SEJARAH LOGIKA

23
SEJARAH LOGIKA Makalah Ini ditujukan Sebagai Tugas pada Matakuliah “Mantiq” Disusun Oleh: Muhtarom PAI 5A Program Study Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah INSTITUT AGAMA ISLAM SUNAN GIRI i

Transcript of SEJARAH LOGIKA

Page 1: SEJARAH LOGIKA

SEJARAH LOGIKA

Makalah Ini ditujukan Sebagai Tugas pada Matakuliah

“Mantiq”

Disusun Oleh:

Muhtarom

PAI 5A

Program Study Pendidikan Agama Islam

Fakultas Tarbiyah

INSTITUT AGAMA ISLAM SUNAN GIRI

PONOROGO

2014

i

Page 2: SEJARAH LOGIKA

HUBUNGAN MASYARAKAT

Makalah Ini ditujukan Sebagai Tugas pada Matakuliah

“Tafsir Tarbawi”

Disusun Oleh:

Muhtarom

Dosen Pengampu:

NURUL MALIKAH, M.PD

Program Study Pendidikan Agama Islam

Fakultas Tarbiyah

INSTITUT AGAMA ISLAM SUNAN GIRI

PONOROGO

2014

ii

Page 3: SEJARAH LOGIKA

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam yang telah menciptakan

bumi seisinya untuk dipelihara dan digunakan manfaatnya dengan sebaik-baiknya,

serta menjadikan manusia makluk yang sempurna untuk berfikir dan berkembang

lebih maju sehingga penulis dapat menyelasaikan penulisan makalah ini.

Sholawat salam senantiasa tersanjungkan kepada junjungan kita Nabi

agung Muhammad SAW. Yang senantiasa diharapkan syafaat darinya besok

dihari pembalasan.

Makalah ini disusun sebagai tugas untuk memenuhi persyaratan dalam

mengikuti proses belajar pada mata kuliah Mantiq yang diampu oleh Ibu Nurul

Malikah yang setia mendampingi dan membimbing kami dalam proses belajar.

Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

dosen pembimbing yang telah memberi motivasi dan pengarahan dalam

melaksanakan tugas ini.

Pada akhirnya hanya kepada Allah lah penulis berserah diri dan berharap

semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada

umumnya.

Ponorogo, 20 April 2014

Penulis

DAFTAR ISI

iii

Page 4: SEJARAH LOGIKA

HALAMAN SAMPUL…………………………………………………….........i

HALAMAN JUDUL……………………………………………………….........ii

KATA PENGANTAR…………………………………………………………...iii

DAFTAR ISI…...….………………………………………………………..........iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………..………..1

B. Rumusan Masalah…………………………………………………………1

C. Tujuan……………………………………………………………………..1

BAB II PEMBAHASAN

A. Arti dan sejarah singkat logika………………………………………

B. Prinsip-Prinsip Dasar Logika………………………………………..

C. Arti Ilmu dan Pikiran dalam logika…………………………………

D. Asas-asas pemikiran…………………………………………………..

E. Cara mendapatkan kebenaran dan pembagian logika……………

F. Manfaat Logika………………………………………………………

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………………............10

B. Saran………………………………………………………………..…….11

DAFTAR PUSTAKA

iv

Page 5: SEJARAH LOGIKA

BAB II

PEMBAHASAN

A. Arti dan sejarah singkat logika

Logika adalah bahasa latin yang berasal dari kata ‘logos’ yang berarti

perkataan atau sabda. Istilah lain yang digunakan sebagai gantinya adalah

mantiq, kata arab yang diambil dari kata kerja nataqa yang berarti berkata atau

berucap. Dalam bahasa sehari- hari sering mendegar kata logis dan tidak logis.

Yang dimaksud logis adalah masuk akal , dan tidak logis adalah sebaliknya.

dalam buku Logic and Language of Education, mantiq disebut sebagai

“penyelidikan tentang dasar-dasar dan metode-metode berpikir benar”.

Sedangkan dalam kamus Munjid disebut sebagai “hukum yang memelihara hati

nurani dari kesalahan dalam berpikir”. Prof. Thalib Thahir A. Mu’in membatasi

dengan “ilmu untuk menggerakkan pikiran kepada jalan yang lurus dalam

memperoleh suatu kebenaran”. Sedangkan Irving M.Copi menyatakan,

“Logika adalah ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum

yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran

yang salah”.

