SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI...

39
STRUKTURASI DALAM KOMUNIKASI ORGANISASI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA ISLAM DI KEMENTERIAN AGAMA JAKARTA BARAT Diajukan kepada Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Sebagai Persyaratan mencetak tesis dalam bentuk buku yang ber-ISBN Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Andi Faisal Bakti, MA oleh: MUBAYYINAH NIM:13.10.2.00.1.07.01.0112 SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016 M / 1437 H

Transcript of SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI...

Page 1: SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38718/1/MUBAYYINAH - SPS.pdf · terjadi apabila kendali organisasi dan budaya organisasi

STRUKTURASI DALAM KOMUNIKASI ORGANISASI

BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA ISLAM DI

KEMENTERIAN AGAMA JAKARTA BARAT

Diajukan kepada Sekolah Pascasarjana

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Sebagai Persyaratan mencetak tesis dalam bentuk buku yang ber-ISBN

Dosen Pembimbing:

Prof. Dr. Andi Faisal Bakti, MA

oleh:

MUBAYYINAH

NIM:13.10.2.00.1.07.01.0112

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016 M / 1437 H

Page 2: SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38718/1/MUBAYYINAH - SPS.pdf · terjadi apabila kendali organisasi dan budaya organisasi

i

Kata Pengantar

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan rahmat-Nya, sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW yang sanggup memberi syafaat kepada umatnya bagi yang selalu melantunkan shalawat kepada beliau dengan istiqamah.

Selanjutnya, penulis menyadari bahwa selesainya tesis ini tidak luput dari bantuan, bimbingan, dukungan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih yang setingg- tingginya kepada:

1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Periode 2010-2014, Prof. Dr.

Komaruddin Hidayat, MA, dan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2015-2019, Prof. Dr. Dede Rosyada, MA.

2. Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Periode 2010-2015, Prof. Dr. Azumardi Azra, MA, dan Direktur Sekolah Pascasarjana periode 2015-2019, Prof. Dr. Masykuri Abdillah.

3. Ketua Jurusan Program Magister, Periode 2010-2015 Dr. Yusuf Rahman, MA, Periode 2015-2019 Dr. JM. Muslimin, MA,

4. Dosen pembimbing, Prof. Dr. Andi Faisal Bakti, MA 5. Para Verifikator, Penguji di Ujian Proposal, Ujian Works in Progress

(WIP), Ujian komprehensif dan Ujian Pendahuluan; Prof. Dr. Suwito, MA, DR. Yusuf Rahman, MA, Prof. Murodi MA, Prof. Dr. Abuddin Nata, Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA, Prof. Dr. Said Agil Husin Al-Munawar, MA, Prof. Dr. Salman Harun, MA, Prof. Dr. Amani Burhanuddin Lubis, Prof. Dr. Syukron Kamil, Dr. Ali Munhanif, MA, Prof. Dr. Yunan Yusuf, MA, Prof. Dr. Iik Arifin Noor, MA, Prof. Dr. Masykuri Abdillah, Prof. Dr. Andi Faisal Bakti, MA, dan Dr. Arief Subhan, MA.

6. Seluruh sivitas akademika dan staf Perpustakaan SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Teman-teman mahasiswa Sekolah Pascasarjana antara lain; Nurun Nisa, Ummu Shofiyah, Mulazamah, Lilik, Rifqi, Ayu, Aceng, Abu Khaer, Falizar, dan lain lainnya.

8. Pengurus Pusat Lembaga Pendidikan Ma’arif NU, Kepala kantor Kementerian Agama Jakarta Barat, Kepala KUA Kecamatan Palmerah beserta staf, penghulu Kecamatan Palmerah dan Para Penyuluh Agama Islam Fungsional Jakarta Barat.

9. Para responden pada penelitian tesis ini yang telah menyediakan waktu dan tenaganya untuk penulis wawancara.

Page 3: SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38718/1/MUBAYYINAH - SPS.pdf · terjadi apabila kendali organisasi dan budaya organisasi

ii

Pada kesempatan ini juga, penulis sampaikan ucapan terima kasih dan

penghargaan setinggi-tingginya kepada almarhum ayahanda Somaji yang selalu mengiringi dan menjadi inspirator penulis dalam mengarungi kehidupan. Ucapan yang sama juga penulis sampaikan kepada ibunda Kuniah, ibunda Taswen Ishaq dan bapak Sorya Sumardja, yang tidak henti-hentinya memberikan doa dan restu kepada penulis.

Ucapan terima kasih yang setulusnya juga penulis sampaikan kepada suami tercinta, Farichin Sorya yang selalu menemani dan mensupport penulis di kala suka maupun duka. Dan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada seluruh kakak dan adik-adik penulis baik yang berada di Lamongan Jawa Timur maupun Bumiayu Brebes Jawa Tengah. Semoga Allah SWT selalu melindungi kalian di manapun berada.

Akhirnya kepada Allah SWT, penulis hanya dapat berdoa semoga bantuan, dukungan dan motivasi dari semua pihak yang penulis sebutkan di atas menjadi amal baik dan mendapatkan imbalan dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu, harapan penulis kepada pembaca untuk memberikan kritik, dan saran yang membangun demi penyempurnaan dan perkembangan akademik penulis di masa mendatang. Selain itu juga, demi progresivitas komunikasi organisasi penyuluh agama Islam fungsional di Kementerian Agama Jakarta Barat di masa sekarang maupun yang akan datang. Semoga karya ini dapat memberikan manfaat bagi setiap pembaca.

Jakarta, 19 Juli 2016

Mubayyinah

Page 4: SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38718/1/MUBAYYINAH - SPS.pdf · terjadi apabila kendali organisasi dan budaya organisasi

iii

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Mubayyinah

NIM : 13.10.2.00.1.07.01.0112

Jenjang Pendidikan : Program Magister (S2)

Konsenterasi : Dakwah dan Komunikasi

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang berjudul “Strukturasi

dalam Komunikasi Organisasi Bimbingan dan Penyuluhan Agama Islam di

Kementerian Agama Jakarta Barat” adalah karya saya, kecuali kutipan-kutipan

yang disebutkan sumbernya. Apabila di dalamnya terdapat kesalahan dan kekeliruan, maka sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya. Selain itu, apabila di

dalamnya terdapat plagiasi, maka saya siap dikenakan sanksi yang berlaku.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta: 01 Agustus 2016

Yang membuat pernyataan,

(matrai 600)

Mubayyinah

Page 5: SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38718/1/MUBAYYINAH - SPS.pdf · terjadi apabila kendali organisasi dan budaya organisasi

iv

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis dengan judul “Strukturasi dalam Komunikasi Organisasi Bimbingan

dan Penyuluhan Agama Islam di Kementerian Agama Jakarta Barat” telah ditulis

oleh:

Nama : Mubayyinah

NIM : 13.10.2.00.1.07.01.0112

Jenjang Pendidikan : Program Magister (S2)

Konsentrasi : Dakwah dan Komunikasi

Selain itu, karena tesis ini telah melalui Ujian Proposal, Work in Progress

(WIP) Tesis 1, 2, dan Ujian Pendahuluan Tesis serta telah diperbaiki sesuai saran

sebagaimana mestinya, maka dengan ini, saya menyetujui untuk diajukan pada

Ujian Promosi.

Jakarta, 20 Juli 2016 Yang membuat pernyataan,

Prof. Dr. Andi Faisal Bakti, MA

Page 6: SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38718/1/MUBAYYINAH - SPS.pdf · terjadi apabila kendali organisasi dan budaya organisasi

v

PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Mubayyinah,

NIM : 13.10.2.00.1.07.01.0112

Jenjang Pendidikan : Program Magister (S2) Konsentrasi : Dakwah dan Komunikasi

Judul Tesis : Strukturasi dalam Komunikasi Organisasi

Bimbingan dan Penyuluhan Agama Islam

di Kementerian Agama Jakarta Barat

Menyatakan bahwa Tesis ini telah diverifikasi oleh Prof. Dr. Iik

Arifin Noor, MA. Pada tanggal 01 Agustus 2016.

Tesis ini telah diperbaiki sesuai saran verifikator, yang

meliputi:

1. Menghilangkan tanda kurung dalam penulisan buku pada daftar

pustaka.

2. Menambahkan referensi jurnal ilmiah dengan tahun terbit yang

mutakhir.

3. Menambahkan nama lengkap tokoh yang terdapat di tesis

pada penyusunan index.

4. Menambahkan pengantar singkat diawal penulisan bab IV.

Demikian surat pernyataan ini dibuat agar dapat dijadikan

pertimbangan untuk menempuh Ujian Promosi Tesis.

Jakarta, 01 Agustus 2016

Yang membuat pernyataan,

Mubayyinah

Page 7: SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38718/1/MUBAYYINAH - SPS.pdf · terjadi apabila kendali organisasi dan budaya organisasi

vi

Page 8: SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38718/1/MUBAYYINAH - SPS.pdf · terjadi apabila kendali organisasi dan budaya organisasi

vi

PERSETUJUAN PENGUJI

Tesis dengan judul “Strukturasi dalam Komunikasi Organisasi

Bimbingan dan Penyuluhan Agama Islam di Kementerian Agama Jakarta Barat”

yang disusun oleh Mubayyinah, NIM: 13.10.2.00.1.07.01.0112 dinyatakan

LULUS dalam Ujian Pendahuluan Tesis pada tanggal 03 Mei 2016 dan telah

selesai diperbaiki sesuai dengan saran dan rekomendasi dari Tim Penguji

Pendahuluan Tesis, serta disetujui untuk diajukan pada Ujian Promosi Magister.

TIM PENGUJI

No Nama Penguji Keterangan/Tandatangan 1

Prof. Dr. Masykuri Abdillah, MA (Ketua sidang/merangkap Penguji)

......................../07/2016

2

Prof. Dr. Murodi, MA (Penguji 1)

....................../07/2016

3

Dr. Arief Subhan, MA (Penguji 2 )

....................../07/2016

4

Prof. Dr. Andi Faisal Bakti, MA (Pembimbing/merangkap Penguji I)

...................../07/2016

Page 9: SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38718/1/MUBAYYINAH - SPS.pdf · terjadi apabila kendali organisasi dan budaya organisasi

Abstrak Kesimpulan besar tesis ini meyakini bahwa Penyuluh Agama Islam Fungsional (PAIF) Kementarian Agama (Kemenag) Jakarta Barat (Jakbar) tidak berjalan sesuai strukturasi organisasi yang meliputi kendali organisasi dan budaya organisasi, Kebijakan (atasan) hanya bersifat instruksi (informasi dan tabligh) belum terstruktur secara komunikatif. PAIF benar memiliki aturan-aturan tetapi sebagian aturan itu perlu diperbaiki yang dibuat pada tahun 1999 saat PAIF berdiri. Karena itu, atasan/pimpinan tidak dapat melakukan perubahan/taghyir yang relevan dengan kondisi kekinian di tingkat organisasi.

Selain itu, penyuluh dan masyarakat (receiver) tidak dapat memahami instruksi (pesan/message) atasan, bahkan atasan cenderung membiarkan penyuluh berjalan tanpa kendali dan budaya organisasi yang profesional. Diklat hanya dilakukan apa adanya dan tidak mengacu pada aturan kepegawaian. Akibatnya pembinaan penyuluh dan masyarakat (binaul ummah) tidak terwujud. Seharusnya PAIF berjalan sesuai dengan strukturasi oganisasi dalam komunikasi.

