah, pada level 1 berisikan sektor-sektor yang
berkontribusi dalam pembangunan daerah. pada level 2 terdiri dari aspek-aspek
yang berpengaruh nyata terhadap sektor-sektor tersebut. dan pada level 3 terdiri
dari alternatif-altematif kegiatan pembangunan yang memungkinkan untuk
memacu pertumbuhan aspek-aspek pada level sebelumnya. Hasilnya
menunjukkan bahwa sektor pariwisata merupakan prioritas dengan pendidikan
sebagai aspek yang paling mendukung sektor tersebul.
Berbagai contoh penggunaan AHP dalam sektor pertanian di negara
berkembang juga dikemukan oleh Alphonce (1997). Misalnya dalam
memutuskan bagian lahan yang akan dialokasikan untuk tanaman jagung, padi,
dan ketela. Kriteria yang berpengaruh adalah biaya produksi, res1ko kerusakan.
kesukaan, dan ketersediaan di pasaran saat surplus. Berdasarkan studi dan
metode tersebut, maka penelitian ini mensintesa faktor-faktor apa saja yang
berpengaruh dalam penentuan priontas komocfrtas yang diusahakan.
15
Pemerintah Kabupaten Sumbawa melalui Dinas Pertanian Tanaman
Pangan sampai dengan akhir tahun 2008 masih tetap memprioritaskan
peningliatan produksi pertanian pada peningkatan/pemantapan produksi
padi/beras. palawija (kedele, jagung, kacang hijau, ubi kayu) dan pengembangan
hortikUllura terutama tanaman sayuran dan buah-buahan. Kegiatan lain yang
menjadi skala prioritas adalah pembangunan sarana dan prasarana penunjang
meliputi pembangunan check dam, jaringan irigasi, dan jalan usaha tani serta
pengembangan alat dan mesin pertanian untuk mempercepat pengolahan lahan
pertanian (Oiperta 2009).
Saat ini telah dikembangkan kawasan Agropolitan Alasutan di bagian barat
Kabupaten Sumbawa yang meliputi Kecarnatan Alas Baral, Alas, Buer, utan. dan
Rhee. Agropolitan Alasutan merupakan kebijakan program Provinsi Nusa
Tenggara Baral dan pemerintah Kabupalen Sumbawa masih sebalas pendukung
program. Kawasan ini terdiri dari 15 subkawasan unggulan dengan komoditas
unggulan masing-masing seperti sapi, kelapa, rambutan, srikaya, pisang, anggur,
jambu mete, mangrove, dan ikan. Namun perl<embangannya sampai dengan
saat ini belum menunjukkan kemajuan yang nyata.
Sementara itu, untuk mendukung keberhasilan pembangunan pertanian ke
depan, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Sumbawa melaksanakan
lima program utama (Diperta, 2009) yaitu: 1) Peningkatan kesejahteraan petani,
2) Peningkatan ketahanan pangan, 3) Peningkatan pemasaran hasil, 4)
Peningkatan penerapan teknologi pertanian, dan 5) peningkatan produksi
pertanian
2.3 Tinjauan kebijakan yang terkait
17
Sasaran akhir pembangunan pertanian adalah menlngkatkan pendapatan
dan kesejahteraan petani. Namun upaya meningkatkan pendapatan tersebut
menghadapi berbagai kendala baik secara teknis, alamiah, sumber daya,
maupun sosial budaya. Kendala-kendala tersebut dapat dibagi menjadi faktor
internal dan eksternal. F aktor internal dilihat dari sisi penawaran (supply) yaltu
faktor-faktor yang mempengaruhi seberapa besar suatu komoditas mampu
dlhasilkan dalam satuan wllayah. Faktor tersebut berupa agroklimat seperti lkllm.
tanah, dan hidrologi serta kemampuan petani itu sendiri dalam mengelola usaha
taninya. Faktor ekternal dilihat dari sisi permintaan (domond) yaitu faktor-fakor
yang mempengaruhi jumlah yang diperfukan atau diapresiasl dalam kebutuhan
penduduk. F aktor tersebut dapat berupa adanya pasar dan stimulus kebijakan
dari pemerintah. Kedua faktor tersebut berperan dalam menentukan tlngkat
keunggulan suatu komoditas. Faktor internal menentukan keunggulan komparatif
sedangkan keunggulan kompetitif dltentukan oleh faktor ekternal.
Penentuan komoditas unggulan biasanya dilalukan dengan menggunakan
analisis Location Quotient (LQ). Analisis LQ dapat mengukur tingkat konsentrasl
suatu komoditas bila dibandingkan dengan wilayah yang leb1h luas. Analisis yang
lain adalah Tipologl Klassen. Analisis ini menggunakan matriks perbandingan
dari faktor yang berpengaruh. Keunggulan komparatif dapat dinyatakan dengan
keberlimpahan sumberdaya untuk mendukung produksi dalam satuan wilayah
yang dlkenal dengan produktifitas. Sedangkan keunggulan kompetitif berupa
estimasi nilai ekonomi suatu komoditas yang diapresiasl secara teknls oleh
pasar, Keunggulan tersebut diperbandingkan dan diletakkan dalam empat
kuadran, setiap kuadran merupakan interaksi suatu komoditas di suatu daerah
(Kabupaten Sumbawa sebagai daerah penelitian) terhadap daerah acuan pasar
yang lebih tinggi (Provinsi Nusa Tenggara Baral).
Kendala-kendala dalam pengembangan komoditas unggulan menjadi
indikator atau kriteria yang harus diperhalikan dalam menentukan prioritas
komoditas apa yang harus diusahakan. Kriteria-kriteria tersebut berupa
kesesuaian lahan, peluang nilai tambah, permintaan pasar, kebutuhan modal,
maupun preferensi petani. Dengan menggunanakan proses hirarki analisis
3.1 Kerangka Pemikiran
Ill. METODOLOGI PENELITIAN
---------
(PHA). berbagai kriteria tersebut diberikan pertimbangan lingkat prioritasnya
temadap suatu tujuan yang diinginkan. Langkah yang dilakukan adalah
membangun hirarki pada bebetapa level, yaitu:
• Level 0 merupakan tujuan secara umum yaitu menentukan prioritas
komoditas unggulan.
• Level 1 merupakan kriteria-kriteria yang mempengaruhi penentuan prioritas,
berupa lahan, nilai tambah, pasar, modal. dan preferensi.
• Level 2 merupakan sekumpulan altematif komoditas unggulan yang telah
ditetapkan melalui analisis tipologi Klassen.
Terkait dengan pangan sebagai kebutuhan dasar manusia, maka tingkat
konsumsi di daerah acuan merupakan salah satu rujukan dalam pengusahaan
suatu komoditas. Tingkat konsumsi komoditas secara langsung digunal<an
sebagai estimasi tingkat pennintaan pasar. Dalam penelitian ini, permintaan
pasar di luar konsumsi langsung tidak diperMungkan. nngkat konsumsi
mengacu pada proyeksi kebutuhan pangan penduduk Nusa T enggara Bara!
pada tahun 2025 sebagai masa akhir rencana pembangunan jangka panjang
(RPJP). Untuk metihat kemampuan wiJayah dalam memenuhi kebutuhan tersebut
maka tingkat konsumsi dibandingkan dengan kemampuan produksi saat ini.
Di sisi lain, produktivitas komoditas dilentukan oleh karakteristik yang
terdapat pada lahan Karak1eristik dalam satuan lahan homogen disusun sebagai
zona agroekologi (ZAE}. Masing-masing zona menentukan bentuk pengelolaan
dan potensi kesesuaian bagi komoditas tertentu. Dalam satu zona bisa menjadi
potensial untuk beberapa komoditas sekafigus dan juga terdapat beberapa
komoditas yang cocok pada beberapa zona. Namun demikian, zona-zona
potensial tersebut dengan perkembangan teknologi dan sosral budaya petani
dapat saja berubah pemanfaatannya. Hal ini dapat dilihat dan kondisi eksisting
pola penggunaan lahan (land use) yang ada. Zona agroekologi dan
perkembangan land use tidal< terikat dengan batas-batas wilayah administrasi.
Sementara berbagai program dan kebijakan pengembangan yang dijalankan
oleh pemerintah daerah menggunakan wilayah administrasi sebagai lokasi
pelaksanaannya. lmplikasinya tefhadap bentuk perencanaan adalah menyusun
wilayah-wilayah pengembangan dengan satuan dasar batas wilayah
administrasi.
19
ZAE : Zona Agroekologi LU : land use (penggunaan lahan) PHA : proses hirarki analisis
Gambar 4 Kerangka pemikiran penelitian.
Pcmbangunan Pcrtanlan "meningkatkan pendapatan dan keselahteraan"
I
• • Internal: Eksternal;
• A,groklimat • Pasar • SOM • Kebijakan
• • Keunggulan Komparatil:
1 Keunggulan Kompetitif:
Produktivitos J Pendopoton
Komoditas Unggulan: - lipologi Klassen
. I
• • ... Zona potensial: Prioritas Pengembangan: iingkat konsumsi:
ZAE, LU PHA Nill 2025
• ~ + • Wilayah Kriterio yang Kebuluhan lahan
Pengembangan mempengorurn untuk berproduksi
L • Arahan rengembangan Komoditas Unggulan -
Berbagai implikasi dari analisis yang dilakukan dirangkum dalam arahan
strategis pengembangan. Program yang ditawarkan harus mampu mengatasi
berbagai kelemahan yang ada Kebijakan-kebijakan yang sudah ada selama ini
seperti tertuang dalam rencana strategis (renstra) maupun rencana
pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) serta arahan tata ruang
dalam rencana tata ruang wilayah (RTRW) dirujuk sebagai dasar arahan strategi.
Kerangka pemikiran secara ringkas mengenai arah alur penelilian yang
dilaksanakan disajikan dalam Gambar 4.
20
21
Penelitian ini dilaksanakan dengan mengumpulkan data dan informasi
sekunder yang telah ada di berbagai instansi sumber baik di tingkat daerah
maupun tingkat nasional. Peta Zona Agroekologi Skala 1:250.000 diperoleh dari
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian
(BBSDLP) Bogor, Peta Administrasi dan Peta Penggunaan Lahan dari Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sumbawa.
Sedangkan data-data tabular sosial ekonomi diperoleh dari Bappeda, BPS, dan
Dinas Pertanian Tanaman Pangan. Sedangkan data primer berupa kondisi
lapangan dikumpulkan dengan metode survei langsung di lapang.
Responden (expert) dalam penentuan prioritas dipilih secara purposive
sampling dengan pertimbangan expert yang dipilih merupakan pihak yang cukup
berperan penting dalam pengembangan pertanian di Kabupaten Sumbawa.
3.3 Sumber Data dan lnstrumen
Gambar 5 Wilayah admirustrasi kecamatan di Kabupaten Sumbawa.
- - -
~~MO~K.11
flJ1f""l....I ~ ~,!$ 02• a- 12 ta
PETAADMINISTRASI KABUPATEN SUMBAWA
_. ·+
Penelitian dilaksanakan di wilayah administrasi Kabupaten Sumbawa
Provinsi Nusa Tenggara Baral meliputi 24 Kecamatan (Gambar 5), pada bulan
Juli sampai dengan September 2009.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
No. Tujuon Met ode Dela yang SumberData 01rtJ)lrt Peoelitiim Analisis diperlukan
1. Menentuken LQ Produktivilas, Sumbawadan Altematil komod~as f1pol0g1 pmduksi, dan NTB dalam angka komodrtes unggulan harga komoditas ooggulan daerah Klassen peflanian Oinas Pertanlan daerah NTB dan Kab.
Sul'flbawa
2. Menentul<an AHP Persepsi Wawancara Prioritas pnoritas komoditas komodltas unggulen unggulan daerah
3. Memetakan Spasial Prodll\si saat ini. Oinas Pertanian Wilayah wilayah tematik p<elerensi da!MI Kab. Sumbawa. pengeml>angan pengembangan AHP wawancara komoditas
unggulan
4. Mcrumuskan Proycksi Konsumsi SUSENAS 2007 Aranan strategis arahan strategis konsumsi perbpi\a, jumtah Peta ZAE. Pela peoget11bangan pengcmbangan Analisis penduduk Mministrasi, land
spas·a1 Keragaan biofisil< use Desl<riptif wilayah RPJPIRPJM.
Kond.sl tapangan Renstra
Data-data yang telah diperoleh baik melalui studi primer maupun sekunder
selanjutnya dianalisis berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dan kriteria data
yang diperlukan seperti tertuang dalam Tabel 1.
Tabel 1 Matriks hubungan tujuan penelitian, metode analisis, data yang diperlukan, sumber data, dan output
3.4 Metode Analisis Data
Expert yang dimaksud berjumlah dua puluh lima responden yang terdiri alas
Kepala dan Sekretaris Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Kepala Kantor
Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Penanian. Kepala Bidang PPS dan Kepala
Bidang Ekonomi Sadan Perencaanaan Pembangunan, satu orang pimpinan
DPRD, satu orang pengusaha, dan delapan belas orang petani dari tujuh belas
kecamatan yang berpotensi untuk dikembangkan.
I nstrumen pendukung dalam penelitian berupa seperangkat komputer
dengan software An:;GIS ver. 9.3. Expert Choice 2000, Microsoft Word, dan
Microsoft Excel, serta daftar pertanyaan (kuesioner).
22
Nilai LQ yang diperoleh akan berada dalam kisaran lebih kecil atau sama
dengan satu sampai lebih besar dari angka satu (1 s LQ > 1 ). Besaran nllai LQ
menunjukkan besaran derajat spesiatisasi atau konsentrasi komoditas tersebut di
witayah Kabupaten Sumbawa terhadap wilayah referensi/acuan Nusa Tenggara
Baral. lnterpretasi nilai LQ adalah:
• LO> 1; lndikasi komoditas tersebut menjadi basis karena produksinya
terkonsentrasi secara retatif di Kabupaten Sumbawa.
• LQ"' 1; lndikasi komoditas tersebut secara relatif sama atau peluang
usahanya menyebar secara meraia di seluruh wilayah NTB.
• LQ < 1, lndikasi komoditas tersebut di Kabupaten Sumbawa masih relatil
lebih kecil dari pengusahaan rata-rata NTB.
Xij = produksi komoditas j di Kabupaten Sumbawa
Xi. = total produk.si komoditas yang d1uji di Kabupaten Sumbawa X.j = produksi komoditas j di NTB
X =total produksi komodfas yang diuji di NT8
Dim an a:
X--/X· lJ I.
X.j/X_ lQ
Analisis Location Quotient (LQ) digunakan untuk melihat indikasi komoditas
basis di Kabupaten Sumbawa. Rumayar et al. (2005) menyatakan bahwa LO
digunakan untuk mengetahui apakah suatu komoditas merupakan komoditas
basis atau nonbasis atau suatu komoditas mempunyai k.eunggulan komparatif
atau tidak.. Untuk komoditas berbasis lahan perhitungan LQ didasarkan pada
areal tanam/panen, produksi, atau produktivitas (Hendayana 2003). Dalam
penelitian ini LQ dihitung berbasis produksi masing-masing komoditas dengan
formula:
3.4.1 Location Quotient
8erbagai metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis Location Quotient (LQ), npologi Klassen, proses hirarki analitik (PHA),
analisis spasial, dan analisis deskriptif.
23
dimana:
Ps»w = estimasi nilai ekonomi komoditas i di Kabupaten Sumbawa
Pntb = estimasi nilai ekonomi komoditas i di daerah acuan NTB
w e .,. = produktivitas komoditas i di Kabupaten Sumbawa
Wnio = produktivitas komoditas i di daerah acuan NTB
-~ Nilai Ekonomi P .... 2: P nil) P-< Pn10
Produktivi~--.__ -~ W.,,,,<=Wnw • Komoditas I. Komoditas
Unggulan I Berkembang
w s .,, < wntb • Komoditas • Komoditas Potensial Inferior
Tipologi Klassen merupakan salah satu alat analisis yang dapat digunakan
untuk mengidentifikasi sektor, subsektor, usaha, atau komoditas prioritas atau
unggulan suatu daerah. Tipologi Klassen dilakukan dengan membandingkan
pertumbuhan ekonomi daerah dengan pertumbuhan ekonoml daerah yang
menjadi acuan atau nasional dan membandingkan pangsa sektor, subsektor.
usaha, atau komoditi suatu daerah dengan nilai rata-ratanya di tingkat yang lebih
tinggi atau secara nasional. Hasil analisis Tipologi Klassen akan menunjukkan
posisi pertumbuhan dan pangsa sektor, subsektor, usaha, atau komoditi
pernbentuk variabel regional suatu daerah (Widodo 2006).
lndikator atau kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai
ekonomi yang diapresiasi dengan harga komoditas di pasar (keunggulan
kompetitit) dan produktivitas masing-masing komoditas (keunggulan komparatif)
baik di tmgkat Kabupaten Sumbawa maupun Nusa Tenggara Barat. Matriks
klasifikasi kriteria dalam Tipologi Klassen disajikan ke dalam empat klasifikasi
(Syafa'at dan Priyatno 2000}. Empat klasifikasi tipologi Klassen tersebut disajikan
dalam Tabel 2.
