Sejarah SPPI.pdf

2
Sejarah SPPI Kontribusi Dari Dadang IS Wednesday, 27 July 2011 Pemutakhiran Terakhir Wednesday, 27 July 2011 Eksistensi organisasi serikat Pekerja Pos Indonesia tidak terlepas dari berbagai faktor latar belakang dan dinamikanya. Dengan mengetahui latar belakang dan dinamika organisasi diharapkan dapat menumbuhkan pemahaman yang sebenarnya tentang organisasi SPPI. Kelahiran Serikat Pekerja Pos Indonesia tidak terlepas dari situasi transisi pada masa reformasi, yaitu masa berakhirnya kekuasaan orde baru yang otoriter dan represif. Krisis ekonomi yang terjadi sejak akhir tahun 1997 merupakan pemicu utama terjadinya pergolakan dalam masyarakat khususnya pergolakan politik. Legitimasi pemerintah secara drastis menurun, dan situasi tersebut mendorong pemerintah untuk mengakomodir aspirasi masyarakat yang sudah lama terpendam. Sehubungan dengan aspirasi masyarakat pekerja yang menginginkan kebebasan untuk berorganisasi, pemerintah meratifikasi Konvensi ILO Nomor 87/1948 tentang Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak Berorganisasi dengan Keputusan Presiden Nomor 83/1998 tanggal 5 Juni 1998. Semangat reformasi kemudian juga masuk dalam tubuh KORPRI, satu-satunya wadah organisasi pegawai negeri, termasuk didalamnya karyawan BUMN. Pada MUNAS V KORPRI tanggal 15 – 17 Februari 1999, ditetapkan bahwa keanggotaan BUMN dalam KORPRI bersifat stelsel aktif sehingga karyawan BUMN dapat menentukan pilihan organisasi sesuai aspirasi karyawan. Dengan demikian sesuai Keppres No. 83/98 karyawan BUMN dapat membentuk serikat pekerja. Utusan PT Pos Indonesia (Persero) pada MUNAS V KORPRI secara tegas menyatakan keluar dari keanggotaan KORPRI. Kondisi tersebut ditindaklanjuti oleh Kantor Menteri Negara Pendayagunaan BUMN/Badan Pembina BUMN yaitu keluarnya Instruksi Menteri kepada para Direksi BUMN agar setiap BUMN memfasilitasi terbentuknya serikat pekerja. Instruksi Menteri tersebut kemudian direspon oleh Direksi PT Pos Indonesia (Persero) dengan Keputusan Direksi No. 59/Dirutpos/1999 tanggal 12 Maret 1999 tentang Tim Asistensi Pembentukan Wadah Penyaluran Aspirasi Pegawai PT Pos Indonesia (Persero). Dalam perkembangan selanjutnya dirintislah pembentukan serikat pekerja yang dimulai dari tingkat kantor pos. Di lingkungan Wilpos IV Jabotabek, serikat pekerja yang pertama kali terbentuk adalah di Kantor Pos Ciputat 15400 tanggal 27 Juli 1999. Proses pembentukan serikat pekerja di lingkungan Wilpos IV Jabotabek diawali dengan Surat Sekretaris Perusahaan No. 32/RHS/Prib/Sekper/99 tanggal 30 Maret 1999 perihal Pendirian Serikat Pekerja di Lingkungan PT Pos Indonesia (Persero). Kemudian dilanjutkan dengan kunjungan Tim Asistensi Pembentukan Wadah Penyaluran Aspirasi Pegawai PT Pos Indonesia (Persero) ke Jakarta pada tanggal 14 Desember 1999 sekaligus mensosialisasikan Draft Anggaran Dasar Serikat Pekerja Persatuan Karyawan PT Pos Indonesia (Persero) disingkat SP PEKAPOS. Pada pertemuan tersebut terjadi dialog antara Tim dengan perwakilan karyawan dari seluruh UPT di Jabotabek, terutama menyangkut independensi organisasi terhadap partai politik (sebagai akibat trauma masa lalu), keraguan kalau organisasi yang akan dibentuk hanya ganti baju tetapi semangatnya sama dengan KORPRI, serta hal-hal kritis lainnya. Pasca pertemuan tanggal 14 Desember 1999 dengan dukungan dari Kawilpos IV Jakarta beserta para Ka. UPT se- Jabotabek maka diselenggarakanlah musyawarah-musyawarah cabang untuk membentuk serikat pekerja di tingkat cabang (UPT). Nama organisasi saat itu masih berbeda antara satu cabang dengan cabang lain, yaitu dengan nama sebutan serikat pekerja, serikat karyawan dan persatuan karyawan. Daftar UPT yang telah membentuk organisasi serikat pekerja setingkat cabang sebelum penyelenggaraan MUSWIL I sebagai berikut: Kantor Wilpos IV Jakarta 10000, Kp Jakarta Pusat 10000, SPP Jakarta 10004, Divisi Filateli Jakarta 10700, Kp Jakarta Barat 11000, Kp Jakarta Taman Fatahillah 11100, Kp Jakarta Mampang 12700, Kp Jakarta Timur 13000, Kp Jakarta Jatinegara 13300, Kp Jakarta Utara 14000, KTPU Jakarta Soekarno Hatta 19000, Kp Tangerang 15000, Kp Ciputat 15400, Kp Cibinong 16900, Kp Sawangan 16500, Kp Depok 16400 dan MUPI Jakarta 13500. Sesuai dengan konsep tahapan pembentukan serikat pekerja yang dimulai dari tingkat cabang (di UPT), kemudian di tingkat wilayah (se-wilpos) dan akhirnya di tingkat pusat (nasional), setelah beberapa UPT di Jabotabek telah membentuk organisasi setingkat cabang (sebanyak 17 UPT) maka cabang-cabang yang telah terbentuk tersebut menyepakati pembentukan organisasi setingkat wilayah. Dengan difasilitasi oleh Kawilpos IV Jakarta, tanggal 22 Maret 2000 diselenggarakan Musyawarah Wilayah I Serikat Pekerja Pos Indonesia Wilpos IV Jabotabek bertempat di Kantor Wilpos IV Jakarta. DPW SPPI Jabodetabek dan Banten http://dpw4-sppi.posindonesia.co.id Menggunakan Joomla! Generated: 5 October, 2013, 04:33

