SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan...

92

Transcript of SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan...

Page 1: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,
Page 2: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

SEKOLAHPASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2010

IWAN SETIAWAN

ARAHAN PENGEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN SUMBAWA BERBASIS KOMODITAS

UNGGULAN DAERAH

Page 3: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

.....

/wan Setiawan NRP A156080144

Bogor, Januari 2010

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa berbasis Komoditas Unggulan Daerah adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daflar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Page 4: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process, spatial analysis

The agricultural sector had been playing an important role in Sumbawa Regency development program. Accelerating process of agricultural development could be done by developing local primary commodities. This research purposes wero to determine alternatives and the development strategies of the primary food orop commodities in Sumbawa Regency. Research was carried out by collecting stakeholde(s perception, productivity and economic value of the food crops in Sumbawa Regency and West Nusa Tenggara Province. The analysis methods used were Klassen typology, analytical hierarchy process and spatial analysis. The results showed that local primary food crop commodities were com (score 0,33), mung beans (score 0,23), soybean (score 0, 19), chilli (score O, 16), and sweet potatoes (score 0,09). tne development of com and mung beans were more focussed on marketing accessibility to other regions through cooperation contract to be more guaranteed prices. For soybeans, chi/II and sweet potatoes, development could be dona by extending the netves: area, use of superior seeds, use of water pumps to overcome the limitations of water. intercropplng planting patterns, and develop microfinanco institutions in the rural district.

/WAN SETIAWAN. Developing Agricultural Sector in Sumbawa Regency Based on Local Primary Commodities. SupeNised by DWI PUTRO TEJO BASKORO and MUHAMMAD FIRDAUS.

ABSTRACT

Page 5: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

Sektor pertanian yang tetap berperan penting dalam pembangunan Kabupaten Sumbawa menjadl tltik tolak arah pembangunan ke depan. Hal ini dinyatakan dalam visi Kabupaten Sumbawa sebagai daerah agribisnis berdaya saing menuju masyarakat sejahlera. Untuk itu, diperlukan upaya identifikasi sumberdaya agribisnis yang diunggulkan di daerah. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) menentukan altematif komodilas unggulan tanaman pangan, 2) menentukan prioritas komoditas untuk dikembangkan. 3) memetakan wilayah pengembangan, dan 4) merumuskan arahan strategis pengembangannya.

Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder berupa tingkat produktivitas dan nilai ekonomi tanaman pangan di Kabupaten Sumbawa dan Nusa Tenggara Barat, serta data primer berupa persepsi berbagal pihak terkalt. Metode analisis yang digunakan berupa tipologi Klassen untuk menentukan alternatif komoditas tanaman pangan unggulan di Kabupaten Sumbawa. Penentuan prioritas pengembangan dengan proses hirarl<i analitik oleh responden pakar yang dipilih secara purposive sampling. Wilayah pengembangan dianalisis secara spasial tematik dengan mempertimbangkan tingkat produksi saat ini. Serta arahan pengembangan dlrumuskan secara deskriptif berdasarkan proyeksi konsumsi dan hasil analisis spasial zona agroekologl dengan pola penggunaan lahan yang ada.

Hasil analisis tipologi Klassen menunjukkan bahwa komodltas jagung, kedelai, kacang hijau, ubi jalar. dan cabe rawit rnerupakan altematif komoditas unggulan daerah Kabupaten Sumbawa. I ndikator keunggulan ditunjukkan oleh estimasi nilai ekonomi dan produktivitas yang lebih tinggi diband1ngkan rata-rata daerah acuan Nusa Tenggara Baral. Berdasarkan proses hirarkl analltlk, urutan prioritas komoditas tersebut dari yang lebih penting sampai kurang penting adalah jagung (skor 0,33), kacang hijau (skor 0,23), kedelal (skor 0, 19), cabe rawit (skor 0, 16), dan ubi jalar (skor 0,09). Prioritas tersebut dipengaruhi oleh faktor pasar (skor 0,30), modal (skor 0,24), lahan (skor 0,20). nilai tambah (skor 0, 1 B). dan preferensi (skor 0,09).

Tingkat produksi yang aca saat ini memberikan peluang pengusahaan komoditas jagung untuk dikembangkan di Kecamatan Labangka, Plampang, Lunyuk. dan Utan. Kacang hijau di Moyo Hillr. Empang, Lopok, dan Plampang. Komoditas kedelai, cabe rawit, dan ubi jalar berpotensi untuk dikembangkan pada areal yang lebih luas secara lebih intensif. Wilayah yang dapat dijadikan sentra pengembangan kedelal adalah Kecamatan Alas Baral, Alas, Lantung, Buer, Empang, Ropang, Rhee, Lenangguar, Tarano, serta Lunyuk. Wilayah pengambangan cabe rawit meliputi Kecamatan Buer, Batu Lanteh, Plampang, Tarano, can Labangka. Dan ubl jalar dapat dikembangkan di Kecamatan Labuhan Badas, Batu Lanteh, Sumbawa, dan Buer.

Produksi jagung dan kacang hijau saat ini sudah mampu memenuhi kebutuhan konsumsi regional dengan indeks kecukupan masing-masing sebesar 2,58 dan 8,09. Sedangkan kedelai. cabe rawit, dan ubi jalar produksi saat ini masih belum mencukupi secara relatif kebutuhan konsumsi regional Nusa Tenggara Ba.rat dengan indeks kecukupan kurang dart satu (<1). Bila

IWAN SETIAWAN. Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa berbasis Komoditas Unggulan Daerah. Dibimbing oleh DWI PUTRO TEJO BASKORO dan MUHAMMAD FIRDAUS.

RINGKASAN

Page 6: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

Kata kunci: perencanaan wilayah. komoditas unggulan, proses hirarki analitik, analisis spasial

dipernatikan secara biogeofisik karakteristik wilayah potensial untuk pengembangan komoditas unggulan tersebut menyebar hampir secara merata di seluruh wilayah kecamatan yang ada. Dengan demikian, pengembangan jagung dan kacang hijau lebih ditekankan pada aksesibilitas pemasaran Ke luar daerah melalui kontrak ke~asama agar harga dapat lebih terjamin. Untuk kedelai, cabe rawit, dan ubi jalar. pengembangannya dapat dilakukan dengan meningkatkan intensifikasi berupa penggunaan benih unggul, penggunaan pompa air untuk mengatasi keterbatasan ketersediaan air, menerapkan pola tanam tumpang sari, dan menumbuhkembangkan lembaga keuangan mikro di pedesaan.

Page 7: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOG OR 2010

Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada Program Studl llmu Perencanaan Wilayah

IWAN SETIAWAN

ARAHAN PENGEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN SUMBAWA BERBASIS KOMODITAS

UNGGULAN DAERAH

Page 8: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

Tanggat Lulus O J .-Ea 2010 Tanggal Ujian: 13 Januari 2010

Diketahui

Anggota Ketua Ph.D

Kornisl Pembimbing

Oisetujui

Nam a NRP

: Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa berbasis Komoditas Unggulan Oaerah lwan Setiawan

: A156080144

Judul Tesis

Page 9: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

lh1 t ok lh uA o }10119 sciu'» ku: 111£/u _ .. r er?ty

''vahku yonq kul>wigi;o 8adarvddm rvo.;,1

Don >1Jndo1a11 i1C11J,\;1, • M.J//ihah

Page 10: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

/wan Seiiewen

Bogor, Januari 2010

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang maha menentukan dan maha mengetahui segala ilmu. Alas taufik dan karunia-Nya, tesis Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa berbasis Komoditas Unggulan Daerah ini dapat penulis selesaikan. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada program studi llmu Perencanaan Wilayah lnstitut Pertanian Bogor.

Arahan, dukungan, dan diskusi membangun dari berbagai pihak memberikan andil dalam menentukan penyelesaian tests ini, mulai dari penyusunan rencana penelitian hingga menjadi tesis seperti yang ada sekarang. Untuk itu, kepada Bapak Dr. Ir. Dwi Putro Tejo Baskoro, M.Sc. dan Bapak Muhammad Firdaus, S.P, M.Si., Ph.D penulis sampaikan terima kasih alas segala bentuk bimbingannya. Terima kasih juga kepada Bapak Dr. Ir. lskandar Lubis, M.S. atas arahan dan perbaikan dalam ujian tesis, serta kepada Bapak Dr. Ir. Eman Rustiadi, M.Agr. atas masukan penyempumaannya. Kepada teman­ teman di PWL08, diskusi-diskusi ilmiah yang terjalin selama ini menjadi catatan sejarah tersendiri, terima kasih.

Penulis juga menyampaikan terima kasih atas pastisipasi aktif dari berbagai kalangan alas penyediaan data-data pendukung. Kepada para petanl yang telah menyisihkan sebagian waktunya untuk berbincang-bincang tentang pertanian Sumbawa yang penulis pillh sebagai wilayah penelitian. Rekan-rekan kerja di Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Sumbawa, Bappeda, Dinas Pertanian NTB, BPTP NTB, dan BBSDLP Bogor, semoga komunikasi kita tetap terjalln demi pembangunan pertanian ke depan. Kepada keluarga besar Badaruddin Noor dan Asthohar Mastur, terima kasih alas do'a dan dukungannya. Dan tentu saja kepada Bad an Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) atas pembiayaan program ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

PRAKATA

Page 11: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

Penufis dilahirkan di Lantung Sepukur Kabupaten Sumbawa pada tanggal 22 Oktober 1976 dart ayah Badaruddin Noor dan ibu Tenry. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara.

Tahun 1994 penutis tulus dart SMA Negari 2 Sumbawa Besar dan pada tahun yang sama tutus seleksi ujian masuk perguruan tinggi negeri di Universitas Mataram. Penulis memitih program studi Teknotogi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama mengikuti per1wliahan, penulis aktif sebagai asisten dosen pada beberapa mata kufiah praktikum.

Penulis bekerja sebagai pegawai negeri sipil di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sumbawa sejak Desember 2002. Sampai dengan saat ini ditempatkan di Dinas Pertanian Tanaman Pangan. Program magister di program studi llmu Perencanaan Wilayah IPB sejak tahun 2008 ditempuh atas beasiswa pendidikan dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS).

RIWAYAT HIDUP

Page 12: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

x

3.4.1 Location Quotient 23 3.4.2 Analisis Tipologi Klassen 24 3.4.3 Proses Hirarki Analitik (PHA) 25 3.4.4 Analisis Spasial 26 3.4.5 Proyeksi Konsumsi 27 3.4.6 Analisis Deskriptif 27

3 .4 Metode Ana Ii sis Data . .. . .. 22

3.3 Sumber Data dan lnstrumen 21

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 21

3.1 Kerangka Pemikiran 18

18 METODOLOGI PENELITIAN . Ill.

2. 3 Tinjauan Kebijakan yang Terkait .. .. 17

2.2 Tinjauan Studi Terdahulu 14

2.1.1 Penetapan Komodltas Unggulan 7 2.1.2 Sistem Usaha Tani 8 2.1.3 Permlntaan dan Penawaran Komoditas 10 2.1.4 Zona Agroekologi (ZAE) 11 2.1.5 Perencanaan Wilayah 13

2.1 Tlnjauan Teoritls 7

7 TINJAUAN PUSTAKA . 11.

1.4 Manfaat Penelitian 6

1.3 Tujuan Penelitian 6

1.2 Perumusan Masalah .. ... .. .... .. .... .. ... .. ... .. .... .. .... .. ... .... .. .. .. 2

1.1 Latar Belakang .. .. . .. . .. .. . .. . .. . 1

1 PENDAHULUAN . I.

DAFT AR LAMPI RAN . . .. . .. . . . .. . .. . . . .. . xiv

DAFT AR GAMBAR . .. •.• . . . . .. .. .. . . .. . .• . .. . . . .. . . . . xiii

xii DAFTAR TABEL ..

Halaman

DAFTAR ISi

Page 13: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

xi

LAMPI RAN

DAFT AR PUST AKA

6.1 Keslmpulan 67

6.2 Saran 68

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 67

5.4.1 Tlngkat Konsumsi dan Kebutuhan Lahan ...... .... 55 5.4.2 Zona Agroekologi Potensial untuk Tanaman

Pangan 58 5.4.3 Rumusan Strategi 62

5.3 Wllayah Pengembangan Komoditas 48

5.4 Arahan Strategis Pengembangan 54

5.2 Priorltas Komoditas untuk Dikembangkan 42

5.1 Alternatif Komoditas Unggulan Daerah 37

37 HASIL DAN PEMBAHASAN . v. 4.8 Prasarana Perhubungan 36

4.7 Penggunaan Lahan 34

4.6 Hidrologi 34

4.5 Jenis Tanah 33

4.4 Geologi 32

4.3 Keadaan lklim dan Cuaca 30

4.2 Topografi ,,............. 30

4.1 Letak, Batas, dan Luas Wilayah ....• 28

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 28

Page 14: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

xii

13. Persentase penggunaan lahan (2008) untuk komoditas unggulan di Kabupaten Sumbawa terhadap kebutuhan lahan di Nusa Tenggara Baral (2025) 58

12. Kebutuhan lahan di Nusa Tenggara Barat untuk memenuhi tingkat konsumsi 2025 berbagai komodi1as unggulan Kabupaten Sumbawa .. . . . . .. . .. . 57

11. lndeks kecukupan produksi komoditas unggulan daerah Kabupaten Sumbawa (2008) terhadap kebutuhan konsumsi NTB (2025) . . .. . . . . . .. . .. . . . . . . .. . . . .. . .. . . . . .. . . . 56

10. Proyeksi kebutuhan konsumsi penduduk Provinsi Nusa Tenggara Baral tahun 2025 terhadap komoditas unggulan Kabupaten Sumbawa ... .. . .. ... . .. .. . ... .. . ... .. ... . .. ... .. . . . . .. ... . . .. . . .. ... 55

9. Posisi masing-masing komoditas tanaman pangan di Kabupaten Sumbawa berdasarkan tipologi Klassen .. .. . . .. . .. ... ... .. . 40

8. Rata-rata produktivitas dan nilai ekonomi komoditas tanaman pangan di Kabupaten Sumbawa dan Provinsi NTB tahun 2004-2007 .. . . . .. . . . .. . . . . .. . . . . . . .. . .. . . . . . . .. .. .. .. . . . 39

7. Nilai LQ produksi tanaman pangan di Kabupaten Sumbawa Tahun 2004-2007 38

6. Keadaan luas lahan berdasarkan potensi wilayah di Ka bu paten Sumbawa tahun 2008 ... .. . .. ... . .. ... ... . .. ... .. . ... .. . ... .. ... . 35

5. Rata-rata Karakteristik cuaca di Kabupaten Sumbawa tahun 2008 .. .. . ... .. . ... .. . ... .. . .. .. . . . .. . ... .. . .. . . ...... .. . .. . . .. . .. . ..... .... 32

4. Rata-rata curah hujan di Kabupaten Sumbawa Tahun 2004-2008 dirinci perbulan (mm).... 31

3. Luas wilayah Kabupaten Sumbawa dirinci per kecamatan tahun 2008 . . . . . .. . .. . .. . .. . .. . .. .. .. .. .. . .. . .. . .. .. . .• . 29

2. Matriks tipologi Klassen penentuan komoditas unggulan daerah Kabupaten Sumbawa .. . .. . .. . . . . .. . .. .. .. . 24

1. Matriks hubungan tujuan penelitian, metode analisis, data yang diperlukan, sumber data, dan output . .. .. .. .. ...•... 22

Ha la man

DAFT AR TABEL

Page 15: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

xiii

20. Arahan wilayah pengembangan kornoditas unggulan daerah Ka bu paten Sumbawa .•.•... .. . . . . .. . . . . . . . . . .. . .. . . . . . . .. . .. . .. . 66

19. Pola penggunaan lahan di Kabupaten Sumbawa berdasarkan citra Landsat tahun 2006 .. 61

18. Sebaran zona potensial pengembangan komoditas unggulan daerah Kabupaten Sumbawa . .. . . . . . . . . . .. .. . 60

17. Sebaran zona agroekologi di Kabupaten Sumbawa ..........•............... 59

16. Sebaran produksi ubi jalar di Kabupaten Sumbawa Tahun 2008 53

15. Sebaran produksi cabe rawit di Kabupaten Sumbawa Tahun 2008 .. 52

14. Sebaran produksi kedelai di Kabupaten Surnbawa Tahun 2008 51

13. Seba ran produksi kacang hijau di Kabupaten Surnbawa 2008 . .. . . . ... . 50

12. Sebaran produksi jagung di Kabupaten Surnbawa Tahun 2008 49

11. Hirarki skor prioritas kriteria dan altematif penentuan komoditas unggulan daerah Kabupaten Sumbawa 47

10. Skar masing-masing allematlf dalam penentuan prioritas kornoditas unggulan daerah....................... 46

9. Skor masing-rnasing kriteria dalam penentuan prioritas kornoditas unggulan daerah... .. . .. ... . .... . .. ... ... . . . .. . ... . . ... . .. .... .. ... . . .. . 44

8. Keadaan topografi Ka bu paten Surnbawa .. . . . .. . .. . . .. . .. 30

7. Jarak dari ibukota kabupaten ke kota kecamatan dalam Kabupaten Sumbawa tahun 2008 . . .. . . . . . . .. . . . .. . .. . 29

6. Hirari<i penentuan prioritas komodltas unggulan 26

5. Wilayah adrninistrasi kecarnatan di Kabupaten Sumbawa .. . . . .. ... . .. . .. 21

4. Kerangka pernikiran penelitian 20

3. Aliran barang dan jasa dalam suatu sistern usaha tani sederhana .... 9

2. Distribusi persentase PDRB Kabupaten Surnbawa rnenurut lapangan usaha ADH konstan 2000 tahun 2004-2006 ... .. . .. . . ... . . .. .. . .. 3

1. Laju perturnbuhan PDRB Provinsi NTB ADH konstan 2000 menu rut kabupaten/kota 2004-2006 ... . . ... . ... .. .. ..... . .. . .. ... . .. . .. .. . ... .. ... 3

Halaman

DAFT AR GAMBAR

Page 16: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

xiv

13. Luas panen. produktivitas, dan jumlah produksi ubi jalar di Kabupaten Sumbawa dirinci perkecamatan tahun 2008

12. Luas panen, produklivitas, dan jumlah produksl cabe rawit di Kabupaten Sumbawa dirinci perkecamatan tahun 2008

10. Luas panen, produktivitas, den jumlah produksi kacang hijau di Kabupaten Sumbawa dirinci perkecamatan tahun 2008

11. Luas panen, produktivitas, dan jumtan produkst kedelai di Kabupaten Sumbawa dirincl perkecamatan tahun 2008

9. Luas panen, produlctlvitas, dan jumlah produksl jagung di Kabupaten Sumbawa dirinci peri<ecamatan tahun 2008

8. Zona agroekologl dan zonasi alternatif pengembangan pertanian dan kehutanan di Kabupaten Sumbawa

6 Sintesis detil prioritas pada level kriteria dan altematif dalam anallsis AHP

7 Proyeksi penduduk Nusa Tenggara Barat menurut kelompok umur tahun 2009-2025 (x1000)

4. Rata-rata nllai ekonomi komoditas pangan di Kabupaten Sumbawa dan Provinsi Nusa Tenggara Barat berdasarkan data tahun 2004-2007

5. Daftar ldentitas respooden expert datam analisis AHP

3. Rata-rata produktivitas komoditas pangan di Kabupaten Sumbawa dan Provins! Nusa Tenggara Baral berdasarkan data tahun 2004-2007

2. Rata-rata luas panen komoditas pangan di Kabupaten Sumbawa dan Provinsi Nusa Tenggara Baral berdasarkan data tahun 2004-2007

1. Rata-rata produksl komoditas pangan di Kabupaten Sumbawa dan Provinsi Nusa Tenggara Barat berdasarkan data tahun 2004-2007

DAFTAR LAMPIRAN

Page 17: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

Kawasan Timur Indonesia (KTI) dewasa ini terus mendapat prioritas

pengembangan dan pembangunan termasuk dalam sektor pertanian, karena

wilayah tersebut mempunyai cadangan sumber daya lahan yang cukup luas.

Prlontas pengembangan tersebut terkalt dengan upaya menge]ar ketertinggalan

kawasan timur terhadap kawasan barat Indonesia. Sejalan dengan

diterapkannya sistem otonomi daerah, setlap daerah berlomba-lomba untuk

dapat mengangkat potensi speslfik lokasi agar memilikl daya salng dengan

daerah lainnya. Otonomi daerah juga memberikan pengaruh terhadap

kompleksitas perencanaan dan pengendalian pembangunan sebagai akibat

dlnamika kehidupan masyarakat.

Kabupaten Sumbawa sebagal salah satu kabupaten di Provins! Nusa

Tenggara Baral memiliki cadangan sumber daya lahan cukup luas. Data Dinas

Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Sumbawa menyebutkan bahwa luas

lahan pertanian sekitar 2.880,33 km2 dari keseluruhan luas wilayah 6.643,98 km2•

Sampal dengan saat inl, sektor pertanlan di Kabupaten Sumbawa maslh

berperan besar dalam menentukan keberhasilan pembangunan daerah. Data

BPS Sumbawa (2008) menunjukkan bahwa pada tahun 2007 p(oduk domestik

regional brute (PDRB) Kabupaten Sumbawa masih disumbangkan sebesar 42,69

persen darl sektor pertanian. Peranan sektor lni dltunjang oleh subsektor

tanaman pangan yang menyumbang sebesar 26,68 persen. Untuk itu, sektor

pertanian perlu mendapat perhatian khusus dengan berbagai kebljakan

pembangunan yang didukung oleh ketersediaan informasl yang akurat tentang

potensi wilayah yang dimiliki.

Salah satu langkah inventarisasi potensi wilayah adalah dengan

menginventarisasi produk-produk (komoditas) potensial, andalan. dan unggulan

daerah. Komoditas unggulan daerah menggambarkan kemampuan daerah

menghasilkan komoditas. menciptakan nilai tambah, memanfaatkan sumber

daya secara nyata, memberi kesempatan kerja, memiliki prospek untuk

meningka.tkan produktivltas dan investasinya, serta mampu menangkal produk

sejenis di pasaran.

1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN

Page 18: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

Pertumbuhan ekonomi wilayah di Nusa Tenggara Barat terus mengalami

peningkatan. Namun demikian, pertumbuhan tersebut tidak serta merta

mengurangi ketimpangan pembangunan (disparitas) yang terjadi di dalam

wilayah tersebut. BPS Provinsi Nusa Tenggara Barat (2008) menyebutkan

bahwa pada tahun 2006, laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Sumbawa hanya

sebesar 4,68 persen dan berada di bawah rata-rata laju pertumbuhan PDRB

Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 4,93 persen. Hal ini mengindikasikan

bahwa Kabupaten Sumbawa masih kurang mampu bersaing dengan wilayah­

wilayah lain yang ada di Nusa Tenggara Barat. Wilayah yang paling dekat adalah

Kabupaten Sumbawa Baral yang merupakan kabupaten pemekaran dari

Kabupaten Sumbawa sejak tahun 2003, laju pertumbuhan PDRBnya mencapai

6,99 persen jauh di alas Kabupaten Sumbawa. Persentase laju pertumbuhan

PDRB masing-masing kabupaten/l<ota di Nusa Tenggara Barat tanun 2004

sampai dengan 2006 disajikan dalam Gambar 1.

