BAB III SETTING LOKASI PENELITIAN 3.1 Sejarah …eprints.umm.ac.id/46966/4/BAB III.pdf45 BAB III...

55
45 BAB III SETTING LOKASI PENELITIAN 3.1 Sejarah Desa Genilangit Desa Genilangit dahulunya adalah hutan rimba yang hanya dihuni beberapa rumah tangga dengan mata pencaharian bertani/berladang secara nomaden atau berpindah-pindah dan beternak sapi. Pada suatu waktu di dalam hutan atau orang desa biasa menyebut Bedengan masyarakat menemukan sekelompok orang berjumlah 11 yang terdiri dari 2 orang laki- laki dan 9 orang perempuan. Salah seorang laki-laki dari kelompok itu bernama Ki Malang Yudho dan yang satunya adalah patihnya. Sedangkan salah satu perempuan adalah istri dari Ki Malang Yudho dengan 8 orang dayang-dayang. Kelompok ini sedang membuka lahan untuk bertempat tinggal. Di prakarsai oleh Ki Malang Yudho mereka membuka lahan yang masih berupa hutan rimba. Ki Malang Yudho selama hidup sangatlah bermasyarakat dan baik hingga masyarakat mempercayainya sebagai pemimpin desa. Karakter kuat yang ada pada diri Ki Malang Yudho dianut dan ditiru sebagai bentuk hubungan antara pemimpin dan anggota yang terjalin dengan baik. Penanaman nilai dan norma dilakukan Ki Malang Yudho untuk membentuk masyarakat yang kuat. Keterbukaan, kejujuran dan saling percaya satu sama lain adalah hal pokok yang ditanamkan Ki Malang Yudho dalam memimpin desa Genilangit.

Transcript of BAB III SETTING LOKASI PENELITIAN 3.1 Sejarah …eprints.umm.ac.id/46966/4/BAB III.pdf45 BAB III...

45

BAB III

SETTING LOKASI PENELITIAN

3.1 Sejarah Desa Genilangit

Desa Genilangit dahulunya adalah hutan rimba yang hanya dihuni

beberapa rumah tangga dengan mata pencaharian bertani/berladang secara

nomaden atau berpindah-pindah dan beternak sapi. Pada suatu waktu di

dalam hutan atau orang desa biasa menyebut Bedengan masyarakat

menemukan sekelompok orang berjumlah 11 yang terdiri dari 2 orang laki-

laki dan 9 orang perempuan. Salah seorang laki-laki dari kelompok itu

bernama Ki Malang Yudho dan yang satunya adalah patihnya. Sedangkan

salah satu perempuan adalah istri dari Ki Malang Yudho dengan 8 orang

dayang-dayang. Kelompok ini sedang membuka lahan untuk bertempat

tinggal. Di prakarsai oleh Ki Malang Yudho mereka membuka lahan yang

masih berupa hutan rimba.

Ki Malang Yudho selama hidup sangatlah bermasyarakat dan baik

hingga masyarakat mempercayainya sebagai pemimpin desa. Karakter kuat

yang ada pada diri Ki Malang Yudho dianut dan ditiru sebagai bentuk

hubungan antara pemimpin dan anggota yang terjalin dengan baik.

Penanaman nilai dan norma dilakukan Ki Malang Yudho untuk membentuk

masyarakat yang kuat. Keterbukaan, kejujuran dan saling percaya satu sama

lain adalah hal pokok yang ditanamkan Ki Malang Yudho dalam memimpin

desa Genilangit.

46

Suatu kejadian dimana Ki Malang Yudho sedang keliling desa

kearah timur dan tidak sengaja melihat kobaran api yang menyala ke atas

sampai setinggi langit. Ki Malang Yudho lalu menghampiri kobaran api

tersebut untuk melihatnya lebih dekat. Melihat api tersebut Ki Malang Yudho

bersabda dengan kalimat jawa yang sangat terkenal bagi masyarakat

Genilangit yakni “tlatah iki bakal rejo lan jaya yen dijenengi Genilangit”

yang berarti tempat/tanah ini akan ramai dan maju jika diberi nama

Genilangit. Sehingga setelah sabda Ki Malang Yudho terucap dan hingga

sekarang desa tersebut bernama Genilangit.

3.2 Luas Wilayah dan Sumber daya

Luas Wilayah Desa Genilangit menurut penggunaanya adalah

272,13 Ha. Lahan yang ada di desa ini dimanfaatkan untuk berbagai macam

keperluan dan kepentingan warga. Luas lahan yang diperuntukan sebagai

tanah sawah adalah seluas 33 Ha yang dibagi menjadi sawah irigasi teknis

seluas 30 Ha dan sawah irigasi ½ teknis seluas 3 Ha. Luas tanah kering di

desa ini adalah seluas 192 Ha. Luas lahan tersebut diperuntukan untuk ladang

sebanyak 136 Ha, pemukiman warga seluas 46 Ha, serta pekarangan seluas

10 Ha.

Luas lahan perkebunan di Desa Genilangit adalah seluas 35 Ha.

Lahan tersebut diperuntukkan sepenuhnya untuk perkebunan rakyat. Selain

itu terdapat lahan seluas 12,13 Ha yang diperuntukan untuk fasilitas umum

dan desa. Fasilitas desa tersebut diantaranya adalah tanah bengkok seluas

6,35 Ha yang dijadikan sebagai kas desa. Selain itu terdapat lapangan

47

olahraga seluas 0,68 Ha, perkantoran pemerintah seluas 0,63 Ha, tempat

pemakaman desa/umum seluas 0,22 Ha, bangunan sekolah/perguruan tinggi

seluas 0,86 Ha, pertokoan seluas 0,7 Ha, fasilitas pasar seluas 0,02 Ha, serta

jalan seluas 3,00 Ha.

Desa Genilangit, Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan banyak

memiliki potensi sebagai modal untuk pembangunan desa yang lebih baik.

Data-data yang diterima dari Kantor Desa Genilangit menjelaskan banyak

komoditas yang dikembangkan di Desa Genilangit ini, seperti halnya

Komoditas Pertanian, Komoditas Perkebunan, Komoditas Buah dan Sayur,

Komoditas Kehutanan, Komoditas Peternakan, Sumber Daya air, dan Potensi

Wisata. Ada pula beberapa komoditas atau Sumber Daya Alam yang sampai

saat ini belum benar-benar optimal diberdayakan. Hal ini terjadi dikarenakan

belum teratasinya berbagai hambatan dan tantangan yang ada.

a. Kondisi tanah di Desa Genilangit berupa Perbukitan, oleh karena itu

untuk akses pembukaan lahan sangat terkendala oleh kondisi geografis.

b. Adanya Objek Wisata berupa Taman Wisata dan Outbond sebagai sarana

wisata dan edukasi bernama Taman Wisata Genilangit atau Bendengan.

c. Adanya Objek Wisata Air Terjun Tirtosari.

d. Masyarakat Desa Genilangit banyak memiliki hewan sapi sebagai hewan

ternak.

e. Adanya kawasan hutan negara yang memisahkan Dusun Genilangit I dan

II dengan Dusun Wonomulyo dengan jalur yang berkelok-kelok serta

tanjakan yang curam dan berbahaya.

48

f. Memiliki banyak lahan perkebunan yang ditanami dengan labu siam

sebagai komoditas utama hasil sayur Desa Genilangit.

g. Memiliki sumber mata air yang dialirkan dengan pipa ke seluruh rumah

warga Desa Genilangit.

h. Adanya Situs Sejarah dan Museum yang dikelolah di Desa Genilangit

dan aktif beroperasi.

i. Desa Genilangit memiliki bahan galian berupa batu kali.

j. Genilangit memiliki sentra pembuatan Reog Ponorogo.

3.3 Karakteristik dan Keadaan GeografisDesa

Desa Genilangit adalah sebuah desa yang berada di dataran tinggi

Kabupaten Magetan. Desa ini terletak cukup jauh dari pusat Kabupaten

Magetan dan berada di kaki gunung yang mana masih memiliki banyak lahan

hijau dan untuk pertanian dan perkebunan. Melihat struktur alam yang

dimiliki dan digunakan oleh desa ini, tak heran jika mayoritas warga desa ini

memiliki mata pencaharian sebagai petani. Selain bertani, mayoritas warga

Desa Genilangit memilih bekerja sebagai peternak. Selain faktor alam,

kemampuan dan pengetahuan masyarakat desa yang belum terpengaruh oleh

globalisasi dan dilatarbelakangi oleh pendidikan yang masih rendah membuat

masyarakat desa ini mayoritas hanya bekerja sebagai petani dan peternak.

Wilayah Desa Genilangit termasuk wilayah yang sebagian

penduduknya bermata pencarian sebagai petani dan peternak. Kondisi tanah

yang ada di desa ini termasuk kategori tanah yang subur dengan tekstur

49

lempungan dan berwarna hitam. Desa ini memiliki tingkat kemiringan tanah

sebesar 15%. Hasil pertanian yang menjadi komoditas unggulan di desa ini

adalah tanaman jagung. Sedangkan hasil perkebunannya meliputi sayuran

seperti labu siam, kubis, bawang prei, singkong dll.

Desa Genilangit merupakan salah satu desa di Wilayah Kecamatan

Poncol, Kabupaten Magetan, Propinsi Jawa Timur. Desa ini terdiri atas 3

Dusun yaitu:

a. Dusun Genilangit 1 : 6 RT dan 1 RW

b. Dusun Genilangit 2 : 6 RT dan 1 RW

c. Dusun Wonomulyo : 8 RT dan 1 RW

Iklim di desa Genilangit sebagai berikut:

a. Curah Hujan : 2600,00 mm

b. Kelembapan : 38,00

c. Suhu rata-rata harian : 20,00 ˚C

d. Jumlah bulan hujan : 6,00 Bulan

e. Ketinggian wilayah :1100,00 mdpl

Jenis tanah, kesuburan dan tingkat erosi tanah:

a. Warna Tanah : Hitam

b. Tekstur Tanah : Lempungan

c. Tingkat Kemiringan Tanah : 15,00˚

d. Lahan Kritis : 0,00 Ha

e. Lahan Terlantar : 0,0 Ha

f. Lahan Erosi Ringan : 110,00 Ha

50

g. Lahan Erosi Sedang : 16,00 Ha

h. Lahan Erosi Berat : 0,00 Ha

3.4Potensi Setiap Dusun

Kondisi umum lingkungan sekarang ini memang sudah

mencemaskan. Di banyak tempat banyak ditemui tanah yang tidak produktif

dan bahkan sebagian tidak bisa dapat ditanami lagi. Selain itu juga banyak

air yang sudah tercemar dan sudah tidak layak minum. Banyaknya

kendaraan bermotor juga membuat kadar polusi di udara semakin meningkat

bahkan menyesakkan nafas. Parahnya lagi banyak hutan yang sudah gundul

akibat lemahnya kontrol dalam proses penebangan dan upaya reboisasi.

Melihat kondisi rumit tersebut berbanding terbalik dengan kondisi

desa Genilangit. Keadaan lingkungan yang masih terjaga dengan baik

menjadi potensi unggulan dari desa Genilangit. Hutan-hutan yang masih

terjaga dan kondisi tanah yang masih subur menjadi nilai lebih desa

Genilangit. Pemandangan alam pegunungan yang indah akan selalu

memanjakan mata masyarakat setiap harinya. Potensi tersebut apabila tidak

dimanfaatkan dengan baik akan menjadi sia-sia, mengingat kondisi daerah

lain tidak seperti desa Genilangit yang alamnya masih terjaga dengan baik.

Potensi di setiap dusun memiliki banyak kesamaan diantara lain

adalah jenis usaha yang di kerjakan oleh masyarakat Desa Genilangit itu

sendiri seperti ternak sapi, hampir di semua rumah warga memiliki ternak

sapi yang jumlah bisa lebih dari 2 ekor per rumah. Ratarata masyarakat

51

Desa Genilangit memiliki pekerjaan sebagai petani dan peternak. Desa

Genilangit memiliki beberapa sumber daya alam yang dikelola dan

dimanfaatkan untuk kebutuhan masyarakat dalam membantu melaksanakan

pekerjaan sehari-hari. Seperti halnya pemanfaatan sungai yang kondisinya

sangat bersih digunakan sebagai mata air yang dialirkan melalui pipa-pipa

untuk kebutuhan air masyarakat Desa Genilangit.

Berdasarkan data secara umum tersebut, terdapat potensi besar

yang ada di desa Genilangit. Lahan perhutani yang luas dan lama tidak

terawat. Lahan tersebut bernama Bedengan yang masih dibawah

kepemilikan perhutani. Sajian alam yang mempesona dan banyak sekali

sudut-sudut tempat yang patut diperhitungkan dalam konteks wisata.

Sekarang lahan tersebut melalui kesepakatan dengan pihak perhutani

dikelola dan dirawat oleh warga desa. Nama Bedengan kini telah diganti

menjadi Taman Wisata Genilangit. Menjadi tempat pertama yang wajib

dikunjungi ketika berada di desa Genilangit.

Adanya Taman Wisata Genilangit ini kegiatan menjadi lebih

terpusat meskipun masih ada kegiatan pemberdayaan lain yang sifatnya

kearifan lokal budaya setempat. Sebagai dampak dari suksesnya Taman

Wisata Genilangit warga melebarkan sayap dengan menghadirkan industry

rumah tangga yang akan menjadi oleh-oleh khas Genilangit. Selain itu di

sektor seni budaya juga ada pembuatan reog yang jaringannya sudah

menembus pasar internasional. Dengan potensi-potensi yang dimiliki

membuat Genilangit mampu secara mandiri meningkatkan kesejahteraan

ekonomi.