Temuan ini sejalan dengan pendapat Anthony Giddens (1982), Poole dan McPhee (1983) yang mengatakan bahwa strukturasi sebuah lembaga dapat terjadi apabila kendali organisasi dan budaya organisasi berjalan sesuai dengan aturan dan tuntunan masyarakat. Dengan demikian masyarakat dapat memahami norma, peran, dan peraturan organisasi. Tesis ini juga sependapat dengan Andi Faisal Bakti dalam teori resepsi aktif (2004) yang mengatakan bahwa apabila penerima informasi aktif memaknai pesan maka penerima tersebut dapat berkembang, dan organisasi di mana jika ia diaktifkan maka akan maju.

Pandangan ini berbeda dengan teori modernisasi yang dikemukakan oleh Daniel Lerner (1958), Wilbur Schramm (1960), dan Everett Rogers (1962). Ketiganya berpandangan bahwa masyarakat dapat berubah apabila sender (pengirimnya) yang aktif. Dalam hal ini PAIF cenderung diterapkan seperti teori modernisasi ini.

Tesis ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi kasus bimbingan dan penyuluhan agama Islam di Kemenag Jakbar melalui wawancara, dokumentasi dan observasi langsung. Penulis mengklasifikasi dan menganalisis data berdasarkan teori strukturasi, yaitu kendali organisasi dan budaya organisasi profesional. Teori ini kemudian dijabarkan melalui pendekatan komunikasi Islam Andi Faisal Bakti (2007), yang meliputi tabligh (informasi), taghyir (change) dan binaul ummah (community development).

PAIF Kemenag Jakbar dapat berjalan dengan baik apabila mengikuti prinsip komunikasi organisasi yang meliputi POAC (Planning, Organizing, Actuating dan Controlling). Kata kunci: Strukturasi, Penyuluh agama Islam Fungsional, dakwah, budaya organisasi, dan kendali organisasi.

Page 10: SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38718/1/MUBAYYINAH - SPS.pdf · terjadi apabila kendali organisasi dan budaya organisasi

viii

Abstract

The main conclusion of thesis believes that the institution of Islamic Counselor of Ministry of Religious Affairs at West Jakarta office does not work well based on the structuration of organization which is includes control and culture of organization. The policy of the leader is just an instruction (information and tabligh). Actually, the institution has its own regulation but it is out of date since it was released in 1999 when the organization was launched by the ministry.

Both of the Islamic counselor and the community take part on this. They are receivers who couldn't understand the instruction (message) delivered by the leader--the leader even let them work without any control and culture of organization. Actually the training and education were held regularly but they do not refer to the regulation. Therefore, the developing of the conseulor and the community development (bina al-ummah) couldn't work well. The institution should be run by the structuration of organization.

The findings of this thesis are in line with Anthony Giddens (1982) who states the structuration of a professional organization runs based on regulation and aspiration of the community. Therefore, the society could understand the norm, the role, and the regulation of organization. This thesis also supports Andi Faisal Bakti (2007) on theory of active reception. It states that if the receivers of information understand the message actively, the receiver would developed theirselves.

It disagrees with the theory of modernization by David Lemer (1958), William Schramm (1960), and Everett Rogers (1962). They state that the community changes when the sender of information works actively. This theory treats the organization of Islamic counselor as well as the modernization.

The thesis uses a qualitative approach and puts the Islamic developing and counseling of Ministry of Religious Affairs at West Jakarta office as a study case. The data collected through interview, documentation, and direct observation. The author clarifies and analyzes it based on the theory of structuration that including control and culture of organization. The theory explains the data using the Islamic communication by Andi Faisal Bakti (2007) which is consists of tabligh (information), taghyir (change), and bina al-ummah (community development).

The institution of Islamic conseulor runs well when it applies the basic of communication of organization which consist of POAC (Planning, Organizing, Actuating, and Controlling).

Keywords: structuration, Islamic counselor, culture of organization, organizational control

Page 11: SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38718/1/MUBAYYINAH - SPS.pdf · terjadi apabila kendali organisasi dan budaya organisasi

ix

الملخص

عتقد بأن مرشدي جنتاتاسوأªم ن اإلسالمي ªذه الرسالة في الد في وزارة الشؤون الوظ

ة ن مي مكتبالد كل التنظ عملون وفقا لل ة ال شتمل جاكرتا الغرب ادة الذي ا، المنظمةو على ق ثقافات

مات س إال مجرد التعل ادة فل غ وأما ما صدر من الق ن . نعم، أكثر ، والوالتبل إن لقسم إرشاد الد

فاإلسالمي ال ا قد أصدرت قبل السنوات أنظمة خاصة بوظ دة ªي عامال، ولكن معظم م 1990 بع

ا س ادةفي وم تأس مكن للق ذا ال ةال ةأإجراء أول مرة. ل ر عمل اتغ توافق أحوال المنظمة حال .الت

ضا أªم نتائج الرسالة منو ادة، بل ن والمجتمع كثفإن المرشدأ ده الق ر مون ما ف را ما ال

ادة عملون والق ن ªل ªم ةادة المنظقوفقا لال تبالي بأمرالمرشد ا االحتراف ال تكون أم ال. ف مة وثقافات

متالدورة ة التي أق ب ة عن الفائدة وال برنامج مجرد إال التدر ةتنطلق من األنظمة االخال ، وªذا حتراف

. والمفروض قت ن واألمة على حق سبب عدم بناء المرشد ن اإلسالميرشدو عمل مأن طبعا الد

في كل التوظ مي. في االتصاالت وفقا لل التنظ

ننتائج توافق ما رأ أنتوني غوªذه ال مي Anthony Giddens )2198 د ) قال بأن التنظ

ة مؤسسة س ا جاروف في أ ادة في المنظمة وثقافات ة وفقا لألنظمة ومطلوبات كون إذا كانت الق

م المجتمع عادات المنظمة ودور ف ضا تالمجتمع، ف ا. وªذه الرسالة أ ا رأ ؤكد مªا وأنظمت

ة االستقبال الفعال ( Baktiيباكت ة متلقي ) في أن إذا كان 2004في نظر ر أ المعلومات فعاال في تفس

مكن ل التطور.فسوف رسالة

ث ة التحد خالف نظر رت اقالالتي وªذا الرأي لبور سكرامم وروغ ر وو رن ال ل دان

Rogers)1962(ر مكن للمجتمع التغ ن في إرشاد مرسل الرسالة فعاال،إذا كان ، بأن فكأن الموظف

ث ة التحد ن اإلسالمي داخلون في نظر .ªذه الد

ج النوعي ªذه الرسالة الاستخدمت و داني مع البحث ن في الحادثة واإلشراف واإلرشاد الم

ة ع ة جاكرتا الغرب ن ااإلسالمي في مكتب وزارة الشؤون الد ة وجمع الب ق المقابلة الشخص ناتن طر

داني المباشر. ف ف المعلوم ةم الباحثتقووالبحث الم كلبتصن ة ال ا حسب النظر ل اوة ات وتحل دة ªي ق

ة ا االحتراف ة ، ثم المنظمة وثقافات ج تفصل ªذه النظر ة على ن Bakti باكتياالتصاالت اإلسالم

ر وبناء األمة. (2007 غ المعلومات والتغ ة على تبل ) المحتو

ن مأن أعمال احثةوترى الب في اإلسالمي رشدي الد ة الوظ ن في مكتب وزارة الشؤون الد

ة ة حسباجاكرتا الغرب ªي (POAC) ةاألربع منظتال مبدأ االتصالاتبعوا إذا لمطلوبستكون جار

ط موال ،)Planning( التخط لوالت ،)Organizing( تنظ والمالحظة ،)actuating( شغ

)Controlling(.

كلكلمات في في اإلرشاد اإلسالمي مرشدونة، الالبحث: ال ادة المنظمة. التوظ ، ثقافات المنظمة، ق

Page 12: SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38718/1/MUBAYYINAH - SPS.pdf · terjadi apabila kendali organisasi dan budaya organisasi

PEDOMAN TRANSLITERASI Pedoman transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam penelitian ini adalah ALA-LC ROMANIZATION tables yaitu sebagai berikut: A. Konsonan

Initial Romanization Initial Romanization

A D{

B Ţ

T Z{

Th ‘

J Gh

H{ F

Kh Q

D K

Dh L

R M

Z N

S ، H

Sh W

S{ Y

B. Vokal 1. Vokal Tunggal

Tanda Nama Huruf Latin Nama

◌ Fatḥah A A

◌ Kasrah I I

◌ Ḑammah U U

Page 13: SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38718/1/MUBAYYINAH - SPS.pdf · terjadi apabila kendali organisasi dan budaya organisasi

xi

2. VokalRangkap

Tanda Nama Gabungan Huruf Nama

ي... ◌ Fatḥah dan ya Ai A dan I

و... ◌ Fatḥah dan wau Au A da U

Contoh:

H{aul :حو H{usain :حسين

C. Vokal Panjang

Tanda Nama Gabungan Huruf Nama

Fatḥah dan alif a> a dan garis di atas ــا

Kasrah dan ya ī I dan garis di atas ــي

Ḑamah dan wau ū u dan garis di atas ــو

D. Ta’ Marbūţah

Transliterasi ta’ marbūţah (ة) di akhir kata, bila dimatikan ditulis h. Contoh:

سة Mar’ah : مر Madrasah :مد

(ketentuan ini tidak digunakan terhadap kata-kata Arab yang sudah diserap kedalam bahasa Indonesia seperti shalat, zakat dan sebagainya, kecuali dikehendaki lafadz aslinya)

E. Shiddah Shiddah/Tashdīd di transliterasi ini dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang sama dengan huruf bershaddah itu. Contoh:

ب�نا : Rabbana> �شو: Shawwa>l

F. Kata Sandang Alif + La>m

• Apabila diikuti dengan huruf qamariyah, ditulis al.

Contoh: لقلم : al-Qalam

Page 14: SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38718/1/MUBAYYINAH - SPS.pdf · terjadi apabila kendali organisasi dan budaya organisasi

xi

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................ i Pernyataan Bebas Plagiasi ....................................................................... iii Persetujuan Pembimbing ......................................................................... iv Pernyataan Perbaikan setelah Verifikasi .................................................. v Persetujuan Tim Penguji .......................................................................... vi Abstrak ............................................................................................ vii Pedoman Transliterasi ............................................................................. x Daftar isi ............................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1

B. Permasalahan .......................................................................... 11

1. Identifikasi Masalah ........................................................... 11

2. Pembatasan Masalah ..........................................................

3. 12

4. Perumusan Masalah ........................................................... 12

C. Tujuan penelitian .................................................................... 12

D. Manfaat dan Signifikansi Penelitian ........................................ 13

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan ......................................... 13

F. Kerangka Teori ....................................................................... 15

G. Metodologi Penelitian ............................................................. 17

H. Sistematika penulisan. ............................................................ 22

BAB II PERSPEKTIF STRUKTURASI DALAM KOMUNIKASI ORGANISASI A. Paradigma Strukturasi Organisasi /Tabligh.............................. 26

B. Paradigma Kendali Organisasi/Taghyir ................................... 42

C. Paradigma Budaya Organisasi/BinaulUmmah ......................... 47

Page 15: SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38718/1/MUBAYYINAH - SPS.pdf · terjadi apabila kendali organisasi dan budaya organisasi

xii

BAB III DINAMIKA PENYULUH AGAMA ISLAM

KEMENTERIAN AGAMA

A. Sejarah lahirnya Penyuluh Agama Islam ................................ 55 1. Penyuluh Agama Islam Non PNS....................................... 55 2. Penyuluh Agama Islam Fungsional (PAIF) ........................ 58

B. Tugas, Fungsi, dan wewenang Penyuluh Agama Islam Fungsional Jakarta Barat. ........................................................ .61

C. Tugas Pokok Penyuluh Agama Islam Fungsional Jakarta Barat 62 D. Optimalisasi Peran Penyuluh Agama Islam Fungsional

Jakarta Barat . ......................................................................... 63

BAB IV Analisis Bimbingan dan penyuluhan Agama Islam Kemenag Jakbar Tinjauan Strukturasi Komunikasi Organisasi A. Strukturasi /Tabligh Bimbingan dan Penyuluhan

Agama Islam di Kemenag Jakbar ............................................ 62 B. Kendali Organisasi/Taghyir .................................................... .99 C. Budaya Organisasi/Binaul Ummah.......................................... 111 D. Kritik terhadap Pelaksanaan Strukturasi, Kendali Organisasi dan

Budaya Organisasi PAIF Kemenag Jakbar.................................123

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................ 127 B. Rekomendasi. ........................................................................ 128

DaftarPustaka ............................................................................................... 131 Glosarium ................................................................................................. 143 Indeks ......................................................................................................... 149 Biodata Penulis ............................................................................................. 153

Page 16: SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38718/1/MUBAYYINAH - SPS.pdf · terjadi apabila kendali organisasi dan budaya organisasi

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberadaan Penyuluh Agama Islam Fungsional (PAIF) dijadikan sebagai ujung tombak Kementerian Agama (Kemenag) dalam melaksanakan bimbingan dan penyuluhan agama dan pembangunan melalui bahasa agama, di tengah pesatnya dinamika kehidupan beragama masyarakat di Indonesia.1 Untuk melaksanakan tugas tersebut, seorang penyuluh agama haruslah memiliki kualifikasi pendidikan dan kompetensi tertentu, baik yang menyangkut kepribadian, pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang profesional.