1.2 Perumusan Masalah

Dalam mengembangkan komoditas-komoditas unggulan tersebut juga

perlu diketahui potensi dan karakteristik lahan. Lahan mempunyai kemampuan

beragam dari segi biofisik, ditentukan oleh karakter bentuk pennukaan,

kemiringan. ketinggian tempat. serta shat tanah seperti tekstur. struktur, lingkat

kemasaman, dan sifat kimia tanah lainnya. Produktivitas suatu komoditas sangat

ditentukan oleh karakteristik lahan tersebut sebagai tempat tumbuh dan

berkembang, dan setiap komoditas mempunyai persyaratan tumbuh yang

berbeda.

Syafruddin et al. (2004) mengemukakan bahwa untuk membangun sektor

pertanian yang kuat, berproduksi tinggl, efisien, berdaya saing tingg1, dan

berkelanjutan perlu dilakukan penataan sistem pertanian dan penetapan

komoditas unggulan di setiap wilayah pengembangan disertai kebijakan

pemerintah daerah yang tepat. Untuk itu perlu dilakukan penehtian tentang

arahan pengembangan komodrtas unggulan sebagai masukan dalam

pengambilan kebijakan dan perencanaan pembangunan Kabupaten Sumbawa

ke depan.

2

Page 19: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

Gambar 2 Distribusi persentase PDRB Kabupaten Sumbawa menurut lapangan usaha ADH Konstan 2000 tahun 2004-2006.

Keua,ngan, Persewaan, Jasa Perusahaan

I ' t

~ ' " 'I!' 2004 2005 200€

Tahun

Perdagangan, Hotel, dan Rcstoran Pengang~utan dan Komunlkasl

-Bangunan • • • --Listrik, Gas, an Air llersih

lndustri Pengolahan

_. Pertambangan dan Penggalian

--Pertanian

-

50 45 40 35 t ~ 30

c 2S " ~ ~ .. 20 a. 15 10 5 0

Produk domestik regional bruto (PDRB) Kabupaten Sumbawa sampai

dengan saat ini masih disumbang secara signifikan oleh sektor pertanian

(Gambar 2). BPS Kabupaten Sumbawa (2007) menyebutkan bahwa sampai

dengan tahun 2006, sektor pertanian masih menyumbang sebesar 43,51 persen

terhadap PDRB Kabupaten Sumbawa. Sektor pendukung PDRB selanjutnya

adalah perdagangan, hotel, dan restoran yang relatif menunjukkan peningkatan

setiap tahun, namun rnasih jauh di bawah sektor pertanian.

Gambar 1 Laju pertumbuhan PDRB Provinsi NTB ADH Konstan 2000 menurut kabupatenlkota 2004-2006.

•2004

•2005

2006

3

Page 20: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

5

Pengusahaan komoditas dibatasi oleh karakteristik lahan, bahwa setiap

komoditas pertanian hanya akan mampu berproduksi optimal pada lahan yang

sesuai dengan persyaratan tumbuh (crop recuiremenl) sehingga hanya

memer1ukan input yang relatif rendah untuk berproduksi. Lahan sebaga1 satuan

input dasar pengembangan sektor pertanian mempunyai kondisi cukup beragam

di masing-masing daerah, dipengaruhi oleh faktor iklim, tanah, terrainltopograft,

dan hidrologi. Keragaman kondisi ini sangat berpengaruh terhadap potensi lahan

dan jenis penggunaan lahan yang dapat dikembangkan atau diusahakan.

Karakteristik potensial suatu lahan untuk pengembangan komoditas dikenal

dengan zona agroekologi (ZAE) yaitu unit-unit lahan yang dibagi berdasarkan

kemiripan sifat tanah, iklim, dan terrainltopograft.

Dengan memperhatikan bahwa suatu wilayah mungkin hanya sesuai untuk

komoditas tertentu tetapi tidak untuk yang lain atau tidak selalu suatu komoditas

dapat diusahakan di setiap wilayah, maka dipertukan pewilayahan masing­

masing komoditas yang potensial untuk diusahakan Perencanaan wilayah dalam

bentuk dokumen rencana tata ruang wilayah (RTRW) Kabupaten Sumbawa

harus mempertimbangkan kondisi tersebut. Deliniasi kawasan kegiatan ekonomi

sektor pertanian dalam RTRW yang ada saat ini dipandang belum

mempertimbangkan kondisi biofisik dan agroldimal ser11a sosial ekonomi wilayah

yang bersangkutan.

Pengernbangan sektor pertanian Kabupaten Sumbawa menuju daerah

agribisnis harus diutamakan pada komocfllas-komoditas unggulan daerah yaitu

komoditas yang mampu mernberikan hasa yang optimal dan n[lai tambah yang

besar dengan tetap mempertahankan kemampuan lahan demi pencapaian

tujuan pembangunan yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat seutuhnya.

Dan sektor pertanian tanaman pangan merupakan bagian penting yang tidak

dapat ditinggalkan dalam pembangunan terkait dengan hajat hidup manusia

yang tetap memer1ukan pangan. Pangan adalah kebutuhan dasar manusia,

karena itu mengkonsumsi pangan merupakan suatu keharusan siapa pun dan

apa pun status seseorang. Bagi manusia makan dan minum adalah k.ebutuhan

yang harus dipenuhi. Manusia memang tidak hanya h1dup dari pangan, namun

manusia tidak bisa selamanya hidup tanpa pangan. meskipun pada situasi dan

kondisi tertentu manusia bisa menahan lapar dan haus yang dialaminya.

ldentiflkasi sumberdaya agribi.snis yang dapat diunggulkan memunculkan

beberapa perrnasalahan yang mendasan penelitian iru, berupa:

Page 21: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

Berdasarkan tujuan tersebut maka hasil penelitian yang akan didapatkan,

diharapkan bermanfaat bagi para pengambil kebijakan pembangunan daerah

Kabupaten Sumbawa sebagai rujukan dalam menentukan rencana program

peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui sektor pertanian tanaman

pangan, sedangkan bagi masyarakat/petani maupun investor dapat menjadi

rujukan komoditas apa yang layak untuk diusahakan.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarl<an latar belakang dan rumusan masalah tersebut, penelitian iru dilakukan dengan tujuan:

1. Menentukan altematif komoditas unggulan daerah Kabupaten Sumbawa

sektor penanian tanaman pangan.

2. Menentukan prioritas komoditas unggulan daerah untuk dikembangkan.

3. Memetakan wilayah pengembangan komoditas unggulan daerah.

4. Merumuskan arahan strategis pengembangan komoditas unggulan daerah.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Jenis komoditas apa saja yang dapat menjadi unggulan daerah Kabupaten

Sumbawa?

2. Komoditas manakah yang meniadi prioritas untuk d1kembangkan?

3. Wilayah mana saja yang dapat menjadi sentra pengembangan komoditas

terse but?

4. Langkah apa saja yang dapat dilakukan untuk pengembangan sektor

pertanian tanaman pangan dengan memanfaatkan komoditas unggulan

tersebut?

6

Page 22: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

Pengembangan suatu komoditas di daerah yang sesuai dengan kondisi

lahan dan berskala luas dapat meningkatkan efisiensi usaha tani, menjaga

kelestarian sumberdaya lahan dan meningkatkan aktivitas perdagangan antar

pulau dan daerah sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani. Agar hal ini

dapat berjalan dengan baik diperlukan penetapan kawasan pengembangan dan

komoditas unggulan yang didukung oleh ketersediaan data dan informasi kondisi

biofisik dan sosial ekonomi petani.

Konsep dan pengertian komoditas unggulan dapat dilihat dari dua sisi.

yaitu sisi penawaran (supply) dan sisi permintaan (demand). Dilihat dari sisi

penawaran, komoditas unggulan merupakan komoditas yang paling superior

dalam pertumbuhannya pada kondisi biofisik, teknologi, dan kondisi sosial

ekonomi petani di suatu wilayah tertentu. Pengertian tersebut lebih dekat dengan

pengertian locational advantages. Sedangkan di'lihat dari sisi permintaan,

komoditas unggulan merupakan komoditas yang mempunyai permintaan yang

kuat baik untuk pasar domestik maupun pasar intemasional. Dengan pengertian

tersebut maka komoditas unggulan bersifat dinamis baik dilihat dari sisi

penawaran karena adanya perubahan teknologi maupun dilihat dari sisi

permintaan karena adanya pergeseran permintaan konsumen (Syafa'at dan

Priyatno 2000).

Dalam laporan akhir Kajian Peluang Perencanaan lnvestasi Pertanian

Indonesia yang dikeluarkan oien Departemen Pertanian bekerjasama dengan

SUCOFINDO melaporkan bahwa, berdasarkan hasil survey yang dilakukan

dengan melakukan diskusi dan konfirmasi dengan instansi terkait, diperoleh

beberapa faktor yang dijadikan dasar dalam penentuan komoditas unggulan

diantaranya adalah: (1) kesesuaian lahan, (2) historikal budaya masyarakat, (3)

ketersediaan lahan pengembangan. (4) keunggulan teknis yang dimiliki oleh

masing-masing komoditas dimaksud, dan (5) belum adanya investor untuk

komoditas dimaksud. Selain faktor tersebut d1 alas penentuan komocfrtas

unggulan juga didasarkan pada kriteria:

2.1.1 Penetapan Komodita$ Unggulan

2.1 Tlnjauan Teorttis

II. TINJAUAN PUST AKA

Page 23: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

D . Pennintaan akan komoditas (produk) Px : Harga komoditas itu sendiri Py : Harga komoditas lain (substitusi dan komplementer)

: Pendapatan T : Selera/kebiasaan

Dimana:

Permintaan (demand) merupakan keinginan dan kebutuhan pembeli atau

konsumen ternadap suatu produk dalam jumlah tertentu pada berbagai tingkat

selama periode tertentu. Secara spesifik permintaan komocfrtas pertanian

merupakan keseluruhan atau banyaknya jumlah komoditas pertanian yang

dibutuhkan dan diinginkan oleh pembeli berdasartcan harga yang sudah

ditentul<an oleh produsen. Hukum dasar permintaan mengindikasikan bahwa bua

harga suatu komoditas naik dan faktor lain tetap maka jumlah komoditas yang

diminta akan berkurang, begitu juga sebaliknya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan komoditas pertanian dapat

dirumuskan secara matematis dan sederhana sebagai berikut (Rahim dan

Hastuti 2008):

D = f (Px. Py, I, T. N, Q, EsP)

2.1.3 Penmintaan dan Penawaran Komoditas

pengolahan. adakalanya disebut dengan agroindustri. 4) subsistem perdagangan

atau tata niaga hasil, dan 5) subsistem jasa pendukung berupa kegiatan

penelitian, penyediaan kredit, sistem transportasi, pendidikan dan penyuluhan,

serta kebijakan makro (Syahyuti 2006).

Premis dasar paradigma agribisnis adalah usaha pertanian haruslah

bersifat profit oriented. Dengan demikian. pasar berperan besar dalam

menentukan keberhasilan agribisnis. Berbicara tentang pasar, dalam era

globalisasi dan perdagangan bebas tentunya produk yang akan dipasarl<an pertu

mempunyai daya saing tinggi, dan pertu mempunyai keunggulan kompetitif.

Sehubungan dengan hat tersebut, konsep keunggulan kompetitif merupakan

konsep yang menekankan pada kedinamikaan pelaku ekonomi dalam

menembus pasar melalui inovasi dan pengembangan proses kreativitas lainnya.

Melalui proses tersebut, hal-hal yang ketinggalan zaman harus segera diganti

dengan hal-hal baru yang lebih baik, lebih murah, lebih disukai dan lebih

bermanfaat (Siahaan 2003).

10

Page 24: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

Zona Agroekologi (ZAE) merupakan salah satu cara dalam menata

penggunaan lahan melalui pengelompokan wilayah berdasarkan kesamaan sifat

dan kondisi wilayah. Pengelompokan bertujuan untuk menetapkan area

pertanaman dan kornoditas potensial, berskala ekonomi, dan tertata dengan baik

agar diperoleh sistem usaha tani yang berkelanjutan. Komponen utama dalam

penetapan ZAE adalah kondisi biofisik lahan (kelerengan, kedalaman tanah, dan

elevasi), iklim (curah hujan, kelembaban, dan suhu), dan persayaratan tumbuh

tanaman agar tanaman dapat tumbuh dan berproduksi dengan optimum

(Syafruddin el ul. 2004). Agroekologi dldefinisikan sebagai penerapan konsep­

konsep dan prinsip-prinslp ekologi dalam membentuk dan mengatur

agroekosistem yang berkelanjutan (Gliessman 2004). Secara spesifik dikatakan

bahwa agroekologi menggambarkan interaksi diantara tanaman, hewan,

manusia, dan lingkungan dalem suatu sistem pertanian (Dalgaard el al. 2003).

2.1.4 Zona Agroekologl (ZAE)

S : Penawaran akan komoditas pertanian Pl : Harga input Ppl : Harga komoditas lain T : Teknologi Nip : Jumlah lembaga pemasaran Hpro : Harapan produsen terhadap harga komoditas di masa datang

dlmana:

N : Jumlah penduduk Q : Kualitas komoditas EsP : Perkiraan harga di masa mendatang

Penawaran dalam pertanian merupakan banyaknya komoditas pertanian

yang disediakan atau ditawarkan oleh berbagai produsen di suatu daerah.

Hubungan antara harga dengan jumlah yang ditawarkan atau sering disebut

hukum penawaran, menyebutkan bahwa makin tinggl harga suatu barang

semakin banyak pula jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh produsen.

Sebaliknya, makin rendah harga suatu barang semakin sedikit jumlah barang

yang ditawarkan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran dirumuskan secara

matematis sebagai berlkut (Rahim dan Hastuti 2006):

S = f (Pi, Ppl, T, Nip, Hpro)

11

Page 25: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

Dengan demikian, dalam pengembangan pertanian diperlukan suatu

strategi yang didasarkan pada kemampuan lahan (carrying capacity) suatu

wilayah untuk mewujudkan pertumbuhan (growth), keseimbangan (equity), dan

berkelanjutan (sustainability). Fauzi (2006) menjelaskan bahwa pengukuran

carrying capacity didasarkan pada pemikiran bahwa lingkungan memiliki

kapasltas maksimum untuk mendukung suatu pertumbuhan/aktifitas dan

pertumbuhan yang terus menerus akan menimbulkan kompetisi terhadap ruang

sampai daya dukung lingkungan tidak mampu lagi mendukung pertumbuhan.

Kondisi tersebut mengharuskan adanya sistem pertanian berkelanjutan.

Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) merupakan pengelolaan

sumberdaya pertanlan untuk memenuhi perubahan kebutuhan manusia samb1I

mempertahankan atau meningkatkan kualltas lingkungan dan melestarikan

sumberdaya alam (Reijntjes et al. 2006). Sistem pertanian berkelanjutan harus

mengatur atau meningkatkan produktivitas biologis dan ekonomls. Produktivitas

blologls dibutuhkan untuk pemenuhan konsumsl pangan indlvidu dan masyarakat

di sekitarnya. Sedangkan produktivitas ekonomis dibutuhkan untuk penlngkatan

pendapatan petsru (Edwards et al. 1993}.

Melalui pendekatan zona agroekologi, pemanfaatan potensi lahan dapat

diidentifikasi dengan cepat dan lebih tepat. Dengan dikelompokkannya variasi

lahan ke dalam satuan-satuan unil lahan berdasarkan keadaan tanan, hldrologl,

dan iklim, maka hasil inventarisasi sumberdaya lahan akan lebih mudah

dlpahami oleh pengguna. Dengan demlkian, informasl ZAE juga dapat digunakan

sebagai alat bantu untuk menilai sumberdaya lahan sebagai dasar untuk

perencanaan penggunaan lahan, perencanaan pengembangan pertanian atau

manajemen sumberdaya lahan lainnya.

Penyusunan keragaan zona agroekologi mengacu pada konsep sistem

pakar (Expe1t Sy:>lem), yang dikembangkan oleh Pusat Penelitian Tanah dan

Agroklimat. Prinsip metode didasarkan pada pendekatan pencocokan (matching)

antara karakteristik iklim dan sumberdaya lahan dengan persyaratan tumbuh

tanaman. Menurut sistem pakar pembagian zonasi agroekologi dibedakan

berdasarkan perbedaan rejim iklim dan relief (kisaran lereng). Rejim iklim yang

digunakan ialah rejim kelembaban dan suhu (Rumayar el al. 2005).

12

Page 26: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

Secara historis kegagalan program-program pembangunan dalam

mencapai tujuannya seringkali bukan semata-mata kegagalan dalam program

atau pelaksanaannya, tetapi ada sumbangan "kesalahan" karena

berkembangnya kepercayaan terhadap kebenaran teori-teori atau konsep­

l<onsep pembangunan yang melandasinya (Rustiadi et al. 2009). Dalam banasa

sehari-hari biasa disebut dengan pergeseran paradigma atau lahimya paradigma

baru. Biasanya perubahan paradigma ini dilakukan untuk menampilkan wajah

baru untuk menggantikan atau menghilangkan kesan negatif alas kekurangan

yang ada di masa lampau. Paradigma baru perencanaan wilayah adalah

pembangunan yang berkelanjutan (sustainability). Menurut Komisi Brundtland

(Fauzl 2006) menyatakan bahwa. pembangunan berkelanjutan adalah

pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi

kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Salah satu peran perencanaan adalah sebagai arahan bagi proses

pembangunan untuk beriatan menuju tujuan yang ingin dicapai disamping

sebagai tolak ukur keberhasilan proses pembangunan yang dilakukan. Definisi

perencanaan adalah upaya institusi publik untuk membuat arah kebijakan

pembangunan yang harus dilakukan di sebu.ah wilayah baik negara maupun di

daerah dengan didasarkan keunggulan dan kelemahan yang dimiliki oleh wilayah

tersebut (Widodo 2006). Sedangkan perencanaan wilayah menurut Tarigan

(2008) adalah mengetahui dan menganalisis kondisi saat ini, rneramalkan

perkembangan berbagai faktor noncontrollable yang relevan, memperkirakan

faktor-faktor pembatas, menetapkan tujuan dan sasaran yang diperkirakan dapat

dicapai, menetapkan langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut, serta

menetapkan lol<asi dart berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan.

Perencanaan pengembangan wilayah secara umum ditunjang oleh empat

pilar pokok (Rustiadi et al. 2009), yaitu: 1) lnventarisasi, klasifikasi, dan evaluasl

sumberdaya, 2) Aspek ekonomi, 3) Aspek kelembagaan (institusional), dan 4)

Aspek lokasi/spasial. Sumberdaya selalu memiliki sifat langka dan nilai guna

yang tidak merata. Sehingga pengalokasian sumberdaya harus dimanfaatkan

secara efisien dan efektif yang diatur secara kelembagaan dengan tetap

memperhatikan aspek tata ruang.

2.1.5 Perencanaan Wilayah

13

Page 27: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

Berdasarkan hasil penelitian Nurwahidah (2004}, selama kurun waktu

1997-2002 sektor pertanian di Kabupaten Sumbawa masih memberikan

kontribusi paling besar terhadap PDRB. Analisis LO menunjukkan sektor

pertanian, sektor bangunan/konstruksi, sektor perdagangan. hotel dan restoran.

dan sektor listrik. gas. dan air bersih merupakan sektor basis di Kabupaten

Sumbawa. Sedangkan hasil anaHsis Klassen typology menunjukkan Kabupaten

Sumbawa termasuk daerah maju tapi tertekan.

Sebagai upaya pembangunan daerah Kabupaten Sumbawa agar dapat

lebih rnaiu, maka sektor pertanian yang merupakan salah satu sektor basis

2.2 Tinjauan studi terdahulu

Perencanaan yang mempertimbangkan kondisi spatial suatu daerah akan

mampu mengembangkan harmonisasi fungsi ruang secara berkelanjutan,

penataan ruang juga diharapkan dapat menjadi landasan koordinasi

pembangunan, yang mengedepankan kepentingan wilayah atau kawasan yang

lebih tuas melalui pelaksanaan prinsip-prinsip sinergi pembangunan dan

pemanfaatan bersama (complementary benefit). Melalui sinergi antar wilayah,

antar sektor, dan antar pelaku, nantinya diharapkan dapat memberikan hasil­

hasil yang efektif bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat dan lingkungannya

(Riyadi dan Bratakusumah 2004).

Kebijakan pembangunan selalu dihadapkan pada pilihan pendekatan

pembangunan yang terbaik. Secara teoritis strategi pengembangan wilayah baru

dapat digolongkan dalam dua kategori strategi yaitu demand side strategy dan

supply side strategy (Rustiadi et al. 2009). Demand side strategy diupayakan

melalui peningkatan barang-barang dan jasa-jasa dari masyarakal setempat

melalui kegiatan produksi lokal untuk meningkatkan taraf hidup penduduk.

Sedangkan supply side strategy diupayakan melalui investasi modal untuk

kegiatan-kegiatan produksi yang berorientasi ke luar yang diproses dari

sumberdaya alam lokal yang akan menjadi daya tarik kegiatan lain untuk datang

ke wilayah tersebut.

Selanjutnya konsep pengembangan wilayah setidaknya didasarkan pada

prinsip: (1) berbasis pacla sektor unggulan: (2) dilakukan alas dasar karakteristik

daerah; (3) dilakukan secara komprehensif dan terpadu; (4) mempunyai

keterkaitan kuat ke depan dan ke belakang; (5) dilaksanakan sesuai dengan

prinsip-prinsip otonomi dan desentralisasi

14

Page 28: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

tersebut perlu terus dikembangkan. Untuk itu, perlu ditetapkan komoditas

pertanian yang dapat menjadi unggulan untuk dikembangkan dalam berbagai

bentuk kebijakan program. Penetapan komoditas unggulan dapat dilakukan

dengan berbagai metode analisis.

Pendekatan secara biofisik dapat dilakukan dalam menetapkan komodltas

unggulan, yaltu pendekatan pedo-agroklimat atau zona agroekologi. D]aenuddln

et al. (2002) dalam penelitiannya di Kawasan Timur Indonesia (KTI) memberikan

arahan pewilayahan komoditas pertanian secara biofisik di Nusa Tenggara Barat

ke dalam komoditas unggulan utama ya~u: tembakau, jagung, kedelal, can

plsang, serta komoditas unggulan pendukunglalternatif yaitu: padi sawah. padi

gogo, srikaya, sayuran dan umbi-umbian dataran tinggi, bawang merah, dan

bawang putih. Penelitian lebih spesifik dilakukan oleh Suparto et al. (2006) di

Kecamatan Buer Kabupaten Sumbawa untuk mendukung prlma tanl Komoditas

yang disarankan adalah kedelai, kacang hijau, padl gogo, dan jagung

Secara nasional penentuan komodilas unggulan diaplikasi dengan metode

Location Quotient (LQ) seperti yang dikemukakan oien Hendayana (2003). Namun metode LO memiliki beberapa keterbatasan seperti hambatan dalam

akurasi data yang dikumpulkan di lapangan den kesulitan deliniasi wilayah kajian

sehingga hasil LQ terkadang aneh, misalnya suatu wllayah yang dlduga memiliki

keunggulan di sektor nonpangan namun hasil LQ dapat menunjukkan

keunggulan sektor pangan. Vanabel yang dipakai dalam penelltian tersebut

adalah luas areal panen yang dipandang dapat memenuhi kriterla unggul dari sisi

penawaran. Hasil analisis LQ tersebut menunjukkan bahwa komoditas unggulan

Nusa Tenggara Barat adalah padi sawah. kedete, kacang hijau. kacang tanah,

cabe, bawang merah, mangga, dan pisang.