T abel 2 Matriks tipologi Klassen penentuan komoditas unggulan daerah Kabupaten Sumbawa
3.4.2 Analisis Tipologi Klassen
24
Kabupaten Sumbawa merupakan salah satu dari sembilan kabupatenlkota
yang ada dl Provinsi Nusa Tenggara Baral Secara geografis Kabupaten
Sumbawa terletak di antara 116°42'·118°22' Bujur Timur dan 8°8'·9°7' Lintang
Selatan dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
• Sebelah utara berbatasan dengan Laut Flores
• Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia
• Sebelah tlmur berbatasan dengan Kabupaten Dompu
• Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Sumbawa Barat
Posisi ini merupakan lintas perdagangan yang menghubungkan antara pusat
perdagangan Surabaya dan Makassar maupun Provinsi Nusa Tenggara Timur
serta merupakan lintas pariwisata yaitu Provinsi Bali Pulau Lombok, Taman
Nasional Komodo. dan Tanah Toraja Sulawesi Selatan.
Secara administratif daerah Kabupaten Sumbawa terbagi dalam dua puluh
empat kecamatan yaitu Kecamatan Tarano, Labangka. Empang, Lunyuk
Plampang, Maronge, Moyo Hilir, Moyo Utara, Moyo Hulu, Batu Lanteh,
Sumbawa, Unter lwis, Labuhan Badas. Rhee. Utan, Buer, Alas. Alas Baral,
Orong Telu, Lape, Lopok, Ropang Lenangguar, dan Lantung dengan ibukota
kabupaten adalah Kola Sumbawa Besar. Luas wilayah secara keseluruhan
sekitar 6.643,96 km2•
Tinjauan geografis kedekatan jangkauan pelayanan pemerintahan pada
setiap tingkat administrasi pemerintahan dapat diukur dengan indikator tingkat
aksesibilitas atau jarak jangkauan antar wilayah administrasl. Secara rata-rata
jarak jangkauan ibukota kecamatan terhadap pusat pelayanan pemerintahan di
ibukota Kabupaten Sumbawa adalah 45,46 km dengan jarak terjauh dari ibukota
kabupaten adalah 103 km {kecamatan Tarano).
Luas wilayah Kabupaten Sumbawa dirinci per kecamatan berdasarkan data
lahun 2008 disajikan dalam label 3. Sedangkan jarak jangkauan ibukota
kecamatan terhadap ibukota kabupaten disajil<an dalam Gambar 7.
4.1 Letak, Batas, dan Luas Wilayah
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
$umber. BPS Kabupaten Sumbawa. 2(JIJ9
Gambar 7 Jarak dari ibukota kabupaten ke kola kecamatan dalam Kabupaten Sumbawa Tahun 2008.
_..LI I 11 11 40 20
0
60
• I
e so :!!. --aHl 120
100
No Kecamatan luas Wilayah (km') Proporsi ('l'i)
1 lunyuk 513,74 7,73 2 Orong Telu 465,97 7,01 3 Alas 123,04 2,64 4 Alas Baral 168,88 1,16 5 Buer 137,01 2,66 6 Utan 155,42 2,80 7 Rhee 230,82 3,01 8 Batulanteh 391,40 5,89 9 Sumbawa 44,83 0,66 10 Labuha n Badas 435,89 6,69 11 unter twes 82,38 1,13 12 Mayo Hilir 186,79 2,81 13 Moyo utara 90,80 1,37 14 Moyo Hulu 311,98 4,70 15 Ro pang 444,48 6,69 16 lenangguar 504,32 7,59 17 lantung 167,45 2,52 18 Lape 204,43 3,07 19 lopok 155,59 2,34 20 Plampang 418,69 7,11 21 tabangka 243,08 2,52 22 Maronge 274,75 4,46 23 Em pang 558,55 8.41 24 Tarano 333,71 S,02
Total 6.643,98 100,00 Sumber: BPS Kabupaten Sumbawa. 2009
Tabel 3 Luas wilayah Kabupaten Sumbawa dirinci per kecamatan tahun 2008
29
I~
Karakterisnk iklim Kabupaten Sumbawa dipengaruhi oteh musim huian dan
musim tropis. Huran merupakan faktor yang paling menenlukan keadaan iklim di
daerah survei. Berdasarkan klasifikasl Oldeman. Kabupaten Sumbawa termasuk
beriklim tipe 03 dengan panjang bu1an basah (curah hujan >200 mm) selama 3 bulan dan panjang bulan kering (curah hujan <100mm) selama 6 bulan.
4.3 Keadaan lklim dan Cuaca
Menurut karakterislik lopografinya (Gamber 8), Kabupaten Sumbawa
merupakan daerah dengan permukaan tanah tidak rata atau cenderung berbukit
bukit dengan ketinggian berkisar antara 0 sampai 1. 730 meter di atas pennukaan
air laut, sebagian besar diantaranya berada pada ketinggian di alas 100 meter.
Sementara itu ketinggian unluk kota-kota kecamalan di Kabupaten Sumbawa
berkisar antara 10 meter samcat 650 meter di alas permukaan air laut. lbukota
Kecamatan Batulanleh (Semongkat) merupalcan ibukota kecamatan yang
tertinggi sedangkan Sumbawa Besar merupakan yang terrendah.
Gamber 8 Keadaan topografi Kabupaten Sumbawa.
Sumber: Cilra SRTIA, 2009
4.2 Topografi
30
Tabel 4 menunjukkan bahwa bulan Pebruari, Maret, dan Desember
merupakan bulan basah. Sedangkan bulan Mei, Juni, Juli. Agustus. September,
dan Oktober merupakan bulan kering. Bulan Januari, April, dan November
dikatakan sebagai bulan fembab. Data diambil pasca pemekaran wilayah dengan
Kabupaten Sumbawa Baral.
Pada tahun 2008 temperatur rata-rata adalah 26,9°C dengan temperatur
maksimum mencapai 35,5°C yang terjadi pada bulan Oktober dan temperatur
minimum 20,4°C yang terjadi pada bulan Juli. Tekanan udara maksimum 1.010,7
mb, dan tekanan udara minimum 1.006,4 mb. Arah mata angin terbanyak adalah
SE (tenggara) dengan kecepatan tertinggi sebesar 21 knots yang terjadi pada
bulan Februari. Tabel 5 menunjukkan rata-rata karakteristik cuaca di Kabupaten
Sumbawa selama tahun 2008.
Bulan 2004 2005 2006 2007 2008 Rata-Rata
Januari 106,80 90,40 166,80 43,30 288,20 139,10
Pebruari 91,70 271,10 630,40 179,80 293,20 293,24
Maret 124,20 226,90 210,40 443,20 113,00 223,54
April 1,50 219,20 190,60 102,10 111,70 125,02
Mei 93,80 0,00 54,00 8,90 5, 10 32,36
Juni 0,60 45,10 0,00 14,50 7,90 13,62
Juli 0,00 0,00 0,00 0,00 1,10 0,22
Agustus 0,00 12,00 0,00 0,10 0,00 2,42
September 0,00 4,30 0,00 0,00 0,60 0,98
Oktober 9,00 85,70 0,00 1,50 86,20 36,48
November 144,70 110,30 12,90 151,20 106,40 105,10
Oesember 248,30 202,80 336,50 230,60 182,10 240,06
Jumlah 820,60 1167,80 1.601,60 1.175,20 1.195,50 1.211,14 Sumber: BMKG Sumbawa dalam BPS Kabupaten S11mbawa. 2005. 200!}
Tabel 4 Rata-rata curah hujan di Kabupaten Sumbawa tahun 2004- 2008 dirinci perbulan {mm)
31
Berdasarkan peta geologi tiniau Putau Sumbawa skala 1 :250.000 (Direktorat Geologi, 1975) Kabupaten Sumbawa termasuk formast tersler dan
kuarter. Formasi terser merupakan batuan has11 gunung api dan batuan
endapan. Terdiri dari breksi bersifat andesit dengan lapisan-lapisan tufa berpasir,
tufa batuapung. dan batupasir bertufa. di beberapa tempat mengandung lahar,
lava, andesit dan basal, lempung bertufa yang terdiri dari tapisan-lapisan pasir
dan kerikil. Formasi ini menempati wilayah perbukitan serta dataran angkatan.
Formasi kuarter merupakan endapan permukaan (bahan aluvium) yang
terdiri dari kerikll. pasir, lempung (loam) dan pasir pantai, terutama bersusunan
andesit. Penyebaran formasi ini terutama di dataran estuarian clan di sepanjang
pantai. Juga ditemukan batu koral yang terangkat bersusunan batugamping yang
4.4Geologi
Kee. Angin Rata-rata Rata-rata Modus Arah Bulan rata-rata Suhu Udara Kelembaban
(Knots) 1•q Udara (%) Ang in
Januari 5,0 26,7 84 NW Februari 7,0 26,1 88 NW Maret 5,0 26,5 85 SE April 4,0 26,9 80 SE Mei 5,0 26,8 71 SE Jun I 5,0 26,5 71 SE Juli 6,0 25,7 67 SE Agustus 6,0 26,7 66 SE September 6,0 27,8 66 SE Oktober 6,0 28,8 70 SE Nopember 5,0 27,S 82 SE Desember 4,0 26,7 83 SE Jumlah s.o 26,9 76 SE
2007 5,0 27,0 76 SE 2006 5,0 26,8 7b SE 2005 s.o 27,l 77 E 2004 6,0 27,0 77 SE
Sumb6r: BMKG Sumllawa dlllam BPS Kabupaten Sumllawa. 2009
Tabel 5 Rata-rata karakteristik cuaca di Kabupaten Sumbawa tahun 2008
32
Jenis tanah utama di Kabupaten Sumbawa yang banyak ditemukan adalah
entisol sekitar 38,7 persen, entisol lilhic subgroup sekitar 7 ,5 persen, alftsol
sekitar 6,8 persen, inceptisol sekitar 3,4 persen, ultisol sekitar 12,3 persen,
vertisol sekitar 9 ,8 persen, dan komplek entisoVasosiasi sekitar 23,2 persen.
Tanah-tanah tersebut lebih banyak terbentuk dari bahan alluvium.
Dari 664.398 ha luas daratan Kabupaten Sumbawa, komplek entisol lithic
subgroup, alfisol/inceptisol mendominasi sebaran tanah dengan luas areal
mencapai 457.478 ha atau sekitar 68,8 persen. Tersebar dari bagian selatan
Kabupaten Sumbawa dari timur hingga barat. lnoeptisol tersebar di Kecamatan
Moyo Hulu, Moyo Hilir, dan Lape. Asosiasi entisol dan ultisot dijumpai di daerah
dengan curah hujan tinggi dan penggunaan lahan berupa hutan lebat dan
fisiogerapi berbukit hingga bergunung yakni di wilayah Kecamatan Batu Lanteh,
Ropang, Mayo Hulu, menenpati areal sekitar 34.564 ha atau 5,2 persen.
Penyebaran jenis tanah entisol dan alfisol dijumpai di daerah daratan/lembah
dan dipinggir pantai utara. Daerah ini diusahakan untuk persawahan,
pertambakan, dan juga masih merupakan rawa.
Tiap jenis tanah mempunyai sifat dan karakter sendiri yang akan
menentukan kemampuan suatu lahan untuk dikembangkan sesuai dengan
peruntukannya. Tanah entisol dan inceptisol yang banyak terdapat di Kabupaten
Sumbawa dapat diperuntukkan bagi lahan pertanian tanaman pangan karena
memiliki karakteristik drainase baik sampai temambat dengan tekstur tanah
4.5 Jenis Tanah
tediri dari terumbu koral dan pecahan batugamping koral, di beberapa tempat
mengandung kepingan batuan hasil gunung api. Penyebaran fonnasi in terutama
di sepanjang pantai.
Formasi batuan terobosan juga cukup banyak yang disusun oleh andesit.
basal, dasit, dan batuan yang tidak dapat dibedakan. Dasi! dan andesit pada
umumnya mengandung pirit Batuan ini dijumpai pada daerah Kabupaten
Sumbawa bagian tengah dan timur menempati areal yang tidak begitu luas di
wilayah perbukitan Kecamatan Lape Lopok.
Formasi-fonnasi tersebut pada umumnya tertutupi oleh abu/pasir vulkanik
hasil letusan Gunung Tambora pada tahun 1815. Tebal lapisan bervariasi dari 10
cm pada daerah pegunungan/perbukitan, sampai lebih dari 100 cm pada daerah
dataran atau cekungan.
33
Penggunaan lahan erat kaltannya dengan perkembangan dan dinamika
penduduk. Perkembangan sosial ekonomi masyarakat memperkuat desakan
terhadap pemanfaatan lahan. Sehingga yang d~akukan adalah pengendalian
pola penggunaan lahan secara konsrsten dalam rangka penciptaan keserasian
penggunaan tanah dengan lingkungan sesuai dengan fungsi kawasan yang
direncanakan berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah.
Penggunaan lahan di Kabupaten Sumbawa terbagi dalam beberapa
kategori tipologi penggunaan meliputi; 1) Lahan sawah seluas 46.873 Ha, 2)
Lahan buxan sawah (pekarangan. tegalan/kebun. ladang/huma. padang rumput,
sementara tidak diusahakan, hutan rakyat. lain-lain) seluas 241.160 Ha, 3) Lahan
bukan pertanian (rumahlbangunan, hutan negara, rawa-rawa, lainnya) seluas
376.365 Ha seperti ditunjukkan pada Tabel 6.
4.7 Penggunaan Lahan
Daerah-daerah pertanian dan permukiman di Kabupaten Sumbawa sangat
ditentukan oleh tersedianya air disamping keadaan tofografi dan tanahnya
Sumber air pokok adalah air hujan, air sungai dan air tanah. Daerah ini termasuk
daerah curah hujan yang relatif kecil dan tidak merata sepanjang tahun.
Sungai di Kabupaten Sumbawa mempunyal area yang sempit dan lereng
yang curam. Sungai yang cukup lebar adalah Sungai Brang Beh yang mengalir
ke selatan Kecamatan Lunyuk, Sungai Brang Utan di Kecamatan Utan, serta
Sungai Brang Moyo di Kecamatan Mayo Hilir Aliran sungai sangat dipengaruhi
oleh besarnya hujan. Pada waktu hujan besar debit sungai dengan cepat
menjadi besar, tapi begitu hujan selesai aliran sungai dengan oepat menjadl
turun bahkan menjadi kering. Artinya bahwa aliran sungai tidak selalu mengalir
sepanjang tahun.
Air tanah di Kabupaten Sumbawa teian digunakan mesklpun secara
sederhana, terutama untuk keperluan sehari-hari dengan menggunakan sumur
gali di daerah-daerah dataran alluvial disepanjang pantai utara.
4.6 Hidrologi
umumnya agak halus dan kapasitas tukar kaiton (KTK) bervariasi dari rendah
sampai tinggi. Tanah-tanah ini merupakan tanah muda yang belum berkembang
lebih lanjut sehingga cukup subur untuk pertumbuhan tanaman.
34
$umber: Dinas Pettanian Tanaman Pangan KJJbuparen Sumbawa. 2009
664.398 Total (Luas Wilayah Kecamatan) = Jumlah Lahan Sawah t Jumlah Lahan Bukan Sawah + Jumlah Lahan Bukan Pertanian
92.063
376.365
6.148 278.154
a. Rumah, bangunan dan halaman sekitarnya b. Hutan Negara c, Rawa-rawa (Tldak Dltanaml) d. Lainnya (jalan, sungai, danau, lahan tandus, dll)
Jumlah tahan Bukan Pcrtanian
J LAHAN BUKAN PERTANIAN 2
59.000 9.883
27.849 91.336
2.981 242
3.773 25.937 20.159
241.160
a. Tegal I Keoun b. ladang I Huma c. Perkebunan d. Ditanami Pohon I Hutan Rakyat e. Tambak f. Kolam/T ebat/Empang g. Padang Pengembalaan / Rumput h. Sementara Tidak Diusahakan i. lainnya (pekarangan yang dltanarru tanaman pertanian, dll)
Jumlah lahan Sukan Sawah
1.2 Lahan Bukan Sawah
46.873 54 Jumlah tahan Sawah 1.537 16.186 29.096
7.713 7 7.706
5.783 44 2.003 3.736
3.954 3 999 2.724 228 c. lrigasi Scdcrhana
d. lrigasi Desa/Non-PU
e. Tadah Hujan I. Pasa ng Surut g. Lebak h. Lainnya (Polder,
rembesan. di!)
b. lrigasi Setengah 1.059 4.845 5.529 Teknis
17.990 11.433
7 2SO 8.332 9.401 a. lrigasi Teknis I . lahan Sawah 1.1 I LAHAN PERTANIAN 1
8 7 6 3 4 5 2 1
Di usahakan
mi Padi Tigo Dua Satu kafi Kali Kali
Jumlah Semen
Tidak tara Tidak ditana-
Ditanami Padi Penggunaan Lahan No.
