SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PADA MASA MODERN · PDF filepersoalan dalam filsafat ternyata tidak...

download SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PADA MASA MODERN · PDF filepersoalan dalam filsafat ternyata tidak lain daripada persoalan semu dan menghilang begitu saja, ... belajar ilmu pasti dan filsafat,

If you can't read please download the document

Transcript of SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PADA MASA MODERN · PDF filepersoalan dalam filsafat ternyata tidak...

  • 1

    SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PADA MASA MODERN

    Pada abad modern (abad 20), para filsuf banyak mencurahkan perhatian kepada

    beragam tema dan pokok pembicaraan. Ada yang boleh disebut masalah-masalah pribadi yang sudah dibentangkan sejak permulaan filsafat di Yunani, seperti masalah-masalah yang menyangkut dunia, manusia dan Allah. Ada juga masalah-masalah yang lebih erat perkaitannya dengan iini filsafat lebih banyak memperhatikan persoalan-persoalan sosial dan politik. Khususnya kejadian-kejadian sekitar fasisme dan nasional-sosialisme di Eropa dengan segala akibatnya, membangkitkan banyak refleksi filosofis tentang akar-akar totalitarisme dan syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menciptakan suatu susunan negara demokratis yang optimal. Minat akan masalah-masalah sosial politik itu mengakibatkan juga kontak yang lebih intensif dengan kalangan nonfilosofis, khususnya ilmu-ilmu sosial.

    Menurut Kees Bertens (1981), dari beragam tema yang ada, satu tema yang menguasai refleksi filosofis dalam abad modern adalah pemikiran tentang bahasa. Dalam banyak aliran dan mazhab yang berbeda-beda bahasa termasuk fokus penelitian filosofis. Materi ini sangat penting untuk kita pelajari secara detail, agar kita mengerti dan sanggup memanfaatkan unsur-unsur positif dan menolak apa yang tidak bermanfaat. Definisi/karakteristik pemikiran pada Masa Modern di Inggris 1) Filsafat Inggris Modern Pada Umumnya

    Pada awal abad ke-20 aliran filosofis yang dominan di Inggris adalah idealisme. Kadang-kadang disebut neohegellianisme Inggris karena filsafat Hegel jelas sekali merupakan sumber inspirasi yang utama bagi para penganut idealisme Inggris. Tetapi itu tidak berarti bahwa filsuf-filsuf bersangkutan hanya dipengaruhi oleh Hegel saja, sebab filsafat Kant misalnya sering kali digunakan juga dan dari filsuf-filsuf Yunani mereka nenaruh perhatian khusus akan Plato. Sebetulnya idealisme merupakan suatu aliran yang pada pandangan pertama tidak begitu cocok dengan tradisi dan kecondongan pemikiran Inggris. Dalam sejarah filsafat Inggris sudah sejak Abad Pertengahan dapat dilihat suatu kecenderungan akan hal-hal empiris dan semacam rasa segan terhadap metafisika. Karena itu sangat mengherankan jika idealisme dapat mengalami sukses begitu besar di Inggris, karena aliran ini adalah corak pemikiran yang jelas bersifat spekulatif dan metafisis. Namun demikian, ada sejarawan-sejarawan yang berpendapat bahwa dalam sejarah pemikiran Inggris terdapat beberapa unsur yang seakan-akan mempersiapkan idealisme itu. Idealisme Inggris ini dapat dimengerti sebagai reaksi atas materialisme dan positivisme yang merajalela di Eropa pada waktu itu dan khususnya atas filsafat John Stuart Mill yang menguasai generasi filsuf-filsuf Inggris sebelum timbulnya idealisme. 2) Tokoh/filosof yang hidup pada masa modern di Inggris dan pemikirannya

    a) George Moore dan Betrand Russel George Erward Moore (1873-1958) lahir di Upper Norwood, dekat London. Ia belajar di

    Trinity Colledge di Cambridge, mula-mula filologi klasik, kemudian karena terpengaruh Russel, sahabatnya, ia pun belajar filsafat.