Metode analisis yang lain adalah model Input - Output seperti yang

dilakukan oleh Syafa'at dan Priyatno (2000). Metode ini lebih menekankan pada

penetapan komoditas unggulan dari sisi demand, hasil anailsis disajikan dalam

rnatriks komoditas berdasarkan pengganda permintaan akhir terhadap nilai

tambah dan tenaga kerja di Sulawesi tahun 1995. Kuadran I dengan nilai tambah

tinggi dan tenaga keqa tinggi adalah komoditas padi dan jagung. Kuadran II

dengan nilai tambah tinggi dan tenaga kerja rendah adalah komoditas kentang,

kedele, ubi kayu, hortikultura dan pangan lainnya. Kuadran Ill dengan nilai

tambah rendah dan tenaga kerja tinggi adalah komoditas jeruk, bawang merah,

15

Page 29: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

bawang putih. dan umbi-umbian lainnya. Sedangkan kuadran IV dengan nilai

tambah rendah dan tenaga kerja rendah adalah komoditas perkebunan.

Kedua pendekatan tersebul dapat digunakan secara bersama-sama dalam

matriks komoditas yang disajikan ke dalam bentuk kuadran dengan

menggunakan analisis Trpologi Klassen. Dengan analisis Tipologi Klassen,

keunggulan dari sisi penawaran (supply) maupun sisi permsuaan (demand) dapat digabungkan secara simultan. Berbagai komoditas unggufan yang

dihasilkan dari analisis tersebut belum tentu sepenuhnya sesuai dengan

preferensi masyarakat. Sementara produktivitas komoditas tersebut juga

dipengaruhi oleh tingkat kesukaan atau preferensi berbagai pihak terkait.

Preferensi terkait dengan pengambilan keputusan atau skala prioritas dari

berbagai altematif komoditas yang ada Metode yang banyak dikembangkan saat

ini dalam pengambilan keputusan adalah the analythic hierarchy process (AHP).

Oddershed.e el al. (2007) menggunakan the analythic hierarchy process

untuk mendukung kebijakan pengembangan masyarakat pedesaan di Chile. Hal

ini dilakukan karena melihat bahwa ada inconsistency (ketidaktepatan) antara

apa yang diinginkan oleh masyarakat, program yang ditawarkan, dan tujuan yang

ada. AHP yang disusun dalam penelitian tersebut mengangkat tujuan umum

mengembangkan pembangunan daerah. Pada level 0 diletakkan sasaran umum

yaitu pembangunan daerah, pada level 1 berisikan sektor-sektor yang

berkontribusi dalam pembangunan daerah. pada level 2 terdiri dari aspek-aspek

yang berpengaruh nyata terhadap sektor-sektor tersebut. dan pada level 3 terdiri

dari alternatif-altematif kegiatan pembangunan yang memungkinkan untuk

memacu pertumbuhan aspek-aspek pada level sebelumnya. Hasilnya

menunjukkan bahwa sektor pariwisata merupakan prioritas dengan pendidikan

sebagai aspek yang paling mendukung sektor tersebul.

Berbagai contoh penggunaan AHP dalam sektor pertanian di negara

berkembang juga dikemukan oleh Alphonce (1997). Misalnya dalam

memutuskan bagian lahan yang akan dialokasikan untuk tanaman jagung, padi,

dan ketela. Kriteria yang berpengaruh adalah biaya produksi, res1ko kerusakan.

kesukaan, dan ketersediaan di pasaran saat surplus. Berdasarkan studi dan

metode tersebut, maka penelitian ini mensintesa faktor-faktor apa saja yang

berpengaruh dalam penentuan priontas komocfrtas yang diusahakan.

15

Page 30: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

Pemerintah Kabupaten Sumbawa melalui Dinas Pertanian Tanaman

Pangan sampai dengan akhir tahun 2008 masih tetap memprioritaskan

peningliatan produksi pertanian pada peningkatan/pemantapan produksi

padi/beras. palawija (kedele, jagung, kacang hijau, ubi kayu) dan pengembangan

hortikUllura terutama tanaman sayuran dan buah-buahan. Kegiatan lain yang

menjadi skala prioritas adalah pembangunan sarana dan prasarana penunjang

meliputi pembangunan check dam, jaringan irigasi, dan jalan usaha tani serta

pengembangan alat dan mesin pertanian untuk mempercepat pengolahan lahan

pertanian (Oiperta 2009).

Saat ini telah dikembangkan kawasan Agropolitan Alasutan di bagian barat

Kabupaten Sumbawa yang meliputi Kecarnatan Alas Baral, Alas, Buer, utan. dan

Rhee. Agropolitan Alasutan merupakan kebijakan program Provinsi Nusa

Tenggara Baral dan pemerintah Kabupalen Sumbawa masih sebalas pendukung

program. Kawasan ini terdiri dari 15 subkawasan unggulan dengan komoditas

unggulan masing-masing seperti sapi, kelapa, rambutan, srikaya, pisang, anggur,

jambu mete, mangrove, dan ikan. Namun perl<embangannya sampai dengan

saat ini belum menunjukkan kemajuan yang nyata.

Sementara itu, untuk mendukung keberhasilan pembangunan pertanian ke

depan, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Sumbawa melaksanakan

lima program utama (Diperta, 2009) yaitu: 1) Peningkatan kesejahteraan petani,

2) Peningkatan ketahanan pangan, 3) Peningkatan pemasaran hasil, 4)

Peningkatan penerapan teknologi pertanian, dan 5) peningkatan produksi

pertanian

2.3 Tinjauan kebijakan yang terkait

17

Page 31: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

Sasaran akhir pembangunan pertanian adalah menlngkatkan pendapatan

dan kesejahteraan petani. Namun upaya meningkatkan pendapatan tersebut

menghadapi berbagai kendala baik secara teknis, alamiah, sumber daya,

maupun sosial budaya. Kendala-kendala tersebut dapat dibagi menjadi faktor

internal dan eksternal. F aktor internal dilihat dari sisi penawaran (supply) yaltu

faktor-faktor yang mempengaruhi seberapa besar suatu komoditas mampu

dlhasilkan dalam satuan wllayah. Faktor tersebut berupa agroklimat seperti lkllm.

tanah, dan hidrologi serta kemampuan petani itu sendiri dalam mengelola usaha

taninya. Faktor ekternal dilihat dari sisi permintaan (domond) yaitu faktor-fakor

yang mempengaruhi jumlah yang diperfukan atau diapresiasl dalam kebutuhan

penduduk. F aktor tersebut dapat berupa adanya pasar dan stimulus kebijakan

dari pemerintah. Kedua faktor tersebut berperan dalam menentukan tlngkat

keunggulan suatu komoditas. Faktor internal menentukan keunggulan komparatif

sedangkan keunggulan kompetitif dltentukan oleh faktor ekternal.

Penentuan komoditas unggulan biasanya dilalukan dengan menggunakan

analisis Location Quotient (LQ). Analisis LQ dapat mengukur tingkat konsentrasl

suatu komoditas bila dibandingkan dengan wilayah yang leb1h luas. Analisis yang

lain adalah Tipologl Klassen. Analisis ini menggunakan matriks perbandingan

dari faktor yang berpengaruh. Keunggulan komparatif dapat dinyatakan dengan

keberlimpahan sumberdaya untuk mendukung produksi dalam satuan wilayah

yang dlkenal dengan produktifitas. Sedangkan keunggulan kompetitif berupa

estimasi nilai ekonomi suatu komoditas yang diapresiasl secara teknls oleh

pasar, Keunggulan tersebut diperbandingkan dan diletakkan dalam empat

kuadran, setiap kuadran merupakan interaksi suatu komoditas di suatu daerah

(Kabupaten Sumbawa sebagai daerah penelitian) terhadap daerah acuan pasar

yang lebih tinggi (Provinsi Nusa Tenggara Baral).

Kendala-kendala dalam pengembangan komoditas unggulan menjadi

indikator atau kriteria yang harus diperhalikan dalam menentukan prioritas

komoditas apa yang harus diusahakan. Kriteria-kriteria tersebut berupa

kesesuaian lahan, peluang nilai tambah, permintaan pasar, kebutuhan modal,

maupun preferensi petani. Dengan menggunanakan proses hirarki analisis

3.1 Kerangka Pemikiran

Ill. METODOLOGI PENELITIAN

Page 32: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

---------

(PHA). berbagai kriteria tersebut diberikan pertimbangan lingkat prioritasnya

temadap suatu tujuan yang diinginkan. Langkah yang dilakukan adalah

membangun hirarki pada bebetapa level, yaitu:

• Level 0 merupakan tujuan secara umum yaitu menentukan prioritas

komoditas unggulan.

• Level 1 merupakan kriteria-kriteria yang mempengaruhi penentuan prioritas,

berupa lahan, nilai tambah, pasar, modal. dan preferensi.

• Level 2 merupakan sekumpulan altematif komoditas unggulan yang telah

ditetapkan melalui analisis tipologi Klassen.

Terkait dengan pangan sebagai kebutuhan dasar manusia, maka tingkat

konsumsi di daerah acuan merupakan salah satu rujukan dalam pengusahaan

suatu komoditas. Tingkat konsumsi komoditas secara langsung digunal<an

sebagai estimasi tingkat pennintaan pasar. Dalam penelitian ini, permintaan

pasar di luar konsumsi langsung tidak diperMungkan. nngkat konsumsi

mengacu pada proyeksi kebutuhan pangan penduduk Nusa T enggara Bara!

pada tahun 2025 sebagai masa akhir rencana pembangunan jangka panjang

(RPJP). Untuk metihat kemampuan wiJayah dalam memenuhi kebutuhan tersebut

maka tingkat konsumsi dibandingkan dengan kemampuan produksi saat ini.

Di sisi lain, produktivitas komoditas dilentukan oleh karakteristik yang

terdapat pada lahan Karak1eristik dalam satuan lahan homogen disusun sebagai

zona agroekologi (ZAE}. Masing-masing zona menentukan bentuk pengelolaan

dan potensi kesesuaian bagi komoditas tertentu. Dalam satu zona bisa menjadi

potensial untuk beberapa komoditas sekafigus dan juga terdapat beberapa

komoditas yang cocok pada beberapa zona. Namun demikian, zona-zona

potensial tersebut dengan perkembangan teknologi dan sosral budaya petani

dapat saja berubah pemanfaatannya. Hal ini dapat dilihat dan kondisi eksisting

pola penggunaan lahan (land use) yang ada. Zona agroekologi dan

perkembangan land use tidal< terikat dengan batas-batas wilayah administrasi.

Sementara berbagai program dan kebijakan pengembangan yang dijalankan

oleh pemerintah daerah menggunakan wilayah administrasi sebagai lokasi

pelaksanaannya. lmplikasinya tefhadap bentuk perencanaan adalah menyusun

wilayah-wilayah pengembangan dengan satuan dasar batas wilayah

administrasi.

19

Page 33: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

ZAE : Zona Agroekologi LU : land use (penggunaan lahan) PHA : proses hirarki analisis

Gambar 4 Kerangka pemikiran penelitian.

Pcmbangunan Pcrtanlan "meningkatkan pendapatan dan keselahteraan"

I

• • Internal: Eksternal;

• A,groklimat • Pasar • SOM • Kebijakan

• • Keunggulan Komparatil:

1 Keunggulan Kompetitif:

Produktivitos J Pendopoton

Komoditas Unggulan: - lipologi Klassen

. I

• • ... Zona potensial: Prioritas Pengembangan: iingkat konsumsi:

ZAE, LU PHA Nill 2025

• ~ + • Wilayah Kriterio yang Kebuluhan lahan

Pengembangan mempengorurn untuk berproduksi

L • Arahan rengembangan Komoditas Unggulan -

Berbagai implikasi dari analisis yang dilakukan dirangkum dalam arahan

strategis pengembangan. Program yang ditawarkan harus mampu mengatasi

berbagai kelemahan yang ada Kebijakan-kebijakan yang sudah ada selama ini

seperti tertuang dalam rencana strategis (renstra) maupun rencana

pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) serta arahan tata ruang

dalam rencana tata ruang wilayah (RTRW) dirujuk sebagai dasar arahan strategi.

Kerangka pemikiran secara ringkas mengenai arah alur penelilian yang

dilaksanakan disajikan dalam Gambar 4.

20

Page 34: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

21

Penelitian ini dilaksanakan dengan mengumpulkan data dan informasi

sekunder yang telah ada di berbagai instansi sumber baik di tingkat daerah

maupun tingkat nasional. Peta Zona Agroekologi Skala 1:250.000 diperoleh dari

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian

(BBSDLP) Bogor, Peta Administrasi dan Peta Penggunaan Lahan dari Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sumbawa.

Sedangkan data-data tabular sosial ekonomi diperoleh dari Bappeda, BPS, dan

Dinas Pertanian Tanaman Pangan. Sedangkan data primer berupa kondisi

lapangan dikumpulkan dengan metode survei langsung di lapang.

Responden (expert) dalam penentuan prioritas dipilih secara purposive

sampling dengan pertimbangan expert yang dipilih merupakan pihak yang cukup

berperan penting dalam pengembangan pertanian di Kabupaten Sumbawa.

3.3 Sumber Data dan lnstrumen

Gambar 5 Wilayah admirustrasi kecamatan di Kabupaten Sumbawa.

- - -

~~MO~K.11

flJ1f""l....I ~ ~,!$ 02• a- 12 ta

PETAADMINISTRASI KABUPATEN SUMBAWA

_. ·+

Penelitian dilaksanakan di wilayah administrasi Kabupaten Sumbawa

Provinsi Nusa Tenggara Baral meliputi 24 Kecamatan (Gambar 5), pada bulan

Juli sampai dengan September 2009.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Page 35: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

No. Tujuon Met ode Dela yang SumberData 01rtJ)lrt Peoelitiim Analisis diperlukan

1. Menentuken LQ Produktivilas, Sumbawadan Altematil komod~as f1pol0g1 pmduksi, dan NTB dalam angka komodrtes unggulan harga komoditas ooggulan daerah Klassen peflanian Oinas Pertanlan daerah NTB dan Kab.

Sul'flbawa

2. Menentul<an AHP Persepsi Wawancara Prioritas pnoritas komoditas komodltas unggulen unggulan daerah

3. Memetakan Spasial Prodll\si saat ini. Oinas Pertanian Wilayah wilayah tematik p<elerensi da!MI Kab. Sumbawa. pengeml>angan pengembangan AHP wawancara komoditas

unggulan

4. Mcrumuskan Proycksi Konsumsi SUSENAS 2007 Aranan strategis arahan strategis konsumsi perbpi\a, jumtah Peta ZAE. Pela peoget11bangan pengcmbangan Analisis penduduk Mministrasi, land

spas·a1 Keragaan biofisil< use Desl<riptif wilayah RPJPIRPJM.

Kond.sl tapangan Renstra

Data-data yang telah diperoleh baik melalui studi primer maupun sekunder

selanjutnya dianalisis berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dan kriteria data

yang diperlukan seperti tertuang dalam Tabel 1.

Tabel 1 Matriks hubungan tujuan penelitian, metode analisis, data yang diperlukan, sumber data, dan output

3.4 Metode Analisis Data

Expert yang dimaksud berjumlah dua puluh lima responden yang terdiri alas

Kepala dan Sekretaris Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Kepala Kantor

Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Penanian. Kepala Bidang PPS dan Kepala

Bidang Ekonomi Sadan Perencaanaan Pembangunan, satu orang pimpinan

DPRD, satu orang pengusaha, dan delapan belas orang petani dari tujuh belas

kecamatan yang berpotensi untuk dikembangkan.

I nstrumen pendukung dalam penelitian berupa seperangkat komputer

dengan software An:;GIS ver. 9.3. Expert Choice 2000, Microsoft Word, dan

Microsoft Excel, serta daftar pertanyaan (kuesioner).

22

Page 36: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

Nilai LQ yang diperoleh akan berada dalam kisaran lebih kecil atau sama

dengan satu sampai lebih besar dari angka satu (1 s LQ > 1 ). Besaran nllai LQ

menunjukkan besaran derajat spesiatisasi atau konsentrasi komoditas tersebut di

witayah Kabupaten Sumbawa terhadap wilayah referensi/acuan Nusa Tenggara

Baral. lnterpretasi nilai LQ adalah:

• LO> 1; lndikasi komoditas tersebut menjadi basis karena produksinya

terkonsentrasi secara retatif di Kabupaten Sumbawa.

• LQ"' 1; lndikasi komoditas tersebut secara relatif sama atau peluang

usahanya menyebar secara meraia di seluruh wilayah NTB.

• LQ < 1, lndikasi komoditas tersebut di Kabupaten Sumbawa masih relatil

lebih kecil dari pengusahaan rata-rata NTB.

Xij = produksi komoditas j di Kabupaten Sumbawa

Xi. = total produk.si komoditas yang d1uji di Kabupaten Sumbawa X.j = produksi komoditas j di NTB

X =total produksi komodfas yang diuji di NT8

Dim an a:

X--/X· lJ I.

X.j/X_ lQ

Analisis Location Quotient (LQ) digunakan untuk melihat indikasi komoditas

basis di Kabupaten Sumbawa. Rumayar et al. (2005) menyatakan bahwa LO

digunakan untuk mengetahui apakah suatu komoditas merupakan komoditas

basis atau nonbasis atau suatu komoditas mempunyai k.eunggulan komparatif

atau tidak.. Untuk komoditas berbasis lahan perhitungan LQ didasarkan pada

areal tanam/panen, produksi, atau produktivitas (Hendayana 2003). Dalam

penelitian ini LQ dihitung berbasis produksi masing-masing komoditas dengan

formula:

3.4.1 Location Quotient

8erbagai metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis Location Quotient (LQ), npologi Klassen, proses hirarki analitik (PHA),

analisis spasial, dan analisis deskriptif.

23

Page 37: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

dimana:

Ps»w = estimasi nilai ekonomi komoditas i di Kabupaten Sumbawa

Pntb = estimasi nilai ekonomi komoditas i di daerah acuan NTB

w e .,. = produktivitas komoditas i di Kabupaten Sumbawa

Wnio = produktivitas komoditas i di daerah acuan NTB

-~ Nilai Ekonomi P .... 2: P nil) P-< Pn10

Produktivi~--.__ -~ W.,,,,<=Wnw • Komoditas I. Komoditas

Unggulan I Berkembang

w s .,, < wntb • Komoditas • Komoditas Potensial Inferior

Tipologi Klassen merupakan salah satu alat analisis yang dapat digunakan

untuk mengidentifikasi sektor, subsektor, usaha, atau komoditas prioritas atau

unggulan suatu daerah. Tipologi Klassen dilakukan dengan membandingkan

pertumbuhan ekonomi daerah dengan pertumbuhan ekonoml daerah yang

menjadi acuan atau nasional dan membandingkan pangsa sektor, subsektor.

usaha, atau komoditi suatu daerah dengan nilai rata-ratanya di tingkat yang lebih

tinggi atau secara nasional. Hasil analisis Tipologi Klassen akan menunjukkan

posisi pertumbuhan dan pangsa sektor, subsektor, usaha, atau komoditi

pernbentuk variabel regional suatu daerah (Widodo 2006).

lndikator atau kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai

ekonomi yang diapresiasi dengan harga komoditas di pasar (keunggulan

kompetitit) dan produktivitas masing-masing komoditas (keunggulan komparatif)

baik di tmgkat Kabupaten Sumbawa maupun Nusa Tenggara Barat. Matriks

klasifikasi kriteria dalam Tipologi Klassen disajikan ke dalam empat klasifikasi

(Syafa'at dan Priyatno 2000}. Empat klasifikasi tipologi Klassen tersebut disajikan

dalam Tabel 2.

T abel 2 Matriks tipologi Klassen penentuan komoditas unggulan daerah Kabupaten Sumbawa

3.4.2 Analisis Tipologi Klassen

24

Page 38: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

Kabupaten Sumbawa merupakan salah satu dari sembilan kabupatenlkota

yang ada dl Provinsi Nusa Tenggara Baral Secara geografis Kabupaten

Sumbawa terletak di antara 116°42'·118°22' Bujur Timur dan 8°8'·9°7' Lintang

Selatan dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

• Sebelah utara berbatasan dengan Laut Flores

• Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia

• Sebelah tlmur berbatasan dengan Kabupaten Dompu

• Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Sumbawa Barat

Posisi ini merupakan lintas perdagangan yang menghubungkan antara pusat

perdagangan Surabaya dan Makassar maupun Provinsi Nusa Tenggara Timur

serta merupakan lintas pariwisata yaitu Provinsi Bali Pulau Lombok, Taman

Nasional Komodo. dan Tanah Toraja Sulawesi Selatan.

Secara administratif daerah Kabupaten Sumbawa terbagi dalam dua puluh

empat kecamatan yaitu Kecamatan Tarano, Labangka. Empang, Lunyuk

Plampang, Maronge, Moyo Hilir, Moyo Utara, Moyo Hulu, Batu Lanteh,

Sumbawa, Unter lwis, Labuhan Badas. Rhee. Utan, Buer, Alas. Alas Baral,

Orong Telu, Lape, Lopok, Ropang Lenangguar, dan Lantung dengan ibukota

kabupaten adalah Kola Sumbawa Besar. Luas wilayah secara keseluruhan

sekitar 6.643,96 km2•

Tinjauan geografis kedekatan jangkauan pelayanan pemerintahan pada

setiap tingkat administrasi pemerintahan dapat diukur dengan indikator tingkat

aksesibilitas atau jarak jangkauan antar wilayah administrasl. Secara rata-rata

jarak jangkauan ibukota kecamatan terhadap pusat pelayanan pemerintahan di

ibukota Kabupaten Sumbawa adalah 45,46 km dengan jarak terjauh dari ibukota

kabupaten adalah 103 km {kecamatan Tarano).

Luas wilayah Kabupaten Sumbawa dirinci per kecamatan berdasarkan data

lahun 2008 disajikan dalam label 3. Sedangkan jarak jangkauan ibukota

kecamatan terhadap ibukota kabupaten disajil<an dalam Gambar 7.

4.1 Letak, Batas, dan Luas Wilayah

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Page 39: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

$umber. BPS Kabupaten Sumbawa. 2(JIJ9

Gambar 7 Jarak dari ibukota kabupaten ke kola kecamatan dalam Kabupaten Sumbawa Tahun 2008.

