Bab II Sejarah dan Perkembangan Sistem Pemerintahan Desa

18
Sejarah dan Perkembangan Sistem Pemerintahan Desa Bab II

Transcript of Bab II Sejarah dan Perkembangan Sistem Pemerintahan Desa

Page 1: Bab II Sejarah dan Perkembangan Sistem Pemerintahan Desa

Model Penataan Kelembagaan Pemerintahan Kampung Adat di Kabupaten Siak 33

Sejarah danPerkembangan

Sistem PemerintahanDesa

Bab II

Page 2: Bab II Sejarah dan Perkembangan Sistem Pemerintahan Desa

Model Penataan Kelembagaan Pemerintahan Kampung Adat di Kabupaten Siak34

Page 3: Bab II Sejarah dan Perkembangan Sistem Pemerintahan Desa

Model Penataan Kelembagaan Pemerintahan Kampung Adat di Kabupaten Siak 35

A. Perkembangan Sistem Pemerintahan DesaDesa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-

batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepen-tingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadatsetempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan NegaraKesatuan Republik Indonesia. Desa adalah suatu wilayah yang pen-duduknya saling mengenal, hidup bergotong-royong, adat istiadat yangsama, dan mempunyai tata cara sendiri dalam mengatur kehidupankemasyarakatannya. Desa sebagai daerah otonomi yang bulat danutuh serta bukan pemberian dari pemerintah, sebaliknya pemerintahberkewajiban menghormati otonomi asli yang dimiliki desa tersebut.Otonomi desa diakui secara nyata sehingga menjadi daerah yang ber-sifat istimewa dan mandiri, memiliki identitas sendiri. Desa bukanmerupakan unsur pelaksana administratif kabupaten atau kecamatan.1Secara administratif desa berada di bawah Pemerintahan Kabupaten.Dengan demikian, dalam sistem pemerintahan daerah, desa merupakandesentralisasi dari sistem pemerintahan.

Pemerintah desa dalam menjalankan pemerintahannya merupakan

BAB IISEJARAH DAN PERKEMBANGANSISTEM PEMERINTAHAN DESA

1 HAW. Widjaya, Otonomi Desa Merupakan Otonomi yang Asli, Bulat dan Utuh,Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm. 164.

Page 4: Bab II Sejarah dan Perkembangan Sistem Pemerintahan Desa

Model Penataan Kelembagaan Pemerintahan Kampung Adat di Kabupaten Siak36

subsistem penyelenggaraan pemerintah daerah, yang memiliki ke-wenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendirisecara berdaya guna dan berhasil guna sesuai dengan perkembanganpemerintahan. Upaya untuk memperbaiki sistem pemerintahan desaterus diupayakan dengan penetapan berbagai peraturan perundang-undangan, seperti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah dan Pe-raturan Daerah. Hal ini dapat diketahui dalam Undang- Undang Nomor23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undangNomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Desa adalah desa dan desa Adat atau yang disebut dengan namalain selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yangmemiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurusurusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkanprakarsa masyarakat, hak asal usul dan/atau hak tradisional yang diakuidan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan RepublikIndonesia.2

Untuk mengetahui, sekaligus membandingkan konsep Pemerin-tahan Desa yang terbaik dan sesuai untuk masyarakat desa di Indonesiamaka perlu mempelajari perkembangan pemerintaan Desa sejak awal.Perkembangan pemerintahan desa di Indonesia sejak masa kolonialhingga saat ini dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut:

1. Pemerintahan Desa Masa KolonialKetika masa pemerintahan kolonial atau biasa disebut dengan

Pemerintahan Hindia Belanda, Desa atau Pemerintahan Desa diaturdalam Pasal 118 jo. Pasal 121 I. S. yaitu Undang-Undang DasarHindia Belanda. Dalam pasal ini dijelaskan bahwa penduduk negeri/asli dibiarkan di bawah langsung dari kepala-kepalanya sendiri(pimpinan). Kemudian pengaturan lebih lanjut tertuang dalam IGOB(Inlandsche Gemeente Ordonantie Buitengewesten) LN 1938 No.490 yang berlaku sejak 1 Januari 1939 LN 1938 No. 681. Nama