Reposisi PAIF sampai tahun 2015 telah berjalan lima belas tahun. Dalam proses perjalanan untuk menggapai sebuah perbaikan sebagai sub bagian Kemenag, selama ini masih dalam tahap proses penataan stake holders penyuluhan, belum menyentuh inti pengelolaan organisasi secara profesional. Ada tiga persoalan utama komunikasi organisasi dakwah yang masih dihadapi dalam implementasi PAIF di Kemenag Kota Jakarta Barat (Jakbar), yaitu permasalahan struktural/tabligh, kendali organisasi/taghyir, dan budaya organisasi/binaul ummah. Melalui paradigmatik teori komunikasi Islam yang dirancang-bangun oleh pakar komunikasi Islam Andi Faisal Bakti2, penulis hanya memfokuskan pembahasan pada organisasi dakwah di Kemenag Jakbar saja.

Dalam aspek struktural, penyuluhan agama Islam dihadapkan pada sentralisasi kebijakan yang masih berada di tingkat pusat. Akibatnya, secara struktural Bidang Penerangan Agama Islam (PENAIS) di tingkat kantor wilayah (Kanwil) Kemenag dan apalagi tingkat Kemenag Kota, sebagai pihak yang berkompeten langsung mengampu program penyuluhan sampai dan bersentuhan langsung dengan kelompok binaan dan masyarakat, memang

1Lihat Kementerian Agama, Himpunan Peraturan Tentang Jabatan Fungsional

Penyuluh Agama dan Angka Kreditnya, 3. Bandingkan dengan Departemen Agama RI, Panduan Penyuluh Agama, (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji, 1987), 5.

2Lihat secara detail teori Komunikasi Islam yang telah dibakukan oleh Pakar Komunikasi dan Dakwah Andi Faisal Bakti dalam magnum-opus Andi Faisal Bakti, Andi Faisal Bakti, Communication and Family Planning in Islam in Indonesia; South Sulawesi Muslim Perceptions of a Global Development Program (Jakarta: INIS, 2004), 37; Andi Faisal Bakti, Communication, Islam, and Development in Indonesia; An Analysis of the Different Perspective of the south Sulawesi Muslim Population on Family Welfare and Planning (Montreal: Univercity du Quebec A Montreal, 1998), 38-41; Andi Faisal Bakti (ed.), “Pitfalls of the Past Government of Indonesia: Good Governance from the Perpectives of Communication and Development” dalam Good Governanceand Conflict Resolution in Indonesia; From Authoritarian Government to Civil Society (Jakarta: Logos, 2004), 44.

Page 17: SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38718/1/MUBAYYINAH - SPS.pdf · terjadi apabila kendali organisasi dan budaya organisasi

2

diberi kesempatan merencanakan program dan mengorganisir sumber daya penyuluh, namun pada kenyataannya masih banyak penyuluh agama yang belum memahami tugas-tugasnya dan.3Selain itu, Peraturan-peraturan yang belum maksimal tersosialisasi dan peraturan yang belum direvitalisasi.4Hal ini disebabkan oleh kurang seriusnya atasan PAIF dan Kemenag dalam melakukan pembinaan dan manajerial organisasi baik dalam bentuk aturan, sistem organisasi maupun pembinaan dan pengawasan langsung kepada PAIF dalam melaksanakan bimbingan dan penyuluhan agama dan pembangunan.

Kendala komunikasi organisasi lain, secara struktural, kewenangan final untuk memutuskan dapat atau tidaknya program penyuluhan agama dilaksanakan oleh para penyuluh, khususnya menyangkut pembiayaannya, tetap berada di tingkat pusat, yaitu Kemenag-RI. Rapat Kerja Kanwil (Rakerwil) yang setiap tahun dilaksanakan seyogyanya menjadi forum sangat penting dalam perumusan program penyuluhan agama di tingkat Kantor Wilayah (Kanwil) atau tingkat kota, umumnya berjalan sebagai forum “ketok palu” terhadap rumusan program yang sudah ada yang diambil dari tahun sebelumnya. Karena itu, Bidang Penais Kanwil dan Kamenag Kota, dapat diibaratkan masih sebatas sebagai “pekerja” yang belum memiliki kemampuan untuk merumuskan kebijakan-kebijakan strategis dan program-program penyuluhan yang prospektif.5

Padahal, pada 13 Oktober 1999 telah ditetapkan keputusan bersama (SKB) Menteri Agama dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 547 tahun 1999 dan nomor 178 tahun 1999 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Agama dan Angka Kreditnya. Dalam SKB tersebut telah ditetapkan tentang petunjuk tertulis dan petunjuk pelaksanaan (juklis-juklak) jabatan Fungsional Penyuluh Agama dan Angka Kreditnya pada 13 Oktober 1999. Dalam SKB tersebut ditetapkan bahwa Penyuluh Agama Fungsional di lingkungan Kementerian Agama adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan bimbingan keagamaan dan pembangunan melalui bahasa agama.6

3Sumber dari Saiful Mujab, Kepala Bidang Penamas Kanwil DKI Jakarta dalam

Pembinaan Penyuluh Agama Islam, Tahun 2011 di Jakarta. 4Wawancara dengan Mustain, Kasi Pengembangan Materi dan Metode

Penyuluhan Direktorat Penerangan Agama Islam tahun 2011, Wawancara dengan Saefuddin PAIF gol IIIc kecamatan Tambora tahun 2012, dan hasil Penelitian Balitbang tentang “Pemberdayaan Penyuluh Agama Islam di delapan Provinsi, pada Oktober 2013”.

5Wawancara dengan Saefudin Zuhri, PAIF gol.IIIc Senin, 06 Mei 2013. 6Bidang Penais Kanwil DKI, Pedoman Penyusunan Laporan Penyuluh Agama:

Panduan Tugas Penyuluh Agama Islam (Jakarta: Penais Kanwil Depag DKI Jakarta, 2007), 1. Lihat Kementerian Agama RI, Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Penyuluh Agama Islam (Jakarta: Direktorat Penerangan Agama Islam, 2011), 2.

Page 18: SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38718/1/MUBAYYINAH - SPS.pdf · terjadi apabila kendali organisasi dan budaya organisasi

3

Berdasarkan SKB di atas, PAIF sebagai aparat negara dituntut dapat menjalankan fungsi memperlancar pelaksanaan pembangunan di bidang keagamaan. Kemudian, untuk menjalankan penyuluhan itu, Pemerintah telah melakukan reposisi kedudukan dan fungsi penyuluh berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) No. 87 Tahun 1999, yaitu disebutkan bahwa rumpun keagamaan adalah rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil yang tugasnya berkaitan dengan penelitian, peningkatan atau pengembangan konsep, teori, dan metode operasional. Pelaksanaan kegiatan teknisnya, berhubungan dengan pembinaan rohani dan moral masyarakat sesuai dengan agama yang dianutnya. Keppres ini, kemudian dijabarkan dalam SKB di atas Tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Penyuluh Agama dan Angka Kreditnya.7

Berdasarkan Keppres No: 87/1999 ini, maka PAIF secara de-jure memiliki kedudukan yang sama dengan jabatan fungsional lainnya. Kedudukan PAIF sejajar dengan peneliti, dosen/guru, widyaiswara, dokter, pengawas sekolah, akuntan, pustakawan, penyuluh KB, penyuluh pertanian dan sebagainya.8 Namun demikian, tidak dipungkiri bahwa secara de facto, Penyuluh Agama Islam yang menjadi pelaksana teknis program penyuluhan di masyarakat, sejauh ini masih dihadapkan pada sejumlah problem organisasional, sebagaimana sejumlah problem lain yang terjadi dalam program penyuluhannya.

Selain itu, walaupun di beberapa tempat, seperti Kementerian Pertanian atau Kementerian Kehutanan jika dilihat dari regulasi yang ada, beberapa penyuluh telah mengalami perbaikan peraturan. Sementara sejak tahun 1999, hingga saat ini Penyuluh Agama belum mengalami perubahan. Misal perubahan dari segi batasan minimal pendidikan jabatan PAIF, batas usia pensiun PAIF, dan golongan maksimal jabatan PAIF yang selama ini dengan batasan maksimal golongan IV c. Perubahan selama ini dilakukan hanya pada Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) yang sudah tidak lagi menjadi kelompok binaan PAIF dan perubahan Tunjangan Jabatan Fungsional melalui Perpres No. 50 Tahun 2007.9

Menurut catatan Biro Kepegawaian Kementerian Agama, sampai dengan tahun 2013, terdapat 4.354 Penyuluh agama PNS yang terdiri dari 3.749 Penyuluh agama Islam, 236, Penyuluh agama Kristen, 188 Penyuluh agama

7Departemen Agama RI, Himpunan Peraturan Tentang Jabatan Fungsional

Penyuluh Agama dan Angka Kreditnya, (Jakarta: Direktorat Jendaral Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji, 2000), 33. Lihat juga Kementerian Agama, Himpunan Peraturan Tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Agama dan Angka Kreditnya, (Jakarta: Direktorat Penerangan Agama Islam, 2011), 1-2.

8Departemen Agama RI, Jabatan Fungsional Penyuluh Agama, (Jakarta: Sekretariat Jenderal Biro Kepegawaian 1999), 10.

9Tim Peneliti Balitbang Kementerian Agama “Pemberdayaan Penyuluh dalam Peningkatan Pelayanan keagamaan” (Hasil Penelitian di 8 propinsi tahun 2013), 20.

Page 19: SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38718/1/MUBAYYINAH - SPS.pdf · terjadi apabila kendali organisasi dan budaya organisasi

4

Katolik, 143 Penyuluh agama Hindu dan 38 Penyuluh agama Budha.10 Sedangkan untuk wilayah DKI Jakarta PAIF berjumlah 186, untuk Kota Madya Jakarta Barat berjumlah 32 orang.11 Minimnya jumlah Penyuluh Agama Islam Fungsional tersebut juga menjadi persoalan dalam tercapainya penyuluhan.