Realisasi Dalam Satu Tahun (ha)
Tabel 6 Keadaan luas lahan berdasarxan potensi wilayah di Kabupaten Sumbawa tahun 2008
35
Jaringan jalan merupakan prasarana untuk memperlancar kegiatan
perekonomlan dalam meningkatkan usaha pembangunan guna memudahkan
mobilisasi penduduk dan memperlancar perdagangan antar wilayah. Kondisi
Jalan dari ibukota kabupaten ke kecamatan kondisinya cukup baik. Dan untuk
memperlancar aksesibilitas produksi dan pemasaran, pemerintah terus
meningkatkan pembangunan jalan usaha tani terutama di daerah-daerah sentra
produksi pertanian.
Perhubungan laut juga berperanan penting dalam perekonomian
Kabupaten Sumbawa. Ada dua pelabuhan taut yang penting yakni Pelabuhan
Badas di Kecamatan Labuhan Badas sekitar 10 km dari Sumbawa Besar dan
Pelabuhan Poto Tano di Kecamatan Seteluk sekarang berada diwilayah
Kabupaten Sumbawa Baral 79 km dari SumbaWa Besar. Melalui kedua
pelabuhan ini, kegiatan ekspor impor serta lalu lintas penyeberangan orang
menjadi mudah. Sedangkan perhubungan udara, saat ini hanya ada satu kali
penerbangan setiap hari ke ibukota provinsi melalui Bandara Brang Biji di Kota
Sumbawa Besar dengan jenis pesawat Foker F-27.
4.8 Prasarana Perhubungan
36
Penentuan atau identifikasi altematif komoditas unggulan Kabupaten
Sumbawa menjadi sangat penting, karena komoditas unggulan diharapkan
menjadi komoditas penggerak utama (prime mover) perekonomian di Kabupaten
Sumbawa. Widodo (2006) menjelaskan bahwa pembangunan ekonomi akan
lebih optimal apabila didasarkan pada keunggulan komparatif (comparative
advantage) dan keunggutan kompetrtif (competitive advantage). Pengertian
unggul di sini didasarkan dalam bentuk perbandingan dengan wilayah yang leblh
tinggi. Keunggulan komparatif suatu komoditas adalah jika produklivitas yang
dimiliki suatu komoditas lebih unggul secara relatif terhadap komodilas sejenls di
wilayah yang leb1h t1ngg1. Sedangkan keunggulan kompetitif merupakan
kemampuan suatu komoditas menembus pasar yang diapresiasi dengan
penerimaan yang lebih tinggi. Adanya spesialisasi komoditas sesual dengan
keunggulan yang dimiliki, memungkinkan pemusatan pengusahaan di daerah
yang akan mempercepat pertumbuhan daerah (Aswandi dan Kuncoro 2002).
Lebih lanjut dikatakan bahwa ekonomi spesialisasi telah memungkinkan
terbentuknya jaringan perdagangan antarindividu dan antarnegara yang lebih
luas, mendorong proses pertukaran sesuai kebuluhan rnasing-masing.
Analisis Location Quoliont (LO) produksi (Tabet 7) menunjukkan bahwa
kornoditas kacang hijau. sawo. rnangga. jagung, dan pepaya memiliki nilal LO
leb1h dari satu (LO>l). Nilai LO lebih dari satu mengmdikasikan bahwa
komoditas-kornoditas tersebut terkonsentrasi secara relatlf pengusahaannya di
Kabupaten Sumbawa. Semakin besar nilai LO menunjukkan semakin
terkonsentrasinya pengusahaan suatu komoditas di Kabupaten Sumbawa.
Derajat konsentrasi (basis) inilah yang mengind kasikan bahwa suatu komoditas
berpotensi untuk menjadi kornoditas unggulan. Untuk komoditas padi dengan
nilal LO sama dengan satu, mengindikasikan bahwa pengusahaan komoditas
padi secara relatif sama dengan rata-rata Nusa Tenggara Baral atau dapat
dikatakan menyebar secara merata. Sedangkan ubi kayu, kedelai, kacang tanah.
cabe rawit. ubi jalar, bawang merah, dan pisang menjadi komoditas nonbasis
dengan LQ kurang dari satu. Nilai LO kurang dari satu mengindikasikan bahwa
pengusahaan komoditas tersebut tidak terkonsentrasi di Kabupaten Sumbawa.
5.1 Alternatif Komoditas Unggulan Oaerah
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Nilai LO produksi yang tinggi bukan serr.ata-mata mencerminkan bahwa
produksi komoditas tersebut tinggi, tetapi merupakan cerminan nilai relatif
terhadap share komoditas dalam daerah acuan provinsi (Hendayana 2003).
Seperti sawo dan pepaya dengan produksi yang Jebih kecil dari ubi kayu dan
kedelai memil1k1 nilai LO kurang dari satu. Demikian juga dengan nilai LQ yang
rend ah. belum tentu komoditas tersebut tidal< banyak diusahakan di Kabupaten
Sumbawa. Seperti padi dengan produksi tertinggi di Kabupaten Sumbawa yaitu
269.034 ton memiliki nilai LQ sama dengan satu, begitu juga dengan ubl kayu
dan kedelai dengan produksi tinggi tetapi nilai LQ kurang dari satu. Data Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Sumbawa menunjukkan bahwa pada
tahun 2005 komoditas dengan nilai LQ kurang dari satu banyak dipasarkan ke
luar daerah seperti kacang tanah sebanyak 1.675 ton, kedelai sebanyak 4.967
ton, dan gabah sebanyak 15.767ton.
Keunggulan komoditas yang ditentukan dengan metode LQ produksi
merupakan keunggulan basis yang befsifat relatif. Artinya bahwa suatu
komoditas akan menjadi unggul bila produksi yang dimiliki suatu wilayah
berperan besar dalam menentukan besamya total produksi pada daerah acuan
yang lebih tinggi. Dan nilai LQ produksi hanya mencerminkan keunggulan dari
38
Tabel7 Nilai LQ produksi tanaman pangan di Kabupaten Sumbawa tahun 2004-2007
No. Komoditas Produksi (ton)
LO Sumbawa NTB
1 Kacang Hijau 30.262 39.274 4,18 2 Sawo 1.894 3.878 2,65 3 Mangga 21.310 71.615 1.61 4 Jagung 28.818 98.077 1,59 5 Pepaya 2.574 10.042 1,39 6 Padi 269.034 1.478.700 0,99 7 Ubi Kayu 12.715 89.147 0,77 8 Kedelai 10.848 93.809 0,63 9 Kacang Tanah 4.144 42.374 0,53 10 Cabe Rawit 2.424 35.302 0,37 11 Ubi Jalar 1.210 18.100 0,36 12 Bawang Merah 4.556 83.617 0,30 13 Pisang 722 53.375 0,07
Total 390.509 2.117.010 Sumber: Dinas Pertanian NTB dan Kab. Sumbawa (diolah)
Produktivitas (ton/ha) Nilai Ekonomi No Komoditas (Re Juta/lon)
Sumbawa NTB Sumbawa NlB 1 Padi 4,53 4,55 1,64 1,94 2 Jagung 2,53 2,49 1,72 1,<la 3 Kedelai 1,24 1.19 4.24 3.35 4 Kacang Hijau 0,84 0,83 5,63 5,34 5 Kacang Tarrah 1,22 1,25 862 7,50 6 Ubl Kayu 11,59 11,61 1 60 0,66 7 Ubl Jalar 11,39 11,36 1 64 0,95 6 Bawang Merah 9,56 6,62 5.17 5,93 9 Cabe Rawit 6,00 4,97 12,99 7,59 10 Mangga 7,37 11,59 3,56 3,06 11 Pepaya 31,79 74,51 2,8:.> 2,32 12 Pi sang 4,96 55,24 4,07 224 13 Sawo 6,59 11,88 5,36 3,23
Sumber: Dinas Pertanian NTB dan Kab. Sumbawa (diolah)
sisi keberhmpahan potensi yang ada untuk memenuhi kebutuhan terhadap
komoditas tersebut secara relahf Sedangkan sisi permintaan dalam bentuk
apresiasi konsumen terhadap produk tersebut belum terlihat. Produk yang
dihasilkan bisa saja tidak mempunyai daya sainq di pasaran (keunggulan
kompetitif) yang disebabkan oleh karakteristik komoditas tersebut, seperti mudah
rusak atau preferensi konsumen di wilayah lain rendah sehingga komoditas
tersebut hanya mampu dipasarkan di wilayah send1ri.
Sebaga1 upaya mengatas1 kelemahan yang dimil1k1 oleh metode LQ, maka
dalam penelitian ini komoditas unggulan Kabupaten Sumbawa ditentukan
dengan memperhatikan aspek sumberdaya lahan untuk berproduksi
(produktiv1tas) dikaitkan dengan ntlai ekonomi yang diapresiasi konsumen
terhadap komoditas tersebut (harga). Karena pengusahaan komoditas maupun
usaha tani pada umumnya haruslah berorientas pasar Kedua aspek tersebut
dapat dianalisis secara slmultan dengan metode t1polog1 Klassen.
I ndikator utama yang d1gunakan dalam Klassen pada penelitian lru adalah
tingkat produktivitas suatu komoditas pangan dan nilal ekonoml komcdttas
tersebut di pasar Kabupaten Sumbawa rnaupun di Nusa Tenggara Baral. Data
rata-rata produktivitas dan nila1 ekonomi komoditas pangan di Kabupaten
Sumbawa dan Provinsi Nusa Tenggara Baral disajikan dalam Tabel 6.
Tabel 6 Rata-rata produktlvitas dan nilai ekonomi komoditas lanaman pangan di Kabupaten Sumbawa dan Provins! NTB tahun 2004-2007
39
Dari analisis tersebut dapat ditentukan beberapa altematif komoditas
unggulan Kabupaten Sumbawa yartu komcdeas-komoonas dengan produktivitas
dan nilai ekonomi komoditas tersebul di Kabupaten Sumbawa lebih besar atau
sama dengan daerah acuan Nusa Tenggara Baral. Komoditas-komoditas
keterangan:
P.ow = nilai ekonomi komoditas i di Ka.bupaten Sumbawa
Pnib = nilai ekonomi komoditas i di daerah acuan NTB
w_ = produktivitaskomoditas i di Kabupaten Sumbawa
Wrr.n = produktivitas komoditas i di daerah acuan NTB
-- Nilai Ekonomi P-2 P,,., P-< Pn10 -- Produktivitas --
• Jagung • Kedelai w_2wn., • Kacang Hijau • Bawang Merah • Ubi Jalar • Cabe Rawit
• Kacang Tanah • Ubi Kayu
w_<w,.,,, • Mangga Padi • • Pe pay a
• Pisang • Sawo
Tabel 9 Posisi masing-masing komoditas tanaman pangan di Kabupaten Sumbawa berdasarkan tipologi Klassen
Berbagai komoditas tersebut selanjutnya dianalisis ke dalam matriks yang
terbagi menjadi empat kuadran. Kuadran I diisi dengan komooitas-komoditas
yang memiliki tingkat produktivttas dan nilai ekonomi di Kabupaten Sumbawa
lebih besar atau sama dengan rata-rata Nusa Tenggara Barat Kuadran II
merupakan komoditas dengan tingkat produktivitas lebih tinggi atau sama
dengan rata-rata Nusa Tenggara Baral namun nilai ekonominya lebih rendah
Kuadran Ill merupakan komoditas-komoditas yang memiliki tingkat produktivitas
lebih rendah tetapi nilal ekonominya lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata
Nusa Tenggara Baral. Sedangkan kuadran IV mervpakan komoditas dengan
tingkat produktivitas dan nilai ekonomi yang lebih rendah dari rata-rata di Nusa
Tenggara Barat. Tabel 9 menyajikan posrs: masing-masing komoditas
berdasarkan tipologi Klassen
40
tersebut dttunjukkan dalam kuadran I. lerdiri dari jagung, kedelai. kacang hijau,
ubi jalar, dan cabe rawit. Artinya bahwa pengusahaanya selama rentang waktu
2004-2007, mampu memberikan kontribusi yang pesat terhadap total
penerimaan dengan tingkat efisiensi usaha yang tinggi dan pertumbuhan yang
cepat, Hal ini memungkinkan komoditas tersebut menjadl penggerak dalam
usaha tani di Kabupaten Sumbawa. Pertumbuhan yang cepat pada komoditas
unggulan tersebut menghasilkan efek pengganda (multiplier effects) yang tinggi
karena pertumbuhan pada komoditas tersebut mendorong pertumbuhan yang
pesat pada sektor-sektor perekonomian la1nnya. msamya di sektor pengolahan
(agro-processing) dan jasa pertanian (agro-setvices) (Daryanto 2009). Walaupun
efek pengganda tersebut dinikmati oleh wilayah lain di luar Kabupaten Sumbawa,
tetapi pergerakan pemasaran menjadi semakin luas.
Komoditas bawang merah yang masuk ke dalam kuadran II dengan
lndikator mempunyai produktivitas lebih hnggi akan tetapi n1lai ekonomi lebih
rendah dibandingkan dengan rata-rata Provins! Nusa Tenggara Baral,
mengindikasikan bahwa komodrtas bawang merah termasuk komoditas dengan
karakterisitik spesifik lokasi. Dan di pasar lokal komoditas bawang merah belum
banyak diapresiasi oleh para pelaku pasar. Hal ini ditunjukkan dari hasil survey
lapang yang menunjukkan bahwa bawang merah hanya diusahakan di
Kecamatan Plampang dan beberapa kecamatan lain yang bersifat sporadis pada
musim kering I dan II (MK I dan II) oleh petani penyewa dari luar daerah yaitu
Kabupaten Dompu dan Kabupaten Sima. Pada musim hujan (MH} lahan yang
ada diusahakan untuk tanaman padi oleh pemiiik lahan. Data luas panen
menunjukkan bahwa dalam rentang waktu 2004-2007 bawang merah hanya
dipanen seluas 457 Ha. jauh di bawah rata-rata provinsi seiuas 9.702 Ha.
Dengan demikian, harga hanya diapresiasi oieh petani penyewa dan produksi
yang dihasiikan lebih banyak dibawa ke luar Kabupaten Sumbawa yaitu ke
Kabupaten Dompu dan Sima
Pada kuadran Ill dengan indikatoc tingkat produktivitas yang !ebih rendah
tetapi nilai ekonomi lebih tinggi daripada rata-rata Nusa Tenggara Baral terdapat
komoditas kacang tanah, ubi kayu, mangga, pepaya, pisang dan sawo.
Komocitas-komodltas ini mempunyai peluang besar (potensiai} untuk dapat
dikembanqxan apabua produktJvitas mampu untuk ditingkatkan karena nilai
ekonomi sudah tinggi Peningkatan produktivitas dapat dilakukan dengan
peningkatan intensifikasi skala usaha tani. Survey lapang menunjukkan bahwa
41
Pengambilan kebijakan pengembangan wilayah harus mempertimbangkan
berbagai segi seperti kondisi ek:onomi, sosial, maupun isu-isu politik. Dengan
demikian setiap kriteria dan aktor yang berperan di dalamnya harus
diperhitungkan. Terdapat berbagai alat analisis untuk menentukan formula
kebijakan pengembangan. Analisis yang banyak digunakan adalah a11a/ytllical
hierarchy process (AHP) (Dine et al. 2002). AHP mampu mengintegrasikan
model kuantitatif dengan faktor-fak!or kualitatif.
Kriteria-kriteria dan altematif yang berperan dalam menentukan prioritas
komoditas unggulan diberikan skor berdasarkan tingkat kepentingan oleh
S.2 Prioritas Komoditas untuk Dikembang.kan
komoditas-komoditas tersebut belum diusahakan secara penuh oleh petani
Kacang tanah dan ubi kayu baru sebatas sebagai tanaman sela pada lahan lahan marjnal atau pada petakan-petakan kecil saja. Mangga masih belum
dilakukan peremajaan. Sedangkan sawo lebih banyak sebagai tanaman
pekarangan.
