Sejarah Desa Keliki

10
DESA ADAT KELIKI KECAMATAN TEGALLALANG, KABUPATEN GIANYAR A. LETAK GEOGRAFIS DESA KELIKI Secara geografis, Desa Keliki merupakan bagian dari wilayah kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. Desa Keliki merupakan desa yang bisa terbilang sulit dijangkau, karena darimanapun kita mengakses desa ini selalu bertemu dengan jembatan. Hal tersebut seperti pembatas bagi masuknya orang-orang asing ke desa ini. Gambar Wilayah Desa Adat Keliki Dilihat dari letaknya, Desa Keliki berbatasan dengan : Utara : Desa Kelusa 1

description

Mendeskripsikan tentang sejarah Desa Keliki, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar.

Transcript of Sejarah Desa Keliki

Page 1: Sejarah Desa Keliki

DESA ADAT KELIKI

KECAMATAN TEGALLALANG, KABUPATEN GIANYAR

A. LETAK GEOGRAFIS DESA KELIKI

Secara geografis, Desa Keliki merupakan bagian dari wilayah kecamatan

Tegallalang, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. Desa Keliki merupakan desa yang

bisa terbilang sulit dijangkau, karena darimanapun kita mengakses desa ini selalu

bertemu dengan jembatan. Hal tersebut seperti pembatas bagi masuknya orang-

orang asing ke desa ini.

Gambar Wilayah Desa Adat Keliki

Dilihat dari letaknya, Desa Keliki berbatasan dengan :

Utara : Desa Kelusa

Barat : Payangan

Selatan : Ubud

Timur : Tegallalang

Sebagian besar penduduk Desa Keliki memiliki mata pencaharian sebagai

petani, karena sebagian besar lahan desa ini terdiri atas sawah dan tegalan.

1

Page 2: Sejarah Desa Keliki

Namun, di Desa ini sangat terkenal dengan kreativitas pemuda-pemuda yang

memiliki bakat melukis. Dewasa ini banyak turis mancanegara yang berniat

berkunjung ke Desa Keliki untuk melihat hasil karya-karya pemuda Desa Keliki

ini. Bahkan, dengan besarnya potensi bakat pemuda Desa Keliki, dibuatlah

sekolah “Painting” oleh salah satu tokoh masyarakat di desa ini untuk mewadahi

bakat-bakat pemuda untuk melukis aspirasinya.

Desa Keliki memiliki luas lahan sekitar 30 hektar dengan jumlah

penduduk kurang lebih sebanyak 3296 jiwa. Desa ini terbagi menjadi 4 banjar

secara adat dan 7 banjar secara dinasnya.

B. SEJARAH DESA KELIKI

Informasi mengenai sejarah Desa Adat Keliki ini bersumber dari Lontar

Bali Tatwa dan Prasasti pendukung lainnya. Menurut salah satu penglingsir yang

ada, sejarah Desa Adat Keliki tidak terlepas dari perjalanan Dharma di Bali.

Awalnya, saat perjalanan Ida Padanda Sakti Bawu Rauh atau yang lebih

dikenal dengan Rsi Markandya tiba di Payogan. Beliau tepatnya tiba di Pura

Payogan Agung yang dekat dengan jalan Pura Gunung Lembah. Beliau

melanjutkan perjalanan ke utara dan melihat tanah yang tidak rata. Karena bentuk

tanahnya yang tidak rata tersebut, maka daerah tersebut diberi nama Bangkiang

Sidem.

Perjalanan dilanjutkannya kembali menuju utara dan Beliau melihat

tempat yang ditumbuhi oleh satu jenis tumbuhan saja yang begitu lebat.

Tumbuhan tersebut merupakan jenis tumbuhan “Jarak Bang”. Melihat jenis

tumbuhan yang tumbuh di daerah tersebut, maka Beliau berkeinginan untuk

memberikan nama pada daerah tersebut dengan nama “KELIKI”. Kata tersebut

diambil dari bahasa Jawa yang berarti pohon jarak. Sejak saat itulah, daerah

tersebut sekarang bernama “Desa Adat Keliki”.

Di bagian hulu Desa Keliki, Rsi Markandaya menemukan cahaya atau

sinar. Setelah ditelusuri, sinar tersebut berasal dari pantulan sebuah batu.

Kemudian batu tersebut dilinggihkan di hulu Desa Keliki yang sekarang menjadi

pelinggih Ratu Lingsir yang berada di depan Pura Desa.

