Sejarah Perjalanan Ejaan Yang Disempurnakan

14
SEJARAH PERJALANAN EJAAN YANG DISEMPURNAKAN Fitria Az Zahra (133112500150013) [email protected] A. Pengantar Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan karena selain digunakan sebagai alat komunikasi secara langsung atau lisan, bahasa juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi secara tulisan. Dalam era globalisasi dan pembangunan reformasi demokrasi seperti sekarang ini, masyarakat dituntut secara aktif untuk dapat mengawasi dan memahami informasi di segala aspek kehidupan sosial secara baik dan benar. Untuk memahami informasi tersebut, bahasa berfungsi sebagai media penyampaian secara baik dan tepat dan dengan penyampaian informasi secara tertulis, diharapkan masyarakat dapat menggunakan media tersebut secara baik dan benar. Guna memadukan satu kesepakatan dalam etika berbahasa, di sinilah peran aturan baku digunakan. Dalam hal ini kita selaku warga negara yang baik hendaknya selalu memperhatikan rambu-rambu ketatabahasaan Indonesia yang baik dan benar. Ejaan adalah salah satu dari rambu-rambu tersebut. Seringkali ejaan di Indonesia mengalami pergantian dari tahun ke tahun guna mengikuti perkembangan zaman. Adapun tujuan dari pergantian sistem ejaan di Indonesia tak lain untuk menyempurnakan aturan berbahasa masyarakat Indonesia dan Pedoman Umum Ejaaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan

description

ejaan yang disempurkan penyempurnaan ejaan republik dan

Transcript of Sejarah Perjalanan Ejaan Yang Disempurnakan

Page 1: Sejarah Perjalanan Ejaan Yang Disempurnakan

SEJARAH PERJALANAN EJAAN YANG DISEMPURNAKAN

Fitria Az Zahra (133112500150013)

[email protected]

A. Pengantar

Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan karena selain digunakan sebagai

alat komunikasi secara langsung atau lisan, bahasa juga dapat digunakan sebagai alat

komunikasi secara tulisan. Dalam era globalisasi dan pembangunan reformasi demokrasi

seperti sekarang ini, masyarakat dituntut secara aktif untuk dapat mengawasi dan

memahami informasi di segala aspek kehidupan sosial secara baik dan benar. Untuk

memahami informasi tersebut, bahasa berfungsi sebagai media penyampaian secara baik

dan tepat dan dengan penyampaian informasi secara tertulis, diharapkan masyarakat dapat

menggunakan media tersebut secara baik dan benar.

Guna memadukan satu kesepakatan dalam etika berbahasa, di sinilah peran aturan

baku digunakan. Dalam hal ini kita selaku warga negara yang baik hendaknya selalu

memperhatikan rambu-rambu ketatabahasaan Indonesia yang baik dan benar. Ejaan adalah

salah satu dari rambu-rambu tersebut. Seringkali ejaan di Indonesia mengalami pergantian

dari tahun ke tahun guna mengikuti perkembangan zaman. Adapun tujuan dari pergantian

sistem ejaan di Indonesia tak lain untuk menyempurnakan aturan berbahasa masyarakat

Indonesia dan Pedoman Umum Ejaaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan adalah

wujud kongkret dari penyempurnaan ejaan di Indonesia saat ini. Perkembangan ejaan,

khususnya Ejaan yang Disempurnakan (EYD) di Indonesia adalah submateri dalam

ketatabahasaan Indonesia yang memiliki peran cukup besar dalam mengatur etika berbahasa

secara tertulis sehingga diharapkan informasi tersebut dapat disampaikan dan dipahami

secara baik dan terarah. Dalam praktiknya diharapkan aturan tersebut dapat digunakan

dalam keseharian masyarakat sehingga proses penggunaan tata bahasa Indonesia dapat

dilakukan secara baik dan benar.  

Page 2: Sejarah Perjalanan Ejaan Yang Disempurnakan

B. Pengertian Ejaan

Ejaan adalah aturan tulis menulis. Secara lengkap dapat dikatakan bahwa ejaan adalah

keseluruhan peraturan tentang bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujaran dan

bagaimana hubungan antarlambang tersebut (pemisahan dan penggabungan dalam suatu

bahasa). Secara teknis ejaan adalah aturan tulis-menulis dalam suatu bahasa yang

berhubungan dengan penulisan huruf, pemakaian huruf, penulisan kata, penulisan unsur

serapan, dan pemakaian tanda baca.