Berdasarkan pernyataan Lukman AS Kasubdit Bimbingan dan Penyuluhan Agama Islam menyatakan bahwa jumlah penyuluh agama yang ideal adalah satu untuk 150 penduduk. Berdasarkan jumlah penduduk Indonesia jika diasumsikan sekitar kisaran 250 juta orang saja, maka idealnya dibutuhkan 1,58 juta penyuluh agama. Jika diasumsikan juga, maka satu orang penyuluh agama membimbing 30 orang dalam setiap melakukan bimluh pada kelompok binaannya. Akan tetapi bahkan hingga pada tahun 2015 berdasarkan data dari Simpenais jumlah PAIF sebanyak 4.291 (data tersebut belum termasuk jumlah PAIF Kemenag Kota Jakarta Selatan) dan 46688 untuk penyuluh agama Islam non PNS di Indonesia.12

Jumlah tersebut sangat tidak memadai. Karena itu, Lukman AS menyatakan, pemerintah akan berupaya menambah jumlah penyuluh agama fungsional. Namun, jika penambahan penyuluh fungsional terlalu berat, pemerintah akan memperbanyak jumlah penyuluh agama non PNS.13

Hal senada juga diungkapkan oleh sekjen Bimas Islam Muhammadiyah Amin, Penyuluh agama Islam di Indonesia sangat minim dan tidak sebanding dengan jumlah penduduk Muslim yang sangat kurang dimana penduduk Indonesia lebih kurang mencapai 250 juta jiwa. Fakta ini cukup merisaukan karena peran dan fungsi penyuluh agama di masyarakat sangat penting, apalagi jika melihat peran penyuluh agama sangat penting guna memberi pencerahan, penyadaran, dan pembinaan umat. Para penyuluh agama juga bisa berfungsi sebagai perpanjangan tangan pemerintah di daerah-daerah guna memberdayakan potensi umat yang belum digarap secara maksimal.14

Selama ini, Kementerian Agama memiliki dua kategori penyuluh agama Islam yakni PAIF dan Penyuluh Agama Islam Non PNS di seluruh Indonesia. Dalam menjalankan tugasnya, Penyuluh agama Islam Non PNS menunggu instruksi dari PAIF dan Kepala Seksi (Kasi) Bimas Islam. Hal ini disebabkan oleh tugas PAIF yang di antaranya membantu dalam hal teknis seperti pendataan keagamaan, seperti pendataan tempat ibadah, seni budaya, majlis

10 Data dari dokumen Biro Kepegawaian Kementerian Agama RI tahun 2013. 11Data dari Penamas Kantor Wilayah Kementerian Agama DKI Jakarta, tahun

2013. 12 Sumber data dari www.simpenais.kemenag.go.id diakses pada Senin, 16 Mei

2016. 13Wawancara terhadap Lukman AS, Senin 16 Mei 2016.

14Berdasarkan pernyataan Muhammadiyah Amin, Sekjen Bimas Islam dalam “Pembukaan Diklat Kompetensi Penyuluh Agama Ahli Pertama, Maret 2015 di Jakarta.

Page 20: SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38718/1/MUBAYYINAH - SPS.pdf · terjadi apabila kendali organisasi dan budaya organisasi

5

taklim dan lain-lain. Selain itu mereka membantu PAIF dalam melakukan bimbingan dan penyuluhan agama Islam seperti bila PAIF bertugas dalam penanganan konflik pendirian rumah ibadah, sengketa tanah wakaf dan sebagainya. Dari segi komunikasi organisasi, PAIF lebih memiliki hirarki yang lebih jelas dan terukur Oleh karena itu tesis lebih terfokus untuk meneliti PAIF.

Bila melihat hal tersebut tentunya PAIF lebih dibutuhkan oleh masyarakat, karena dalam menjalankan tugas BPAI-nya, mereka berstatus sebagai pegawa negeri, memiliki kedudukan dan alur komunikasi organisasi yang jelas. Oleh karena itu dalam penulisan tesis ini penulis lebih tertarik untuk meneliti PAIF dalam kaitannya dengan strukturasi komunikasi organisasi.

Persoalan lain yang dihadapi PAIF adalah dari segi pengembangan pendidikan, kesempatan pendidikan dan pelatihan bagi para penyuluh yang dilakukan oleh pusat sangat terbatas. Akibatnya, pelaksanaan penyuluhan, pendekatan dan kemampuan metodis masih belum memadai. Tenaga penyuluh masih belum memadai sebagai bentuk proses pendidikan (non-formal) yang dapat memberdayakan kesadaran dan pengamalan keislaman khususnya dan kehidupan secara lebih luas pada umumnya.15Padahal salah satu keberhasilan dalam komunikasi organisasi adalah kinerja dan produktivitas pegawai dapat dilihat dari kualitas sumberdaya anggota organisasinya.16

Dalam hal tersebut di atas, tentunya PAIF tidak hanya harus dituntut memiliki pandangan yang luas tentang keislaman dan perkembangan metode dakwah. Namun, bagaimana kebijakan pemerintah dapat memberikan umpan balik (feed back) bagi penyuluh dan masyarakat. Selain itu, dalam hal komunikasi organisasi yakni interaksi antara atasan dan bawahan seyogyanya dilakukan dengan komunikatif, agar kebijakan yang dibuat oleh atasan dapat dipahami oleh bawahan. Menurut Saiful Mujab, Kepala Bidang Pendidikan Agama Islam dan Masyarakat (Penamas) Kanwil DKI Jakarta, di antara kendala yang dihadapi dalam program bimbingan dan penyuluhan adalah penyuluh agama yang kurang memahami tugas-tugasnya.17 Apakah dalam hal ini disebabkan oleh lemahnya sosialisasi kebijakan atau struktur dari atasan.

Kemudian persoalan lain yang hingga kini masih dikaji ulang oleh Kemenag RI adalah meskipun berdasarkan undang-undangnya bahwa penyuluh agama adalah termasuk rumpun jabatan fungsional layaknya guru, dosen, widyaiswara, dan peneliti. Namun usia pensiun penyuluh agama

15Wawancara dengan Ahmad Sudrajat dalam PAIF Kec. Tambora, gol. III c Kec.

Tambora, Senin 06 Mei 2013. 16Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi (Jakarta: Bumi Aksara 2011), 71. 17Sumber dari Saiful Mujab, Kepala Bidang Penamas dalam, Pembinaan

Penyuluh Agama Islam, Tahun 2011 di Jakarta.

Page 21: SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38718/1/MUBAYYINAH - SPS.pdf · terjadi apabila kendali organisasi dan budaya organisasi

6

bukanlah 65 tahun melainkan 56 tahun seperti halnya jabatan struktural.18 Dalam konteks penyuluh agama Jakarta Barat, tentunya juga tidak luput

dari persoalan-persoalan organisasional di atas. Minimnya penyuluh agama Islam di Jakarta Barat, menyebabkan bimbingan dan penyuluhan pada masyarakat masih belum memadai. Jakarta Barat yang terdiri atas delapan kecamatan dan 56 kelurahan hanya memiliki penyuluh agama dengan jumlah 32 orang. Jika dibuat merata, maka satu kecamatan memiliki tiga sampai empat PAIF.19

Sebagai sebuah unit organisasi, PAIF Jakbar yang di bawah garis komando Seksi Bimbingan Islam (Bimas Islam), juga dipandang sebagai pusat informasi yang mempunyai struktur organisasi tersendiri dengan fungsi masing masing. Dalam struktur itu sendiri terdapat hubungan hierarkhis, antara atasan dan bawahan, begitu juga sebaliknya antara bawahan dan atasan dan antara bawahan dengan sesama bawahan. Dalam menjalankan tugas terdapat garis komando/arus komunikasi, garis instruksi dan garis koordinasi.

Di samping meningkatkan kualitas layanan yang dapat memberikan kepuasan kepada masyarakat, semua program yang dicita-citakan hendaknya berujung pencapaian visi dan misi kepenyuluhan. Oleh karena itu, seharusnya sistem komunikasi organisasi juga harus dibenahi, dengan adanya komunikasi diharapkan penyampaian informasi dapat dimengerti dengan baik dan informasi yang disampaikan pelaksanaannya sesuai dengan apa yang dimaksud penyampai informasi.

Sumber daya manusia (SDM) PAIF menjadi perhatian yang harus tetap ada dan sesuai dengan kompetensinya. Sehingga mereka dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya dapat dilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku untuk mencapai suatu visi dan misi dari kepenyuluhan tersebut. Pendidikan dan pelatihan merupakan solusi terbaik untuk meningkatkan kompetensi sumber daya manusia yang berada di lembaga Penyuluh Agama Islam.

Penelitian ini dilakukan di wilayah Kemenag Jakbar disebabkan oleh program-program penyuluhan di Jakbar yang masih minim realisasi, dan belum meratanya pelaksanaan diklat dasar bagi penyuluh agama Islam pemula. Selain itu, masih lemahnya pengawasan atasan terhadap bawahan.

Ketika melihat persoalan-persoalan organisasi yang dihadapi penyuluh agama di atas, tentunya pertanyaan yang muncul bagi penulis adalah bagaimana model komunikasi organisasi lembaga tersebut. Proses organisasi seperti apa yang diterapkan, bagaimana mereka berkomunikasi, sehingga muncul masalah-masalah tersebut. Karena dalam konteks teori ilmu komunikasi organisasi menjelaskan bahwa kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh atasan kepada bawahan akan memengaruhi proses

18Sumber dari Euis Sri Mulyani, Direktur Penerangan Agama Islam dalam,

Pelatihan Penyusunan Angka Kredit Penyuluh Agama Islam, Juni 2012 di Jakarta. 19Sumber dari Penamas Kementerian Agama Kota Jakarta Barat tahun 2012.

Page 22: SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38718/1/MUBAYYINAH - SPS.pdf · terjadi apabila kendali organisasi dan budaya organisasi

7

pengorganisasi.20Bahkan menurut perspektif Ilmu Komunikasi, organisasi tidak terbentuk karena adanya surat atau dokumen persetujuan, tetapi organisasi ada sejak adanya interaksi atau komunikasi tertentu di antara orang-orang yang menunjukkan bahwa mereka tengah berorganisasi.21

Komunikasi organisasi sendiri menurut Goldhaber adalah proses penciptaan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling bergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah.22 Ada beberapa hal yang umum yang dapat disimpulkan mengenai komunikasi organisasi yaitu: Pertama, Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu sistem terbuka yang kompleks yang dipengaruhi oleh lingkungannya sendiri baik internal maupun eksternal. Kedua, Komunikasi organisasi meliputi pesan dan arusnya, tujuan, arah dan media. Ketiga, Komunikasi organisasi meliputi orang dan sikapnya, perasaannya, hubungannya dan keterampilan atau skillnya.23

Sementara itu, agar penelitian ini lebih terarah, maka penulis mengambil teori strukturasi dalam komunikasi organisasi. Tradisi sosiokultural pada strukturasi ini memfokuskan diri pada bentuk-bentuk interaksi antar manusia daripada karakteristik individu atau model mental. Interaksi merupakan proses dan tempat makna, peran, peraturan, serta nilai budaya yang dijalankan. Tradisi sosiokultural ini terfokus pada makna dan penafsiran bersama yang terbentuk dalam jaringan dan implikasi dari susunan tersebut terhadap keberhasilan kehidupan organisasi.24

Bagian dari tradisi sosiokultural yang di antaranya dijelaskan melalui strukturasi dalam komunikasi organisasi ini membahas mengenai pemahaman tentang apa itu organisasi, susunan dan bentuknya. Dengan kata lain percakapan antar anggota organisasi tidak hanya akan menciptakan pola-pola untuk memahami susunan organisasi, melainkan pemahaman tersebut dimungkinkan dapat memunculkan susunan makna yang lebih dalam.25

Oleh karena itu dalam pendekatan sosiokultural yang dijelaskan melaui strukturasi dalam komunikasi organisasi, pengetahuan dapat diintepretasikan dan dibentuk. Teori-teori tersebut cenderung berhubungan bagaimana makna diciptakan atau dalam ilmu dakwah disebut dengan tabligh dalam interaksi sosial dalam institusi nyata. Makna dalam kata-kata dalam situasi tersebut

20Stephen W. Littlejohn dan Karen A.Foss diterjemahkan oleh Mohammad

Yusuf Hamdan, Teori Komunikasi: Theories of Human Communication, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009), 359.

