Sekilas Kesehatan.docx

33
Sekilas Kesehatan semua hal yang berbau dunia kesehatan. ^_^ Minggu, 09 Desember 2012 OTM Pilokarpin HCl (bagian 1) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sukur Alhamdulilah kita diberi kenimatan berupa panca indera penglihatan yang begitu sempurna. Allah SWT telah merancang suatu gerbang cakrawala untuk bisa melihat alam semesta dengan kedua mata yang telah diberikan-Nya. Sehinga sudah semestinya sebagai tanda terimakasih atas nikmat yang telah diberikan, kita harus menjaga kedua mata yang dianugrahkan ini. Tetapi memang tidak mudah untuk menjaga mata, terlebih dalam masalah kesehatan. Karena diperjalanan hidup ini tidak mungkin seorang manusia tidak pernah mengalami sakit(mata). Baik sakit mata ringan seperti mata merah, iritasi, perih bahkan sampai yang ada menimbulkan kebutaan. Oleh karena itu diperlukan suatu obat untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Salah satu pengobatan yang bisa digunakan adalah tetes mata karena secara umum larutan berair lebih stabil daripada salep. Selain itu tidak menganggu penglihatan ketika digunakan. Tetes mata juga mempuyai kemampuan lasung untuk bersentuhan dengan kornea mata. Sehingga sangat efektif digunakan untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi di bola mata. Salah satu masalah mata yang ada di Indonesia saat ini adalah penyakit glukoma. Glaukoma adalah suatu keadaan tekanan intraokuler/tekanan dalam bola mata relatif cukup besar untuk menyebabkan kerusakan pupil saraf optik dan menyebabkan kelainan lapang pandang. Berdasarkan Survei Kesehatan Indera Penglihatan tahun 1993-1996 yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia didapatkan bahwa glaukoma merupakan penyebab kebutaan nomer 2 sesudah katarak (prevalensi 0,16%). Katarak 1,02%, Glaukoma 0,16%, Refraksi

Transcript of Sekilas Kesehatan.docx

Page 1: Sekilas Kesehatan.docx

Sekilas Kesehatan

semua hal yang berbau dunia kesehatan. ^_^

Minggu, 09 Desember 2012

OTM Pilokarpin HCl (bagian 1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Sukur Alhamdulilah kita diberi kenimatan berupa panca indera penglihatan yang begitu sempurna.

Allah SWT telah merancang suatu gerbang cakrawala untuk bisa melihat alam semesta dengan kedua

mata yang telah diberikan-Nya. Sehinga sudah semestinya sebagai tanda terimakasih atas nikmat yang

telah diberikan, kita harus menjaga kedua mata yang dianugrahkan ini.

Tetapi memang tidak mudah untuk menjaga mata, terlebih dalam masalah kesehatan. Karena

diperjalanan hidup ini tidak mungkin seorang manusia tidak pernah mengalami sakit(mata). Baik sakit

mata ringan seperti mata merah, iritasi, perih bahkan sampai yang ada menimbulkan kebutaan. Oleh

karena itu diperlukan suatu obat untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Salah satu pengobatan

yang bisa digunakan adalah tetes mata karena secara umum larutan berair lebih stabil daripada salep.

Selain itu tidak menganggu penglihatan ketika digunakan.

Tetes mata juga mempuyai kemampuan lasung untuk bersentuhan dengan kornea mata. Sehingga

sangat efektif digunakan untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi di bola mata.

Salah satu masalah mata yang ada di Indonesia saat ini adalah penyakit glukoma. Glaukoma adalah

suatu keadaan tekanan intraokuler/tekanan dalam bola mata relatif cukup besar untuk menyebabkan

kerusakan pupil saraf optik dan menyebabkan kelainan lapang pandang. Berdasarkan Survei Kesehatan

Indera Penglihatan tahun 1993-1996 yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia

didapatkan bahwa glaukoma merupakan penyebab kebutaan nomer 2 sesudah katarak (prevalensi

0,16%). Katarak 1,02%, Glaukoma  0,16%, Refraksi 0,11% dan Retina 0,09%. Akibat dari kebutaan itu

akan mempengaruhi kualitas hidup penderita terutama pada usia produktif, sehingga akan berpengaruh

juga terhadap sumberdaya manusia pada umumnya dan khususnya Indonesia.

Berdasarkan beberapa alasan diatas, maka kami putuskan untuk membuat suatu formula tetes mata

yang mempuyai kemampuan untuk mencegah dan mengatasi glukoma dengan bahan aktif pilokarpin.

Pilokarpin adalah salah satu senyawa yang bisa digunakan untuk untuk penanganan glukoma karena

memiliki efek miosis. Miosi adalah suatu kemampuan obat yang dapat menyebabkan kontraksi dari

pupil mata. Dengan terbukanya pupil maka cairan dalam mata keluar sehingga menurunkan tegangan

intraokular (dalam mata).

Oleh karena itu pengunaa formula obat tetes mata pilokarpin sangat pas untuk mengatasi glucoma.

Dengan harapan akhir bisa menolong para masyarakat penderita glucoma yang saat ini kasusnya masih

banyak terjadi.

Page 2: Sekilas Kesehatan.docx

1.1  Tujuan 

1.          Merancang suatu formula dan memperatekan pembuatan sediaan steril tetes mata. 

2.           Melakukan evaluasi sediaan obat tetes mata.

1.2  Manfaat

      1.      Bisa memacu semangat untuk terus berkreasi dalam mengembangkan sediaan.

      2.       Menumbuhkan rasa percaya diri, dan mampu membuat keunikan dalam formulasi yang dapat

diterima

            oleh pasar.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Difenisi

Obat tetes mata atau Guttae Opthalmicae adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi,

digunakan untuk mata dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata di sekitar kelopak mata

dan bola mata. (FI III, hal 10).

2.2 Keuntungan dan Kerugian

         Keuntungan

Secara umum larutan berair lebih stabil daripada salep, meskipun salep dengan obat yang larut

dalam lemak diabsorpsi lebih baik dari larutan/salep yang obat-obatnya larut dalam air. Selain itu

tidak menganggu penglihatan ketika digunakan (AMA Drugs : 1624)

         Kerugian

Kerugian yang prinsipil dari larutan mata adalah waktu kontak yang relatif singkat antara obat dan

permukaan yang terabsorsi. (RPS 18 th : 1585)

2 . 3 Persyaratan

Persayaratan obat tetes mata harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1 .   Steril

Farmakope moderenmensyaratkan sterilitas kuman bagi optimika (angka kuman harus = 0).

