Sekilas Pertambangan Indonesia

download Sekilas Pertambangan Indonesia

of 26

Transcript of Sekilas Pertambangan Indonesia

Sekilas Pertambangan Mineral & Batubaraby: Prianto Budi SaptonoI.1. Istilah Pertambangan Umum serta Pertambangan Mineral dan BatubaraDari sisi peraturan, istilah pertambangan umum bisa dikatakan mengacu pada Keputusan enteri Pertambangan dan Energi Nomor 134.K/201/M/PE/1996 tentang Penggunaan Peta,Penjelasan Batas dan Luas Wilayah Kuasa Pertambangan, Kontrak Karya, dan Kontrak Karya Batubara di Bidang Pertambangan Umum. Istilah pertambangan umum ini juga dipakai di dalam PSAK 33 (Revisi 2011). Meskipun tidak djelaskan secara eksplisit, di dalam perihal Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 134.K/201/M/PE/1996 tersebut, terlihat jelas bahwa Pertambangan umum mengarah ke pertambangan mineral dan batubara, bukan pertambangan minyak dan gas bumi.Sebelumnya, pertambangan umum diatur dengan UU No. 11/1967 tentang Ketentuanketentuan Pokok Pertambangan. Sejak UU No. 4/2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara diundangkan pada tanggal 12 Januari 2009, pengoperasian pertambangan umum mengacu pada pada UU No. 4/2009 tersebut.I.2. Pengertian Pertambangan, Mineral, dan BatubaraMineral dan batubara yang terkandung dalam wilayah hukum pertambangan Indonesia merupakan kekayaan alam tak terbarukan sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa yang mempunyai peranan penting dalam memenuhi hajat hidup orang banyak. Karena itu,pengelolaannya harus dikuasai oleh Negara untuk memberi nilai tambah secara nyata bagi perekonomian nasional dalam usaha mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara berkeadilan. kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara yang merupakan kegiatan usaha pertambangan di luar panas bumi, minyak dan gas bumi serta air tanah mempunyai peranan penting dalam memberikan nilai tambah secara nyata kepada pertumbuhan ekonomi nasional dan pembangunan daerah secara kelanjutan.Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan (UU No. 11/1967) sudah tidak sesuai lagi. Dengan demikian, dibutuhkan perubahan peraturan perundang-undangan di bidang pertambangan mineral dan batubara yang dapat mengelola dan mengusahakan potensi mineral dan batubara secara mandiri, andal, transparan, berdaya saing, efisien, dan berwawasan lingkungan, guna menjamin pembangunan nasional secara berkelanjutan.Untuk itu, Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 (UU No. 4/2009) tentang Pertambangan Mineral dan Batubara hadir untuk menggantikan UU No. 11/1967.Tabel I.1 memberikan gambaran sekilas tentang pengertian pertambangan, mineral, dan batubara.PerihalDeskripsi

Pertambangansebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang

MineralSenyawa anorganik yang terbentuk di alam, yang memiliki sifat fisik dan kimia tertentu serta susunan kristal teratur atau gabungannya yang membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas atau padu [Psl 1 angka 2]

BatubaraEndapan senyawa organik karbonan yang terbentuk secara alamiah dari sisa tumbuh-tumbuhan [Psl 1 angka 3]

Pertambangan mineralPertambangan kumpulan mineral yang berupa bijih atau batuan, di luar panas bumi, minyak dan gas bumi, serta air tanah [Psl 1 angka 4]

Pertambangan BatubaraPertambangan endapan karbon yang terdapat di dalam bumi, termasuk bitumen padat, gambut, dan batuan aspal [Psl 1 angka 5]

Usaha PertambanganKegiatan dalam rangka pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta pascatambang [Psl 1 angka 6]

Komoditas tambang mineral dan batu baraa)mineral radioaktif meliputi:

- radium,- thorium- uranium,- monasit

- bahan galian radioaktif lainnya;

b)mineral logam meliputi

- litium- kalsium- timbal- mangaan- bauksit- barit- kobalt- indium- galena- ilmenit- dysprosium- niobium- aluminium- ruthenium- stronium- berilium- emas- seng- platina- air raksa- vanadium- tantalum- yitrium- alumina- khrom- thorium- neodymium- palladium- iridium- germanium- magnesium- tembaga- timah- bismuth- wolfram- kromit- cadmium- magnetit- niobium- erbium- cesium- hafnium- rhodium- selenium- zenotin- kalium- perak- nikel-molibdenum- titanium- antimoni- galium- besi- zirkonium- ytterbium- lanthanum- scandium- osmium- telluride

c)mineral bukan logam meliputi

- intan- pasir kuarsa- brom- halit- magnesit- ball clay- feldspar- kalsit- zirkon- perlit- korundum- fluorspar- klor- asbes- yarosit- fire clay- bentonit- rijang- wolastonit- garam batu- grafit- kriolit- belerang- talk- oker- zeolit- gipsum- pirofilit- tawas- clay- arsen- yodium- fosfat- mika- fluorit- kaolin- dolomit- kuarsit- batu kuarsa

- batu gamping untuk semen

d)batuan meliputi:

- pumice- obsidian- tanah diatome- slate- andesit- basalt- tanah liat- opal- kristal kuarsa- kayu terkersikan- agat- batu gunung- kerikil sungai- kerikil sungai ayak tanpa pasir- kerikil berpasir alami (sirtu)- bahan timbunan pilihan (tanah)- tanah merah (laterit)- onik- tras- marmer- tanah serap (fullers earth)- granit- gabro- trakhit- tanah urug- kalsedon- jasper- gamet- diorit- quarry besar- batu kali- urukan tanah setempat- batu gamping- pasir laut- toseki- perlit- granodiorit- peridotit- leusit- batu apung- chert- krisoprase- giok- top- kerikil galian dari bukit- pasir urug- pasir pasang

- pasir yang tidak mengandung unsur mineral logam atau unsur mineral bukan logam dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan

e)batubara meliputi:

- bitumen padat- batubara- batuan aspal- gambut

Sumber: UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan BatubaraI.3. Wilayah Pertambangan dan Kegiatan Usaha PertambanganA. Wilayah PertambanganUsaha pertambangan mineral dan batubara dilakukan di dalam Wilayah Pertambangan atau WP, yaitu wilayah yang memiliki potensi mineral dan/atau batubara dan tidak terikat dengan batasan administrasi pemerintahan yang merupakan bagian dari tata ruang nasional. WP ini menjadi landasan bagi penetapan kegiatan pertambangan dan ditetapkan oleh Pemerintah setelah berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan berkonsultasi dengan DPR-RI. WP terdiri atas:a. WUP atau Wilayah Usaha Pertambangan, yaitu bagian dan WP yang telah memiliki ketersediaan data, potensi, dan/atau informasi geologi;b. WPR atau Wilayah Pertambangan Rakyat, yaitu bagian dari WP tempat dilakukan kegiatan usaha pertambangan rakyatbc. WPN atau Wilayah Pencadangan Negara, yaitu bagian dari WP yang dicadangkan untuk kepentingan strategis nasional (daerah yang dicadangkan untuk komoditas tertentu dan daerah konservasi dalam rangka menjaga keseimbangan ekosistem dan lingkungan).Gambar I.1 Pembagian Wilayah Pertambangan (WP)