Sejarah Perkembangan Ejaan di Indonesia

Bahasa Indonesia yang awalnya berakar dari bahasa Melayu sudah memiliki aksara

sejak beratus tahun yang lalu, yaitu aksara Arab Melayu. Di Nusantara ini, bukan saja

aksara Arab Melayu yang kita kenal. Kita juga mengenal aksara Jawa, aksara Sunda, aksara

Bugis, aksara Bali, aksara Lampung, aksara Kerinci, aksara Rejang, dan aksara Batak.

Aksara itu masing-masing memiliki nama, seperti aksara Kaganga dan aksara Rencong

(incung).

Ejaan Van Ophuijsen (Ejaan yang diresmikan)

Aksara Arab Melayu dipakai secara umum di daerah Melayu dan daerah-daerah yang

telah menggunakan bahasa Melayu. Akan tetapi, karena terjadi kontak budaya dengan dunia

Barat, sebagai akibat dari kedatangan orang Barat dalam menjajah di Tanah Melayu itu, di

sekolah-sekolah Melayu telah digunakan aksara latin secara tidak terpimpin. Oeh sebab itu,

pada tahun 1900, menurut C.A. Mees (1956:30), Van Ophuijsen, seorang ahli bahasa dari

Belanda mendapat perintah untuk merancang suatu ejaan yang dapat dipakai dalam bahasa

Melayu, terutama untuk kepentingan pengajaran. Jika penyusunan ejaan itu tidak cepat-

cepat dilakukan, dikhawatirkan bahwa sekolah-sekolah tersebut akan menyusun dengan

cara yang tidak terpimpin sehingga akan muncul kekacauan dalam ejaan tersebut.

Dalam menyusun ejaan tersebut, Van Ophuijsen dibantu oleh dua orang pakar bahasa

dari Melayu, yaitu Engkoe Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Thaib Soetan

Ibrahim. Dengan menggabungkan dasar-dasar ejaan Latin dan Ejaan Belanda, Van

Ophuijsen dan teman-teman berhasil membuat ejaan bahasa Melayu, yang ejaan tersebut

lazim disebut sebagai “Ejaan Van Ophuijsen”. Ejaan tersebut diresmikan pemakaiannya

pada tahun 1901. Ejaan van Ophuijsen dipakai selama 46 tahun, lebih lama dari Ejaan

Page 3: Sejarah Perjalanan Ejaan Yang Disempurnakan

Republik, dan baru diganti setelah dua tahun Indonesia merdeka. Huruf-huruf yang

mendukunng Ejaan Van Ophuijsen adalah sebagai berikut:

Bunyi vocal A ẻ E I o U

Bunyi diftong ai Au Oi Oe

Bunyi konsonan B P M G k Ng

D T N Dj tj Nj

R S L J h W

Bunyi hamzah ‘

Bunyi ain ‘

Bunyi trema

Bunyi asing

..

ch Sj Z

Dengan adanya ejaan tersebut, kita akan mendapatkan penulisan kata dalam bahasa

Melayu sebagai berikut : ajam, elang, ekor, itik, orang, oelar, petai, kerbau, amboi, kapal,

galah, tjerah, djala, tikar, darah, pasar, hilah, rasa, lipat, warna, soedah, habis, singa, njanji,

mana, tida’, akal, mulai. Pemakaian angka dua menyatakan perulangan tidak dibenarkan.

Pengulangan penyabutan sebuah kata harus dilakukan dengan menulis secra lengkap kata

tersebut.

Ejaan Van Ophuijsen belum dikatakan berhasil karena ia dan teman-temannya

mendapat kesulitan memelayukan tulisan beberapa kata yang diambil dari bahasa Arab,

yang mempunyai warna bunyi bahasa yang khas. Oleh sebab itu, dia memilih bunyi ch, sj,

z, f, secara tidak taat asas karena sudah pula banyak bahasa Arab yang dimelayukan

sehingga empat huruf itu tidak terpakai dengan baik. Kemudian, muncul persoalan warna

bunyi dari Arab yang disebut hamza dan ain, yang dilambangkannya masing-masing dengan

tanda apostrof (‘). Kesukaran-kesukaran itu selalu diperbaiki dan disempurnakan oleh Van

Ophuijsen. Ejaan tersebut secara lengkap termuat dalam buku yang berjudul Kitab Logat

Melajoe. Pada tahun 1926, sistem ejaan mendapat bentuk yang tetap.