Pembuatan tetes mata pada dasarnya dilakukan pada kondisi kerja aseptik.

2.      Kerjenihan

Persyaratan larutan bebas partikel bertujuan menghindari ransangan akibat adanya bahan padat.

Fitrasi dengan kertas saring atau kain wol tidak dapat menghasilkan larutan bebas partikel melayang.

Oleh karena itu , sebagai material penyaring kita mengunakan leburan gelas. Misalnya, jeanaer fritten

berkuran poro G3-G5.

3.      Pengawetan (antimicrobial preservative)

Bahan pengawet yang digunakan adalah thiomersal 0,002% fenilmuerkuri 0,002%, garam alkonium

dan garam banzalkonium 0,002%-0,001% dalam kombinasinya dengan natrium edetat 0,01%, lalu

yang lainya adalah klorheksidain 0,005-0,01%, klorbutanol 0,5% dan benzillalalkohol 0,5%-1%.

Page 3: Sekilas Kesehatan.docx

Tabel 2.1 Obat tetes mata menggunakan antimicrobial preservative

Benzalkonium

cholida 0,01%

Chlorhexidine acetat

0,01%

Phenylmercuric

nitrate 0,002%

Atrapon sulfat

Gorbechol

Gycolopentolate

Homatropine

Hyoscine

Hypromellose

Phenylephrine

Physostigmine

Pilocarpine

Prednisolone

Cocaine

Cocain dan homatropine

Tetracaine

Ghloramphenicol

Fluorescein

Hydrocortisone dan

neomycin

Lochesine

Neomicin

Sulfacetaminde

Zinc sulphate

Zinc sulfat dan

adrenalin

Epineprin

4.      Tonissitas

Karena kandungan elektrolit dan koloid di dalamnya, cairan air mata memiliki tekanan osmotik, yang

nilainya sama dengan darah cairan jaringan.besarnya adalah 0,065-0,8 M pa (6,5-8 atmosfir),

penurunan titik bekunya terhadap air 0,520K atau kosentrasinya sesuai dengan larutan natrium klorida

0,9% dalam air. Larutan hipertonis relatif lebih dapat diterima daripada hipotonis. Larutan yang

digunakan pada mata luka atau yang telah dioprasi mengunakan larutan isotonis. Pada larutan yang

mengandung perak, kita memakai garam nitrat 1,2-1,6%.

5.      Stabilitas (Pendapar, Vikositas, dan Aktivitas`Permukaan)

a.       Pendapar

Harga pH mata sama dengan darah, yaitu 7,4. Pada pemakaian tetesan bias, larutan yang nyaris tanpa

rasa nyeri adalah larutan dengan pH 7,3-9,7. Namun, ph 5,5-11,4 masih dapat diterima. Pengaturan ph

sangat berguna untuk mencapai rasa bebas nyeri, meskipun kita sangat sulit merealisasikanya.

Misal: gara alkaloid yang umunya dipakai sebagai tetes mata memiliki stablitas maksimal pada ph 2-4

yang jelas sangat tidak fisiologis. Dengan demikian, kita perlu menaikan pH-nya untuk menunjukkan

peningkatan keseimbangan fisiologis, larutan dibangan dilakkan dengan larutan isotonis.

Larutan dapar berikut digunakan secara internasionak:

       Dapar natrium asetat-Asam borat, kapasitasnya tinggi di daerah asam.

         Dapar pospha, kapasitanya tinggi di daerah alkalis

Jika harga ph yang ditetapkan atas dasar stabilitas berada di luar daerah yang dapat diterima secara

fisiologis, maka kita wajib menambahkan larutan dapar dan melakukan pengaturan pH melalui

penambahan asam atau basah.

b.      Vikositas dan aktivitas permukaan

Tetes mata dalam air mempuyai kekurangan karena dapat ditekan keluar dari saluran konjungtiva oleh

gerakan pelupuk mata. Namun, melalui peningkatan vikositas tetes mata dapat mencapai distribusi

bahan aktif yang lebih baik dalam cairan dan waktu kontak yang lebih panjang. Sebagai peningkatan

vikositas, kita memakai metilselulosa dan polivinilpolidon (PVP) dan dan sangat disarankan

Page 4: Sekilas Kesehatan.docx

menggunakan polivinilpolidon (PVP) 1-2%. Vikositas sebaiknya tidak melampaui 49-50 mpa detik

(40- 50 cP) sebab jika tidak, maka akan terjadi penyumbatan saluran air mata. Kita memakai larutan

dengan harga vikositas 5-15 mPa detik (5-15 cp). Apabila zat pada sulit larut, maka kita dapat

menambahkan khorida atau benzalkonium bromida.

2.4 Sterilisasi

Sterilisasi yaitu suatu proses atau kegiatan membebaskan bahan atau benda dari semua bentuk

kehidupan. Sterilisasi juga dapat diartikan sebagai proses untuk membunuh semua jasad renik yang

ada, sehingga jika ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak ada lagi jasad renik yang dapat

berkembang.

Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan kimiawi.

Sterilisasi mekanik dilakukan secara filtrasi, sterilisasi fisik dilakukan dengan pemanasan dan

penyinaran, dan untuk sterilisasi kimiawi dapat dilakukan menggunakan senyawa disinfektan.

1.      Sterilisasi Mekanik

Sterilisasi mekanik, biasa dilakukan dengan filtrasi. Filtrasi disini menggunakan suatu saringan

yang berpori kecil sehingga mikroba dapat tertahan pada saringan tersebut. Ukuran nominal pori

penyaring 0,2 μm atau kurang dan penyaring dibuat dari berbagai jenis bahan seperti selulosa asetat,

selulosa nitrat, florokarbonat, polimer akrilik, polikarbonat, poliester, polivinil klorida, vinil, nilon,

politef, dan berbagai tipe bahan lain termasuk memban logam.

2.      Sterilisasi Fisik

Pada sterilisasi fisik dapat dilakukan dengan 2 sistem, yaitu system pemanasan dan penyinaran.

System pemanasan sendiri terdiri dari 4 macam, yaitu:

a.       Pemijaran (dengan api langsung)

Membakar alat pada api secara langsung, contoh alat : jarum inokulum, pinset, batang L, dll.

b.      Panas kering

Sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas kering cocok untuk alat yang terbuat dari

kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dll.

Prosedur Sterilisasi Panas Kering dengan Oven adalah sebagai berikut:

1) Membuka tutup oven dan masukkan peralatan dari gelas yang sudah dibungkus ke dalam oven.