Kata logika rupa-rupanya dipergunakan pertama kali oleh Zeno dari

Citium. Kaum Sofis, Socrates dan plato harus dicatat sebagai perintis lahirnya

logika. Logika lahir sebagai ilmu atas jasa Aristoteles ,Theoprostus dan kaum

Stoa. Aristoteles meninggalkan enam buah buku yang oleh murid-muridnya

diberi nama Organon. Buku tersebut diantaranya adalah :

1. Categoriae menguraikan pengertian-pengertian

2. De interpretatione tentang keputusan-keputusan

3. Analytica Posteriora tentang pembuktian

4. Analytica Priora tentang Silogisme

5. Topica tentang argumentasi dan metode berdebat

6. De sohisticis elenchis tentang kesesatan dan kekeliruan berpikir

v

Page 6: SEJARAH LOGIKA

Theoprostus mengembangkan logika Aristoteles ini, sedangkan kaum Stoa

mengajukan bentuk-bentuk berfikir yang sistematis. Buku-buku inilah yang

menjadi dasar logika tradisional. Pada masa penerjemahan ilmu-ilmu Yunani

kedalam dunia Arab yang dimulai pada abad II Hijriah logika merupakan bagian

yang amat menarik minat kaum muslimin. Selanjutnya logika dipelajari secara

meriah dalam kalangan luas, menimbulkan berbagai pendapat dalam

hubungannya dalam masalah agama. Ibnu Sholeh dan Imam Nawawi

menghukumi haram mempelajari mantiq sampai mendalam. Al-Ghozali

menganjurkan dan menganggap baik, sedangkan menurut jumhur ulama

membolehkan bagi orang-orang yang cukup akalnya dan kokoh imannya.

Filusuf Al-Kindi, mempelajari dan menyilidiki logika Yunani secara khusus dan

studi ini dilakukan lebih mendalam oleh Al-Farabi. Ia mengadakan penyelidikan

mendalam atas lafal dan menguji kaidah-kaidah mantiq dalam proposisi-

proposisi kehidupan sehari-hari untuk membuktikan benar salahnya, merupakan

suatu tindakan yang belum pernah dilakukan sebelumnya.

Selanjutnya logika mengalami masa dekadensinya yang panjang. Logika

menjadi sangat dangkal dan sederhana sekali. Masa itu dipergunakan buku-buku

logika seperti Isagoge, dari Porphirius, Fons Scientie dari John Damascenus,

buku-buku komentar logika dari Bothius, buku sistematisasi logika dari Thomas

Aquinas, kesemuanya mengembangkan logika Aristoteles.

Pada abad XIII sampai dengan abad XV tampillah Petros Hispanus, Roger

Bacon, Raindus Lullus dan Wilhelm Ocham mengetengahkan logika yang

berbeda sekali dengan metode Aristoteles yang kemudian kita kenal dengan

logika modern. Raidus Lullus mengemukakan metode baru logika yang disebut

Ars Magna, semacam Aljabar pengertian dengan maksud membuktikan

kebenaran-kebenaran tertinggi. Penemuan-penemuan baru pada abad XVII dan

XVIII ketika Prancis Bacon mengembangkan metode induktif, ia menyusun

buku Novum Organum Scientiarum. W. Leibnitz menyusun logika Aljabar untuk

membikin sederhana pekerjaan akal serta memberi kepastian. Emanuel Kant

menemukan logika transidental (logika yang menyelidiki bentuk-bentuk

pemikiran yang mengatasi batas pengalaman). Pada abad XIX logika dipandang

vi

Page 7: SEJARAH LOGIKA

sebagai sekedar peristiwa psikologis dan metodis seperti yang diajarkan oleh W.

Wund, J. Dewey dan M. Baldiwin. Nama-nama seperti George Boole, Bertrand

Rusel dan G. frege harus dicatat sebagai tokoh yang banyak berjasa dalam

kehidupan logika modern.

Jonh stuact miil (1806-1873) dengan karyanya system of  logic berharap

dan berkeyakinan bahwa jasa metodehnya bagi logika induktif sama besarnya

dengan aris toteles bagi logika deduktif. Rumusan metode induktif  J.S. Mill

dimaksudkan untuk menemukan hubungan kausal antara fenomena (gejala). Mill

merumuskan sebab (kausal) suatu kejadian sebagai seluruh jumlah kondisi positif

dan negative Yang di perlukan. Metodenya adalah:

1. Method of agreement: metode mencocokkan

Sebab di simpulkan dari adanya kecocokan sumber kejadian. Misalnya

semua anak yang sakit perut membeli es sirup yang di jual di depan sekolah, maka

es sirup itu yang menjadi sebab sakit perut mereka.