21Morissan, Teori Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009), 25. 22Goldhaber, Gerald M, Organizational communication, Sixth Edition, (Boston:

McGraw Hill, 1993), 15. 23Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 67. 24Stephen W. Littlejohn, Teori Komunikasi: Theories of Human Communication

Edisi 9 (terj.) Mohammad Yusuf Hamdan (Jakarta: Salemba, 2009), 375. 25 Morissan, Teori Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009),

17.

Page 23: SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38718/1/MUBAYYINAH - SPS.pdf · terjadi apabila kendali organisasi dan budaya organisasi

8

dianggap sangat penting. Seperti layaknya bentuk-bentuk perilaku dalam interaksi dalam situasi nyata. Teori sosiokultural juga memfokuskan bagaimana identitas-identitas dibangun/binaul ummah melalui interaksi dalam kelompok sosial dan budaya. Identitas sebagai dorongan bagi kita sebagai individu dalam peranan sosial/taghyir, sebagai anggota komunitas, dan sebagai makhluk berbudaya.

Oleh karena itu tesis ini mempertanyakan apakah aturan yang diterapkan oleh Kementerian Agama telah mendinamiskan kinerja para PAIF atau justru malah sebaliknya. Hasil hipotesis sementara berdasarkan hasil penelitian penulis terhadap strukturasi komunikasi organisasi PAIF di Kemenag Jakbar mendukung pendapat cendekiawan komunikasi organisasi-sosiokultural Anthony Giddens dengan teori strukturasi-nya. Pendekatan teori komunikasi sosiokultural terhadap PAIF menunjukkan cara pemahaman para penyuluh terhadap norma, peran, dan peraturan yang dijalankan secara intensif dalam komunikasi. Teori tersebut menjelaskan bahwa realitas bukanlah seperangkat susunan di luar kita, tetapi dibentuk melalui proses interaksi di dalam kelompok, komunitas, dan budaya.26 Interaksi PAIF merupakan proses dan tempat makna, peran, peraturan serta nilai budaya yang dijalankan.

Hal tersebut di atas, dijadikan pisau analisis untuk mengartikulasikan ketika seorang PAIF melihat cara-cara bagaimana suatu kebijakan, prosedur, peran, dan norma yang telah digariskan oleh Kemenag dapat memengaruhi sifat interaksi dalam organisasi kepenyuluhannya.27

Penelitian ini juga memperkuat pendapat James Taylor dengan gagasannya bahwa berorganisasi merupakan sebuah proses interaksi. Kegiatan berorganisasi terjadi ketika dua orang atau lebih berinteraksi dengan masalah tertentu baik melalui konsep percakapan maupun teks (naskah).28 Interaksi antar-anggota organisasi akan mengarah pada makna bersama yang pada akhirnya akan memengaruhi interaksi selanjutnya. Hal tersebut senada dengan pendapat Andi Faisal Bakti dalam bukunya Communication Family Planning, tentang teori resepsi aktif. Menurut Bakti bahwa selama penerima tetap diperlakukan sebagai pihak yang pasif, tidak akan ada pesan yang dapat disampaikan atau dipahami oleh penerima informasi. Menurut model resepsi

26Lihat Anthony Giddens, The Constitution of Society: Outline of Theory of

Structuration (Berkeley dan Los Angles: University of California Press, 1984-12); Jonathan H. Turner, “The Theory of Structuration,” dalam American Journal of Sociology, Vol. 92 No. 4, Januari (1986), 969-977; Roberto Albano, Giovanni Masino, Bruno Maggi, The Relevance of Giddens’ Structuration Theory for Organizational Research (Bologna: TAO Digital Library, 2010), 3-5.

27Morissan, Teori Komunikasi Organisasi (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009), 47. 28Stephen W. Littlejohn, Teori Komunikasi: Theories of Human Communication

Edisi 9 (terj.) Mohammad Yusuf Hamdan (Jakarta: Salemba, 2009), 369. Lihat Dimitrios Nikolaou Koumparoulis dan Anathalia Vlachopoulioti, “The Evolution 0f Scientific Management,” dalam Academic Research International SAVAP International, Vol. 3, No. 2, September (2012), 420-421

Page 24: SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38718/1/MUBAYYINAH - SPS.pdf · terjadi apabila kendali organisasi dan budaya organisasi

9

aktif, yang paling ideal dalam proses penyampaian informasi adalah dengan mengaktifkan seluruh komponen yang terlibat, tak terkecuali penerima informasi.29

Oleh karena itu, dakwah tidak hanya sekedar berhenti dalam tahapan komunikasi struktural saja atau tabligh (salah satu sifat Rasulullah) sebagaimana yang selama ini secara umum dipraktikkan. Namun ia juga harus mampu membuat perubahan-perubahan (taghyir) pada segenap komponen dakwah. Tidak hanya sekedar tabligh dan taghyir, dakwah-pun, menurut Pakar Komunikasi lulusan Universitas Quebec Kanada ini, menuntut dan menuntut pada terbangunnya (binaul-ummah) sebuah tatanan masyarakat yang madani sebagaimana yang telah diimplementasikan Rasulullah Muhammad ketika di Madinah. Sebenarnya, teori Komunikasi Islam Bakti, berpuncak pada Khairu Ummah, tidak sekedar masyarakat madani yang sering disejajarkan dengan civil society. Namun karena keterbatasan-keterbatasan, penulis mencukupkan diri hanya pada level binaul ummah.30

Sementara itu, penelitian dikaji untuk menyanggah teori modernisasi yang dikemukakan oleh Daniel Lerner, Wilbur Schramm, dan Everett M Rogers. Ketiganya berpandangan bahwa masyarakat dapat berubah apabila sendernya yang aktif.31Dalam ilmu komunikasi, disebut dengan model partisipatory di mana sender (si pengirim) dianggap penting dan sebagai elemen utama dalam proses komunikasi yang dilakukan kepada masyarakat.

Selain itu, kajian penelitian ini untuk mengkritisi pendapat perspektif komunikasi organisasi-psikososial yang diwakili oleh Elton Mayo dan pandangan Karl Weich dengan kesimpulannya yang menyatakan bahwa suatu organisasi bukanlah struktur yang terdiri atas sejumlah posisi dan peran, ia melainkan hanya sebagai kegiatan organisasi semata tak lebih dan tak kurang.32 Padahal kegiatan berorganisasi, apapun bentuknya termasuk

29Alfred Hermida, “The Active Recipient:Participatory Journalism Through the

Lens of theDewey-Lippmann Debate,” makalah yng dipresentasikan dalam International Symposium on Online Journalism 2011, University of Texas, Austin, Austin, April (2011), 1.

30Selain pada magnum-opus di atas, lihat pula Andi Faisal Bakti, “Mengkaji Islam Sebagai Objek Ilmu Pengetahuan: Tinjauan Interdisipliner Komunikasi” dalam Perta, Vol. VII, No.2, (2005), 28-32; Lihat Andi Faisal Bakti, “The Contribution of Dakwah to Communication Studies: Risale-I Nur Collection Perspective”, dalam International Bediuzzaman Symposium, Knowledge, Faith, Morality and the Future of Humanity (Istanbul: Istanbul Ofset, 2010), 195-213; Farid Hamid dan Heri Budianto, Ilmu Komunikasi: Sekarang dan tantangan Masa Depan (Jakarta: Kencana 2011), 206.

31 Andre Hardjana, “Teori Komunikasi; Kisah Pengalaman Amerika “Jurnal Ilmu komunikasi” volume I No 02 Desember (2004), 98.

32Karl E. Weick, “The Collapse of Sensemaking in Organizations: The Mann Gulch,” dalam Administrative Science Quarterly Cornell University, Vol. 38 (1993): 628-652; Howard Taylor, “The Effects of Interpersonal Communication Style on

Page 25: SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38718/1/MUBAYYINAH - SPS.pdf · terjadi apabila kendali organisasi dan budaya organisasi

10

penyuluh agama Islam, pada umumnya dirancang untuk mengurangi suatu ketidakpastian informasi, kesulitan, ambiguitas, dan informasi yang bersifat samar-samar. Tentu saja hal itu akan terjadi ketika sosialisasi kebijakan belum terorganisir dengan baik.

Dengan memakai kerangka teoritik organisasi di atas, menurut Weich, ketika para komunikator PAIF memberikan perhatian pada suatu objek yang sama atau melakukan koorientasi,33 maka mereka sebenarnya mencoba untuk menegosiasikan suatu makna yang koheren terhadap objek yang menjadi perhatian bersama. Namun terkadang komunikator PAIF sukses membentuk makna koheren yang sama, tapi terkadang juga gagal sehingga memerlukan interaksi yang lebih intensif untuk mencapai makna bersama antar-PAIF itu sendiri.34

Kajian penelitian ini sendiri menitikberatkan untuk menguraikan tentang bagaimana organisasi itu dipahami oleh para PAIF di Kemenag Jakarta Barat melalui susunan dan bentuknya. Dengan kata lain, percakapan pelaku organisasi penyuluh agama Islam Fungsional di Kemenag Jakarta Barat pada hakikatnya menciptakan pola-pola atau pemahaman umum untuk memahami susunan organisasi. Pola-pola atau pemahaman umum tersebut terbentuk oleh adanya susunan makna yang lebih dalam yang muncul dalam pembicaraan intra dan antar PAIF di Kemenag Jakarta Barat.35

Oleh karenanya, ketika organisasi PAIF di Kemenag Jakbar mempunyai tujuan yang berlawanan dengan tujuan pegawai perseorangan PAIF sendiri, akan berdampak mereka mengalami keadaan psikologis frustasi sebagai akibat ketidaksesuaian tersebut. Bahkan dampaknya, diindikasikan menjadi penyebab utama faktor sebagian pegawai PAIF Kemenag Jakbar pindah dan meninggalkan tempat kerja mereka. Dalam berorganisasi, penyuluh agama Islam Fungsional di Kemenag Jakarta Barat menjadi semakin apatis dan acuh

Task Performance and Well Being,” Disertasi pada program Doctor of Philosophy School of Human Sciences and Law, Faculty of Society and Health Buckinghamshire Chilterns University College Brunel University October, (2007), 4-5.

33Yang dimaksud koorientasi ini adalah gagasan bahwa dua orang memberikan perhatian pada suatu objek yang sama (Suatu topik, isu, perhatian, situasi, ide, tujuan, orang lain, kelompok dan sebagainya). Lihat selengkapnya dalam James R. Taylor, “Dialogue as the Search for the the Sustainable organizational Co-Orientation”, dalam Dialogue Theorizing difference in communication Studies, ed., Rob Anderson dan Lislie A. Baxter, (Thousand Oaks: Sage, 2004), 125.

34Karl E. Weick, “The Collapse of Sense Making in Organizations: The Mann Gulch,” 630.

35Stephen W. Littlejohn, Teori Komunikasi: Theories of Human Communication Edisi 9 (terj.) Mohammad Yusuf Hamdan (Jakarta: Salemba, 2009), 374.