2) Menutup oven dan mengatur pengontrol suhu pada angka 160-180C selama 1-2 jam.

c.       Uap air panas

Konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air lebih tepat menggungakan metode ini

supaya tidak terjadi dehidrasi.

d.      Sterilisasi panas dengan Tekanan atau Sterilisasi Uap (Autoklaf)

Pada saat melakukan sterilisasi uap, kita sebenarnya memaparkan uap jenuh pada tekanan tertentu

selama waktu dan suhu tertentu pada suatu objek, sehingga terjadi pelepasan energi laten uap yang

mengakibatkan pembunuhan mikroganisme secara ireversibel akibat denaturasi atau koagulasi sel.

Sterilisasi demikian merupakan metode yang paling efektif dan ideal karena:

1.      Uap merupakan pembawa (carrier) energi termal paling efektif dan semua lapisan pelindung luar

mikroganisme dapat dilunakan, sehingga terjadinya koagulasi.

2.      Bersifat notoksik, mudah diperoleh, dan relatif mudah dikontrol.

Suhu jenuh uap air (1000C) pada tekanan 1 atmosfir teryata masih kurang dalam membunuh kuman

yang resisten. Oleh karena itu, kita harus mengupayakan agar suhu jenuh uap ditingkatkan dengan cara

Page 5: Sekilas Kesehatan.docx

meningkatkan tekanannya. Kemudian, kita dapat melakukannya dalam wadah tertutup rapat agar dapat

tercapai suhu sterilisasi, yaitu 1210C atau lebih. Uap jenuh tidak dapat berkurang suhunya tanpa

menurunkan tekanannya dan sebaliknya. Dengan demikian, apabila salah satu parameter yang lain pasti

diketahui pula. Pada praktinya, saat uap memasuki chamber mesin sterilisasi, kondisi uap harus dalam

keadaan baik.

Sterilisasi demikian bisa digunakan untuk mensterilisasikan:

Sedian injeksi dan suspensi : 1210C 15 menit

Baju operasi : 1340C 3 menit

Plastik dan karet : disterilkan terpisah dari kontainer

Faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi uap adalah:

a.       Waktu

Apabila mikroorganisme dalam jumlah besar dipaparkan terhadap uap jenuh pada suhu yang konstan,

maka semua mikroorganisme tidak akan terbenuh pada saat bersamaan. Jumlah mikroganisme yang

bertahan hidup dapat diplot terhadap waktu pemaparan dan akan menghasilkan kurva survivor

(survivor curve). Terminilogi D-value digunakan untuk mendeskripsikan waktu yang diperlukan untuk

membunuh 90% mikroorganisme yang ada. Setiap mikroorganisme akan mempuyai D-value yang

berbeda dan tentunya D-value akan bergantung pada suhu.

Pengujian daya bunuh mesin sterilisasi biasa menggunakan bacillus stearothermophilus karena jenis

mikroganisme ini paling resisten terhadap proses 6 nilai D-value untuk bacillus stearothermophillus

sudah menjamin keamanan proses sterilisasi uap. Pada D-value pertama, jumlah mikroganisme yang

terbunuh adalah 905, pada nilai D-value kedua jumlah mikroganisme yang terbunuh menjadi 99,95,

dan seterusnya hingga pada nilai D-value keenam jumlah mikroganisme yang terbunuh menjadi

99,9999%.

b.      Suhu

Peningkatan suhu akan menurunkan waktu proses sterilisasi secara dramatis. Sebagai gambaran , waktu

yang diperlukan untuk membunuh satu juta B.stearothermophillus pada suhu 115,60C adalah 42,6

menit, tetapi dengan menaikan suhu sampai 140,60C waktu yang dibutuhkan hanya 8 detik. Namun, hal

ini tentu terjadi pada kondisi uap jenuh, sedangkan pada kondisi uap tidak jenuh mikroorganisme

mungkin tidak akan terbunuh secara sempurna, walaupun suhu sterilisasi dinaikan.

Hubungan antara waktu dan suhu dalam proses sterilisasi menurut rumus sebagai berikut:

F = t1

c.       Kelembapan

Efek penambahan daya bunuh pada sterilisasi uap disebabkan kelembaban akan menurunkan suhu yang

diperlukan agar terjadidenaturasi dan koagulasi protein. Di lain pihak, pada sistem panas kering

mikroorganisme akan terhidrasi terlebih dahulu baru kemudian suhu akan naik agar terjadi denaturasi

protein seluler. Adanya cairan dalam uap mengindikasikan istilah kualitas uap. Untuk proses sterilisasi

uap berada 97%, maka dianggap uap tidak jenuh, sehingga daya bunuh mikroorganisme akan kurang.

3.    Sterilisasi Kimia

Sterilisasi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa disinfektan. Senyawa disinfektan yang

biasa digunakan yaitu alcohol. Salah satu kegunaan dari alcohol ini adalah untuk sterlisasi area tempat

kerja, adapun proses penggunaannya adalah sebagai berikut:

1)      Memasukkan larutan alkohol dengan kadar 70% ke dalam botol semprot.

Page 6: Sekilas Kesehatan.docx

Sterilisasi dengan bahan kimia digunakan alkohol 70 %. Menurut Gupte (1990), etil alkohol sangan

efektif pada kadar 70 % daripada 100 % dan ini tidak membunuh spora. Sterilisasi dengan alkohol

dilakukan pada proses pembuatan kultur stok dan teknik isolasi. Alkohol 70 % disemprotkan pada

tangan praktikan dan alat-alat seperti makropipet dan mikropipet. Menurut Volk dan Wheeler (1988),

alkohol bila digunakan pada kulit kontaknya terlalu pendek untuk menimbulkan banyak efek germisida

dan alkohol segera menguap karena sifatnya mudah menguap. Namun alkohol dapat menyingkirkan

minyak, partikel debu, dan bakteri. Menurut Gupte (1990), alkohol 70 % dapat menyebabkan

denaturasi protein dan koagulaasi.

2)      Menyemprot udara di sekitar area kerja dengan alkohol tersebut.

3)    Menyemprot meja kerja dengan alkohol dan ratakan dengan kertas tissue.

4)      Menyemprot juga tangan kita agar steril.

5)      Meletakkan alat-alat yang akan digunakan pada meja kerja.

2.5 Perhitungan

Perhitungan yang di maksud disini adalah tonisitas dan kapasitas dapar karena dalam suatu larutan tetes

mata tidak akan lepas dari perhitungan ini.