2. Method of difference: metode membedakan

Sebab di simpulkan dari adanya kelainan dalam peristiwa yang terjadi.

Misalnya: seorang A yang sakit perut mengatakan telah makan sop buntut, nasi,

rendang, dan buah dari kaleng. Sedangkan B yang tidak sakit perut mengatakan

telah makan sop buntut, nasi, dan rendang. Maka di simpulkan bahwa buah dari

kaleng yang menyebabkan sakit perut[16] .

3. Joint Method Of Agreement And Difference: Mitode ini mencocokkan dan

membedakan. Metode ini gabungan dari metode satu dan dua.

4. Method Of Concomitant Variations: Metode Perubahan Selang Saling

Yang Seiring.

Metode ini merupakan pembaruan dari ketiga metode diawal dan dalam

penggunaannya luas. Apabila ketiga metode diatas bersifat kualitatif, sedangkan

metode perubahan selang seling yang seiring dapat disebut sebagai metode

kuantitatif pertama dari penyimpulan induktif.

vii

Page 8: SEJARAH LOGIKA

5. Method Of residues: Metode Menyisakan

Metode ini dibcarakan / dapat dikatakan deduktif karena bertumpu kuat

pada hukum-hukum kausal yang sudah terbukti sebelumnya. Namun demikian

kendati terdapat premis-premis yang berupa hukum-hukum kausal.

Kesimpulannya metode ini sifatnya probable dan tidak dapat di deduksikan secara

sah dari premis-premisnya[17].

            Hendry Newman juga memberikan jasa pada pemikiran tentang logika

dalam karyanya Essay In Aid Of Grammar Of Assent (1870) dalam bukunya

tersebut terdapat tiga macam bentuk pemikiran:

1. Formal Inference (bentuk pemikiran ini kesimpulan diambil dari premis-

premis yang dirumuskan dengan tajam menurut peraturan logika).

2. Informal Inrference (bentuk pemikiran ini merupakan sarana untuk

mengetahui benda-benda individual konkret ).

3. Natural Inference (bentuk ini adalah bentuk pemikiran kita sehari-hari).

 B. Prinsip-Prinsip Dasar Logika

Setiap ilmu pengetahuan didasarkan atas asas-asas atau prinsip-prinsip

dasar tertentu, asas atau prinsip dasar dalam ilmu adalah pernyataan-pernyataan

atau kebenaran-kebenaran yang sangat mendasar yang menjadi landasan bagi

berbagai (teori atau hukum) yang akan dikembangkan didalam ilmu yang

bersangkutan. Karena sifatnya sebagai dasar seperti itu, maka prinsip dasar harus

merupakan suatu kebenaran yang sudah jelas dengan sendirinya dan tidak perlu di

buktikan kebenarannya[23].

Prinsip dasar dalam logika adalah semua kebenaran yang dianggap benar

dalam logika. Semua pikiran harus didasarkan atas kebenaran itu agar penalaran

kita valid. Mehra dan Burhan menyebutkan bahwa prinsip-prinsip atau hukum-

hukum dalam logika dikemukakan oleh para pakar pikir dengan istilah yang

berbeda. Uberweg menyebutnya “Axioms of Inference” sedangkan Mill

menamainya “Universal Postulates of All Reasionings”[24].

viii

Page 9: SEJARAH LOGIKA

Menurut Aristoteles, prinsip dasar dalam logika itu ada tiga

jumlahnya, yaitu: (1) prinsip identitas (law of identity); (2) prinsip kontradiksis

(law of contradiction); dan (3) prinsip tiada jalan tengah (law of ecluded middle).

Tokoh filosofis modern Leibnitz menambahkan satu hukum lagi yaitu (4) prinsip

alasan yang mencukupi (law of suffient reason)[25]. Agar lebih jelas, berikut ini

paparannya secara singkat satu demi satu.

1. Prinsip Identitas (The principle of identity)

Aksioma pertama tersebut bunyi hukumnya adalah “suatu itu adalah suatu

itu” atau ”sesuatu itu adalah dirinya sendiri” atau “A=A”. “A” adalah merupakan

variabel yang dapat diisi oleh sembarang konstanta. Turunan atau konstantadari

variable “A” misalnya dapat berbunyi “Aku” maka akan berlaku: “Aku” adalah

“Aku” atau “Aku” adalah Diriku sendiri”[26].  