Page 26: SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38718/1/MUBAYYINAH - SPS.pdf · terjadi apabila kendali organisasi dan budaya organisasi

11

tak acuh dengan kinerja utamanya, alih-alih mencoba untuk menegosiasikan suatu makna yang koheren terhadap objek yang menjadi perhatian bersama.36

Tentunya dalam institusi PAIF Jakbar, persoalan komunikasi organisasi memiliki sumbatan-sumbatan komunikasi organisasi. Ketika aturan dan harapan-harapan anggota organisasi tersebut belum terwujud, maka PAIF menjadi kurang memahami, (untuk enggan menyatakan tidak memahami), dan tidak termotivasi untuk mengembangkan tugasnya sebagai pemberi penyuluh. Padahal dalam hal legalitas dan prosedural operasionalnya sudah ada aturan baku berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) antara Kementerian Agama dan Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN) Nomor 547 tahun 1999 dan nomor 178 tahun 1999.

Persoalan-persoalan komunikasi organisasi di atas tentunya bermuara pada kebijakan dan proses komunikasi organisasi yang dibuat oleh Kementerian Agama dalam hal ini adalah di bawah garis komando Direktorat Penerangan Agama Islam. Dan komunikasi yang terjalin antara atasan dan bawahan. Karenanya, komunikasi organisasi birokrasi itu cenderung bersifat top down communicatian.37 Menjadi menarik untuk mengkaji bagaimana anggota organisasi mampu memahami dan mengimplementasikan kebijakan-kebijakan tersebut, jika aturan-aturan dan kebijakan belum tersosialisasikan dengan baik dan jika kebijakan itu sendiri belum direvitalisasi sesuai kebutuhan dan keadaan saat ini.

Dengan demikian, melihat persoalan yang terjadi pada organisasi penyuluh agama dan gambaran teori komunikasi organisasi di atas, serta peran penyuluh agama sebagai ujung tombak Kementerian Agama dalam menyampaikan pesan-pesan keagamaan melalui bahasa agama dan pembangunan, maka penulis tertarik untuk meneliti, menelusuri, dan mengkaji bagaimana model komunikasi organisasi yang diterapkan oleh Kemenag terhadap PAIF Jakbar di era reformasi. B. Permasalahan 1. Identifikasi Masalah

Dari berbagai persoalan mengenai komunikasi organisasi yang terjadi di atas, khususnya PAIF Kemenag Jakbar, diidentifikasikan penyebab hambatan komunikasi organisasi ada pada sosiokultural pengelolaan dan sumber daya manusia. Pengelolaannya kurang memadai dalam hal strukturasi, kendali organisasi dan budaya organisasi.

36R.Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi: Strategi

Meningkatkan Kinerja Perusahaan (terj.) Deddy Mulyana (Bandung: Rosda Karya, 2006), 62.

37Top-down communication adalah komunikasi ke bawah dengan menunjukkan arus pesan yang mengalir dari para atasan atau para pimpinan. Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), 107.

Page 27: SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38718/1/MUBAYYINAH - SPS.pdf · terjadi apabila kendali organisasi dan budaya organisasi

12

Jika para pemegang kebijakan, baik atasan maupun bawahan, tidak saling memahami kebutuhan dan tugas masing-masing, maka pola interaksi organisasi akan semakin memburuk. Bahkan ini dapat memengaruhi perilaku organisasi individu, baik secara formal maupun informal. Apalagi penyuluh agama sebagai garda terdepan Kemenag dalam melaksanakan bimbingan dan penyuluhan agama semakin hari semakin menghadapi khalayak yang heterogen di Jakarta.

2. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya persoalan dan pembahasan mengenai tradisi sosiokultural bahwa pendekatan sosiokultural terhadap teori komunikasi ini menunjukkan cara pemahaman kita terhadap norma, peran, dan peraturan yang dijalankan secara intensif dalam komunikasi. Teori-teori tersebut mengeksplorasi dunia interaksi yang dihuni oleh manusia. maka perlu dikemukakan pembatasan masalah. Komunikasi organisasi yang dimaksud dalam tulisan ini adalah strukturasi dalam komunikasi organisasi yang terjadi di Penyuluh Agama Islam Fungsional, Kemenag Kota Administrasi Jakarta Barat mulai Juli hingga Desember 2013. Penelitian ini difokuskan pada penyuluh agama Islam fungsional Jakarta Barat. Penelitian ini perlu dilakukan karena mengingat organisasi birokrasi ini masih baru berjalan sejak 1999 lalu, tentunya masih perlu perbaikan yang tepat sasaran.

3. Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah di atas, maka penulis mengangkat satu pertanyaan utama, sejauh mana Kemenag RI menjalankan komunikasi organisasi yang standar kepada PAIF Jakbar? Untuk menjawab pertanyaan ini, penulis dipandu oleh pertanyaan turunan sebagai berikut: a. Apa bentuk strukturasi organisasi/ dari segi informasi/tabligh

Kementerian Agama terhadap PAIF Jakarta Barat mulai Juli-Desember 2013?

b. Seperti apa bentuk kendali organisasi/ dari aspek perubahan/taghyir Kementerian Agama terhadap PAIF Jakarta Barat mulai Juli-Desember 2013?

c. Apa model budaya organisasi/ dari unsur pengembangan/binaul ummah Kementerian Agama Jakarta Barat terhadap PAIF mulai Juli-Desember 2013?

C. Tujuan Penelitian dan Pernyataan penelitian 1. Tujuan

Secara umum penelitian komunikasi organisasi adalah untuk mengetahui interaksi sosial antara atasan dan bawahan, individu dengan individu, individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok. Namun berdasarkan pembatasan dan perumusan masalah yang telah dijelaskan di atas, maka tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah aturan dan sistem yang berjalan

Page 28: SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38718/1/MUBAYYINAH - SPS.pdf · terjadi apabila kendali organisasi dan budaya organisasi

13

di Kemenag kota Jakbar beserta PAIF Jakbar sudah sesuai dengan idealnya konsep strukturasi dalam komunikasi organisasi /tabligh. serta pelaksanaan kendali organisasi/taghyir dan budaya organisasi dalam komunikasi baik yang diterapkan pada aspek budaya bimbingan dan penyuluhan maupun budaya kemasyarakatan oleh Kemenag Jakarta Barat dan PAIF Jakarta Barat.

2. Pernyataan Penelitian

Strukturasi organisasi birokrasi yang terjadi pada PAIF Jakbar belum terlaksana dengan profesional. Hal ini disebabkan oleh lemahnya sosialisasi terhadap peraturan organisasi, belum efektifnya interaksi dan informasi antara atasan pada bawahan dan aturan yang belum direvitalisasi sesuai dengan kebutuhan dan kondisi PAIF saat ini. Semakin komunikasi kelompok tidak dilakukan secara intensif maka semakin tidak tersampaikan pesan-pesan organisasi secara efektif. Kegagalahan dalam pelaksanaan strukturasi pada komunikasi organisasi ini diindikasikan menjadi penyebab utama pegawai PAIF Jakbar pindah untuk beralih fungsi dan meninggalkan tempat kerja mereka.

D. Manfaat atau Signifikansi Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wacana pemikiran dan penelitian dalam ilmu Komunikasi, khususnya untuk meneliti komunikasi organisasi. Manfaat akademis penelitian ini, diharapkan dapat menambah khazanah pengetahuan tentang komunikasi organisasi dalam organisasi birokrasi pemerintah.

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan untuk melakukan evaluasi, dan pemberian rekomendasi bagi kemajuan organisasi birokrasi yang diteliti. Selain itu penelitiaan ini diharapkan menjadi pemikiran bagi akademisi, peneliti, masyarakat, tokoh bahkan para leader dalam rangka menciptakan sebuah komunikasi organisasi dan iklim komunikasi yang seimbang antara bawahan dan atasan, atasan dan bawahan.

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian tentang komunikasi organisasi sosiokultural dilakukan oleh Marshall Scott Poole dan Robert McPhee38 dengan menjelaskan tentang satu teorinya saja, yaitu strukturasi gagasan dari Anthony giddens. Strukturasi adalah proses akibat yang tidak diharapkan dari tindakan menciptakan norma, aturan, dan susunan sosial lain yang membatasi atau memengaruhi tindakan di masa depan. Marshall Scott Poole dan Robert McPhee menerapkan gagasan ini dalam komunikasi organisasi. Menurut Poole dan McPhee, susunan adalah

38Marshall Scott Poole, Andrea B. Hollingshead, Joseph E. McGrath, Richard L.

Moreland and John Rohrbaugh, “Interdisciplinary Perspectives on Small Groups,” dalam Small Group Research, February (2004), 6-7.

Page 29: SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38718/1/MUBAYYINAH - SPS.pdf · terjadi apabila kendali organisasi dan budaya organisasi

14

manifestasi dan juga hasil dari komunikasi dari organisasi. Susunan formal dari sebuah organisasi memunculkan dua tipe komunikasi. Pertama adalah cara tidak langsung dalam memberitahu anggota mengenai organisasi (nilai, prosedur, dan metodenya). Kedua adalah cara anggota organisasi dapat berbicara tentang komunikasi dalam organisasi mereka. Berbeda dengan penelitian Marshall Scott Poole dan Robert McPhee, penulis akan mencoba menguraikan organisasi komunikasi dalam suatu institusi secara lebih komprehensif dengan juga menyertakan, kendali dan budaya organisasi.

Lily, dalam tesisnya berjudul “Strukturasi dalam Organisasi Birokrasi (Kasus Komisi Penyiaran Indonesia Pusat)” mengatakan bahwa struktur dalam teori strukturasi didefinisikan sebagai aturan dan sumberdaya yang dibawa dan digunakan para anggota organisasi dalam berinteraksi. Teori ini menyatakan bahwa komunikasi sebagai dasar tindakan sosial merupakan proses produksi dan reproduksi sejumlah sistem sosial. Organisasi birokrasi sebagai sistem sosial merupakan hasil dari tindakan sosial para anggotanya. Struktur memberikan pedoman bagi individu dalam memahami sesuatu, bertindak, dan mencapai tujuan organisasi. Tindakan sosial tersebut pada akhirnya akan menciptakan struktur-struktur yang baru.39 Karena karya ilmiah tentang komunikasi organisasi ini dikhususkan untuk Komisi Penyiaran Indonesia Pusat, karya ilmiah ini tidak menjelaskan bagaimana komunikasi organisasi bagi para penyuluh, terutama penyuluh agama.

Mohd. Isnaini dengan karya ilmiahnya, “Komunikasi Organisasi di Perpustakaan Perguruan Tinggi: Studi Kasus pada Unit Pelaksanaan Teknis Perpustakaan Perguruan Tinggi XY,” menyatakan bahwa kemampuan berkomunikasi merupakan salah satu faktor yang menentukan organisasi dapat hidup, sukses dan efektif. Komunikasi yang baik akan menjadikan pengelolaan perpustakaan menjadi lebih baik. Pimpinan dengan anggota organisasi diharapkan dapat berkomunikasi secara terbuka, penuh kejujuran dan keadilan. Selain itu dengan berkomunikasi yang baik pula diharapkan akan membantu berlangsungnya budaya kerja organisasi menjadi semakin baik.40 Lagi-lagi karya ilmiah ini tidak menyinggung sedikitpun bagaimana komunikasi organisasi dapat diterapkan oleh para penyuluh, khususnya penyuluh agama Islam.

Berdasarkan karya-karya di atas, maka apa yang penulis teliti dalam karya ilmiah ini bukan merupakan pengulangan tema dan pembahasan atas tema komunikasi organisasi. Penulis memiliki segmen pembahasan tersendiri, yaitu di seputar tema pembahasan bagaimana perspektif Sosiokultural khususnya strukturasi dalam komunikasi organisasi PAIF Kemenag Jakbar. Terlebih lagi,

39Lily, “Strukturasi dalam Organisasi Birokrasi: Kasus Komisi Penyiaran

Indonesia Pusat” (Tesis UI Depok, 2006). 40Mohd. Isnaini, ”Komunikasi Organisasi di Perpustakaan Perguruan Tinggi:

Studi Kasus pada Unit Pelaksakaanna Teknis Perpustakaan Perguruan Tinggi XY,”(Tesis UI-Depok, 2011).

