Sejarah Ilmu Pemerintahan Indonesia

34
Sejarah Pertumbuhan Pemerintahan, Ilmu Pemerintahan dan Teori-teori Kekuasaan Sejarah Pemerintahan Pada hakikatnya pemerintahan merupakan suatu gambaran tentang bagaimana pada permulaan pemerintahan setelah terbentuk dan bagaimana pemerintahan itu telah berkembang melalui perkembangan dari 3 tipe masyarakat yaitu masyarakat setara, masyarakat bertingkat dan masyarakat berlapis. Perkembangan pemerintahan itu juga ditentukan oleh perkembangan masyarakatnya yang disebabkan oleh faktor-faktor lain yang melandasinya seperti pertambahan dan tekanan penduduk, ancaman atau perang dan penjarahan yang dilakukan oleh suatu kelompok masyarakat terhadap kelompok masyarakat yang lain dan telah menjadi faktor-faktor yang memacu perkembangan pemerintahan yaitu penguasaan oleh suatu pemerintah atau negara. Pemerintahan di zaman purba ditandai oleh banyaknya sistem pemerintahan dan sistem yang lebih dikenal adalah polis Yunani. Selain polis Yunani, kerajaan Inka yang berdiri antara tahun 1200-1500 Masehi telah memiliki sistem pemerintahan yang despotisme yaitu suatu bentuk pemerintahan yang ditandai oleh kekuasaan sewenang-wenang dan tak terbatas dari pihak penguasa.

Transcript of Sejarah Ilmu Pemerintahan Indonesia

Page 1: Sejarah Ilmu Pemerintahan Indonesia

Sejarah Pertumbuhan Pemerintahan,

Ilmu Pemerintahan

dan Teori-teori Kekuasaan

Sejarah Pemerintahan

Pada hakikatnya pemerintahan merupakan suatu gambaran tentang bagaimana pada

permulaan pemerintahan setelah terbentuk dan bagaimana pemerintahan itu telah

berkembang melalui perkembangan dari 3 tipe masyarakat yaitu masyarakat setara,

masyarakat bertingkat dan masyarakat berlapis.

Perkembangan pemerintahan itu juga ditentukan oleh perkembangan masyarakatnya

yang disebabkan oleh faktor-faktor lain yang melandasinya seperti pertambahan dan

tekanan penduduk, ancaman atau perang dan penjarahan yang dilakukan oleh suatu

kelompok masyarakat terhadap kelompok masyarakat yang lain dan telah menjadi faktor-

faktor yang memacu perkembangan pemerintahan yaitu penguasaan oleh suatu

pemerintah atau negara.

Pemerintahan di zaman purba ditandai oleh banyaknya sistem pemerintahan dan sistem

yang lebih dikenal adalah polis Yunani. Selain polis Yunani, kerajaan Inka yang berdiri

antara tahun 1200-1500 Masehi telah memiliki sistem pemerintahan yang despotisme yaitu

suatu bentuk pemerintahan yang ditandai oleh kekuasaan sewenang-wenang dan tak

terbatas dari pihak penguasa.

Plato dan Aristoteles lah yang memperkenalkan bentuk-bentuk pemerintahan yang baik

dan buruk dengan alasan pembagian tersebut. Konsep-konsep tentang pemerintahan yang

baik dan buruk menurut Plato dan Aristoteles masih terefleksi sepanjang sejarah

pemerintahan di dunia hingga dewasa ini.

Awal pemerintahan Romawi merupakan suatu wujud dari kombinasi bentuk

pemerintahan baik menurut konsep Plato dan Aristoteles. Pada abad pertengahan

Page 2: Sejarah Ilmu Pemerintahan Indonesia

pengaruh agama Kristen masuk ke dalam sistem pemerintahan yang lebih dikenal dengan

teori dua belah pedang.

Di zaman baru sekalipun pemerintahan tidak menjadi jelas setelah runtuhnya polis

Yunani serta konflik antara Paus dan Raja berkepanjangan namun pada akhir abad

pertengahan muncul pemerintahan di zaman baru dengan pengalaman perjalanan sejarah

yang panjang dari masing-masing negara sehingga lahirlah konsep tentang adanya

kemandirian serta kekuatan pemerintahan.

Untuk itu Machiavelli muncul dengan sebelas dalil dalam karyanya Sang Raja yang

mengajarkan tentang bagaimana seorang raja harus mempertahankan serta memperbesar

kekuasaan pemerintah sebagai tujuannya melalui menghalalkan segala cara.

Kameralistik

Awal dari ilmu pemerintahan modern ditandai dengan lahirnya kameralistik (Ilmu

Perbendaharaan) yang telah berkembang di Prusia pada awal abad ke-18. Landas

tolaknya adalah bahwa negara harus mengurusi lapangan pekerjaan dan pangan sehingga

berdasarkan hal itu perlu mengusahakan agar di dalam setiap jabatan yang ada

sebanyaknya orang sebagaimana dibutuhkan untuk kesejahteraan umum.

Dalam hal ini bahanbahan dari statistik mempunyai nilai yang besar dan dapat iandalkan.

Dalam abad ke-19 dengan munculnya pemikiran negara hukum maka merosotlah

kameralistik seraya memberikan perkembangan hukum pemerintah.

Hampir di seluruh daratan Eropa Barat perkembangan studi negara dan ajaran negara

menjadi abad ke-19 dan pada abad ke-20 menambahkan nama studi hukum administrasi.

Pada bidang ilmu pemerintahan Burke dan Benthan menganjurkan perlu diadakan

perbaikan terhadap kelalaian dari dinas pemerintah, kelebihan staf, inaktif dan

inkompeten.

Page 3: Sejarah Ilmu Pemerintahan Indonesia

Di Amerika Serikat ilmu pemerintahan berkembang sebagai suatu bidang otonom yang

dipelopori oleh Profesor Wodroow Wilson (kemudian menjadi Presiden Amerika Serikat).

Ia menganjurkan adanya studi khusus tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan

pelaksanaan tugas-tugas pemerintah yang berhasilguna dan berdayaguna.

Ilmu pemerintahan dipengaruhi oleh ilmu-ilmu humaniora (sosiologi, psikologi, psikologi-

sosial, antropologi, ekonomi, politikologi).

Dan ditandai dengan penanganan antar disiplin, dengan pendayagunaan dari teori-teori,

istilah-istilah serta metode-metode dari semua ilmu tadi, selain dipercaya dengan filsafat.

Lahirlah sebuah teori pemerintahan liberal dari John Locke pada tahun 1690 yaitu ajaran

tentang pemerintahan demokrasi modern. John Locke

memandang kekuasaan legislatif sebagai yang tertinggi dan eksekutif berada di bawahnya.

Dia mengatakan bahwa kekuasaan pemerintahan mesti dibatasi oleh kewajiban

menunjang hak-hak azasi manusia antara lain: hak atas keselamatan pribadi, hak

kemerdekaan dan hak milik.

Sementara itu di Inggris pada sekitar tahun 1700 berdirilah pemerintahan monarki

parlementer di mana kedaulatan negara berada di tangan perwakilan rakyat dan

pemerintah bertanggung jawab kepada rakyat.

Revolusi Amerika pada tahun 1776 dan Revolusi Perancis pada tahun 1789 mempercepat

proses demokratisasi dan pengakuan terhadap hak-hak azasi manusia.