Dari prinsip diatas dapat diambil contoh seperti Allah SWT sebagai tuhan

sangat berbeda dengan tuhan-tuhan lain selain dirinya. Jadi dari contoh ini kita

dapat simpulkan bahwa bahwa Allah sebagai tuhan ummat islam tidak sama

dengan tuhan orang Hindu, Buda, Kristen dan lain-lain.

2.  Prinsip Nonkontradiksi (The Principle Of Noncontradiction)

Prinsip nonkontradiksi dapat dirumuskan sebagai berikut: ”Tiap-tiap hal

itu tidak dapat positif dan negatif dalam waktu yang bersamaan” atau lebih tegas

lagi: ”Pengakuan dan pengingkaran suatu pernyataan tidak mungkin keduanya

benar”. Ambillah contoh sederhana , tidak mungkin “Ahmad adalah mahasiswa”

dan “Ahmad adalah bukan mahasiswa” benar pada saat yang sama[27]. Kita

contohkan lagi tidak mungkin orang yang mencuri dikatakan lagi beriman kepada

Allah SWT.

Jelas pula, bahwa prinsip nonkontradiksi merupakan lanjutan logis dari

prinsip identitas yang sudah diuraikan. Karena tiap hal itu sama dengan

dirinya  sendiri, maka pernyataan kontradiktif tidak diizinkan karena justru

ix

Page 10: SEJARAH LOGIKA

mengaburkan identitas hal  tertentu. Karena itu prinsip yang kedua ini disebut

prinsip nonkontradiksi.

Prinsip nonkontradiksi juga langsung, analitis, dan jelas dengan sendirinya

sifatnya. Kita tidak membutuhkan trem pembanding (terminus medius, term

penengah) untuk membuktikannya cukup hanya mengerti akan arti ada dan tiada,

ada yang sebenarnya dan kemudian membandingkannya. Asal seorang masih

seorang manusia yang waras tentu (mau tidak mau) akan melihat kebenaran

mutlaknya[28]

3. Prinsip Tiada Jalan Tengah  (The Principle Of Excluded Middle)

Prinsip ini berbunyi, “Sesuatu haruslah negatif atau positif”. Rumusnya A

mestilah B atau bukan B. Pada dasarnya, dari hukum ini dapat ditarik suatu makna

bahwa suatu (benda) tidak mungkin memiliki dua sifat yang berlawanan. Sesuatu

(benda) hanya memiliki sifat salah satu di antaranya. Jevons mengatakan bahwa

dalam hukum ini tidak mungkin ada alternatif yang ketiga atau jalan tengah.

Jawabannya haruslah “ya” atau “tidak”[29].

4.  Prinsip Alasan Yang Mencukupi (The Principle Of suffient Reason)

Prinsip keempat ini dapat dianggap sebagai penegasan dan pelengkap

tehadap prinsip pertama, menurut prinsip identitas setiap sesuatu itu identik

dengan dirinya sendiri, nah dalam realitas kita kadang melihat proses perubahan ,

contoh daun asalnya hijau berubah kuning kemudian menjadi coklat, nah

bagaimana penjelasan perubah tersebut ? maka prinsip alasan yang mencukupi

menyatakan bahwa jika sesuatu berubah maka harus ada alasan yang mencukupi

yang dapat menerangkan perubahan tersebut. Misalnya , sebuah benda jatuh

kebumi karena ditarik oleh gaya tarik bumi dan benda lain kebetulan tidak ada

benda yang menahannya[30]

C. Arti Ilmu dan Pikiran dalam logika

Dalam bahasa Indonesia ilmu seimbang artinya dengan Science dan

dibedakan pemakaiannya secara jelas dengan kata “pengetahuan”. Dengan kata

x

Page 11: SEJARAH LOGIKA

lain ilmu dan pengetahuan mempunyai pengertian yang berbeda secara mendasar.

Pengetahuan adalah hasil dari aktifitas mengetahui yakni tersingkapnya suatu

kenyataan kedalam jiwa hingga tidak ada keraguan terhadapnya. harus berhati-

hati dalam menggunakan kata pengetahuan dan ilmu dari apa yang kita tangkap

dalam jiwa. Pengetahuan sudah puas dengan menangkap tanpa ragu kenyataan

sesuatu, sedangkan ilmu menghendaki penjelasan lebih lanjut dari sekedar apa

yang dituntut oleh pengetahuan.