Sedangkan pada kuadran IV dengan indikator tingkat produktivitas dan nilal
ekonomi di bawah rata-rata provinsi Nusa Tenggara Baral terdapat komoditas
padi Tingkat produldivitas yang dimiliki padi hampir sama dengan produktivitas
rata-rata di Nusa Tenggara Baral (T abel 9), namun dari sisi nilai ekonomi masih
tertekan walaupun padi sebagai komoditas politis sudah ditentukan harga dan standar kualitas o!eh pemerintah. Hal mi mengindikasikan bahwa standar
operasional produksi padi belum diterapkan secara maksimal sehingga apresiasi
harga di pasaran hanya mengikuti kualitas yang ditawarkan. Biasanya petani
menjual langsung sebaqian besar hasil panennya masih dalam keadan basah
atau kadar air tinggi. Alasan mereka karena tidak mempunyai sarana penjemuran
seperti lantai jemur maupun sarana penyimpanan. Walaupun demikian,
komoditas padi tetap menjadi komo<frtas utama untuk diusahakan pada musim
hujan mengingat keterkaitan sosial budaya yang dimitikinya masih besar. Masuknya padi sebaga1 komoditas inferior bukan k:arena sedikit
pengusahaannya di Kabupaten Sumbawa. tetapi lebih disebabkan karena
standar operasional yang belum terpenuhi. Komoditas padi merupakan
komodilas yang tetap berperan penting dalam usaha tani di Kabupaten
Sumbawa.
42
responden pakar (expert) yang berasal dari pemerintah daerah, OPRD,
pengusaha. dan petani. Responden expert tersebut d1pi11h secara sengaia
berdasarkan hubungan langsung mereka terhadap pengembangan sektor
pertanian di Kabupaten Sumbawa. Iqbal (2007) menegaskan bahwa seyogianya
peran stakeholders yang terkena dampak program baik positf maupun negatif
diwujudkan melalui persamaan persepsi, keputusan kolektif, dan sinergi aktivitas
dalam menunjang kelancaran program pertanian. Kehidupan masyarakat yang
semakin heterogen dan individualis menyebabkan mereka kurang respons
terhadap berbagai kegiatan oersama membangun desa. Dalam kondisi seperti
ini, hanya upaya semipartisipatif dan partisipatif yang mungkin untuk
dilaksanakan (Jamal 2009).
Responden memoerikan pertimbangan (judgments) dalam
membandingkan senap knteria yang ada Perbandingan berpasangan (pa11Wise
comparation) diberikan satu skala absolut dari angka 1 hingga 9 yang
menunjukkan berapa kali lebih besar satu kriteria lebih penting dari kriteria
lainnya Prosedur ini diulang untuk semua elemen dalam struktur. menghas1lkan
ranking preferensi atas pertimbangan selcruh expert (Oddershede el al. 2007).
Setiap responden diwawancarai secara terpisah pada waktu yang berteda.
Pertemuan dimulai dengan wawancara informal untuk menggali informasi secara
umum tentang apa yang akan ditanyakan. Selanjutnya, responden diminta untuk
memberikan pertimbangan atau penraian secara eksplisit pada setiap
perbandingan berpasangan Hasil pertimbangan responden yang berasal dari
unsur pemerintah daerah dan OPRD tidak dapat langsung diambil setelah
wawancara. Karena agenda kerja mereka cukup padat sehingga hasil baru
diketahui keesokan harinya bahkan beberapa hari kemudian. Dari pengamatan
hasil setelah responden menyerahkan kuesioner ke peneliti. ada beberapa
pertimbangan responden yang menunjukkan gejala inkonsistensi Pertimbangan
tersebut ditanyakan kembali dengan memperhatikan hasil wawancara informal
sebelumnya tanpa merubah esensi dasar pertimbangan yang telah diberikan,
sehingga objektivitas pertimbangan tetap dipertahankan. Namun sebagian besar
responden merupakan expert yang mengetahui lebih banyak tentang berbagai
kriteria yang diperbandingkan, sehingga tingkat inkonsistensi yang didapat brsa
diperkecil.
43
Gambar 9 menunjukkan bahwa kriteria pasar yang diindikasikan dengan
lingginya peluang permintaan pasar yang ada lebih dipen1ingkan cart kriteria
yang lainnya. Pasar mem~iki skor sebesar 0,30. Kriteria kedua adalah modal
yang diperlukan dalam berproduksi relatif kecil dengan skor seoesar 0, 24. Lahan
dengan tingkat keseuaian yang optimal mempunyai skor sebesar 0.20.
Sedangkan kriteria nilai tambah dengan ind1kas1 banyaknya peluang memberikan
manfaai lainnya mempunyai skor sebesar 0, 18. Untuk kriteria preferensi atau
tingkat kesukaan terhadap komoditas yang diusahakan lidak terlalu diapresiasi
oleh expert; skomya hanya sebesar 0,09.
Pasar memainkan peranan paling penting dalarn pengusahaan komoditas
unggulan daerah Kabupaten Sumbawa. Hal ini dimungkinkan karena
pengusahaan suatu komoditas pertanian akan berkembang dengan baik bila
ditunjang oleh kelancaran pemasaran baik untJk kepentingan domestik maupun
internasional. Kurangnya permintaan dari komoditas yang dikembangkan
menyebabkan terjadi penumpukan hasil panen dan penyimpanan yang cukup
lama yang akhirnya menurunkan kuafitas dan kuantitas komodilas tersebut. Hal
ini sejalan dengan pendapat Walker et a/ (Budirohman 2006) yang menyatakan
bahwa inovasi baru harus memikirkan pasar terleb'h dahulu sebelum memikirkan
jumlah produk.
Faklor modal dalam berproduksi menjadi prioritas kedua setelah pasar.
Modal menjadi penting karena setiap aspek dalam usaha pertanian dewasa ini
Gambar 9 Skar masing-masing kriteria dalam pener.tuan prioritas komoditas unggulan daerah.
Kriteria
Prefere.n<i Mod;I Pasar Nilai tambah Lahan
0,09
0,24
44
0,18 0,20
0,30
•Skor
sudah dihargai dengan modal. Mulai dari penyiapan bibit/benih, pemupukan,
ham a penyakit, pengairan, tenaga kerja, bahkan sampai jasa pascapanen.
Setiap usaha pertanian yang berorientasi pasar dan bersifat rasional untuK
memperoleh manfaat ekonomi sebesar-besarnya dikenal dengan agribisnis
(Sudaryanto et al. 2005). Sementara itu, sebagian besar petani di Kabupaten
Sumbawa tergolong sebagai petani dengan modal terbatas dan akses terhadap
permodalan jug a masih kurang. Hasil survey la pang menunjukkan bahwa petani
petani yang mempunyai akses ke instansi pemerintah yang menjalankan
program pemberdayaan masyarakat seperti Dinas Pertanian, Dinas Sosial,
Sadan Kelahan Pangan dan sejenisnya mampu mengelola usaha taninya
dengan baik.
Prioritas ketiga adalah kesesuaian lahan yang optimal. Semakin optimal
tingkat kesesuaian lahan maka akan semakin memberikan keleluasaan dalam
menentukan opsi komoditas apa yang akan diusahakan. Secara rata-rata kondisi
kesesuaian lahan di Kabupaten Sumbawa dibatasi oleh faktor ketersediaan air
yang minim. lrigasi teknis yang masih mampu dimanfaatkan sangat terbatas di
beberapa lokast saja seperti di Kecamatan Unter lwis, Labuhan Badas dan
Sumbawa, juga di Kecamatan Lopok dan Lape. Alih fungsi lahan semakin
memperparah kondisi irigasi. Hasil survey lapang menunjukkan bahwa surnber
sumber mata air semakin berkurang sehingga debit air di beberapa bendungan
yang sudah ada sangat terbatas, Data BPS menunjukan bahwa rata-rata curah
hujan selama lima tahun pada bulan Juli sebesar 0,22 mm, Agustus sebesar 2,42
mm, sedangkan pada bulan September sebesar 0,98 mm.
Nilai tambah berupa banyaknya peluang memberikan rnanfaat untuk sektor
lain atau peluang untuk menghasilkan produk turunan juga cukup diprioritaskan
setelah lahan, modal, dan pasar. Sudaryanto el al. 2005 menjelaskan bahwa
pengusahaan suatu komodrtas tidak terlepas dengan tiga dimensi utama, yaitu
vertikal. horisontal. dan spasial, Dan nilai tambah dapat dipandang sebagai
dimensi vertikal seperti industri pengolahan hasil dan pedagang (distributor)
produk-produk yang dihasilkan, serta dimensi horisontal yang muncul melalui
sumberdaya khususnya lahan maupun melalui pasar (konsumsi). Sedangkan
dimensi spasial berkaitan dengan lokasi atau sebaran regional komoditas
terse but.
Kriteria atau indikator yang paling kecil peranannya adalah preferensi atau
tingkai kesukaan terhadap komoditas untuk diusahakan. Artinya bahwa
45
Secara lengkap hasil analisis AHP untuk menentukan prioritas komoditas
unggulan daerah Kabupaten Sumbawa disajikan dalam hirarki pada Gambar 11.
Hasil anausis AHP pada struktur altematif (Gambar 10) menunjukkan
bahwa jagung lebih diprioritaskan untuk diusahakan dengan skor 0.33. Prioritas
komoditas selanjutnya berturut-turut adalah kacang hijau dengan skor 0,23,
kedelai dengan skor 0, 19, cabe rawit dengan skor 0, 16, serta ubi jalar dengan
skor 0,09.
Garn bar 1 O Skor masrng-masmg alternatif dalam penentuan prioritas komoditas unggulan daerah.
C•IJI! Rdwit uoi !ala• Kacang Hijau
Komoditas Unggulan
Jagung Kedelal
0,09
0,16 0,19
0,23
0.33 •Skor
preferensi bersifat relatif dan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal,
seperti kestabilan harga, introduksi teknologi, maupun kebijakan pemerintah. Dari
in depth interview dengan petani tertihat juga bahwa budaya dan keamanan dari
hewan pengganggu berpengaruh dalam menentukan preferensi terhadap
komoditas yang akan diusahakan. Di Kabupaten Sumbawa sampai dengan saat
ini masih berlangsung budaya melepas ternaknya setelah musim panen.
Ditambah lagi dengan hewan pengganggu liar la·nnya seperti babi hutan.
Kondlsi-kondisi tersebut axan berpengaruh dalam pola pengusahaan komoditas.
46
Komoditas jagung menjadi prioritas utama untuk dikembangkan di
Kabupaten Sumbawa, terutama disebabkan oleh tingginya peluang permintaan
pasar dan tingkat kesesuaian lahan yang optimal (lihat sintesis detil dalam
Lampiran 9}. Begitu juga dengan peluang peningkatan nilai tarnbah sehingga
memperbesar preferensi untuk diusahakan. Prospek pasar jagung baik ditingkat
domestik maupun dunia masih terbuka lebar, mengingat sampai saat ini
Indonesia hanya mampu sekitar sembilan puluh persen memenuhi kebutuhannya
dari produksi sendiri (Deptan 2007). Berdasarkan data tahun 2004-2007, trend
rata-rata luas panen jagung di Kabupaten Sumbawa terus mengalami kenaikan,
berturut-turut seluas 9.110 ha di tahun 2004. 12.240 ha tahun 2005, 13.075 ha
tahun 2006, dan 11.004 ha pada tahun 2007. Kondisi tersebut didukung oleh
kebijakan pemerintah pusat yang berupaya untuk swasembada jagung dengan
melaksanakan berbagai program kegiatan di daerah seperti perluasan areal
tanam dan sekolah lapang penerapan teknologi tepatguna (SLPIT). Sedangkan
dilihat darl sisi peluang nllai tambah, saat ini jumlah penggunaan jagung untuk
industri pakan lebih dari lima puluh persen, dan sisanya untuk industri pangan,
konsumsi langsung, dan penggunaan lainnya (Deptan 2007).
Gambar 11 Hirarki skor prioritas kriteria dan alternatif penentuan komoditas unggulan daerah Kabupaten Sumbawa.
Tujuan Menentukan Prioritas Komoditas Unggulan
Kriteria
Lahan Nilai Pasar Modal Preferensi Tambah
0,20 0,18 0,30 0,24 0,09
Alternatif
• -
Jagung Kedelai Kacang Ubi Jalar Cabe Rawit Hifau
0,33 0,19 0,23
0,09 0,16
47
Pengembangan komocfrtas terkait erat dengan kemampuan suatu wilayah
dalam berproduksi baik dilihat dari kebertimpahan sumberdaya (luas panen dan
produksl) maupun dari l<aralcteristik biogeofisik lahan yang dimilikJ, serta orientasi
pasar sebagai daya tank datam berp<oduksi. T erl<ail dengan pemasaran produk
yang dihasilkan. rnaka kemampuan menawarkan produk (supply side) harus
mampu mengimbangi besamya permintaan (demand side) pacla komoditas
terse but.
5.3 Wila.yah Pengembangan Komoditas
Priontas kedua adatan kacang h11au. Hal 1rn dapat dilihat dari peluang pasar
yang stabil, tidak ter1alu bergejolak di setiap musim. Berdasarkan data harga
pasar tahun 2004-2007, rata-rata harga kacang hijau terus menunjukkan
kenaikan dari Rp 4.875/kg di tahun 2004 sampai dengan Rp 7.120/kg tahun
2007. Kestabilan harga ini memacu pemngkatan preferensi petani untuk
mengusahakan komoditas kacang hijau.
Komoditas kedelai menjadi prioritas ketiga setelah jagung dan kacang
hijau. Prioritas ini lebih besar disebabkan karena peluang peningkatan nilai
tambah. Namun dari segi kestabilan pasar yang diapresiasi dengan harga,
ter1ihat bahwa selama tahun 2004-2007. harga kedelai mengalami flulctuasi
dengan trend linear tetap pada kisaran harga Rp 4.300/kg. Secara nasional,
pengembangan kedelai terus digalakkan karena persentase pemenuhan
kebutuhan dalam negeri baru sekitar tiga puluh lima persen dan sisanya diimpor
(Oeptan 2007).
Prioritas keempat adalah cabe rawit Pengusahaan cabe rawit berdasarkan
analisis AHP menunjukkan kriteria apresiasi pasar yang rendah, dan data harga
selama tahun 2004-2007 menunjukkan fluktuasi yang sangat besar. Data harga
pada tahun 2004 adalah Rp 18.500/kg, tahun 2005 Rp 9.167/kg, tahun 2006
15.050/kg. dan tahun 2007 turun menjadi 9.230/kg. Sementara modal produksi
yang diper1ukan juga cukup besar. Sedangkan komoditas ubi jalar menjadi
prioritas terakhir karena dari segi lahan ubi jalar biasanya dilanam pada lahan
lahan kritis, apresiasi pasar rendah, dan diper1ukan modal besar dalam
pengusahaannya. sehingga preferensi petani untuk mengusahakannya kecil.
48
Produksi jagung di Kabupaten Sumbawa tahun 2008 telah mencapai
58.396 ton Wilayah yang berperan penting dalam proouksl jagung adalah
Kecamatan Labangka mencapai 28.244 ton dengan luas panen 7.549 ha. Diikuti
oleh Kecamatan Lunyuk sebesar 6. 226 ton dengan luas panen 1. 761 ha,
Plampang sebesar 4.867 ton dengan luas panen 1.353 ha. dan Utan sebesar
4. 702 ton dengan luas panen 1.333 ha. Sedangkan kecamatan-kecarnatan
lainnya memiliki tuas panen di bawah 1.000 ha (lampiran 10).
Luas panen di atas 1.000 ha diharapkan akan mampu menyerap tenaga
kerja yang lebih banyak sehingga keunggulan sosial dapat lebih dirasakan
manfaatnya cleh lebih banyak petani. Disamping itu efisiensi ekonomi maupun
pengawasan dari segi pengendalian hama dapat lebih efektif. Untuk itu,
Gambar 12 Sebaran produksi jagung di Kabupaten Sumbawa tahun 2008.
~~fPl'SJoS/AJIAA i"1>•Au1,...1CtM.W-l~-'.a)lt
;IFr,XR.IJ.•SO..::t •.1.tUPfilf_~A.loH'llll-"V'vl
:-ro~
SEBARAH PRODUKSI JAGUNG KABUPATEH SUMBAWA
TAHUN 2003
Jvml:.h Produks'i (Ton) ~ ... "i.OO 1es oo
- }(li:i 01. 15900
- 759 01. 1.'.ro! co - ~.\l\·Zj'H.C•)
- ?7ll (11 62:26 co - 62?6.Ul 282« 00
Wilayah Pengembangan Jagung
Kabupaten Sumbawa dengan suhu rata-rata tahunan 26-27°C dan curah
hujan rata-rata dapat mencapai 1.212 mm!tahun sesuai untuk pengembangan
jagung. Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007) menyebutkan suhu >26-30°C
kelas kesesuaian lahannya adalah S2 (sesuai) yang ditunjang dengan curah
hujan 900-1.200 mm/tahun. Kesesuaian lahan ini memacu peningkatan produksi
hampir di setiap wilayah kecamatan (Gambar 12).
49
Gambar 14 Sebaran produksi kedelai di Kabupaten Sumbawa tahun 2008.