Terhadap itu semua muncul lagi reaksi konservatisme terutama dari Burke dan Hegel.

Birokrasi lahir di istana raja dan merupakan perwujudan dari orang-orang kepercayaan

yang memerintah bersama raja yang diberikan pembagian tugas satu sama lain

didasarkan pada selera pribadi dan tradisi.

Page 4: Sejarah Ilmu Pemerintahan Indonesia

Pemerintahan di Indonesia berawal dengan suatu pembentukan pemerintahan swasta

pada tahun 1602 oleh Belanda yang bernama VOC terutama di pulau Jawa lebih dikenal

dengan Kompeni.

VOC kemudian runtuh pada tahun 1795 dan didirikanlah pemerintahan Hindia Belanda

dengan Gubernur Jenderal yang pertama adalah Deandels.

Sejarah modern ilmu pemerintahan dan politik berawal dalam abad ke-19.

Pemerintahan negara berkembang menjadi suatu pemerintahan yang memberikan

pelayanan dan pemeliharaan terhadap para warganya.

Pemerintah lebih banyak mengurusi kesejahteraan dan penghidupan, pendidikan dan

perawatan kesehatan serta kesempatan kerja dan tunjangan sosial atau jaminan hidup

bagi warga yang menganggur.

Perkembangan pemerintahan secara berawal mulai dari tahap prasejarah hingga tahun

1993, Ilmu pemerintahan telah menjadi ilmu yang multi disiplin dan mono disiplin dengan

penekanan pada umum, organisasi dan pengambilan keputusan, perencanaan dan

pelaksanaan serta prinsip swastanisasi dalam pemerintahan.

Ilmu Pemerintahan sebagai Displin Ilmu

1. Dalam penerapannya Ilmu dapat dibedakan atas Ilmu Murni ( pure science), Ilmu

Praktis ( applied science) dan campuran. Sedangkan dalam hal fungsi kerjanya

Ilmu juga dapat dibedakan atas Ilmu teoritis nasional, Ilmu empiris praktis dan

Ilmu teoritis empiris.

2. Ilmu Pemerintahan adalah Ilmu yang mempelajari bagaimana melaksanakan

koordinasi dan kemampuan memimpin bidang legislasi, eksekusi dan yudikasi,

dalam hubungan Pusat dan Daerah, antar lembaga serta antar yang memerintah

dengan yang diperintah.

3. Paradigma adalah corak berfikir seseorang atau sekelompok orang karena Ilmu

pengetahuan itu sifatnya nisbi, walaupun salah satu persyaratannya dapat diterima

Page 5: Sejarah Ilmu Pemerintahan Indonesia

secara universal, namun dalam kurun waktu tertentu tetap memiliki perubahan,

termasuk ilmu-ilmu eksakta.

4. Pendapat bahwa pemerintahan hanyalah suatu seni dapat ditolerir, yaitu

bagaimana kemampuan menggerakan organisasi-organisasi dalam kharismatis

retorika, administrator dan kekuasaan kepemimpinan, serta bagaimana

kemampuan menciptakan, mengkarsakan dan merasakan surat-surat keputusan

yang berpengaruh, atau juga bagaimana kemampuan mendalangi bawahan serta

mengatur lakon yang harus dimiliki pemerintah sebagai penguasa.

5. Munculnya disiplin ilmu pemerintahan di Eropa yang bersumber dari ilmu politik,

dimulai dari adanya anggapan bahwa meningkatnya perhatian berbagai pihak

akan isi, bentuk, efek dan faktor pemerintahan bertitik berat pada pengambilan

kebijaksanaan pemerintahan yang berusaha untuk menganalisa masalah

kebijaksanaan pemerintah tersebut sebagai bagian dari berbagai proses dalam ilmu

politik.

6. Ilmu pemerintahan merupakan ilmu terapan karena mengutamakan segi

penggunaan dalam praktek, yaitu dalam hal hubungan antara yang memerintah

(penguasa) dengan yang diperintah (rakyat).

7. Objek forma ilmu pemerintahan bersifat khusus dan khas, yaitu

hubunganhubungan pemerintahan dengan sub-subnya (baik hubungan antara

Pusat dengan Daerah, hubungan antara yang diperintah dengan yang memerintah,

hubungan antar lembaga serta hubungan antar departemen),ermasuk didalamnya

pembahasan output pemerintahan seperti fungsifungsi, sistem-sistem, aktivitas dan

kegiatan, gejala dan perbuatan serta peristiwa-peristiwa pemerintahan dari elit

pemerintahan yang berkuasa.

8. Objek materia ilmu pemerintahan secara kebetulan sama dengan objek materia

ilmu politik, ilmu administrasi negara, ilmu hukum tata negara dan ilmu negara itu

sendiri, yaitu negara.

9. Asas adalah dasar, pedoman atau sesuatu yang dianggap kebenaran, yang menjadi

tujuan berpikir dan prinsip-prinsip yang menjadi pegangan.Ada beberapa asas

pemerintahan, antara lain : asas aktif, asas “Mengisi yang kosong” Vrij Bestuur,

Page 6: Sejarah Ilmu Pemerintahan Indonesia

asas membimbing, asas Freies Eremessen,asas “dengan sndirinya, asas historis, asas

etis, dan asas Detrournement de Pouvoir.

10. Teknik-teknik pemerintahan adalah berbagai pengetahuan, kepandaian dan

keahlian tertentu dalam cara yang dapat ditempuh atau digunakan untuk

melaksanakan dan menyelenggarakan berbagai peristiwa-peristiwa pemerintahan.

Untuk teknik pemerintahan di Indonesia ada beberapa teknik yaitu : Diferensiasi,

Integrasi, Sentralisasi, Desentralisasi, Konsentrasi,Dekonsentrasi, Delegasi,

Perwakilan, Pembantuan, Kooperasi, Koordinasi dan Partisipasi.

11. Menurut Taliziduhu Ndraha, pemerintahan dapat digolongkan menjadi 2 golongan

besar yaitu pemerintahan konsentratif dan dekonsentratif. Pemerintahan

dekonsentratif terbagi atas pemerintahan dalam negeri dan pemerintahan luar

negeri. Pemerintahan dalam negeri terbagi atas pemerintahan sentral dan

desentral. Pemerintahan sentral dapat diperinci atas pemerintahan umum dan

bukan pemerintahan umum. Yang termasuk ke dalam pemerintahan umum adalah

pertahanan keamanan,peradilan, luar negeri dan moneter.

12. Metodologi merupakan ilmu pengetahuan tentang cara untuk mengerjakan sesuatu

agar diperoleh pengertian ilmiah terhadap suatu pengertian yang benar. Beberapa

metode yang dipakai dalam ilmu pemerintahan adalah : metode induksi, metode

deduksi, metode dialektis,metode filosofis, metode perbandingan, metode sejarah,

metode fungsional, metode sistematis, metode hukum dan metode sinkretis.

13. Hubungan pemerintahan vertikal adalah hubungan atas bawah antara pemerintah

dengan rakyatnya, di mana pemerintah sebagai pemegang kendali yang

memberikan perintah kepada rakyat, sedangkan rakyat menjalankan dengan

penuh ketaatan.Dalam pola ini dapat pula rakyat sebagai pemegang otoritas yangn

diwakili oleh parlemen, sehingga kemudian pemerintah bertanggungjawab kepada

rakyat tersebut.