Sumber: UU 4/2009 dan PP 23/2010Gambar I.1 memberikan ilustrasi lebih detil lagi tentang beberapa WUP, WPR, dan WPN,sebagaimana diatur di dalam UU 4/2009 dan PP 23/2010, yaitu:1. Dalam 1 (satu) WUP (Wilayah Usaha Pertambangan) dapat terdiri atas 1 (satu) atau beberapa WIUP atau Wilayah Izin Usaha Pertambangan [Psl 9 ayat (1) PP 23/2010]2. Dalam 1 (satu) WIUP dapat diberikan 1 (satu) atau beberapa IUP (Izin Usaha Pertambangan) [Psl 6 ayat (5) PP 23/2010]3. Dalam 1 (satu) WPR (Wilayah Pertambangan Rakyat) dapat diberikan 1 (satu) atau beberapa IPR (Izin Pertambangan Rakyat) [Psl 47 ayat (3) PP 23/2010]4. WPN yang akan diusahakan untuk kegiatan usaha pertambangan berubah statusnya menjadi WUPK (Wilayah Usaha Pertambangan Khusus) [Psl 27 UU 4/2009]5. Satu WUPK terdiri atas 1 (satu) atau beberapa WIUPK (Wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus) yang berada pada lintas wilayah provinsi, lintas wilayah kabupaten/kota, dan/atau dalam 1 (satu) wilayah kabupaten/kota [Psl 30 UU 4/2009]6. Dalam 1 (satu) WIUPK dapat terdiri atas 1 (satu) atau beberapa IUPK (Izin Usaha Pertambangan Khusus) [Psl 49 ayat (4) PP 23/2010]B. Kegiatan Usaha Pertambangan Berdasarkan UU No. 4/2009Usaha pertambangan mineral dan batubara memiliki tahapan kegiatan seperti terlihat pada Tabel I.2. Tahapan tersebut sesuai dengan pengertian dari pertambangan itu sendiri (lihat Tabel I.1).Tabel I.2 Tahapan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan BatubaraKegiatan UtamaDeskripsiJenis Izin Pertambangan

1. Penyelidikan UmumTahapan kegiatan pertambangan untuk mengetahui kondisi geologi regional dan indikasi adanya mineralisasiIUP EksplorasiIUPK EksplorasiIPR

2. EksplorasiTahapan kegiatan usaha pertambangan untuk memperoleh informasi secara terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk, dimensi, sebaran, kualitas dan sumber daya terukur dari bahan galian, serta informasi mengenai lingkungan sosial dan lingkungan hidupIUP EksplorasiIUPK EksplorasiIPR

3. Studi Kelayakan Tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk memperoleh informasi secara rinci seluruh aspek yang berkaitan untuk menentukan kelayakan ekonomis dan teknis usaha pertambangan, termasuk analisis mengenai dampak lingkungan serta perencanaan pascatambang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, yang selanjutnya disebut amdal, adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlu-kan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelengga-raan usaha dan/atau kegiatanIUP EksplorasiIUPK EksplorasiIPR

4. KonstruksiKegiatan usaha pertambangan untuk melakukan pembangunan seluruh fasilitas operasi produksi, termasuk pengendalian dampak lingkunganIUP Operasi ProduksiIUPK Operasi ProduksiIPR

5. PenambanganBagian kegiatan usaha pertambangan untuk memproduksi mineral dan/atau batubara dan mineral ikutannyaIUP Operasi ProduksiIUPK Operasi ProduksiIPR

6. Pengolahan & PemurnianKegiatan usaha pertambangan untuk meningkatkan mutu mineral dan/atau batubara serta untuk memanfaatkan dan memperoleh mineral ikutanIUP Operasi ProduksiIUPK Operasi ProduksiIPR

7. PengangkutanKegiatan usaha pertambangan untuk memindahkan mineral dan/atau batubara dari daerah tambang dan/atau Kegiatan Utama Deskripsi Jenis Izin Pertambangan tempat pengolahan dan pemurnian sampai tempat penyerahanIUP Operasi ProduksiIUPK Operasi ProduksiIPR

8. PenjualanKegiatan usaha pertambangan untuk menjual hasil pertambangan mineral atau batubaraIUP Operasi ProduksiIUPK Operasi ProduksiIPR

9. Kegiatan PascatambangKegiatan terencana, sistematis, dan berlanjut setelah akhir sebagian atau seluruh kegiatan usaha pertambangan untuk memulihkan fungsi lingkungan alam dan fungsi sosial menurut kondisi lokal di seluruh wilayah penambanganIUP Operasi ProduksiIUPK Operasi ProduksiIPR

Sumber: Pasal 1, 36, 67, dan 76 UU No. 4 Tahun 2009 dan PP No. 23/2010- See more at: http://www.transformasi.net/articles/read/136/kegiatan-usaha-pertambangan-berdasarkan-uu.html#sthash.TK0cVbvD.dpufC. Kegiatan Usaha Pertambangan Berdasarkan PSAK 33 (Revisi 1994)Meskipun perlakuan akuntansi berdasarkan PSAK 33 (Revisi 1994) tentang Akuntansi Pertambangan Umum sudah tidak berlaku karena direvisi oleh PSAK 33 (Revisi 2011) tentang Aktivitas Pengupasan Lapisan Tanah dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Pertambangan Umum, tahapan kegiatan usaha pertambangan yang dikupas di dalam PSAK 33 (Revisi 1994) masih relevan untuk diungkapkan. Hal tersebut terlihat pada Tabel I.3 dan detil kegiatan serta biaya terkaitnya diuraikan pada Tabel I.4. PSAK 33 (Revisi 1994) disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Pertambangan Umum Departemen Pertambangan dan Energi dan PT Tambang Timah (persero).Tabel I.3 Tahapan Kegiatan Usaha Pertambangan Umum Sesuai PSAK 33 (Revisi 1994)TahapanDeskripsi

Eksplorasi (termasuk evaluasi) Eksplorasi adalah usaha dalam rangka mencari, menemukan, dan mengevaluasi Cadangan terbukti pada suatu wilayah tambang dalam jangka waktu tertentu seperti yang diatur dalam peraturan perundangan yang berlaku. Cadangan terbukti merupakan suatu taksiran cadangan bahan galian tambang umum dalam suatu Area of Interest yang secara teknis maupun ekonomis dapat dipertanggungjawabkan kemungkinannya untuk diproduksi di masa mendatang berdasarkan harga bahan galian tambang umum pada saat taksiran tersebut dibuat dan biaya penambangannya

Pengembangan dan Konstruksisetiap kegiatan yang dilakukan dalam rangka mempersiapkan Cadangan Terbukti sampai siap diproduksi secara komersial (pengembangan) dan pembangunan fasilitas dan prasarana untuk melaksanakan dan mendukung kegiatan produksi (konstruksi)

Produksisemua kegiatan mulai dari bahan galian dari Cadangan Terbukti ke permukaan bumi sampai siap untuk dipasarkan, dimanfaatkan, atau dioleh lebih lanjut