Dalam pengetahuan modern dikenal pembagian ilmu atas kelompok ilmu A

Pasteriori, dasn kelompokilmu a Priori. Ilmu A Pasteriori adalah ilmu

pengetahuan yang kita peroleh dari pengalaman indrawi seperti ilmu kimia, alam,

hayat, kesehatan dan semua ilmu yang bersumber pada pengalaman. Sedang ilmu

a Priori adalah ilmu-ilmu yang tidak kita peroleh dari pengalaman dan percobaan,

tetapi bersumber pada akal itu sendiri. Kebenaran ilmu ini tidak dapat ditemukan

dan dikembalika kepada data empiris sebagai mana ilmu-ilmu A Pasteriori,

melainkan kepada akal.semua ilmu yang tidak bergantung kepada pengalaman

dan ekjusperimen termasuk dalam kelompok ini termasuk juga logika.

Psikologi mempelajari pikiran dan kerjanya tanpa menyinggung sama

sekali urusan benar salah. Sebaliknya urusan benar dan salah menjadi masalah

pokokdalam logika. Logika tidak mempelajari cara berfikir dari semua ragamnya,

tetapi pemikiran dalam bentuk yang paling sehar dan praktis. Banyak jalan

pemikiran dipengaruhi oleh keyakinan, pola berfikir kelompok, kecenderungan

pribadi, pergaulan dan sugesti. Ada juga pemikiran pemikiran yang diungkapkan

dengan argument yang secara selintas kelihatan benar untuk memutarbalikkan

kenyataan dengan tujuan memperoleh keuntungan pribadi maupun golongan.

Logika menyelidiki, menjaring dan menilai pemikiran dengan cara serius dan

terpelajar serta bertujuan mendapatkan kebenaran, terlepas dari segala

kepentingan dan keinginan perorangan. Ia merumuskan serta menerapkan hokum-

hukum dan patokan-patokan yang harus ditaati agar manusia dapat berfikir benar,

efisien dan teratur. Dengan demikian ada dua obyek penyelidikan logika, pertama,

pemikiran sebagai obyek material dan kedua, patokan-patokan atau hukum-

hukum berfikir benar dengan sebagai obyek formalnya.

xi

Page 12: SEJARAH LOGIKA

D. Asas-asas pemikiran

Dalam aktivitas berpikir tidak boleh melalaikan patokan pokok yang oleh

logika disebut asas berpikir. Asas pemikiran adalah pengetahuan dimana

pengetahuan lain muncul dan di mengerti. Kapasitas asas ini bagi kelurusan

berpikir adalah mutlak, dan salah benarnya suatu kebenaran suatu pemikiran

tergantung terlaksana tidaknya asa-asas. Ia adalah dasar daripada pengetahuan dan

ilmu.Asas pemikiran ini dapat dibedakan menjadi:

1. Asas identitas

Ia adalah dasar dari semua pemikiran dan bahkan asas pemikiran yang

lain. Kita tidak mungkin dapat berpikir tanpa asas. Prinsip ini mengatakan bahwa

sesuatu itu adalah dia sendiri bukan lainnya. Jika kita mengetahui bahwa sesuatu

itu Z maka ia adalah Z dan bukan A atau B. bila kita beri rumusan akan berbunyi:

“Bila proposisi itu benar maka akan membuat benarlah ia”.

2. Asas kontradiksi

Prinsip ini mengatakan bahwa pengingkaran sesuatu tidak mungkin sama

dengan pengakuannya,. Jika ia mengakui bahwa sesuatu itu bukan A maka tidak

mungkin pada saat itu ia adalah A, sebab realitas ini hanya satu sebagaimana

disebut oleh asas identitas.

3. Asas penolakan kemungkinan ketiga

Asas ini mengatakan bahwa antara dua pengakuan dan pengingkaran

kebenarannya terletak pada salah satunya. Pengakuan dan pengingkaran

merupakan pertentangan mutlak, karena itu disamping tidak mungkin benar

keduanya juga tidak mungkin salah keduanya. Jika dirumuskan akan berbunyi

”Suatu proposi selalu dalam keadaan benar atau salah”.

E. Cara mendapatkan kebenaran dan pembagian logika

Ada dua cara berpikir yang dapat kita gunakan untuk mendapatkan

pengetahuan baru yang benar, yaitu melalui metode induksi dan deduksi. Induksi

adalah cara berpikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat umum dari kasus-

kasus yang bersifat individual. Penalaran ini dimulai dari kenyataan-kenyataan

xii

Page 13: SEJARAH LOGIKA

yang bersifat khusus dan terbatas diakhiri dengan pertanyaan yang bersifat

umum.