_..LI I 11 11 40 20

0

60

• I

e so :!!. --aHl 120

100

No Kecamatan luas Wilayah (km') Proporsi ('l'i)

1 lunyuk 513,74 7,73 2 Orong Telu 465,97 7,01 3 Alas 123,04 2,64 4 Alas Baral 168,88 1,16 5 Buer 137,01 2,66 6 Utan 155,42 2,80 7 Rhee 230,82 3,01 8 Batulanteh 391,40 5,89 9 Sumbawa 44,83 0,66 10 Labuha n Badas 435,89 6,69 11 unter twes 82,38 1,13 12 Mayo Hilir 186,79 2,81 13 Moyo utara 90,80 1,37 14 Moyo Hulu 311,98 4,70 15 Ro pang 444,48 6,69 16 lenangguar 504,32 7,59 17 lantung 167,45 2,52 18 Lape 204,43 3,07 19 lopok 155,59 2,34 20 Plampang 418,69 7,11 21 tabangka 243,08 2,52 22 Maronge 274,75 4,46 23 Em pang 558,55 8.41 24 Tarano 333,71 S,02

Total 6.643,98 100,00 Sumber: BPS Kabupaten Sumbawa. 2009

Tabel 3 Luas wilayah Kabupaten Sumbawa dirinci per kecamatan tahun 2008

29

Page 40: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

I~

Karakterisnk iklim Kabupaten Sumbawa dipengaruhi oteh musim huian dan

musim tropis. Huran merupakan faktor yang paling menenlukan keadaan iklim di

daerah survei. Berdasarkan klasifikasl Oldeman. Kabupaten Sumbawa termasuk

beriklim tipe 03 dengan panjang bu1an basah (curah hujan >200 mm) selama 3 bulan dan panjang bulan kering (curah hujan <100mm) selama 6 bulan.

4.3 Keadaan lklim dan Cuaca

Menurut karakterislik lopografinya (Gamber 8), Kabupaten Sumbawa

merupakan daerah dengan permukaan tanah tidak rata atau cenderung berbukit­

bukit dengan ketinggian berkisar antara 0 sampai 1. 730 meter di atas pennukaan

air laut, sebagian besar diantaranya berada pada ketinggian di alas 100 meter.

Sementara itu ketinggian unluk kota-kota kecamalan di Kabupaten Sumbawa

berkisar antara 10 meter samcat 650 meter di alas permukaan air laut. lbukota

Kecamatan Batulanleh (Semongkat) merupalcan ibukota kecamatan yang

tertinggi sedangkan Sumbawa Besar merupakan yang terrendah.

Gamber 8 Keadaan topografi Kabupaten Sumbawa.

Sumber: Cilra SRTIA, 2009

4.2 Topografi

30

Page 41: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

Tabel 4 menunjukkan bahwa bulan Pebruari, Maret, dan Desember

merupakan bulan basah. Sedangkan bulan Mei, Juni, Juli. Agustus. September,

dan Oktober merupakan bulan kering. Bulan Januari, April, dan November

dikatakan sebagai bulan fembab. Data diambil pasca pemekaran wilayah dengan

Kabupaten Sumbawa Baral.

Pada tahun 2008 temperatur rata-rata adalah 26,9°C dengan temperatur

maksimum mencapai 35,5°C yang terjadi pada bulan Oktober dan temperatur

minimum 20,4°C yang terjadi pada bulan Juli. Tekanan udara maksimum 1.010,7

mb, dan tekanan udara minimum 1.006,4 mb. Arah mata angin terbanyak adalah

SE (tenggara) dengan kecepatan tertinggi sebesar 21 knots yang terjadi pada

bulan Februari. Tabel 5 menunjukkan rata-rata karakteristik cuaca di Kabupaten

Sumbawa selama tahun 2008.

Bulan 2004 2005 2006 2007 2008 Rata-Rata

Januari 106,80 90,40 166,80 43,30 288,20 139,10

Pebruari 91,70 271,10 630,40 179,80 293,20 293,24

Maret 124,20 226,90 210,40 443,20 113,00 223,54

April 1,50 219,20 190,60 102,10 111,70 125,02

Mei 93,80 0,00 54,00 8,90 5, 10 32,36

Juni 0,60 45,10 0,00 14,50 7,90 13,62

Juli 0,00 0,00 0,00 0,00 1,10 0,22

Agustus 0,00 12,00 0,00 0,10 0,00 2,42

September 0,00 4,30 0,00 0,00 0,60 0,98

Oktober 9,00 85,70 0,00 1,50 86,20 36,48

November 144,70 110,30 12,90 151,20 106,40 105,10

Oesember 248,30 202,80 336,50 230,60 182,10 240,06

Jumlah 820,60 1167,80 1.601,60 1.175,20 1.195,50 1.211,14 Sumber: BMKG Sumbawa dalam BPS Kabupaten S11mbawa. 2005. 200!}

Tabel 4 Rata-rata curah hujan di Kabupaten Sumbawa tahun 2004- 2008 dirinci perbulan {mm)

31

Page 42: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

Berdasarkan peta geologi tiniau Putau Sumbawa skala 1 :250.000 (Direktorat Geologi, 1975) Kabupaten Sumbawa termasuk formast tersler dan

kuarter. Formasi terser merupakan batuan has11 gunung api dan batuan

endapan. Terdiri dari breksi bersifat andesit dengan lapisan-lapisan tufa berpasir,

tufa batuapung. dan batupasir bertufa. di beberapa tempat mengandung lahar,

lava, andesit dan basal, lempung bertufa yang terdiri dari tapisan-lapisan pasir

dan kerikil. Formasi ini menempati wilayah perbukitan serta dataran angkatan.

Formasi kuarter merupakan endapan permukaan (bahan aluvium) yang

terdiri dari kerikll. pasir, lempung (loam) dan pasir pantai, terutama bersusunan

andesit. Penyebaran formasi ini terutama di dataran estuarian clan di sepanjang

pantai. Juga ditemukan batu koral yang terangkat bersusunan batugamping yang

4.4Geologi

Kee. Angin Rata-rata Rata-rata Modus Arah Bulan rata-rata Suhu Udara Kelembaban

(Knots) 1•q Udara (%) Ang in

Januari 5,0 26,7 84 NW Februari 7,0 26,1 88 NW Maret 5,0 26,5 85 SE April 4,0 26,9 80 SE Mei 5,0 26,8 71 SE Jun I 5,0 26,5 71 SE Juli 6,0 25,7 67 SE Agustus 6,0 26,7 66 SE September 6,0 27,8 66 SE Oktober 6,0 28,8 70 SE Nopember 5,0 27,S 82 SE Desember 4,0 26,7 83 SE Jumlah s.o 26,9 76 SE

2007 5,0 27,0 76 SE 2006 5,0 26,8 7b SE 2005 s.o 27,l 77 E 2004 6,0 27,0 77 SE

Sumb6r: BMKG Sumllawa dlllam BPS Kabupaten Sumllawa. 2009

Tabel 5 Rata-rata karakteristik cuaca di Kabupaten Sumbawa tahun 2008

32

Page 43: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

Jenis tanah utama di Kabupaten Sumbawa yang banyak ditemukan adalah

entisol sekitar 38,7 persen, entisol lilhic subgroup sekitar 7 ,5 persen, alftsol

sekitar 6,8 persen, inceptisol sekitar 3,4 persen, ultisol sekitar 12,3 persen,

vertisol sekitar 9 ,8 persen, dan komplek entisoVasosiasi sekitar 23,2 persen.

Tanah-tanah tersebut lebih banyak terbentuk dari bahan alluvium.

Dari 664.398 ha luas daratan Kabupaten Sumbawa, komplek entisol lithic

subgroup, alfisol/inceptisol mendominasi sebaran tanah dengan luas areal

mencapai 457.478 ha atau sekitar 68,8 persen. Tersebar dari bagian selatan

Kabupaten Sumbawa dari timur hingga barat. lnoeptisol tersebar di Kecamatan

Moyo Hulu, Moyo Hilir, dan Lape. Asosiasi entisol dan ultisot dijumpai di daerah

dengan curah hujan tinggi dan penggunaan lahan berupa hutan lebat dan

fisiogerapi berbukit hingga bergunung yakni di wilayah Kecamatan Batu Lanteh,

Ropang, Mayo Hulu, menenpati areal sekitar 34.564 ha atau 5,2 persen.

Penyebaran jenis tanah entisol dan alfisol dijumpai di daerah daratan/lembah

dan dipinggir pantai utara. Daerah ini diusahakan untuk persawahan,

pertambakan, dan juga masih merupakan rawa.

Tiap jenis tanah mempunyai sifat dan karakter sendiri yang akan

menentukan kemampuan suatu lahan untuk dikembangkan sesuai dengan

peruntukannya. Tanah entisol dan inceptisol yang banyak terdapat di Kabupaten

Sumbawa dapat diperuntukkan bagi lahan pertanian tanaman pangan karena

memiliki karakteristik drainase baik sampai temambat dengan tekstur tanah

4.5 Jenis Tanah

tediri dari terumbu koral dan pecahan batugamping koral, di beberapa tempat

mengandung kepingan batuan hasil gunung api. Penyebaran fonnasi in terutama

di sepanjang pantai.

Formasi batuan terobosan juga cukup banyak yang disusun oleh andesit.

basal, dasit, dan batuan yang tidak dapat dibedakan. Dasi! dan andesit pada

umumnya mengandung pirit Batuan ini dijumpai pada daerah Kabupaten

Sumbawa bagian tengah dan timur menempati areal yang tidak begitu luas di

wilayah perbukitan Kecamatan Lape Lopok.

Formasi-fonnasi tersebut pada umumnya tertutupi oleh abu/pasir vulkanik

hasil letusan Gunung Tambora pada tahun 1815. Tebal lapisan bervariasi dari 10

cm pada daerah pegunungan/perbukitan, sampai lebih dari 100 cm pada daerah

dataran atau cekungan.

33

Page 44: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

Penggunaan lahan erat kaltannya dengan perkembangan dan dinamika

penduduk. Perkembangan sosial ekonomi masyarakat memperkuat desakan

terhadap pemanfaatan lahan. Sehingga yang d~akukan adalah pengendalian

pola penggunaan lahan secara konsrsten dalam rangka penciptaan keserasian

penggunaan tanah dengan lingkungan sesuai dengan fungsi kawasan yang

direncanakan berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah.

Penggunaan lahan di Kabupaten Sumbawa terbagi dalam beberapa

kategori tipologi penggunaan meliputi; 1) Lahan sawah seluas 46.873 Ha, 2)

Lahan buxan sawah (pekarangan. tegalan/kebun. ladang/huma. padang rumput,

sementara tidak diusahakan, hutan rakyat. lain-lain) seluas 241.160 Ha, 3) Lahan

bukan pertanian (rumahlbangunan, hutan negara, rawa-rawa, lainnya) seluas

376.365 Ha seperti ditunjukkan pada Tabel 6.

4.7 Penggunaan Lahan

Daerah-daerah pertanian dan permukiman di Kabupaten Sumbawa sangat

ditentukan oleh tersedianya air disamping keadaan tofografi dan tanahnya

Sumber air pokok adalah air hujan, air sungai dan air tanah. Daerah ini termasuk

daerah curah hujan yang relatif kecil dan tidak merata sepanjang tahun.

Sungai di Kabupaten Sumbawa mempunyal area yang sempit dan lereng

yang curam. Sungai yang cukup lebar adalah Sungai Brang Beh yang mengalir

ke selatan Kecamatan Lunyuk, Sungai Brang Utan di Kecamatan Utan, serta

Sungai Brang Moyo di Kecamatan Mayo Hilir Aliran sungai sangat dipengaruhi

oleh besarnya hujan. Pada waktu hujan besar debit sungai dengan cepat

menjadi besar, tapi begitu hujan selesai aliran sungai dengan oepat menjadl

turun bahkan menjadi kering. Artinya bahwa aliran sungai tidak selalu mengalir

sepanjang tahun.

Air tanah di Kabupaten Sumbawa teian digunakan mesklpun secara

sederhana, terutama untuk keperluan sehari-hari dengan menggunakan sumur

gali di daerah-daerah dataran alluvial disepanjang pantai utara.

4.6 Hidrologi

umumnya agak halus dan kapasitas tukar kaiton (KTK) bervariasi dari rendah

sampai tinggi. Tanah-tanah ini merupakan tanah muda yang belum berkembang

lebih lanjut sehingga cukup subur untuk pertumbuhan tanaman.

34

Page 45: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

$umber: Dinas Pettanian Tanaman Pangan KJJbuparen Sumbawa. 2009

664.398 Total (Luas Wilayah Kecamatan) = Jumlah Lahan Sawah t Jumlah Lahan Bukan Sawah + Jumlah Lahan Bukan Pertanian

92.063

376.365

6.148 278.154

a. Rumah, bangunan dan halaman sekitarnya b. Hutan Negara c, Rawa-rawa (Tldak Dltanaml) d. Lainnya (jalan, sungai, danau, lahan tandus, dll)

Jumlah tahan Bukan Pcrtanian

J LAHAN BUKAN PERTANIAN 2

59.000 9.883

27.849 91.336

2.981 242

3.773 25.937 20.159

241.160

a. Tegal I Keoun b. ladang I Huma c. Perkebunan d. Ditanami Pohon I Hutan Rakyat e. Tambak f. Kolam/T ebat/Empang g. Padang Pengembalaan / Rumput h. Sementara Tidak Diusahakan i. lainnya (pekarangan yang dltanarru tanaman pertanian, dll)

Jumlah lahan Sukan Sawah

1.2 Lahan Bukan Sawah

46.873 54 Jumlah tahan Sawah 1.537 16.186 29.096

7.713 7 7.706

5.783 44 2.003 3.736

3.954 3 999 2.724 228 c. lrigasi Scdcrhana

d. lrigasi Desa/Non-PU

e. Tadah Hujan I. Pasa ng Surut g. Lebak h. Lainnya (Polder,

rembesan. di!)

b. lrigasi Setengah 1.059 4.845 5.529 Teknis

17.990 11.433

7 2SO 8.332 9.401 a. lrigasi Teknis I . lahan Sawah 1.1 I LAHAN PERTANIAN 1

8 7 6 3 4 5 2 1

Di­ usahakan

mi Padi Tigo Dua Satu kafi Kali Kali

Jumlah Semen­

Tidak tara Tidak ditana-

Ditanami Padi Penggunaan Lahan No.

Realisasi Dalam Satu Tahun (ha)

Tabel 6 Keadaan luas lahan berdasarxan potensi wilayah di Kabupaten Sumbawa tahun 2008

35

Page 46: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

Jaringan jalan merupakan prasarana untuk memperlancar kegiatan

perekonomlan dalam meningkatkan usaha pembangunan guna memudahkan

mobilisasi penduduk dan memperlancar perdagangan antar wilayah. Kondisi

Jalan dari ibukota kabupaten ke kecamatan kondisinya cukup baik. Dan untuk

memperlancar aksesibilitas produksi dan pemasaran, pemerintah terus

meningkatkan pembangunan jalan usaha tani terutama di daerah-daerah sentra

produksi pertanian.

Perhubungan laut juga berperanan penting dalam perekonomian

Kabupaten Sumbawa. Ada dua pelabuhan taut yang penting yakni Pelabuhan

Badas di Kecamatan Labuhan Badas sekitar 10 km dari Sumbawa Besar dan

Pelabuhan Poto Tano di Kecamatan Seteluk sekarang berada diwilayah

Kabupaten Sumbawa Baral 79 km dari SumbaWa Besar. Melalui kedua

pelabuhan ini, kegiatan ekspor impor serta lalu lintas penyeberangan orang

menjadi mudah. Sedangkan perhubungan udara, saat ini hanya ada satu kali

penerbangan setiap hari ke ibukota provinsi melalui Bandara Brang Biji di Kota

Sumbawa Besar dengan jenis pesawat Foker F-27.

4.8 Prasarana Perhubungan

36

Page 47: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

Penentuan atau identifikasi altematif komoditas unggulan Kabupaten

Sumbawa menjadi sangat penting, karena komoditas unggulan diharapkan

menjadi komoditas penggerak utama (prime mover) perekonomian di Kabupaten

Sumbawa. Widodo (2006) menjelaskan bahwa pembangunan ekonomi akan

lebih optimal apabila didasarkan pada keunggulan komparatif (comparative

advantage) dan keunggutan kompetrtif (competitive advantage). Pengertian

unggul di sini didasarkan dalam bentuk perbandingan dengan wilayah yang leblh

tinggi. Keunggulan komparatif suatu komoditas adalah jika produklivitas yang

dimiliki suatu komoditas lebih unggul secara relatif terhadap komodilas sejenls di

wilayah yang leb1h t1ngg1. Sedangkan keunggulan kompetitif merupakan

kemampuan suatu komoditas menembus pasar yang diapresiasi dengan

penerimaan yang lebih tinggi. Adanya spesialisasi komoditas sesual dengan

keunggulan yang dimiliki, memungkinkan pemusatan pengusahaan di daerah

yang akan mempercepat pertumbuhan daerah (Aswandi dan Kuncoro 2002).

Lebih lanjut dikatakan bahwa ekonomi spesialisasi telah memungkinkan

terbentuknya jaringan perdagangan antarindividu dan antarnegara yang lebih

luas, mendorong proses pertukaran sesuai kebuluhan rnasing-masing.

Analisis Location Quoliont (LO) produksi (Tabet 7) menunjukkan bahwa

kornoditas kacang hijau. sawo. rnangga. jagung, dan pepaya memiliki nilal LO

leb1h dari satu (LO>l). Nilai LO lebih dari satu mengmdikasikan bahwa

komoditas-kornoditas tersebut terkonsentrasi secara relatlf pengusahaannya di

Kabupaten Sumbawa. Semakin besar nilai LO menunjukkan semakin

terkonsentrasinya pengusahaan suatu komoditas di Kabupaten Sumbawa.

Derajat konsentrasi (basis) inilah yang mengind kasikan bahwa suatu komoditas

berpotensi untuk menjadi kornoditas unggulan. Untuk komoditas padi dengan

nilal LO sama dengan satu, mengindikasikan bahwa pengusahaan komoditas

padi secara relatif sama dengan rata-rata Nusa Tenggara Baral atau dapat

dikatakan menyebar secara merata. Sedangkan ubi kayu, kedelai, kacang tanah.

cabe rawit. ubi jalar, bawang merah, dan pisang menjadi komoditas nonbasis

dengan LQ kurang dari satu. Nilai LO kurang dari satu mengindikasikan bahwa

pengusahaan komoditas tersebut tidak terkonsentrasi di Kabupaten Sumbawa.

5.1 Alternatif Komoditas Unggulan Oaerah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Page 48: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

Nilai LO produksi yang tinggi bukan serr.ata-mata mencerminkan bahwa

produksi komoditas tersebut tinggi, tetapi merupakan cerminan nilai relatif

terhadap share komoditas dalam daerah acuan provinsi (Hendayana 2003).

Seperti sawo dan pepaya dengan produksi yang Jebih kecil dari ubi kayu dan

kedelai memil1k1 nilai LO kurang dari satu. Demikian juga dengan nilai LQ yang

rend ah. belum tentu komoditas tersebut tidal< banyak diusahakan di Kabupaten

Sumbawa. Seperti padi dengan produksi tertinggi di Kabupaten Sumbawa yaitu

269.034 ton memiliki nilai LQ sama dengan satu, begitu juga dengan ubl kayu

dan kedelai dengan produksi tinggi tetapi nilai LQ kurang dari satu. Data Dinas

Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Sumbawa menunjukkan bahwa pada

tahun 2005 komoditas dengan nilai LQ kurang dari satu banyak dipasarkan ke

luar daerah seperti kacang tanah sebanyak 1.675 ton, kedelai sebanyak 4.967

ton, dan gabah sebanyak 15.767ton.

Keunggulan komoditas yang ditentukan dengan metode LQ produksi

merupakan keunggulan basis yang befsifat relatif. Artinya bahwa suatu

komoditas akan menjadi unggul bila produksi yang dimiliki suatu wilayah

berperan besar dalam menentukan besamya total produksi pada daerah acuan

yang lebih tinggi. Dan nilai LQ produksi hanya mencerminkan keunggulan dari

38

Tabel7 Nilai LQ produksi tanaman pangan di Kabupaten Sumbawa tahun 2004-2007

No. Komoditas Produksi (ton)

LO Sumbawa NTB

1 Kacang Hijau 30.262 39.274 4,18 2 Sawo 1.894 3.878 2,65 3 Mangga 21.310 71.615 1.61 4 Jagung 28.818 98.077 1,59 5 Pepaya 2.574 10.042 1,39 6 Padi 269.034 1.478.700 0,99 7 Ubi Kayu 12.715 89.147 0,77 8 Kedelai 10.848 93.809 0,63 9 Kacang Tanah 4.144 42.374 0,53 10 Cabe Rawit 2.424 35.302 0,37 11 Ubi Jalar 1.210 18.100 0,36 12 Bawang Merah 4.556 83.617 0,30 13 Pisang 722 53.375 0,07

Total 390.509 2.117.010 Sumber: Dinas Pertanian NTB dan Kab. Sumbawa (diolah)

Page 49: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

Produktivitas (ton/ha) Nilai Ekonomi No Komoditas (Re Juta/lon)

Sumbawa NTB Sumbawa NlB 1 Padi 4,53 4,55 1,64 1,94 2 Jagung 2,53 2,49 1,72 1,<la 3 Kedelai 1,24 1.19 4.24 3.35 4 Kacang Hijau 0,84 0,83 5,63 5,34 5 Kacang Tarrah 1,22 1,25 862 7,50 6 Ubl Kayu 11,59 11,61 1 60 0,66 7 Ubl Jalar 11,39 11,36 1 64 0,95 6 Bawang Merah 9,56 6,62 5.17 5,93 9 Cabe Rawit 6,00 4,97 12,99 7,59 10 Mangga 7,37 11,59 3,56 3,06 11 Pepaya 31,79 74,51 2,8:.> 2,32 12 Pi sang 4,96 55,24 4,07 224 13 Sawo 6,59 11,88 5,36 3,23

Sumber: Dinas Pertanian NTB dan Kab. Sumbawa (diolah)

sisi keberhmpahan potensi yang ada untuk memenuhi kebutuhan terhadap

komoditas tersebut secara relahf Sedangkan sisi permintaan dalam bentuk

apresiasi konsumen terhadap produk tersebut belum terlihat. Produk yang

dihasilkan bisa saja tidak mempunyai daya sainq di pasaran (keunggulan

kompetitif) yang disebabkan oleh karakteristik komoditas tersebut, seperti mudah

rusak atau preferensi konsumen di wilayah lain rendah sehingga komoditas

tersebut hanya mampu dipasarkan di wilayah send1ri.

Sebaga1 upaya mengatas1 kelemahan yang dimil1k1 oleh metode LQ, maka

dalam penelitian ini komoditas unggulan Kabupaten Sumbawa ditentukan

dengan memperhatikan aspek sumberdaya lahan untuk berproduksi

(produktiv1tas) dikaitkan dengan ntlai ekonomi yang diapresiasi konsumen

terhadap komoditas tersebut (harga). Karena pengusahaan komoditas maupun

usaha tani pada umumnya haruslah berorientas pasar Kedua aspek tersebut

dapat dianalisis secara slmultan dengan metode t1polog1 Klassen.