2

Page 3: Sejarah Desa Keliki

Perjalanan selanjutnya, nama Desa Keliki yang berasal dari nama pohon

jarak tersebut disebutkan oleh rakyat Desa Mengwi utamanya oleh Raja Mengwi

bahwa di Desa Keliki ada salah satu rakyatnya menjadi pengurus warga Pasek

Gelgel yang menjalankan titah dari Raja Mengwi. Keberadaan Desa Keliki

sungguh mengagumkan dan tanahnya sangat baik dan cocok untuk digunakan

bercocok tanam. Berdasarkan hal tersebut, warga Pasek Gelgel yang menjadi

rakyat Desa Keliki meminta kepada Raja Mengwi agar bersedia kiranya

membuatkan bendungan di Desa keliki agar mereka bisa bercocok tanaman padi.

Permintaan tersebut akhirnya dikabulkan oleh Raja Mengwi, dan dibuatlah

bendungan yang terletak di tengah-tengah desa.

Raja Mengwi mengutus rakyatnya untuk membantu membuat bendungan

yang akan dibangun di Desa Keliki. Tetapi, rakyat yang diperintahkan mendapat

kesulitan karena hal tersebut rakyatnya dijuluki “panjak telung blulang bedah”

yang berarti rakyat yang tidak tahu apa-apa. Rakyat yang diutus tersebut

semuanya membawa bekal berupa ketupat yang dibuat dari janur. Selain itu pula,

Raja Mengwi mempersembahkan 2 ekor kambing jantan yang diharapkan bisa

dipelihara di daerah bendungan yang sedang dibuat tersebut.

Dikarenakan semua rakyat yang diutus untuk membangun bendungan

tersebut merasa kesulitan, mereka melihat banyak sampah janur bekas ketupat

yang telah mereka habiskan dan juga bekas kotoran kambing yang diberikan oleh

Raja Mengwi tersebut. Maka, munculah inisiatif mereka untuk menggunakan

bekas janur ketupat tersebut dan kotoran kambing untuk bahan membangun

bendungan tersebut.

Berdasarkan hal tersebut, setelah bendungan yang dibangun tersebut

selesai kemudian dinamakanlah “Bendungan Tain Kambing”. Karena air

bendungan tersebut digunakan untuk mengairi sawah, maka diberikan nama

“Subak Tain Kambing”. Karena bendungan tersebut berbahan janur bekas ketupat,

maka sejak itu seluruh rakyat Desa Keliki dilarang menjual atau berdagang

ketupat yang berbahan dari janur.

Seiring berjalannya waktu, bendungan tersebut semakin berfungsi dan

membuat Desa Keliki menjadi semakin baik dan asri. Kemudian didengarlah hal

tersebut oleh Raja Gianyar yang bernama I Dewa Manggis Kuning. Beliau

3

Page 4: Sejarah Desa Keliki

menginginkan agar Desa Keliki menjadi bagian dari daerah Gianyar. Segeralah

Beliau mengutus I Dewa Gde Rai Aji yang mengurus daerah Selat Beng Gianyar

untukmemerangi dan melawan rakyat Desa Keliki agar mereka mau menjadi

bagian daerah Gianyar.

Tahun 1768 Masehi, datanglah I Dewa Gde Rai Aji didampingi oleh 40

orang prajurit perang ke Desa Keliki. Perjalanan mereka berhenti sejenak di

daerah Gunung Kila, yang terletak di sebelah timur Desa Keliki untuk memohon

petunjuk kepada Ida Bhatara yang ada disana agar perjalanan mereka berhasil dan

membuahkan hasil yang baik. Di tempat tersebutlah, kemudian I Dewa Gde Rai

Aji menerima petunjuk agar memakai obor sebagai sarana perang di Desa Keliki.

Obor tersebut diikat dan memiliki dua tanggu. Tanggu yang pertama berada di

Pura Gunung Kila dibawa oleh I Dewa Gde Rai Rai Aji dan tanggu yang kedua

berada di Banjar Kelabang Moding dibawa oleh salah seorang prajuritnya. Obor

tersebut dibawa beriring dan diikuti oleh para prajuritnya mengitari Desa Keliki.

Pasukan I Dewa Gde Rai Aji mendapat bantuan dari rakyat Desa Tegallalang dan

semakin banyaklah pasukan yang membuat rakyat Desa Keliki menjadi takut. Dan

para rakyat Pasek Gelgel yang diutus oleh Raja Mengwi yang masih berada di

Desa Keliki melarikan diri mengungsi dan menyelamatkan diri. Karena mereka

tidak ikut berperang, mereka begitu saja mau menyerahkan diri kepada pasukan I

Dewa Rai Aji dan mereka diberikan tempat berlindung di daerah yang bernama

Padukahan (sekarang Desa di sebelah timur Masceti) sebagai imbalannya mereka

harus setia menjadi abdinya. Karena rakyat Desa Keliki yang melawan berperang

hanya sedikit, maka dengan mudah bisa dikuasai dan sejak itulah Desa Keliki

kemudian menjadi bagian dari Kabupaten Gianyar.