2.5.1 . Tonisitas

a. metode turunab titik beku

Turunya titik beku serum darah atau cairan lakrimal sebesar-0,520C yang setaradengan 0,9% NaCl.

Makin besar kosentrasi zat terlarut makin besar turunya titik beku.

METODE I (BPC) :

W = Jumlah (g) bahan pembantu isotoni dalam 100 ml larutan

A = Turunnya titik beku air akibat zat terlarut, dihitung dengan

memperbanyak nilai untuk larutan 1% b/v

b = Turunya titik beku air yang dihasilkanoleh 1% b/v bahan pembantu isotoni jika kosentrasi tidak

dinyatakan, a=0 (titik ditambahkan pengisotonis)

METODE II :

Keterangan :

Tb = turunya titik beku larutan terhadap pelarut murninya

K = turunya titik beku pelarut dalam MOLAR (konstanta Kryoskopik air = 1,86 yang menunjukan

turunya titik beku 1 mol zat terlarut dalam 1000 g cairan)

m = zat yang ditimbang (g)

n = jumlah ion

M = berta molekul zat terlarut

L = massa pelarut (g)

b. ekivelensi NaCl

Didefinisikan sebagai suatu faktor yang dikonversikan terhadap sejumlah tertentu zat terlarut

terhadap jumlah NaCl yang memberikan efek osmotik yang sama. Misalnya ekivalensi NaCl asam

borat 0,55 berati 1 g asam borat di dalam larutan memberikan jumlah partikel yang sama dengan 0,55g

NaCl.

METODE WELLS:

Keterrangan :

Page 7: Sekilas Kesehatan.docx

L = turunnya titik beku MOLOL

I = turunnya titik beku akibat zat terlarut (0C)

C = kosentrasi molal zat terlarut

Oleh karena itu zat aktif dengan tipe ionik yang sama dapat menyebabkan turunya titik beku molal

yang sama besar, maka Wells mengatsinya dengan menggolongkan zat-zat tersebut menjadi beberapa

kelompok sesuai dengan jumlah ion yang dihasilkan. Lihat tabel III di repetitorium teknologi sediaan

steril, hal. 15.

c. metode Liso (Dikta Kuliah Steril, 166)

Rumus ∆Tf = Lisox

d.      Metode White –Vincent (Diklat kuliah steril hal, 167)

Tonisitas yang diinginkan ditentukan dengan penambahan air pada sediaan parenteral agar isotonis.

Rumus yang dipakai :

V = w x E x 111,1

Dengan V = ekivelensi naCl

w = berat dalam garam

E = ekivalensi NaCl

Contoh

R/ Phenacaine hidroklorida 0,006 gr

Asam borat 0,30 gr

Aqua bidestilata steril ad 100 ml

Maka : v = ((0,06 x 0,20) + (0.3 x 0,050)) x 111,1 ml = 18 ml

Jadi obat dicampur dengan air sampai 18 ml. Lalu tambah pelarut isotonis sampai 100 ml.

e.       Metode Sprowls (Dikta kuliah steril)

Menurut modifikasi dari metode White dan vincet, dimana w dibuat tetap 0,3 gram, jadi V = E x

33,33 ml

2.5.2 Kapasitas dapar

Kapasitas dapar adalah kemampuan tidak berubahnya pH dengan penambahan sedikit asam atau

sedikit basah.

Rumus : β = = 2,303 C

Β = kapasitas dapar

αB = perubahan kosentrasi asam atau basah

αpH = perubahan ph

C = kosentrasi molar larutan dapar

Ka = konstanta disosiasi larutan dapar

Kapasitas dapar dapat dihitung dengan pesamaan Henderson-hasselbach

2.6 Glukoma

Glaukoma adalah penyakit pada saraf utama mata, yang disebut saraf optik. Saraf optik menerima

impuls saraf dari retina dan memancarkannya ke otak, di mana kita mengubah sinyal-sinyal listrik itu

sebagai gambar. Glaukoma ditandai oleh kerusakan progresif pada saraf optik yang umumnya dimulai

dengan kehilangan penglihatan samping halus (peripheral vision). Jika glaukoma tidak didiagnosis dan

diobati maka dapat berkembang menjadi kehilangan penglihatan sentral dan kebutaan.

Glaukoma tetapi tidak selalu, berhubungan dengan tekanan tinggi di mata (tekanan intraokuler). Secara

umum, tekanan mata tinggi ini mengarah ke kerusakan saraf mata (saraf optik). Dalam beberapa kasus,

Page 8: Sekilas Kesehatan.docx

glaukoma dapat terjadi pada tekanan mata normal namun ada gangguan pengaturan aliran darah ke

saraf optik.

Belum ada obat untuk glaukoma. Namun, obat atau operasi dapat memperlambat atau mencegah

perkembangan kehilangan penglihatan. Pengobatan yang tepat tergantung pada jenis glaukoma dan

faktor-faktor lainnya. Deteksi dini sangat penting untuk menghentikan perkembangan penyakit ini.

( http://kamuskesehatan.com/arti/glaukoma/)

2.7 Patofisiologi Glukoma

Peningkatan tekanan di dalam mata (intraocular pressure) adalah salah satu penyebabterjadinya

kerusakan saraf mata (nervus opticus) dan menunjukkan adanya gangguan dengancairan di dalam mata

yang terlalu berlebih. Ini bisa disebabkan oleh mata yang memproduksicairan terlalu berlebih, cairan

tidak mengalir sebagaimana mestinya melalui fasilitas yang adauntuk keluar dari mata (jaringan

trabecular meshwork) atau sudut yang terbentuk antarakornea dan iris dangkal atau tertutup sehingga

menyumbat/ memblok pengaliran dari pada cairan mata.

Gambar patofisiologi glukoma

Diposkan oleh Moch kharis Suhud di 21.42

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Link ke posting ini

Buat sebuah Link

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Kharis Perak

Buat Lencana Anda

Page 9: Sekilas Kesehatan.docx

Media konsultasi

Arsip Blog

►   2014 (2)

►   2013 (3)

▼   2012 (3)

o ▼   Desember (1)

OTM Pilokarpin HCl (bagian 1)

o ►   Mei (1)

o ►   Januari (1)

►   2011 (7)

Template Awesome Inc.. Gambar template oleh kcline. Diberdayakan oleh Blogger.