52

3.5 Sejarah Munculnya Taman Wisata Genilangit

3.5.1 Fase Awal

a. Kondisi Lahan Perhutani Yang Pasif

Lahan perhutani yang terletak di Desa Genilangit dikelola

perhutani menjadi bumi perkemahan dan permainan “airsoft”.

Namun dalam perkembangannya perhutani tidak lagi mengelola

lahannya secara rutin. Seluruh warga Genilangit mengetahui bahwa

lahan tersebut digunakan sebagai bumi perkemahan dan permainan

“airsoft”. Lahan tersebut sudah tidak lagi aktif digunakan untuk

kedua hal tersebut. Selain itu juga pengambilan getah pinus sudah

tidak ada aktivitas yang terlihat. Praktis hanya aktivitas warga yang

mencari rumput saja yang terlihat keluar masuk lahan perhutani

tersebut.

Kondisi tersebut membuat lahan perhutani kembali

ditumbuhi rumput yang sangat tebal yang membuat lahan tersebut

kembali seperti hutan yang sudah lama tidak tersentuh. Sudut

pandang warga melihat kondisi ini sebagai suatu keuntungan dimana

suatu saat lahan perhutani tersebut akan dikelola masyarakat. Potensi

lahan perhutani sudah dilihat sejak lama, hanya saja masyarakat

belum menemukan momentum yang tepat. Selain momentum yang

tepat juga karena minimnya modal dana yang ada. Masyarakat

berpikir pemanfaatan lahan perhutani akan membutuhkan dana yang

sangat besar.

53

Pikiran-pikiran tersebut sudah muncul namun

untukpengelolaan tidak diketahui kapan akan dimulai. Selain itu juga

tidak ada penggerak masyarakat yang bersedia membantu.

Penggerak yang dimaksudkan adalah pemerintah daerah sebagai

stimuli warga untuk pengembangan potensi. Minimnya modal dalam

hal ekonomi membuat warga hanya sekedar membicarakan dan tidak

sampai pada tahap pengelolaan. Bantuan pemerintah dalam hal

pengembangan potensi juga tidak ada, padahal potensi dari

Genilangit sangat banyak untuk bisa dikembangkan. Sehingga

kondisi lahan perhutani hanya dimanfaatkan warga mencari rumput

untuk kebutuhan ternak mereka. Masyarakat hanya berharap adanya

bantuan pemerintah untuk desa Genilangit terkait rencana-rencana

pengelolaan lahan perhutani yang sudah tidak aktif tersebut.

Penantian bantuan pemerintah tidak ada respon baik.

Masyarakat seperti menunggu sesuatu yang tidak pasti. Kondisi

diperparah dengan kondisi pendidikan warga desa Genilangit yang

kurang baik. Banyak individu warga yang tidak sekolah karena

keterbatasan dana. Selain itu juga meningkatnya angka

pengangguran menjadi pemicu masyarakat Genilangit bersatu secara

mandiri. Kasus-kasus seperti itu sebenarnya sudah lumrah terjadi,

banyak individu putus sekolah ditambah meningkatnya angka

pengangguran. Pemerintah lebih fokus pada pembangunan terpusat,

berdampak pada semakin tertinggalnya daerah-daerah pinggiran.

Pada dasarnya memang kita tidak bisa menyalahkan pemerintah

54

pusat seperi presiden. Membangun negeri seluas ini tidak semudah

yang kita bayangkan. Perlu adanya kesadaran-kesadaran dari semua

aspek struktur pemerintah dan masyarakatnya.

Negara kita ingin maju lebih baik namun sangat

disayangkan tidak disertai dengan dukungan-dukungan yang

lengkap. Bentuk penyimpangan selalu saja terjadi di setiap daerah.

Struktur pemerintahan dibawah presiden yang korup membuat visi

misi presiden tidak berjalan dengan baik. Bantuan-bantuan yang

tidak tepat sasaran dan adanya permainan korupsi dari setiap struktur

provinsi dan daerah sangat disayangkan. Hal tersebut akhirnya

membuat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah berkurang.

Kebiasaan korupsi hanya akan membuat negara merugi dan tidak ada

perkembangan. Secara langsung masyarakat Genilangit benar-benar

merasakan hal tersebut. Masyarakat desa Genilangit merasa seperti

dipinggirkan dan tidak diperhatikan.

Berdasarkan hal-hal diatas membuat warga desa Genilangit

ingin bergerak dan berubah secara mandiri. Mereka melihat adanya

potensi alam desa Genilangit yang bisa dimanfaatkan sebagai sarana

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Kondisi dan

situasi dimana lahan perhutani sudah tidak aktif membuat adanya

peluang atas keadaan tersebut. Berawal dari situasi tersebut muncul

seorang inisiator desa Genilangit yang menggerakkan warga untuk

bersatu dan mewujudkan tujuan masyarakat Genilangit.

55

b. Kemunculan Inisiator

Lemahnya kondisi perekonomian sumberdaya manusia

yang dialami warga desa Genilangit dan banyaknya pengangguran

melahirkan seorang inisiator perubahan yang tidak terduga. Berawal

dari tidak berkembangnya desa dan semakin bertambahnya warga

yang memilih merantau ke luar daerah membuat semakin

terpuruknya desa Genilangit. Keadaan itu membuat Edi Suko

Cahyonomenginisiasi warga untuk merubah wajah desa Genilangit

agar lebih baik.

Edi yang tidak pernah merasakan pendidikan dan berlatar

belakang sebagai pembalap liar memiliki visi dan misi yang baik

untuk mengangkat desa Genilangit kearah yang lebih baik. Dalam

kehidupan masyarakat beliau dikenal atau biasa dipanggil dengan

sebutan “pentil” yang dikenal tidak bisa diatur dan keras kepala

sebagai karakter yang melatarbelakanginya. Melihat histori dan

karakter beliau yang seperti itu masyarakat menganggapnya sebagai

seseorang yang tidak bisa diandalkan dan biasa-biasa saja, dikenal

sebagai seseorang yang suka balap liar dan hanya menghabiskan

uang.

Tetapi dibalik itu semua masyarakat sudah mengenalnya

dengan baik karena Edi merupakan garis turun dari seseorang yang

sangat melegenda di desa Genilangit. Edi memiliki garis turun dari

Ki Malang Yudho, beliau adalah orang dari kerajaan Mataram yang

melakukan Babat Alas pertama atau bisa disebut sebagai pendiri

56

desa Genilangit. Edi memiliki mimpi yang disebutnya adalah pesan

dari leluhur, dimana dia pasti bisa mengangkat kesejahteraan desa

Genilangit. Tetapi awalnya dia tidak terlalu memikirkan pesan

mimpi itu, hingga akhirnya Edi dikenal sebagai seseorang yang keras

kepala dan susah diatur.

Kondisi desa Genilangit semakin terpuruk seperti banyak

anak putus sekolah dan banyak warga yang memilih mengadu nasib

di perantauan. Kondisi ini membuat Edi benar-benar memikirkan

pesan mimpi dari leluhur yang mana terdapat potensi alam yang

akan mampu mengangkat Genilangit semakin maju. Dari mimpi

tersebut Edi tergugah hati nuraninya mengawali pergerakan untuk

mengebangkan lahan perhutani yang tidak terawat. Berikut kutipan

wawancara dengan Edi:

“ndelok situasi seng gak iso nggawe genilangit maju koyo

ngene, mesti aku kepikaran karo impen-impen mbah Malang Yudho.

Memang secara keturunan aku iki sek ono trah garis keturunan

mbah Malang Yudho, teko kono mungkin si mbah ngwejangi pesan

neng aku lewat mimpi. Tak sambungne mimpi iki karo kasunyatane

utowo realita seng saiki terjadi neng masyarakat Genilangit. Neng

atiku iki langsung koyo muncul tanggung jawab gede. Tanggung

jawab iki bukan secara langsung, tapi aku sebagai warga lokal

ditambah maneh aku nduwe trah mbah Malang Yiudho seolah-olah

kudu ngawali lannglakoni perubahan seng mungkin warga gak

bakal kepikiran sejauh iki. 2 ulan aku mikir piye carane ben warga

sepakat karo pemikiranku seng pengen ngelola karo ngembangne

taman Bedengan iki. Akhire aku wes gak tahan maneh, bocah-bocah

golonganku tak klumpukne nengo omah tak jak mbahas babat alas

Bedengan seng tujuan akhire iso menehi lapangan pekerjaan gae

seng pengangguran, bahkan pengenku bocah-bocah seng rantau tak

tarik muleh ben kerjo neng kene ae, dadi iso tetep cedak karo

keluarga. Seumpama aku ngomong langsung neng warga pas

kumpul neng balai desa gak bakal omonganku dirungokne. Warga

des awes ngepal aku bocah liar seng gak sekolah kegiatane balapan

liar tok. Dadi warga iku mandang aku muk teko njobo tok, ora

didelok sisi apikku blas. Makane aku ngambil langkah nggerakne

57

bocah-bocah enom sek. Seng gelem yo ayo, seng ra gelem yowes.

Ketambah pisan pemerintah daerah koyo gak peduli karo potensi

alam genilangit. Mereka sibuk focus karo wisata magetan seng wes

nduwe jeneng.”

(“melihat situasi yang tidak bisa membuat Genilangit Maju

seperti ini, pasti aku kepikiran dengan mimpi dengan Ki Malang

Yudho. Memang secara keturunan aku ini masih ada garis turun

dari Ki Malang Yudho, dari situ mungkin sim bah memberi pesan ke

saya melalui mimpi. Aku sambungkan mimpi ini dengan kenyataan

atau realitas yang sekarang terjadi pada masyarakat Genilangit. Di

dalam hatiku seperti langsung muncul tanggung jawab besar.

Tanggung jawab ini bukan secara langsung, tetapi aku sebagai

warga lokal ditambah lagi yang memiliki darah turun dari Ki

Malang Yudho harus mengawali dan melakukan perubahan yang

mungkin warga tidak terpikirkan sampai sejauh ini. 2 bulan aku

mikir bagaimana caranya mengembangkan taman Bedengan ini.

Akhirnya aku tidak bisa menahan lagi karena mimpi it uterus

mendorongku, anak-anak perkumpulanku karang taruna aku

kumpulkan dirumah dan saya ajak membahas membuka lahan hutan

Bedengan yang tujuan akhirnya bisa memberi lapangan pekerjaan

buat yang pengangguran, bahkan aku ingin semua orang yang

rantau aku tarik pulang supaya kerja disini saja, jadi bisa tetap

dekat dengan keluarga. Seumpama aku ngomong langsung ke warga

ketika kumpul di balai desa pasti tidak ada yang mendengarkan.

Warga desa sudah menilai aku sebagai soseorang yang kegiatannya

hanya balapan liar saja. Jadi warga menilai diriku ini hanya dari

luar saja, tidak dilihat sisi baikku sama sekali. Makanya saya

mengambil langkah menggerakkan teman-teman kelompokku. Yang

mau ya ayo yang tidak yasudah. Ditambah lagi pemerintah daerah

seperti tidak peduli terhadap potensi alam Genilangit, mereka sibuk

fokus sama wisata Magetan yang sudah terkenal.”)

Data wawancara diatas diperkuat wawancara dengan kepala

Desa Genilangit Pardi, dengan data sebagai berikut:

“pemikiran Edi memang beda dari yang lain mas. Kenapa

bisa saya berkata seperti itu, ya karena tidak ada warga yang berani

secara terang-terangan membahas lahan Bedengan perhutani

tersebut. Warga hanya membahas dalam lingkup bertetangga saja,

sehingga omongan tersebut hanya untuk bahasan mereka dalam

berinteraksi satu sama lain. Akhirnya kan tidak menghasilkan

apapun. Kalau dari sudut pandang saya Edi memang memiliki darah

keturunan dari Ki Malang Yudho, sampean tahu kan siapa Ki

Malang Yudho siapa? Selain itu lewat pembicaraan antar warga

yang berinteraksi tersebut seperti mendesak Edi untuk segera

membahas topik tersebut dalam pertemuan warga dan struktur desa.

58

Bukan terdesak, gimana ya saya menjelaskan, Edi seperti muncul

tanggung jawab sosial, seperti keluar sebagai seseorang yang

memiliki darah turun dengan yang babat alas desa ini. Seperti

terjalin ikatan batin gitu, lalu Edi seperti yang telah diketahui

banyak orang berdasar ceritanya kalau dia mendapatkan pesan

mimpi dari Ki Malang Yudho. Pesan mimpi yang dialami Edi

menurut saya tidak sembarangan mas, karena hanya darah turunnya

saja yang bisa menerima pesan-pesan tersebut. Pesan yang intinya

adalah potensi besar Genilangit tinggal dikembangkan secara

besar-besaran, maksud dari besar-besaran ini ya seluruh warga

masyarakat Genilangit harus terlibat. Potensi yang paling

mendasari adalah kekuatan nilai dan norma di desa Genilangit ini

luar biasa mas. Nilai dan norma yang berjalan di desa ini sangat

baik. Dalam konteks agama, sosial dan budi pekerti seperti paket

lengkap di dalam desa ini. Edi juga pernah bilang ke saya persoalan

ini, saya pikir hanya saya saja yang diceritakan tentang apa yang

dialami, ternyata seluruh warga sudah mengetahui hal tersebut.

Pikir saya baguslah kalau semua sudah mengetahui, tinggal nunggu

waktu saja ini pikir saya. Setelah itu saya diundang dalam

pertemuan karang taruna, yang ternyata juga membahas ide ini.