Pengelolaan Lingkungan Hiduppengelolaan yang meliputi upaya terpadu dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, dan pengembangan lingkungan hidup sebagai usaha untuk mengurangi dan mengendalikan dampak negatif kegiatan usaha penambangan

Sumber: PSAK 33 (Revisi 1994) (IAI, 1994)- See more at: http://www.transformasi.net/articles/read/137/kegiatan-usaha-pertambangan-berdasarkan-psak-33.html#sthash.4hNkE9yW.dpuf

D. Perbandingan Tahapan Kegiatan Usaha PertambanganJika tahapan kegiatan usaha pertambangan menurut UU No. 4/2009 (lihat Tabel I.2) ditandingkan dengan tahapan menurut PSAK 33 (Revisi 1994), seperti terlihat pada Tabel I.3 dan Tabel.4, perbandingannya terlihat pada Gambar I.2. Di dalam Gambar I.2 terlihat perbedaan secara jelas perubahannya. Proses perizinan dan administrasi yang diuraikan dalam PSAK 33 (Revisi 1994) tidak terlihat pada tahapan menurut UU No.24/2009 karena perizinan telah diproses sebelumnya dengan penerbitan IUP Eksplorasi.Tabel I.4 Tahapan Kegiatan Usaha Pertambangan Umum Sesuai PSAK 33 (Revisi 1994)TahapanDeskripsi KegiatanJenis Biaya

Eksplorasi

1) Penyelidikan Umumpenyelidikan secara geologi umum atau geofisik yang dilakukan di daratan, dan/atau dari udara dengan maksud untuk membuat peta geologi umum atau untuk menetapkan tanda-tanda adanya bahan galian Biaya studi literatur, Biaya perolehan data satelit dan foto udara, Biaya pemetaan geologi, Biaya pengambilan contoh, dan Biaya analisis contoh permukaan

2) Perijinan dan Administrasikegiatan pengurusan ijin untuk melakukan kegiatan eksplorasi di suatu daerah tertentu, antara lain meliputi pengurusan hak Kuasa Pertambangan, Kontrak Kerja Sama, Kontrak Karya, dan pembebasan tanah serta kegiatan administrasi eksplorasi Biaya perolehan Kuasa Pertambangan, Biaya perolehan kontrak Kerja sama, Biaya perolehan Kontrak Karya, Biaya Pembebasan tanah/tanam tumbuh, dan Biaya administrasi eksplorasi

3) Geologi dan Geofisika Kegiatan geologi meliputi pekerjaan analisis foto udara dan pemetaan geologi permukaan tanah dengan tujuan untuk emmetakan penyebaran mineral. Geofisika merupakan suatu teknologi eksplorasi dengan menggunakan sifatsifat fisik batuan yang diselidiki untuk tujuan memperoleh data di bawah permukaan tanah Biaya Side Looking Air Radar (SLAR), Biaya geologi lapangan, Biaya geologi kimia, termasuk analisis pengujian laboratorium, Biaya penyelidikan gravitasi, Biaya penyelidikan magnetik, dan Biaya penyelidikan seismik

4) Pemboran EksplorasiPemboran digunakan untuk mengetahui data endapan di bawah permukaan tanah secara rinci. Melalui pemeriksaan laboratorium atas contoh bor dapat diketahui jenis dan kadar batuan. Hasil pemboran beberapa lubang dapat dikorelasikan untuk batuan-batuan yang sejenis dan dapat pula dihitung besarnya cadangan bahan galian tambang umum Biaya persiapan lahan, termasuk baiya pembuatan jalan masuk ke lokasi pemboran, Biaya pemboran, termasuk peralatan bor, Biaya mobilisasi dan demobilisasi, Biaya pengujian dan perampungan, dan Biaya logistik selama dilaksanakannya pemboran

5) Evaluasikegiatan untuk mengkaji apakah suatu cadangan secara teknis layak untuk ditambang dan mempunyai nilai komersial. Kegiatan pada tahap pengenalisisan dampak lingkungan, perijinan yang dibutuhkan, metode penambangan, proses pengolahan, survei mengenai transportasi, prasarana yang dibutuhkan, anggaran yang dibutuhkan, serta nilai pasar cadanagn dan rencana produksibiaya untuk kegiatan evaluasi

Pengembangan & Konstruksi

1) Kegiatan administrasikegiatan pengurusan perijinan dalam lingkup pertambangan umum guna mendukung dimulainya pelaksanaan kegitan pengembangan dan konstruksia. Biaya Pengembangan(i) Biaya administrasi: biaya pengurusan perijinan dan Kuasa Pertambangan, biaya pembebasan tanah(ii) Biaya pembersihan lahan (land clearing), dan(iii) Biaya pembukaan tambang, termasuk pengupasan lapisan tanah (sebelum produksi).b. Biaya Konstruksi(i) Biaya pembuatan prasarana,(ii) Biaya pembuatan atau pengadaan bangunan, dan(iii) Biaya pembuatan atau pengadaan mesin dan peralatan.

2) Kegiatan tekniskegiatan rancang bangun dan kegiatan fisik lapangan untuk memudahkanmasuk ke tempat cadangan bahan tambang dalam rangka persiapan kegiatan produksi

Produksi

1) Pengupasan lapisan tanaha. Pengupasan lapisan tanah selama masa produksi meliputi kegiatan penggarukan/dorong, gali/muat, dan pengangkutan tanah dari lokasi penggalian ke lokasi penimbunan atau lokasi lainnya Biaya yang terjadi dalam pengupasan lapisan tanah antara lain: Biaya pengupasan tanah, Biaya penyediaan lahan untk penimbunan tanah, dan Biaya penimbunan tanah hasil pengupasan

2) Pengambilan bahan galianb. Pengambilan bahan galian dengan cara yangs esuai dengan sifat dan karakteristik bahan galian tambang yang bersangkutan seperti: penggalian, penyemprotan dengan air, penggunaan alat-alat berat (buldozer dan shovel), pengerukan dengan menggunakan kapal keruk, dan peledakan Biaya-biaya yang terjadi dalam pengambilan bahan galian antara lain: Biaya penggalian Biaya penyemprotan, Biaya pengerukan, atau biaya peledakan, dan Penimbunan bahan galian

3) Pencucian bahan galiankegiatan untuk membersihkan dan memisahkan bahan galian dengan mineral atau bahan galian ikutan lainnya seperti : tanah, abu, lempung, pasir, belerang, lumpur, atau mineral pengotor lainnya. Kegiatan pencucian dilakukan dengan menggunakan air, bahan kimia (proses kimia), alat pencuci 9misalnya polong atau jig), atau saringan. Dalam kegiatan pencucian termasuk pula proses penghancuran bahan galian yang berukuran besar menjadi ukuran sesuai dengan yang ditetapkan, sehingga layak dijual atau diolah lebih lanjut Biaya-biaya yang terjadi dalam pencucian bahan galian antara lain: Biaya pembersihan dan pemisahan bahan galian utama dari bahan galian ikutannya, Biaya pembentukan ukuran/besarnya bahan galian sesuai dengan yang ditetapkan perusahaan