2 Pasal 1 Angka 1 Ketentuan Umum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentangDesa.

Page 5: Bab II Sejarah dan Perkembangan Sistem Pemerintahan Desa

Model Penataan Kelembagaan Pemerintahan Kampung Adat di Kabupaten Siak 37

dan jenis dari persekutuan masyarakat asli ini adalah Persekutuan BumiPutera. Persekutuan masyarakat asli di Jawa disebut Desa, di bekasKaresidenan Palembang disebut Marga, Nagari di Minangkabausedangkan di bekas Karesidenan Bangka Belitung disebut Haminte.

Pada masa pemerintahan kolonial ini, asal-usul desa diperhatikandan diakui sedemikian rupa sehingga tidak mengenal adanya pe-nyeragaman istilah beserta komponen-komponen yang meliputinya.Desa/Marga ini berasal dari serikat dusun baik atas dasar susunanmasyarakat geologis maupun teritorial. Desa adalah masyarakat hukumadat berfungsi sebagai kesatuan wilayah. Pemerintah terdepan dalamrangka Pemerintahan Hindia Belanda dan merupakan Badan HukumIndonesia (IGOB STB 1938 No. 490 jo 681). Sedangkan bentukdan susunan pemerintahannya ditentukan berdasarkan hukum adatmasing-masing daerah. Adapun dasar hukumnya adalah IndischeStaasgeling dan IGOB Stb.1938 No. 490 Jo. 681.

Adapun tugas, kewenangan, serta lingkup pemerintahan meliputibidang perundangan, pelaksanaan, keadilan dan kepolisian. Dengandemikian Desa pada saat itu memiliki otoritas penuh dalam mengeloladan mengatur wilayahnya sendiri termasuk ketertiban dan keamananberupa kepolisian. Selain itu masing-masing wilayah tersebut memilikipengaturan hak ulayat atau hak wilayah.

2. Pemerintahan Desa Awal KemerdekaanKetika awal kemerdekaan Pemerintahan Desa diatur dalam UUD

1945, Pasal 18 pejelasan II yang berbunyi sebagai berikut:“Dalam teritorial Negara Indonesia terdapat kurang lebih250 “Zelfbesturendelandschappen” dan “Volksgemeen-schappen” seperti desa di Jawa dan Bali, negeri di Minang-kabau, dusun dan marga di Palembang dan sebagainya.Daerah-daerah itu mempunyai susunan asli dan oleh karena-nya dapat dianggap sebagai daerah yang bersifat istimewa.Negara Republik Indonesia menghormati kedudukandaerah-daerah istimewa tersebut dan segala peraturan

Page 6: Bab II Sejarah dan Perkembangan Sistem Pemerintahan Desa

Model Penataan Kelembagaan Pemerintahan Kampung Adat di Kabupaten Siak38

negara yang mengenai daerah-daerah itu akan mengingatihak-hak asal-usul daerah tersebut”.

Kemudian pengaturan lebih lanjut dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1965 tentang Pembentukan Desa Prajaatau daerah otonom adat yang setingkat di seluruh Indonesia. Undang-undang ini tidak sesuai dengan isi dan jiwa dari Pasal 18 penjelasan IIdalam UUD 1945, karena dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun1965 ini mulai muncul keinginan untuk menyeragamkan istilah Desa.Namun dalam perkembangannnya peraturan ini tidak sempat dilaksana-kan karena sesuatu alasan pada waktu itu.

3. Pemerintahan Desa Masa Orde BaruPada masa Orde Baru, pengaturan tentang Desa diatur melalui

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979. Undang-Undang ini bertujuanuntuk menyeragamkan nama, bentuk, susunan dan kedudukan Peme-rintahan Desa. Undang-Undang ini mengatur Desa dari segi peme-rintahannya, berbeda dengan Pemerintahan Marga disamping jugamengatur adat istiadat. Secara pardigmatik konsep otonomi desa dalamUU No 5 Tahun 1979 ini melalui konsep penyeragaman sebetulnyamerupakan suatu konsep yang tidak tepat, karena secara teoritis oto-nomi desa merupakan otonomi asli, hal ini yang membedakan dengankonsep otonomi pada tingkat Kabupaten/Kota atau Provinsi yangmerupakan pemberian sebagai konskeuensi dari ajaran desentralisasi.

Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduksebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi.Pemerintahan terendah langsung dibawah Camat dan berhak menyele-nggarakan rumah tangganya sendiri didalam ikatan Negara KesatuanRepublik Indonesia.

PenyeIenggara Pemerintahan Desa adalah Pemerintah Desa yangterdiri dari Kepala Desa dan Lembaga Musyawarah Desa. Dalampenyelenggaraan pemerintahan sehari-hari Pemerintah Desa dibantu

Page 7: Bab II Sejarah dan Perkembangan Sistem Pemerintahan Desa

Model Penataan Kelembagaan Pemerintahan Kampung Adat di Kabupaten Siak 39

oleh Perangkat Desa yang Sendiri dari Sekretariat Desa dan Kepala-kepala Dusun.

Menurut Undang-Undang ini juga mengisyaratkan Desa dibentukdengan memperhatikan syarat-syarat luas wilayah, jumlah penduduk,dan syarat-syarat lainnya yang akan ditentukan lebih lanjut oleh mas-yarakat desa. Sementara itu, tugas dan kewenangan yang dimiliki olehPemerintahan Desa menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979adalah sebagai berikut :

1. Menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dan merupakanpenyelenggaraan dan penanggungjawab utama di bidang Pe-merintahan.

2. Pembangunan dan Kemasyarakatan dalam rangka penyeleng-garaan pemerintahan desa.

3. Urusan pemerintahan desa termasuk pembinaan ketentramandan ketertiban sesuai dengan peraturan perundang-undanganyang berlaku dan menumbuhkan serta mengembangkan jiwagotong royong

Di dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 dikenal denganistilah Lembaga Masyarakat Desa (LMD). Lembaga MasyarakatDesa adalah Lembaga Permusyawaratan/Permufakatan yang keang-gotaannya terdiri atas Kepala-Kepala Dusun, Pimpinan Lembaga-Lembaga Kemasyarakatan dan Pemuka-pemuka Masyarakat di desayang bersangkutan. Secara prinsipil setiap wakil tentulah melihat dirinyasebagai wakil warga negara yang berada didalam batas lingkup per-wakilannya secara keseluruhan oleh karena itu para wakil tersebutdisebut sebagai wakil rakyat.

Uang adalah barang publik yang sangat krusial dan sensitif dalampemerintahan desa. Uang bisa menjadi ukuran kekayaan desa, yangbisa digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan danpembangunan. Tetapi uang juga bisa menjadi sumber malapetaka bilatidak dikelola secara bertanggungjawab. Kepala Desa misalnya, bisakehilangan legitimasi dan bahkan bisa dijatuhkan oleh rakyat desa bilamelakukan penyelewengan dalam mengelola keuangan desa.

Page 8: Bab II Sejarah dan Perkembangan Sistem Pemerintahan Desa

Model Penataan Kelembagaan Pemerintahan Kampung Adat di Kabupaten Siak40

Adapun yang menjadi sumber penghasilan maupun pendapatandesa menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 dibagi duabagian yakni :

1. Sumber pendapatan desa; dan2. pendapatan yang berasal dari pemberian pemerintah dan Pe-

merintah Daerah.Sumber pendapatan desa itu sendiri terdiri dari :

1. pendapatan asli desa;2. hasil tanah-tanah kas desa;3. hasil dari swadaya dan partisipasi masyarakat;4. hasil dari gotong royong masyarakat; dan5. lain-lain dari hasil usaha desa.Pendapatan yang berasal dari pemberian pemerintah dan Peme-

rintah Daerah terdiri dari :1. sumbangan dan bantuan Pemerintah;2. sumbangan dan bantuan Pemerintah Daerah;3. sebagian pajak dan retribusi daerah yang diberikan kepada

desa; dan4. lain-lain pendapatan.