Melihat semangat anak-anak karang taruna ini membuat saya juga

bangkit. Akhirnya dengan perantara saya setelah pertemuan itu

akan diadakan pertemuan besar mas, seluruh warga mulai dari

ketua RW, RT, kepala keluarga semua hadir dalam pertemuan yang

akan dilakukan. Pas hari H-nya itu saya juga kaget, ramai sekali

situasi balai desa sampai tidak cukup menampung semua yang

hadir. Melihat antusias awal ini saya juga yakin kalau hari ini akan

menjadi start memulai perubahan.

Berdasarkan data wawancara diatas dapat dipahami bahwa

keresahan inisiator menghadapi situasi desa Genilangit yang tidak

mengalami kemajuan hingga akhirnya berjuang meyakinkan dan

menggerakan seluruh warga masyarakat genilangit. Dilihat dari

kondisi ekonomi dan pendidikan yang menurun membuat Edi

tergerak untuk memanfaatkan potensi desa yang belum di

manfaatkan. Edi juga mendapat pesan-pesan dari leluhur melalui

mimpi bahwa sektor wisata akan mampu mengangkat kesejahteraan

desa Genilangit dari segi ekonomi. Pesan tersebut menurut ungkapan

59

Edi sebagai pemacu semangat untuk terus meyakinkan warga secara

keseluruhan. Sehingga Edi mendapat dorongan kekuatan

dikarenakan leluhur yang disebut bernama Ki Malang Yudho adalah

garis keturunan dari Edi. Menurut Edi apabila potensi besar desa

Genilangit tidak dimanfaatkan dengan baik selamanya hanya akan

jadi potensi. Perubahan tidak akan terjadi apabila tidak ada

kesadaran dari masyarakat itu sendiri. Tidak hanya kesadaran

masyarakat, bahkan setiap individu dalam ruang lingkup masyarakat

tersebut harus sadar.

Setiap individu masyarakat apabila tidak memiliki

kesadaran untuk kemajuan bersama dirasa akan percuma.

Pengembangan potensi memerlukan partisipasi masyarakat secara

menyeluruh. Hal ini dilakukan karena demi kemajuan bersama suatu

masyarakat. Karena untuk kemajuan bersama makan semua bagian

masyarakat harus berperan atau terlibat dalam setiap kegiatan dan

program yang dilakukan. Apabila seluruh warga masyarakat sudah

terlibat langsung, maka pengembangan potensi bisa diperjuangkan

bersama dan dinikmati bersama. Tidak hanya soal berjuang bersama

dan menikmati bersama, melainkan hal tersebut untuk menghindari

kecemburuan sosial. Apabila ada bagian masyarakat yang tidak

terlibat akan timbul kecemburuan sosial. Bentuk kecemburuan sosial

bisa dari kedua belah pihak antara yang terlibat dan tidak terlibat.

Kesulitan yang dialami Edi tidak menyurutkan niat yang

sudah dipikirkan segala risikonya. Terbukti awal dari Edi mengajak

60

warga untuk babat alas lahan perhutani mengalami banyak

penolakan, bahkan banyak warga yang berfikir bahwa Edi ini

menggagas ide yang gila dan bahkan untuk urusan terealisasi atau

terwujudnya juga diragukan. Banyak warga yang berfikir bahwa Edi

merupakan orang liar dan tidak pernah menimba ilmu pendidika.

Berdasar dari pandangan itu maka kenapa banyak warga yang

meragukan kapabilitas dan visi dari Edi. Mengalami krisis

kepercayaan Edi akhirnya merangkul semua pemuda yang ada di

Desa untyuk mengawali babat alas. Warga yang mendukung secara

langsung ikut berpartisipasi bermodalkan fisik dan alat sederhana.

Berdasarkan ungkapan Edi hal-hal yang harus dilakukan

untuk memberdayakan masyarakat sudah dipikirkan. Namun Edi

mengalami kebingungan dari mana akan mengawali langkah

tersebut. Proses-proses panjang dan tidak mudah akan selalu

dihadapi. Dalam pikiran Edi harus menciptakan suasana atau iklim

yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang. Disini titik

tolaknya sudah terpikirkan dengan memanfaatkan lahan perhutani,

tinggal bagaimana pengenalan kepada warga bahwa setiap manusia

dan setiap masyarakat memiliki potensi yang dapat dikembangkan.

Edi mengungkapkan bahwa tidak ada masyarakat yang tidak mampu

atau sama sekali tanpa daya. Dengan menggerakkan masyarakat

secara utuh adalah salah satu cara untuk membangun daya itu,

dengan memotivasi dan mengembangkan kesadaran akan potensi

61

Genilangit yang dimiliki desa Genilangit, serta berupaya

mengembangkannya.

Upaya-upaya terus dilakukan Edi dengan memperkuat

potensi atau daya yang dimiliki masyarakat. Diperlukan langkah

yang positif, selain dari hanya menciptakan iklim dan suasana. Hal

ini harus meliputi langkah nyata dimana menyangkut penyediaan

berbagai masukan masyarakat serta membuka peluang yang

membuat masyarakat secara langsung berpartisipasi. Berawal dari

hal tersebut memberdayakan masyarakat bukan hanya meliputi

penguatan individu anggota masyarakat saja, tetapi juga pranata

sosialnya. Menanamkan nilai dan norma modern supaya masyarakat

mampu berpikir terbuka seperti kerja keras, hemat, keterbukaan dan

tanggung jawab. Tanggung jawab merupakan bagian penting dari

upaya menggerakkan atau memberdayakan warga. Menanamkan

pembaharuan lembaga sosial yang lebih modern dan

pengintegrasiannya dalam kegiatan pembangunan serta peranan

warga di dalamnya.

Kemampuan Edi dalam mengorganisasikan aksi

masyarakat terkait pembangunan Taman Wisata Genilangit tidak

diragukan lagi. Ketika dukungan warga belum sepenuhnya hadir, Edi

dan kelompok karang tarunanya mengawali terlebih dahulu babat

alas perhutani. Dengan jumlah orang mencapai 25 orang terus

membersihkan lahan sampai satu minggu. Perkembangan tidak

terlihat begitu jelas, hingga akhirnya Edi dan karang taruna

62

mengadakan pertemuan kembali untuk menyusun strategi sosialisasi

kepada seluruh warga desa Genilangit.

Kesepakatan pertemuan karang taruna Genilangit dalam

penyusunan strategi sosialisasi kepada seluruh warga masyarakat

Genilangit berbuah hasil. Membicarakan kepada seluruh warga

Genilangit terkait rencana pembangunan Taman Wisata. Dalam

tahap ini karang taruna membicarakan keadaan lahan perhutani yang

sudah pasif beberapa tahun. Melihat kondisi pasif lahan tersebut

merupakan berita baik untuk masyarakat Genilangit. Berita baik

tersebut adalah masyarakat Genilangit bisa memanfaatkan lahan

tersebut untuk dibangun Taman Wisata. Membutuhkan tenaga yang

banyak untuk merubah lahan tersebut menjadi Taman Wisata.

c. Ketidakhadiran pemerintah

Pemberdayaan masyarakat desa sebenarnya bukan lagi

suatu topik yang asing dalam telinga seluruh masyarakat Indonesia.

Konsentrasi pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan negara

dilalui dengan salah satu caranya yaitu pemberdayaan masyarakat

khususnya pedesaan. Banyak sekali program-program yang

dijalankan pemerintah terkait pemberdayaan. Mulai sosialisasi

peningkatan mutu sumberdaya manusia pedesaan hingga pada

ranah pemanfaatan potensi setiap desa yang akan dikembangkan

menjadi suatu kegiatan warga agar terus berdaya dan kreatif.

63

Awal gerakan perubahan yang terjadi di Desa Genilangit

dipengaruhi oleh berbagai hal yang sangat penting. Pandangan kita

terhadap pemerintah akan selalu membantu masyarakat tertinggal

masih kurang merata. Kurangnya perhatian pemerintah daerah

terhadap potensi desa Genilangit disinyalir menjadi pokok utama

munculnya gerakan Karangtaruna. Kondisi perekonomian yang

terkesan jalan ditempat dan didukung tingkat pendidikan yang

rendah memperkuat kondisi semakin tertinggal dan terpuruknya

desa Genilangit. Masyarakat desa Genilangit sebenarnya juga

menyadari hal tersebut, dimana tingkat sumber daya manusia yang

rendah membuat desa ini cukup lambat dalam berkembang. Tetapi

hal yang sangat disayangkan masyarakat Genilangit adalah

minimnya kehadiran pemerintah daerah untuk membantu dalam

pengembangan desa. Tercatat pemerintah daerah hadir ketika

pemerintah pusat era Susilo Bambang Yudhoyono memberi

bantuan berupa sapi ternak terhadap warga Genilangit. Langkah

pemerintah pusat cukup baik hingga membuat desa Genilangit

terkenal dengan desa peternak sapi. Desa Genilangit mulai

selangkah lebih maju dengan keadaan sebelumnya. Setelah era

kepemimpinan SBY selesai mulai tampak lagi kondisi

perekonomian yang jalan ditempat. Berikut data wawancara dengan

Edi mengenai perihal ketidakhadiran pemerintah:

“aku sempat buntu mikir masalah ijin sewa lahan, proposal

puluhan gak tau dibales. Pemerintah daerah ditunggu yo sek sibuk

karo Sarangan. Sedino cah-cah tak kon leren karo mikir, pas

kumpul enek seng usul kon hubungi Didik ketua karang taruna

64

Indonesia, ndlalah wong Magetan gek teko deso Janggan tonggo

dewe. Awale susah hubungi Didik, tapi cah-cah gak kentekan akal.

Diparani langsung neng omahe wong tuane neng Janggan. Akhire

lewat orang tuane iso terhubung. Alhamdulillah wonge langsung

ngiyani pengen ngewangi. Sisi laine ngene, okelah suber daya

manusia desoku rendah, tapi ojo pernah ngremehne hanya karena

sumber daya manusia rendah. Aku percoyo warga Genilangit duwe

skill neng bidang e dewe-dewe. Ahli seni, ahli agama, ahli budaya

ono kabeh, makane kenopo aku optimis karo hal iki. Cuma butuh

waktu emang kangge menguatkan lan kangge nggawe percoyo

wong kabeh. Aku ngroso pemerintah daerah iki koyo main aman.

Siji, mereka gak gelem bantuan seng disalurne sia-sia, akeh seng

mendasari iku, yo soale sumber daya manusia rendah, akeh seng

gak sekolah, hal iku otomatis gawe pemerintah mikir ulang, seolah

olah opo sing iso diperbuat Genilangit neg seumpama diberi ijin

ngolah lahan perhutani. Teko kono aku wes pegel, ketika Didik

turun tangan kabeh urusan administratif lancar. Aku pengen

membuktikan nek desoku iso tanpa bantuan pemerintah daerah

Magetan, desoku iso mandiri, desoku due potensi gedi. Aku

percoyo karo leluhurku, trah uri-uri ne Mbah Malang Yudho sik

kanggo. Genilangit iso rame lan jaya, aku berkorban tenogo

kangge desoku ben sejahtera, mek saiki sejahtera secara mandiri.

Dan iku kebanggaan sing luarbiasa kangge aku pribadi dan

pastine desoku bangga karo langkah iki. Healah… gak habis pikir

aku sebegitu diragukannya warga desoku karo pemerintah daerah

Magetan. Dan saiki dana bantuan mengalir soko pemerintah, tapi

tak tolak soale aku pengen lahan iki berkembang murni soko dana

warga. Dana bantuan ben diterimo perangkat desa, iso digawe

ndandani dalan karo infrastruktur lain. Pokok ojo sampek dana

bantuan masuk neng Taman Wisata Genilangit. Aku gak masalah

Taman iki berkembang lambat seng penting mandiri. Daripada

ketekan bantuan luar terus njaluk bagian. Soale ngene aku berkaca

soko pariwisata seng dikelola karo investor, bener berkembangan

cepat tapi warga lokal blas gak enek perane, malah semakin

terpinggirkan. Aku gak pengen hal iku terjadi neng desoku.

(wawancara 20 Agustus 2017)

(“saya sempat buntu mikir masalah ijin sewa lahan,

proposal puluhan yang diajukan tidak ada respon atau balasan.

Pemerintah daerah ditunggu ya masih sibuk sama wisata

Sarangan. Sehari anak-anak aku suruh libur untuk istirahat dan

memikirkan jalan keluar, waktu kumpul ada yang usul untuk

menghubungi Didik ketua karang taruna Indonesia, yang kebetulan

juga asli Magetan dan tetangga desa. Awalnya susah menghubungi

Didik, tetapi anak-anak tidak kehabisan akal. Dihampiri langsung

ke rumah orang tuanya di desa Janggan. Akhirnya lewat orang

tuanya bisa terhubung. Alhamdulillah orangnya langsung

mengiyakan untuk membantu. Disisi lainnya begini, okelah sumber

daya manusia desa Genilangit rendah, tetapi jangan pernah

65

meremehkan hanya karena sumber daya manusia rendah. Saya

percaya warga desa Genilangit memiliki skill di bidangnya

masing-masing. Ahli seni, ahli agama, ahli budaya semua ada,

maka kenapa saya optimis terhadap hal ini. Cuma memang butuh

waktu untuk bisa meyakinkan warga dan membuat warga percaya

semua. Saya merasa pemerintah daerah ini seperti main aman

saja. Satu, mereka tidak mau bantuan yang disalurkan akan sia-

sia, banyak yang mendasari, seperti sumberdaya manusia yang

rendah, banyak yang tidak menempuh pendidikan sekolah, hal ini

otomatis membuat pemerintah berpikir ulang, seolah olah berpikir

apa yang akan dilakukan warga jika diberi ijin mengelola lahan

seluas itu. Dari situ saya sudah tidak sabar, ketika Didik turun

tangan semua administrasi lancar semua. Saya ingin membuktikan

bahwa desaku ini bisa tanpa bantuan pemerintah daerah, desaku

bisa mandiri, desaku memiliki potensi yang besar. Saya percaya

sama leluhur jika pesan yang terkenal di Genilangit masih berlaku.