:.>f:v:ll-"'H "J.SCl.:ARJ,t.HA. tt~111ur l"tot1i\N1111111:;1GOI"
FRC(llWt Si\1Q1 lll«"J?fllfl(".N<.Ull ~ ..... ii,.~ .. ~
•
SEBARAN PRODUKSI KEDELAI KABUPATEN SUMBAWA
TAHUN 2008
Jumlah P-rodu'<si (Ton) noo 11\10
2101- U1CO
- 111 c- 1190(
- 17'3(1 ·2-'C.CO
- 2~5-.V'I · il'JOO
- 931 0' . 13g.1 0)
Dilihat dari segi kesesuaian lahan untuk kedelai, iklim di Kabupaten
Sumbawa dengan suhu rata-rata tahunan 26-27°C termasuk S2 (sesuai) dan
curah hujan 1.212 mm/tahun termasuk S1 (sangat sesuai). Hardjowigeno dan
Widiatmaka (2007) menveoutkan karakteristik suhu >25-28°C termasuk ketas
kesesuaian lahan S2 dan curah hujan 1.000-1.500 mm/tahun termasuk S1.
Pada tahun 2008. produksi kedelai di Kabupaten Sumbawa hanya sebesar
7.893 ton dengan luas areal panen 6.692 ha dan produktivitas 1.18 ton/ha.
Sementara pengusahaannya menyebar di sebagian besar wilayah kecamatan
dengan luas panen yang relatif kecil. Sebaran produksi kedelai tahun 2008 dapat
dilihal pada Gambar 14.
Wilayah Pengembangan Kedelai
dengan luas panen 3.871 ha, dan Plampang sebesar 3.075 ton dengan luas
panen 3.236 ha. Sedangkan Kecamatan lainnya memiliki luas panen masing
masing di bawah 2.000 ha. Luas panen di atas 2.000 ha diharapkan mampu
mencapai skala pengusahaan optimal karena produktivrtas yang hanya sebesar
0,94 ton/ha Dengan demikian, empat kecamatan tersebut dapat dijadikan
wilayah sentra produksi yaitu Kecamatan Moye Hilir. Empang Lopok. dan
Plampang.
51
Gambar 15 Sebaran produksi cabe rawit di Kabupaten Sumbawa tahun 2008.
~l<ll!¢~ loes:tltu'I Par ;.\.#IH &OGC'I
?H~A!;..l,.11.11 t.lfl. Pe-lE-.C:.,.._V.W •ffl..A'(A.11
""'
•
Jumlah Produks.i tTon) ooc- ,tll-;
- 1110\ '8\(1 - 4!(11 11300
- 113Ct 14!0:
- 'A,$~1-~1100 ••1731 ~...aoo
•
SEBARAN PROOUKSI CABE RAW1T11 KABUPATEN SUM!IAWA
TAHUN 2008
Gambar '4 menunjukkan bahwa kedelai lebih banyak diproduksi di
kecamatan-kecarnatan bagian barat, bagian selatan dan ujung timur Kabupaten
Sumbawa, sedangkan bagian tengah tidak begitu mengapresiasi komoditas
kedelai. Kecamatan-kecamatan yang berpotensi untuk dijadikan sentra
pengembangan adalah kecamatan-kecamatan dengan luas areal panen saat ini
lebih dari 100 ha. Hal ini mengingat tingkat produktivrtas rata-rata hanya 1, 18
ton/ha (Lampiran 12). Dengan areal yang lebih dari 100 ha diharaokan skala
manajemen produksi maupun pengawasan terhadap hama penyakit dan kendala
lain dapat lebih efektif. Kecamatan tersebut adalah Utan. Alas Baral, Alas,
Lantung, Buer, Empang, Ropang, Rhee, Lenangguar, Tarano, serta Lunyuk.
Wilayah Pengembangan Cabe Rawit
Kondisi iklim Kabupaten Sumbawa juga mendukung untuk pengembangan
cabe rawit. Cahyono (2003) menyatakan bahwa agar dapat berproduksi dengan
baik, cabe rawit memerlukan suhu tahunan rata-rata 18°C-30°C dengan curah
hujan berkisar 600-1.250 mm/tahun. Namun demikian cabe rawit memiliki
toleransi yang tinggi terhadao suhu udara oanas (daerah kering) maupun udara
dingin (daerah curah hujan tinggi).
52
Pada tahun 2008 Kabupaten Sumbawa hanya mampu berproduksi sebesar
656 ton. Bila dibandingkan dengan proyeksi kebutuhan konsumsi penduduk
Nusa Tenggara Baral tahun 2025 yang mencapai 13.476 ton maka peluang
Gambar 16 Sebaran produksi ubi jalar di Kabupaten Sumbawa tahun 2008
!!IWl.N' f\lt:ll~l..W.j .. ~'"'.ITl'l''l'l'.,Nll.lll>O...Olt
l'Nn.~t-fllt" 1..'l•l Pl"IEllCA>O•~ \\1IAY/IJ+
""'
·~·
on1 '.II oe • J>01 >aco - _jll)l ("®
- Co01 vJCO - Q·1 :u 1!1:).00
IHltl
SEBARAN PROOUKSI UBI JALAR KAEIUPATEN SLIMBAWA
TAHUN 2008 Jumloh Produksl (Ton)
Wi/ayah Pengembangan Ubi Jalar
Kabupaten Sumbawa dengan suhu rata-rata tahunan 26-27°C termasuk
sesuai (S2) untuk pengembangan ubi jalar. Namun bulan kering selama 6 bulan
termasuk ke dalam sesuai marjinal (83). Kondisl iklim yang kurang sesual ini
menyebabkan produksi ubi jalar saat ini masih sangat terbatas.
Gambar 15 menunjukkan bahwa saat ini cabe rawlt leblh banyak
diusahakan d1 Kecamatan Buer dengan luas areal panen 186 ha dan mampu
berproduksi sebesar 1.258 ton, tetapi prcduktivitasnya masih kecil (6,76 ton/ha).
Kemudian diikuti oleh Kecamatan Batu Lanteh dengan luas areal panen 30 ha
dan produksl sebesar 417 ton dengan produktivitas 13,90 ton/ha. Selanjutnya Kecamatan Plampang dengan produksi 248 ton, Tarano dengan produksi 210
ton, dan Labangka dengan produksi sebcsar 150 ton (lampiran 13). Peningkatan
produksi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dapat diupayakan dengan
meningkatkan produktiv1tas dan perluasan areal panen di wilayah-wilayah
terse but.
53
Sebagai bentuk perencanaan ke depan, kebijakan pengembangan
komoditas unggulan daerah agar dapat memenuhi permintaan pasar baik pasar
nasional maupun pemenuhan kebutuhan sendiri secara regional penu
dirurnuskan. Berbagai faktor dipertimbangkan secara komprehensif baik itu
potensi yang dimiliki, target yang harus diraih, sinerg1tas program secara
nasional, permasalahan yang dihadapi, maupun implikasi dari permasalahan
yang ada.
Pengembangan sektor pertanian terkait dengan target pembangunan
Kabupaten Sumbawa sebagai daerah agribisnis berdaya saing Upaya yang
dilakukan adalah percepatan transformasi dari pol.a produksi yang hanya untuk
memenuhi kebutuhan sendiri (subsisten) ke arah peningkaran produksi dan nilai
tambah yang berorientasi pasar. Terkait 1uga dengan sasaran jangka panjang
sektor pertanian yang diorientasikan pada: 1) Terwujudnya sistem pertanian
industrial yang berdayasaing, 2) Mantapnya ketahanan pangan secara mandiri,
3) Terciptanya kesempatan kerja penuh bagi masyarakat penanian, dan 4)
Terhapusnya masyarakat pertanian dari kemiskinan (Deptan 2007).
Tingkat permintaan pasar diestimasi dengan besamya konsumsi langsung
penduduk lerhadap masing-masing komoditas. Sedangkan permintaan untuk
kebutuhan di luar konsumsi penduduk seperti industri pakan, industri pengolahan
5.4 Arahan Strategis Pengembangan
untuk menawarkan produksi masih besar. Sebaran produksi ubi jalar tahun 2008
{Gambar 16) menunjukkan bahwa 13 dari 24 kecamatan tidak memproduksi ubi
jalar sama sekali. Hal ini mengindikasikan bahwa pengusahaan ubi jalar masih
memerlukan upaya yang lebih intensif untuk meningkatkan preferensi
masyarakat (lihat hasil analisis AHP).
Saat ini, ubi jatar banyak diusahakan di Kecamatan Labuhan Badas
dengan luas areal panen 12 ha dan mampu berproduksi sebanyak 136 ton,
diikuti oleh Batu Lanteh dengan luas areal panen 10 ha dengan jumlah produksi
sebesar 116 ton. Kemudian Sumbavra dengan luas areal panen 8 ha dengan
produksi 93 ton dan Buer dengan luas areal panen 6 ha dengan produksi
sebesar 69 ton. Sedangkan kecsmatan lainnya luas panennya di bawah 5 ha
(lampiran 14). Dengan dernikian Batu Lanteh. labuhan Badas, Sumbawa, dan
Buer dapat d1jad1kan sentra pengembangan ubi jalar di Kabupaten Sumbawa.
54
N usa Tenggara Baral terhadap komoditas-komoditas unggulan daerah
Kabupaten Sumbawa pada tahun 2025 berdasarkan data konsumsi perkapita
tahun 2007. Berdasarkan proyeksi konsumsi tersebut maka dapat diketahui
kemampuan pemenuhan oleh Kabupaten Sumbawa dengan melihat tingkat
produksl yang ada saat ini. Kemampuan pemenuhan dihitung dengan indeks
kecukupan yang didefinisikan dengan cara membagi jumlah produksi terhadap
tingkat konsumsi masing-masing komoditas (Cowell dan Parkmson 2003).
Konsumsi Proyeksi jumlah Proyeksi No. Komoditas perkapita 2007 penduduk 2025 konsumsi 2025
(kgfkapttahun) (orang) (ton/tahun)
1. Jagung 4.2 5.390.500 22.640 2 Kacang Hijau 0,6 5.390.500 3.234 3. Kedelai 8,6 5.390.500 46.358 4. Cabe Rawi! 1,5 5.390.500 8.140 5. Ubi Jalar 2,5 5.390.500 13.476
Sumber: SUSENAS 2007 dan BPS, 2009 (diolah)
Tabel 10 menyajikan proyeksi kebutuhan konsumsi penduduk Provinsi
5.4.1 Tingkat Konsumsi dan Kebutuhan Lahan
Besarnya permintaan terhadap komoditas unggulan dapat didekati dengan
mengalikan konsumsi perkapita terhadap jumlah penduduk. Dalam penelitian ini
konsumsi perkapita diambil dari survey sosial ekonomi nasional (SUSENAS)
tahun 2007. Sedangkan jumlah penduduk merupakan proyeksi jumlah penduduk
Provinsi Nusa Tenggara Baral tahun 2025.
T abel 10 Proyeksi kebutuhan konsumsi penduduk Provinsi Nusa Tenggara Baral tahun 2025 terhadap komoditas unggulan Kabupaten Sumbawa
hasil, kebutuhan benih, maupun besarnya stok penyimpanan tidak menjadi
bagian yang diperhitungkan dalarn penelitian ini. Orientasi atau target pasar yang
dituju adalah pemenuhan kebutuhan konsumsi penduduk regional Nusa
Tenggara Baral pada tahun 2025. Target ini merupakan akhir masa rencana
pembangunan iangka panjang {RPJP).
55
A = luas areal lahan yang dibutuhkan (hallahun) C = kebutuhan konsumsi (ton/lahun) Y = tingkat produktivitas (ton/ha)
dimana·
Tabel 11 menunjukkan bahwa kemampuan daerah Kabupaten Sumbawa
sampai dengan saat ini untuk rnemenuhi proyeksi kebutuhan pangan penduduk
Nusa Tenggara Baral tahun 2025 berbeda-beoa untuk setrap komoditas
unggulan yang ada. Produksi kedelai, ubi jalar, clan cabe rawit masih berpeluang
untuk terus dikembangkan dengan memacu peningkatan produktivitas maupun
perluasan areal panen, karena dengan kondlsi produksl saat ini belum mampu
untuk mencukupi kebutuhan konsumsi regional (indeks kurang dari satu).
Sedangkan untuk jagung dan kacang hiiau sudah mampu melebihi kebutuhan
konsumsi secara regional (lndeks lebih dari satu). Jagung dan kacang hijau
masih menjadi unggulan untuk d1kembangkan walaupun indeks kecukupan
sudah lebih dari satu. Hal ini untuk mempertahankan kecukupan serta
mengantisipasi terjad1nya perubahan permintaan pasar yang sangat dinamis.
Selain itu, keberlimpahan produksi yang ada dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan di luar konsumsi langsung penduduk maupun pemenuhan permintaan
pasar secara nasional.
Berdasarkan tingkat konsumsi dan produktivitas lahan yang ada maka
dapat dihitung kebutuhan lahan untuk memenuhi target produksi. Formula yang
digunakan adalah dengan membagi tingkat konsumsi komoditas dengan
produktivitas (Cowell dan Parkinson 2003).
c A= - y
Proyeksi konsumst Produksi 2008 lndeks No. Komoditas NTB 2025 (ton) kecukupan (tonttahun) , . Jagung 22.640 58.396 2,58 2. Kacang H'jau 3.234 26.169 8,09 3. Kedelai 46.358 7.893 0,17 4. Cabe Rawi! 8.140 3.260 0,40 5. Ub1 Jalar 13.476 656 0,05
Tabel 11 lndeks kecukupan produksi komoditas unggulan daerah Kabupaten Sumbawa (2008) terhadap kebutuhan konsumsi NTB (2025)
56
memproduksi komoditas yang menjadi unggulan di Kabupaten Sumbawa seluas
55.101 ha. Areal tersebut dapat dipenuhi dengan memanfaatkan lahan potensial
untuk pertanian lahan kering berdasarkan ZAE Kabupaten Sumbawa dengan
luas mencapai sekitar 87.428 ha serta pertanian lahan basah dengan luasan
potensial mencapai sekitar 108.171 ha.
Pemanfaatan lahan potensial baik lahan kering rnaupun lahan basah
tergantung kepada budaya dan tingkat teknologi yang digunakan. Namun
demikian, diharapkan lahan yang sudah dimanfaatkan sebagai sawah harus
tetap dipertahankan fungsinya. Hal ini mengingat struktur dan kriteria untuk
kesesuaian sawah sangat terbatas. Undang-undang nomor 41 tahun 2009
tentang perllndungan iahan pertanian pangan berkelanju1an menyebutkan bahwa
bahwa guna menjaga kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional
maka lahan untuk pangan pokok harus dilindungi dan dikembangkan secara
konsisten. Lahan sawah baik beririgasi maupun tidak beririgasi merupakan lahan
yang menghasilkan pangan pokok nasional yaitu beras. Apabila lahan tersebut
ditetapkan sebagai tanan pertanian pangan berkelanjutan maka dilindungi dan
dilarang untuk dialihfungsikan.
Persentase penggunaan lahan saat ini di Kabupaten Sumbawa terhadap
kebutuhan lahan di Nusa Tenggara Barat ditunjukkan pada Tabel 13.
Konsurnsi NTB Produktivitas Luas areal No. Komoditas 2025 2004-2007 dibutuhkan
(ton/tahun) (ton/ha) (haltahun)
1. Jagung 22.640 2,49 9.092
2 Kacang H [au 3.234 0,83 3.897
3. Kedelai 46.358 1, 18 39.287
4. Cabe Rawit 8.140 4,97 1.638
5. Ubi Jalar 13.476 11,35 1.187
Jumlah 55.101
Tabel 12 menunjukkan total luasan areal yang dibutuhkan untuk
Tabel 12 Kebutuhan lahan di Nusa Tenggara Baral untuk memenuhi tingkat konsumsi 2025 berbagai komoditas unggulan Kabupaten Sumbawa
57
5.4.2 Zona Agroekologl Potenslal untuk Tanaman Pangan
Berdasarkan kemampuan produksi saat lni dan kebutuhan Jahan maka
diperlukan pcrcncanaan wilayah pengembangan masing-masing komoditas
dalam rangka memenuhi target produksi yang sesuai dengan kemampuan
wilayah. Penentuan wuayan pengembangan harus disesuaikan dengan
karakteristik biogeofisik lahan. Karakteristik biogeofisik lahan dapat dilihat dalam
peta zona agroekologi (ZAE) yang telah dikembangkan oleh Balai Besar
Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP) Bogar. Peta ZAE merupakan peta
lahan yang telah dibagi ke dalarn zona-zona berdasarkan keseragaman
karakteristik yang sesuai untuk pengembangan suatu komoditas.
Sampai dengan saat ini, Kabupaten Sumbawa hanya mampu memenuhi
kebutuhan lahan untuk jagung dan kacang hijau sedangkan kedelai, cabe rawit,
dan ubi jalar masih relatif terbatas. Hal inl juga ditunjukkan oleh nilai LQ jagung
dan kacang hljau yang lebih darl satu yang mengindlkasikan bahwa kedua
komoditas tersebut menjad1 basis di Kabupaten Sumbawa. Sedangkan kedelai,
cabe rawit, dan ub. jalar, nilai LQ masih kurang dari satu yang artinya bahwa saat
lni ketiga komoditas tersabut secara relalif tldak berbasis di Kabupaten
Sumbawa. Oengan demlklan, diperlukan upaya peningkatan luasan tahan untuk
meningkatkan produksi kedelai, cabe rawit, dan ubi [alar. Hal ini masih
dimungkinkan karena luasan total untuk pertanian di Kabupaten Sumbawa
mencapai lebih dari 200.000 ha (Tabel 6).