4. Pemerintahan Desa Masa Reformasi (1999-sekarang)4.1. Pemerintahan Desa Berdasarkan UU Nomor 22 Tahun 1999Atas dasar pertimbangan bahwa Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979, adalah tidak sesuai dengan jiwa Undang-Undang Dasar1945, dan perlunya mengakui serta menghormati hak asal usul yangbersifat istimewa, sehingga perlu diganti/dicabut. Penggantian Undang-Undang ini dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun1999 Tentang Pemerintahan Daerah, yang mana didalamnya terdapatpengaturan tentang Desa.3

Di Indonesia untuk mewujudkan nilai-nilai demokrasi ditingkatdesa telah banyak undang-undang yang dikeluarkan, dan yang terakhir3 HAW Widjaya, Op, Cit, hlm. 89

Page 9: Bab II Sejarah dan Perkembangan Sistem Pemerintahan Desa

Model Penataan Kelembagaan Pemerintahan Kampung Adat di Kabupaten Siak 41

adalah Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang PemerintahanDaerah.

Desa menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentangPemerintahan Daerah ini adalah kesatuan masyarakat hukum yangmemiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentinganmasyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempatyang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di daerahKabupaten.

Walaupun demikian dengan kondisi aturan tentang pemerintahandesa digabung ke dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999tentang Pemerintahan Daerah, namun hadir suatu bentuk baru di dalamkehidupan politik di desa, yakni munculnya Badan PermusyawaratanDesayang berfungsi mengayomi adat istiadat, membuat peraturan desa,menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat, serta melakukanpengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan desa.

Di dalam Pasal 94 Undang Undang Nomor 22 Tahun 1999disebutkan bahwa di desa dibentuk pemerintah Desa dan Badan Per-wakilan Desa, yang inerupakan Pemerintahan Desa. Dengan demikianpenyelenggara pemerintahan di desa adalah Pemerintah Desa danBadan Perwakilan Desa. Pemerintah Desa terdiri dari Kepala Desadan Perangka Desa. Perangkat Desa terdiri dari unsur- unsur pelayananseperti Sekretariat Desa atau Tata Usaha, unsur pelaksana teknis lapa-ngan dan unsur Pembantu Kepala Desa di wilayah bagian Desa sepertiKepala Dusun. Sedangkan Badan Permusyawaratan Desa adalah suatulembaga yang anggota-anggotanya dipilih dari dan oleh penduduk DesaWarga Negara Republik Indonesia.

Bentuk pemerintahan desa menurut Undang-Undang Nomor 22Tahun 1999 ini adalah dimana Desa/Marga dapat dibentuk, dihapus-kan, dan/atau digabung dengan memperhatikan asal usulnya atas pra-karsa masyarakat dengan persetujuan Pemerintah Kabupaten danDewan Perwakilan Daerah setempat.

Tugas kewenangan lingkup pemerintah meliputi:

Page 10: Bab II Sejarah dan Perkembangan Sistem Pemerintahan Desa

Model Penataan Kelembagaan Pemerintahan Kampung Adat di Kabupaten Siak42

1. kewenangan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa;2. kewenangan yang oleh peraturan perundang-undangan yang

berlaku belum dilaksanakan oleh Pemerintahan Daerah danPemerintah; dan

3. tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi danatau Pemerintah Kabupaten.

Menarik dari Undang-Undang 22 Tahun 1999 ini adalah bahwaPemerintah Kabupaten dan atau pihak ketiga yang merencanakanpembangunan wilayah Desa menjadi pemukiman, industri dan jasawajib mengikutsertakan Pemerintah Desa dan Badan PermusyawaratanDesadalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasannya.

Desentralisasi fiskal yang dianut dalam Undang-Undang Nomor22 Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 memangmemandang desa dengan sebelah mata dan memberikan kekuasaanyang luar biasa kepada Kabupaten. Melalui penetapan sumber-sumberkeuangan Desa, pemerintah hendak menjadikan Desa tergantung ke-pada Kabupaten, selain juga memaksa masyarakat untuk membiayaiurusan desa melalui swadaya dan gotong royong.