14. Hubungan pemerintahan horisontal adalah hubungan menyamping kirikanan

antara pemerintah dengan rakyatnya, di mana pemerintah dapat saja berlaku

sebagai produsen sedangkan rakyat sebagai konsumen karena rakyatlah yang

menjadi pemakai utama barang-barang yang diproduksi oleh pemerintahnya

sendiri. Misal : negara-negara komunis.Sebaliknya, rakyat yang menjadi produsen

Page 7: Sejarah Ilmu Pemerintahan Indonesia

sedangkan pemerintah menjadi konsumennya, karena seluruh industri raksasa

milik rakyat dipakai sendiri oleh pemerintahan sendiri. Misalnya Jepang.

Hubungan Ilmu Pemerintahan dan Ilmu-Ilmu Kenegaraan

1. Pada dasarnya politik mempunyai ruang lingkup negara, membicarakan politik

pada hakikatnya adalah membicarakan negara, karena teori politik menyelidiki

negara sebagai lembaga yang mempengaruhi hidup masyarakat.

2. Secara umum dapat dikatakan bahwa ilmu pemerintahan menekankan pada tungsi

output daripada mutu sistem politik, sedangkan ilmu politik menitikberatkan pada

fungsi input. Dengan perkataan lain ilmu pemerintahan lebih mempelajari

komponen politik sebagai suatu sistem politik, sedangkan ilmu politik mempelajari

society dari suatu sistem politik. Kebijaksanaan pemerintahan ( public policy)

dibuat dalam arena politik, tetapi hampir semua perencanaan dan pelaksanaannya

diselenggarakan dalam arena birokrasi pemerintahan tersebut.

3. Ilmu negara bersifat statis dan deskriptif, karena hanya terbatas melukiskan

lembaga-lembaga politik. Sedangkan ilmu pemerintahan itu dinamis, karena dapat

menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi setempat. Oleh karena itu selain

merupakan suatu disiplin ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri, ilmu

pemerintahan juga merupakan suatu seni memerintah, yang selain diperoleh

melalui kegiatan belajar mengajar, juga karena dilahirkan berbakat.

4. Syarat-syarat negara antara lain harus adanya wilayah, harus adanya

pemerintah/pemerintahan, harus adanya penduduk dan harus adanya pengakuan

dari dalam dan luar negeri. Adanya pemerintah yang sah dan diakui baik dari

dalam dan luar negeri berarti pemerintah tersebut mempunyai wewenang untuk

memerintah secara legitimasi

5. Ilmu pemerintahan adalah suatu disiplin ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri,

namun sangat dekat hubungannya dengan administrasi negara,karena memiliki

obyek materia yang sama yaitu negara itu sendiri.Adapun yang membedakan ilmu

pemerintahan dengan administrasi negara adalah pada pendekatan ( technical

approach)nya masing-masing yaitu ilmu pemerintahan cenderung lebih

melaksanakan pendekatan legalistik, empirik dan formalistik, sedangkan

Page 8: Sejarah Ilmu Pemerintahan Indonesia

administrasi negara cenderung lebih melaksanakan pendekatan ekologikal,

organisasional dan struktural.

6. Yang membedakan ilmu pemerintahan dengan hukum tata negara adalah sudut

pandangnya masing-masing, yaitu bila ilmu pemerintahan cenderung lebih

mengkaji hubungan-hubungan pemerintah dalam arti perhatian utama adalah

pada gejala yang timbul pada peristiwa pemerintah itu sendiri. Sedangkan hukum

tata negara cenderung mengkaji hukum serta peraturan yang telah ditegakkan

dalam hubungan tersebut.

Hubungan Ilmu Pemerintahan dan Ilmu-Ilmu Non-Kenegaraan

1. Ilmu hukum adalah pengetahuan mengenai masalah yang bersifat ilmiah tentang

asas-asas surgawi dan manusiawi, pengetahuan yang benar dan yang tidak benar

(Ulpian). Ilmu hukum adalah ilmu yang formal tentang hukum positif (Holland).

Ilmu hukum adalah sintesa ilmiah tentang asasasas yang pokok dari hukum (Allen).

Ilmu hukum adalah penyelidikan oleh para ahli hukum tentang norma-norma, cita-

cita dan teknik-teknik hukum dengan menggunakan pengetahuan yang diperoleh

dari berbagai disiplin ilmu di luar hukum yang mutakhir (Stone). Ilmu hukum

adalah pengetahuan tentang hukum dalam segala bentuk dan

manifestasinya(Cross). Teori ilmu hukum menyangkut pemikiran mengenai hukum

atas dasar yang paling luas (Dias).

2. Fungsi administrasi adalah pelaksanaan kebijaksanaan negara yang dijalankan

oleh para aparat (pejabat) pemerintah, karena administrasi sebagai suatu hal yang

harus berhubungan dengan penyelenggaraan dari kebijaksanaan-kebijaksanaan

kehendak negara tersebut.

3. Sejarah adalah deskripsi kronologis dari peristiwa-peristiwa zaman yang lampau,

karena itu ilmu sejarah merupakan perhimpunan kejadiankejadian konkrit di

masa lalu. Bagi para ahli sejarah dalam menanggapi ilmu pemerintahan, melihat

bahwa gejala-gejala dan peristiwa-peristiwa pemerintahan yang timbul dalam

setiap hubungan pemerintahan penekanannya hanyalah pada fungsi dan

pengorganisasian terutama dalam perjalanan ruang dan waktu yang senantiasa

berubah.

Page 9: Sejarah Ilmu Pemerintahan Indonesia

4. Hubungan llmu Pemerintahan dengan ilmu ekonomi tampak sangat erat.Hal ini

dapat dilihat dari munculannya merkantilisme sebagai aliran perekonomian yang

bertujuan memperkuat negara dengan jalan mengkonsolidasi kekuatan dalam

bidang perekonomian.

5. Filsafat dapat diartikan sebagai suatu kecintaan kepada kebijaksanaan.Filsafat

menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terakhir, tidak dangkal dan dogmatis,

melainkan kritis sehingga kita sadar akan kekaburan dan kekacauan pengertian

sehari-hari.Substansi filsafat tidak berubah, tetapi dialah yang memberikan

performance sesuatu itu. Sub komponennya yaitu kuantitas, kualitas, kedudukan,

wujud, ruang, waktu, aksi, dan relasi.

Teori-Teori Kekuasaan Negara

1. Negara adalah organisasi kekuasaan, oleh karenanya dalam setiap organisasi yang

bernama negara selalu dijumpai adanya organ atau alat perlengkapan yang

mempunyai kemampuan untuk memaksakan kehendaknya kepada siapapun juga

yang bertempat tinggal dalam wilayah kekuasaannya.

2. Beberapa teori yang mengemukakan tentang asal-usul negara di antaranya, teori

kenyataan, teori ketuhanan, teori perjanjian, teori penaklukan, teori daluwarsa,

teori alamiah, teori filosofis dan teori historis.

3. Dilihat dari terbentuknya kedaulatan yang menyebabkan orang-orang tertentu

didaulat menjadi penguasa (pemerintah), menurut Inu Kencana ada 4 teori

kedaulatan yaitu: Teori kedaulatan Tuhan, teori kedaulatan rakyat, teori

kedaulatan negara dan teori kedaulatan hukum.