Genilangit bisa ramai dan jaya, saya berkorban untuk desaku agar

lebih maju dan sejahtera secara mandiri. Dan itu kebanggaan

yang sangat luarbiasa untuk saya pribadi dan pasntinya desaku

bangga dengan pencapaian gerakan ini. saya tidak habis pikir

akan sebegitu diragukannya warga desaku oleh pemerintah daerah

Magetan. Dan sekarang dana bantuan mengalir dari pemerintah,

tetapi saya tolak karena saya ingin lahan ini berkembang murni

dari dana warga masyarakat Genilangit. Bantuan dana bia saja

diterima oleh perangkat desa, bisa digunakan untuk perbaikan

infrastruktur seperti jalan umum. Intinya jangan sampai dana desa

bantuan pemerintah sampai masuk ke taman wisata Genilangit.

Tidak masalah jika taman wisata akan berkembang lamban yang

penting mandiri. Daripada kemasukan aliran dana bantuan

pemerintah terus ujungnya minta bagian dari taman wisata.

Soalnya saya berkaca dari tempat wisata lain yang dikelola

investor, benar memang perkembangannya cepat tetapi

keberadaan warga lokal tidak ada peran yang nyata, malah akan

semakin terpinggirkan. Saya tidak ingin hal seperti itu terjadi di

desaku.)

Berdasar data wawancara yang disampaikan Edi dapat

dilihat bahwa lambatnya pemerintah dalam mengekplorasi potensi

alam yang ada di Genilanit membuat kesabaran Edi habis.

Kelambanan respon pemerintah ini membuat masyarakat merasa

terasingkan dari regional magetan dalam urusan perkembangan

66

ekonomi, merasa tidak diperhatikan dan minim sekali bantuan.

Banyak proposal-proposal dikirim tetapi tidak pernah ada balasan

dari pemerintah daerah Magetan. Masyarakat masih berpikir positif

terhadap pemerintah dimana pemerintah daerah mungkin lagi fokus

dalam pengembangan wisata magetan yang terletak di Sarangan.

Secara umum Sarangan menjadi symbol kuat dari Magetan.

Sarangan mampu mengangkat wajah Magetan menjadi kota wisata

yang patut diperhitungkan. Disela fokus pemerintah terhadap

Sarangan, warga Genilangit tidak mau terlalu lama menunggu

giliran. Mereka melakukan gerakan perubahan secara mandiri

mengandalkan dana iuran. Gerakan itu diprakarsai oleh

karangtaruna Giri Putra Bhakti yang pegang penuh oleh inisiator

Edi Suko Cahyono. Dibantu oleh ketua umum Pengurus Nasional

Karang Taruna Didik Mukrianto dalam urusan administratif,

rencana karang taruna Genilangit berjalan lancar. Didik Mukrianto

juga mengenal Edi karena mereka tetangga desa, hal ini yang

membuat Edi semakin optimis terhadap visi misi yang ditanamkan

pada karang taruna Genilangit.

Menurut Edi apa yang dilakukan Didik sangat membantu

melancarkan proses secara administratif, mulai dari izin sewa lahan

perhutani dan lain-lain. Hal ini membuat Edi semakin mantap

berpikir kedepan, hingga melupakan kehadiran pemerintah daerah

yang lambat. Hadirnya ijin dari perhutani juga mampu

menumbuhkan semangat seluruh warga untuk membantu karang

67

taruna dalam pembangunan taan wisata. Persoalan awal memang

dalam hal perijinan sewa lahan. Warga genilangit tidak akan

membantu karang taruna apabila ijin dari perhutani tidak turun.

Namun apabila perhutani sudah mengijinkan dalam pemanfaatan

lahannya makan seluruh warga akan turun berpartisipasi untuk

mewujudkan tujuan bersama.

d. Potesi desa

Genilangit merupakan desa yang terletak di kaki gunung

Lawu. Secara geografis desa ini memiliki sajian pemandangan

alam pegunungan yang indah. Terletak di kabupaten Magetan yang

terkenal dengan destinasi wisata Sarangan menjadikan potensi alam

Genilangit patut diperhitungkan untuk berliburan. Memanfaatkan

status Magetan yang terkenal dengan kota Wisata, Genilangit

mampu menghadirkan wisata yang tak kalah bagus dengan wisata

lain.

Desa Genilangit sudah terkenal sebagai desa peternak sapi

sejak kedatangan mantan presiden SBY yang memberi bantuan

ternak sapi untuk warga desa. Dengan bantuan tersebut menambah

pekerjaan pokok warga yang awalnya hanya sebagai petani sayur

dan perkebunan. Kondisin tersebut mampu membuat kesejahteraan

warga desa Genilangit sedikit meningkat dari sebelum hadirnya

68

bantuan sapi dari mantan presiden Indonesia SBY. Berikut data

wawancara dengan Pardi selaku kepala desa Genilangit.

“tahun 2006 saya masih ingat betul kehadiran pak presiden

SBY memberikan bantuan sapi ternak untuk desa Genilangit.

Bantuan tersebut sebagai bentuk bantuan dalam usaha

meningkatkan kesejahteraan masyarakat Genilangit. Dengan

ternak sapi nantinya kan jumlahnya akan terus bertambah. Sapi

ternak akan dijadikan aset berharga desa pada saat itu. Asal-usul

Genilangit menjadi desa peternak sapi berawal dari bantuan SBY

tersebut. Alhamdulillah hadirnya bantuan tersebut sedikit

membantu warga untuk mengangkat perekonomian. Ya meskipun

membutuhkan waktu untuk pengembang biakan setidaknya bantuan

tersebut membantu sekali bagi warga Genilangit. Ditambah

kondisi sekarang sudah hadir Taman Wisata Genilangit yang

membuat peningkatan kesejahteraan warga itu menjadi meningkat

pesat. Hanya satu tempat namun dampaknya sangat signifikan bagi

pertumbuhan ekonomi desa. Banyak mas warga merasakan

dampak dari Taman Wisata Genilangit itu, ada warga yang

membuka usaha pertokoan, warung makan, atau hanya sekedar

warung kopi. Dengan begitu aktifitas warga akan sangat hidup

mas. Maksudnya hidup itu begini, warga setelah mengurus lahan

pertanian, kebun dan ternaknya bisa melanjutkan dengan aktifitas

di usahanya. Ya itung-itung untuk pemasukan tambahan bagi

warga Genilangit. Luarbiasa mas pencapaian Taman Wisata

Genilangit ini. Dari segi pemasukan saja sudah bisa menghidupi

seluru warga masyarakat Genilangit. Bantuan-bantuan untuk

warga yang mengalami kesusahan juga selalu dilakukan. Untuk

soal pemasukan berapa yang didapatkan saya kurang jelas

daripada salah mending sampean langsung ke bendahara karang

taruna, karena semua pengelolaan dana pemasukan dilakukan

sama bendahara karang taruna. Tidak ada bantuan pihak luar

sama sekali mas dalam pembangunan dalam hal dana. Karena

disini Taman Wisata Genilangit khusus untuk warga lokal. Istilah

bakunya pemberdayaan masyarakat. Jadi segala aktivitas

pembangunan aau pengembangan dilakukan oleh warga

Genilangit sendiri yang diarahkan oleh karang taruna.”

Desa Genilangit memiliki tempat wisata yang dalam kurun

waktu dua tahun kebelakang menjadi bahan perbincangan se-eks

karesidenan Madiun bahkan kota-kota lainnya. Banyak sekali anak

69

muda yang penasaran dengan lokasi wisata yang sering disebut

Taman Wisata Genilangit ini. Menariknya tempat wisata ini

dikelola langsung oleh warga lokal desa Genilangit. Tanpa

menggunakan bantuan pemerintah genilangit mampu

menghadirkan sajian wisata yang patut diperhitungkan. Hal ini

menjadi nilai lebih dan juga membuat penasaran wisatawan ada apa

saja di desa Genilangit.

Selain Taman Wisata Genilangit dalam sektor wisata

terdapat juga sentra pembuatan reog yang terletak di RT 1. Selain

wisata, Genilangit juga memiliki usaha pembuatan reog yang

merujuk pada kesenian dan kebudayaan yang sudah sampai ke

tahap Ekspor. Genilangit dalam kurun waktu dua tahun belakang

benar-benar mengeksplorasi seluruh potensi desa yang ada.

Berawal dari kesuksesan warga mengembangkan lahan

perhutani yang dirubah menjadi tempat wisata yang mampu

mengangkat kesejahteraan masyarakatnya sendiri. Sektor pertanian

sayur juga menjadi profit ketika dikolaborasikan dengan Taman

Wisata Genilangit. Wisata bisa mendapatkan edukasi bagaimana

cara menanam sayur dan bagaimana cara menjadi seorang petani

yang sukses. Selain itu wisatawan juga bisa merasakan sensasi

memetik sayur secara langsung di lahan-lahan petani yang hendak

panen.

70

Masyarakat genilangit selain menjadi petani juga bermata

pencaharian sebagai peternak. Mayoritas warga menjadi peternak

sapi dan ada juga yang memiliki ternak ayam dan bebek. Dari

sekian banyak potensi yang ada di Genilangit ada hal yang tidak

kalah menarik yaitu nilai dan norma yang ada di masyarakat desa

Genilangit.

Budaya santun dan ramah akan dirasakan jika berada dalam

ruang lingkup warga Genilangit. Keadaan ini tentu akan menjadi

nilai lebih mengingat bagaimana keramah tamahan warga yang bisa

membuat wisatawan akan sangat merindukan suasana desa kecil

yang secara mengejutkan mampu mengorganisasikan semua

potensi. Mampu mengkolaborasikan seluruh elemen potensi yang

bisa mengangka kesejahteraan masyarakat secara sosial dan

ekonomi.

Secara umum potensi paling potensial adalah Taman

Wisata Genilangit. Membicarakan seluruh potensi yang sudah

dikelola atau belum hanya persoalan waktu. Masih banyak tempat-

tempat seperti air terjun dan juga sungai yang akan dijadikan

olahraga alam yaitu rafting. Masyarakat ingin fokus satu titik

terlebih dahulu agar maksimal dalam pengembangan. Kondisi

dimana Taman wisata Genilangit selalu kebanjiran pengunjung

pada akhir pecan sudah membuat warga kewalahan dalam

pengawasan dan mengatur parker atau lalu lintas. Tidak menutup

71

kemungkinan seluruh tempat yang berpotensi juga

akandirealisasikan pengembangannya.

3.5.2 Fase Kedua

a. Strategi inisiator

Perasaan Edi yang merasa memiliki tanggung jawab sosial

terhadap masyarakat Genilangit, memikirkan cara bagaimana

supaya warga dapat mendukung apa yang telah direncanakan.

Mendapat banyak anggapan warga dimana Edi adalah sosok liar

yang tidak bisa diatur dan juga tidak pernah merasakan pendidikan

sekolah membuat warga sangat susah mempercayainya. Tidak

kehilangan akal, Edi akhirnya mengumpulkan semua anak muda

yang ada di desa dan membicarakan langkah awal rencananya.

Dalam perkumpulan tersebut Edi ingin mendapat bantuan dari anak

muda dimana hendak mengawali babat alas lahan perhutani yang

tidak terawat. Setelah mencapai mufakat Edi melangkah kedepan

dengan kepala tegak. Edi kembali mengadakan pertemuan dimana

sekarang sebagian warga yang mendukung.

Langkah awal yang diambil Edi adalah membentuk

karangtaruna yang diberi nama Giri Putra Bhakti. Edi tidak menjadi

ketua karangtaruna tersebut melainkan menjadi wakil. Ketua

karang taruna diberikan kepada kakaknya Edi yang bernama Agus.

Langkah itu diambil karena Agus lebih paham masalah

72

administrasi pemerintahan sedangkan Edi adalah seseorang yang

sangat tidak menyukai formalitas yang dianggapnya sebagai

sesuatu yang sangat ribet dan berpihak. Selain itu juga masalah

ketua wakil hanya untuk struktural saja, sedangkan secara

pengimplementasiannya Edi lebih berpengaruh.

Tahun 2016 merupakan tahun dimana pergerakan secara

massal bersama masyarakat terjadi. Partisipasi masyarakat secara

menyeluruh membangun dan mengembangkan Taman Wisata

Genilangit. Melihat antusias tersebut Edi menyusun strategi dimana

dia membagi tema dan konsep pembangunan kepada setiap RT

(Rukun Tetangga) yang terdiri dari 12 RT dan 3 RW. Namun disini

yang terlibat secara aktif hanya RW 1 dan 2, hal ini terjadi karena

letak RW 3 yang di ujung pegunungan. Jarak antara RW 1 dan 2 ke

RW 3 sangat jauh, harus melewati jalan yang curam dengan tingkat

risiko yang tinggi dan berbahaya. Dengan begitu Edi sudah

mensiasati dan memutuskan secara mufakat dengan warga bahwa

yang berpartisipasi cukup RW 1 dan 2 saja tetapi tidak menutup

kemungkinan jika ada warga RW 3 yang ingin membantu.