I ndikator utama yang d1gunakan dalam Klassen pada penelitian lru adalah

tingkat produktivitas suatu komoditas pangan dan nilal ekonoml komcdttas

tersebut di pasar Kabupaten Sumbawa rnaupun di Nusa Tenggara Baral. Data

rata-rata produktivitas dan nila1 ekonomi komoditas pangan di Kabupaten

Sumbawa dan Provinsi Nusa Tenggara Baral disajikan dalam Tabel 6.

Tabel 6 Rata-rata produktlvitas dan nilai ekonomi komoditas lanaman pangan di Kabupaten Sumbawa dan Provins! NTB tahun 2004-2007

39

Page 50: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

Dari analisis tersebut dapat ditentukan beberapa altematif komoditas

unggulan Kabupaten Sumbawa yartu komcdeas-komoonas dengan produktivitas

dan nilai ekonomi komoditas tersebul di Kabupaten Sumbawa lebih besar atau

sama dengan daerah acuan Nusa Tenggara Baral. Komoditas-komoditas

keterangan:

P.ow = nilai ekonomi komoditas i di Ka.bupaten Sumbawa

Pnib = nilai ekonomi komoditas i di daerah acuan NTB

w_ = produktivitaskomoditas i di Kabupaten Sumbawa

Wrr.n = produktivitas komoditas i di daerah acuan NTB

-- Nilai Ekonomi P-2 P,,., P-< Pn10 -- Produktivitas --

• Jagung • Kedelai w_2wn., • Kacang Hijau • Bawang Merah • Ubi Jalar • Cabe Rawit

• Kacang Tanah • Ubi Kayu

w_<w,.,,, • Mangga Padi • • Pe pay a

• Pisang • Sawo

Tabel 9 Posisi masing-masing komoditas tanaman pangan di Kabupaten Sumbawa berdasarkan tipologi Klassen

Berbagai komoditas tersebut selanjutnya dianalisis ke dalam matriks yang

terbagi menjadi empat kuadran. Kuadran I diisi dengan komooitas-komoditas

yang memiliki tingkat produktivttas dan nilai ekonomi di Kabupaten Sumbawa

lebih besar atau sama dengan rata-rata Nusa Tenggara Barat Kuadran II

merupakan komoditas dengan tingkat produktivitas lebih tinggi atau sama

dengan rata-rata Nusa Tenggara Baral namun nilai ekonominya lebih rendah

Kuadran Ill merupakan komoditas-komoditas yang memiliki tingkat produktivitas

lebih rendah tetapi nilal ekonominya lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata

Nusa Tenggara Baral. Sedangkan kuadran IV mervpakan komoditas dengan

tingkat produktivitas dan nilai ekonomi yang lebih rendah dari rata-rata di Nusa

Tenggara Barat. Tabel 9 menyajikan posrs: masing-masing komoditas

berdasarkan tipologi Klassen

40

Page 51: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

tersebut dttunjukkan dalam kuadran I. lerdiri dari jagung, kedelai. kacang hijau,

ubi jalar, dan cabe rawit. Artinya bahwa pengusahaanya selama rentang waktu

2004-2007, mampu memberikan kontribusi yang pesat terhadap total

penerimaan dengan tingkat efisiensi usaha yang tinggi dan pertumbuhan yang

cepat, Hal ini memungkinkan komoditas tersebut menjadl penggerak dalam

usaha tani di Kabupaten Sumbawa. Pertumbuhan yang cepat pada komoditas

unggulan tersebut menghasilkan efek pengganda (multiplier effects) yang tinggi

karena pertumbuhan pada komoditas tersebut mendorong pertumbuhan yang

pesat pada sektor-sektor perekonomian la1nnya. msamya di sektor pengolahan

(agro-processing) dan jasa pertanian (agro-setvices) (Daryanto 2009). Walaupun

efek pengganda tersebut dinikmati oleh wilayah lain di luar Kabupaten Sumbawa,

tetapi pergerakan pemasaran menjadi semakin luas.

Komoditas bawang merah yang masuk ke dalam kuadran II dengan

lndikator mempunyai produktivitas lebih hnggi akan tetapi n1lai ekonomi lebih

rendah dibandingkan dengan rata-rata Provins! Nusa Tenggara Baral,

mengindikasikan bahwa komodrtas bawang merah termasuk komoditas dengan

karakterisitik spesifik lokasi. Dan di pasar lokal komoditas bawang merah belum

banyak diapresiasi oleh para pelaku pasar. Hal ini ditunjukkan dari hasil survey

lapang yang menunjukkan bahwa bawang merah hanya diusahakan di

Kecamatan Plampang dan beberapa kecamatan lain yang bersifat sporadis pada

musim kering I dan II (MK I dan II) oleh petani penyewa dari luar daerah yaitu

Kabupaten Dompu dan Kabupaten Sima. Pada musim hujan (MH} lahan yang

ada diusahakan untuk tanaman padi oleh pemiiik lahan. Data luas panen

menunjukkan bahwa dalam rentang waktu 2004-2007 bawang merah hanya

dipanen seluas 457 Ha. jauh di bawah rata-rata provinsi seiuas 9.702 Ha.

Dengan demikian, harga hanya diapresiasi oieh petani penyewa dan produksi

yang dihasiikan lebih banyak dibawa ke luar Kabupaten Sumbawa yaitu ke

Kabupaten Dompu dan Sima

Pada kuadran Ill dengan indikatoc tingkat produktivitas yang !ebih rendah

tetapi nilai ekonomi lebih tinggi daripada rata-rata Nusa Tenggara Baral terdapat

komoditas kacang tanah, ubi kayu, mangga, pepaya, pisang dan sawo.

Komocitas-komodltas ini mempunyai peluang besar (potensiai} untuk dapat

dikembanqxan apabua produktJvitas mampu untuk ditingkatkan karena nilai

ekonomi sudah tinggi Peningkatan produktivitas dapat dilakukan dengan

peningkatan intensifikasi skala usaha tani. Survey lapang menunjukkan bahwa

41

Page 52: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

Pengambilan kebijakan pengembangan wilayah harus mempertimbangkan

berbagai segi seperti kondisi ek:onomi, sosial, maupun isu-isu politik. Dengan

demikian setiap kriteria dan aktor yang berperan di dalamnya harus

diperhitungkan. Terdapat berbagai alat analisis untuk menentukan formula

kebijakan pengembangan. Analisis yang banyak digunakan adalah a11a/ytllical

hierarchy process (AHP) (Dine et al. 2002). AHP mampu mengintegrasikan

model kuantitatif dengan faktor-fak!or kualitatif.

Kriteria-kriteria dan altematif yang berperan dalam menentukan prioritas

komoditas unggulan diberikan skor berdasarkan tingkat kepentingan oleh

S.2 Prioritas Komoditas untuk Dikembang.kan

komoditas-komoditas tersebut belum diusahakan secara penuh oleh petani

Kacang tanah dan ubi kayu baru sebatas sebagai tanaman sela pada lahan­ lahan marjnal atau pada petakan-petakan kecil saja. Mangga masih belum

dilakukan peremajaan. Sedangkan sawo lebih banyak sebagai tanaman

pekarangan.

Sedangkan pada kuadran IV dengan indikator tingkat produktivitas dan nilal

ekonomi di bawah rata-rata provinsi Nusa Tenggara Baral terdapat komoditas

padi Tingkat produldivitas yang dimiliki padi hampir sama dengan produktivitas

rata-rata di Nusa Tenggara Baral (T abel 9), namun dari sisi nilai ekonomi masih

tertekan walaupun padi sebagai komoditas politis sudah ditentukan harga dan standar kualitas o!eh pemerintah. Hal mi mengindikasikan bahwa standar

operasional produksi padi belum diterapkan secara maksimal sehingga apresiasi

harga di pasaran hanya mengikuti kualitas yang ditawarkan. Biasanya petani

menjual langsung sebaqian besar hasil panennya masih dalam keadan basah

atau kadar air tinggi. Alasan mereka karena tidak mempunyai sarana penjemuran

seperti lantai jemur maupun sarana penyimpanan. Walaupun demikian,

komoditas padi tetap menjadi komo<frtas utama untuk diusahakan pada musim

hujan mengingat keterkaitan sosial budaya yang dimitikinya masih besar. Masuknya padi sebaga1 komoditas inferior bukan k:arena sedikit

pengusahaannya di Kabupaten Sumbawa. tetapi lebih disebabkan karena

standar operasional yang belum terpenuhi. Komoditas padi merupakan

komodilas yang tetap berperan penting dalam usaha tani di Kabupaten

Sumbawa.

42

Page 53: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

responden pakar (expert) yang berasal dari pemerintah daerah, OPRD,

pengusaha. dan petani. Responden expert tersebut d1pi11h secara sengaia

berdasarkan hubungan langsung mereka terhadap pengembangan sektor

pertanian di Kabupaten Sumbawa. Iqbal (2007) menegaskan bahwa seyogianya

peran stakeholders yang terkena dampak program baik positf maupun negatif

diwujudkan melalui persamaan persepsi, keputusan kolektif, dan sinergi aktivitas

dalam menunjang kelancaran program pertanian. Kehidupan masyarakat yang

semakin heterogen dan individualis menyebabkan mereka kurang respons

terhadap berbagai kegiatan oersama membangun desa. Dalam kondisi seperti

ini, hanya upaya semipartisipatif dan partisipatif yang mungkin untuk

dilaksanakan (Jamal 2009).

Responden memoerikan pertimbangan (judgments) dalam

membandingkan senap knteria yang ada Perbandingan berpasangan (pa11Wise

comparation) diberikan satu skala absolut dari angka 1 hingga 9 yang

menunjukkan berapa kali lebih besar satu kriteria lebih penting dari kriteria

lainnya Prosedur ini diulang untuk semua elemen dalam struktur. menghas1lkan

ranking preferensi atas pertimbangan selcruh expert (Oddershede el al. 2007).

Setiap responden diwawancarai secara terpisah pada waktu yang berteda.

Pertemuan dimulai dengan wawancara informal untuk menggali informasi secara

umum tentang apa yang akan ditanyakan. Selanjutnya, responden diminta untuk

memberikan pertimbangan atau penraian secara eksplisit pada setiap

perbandingan berpasangan Hasil pertimbangan responden yang berasal dari

unsur pemerintah daerah dan OPRD tidak dapat langsung diambil setelah

wawancara. Karena agenda kerja mereka cukup padat sehingga hasil baru

diketahui keesokan harinya bahkan beberapa hari kemudian. Dari pengamatan

hasil setelah responden menyerahkan kuesioner ke peneliti. ada beberapa

pertimbangan responden yang menunjukkan gejala inkonsistensi Pertimbangan

tersebut ditanyakan kembali dengan memperhatikan hasil wawancara informal

sebelumnya tanpa merubah esensi dasar pertimbangan yang telah diberikan,

sehingga objektivitas pertimbangan tetap dipertahankan. Namun sebagian besar

responden merupakan expert yang mengetahui lebih banyak tentang berbagai

kriteria yang diperbandingkan, sehingga tingkat inkonsistensi yang didapat brsa

diperkecil.

43

Page 54: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

Gambar 9 menunjukkan bahwa kriteria pasar yang diindikasikan dengan

lingginya peluang permintaan pasar yang ada lebih dipen1ingkan cart kriteria

yang lainnya. Pasar mem~iki skor sebesar 0,30. Kriteria kedua adalah modal

yang diperlukan dalam berproduksi relatif kecil dengan skor seoesar 0, 24. Lahan

dengan tingkat keseuaian yang optimal mempunyai skor sebesar 0.20.

Sedangkan kriteria nilai tambah dengan ind1kas1 banyaknya peluang memberikan

manfaai lainnya mempunyai skor sebesar 0, 18. Untuk kriteria preferensi atau

tingkat kesukaan terhadap komoditas yang diusahakan lidak terlalu diapresiasi

oleh expert; skomya hanya sebesar 0,09.

Pasar memainkan peranan paling penting dalarn pengusahaan komoditas

unggulan daerah Kabupaten Sumbawa. Hal ini dimungkinkan karena

pengusahaan suatu komoditas pertanian akan berkembang dengan baik bila

ditunjang oleh kelancaran pemasaran baik untJk kepentingan domestik maupun

internasional. Kurangnya permintaan dari komoditas yang dikembangkan

menyebabkan terjadi penumpukan hasil panen dan penyimpanan yang cukup

lama yang akhirnya menurunkan kuafitas dan kuantitas komodilas tersebut. Hal

ini sejalan dengan pendapat Walker et a/ (Budirohman 2006) yang menyatakan

bahwa inovasi baru harus memikirkan pasar terleb'h dahulu sebelum memikirkan

jumlah produk.

Faklor modal dalam berproduksi menjadi prioritas kedua setelah pasar.

Modal menjadi penting karena setiap aspek dalam usaha pertanian dewasa ini

Gambar 9 Skar masing-masing kriteria dalam pener.tuan prioritas komoditas unggulan daerah.

Kriteria

Prefere.n<i Mod;I Pasar Nilai tambah Lahan

0,09

0,24

44

0,18 0,20

0,30

•Skor

Page 55: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

sudah dihargai dengan modal. Mulai dari penyiapan bibit/benih, pemupukan,

ham a penyakit, pengairan, tenaga kerja, bahkan sampai jasa pascapanen.

Setiap usaha pertanian yang berorientasi pasar dan bersifat rasional untuK

memperoleh manfaat ekonomi sebesar-besarnya dikenal dengan agribisnis

(Sudaryanto et al. 2005). Sementara itu, sebagian besar petani di Kabupaten

Sumbawa tergolong sebagai petani dengan modal terbatas dan akses terhadap

permodalan jug a masih kurang. Hasil survey la pang menunjukkan bahwa petani­

petani yang mempunyai akses ke instansi pemerintah yang menjalankan

program pemberdayaan masyarakat seperti Dinas Pertanian, Dinas Sosial,

Sadan Kelahan Pangan dan sejenisnya mampu mengelola usaha taninya

dengan baik.

Prioritas ketiga adalah kesesuaian lahan yang optimal. Semakin optimal

tingkat kesesuaian lahan maka akan semakin memberikan keleluasaan dalam

menentukan opsi komoditas apa yang akan diusahakan. Secara rata-rata kondisi

kesesuaian lahan di Kabupaten Sumbawa dibatasi oleh faktor ketersediaan air

yang minim. lrigasi teknis yang masih mampu dimanfaatkan sangat terbatas di

beberapa lokast saja seperti di Kecamatan Unter lwis, Labuhan Badas dan

Sumbawa, juga di Kecamatan Lopok dan Lape. Alih fungsi lahan semakin

memperparah kondisi irigasi. Hasil survey lapang menunjukkan bahwa surnber­

sumber mata air semakin berkurang sehingga debit air di beberapa bendungan

yang sudah ada sangat terbatas, Data BPS menunjukan bahwa rata-rata curah

hujan selama lima tahun pada bulan Juli sebesar 0,22 mm, Agustus sebesar 2,42

mm, sedangkan pada bulan September sebesar 0,98 mm.

Nilai tambah berupa banyaknya peluang memberikan rnanfaat untuk sektor

lain atau peluang untuk menghasilkan produk turunan juga cukup diprioritaskan

setelah lahan, modal, dan pasar. Sudaryanto el al. 2005 menjelaskan bahwa

pengusahaan suatu komodrtas tidak terlepas dengan tiga dimensi utama, yaitu

vertikal. horisontal. dan spasial, Dan nilai tambah dapat dipandang sebagai

dimensi vertikal seperti industri pengolahan hasil dan pedagang (distributor)

produk-produk yang dihasilkan, serta dimensi horisontal yang muncul melalui

sumberdaya khususnya lahan maupun melalui pasar (konsumsi). Sedangkan

dimensi spasial berkaitan dengan lokasi atau sebaran regional komoditas

terse but.

Kriteria atau indikator yang paling kecil peranannya adalah preferensi atau

tingkai kesukaan terhadap komoditas untuk diusahakan. Artinya bahwa

45

Page 56: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

Secara lengkap hasil analisis AHP untuk menentukan prioritas komoditas

unggulan daerah Kabupaten Sumbawa disajikan dalam hirarki pada Gambar 11.

Hasil anausis AHP pada struktur altematif (Gambar 10) menunjukkan

bahwa jagung lebih diprioritaskan untuk diusahakan dengan skor 0.33. Prioritas

komoditas selanjutnya berturut-turut adalah kacang hijau dengan skor 0,23,

kedelai dengan skor 0, 19, cabe rawit dengan skor 0, 16, serta ubi jalar dengan

skor 0,09.

Garn bar 1 O Skor masrng-masmg alternatif dalam penentuan prioritas komoditas unggulan daerah.

C•IJI! Rdwit uoi !ala• Kacang Hijau

Komoditas Unggulan

Jagung Kedelal

0,09

0,16 0,19

0,23

0.33 •Skor

preferensi bersifat relatif dan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal,

seperti kestabilan harga, introduksi teknologi, maupun kebijakan pemerintah. Dari

in depth interview dengan petani tertihat juga bahwa budaya dan keamanan dari

hewan pengganggu berpengaruh dalam menentukan preferensi terhadap

komoditas yang akan diusahakan. Di Kabupaten Sumbawa sampai dengan saat

ini masih berlangsung budaya melepas ternaknya setelah musim panen.

Ditambah lagi dengan hewan pengganggu liar la·nnya seperti babi hutan.

Kondlsi-kondisi tersebut axan berpengaruh dalam pola pengusahaan komoditas.

46

Page 57: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

Komoditas jagung menjadi prioritas utama untuk dikembangkan di

Kabupaten Sumbawa, terutama disebabkan oleh tingginya peluang permintaan

pasar dan tingkat kesesuaian lahan yang optimal (lihat sintesis detil dalam

Lampiran 9}. Begitu juga dengan peluang peningkatan nilai tarnbah sehingga

memperbesar preferensi untuk diusahakan. Prospek pasar jagung baik ditingkat

domestik maupun dunia masih terbuka lebar, mengingat sampai saat ini

Indonesia hanya mampu sekitar sembilan puluh persen memenuhi kebutuhannya

dari produksi sendiri (Deptan 2007). Berdasarkan data tahun 2004-2007, trend

rata-rata luas panen jagung di Kabupaten Sumbawa terus mengalami kenaikan,

berturut-turut seluas 9.110 ha di tahun 2004. 12.240 ha tahun 2005, 13.075 ha

tahun 2006, dan 11.004 ha pada tahun 2007. Kondisi tersebut didukung oleh

kebijakan pemerintah pusat yang berupaya untuk swasembada jagung dengan

melaksanakan berbagai program kegiatan di daerah seperti perluasan areal

tanam dan sekolah lapang penerapan teknologi tepatguna (SLPIT). Sedangkan

dilihat darl sisi peluang nllai tambah, saat ini jumlah penggunaan jagung untuk

industri pakan lebih dari lima puluh persen, dan sisanya untuk industri pangan,

konsumsi langsung, dan penggunaan lainnya (Deptan 2007).

Gambar 11 Hirarki skor prioritas kriteria dan alternatif penentuan komoditas unggulan daerah Kabupaten Sumbawa.

Tujuan Menentukan Prioritas Komoditas Unggulan

Kriteria

Lahan Nilai Pasar Modal Preferensi Tambah

0,20 0,18 0,30 0,24 0,09

Alternatif

• -

Jagung Kedelai Kacang Ubi Jalar Cabe Rawit Hifau

0,33 0,19 0,23

0,09 0,16

47

Page 58: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

Pengembangan komocfrtas terkait erat dengan kemampuan suatu wilayah

dalam berproduksi baik dilihat dari kebertimpahan sumberdaya (luas panen dan

produksl) maupun dari l<aralcteristik biogeofisik lahan yang dimilikJ, serta orientasi

pasar sebagai daya tank datam berp<oduksi. T erl<ail dengan pemasaran produk

yang dihasilkan. rnaka kemampuan menawarkan produk (supply side) harus

mampu mengimbangi besamya permintaan (demand side) pacla komoditas

terse but.

5.3 Wila.yah Pengembangan Komoditas

Priontas kedua adatan kacang h11au. Hal 1rn dapat dilihat dari peluang pasar

yang stabil, tidak ter1alu bergejolak di setiap musim. Berdasarkan data harga

pasar tahun 2004-2007, rata-rata harga kacang hijau terus menunjukkan

kenaikan dari Rp 4.875/kg di tahun 2004 sampai dengan Rp 7.120/kg tahun

2007. Kestabilan harga ini memacu pemngkatan preferensi petani untuk

mengusahakan komoditas kacang hijau.

Komoditas kedelai menjadi prioritas ketiga setelah jagung dan kacang

hijau. Prioritas ini lebih besar disebabkan karena peluang peningkatan nilai

tambah. Namun dari segi kestabilan pasar yang diapresiasi dengan harga,

ter1ihat bahwa selama tahun 2004-2007. harga kedelai mengalami flulctuasi

dengan trend linear tetap pada kisaran harga Rp 4.300/kg. Secara nasional,

pengembangan kedelai terus digalakkan karena persentase pemenuhan

kebutuhan dalam negeri baru sekitar tiga puluh lima persen dan sisanya diimpor

(Oeptan 2007).

Prioritas keempat adalah cabe rawit Pengusahaan cabe rawit berdasarkan

analisis AHP menunjukkan kriteria apresiasi pasar yang rendah, dan data harga

selama tahun 2004-2007 menunjukkan fluktuasi yang sangat besar. Data harga

pada tahun 2004 adalah Rp 18.500/kg, tahun 2005 Rp 9.167/kg, tahun 2006

15.050/kg. dan tahun 2007 turun menjadi 9.230/kg. Sementara modal produksi

yang diper1ukan juga cukup besar. Sedangkan komoditas ubi jalar menjadi

prioritas terakhir karena dari segi lahan ubi jalar biasanya dilanam pada lahan­

lahan kritis, apresiasi pasar rendah, dan diper1ukan modal besar dalam

pengusahaannya. sehingga preferensi petani untuk mengusahakannya kecil.

48

Page 59: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

Produksi jagung di Kabupaten Sumbawa tahun 2008 telah mencapai

58.396 ton Wilayah yang berperan penting dalam proouksl jagung adalah

Kecamatan Labangka mencapai 28.244 ton dengan luas panen 7.549 ha. Diikuti

oleh Kecamatan Lunyuk sebesar 6. 226 ton dengan luas panen 1. 761 ha,

Plampang sebesar 4.867 ton dengan luas panen 1.353 ha. dan Utan sebesar

4. 702 ton dengan luas panen 1.333 ha. Sedangkan kecamatan-kecarnatan

lainnya memiliki tuas panen di bawah 1.000 ha (lampiran 10).

Luas panen di atas 1.000 ha diharapkan akan mampu menyerap tenaga

kerja yang lebih banyak sehingga keunggulan sosial dapat lebih dirasakan

manfaatnya cleh lebih banyak petani. Disamping itu efisiensi ekonomi maupun

pengawasan dari segi pengendalian hama dapat lebih efektif. Untuk itu,

Gambar 12 Sebaran produksi jagung di Kabupaten Sumbawa tahun 2008.