4. Secara umum ada 2 pembagian bentuk negara yang dikemukakan oleh Inu

Kencana, yaitu negara kerajaan dan negara republik. Negara kerajaan terdiri atas

negara kerajaan serikat dan negara kerajaan kesatuan, di mana negara-negara

tersebut terbagi atas negara kerajaan serikat parlementer dan negara kerajaan

kesatuan non Perdana Menteri.Sedangkan negara republik terdiri atas negara

republik serikat dan negara republik kesatuan, yang terbagi lagi atas negara

republik serikat parlementer dan negara republik serikat presidensil, serta negara

republik kesatuan parlementer dan negara kesatuan presidensil.

Page 10: Sejarah Ilmu Pemerintahan Indonesia

5. Syarat-syarat berdirinya suatu negara meliputi adanya pemerintah, adanya

wilayah, adanya warganegara dan adanya pengakuan kedaulatan dari negara lain.

Legitimasi Kekuasaan Dalam Pemerintahan

1. Menurut Inu Kencana, seseorang memperoleh kekuasaan dalam beberapa cara

yaitu melalui legitimate power, coersive power, expert power, reward power dan

revernt power.

2. Kekuasaan dapat dibagi dalam istilah eka praja, dwi praja, tri praja, catur praja

dan panca praja. Sedangkan pemisahan kekuasaannya secara ringkat dibagi dalam

rule making function, rule application function, rule adjudication function

(menurut Gabriel Almond); kekuasaan legislatif,,kekuasaan eksekutif dan

kekuasaan yudikatif (menurut montesquieu);kekuasaan legislatif, kekuasaan

eksekutif dan kekuasaan federatif (menurut John Locke); wetgeving, bestuur,

politie, rechtsspraak dan bestuur zorg (menurut Lemaire); kekuasaan konstitutif,

kekuasaan eksekutif, kekuasaan legislatif, kekuasaan yudikatif, kekuasaan inspektif

dan kekuasaan konstultatif (menurut UUD 1945).

 

Sumber buku Ilmu Pememrintahan Karya Jrg. Djopari

DIarsipkan di bawah: FISIP/HUKUM

«

Page 11: Sejarah Ilmu Pemerintahan Indonesia

 

Spam Tertangkap

2.511 komentar spam

diblokir olehAkismet

Terima Kasih Kunjungan Anda

Blog pada WordPress.com. Theme: Digg 3 Column by WP Designer

Page 12: Sejarah Ilmu Pemerintahan Indonesia

Minggu, 19 Oktober 2008

ILMU PEMERINTAHAN DI INDONESIA

A. Latar Belakang

Bertolak dari pemikiran Bayu Surianingrat yang mengemukakan disiplin ilmu yang tertua adalah ilmu pemerintahan karena sudah dipelajari sejak sebelum masehi oleh para filosof. Dewasa ini, ilmu pemerintahan berjuang keras untuk menjadi ilmu yang mandiri. Untuk memahami makna dari sebuah teori dan definisi ilmu, hendaknya memperhatikan latar belakang lahirnya teori dan defenisi ilmu tersebut secara filosofis, waktu, situasi kondisi dan latar belakang keilmuwan yang melahirkan teori / defenisi tersebut.Latar belakang pemikiran ini dipengaruhi oleh ruang, waktu, tempat, variasi situasi kondisi dan juga latar belakang bidang studi ( pendidikan ) ilmuwan. Sebelum kita terlalu jauh membahas masalah metode pendekatan historis dalam mencari, menemukan, mengembangkan dan atau menerapkan / mengaplikasikan ilmu pemerintahan, terlebih dahulu kita singgung hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian dan metode ilmu.

B. Pengertian - Pengertian

Ilmu pemerintahan yang kita bahas saat ini, bisa dikategorikan ilmu yang masih baru, atau meminjam pendapat Soewargono ( 1995 : 1 ), ilmu pemerintahan masih sering dipandang sebagai ilmu yang kurang jelas sosoknya. Pemerintahan dalam bahasa inggeris disebut government yang berasal dari bahasa latin gobernare, greek kybernan yang berarti mengemudikan, atau mengendalikan.Meriam memandang tujuan pemerintah meliputi external security, internal order, justice, general welfare dan fredom. Tidak berbeda jauh dengan S.E. Finer yang melihat pemerintah mempunyai kegiatan terus-menerus ( process ), wilayah negara tempat kegiatan itu berlangsung ( state ), pejabat yang memerintah ( the duty ), dan cara, metode serta sistem ( manner, method, and system ) dari pemerintah terhadap masyarakatnya. Agak berbeda dengan R. Mac Iver, memandang pemerintah dari sudut disiplin ilmu politik, “ government is the organizationof men under authority… how men can be governed “. Maksudnya pemerintahan itu adalah sebagai organisasi dari orang-orang yang mempunyai kekuasaan… bagaimana manusia itu bisa diperintah (R. Mac Iver, The Web of Government, The Mac Milan Compony Ltd New York, 1947 ). Jadi bagi Mac Iver, ilmu pemerintahan adalah sebuah ilmu tentang bagaimana manusia-manusia dapat diperintah ( a science of haw men are governed ).Guna memahami lebih konkritnya jati diri pemerintahan dari peristiwa maupun aktivitas kegiatan pemerintahan dari perspektif ilmu pemerintahan dengan analisa multidisiplin pendekatan historis, ada lebih baik bila kita menyinggung sedikit peristiwa dan gejala-gejala pemerintahan dari sudut pandang pengertian negara dari para ahli yang berbeda latar belakang keilmuwan.Sumantri ( Inu, 2001 : 97 ) memndang negara dari segi filsafat ilmu sebagai suatu organisasi kekuasaan. Karena itu, dalam orgnisasi negara selalu kita jumpai organ / alat perlengkapan yang mempunyai kemampuan untuk memaksa kehendak pada siapa saja di dalam wilayah

Page 13: Sejarah Ilmu Pemerintahan Indonesia

kekuasaaannya. Ahli hukum Hugo de Groot memndang negara merupakan suatu persekutuan sempurna dari orang-orang yang merdeka untuk memperoleh perlindungan hukum. Sedangkan dari keilmuwan sosiologi, memandang negara adalah suatu masyarakat yang monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah ( Max Weber dalam Inu, 2001 : 99).Sedangkan Ndraha ( 2000 : 7 ) yang secara basic keilmuwan berlatar belakang disiplin ilmu administrasi negara dan ilmu pemerintahan mendefenisikan ilmu pemerintahan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana pemerintah ( unit kerja publik ) bekerja memnuhi dan melindungi tuntutan ( harapan, kebutuhan ) yang diperintah akan jasa publik dan layanan civil, dalam hubungan pemerintahan.