Strategi yang diambil Edi dengan membagi tema dan

konsep setiap RT bertujuan untuk merangsang kreativitas warga.

Sehingga setiap RT akan memiliki konsep berbeda untuk

membangun titik atau tempat yang telah ditentukan pada pertemuan

warga. Hal ini juga untuk menghindari kerumunan warga yang

sangat banyak, dengan pembagian tempat atau area pada setiap RT

73

maka secara merata area Taman Wisata Genilangit akan tersentuh.

Cara ini terbukti ampuh dimana dalam seminggu taman wisata

genilangit disulap menjadi tempat wisata yang memiliki spot-spot

yang bagus dengan pemandangan alam yang luarbiasa. Bahkan

dalam proses pembangunan tempat tersebut tidak ditutup

dikarenakan sudah banyak wisatawan lokal yang hadir hanya untuk

menikmati pesona alam. Sesuai data wawancara Edi

mengungkapkan hal tersebut, berikut merupakan pernyataan Edi

sesuai data wawancara yang dilakukan pada tanggal 20 Agustus

2017:

“Aku seneng pas warga wes bener-bener setuju dan aku yo

kaget kok warga sampek semangat banget. Awale aku bingung pie

carane ben pas bangun iku gak nyumpel wong akeh, tak siasati

setiap RT tak kon gawe konsep tema dewe, area-area ne wes tak

tentukan gawe tali rumput jepang, RT iki sisih kene RT iki sisih

kono. Dengan begitu gak akan nyumpel dan iso focus dewe-dewe

sesuai kreatifitas e mereka. Aku muk pesen karo warga ojo sampek

nebang pohon soale iki syarat teko perhutani ketika ijin

pengelolaan mudun, pie carane seumpama enek pohon seng

mengganggu iku gak dipotong aku pengen tempat iki bener-bener

asri dan gak merusak ekosistem e. yo neg suket ae gak popo

diketok dipaprasi poko terkecuali wit karo seumpama enek watu

gedi. Yo alhamdulillah warga manut dan ternyata kreatif-kreatif.

Awale aku gak narget sampek kapan batas waktune, teryata dalam

seminggu setiap RT wes ngrampungne konsep e dewe-dewe. Proses

pembangunan iku pun tempat wisata e gak tak tutup, soale

mesakne wisatawan seng wes adoh-adoh teko rene mosok tak

tutup, akhire ya malah dadi daya tarik dewe. Misale secara

langsung wisatawan ngerti pie to proses pembangunane. Enek

beberapa wisatawan kaget menehi pernyataan “mas kok cepet

banget mbangune, dan setiap mrene mesti enek ae seng anyar”

secara singkat intine ngono. Dengan begitu aku mikir neh, wah

ternyata proses pembangunan yo gak menggannggu wisatawan

seng hadir. Iku juga alasan kenopo taman iki gak tak tutup selama

pembangunan malah ben ngerti kabeh perkembangane wes teko

kene, setiap wong iku mrene mesti pangkling enek panggon anyar

neh. Alhamdulillah Gusti Pangeran wehi kelancaran proses iki.

Perjuangan bange memang ngawali iki sampe dianggep wongedan

74

koyo seng tak omong sak urunge kae.” (wawancara 20 Agustus

2017)

(“aku bahagia ketika warga benar-benar sudah setuju dan

saya kaget dengan semangat antusiasme warga. Awalnya saya

bingung bagaimana caranya ketika pembangunan tidak terjadi

kerumunan orang, saya siasati dengan seiap RT saya suruh

membuat konsep tema sendiri, area-area sudah saya tentukan

menggunakan tali raffia, sehingga setiap RT memiliki tempat

sendiri-sendiri. Dengan begitu tidak akan terjadi kerumunan dan

bisa fokus sendriri-sendiri sesuai kreatifitas mereka. Saya

berpesan kepada warga jangan sampai menebang pohon, karena

ini merupakan syarat dari perhutani ketika kita mendapat ijin

pengelolaan, bagaimanapun caranya apabila ada pohon yang

mengganggu area pembangunan setiap RT pohon tidak dipotong.

Saya ingin tempat ini benar-benar asri dan tidak merusak

ekosistemnya, ya semisal ada rumput saja tidak apa dicabut.

Alhamdulillah semua warga nurut dan ternyata kreatif-kreatif.

Awalnya saying tidak memberi target sampai kapan batas

pengerjaan, ternyata dalam seminggu setiap RT telah

menyelesaikan konsepnya masing-masing. Proses pembangunan

itu pun taman wisatanya tidak saya tutup, akhirnya malah menjadi

daya tarik sendiri. Secara langsung wisatawan mengetahui

bagaimana proses pembangunannya. Ada beberapa wisatawan

kaget sampai bertanya “ mas kok cepat sekali membangunnya,

setiap kesini pasti ada yang baru” secara singkat begitu. Dengan

begitu saya mikir lagi, ternyata proses pembangunan tidak

mengganggu wisatawan yang hadir. Itu juga menjadi alasan

kenapa taman ini tidak saya tutup selama proses pembangunan,

malah akan membuat wisaawan mengetahui sudah sampai sini

perkembangannya, setiap orang yang kesini pasti terkejut ada

tempat baru lagi. Alhamdulillah Sang Pencipta memberi

kelancaran proses ini. perjuangan memang mengawali ini sampai

dianggap orang gila seperti yang saya bilang sebelumnya”)

Data wawancara yang dilakukan dengan Edi diperkuat

dengan data wawancara bersama Agus sebagai ketua karang taruna

Giri Putra Bhakti Desa Genilangit:

“Aku neng kene sebagai ketua karang taruna ndelok dewe

mas pie seng dirasakan Edi adikku kui. Bocahe wakil karang

taruna tapi dalam hal pemikiran bocahe paling unik dan bahkan

sangat beresiko. Bahkan iso dikatakan pemikirane kui diluar nalar

anggota-anggota liane. Tapi kabeh anggota-anggota wes paham

75

niat apike di gawe kemajuan desa Genilangit. Makane gak muluk-

muluk idene mas, nggarap lahan bedengan dadi Taman Wisata,

proses panjang berliku. Neg seumpama karang taruna gak

konsisten nangani iki, mesti hasile angina-anginan utowo gak

maksimal. Butuh bantuan seluruh elemen masyarakat digae

mbukak lahan segedi kui. Memang bener proses meyakinkan warga

gak semudah membalikkan telapak tangan, pertemuan-pertemuan

terus dieyel mbahas bedengan. Sampek akhire warga setuju

ngewangi tapi dengan syarat kudu enek ijin pengelolaan lahan teko

perhutani. Ketika ijin turun warga langsung buktekne janji, , kabeh

warga langsung partisipasi mbukak lahan sampek membangun

taman iku dadi koyo ngene. Aku sebagai ketua Cuma sebagai

pembicara misal enek petinggi-petiggi utowo tamu, wong sak jane

Edi kui mampu dadi ketua, Cuma kelemahane memang berbicara

di depan khalayak umum. Makane tak bantu ae ben segala

sesuatune mudah.”

(“saya disini sebagai ketua karang taruna melihat sendiri

bagaimana yang dirasakan Edi adik saya sendiri. Anaknya sebagai

wakil karang taruna tetapi dalam hal pemikiran selalu unik dan

bahkan sangat beresiko. Bahkan bisa dikatakan pemikirannya

diluar nalar anggota-anggota lainnya. Tapi semua anggota sudah

paham niat baiknya untuk kemajuan desa Genilangit. Maka dari

itu pemikirannya tidak muluk-muluk lagi, membangun lahan

bedengan menjadi taman wisata, proses panjang dan berliku. Jika

seumpama karang taruna tidak konsisten menangani ini, pasti

hasilnya tidak akan maksimal dan terkesan angina-anginan.

Membutuhkan bantuan seluruh elemen masyarakat untuk membuka

lahan sebesar itu. Memang benar proses meyakinkan masyarakat

tidak semudah membalikan telapak tangan, pertemuan-pertemuan

rutin terus dipaksa untuk membahas bedengan. Smapai pada

akhirnya warga setuju membantu tetapi dengan satu syarat harus

ada ijin dari perhutani untuk mengelola lahan itu. Ketika ijin turun

langsung warga membuktikan janjinya, seluruh warga partisipasi

dalam membuka lahan hingga jadi taman wisata sampai sekarang

ini. saya sebagai ketua karang taruna Cuma sebagai pembicara

misal ada petinggi-petinggi atau tamu, sebenarnya Edi mampu

untuk menjadi ketua tetapi kelemahannya adalah berbicara di

depan khalayak umum. Atas dasar itu saya bantu supaya segala

sesuatunya mudah”.)

Kondisi berubah ketika beliau menjadi wakil karangtaruna

dan diketuai oleh kakaknya sendiri. Meskipun hanya sebagai wakil

tetapi sebenarnya dialah ketua dari kelompok karangtaruna

76

Genilangit, hal itu terjadi karena Edi sangat tidak menyukai semua

hal berkaitan administratif birokrasi yang menurutnya ribet dan

tidak jelas. Selain itu juga Edi kurang bisa berbicara di depan

khalayak umum. Sehingga akhirnya secara struktural kakaknya

yang bernama Agus yang dipilih menjadi ketua karangtaruna

Genilangit. Agus akan selalu menjadi pembicara dalam setiap acara

dan ketika dihadiri petinggi-petinngi pemerintahan atau tamu.

Pertemuan rutin setiap bulan selalu dilaksanakan

karangtaruna Genilangit untuk membahas gerakan perubahan.

Mengulas balik nilai dan norma yang sudah tertanam baik di dalam

masyarakat Genilangit, dimanfaatkan Edi untuk membahas lahan

Perhutani yang tidak terpakai. Beliau berpendapat bahwa lahan

perhutani yang tidak terurus itu bisa dikembangkan untuk

kemajuan desa Genilangit. Mendengar ungkapan beliau lalu

masyarakat sempat pesimis. Warga berfikir bahwa lahan itu butuh

sewa dan pastinya butuh dana besar untuk babat alas dan

pengembangan. Melihat pesimisnya warga Edi tidak putus asa

dengan mengembalikan pandangan kepada leluhur “babat alas” Ki

Malang Yudho. Warga sebenarnya mengetahui bahwa Edi

memiliki keturunan darah dari Ki Malang Yudho. Edi mengatakan

perubahan tidak akan hadir dari luar, melainkan perubahan akan

terjadi jika kita mau mencoba belajar melawan. Dengan perkataan

itu anggota karangtaruna kembali bersemangat dan yakin program

ini akan berhasil meskipun lawan didepan akan sangat berat.

77

Dalam pikiran Edi hanya bagaimana caranya agar warga

desa Genilangit bisa maju dan berkembang dengan caranya sendiri.

Banyak potesi alam yang dimiliki desa Genilangit, maka kenapa

beliau sangat optimis. Beliau yakin lahan perhutani yang tidak

terurus itu akan mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat

Genilangit. Beliau juga secara ”personal” mengatakan bahwa

mendapat bisikan alam atas apa yang dia pikirkan. Menurutnya

bisikan itu dari Allah yang disalurkan kepada alam leluhurnya

hingga mampu secara alam bawah sadar membangkitkan semangat

“personal” Edi demi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat

Genilangit. Mendengarkan penjelasan Edi terkait mimpi yang

dialami membuat warga sempat hening, dalam keheningan tersebut

warga sangat mendengarkan ucapan Edi.

Pembicaraan Edi terkait mimpi yang dialami terus menerus

menciptakan suasana hening. Hal tersebut terjadi karena pesan

mimpi yang dialami berasal dari Ki Malang Yudho yang sangat

melegenda di Desa Genilangit. Sebagai orang pertama yang babat

alasatau membuka wilayah desa hingga memberikan nama Desa

Genilangit. Peran Ki Malang Yudho juga sangat berjasa dimana

membentuk karakter desa yang sangat rukun. Penanaman nilai dan

norma yang dilakukan Ki Malang Yudho juga masih dirasakan

warga hingga detik ini. Hal itu yang membuat warga benar-benar

memperhatikan pembicaraan Edi yang secara darah turunan

memiliki garis turun dari Ki Malang Yudho. Sehingga masyarakat

78

menangkap pesan tersebut sebagai sesuatu yang nyata seperti

amanah yang harus dijalankan seluruh masyarakat desa Genilangit.

Mendengarkan pembicaraan Edi dengan seksama membuka

pemikiran warga. Sebagai suatu amanah dari leluhur akhirnya

warga menyetujui pembangunan taman wisata yang akan dibangun

di Taman Wisata Genilangit. Namun warga tidak langsung begitu

saja berpartisipasi, melainkan warga menginginkan adanya ijin

pengelolaan lahan perhutani dari pihak perhutani. Warga

memikirkan resiko yang akan terjadi apabila pembangunan

dilakukan tanpa ijin dari perhutani. Warga akan turun berpartisipasi

secara utuh apabila ijin dari perhutani sudah ada. Selama belum ada

ijin dari perhutani warga tidak akan turun membantu karang taruna.

Inisiator Edi bangga melihat semangat warga desanya

seperti muncul ketika dirinya menceritakan mimpi yang

dialaminya. Merasa sudah berhasil membangkitkan semangat

warga, Edi lalu menuju tahap selanjutnya untuk segera mungkin

menyelesaikan ijin pengelolaan lahan perhutani.

b. Nilai, norma& jaringan masyarakat

Potensi desa Genilangit sangat melimpah, namun dalam

pemanfaatan masih sangat kurang, warga sangat pesimis untuk

mengolah atau mengembangkan potensi yang ada. Banyak hal yang

melatar belakangi kenapa mayoritas masyarakat berfikir seperti itu.