Apr

10

penggolongan obat dan nama obat

Penggolongan dan Nama Obat

No Golongan Obat Jenis Obat Nama Generik Nama Dagang

1 ANALGETIK (Antinyeri) Narkotik Fentanil

Morfin

Pethidine

Tramadol HCl

Kodein

Non Narkotik Acetosal

Ibuprofen

Natrium diklofenak

Parasetamol

Asam mefenamat

Metampiron

Antipirai Allopurinol

Antipirai (NSAID) Meloksikam

Ketoprofen

Piroksikam

Ketorolac

Kolkisin

Indometasin

Page 10: Sekilas Kesehatan.docx

Fenilbutazon

2 Antiemetik (Antimual/muntah) Dimenhidrinat

Metoklopramid

Domperidon

Ondansetron

3 Anestesi Anestesi lokal Bupivikain

Lidokain

Anestetik umum&

Oksigen

Ketamin

Tiopental

Midazolam

4 Antiepilepsi Mg Sulfat

Diazepam

Fenitoin

Phenobarbital

Karbamazepin

Asam Valproat

5 AntiParkinson Triheksifenidil

Levodopa + Karbidopa

Benserazid + levodopa

Bromokriptin

6 Psikofarmaka Antiansietas & anti

insomnia

Diazepam

Alprazolam

Antidepresi & anti mania Amitriptilin

Fluoksetin

Imipramin

Sertralin

Antipsikosis Flufenasin

Haloperidol

Klorpromazin

Risperidon

Klozapin

Piracetam

7 Kortikosteroid Hidrokortison

Metil Prednisolon

Prednison

Triamsinolon

8 Vitamin Vit A

Page 11: Sekilas Kesehatan.docx

Vit B1

Vit B6

Vit C

Vit E

Calcitrol

Ca Laktat

Sianokobalamin

Ca karbonat

9 Batuk Antitusif (batuk kering) Dextrometorfan (DMP)

Ekspektoran Gliseril guaiakolat

(GG)

Ambroxol

Bromhekin

10 Antasida dan antiulkus Antagonis reseptor H2 Ranitidin

Simetidin

Antihiperasiditas Magnesium Hidroksida

Alumunium Hidroksida

Ca Karbonat

Antasida

PPI Omeprazol

Lansoprazol

sukralfat Sukralfat

11 Laksativ (pencahar) Bisakodil

Gliserin

Laktulosa

12 Antispasmodik Atropin

Ekstrak Belladon

13 Larutan elektrolit Oral Na bikarbonat

Oralit

Parenteral Ca glukonat

Larutan KCl

Na bikarbonat

Dextrosa

14 Antidiare Kaolin dan pektin

Loperamid Hcl

Attapulgit

15 Antidot/obat lain utk keracunan Khusus Nalokson

Page 12: Sekilas Kesehatan.docx

Protamin sulfat

Deferoksamin

Kalsium folinat

Metil tionin klorida

(biru metilen)

Natrium tiosulfat

Umum Mg Sulfat

Karbon Aktif

16 Antialergi Cetirizin

Loratadin

Klorfeniramin

Difenhidramin

Ketotifen

17 Diuretik Furosemida

Manitol

Spironolakton

HCT

18 Kardiovaskuler AntiHiperlipidemia Simvastatin

Fenofibrat

Antihipertensi Nifedipin

Amlodipin

Valsartan

Losartan

Nicardipin

reserpin

Antiaritmia Propanolol

Verapamil

Digoksin

Amiodaron

19 Kulit Anti acne Asam Retinoat

Anti fungi Mikonazol

20 Mata Miotik & anti glaukoma Asetazolamid

Pilokarpin

Timolol

21 Antidiabetes Glibenklamid

Page 13: Sekilas Kesehatan.docx

Metformin

Acarbose

Pioglitazon

Insulin

22 Produk darah dan pengganti

plasma

Dekstran 70

HES

Pengganti plasma

DOEN

Diposkan 10th April 2013 oleh abia agung chandra

Lihat komentar

ILMU dan pengetahuan

Klasik

Kartu Lipat

Majalah

Mozaik

Bilah Sisi

Cuplikan

Kronologis

1.

May

13

DAFTAR DM (DOSIS MAKSIMAL) farmakope indonesia

Inilah Daftar Dosis Maksimal menurut Farmakope Indonesia (FI)