C. METODOLOGI PENDEKATAN : PENDEKATAN HISTORIS

Dari beberapa teori diatas sebagai acuan pendekatan historis yang akan dipakai guna mengkaji jati diri ilmu pemerintahan secara filsafat dari segi gejala dan peristiwa pemerintahan, maka ontologi ( hakikat apa yang dikaji ) dari ilmu pemerintahan secara obyek materi adalah negara sedangkan obyek fomanya adalah hubungan pemerintah dengan publik dalam kaitan kewenangan dan pelayanan. Secara epistemologi ( bagaimana caranya memperoleh yang dikaji (penegetahuan/ilmu) secara benar ) berkaitan dengan metodologi ilmu pemerintahan dan ciri khas ilmu pemerintahan. Sedangkan secara aksiologi ( mengapa dan untuk apa guna yang dikaji (pengetahuan/ilmu) bagi kehidupan manusia.Landasan metodologi penelitian maupun metodologi ilmu adalah filsafat ilmu, logi disini bukan berarti ilmu tetapi kajian atau pelajaran tentang metode yang digunakan dalam mencari, mengembangkan, mempelajari dan memanfaatkan ilmu. Penelitian adalah suatu upaya yang bermaksud mencari jawaban yang benar terhadap suatu realita yang dipikirkan ( dipermasalahkan ) dengan menggunakan metode tertentu atau cara berpikir dan teknik tertentu menurut prosedur sistimatis, bertujuan menemukan, mengembangkan dan atau menerapkan pengetahuan, ilmu dan teknologi, yang berguna baik sebagai aspek keilmuwan maupun aspek guna laksana ( praktis ). Oleh sebab itu metodologi penelitian dapat diterjemahkan sebagai cara berpikir dan melaksanakan hasil berpikir ( teknik ) untuk melakukan suatu penelitian secara lebih baik dalam mencapai tujuannya ( efektif ).Untuk memperjelas sasaran dalam konsep ini, perlu juga kita perhatikan defenisi-defenisi ilmu dari beberapa ahli, untuk memperjelas makna dan apa yang dapat dikatakan ilmu. Sondang Siagian mendefenisikan ilmu sebagai suatu obyek ilmiah yang memiliki sekelompok prinsip, dalil, runus yang melalui percobaan yang sistimatis dilakukan berulang kali telah teruji kebenarannya, prinsip-prinsip, dalil-dalil dan rumus-rumus mana dapat diajarkan dan dipelajari.Secara umum, ilmu adalah akumulasi penegetahuan yang disusun secara sistematis dengan menggunakan metode-metode tertentu, sedemikian rupa sehingga dapat merupakan gambaran, penjelasan dan peramalan mengenai realita sampai pada teknik-teknik mengatasi kejadian-kejadian yang tidak diharapkan, baik yang bersifat spesifik, konkrit dan locus, maupun yang bersifat general, abstrak dan universal (Rusidi, 2001 : 10 ). Sehingga dapat disimpulkan, ilmu memiliki obyek materi ( locus ), dan obyek formal ( focus ) dengan ciri-ciri : mempunyai obyek tertentu, bersifat empiris, memiliki metode tertentu, sistematis, dapat ditransformasikan, bersifat universal dan bebas nilai (Wasistiono, 2002 : 1).Merujuk pada defenisi ilmu, metodologi suatu ilmu secara formal enbeded dan secara substantif ditunjukkan oleh aksioma, anggapan dasar, pendekatan, model analisis dan konstruk pengalaman dan konsep ( Ndraha, 1997 : 25 ). Secara abstrak metodologi ilmu merupakan cara berpikir dan

Page 14: Sejarah Ilmu Pemerintahan Indonesia

melaksanakan hasil berfikir ( teknik ) secara formal enbeded dan secara substantif ditunjukkan oleh aksioma, , anggapan dasar, pendekatan, model analisis dan konstruk pengalaman serta konsep yang terakumulasi dari pengetahuan yang tersusun sistematis dengan menggunakan metode-metode tertentu, baik bersifat spesifik, konkrit dan locus, maupun bersifat general, abstrak dan universal yang bertujuan mencari, mengembangkan, mempelajari dan memanfaatkan ilmu.Dengan meminjam alat metodologi sebagai syarat keilmiahan dalam mengkaji dan mencari jati diri ilmu pemerintahan, metodologi penelitian dan metodologi ilmu menjadi pendukung wajib dalam menganalisis gejala dan peristiwa / kejadian berpemerintahan dengan pendekatan historis serta sistimatika penulisan yang memperhatikan kaidah ilmiah. Pendekatan historis merupakan pendekatan yang menganalisa peristiwa / gejala / aktivitas kegiatan pemerintahan melalui alat analisis sejarah perkembangan pemerrintahan dan aturan / hukum yang menjadi dasar laksana dan hukum aktivitas berpemerintahan yang sah.

D. TEORI DAN ANALISAIlmu pemerintahan adalah ilmu yang mempelajari bagaimana melaksanakan pengurusan ( eksekutif ), pengaturan ( legislatif ), kepemimpinan dan koordinasi pemerintahan ( baik pusat dengan daerah maupun antara rakyat dengan pemerintahnya ) dalam berbagai peristiwa dan gejala pemerintahan secara baik dan benar, (Inu, 2001:47)Dari defenisi dan teori-teori di atas dapat disimpulkan, gejala -gejala, peristiwa dan kondii suatu lembaga pemerintahan yang menjadi ontologi ilmu pemerintahan, meliputi : 1. Hubungan pemerintah2. yang diperintah3. Tuntutan yang diperintah ( jasa publik layanan civil )4. Pemerintah5. Kewajiban dan tanggung jawab pemerintah6. Pemerintah yang dipandang mampu memenuhi kewajiban dan tanggung jawab tersebut7. Bagaimana membentukpemerintah yang sedemikian itu8. Bagaimana pemerintah menunaikan kewajiban dan memenuhi tanggung jawabnya9. Bagaimana supaya kinerja pemerintah sesuai dengan tuntutan yang diperintah.

Wasistiono ( 2002 : 5 ) melihat ilmu pemerintahan merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antara rakyat dengan organisasi tertinggi negara ( pemerintah ) dalam konteks kewenangan dan memberi pelayanan. Meminjam pemikiran Ndraha, dengan melihat gejala-gejala sosial senantiasa terdapat dalam sebuah masyarakat, jika seorang atau suatu kelompok kita jadikan variabel X dan orang atau kelompok lain kita jadikan variabel Y. Jika X disebut pemerintah ( P ) dan Y yang dipenrintah ( YD ), maka hubungan antara P dan YD telah terjadi suatu kegiatan yang disebut pemerintahan atau peristiwa, gejala-gejala pemerintahan. Pengkajian terhadap peristiwa atau gejala-gejala pemerintahan yang terjadi baik sekali lalu maupun berulang telah menjadi sumber bahan konstruksi ilmu pemerintahan.Dilihat dari konsentrasi administrasi publik atau administrasi pemerintahan yang meliputi kebijakan publik pemerintahan, institusi / kelembagaan / organisasi pemerintahan, birokrasi, manajemen pemerintahan, personil dan keuangan ( anggaran ) pemerintahan, lingkungan administrasi pemerintahan dan segala aktivitas pemerintahan dilandasi oleh adanya bentuk legalitas dari pemerintahan yang berkuasa. Jika perubahan mendasar terjadi pada konsentrasi tersebut yang memfokus pada perubahan sitem, ditandai dengan terjadinya perubahan yang