Tabel 13 Persentase penggunaan lahan (2008) untuk komoditas unggulan di Kabupaten Sumbawa terhadap kebutuhan lahan di NTB (2025)
Areal Areal digunakan Persentase No. Komoditas dibutuhkan NTB (ha) Sumbawa (ha) penggunaan (%)
1. Jagung 9.092 16.063 177 2. Kacang Hijau 3.897 27.956 717 3, Kedelai 39 287 6.692 17 4. Cabe Rawlt 1.638 349 21 5, Ubi Jalar 1.187 57 5
Jurntah 55,101 50.990 93
58
3. Zona Ill dengan kerniringan lereng 8-15% merupakan zona dengan sistem
wana tani, terdapat sub-Zona I I lay dengan kelornpok kornoditas utarna yang
direkornendasikan adalah pepohonan dan perdu, palawija, dan padi ladang
dengan luasan sekitar 68.012 ha.
4 Zona Ill dengan sub-Zona lllby. kelompok komoditas utarna yang
direkornendasikan adalah pepohonan dan perdu, serta sayur-sayuran
dataran tinggi dengan luasan sekitar 13.624 ha.
Di Kabupaten Sumbawa terdapat tujuh zona agroekologi (Gambar 17)
dengan keterangan masing-masing zona dapat diliha! pada Lampiran 9. Zona
agroekologi tersebut. terdiri dari;
1. Zona I dengan kemiringan lereng >40% merupakan zona dengan sistem
kehutanan dengan vegetasi alami dengan luas sekitar 338.342 ha.
2. Zona II dengan kemiringan lereng 16-40% merupakan zona dengan sistem
perkebunan (budidaya tahunan), terdapat sub-Zona llay dengan kelompok
komoditas utama yang direkornendastkan adalah tanarnan keras penghasil
rninyak, getah, dan buah-buahan dataran rendah dengan luasan sekitar
48.819 ha.
Gambar 17 Sebaran zona agroekologi di Kabupaten Sumbawa.
!•UI ":~· ,...,
ZOHA AGROEKOt.OG! -I -lllby - llay 1Vax1
lllax 1Vax2
PETA ZONA /IGROEKOLOGI KABUPATEN SUMBAWA
•~n
59
Berdasarkan penelitian Suratman dan Sudarta (2005), zona potensial
tersebut terdapat pada lahan dengan relief datar hingga bergelombang, sebagian
berbatu, utamanya di dataran volkan. Penyebarannya dijumpai pada /andform
aluvtal. fluvio-marin. antar perbukitan, kaki volkan, dan di dataran
Gambar 18 Sebaran zona potensial pengembangan komoditas ungg ulan daerah Kabupaten Sumbawa.
'! ·'
u.-:..ACm~li•~ K«•.,"llln
-
f'l•rc-:~~1'1 !<11\i,t.ll"lll' :lilfl Pt1110NTllll\ le.<,, Pon1m11~1 la~111onP:i119""
PETA ZONA POTENSIAL ~ANAMAN PANCAN
KASUPATEN SUMBAWA
. (~ .
. ' .
.,,..,.. ,. r.,
7. Zona IV sub-Zona 1Vay2, karaktenstik sama dengan sub-Zona 1Vax2 hanya
berbeda pada kelembaban yang agak kering dengan luas sekitar-67.550 ha.
Zona agrockologi yang sesuai untuk tanaman pangan adalah Zona 1Vax2.
Zona 1Vay2, dan Zona lllay serta Zona 1Vax1. Luasannya diperkirakan mencapai
263.615 ha. Pada Gambar HI terlihat zona-zona tersebut menyebar d1 settap
kecamatan,
5. Zona IV dengan kemiringan <8%, terdapat sub-Zona 1Vax1 dengan drainase
buruk merupakan zona dengan sistem pertanian lahan basah dengan
komoditas utama adalah padi sawah sekitar 94.200 ha.
6 Zona IV sub-Zona 1Vax2 dengan drainase baik dan kelembaban lembab,
merupakan sislem pertanian lahan kering dengan kelompok komoditas utama
adalah sayur-sayuran dataran tinggi, serealla, kacang-kacangan, dan urnbi
umbian sekitar 33.853 ha.
60
Berdasarkan zona potensial dan pola penggunaan lahan saat ini yang
menyebar harnpir disetiap wilayah kecamatan, maka domain spasial yang dipergunakan dalam perencanaan wilayah pengembangan menggunakan
pendekatan regional. Wtlayah perencanaan yang digunakan adalah batas
Gambar 19 Pola penggunaan lahan di Kabupaten Sumbawa berdasarkan cltra Landsat tahun 2006.
$.f<M AH f'l.V. .. ~qJl.t.,o. IN$T'T\1Tl'l;:Fl .. '11.AN~
~!Aol1.'M$1UIJI LIU"l.'UN:MilMNWll.AY'~
"'"
"-•Ii I tvlluli•r 11.fuh llll'bWM
- H:\lttt' .. "-" , • .,;"I P""'" - hvl.o)u '4iho111 \C"iifltj ••lu1·1Ql'1
h.iU" 1!\11'1Qt0Vt t)ttthff Ptflotbil!Uf\
-Poff'llU~11Nn Pornnl•n lat-an kWJn9 Port1t'M11n lM kt-rll'l:Q tor atmlli.
POL.A PENGGUNAAN LAHAM KABUPATEN SUMBAWA 2006
'\#c-t '-"''"'°'" .... ~''~\~II
n:.rt...rl" ~,, 014 l' 111(
.... TI " '
tektonik/struktural. Komoditas tanaman pangan yang dapat dikembangkan antara
lain kacang hijau, kedelai, jagung, ketela, kacang tanah, bawang merah, cabai,
tomat, dan kacang panjang.
Namun demikian. zona potensial belum sepenuhnya dapat dikembangkan
sesuai dengan karakteristik yang dimilikinya. Penggunaan lahan saat iru atau
kondisi eksisting lahan juga mempengaruhi arah pengembangan ke depan. Bila
diperhatikan pota penggunaan tanan di Kabupaten Sumbawa saat ini (Gambar
19), terdapat wilayah-wilayah yang potensial tetapi masih berupa hut an lahan
kering primer maupun sekunder seperti terdapat di Kecamatan Ropang, Lantung,
Lunyuk. Orong Telu, Plampang, dan Empang. Juga terdapat wilayah-wilayah non
potensial yang diperuntukkan bagi kehutanan dan per1<ebunan sudah
termanfaatkan untuk pertanian lahan kering dan campuran semak belukar,
seperti terlihat di kecamatan Moyo Hulu Batu Lanteh, dan Tarano.
Gl
Produksi jagung di Kabupaten Surnbawa tahun 2008 telah rnencapai
58.396 ton. Jumtan produks1 terseblrt sudah melampaul proyeksi kebutuhan
konsumsi penduduk Nusa Tenggara Baral pada tahun 2025 yang hanya sebesar
22.640 ton. Artinya bahwa terjadi kelebil::an produksi untuk konsurnsi sekitar
35.000 ton (lihat Tabel 11). Kelebihan produksi jagung dibandingkan dengan
kebutuhan konsurnsi pangan rnasih bisa diserap oleh sektor lain seperti industri
pakan ternak rnaupun industri olahan tepung yang tidak dipertimbangkan dalam
penelitian ini. Narnun dernikian, diperlukan upaya untuk rnenjaga kestabilan
pasar lerulama harga agar lldak mengalarni penurunan terulama pada saat
panen raya. Langkah yang d1perfukan oleh pemerintah daerah sebagai fasilitator
adalah menjalin konlrak kerjasama penjualan dan pernasaran antara pengusaha
sebagai mitra dan petani sebagai pernilik lahan, serta meningkatkan aksesibi1itas
pemasaran ke luar daerah.
Pengembangan jagung juga harus mengantisipasi kondisi-kondisi yang
tidak terduga seperti perubahan iklim, gaga! panen karena hama penyakit,
bencana alarn, rnaupun adanya perubahan pola konsumsi dan permintaan pasar
global Sehingga diperlukan upaya untuk mengamankan jumlah produksi yang
ada. Hal ini terkait dengan irnplikasi kebijakan pengelolaan dan pengawasan
produksi di lapangan. Maka pengusahaan kornoditas jagung lebih diarahkan
untuk dipusatkan di wilayah kecarnatan yang saat ini menjadi sentra
pengernbangan.
Wilayah yang dijadikan sentra pengembangan adalah Kecamatan
Labangka (7.549 ha), Lunyuk (1 -761 ha), Plampang (1.353 ha), dan Utan (1.333 ha). Total luas penggunaan lahan di empat kecamatan tersebut seluas 11.996 ha, atau 137 persen dari kebutuhan lahan 9.092 ha. Artinya bahwa luasan
a. Pengembangan komodltas jagung
5.4.3 Rumusan Strategi
Berbagai faktor dan analisis yang telah dBakukan melahirkan beberapa
arahan slrategis pengernbangan sektor pertanian Kabupaten Sumbawa berbasis
komoditas unggulan daerah. Arahan strategis tersebut dirurnuskan sebagai
berikut:
wilayah administrasi kecamatan, karena bentuk perencanaan di pemerintah
daerah menggunakan domain kecamatan sebagai lokasi suatu kegiatan yang
akan dilaksanakan.
62
b. Pengembangan komoditas kacang hijau
Produksl kacang hijau di Kabupaten Sumbawa saat ini mampu melampaui
proyeksi kebutuhan konsumsi penduduk Nusa Tenggara Baral tahun 2025.
Tahun 2008 Kabupaten Sumbawa memproduksi kacang hijau sebanyak 26.169
ton sedangkan proyeksi kebutuhan konsurnsi penduduk Nusa Tenggara Barat
tanun 2025 hanya sebesar 3.234 ton. Hal iru karena konsumsi perkapita kacang
hijaL1 sangat kecil hanya 0.6 kg/kap/tahun Kenyataan di lapangan menunjukkan
bahwa pemasaran kacang hijau masih relatif stabil dengan tingkat preferensi
masyarakat yang tinggi. Kondisi ini mengindikasikan permintaan pasar di luar
konsumsi pangan secara langsung maupun permintaan pasar secara nasional
cukup tinggL
Upaya penting yang diperlukan dalam menyerap tingginya prooukst yang
ada adatan mengembangkan aksesloaitas pemasaran ke luar daerah. Kontrak
kerjasama dengan industri pengolahan pangan di luar daerah perlu difasilitasi
oleh pemerintah Kabupaten Sumbawa. Hal ini dikarenakan saat ini industri
pengolahan hasil di Kabupaten Sumbawa belum berkembang secara baik. Untuk
memenuhi standar industri maka kualitas produk penting untuk diperhatikan.
Dengan demikian pengawasan terhadap proses produksi harus lebih
diintensifkan. Upaya yang dapat dilakukan adalah intensifikasi pengawasan mutu
produksi dalam kawasan sentra pengembangan.
Wilayah yang dapat dijadikan sentra pengembangan adalah Kecamatan
Moyo Hilir (5.048 ha), Empang (3.864 ha), dan Lopok (3871 ha). dan Plampang
(3.236 ha). Apabila luas penggunaan lahan pada empat kecamatan tersebut
tetap dipertahankan maka akan mampu memenuhi 411 persen dari kebutuhan
lahan untuk kacang hijau yang hanya sebesar 3.897 ha.
penggunaan lahaan saat ini tetap dipertahankan untuk memenuhi areal lahan
yang dibutuhkan dengan berupaya untuk meningkatkan produktivitas.
Produktivitas yang masih rendah (sekitar 2,5 ton/ha) dapat ditingkatkan
melalui intensifikasi berupa penggunaan benih unggul dan penerapan paket
teknologi tepat guna. Untuk itu, sinkrornsasi dengan program pemerintah pusat
berupa bantuan langsung benih unggul (BLBU) dan sekolah lapang penerapan
tel<nologi tepat guna (SLPTI) jagung diharapkan menjadi pengikat kontrak
kerjasama dengan petani karena petam mendapatkan stimulus modal produksi
63
Cabe raw1t sampai dengan saat ini masih berpotensi untuk dikembangkan,
mengingat proyeksi kebuluhan konsumsi penduduk Nusa Tenggara Baral tahun
2025 sebesar 8. 140 ton belum terpenuhi secara maksimal jika hanya
mengandalkan luas areal panen yang ada sekarang ini, Pada tahun 2008 Kabupaten Sumbawa hanya mampu berprotluksi sebesar 3.260 ton, sehingga
ada peluang untuk mengisi kesenjangan kebutuhan cabe rawit sekitar 5.000 ton.
Wilayah pengembangan cabe rawit di Kabupaten Sumbawa meliputi
Kecamatan Buer (186 ha), Batu lanteh (30 ba], Plampang (13 ha), Tarano (4
ha), dan Labangl<a (12 ha). Total luas areal panen pada fima kecamatan tersebut
Wilayah pengembangan kedelai mellputi Kecamatan Utan (1.130 ha). Alas
Baral (835 ha), Alas (814 ha), Lanlung {704 ha). Buer (701 ha), Empang (530 ha), Ropang (495 ha). Rhee (473 ha}, Lenangguar (224 ha}, dan Tarano (210
ha). Total luas penggunaan untuk kedelai pada sepuluh kecamatan tersebut
sebesar 6.116 ha atau 15,7 persen dari kebutuhan areal di Nusa Tenggara Baral
yang mencapai 39.287 ha.
d. Pengembangan komoditas cabe rawit
Produksi kedelai di Kabupaten Sumbawa saat ini masih terbatas dalam
memenuhi proyeksi kebutuhan konsumsi penduduk Nusa Tenggara Baral pada
tahun 2025. Pada tahun 2008 Kabupaten Sumbawa hanya mampu memproduksi
kedelai sebanyak 7.893 ton sedangkan proyeksi kebutuhan konsumsi sebanyak
46.358 ton, sehingga masih berpeluang untuk meningkatkan jumlah produksi
sekitar lebih dari 38.000 ton sampai dengan lahun 2025.
Pengembangan kedelai mencakup wilayah yang lebih luas dibandingkan
dengan komoditas lainnya. Karena luas areal panen di masing-masing wilayah
tersebut masih kecil, maka diperlukan upaya lebih inlensif unluk meningkatkan
preferensi petani dalam mengusahakannya. Misalnya dengan menerapkan pola
tumpang sari dengan tanaman lain seperti jagung maupun cabe rawit (Suparto et al. 2007). Peningkatan areal panen masih dimungkinkan dengan ekstensifikasi.
Produktivitas yang masih rendah juga perlu ditingkatkan dengan inlensifikasi
penggunaan benih unggul dan penerapan teknologi budidaya seperti
penggunaan mulsa jerami untuk mempertahankan kelembaban tanah serta
menggalakkan sislem pompa air baik untuk air permukaan maupun air tanah
karena keterbatasan ketersediaan air.
c. Pengembangan komoditas kedelai
64
e. Pengembangan komoditas ubi jalar
Produksi ubi jalar di Kabupaten Sumbawa saat ini masih sangat terbatas.
Produksi pada tahun 2008 hanya sebesar 656 ton, terpaut jauh cart kebutuhan
konsumsi penduduk Nusa Tenggara Baral tahun 2025 yang mencapai 13.476
ton. Hal ini lebih disebabkan karena kendala biogeofisik lahan berupa iklim yang
terlalu panas dengan bulan kering yang panjang.
Wilayah pengembangan ubi jalar meliputi Kecamatan Labuhan Badas (12
ha), Batu Lanteh (10 ha), Sumbawa (8 ha), dan Buer (6 ha). Sementara potensi
lahan yang tersedia di Kabupaten Sumbawa masih besar Namun demikian,
pengembangan ubi jalar masih terkendala secara teknis seperti teknik budidaya
dan akses modal untuk sarana prasarana produksi.
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan areal panen antara lain
mengembangkan sumber air berupa sumur bor di kawasan pengembangan.
Karena modal produksi yang bertambah dengan penerapan teknologi, maka
diharapkan pengusahaan ubi jalar dilaksanakan secara berkelompok agar dapat
lebih efektif. Pemberdayaan kelompok tani juga mempermudah dalam akses
terhadap permodalan. Peran Jembaga keuangan mikro menjadi semakin penting.