~~fPl'SJoS/AJIAA i"1>•Au1,...1CtM.W-l~-'.a)lt

;IFr,XR.IJ.•SO..::t •.1.tUPfilf_~A.loH'llll-"V'vl

:-ro~

SEBARAH PRODUKSI JAGUNG KABUPATEH SUMBAWA

TAHUN 2003

Jvml:.h Produks'i (Ton) ~ ... "i.OO 1es oo

- }(li:i 01. 15900

- 759 01. 1.'.ro! co - ~.\l\·Zj'H.C•)

- ?7ll (11 62:26 co - 62?6.Ul 282« 00

Wilayah Pengembangan Jagung

Kabupaten Sumbawa dengan suhu rata-rata tahunan 26-27°C dan curah

hujan rata-rata dapat mencapai 1.212 mm!tahun sesuai untuk pengembangan

jagung. Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007) menyebutkan suhu >26-30°C

kelas kesesuaian lahannya adalah S2 (sesuai) yang ditunjang dengan curah

hujan 900-1.200 mm/tahun. Kesesuaian lahan ini memacu peningkatan produksi

hampir di setiap wilayah kecamatan (Gambar 12).

49

Page 60: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

Gambar 14 Sebaran produksi kedelai di Kabupaten Sumbawa tahun 2008.

:.>f:v:ll-"'H "J.SCl.:ARJ,t.HA. tt~111ur l"tot1i\N1111111:;1GOI"

FRC(llWt Si\1Q1 lll«"J?fllfl(".N<.Ull ~ ..... ii,.~ .. ~

SEBARAN PRODUKSI KEDELAI KABUPATEN SUMBAWA

TAHUN 2008

Jumlah P-rodu'<si (Ton) noo 11\10

2101- U1CO

- 111 c- 1190(

- 17'3(1 ·2-'C.CO

- 2~5-.V'I · il'JOO

- 931 0' . 13g.1 0)

Dilihat dari segi kesesuaian lahan untuk kedelai, iklim di Kabupaten

Sumbawa dengan suhu rata-rata tahunan 26-27°C termasuk S2 (sesuai) dan

curah hujan 1.212 mm/tahun termasuk S1 (sangat sesuai). Hardjowigeno dan

Widiatmaka (2007) menveoutkan karakteristik suhu >25-28°C termasuk ketas

kesesuaian lahan S2 dan curah hujan 1.000-1.500 mm/tahun termasuk S1.

Pada tahun 2008. produksi kedelai di Kabupaten Sumbawa hanya sebesar

7.893 ton dengan luas areal panen 6.692 ha dan produktivitas 1.18 ton/ha.

Sementara pengusahaannya menyebar di sebagian besar wilayah kecamatan

dengan luas panen yang relatif kecil. Sebaran produksi kedelai tahun 2008 dapat

dilihal pada Gambar 14.

Wilayah Pengembangan Kedelai

dengan luas panen 3.871 ha, dan Plampang sebesar 3.075 ton dengan luas

panen 3.236 ha. Sedangkan Kecamatan lainnya memiliki luas panen masing­

masing di bawah 2.000 ha. Luas panen di atas 2.000 ha diharapkan mampu

mencapai skala pengusahaan optimal karena produktivrtas yang hanya sebesar

0,94 ton/ha Dengan demikian, empat kecamatan tersebut dapat dijadikan

wilayah sentra produksi yaitu Kecamatan Moye Hilir. Empang Lopok. dan

Plampang.

51

Page 61: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

Gambar 15 Sebaran produksi cabe rawit di Kabupaten Sumbawa tahun 2008.

~l<ll!¢~ loes:tltu'I Par ;.\.#IH &OGC'I

?H~A!;..l,.11.11 t.lfl. Pe-lE-.C:.,.._V.W •ffl..A'(A.11

""'

Jumlah Produks.i tTon) ooc- ,tll-;

- 1110\ '8\(1 - 4!(11 11300

- 113Ct 14!0:

- 'A,$~1-~1100 ••1731 ~...aoo

SEBARAN PROOUKSI CABE RAW1T11 KABUPATEN SUM!IAWA

TAHUN 2008

Gambar '4 menunjukkan bahwa kedelai lebih banyak diproduksi di

kecamatan-kecarnatan bagian barat, bagian selatan dan ujung timur Kabupaten

Sumbawa, sedangkan bagian tengah tidak begitu mengapresiasi komoditas

kedelai. Kecamatan-kecamatan yang berpotensi untuk dijadikan sentra

pengembangan adalah kecamatan-kecamatan dengan luas areal panen saat ini

lebih dari 100 ha. Hal ini mengingat tingkat produktivrtas rata-rata hanya 1, 18

ton/ha (Lampiran 12). Dengan areal yang lebih dari 100 ha diharaokan skala

manajemen produksi maupun pengawasan terhadap hama penyakit dan kendala

lain dapat lebih efektif. Kecamatan tersebut adalah Utan. Alas Baral, Alas,

Lantung, Buer, Empang, Ropang, Rhee, Lenangguar, Tarano, serta Lunyuk.

Wilayah Pengembangan Cabe Rawit

Kondisi iklim Kabupaten Sumbawa juga mendukung untuk pengembangan

cabe rawit. Cahyono (2003) menyatakan bahwa agar dapat berproduksi dengan

baik, cabe rawit memerlukan suhu tahunan rata-rata 18°C-30°C dengan curah

hujan berkisar 600-1.250 mm/tahun. Namun demikian cabe rawit memiliki

toleransi yang tinggi terhadao suhu udara oanas (daerah kering) maupun udara

dingin (daerah curah hujan tinggi).

52

Page 62: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

Pada tahun 2008 Kabupaten Sumbawa hanya mampu berproduksi sebesar

656 ton. Bila dibandingkan dengan proyeksi kebutuhan konsumsi penduduk

Nusa Tenggara Baral tahun 2025 yang mencapai 13.476 ton maka peluang

Gambar 16 Sebaran produksi ubi jalar di Kabupaten Sumbawa tahun 2008

!!IWl.N' f\lt:ll~l..W.j .. ~'"'.ITl'l''l'l'.,Nll.lll>O...Olt

l'Nn.~t-fllt" 1..'l•l Pl"IEllCA>O•~ \\1IAY/IJ+

""'

·~·

on1 '.II oe • J>01 >aco - _jll)l ("®

- Co01 vJCO - Q·1 :u 1!1:).00

IHltl

SEBARAN PROOUKSI UBI JALAR KAEIUPATEN SLIMBAWA

TAHUN 2008 Jumloh Produksl (Ton)

Wi/ayah Pengembangan Ubi Jalar

Kabupaten Sumbawa dengan suhu rata-rata tahunan 26-27°C termasuk

sesuai (S2) untuk pengembangan ubi jalar. Namun bulan kering selama 6 bulan

termasuk ke dalam sesuai marjinal (83). Kondisl iklim yang kurang sesual ini

menyebabkan produksi ubi jalar saat ini masih sangat terbatas.

Gambar 15 menunjukkan bahwa saat ini cabe rawlt leblh banyak

diusahakan d1 Kecamatan Buer dengan luas areal panen 186 ha dan mampu

berproduksi sebesar 1.258 ton, tetapi prcduktivitasnya masih kecil (6,76 ton/ha).

Kemudian diikuti oleh Kecamatan Batu Lanteh dengan luas areal panen 30 ha

dan produksl sebesar 417 ton dengan produktivitas 13,90 ton/ha. Selanjutnya Kecamatan Plampang dengan produksi 248 ton, Tarano dengan produksi 210

ton, dan Labangka dengan produksi sebcsar 150 ton (lampiran 13). Peningkatan

produksi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dapat diupayakan dengan

meningkatkan produktiv1tas dan perluasan areal panen di wilayah-wilayah

terse but.

53

Page 63: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

Sebagai bentuk perencanaan ke depan, kebijakan pengembangan

komoditas unggulan daerah agar dapat memenuhi permintaan pasar baik pasar

nasional maupun pemenuhan kebutuhan sendiri secara regional penu

dirurnuskan. Berbagai faktor dipertimbangkan secara komprehensif baik itu

potensi yang dimiliki, target yang harus diraih, sinerg1tas program secara

nasional, permasalahan yang dihadapi, maupun implikasi dari permasalahan

yang ada.

Pengembangan sektor pertanian terkait dengan target pembangunan

Kabupaten Sumbawa sebagai daerah agribisnis berdaya saing Upaya yang

dilakukan adalah percepatan transformasi dari pol.a produksi yang hanya untuk

memenuhi kebutuhan sendiri (subsisten) ke arah peningkaran produksi dan nilai

tambah yang berorientasi pasar. Terkait 1uga dengan sasaran jangka panjang

sektor pertanian yang diorientasikan pada: 1) Terwujudnya sistem pertanian

industrial yang berdayasaing, 2) Mantapnya ketahanan pangan secara mandiri,

3) Terciptanya kesempatan kerja penuh bagi masyarakat penanian, dan 4)

Terhapusnya masyarakat pertanian dari kemiskinan (Deptan 2007).

Tingkat permintaan pasar diestimasi dengan besamya konsumsi langsung

penduduk lerhadap masing-masing komoditas. Sedangkan permintaan untuk

kebutuhan di luar konsumsi penduduk seperti industri pakan, industri pengolahan

5.4 Arahan Strategis Pengembangan

untuk menawarkan produksi masih besar. Sebaran produksi ubi jalar tahun 2008

{Gambar 16) menunjukkan bahwa 13 dari 24 kecamatan tidak memproduksi ubi

jalar sama sekali. Hal ini mengindikasikan bahwa pengusahaan ubi jalar masih

memerlukan upaya yang lebih intensif untuk meningkatkan preferensi

masyarakat (lihat hasil analisis AHP).

Saat ini, ubi jatar banyak diusahakan di Kecamatan Labuhan Badas

dengan luas areal panen 12 ha dan mampu berproduksi sebanyak 136 ton,

diikuti oleh Batu Lanteh dengan luas areal panen 10 ha dengan jumlah produksi

sebesar 116 ton. Kemudian Sumbavra dengan luas areal panen 8 ha dengan

produksi 93 ton dan Buer dengan luas areal panen 6 ha dengan produksi

sebesar 69 ton. Sedangkan kecsmatan lainnya luas panennya di bawah 5 ha

(lampiran 14). Dengan dernikian Batu Lanteh. labuhan Badas, Sumbawa, dan

Buer dapat d1jad1kan sentra pengembangan ubi jalar di Kabupaten Sumbawa.

54

Page 64: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

N usa Tenggara Baral terhadap komoditas-komoditas unggulan daerah

Kabupaten Sumbawa pada tahun 2025 berdasarkan data konsumsi perkapita

tahun 2007. Berdasarkan proyeksi konsumsi tersebut maka dapat diketahui

kemampuan pemenuhan oleh Kabupaten Sumbawa dengan melihat tingkat

produksl yang ada saat ini. Kemampuan pemenuhan dihitung dengan indeks

kecukupan yang didefinisikan dengan cara membagi jumlah produksi terhadap

tingkat konsumsi masing-masing komoditas (Cowell dan Parkmson 2003).

Konsumsi Proyeksi jumlah Proyeksi No. Komoditas perkapita 2007 penduduk 2025 konsumsi 2025

(kgfkapttahun) (orang) (ton/tahun)

1. Jagung 4.2 5.390.500 22.640 2 Kacang Hijau 0,6 5.390.500 3.234 3. Kedelai 8,6 5.390.500 46.358 4. Cabe Rawi! 1,5 5.390.500 8.140 5. Ubi Jalar 2,5 5.390.500 13.476

Sumber: SUSENAS 2007 dan BPS, 2009 (diolah)

Tabel 10 menyajikan proyeksi kebutuhan konsumsi penduduk Provinsi

5.4.1 Tingkat Konsumsi dan Kebutuhan Lahan

Besarnya permintaan terhadap komoditas unggulan dapat didekati dengan

mengalikan konsumsi perkapita terhadap jumlah penduduk. Dalam penelitian ini

konsumsi perkapita diambil dari survey sosial ekonomi nasional (SUSENAS)

tahun 2007. Sedangkan jumlah penduduk merupakan proyeksi jumlah penduduk

Provinsi Nusa Tenggara Baral tahun 2025.

T abel 10 Proyeksi kebutuhan konsumsi penduduk Provinsi Nusa Tenggara Baral tahun 2025 terhadap komoditas unggulan Kabupaten Sumbawa

hasil, kebutuhan benih, maupun besarnya stok penyimpanan tidak menjadi

bagian yang diperhitungkan dalarn penelitian ini. Orientasi atau target pasar yang

dituju adalah pemenuhan kebutuhan konsumsi penduduk regional Nusa

Tenggara Baral pada tahun 2025. Target ini merupakan akhir masa rencana

pembangunan iangka panjang {RPJP).

55

Page 65: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

A = luas areal lahan yang dibutuhkan (hallahun) C = kebutuhan konsumsi (ton/lahun) Y = tingkat produktivitas (ton/ha)

dimana·

Tabel 11 menunjukkan bahwa kemampuan daerah Kabupaten Sumbawa

sampai dengan saat ini untuk rnemenuhi proyeksi kebutuhan pangan penduduk

Nusa Tenggara Baral tahun 2025 berbeda-beoa untuk setrap komoditas

unggulan yang ada. Produksi kedelai, ubi jalar, clan cabe rawit masih berpeluang

untuk terus dikembangkan dengan memacu peningkatan produktivitas maupun

perluasan areal panen, karena dengan kondlsi produksl saat ini belum mampu

untuk mencukupi kebutuhan konsumsi regional (indeks kurang dari satu).

Sedangkan untuk jagung dan kacang hiiau sudah mampu melebihi kebutuhan

konsumsi secara regional (lndeks lebih dari satu). Jagung dan kacang hijau

masih menjadi unggulan untuk d1kembangkan walaupun indeks kecukupan

sudah lebih dari satu. Hal ini untuk mempertahankan kecukupan serta

mengantisipasi terjad1nya perubahan permintaan pasar yang sangat dinamis.

Selain itu, keberlimpahan produksi yang ada dapat digunakan untuk memenuhi

kebutuhan di luar konsumsi langsung penduduk maupun pemenuhan permintaan

pasar secara nasional.

Berdasarkan tingkat konsumsi dan produktivitas lahan yang ada maka

dapat dihitung kebutuhan lahan untuk memenuhi target produksi. Formula yang

digunakan adalah dengan membagi tingkat konsumsi komoditas dengan

produktivitas (Cowell dan Parkinson 2003).

c A= - y

Proyeksi konsumst Produksi 2008 lndeks No. Komoditas NTB 2025 (ton) kecukupan (tonttahun) , . Jagung 22.640 58.396 2,58 2. Kacang H'jau 3.234 26.169 8,09 3. Kedelai 46.358 7.893 0,17 4. Cabe Rawi! 8.140 3.260 0,40 5. Ub1 Jalar 13.476 656 0,05

Tabel 11 lndeks kecukupan produksi komoditas unggulan daerah Kabupaten Sumbawa (2008) terhadap kebutuhan konsumsi NTB (2025)

56

Page 66: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

memproduksi komoditas yang menjadi unggulan di Kabupaten Sumbawa seluas

55.101 ha. Areal tersebut dapat dipenuhi dengan memanfaatkan lahan potensial

untuk pertanian lahan kering berdasarkan ZAE Kabupaten Sumbawa dengan

luas mencapai sekitar 87.428 ha serta pertanian lahan basah dengan luasan

potensial mencapai sekitar 108.171 ha.

Pemanfaatan lahan potensial baik lahan kering rnaupun lahan basah

tergantung kepada budaya dan tingkat teknologi yang digunakan. Namun

demikian, diharapkan lahan yang sudah dimanfaatkan sebagai sawah harus

tetap dipertahankan fungsinya. Hal ini mengingat struktur dan kriteria untuk

kesesuaian sawah sangat terbatas. Undang-undang nomor 41 tahun 2009

tentang perllndungan iahan pertanian pangan berkelanju1an menyebutkan bahwa

bahwa guna menjaga kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional

maka lahan untuk pangan pokok harus dilindungi dan dikembangkan secara

konsisten. Lahan sawah baik beririgasi maupun tidak beririgasi merupakan lahan

yang menghasilkan pangan pokok nasional yaitu beras. Apabila lahan tersebut

ditetapkan sebagai tanan pertanian pangan berkelanjutan maka dilindungi dan

dilarang untuk dialihfungsikan.

Persentase penggunaan lahan saat ini di Kabupaten Sumbawa terhadap

kebutuhan lahan di Nusa Tenggara Barat ditunjukkan pada Tabel 13.

Konsurnsi NTB Produktivitas Luas areal No. Komoditas 2025 2004-2007 dibutuhkan

(ton/tahun) (ton/ha) (haltahun)

1. Jagung 22.640 2,49 9.092

2 Kacang H [au 3.234 0,83 3.897

3. Kedelai 46.358 1, 18 39.287

4. Cabe Rawit 8.140 4,97 1.638

5. Ubi Jalar 13.476 11,35 1.187

Jumlah 55.101

Tabel 12 menunjukkan total luasan areal yang dibutuhkan untuk

Tabel 12 Kebutuhan lahan di Nusa Tenggara Baral untuk memenuhi tingkat konsumsi 2025 berbagai komoditas unggulan Kabupaten Sumbawa

57

Page 67: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

5.4.2 Zona Agroekologl Potenslal untuk Tanaman Pangan

Berdasarkan kemampuan produksi saat lni dan kebutuhan Jahan maka

diperlukan pcrcncanaan wilayah pengembangan masing-masing komoditas

dalam rangka memenuhi target produksi yang sesuai dengan kemampuan

wilayah. Penentuan wuayan pengembangan harus disesuaikan dengan

karakteristik biogeofisik lahan. Karakteristik biogeofisik lahan dapat dilihat dalam

peta zona agroekologi (ZAE) yang telah dikembangkan oleh Balai Besar

Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP) Bogar. Peta ZAE merupakan peta

lahan yang telah dibagi ke dalarn zona-zona berdasarkan keseragaman

karakteristik yang sesuai untuk pengembangan suatu komoditas.

Sampai dengan saat ini, Kabupaten Sumbawa hanya mampu memenuhi

kebutuhan lahan untuk jagung dan kacang hijau sedangkan kedelai, cabe rawit,

dan ubi jalar masih relatif terbatas. Hal inl juga ditunjukkan oleh nilai LQ jagung

dan kacang hljau yang lebih darl satu yang mengindlkasikan bahwa kedua

komoditas tersebut menjad1 basis di Kabupaten Sumbawa. Sedangkan kedelai,

cabe rawit, dan ub. jalar, nilai LQ masih kurang dari satu yang artinya bahwa saat

lni ketiga komoditas tersabut secara relalif tldak berbasis di Kabupaten

Sumbawa. Oengan demlklan, diperlukan upaya peningkatan luasan tahan untuk

meningkatkan produksi kedelai, cabe rawit, dan ubi [alar. Hal ini masih

dimungkinkan karena luasan total untuk pertanian di Kabupaten Sumbawa

mencapai lebih dari 200.000 ha (Tabel 6).

Tabel 13 Persentase penggunaan lahan (2008) untuk komoditas unggulan di Kabupaten Sumbawa terhadap kebutuhan lahan di NTB (2025)

Areal Areal digunakan Persentase No. Komoditas dibutuhkan NTB (ha) Sumbawa (ha) penggunaan (%)

1. Jagung 9.092 16.063 177 2. Kacang Hijau 3.897 27.956 717 3, Kedelai 39 287 6.692 17 4. Cabe Rawlt 1.638 349 21 5, Ubi Jalar 1.187 57 5

Jurntah 55,101 50.990 93

58

Page 68: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

3. Zona Ill dengan kerniringan lereng 8-15% merupakan zona dengan sistem

wana tani, terdapat sub-Zona I I lay dengan kelornpok kornoditas utarna yang

direkornendasikan adalah pepohonan dan perdu, palawija, dan padi ladang

dengan luasan sekitar 68.012 ha.

4 Zona Ill dengan sub-Zona lllby. kelompok komoditas utarna yang

direkornendasikan adalah pepohonan dan perdu, serta sayur-sayuran

dataran tinggi dengan luasan sekitar 13.624 ha.

Di Kabupaten Sumbawa terdapat tujuh zona agroekologi (Gambar 17)

dengan keterangan masing-masing zona dapat diliha! pada Lampiran 9. Zona

agroekologi tersebut. terdiri dari;

1. Zona I dengan kemiringan lereng >40% merupakan zona dengan sistem

kehutanan dengan vegetasi alami dengan luas sekitar 338.342 ha.

2. Zona II dengan kemiringan lereng 16-40% merupakan zona dengan sistem

perkebunan (budidaya tahunan), terdapat sub-Zona llay dengan kelompok

komoditas utama yang direkornendastkan adalah tanarnan keras penghasil

rninyak, getah, dan buah-buahan dataran rendah dengan luasan sekitar

48.819 ha.

Gambar 17 Sebaran zona agroekologi di Kabupaten Sumbawa.

!•UI ":~· ,...,

ZOHA AGROEKOt.OG! -I -lllby - llay 1Vax1

lllax 1Vax2

PETA ZONA /IGROEKOLOGI KABUPATEN SUMBAWA

•~n

59

Page 69: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

Berdasarkan penelitian Suratman dan Sudarta (2005), zona potensial

tersebut terdapat pada lahan dengan relief datar hingga bergelombang, sebagian

berbatu, utamanya di dataran volkan. Penyebarannya dijumpai pada /andform

aluvtal. fluvio-marin. antar perbukitan, kaki volkan, dan di dataran

Gambar 18 Sebaran zona potensial pengembangan komoditas ungg ulan daerah Kabupaten Sumbawa.

'! ·'

u.-:..ACm~li•~ K«•.,"llln

-

f'l•rc-:~~1'1 !<11\i,t.ll"lll' :lilfl Pt1110NTllll\ le.<,, Pon1m11~1 la~111onP:i119""

PETA ZONA POTENSIAL ~ANAMAN PANCAN

KASUPATEN SUMBAWA

. (~ .

. ' .

.,,..,.. ,. r.,

7. Zona IV sub-Zona 1Vay2, karaktenstik sama dengan sub-Zona 1Vax2 hanya

berbeda pada kelembaban yang agak kering dengan luas sekitar-67.550 ha.

Zona agrockologi yang sesuai untuk tanaman pangan adalah Zona 1Vax2.

Zona 1Vay2, dan Zona lllay serta Zona 1Vax1. Luasannya diperkirakan mencapai

263.615 ha. Pada Gambar HI terlihat zona-zona tersebut menyebar d1 settap

kecamatan,

5. Zona IV dengan kemiringan <8%, terdapat sub-Zona 1Vax1 dengan drainase

buruk merupakan zona dengan sistem pertanian lahan basah dengan

komoditas utama adalah padi sawah sekitar 94.200 ha.

6 Zona IV sub-Zona 1Vax2 dengan drainase baik dan kelembaban lembab,

merupakan sislem pertanian lahan kering dengan kelompok komoditas utama

adalah sayur-sayuran dataran tinggi, serealla, kacang-kacangan, dan urnbi­

umbian sekitar 33.853 ha.