Ejaan Soewandi (Ejaan Republik)

Pada tanggal 19 Maret 1947, Pemerintah Indonesia menetapkan ejaan baru bagi

bahasa Indonesia. Ejaan ini kemudian dikenal dengan nama ejaan Republik atau Ejaan

Soewandi. Mr. Soewandi ialah Menteri P P dan K ketika itu, dan beliaulah yang

Page 4: Sejarah Perjalanan Ejaan Yang Disempurnakan

menandatangani surat keputusan perubahan ejaan itu. Surat keputusan itu bertanggal 19-3-

1947, kemudian disusul lagi dengan SK yang kedua bertanggal 15 April 1947 dengan

penggantian lampiran.

Tujuan mengadakan perubahan ejaan ialah penyederhanaan. Penyederhanaan

bermaksud untuk memudahkan. Perubahan- perubahan yang diadakan ialah:

1. oe seperti pada kata goeroe, soeroeh, diganti dengan u, menjadi guru, suruh.

2. Akibat dari perubahan oe menjadi u, maka kata-kata seperti laoet, maoe, saoeh, berubah

juga menjadi laut, mau, sauh, tetapi harus dibedakan dari pada au pada kata-kata

kerbau, lampau, pulau; au pada laut merupakan dua huruf yang dapat diceraikan atas

suku-sukunya menjadi la-ut, sedangkan pada kerbau, lampau, merupakan diftong yang

tak boleh dipisahkan. Jika dipisahkan atas suku-sukunya, kata-kata itu menjadi ker-bau,

lam-pau.

3. Bunyi hamzah atau bunyi sentak ain seperti pada kata-kata: ta’, pa’, ma’lum. ra’yat,

ditulis dengan huruf k, menjadi: tak, pak, maklum, rakyat

4. e pada kata benar, keras, dengan e pada kata ekor, besok, disamakan saja menjadi e.

Jadi e tidak lagi diberi garis diatasnya.

5. Kata ulang boleh dituliskan dengan angka 2, hanya harus diperhatikan bagian mana

yang diulang. Bagian yang tak diulang harus dipisahkan dari bagian yang diulang

dengan tanda hubung; misalnya, berjalan-jalan boleh dituliskan berjalan2, kekanak-

kanakan boleh dituliskan ke-kanak2an.

6. Tanda trema seperti pada kata-kata kuran, Rabiulawal, di- namai, mengendarai, mulai,

dihilangakan saja.

7. Kata-kata baru yang dalam bahasa asalnya tidak memakai pepet, seperti: praktek,

administrasi bukan administerasi, goblok bukan gobelok.

Ejaan Soewandi menimbulkan lagi kesulitan-kesulitan baru. Itu sebabnya, pada

kongres Bahasa Indonesia ke-2 yang dilangsungkan di Medan dari tanggal. 28 Oktober

sampai dengan 2 November 1954, diputuskan untuk menyusun kembali suatu ejaan yang

lebih baik. Penyusunan ejaan baru itu diserahkan kepada suatu badan yang ditunjuk oleh

pemerintah.

Page 5: Sejarah Perjalanan Ejaan Yang Disempurnakan

Ejaan Pembaharuan, Ejaan Melindo, Ejaan LBK

Sebagai kelanjutan kongres Medan, dengan surat Keputusan Menteri P P dan K No.

448/S tanggal. 19 Juli tahun 1956, dibentuklah panitia pembeharuan Ejaan Bahasa

Indonesia. Mula-mula diketuai oleh prof. Dr. Prijono (alm), kemudian ketika beliau

diangkat menjadi menteri P P dan K, tugasnya diserahkan kepada E. Katoppo. Salah satu

yang menarik dari pekerjaan panitia ini ialah percobaannya menghilangkan huruf-huruf

rangkap seperti dj, tj, ng, nj, dan menggantikan dengan huruf-huruf : j,……karena j sudah

dipakai pengganti dj, maka y dipakai untuk menggantikan j. Vokal rangkap ai, au, oi,

diubah menjadi aw, oy.

Ejaan Melindo ialah singkatan Ejaan Melayu- Indonesia sebagai tindakan lanjutan

persahabatan Indonesia persekutuan Tanah Melayu yang diadakan pada tanggal 17 April

1959, maka pada tanggal 4 sampai 7 Desember 1959. Ejaan Melindo yang dihasilkan oleh

panitia ini hampir sama dengan Ejaan pembaharuan. Bedanya hanyalah pada huruf Ejaan

Melindo memakai c pengganti tj. Huruf nj juga merupakan huruf baru, tapi bentuknya agak

lain. Huruf benar seperti kata ekor, diberi garis di atasanya (ĕ); jadi seperti pada Ejaan van

Ophuysen. Demikian juga pada Ejaan pembaharuan.