Adapun yang menjadi pendapatan Desa menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 adalah sebagai berikut :

a. Pendapatan Asli Desa meliputi1. hasil usaha desa;2. hasil kekayaan desa;3. hasil swadaya dan partisipasi;4. hasil gotong royong;5. lain pendapatan asli desa yang sah;6. bantuan dari Pemerintah Kabupaten;7. bagian dari perolehan pajak dan retribusi daerah; dan8. bagian dari dana perimbangan keuangan daerah Pusat dan

daerah yang diterima pemerintah kabupaten.b. bantuan dari Pemerintah dan Pemerintah Provinsi;c. sumbangan dari pihak ketiga; dand. pinjaman desa.

Page 11: Bab II Sejarah dan Perkembangan Sistem Pemerintahan Desa

Model Penataan Kelembagaan Pemerintahan Kampung Adat di Kabupaten Siak 43

4.2. Pemerintahan Desa Berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2004Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai

dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945, pemerintahan daerahyang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan menurut asas oto-nomi dan tugas pembantuan (medebewind), diarahkan untuk mem-percepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatanpelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat, serta pening-katan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi,pemerataan, keadilan, keistimewaan,dan kekhasaan suatu daerahdalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Efesiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerahperlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubunganantar susunan pemerintahan dan atau pemerintahan daerah, potensidan keanekaragaman daerah, peluang dan tantangan persaingan globaldengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya kepada daerahdisertai dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakanotonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan PemerintahanNegara.

Lahirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 adalahmerupakan koreksi total atas kelemahan yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999. Bersamaan dengan itu disusul denganUndang-Undang Nomor 33 tahun 2004, Tentang Perimbangan Ke-uangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Undang-Undang Nomor32 Tahun 2004 dilengkapi dengan sistem pemilihan langsung kepala daerah.

Adapun latar belakang situasi dan nuansa pembentukan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 adalah sebagai berikut :

1. Suasana reformasi mendapat tafsir yang kurang tepat.2. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Pemerintah Daerah

“mabuk” reformasi dan mem-buat Perda yang tumpang tindihdengan peraturan perUndang-Undangan lainnya.

3. Maraknya korupsi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerahseluruh Indonesia.

Page 12: Bab II Sejarah dan Perkembangan Sistem Pemerintahan Desa

Model Penataan Kelembagaan Pemerintahan Kampung Adat di Kabupaten Siak44

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah bertindak “overacting”berhadapan dengan Kepala Daerah terutama menyangkutLaporan Pertanggungjawaban (LPJ) setiap akhir tahun danpada masa akhir jabatan Kepala Daerah.

5. Amandemen Undang-Undang Dasar 1945 oleh MajelisPermusyawaratan Rakyat.

Dalam UU No 32 Tahun 2004 ini, Pemerintah Desa adalah terdiriatas Kepala Desa dan perangkat desa. Perangkat desa itu sendiri ter-diri dari sekretaris desa dan perangkat desa lainnya. Sekretaris Desasebagaimana dimaksud diatas ditempati dari pegawai negeri sipil yangmemenuhi persyaratan.

Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa menurutUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerahmencakup :

1. urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asalusul desa;

2. urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kabupaten/Kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa;

3. tugas pembantuan dari Pemerintah, pemerintah Provinsi, dan/atau pemerintah Kabupaten/Kota; dan

4. urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-undangan diserahkan kepada desa.

4.3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014.Sebagaimana diutarakan pada bagian sejarah pemerintahan desa

menurut konsep UU No 5 Tahun 1979, bahwa sebagai akibat keka-cauan paradigmatik antara konsep otonomi desa sebagai sesuatu yangbersifat asli, yang berbeda dengan konsep otonomi daerah pada tingkatKabupaten/Kota, sehingga pasca berlakunya UU No 32 Tahun 2014,pengaturan tentang desa yang sebelumnya merupakan bagian ter-integrasi dengan UU tentang Pemerintahan Daerah, baik dimasa UUNo 22 Tahun 1999 maupun UU No 32 Tahun 2004, akhirnya legal

Page 13: Bab II Sejarah dan Perkembangan Sistem Pemerintahan Desa

Model Penataan Kelembagaan Pemerintahan Kampung Adat di Kabupaten Siak 45

police negara memisahkan antara normativitas UU tentang Peme-rintahan Daerah dengan UU tentang Desa.