79

Kondisi ekonomi yang serba cukup ditambah dengan kualitas

sumber daya masyarakat yang rendah menjadi salah satu hal yang

sangat umum dibicarakan dalam masyarakat sebelum berdirinya

taman wisata genilangit. Berikut data wawancara dengan Edi:

“masyarakat kene iki wes pesimis disek sebelum bertindak

utowo njajal. Padahal logikane, adewe gak bakal ngerti hasil

ketika gak pernah nyoba. Saiki coba bayangno mayoritas

masyarakat genilangit mikir ngono, aku mbatin tok gek terus kapan

majune. Disisi lain masio masyarakat kene pesimis kabeh soal

pengembangan potensi, aku bangga dadi warga kene. Bangga ne

ngene, nilai karo norma masyarakat ken ewes apik. Siji wong karo

wong liane akur kabeh. Soal mangan gausah mikir, ibarat kata sak

deso iki wes koyo keluarga. Nah teko iki pisan aku koyo nduwe

dukungan. Masalahe ngene, ketika warga desa iki secara nilai

norm awes gak apik, mesti bakal angel diajak maju. Yo masio

situasi awal memang podo ugung percoyo karo ideku. Tapi aku gak

mundur, tak yakino sak jelas-jelase dengan kepala tegak.

Alhamdulillah hamper 70% warga mendukung ideku. Seketika aku

langsung nyiapne program. Seng gak ndukung gak tak pikir, aku

ono seng ndukung wae wes seneng, dadi gak usah mikir abot

nggatekne seng gak gelem ndukung aku. Bakal tak buktekne neg

aku iso nggawe perubahan besar neng deso iki. Perubahan besar

iki wes tak delok soko antusias seng ndukung aku. Selain dukungan

teko warga lokal, aku yo oleh dukungan soko luar. Misale koyo

ketua karang taruna Indonesia seng omahe neng deso Janggan.

Aku wes kenal cedak kambek wonge, Cuma memang situasine

wonge super sibuk. Tapi lewat dukungan soko wonge aku iso

nglewati administrasi karo perijinan-perijinan sewa lahan

perhutani. Mungkin neg gak diewangi proposal kui bakal

ngangkrak iso ugo gak di acc. Tapi seng jelas factor pendukung

teko gerakan iki yo soko nilai norma seng berlaku neng kene.

Saling percoyo satu sama lain, bahkan jarang ono warga seng

konflik gegeran. Soale neng ken ewes guyup rukun ayem tentrem.

(“masyarakat sini sudah pesimis dahulu sebelum bertindak

atau mencoba. Padahal logikanya, kita tidak akan mengetahui

hasil ketika tidak pernah mencoba. Sekarang coba bayangkan

mayoritas masyarakat Genilangit berfikir seperti itu, dalam hati

saya berkata, terus kapan majunya. Disisi lain meskipun

masyarakat sini pesimis semua soal pengembangan potensi, aku

bangga menjadi warga sini. Bangganya begini, nilai dan norma

masyarakat sudah baik. Satu orang dengan lainnya sangat akur

semua. Soal makan tidak perlu dipikir, ibarat kata satu desa ini

sudah seperti keluarga. Dari hal ini juga saya seperti memiliki

80

dukungan. Masalahnya begini, ketika warga maysarakat secara

nilai dan norma sudah tidak baik, maka akan susah diajak maju. ya

meskipun situasi awal memang belum percaya sama ide saya.

Tetapi saya tidak mundur, saya yakinkan sejelas-jelasnya dengan

kepala tegak. Alhamdulillah ketika ijin perhutani turun hampir

70% warga mendukung ide saya. Seketika saya langsung

memikirkan rencana program, yang tidak mendukung tidak saya

pikirkan, ada yang mendukung saya saja sudah bahagia, jadi tidak

perlu berpikir berat dengan yang tidak mendukung. Akan saya

buktikan juka saya bisa mebawa perubahan besar di desa ini.

perubahan besar ini sudah saya rasakan dari antusias warga yang

sangat besar. Selain dukunhgan dari warga lokal, saya juga ada

dukungan dari luar desa misalnya dari ketua karangtaruna

Indonesia yang rumahnya di desa Janggan semasa kecilnya..saya

sudah mengenal dekat dengan orangnya. Cuma memang situasinya

dia orangnya super sibuk. Tetapi lewat dukungan dari orangnya

saya bisa melewati administrasi dan perijinan-perijinan sewa

lahan perhutani. Mungkin apabila tidak dibantu orangnya

proposal pengajuan sewa lahan tidak akan pernah di respon.

Tetapi yang paling mendasar faktor pendukung gerakan ini ialah

dari nilai dan norma yang berlaku di sini. Saling percaya satu

sama lain, bahkan jarang ada warga yang terjadi konflik atau

perselisihan. Soalnya disini sudah guyub rukun semua.”)

Data wawancara diatas diperkuat data wawancara dengan

sekertaris karang taruna Heri Agus Sutrisno atau biasa dipanggil

Sutris sebagai berikut:

“posisiku neng karang taruna sebagai sekertaris, soale aku

seng iso dikatakan paling paham dalam penulisan koyo nggawe

surat menyurat utowo nyatet program-program seng wes

disepakati bareng-bareng. Strategi-strategi seng wes dirancang

mlebu neng bagianku sebagai sekertaris. Misale ide-ide warga kan

akeh banget, kui tak cateti kabeh. Soale hal seng paling

diutamakne neng deso iki yo ngrungokne aspirasi warga, aku yo

yakin warga Genilangit iki kreatif kabeh. Mesti ono cara digawe

ngakali sembarang-mbarang. Aku yo sadar masalah nilai norma

neng deso iki. Menurutku gak enek deso seng serukun iki,

hubungan antar warga wes koyo keluarga dewe. Ibarat kata

kesusahan sau warga I tanggung jawab bersama. Nah saling

membantu kuncine tapi sisi lione ya akeh. Warga kene iki terbuka

kabeh, ora enek seng ditutup tutupi. Mulai aku cilik sampek saiki

rukun terus. Kasarane awakmu lue gak usah bingung, tetangga

samping bakal wenehi mangan. Kebersamaan-kebersamaan ngene

iki seng terus akhire nggawe kuat masyarakat kene. Situasi iki seng

asline dadi dasar kenapa kok iso seluruh warga dadi siji saling

81

tulung. Gak iso mas tanpa kesolitan satu sama lain digae

nggerakne masyarakat. Mesti ujung-ujungne ngandelno bantuan

pemerintah karo investor. Ndelok daerah wisata seng wes kelebon

investor i jane mesakne. Pada akhire iso di delok, warga asli lokal

e malah terpinggirkan, peran warga asli maleh minim. Soale

investor gak bakal percoyo karo sumber daya lokal. Alasan

pendidikan lah opo lah enek ae mesti. Neg wes ngono kan akhire

malah diambil alih investor, trus warga lokal gak kebagian opo-

opo. Peran gaenek, kontribusi gak enek, sidane duduk

pemberdayaan, tetapi penipuan haha… Neng Genilangit bakal

nolak mentah-mentah neg misal enek investor pengen ikut campur.

Yo berkaca soko tempat wisata seng wes kelebon investor mau,

akhire gak bakal ngandelne bantuan sopo ae. Dana desa ae gak

oleh mlebu, opo maneh investor, prei… demi kepentingan bersama,

kemajuan masyarakat Genilangit hal iki kudu di cekel tenanan.”

(“posisi saya di karang taruna sebagai sekretaris, soalnya

saya yang bisa dibilang paling paham dalam hal penulisan-

penulisan seperti membuat surat-menyurat atau mencatat semua

program-program yang akan dijalankan dan sudah disepakati.

Strategi-strategi yang sudah dirancang masuk ke bagianku sebagai

sekretaris. Misalnya ide-ide warga kan sangat banyak, itu saya

catat semua. Soalnya hal yang paling diutamakan di desa ini

adalah mendengarkan aspirasi warga, saya juga yakin warga

genilangit ini semuanya kreatif. Akan selalu ad acara untuk

mengakali seghala sesuatunya. Saya juga sadar masalah nilai dan

norma di desa ini. Menurut saya pribadi tidak ada tidak ada desa

lain yang serukun ini, hubungan antar warga sudah selayaknya

keluarga sendiri. Ibarat kata satu kesusahan warga adalah

tanggung jawab bersama untuk membantu menyelesaikan masalah.

Saling membantu menjadi salah satu kuncinya, selain itu ya masih

banyak lagi. Warga Genilangit itu terbuka semua, tidak ada hal

yang ditutup-tutupi. Mulai saya kecil hingga sekarang masih rukun

terus. Logikanya seumpama kamu lapar tidak usah bingung untuk

makan, tetangga samping pasti akan memberi makan.

Kebersamaan-kebersamaan seperti ini yang pada akhirnya

membuat masyarakat Genilangit kuat. Situasi seperti inilah yang

sebenarnya menjadi dasar kok bisa seluruh warga menjadi satu

saling tolong-menolong. Tanpa kesolidan warga seperti ini tidak

akan bisa apabila menggerakkan warga secara utuh. Pasti ujung-

ujungnya mengandalkan bantuan pemerintah kalau tidak begitu

mengandalkan bantuan investor. Melihat daerah wisata yang

sudah dimasuki investor itu sebenarnya kasihan. Pada akhirnya

bisa dilihat kan? Warga asli atau lokalnya malah terpinggirkan,

peran-peran warga aslinya malah sangat minim. Soalnya sudah

pasti dalam pengembangan investor tidak akan percaya dengan

sumber daya manusia lokal..alasan pendidikan lah apa saja pasti

dijadikan alasan. Kalau sudah kondisi seperti itu akhirnya kan

malah diambil alih investor, terus warga lokalnya tidak

82

mendapatkan apapun. Peran tidak ada, kontribusi tidak ada, pada

akhirnya bukan pemberdayaan melainkan penipuan haha… kalau

di Genilangit pasti akan ditolak apabila ada investor yang ingin

masuk iku campur dalam pengembangan. Ya berkaca dari tempat

wisata yang sudah diasuki investor tersebut, pada akhirnya

Genilangit tidak akan mengandalkan bantuan dalam bentuk

apapun. Dana desa saja tidak diperbolehkan ikut campur, apalagi

investor, sorry… demi kepentingan bersama, kemajuan dan

kesejahteraan masyarakat Genilangit hal ini harus dipegang

teguh.”)

Nilai-nilai sosial yang berkembang di Desa Genilangit

merupakan hasil penafsiran atas manfaat dan fungsi lingkungan

yang dapat memacu suatu perubahan. Nilai-nilai tersebut bukan

merupakan elemen yang pasif dalam proses sosial. Nilai disini aktif

dalam membentuk atau memberikan arah dalam proses sosial.

Dengan kata lain, nilai-nilai tersebut dapat memainkan peran yang

amat sangat penting bagi kelahiran dan mempermudah konsolidasi

sebuah struktur sosial baru. Nilai bahkan bisa lebih dari itu, nilai-

nilai itu bisa menjadi pemacu yang efektif untuk menciptakan dan

mengarahkan gerakan suatu kelompok masyarakat.

Nilai-nilai sosial yang berkaitan dengan penafsiran diatas

manfaat dan fungsi lingkungan yang dipergunakan untuk mencapai

suatu gambaran nyata tentang kehidupan masyarakat di masa depan

yang di dalamnya akan tercipta kesejahteraan. Dari sini, kemudian

dibangun simbol-simbol yang mendorong lahirnya sebuah

konseptualisasi struktur sosial dan sistem sosial tertentu di masa

depan, di samping bisa memberi arahan tentang bagaimana kiat

yang harus dilakukan untuk mewujudkannya. Struktur sosial dan

83

sistem sosial yang dianggap sudah tidak kondusif bagi kelestarian

lingkungan harus dirubah. Perkembangan struktur sosial dan sistem

sosial yang dianggap kurang berwawasan lingkungan dan oleh

karenanya tidak akan mendatang kesejahteraan dan perlu diganti.

Keinginan semacam itu dapat berubah menjadi suatu gerakan dan

menggunakan kata lingkungan untuk memobilisasi masa atau

memacu perubahan.

Langkah yang dilakukan Edi adalah membicarakan visi

misinya dihadapan anggota karangtaruna dan membicarakan visi

misi itu di dalam pertemuan rutin desa. Bisa dikatakan Edi

mengambil langkah yang bersifat internal yang artinya Edi ingin

membentuk kepercayaan dan memperbaiki pandangan warga

terhadap dirinya yang menurut Edi itu salah. Yang dilakukan Edi

merupakan langkah awal dari pemikiran Francis Fukuyama

dimana Edi membentuk kepercayaan terlebih dahulu yang sudah

didasari oleh nilai dan norma yang baik di desa Genilangit. Lalu

Edi memperluas interaksinya untuk mendapatkan jaringan.

Menurut Edi kepercayaan sangatlah penting karena

dukungan akan hadir jika masyarakat percaya sepenuhnya dengan

apa yang digagas seseorang. Membangun kepercayaan tidaklah

mudah karena tergantung kondisi nilai dan norma yang ada pada

masyarakat desa itu sendiri. Jika desa itu sudah memiliki nilai dan

norma yang baik maka masalah kepercayaan itu hanya soal

intensitas dalam berinteraksi. Pengarahan warga atau meyakinkan

84

warga akan sangat mudah, karena hanya butuh semangat dan cara

berfikir yang lebih maju agar kesejahteraan masyarakat tercapai.