Ejaan LBK (Lembaga Bahasa dan Kesusastraan)

Panitia ejaan ini dibentuk oleh kepala Lembaga Bahasa dan Kesusatraan pada tanggal

7 Mei 1966, kemudian dengan surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan no.

062/67 tanggal. 19 September 1967, panitia ini disahkan sebagai panitia Ejaan Bahasa

Indonesia Departemen P dan K. Panitia ini terdiri atas sarjana-sarjana Bahasa dari LBK dan

fakukultas sastra Universitas Indonesia, berjumlah 8 orang.

Penyusunan ejaan baru didasarkan pada beberapa hal, beberapa perubahan yang

diadakan oleh Panitia LBK ialah: hurug tj diganti dengan c; jadi, sama dengan konsep

Melindo; j diganti dengan y (kedua-duanya termasuk pemanfaatan huruf-huruf yang tak

terpakai; dj diganti dengan j; dengan sendirinya nj berubah jadi ny dan sj berubah jadi sy

karena untuk itu tidak dibuat huruf-huruf baru; ch diganti dengan kh, misalnya chalik

menjadi khalik, machluk menjadi makhluk. Huruf-huruf asing /f, v, z./ dimasukkan kedalam

sistem ejaan Indonesia karena amat banyak kata-kata Indonesia dewasa ini yang

mempergunakan juga huruf-huruf itu; e pepet dan e benar tidak dibedakan, kedua-duanya

Page 6: Sejarah Perjalanan Ejaan Yang Disempurnakan

dituliskan dengan e saja; jadi, sama dengan Ejaan Republik. Alasaan panitia tidak

memperbedakannya ialah: 1) tidak banyak kata yang berpasangan seperti perang dan

perang, bela dengan bela, yang bisa menimbulkan salah pengertian; 2) pemakaian tanda-

tanda diakritik melambatkan orang menulis; 3) kewajiban guru-guru di sekolah mendril

murid-murid supaya mengetahui mana kata yang memakai e pepet dan mana e benar.

Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan

Pada tanggal 16 agustus 1972, pemerintah menetapkan ejaan baru bagi Bahasa

Indonesia yaitu Ejaan LBK yang telah mengalami perbaikan dan penyempurnaan yang

dinamakan sekarang Ejaan Bahasa Indonesia Yang disempurnakan.

C. Pembatasan

Ejaan Yang Disempurnakan atau yang lebih dikenal sebagai EYD merupakan sebuah

pedoman baku yang menjadi referensi atau rujukan dalam membuat karya tulis, baik yang

bersifat ilmiah maupun non-ilmiah. Ia menjadi sebuah ‘hukum’ yang harus diikuti oleh

semua bentuk karya tulis walaupun sifatnya tidak mengikat, kecuali untuk karya tulis ilmiah

ataupun yang bersifat resmi. Penggunaannya yang sesuai dapat memberikan estetika kepada

karya tulis itu sendiri sehingga karya tulis tersebut menghadirkan warna-warni karakteristik

tulisan yang menarik.

Ejaan menjadi penting sekali , untuk membuat karya tulis yang produktif . Karena

dalam karya tulis penulis tidak hanya dituntut untuk memilih kata dan kalimat yang tepat ,

melainkan harus menggunakan EYD yang benar.

D. Pembahasan

Ejaan Yang Disempurnakan

Pada tanggal 16 Agustus 1972, Presiden Republik Indonesia (Bapak Soeharto)

meresmikan pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang lazim disingkat

dengan EYD. Peresmian ejaan tersebut berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun

1972. Dengan dasar itu, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil

yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang memuat

berbagai patokan pemakaian ejaan yang baru. Buku yang beredar yang memuat kaidah-

kaidah ejaan tersebut direvisi dan dilengkapi oleh suatu badan yang berada di bawah

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang diketuai oleh Prof. Dr. Amran Halim

Page 7: Sejarah Perjalanan Ejaan Yang Disempurnakan

dengan dasar surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 12 Oktober

1972, Nomor 156/P/1972. Hasil kerja komisi tersebut adalah berupa sebuah buku yang

berjudul Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang diberlakukan

dengan surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0196/1975. Bersama

buku tersebut, lahir pula sebuah buku yang berfungsi sebagai pendukung buku yang

pertama, yaitu buku Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Badan itu bernama Pusat

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa yang sekarang bernama Pusat Bahasa.