Berdasarkan hal tersebut, pemerintah membentuk Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang disusun dengansemangat penerapan amanat konstitusi, yaitu pengaturan masyarakathukum adat sesuai dengan ketentuan Pasal 18B ayat (2) untuk diaturdalam susunan pemerintahan sesuai dengan ketentuan Pasal 18 ayat(7). Walaupun demikian, kewenangan kesatuan masyarakat hukumadat mengenai pengaturan hak ulayat merujuk pada ketentuan peraturanperundang-undangan sektoral yang berkaitan. Dengan konstruksimenggabungkan fungsi self-governing community dengan local selfgovernment, diharapkan kesatuan masyarakat hukum adat yangselama ini merupakan bagian dari wilayah Desa, ditata sedemikianrupa menjadi Desa dan Desa Adat.

Desa dan Desa Adat pada dasarnya melakukan tugas yang hampirsama. Sedangkan perbedaannya hanyalah dalam pelaksanaan hak asalusul, terutama menyangkut pelestarian sosial Desa Adat, pengaturandan pengurusan wilayah adat, sidang perdamaian adat, pemeliharaanketenteraman dan ketertiban bagi masyarakat hukum adat, sertapengaturan pelaksanaan pemerintahan berdasarkan susunan asli. DesaAdat memiliki fungsi pemerintahan, keuangan Desa, pembangunanDesa, serta mendapat fasilitasi dan pembinaan dari pemerintahKabupaten/Kota. Dalam posisi seperti ini, Desa dan Desa Adat men-dapat perlakuan yang sama dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah.Oleh sebab itu, di masa depan Desa dan Desa Adat dapat melakukanperubahan wajah Desa dan tata kelola penyelenggaraan pemerintahanyang efektif, pelaksanaan pembangunan yang berdaya guna, sertapembinaan masyarakat dan pemberdayaan masyarakat di wilayahnya.

B. Pemerintahan Desa Adat dalam Sistem Pemerintahan DesaApabila berbicara tentang desa, maka mau tidak mau terlebih

dahulu kita harus meletakkannya dalam kerangka sistem pemerintahan

Page 14: Bab II Sejarah dan Perkembangan Sistem Pemerintahan Desa

Model Penataan Kelembagaan Pemerintahan Kampung Adat di Kabupaten Siak46

daerah. Karena desa merupakan satu kesatuan yang utuh dalam ke-rangka sistem penyelenggaraan administrasi pemerintahan daerah.Apabila kita mengacu pada ketentuan dalam Undang-Undang Dasar1945 (UUD 1945), maka tidak satupun ketentuan pasal-pasal dalamUUD 1945 yang menyatakan secara eksplisit tentang desa. Pertanyaanyang muncul darimana sebetulnya asal usul pengaturan desa di dalamUUD 1945?

Sebagaimana yang telah disebutkan di atas apabila kita berbicaratentang desa, maka harus diletakkan dalam konteks pemerintahandaerah. Oleh karena itu untuk melihat tentang asal usul pengaturandesa di dalam UUD 1945, mestilah mengacu pada ketentuan Bab VIPasal 18 UUD 1945 yang diamandemen menjadi ketentuan Pasal 18,18A, dan 18B. Berdasarkan ketiga pasal ini, maka pemerintah daerahdi Indonesia terdiri atas tiga bentuk:

1. Pemerintahan Daerah biasa (Pasal 18);2. Pemerintah Daerah Khusus atau Istimewa (Pasal 18B ayat 1);3. Kesatuan masyarakat hukum adat (Pasal 18B ayat 2).Pemerintahan daerah biasa, dalam menyelenggarakan adminis-

trasi pemerintahan biasanya menggunakan asas otonomi dan tugaspembantuan (Pasal 18 ayat 2). Adapun pemerintah daerah khususatau istimewa dan kesatuan masyarakat hukum adat menggunakanpenghormatan dan pengakuan, rekognisi (Pasal 18B ayat 1 dan ayat2). Bahasa yang digunakan dalam ketentuan Pasal 18 B ayat 2 adalah“Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakathukum adat mengandung makna beserta hak-hak tradisionalnya”.Pengaturan ini mengandung makna bahwa negara harus melakukanrekognisi terhadap kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat, yangdidalamnya mencakup desa, nagari, mukim, huta, sosor, kampung,marga, nagari, parangiu, pakraman, lembang dan seterusnya.