NAMA ZAT PER 1 X (mg) 1 H (mg) SUMBER

Acetarsolum oral 250 1000 EFI

Acidum Acetylsalicylicum oral 1000 8000 FI 3

Acidum Acetylsalicylicum rektal 1000 8000 FI 3

Acidum Aethacrynicum oral 400 EFI

Acidum Nicotinicum oral 200 800 FI 3

Aconiti tct oral 250 750 FI 1 vol 1

Aethinylestradiol oral 0,3 0,3 FI 3

Aethylmorphin HCl oral 30 100 FI 3

Allobarbital oral 300 600 EFI

Aloe oral 300 1000 EFI

Aloe ext oral 200 600 EFI

Aloes aquosum ext oral 1500 FI 1 vol 1

Amidopyrin oral 1000 3000 FI 1 vol 1

Aminophenazon oral 500 1500 FI 2

Page 14: Sekilas Kesehatan.docx

Aminophyllinum oral, rektal 500 1500 FI 3

Amitripthylini HCl oral 30 300 FI 3

Ammonii Bromidum oral 1000 3000 FI 3

Ammonii Chloridum oral 10000 FI 3

Amobarbital oral 500 1000 EFI

Amobarbital Na sk, iv, im,

rektal

250 750 EFI

Amphetamini sulfat oral 20 40 FI 3

Ampicillinum oral 4000 FI 3

Ampicillinum trihydras oral 4000 FI 3

Amylis Nitris inhalasi 200 1000 EFI

Antimonii Kalii Tartras oral 100 300 EFI

Antipyrin oral 1000 3000 FI 1 vol 1

Antipyrin cum Coffein et

Ac.Citric

oral 1000 3000 FI 1 vol 1

Antipyrin salicylas oral 2000 6000 FI 1 vol 1

Apomorphini HCl oral FI 3

Aprobarbital oral 300 600 EFI

Aqua Laurocerasi

artificialis

oral 2000 10000 FI 1 vol 1

Arseni trioksid oral 5 15 EFI

Atropini sulfat oral, sk 1 3 FI 3

Barbitalum oral 1000 1000 FI 3

Barbitalum Natricum oral, im 1000 1000 FI 3

Belladon tct oral 2000 4000 FI 3

Belladonnae ext oral 20 80 FI 3

Belladonnae Herba oral 250 500 FI 3

Benzhexolii HCl oral 15 EFI

Betamethason oral 8,4 EFI

Biperiden lactas im 8 EFI

Bisacodyl oral 30 FI 3

Bromevalum oral 1500 3000 FI 2

Bromisovalum oral 1500 3000 FI 1 vol 1

Bromoform oral 500 1500 FI 1 vol 1

Buformini HCl oral 300 FI 2

Busulphan oral 6 6 EFI

Butobarbital oral 300 600 EFI

Calcii Bromidum oral 1250 3750 EFI

Calcii Chloridum oral 2000 8000 FI 3

Calcii Lactas oral 15000 FI 3

Calcii pantothenat oral 50 EFI

Camphora monobromata oral 250 1000 FI 1 vol 1

Page 15: Sekilas Kesehatan.docx

Cantharis oral 25 100 EFI

Carbachol oral 4 6 EFI

Carbachol sk 0,5 1 EFI

Carbamazepin oral 1200 FI 3

Carbarzonum oral 250 500 FI 3

Carbinoxamin maleat oral 8 EFI

Carbromalum oral 1000 3000 EFI

Carcacholum oral 4 FI 1 vol 1

Carcacholum sk 0,5 FI 1 vol 1

Cephalexin oral 1000 4000 FI 3

Chloral hydrat oral, rektal 2000 8000 FI 3

Chlordiazepoxide oral 100 FI 3

Chlordiazepoxide HCl oral 100 FI 3

Chlorotrianisenum oral 50 EFI

Chlorpheniramin maleat oral 40 FI 3

Chlorpromazin HCl oral 250 1000 FI 3

Chlorpropamidum oral 750 FI 3

Cocain HCl oral 60 300 FI 2

Cochici tct oral 1000 5000 FI 1 vol 1

Codein HCl oral 60 300 FI 3

Codein phosphas oral 60 300 FI 3

Codeinum oral 90 270 FI 1 vol 1

Coffein oral 500 1500 FI 3

Coffein citras oral 1000 3000 FI 3

Coffein natrii benzoat oral, sk 1000 3000 EFI

Coffein natrii salicylat oral, sk 1000 3000 EFI

Colchicinum oral 2 6 FI 1 vol 2

Colocynthidis ext oral 150 FI 1 vol 1

Cortison asetat oral 150 400 FI 3

Cotarnin Chloridum oral 100 300 FI 1 vol 1

Cyclobarbital oral 500 1000 FI 1 vol 1

Cyproheptadin HCl oral 20 FI 3

Dapson oral 400 seminggu 2x FI 3

Dexamethason natrii

phosphas

im, iv 50 EFI

Dexamphetamin sulfat oral 20 40 FI 3

Dextromoramid tartras oral, im,

rektal

20 20 EFI

Dextromoramin bitartras oral, im,

rektal

20 20 FI 2

Dextropropoxyphen HCl oral 300 EFI

Diaethylstilboestrolum oral 25 FI 3

Page 16: Sekilas Kesehatan.docx

Diazepam oral 40 FI 3

Dichlorophenamid oral 300 EFI

Dicyclomin HCl oral 30 120 FI 3

Dienestrolum oral 1500 EFI

Digitalis Folium oral 1000 FI 3

Digitalis injectio oral 5 ml 5 ml FI 1 vol 1

Digitalis sol oral 3000 10000 FI 1 vol 1

Digitalis Tct oral 6000 FI 3

Digitoxin oral 0,5 1 FI 3

Digoxin oral 1,5 2 FI 3

Dihydralazin sulfas oral 300 FI 2

Diiodohydroxyquinolinum oral 1000 2000 FI 3

Dimercaprolum im 300 1500 FI 1 vol 2

Diphenhidramin HCl oral 100 250 FI 3

Diphenhidramin teoclas oral 100 250 FI 3

Doxycyclin oral 100 600 FI 3

Doxycyclin HCl oral 100 600 FI 3

Emetin HCl sk 100 100 FI 2

Ephedrin oral 40 120 EFI

Ephedrin HCl oral 50 150 FI 3

Ephedrin sulfas oral 50 150 EFI

Ephedrin sulfas sk 40 120 EFI

Epinephrin sk 1 4 FI 1 vol 1

Epinephrin bitartras sublingual 1 5 EFI

Ergometrin Maleat oral 1 3 FI 3

Ergometrin Maleat im, iv 0,5 1,5 FI 2

Ergometrin Maleat sk 0,5 1,5 FI 2

Ergotamin tartras oral 2 6 FI 3

Erophonii Chloridum iv 30 30 EFI

Erythromycin oral 500 4000 FI 3

Erythromycin stearat oral 0,5 FI 3

Fibrinogen oral 8000 EFI

Filicis aethereum ext oral 8000 8000 FI 1 vol 1

Flourouracilum iv 1000 EFI

Fluphenazin HCl oral 0,5 6 FI 3

Glycerilis trinitras oral 0,25 1 FI 1 vol 2

Glycerylis trinitratis sol sublingual 2 20 FI 3

Griseovulvin oral 1000 FI 3

Haloperidol oral 15 EFI

Heptobarbital oral 500 1000 FI 1 vol 1

Hexamin oral 1000 4000 FI 3

Hexamin maleat oral 1000 4000 EFI

Page 17: Sekilas Kesehatan.docx