Seperti halnya Sutris, pondasi dasar dari pemberdayaan

masyarakat desa Genilangit bertiti tolak dari nilai dan norma yang

sudah terbentuk sejak jaman leluhur. Berbicara mengenai suatu

keterikatan warga yang menumbuhkan rasa saling tanggung jawab

bersama dan rasa memiliki satu sama lain layaknya keluarga. Sutris

berpendapat bahwa terjalinnya suasana kekeluargaan karena antara

warga satu dengan lainnya memiliki rasa tanggung jawab bersama.

Diibaratkan apabila kita mendapatkan permasalahan maka sudah

menjadi tanggung jawab warga lainnya untuk membantu

menyelelesaikannya.

Menurut Sutris sudah jarang ada masyarakat yang guyub

rukun seperti masyarakat desa Genilangit. Nilai dan norma sudah

luntur karena arus globalisasi yang benar-benar sudah

menghilangkan identitas asli dari suatu masyarakat. Sudah pasti

akan mengalami kesulitan apabila identitas sudah hilang. Rasa

kebersamaan juga sudah tidak lagi menjadi kebiasaan.

Pemberdayaan masyarakat tidak akan ada keberlanjutan apabila

tidak ada dasar nilai dan norma sebgai karakter suatu daerah.

Pendapat sutris ini dapat digambarkan kedalam pemikiran

yang seimbang antara idealis dan realis. Bagaimana kita sebagai

masyarakat harus memegang teguh nilai luhur dan dipadukan

85

dengan kemajuan era globalisasi. Hal tersebut harus berjalan

seimbang untuk menghasilkan suatu pemikiran yang maju tanpa

menghilangkan identitas masyarakat. Apabila idealis lebih dominan

maka akan menjadi masyarakat yang kolot dan tertutup dengan

segala perubahan. Sedangkan jika realis lebih dominan maka akan

menjadi manusia yang selalu mengikuti arus globalisasi yang

melupakan nilai dan norma luhur yang merupakan identitas suatu

masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa idealis dan realis harus

berjalan seimbang untuk menjadi masyarakat yang maju tanpa

kehilangan karakter aslinya.

Apabila kebersamaan dan nilai norma tidak kokoh maka

akan berujung pada ketergantungan. Dalam masyarakat Genilangit

yang dimaksud ketergantungan adalah apabila tidak ada norma dan

nilai tersebut pasti akan berujung pada ketergantungan bantuan

pemerintah dan investor. Apabila suatu pembangunan wisata lokal

sudah tersentuh oleh investor maka akan muncul ancaman untuk

warga lokal. Berkaca pada tempat wisata yang sudah dikelola

penuh oleh investor membuat warga lokalnya terasingkan. Mereka

seperti terusir dari rumahnya sendiri. Hal ini seringkali terjadi

dimana investor pasti tidak akan mempercayai warga lokal dalam

proses pembangunan dan pengembangan.

Sebagai dampak dari hadirnya investor dalam hal

pemberdayaan masyarakat. Masyarakat Genilangit memilih

menutup diri apabila ada investor yang hendak masuk mencampuri

86

pembangunan Taman Wisata Genilangit. Hal tersebut sangat

beralasan bagaimana masyarakat Desa Genilangit tidak ingin

terjadi dominasi investor yang pada akhirnya akan meminimalisir

peran warga lokal. Perhitungan yang masuk akal apabila desa

Genilangit tidak menerima hadirnya investor dalam ruang

pembangunan atau pengembangan Taman Wisata Genilangit.

Mereka memilih untuk berkembang secara mandiri namun

masyarakat lokalnya bisa merasakan kesejahretaan secara

berkelanjutan.

c. Perencanaan program

Program yang digagas inisiator sangat sederhana,

bagaimana seluruh elemen masyarakat memberi dukungan dan

berpartisipasi langsung dalam pengembangan Taman Wisata

Genilangit. Perencanaan awal yaitu menggerakkan warga yang

mendukung untuk membuka lahan perhutani yang sangat lebat.

Disaat proses pembersihan atau pembukaan lahan inisiator

mensosialisasikan rencana awal yang harus ditempuh. Proses

perijinan sewa lahan serta hal-hal yang bersifat administratif diurus

bersama-sama. Setalah izin sewa lahan selesai, Edi mengarahkan

warga setiap RT untuk membuat desain yang akan diaplikasikan di

Taman Wisata Genilangit. Setiap RT memiliki area untuk dibangun

sesuai tema kreatifitas warga. Dengan pembagian tersebut area

87

setiap RT warga bisa fokus membangun sesuai tema yang telah

disepakati. Selain itu juga pengembangan taman wisata bisa

maksimal dan merata tanpa harus memikirkan satu tema. Fokus

utama tahap pertama pengembangan ialah melihat antusias warga

berpartisipasi dan juga melihat kreatifitas warga.

“neg dibilang program memang program tapi neng kene

aku sama sekali gak enek agenda program. Aku Cuma ngandani

warga tujuane babat alas bedengan digawe kesejahteraan rakyat

Genilangit. Nek masalah program sebenere fleksibel tergantung

situasi kondisi. Neng pikiranku wes ono dukungan warga terus

antusiase dalam berpartisipasi apik ae wes seneng, setidake aku

karo warga wes sepemikiran wes percoyo. Setelah iku bakal dadi

model opo taman iku sesuai kesepakatan bersama. Misalkan perlu

enek program amal, bantuan anak yatim iku wes pasti ono ndek

pikiran, Cuma iki kan lagi awal dan ugung ngerti hasile

pemasukan. Seng jelas intine aku ngajak warga nglakoni lakon iki

yo demi kesejahteraan masyarakat kene. Nek masalah

pemberdayaan iki wes pasti soale pada akhirnya pemuda seng

nganggur bakal dadi pegawai di gawe menyambut kehadiran

wisatawan. Posisine macem-macem, ono seng bagian warung, spot

foto, karo tour guide seng ngarahne wisatawan lokasi-lokasine.

(“jika dibilang program memang program tetapi disini

saya sama sekali tidak ada agenda program. Saya Cuma bilang

warga tujuan babat alas bedengan untuk kesejahteraan rakyat

Genilangit. Masalah program sebenarnya fleksibel tergantung

situasi dan kondisi. Dalam pikiranku sudah ada dukungan itu

bagus. Setidaknya saya sama warga sudah sepemikiran saling

percaya. Setelah itu bakal menjadi seperti apa taman ini sudah

sesuai kesepakatan bersama. Misalnya diperlukan program amal,

bantuan anak yatim itu pasti ada dalam pikiran, Cuma ini kan baru

awal dan belum bisa diketahui berapa pemasukan yang didapat.

Yang jelas intinya saya mengajak warga melakukan jalan ini demi

kesejahteraan bersama. Jika masalah pemberdayaan itu pasti ada,

karena kita disini menggerakkan semua lapisan masyarakat lokal

dan nantinya tenaga kerja juga diambil dari warga lokal.”)

Berdasarkan data wawancara dengan Edi selaku inisiator

beliau menyatakan bahwa progam pengembangan taman wisata

88

berjalan fleksibel dimana berbagai kemungkinan bisa terjadi sesuai

kondisi. Tidak menutup kemungkinan hasil dari pengembangan

taman wisata digunakan untuk kegiatan-kegiatan amal (charity).

Begitu juga soal pemberdayaan masyarakat yang pada akhirnya

juga akan terealisasikan. Secara dasar pemikiran memang inisiator

atas gerakan ini bertujuan untuk mengangkat kesejahteraan

masyarakat Genilangit. Kesejahteraan yang dimaksud konteksnya

sangat luas, seperti halnya program yang fleksibel. Segala

kemungkinan positif bisa dilakukan sesuai kondisi yang ada.

Berdasar yang diungkapkan Edi penyerapan tenaga kerja lokal

sangat mungkin terjadi, hal ini dikarenakan masih banyak pemuda

yang menganggur.

3.5.3 Fase Ketiga

a. Partisipasi warga

Kemunculan Taman Wisata Genilangit yang

menghebohkan daerah sekitar desa Genilangit tidak terlepas dari

semangat partisipasi warga mewujudkan tujuan bersama. Seluruh

lapisan masyarakat bersatu menjadi kekuatan yang tidak

terpikirkan oleh warga desa lain. Partisipasi warga tidak hanya

untuk mengikut sertakan warga sebagai aktor pengembangan taman

wisata, melainkan untuk memunculkan kreatifitas warga yang

selama ini tidak tersampaikan.

89

Hubungan interaksi yang sudah terbentuk dengan baik

menjadi salah satu latar belakang bersatunya warga untuk

berpartisipasi secara langsung. Melihat kondisi bagaimana

pengembangan taman wisata tidak bergantung pada bantuan

pemerintah atau investor, membuat seluruh warga sadar jika bukan

mereka sendiri yang berusaha keras maka tidak akan terwujud

Taman Wisata Genilangit itu sendiri.

Perubahan kondisi terjadi pada saat ijin penggunaan lahan

sudah turun langsung dari pihak perhutani. Awalnya masyarakat

tidak membantu karang taruna karena ijin dari perhutani belum ada

terkait penggunaan lahan. Menurut warga lahan tersebut milik

perhutani, jadi apabila hendak mengelola lahan perhutani harus ada

perijinan. Warga berjanji jika ijin pengelolaan lahan sudah turun

akan secara penuh berpartisipasi mewujudkan pembangunan taman

wisata.

Pemberdayaan masyarakat tanpa adanya partisipasi

masyarakat hanya akan menjadi sia-sia. Partisipasi masyarakat

menjadi bagian terpenting dalam setiap pemberdayaan masyarakat.

Hal paling penting dalam konsep partisipasi adalah setiap

partisipasi tidak hanya dilihat dari aspek fisik saja. Banyak individu

kelompok kepentingan dan masyarakat berpikir bahwa seseorang

dapat dikatakan berpartisipasi ketika sudah terlibat secara fisik.

Sebenarnya esensi dari partisipasi tidak hanya soal fisik saja.

Bentuk inisiatif saran dan ide-ide masyarakat sebenarnya dapat

90

dikatakan sebagai wujud partisipasi itu sendiri. Hal inilah yang

kemudian konsep partisipasi hanya dimaknai dari kegiatan fisik

saja. Individu masyarakat yang bisa memberikan bantuan dalam

setiap kegiatan atau program pembangunan desa dalam jumlah

yang besar berarti telah berpartisipasi secara aktif dalam

melancarkan jalannya program kegiatan yang telah direncanakan.

Pemberdayaan yang melibatkan masyarakat secara masal

ebutuhkan perncanaan dan pengorganisasian yang cermat. Segala

aktivitas yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup

atau kesejahteraan sosial masyarakat serta membiana kemandirian

masyarakat Genilangit. Oleh karena itu partisipasi masyarakat

adalah hal vital dalam setiap pemberdayaan masyarakat. Konsep-

konsep juga harus mengedepankan partisipasi masyarakat sebagai

dasar proses dalam pembangunan pedesaan. Perencanaan

partisipasi merupakan proses perencanaan program

pemngembangan masyarakat yang dilakukan dengan melibatkan

masyarakat setempat dan stake holders seperti tokoh masyarakat

dan aparatur desa.

Keterlibatan masyarakat dan pihak terkait nantinya akan

mengidentifikasi masalah dan kebutuhannya sendiri seseuai dengan

potensi yang ada pada masyarakat. Perumusan lalu menyeleksi

alternative-alternatif gerakan atau program dan

mengimplementasikan program yang telah disepakati bersama.

Dalam strategi partisipasi masyarakat pedesaaan akan dilibatkan

91

secara aktif dalam keseluruhan proses pembangunan, mulai

perencanaan hingga pelaksanaan. Hal-hal tersebut yang selalu

dilakukan masyarakat Genilangit dan karang taruna beserta tokoh-

tokoh masyarakat. Dengan strategi ini secara nyata mampu

membuat masyarakat Genilangit dalam proses pembangunan bisa

lebih mengakar dan kelestarian atau tingkat keberlangsungannya

akan terjamin.

Gerakan masyarakat Genilangit merupakan konsep

pembangunan yang berpusat pada rakyatnya sendiri. Hal ini

merupakan suatu Pendekatan pembangunan yang memandang

inisiatif dan kreatifitas dari rakyat sebagai sumber daya

pembangunan yang utama. Masyarakat Genilangit menghargai dan

juga mempertimbangkan bersama-sama segala bentuk ide dan

saran yang bersumber dari warga. Pembangunan dari, oleh dan

untuk rakya menghadapi persoalan tentang internalisasi nilai ke

dalam lembaga sosial politik yang ada. Dalam teori pembangunan,

Pendekatan terhadap partisipasi dimaknai sebagai kontribusi

masyarakat untuk meningkatkan segala efisiensi dan efektifitas

program pembangunan. Dari sisi efisiensi, bahwa partisipasi adalah

sebuah intrumen pendukung untuk mencapai hasil dan kebijakan

sosial yang lebih baik. Sedangkan dalam sisi demokrasi dan

pemberdayaan, partisipasi adalah suatu proses untuk meningkatkan

kapasitas individu sehingga bisa menghasilkan perubahan-

perubahan positif dalam kehidupan masyarakat itu sendiri.

92

Pemberdayaan masyarakat akan selalu identik dengan

partisipasi, karena partisipasi menjadi salah satu bagian penting

dalam pencapaian tujuan program. Mulai dari pengidentifikasian

masalah dimana masyarakat dengan kelompok karang taruna

Genilangit bersama-sama melakukan identifikasi peluang, potensi

dan hambatan. Seluruh warga masyarakat dilibatkan dalam

penyusunan rencana program berdasarkan hasil identifikasi.