Sebagaimana telah disinggung di atas, keberadaan PemerintahanDesa Adat terkait dengan pengakuan konstitusional masyarakat hukumadat dalam sistem pemerintahan daerah di Indonesia. Dalam Pasal18B ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai

Page 15: Bab II Sejarah dan Perkembangan Sistem Pemerintahan Desa

Model Penataan Kelembagaan Pemerintahan Kampung Adat di Kabupaten Siak 47

salah satu landasan konstitusional masyarakat adat menyatakanpengakuan secara deklaratif bahwa negara mengakui dan menghormatikeberadaan dan hak-hak masyarakat adat. Pasal ini berbunyi: “Negaramengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adatserta hak-hak tradisonalnya sepanjang masih hidup dan sesuai denganperkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan RepublikIndonesia, yang diatur dalam undang-undang”.

Masyarakat hukum adat disebut juga dengan istilah “masyarakattradisional” atau the indigenous people, dalam kehidupan sehari-harilebih sering dan populer disebut dengan istilah “masyarakat adat”.4

Masyarakat hukum adat adalah komunitas manusia yang patuh padaperaturan atau hukum yang mengatur tingkah laku manusia dalamhubungannya satu sama lain baik berupa keseluruhan dari kebiasaandan kesusilaan yang benar-benar hidup karena diyakini dan dianut,jika dilanggar pelakunya mendapat sanksi dari penguasa adat. Pe-ngertian masyarakat hukum adat adalah masyarakat yang timbul secaraspontan di wilayah tertentu, yang berdirinya tidak ditetapkan ataudiperintahkan oleh penguasa yang lebih tinggi atau penguasa lainnya,dengan rasa solidaritas yang sangat besar diantara para anggota mas-yarakat sebagai orang luar dan menggunakan wilayahnya sebagai sumberkekayaannya hanya dapat dimanfaatkan sepenuhnya oleh anggotanya.5

Masyarakat hukum adat juga merupakan suatu kesatuan manusiayang saling berhubungan dengan pola berulang tetap, yaitu suatumasyarakat dengan pola- pola perilaku yang sama, dimana perilakutersebut tumbuh dan diwujudkan oleh masyarakat, dari pola tersebutdiwujudkan aturan-aturan untuk mengatur pergaulan hidup itu. Suatupergaulan hidup dengan pola pergaulan yang sama, hanya akan terjadiapabila adanya suatu komunitas hubungan dengan pola berulang tetap.Selain itu, masyarakat hukum adat merupakan komunitas manusia yangpatuh pada peraturan atau hukum yang mengatur tingkah laku manusia

4 Djamanat Samosir, Hukum Adat Indonesia, CV. Nuansa Aulia, Medan, 2013, hlm.695 Ibid.,hlm. 72.

Page 16: Bab II Sejarah dan Perkembangan Sistem Pemerintahan Desa

Model Penataan Kelembagaan Pemerintahan Kampung Adat di Kabupaten Siak48

dalam hubungannya satu sama lain baik berupa keseluruhan darikebiasaan dan kesusilaan yang benar-benar hidup karena diyakini dandianut, jika dilanggar pelakunya mendapatkan sanksi dari parapenguasa adat.

Di Negara Republik Indonesia, masyarakat hukum adat dapatdibagi menjadi 4 (empat) macam, yaitu:

1. Masyarakat adat yang susunan kekerabatannya kebapakan(Patrilinial), yaitu masyarakat yang kekerabatannyamengutamakan keturunan garis laki-laki.

2. Masyarakat adat yang susunan kekerabatannya keibuan(Matrilinial), yaitu masyarakat yang kekerabatannya me-ngutamakan keturunan menurut garis wanita.