Beberapa hal yang perlu dikemukakan sehubungan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang

disempurnakan itu adalah sebagai berikut :

Huruf yang berubah fungsi adalah sebagai berikuta. /dj/ djalan menjadi /j/ jalanb. /j/ pajung menjadi /y/ payungc. /nj/ njanji menjadi /ny/ nyanyid. /sj/ isjarat menjadi /sy/ isyarate. /tj/ tjukup menjadi /c/ cukupf. /ch/ achir menjdi /kh/ akhirPeresmian penggunaan huruh berikut yang sebelumnya belum resmi adalah :a. pemakaian huruf /f/ dalam kata maaf, fakirb. pemakaian huruf /v/ dalam kata universitas, valutac. pemakaian huruf /z/ dalam kata lezat, zeniHuruf yang hanya dipakai dalam ilmu eksakta, adalah sebagai berikuta. pemakaian huruf /q/ dalam rumus a:b = p:qb. pemakaian huruf /x/ dalam istilah Sinar-XPenulisan di- sebagai awalan dan penulisan di sebagai kata depan dilakukan seperti

berikut :a. penulisan awalan di- diserangkaiakan dengan kata yang mengikutinya, seperti dimakan,

dijumpaib. penulisan kata depan di dipisahkan dengan kata yang emngikutinya, seperti di muka, di

pojok, di antara.Dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan itu terdapat pembicaraan yang lengkap, yaitu1. pembicaraan tentang nama dan penulisan huruf2. pembicaraan tentang pemakaian huruf3. pembicaraan tentang penulisan kata4. pembicaraan tentang penulisan unsur serapan5. pembicaraan tentang pemakaian tanda baca.

Dengan lahirnya Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan itu kini kita dapat merasakan bahwa ejaan bahasa kita sudah tidak perlu diubah lagi. Jika ada hal-hal yang perlu dimasukkan ke dalam ejaan yang selama ini tidak diatur dalam ejaan tersebut, cukup ejaan itu direvisi dalam edisi berikutnya.

Page 8: Sejarah Perjalanan Ejaan Yang Disempurnakan

E. Kesimpulan

Pada dasarnya masyarakat kita telah memahami penggunaan kaidah tata bahasa Indonesia

yang baik dan benar, akan tetapi dalam pelaksanaannya seringkali masyarakat dihadapkan

pada situasi dan kondisi berbahasa yang tidak mendukung. Maksudnya ialah masyarakat

masih enggan untuk mengikuti kaidah tata bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam

komunikasi sehari-hari. Masyarakat sering terdikte oleh aturan-aturan tata bahasa yang

salah, sehingga bermula dari kesalahan- kesalahan tersebut dapat menjadi kesalahan yang

sangat fatal dalam mengikuti aturan-aturan ketata bahasaan yang akhirnya kesalahan

tersebut menjadi sebuah kebiasaan dan parahnya lagi hal tersebut membudaya dan

dibenarkan penggunaannya dalam keseharian. Dari pembahasan sebelumnya dapat

disimpulkan bahwa perkembangan ejaan di Indonesia telah mengalami beberapa pergantian,

mulai dari ejaan Van Ophuijsen, ejaan Soewandi (republik), dan ejaan yang disempurnakan.

Bahkan terdapat ejaan yang dirundingkan bersama antara Indonesia dan Malaysia, yakni

ejaan Melindo. Namun, karena faktor-faktor tertentu ejaan tersebut tidak dapat diresmikan.

Page 9: Sejarah Perjalanan Ejaan Yang Disempurnakan

Daftar Pustaka

Depdikbud. 2008. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta:

Hi-Fest Publishing.

Tim Pusat Bahasa. 2005. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.

Jakarta: Balai Pustaka.

Tim Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat Departemen

Pendidikan Nasional. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Depdiknas. 2010. Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan, EYD Terbaru

(Permendiknas Nomor 46 Tahun 2009). Jakarta: Pustaka Timur.

Tasai, Amran dan Abdul Rozak Zaidan. 2009. Pembinaan dan Pengembangan Bahasa

Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka.

http://evaeempuy.blogspot.com/2011/02/karya-ilmiah_28.html [Diakses pada 2 maret 2015]

http://rifarts.blogspot.com/2013/11/pentingnya-pemakaian-eyd-dalam-setiap.html [Diakses

pada 2 maret 2015]

http://muhammadfahliadi.blogspot.com/2013/09/pengertian-ejaan.html [Diakses pada 2

maret 2015]