Page 15: Sejarah Ilmu Pemerintahan Indonesia

mendasar pada alat gerak pemerintahan itu sendiri ( konstitusi ). Hal ini dapat dilihat dari sistem berpemerintahan di Indonesia mulai dari pasca kemerdekaan, orde lama, orde baru dan pasca reformasi. Sehingga Robertson menilai konstitusi adalah bentuk “ power maps is a of rights, powers, and procedure regulatng the structure with telationships among for the public authorities and between the public authorities and the citizens “.Secara konkrit aksiologi ilmu pemerintahan dilihat pada peran pemerintahan melalui sudut pandang pendekatan historis meliputi berbagai sejarah peristiwa / kejadian dimana pemerintah menerapkan keadilan, menyelengarakan demokrasi, menyelenggarakan pemerintahan, melaksanakan desentralisasi, mengatur perekonomian, menjaga persatuan, memelihara lingkungan, melindungi HAM, meningkatkan kemampuan masyarakat, meningkatkan moral masyarakat yang dilandasi berbagai aturan yang mengikutinya baik tertulis maupun tidak tertulis yang dibuat pemerintah (negara ).Lahir menjelang pecahnya PD II, konsep Ilmu Pemerintahan terapan pertama kali dirintis oleh G. A. Van Poelje dengan nama “ Bestuurskunde “, negeri Paman Sam menyebutnya Public Administration, namun saat ini administrasi publik diartikan sebagai ilmu administrasi publik. Keberhasilan Van Poelje membebaskan studi tentang susunan dan berfungsinya pemerintah dari tradisi yuridis dengan menggunakan wawasan ilmu penegetahuan sosial, kini terperangkap kembali dalam artian masih ada yang menilai ilmu pemerintahan bagian dari ilmu sosial lainnya seperti ilmu politik, ilmu hukum, ilmu ekonomi dan lainnya.

Secara ciri khas ilmu pemerintahan, dapat ditarik epistimologi dalam gejala pemerintahan meliputi kekuasaan yang sah ( kewenangan ), menampung, menyelesaikan kepentingan orang banyak / masyarakat luas sekaligus dengan pembinaannya, pelayanan kepada masyarakat yang kesemuanya itu dilandasi juga secara operasionalnya ( praktek ) oleh pendekatan historis.Luasnya dimensi kajian ilmu pemerintahan tidak terlepas dari ruang lingkup permasalahan dan gejala-gejala berpemerintahan. Upaya-upaya pembuktian dan penggalian guna kemandirian ilmu pemerintahan melalui pendekatan disiplin ilmu lainnya yang bersifat multidisiplin maupun interdisiplin ilmu terus dilakukan. Salah satu pendekatan yang dilakukan sesui dengan metode ilmu adalah pendekatan historis.Diwadahi ilmu hukum dengan perkembangn madzab hukum yang mendominasi suasana pemerintahan di Eropa Barat selama dua abad, mengakibatkan sejarah studi gejala-gejala pemerintahan dipandang sebagai bagian dari studi ilmu hukum. Permasalahan pemerintahan dipandang dan akan dapat diatasi dengan penerapan paraturan-peraturan hukum yang berkaitan dengan masalah tersebut dengan tepat dan benar. Sehingga timbul peranggapan bahwa studi gejala pemerintahan merupakan bagian dari ilmu hukum. A. Van Braam sendiri ( Soewargono, 1995 : 2 ) mengemukakan ilmu pemerintahan sebagian besar masih mewqujudkan diri dalam bentuk himpunan studi gejala-gejala pemerintahan yang dihasilkan studi dari ilmu hukum ( dikategorikan sebagai “ juridische bestuurkunde” ). Memang sejarah ilmu pemerintahan tidak dapat dipisahkan dari peraturan / hukum yang menyertainya.Semakin luas lingkup aktivitas pemerintahan dan kompleksnya gejala-gejala pemerintahan, pakar ilmu pemerintahan dapat merasakan berbagai jenis “ ilmu pemerintahan “ yang bersifat monodisiplinair, misalnya studi ilmu hukum yang hanya mampu memberikan pandangan sepihak dalam melihat gejala-gejala dan berfungsinya suatu pemerintah dan tidak mampu menjelaskan secara integral.H. J. Logemen ( Saparin, 1986 : 22 ) memandang aktivitas pemerintahan dari sudut pandang hukum tata pemerintahan “ merupakan keseluruhan pranata hukum yang digunakan sebagai

Page 16: Sejarah Ilmu Pemerintahan Indonesia

landasan untuk menjalankan kegiatan pemerintahan dalam arti khusus ialah pemerintahan dalam negeri dan juga dapat disebut sebagai “ bestuursrecht “ atau hukum tata negara dalam arti sempit “. Sementara fungsi pemerintahan umum ( algemeen bestuur / administrasi publik ) disamping memiliki kewenangan juga mengatur, melayani, memelihara, membina, melindungi kepentingan umum dan warga masyarakatnya melalui pembuatan dan penegakan aturan.Hal ini terlihat jelas di dalam setiap aktivitas pemerintahan yang selalu berhubungan dan didasari aturan menuju lahirnya hukum atau konstitusi, atau dengan kata lain di dalam tubuh ilmu pemerintahan menjelma pada aktivitas, gejala dan peristiwa pemerintahan terkandung ( lihat Ndraha, 2000 : 1-20 ). Jadi dari analisis di atas terlihat jelas jika anggapan awal selama ini bahwa ilmu pemerintahan bagian dari studi ilmu lainnya khususnya ilmu hukum tidaklah benar, hal ini sperti diungkapkan Surianingrat “ disiplin ilmu yang tertua adalah ilmu pemerintahan “ dikarenakan keterlambatannya dalam menemukan, membuktikan, menerapkan, mengembangkan, dan memanfaatkan untuk menciptakan jati diri ilmu yang mandiri, dan sekarang ini ilmu pemerintahan telah menemukan jati dirinya.

E. PENUTUP DAN REKOMENDASI

Melalui analisa di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ilmu pemerintahan bukanlah bagian dari suatu disiplin ilmu hukum, politik, administrasi publik maupun ilmu ekonomi. Hal ini dapat dilihat dari telaahan di atas terhadap gejala-gejala dan peristiwa pemerintahan melalui pendekatan histori. Sehingga dapat diketahui baik secara teoritis / defenisi ilmu pemerintahan melalui aspek guna laksana ( praktis ) dari masalah-masalah kehidupan publik ( masyarakat, organisasi non pemerintah, wiraswasta dan umum ) dengan pemerintah maupun pemerintah dengan pemerintah mengandung peristiwa pemerintahan dan ilmu pemrintahan dari suduit kajian ilmu / studi lainnya.Dalam menelaah ilmu pemerintahan dilihat dari pendekatan historis tidak dapat dipisahkan dari aspek peraturan / hukum yang mengatur tata laksana pemerintahan. Dimana sejarah pemerintahan dijalankan sesuai dengan peraturan / hukum yang telah ditetapkan baik tertulis maupun tidak tertulis.Diharapkan melalui penuangan konsep ini ke dalam bentuk tulisan makalah dapat diketahui jelas keberaan jati diri ilmu pemerintahan dan sejarah perkembangan ilmu pemerintahan hingga menjadi ilmu yang mandiri sehingga dapat menjadi perenungan dan pemikiran agar senantiasa terus dikaji dan dikembangkan lebih jauh lagi dan ilmu pemerintahan benar-benar pada bentuk / jati diri ilmu pemerintahan yang konkrit, general dan universal.