C. FILOSOFI DAN KEUNIKAN DESA KELIKI

Bercerita mengenai Desa Adat Keliki di berbagai wilayah, terdapat

beberapa bagian banjar di desa ini yaitu Banjar Triwangsa yang berasal dari 3

wangsa yang berbeda, Banjar Keliki yang berasal dari warga yang paling berperan

sehingga disebut Banjar Gede, Banjar Pacung yang berasal dari kumpulan para

warga Roban di desa pakraman, dan Banjar Salak yang berasal dari kumpulan

4

Page 5: Sejarah Desa Keliki

para warga Undagi. Batas-batas banjar di Desa Keliki tidak teratur karena tempat

mereka tinggal tidak sesuai dengan sesama jenis pengemponnya.

Desa Keliki sebagai salah satu bagian dari Kabupaten Gianyar yang

merupakan wilayah kota seni merupakan penyumbang aspirasi seni yang cukup

terkenal. Masyarakat di Desa Keliki pada umumnya bergelut di bidang seni lukis

dan kerajinan tangan (handicraf).

Sebagai salah satu desa yang memiliki karakteristik tersendiri, Desa Keliki

memiliki lambang desa yang mempunyai maknanya sendiri. Berikut gambar

lambang Desa Keliki.

Gambar Lambang Desa Keliki

Makna Lambang :

1. Bentuk lambang memiliki 5 sudut sebagai lambang Pancasila sebagai Dasar

Negara Republik Indonesia yang selalu menjadi pedoman adat.

2. Padma Ngelayang Asta Dala yang berisi gambar Ongkara sebagai lambang

Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai atman jagat.

3. Pantun dan Kapas sebagai lambang larapan gemuh landuh.

4. Rantai empat berarti Desa Keliki diusung oleh empat banjar.

5

Page 6: Sejarah Desa Keliki

5. Pita atau sabuk sebagai lambang pengikat warga desa agar menjadi satu

menuju kesukertaan jagat.

6. Kendi Manik yang dilengkapi dengan sayap berarti sebagai lambang tempat

tinggal warga desa agar bisa terbebas dari segala bahaya.

7. Motto Desa Adat Keliki yang selalu diusung “UDYOGA SEWAKA

SUBHIKSA” yang berarti warga desa berusaha mengajegkan kesukertaan.

Sebagai salah satu desa yang diempon oleh 4 banjar, Desa Keliki tentu

memiliki karakteristiknya sendiri dalam adat kesakralan. Kesakralan adat yang

membuat Desa Adat Keliki ini berbeda dari desa lainnya adalah terlihat dari

odalan yang dilaksanakan di Pura Dalem. Di Desa Keliki, odalan yang

dilaksanakan setiap 6 bulan di Pura Dalem ini hanya boleh dilakukan sehari saja

dan harus sudah nyimpen sesudah pukul 12 malam dan sebelum pukul 3 pagi. Hal

tersebut dikarenakan Sesuhunan yang melinggih di Pura Dalem dalam istilah

bahasa Balinya “ten dados suwe ring jagat”, sehingga rakyat Desa Keliki harus

melaksanakan hal tersebut.

Selain hal tersebut, di Desa Keliki ini juga pantang melaksanakan

Calonarang. Hal tersebut dikarenakan bila diadakan Calonarang di desa ini, maka

akan terjadi grubug massal yang membuat warga menderita secara berkelanjutan.

Ratu Sesuhunan Pura Dalem tidak berkenan dengan hal tersebut dan dapat

menyebabkan banyak kematian.

Berbagai pantangan tersebut harus dipatuhi dan ditaati oleh seluruh warga

Desa Keliki. Bahkan, bila dilihat dari sejarah bendungan yang ada di Desa Keliki

bahwa dilarang menjual atau berdagang ketupat yang berbahan pembungkus

janur, rakyat Desa Keliki senantiasa menaatinya dan terciptalah keadaan yang

harmonis dan berkesinambungan di desa ini.

Dilihat dari kebanyakan tata letak banjar di hampir seluruh desa yang ada

di Bali, desa Keliki memiliki letak dan susunan yang tersendiri. Setiap banjar

yang ada di desa Keliki tidak memisahkan diri menjadi satu kelompok

berdasarkan banjarnya, tetapi bercampur dan terkesan “mekladukan”. Seperti

misalnya kita banjar Keliki, tetapi di sebelah utara rumah kita belum tentu banjar

Keliki juga, dia bisa banjar Pacung dan rumah di sebelah selatan rumah kita bisa

6

Page 7: Sejarah Desa Keliki

juga banjar Salak seperti itu. Hal tersebut sering membuat bingung orang-orang

yang mencari informasi rumah seseorang dengan menunjukkan alamat banjar,

karena tata letak banjar di Desa Keliki bercampur dan akan sulit bila orang asing

berkunjung mencari alamat orang desa Keliki.

7