Setelah penyusunan program sudah dilakukan bersama-sama,

kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan proyek pembangunan.

Masyarakat juga akan dilibatkan dalam pengevaluasian untuk

menilai hasil pebangunan yang dilakukan. Proses mitigasi juga

dilakukan masyarakat untuk dapat mengukur sekaligus mengurangi

dampak negative yang bisa terjadi. Mengingat lokasi pembangunan

taman wisata beberaoa sudutnya terdapat lokasi yang cukup

berbahaya.

Monitoring setiap tahapan yang dilakukan agar proses

pembangunan yang dilakukan memiliki keberlanjutan yang

panjang. Pemberdayaan dan pengembangan masyarakat juga selain

melibatkan warga secara utuh juga melibatkan perncanaan,

pengorganisasian dalam setiap program agar lebih efisien. Semua

aktivitas dan program yang dilakukan bertujuan untuk

meningkatkan taraf hidup atau kesejahteraan sosial masyarakat

Genilangit dan juga membina kemandirian masyarakat baik secara

sosial atau ekonomi.

93

Desa Genilangit dalam strategi partisipatifnya, seluruh

warga dilibatkan secara aktif dalam keseluruhan program

pembangunan Taman Wisata Genilangit. Hal ini merupakan visi

pembangunan yang berdimensi atau bersudut pandang kerakyaan

dan mementingkan potensi lokal untuk dapat dikembangkan.

Seluruh partisipasi yang dilakukan warga dimaknai sebagai

kontribusi masyarakat untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas

pembangunan.

b. Genilangit sebagai basis desa wisata

Perjalanan panjang yang ditempuh seluruh warga desa

Genilangit kurun waktu 3 tahun belakang sangat membanggakan.

Pandangan pemerintah daerah sudah tertuju pada desa yang terletak

di perbatasan antara Jawa Timur dan Jawa Tengah. Kemunculan

icon baru Taman Wisata Genilangit mampu merubah wajah

Genilangit yang awalnya hanya sebagai desa pertanian dan

peternakan. Kemajuan sektor ekonomi sangat dipengaruhi oleh

Taman Wisata Genilangit. Dampaknya banyak sekali lapangan

pekerjaaan atau peluang bisnis dagang di tempat tersebut.

Kehadiran wisatawan yang penasaran dengan Taman Wisata

Genilangit selalu bertambah setiap tahunnya.

Status desa Wisata yang secara resmi diakui oleh

pemerintah daerah dan dinas pariwisata menambah daftar lokasi

94

wisata yang ada di kabupaten Magetan. Kesuksesan taman wisata

Genilangit menjadikan desa Genilangit sebagai desa percontohan

sektor wisata, dan setiap potensi desa bisa meningkatkan

kesejahteraan warga. Dampak nyata yang dirasakan desa lain

disekitar Genilangit juga signifikan. Banyak desa yang secara

mandiri mencontoh gerakan yang dilakukan warga desa Genilangit.

Memanfaatkan potensi alam dan menjadikan alam sebagai pesona

wisata yang bagus.

Dampak dari kesuksesan Taman Wisata Genilangit tidak

hanya dirasakan oleh warga lokal saja. Secara tidak langsung desa

yang ada disekitar Genilangit terkena dampak dari hadirnya

wisatawan yang hendak menuju ke Genilangit, seperti peluang

membuka tempat makan, ngopi atau toko yang menjual berbagai

kebutuhan. Dampak ekonomi secara menyeluruh dirasakan baik

dari masyarakat lokal Genilangit dan juga desa yang berada di

sekitar Genilangit.

c. Pemberdayaan sebagai tujuan utama

Gerakan karang taruna selain untuk membangun taman

wisata juga memiliki visi pemberdayaan terhadap masyarakat

Genilangit. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat merupakan

tujuan utama. Melihat kondisi ketertinggalan desa Genilangit dari

berbagai aspek kehidupan membuat karang taruna terus

95

memikirkan cara dan alternative untuk terus membangun desanya

lebih baik. Hadirnya program pembuatan taman wisata menjadi

awal dari pemberdayaan masyarakat Genilangit secara utuh.

Partisipasi warga yang sangat tinggi membangkitkan semangat

masyarakat untuk berubah kearah yang lebih maju.

Pembangunan berkelanjutan akan terus dilakukan Taman

Wisata Genilangit. Seiring pembangunan yang semakin baik dan

meluas, penyerapan tenaga kerja lokal akan semakin besar. Dengan

adanya lapangan pekerjaan maka akan mengurangi julah

pengangguran yang ada di Genilangit. Warga bisa mebuka usaha

mandiri ataupun industry rumahan. Selain pemberdayaan dalam

sektor wisata, terdapat juga pemberdayaan dalam sektor kesenian

dan kebudayaan. Masyarakat sudah bisa berpikir maju sebagai

dampak dari Taman Wisata Genilangit. Dengan pemberdayaan

masyarakat lokal membuat partisipasi warga lebih aktif selain itu

pemuda yang menganggur juga mendapat pekerjaan.

“gerakan iki memang pada dasare digae ngangkat

kesejahteraan masyarakat, masalah pemberdayaan iku pasti enek.

Partisipasi warga antusias banget. Neg ndelok ramene wisatawan

jelas dana seng diperoleh iso gawe nggaji mereka. Otomatis

mereka berpartisipasi pisan oleh bayar. Secara gak langsung wes

dianggep bekerja masio tidak resmi koyok kerjo kantoran dan lain-

lain. Yo setidake eneke taman wisata iki iso menehi penggawean

warga seng nganggur. Malah neng pikiranku seluruh pemuda seng

rantau tak celuk kabeh ben muleh kerjo neng kene ae. Dadi gak

perlu adoh-adoh teko keluarga. Pokok intine iki semua digawe

kebaikan warga Genilangit. Aku gak golek bathi utowo

memanfaatkan dari sisi keuntunganku. Aku berkorban sejauh iki

cuma digawe kesejahteraan bersama. Aku pisan pengen

membuktikan neg aku iki masio gak pernah sekolah seneng

balapan liar jaman enomku sek ndue ati lan ndue pikiran apik

96

marang masyarakat. Warga seng sek mikir aku elek saiki wes

raono semenjak genelingit terkenal. Malah enek seng

ngrekomendasi aku dadi kepala desa periode selanjute. Setiap

perkumpulan warga aku mesti ngewehi pandangan lan penjelasan,

ojo ndelok uwong soko history elek e, semua orang berhak berbuat

baik dan semua orang pasti ada sisi baik. Alhamdulillah hadire

genilangit iso nyerap tenaga kerja lokal. Iso nggaji warga sesuai

UMR Magetan. Kanggeku iki pencapaian luarbiasa, aku bahkan

gak nyongko iso bakal sejauh iki”.

(“gerakan ini pada dasarnya untuk mengangkat

kesejahteraan masyarakat, masalah pemberdayaan itu pasti ada.

Partisipasi warga antusias sekali. Jika dilihat ramainya wisatawan

jelas pemasukan yang diperolah bisa untuk menggaji mereka.

Otomatis mereka berpartisipasi dan juga mendapat gaji

pendapatan. Secara tidak langsung sudah dianggap bekerja

meskipun tidak resmi layaknya kerja kantoran dan lain-lain. Ya

setidaknya dengan adanya taman wisata ini bisa memberikan

pekerjaan warga yang menganggur. Yang ada dalam pikiranku

seluruh peuda yang merantau saya panggil semua supaya pulang

dan bekerja disini saja. Jadi tidak perlu jauh-jauh dari keluarga.

Pada intinya semua ini demi kebaikan Genilangit. Saya tidak

mencari keuntungan pribadi atau memanfaatkan ini semua demi

kepentingan pribadi. Saya berkorban sejauh ini hanya untuk

kesejahteraan bersama saya juga ingin membuktikan kalau saya ini

meskipun tidak pernah sekolah suka balapan liar jaman mudanya

masih memiliki hati bersih dan pikiran yang bagus untuk

masyarakat. Warga yang masih berpikir negative ke saya berarti

hanya melihat saya dari sisi histori saja, padahal semua orang

berhak berbuat baik dan juga memiliki sisi baik. Alhamdulillah

hadirnya taman wisata genilangit bisa menyerap tenaga kerja

lokal, dan menggaji mereka sesuai UMK kabupaten Magetan.

Menurut saya ini sudah luarbiasa, bahkan saya tidak menyangka

akan sejauh ini.”)

Berdasarkan data wawancara dengan Edi perihal

pemberdayaan masyarakat desa Genilangit dapat dilihat dari tujuan

utama dari pengembangan Taman Wisata Genilangit untuk

meningkatkan kesejahteraan warga Genilangit. Pemberdayaan pasti

akanlebih terlihat pada saat taman wisata sudah berjalan. Pada

dasarnya memang tidak bisa dihindari bahwa tujuan pemanfaatan

97

potensi alam Genilangit bertujuan untuk pemberdayaan masyarakat

lokal.

Selain penyerapan tenaga kerja lokal inisiator juga

menyerahkan model pembangunan kepada warga. Hal ini karena

terlalu banyak masukan dari warga untuk model pembangunan.

Akhirnya inisiator memutuskan untuk membahas soal pembagian

tema. Pertemuan-pertemuan dilakukan hingga akhirnya

memutuskan untuk menyuruh setiap RT membuat tema dan lokasi

pembangunan tidak akan sama. Pemisahan setiap RT diharuskan

memiliki tema pembangunan karena banyak sekali masukan disaat

pertemuan masyarakat. Hal ini juga bisa mempercepat proses

pembangunan agar setiap sudut dari taman wisata tersentuh. Dalam

pikiran inisiator adalah bagaimana efisiensi waktu dan juga

menghindari kerumunan warga saat pembangunan sehingga selain

pembangunan merata setiap sudut juga warga setiap RT bisa fokus

dalam pengenrjaan.

d. Perluasan area wisata

Perkembangan Taman Wisata Genilangit semakin

menunjukkan kemajuan yang signifikan. Banyaknya ide-ide

masyarakat yang disuarakan membuat program pembangunan

menumpuk. Dalam kurun waktu 2 tahun seluruh sudut taman

wisata sudah berubah menjadi tempat-tempat untuk wisatawan.

98

Pembangunan terkahir ialah membuat lintasan ATV yang sudah

terealisasikan. Sebelum pembangunan lintasan Genilangit

melakukan izin ke perhutani untuk melakukan perluasan area yang

hendak dikelola oleh masyarakat khususnya karang taruna Giri

Putra Bhakti.

Respon positif ternyata didapatkan dari pihak perhutani,

dimana karang taruna sebagi kelompok yang mengelola taman

wisata diatas lahan perhutani ini diberi kebebasan untuk

memperluas area wisatanya. Melihat situasi tersebut inisiator Edi

tidak menunggu waktu lagi, bersama masyarakat kerja bhakti babat

alas untuk memperluas lahan yang hendak digunakan sebagai

lintasan ATV. Berikut data wawancara dengan inisitior Edi yang

dilakukan tanggal 10 Februari 2018

“aku awale bingung, idene masyarakar iki sek akeh seng

ugung terealisasikan. Akhire aku ngadakne pertemuan maneh,

mbahas perluasan lahan. Kabeh kemungkinan wes terbahas neng

pertemuan kui. Seng missal pihak perhutani seumpama gak ngolehi

perluasan lahan area wisata, seng kudu ngurus surat menyurat,

seng ngurus MoU maneh. Akhire aku karo masku sebagai ketua

karang taruna budal neng perhutani dengan tangan kosong digae

nakokne perluasan lahan. Lha kok alhamdulillah pihak perhutani

membebaskan perluasan lahan sesuai kebutuhan pengembangan.

Gak mikir sui selang 3 hari aku karo cah-cah langsung mbabat

ngresiki alas maneh digawe lintasan ATV. Fokus ku mbangun

lintasan ATV disek, ngko nek wes dadi bakal ono pikiran maneh

enake diisi opo digae penghias lintasan ATV. Iso dibangun warung

makan, di kei sapi opo jaran wes pokoe iku ono ndek pikiran. Soal

waktu to asline pengen mbangun opo dipasangi opo ae.

(“saya awalnya bingung, ide masyarakat masih banyak

yang belum terealisasikan. Akhirnya saya mengadakan pertemuan

kembali, membahas perluasan lahan. Semua kemungkinan sudah

terbahas dalam pertemuan itu. Misalkan pihak perhutani tidak

memperbolehkan perluasan lahan, yang harus mengurus

99

suratmenyurat, yang mengurus keluarnya MoU dari perhutani.

Akhirnya saya dan kakak saya sebagai ketua karang taruna

berangkat ke perhutani menanyakan perluasan lahan.

Alhamdulillah pihak perhutani membebaskan perluasan lahan

sesuai kebutuhan pengembangan. Tanpa pikir panjang tiga hari

kedepannya saya sama kelompok langsung babat alas lagi untuk

melanjutkan konsep warga dengan mebuat lintasan ATV terlebih

dahulu, setelah itu jika ada ide baru lagi untuk memperindah area

lintasan ATV bisa dibangun warung makan, diberi hewan-hewan

seperti sapi atau kuda, intinya ide-ide itu sudah akan otomatis

tergambarkan dipikiran. Persoalan waktu saja hendak dibangun

apalagi di area wisata.

Berdasar data wawancara diatas berita positif dari pihak

perhutani membuat masyarakat lebih bersemangat untuk

pengembangan taman wisata. Setiap hari lokasi taman akan selalu

ada pembangunan, bisa dari segi infrastruktur atau dari yang lain

sebagai tambahan wahana yang ada di taman wisata Genilangit

agar lebih baik.