Hexobarbital oral 2000 FI 1 vol 1

Hexylresorcinol oral 1000 1000 EFI

Histamin phosphas sk 1 2 EFI

Homatropin HCl oral 1 3 FI 3

Hydralazin HCl oral 200 FI 3

Hydrargyri Chloridum ophtalmic <> FI 1 vol 1

Hydrargyri Iodidum rubrum oral 5 20 FI 1 vol 1

Hydrastidis ext oral 1000 4000 FI 1 vol 1

Hydrochlorthiazid oral 100 200 FI 3

Hydrocodoni bitartras oral 20 60 EFI

Hydrocodoni bitartras sk 15 45 EFI

Hydrocodoni HCl sk 15 45 FI 1 vol 1

Hydrocortison oral 100 200 FI 2

Hydrocortison acetas intraartikuler 100 200 FI 3

Hydromorphin HCl oral, sk 5 15 FI 3

Hyoscyami Ext oral 125 500 FI 3

Hyoscyami Herba oral 400 1200 FI 3

Hyoscyni HBr oral 1 3 EFI

Hyoscyni HBr sk 0,5 1 EFI

Hyoscyni KBr oral 1 3 FI 3

Hyoscyni KBr sk 0,5 1 FI 3

Hyoscyni Methylbromid oral 5 15 EFI

Imipramin HCl oral 300 FI 3

Indomethacin oral 200 FI 3

Ipecacuanhae Tct oral 25000 25000 FI 1 vol 2

Ipececuanhae Pulv/Radix oral 2000 2000 FI 3

Isoniazid oral 500 10/kg FI 3

Isoprenalin HCl oral 15 60 FI 3

Isoprenalin HCl sublingual 15 60 FI 3

Isoprenalin HCl inhalasi 10 30 FI 3

Isoprenalin sulfat oral, 15 60 EFI

Isoprenalin sulfat sublingual 15 60 EFI

Isoprenalin sulfat inhalasi 15 60 EFI

Kalii Arsenitis sol oral 100 500 EFI

Kalii benzylpenicillin oral 2 juta UI FI 3

Kalii Bromidum oral 2000 6000 FI 2

Kalii Iodidum oral 2000 6000 FI 2

Kalii sulfaguaiacolat oral 1000 3000 FI 3

Kreosot oral 500 1500 FI 1 vol 1

Kreosot Karbonas oral 1000 3000 FI 1 vol 1

Lanatosid C oral 1 1 FI 1 vol 2

Levodopa oral 8000 FI 3

Page 18: Sekilas Kesehatan.docx

Levomepromazin oral, rektal 800 FI 2

Lobelin HCl sk 20 50 EFI

Lobelin HCl iv 6 20 EFI

Menadion oral 2 10 FI 1 vol 2

Mepacrin HCl oral 200 1000 EFI

Mepenzolii Bromidum oral 50 EFI

Meprobamatum oral 800 2400 FI 3

Mepyrami maleat oral 50 200 FI 3

Mersalyl im 200 200 EFI

Methadon HCl oral 15 45 FI 3

Methanthelini Bromidum oral 100 EFI

Methimazol oral 60 EFI

Methotrexatum oral, im, iv 10 FI 3

Methylamphetamin HCl oral 20 40 FI 2

Methylphenobarbital oral 500 1000 FI 1 vol 1

Methylthiouracilum oral 200 600 EFI

Metoilasin HCl oral 8 32 FI 3

Minocyclin Hcl oral 300 FI 3

Morphin HCl oral, sk 20 50 FI 3

Morphin sulfat oral 20 50 FI 1 vol 2

Nalorphin HCl oral FI 3

Naphtolum obat luar 500 1000 FI 1 vol 1

Natrii Arsenas oral 10 30 FI 1 vol 1

Natrii Bromidum oral 2000 6000 FI 3

Natrii Cacodylas oral, sk 100 200 FI 1 vol 1

Natrii Citrat iv 80/kg FI 3

Natrii Cloxacilin oral, im, iv 6000 EFI

Natrii Dioctysulfasuccinat oral 500 FI 3

Natrii Iodidum oral 2000 6000 EFI

Natrii Levothyroxin oral 1 ml FI 3

Natrii Methicillin im 8000 EFI

Natrii Methicillin iv 16000 EFI

Natrii Methylarsonas oral, sk 100 200 EFI

Natrii Nafcillin oral, im, iv 1500 6000 EFI

Natrii Oxacillin oral, im, iv 3000 12000 EFI

Natrii Paraminosalicylat oral 15000 FI 3

Natrii Salicylat oral 2000 18000 FI 3

Natrii Sulfobromphtalein iv 2/kg 5/kg FI 3

Neoarsphenamin iv 900 900 EFI

Neoarsphenazin iv 500 500 FI 1 vol 1

Neomycin sulfat im 5/kg 15/kg FI 3

Neomycin sulfat iv 15/kg 30/kg FI 3

Page 19: Sekilas Kesehatan.docx

Neostigmin Bromidum oral 30 90 FI 3

Neostigmin Methylsulfa iv 5 FI 3

Neostigmin Methylsulfa im, sk 5 FI 3

Nicethamid oral, sk, im,

iv

500 2000 FI 3

Nicotinamid oral 500 1000 FI 3

Nitrofurantoin oral 300 600 FI 3

Nitroglycerin Spirituosa sol oromucosal 100 1000 FI 1 vol 1

Noraethysteron oral 40 FI 3

Noscapinum oral 60 250 EFI

Oleum Chenopodii oral 500 1500 FI 1 vol 1

Opialum oral 45 150 FI 1 vol 1

Opialum sk 30 150 FI 1 vol 1

Opii aquosum ext oral 100 300 FI 1 vol 1

Opii ext oral 100 250 FI 3

Opii pulv oral 200 500 FI 3

Opii Pulvis Compositum oral 1500 5000 FI 3

Opii tct oral 1500 5000 FI 3

Opii Tct Aromatica oral 2000 5000 FI 3

Opium oral 150 500 FI 3

Opium Concentratum oral 45 150 FI 1 vol 1

Opium Concentratum sk 30 150 FI 1 vol 1

Ouabain ?? iv 0,5 1 EFI

Oxyphenisatin acetas oral 25 50 EFI

Papaverin Hcl oral 200 600 FI 3

Pentetrazolum sk, im, iv 200 500 FI 3

Pentobarbital oral, iv 500 1000 EFI

Petidin HCl oral 200 600 FI 3

Petidin HCl sk, im 200 600 FI 3

Petidin HCl rektal 200 600 FI 3

Phenacetin oral 500 1500 FI 3

Phenazon oral 1000 4000 FI 2

Phenobarbital oral 300 600 FI 3

Phenobarbital Na oral 300 600 FI 3

Phenol oral 100 300 FI 1 vol 2

Phenoxymethylpenicillin oral 500 1500 EFI

Phenyl salicylas oral 1000 5000 EFI

Phenylbutazon oral 200 600 FI 3

Phenylephrin HCl sk 10 FI 3

Phenylephrin HCl oral 25 75 EFI

Phenylephrin HCl iv 0,5 EFI

Page 20: Sekilas Kesehatan.docx

Phenytoin oral 400 800 FI 3

Phenytoin Na oral 400 800 FI 3

Phenytoin Na iv 50 800 FI 3

Pholcodin oral, rektal 60 120 EFI

Physostigmin salicylas oral 1 3 FI 3

Physostigmin sulfat oral 2,5 FI 1 vol 2

Picrotoxin iv 3 6 EFI

Pilocarpin HCl oral 20 50 FI 3

Pilocarpin Nitras lokal 20 50 EFI

Pilocarpin Nitrat oral 20 50 FI 3

Piperazin adipas oral 4500 4500 EFI

Piperazin phospat oral 4500 4500 EFI