description

Sejarah Serikat Pekerja Pos Indonesia

Transcript of Sejarah SPPI.pdf

Page 1: Sejarah SPPI.pdf

Sejarah SPPI Kontribusi Dari Dadang ISWednesday, 27 July 2011Pemutakhiran Terakhir Wednesday, 27 July 2011

Eksistensi organisasi serikat Pekerja Pos Indonesia tidak terlepas dari berbagai faktor latar belakang dan dinamikanya.Dengan mengetahui latar belakang dan dinamika organisasi diharapkan dapat menumbuhkan pemahaman yangsebenarnya  tentang organisasi SPPI.  Kelahiran Serikat Pekerja Pos Indonesia  tidak terlepas dari situasi transisi pada masa reformasi, yaitu masa berakhirnyakekuasaan orde baru yang otoriter dan represif. Krisis ekonomi yang terjadi sejak akhir tahun 1997 merupakan pemicuutama terjadinya pergolakan dalam masyarakat khususnya pergolakan politik. Legitimasi pemerintah secara drastismenurun, dan situasi tersebut mendorong pemerintah untuk mengakomodir aspirasi masyarakat yang sudah lamaterpendam.  Sehubungan dengan aspirasi masyarakat pekerja yang menginginkan kebebasan untuk berorganisasi, pemerintahmeratifikasi Konvensi ILO Nomor 87/1948 tentang Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak Berorganisasi denganKeputusan Presiden Nomor 83/1998 tanggal 5 Juni 1998.  Semangat reformasi kemudian juga masuk dalam tubuh KORPRI, satu-satunya wadah organisasi pegawai negeri,termasuk didalamnya karyawan BUMN. Pada MUNAS V KORPRI tanggal 15 – 17 Februari 1999, ditetapkanbahwa keanggotaan BUMN dalam KORPRI bersifat stelsel aktif sehingga karyawan BUMN dapat menentukan pilihanorganisasi sesuai aspirasi karyawan. Dengan demikian sesuai Keppres No. 83/98 karyawan BUMN dapat membentukserikat pekerja.  Utusan PT Pos Indonesia (Persero) pada MUNAS V KORPRI secara tegas menyatakan keluar dari keanggotaanKORPRI. Kondisi tersebut ditindaklanjuti oleh Kantor Menteri Negara Pendayagunaan BUMN/Badan Pembina BUMNyaitu keluarnya Instruksi Menteri kepada para Direksi BUMN agar setiap BUMN memfasilitasi terbentuknya serikatpekerja.  Instruksi Menteri tersebut kemudian direspon oleh Direksi PT Pos Indonesia (Persero) dengan Keputusan Direksi No.59/Dirutpos/1999 tanggal 12 Maret 1999 tentang Tim Asistensi Pembentukan Wadah Penyaluran Aspirasi Pegawai PT Pos Indonesia (Persero).  Dalam perkembangan selanjutnya dirintislah pembentukan serikat pekerja yang dimulai dari tingkat kantor pos. Dilingkungan Wilpos IV Jabotabek, serikat pekerja yang pertama kali terbentuk adalah di Kantor Pos Ciputat 15400 tanggal27 Juli 1999.  Proses pembentukan serikat pekerja di lingkungan Wilpos IV Jabotabek diawali dengan Surat Sekretaris PerusahaanNo. 