Contohnya: “Besi dipanaskan memuai”.

“Seng dipanaskan memuai”.

Cara penalaran ini mempunyai dua keuntungan. Pertama, kita dapat

berpikir secara ekonomis. Untuk mendapatkan pengetahuan bahwa: semua logam

memuai bila dipanaskan, kita tidak usah membuat penyelidikan terhadap setiap

logam, tetapi cukup sebagian daripadanya. Kedua, pernyataan yang dihasilkan

melalui cara berpikir induksi tadi memungkinkan proses penalaran selanjutnya,

baik secara induktif maupun secara deduktif. Sedangkan deduksi adalah kegiatan

berpikir merupakan kebalikan dari penalaran induksi. Deduksi adalah cara

berpikir dari pernyataan yang bersifat umum, menuju kesimpulan yang bersifat

khusus. Dengan penalaran deduktif kita mendapat pengetahuan yang terpercaya.

Jadi antara penalaran induksi dan deduksi mempunyai hubungan sangat erat.

Logika dapat disistematiskan menjadi beberapa golongan. Dilihat dari segi

kualitasnya, Mantiq/Logika dapat dibedakan menjadi Logika Naturalis yaitu

kecakapan berlogika berdasarkan kemampuan akal bawaan manusia. Akal

manusia yang normal dapat bekerja secara spontan sesuai hukum-hukum logika

dasar. Bagaimanapun rendahnya inteligensi seorang ia dapat membedakan bahwa

sesuatu itu adalah berbeda dengan sesuatu yang lain, dan bahwa dua kenyataan

yang bertentangan tidaklah sama. Kemampuan berlogika naturalis pada tiap-tiap

orang berbeda-beda tergantung tingkatan pengetahuannya.

Untuk mengatasi yang tidak dapat ditanggulangi oleh Mantiq al-Fitri,

manusia menyusun hukum-hukum patokan-patokan, rumus-rumus berpikir lurus.

Logika ini disebut Logika Artifisialis atau Logika Ilmiah (Mantiq As-Suri) yang

bertugas membantu mantiq al-Fitri. Mantiq ini memperhalus, mempertajam serta

menunjukkan jalan pemikiran agar akal dapat bekerja lebih teliti, efisien, mudah

dan aman. Dilihat dari metodenya dapat dibedakan atas Logika Tradisonal

(Mantiq al-Qadim) dan Logika Modern (Mantiq al-Hadis).

Logika tradisional adalah Logika Aristoteles, dan Logika daripada Logikus

yang lebih kemudian, tetapi masih mengikuti sistem Logika Aristoteles. Para

xiii

Page 14: SEJARAH LOGIKA

logikus setelah Aristoteles tidak membuat perbahan atau mencipta sistem baru

dalam Logika kecuali hanya membuat komentar yang menjadikan Logika

Aristoteles lebih elegant dengan sekedar mengadakan perbaikan-perbaikan dan

membuang hal-hal yang tidak penting dari Logika Aristoteles. Logika modern

tumbuh dan dimulai pada abad XIII.

F. Manfaat Logika

Keseluruhan informasi keilmuan merupakan suatu sistem yang bersifat

logis, karena itu science tidak mungkin melepaskan kepentingannya terhadap

Logika. Logika membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat dan teratur untuk

mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan. Dalam segala aktivitas

berpikir dan bertindak, manusia mendasarkan diri atas prinsip ini. Logika

menyampaikan kepada berpikir benar, lepas dari berbagai prasangka emosi dan

keyakinan seseorang, karena itu ia mendidik manusia bersikap obyektif tegas dan

berani, suatu sikap yang dibutuhkan dalam segala suasana dan tempat.

Secara singkat manfaat logika dapat dikategorikan sebagai berikut :

1. Logika dapat digunakan untuk menjelaskan atau menyatakan prinsip-prinsip

abstrak yang dapat dipakai dalam berbagai ilmu pengetahuan.

2. Logika dizaman sekarang dapat digunakan sebagai alat untuk membedakan

hal yang benar dari yang palsu.

3. Logika dapat meningkatkan intelektual cara berpikir kita dalam menanggapi

suatu permasalahan.

4. Logika membuat kita terlepas dari hal-hal yang dapat membuat kita keliru

entah itu emosi atau prasangka.

5. Logika juga dapat membantu kita untuk berpikir lurus tentang suatu hal atau

biasa disebut dengan kritis.

xiv