Pituitari posterius oral 20 60 EFI

Podophylli resina oral 50 100 EFI

Podophylli rhizoma oral 1250 2500 EFI

Prednisolon asetas oral 100 EFI

Prednisolon Natrii phospat im, iv 100 EFI

Prednisolon pivalas intraartikuler 100 EFI

Prednison asetas oral 100 EFI

Primaquin diphosphas oral 30 50 FI 3

Primidonum oral 30 50 FI 3

Procain benzilpenicillin im 300.000-1.200.000 UI FI 3

Procain HCl sk 250 250 FI 1 vol 1

Procain HCl intrathecal 150 150 FI 1 vol 1

Procain HCl anestesi

infiltrasi

500 500 FI 1 vol 1

Promethazin HCl oral 50 150 FI 3

Promethazin HCl im, iv 50 150 FI 3

Promethazin Teoclas oral 50 150 EFI

Propanolol HCl oral 320 FI 3

Propanthelin Bromidum oral 30 150 EFI

Propoxyphen HCl oral 520 FI 3

Propylthiouracilum oral 250 600 FI 3

Pulv Bellad Herba standard oral 150 500 FI 1 vol 2

Pulv Hyoscyami Herba 0,05

%

oral 500 1500 FI 1 vol 2

Pulv Stramonii Herba 0,25

%

oral 250 1000 FI 1 vol 2

Pulv Strychni Seminis

standard

oral 100 300 FI 1 vol 2

Pyridostigmin Bromidum oral 180 450 FI 3

Quinidin HCl oral 500 2000 FI 2

Page 21: Sekilas Kesehatan.docx

Quinidin sulfat oral 1000 3000 FI 3

Quinin bisulfat oral 500 2000 EFI

Quinin HCl oral 500 2000 FI 3

Quinin sulfat oral 500 2000 FI 3

Quiniophon oral 750 EFI

Reserpin oral 1 5 FI 3

Salicylamid oral 1000 8000 FI 3

Santonin oral 100 300 FI 2

Secale Cornuti tct oral 10000 30000 FI 1 vol 1

Secale Cornutum oral 1000 3000 FI 1 vol 1

Secale Cornutum

desoleatum

oral 650 2000 FI 1 vol 1

Secalis cornuti ext oral 1000 3000 FI 3

Secalis cornuti pulv oral 650 2000 FI 3

Spironolakton oral 50 400 FI 3

Stibii et Natrii tartras iv 120 200 FI 1 vol 2

Stramonii pulvis oral 250 1000 EFI

Strophanti tct oral 500 1500 FI 1 vol 2

Strychni ext oral 50 100 FI 1 vol 1

Strychni tct oral 4000 8000 FI 1 vol 1

Strychnin nitrat oral, sk 5 10 FI 3

Sulfadiazin oral 2000 8000 FI 3

Sulfarsphenamin im 500 500 FI 1 vol 1

Teobromin oral 1000 4000 EFI

Teobromin Na et

Na.Salicylas

oral 2000 4000 FI 1 vol 1

Tetrachloramethylen oral 5000 5000 EFI

Theophyllin oral, rektal 500 1000 FI 3

Thiabendazol oral 1500 3000 EFI

Thiopropazati HCl oral 30 100 EFI

Thyroid oral 150 300 FI 3

Tripelenamin HCl oral 150 450 FI 3

Urethanum oral 1000 6000 EFI

Viomycin sulfat im 2 mega UI EFI

PILOKARPIN

NAMA GENERIK

Pilokarpin

NAMA KIMIA

(3S,4R)-3-ethyldihydro-4-[1-methyl-1-H-imidazol-5-yl]methyl]furan-2(3H)-one

SIFAT FISIKOKIMIA

Pilokarpin HCl :;Hablur tidak berwarna, agak transparan, tidak berbau, rasa agak pahit, higroskopis dan

Page 22: Sekilas Kesehatan.docx

dipengaruhi oleh cahaya, bereaksi asam terhadap kertas lakmus, sangat mudah larut dalam air, mudah

larut dalam etanol, ;sukar larut dalam kloroform, tidak larut dalam eter. ;Pilokarpin Nitrat : ;Hablur

putih, mengkilat, stabil diudara, dipengaruhi oleh cahaya, mudah larut dalam air, agak sukar larut

dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan eter

SUB KELAS TERAPI

Obat Mata

FARMAKOLOGI

Onset kerja pada pemberian obat tetes mata : 10-30 menit, ;Penurunan tekanan intraokuler : 1 jam.

STABILITAS PENYIMPANAN

Stabil pada pH asam, namun pernah dilaporkan terjadinya hidrolisis pada pH lebih tinggi. Simpan

dalam wadah tertutup rapat dan hindari dari cahaya.

KONTRA INDIKASI

Hipersensitif terhadap pilokarpin atau komponen lain dalam sediaan; inflamasi akut pada ruang anterior

mata, kondisi konstriksi pupil seperti iritis akut, anterior evetis dan glaukoma sekunder tertutup

EFEK SAMPING

Sakit kepala pada pengobatan 2-4 minggu, ;Pada mata : rasa terbakar, pucat, penglihatan buram,

kongesti vaskuler , perubahan lensa, pendarahan, dan hambatan pada pupil

INTERAKSI OBAT

Tidak dapat bercampur dengan benzalkonium klorida

PARAMETER MONITORING

Tekanan intra okuler, tes visual

BENTUK SEDIAAN

Tetes Mata 2%, 4%

PERINGATAN

Pastikan jenis glaukoma sebelum penggunaan. Bola mata yang berpigmen tua memerlukan konsentrasi

miotika lebih besar atau dengan fekuensi lebih sering. Diperlukan perawatan pada gangguan

kunjungtiva dan kornea. ;Hati hati pada penderita sakit jantung, hipertensi, asma, tukak lambung,

gangguan saluran urin dan penyakit parkinson

INFORMASI PASIEN

Sampaikan kepada dokter atau apoteker kalau anda pernah alergi dengan obat ini. Pada saat akan

memakai obat bersihkan tangan, buka mata dan teteskan obat, biarkan 1-2 menit. Jangan sentuh ujung

penetes untuk menjaga kebersihan.

MEKANISME AKSI

Membuka saluran pengeringan yang tidak efektif dalam trabeculer meshwork melalui kontraksi otot

siliari, menurunkan tekanan intraokuler (dengan menurunkan resistensi aliran pada aqueous humor).

MONITORING

Pengamatan terhadap tekanan intraokuler

Page 23: Sekilas Kesehatan.docx

Umumnya digunakan untuk glaukoma akut, mengontrol tekanan intraokuler pada simple glaucoma, dapat digunakan sendiri sebelum operasi mendadak atau sebelum pemakaian carbonic anhidrase inhibitor.

enter email address