    Moore mengarang buku tentang etika : Principia ethica (1903) dan dalam bentuk lebih populer Ethics (1912). Ia tidak menolak etika normatif dan dalam buku-bukunya ia juga membahas masalah-masalah yang menyangkut etika normatif, tetapi terutama ia menganalisa konsep-konsep dan argumentasi-argumentasi yang dipakai dalam etika.

    Sebagian besar uraian-uraian filosofis Moore terdiri dari analisa tentang pendapat-pendapat tertentu. Dengan analisa dimaksudkan di sini tidak lain daripada menjelaskan suatu pikiran, mengeksplisitasikan semua hal yang tersimpul di dalamnya, merumuskan dengan kata lain, memecahkan suatu persoalan ke dalam detail-detail kecil. Mendengar itu barang kali kita menarik kesimpulan bahwa usaha Moore itu sederhana sekali. Dalam arti yang tertentu hal itu benar juga. Tetapi orang harus mengalami sendiri cara yang terperinci dan orisinil yang ditempuh Moore dalam membahas hal-hal serba biasa, untuk dapat menilai pemkirannnya sebagai suatu usaha filosofis yang segar dan menarik. Buat Moore, yang paling penting ialah mengalimatkan pertanyaan- pertanyaan dengan jelas dan tepat. Banyak persoalan dalam filsafat ternyata tidak lain daripada persoalan semu dan menghilang begitu saja, kalau diselidiki dengan cermat apakah yang sebenarnya mau ditanyakan dengannya.

    Moore membantah dengan sangat bahwa filsafat terbatas pada analisis saja. Tetapi pada kenyataannya filsafatnya sendiri sebagian terbesar terdiri dari analisa-analisa. Dan ia mempraktekkan metode analisa ini dengan ketelitian yang mengagumkan. Itu menampilkan kesan bahwa filsafat tidak lain daripada penjelasan. Dengan demikian mau tidak mau Moore

  • 2

    menjadi perintis bagi suatu gerakan baru dalam pemikiran Inggris, yaitu filsafat analitis (philosophical analysis, philosophy of analysis, analytical philosophy, linguistic analysis). Mereka yang termasuk aliran ini tidak begitu mempedulikan kebenaran, melainkan memusatkan perhatian pada makna ucapan-ucapan kita. Buat mereka pertanyaan pokok bukannya is it true?, melainkan what is the meaning?. Sebagai obyek penyelidikannya mereka lebih jelas memilih ucapan-ucapan dalam bahasa sehari-hari (the ordinary language), sedangkan Moore masih memperhatikan pikiran-pikiran dan konsep-konsep. Biarpun Moore tidak menulis banyak, pengaruhnya atas perkembangan filsafat di Inggris banyak sekali.

    Russell, Betrand Russell (1872-1970) lahir dari keluarga bangsawan. Di Cambridge ia belajar ilmu pasti dan filsafat, antara lain pada A. Whitehead. Russell adalah sahabat Moore. Teori atomisme logis mendapat sambutan hangat dalam filsafat Inggris dan dapat dianggap sebagai mata rantai dalam seluruh perkembangan pemikiran Inggris.

    Anatomisme logis diuraikan Russell dalam serangkaian ceramah yang kemudian dalam bentuk artikel dimuat dalam majalah Amerika The Monist tahun 1918 dan 1919. Akhirnya artikel-artikel tersebut dikumpulkan dalam buku Logic and knowledge. Essays 1901-1905 (1956). Tujuan teori ini adalah menelanjangi struktur hakiki bahasa dan dunia. Tujuan ini dicapai melalui jalan analisa. Jadi seperti halnya pada Moore, dalam filsafat Russell pun analisa memainkan peranan penting dan karena itu ia turut mempengaruhi perkembangan filsafat Inggris ke arah filsafat analisa. Tetapi Russell tidak menganalisa pendapat-pendapat para filsuf sepertu dibuat Moore, menurut dia filsafat bertugas menganalisa fakta-fakta. Filsafat harus melukiskan jenis fakta-fakta yang ada, katanya, seperti zoologi betugas brtugas menentukan jenis-jenis binatang! Di sini menjadi jelas bahwa melalui bahasa ia menemukan fakta-fakta jenis mana yang ada. Menurut dia bahasa melukiskan realitas. Tetapi yang dimaksudkannya dengan bahasa bukannya bahasa yang biasa melainkan bahasa sempurna, sama sekali terlepas dari segala kedwiartian dan kekaburan, yaitu bahasa logis yang dirumuskan dalam Principia mathematica.