Page 30: SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38718/1/MUBAYYINAH - SPS.pdf · terjadi apabila kendali organisasi dan budaya organisasi

15

dari berbagai karya tersebut, tidak ada satupun penulis yang mencoba memotret dan memetakan aneka-ragam persoalan dalam organisasi dakwah dengan menggunakan kerangka teori Komunikasi Islam yang telah dibakukan oleh Pakar Komunikasi dan Dakwah Andi Faisal Bakti dengan tiga komponennya, yaitu tabligh, taghyir, dan binaul ummah.41 F. Kerangka Teori

Kerangka teori yang penulis jadikan acuan pada penelitian ini, berawal dari landasan teori strukturasi yang telah dibangun oleh Anthony Giddens, bahwa Struktur, bagi Giddens adalah sebagai seperangkat aturan dan sumber daya atau seperangkat hubungan transformasi yang diorganisasikan secara rekursif sebagai sifat-sifat sistem sosial, berada diluar ruang dan waktu, disimpan dalam koordinasi dan kesegarannya sebagai jejak-jejak memori dan ditandai oleh ‘ketiadaan subjek’. Sistem adalah hubungan yang direproduksi antara aktor atau kolektivitas yang diorganisasikan sebagai praktek sosial regular atau sistem adalah tempat disiratkannya secara rekursif struktur yang terdiri dari aktivitas-aktivitas agen manusia dalam situasi tertentu, yang direproduksi dalam ruang dan waktu. Sedangkan strukturasi adalah kondisi yang menentukan kesinambungan atau transmutasi struktur dan dengan demikian reproduksi sistem sosial atau penataan relasi-relasi sosial lintas ruang dan waktu berdasarkan dualitas struktur.42

Selain itu Marshall Scott Poole, seorang ahli komunikasi dari Texas A&M University dan Robert McPhee, rekan Poole dari Arizona State University, menggunakan gagasan Anthony Giddens dan menerapkannya ke dalam komunikasi organisasi. Dalam teorinya dijelaskan bahwa tindakan sosial merupakan produksi dan reproduksi sejumlah sistem sosial. Dalam pengertian tersebut semua sistem sosial dihasilkan dan kembali dihasilkan karena adanya tindakan manusia. Sedangkan berbicara mengenai sistem sosial maka organisasi juga dapat dipandang sebagai sistem sosial. Dalam teori strukturasi, tindakan-tindakan sosial menciptakan struktur-struktur yang memengaruhi tindakan-tindakan sosial berikutnya dalam organisasi. Selain itu pengertian struktur dalam teori ini sangat luas, meliputi ekspektasi rasional, peranan-peranan kelompok, norma-norma, jaringan-jaringan komunikasi dan institusi-institusi kemasyarakatan.43

41Andi Faisal Bakti, Communication and Family Planning in Islam in Indonesia;

South Sulawesi Muslim Perceptions of a Global Development Program (Jakarta: INIS, 2004), 37.

42Stephen W. Littlejohn Foss, Teori Komunikasi: Theories of Human Communication Edisi 9 (terj.) Mohammad Yusuf Hamdan (Jakarta: Salemba, 2009), Lihat Anthony Gidden, The Constitution of Society: Teori Strukturasi Untuk Analisis Sosial, 220.

43Scott Poole, “Adaptive Structuration Theory,” dalam Em Griffin, A First Look at Communication Theory (New York: McGraw-Hill, 2005), 235; Marshall Scott

Page 31: SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38718/1/MUBAYYINAH - SPS.pdf · terjadi apabila kendali organisasi dan budaya organisasi

16

Pembahasan mengenai strukturasi dalam komunikasi organisasi juga akan menciptakan sejumlah kendali dan budaya organisasi. Oleh karena itu dalam penulisan tesis ini, penulis juga akan memasukkan kedua teori tersebut. Dalam kendali organisasi, pembahasan bukan hanya sekedar tentang informasi tetapi menentukan pola-pola pengaruh yang memengaruhi siapa kita dan apa yang kita lakukan dalam organisasi.

Dalam komunikasi organisasi ini juga, penulis akan menggunakan teori kendali organisasi dari Philip Thomkins dan George Cheney. Menurut mereka, cara-cara komunikasi yang membentuk kendali atas pegawai, dinyatakan dalam empat cara, yaitu; pertama kendali sederhana (simple control) atau penggunaan kekuasaan yang langsung dan terbuka, pertama kendali sederhana (simple control). Kedua, kendali teknis (technical control) dengan menggunakan alat-alat dan teknologi. Ketiga, birokrasi dengan menggunakan prosedur organisasi dan aturan-aturan formal. Keempat, kendali konservatif (conservative control) dengan menggunakan hubungan interpersonal dan kerjasama tim sebagai sebuah cara kendali.44

Selain itu pembahasan budaya organisasi dalam tesis ini akan menggunakan teori Gareth Morgan dan Pacanowsky. Mereka berpandangan bahwa budaya organisasi menekankan pada cara-cara manusia membentuk realitas organisasi, Bagaimana individu atau anggota organisasi menggunakan cerita, ritual, simbol, dan kegiatan lain untuk menghasilkan kembali pemahahaman.45 Makna dari berbagai simbol tertentu perlu dikomunikasikan agar memberikan kontribusi terhadap budaya organisasi.46 Budaya organisasi menciptakan sebuah realitas bersama yang membedakan mereka dari organisasi dengan budaya yang lain.

Selanjutnya, agar penulisan tesis ini lebih terarah, maka kerangka teori di atas, diperjelas dengan menggunakan bagan di bawah ini:

Poole, Andrea B. Hollingshead, Joseph E. McGrath, Richard L. Moreland and John Rohrbaugh, “Interdisciplinary Perspectives on Small Groups,” dalam Small Group Research, February (2004), 6-7.

44Ivancevich, dkk. Perilaku dan Manajemen Organisasi (Jakarta: Erlangga, 2008), 27.

45Michael Pacanowsky, dan nick O’ Donnell-Trujillo’ Communication and Organizational Culture, dalam Richard West dan Turner, Introducing Communication Theory, (McGraw-Hill, 2007), 298.

46Stephen W. Littlejohn, Teori Komunikasi: Theories of Human Communication Edisi 9 (terj.) Mohammad Yusuf Hamdan (Jakarta: Salemba, 2009),

Page 32: SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38718/1/MUBAYYINAH - SPS.pdf · terjadi apabila kendali organisasi dan budaya organisasi

17

Bagan 01.01

Kerangka Teori

G. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan pada penulisan tesis ini adalah bentuk penelitian kualitatif. Penelitian yang menghendaki adanya pembatasan

Strukturasi dalam Komunikasi Organisasi

Kendali Organisasi : Batas jumlah bawahan langsung yang dapat dipimpin dan dikendalikan secara efektif oleh seorang manager. (Philip Tompkins, 1987

Budaya Organisasi : Sebuah proses pembentukan realitas yang memungkinkan manusia melihat dan memahami kejadian, tindakan, objek, situasi tertentu dalam cara-cara yang berbeda. (Gareth Morgan, 1986)

Strukturasi : Kondisi yang menentukan kesinambungan atau transmutasi struktur dan dengan reproduksi system sosial/penataan relasi-relasi sosial lintas ruang dan waktu berdasarkan dualitas struktur (Giddens, 1984)

Komunikasi Islam: Usaha meyakinkan manusia untuk bertingkah laku sesuai dengan ajaran Islam berdasarkan batas pengertian mereka masing masing. Efektif harus disertai dengan amal perbuatan yang mencakup proses menentukan tujuan atau niat, menyampaikannya dengan perkataan dan mengikutsertakannya dengan pekerjaan nyata (Bakti, 2004)

Tabligh : Penyampaian dakwah/informasi dari pimpinan kepada atasan tanpa pemastian dari atasan bahwa bawahan benar-benar menerima dan memahami pesan dakwah atau informasi yang disampaikannya. (Bakti, 2004)

Taghyir : Pelaku dakwah berusaha untuk mengubah suatu kondisi seseorang/masyarakat ke kondisi yang lebih baik. (Bakti, 2004)

Al-Bina : Pelaku dakwah dapat menggerakkan kesadaran untuk meningkatkan pemahaman, penghayatan, dan pengamalan demi terbangunnya budaya kemasyarakatan dan keagamaan. (Bakti, 2004)

Page 33: SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38718/1/MUBAYYINAH - SPS.pdf · terjadi apabila kendali organisasi dan budaya organisasi

18

penelitian atas dasar fokus yang timbul sebagai masalah dalam penelitian.47 Karakteristik penelitian kualitatif adalah berlangsung dalam latar belakang yang ilmiah, di mana peneliti sendiri merupakan alat pengumpul data yang utama, analisis data dilakukan secara induktif. Penelitian ini juga bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya.48Penelitian komunikasi kuantitatif lebih dimaksudkan memberikan gambaran atau pemahaman mengenai gejala (dari perspektif subjek atau aktor), membuat teori.49

Lebih jelasnya menurut Crasswell, ada beberapa asumsi dalam penelitian kualitatif yaitu; pertama, peneliti kualitatif lebih memperhatikan proses dari pada hasil dan lebih memperhatikan interpretasi. Kedua, peneliti kualitiatif merupakan alat utama dalam mengumpulkan data dan analisis data serta peneliti kualitatif harus terjun langsung ke lapangan, melakukan observasi partisipasi di lapangan. Ketiga, peneliti kualitatif menggambarkan bahwa peneliti terlibat dalam proses penelitian, interpretasi data, dan pencapaian pemahaman melalui data atau gambar.

Penelitian kualitatif dicirikan dengan karakteristik yang bersifat natural, deskriptif. Karena penelitian ini melakukan penelitian pada latar alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan. Dengan demikian, penelitian ini membawa peneliti untuk memasuki dan melibatkan sebagian waktunya di lokasi penelitiannya untuk meneliti subjek sosial dan prilakunya dalam konteks waktu dan situasi pada tempat terjadinya.

Di samping itu, peneliti juga bekerja sebagai pegawai Penyuluh Agama Islam Fungsional Kementerian Agama Kota Jakarta Barat semenjak tahun 2009, Peneliti mengamati adanya berbagai episode keorganisasian dengan sejumlah permasalahan komunikasi yang bukan hanya menarik untuk diteliti, melainkan juga dapat menjadi masukan yang berguna bagi Penyuluh Agama Islam Jakarta Barat dan Penyuluh Agama Islam pada umumnya di masa mendatang. 2. Sumber Data Penelitian

Sumber data yang dijadikan pokok penelitian adalah sumber data primer dan sekunder. Menurut Rahmat Kriyantono, data primer adalah data yang diperoleh dari sumber data pertama atau tangan pertama di lapangan. Sumber data ini bisa responden atau subjek riset, wawancara atau observasi.50

Data primer penelitian ini adalah observasi partisipasi dan wawancara mendalam terhadap 12 orang Penyuluh Agama Islam Fungsional Kemenag

47Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

007), 6. 48Rachmat Kriyantono, Teknis Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana

Prenada Media Group), 56. 49 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif (Yogjakarta: Lkis, 2008), 44. 50Rachmat Kriyantono, Teknis Praktis Riset Komunikasi, 42.