4) Pengangkutan bahan galianPengangkutan bahan galian dari lokasi penambangan ke stasiun pengumpul dilakukan dengan peralatan seperti: belt conveyor, lori pengangkut, dump truck, tongkang atau kapalbiaya yang tejadi untuk mengangkut bahan galian tambang umum dari lokasi penambangan ke stasiun pengumpul

Pengelolaan Lingkungan Hidupa. Penyusunan dokumen Analis Mengenai Dampak lingkungan (AMDAL)b. Upaya pencegahan pencemaran sungai oleh air hasil penirisan tambang, berupa pembuatan kolam pengendap lumpur di sekitar: lokasi penggalian, dumping area, dan stockpile. Termasuk dalam kegiatan ini adalah pengurasan lumpur dari kolam pengendap.c. Pengaturan bentuk lahan (landscaping) disesuaikan dengan kondisi topografi dan hidrologi setempat. Kegiatan ini meliputi: (i) Pengaturan bentuk lereng, dimaksudkan untuk mengurangi kecepatan air permukaan, erosi, sedimentasi, dan longsor; (ii) Pengaturan saluran pembuangan air, dimaksudkan untuk mengatur air agar tidak mengalir pad tempat tempat tertentu, sehingga dapat mengurangi kerusakan lahan akibat erosi.d. Pengelolaan tanah pucuk (top soil), yaitu kegiatan pengambilan dan penyimpanan tanah pucuk dari lokasi tanah yang akan ditambang dan ditimbun untuk dimanfaatkan kembali pada kegiatan reklamasi bekas daerah timbunan yang telah selesai.e. Revegetasi, yaitu penanaman kembali pada lahan bekas tambang yang vegetasi awalnya telah rusak atau terganggu.f. Pengendalian erosi, yaitu kegiatan berupa penanaman rumput, pembautan teras, pemberian batu pecah, pembuatan saluran pengelak, dan lain-lain.g. Pencegahan pencemaran akibat debu, antara lain kegiatan berupa penyemprotan air di lokasi jalan produksi, loading station, stockpile, dan tempat lainnya yang dapat menimbulkan debu.h. Pencegahan kelongsoran, yaitu kegiatan berupa pemantapan lereng dengan melandaikannya, pembuatan slope dan tanggul pengaman (dike).i. Peneliti tanah dan tanaman untuk mendapatkan cara dan teknik penanaman yang baik dan cocok.j. Pemantauan kualitas yang dari kolam-kolam pengendapan, saluran pemukiman, dan sungai di sekitar loaksi penambangan.k. Pemantauan kualitas udara di lokasi kegiatan penambangan dan pemukiman karyawan, serta penduduk sekitarnya.l. Pemantauan kualitas tanah di dumping aream. Pemantauan luas lokasi vegetasi yang rusak dan yang vtelahn. direvegetasi.Pemantauan keberhasilan dari usaha pengendalian dan pengelolaan lingkungan yang dilakukan.o. Pemantauan laju erosiBiaya-biaya pengeloalan lingkungan hidup meliputi tetapi tidak terbatas pada kegiatankegiatan tersebut di atas. Pada dasarnya biaya ini merupakan biaya pengadaan prasarana PLH, biaya yang timbul atas usaha mengurangi dan mengendalikan dampak negatif kegiatan pertambangan

Sumber: PSAK 33 (Revisi 1994) (IAI, 1994)Selain perbedaan tahapan proses perizinan dan administrasi, di dalam Gambar I.2, tahapan penjualan pada PSAK 33 (Revisi 1994) tidak tercakup di dalam tahapan kegiatan usaha pertambangan. Ini berbeda dengan ketentuan di dalam UU No. 4/2009. Kegiatan usaha pertambangan untuk menjual hasil pertambangan mineral atau batubara menurut UU No. 4/2009 termasuk dalam tahapan kegiatan pertambangan minerba.Gambar I.2 Perbandingan Tahapan Kegiatan Pertambangan Menurut UU No. 4/2009 dan PSAK 33 (Revisi 1994)

Sumber: UU No. 4/2009 dan PSAK 33 (Revisi 1994)- See more at: http://www.transformasi.net/articles/read/138/perbandingan-tahapan-kegiatan-usaha-pertambangan.html#sthash.cXeKN66Z.dpuf

I.4. Bentuk Usaha PertambanganUsaha pertambangan sesuai dengan Pasal 35 UU No. 4/2009 dilaksanakan dalam bentuk:1. IUP atau Izin Usaha Pertambangan, yaitu izin untuk melaksanakan usaha pertambangan.2. IPR atau Izin Pertambangan Rakyat, yaitu izin untuk melaksanakan usaha pertambangan dalam wilayah pertambangan rakyat (WPR) dengan luas wilayah dan investasi terbatas.3. IUPK atau Izin Usaha Pertambangan Khusus.Dengan diberlakukannya UU No. 4/2009, sesuai dengan ketentuan penutupnya, UU No.11/1967 dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi. Namun demikian, tidak semua ketentuan yang ada pada UU No. 11/1967 tersebut dicabut dan langsung dinyatakan tidak berlaku lagi. Dalam ketentuan peralihan Pasal 169 huruf a UU No. 4/2009 dinyatakan bahwa Kontrak Karya (KK) dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) masih berlaku sampai jangka waktu berakhirnya kontrak/perjanjian. Hal ini dikarenakan KK dan PKP2B merupakan suatu kontrak yang sah dan harus dihormati oleh pihak-pihak yang membuat. Dalam kaitan dengan kontrakkontrak dimaksud biasa diterapkan adanya prinsip the sanctity of contract atau kesucian kontrak yang ada sebelumnya harus dihormati tetap sah dan berlaku, meskipun hukum yg menjadi dasarnya sudah berubah.Lebih lanjut Pasal 112 PP 23/2010 menjelaskan ketentuan peralihan terkait dengan kontrak karya dan PKP2B sebagai berikut:1. Kontrak karya dan perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara yang ditandatangani sebelum diundangkan PP 23/2010 dinyatakan tetap berlaku sampai jangka waktunya berakhir.2. Kontrak karya dan perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara yang belum memperoleh perpanjangan pertama dan/atau kedua dapat diperpanjang menjadi IUP perpanjangan tanpa melalui lelang dan kegiatan usahanya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan PP 23/2010, kecuali mengenai penerimaan negara yang lebih menguntungkan.3. Kontrak karya dan perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara yang telah melakukan tahap kegiatan operasi produksi wajib melaksanakan pengutamaan kepentingan dalam negeri sesuai dengan ketentuan PP 23/2010.- See more at: http://www.transformasi.net/articles/read/139/bentuk-usaha-pertambangan.html#sthash.tRXOvq9Z.dpuf

A. Izin Usaha Pertambangan (IUP)Pasal 40 UU 4/2009 di antaranya menyebutkan bahwa IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi diberikan untuk 1 (satu) jenis mineral atau batubara. Pemegang IUP yang menemukan mineral lain di dalam WIUP yang dikelola diberikan prioritas untuk mengusahakannya. Pemegang IUP yang bermaksud mengusahakan mineral lain tersebut wajib mengajukan permohonan IUP baru kepada Menteri, gubernur, dan bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya. Berikut adalah ringkasan prosedur dan persyaratan memperoleh IUP, beserta Tabel I.5, Tabel I.6, dan Tabel I.7 yang merangkumnya.1. Prosedur Memperoleh IUPPerihalPenjelasan