3. Masyarakat adat yang bersendi keibu-bapakan (Parental),yaitu masyarakat yang kekerabatannya tidak mengutamakanketurunan laki-laki ataupun wanita.

4. Masyarakat adat yang bersendi kebapakan beralih (Alternatif)maksudnya yaitu kekerabatan yang mengutamakan garisketurunan laki-laki namun adakalanya mengikuti garis ketu-runan wanita karena adanya faktor pengaruh lingkungan waktudan tempat.

Ditinjau dari segi dasar susunannya, masyarakat hukum adat dapatdibagi atas dua golongan, yaitu yang berdasarkan pertalian suatuketurunan (genealogi) dan berdasar lingkungan daerah (teritorial).6Masyarakat hukum atau persekutuan hukum yang teritorial adalahmasyarakat yang tetap dan teratur, yang anggota- anggota mas-yarakatnya terikat pada suatu daerah kediaman tertentu, baik dalamkaitan duniawi sebagai tempat kehidupan maupun dalam kaitan rohanisebagai tempat pemujaan terhadap roh-roh leluhur. Masyarakat ataupersekutuan hukum yang bersifat genealogis adalah suatu kesatuanmasyarakat teratur, dimana para anggotanya terikat pada suatuketurunan yang sama dan leluhur, baik secara langsung karena

6 Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, 2010, hlm. 95.

Page 17: Bab II Sejarah dan Perkembangan Sistem Pemerintahan Desa

Model Penataan Kelembagaan Pemerintahan Kampung Adat di Kabupaten Siak 49

hubungan darah (keturunan) atau secara tidak langsung karena pertalianketurunan atau pertalian adat. Adapun melalui sudut bentuknya, makamasyarakat hukum adat tersebut ada yang berdiri sendiri, menjadibagian dari masyarakat hukum adat yang lebih tinggi atau mencakupbeberapa masyarakat hukum adat yang lebih rendah, serta merupakanperserikatan dari beberapa masyarakat hukum adat yang sederajat.7

Salah satu hal yang penting dalam masyarakat hukum adat terkaiterat dengan intitusional kelembagaan masyarakat hukum adat yangselama ini diakui dengan Desa berikut sistem pemerintahannya.Mengacu pada Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014tentang Desa, pengertian Desa desa adat atau yang disebut dengannama lainadalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki bataswilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan peme-rintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsamasyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dandihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan RepublikIndonesia.

Kontruksi pasal diatas berimplikasi pada sistem pemerintahanDesa Adat adalah bagian dari sistem Pemeritahan Desa. Hal iniditegaskan pula dalam Pasal 6 ayat (1) yang menyebutkan: “Desaterdiri atas Desa dan Desa Adat”. Pemerintahan Desa Adat dimaksudadalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan mas-yarakat adat setempat dalam sistem pemerintahan Negara KesatuanRepublik Indonesia. Sedangkan Pemerintah Desa Adat adalah KepalaDesa Adat atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkatDesa Adat sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa Adat.

Meskipun demikian, Pemerintahan Desa Adat memiliki ke-khasannya tersendiri dibandingkan sistem Pemerintahan Desa padaumumnya sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 107 sampai denganPasal 109 dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:

7 Ibid.

Page 18: Bab II Sejarah dan Perkembangan Sistem Pemerintahan Desa

Model Penataan Kelembagaan Pemerintahan Kampung Adat di Kabupaten Siak50

1. Pengaturan dan penyelenggaraan Pemerintahan Desa Adatdilaksanakan sesuai dengan hak asal usul dan hukum adat yangberlaku di Desa Adat yang masih hidup serta sesuai denganperkembangan masyarakat dan tidak bertentangan dengan asaspenyelenggaraan Pemerintahan Desa Adat dalam prinsipNegara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Pemerintahan Desa Adat menyelenggarakan fungsi permusya-waratan dan Musyawarah Desa Adat sesuai dengan susunanasli Desa Adat atau dibentuk baru sesuai dengan prakarsamasyarakat Desa Adat.

3. Susunan kelembagaan, pengisian jabatan, dan masa jabatanKepala Desa Adat berdasarkan hukum adat ditetapkan dalamperaturan daerah Provinsi.