Daftar Pustaka:Inu, Kencana Syafiie, 2001, Pengantar Ilmu Pemerintahan, Refika Aditama, BandungInu, Kencana Syafiie, 2001, Filsafat Pemerintahan, Perca, JakartaNdraha, Taliziduhu, 1997, Metodologi Ilmu Pemerintahan, Rineka Cipta, JakartaNdraha, Taliziduhu, 2000, Diktat Kuliah Ilmu Pemerintahan, Program Pasca Sarjana UNPAD, BandungRusidi, 2001, Diktat Kuliah Metodologi Penelitian, Program Pasca Sarjana UNPAD, bandungRasyid, M. Ryaas, 1997, Makna Pemerintahan, Yasrif Watampone, JakartaSoewargono, 1995, Jati Diri Ilmu Pemerintahan, Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap pada IIP, Jakarta

Page 17: Sejarah Ilmu Pemerintahan Indonesia

Suriasumantri, Jujun. S, 1996, Filsafat Ilmu (sebuah pengantar populer), Pustaka Sinar Harapan, JakartaWasistiono, Sadu, 2002, Diktat Kuliah Metodologi Ilmu Pemerintahan, Program Pasca Sarjana MAPD STPDN, Jatinango

Page 18: Sejarah Ilmu Pemerintahan Indonesia

A. Pendahuluan

Seiring dengan hukum alam, akan terus terjadi perubahan karena yang abadi

di dunia ini adalah perubahan itu sendiri. Para pendukung ilmu pemerintahan tidak

boleh terlena pada nostalgia masa lalu, tetapi kemudian melupakan tantangan masa

depan. Demikian pula tidak boleh ada monopoli kebenaran mengenai ilmu

pemerintahan oleh sekelompok orang atau lembaga. Hal tersebut akan membuat ilmu

pemerintahan mengalami kemandegan dan pada akhirnya mengarah pada kematian.

Mengenai hal ini, Popper (dalam Taryadi :1989) mengatakan bahwa : “Every scientific

statement must be tentative forever”. Terlebih lagi lingkungan strategis tempat dimana

ilmu pemerintahan hidup dan berkembang, mengalami peruahan yang sangat cepat

dan seringkali tidak terduga. (Sadu Wasistiono, 1 : 2003 ; dalam makalah seminar

Nasional).

Sebelum lebih jauh kami membahas tentang studi historis Perkembangan

Organisasi Pemerintah Daerah, terlebih dahulu saya akan mencoba membahas

metodologi ilmu pemerintahan khususnya pada studi historis dalam mengkaji gejala-

gejala dan peristiwa pemerintahan dengan perkembangan pemikiran yang ada.

Berangkat dari pemahaman kita tentang metodologi ilmu pemerintahan dengan melihat

gejala dan peristiwa yang dilakukan dengan melalui metode-metode dan tehnik-tehnik

yang lazim dilakukan oleh ilmu-ilmu pengetahuan sosial dan ilmu pengetahuan perilaku

(Sumargono : 1985), dan sejalan dengan pendapat tersebut Sadu Wasistiono ; 2003,

mengatakan bahwa Ilmu pemerintahan sebagai bagian dari ilmu sosial dapat

menggunakan metodologi yang digunakan dalam ilmu sosial.

Dalam penulisan makalah ini terbagi atas dua bagian yaitu, pada bagian

pertama mengkaji metodologi ilmu pemerintahan dilihat dari studi historis secara

konsep dan teori, selanjutnya pada bagian kedua menjelaskan perkembangan

pemikiran Organisasi Pemerintah daerah dilihat dari sudut pandang otonomi daerah,

sebagaimana pendapat H.F.Brasz dalam Sumargono (1995) bahwa perkembangan

ilmu pemerintahan boleh dikatakan bahwa ilmu pemerintahan itu tumbuh di dalam dan

melalui praktek-praktek penyelenggaraan pemerintahan. Dengan melihat

perkembangan pemikiran tentang otonomi daerah tersebut tidak dapat dilepaskan

Page 19: Sejarah Ilmu Pemerintahan Indonesia

bhawa benih otonomi daerah di Indonesia, sebenarnya berasal dari “politik etis”

(ethische politiek) yang dijalankan oleh pemerintah Hindia Belanda. Maksud semula

politik etis adalah untuk meningkatkan kecerdasan dan kehidupan sosial ekonomi

rakayat Indonesia, namun di dalam perkembangannya hasil yang menonjol justru

kemunculan dan pertumbuhan gerakan-gerakan politik kaum cendikiawan bangsa

Indonesia. (Darumurti, K. D., & Rauta, U, 21 : 2000).

Pertanyaan epistemologis terhadap ilmu pemerintahan yang dianggap sebagai

ilmu baru di Indonesia yakni apakah ilmu pemerintahan perlu memiliki metodologinya

yang spesifik – berbeda dengan ilmu-ilmu sosial lainnya ? Pertanyaan sederhana

tersebut nampaknya memerlukan jawaban yang panjang dan berdasarkan cara

pandang terhadap ilmu. Berdasarkan cara pandang divergensi yang berkembang

sekitar tahun 1945, ilmu yang satu dengan yang lain terpisah secara tegas, sehingga

memerlukan metodologinya tersendiri. Akan tetapi melalui cara pandang konvergensi,

pemisahan satu ilmu dengan ilmu yang lain secara kaku sudah saatnya ditinggalkan

(Wallerstein, 1997). Artinya, dengan cara pandang konvergensi, setiap ilmu tidak

mutlak memerlukan metodologinya sendiri-sendiri. Apabila ilmu pemerintahan termasuk

ke dalam rumpun ilmu sosial, maka sebenarnya untuk mempelajari dan memahami

gejala serta peristiwa pemerintahan, dapat digunakan metodologi ilmu-ilmu sosial.

Perkembangan demikian itulah yang mendorong Pemerintah Belanda

melakukan perubahan-perubahan dalam lapangan ketatanegaraan untuk mengimbangi

gerakan-gerakan kebangsaan dan kemudian tehadap gerakan kemerdekaan yang

dipelopori kaum cendikiawan bangsa Indonesia. Perubahan ketatanegaraan yang

dilakukan oleh pemerintah Belanda, antara lain dengan memberikan otonomi pada

badan-badan politik setempat (Muslimin, 1986 : 12-13). Dengan demikian, sejarah

modern otonomi di Indonesia, awal perkembangannya dimulai sejak masa pendudukan

Belanda di bumi Indonesia melalui Pemerintahan Hindia Belanda.

Secara khusus, pada masa sekarang “agak” berbeda, yaitu dengan berlakunya

Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 yang “lebih banyak” memberikan keleluasaan

kewenangan mengatur dan mengurus rumah tangganya pada daerah tingkat II

(kabupaten/kota). Sehingga tidak dikenal lagi tingkatan daerah sebagai daerah Tingkat

Page 20: Sejarah Ilmu Pemerintahan Indonesia

II dan hanya disebut sebagai Kabupaten dan kota, walaupun sampai kini propinsi belum

menjadi daerah otonom juga. Dengan melihat otonomi daerah secara historis yang

merupakan suatu perkembangan yang menonjol dalam ilmu pemerintahan, dan

mengingat bahwa ilmu pemerintah itu adalah ilmu yang bersifat terapan, maka hasil dari

analisa tersebut harus pula dapat dipergunakan oleh para penyelenggara pemerintahan

dalam melakukan tugas-tugasnya dengan melihat perkembangan secara historis.