    b) Alfred Ayer dan positivisme logis Alfred Jules Ayer (1910) belajar fiologi klasik dan filsafat di Oxford. Sesudah studinya

    selesai, ia berkunjung pada universitas di Wina dan sekembalinya di Inggris diangkat sebagai dosen di Oxford. Waktu perang dunia ke dua ia masuk tentara Inggris dan ditugaskan terutama pada dinas intelijen militer. Seusai perang ia dingkat sebagai profesor pada universitas London (1946-1959) dan akhirnya diundang menjadi profesor logika di Universitas Oxford.

    Pada umur 25 tahun, ia menerbitkan language, truth and logic (1936), buku filsafat yang menarik paling banyak perhatian dalam filsafat Inggris abad ke-20. Pendirian yang dikemukakan buku ini dengan cara agak radikal, biasanya disebut positivisme logis atau neopositivisme.

    Dalam bukunya tersebut ia merumuskan sebagai berikut: Kami mengatakan bahwa suatu kalimat pada kenyataanya bermakna bagi seseorang tertentu, kalau, dan hanya kalau, ia tahu observasi-observasi mana akan membuat dia dengan syarat-syarat tertentu menerima suatu proporsi sebagai benar atau menolaknya sebagai salah. Sebaliknya, kalau apa yang dianggap sebagai proporsi bersifat demmikian rupa sehingga menerima kebenaran atau ketidakbenanarannya dapat dicocokkan dengan pengandaian apapun juga mengenai pengalamannya di kemudian hari, maka bagi orang bersangkutan apa yang disebut proporsi itu tidak lain (kecuali kalau merupakan suatu tautologi) daripada proporsi semu saja. Barangkali kalimat yang mengungkapkan proporsi itu mempunyai makna emosional bagi dia, tetapi pasti tidak ada makna harfiah. Maksudnya, pertama-tama harus diinsafi dengan baik bahwa prinsip vertikal bermaksud menentukan makna suatu ucapan, bukan kebenarannya. Suatu ucapan yang bermakna bisa benar atau salah. Orang yang mengatakan Kota Balikpapan terletak di pulau Jawa atau Palembang adalah ibukota Republik Indonesia mengucapkan suatu kalimat yang tidak benar, tetapi kalimat itu bermakna, sebab ketidakbenarannya dapat ditetapkan.

    c) Ludwig Wittgenstein Pemikiran filosofis Ludwig Wittgenstein terdapat dalam dua periode. Periode pertama:

    Tractatus logico-philosophicus. Tractatus adalah sebuah buku karya Ludwig Wittgenstein, tidak panjang, tidak lebih dari 75 halaman saja. Buku ini terdiri dari pernyataan-pernyataan yang agak pendek. Dalam pendahuluan bukunya ini, ia menyingkatkan usahanya dengan berkata: Maksud buku ini dapat disingkatkan dengan kata-kata berikut ini: apa yang memang dapat dikatakan, dapat dikatakan secara jelas. Dan tentang apa yang tidak dapat dikatakan, orang harus berdiam diri. Jadi, buku ini berbicara tentang bahasa, atau lebih tepat lagi jika dikatakan buku ini berbicara tentang logika bahasa. Salah satu unsur yang penting sekali dalam uraiannya adalah apa yang disebut picture theory atau teori gambar,

  • 3

    yang dapat dianggap sebagai teori tentang makna. Sebagaimana tersirat dalam nama ini, Wittgens