Pemohona. badan usaha (swasta, BUMN, atau BUMD)b. koperasic. perseorangan (orang perseorangan, perusahaan firma, atau perusahaan komanditer

Pemberi izinMenteri, gubernur, bupati/walikota sesuai dengan kewenangan wilayahnya

Pemberian WIUP WIUP adalah wilayah yang diberikan kepada pemegang IUP [Psl 1 angka 31 UU No. 4/2009] Pemberian WIUP terdiri atasa) WIUP radioaktif sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundanganb) WIUP mineral logam melalui lelangc) WIUP batubara melalui lelangd) WIUP mineral bukan logam melalui pengajuan permohonan wilayahe) WIUP batuan melalui pengajuan permohonan wilayah

Pemberian IUP IUP terdiri daria. IUP Eksplorasi, yaitu izin usaha yang diberikan untuk melakukan tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, dan studi kelayakan dan terdiri dari (1) mineral logam; (2) batubara; (3) mineral bukan logam; dan/atau (4) batuanb. IUP Operasi Produksi adalah izin usaha yang diberikan setelah selesai pelaksanaan IUP Eksplorasi untuk melakukan tahapan kegiatan operasi produksi, yaitu kegiatan konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, serta pengangkutan dan penjualan, dan terdiri dari (1) mineral logam; (2) batubara; (3) mineral bukan logam; dan/atau (4) batuan IUP tidak dapat digunakan selain yang dimaksud dalam pemberian IUP [Psl 41 UU 4/2009] Persyaratan IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi meliputi persyaratan:a. administratif;b. teknis;c. lingkungan; dand. finansial IUP diberikan oleh:a. bupati/walikota apabila WIUP berada di dalam satu wilayah kabupaten/kota;b. gubernur apabila WIUP berada pada lintas wilayah kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi setelah mendapatkan rekomendasi dari bupati/walikota setempat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; danc. Menteri apabila WIUP berada pada lintas wilayah provinsi setelah mendapatkan rekomendasi dari gubernur dan bupati/walikota setempat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Sumber: UU No. 4/2009 dan PP No. 23/20102. Persyaratan Memperoleh IUPPersyaratan IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi terdiri persyaratan administratif,teknis, lingkungan, dan finansial. Ketentuan ini dinyatakan dalam Pasal 65 UU No. 4/2009 juncto Pasal 23 s.d. Pasal 27 PP 23/2010. Tabel I.6 dan Tabel I.7 dan uraian berikut memberikan gambaran semua persyaratan tersebut.a. Persyaratan AdministratifNoPersyaratanBadan UsahaKoperasiPerseoranganFirama/CV

ML&BBMNL&BML&BBMNL&BML&BBMNL&BML&BBMNL&B

1surat permohonan;XXXXXXXX

2susunan direksi/pengurus dan daftar pemegang sahamXX----XX

3Susunan pengurus--XX----

4surat keterangan domisiliXXXXXXXX

5NPWP-X-X-X-X

6KTP-----X--

7akte pendirian yang bergerak di bidang usaha pertambangan-X-X---X

8Profil entitas-X-X---X

Sumber: PP 23/2010 (ML&BB = Mineral Logam dan Batubara; MNL&B = Mineral Non Logam dan Batuan)b. Persyaratan Teknis dan LingkunganIUPSyaratDeskripsi

IUP EksplorasiTeknis1. daftar riwayat hidup dan surat pernyataan tenaga ahli pertambangan dan/atau geologi yang berpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun;2. peta WIUP yang dilengkapi dengan batas koordinat geografis lintang dan bujur sesuai dengan ketentuan sistem informasi geografi yang berlaku secara nasional

Lingkunganpernyataan untuk mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

IUP Operasi ProduksiTeknis1. peta wilayah dilengkapi dengan batas koordinat geografis lintang dan bujur sesuai dengan ketentuan sistem informasi geografi yang berlaku secara nasional;2. laporan lengkap eksplorasi;3. laporan studi kelayakan;4. rencana reklamasi dan pascatambang;5. rencana kerja dan anggaran biaya;6. rencana pembangunan sarana dan prasarana penunjang kegiatan operasi produksi;dan7. tersedianya tenaga ahli pertambangan dan/atau geologi yang berpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun

Lingkungan1. pernyataan kesanggupan untuk mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; dan2. persetujuan dokumen lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

Sumber: PP 23/2010c. Persyaratan Finansial1. Laporan keuangan tahun terakhir yang sudah diaudit akuntan publik.2. Menempatkan jaminan kesungguhan lelang dalam bentuk uang tunai di bank pemerintah sebesar 10% (sepuluh persen) dari nilai kompensasi data informasi atau dari total biaya pengganti investasi untuk lelang WIUP yang telah berakhir.3. Pernyataan bersedia membayar nilai lelang WIUP dalam jangka waktu paling lambat 5 (lima) hari kerja, setelah pengumuman pemenang lelang- See more at: http://www.transformasi.net/articles/read/140/izin-usaha-pertambangan.html#sthash.Jd6Q8RYz.dpuf

B. Izin Pertambangan Rakyat (IPR)Pasal 66 UU 4/2009 menyebutkan bahwa kegiatan pertambangan rakyat mencakup:1. pertambangan mineral logam;2. pertambangan mineral bukan logam;3. pertambangan batuan; dan/atau4. pertambangan batubaraBerikut adalah uraian terkait dengan prosedur dan persyaratan untuk memperoleh IPR dan Tabel I.8 dan Tabel I.9 merangkumnya.1. Prosedur Memperoleh IPRPerihalPenjelasan

Pemohona. penduduk setempat, baik orang perseorangan maupun kelompok masyarakatb. koperasi

Pemberi izinbupati/walikota

Pemberian WPR WPR adalah bagian dari WP tempat dilakukan kegiatan usaha pertambangan rakyat Setiap usaha pertambangan rakyat pada WPR dapat dilaksanakan apabila telah mendapatkan IPR

Pemberian IPR Untuk mendapatkan IPR, pemohon harus memenuhi:a. persyaratan administratif;b. persyaratan teknis; danc. persyaratan finansial IPR diberikan setelah WPR ditetapkan oleh bupati/walikota

Sumber: UU 4/2009 dan PP 23/20102. Persyaratan Memperoleh IPRNoPersyaratanOrang perseoranganKelompok MasyarakatKoperasi

AAdministratif

1Surat permohonanXXX

2KTPX--

3Komoditas tambang yang dimohonXXX

4Surat keterangan dari kelurahn/desa setempatXXX

5NPWP--X

6akte pendirian koperasi yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang--X

B.Teknis (surat pernyataan yang berisi informasi di bawah ini)

1.sumuran pada IPR paling dalam 25 meterXXX

2.menggunakan pompa mekanik, penggelundungan atau permesinan dengan jumlah tenaga maksimal 25 horse power untuk 1 (satu) IPRXXX

3.tidak menggunakan alat berat dan bahan peledakXXX

C.Finansial (laporan keuangan 1 (satu) tahun terakhir)--X

Sumber: UU 4/2009 dan PP 23/2010- See more at: http://www.transformasi.net/articles/read/141/izin-pertambangan-rakyat.html#sthash.Fcg6QCST.dpuf

C. Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK)Pasal 74 UU 4/2009 di antaranya menjelaskan bahwa IUPK diberikan untuk 1 (satu) jenis mineral logam atau batubara dalam 1 (satu) WIUPK. Pemegang IUPK yang menemukan mineral lain di dalam WIUPK yang dikelola diberikan prioritas untuk mengusahakannya. Pemegang IUPK yang bermaksud mengusahakan mineral lain tersebut wajib mengajukan permohonan IUPK baru kepada Menteri. IUPK tidak dapat digunakan selain yang dimaksud dalam pemberian IUPK (Pasal 80 UU 4/2009).Dalam hal pada lokasi WIUPK ditemukan komoditas tambang lainnya yang bukan asosiasi mineral yang diberikan dalam IUPK, pemegang IUPK Eksplorasi dan IUPK Operasi Produksi memperoleh keutamaan dalam mengusahakan komoditas tambang lainnya yang ditemukan. Dalam mengusahakan komoditas tambang lainnya tersebut harus membentuk badan usaha baru. Hal seperti ini di antaranya diatur di dalam Pasal 71 PP 23/2010.1. Prosedur Memperoleh IUPKPerihalPenjelasan

Pemohona. BUMNBUMDbadan usaha swasta

Pemberi izinMenteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertambangan mineral dan batubara

Pemberian WIUPK WIUPK adalah wilayah yang diberikan kepada pemegang IUPK, sedangkan WUPK atau adalah bagian dari WPN yang dapat diusahakan Pemberian WIUPK terdiri atas WIUPK mineral logam dan/atau batubara Pemohon hanya dapat diberikan 1 (satu) WIUPK, kecuali pemohon merupakan badan usaha yang telah terbuka dapat diberikan lebih dari 1 (satu) WIUPK. Proses pemberian WIUPKa. Menteri dalam memberikan WIUPK harus terlebih dahulu menawarkan kepada BUMN atau BUMD dengan cara prioritas.b. Dalam hal peminat hanya ada 1 (satu) BUMN atau BUMD, WIUPK diberikan kepada BUMN atau BUMD dengan membayar biaya kompensasi data informasic. Dalam hal peminat lebih dari 1 (satu) BUMN / BUMD, WIUPK diberikan dengan cara lelang.d. Dalam hal tidak ada BUMN atau BUMD yang berminat, WIUPK ditawarkan kepada badan usaha swasta yang bergerak dalam bidang pertambangan mineral atau batubara dengan cara lelang

Pemberian IUPK IUPK adalah izin untuk melaksanakan usaha pertambangan di wilayah izin usaha pertambangan khusus (WIUPK), yang terdiri daria) IUPK Eksplorasi adalah izin usaha yang diberikan untuk melakukan tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, dan studi kelayakan di WIUPK.b) IUPK Operasi Produksi adalah izin usaha yang diberikan setelah selesai pelaksanaan IUPK Eksplorasi untuk melakukan tahapan kegiatan operasi produksi di WIUPK IUPK diberikan oleh Menteri kepada BUMN, BUMD, atau badan usaha swasta setelah mendapatkan WIUPK Persyaratan IUPK Eksplorasi dan IUPK Operasi Produksi meliputi persyaratan:a) administratif;b) teknis;c) lingkungan; dand) finansial

Sumber: UU 4/2009 dan PP 23/20102. Persyaratan Memperoleh IUPKa. Persyaratan AdministratifTabel I.11 memberikan deskripsi komparatif tentang persyaratan administratif untuk IUPK Eksplorasi dan IUPK Operasi Produksi mineral logam atau batubara berdasarkan prioritas dan melalui pemenang lelang.Tabel I.11 Persyaratan Administratif IUPK Eksplorasi dan IUPK Operasi Produksi mineral logam atau batubaraNoPersyaratanPrioritasLelang

1.Surat permohonanXX

2.Profil badan usahaX--

3.Akte pendirian badan usaha yang bergerak di bidang usaha pertambangan yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenangX--

4.NPWPX--

5.susunan direksi dan daftar pemegang sahamXX

6.surat keterangan domisiliXX

b. Persyaratan Teknis1)Pengalaman di bidang pertambangan mineral atau batubara paling sedikit 3 (tiga) tahun, atau bagi perusahaan baru harus mendapat dukungan dari perusahaan induk, mitra kerja, atau afiliasinya yang bergerak di bidang pertambangan.

2)Mempunyai paling sedikit 1 (satu) orang tenaga ahli dalam bidang pertambangan dan/atau geologi yang berpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun.

3)Rencana kerja dan anggaran biaya untuk kegiatan 1 (satu) tahun eksplorasi

c. Persyaratan Lingkungan dan FinansialTabel I.12 menguraikan persyaratan lingkungan dan finansial IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi. Uraian tersebut mengacu pada Peraturan Pemerintah (PP) No. 23/2010.Tabel I.12 Persyaratan Lingkungan dan Finansial IUP Eksplorasi dan IUP Operasi ProduksiIUPSyaratDeskripsi

IUPK EksplorasiLingkunganpernyataan untuk mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

Finansiala) bukti penempatan jaminan kesungguhan pelaksanaan kegiatan eksplorasi; danb) bukti pembayaran harga nilai kompensasi data informasi atau sesuai dengan surat penawaran

IUPK Operasi ProduksiLingkungana) pernyataan kesanggupan untuk mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; danb) persetujuan dokumen lingkungan hidup sesuai ketentuan peraturan perundangundangan

Finansiala) laporan keuangan tahun terakhir yang telah diaudit oleh akuntan publik; danb) bukti pembayaran iuran tetap 3 (tiga) tahun terakhir

Sumber: PP No. 23/2010- See more at: http://www.transformasi.net/articles/read/142/izin-usaha-pertambangan-khusus.html#sthash.NEXDn5R4.dpuf

D. Kontrak KaryaPasal 169 UU 4/2009 di antaranya menjelaskan bahwa pada saat UU 4/2009 mulai berlaku, yaitu 12 Januari 2009, kontrak karya dan perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara (PKP2B) yang telah ada sebelum berlakunya UU 4/2009 tetap diberlakukan sampai jangka waktu berakhirnya kontrak/perjanjian. Ketentuan yang tercantum dalam pasal kontrak karya dan PKP2B disesuaikan selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sejak UU 4/2009 diundangkan kecuali mengenai penerimaan negara.1. Dasar Pengaturan Kontrak KaryaUntuk kontrak karya, asal mula kata ini berawal dari Pasal 10 UU 11/1967, khususnya penjelasannya, yang menyebutkan sbb.:(1) Menteri dapat menunjukan pihak lain sebagai kontraktor apabila diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang belum atau tidak dapat dilaksanakan sendiri oleh Instansi Pemerintah atau Perusahaan Negara yang bersangkutan selaku pemegang kuasa ertambangan. (2) Dalam mengadakanperjanjian karyadengan kontraktor seperti yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini Instansi Pemerintah atau Perusahaan Negara harus berpegang pada pedoman-pedoman, petunjuk-petunjuk, dan syarat-syarat yang diberikan oleh Menteri. (3) Perjanjian karya tersebut dalam ayat (2) pasal ini mulai berlaku sesudah disahkan oleh Pemerintah setelah berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat apabila menyangkut eksploitasi golongan a sepanjang mengenai bahan-bahan galian yang ditentukan dalam pasal 13 Undang-undang ini dan/atau yang perjanjian karyanya berbentuk penanaman modal asing.Di dalam penjelasannya disebutkan bahwa Pasal 10 UU 11/1967 tersebut menjadi dasar untuk kontrak karya baik dengan pihak modal dalam Negeri maupun dengan modal Asing. Konsultasi termaksud dilakukan dengan Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat c.q. Komisi yang bersangkutan. Penentuan penempatan Kontrak Karya dan pelaksanaannya diatur dengan cara yang paling menguntungkan bagi Negara dan masyarakat. Sementara itu, secara definitif pengertian kontrak karya terlihat pada Tabel I.13.Tabel I.13 Perbandingan Definisi Kontrak KaryaDefinisiReferensi