Page 34: SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38718/1/MUBAYYINAH - SPS.pdf · terjadi apabila kendali organisasi dan budaya organisasi

19

Kota Jakarta Barat dari 32 penyuluh,51 Matroji, Kepala Seksi Bimbingan Masyarakat Islam, Zakat dan Wakaf (Bimas dan Zawa) Kemenag Kota Jakarta Barat, Mustain Biro Perencanaan Kemenag tahun 1997 dan Kasi Metode penyuluhan Agama Islam Kemenag RI tahun 2011, dan Lukman AS, Kasubdit Kepenyuluhan Direktorat Penerangan Agama Islam pada Kementerian Agama RI Tahun 2013, Faiz Fayadi Kasi Pembinaan Ketenagaan Lembaga Dakwah dan Majlis Taklim tahun 2013 dan Saeful Mujab, Kepala Bidang Penamas Kanwil DKI Jakarta. Data juga diperoleh dari hasil pengamatan, buku-buku juklak penyuluh agama, buku pedoman penyuluh agama Islam dan buku himpunan peraturan tentang jabatan fungsional penyuluh agama dan angka Kreditnya, pidato-pidato sambutan, pengarahan, kebijakan pimpinan, Surat-surat tugas, bagan dan peta.

Sedangkan Data sekundernya sebagai sumber kedua atau tangan kedua diperoleh melalui dokumentasi, buku, jurnal, surat kabar, website, tulisan-tulisan orang tentang penyuluh baik berkaitan dengan penyuluh secara umum maupun penyuluh agama, dan kritikan-kritikan terhadap penyuluh agama.

3. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan studi kasus,52 yang merupakan suatu metode yang lazim diterapkan untuk memberikan penekanan pada spesifikasi dari unit-unit atau kasus-kasus yang diteliti. Dalam penelitian komunikasi, studi kasus pada intinya meneliti kehidupan satu atau beberapa komunitas, organisasi atau perorangan yang dijadikan unit analisis. Pertama, menganalisis strukturasi dalam komunikasi organisasi/informasi/tabligh pada organisasi Penyuluh Agama Islam Fungsional Jakarta Barat. Kedua, menganalisis kendali organisasi/perubahan/taghyir dalam komunikasi organisasi penyuluh Agama Islam Fungsional Jakarta Barat. Ketiga, menganalisis budaya organisasi/pengembangan/binaul ummah pada organisasi PAIF Kemenag Jakbar. Ketiga unit analisis tersebut diuraikan dengan menggunakan pendekatan kualitatif.53

51Menurut Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosda

Karya, 2004), 114. 52Penelitian Studi kasus dimaksudkan untuk mempelajari secara intensif tentang

latar belakang masalah keadaan dan posisi suatu peristiwa yang sedang berlangsung saat ini, serta interaksi lingkungan unti sosial tertentu yang bersifat apa adanya. Subyek penelitian dapat berupa individu, kelompok, institusi, atau masyarakat. Penelitian tersebut memberikan gambaran luas serta mendalam mengenai unti sosial tertentu. Subyek yang diteliti relatif terbatas, namun variabel-variabel dan fokus yang diteliti sangat luas dimensinya, Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung:PT. Rosdakarya, 2002), 201.

53Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, 141.

Page 35: SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38718/1/MUBAYYINAH - SPS.pdf · terjadi apabila kendali organisasi dan budaya organisasi

20

Selain itu bagan metodologi ini dibuat berdasarkan data sementara dari lokasi penelitian terhadap strukturasi komunikasi organisasi Kementerian Agama RI terhadap Penyuluh Agama Islam Jakarta Barat tahun 2013.54

Bagan 01.02

Metodologi Penelitian

Strukturasi a. Mengumpulkan Penyuluh

Honorer dari 14 Propinsi b. Penyusunan aturan terhadap

tugas pokok dan uraian tugas serta angka kredit PAIF tahun 1997.

c. Sosialisasi kebijakan dan

aturan PAIF

d. Penyampaian bimluh terkait dengan keagamaan

Kendali Organisasi Budaya Organisasi

a. Kontrol melalui laporan hasil Bimbingan dan Penyuluhan Agama Islam (BPAI) serta pembangunan

b. Pengawasan melalui rapat c. Pengawasan melalui alat

teknologi d. Pengawasan melalui peraturan

a. Rapat staf b. Story Telling c. Enkultrasi d. Tanggung jawab e. Independensi

Unsur-unsur Strukturasi dalam Komunikasi Organisasi

4. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: Pertama observasi sebagaimana yang penulis sebutkan dalam metode

penelitian di atas, menurut Sutrisno Hadi, observasi dalam teknik pengumpulan data diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan

54Sumber berdasarkan data dari Direktorat Penerangan Agama Islam

Kementerian Agama RI, wawancara terhadap Lukmas, AS, Kasubdit Bimbingan dan penyuluhan Agama Islam 2013, Mustain Biro Perencanaan Kementerian Agama RI 1997, Matroji, Kasi Bimas Islam Kementerian Agama Jakarta Barat, Penyuluh Agama Islam Jakarta Barat dan paricipant observed.

Kemenag RI Komunikasi Organisasi

Penyuluh Agama Islam Fungsional Jakarta Barat 2013

Page 36: SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38718/1/MUBAYYINAH - SPS.pdf · terjadi apabila kendali organisasi dan budaya organisasi

21

sistematika terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki.55 Observasi dilakukan agar peneliti terlibat aktif atau participant observation, di mana penulis juga terlibat aktif karena penulis merupakan PAIF pada Kemenag Jakbar Semua ini dilakukan untuk mengamati proses komunikasi organisasi pada PAIF Kemenag Jakbar. Penulis melakukan obervasi partisipasi ini dalam kurun waktu Juli-Desember 2013.

Kedua, wawancara yang juga penulis paparkan dalam metode penelitian, menurut Suharsimi Arikunto, wawancara berarti suatu dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari orang yang diwawancarai.56Dalam wawancara ini, penulis mengadakan wawancara secara langsung dengan cara mendatangi berbagai pihak yang penulis anggap berkaitan dengan tema penelitian ini, serta mengetahui terhadap permasalahan yang akan penulis bahas. Selain itu juga penulis akan menggunakan bagian dari pengalaman kerja atau keterlibatan penulis yang bekerja di tempat tersebut (Penyuluh Agama Islam Fungsional)

Bentuk wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur (non-structural interviewe). Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara baku yang susunan pertanyaanya tidak ditetapkan sebelumnya.57 Pedoman wawancara yang digunakan dengan menggunakan prinsip bentuk pertanyaan open ended and probing, yaitu menguraikan poin-poin khusus yang penting yang dapat didiskusikan dengan informan.

Ketiga, dokumentasi, yaitu suatu cara yang dipergunakan untuk mengumpulkan data dengan jalan mengambil bahan-bahan yang berasal dari data-data mengenai tugas dan fungsi penyuluh agama, data tentang jumlah penyuluh agama, kebijakan-kebijakan yang terdapat pada organisasi tersebut, dan masalah-masalah penyuluh agama Jakarta Barat, komunikasi organisasi yang terjadi pada lembaga tersebut, khususnya yang berkaitan dengan proses strukturasi, iklim komunikasi dan budaya organisasi.

5. Analisis Data

Analisis data menurut Patton, adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar.58 Beberapa pertanyaan yang menjadi permasalahan utama telah dikemukakan dalam perumusan masalah, tetapi pertanyaan-pertanyaan yang lain dapat digali melalui wawancara, atau observasi partisipatoris di lokasi penelitian, sehingga dapat mengumpulkan ungkapan kognitif, emosional atau intuisi dari para pelaku yang terlibat termasuk peneliti yang bekerja sebagai

55Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Andi Offset, 1992), 73. 56Suharismi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta:

Rineka Cipta, 1993), 115. 57Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 103. 58Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 108.

Page 37: SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38718/1/MUBAYYINAH - SPS.pdf · terjadi apabila kendali organisasi dan budaya organisasi

22

Penyuluh Agama Islam Fungsional di wilayah ini. Data ini dirangkum secara deskriptif untuk membantu menemukan keaslian dan kebenaran yang diungkapkan oleh subjek penelitian sendiri sesuai dengan kenyataannya. Dengan cara ini tetap akan dapat menyajikan realitas dari konsep-konsep itu dengan etik sebagaimana yang diharapkan dalam penelitian kualitatif.

Dalam langkah analisis ini juga dilakukan penahapan, yaitu mereduksi data, memaparkan bahan empirik, menarik kesimpulan dan memverifikasikan. Reduksi data dimaksudkan melakukan penyederhanaan, pengabstrakan dan menstranformasikan data yang masih kasar dari beberapa catatan lapangan. Dengan tahap ini dimaksudkan dapat mengklasifikasikan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu hingga dapat mengorganisir data yang sangat diperlukan.

Pemaparan maksudnya menyajikan data yang telah direduksi dalam bentuk bahan yang diorganisir melalui ringkasan terstruktur, diagram, bagan, maupun sinopsis dan beberapa teks. Cara ini dapat membantu menyusun analisis yang dikehendaki, serta diarahkan kepada upaya merumuskan temuan penelitan. Tahap penarikan kesimpulan serta verifikasi dimaksudkan membuat penafsiran makna dari data, kemudian memverifikasinya. Hasil verifikasi ini tentu saja perlu diperiksa ulang dengan melihat kembali ke lokasi penelitian dan mendiskusikan.

H. Sistematika Penulisan

Rencana sistematika penulisan laporan penelitian ini adalah sebagai berikut: bab satu berisi pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat dan signifikansi penelitian, penelitian terdahulu yang relevan, dan metodologi penelitian, serta sistematika penulisan. Bab ini penulis mengemukakan secara selintas dinamika komunikasi organisasi pada penyuluh agama Islam fungsional. Dari latar belakang tersebut, ditemukan permasalahan pada komunikasi organisasi PAIF Kementerian Agama Jakarta Barat.

Bab dua akan menguraikan bagaimana paradigma idealisme teoritik dalam komunikasi organisasi yang menjadi timbangan idealisme bagi lembaga penyuluh agama Islam Kementerian Agama Jakarta Barat dalam kinerjanya. Bab ini menjelaskan dinamika paradigma teori komunikasi organisasi sosiokultural yang terdiri dari teori strukturasi, teori kendali organisasi, dan budaya organisasi. Teori-teori sosial dan komunikasi Islam tersebut, kemudian secara apik dan genius telah diramu oleh Andi Faisal Bakti dalam tiga rancang-bangun teori Komunikasi Islam, yaitu tabligh, taghyir, dan binaul ummah.

Bab tiga menjelaskan gambaran tentang apa hakekat Penyuluh Agama Islam Fungsional. Pembahasan dimulai dengan sejarah lahirnya PAIF. Kemudian gambaran itu akan diperjelas dengan mendedahkan tugas, fungsi, dan wewenang PAIF Jakbar. Wewenang dan fungsi PAIF Jakbar serta kelompok sasaran PAIF dan optimalisasi peran PAIF Jakbar.

Page 38: SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38718/1/MUBAYYINAH - SPS.pdf · terjadi apabila kendali organisasi dan budaya organisasi

23

Bab empat merupakan bab inti yang akan menjelaskan bagaimana sesungguhnya implementasi dari tradisi sosiokultural khususnya strukturasi dalam komunikasi organisasi pada penyuluh agama di Kementerian Agama Jakarta Barat atas unsur penerapan strukturasi/informasi/tabligh, dan kendali organisasi/perubahan/taghyir serta pelaksanaan budaya organisasi/pengembangan/binaul ummah mulai Juli-Desember 2013.

Bab lima merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran. Berdasarkan pada kajian inti bab empat, penulis menarik benang-merah yang menjadi problem dalam komunikasi organisasi penyuluh agama Islam fungsional di Kementerian Agama Jakarta Barat. Pembahasan akan ditutup dengan saran dari penulis demi progresifitas komunikasi organisasi PAIF di Kementerian Agama Jakarta Barat di masa sekarang maupun yang akan datang.

Page 39: SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38718/1/MUBAYYINAH - SPS.pdf · terjadi apabila kendali organisasi dan budaya organisasi

24