Untuk itu, perlu menumbuhkembangkan lembaga keuangan mikro yang langsung
bersentuhan dengan peiani di daerah-daerah sentra pengembangan.
adalah 245 ha atau hanya 15 persen dari kebutuhan lahan untuk pengembangan
cabe rawit di Nusa Tenggara Barat yang mencapai 1.638 ha. Dengan demikian
upaya peningkatan luas areal panen dengan meningkatkan areal tanam dapat
dilakukan pada masing-masing kecamatan tersebut karena potensi lahan
pertanian yang tersedia masih besar. Produktivitas yang masih kecil juga dapat
ditingkatkan dengan menerapkan teknologi usaha tani yang lebih baik, sehingga
sangat dipertukan keljasama usaha dalam suatu kelompok tani untuk
mengoptimalkan skala usaha tani. Pola tanam tumpang sari dengan jagung
ataupun komontss lam dapat drterapkan untuk memaksimalkan sumberdaya
lahan. Upaya lam yang tidal< blsa diabaikan adalah pengaturan waktu lanam
terutama untuk mengantisipasi lonjakan permintaan pada musim-musim tertentu
seperti lebaran dan akhir tahun,
65
• .
S . .-0.0:~
66
... ., "' .. ,, ",Q
0 ~8 6Y " . " "' Cl c: "' " -s O>
" ..,
~1 "' r-
S...G,OC.8
ID
UI w L ~
::t "' w
~ - z " " ;:, ,_
-r ~"A ~ l!!
{; "' <; r- E :;;: E "' ~<O
·" g ,--{,v.-'
~~
,__; t: ,
J1 ,
s.ccc.s
Visi Kabupaten Sumbawa sebagai daerah agribisnis berdaya saing menuju
masyarakat sejahtera akar dapat terwujud apabila mampu menggali dan
memanfaatkan keunggulan potensl yang dimiliki secara bijal< sena menerapkan
regulasi yang aplikatif. Dari berbagai analisis yang dilakukan dapat disimpulkan
bahwa:
1. Alternatif komoditas tanaman pangan unggulan Kabupaten Sumbawa
adalah jagung, kedelai kacang hijau, ubi jalar, dan cabe rawit dengan
indikator keunggulan memiliki nilai ekonomi dan produktivitas yang leblh
besar dari rata-rata Nusa Tenggara Barat.
2 Prioritas pengembangan komoditas tanaman pangan unggulan tersebut
berdasarkan pertimbangan kesesuaian lahan. peluang nilal tambah,
permmtaan pasar. kebutuhan modal. dan tingkat preferensi secara
berurut adalah jagung. kacang hi1au. kedela1. cabe raw1t, serta ubi jalar.
3 Tingkal produksi saat ini membenkan peluang pengusahaan ja,gung di
Kecamatan Labangka, Plampang, Lunyuk, dan Utan. Kacang hijau di
Kecamatan Moyo Hilir, Empang, Lopok, dan Plampang. Untuk kedelai,
cabe raw1t. can ub1 jatar mas1h berpotensr untuk dikembangkan pada
areal yang lebih tuas dan secara intensf untuk dapat memenuhi
kebutuhan konsumsi penduduk Nusa Tenggara Barat pada tahun 2025.
4 Produksi jagung dan kacang kedelai sudah mencukupi konsumsi
langsung dengan mdeks kecukupan lebth dari satu. Untuk kedelai. cabe
rawit, dan ubi jalar, indeks kecukupan masih kurang dari satu. Sehingga
pengembangan jagung dan kacang hijau lebih dnckankan pada
aksesibilitas pemasaran ke luar daerah melalui kontrak kerjasama agar
harga dapat lebih teqarnin, Untuk kedelal, cabe rawit dan ubi jalar,
pengembangannya dapat dilakukan dengan meningkatkan intensifikasi
berupa penggunaan benih unggul, oenggunaan pompa air untuk
mengatasi keterbatasan air, pola tanam tumpang sari, dan
menumbuhkembangkan lembaga keuangan mikro di pedesaan.
6.1 Kesimpulan
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
Berbagai data empirik di lapangan dipandang pertu untuk diperhatikan
unluk pengembangan pertanian di Kabupaten Sumbawa. Untuk itu diajukan
saran sebagai berikut:
1. Dalam menentukan kawasan atau wilayah pengembangan jagung dan
kacang hijau, pola penggunaan lahan perlu dioptirnasi secara spasial.
2. Pengembangan kornoditas unggulan harus dilakukan secara terpadu dengan
melibatkan berbagai pihak terkait, terutama dalam mengembangkan
ketersediaan sarana dan prasarana produksi seperti jalan usaha tani,
konservasi tanan, maupun ketersediaan lembaga keuangan mikro.
6.2 Saran
68
Ojaenudin 0, Sulaeman Y, Abdurrachman A. 2002. Pendekatan pewnayahan komoditas pertanian menurut pedo-agroklimat di Kawasan Timur Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian 21(1).
[Diperta] Dinas Pertananian Tanaman Pangan Kabupaten Sumbawa. 2009. Leporen Tahunan Dinas Penemen Kabupaten Sumbawa Tahun 2008. Sumbawa Besar: Diperta.
[OeptanJ Departemen Pertanian, Sadan Penelitian dan Pengembangan Pertanlan. 2007. Prospek dan Arah Pengembangan Agrib1snis: Rangkuman Kebutuhan lnvestasi. Jakarta: Deptan.
Dine M, Haynes KE, Tarimcilar M. 2003. Integrating models for regional development decisions: A policy perspective. The Annals of Regional Science 37:31-53
Oaryanto A. 2009. Posisl daya saing pertanian Indonesia dan upaya peningkatannya. Di dalam Prosiding Seminat Nasional P1:111iogk1:1lan Daya Salng Agribisnis Berorientasi Kesejahteraan Petani; Bogor, 14 Oktober 2009. Boger. Pusat Analisis Sosial Ekonorni dan Kebijakan Pertanian. ?009.
Oalgaard T, Hutchings NJ, Porter JR. 2003. Review Agroecology, Scaling and I nterdisciplinaraty Agriculture, Ecosystems and Environment 100:39-51.
Cahyono B. 2003. Cabe Rawit, Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Yogyakarta. Kanlsius.
Cowell SJ, Parkinson S. 2003. Localisation of UK rood production: an analysis using land area and energy as indicators. Agriculture, Ecosyslems and Environment 94:221 ·236.
Budirokhman D 2006. Kajian pengembangan agroindustri tanaman per1<ebunan skala kecil di Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Baral. Jumal Ag1ijciti 3(1 ):20-23.
(BPS Sumbawa] Sadan Pusat Statistik Kabupaten Sumbawa. 2008. Prorluk Domestik Regional Bruto Kabupaten Sumbawa 2005-2007, Sumbawa: BPS Sumbawa
(BPS NTB] Sadan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Baral. 2008. Nusa Tanggara Baral dalam Angka 2008. Mataram: BPS NTB
Aswandi H, Kuncoro M. 2002 Evaluasi penetapan kawasan andalan: studl empiris di Kalimantan Selatan 1993-1999. Jurnal Ekonoml dan Bisnls Indonesia 17(1 ):27-45.
Alphonche CB. 1997 Application of the Analythic Hierarchy Process in Agriculture in Developing Countries. Agricultural System 53:97 -112.
DAFTAR PUSTAKA
Rumayar TP, Kairupan AN, Hutahaean L, Femmi NF, Syafruddin. 2005. Keragaan dan analisis komoditas unggulan perikanan umum berdasarkan zona agroekolog.i di Kabupaten Buol Sulawesi Tengah. Jums! Pengi<ajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian 8(3):460466.
Rustiadi E, Saefulhakim S, Panuju DR. 2009. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Jakarta: Crestpent Press dan Yayasan Obar Indonesia.
Riyadi. Bratakusumah OS. 2004. Perencanaan Pembangunan Daerah: Strategi Menggali Potensi dalam MewuJUdkan Otonomi Daerah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Reijntjes C. Haverkort B. Bayers AW. 2006. Pertanian Mesa Depan: Pengantar untul< Pertanian Berkelanjulan dengan Input Luar Rendah. Sukoco Y, penerjemah: van de Fliert E. Hidayat B, editor. Jakarta: Kanisius. Terjemahan dan: Farming for The Future, An tmroaucuon to Low-Extemal Jnput and Sustainable Agriculture.
Rahim A, Hastuti DRO. 2008. Pengantar, Teori. den Kesus Ekonomika Pertenian. Jakarta· Penebar Swadaya.
Oddershede A. Arias A, Cancino H. 2007. Rural development decision support using the analythic hierarchy process. Mathematical and Computer Modelling 46:1107-1114.
Nurwahidah S. 2004. Analisis sektor unggulan dan kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Sumbawa [tesis] Yogyakarta: Program Pascasa~ana, Universitas Gajah Mada.
Jamal E. 2009. Membangun momentum baru pembangunan pedesaan dr Indonesia. Jumal Litbang Pertanian 28(1):7-14.
Iqbal M. 2007. Analisis peran pemangku kepentrngan dan implementesinya dalam pembangunan pertanian. Jumal Utbang Pertanian 26(3):89-99.
Hendayana R. 2003. Aplikasi metode location quotient (LQJ dalam penentuan komoditas unggulan nasional. lnformatika Pertanian Volume 12.
Gliessman SR. 2004. lntegratrng agroecolog1cal processes into cropping systems research. Journal of Crop Improvement 11 (112):61-80 and New DimensiOns in Agroeco/ogy 61-80.
Firdaus M, Farid MA. 2008. Aplikasi Metode Kuantitatif Terpilih unluk Manajemen dan Bisnis. Bogar: IPB Press
Fauz1 A. 2006. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Unqkunqan: Teori dan Ap/ikasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Edwards CA, Grove TL, Harwood RR. Colfer CJP. 1993. The role of agroecology and integrated farming system in agriculture sustainability. Agriculture, Ecosystem and Environment 46:99-121.
Widodo T. 2006. Perencanaan Pembangunan: Aplikasi Komputer (Era Otonomi Daerah). Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Tarigan R. 2008. Perencanaan Pembangunan Wi/ayah Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.
Syahyuti. 2006. 30 Konsep Penling dafam Pembangunan Pedesaan don Pertanian. Jakarta: Bina Rena Pariwara.
Syafruddin, Kairupan AN, Negara A, Limbongan J. 2004. Penataan sistem pertanian dan penetapan komoditas unggulan berdasarkan zona agroekologi di Sulawesi Tengah. Jumal Litbang Pertanian 23(2):61-67.
Syafa'at N, Friyatno S. 2000 Anafisis dampak krisis ekonomi terhadap kesempatan kerja dan idenlifikasi komoditas andalan sektor pertanian di witayah Sulawest pendekatan Input-Output. Ekonomi dan Keuangan Indonesia XL Vlll(4):369-394.
Suratman, Sudarta N. 2005. Lahan potensial untuk pengembangan tanaman pangan dan perkebunan di Putau Sumbawa. Di datam: Pro.siding Seminar Nasional Jnovasi Teknologi Sumber Daya Tanah dan /klim; Bogor, 14-15 September 2004. Bogor. Pusat Penelilian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. 2005. him 61-74.
Suparto, Tafakresnanto C, Hendrisman M 2006. Potensi pengembangan dan alternatif teknologi pertanian di Kecamatan Buer, Nusa T enggara Baral untuk mendukung prima tani. Di dalam: Prosiding Seminar Nasional Sumberdaya Lahan Pettanian; Bogor, 14-15 September 2006. Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. 2007. him 291-304.
Sudaryanto T, Simatupang P, Kariyasa K. 2005. Konsep sistem usaha pertanian serta peranan BPTP dalam rekayasa teknotogi pertanian spesifik lokasi. Analisis Kebifakan Pertanian 3(3):349-366.
Siahaan BR. 2003. Penentuan produk unggulan berbasis cassava dalam rangka meningkatkan pendapatan industri kecil menengah (IKM) [tesisj. Bogor. Program Pascasarjana, tnstitut Pertanian Bogor.
Saaty TL. 1993. Pengambilan Keputusan bagi para Pemimpin: Proses Hirarki Analilik untuk Pcngambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks. Setiono L, penerjemah; Peniwati K. editor. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo. Terjemahan dari: Decision Making for Leaders: The Analythic Hierarchy Process for Decisions in Complex World.
LAMPI RAN
"' 0 r-, "' ... ... " 0 " N "' N "' "' - 0 r-; 0 t--; r-; ... 0 .... 0 ..... ... t-: .... .. ... 0 00 N '"'! ..... ..... "' m "' 0 m 00 er oO .,,;· ,.; "' a-~ oo' ,.; vi .-i c) ..,; ,.; ' N "' ..... "' "' "' ... 00 ..... 00 m ..... ..... "' - .. ... er .... - .. r-, "' 0 ..... ..... m "' .... 00 00 ~ N m ....
"' ... M rl r-, .... N 0 00 CT> .... 0 N ..... "' .... "' "' ... "' "'- "' 0 ..... CT> 0 .... en 00
"' 0 ..,; 0 oO 0 N .,,- ,.,- 0 "' "' ¢' .,,- .,,- ~ ~ 0 N N "' ... "' 00 .... CT> m 0 .... .... ~ .. N -12 00 "' .... .... "' .... - 0 c: 'i5 "' ~ - ,_ co m "' ..... "' 0 "' N "' r-, ..... "' "' 8 ~ .. "' 10 m "' "' er .... co 0 ~ "' "' ....
"' "' "' "' CT> "' "' CT> 0 0 "' 0 "'! m ... CD :::; 0 N' "' oO c) "' ..... .,,- vi ..,; -: r-, <D ,.; "' z 0
"' N "' 0 0 .... ... ec .... co ... "' m .., ~ :;;; "' M .... c "' .... '- "" e "" c: "' c; 0 CT> 00 N 00 00 0 0 "' 0 N "' CD "' 0 ., !::::.. f- "' "' 00 N "' "' "' "' "' .... °' "' "' ~
·;;; "' 00 ... CD ... m "' ... "' co 0 "' 0 .... 0 re 0 ..: ..,; -s vi N' "' .... ...; <Ci "' ci "' °' .,, -"' 0 m "' :::; :::; N .o °' 0 "' ... "' ..... 00 N "' "' c z "O "' ..... ~ ·;;; 0 .-i ~ c Cl. e > "' ,.._ "' "' 0 ..... 0 "' ..... ..... "' er 0 "' ~ 0 "' ..... "' "' N M co "' CD r-, r-, N .... ~ ... ..... N ..,. ..... N 0 co N Ill m .... rl "' ·~ CL 0 .,,; ....; ....; ai ai oO c) ,..: oO c) oO .... N .. v, c .... 0 .s "' 0 N ·.o .... "' "' ... 00 N ..... M "' ..,. ... ,. .., 0 f:'. .. N .... ~ <l. ... " "' 0 "' ... 00 "' N ... Ill 0 "' ... 0 ..,. "' ... .!< .0 - "' ..... ... "' ... ..... ... "' N .... ..... N "' E 0 "' 0 00 00 N ..... .... N "' ... M I.fl .... 00 c: N er <n' "'' o' o' ¢' , .. .- ... ... - , .. ; ... .- N' ...... 0 => c ' ~ "' "' CD N ..... "' ..... N '- " - N
., c £ "' Q. ., "' "' ... f- "' "' .. " 0. "' ~ 0 ... ... ·m "' "' "' N "' "' 0 00 ..... .!; => - "' ... .... 0 ..... "' ... 0 "' .... ... co "' co Ill Cl .0 0 .D .... .... "' m "' '"'! 0 ... .... 00 "' ... N N "' E 0 ef 0- " ....; .,; . ot5 ....; <i <i .... C'i c: ~ c 0 N .g "' ::> N 00 m "' N
-0 -" "' N " c ~ c "' ll .. "' (l/
"" "' - .8 c -0 "' "' N 0 0 N "' ,.... "' "' ..... "" ... "' "' a; 0. 0 CTI m "' 00 "' Ill "' N 0 en M 0 E CL " ID "' 00 ,... "' "' 00 "' .... 0 M 00 co o. " CD .0 0 "' "' .-i o' •i ..,- ...... N' ...; "' ..... VI .,, .. N "' >t 0 00 "' .... "' ..... N c: - ,.., 'ii =¬ N ., ~ 0 c c E 0. 0 0 "' "' "' N 0 "' .... ..... 00 N .... "' .... "' t:. .Q "" 0 ,.., ..... "' 00 ~ <D .... " "' "' 0 00 c ·;;; ·:;; "' rl CTI ... N ..... "' 0 00 ro <t "' <D "" 0 .,., .. ci' ,..; ,,,- ef ..,.- .... - "' ... .- 0 .... .>< -"' 0 c: :> ::> N ... N ..... N .... .... c "8 't> N °' ~ c: ~
~ Cl. CL
"' U'\ .... Ill "' 0 0 "' 0 ~ m "' 0 N " ~ ..... <r "' .... .... "' "' U) "' .... U) N c "' ... <D "' 00 "' 00 Ill N CTI CTI ~- ..,. "' U) "' 8 ,..: 0 .-i c) "" vi .... ¢' "' .. .-i E .;, " ~ N U'\ N .... "' ..... ..... c: "' N ~ "' c:
·"' c c: "' " £ "' t: !9 ::> "' ~
:;:; :~ c: "' - ~ "' 2 .§ c :I: ,_ " ~ "' E > ~ "" "' "' "' " "" "' QI) OD "' c: "' .. Wl <:: .... 0 c Oi c c: "" "' .. "" > c: 0 c "' "' "' ~ QJ c "' 'ii :> "O ~ ..0 a. "' ~ c: Wl v u :a :a "' ~ c "' QI .. "' .. .. 2 QJ "' i,: .!; ,,_ ~ "" "" "" ::i => co u Cl. 0:: "' .., ~ .... N M ... "' "' ,... 00 "' 0 .... N "' -0
0 .... ,.., ..... .... E c z :::. .... "'
.. 0 N .... <t <D 0 "' <t <t "' cn ... ,.. - '1 cn ~ ,... "". ... "! N ,... "'! 0 "". .... "' "' <t .-< ..; N .,; .., ..0 ai "' .n N cO a:: " " .... ..... ..... .... 00 "' .... .,. Ill .... .. .... .... .... ,... U\ ... - - .. " a: ' "' 00 en 00 N ..... ... 00 0 "' "" <t en N .,.