60

Page 70: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

Berdasarkan zona potensial dan pola penggunaan lahan saat ini yang

menyebar harnpir disetiap wilayah kecamatan, maka domain spasial yang dipergunakan dalam perencanaan wilayah pengembangan menggunakan

pendekatan regional. Wtlayah perencanaan yang digunakan adalah batas

Gambar 19 Pola penggunaan lahan di Kabupaten Sumbawa berdasarkan cltra Landsat tahun 2006.

$.f<M AH f'l.V. .. ~qJl.t.,o. IN$T'T\1Tl'l;:Fl .. '11.AN~

~!Aol1.'M$1UIJI LIU"l.'UN:MilMNWll.AY'~

"'"

"-•Ii I tvlluli•r 11.fuh llll'bWM

- H:\lttt' .. "-" , • .,;"I P""'" - hvl.o)u '4iho111 \C"iifltj ••lu1·1Ql'1

h.iU" 1!\11'1Qt0Vt t)ttthff Ptflotbil!Uf\

-Poff'llU~11Nn Pornnl•n lat-an kWJn9 Port1t'M11n lM kt-rll'l:Q tor atmlli.

POL.A PENGGUNAAN LAHAM KABUPATEN SUMBAWA 2006

'\#c-t '-"''"'°'" .... ~''~\~II

n:.rt...rl" ~,, 014 l' 111(

.... TI " '

tektonik/struktural. Komoditas tanaman pangan yang dapat dikembangkan antara

lain kacang hijau, kedelai, jagung, ketela, kacang tanah, bawang merah, cabai,

tomat, dan kacang panjang.

Namun demikian. zona potensial belum sepenuhnya dapat dikembangkan

sesuai dengan karakteristik yang dimilikinya. Penggunaan lahan saat iru atau

kondisi eksisting lahan juga mempengaruhi arah pengembangan ke depan. Bila

diperhatikan pota penggunaan tanan di Kabupaten Sumbawa saat ini (Gambar

19), terdapat wilayah-wilayah yang potensial tetapi masih berupa hut an lahan

kering primer maupun sekunder seperti terdapat di Kecamatan Ropang, Lantung,

Lunyuk. Orong Telu, Plampang, dan Empang. Juga terdapat wilayah-wilayah non

potensial yang diperuntukkan bagi kehutanan dan per1<ebunan sudah

termanfaatkan untuk pertanian lahan kering dan campuran semak belukar,

seperti terlihat di kecamatan Moyo Hulu Batu Lanteh, dan Tarano.

Gl

Page 71: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

Produksi jagung di Kabupaten Surnbawa tahun 2008 telah rnencapai

58.396 ton. Jumtan produks1 terseblrt sudah melampaul proyeksi kebutuhan

konsumsi penduduk Nusa Tenggara Baral pada tahun 2025 yang hanya sebesar

22.640 ton. Artinya bahwa terjadi kelebil::an produksi untuk konsurnsi sekitar

35.000 ton (lihat Tabel 11). Kelebihan produksi jagung dibandingkan dengan

kebutuhan konsurnsi pangan rnasih bisa diserap oleh sektor lain seperti industri

pakan ternak rnaupun industri olahan tepung yang tidak dipertimbangkan dalam

penelitian ini. Narnun dernikian, diperlukan upaya untuk rnenjaga kestabilan

pasar lerulama harga agar lldak mengalarni penurunan terulama pada saat

panen raya. Langkah yang d1perfukan oleh pemerintah daerah sebagai fasilitator

adalah menjalin konlrak kerjasama penjualan dan pernasaran antara pengusaha

sebagai mitra dan petani sebagai pernilik lahan, serta meningkatkan aksesibi1itas

pemasaran ke luar daerah.

Pengembangan jagung juga harus mengantisipasi kondisi-kondisi yang

tidak terduga seperti perubahan iklim, gaga! panen karena hama penyakit,

bencana alarn, rnaupun adanya perubahan pola konsumsi dan permintaan pasar

global Sehingga diperlukan upaya untuk mengamankan jumlah produksi yang

ada. Hal ini terkait dengan irnplikasi kebijakan pengelolaan dan pengawasan

produksi di lapangan. Maka pengusahaan kornoditas jagung lebih diarahkan

untuk dipusatkan di wilayah kecarnatan yang saat ini menjadi sentra

pengernbangan.

Wilayah yang dijadikan sentra pengembangan adalah Kecamatan

Labangka (7.549 ha), Lunyuk (1 -761 ha), Plampang (1.353 ha), dan Utan (1.333 ha). Total luas penggunaan lahan di empat kecamatan tersebut seluas 11.996 ha, atau 137 persen dari kebutuhan lahan 9.092 ha. Artinya bahwa luasan

a. Pengembangan komodltas jagung

5.4.3 Rumusan Strategi

Berbagai faktor dan analisis yang telah dBakukan melahirkan beberapa

arahan slrategis pengernbangan sektor pertanian Kabupaten Sumbawa berbasis

komoditas unggulan daerah. Arahan strategis tersebut dirurnuskan sebagai

berikut:

wilayah administrasi kecamatan, karena bentuk perencanaan di pemerintah

daerah menggunakan domain kecamatan sebagai lokasi suatu kegiatan yang

akan dilaksanakan.

62

Page 72: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

b. Pengembangan komoditas kacang hijau

Produksl kacang hijau di Kabupaten Sumbawa saat ini mampu melampaui

proyeksi kebutuhan konsumsi penduduk Nusa Tenggara Baral tahun 2025.

Tahun 2008 Kabupaten Sumbawa memproduksi kacang hijau sebanyak 26.169

ton sedangkan proyeksi kebutuhan konsurnsi penduduk Nusa Tenggara Barat

tanun 2025 hanya sebesar 3.234 ton. Hal iru karena konsumsi perkapita kacang

hijaL1 sangat kecil hanya 0.6 kg/kap/tahun Kenyataan di lapangan menunjukkan

bahwa pemasaran kacang hijau masih relatif stabil dengan tingkat preferensi

masyarakat yang tinggi. Kondisi ini mengindikasikan permintaan pasar di luar

konsumsi pangan secara langsung maupun permintaan pasar secara nasional

cukup tinggL

Upaya penting yang diperlukan dalam menyerap tingginya prooukst yang

ada adatan mengembangkan aksesloaitas pemasaran ke luar daerah. Kontrak

kerjasama dengan industri pengolahan pangan di luar daerah perlu difasilitasi

oleh pemerintah Kabupaten Sumbawa. Hal ini dikarenakan saat ini industri

pengolahan hasil di Kabupaten Sumbawa belum berkembang secara baik. Untuk

memenuhi standar industri maka kualitas produk penting untuk diperhatikan.

Dengan demikian pengawasan terhadap proses produksi harus lebih

diintensifkan. Upaya yang dapat dilakukan adalah intensifikasi pengawasan mutu

produksi dalam kawasan sentra pengembangan.

Wilayah yang dapat dijadikan sentra pengembangan adalah Kecamatan

Moyo Hilir (5.048 ha), Empang (3.864 ha), dan Lopok (3871 ha). dan Plampang

(3.236 ha). Apabila luas penggunaan lahan pada empat kecamatan tersebut

tetap dipertahankan maka akan mampu memenuhi 411 persen dari kebutuhan

lahan untuk kacang hijau yang hanya sebesar 3.897 ha.

penggunaan lahaan saat ini tetap dipertahankan untuk memenuhi areal lahan

yang dibutuhkan dengan berupaya untuk meningkatkan produktivitas.

Produktivitas yang masih rendah (sekitar 2,5 ton/ha) dapat ditingkatkan

melalui intensifikasi berupa penggunaan benih unggul dan penerapan paket

teknologi tepat guna. Untuk itu, sinkrornsasi dengan program pemerintah pusat

berupa bantuan langsung benih unggul (BLBU) dan sekolah lapang penerapan

tel<nologi tepat guna (SLPTI) jagung diharapkan menjadi pengikat kontrak

kerjasama dengan petani karena petam mendapatkan stimulus modal produksi

63

Page 73: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

Cabe raw1t sampai dengan saat ini masih berpotensi untuk dikembangkan,

mengingat proyeksi kebuluhan konsumsi penduduk Nusa Tenggara Baral tahun

2025 sebesar 8. 140 ton belum terpenuhi secara maksimal jika hanya

mengandalkan luas areal panen yang ada sekarang ini, Pada tahun 2008 Kabupaten Sumbawa hanya mampu berprotluksi sebesar 3.260 ton, sehingga

ada peluang untuk mengisi kesenjangan kebutuhan cabe rawit sekitar 5.000 ton.

Wilayah pengembangan cabe rawit di Kabupaten Sumbawa meliputi

Kecamatan Buer (186 ha), Batu lanteh (30 ba], Plampang (13 ha), Tarano (4

ha), dan Labangl<a (12 ha). Total luas areal panen pada fima kecamatan tersebut

Wilayah pengembangan kedelai mellputi Kecamatan Utan (1.130 ha). Alas

Baral (835 ha), Alas (814 ha), Lanlung {704 ha). Buer (701 ha), Empang (530 ha), Ropang (495 ha). Rhee (473 ha}, Lenangguar (224 ha}, dan Tarano (210

ha). Total luas penggunaan untuk kedelai pada sepuluh kecamatan tersebut

sebesar 6.116 ha atau 15,7 persen dari kebutuhan areal di Nusa Tenggara Baral

yang mencapai 39.287 ha.

d. Pengembangan komoditas cabe rawit

Produksi kedelai di Kabupaten Sumbawa saat ini masih terbatas dalam

memenuhi proyeksi kebutuhan konsumsi penduduk Nusa Tenggara Baral pada

tahun 2025. Pada tahun 2008 Kabupaten Sumbawa hanya mampu memproduksi

kedelai sebanyak 7.893 ton sedangkan proyeksi kebutuhan konsumsi sebanyak

46.358 ton, sehingga masih berpeluang untuk meningkatkan jumlah produksi

sekitar lebih dari 38.000 ton sampai dengan lahun 2025.

Pengembangan kedelai mencakup wilayah yang lebih luas dibandingkan

dengan komoditas lainnya. Karena luas areal panen di masing-masing wilayah

tersebut masih kecil, maka diperlukan upaya lebih inlensif unluk meningkatkan

preferensi petani dalam mengusahakannya. Misalnya dengan menerapkan pola

tumpang sari dengan tanaman lain seperti jagung maupun cabe rawit (Suparto et al. 2007). Peningkatan areal panen masih dimungkinkan dengan ekstensifikasi.

Produktivitas yang masih rendah juga perlu ditingkatkan dengan inlensifikasi

penggunaan benih unggul dan penerapan teknologi budidaya seperti

penggunaan mulsa jerami untuk mempertahankan kelembaban tanah serta

menggalakkan sislem pompa air baik untuk air permukaan maupun air tanah

karena keterbatasan ketersediaan air.

c. Pengembangan komoditas kedelai

64

Page 74: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

e. Pengembangan komoditas ubi jalar

Produksi ubi jalar di Kabupaten Sumbawa saat ini masih sangat terbatas.

Produksi pada tahun 2008 hanya sebesar 656 ton, terpaut jauh cart kebutuhan

konsumsi penduduk Nusa Tenggara Baral tahun 2025 yang mencapai 13.476

ton. Hal ini lebih disebabkan karena kendala biogeofisik lahan berupa iklim yang

terlalu panas dengan bulan kering yang panjang.

Wilayah pengembangan ubi jalar meliputi Kecamatan Labuhan Badas (12

ha), Batu Lanteh (10 ha), Sumbawa (8 ha), dan Buer (6 ha). Sementara potensi

lahan yang tersedia di Kabupaten Sumbawa masih besar Namun demikian,

pengembangan ubi jalar masih terkendala secara teknis seperti teknik budidaya

dan akses modal untuk sarana prasarana produksi.

Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan areal panen antara lain

mengembangkan sumber air berupa sumur bor di kawasan pengembangan.

Karena modal produksi yang bertambah dengan penerapan teknologi, maka

diharapkan pengusahaan ubi jalar dilaksanakan secara berkelompok agar dapat

lebih efektif. Pemberdayaan kelompok tani juga mempermudah dalam akses

terhadap permodalan. Peran Jembaga keuangan mikro menjadi semakin penting.

Untuk itu, perlu menumbuhkembangkan lembaga keuangan mikro yang langsung

bersentuhan dengan peiani di daerah-daerah sentra pengembangan.

adalah 245 ha atau hanya 15 persen dari kebutuhan lahan untuk pengembangan

cabe rawit di Nusa Tenggara Barat yang mencapai 1.638 ha. Dengan demikian

upaya peningkatan luas areal panen dengan meningkatkan areal tanam dapat

dilakukan pada masing-masing kecamatan tersebut karena potensi lahan

pertanian yang tersedia masih besar. Produktivitas yang masih kecil juga dapat

ditingkatkan dengan menerapkan teknologi usaha tani yang lebih baik, sehingga

sangat dipertukan keljasama usaha dalam suatu kelompok tani untuk

mengoptimalkan skala usaha tani. Pola tanam tumpang sari dengan jagung

ataupun komontss lam dapat drterapkan untuk memaksimalkan sumberdaya

lahan. Upaya lam yang tidal< blsa diabaikan adalah pengaturan waktu lanam

terutama untuk mengantisipasi lonjakan permintaan pada musim-musim tertentu

seperti lebaran dan akhir tahun,

65

Page 75: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

• .

S . .-0.0:~

66

... ., "' .. ,, ",Q

0 ~8 6Y " . " "' Cl c: "' " -s O>

" ..,

~1 "' r-

S...G,OC.8

ID

UI w L ~

::t "' w

~ - z " " ;:, ,_

-r ~"A ~ l!!

{; "' <; r- E :;;: E "' ~<O

·" g ,--{,v.-'

~~

,__; t: ,

J1 ,

s.ccc.s

Page 76: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

Visi Kabupaten Sumbawa sebagai daerah agribisnis berdaya saing menuju

masyarakat sejahtera akar dapat terwujud apabila mampu menggali dan

memanfaatkan keunggulan potensl yang dimiliki secara bijal< sena menerapkan

regulasi yang aplikatif. Dari berbagai analisis yang dilakukan dapat disimpulkan

bahwa:

1. Alternatif komoditas tanaman pangan unggulan Kabupaten Sumbawa

adalah jagung, kedelai kacang hijau, ubi jalar, dan cabe rawit dengan

indikator keunggulan memiliki nilai ekonomi dan produktivitas yang leblh

besar dari rata-rata Nusa Tenggara Barat.

2 Prioritas pengembangan komoditas tanaman pangan unggulan tersebut

berdasarkan pertimbangan kesesuaian lahan. peluang nilal tambah,

permmtaan pasar. kebutuhan modal. dan tingkat preferensi secara

berurut adalah jagung. kacang hi1au. kedela1. cabe raw1t, serta ubi jalar.

3 Tingkal produksi saat ini membenkan peluang pengusahaan ja,gung di

Kecamatan Labangka, Plampang, Lunyuk, dan Utan. Kacang hijau di

Kecamatan Moyo Hilir, Empang, Lopok, dan Plampang. Untuk kedelai,

cabe raw1t. can ub1 jatar mas1h berpotensr untuk dikembangkan pada

areal yang lebih tuas dan secara intensf untuk dapat memenuhi

kebutuhan konsumsi penduduk Nusa Tenggara Barat pada tahun 2025.

4 Produksi jagung dan kacang kedelai sudah mencukupi konsumsi

langsung dengan mdeks kecukupan lebth dari satu. Untuk kedelai. cabe

rawit, dan ubi jalar, indeks kecukupan masih kurang dari satu. Sehingga

pengembangan jagung dan kacang hijau lebih dnckankan pada

aksesibilitas pemasaran ke luar daerah melalui kontrak kerjasama agar

harga dapat lebih teqarnin, Untuk kedelal, cabe rawit dan ubi jalar,

pengembangannya dapat dilakukan dengan meningkatkan intensifikasi

berupa penggunaan benih unggul, oenggunaan pompa air untuk

mengatasi keterbatasan air, pola tanam tumpang sari, dan

menumbuhkembangkan lembaga keuangan mikro di pedesaan.

6.1 Kesimpulan

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

Page 77: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

Berbagai data empirik di lapangan dipandang pertu untuk diperhatikan

unluk pengembangan pertanian di Kabupaten Sumbawa. Untuk itu diajukan

saran sebagai berikut:

1. Dalam menentukan kawasan atau wilayah pengembangan jagung dan

kacang hijau, pola penggunaan lahan perlu dioptirnasi secara spasial.

2. Pengembangan kornoditas unggulan harus dilakukan secara terpadu dengan

melibatkan berbagai pihak terkait, terutama dalam mengembangkan

ketersediaan sarana dan prasarana produksi seperti jalan usaha tani,

konservasi tanan, maupun ketersediaan lembaga keuangan mikro.

6.2 Saran

68

Page 78: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

Ojaenudin 0, Sulaeman Y, Abdurrachman A. 2002. Pendekatan pewnayahan komoditas pertanian menurut pedo-agroklimat di Kawasan Timur Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian 21(1).

[Diperta] Dinas Pertananian Tanaman Pangan Kabupaten Sumbawa. 2009. Leporen Tahunan Dinas Penemen Kabupaten Sumbawa Tahun 2008. Sumbawa Besar: Diperta.

[OeptanJ Departemen Pertanian, Sadan Penelitian dan Pengembangan Pertanlan. 2007. Prospek dan Arah Pengembangan Agrib1snis: Rangkuman Kebutuhan lnvestasi. Jakarta: Deptan.

Dine M, Haynes KE, Tarimcilar M. 2003. Integrating models for regional development decisions: A policy perspective. The Annals of Regional Science 37:31-53

Oaryanto A. 2009. Posisl daya saing pertanian Indonesia dan upaya peningkatannya. Di dalam Prosiding Seminat Nasional P1:111iogk1:1lan Daya Salng Agribisnis Berorientasi Kesejahteraan Petani; Bogor, 14 Oktober 2009. Boger. Pusat Analisis Sosial Ekonorni dan Kebijakan Pertanian. ?009.

Oalgaard T, Hutchings NJ, Porter JR. 2003. Review Agroecology, Scaling and I nterdisciplinaraty Agriculture, Ecosystems and Environment 100:39-51.

Cahyono B. 2003. Cabe Rawit, Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Yogyakarta. Kanlsius.

Cowell SJ, Parkinson S. 2003. Localisation of UK rood production: an analysis using land area and energy as indicators. Agriculture, Ecosyslems and Environment 94:221 ·236.

Budirokhman D 2006. Kajian pengembangan agroindustri tanaman per1<ebunan skala kecil di Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Baral. Jumal Ag1ijciti 3(1 ):20-23.

(BPS Sumbawa] Sadan Pusat Statistik Kabupaten Sumbawa. 2008. Prorluk Domestik Regional Bruto Kabupaten Sumbawa 2005-2007, Sumbawa: BPS Sumbawa

(BPS NTB] Sadan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Baral. 2008. Nusa Tanggara Baral dalam Angka 2008. Mataram: BPS NTB

Aswandi H, Kuncoro M. 2002 Evaluasi penetapan kawasan andalan: studl empiris di Kalimantan Selatan 1993-1999. Jurnal Ekonoml dan Bisnls Indonesia 17(1 ):27-45.

Alphonche CB. 1997 Application of the Analythic Hierarchy Process in Agriculture in Developing Countries. Agricultural System 53:97 -112.

DAFTAR PUSTAKA

Page 79: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

Rumayar TP, Kairupan AN, Hutahaean L, Femmi NF, Syafruddin. 2005. Keragaan dan analisis komoditas unggulan perikanan umum berdasarkan zona agroekolog.i di Kabupaten Buol Sulawesi Tengah. Jums! Pengi<ajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian 8(3):460466.

Rustiadi E, Saefulhakim S, Panuju DR. 2009. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Jakarta: Crestpent Press dan Yayasan Obar Indonesia.

Riyadi. Bratakusumah OS. 2004. Perencanaan Pembangunan Daerah: Strategi Menggali Potensi dalam MewuJUdkan Otonomi Daerah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Reijntjes C. Haverkort B. Bayers AW. 2006. Pertanian Mesa Depan: Pengantar untul< Pertanian Berkelanjulan dengan Input Luar Rendah. Sukoco Y, penerjemah: van de Fliert E. Hidayat B, editor. Jakarta: Kanisius. Terjemahan dan: Farming for The Future, An tmroaucuon to Low-Extemal­ Jnput and Sustainable Agriculture.

Rahim A, Hastuti DRO. 2008. Pengantar, Teori. den Kesus Ekonomika Pertenian. Jakarta· Penebar Swadaya.

Oddershede A. Arias A, Cancino H. 2007. Rural development decision support using the analythic hierarchy process. Mathematical and Computer Modelling 46:1107-1114.

Nurwahidah S. 2004. Analisis sektor unggulan dan kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Sumbawa [tesis] Yogyakarta: Program Pascasa~ana, Universitas Gajah Mada.

Jamal E. 2009. Membangun momentum baru pembangunan pedesaan dr Indonesia. Jumal Litbang Pertanian 28(1):7-14.

Iqbal M. 2007. Analisis peran pemangku kepentrngan dan implementesinya dalam pembangunan pertanian. Jumal Utbang Pertanian 26(3):89-99.

Hendayana R. 2003. Aplikasi metode location quotient (LQJ dalam penentuan komoditas unggulan nasional. lnformatika Pertanian Volume 12.

Gliessman SR. 2004. lntegratrng agroecolog1cal processes into cropping systems research. Journal of Crop Improvement 11 (112):61-80 and New DimensiOns in Agroeco/ogy 61-80.

Firdaus M, Farid MA. 2008. Aplikasi Metode Kuantitatif Terpilih unluk Manajemen dan Bisnis. Bogar: IPB Press

Fauz1 A. 2006. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Unqkunqan: Teori dan Ap/ikasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Edwards CA, Grove TL, Harwood RR. Colfer CJP. 1993. The role of agroecology and integrated farming system in agriculture sustainability. Agriculture, Ecosystem and Environment 46:99-121.

Page 80: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

Widodo T. 2006. Perencanaan Pembangunan: Aplikasi Komputer (Era Otonomi Daerah). Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Tarigan R. 2008. Perencanaan Pembangunan Wi/ayah Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.

Syahyuti. 2006. 30 Konsep Penling dafam Pembangunan Pedesaan don Pertanian. Jakarta: Bina Rena Pariwara.

Syafruddin, Kairupan AN, Negara A, Limbongan J. 2004. Penataan sistem pertanian dan penetapan komoditas unggulan berdasarkan zona agroekologi di Sulawesi Tengah. Jumal Litbang Pertanian 23(2):61-67.

Syafa'at N, Friyatno S. 2000 Anafisis dampak krisis ekonomi terhadap kesempatan kerja dan idenlifikasi komoditas andalan sektor pertanian di witayah Sulawest pendekatan Input-Output. Ekonomi dan Keuangan Indonesia XL Vlll(4):369-394.

Suratman, Sudarta N. 2005. Lahan potensial untuk pengembangan tanaman pangan dan perkebunan di Putau Sumbawa. Di datam: Pro.siding Seminar Nasional Jnovasi Teknologi Sumber Daya Tanah dan /klim; Bogor, 14-15 September 2004. Bogor. Pusat Penelilian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. 2005. him 61-74.