1)kontrak karya adalah suatu perjanjian antara pemerintah RI dengan perusahaan swasta asing atau patungan antara asing dengan nasional (dalam rangka PMA) untuk pengusahaan mineral dengan berpedoman kepada UU 1/1967 tentang Penanaman Modal Asing serta UU 11/1967 tentang Ketentuan Pokok-pokok Pertambangan Umum

Pasal 1 Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 1409.K/201/M.PE/1996

2)kontrak karya adalah perjanjian antara pemerintah Indonesia dengan perusahaan berbadan hukum Indonesia dalam rangka penanaman modal asing untuk melaksanakan usaha pertambangan bahan galian, tidak termasuk minyak bumi,gas alam, panas bumi, radio aktif, dan batu bara.

Pasal 1 angka 1 Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 1614 tahun 2004

Sumber: Salim (2005) dalam Hukum Pertambangan di Indonesia, hal. 127-131, PT RajaGrafindo PersadaSelain UU No. 11/1967, landasan hukum kontrak karya meliputi:a)UU No. 1/1967 tentang Penanaman Modal Asing jo. UU No. 11/1970 tentang perubahan dan tambahan UU No. 1/1967

b)UU No. 6/1968 tentang penanaman modal dalam negeri jo. UU No. 12/1970 tentang perubahan dan tambahan UU No. 6/1968

2. Sejarah Ringkas Model Kontrak KaryaSalim dalam bukunya Hukum Pertambangan di Indonesia (hal. 134, 2005) menjelaskan bahwa model awal kontrak karya bukanlah konsep yang dirancang pemerintah Indonesia, melainkan hasil rancangan PT Freeport Indonesia. Awalnya Menteri Pertambangan Indonesia menawarkan kepada Freeport konsep bagi hasil berdasarkan petunjuk pelaksanaan kontrak perminyakan asing yang disiapkan pada waktu pemerintahan Soekarno. Freeport menyatakan bahwa kontrak seperti itu hanya menarik untuk perminyakan yang dapat menghasilkan dengan cepat, tetapi tidak untuk pertambangan tembaga yang memerlukan investasi besar dan waktu lama untuk sampai pada tahap produksi. Secara singkat, kontrak karya mengambil jalan tengah antara model konsesi pada zaman kolonial Belanda, yang di dalamnya kontraktor asing mendapatkan hak penuh terhadap mineral dan tanah, dengan model kontrak bagi hasil, yang di dalamnya negara tuan rumah langsung mendapatkan hak atas peralatan dan prasarana dan dalam waktu singka seluruh operasi menjadi milik negara.Sejak tahun 1967, kontrak karya yang dikenal pengusaha sebagai contrack of work mengalami perubahan. Setiap perubahan dijadikan sebagai dasar sebutan bagi generasi kontrak. Karena itu, sampai saat ini dikenal kontrak karya generasi I hingga generasi VII, padahal tidak ada perbedaan mendasar antara generasi I dengan yang lainnya, kecuali kewajiban keuangan yang harus dipenuhi pada pemerintah.Bentuk usaha pertambangan mineral dan batubara menurut UU No. 4/2009, sebagaimana diuraikan sebelumnya, berupa IUP, IPR, dan IUPK. Namun demikian, pada saat UU No. 4/2009 berlaku, masih ada bentuk usaha pertambangan yang mengacu pada UU No. 11/1967. Dalam ketentuan peralihan Pasal 169 huruf a UU No. 4/2009 dinyatakan bahwa Kontrak Karya (KK) dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) masih berlaku sampai jangka waktu berakhirnya kontrak/perjanjian. Lebih lanjut, Pasal 112 PP 23/2010 menjelaskan ketentuan peralihan terkait dengan kontrak karya dan PKP2B. Ketentuan tersebut di antaranya menegaskan kembali bahwa kontrak karya dan perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara yang ditandatangani sebelum iundangkan PP 23/2010 pada tanggal dinyatakan tetap berlaku sampai jangka waktunya berakhir.Perkembangan kontrak karya terlihat pada Tabel I.14. Sampai saat ini ada delapan generasi kontrak karya. Menurut Salim (2005: 134) setiap perubahan dalam isi kontrak dijadikan sebagai dasar sebutan generasi kontrak, padahal tidak ada perbedaan mendasar antara generasi I dan lainnya, kecuali kewajiban keuangan yang harus dipenuhi pemerintah.Tabel I.14 Generasi Kontrak KaryaGenerasi KKPeriodePrinsip-prinsip utama dalam KK

Generasi I1967 erusahaan kontraktor sebagai pemegang kuasa pertambangan atas dasar izin pemerintah pembagian hasil dalam bentuk uang dalam jumlah bebas (tidak ditentukan besarnya) untuk tahun ke-1 sampai dengan ke-3, dengan ketentuan bahwa penghasilan pemerintah untuk tahun ke-4 sampai dengan ke-10 sebesar 35%.. Manajemen maupun operasional dalam melakukan eksplorasi itu berada di tangan kontraktor. jangka waktu kontrak selama 30 tahun dan dapat diperpanjang

Generasi II1968-1983 kontraktor pertambangan dapat bekerja sama dengan pihak lain yang telah memegang kuasa pertambangan. pembagian hasil ditentukan berdasarkan tarif yang ditetapkan pada setiap kontrak karya Manajemen maupun operasional dalam melakukan eksplorasi itu berada di tangan kontraktor. jangka waktu kontrak selama 30 tahun [sama dengan Generasi I]

Generasi III1983-1986 Perusahaan kontraktor sebagai pemegang kuasa pertambangan atas dasar izin pemerintah manajemen dan operasional kontrak karya ditanggung oleh kontraktor [sama dengan Generasi I] bagi hasil mengacu pada Peraturan Menteri Nomor 352 Tahun 1971 Jangka waktu pengusahaan tambang selama 30 tahun [sama dengan Generasi I]