'"' "! 0 q ..., "! 00 "' N "". ,... en 0 "l ... ..; ai ,..: .; ,._; ,..; ,..: ,.,; " .... "' ..... N 0 .... "" 8 <t N .... .... ... ... "' "' "' "' Ill "' ~ "" ... .... .... 0 00 ..... c N ..... ~ ., I- ~ "' :§. ~ "' .. 0 0 <t .... .., 00 N 0 00 "' "' ,...
"' :::J .. "! "". ... "! .., "! N <t 0 "' .... q ~ 00 z "' "' "' ... .0 N .,; N .,; 0 "' ai ,..: r-, 0 re 'ti 0 .. N .... .... .... .... 00 "' 0 "' .., .. "' ... 0 ... .... .... "' <t .... "' N i gg "' s: ... c "i" 0 "' .,, t- ~ .. en "' "' N ,... "' 00 8 0 .., s r-,
0 "' "' "". "! cn "! <r .. N "' 0 ,... ... "' .. "' .n <r .... ,..: N .,; .; 0 .,; 0 0 0 ,..: 0 :::J ..
8 " N .... .... .... .... 00 "' N 00 "' 0 ~ - z ·5 .... ... .... "' "' ... N c: ;;; :t ~ c
> :::J 0 "O e 0 en ... cn .... 0 .... 00 N ,... 0 .... 0 N s 0.. ... cn "! q en 0 .... ": N ~ .... "! cn "' 0.. ; ,..: ,.,; .; .,; ,...; ~ $ .0 <: c 8 .... N N f:! ·- "' N .... ... ..... .... 00 \D "' "' "O .... .... .... .... "' "' ·~ .. 8 N
l: 0 N ~ a 8 .... "' "' 00 .... "' 0 .... co "' "' cn "' c: E :i .., N .., .., N OI en "' en ID cn "' "! .!1 :> "' .n u'i ,_; .0 N .n ..n u'i ,,: ..n ,..: ai "' c: "' N a:: <t N .... .... ... ... "' .... .... ..... " "' ~ c c I ..... ... "' "' 41 "' "' - ~ - .t:: l "' .. " a:
Q. I- .. lj .5 .. .D .. 00 \0 <t "' 0 "' cn 00 \0 .... N ~ - E 00 0 "! "' "! "". <'! "! q ... "' 0 .!; .. .. :::J "' .0 ai 0 0 Q "' 0 .... N N 00 .... .... &; "' ....
'6 ,,,
8 <t N .... .... .. .... "' .... N "' \0 c: c c .... .... .... "' .g c " 41 N
~ -" - ~ ...
~ c:- ~ "' " :>
0 0 .D ~ N ... 00 ., 8 cn N .... ~ 8l .... ..a 0.. "O .. cn \0 .... .. <t .... .. N "' E ... .. ., "" \0 .n u'i ...; oci ,.,; .,; .; ;;t 0 .; 0 a\ "' .. " 1 00 '6 0 .. N .... .... ... ... .. .... N q ID V) 0 .... .... "' 1 N c:
~ -- ~ l "' "' N "' .... "' "' cn " .... " .... ..... ,... "' .. .... .... "' "! q "! "! N N "l .., .... ... ..a "' "' "' .n .; N .... N .. "' ,.,; ai N ... aO "' ~ - :~ "' 0 .., N ... .... .... .... 00 .... .... ... .., "' ·'=' 0 .... ... "' " s: 2: N 0
" ~ °' c: "O :::J d: 0 "" ... 0 "' "' 00 g ;::: cn ... ;1; 0 N en .... cn Q. ... .... "' \0 "' "' N "' 00 "' ... c: :i CL .., .; ..,; ,_; ..; ...; .; ,_; "' ai N ai ai .n 0 .. 0 .., N .... .... .... ... .. .... .... ... <t "' E 'f 0 ... .... ..., 0
N " "' {!. - "' a:: c: .~ .s: c:
"' 0
"' .c .. t'. " "' ... ·"' • '.!!_ c .. - ~ .,, ... ~ 'j 0 r t- ::J ... "' E "" "" > .. "" ... "' "' 0 "" .. "' .. c a: ~ "" .!;; "' 0 c .. c c: "" "' > c 0 "' "' "' "' ~ ., c: .. 0 c: 15 .., u u :0 :0 ;;: .0 "' C1. "' ~ _g "' "" .. "' .. "' .. "' "' "' ;.: "' ~ n. 0.. ~ "' "' "' ::> ::> co u a.. "' .. Cl. .... N .., " "' ID .... .. cn 0 ... N "'
.,, E: ci ..... .... ..... .... E: "' 2 " ~ .,,
"' ... 00 "' ... 0 "' U') "' OI 00 N ... "' 0) ... "' "' U') 00 "' ::n II\ 0 "' "! "! ;;; .... .... m vi ,...: o o vi ,...: ..,.; N N "' a: ... ' .. "' L ~ "' "' "' a: "' L O> II\ r-, .... N 0 "' "' N 0 "' m N b'l. .... 0 0 N "' "! m "' "' 0 q .... ~ ec ..... N N ...; -; 0 rl ..... <D ,...: ...; "' m m c: s e-t :c- QI
I- N .Q "' ... ·!g .S! <ti z ..... .... 00 OI -e ... ~ L .. ..... N ..... N r-; m "' :0 N II\ ": 00 q r-, 00 ": 0\ N <:; ""! "' "' co ,._; ui 0 0 ai N c c "' ..... N r-, "' N N m o <ti g "' L
"' 0 ~- 00 .:!:'._ N 0 00 ~ '- c: e "' " "' I- ~ N .... N ..... "' ~ N a> 0 "' "' 0 "' .. a. ": ..... N ") T"1 00 ..... ..... 0 T"1 00 ,, l: "' ~ U') ..... .... .,; ... _,; ci ci vi . .,; ...; ,._; ...; N 0 :::> 0 "" z .E 0 "" ·;;; N c: 0 ~ c: c: ·;;: 0 0 0 .>< L w 00 "' co ..... 00 ..... ..... ... "' N "' "' .... ~ Q. "! "! "' ": "'! r-, ..... N "'! q LO 00 N c: ~ .. rl .... ,.,; "' .,, a c:5 <i .... N .... ,..; m <= "' z 0 ·;;; .,, ..... 0 ,£ "' 0 N " >: 0 () N '- .. Q. .D .. ... N ... m N 0 ... ..... OI "' N r-, 00 c E "' 0 - ~ .... N "' 00 "' ~ ..... 0) ") "'! 0 m .S! :::> 0 "' ,..; ...; ui oO ,..; vi ...; .,; V> N a: ..... .... N m N c:
"' ' .....
~ c c >: "' "' :J - ... s: ... ..., ~ "' .. ..0 a: c. I- E "' :J () .D .. " 00 "' ... N co "' "' "' m " "' " "' .s "' ... VI "'! q co .... m .... "'! N N ... "'! N .... "" '" c ...; ,...: '° oi "' <:i .,; Q c ..... N N .... .... .... N '5
., 0 .... c: c: ... 0 .g .. c: "' Q. N
"' ...,,
:J () L 00 "' ..0 :;: c: "' .. "' "' "" ~ 0\ ... ... "' "' N N "' .... N ... gj 0
0. .,, .Q L :0 ..... "' .... CTI ()() CTI 00 0 "' "! m E "' Q) "' ...; ,..; m .,; ai ...; ...; ui vi ...; <i ...; .. N :J ... "' c: 0 .... "' :0 0 0 c: 0 < N
~ E "' 0 0 ... "" :J §- ~ ·:.'(I "' N 00 00 m N "' .... ..... .... N N
E a. "'! ") ..... "' "'! "'! ..... "' .... ..... "'! "! ..... ..Q
0 ~ "" .... ..... m •n ,... ..... ...; "' ,,.. ...; "' "' <!) ~ 0 c: .E 0 c: 0 N 15, "" 0 UJ c: c: g 0 0 "" 0 0 U') 00 "' U') 00 0 0 0 m 0 0 Q.
z w rl <I') ..... 00 <D N q N ..,.. U') "' ""! 0 c: <ti 2 .. ...; ,..; ...; ...; '° ...; .... ,.; oO ,._; c-J N .,; 0 ... z 0 .... E "' 0 0 a: N c: ;. {!. ... "' c: 0:: .!;!
.;;. c: "' ~ "' .c "' "' :J "' L
"' c: ., ·"' ~ .,, :::- "' ~ :;: 0 r I- :J L "' E ·o; 00 "" > .!!! 00 ... "' "' 0 0 "' "' § a: "" >- •• ..£; c: Qi c: c: ~ "" .... "" "" QI .. c 0 Cl c: 'O :::; -0
.. .. " .D c: a. "' :;: "' u u :0 :0 "' "' .g "' ~ 0 .. "' «> ,... :2 "' ii: "' ;,,:
0. "' "" "" ::) ::) "' u Cl. Vl ., <>. .... N "' .. ..,.. "' ..... 0) O> 0 .... N "'
.., E 0 .... ..... .... .... E " z " .... "'
~ ~ ~ ~ ;:: ~ ~ ;:!; ~ ~ c, CL 0... CL CL 0.. Q. 0. 0.. c, l.O!'C:00\0.-4NM'"'1"U"I ~rl"""'4"""'4NNNNNN
s~~~~~~ CL 0.. Q. CL f'I 0. CL
"'
c: .. ·c: t! QI c,
~ "' "' "' "' °' "! .... ... "' ..... ..... en "' en \l) "! co \l) 0 ") .... "! ~ r-, "' r..: .... <i ,..; N "' .,; "' ,..; "' ..; <i .,; ,..; .n U) <i .,; ..; ... ..; ... N 0 ,..; "' .... !l
a. ·;:: ;:i: .9 ~ <( 0.
"' ~ "' c <(
E .. ;;; 'tl .... ~ +;
"' .. ;) ::> ::> ::> :::> c c ~ ~ "' - ~ - "' - ~ - :~ - QI "' = 3 -~ = 3 .i -~ - - J: ~ :x: ~ :x: ~ :x: ~ ;:i: ~ ~ < 'iii .. .!! "' "" G;
... .!! n ;;; ... .!! "' ·;;; "" .!! "' 0 "" .!! "' .. a: a: ... a: "" a: OD a: c: c: Qj c: "' .. c: Qj c: "' ., c: Qj c: .. .. c: QJ c: .. .. e Qi c: .!!! 0 .. "' ~ "' ~ n ~ "' ~ "' ::> .,, v .a ::> .,, v D ::> .,, u .o ::> "O v D ::s "O u .0 ·o .. QJ "' ii "' ~ QJ .. ii "' 00 QJ n ii "' OD QJ "' ii "' eo QI "' ii ,. .. ~"' "" ;;;) u ~ "" "" ;;;) u ~"" "" ;;;) u ~ "' "" ;;;) v ~ "' "' ;;;) v ·;::
~ ~ "' Qi > §: <!J -' U'l "! ,,.. Cl en "' "' oi r-, ci "' cO .., .. ... ... "' N "' "" a. ~ .,, .2 .. ~ - 0.. ·;;: 0 ·;;:
e, . ., ., 0 .~ .,, (I) - c
"' ;;; ..: -e .. "' D ';;; - E c "' ·;;:
"' "' QI c ;; ~ c - ~ -u .g "' "' "' "O 't s: "' 0
"' "' z "' ~ ~ E --' 0. 0.
0 ....
o ~~~m~~m~~m~~~~w~N Omg~~~;~~~~~~~~~~~M N -• .;,t "(I q- q m M N N e-- .-! ....., ~ .. ;
N C'f"'IG'lm 2~~~~~
• "n••~O~rl·-~-~~~·- s ~~~~ .. ·~~~~~i~d~-~~. N~~~~···~~~m~N~~~m~~~ "'
q~~ ~ R ;; ~
"' 0 ~~~-~~~~<nOO•~Q ~ ~~~~~~dm~~d~~N ~~~~~~~~~~~~~~~~
0\ <"'1 ~
~~~ N .,;
N~M-fl'lqNqcc;!.-1 -i \D vi vi a; co oO-u:> 8 0 ~ ; ~ ~ ~ :-;: ~ ~ N ~
0
00 v
~ .... ' 0
~ c " c:
..
~ m ..
=
s ~ . 0 0
Lampiran 9
tuas Panen, Produktivitas, dan Jumlah Produksi Jagung di Kabupaten Sumbawa dirinci perkecamatan Tahun 2008
tuas Panen (ha) Produktivitas Jumlah Produksi
No. Kecamatan (ton/ha) (ton)
1 Lunyuk 1,761 3.54 6,226
2 Orong Telu so 3.36 168
3 Alas 116 3.50 406
4 Alas Barat 762 ::1.57 2,721
5 Buer 53 3.51 186
6 Utan 1,333 3.53 4,707
7 Rhee 263 3.50 920
8 Batu Lanteh 325 3.54 1,152
9 Sumbawa 191 3.57 682
10 L3buan Badas 735 3.58 2,632
11 Unter lwes 119 3.55 423
l2 Moyo Hilir 1.15 3.53 759
13 Moyo Utara 123 3.50 431
14 Moyo Hulu 107 3.52 377
15 Ropang 10 3.50 35 16 Lenangguar 15 3.53 53
17 Lan tung 10 3.50 35
18 Lape 145 3.36 487
19 topok 47 3.49 164
20 Plampang 1,353 3.60 4,867
21 Labangka 7,$49 3.74 28,244
22 Maronge 27 3.48 94
23 Ernpang 353 3.48 1,229
24 Tara no 401 3.49 1,398
Jumlah 16,063 3.64 58,396
iomoiro« 11
luas Panen, Produktivitas, dan Jumlah Produksi l<edelai di Kabupaten Sumbawa dirind perkecamaran Tahun 2008
Lua> Panen (ha) Produktivitas Jumlah Produksi
No. Kecamatan (ton/ha) (ton)
1 Lu~yuk 172 1.04 179
] Orong TPlu 100 1.17 117
3 Alas 814 1.14 931
4 Al~s Bar at 835 1.26 1,056
5 Buer 701 l.15 809
6 Utan 1,130 1.23 1.394
7 Rhee 473 1.12 528
8 Batu Lanteh 25 l.08 27
9 Sumbawa 80 1.06 85
10 tabuan Badas 63 1.08 68
11 unter wes 84 1.14 96
12 Moyo Hillr
13 Moyo Utara 2 1.00 2 14 Moyo Hulu 46 1.11 Sl 15 Ropang 495 1.22 604
16 Lenangguar 224 1.10 246
17 Lan tung 704 1.16 815
18 Lape 1 1.00 l
19 Lopok
20 Plampang 2 1.00 2
21 Labangka
22 Maronge 1 1.00 1
23 Empang 530 1.22 648
24 Tarano 210 1.11 233
Jumlah 6.692 1.18 7,893
iomoiron 13
Luas Panen, Produktivitas, dan Jumlah Produksi Ubi Jalar di Kabupaten Sumbawa dirincl perkecamatan Tahun 2008
luas Panen (ha) Produktivitas J umlah Produksi
No. Kecamatan (ton/ha) (ton)
1 Lunyuk
2 OrongTelu
3 Alas
4 Alas Barat
5 Ruer 6 11.50 69 6 Utan 5 11.40 57 7 Rhee 8 Batu Lanteh 10 11.60 116 9 Sumbawa 8 11.63 93 10 labuan Badas 12 11.33 136 11 Unter lwes 3 11.67 35 12 Moyo Hilir
13 Moyo utora
14 Mayo Hulu 2 11.SO 23 15 Ro pang 2 11.50 23 16 tenangguar 5 11.60 58 17 Lan tung 2 11.50 23 18 Lape
19 topok
20 Plampang 2 11.50 23 21 Labangka
22 Maronge
23 Empang
24 Tarano
Jumlah 57 11.51 656