Suparto, Tafakresnanto C, Hendrisman M 2006. Potensi pengembangan dan alternatif teknologi pertanian di Kecamatan Buer, Nusa T enggara Baral untuk mendukung prima tani. Di dalam: Prosiding Seminar Nasional Sumberdaya Lahan Pettanian; Bogor, 14-15 September 2006. Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. 2007. him 291-304.

Sudaryanto T, Simatupang P, Kariyasa K. 2005. Konsep sistem usaha pertanian serta peranan BPTP dalam rekayasa teknotogi pertanian spesifik lokasi. Analisis Kebifakan Pertanian 3(3):349-366.

Siahaan BR. 2003. Penentuan produk unggulan berbasis cassava dalam rangka meningkatkan pendapatan industri kecil menengah (IKM) [tesisj. Bogor. Program Pascasarjana, tnstitut Pertanian Bogor.

Saaty TL. 1993. Pengambilan Keputusan bagi para Pemimpin: Proses Hirarki Analilik untuk Pcngambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks. Setiono L, penerjemah; Peniwati K. editor. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo. Terjemahan dari: Decision Making for Leaders: The Analythic Hierarchy Process for Decisions in Complex World.

Page 81: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,
Page 82: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

LAMPI RAN

Page 83: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

"' 0 r-, "' ... ... " 0 " N "' N "' "' - 0 r-; 0 t--; r-; ... 0 .... 0 ..... ... t-: .... .. ... 0 00 N '"'! ..... ..... "' m "' 0 m 00 er oO .,,;· ,.; "' a-~ oo' ,.; vi .-i c) ..,; ,.; ' N "' ..... "' "' "' ... 00 ..... 00 m ..... ..... "' - .. ... er .... - .. r-, "' 0 ..... ..... m "' .... 00 00 ~ N m ....

"' ... M rl r-, .... N 0 00 CT> .... 0 N ..... "' .... "' "' ... "' "'- "' 0 ..... CT> 0 .... en 00

"' 0 ..,; 0 oO 0 N .,,- ,.,- 0 "' "' ¢' .,,- .,,- ~ ~ 0 N N "' ... "' 00 .... CT> m 0 .... .... ~ .. N -12 00 "' .... .... "' .... - 0 c: 'i5 "' ~ - ,_ co m "' ..... "' 0 "' N "' r-, ..... "' "' 8 ~ .. "' 10 m "' "' er .... co 0 ~ "' "' ....

"' "' "' "' CT> "' "' CT> 0 0 "' 0 "'! m ... CD :::; 0 N' "' oO c) "' ..... .,,- vi ..,; -: r-, <D ,.; "' z 0

"' N "' 0 0 .... ... ec .... co ... "' m .., ~ :;;; "' M .... c "' .... '- "" e "" c: "' c; 0 CT> 00 N 00 00 0 0 "' 0 N "' CD "' 0 ., !::::.. f- "' "' 00 N "' "' "' "' "' .... °' "' "' ~

·;;; "' 00 ... CD ... m "' ... "' co 0 "' 0 .... 0 re 0 ..: ..,; -s vi N' "' .... ...; <Ci "' ci "' °' .,, -"' 0 m "' :::; :::; N .o °' 0 "' ... "' ..... 00 N "' "' c z "O "' ..... ~ ·;;; 0 .-i ~ c Cl. e > "' ,.._ "' "' 0 ..... 0 "' ..... ..... "' er 0 "' ~ 0 "' ..... "' "' N M co "' CD r-, r-, N .... ~ ... ..... N ..,. ..... N 0 co N Ill m .... rl "' ·~ CL 0 .,,; ....; ....; ai ai oO c) ,..: oO c) oO .... N .. v, c .... 0 .s "' 0 N ·.o .... "' "' ... 00 N ..... M "' ..,. ... ,. .., 0 f:'. .. N .... ~ <l. ... " "' 0 "' ... 00 "' N ... Ill 0 "' ... 0 ..,. "' ... .!< .0 - "' ..... ... "' ... ..... ... "' N .... ..... N "' E 0 "' 0 00 00 N ..... .... N "' ... M I.fl .... 00 c: N er <n' "'' o' o' ¢' , .. .- ... ... - , .. ; ... .- N' ...... 0 => c ' ~ "' "' CD N ..... "' ..... N '- " - N

., c £ "' Q. ., "' "' ... f- "' "' .. " 0. "' ~ 0 ... ... ·m "' "' "' N "' "' 0 00 ..... .!; => - "' ... .... 0 ..... "' ... 0 "' .... ... co "' co Ill Cl .0 0 .D .... .... "' m "' '"'! 0 ... .... 00 "' ... N N "' E 0 ef 0- " ....; .,; . ot5 ....; <i <i .... C'i c: ~ c 0 N .g "' ::> N 00 m "' N

-0 -" "' N " c ~ c "' ll .. "' (l/

"" "' - .8 c -0 "' "' N 0 0 N "' ,.... "' "' ..... "" ... "' "' a; 0. 0 CTI m "' 00 "' Ill "' N 0 en M 0 E CL " ID "' 00 ,... "' "' 00 "' .... 0 M 00 co o. " CD .0 0 "' "' .-i o' •i ..,- ...... N' ...; "' ..... VI .,, .. N "' >t 0 00 "' .... "' ..... N c: - ,.., 'ii =¬ N ., ~ 0 c c E 0. 0 0 "' "' "' N 0 "' .... ..... 00 N .... "' .... "' t:. .Q "" 0 ,.., ..... "' 00 ~ <D .... " "' "' 0 00 c ·;;; ·:;; "' rl CTI ... N ..... "' 0 00 ro <t "' <D "" 0 .,., .. ci' ,..; ,,,- ef ..,.- .... - "' ... .- 0 .... .>< -"' 0 c: :> ::> N ... N ..... N .... .... c "8 't> N °' ~ c: ~

~ Cl. CL

"' U'\ .... Ill "' 0 0 "' 0 ~ m "' 0 N " ~ ..... <r "' .... .... "' "' U) "' .... U) N c "' ... <D "' 00 "' 00 Ill N CTI CTI ~- ..,. "' U) "' 8 ,..: 0 .-i c) "" vi .... ¢' "' .. .-i E .;, " ~ N U'\ N .... "' ..... ..... c: "' N ~ "' c:

·"' c c: "' " £ "' t: !9 ::> "' ~

:;:; :~ c: "' - ~ "' 2 .§ c :I: ,_ " ~ "' E > ~ "" "' "' "' " "" "' QI) OD "' c: "' .. Wl <:: .... 0 c Oi c c: "" "' .. "" > c: 0 c "' "' "' ~ QJ c "' 'ii :> "O ~ ..0 a. "' ~ c: Wl v u :a :a "' ~ c "' QI .. "' .. .. 2 QJ "' i,: .!; ,,_ ~ "" "" "" ::i => co u Cl. 0:: "' .., ~ .... N M ... "' "' ,... 00 "' 0 .... N "' -0

0 .... ,.., ..... .... E c z :::. .... "'

Page 84: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

.. 0 N .... <t <D 0 "' <t <t "' cn ... ,.. - '1 cn ~ ,... "". ... "! N ,... "'! 0 "". .... "' "' <t .-< ..; N .,; .., ..0 ai "' .n N cO a:: " " .... ..... ..... .... 00 "' .... .,. Ill .... .. .... .... .... ,... U\ ... - - .. " a: ' "' 00 en 00 N ..... ... 00 0 "' "" <t en N .,.

'"' "! 0 q ..., "! 00 "' N "". ,... en 0 "l ... ..; ai ,..: .; ,._; ,..; ,..: ,.,; " .... "' ..... N 0 .... "" 8 <t N .... .... ... ... "' "' "' "' Ill "' ~ "" ... .... .... 0 00 ..... c N ..... ~ ., I- ~ "' :§. ~ "' .. 0 0 <t .... .., 00 N 0 00 "' "' ,...

"' :::J .. "! "". ... "! .., "! N <t 0 "' .... q ~ 00 z "' "' "' ... .0 N .,; N .,; 0 "' ai ,..: r-, 0 re 'ti 0 .. N .... .... .... .... 00 "' 0 "' .., .. "' ... 0 ... .... .... "' <t .... "' N i gg "' s: ... c "i" 0 "' .,, t- ~ .. en "' "' N ,... "' 00 8 0 .., s r-,

0 "' "' "". "! cn "! <r .. N "' 0 ,... ... "' .. "' .n <r .... ,..: N .,; .; 0 .,; 0 0 0 ,..: 0 :::J ..

8 " N .... .... .... .... 00 "' N 00 "' 0 ~ - z ·5 .... ... .... "' "' ... N c: ;;; :t ~ c

> :::J 0 "O e 0 en ... cn .... 0 .... 00 N ,... 0 .... 0 N s 0.. ... cn "! q en 0 .... ": N ~ .... "! cn "' 0.. ; ,..: ,.,; .; .,; ,...; ~ $ .0 <: c 8 .... N N f:! ·- "' N .... ... ..... .... 00 \D "' "' "O .... .... .... .... "' "' ·~ .. 8 N

l: 0 N ~ a 8 .... "' "' 00 .... "' 0 .... co "' "' cn "' c: E :i .., N .., .., N OI en "' en ID cn "' "! .!1 :> "' .n u'i ,_; .0 N .n ..n u'i ,,: ..n ,..: ai "' c: "' N a:: <t N .... .... ... ... "' .... .... ..... " "' ~ c c I ..... ... "' "' 41 "' "' - ~ - .t:: l "' .. " a:

Q. I- .. lj .5 .. .D .. 00 \0 <t "' 0 "' cn 00 \0 .... N ~ - E 00 0 "! "' "! "". <'! "! q ... "' 0 .!; .. .. :::J "' .0 ai 0 0 Q "' 0 .... N N 00 .... .... &; "' ....

'6 ,,,

8 <t N .... .... .. .... "' .... N "' \0 c: c c .... .... .... "' .g c " 41 N

~ -" - ~ ...

~ c:- ~ "' " :>

0 0 .D ~ N ... 00 ., 8 cn N .... ~ 8l .... ..a 0.. "O .. cn \0 .... .. <t .... .. N "' E ... .. ., "" \0 .n u'i ...; oci ,.,; .,; .; ;;t 0 .; 0 a\ "' .. " 1 00 '6 0 .. N .... .... ... ... .. .... N q ID V) 0 .... .... "' 1 N c:

~ -- ~ l "' "' N "' .... "' "' cn " .... " .... ..... ,... "' .. .... .... "' "! q "! "! N N "l .., .... ... ..a "' "' "' .n .; N .... N .. "' ,.,; ai N ... aO "' ~ - :~ "' 0 .., N ... .... .... .... 00 .... .... ... .., "' ·'=' 0 .... ... "' " s: 2: N 0

" ~ °' c: "O :::J d: 0 "" ... 0 "' "' 00 g ;::: cn ... ;1; 0 N en .... cn Q. ... .... "' \0 "' "' N "' 00 "' ... c: :i CL .., .; ..,; ,_; ..; ...; .; ,_; "' ai N ai ai .n 0 .. 0 .., N .... .... .... ... .. .... .... ... <t "' E 'f 0 ... .... ..., 0

N " "' {!. - "' a:: c: .~ .s: c:

"' 0

"' .c .. t'. " "' ... ·"' • '.!!_ c .. - ~ .,, ... ~ 'j 0 r t- ::J ... "' E "" "" > .. "" ... "' "' 0 "" .. "' .. c a: ~ "" .!;; "' 0 c .. c c: "" "' > c 0 "' "' "' "' ~ ., c: .. 0 c: 15 .., u u :0 :0 ;;: .0 "' C1. "' ~ _g "' "" .. "' .. "' .. "' "' "' ;.: "' ~ n. 0.. ~ "' "' "' ::> ::> co u a.. "' .. Cl. .... N .., " "' ID .... .. cn 0 ... N "'

.,, E: ci ..... .... ..... .... E: "' 2 " ~ .,,

Page 85: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

"' ... 00 "' ... 0 "' U') "' OI 00 N ... "' 0) ... "' "' U') 00 "' ::n II\ 0 "' "! "! ;;; .... .... m vi ,...: o o vi ,...: ..,.; N N "' a: ... ' .. "' L ~ "' "' "' a: "' L O> II\ r-, .... N 0 "' "' N 0 "' m N b'l. .... 0 0 N "' "! m "' "' 0 q .... ~ ec ..... N N ...; -; 0 rl ..... <D ,...: ...; "' m m c: s e-t :c- QI

I- N .Q "' ... ·!g .S! <ti z ..... .... 00 OI -e ... ~ L .. ..... N ..... N r-; m "' :0 N II\ ": 00 q r-, 00 ": 0\ N <:; ""! "' "' co ,._; ui 0 0 ai N c c "' ..... N r-, "' N N m o <ti g "' L

"' 0 ~- 00 .:!:'._ N 0 00 ~ '- c: e "' " "' I- ~ N .... N ..... "' ~ N a> 0 "' "' 0 "' .. a. ": ..... N ") T"1 00 ..... ..... 0 T"1 00 ,, l: "' ~ U') ..... .... .,; ... _,; ci ci vi . .,; ...; ,._; ...; N 0 :::> 0 "" z .E 0 "" ·;;; N c: 0 ~ c: c: ·;;: 0 0 0 .>< L w 00 "' co ..... 00 ..... ..... ... "' N "' "' .... ~ Q. "! "! "' ": "'! r-, ..... N "'! q LO 00 N c: ~ .. rl .... ,.,; "' .,, a c:5 <i .... N .... ,..; m <= "' z 0 ·;;; .,, ..... 0 ,£ "' 0 N " >: 0 () N '- .. Q. .D .. ... N ... m N 0 ... ..... OI "' N r-, 00 c E "' 0 - ~ .... N "' 00 "' ~ ..... 0) ") "'! 0 m .S! :::> 0 "' ,..; ...; ui oO ,..; vi ...; .,; V> N a: ..... .... N m N c:

"' ' .....

~ c c >: "' "' :J - ... s: ... ..., ~ "' .. ..0 a: c. I- E "' :J () .D .. " 00 "' ... N co "' "' "' m " "' " "' .s "' ... VI "'! q co .... m .... "'! N N ... "'! N .... "" '" c ...; ,...: '° oi "' <:i .,; Q c ..... N N .... .... .... N '5

., 0 .... c: c: ... 0 .g .. c: "' Q. N

"' ...,,

:J () L 00 "' ..0 :;: c: "' .. "' "' "" ~ 0\ ... ... "' "' N N "' .... N ... gj 0

0. .,, .Q L :0 ..... "' .... CTI ()() CTI 00 0 "' "! m E "' Q) "' ...; ,..; m .,; ai ...; ...; ui vi ...; <i ...; .. N :J ... "' c: 0 .... "' :0 0 0 c: 0 < N

~ E "' 0 0 ... "" :J §- ~ ·:.'(I "' N 00 00 m N "' .... ..... .... N N

E a. "'! ") ..... "' "'! "'! ..... "' .... ..... "'! "! ..... ..Q

0 ~ "" .... ..... m •n ,... ..... ...; "' ,,.. ...; "' "' <!) ~ 0 c: .E 0 c: 0 N 15, "" 0 UJ c: c: g 0 0 "" 0 0 U') 00 "' U') 00 0 0 0 m 0 0 Q.

z w rl <I') ..... 00 <D N q N ..,.. U') "' ""! 0 c: <ti 2 .. ...; ,..; ...; ...; '° ...; .... ,.; oO ,._; c-J N .,; 0 ... z 0 .... E "' 0 0 a: N c: ;. {!. ... "' c: 0:: .!;!

.;;. c: "' ~ "' .c "' "' :J "' L

"' c: ., ·"' ~ .,, :::- "' ~ :;: 0 r I- :J L "' E ·o; 00 "" > .!!! 00 ... "' "' 0 0 "' "' § a: "" >- •• ..£; c: Qi c: c: ~ "" .... "" "" QI .. c 0 Cl c: 'O :::; -0

.. .. " .D c: a. "' :;: "' u u :0 :0 "' "' .g "' ~ 0 .. "' «> ,... :2 "' ii: "' ;,,:

0. "' "" "" ::) ::) "' u Cl. Vl ., <>. .... N "' .. ..,.. "' ..... 0) O> 0 .... N "'

.., E 0 .... ..... .... .... E " z " .... "'

Page 86: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

~ ~ ~ ~ ;:: ~ ~ ;:!; ~ ~ c, CL 0... CL CL 0.. Q. 0. 0.. c, l.O!'C:00\0.-4NM'"'1"U"I ~rl"""'4"""'4NNNNNN

s~~~~~~ CL 0.. Q. CL f'I 0. CL

"'

c: .. ·c: t! QI c,

Page 87: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

~ "' "' "' "' °' "! .... ... "' ..... ..... en "' en \l) "! co \l) 0 ") .... "! ~ r-, "' r..: .... <i ,..; N "' .,; "' ,..; "' ..; <i .,; ,..; .n U) <i .,; ..; ... ..; ... N 0 ,..; "' .... !l

a. ·;:: ;:i: .9 ~ <( 0.

"' ~ "' c <(

E .. ;;; 'tl .... ~ +;

"' .. ;) ::> ::> ::> :::> c c ~ ~ "' - ~ - "' - ~ - :~ - QI "' = 3 -~ = 3 .i -~ - - J: ~ :x: ~ :x: ~ :x: ~ ;:i: ~ ~ < 'iii .. .!! "' "" G;

... .!! n ;;; ... .!! "' ·;;; "" .!! "' 0 "" .!! "' .. a: a: ... a: "" a: OD a: c: c: Qj c: "' .. c: Qj c: "' ., c: Qj c: .. .. c: QJ c: .. .. e Qi c: .!!! 0 .. "' ~ "' ~ n ~ "' ~ "' ::> .,, v .a ::> .,, v D ::> .,, u .o ::> "O v D ::s "O u .0 ·o .. QJ "' ii "' ~ QJ .. ii "' 00 QJ n ii "' OD QJ "' ii "' eo QI "' ii ,. .. ~"' "" ;;;) u ~ "" "" ;;;) u ~"" "" ;;;) u ~ "' "" ;;;) v ~ "' "' ;;;) v ·;::

~ ~ "' Qi > §: <!J -' U'l "! ,,.. Cl en "' "' oi r-, ci "' cO .., .. ... ... "' N "' "" a. ~ .,, .2 .. ~ - 0.. ·;;: 0 ·;;:

e, . ., ., 0 .~ .,, (I) - c

"' ;;; ..: -e .. "' D ';;; - E c "' ·;;:

"' "' QI c ;; ~ c - ~ -u .g "' "' "' "O 't s: "' 0

"' "' z "' ~ ~ E --' 0. 0.

0 ....

Page 88: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

o ~~~m~~m~~m~~~~w~N Omg~~~;~~~~~~~~~~~M N -• .;,t "(I q- q m M N N e-- .-! ....., ~ .. ;

N C'f"'IG'lm 2~~~~~

• "n••~O~rl·-~-~~~·- s ~~~~ .. ·~~~~~i~d~-~~. N~~~~···~~~m~N~~~m~~~ "'

q~~ ~ R ;; ~

"' 0 ~~~-~~~~<nOO•~Q ~ ~~~~~~dm~~d~~N ~~~~~~~~~~~~~~~~

0\ <"'1 ~

~~~ N .,;

N~M-fl'lqNqcc;!.-1 -i \D vi vi a; co oO-u:> 8 0 ~ ; ~ ~ ~ :-;: ~ ~ N ~

Page 89: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

0

00 v

~ .... ' 0

~ c " c:

..

~ m ..

=

s ~ . 0 0

Page 90: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

Lampiran 9

tuas Panen, Produktivitas, dan Jumlah Produksi Jagung di Kabupaten Sumbawa dirinci perkecamatan Tahun 2008

tuas Panen (ha) Produktivitas Jumlah Produksi

No. Kecamatan (ton/ha) (ton)

1 Lunyuk 1,761 3.54 6,226

2 Orong Telu so 3.36 168

3 Alas 116 3.50 406

4 Alas Barat 762 ::1.57 2,721

5 Buer 53 3.51 186

6 Utan 1,333 3.53 4,707

7 Rhee 263 3.50 920

8 Batu Lanteh 325 3.54 1,152

9 Sumbawa 191 3.57 682

10 L3buan Badas 735 3.58 2,632

11 Unter lwes 119 3.55 423

l2 Moyo Hilir 1.15 3.53 759

13 Moyo Utara 123 3.50 431

14 Moyo Hulu 107 3.52 377

15 Ropang 10 3.50 35 16 Lenangguar 15 3.53 53

17 Lan tung 10 3.50 35

18 Lape 145 3.36 487

19 topok 47 3.49 164

20 Plampang 1,353 3.60 4,867

21 Labangka 7,$49 3.74 28,244

22 Maronge 27 3.48 94

23 Ernpang 353 3.48 1,229

24 Tara no 401 3.49 1,398

Jumlah 16,063 3.64 58,396

Page 91: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

iomoiro« 11

luas Panen, Produktivitas, dan Jumlah Produksi l<edelai di Kabupaten Sumbawa dirind perkecamaran Tahun 2008

Lua> Panen (ha) Produktivitas Jumlah Produksi

No. Kecamatan (ton/ha) (ton)

1 Lu~yuk 172 1.04 179

] Orong TPlu 100 1.17 117

3 Alas 814 1.14 931

4 Al~s Bar at 835 1.26 1,056

5 Buer 701 l.15 809

6 Utan 1,130 1.23 1.394

7 Rhee 473 1.12 528

8 Batu Lanteh 25 l.08 27

9 Sumbawa 80 1.06 85

10 tabuan Badas 63 1.08 68

11 unter wes 84 1.14 96

12 Moyo Hillr

13 Moyo Utara 2 1.00 2 14 Moyo Hulu 46 1.11 Sl 15 Ropang 495 1.22 604

16 Lenangguar 224 1.10 246

17 Lan tung 704 1.16 815

18 Lape 1 1.00 l

19 Lopok

20 Plampang 2 1.00 2

21 Labangka

22 Maronge 1 1.00 1

23 Empang 530 1.22 648

24 Tarano 210 1.11 233

Jumlah 6.692 1.18 7,893

Page 92: SEKOLAHPASCASARJANA - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/157374... · Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process,

iomoiron 13

Luas Panen, Produktivitas, dan Jumlah Produksi Ubi Jalar di Kabupaten Sumbawa dirincl perkecamatan Tahun 2008

luas Panen (ha) Produktivitas J umlah Produksi

No. Kecamatan (ton/ha) (ton)

1 Lunyuk

2 OrongTelu

3 Alas

4 Alas Barat

5 Ruer 6 11.50 69 6 Utan 5 11.40 57 7 Rhee 8 Batu Lanteh 10 11.60 116 9 Sumbawa 8 11.63 93 10 labuan Badas 12 11.33 136 11 Unter lwes 3 11.67 35 12 Moyo Hilir

13 Moyo utora

14 Mayo Hulu 2 11.SO 23 15 Ro pang 2 11.50 23 16 tenangguar 5 11.60 58 17 Lan tung 2 11.50 23 18 Lape

19 topok

20 Plampang 2 11.50 23 21 Labangka

22 Maronge

23 Empang

24 Tarano

Jumlah 57 11.51 656