Generasi IV1986-1994 Perusahaan kontraktor sebagai pemegang kuasa pertambangan atas dasar izin pemerintah [sama dengan generasi II]. Masalah operasional dan manajemen berada di tangan kontraktor [sama dengan generasi II] Pembagian hasil 1) emas: 1% dari harga jika harga emas sebesar USD 300 dolar per troy ons dan 2% dari harga jika harga emas mencapai USD 400 per troy ons.2) perak: 1% jika harga USD 10 per troy ons dan 2% per troy ons jika harga USD 15 per troy ons Jangka waktu kontrak sama dengan generasi I

Generasi V1994-1996 Perusahaan kontraktor sebagai pemegang kuasa pertambangan atas dasar izin pemerintah [sama dengan generasi II] Manajemen dan operasional ada di tangan kontraktor [sama dengan generasi II] Terdapat aturan tambahan soal rasio kewajaran utang yang dimiliki kontraktor. Ratio kewajaran utang (Debt to Equity Ratio atau DER) 5:1 untuk tidak kurang atau sama dengan $200 juta investasi dan 8 1 untuk lebih dari $200 juta Pembagian hasil mengacu pada Peraturan Menteri Nomor 1166.K/ 844/ MPE/1992 tanggal 12 September 1992 Jangka waktu kontrak masih 30 tahun [sama dengan generasi I]

Generasi VI1996-1998 Tidak ada perubahan perizinan, manajemen, maupun operasional perusahaan yang mendapat kontrak karya. Pembagian hasil masih sama dengan generasi V Jangka waktu kontrak 30 tahun [sama dengan generasi I]

Generasi VII1998-2004 tidak ada perubahan dari kontrak karya generasi sebelumnya

Generasi VIII2004-2008 Perusahaan negara sebagai pemegang kuasa pertambangan sedangkan perusahaan swasta bertindak sebagai kontraktor. Manajemen di tangan kontraktor dan resiko operasional di tanggung oleh kontraktor. Pembagian hasil dalam bentuk uang atas dasar perbandingan pemerintah perusahaan negara : kontraktor = 60% : 40% dengan ketentuan bahwa penghasil pemerintah tiap tahun tidak boleh kurang dari 20% hasil kotor. Jangka waktu kontrak 30 (tigapuluh) tahun untuk daerah baru dan 20 tahununtuk daerah lama. Penyisihan wilayah dilakukan 2 (dua) atau 3 (tiga) setelah jangka waktu tertentu

Sumber: Salim (2005: 134-135); Patty (2008: .), Palupi (2011)- See more at: http://www.transformasi.net/articles/read/143/kontrak-karya.html#sthash.BqEXbilx.dpuf

E. Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B)1. Pengertian PKP2BBerdasarkan Pasal 169 UU 4/2009, sebagaimana telah dijelaskan pada butir D di atas, jenis kontrak lainnya yang masih berlaku setelah UU 11/2009 adalah PKP2B. Istilah perjanjian karya ini ditemukan dalam Pasal 10 ayat (2) dan (3) UU 11/1967 (lihat kutipan pada butir D angka 1 tentang Dasar Pengaturan Kontrak). Pengertian PKP2B ini terlihat pada Tabel I.15.Tabel I.15 Perbandingan Definisi PKP2BDefinisiReferensi

1)Perjanjian kerja sama adalah perjanjian antara perusahaan negara tambang batubara sebagai pemegang kuasa pertambangan dan pihak swasta sebagai kontraktor untuk pengusahaan tambang batu bara untuk jangka waktu 30 tahun berdasarkan ketentuanketentuan tersebut dalam Keppres ini

Pasal 1 Keppres 49/1981

2)Perjanjian karya adalah perjanjian antara pemerintah dan perusahaan kontraktor swasta untuk melaksanakan pengusahaan pertambangan bahan galian batu bara.

Pasal 1 Keppres 75/1996

3)PKP2B adalah suatu perjanjian antara pemerintah RI dengan perusahaan swasta asing atau patungan antara asing dengan nasional (dalam rangka PMA) untuk pengusahaanbatu bara dengan berpedoman kepada UU No. 1/1967 tentang PMA serta UU No.11/1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan Umum.

Pasal 1 Kep. Menteri Pertambangan dan Energi No.1409.K/201/M.PE/1996

Sumber: Salim (2005) dalam Hukum Pertambangan di Indonesia, hal. 225-227, PT RajaGrafindo Persada2. Karakteristik dan Prinsip-prinsip PKP2BSalim (2005) mengutip Abrar Saleng (2004: 162-163) bahwa PKP2B merupakan perjanjian pola campuran antara pola kontrak karya dengan kontrak production sharing. Dikatakan campuran atau gabungan karena untuk ketentuan perpajakannya mengikuti pola kontrak karya, sedangkan pembagian hasil produksinya mengikuti pola kontrak production sharing. Sementara itu, prinsipprinsip PKP2B adalah:a)perusahaan kontraktor swasta bertanggung jawab atas pengelolaan pengusahaan pertambangan batu bara yang dilaksanakan berdasarkan perjanjian;

b)perusahaan kontraktor swasta menanggung semua risiko dan semua biaya berdasarkan perjanjian dalam melaksanakan perusahaan pertambangan batu bara.

- See more at: http://www.transformasi.net/articles/read/144/perjanjian-karya-pengusahaan-pertambangan-batubara.html#sthash.tuilolLY.dpuf

F. Kuasa Pertambangan (KP)Istilah Kuasa Pertambangan atau KP tidak diatur lagi di dalam UU 4/2009. Istilah KP ini tertuang di dalam Pasal 2 huruf I UU 11/1967 yang menyebutkan bahwa kuasa pertambangan adalah wewenang yang diberikan kepada badan/perseorangan untuk melaksanakan usaha pertambangan. Di dalam Ketentuan Peralihan UU 4/2009 hanya diatur tentang Kontrak Karya dan PKP2B. Pengaturan KP tertuang di dalam Pasal 10 ayat (1) UU 11/1967 yang menyebutkan bahwa Menteri dapat menunjuk pihak lain sebagai kontraktor apabila diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang belum atau tidak dapat dilaksanakan sendiri oleh Instansi Pemerintah atau Perusahaan Negara yang bersangkutan selaku pemegang kuasa pertambangan.Melalui penerbitan PP 23/2010, di dalam Pasal 112 tentang Ketentuan Peralihan,permasalahan payung hukum KP menjadi terselesaikan. Di dalam ketentuan tersebut di antaranya diatur bahwa kuasa pertambangan, surat izin pertambangan daerah, dan surat izin pertambangan rakyat, yang diberikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan sebelum ditetapkannya PP 23/2010 tetap diberlakukan sampai jangka waktu berakhir serta wajib:1. disesuaikan menjadi IUP atau IPR sesuai dengan ketentuan PP 23/2010 dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) bulan sejak berlakunya PP 23/2010 dan khusus BUMN dan BUMD, untuk IUP Operasi Produksi merupakan IUP Operasi Produksi pertama;2. menyampaikan rencana kegiatan pada seluruh wilayah kuasa pertambangan sampai dengan jangka waktu berakhirnya kuasa pertambangan kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya;3. melakukan pengolahan dan pemurnian di dalam negeri dalam jangka waktu paling lambat 5 (lima) tahun sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.- See more at: http://www.transformasi.net/articles/read/145/kuasa-pertambangan.html#sthash.1jlMmDsq.dpuf