32/RHS/Prib/Sekper/99 tanggal 30 Maret 1999 perihal Pendirian Serikat Pekerja di Lingkungan PT Pos Indonesia(Persero). Kemudian dilanjutkan dengan kunjungan Tim Asistensi Pembentukan Wadah Penyaluran Aspirasi PegawaiPT  Pos Indonesia (Persero) ke Jakarta pada tanggal 14 Desember 1999 sekaligus mensosialisasikan Draft AnggaranDasar Serikat Pekerja Persatuan Karyawan PT Pos Indonesia (Persero) disingkat SP PEKAPOS.  Pada pertemuan tersebut terjadi dialog antara Tim dengan perwakilan karyawan dari seluruh UPT di Jabotabek,terutama menyangkut independensi organisasi  terhadap partai politik (sebagai akibat trauma masa lalu), keraguan kalauorganisasi yang akan dibentuk hanya ganti baju tetapi semangatnya sama dengan KORPRI, serta hal-hal kritis lainnya.  Pasca pertemuan tanggal 14 Desember 1999 dengan dukungan dari Kawilpos IV Jakarta beserta para Ka. UPT se-Jabotabek maka diselenggarakanlah musyawarah-musyawarah cabang untuk membentuk serikat pekerja di tingkatcabang (UPT). Nama organisasi saat itu masih berbeda antara satu cabang dengan cabang lain, yaitu dengan namasebutan serikat pekerja, serikat karyawan dan persatuan karyawan.  Daftar UPT yang telah membentuk organisasi serikat pekerja  setingkat cabang sebelum penyelenggaraan MUSWIL Isebagai berikut: Kantor Wilpos IV Jakarta 10000, Kp Jakarta Pusat 10000, SPP Jakarta 10004, Divisi Filateli Jakarta10700, Kp Jakarta Barat 11000, Kp Jakarta Taman Fatahillah 11100, Kp Jakarta Mampang  12700, Kp Jakarta Timur13000,  Kp Jakarta Jatinegara 13300, Kp  Jakarta Utara 14000, KTPU Jakarta Soekarno Hatta 19000, Kp Tangerang15000, Kp Ciputat 15400, Kp Cibinong 16900, Kp Sawangan 16500, Kp Depok 16400 dan MUPI Jakarta 13500. Sesuai dengan konsep tahapan pembentukan serikat pekerja yang dimulai dari tingkat cabang (di UPT), kemudian ditingkat wilayah (se-wilpos) dan akhirnya di tingkat pusat (nasional), setelah beberapa UPT di Jabotabek telahmembentuk organisasi setingkat cabang (sebanyak 17 UPT) maka cabang-cabang yang telah terbentuk tersebutmenyepakati pembentukan  organisasi setingkat wilayah. Dengan difasilitasi oleh Kawilpos IV Jakarta, tanggal 22 Maret2000 diselenggarakan Musyawarah Wilayah I Serikat Pekerja Pos Indonesia Wilpos IV Jabotabek bertempat di KantorWilpos IV Jakarta.

DPW SPPI Jabodetabek dan Banten

http://dpw4-sppi.posindonesia.co.id Menggunakan Joomla! Generated: 5 October, 2013, 04:33

Page 2: Sejarah SPPI.pdf

  

DPW SPPI Jabodetabek dan Banten

http://dpw4-sppi.posindonesia.co.id Menggunakan Joomla! Generated: 5 October, 2013, 04:33