B. Metodologi Studi Sejarah (Historis)

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan sebagai bagian dari ilmu sosial dapat

menggunakan semua metodologi yang digunakan dalam ilmu sosial. Sebelum kita

memahami lebih jauh tentang studi sejarah (historis), maka perlu kita ketahui terlebih

dahulu tentang apa sebenarnya metodologi itu ?.

Donny Gahral Adian (2002) dalam bukunya Memahami Obyektivisme Ilmu

Pengetahuan menyatakan, bahwa banyak yang masih menyamakan pengertian

metode dan metodologi, sebenarnya dua konsep itu memiliki pengertian yang berbeda

satu sama lain. Metode merupakan langkah-langkah sistimatis yang digunakan dalam

ilmu tertentu yang tidak direfleksikan atau diterima begitu saja. Metode lebih bersifat

spesifik dan terapan. Sedangkan metodologi merupakan bagian dari sistimatika filsafat

yang mengkaji cara-cara mendapatkan pengetahuan ilmiah. Metodologi tidak

memfokuskan diri pada cara pemerolehan ilmu tertentu saja melainkan pengetahuan

umumnya. Obyek kajian metodologi adalah ilmu pengetahuan sedang sudut

pandangnya adalah cara kerja ilmu pengetahuan.

Selanjutnya Donny Gahral Adian (2002) menyatakan metodologi bertujuan

melukiskan dan menganalisis cara kerja yang absah untuk ilmu pengetahuan, serta

kemudian dapat melihat kemungkinan merancang metode-metode baru sehubungan

adanya gejala-gejala yang belum terpahami. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

metodologi terhadap ilmu pengetahuan adalah pertanyaan yang amat mendasar

tentang cara kerja ilmu yang mungkin tidak pernah disadari oleh para ilmuwan itu

sendiri. Pertanyaan-pertanyaan metodologis timbul dari kebutuhan manusia untuk

mereflesikan kegiatan-kegiatannya yang mendasar dan hakiki. Refleksi tersebut

Page 21: Sejarah Ilmu Pemerintahan Indonesia

bermaksud merumuskan, mengkritik, dan memperbaiki aturan-aturan untuk kegiatan

keilmuwan, serta mengintegrasikan kegiatan tersebut sejauh mungkin ke dalam

kerangka pemahaman manusia yang lebih luas tentang dunia dan kehidupan. Cholid

Narbuko dan Abu Achmadi (1997) menyatakan metodologi berasal dari kata metode

yang artinya cara yang tepat untuk melakukan sesuatu; logos yang artinya ilmu atau

pengetahuan, sehingga metodologi artinya cara melakukan sesuatu dengan

menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan. Sadu Wasistiono

(2003) methodology : the systematic and critical study of methods and techniques.

Metodologi suatu ilmu secara formal embedded di dalam definisi ilmu yang

bersangkutan dan secara subtantif ditunjukan oleh aksioma, anggapan dasar, studi dan

model analisis dan model konstruk , pengalaman dan konsep (Taliziduhu Draha ;1997)

Sebagai disiplin ilmu berdiri sendiri, ilmu pemerintahan membutuhkan

metodologi untuk untuk membantu manusia meningkatkan pengetahuannya untuk

menafsirkan fenomena-fenomena pemerintahan yang kompleks dan saling berkaitan.

Hal ini dikatakan Djohermansyah Djohan (1997) fenomena pemerintahan yang terjadi

di dalam penyelenggaraan suatu negara biasanya selalu menarik untuk dikaji dan

dibicarakan. Karena dari sanalah orang dapat menyimak persoalan-persoalan actual

yang dihadapi oleh suatu system pemerintahan dan memperhatikan bagaimana cara-

cara pengelola pemerintahan menanganinya. Sadu Wasistiono (2003) menyatakan

gejala-gejala pemerintahan dapat dilihat dari pemerintahan sebagai sebuah system

sosial gejala tersebut dapat dilihat secara idiograhic atau nomothetic analysis melalui

studi longitudinal maupun cross-sectionasl dan pemerintahan sebagai suatu system

kekuasaan menyangkut menjalankan kekuasaan yang syah.

Selanjutnya Sadu Wasistiono (2003) mendefinisikan ilmu pemerintahan

adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara rakyat dengan organisasi tertinggi

negara (pemerintah) dalam konteks kewenangan dan pemberian pelayanan.

U.Rosenthal dalam Sumargono (1995) menyatakan sebagai ilmu secara otonom

mempelajari bekerjanya struktur-struktur dan proses-proses dari pemerintahan Negara,

baik secara internal maupun secara ekternal.

Page 22: Sejarah Ilmu Pemerintahan Indonesia

Pandangan tentang metodologi ilmu pemerintahan diperkaya dengan pendapat

Taliziduhu Ndraha (1997) yang membedakan metodologi ilmu pemerintahan (MIP)

menurut daya laku dan perkembangannya. MIP ke dalam telah mengalami

perkembangan sampai pada generasi ketiga, sedangkan MIP ke luar telah mengalami

perkembangan sampai generasi keempat. (Sadu Wasistiono, 1 : 2003 ; dalam

makalah seminar Nasional).

Berbekal pada pengertian metodologi sebagai studi kritis mengenai metode dan

teknik (Dunn, 1981), penulis mengemukakan ada tiga metode untuk memahami gejala

dan peristiwa pemerintahan yang dapat dipadukan dengan tiga pendekatan. Ketiga

metode tersebut yaitu : 1) metode studi kasus; 2) metode studi sejarah; 3) metode studi

perbandingan. Sedangkan tiga pendekatan yang dapat digunakan yaitu : 1) pendekatan

legalistik; 2) pendekatan sistem; 3) pendekatan paradigmatik.

Dari berbagai tulisan yang membahas mengenai ilmu pemerintahan, terdapat

berbagai pendapat tentang metodologi untuk mempelajarinya. Soewargono (1995)

yang mengutip pandangan Rosenthal, misalnya mengemukakan bahwa metode yang

digunakan untuk mempelajari gejala pemerintahan adalah : 1) metode fenomenologis;

2) fraxeology. Berbeda dengan pandangan Soewargono, van Ylst (1998)

mengemukakan ada empat metode dalam mempelajari ilmu pemerintahan yaitu : 1)

metode filosofis; 2) metode historis; 3) metode eksperimen; 4) metode deskriptif.

Dari ke empat metodologi utama tersebut diatas, maka kami akan membahasa

salah satunya yaitu pada studi historis dalam melihat gejala pemerintahan.

Dalam konteks studi atau penelitian historis sebagaimana dikatakan

Muhammad Musa dan Titi Nurfitri dalam bukunya metodologi penelitian (1988)

adalah penelitian yang mempunyai tujuan untuk membuat rekonstruksi masa lampau

secara sistematis dan objektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi

memverifikasi serta mensintesiskan bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan

memperoleh kesimpulan yang kuat.

Lebih lanjut Nawawi (2001 : 78-79) menjelaskan bahwa Metode penelitian

Historis adalah prosedur pemecahan masalah dengan menggunakan data masa lalu

Page 23: Sejarah Ilmu Pemerintahan Indonesia

atau peninggalan-peninggalan, baik untuk memahami kejadian atau suatu keadaan

yang berlangsung pada masa lalu terlepas dari keadaan sekarang maupun untuk

memahami kejadian atau keadaan masa lalu, selanjutnya kerap kali juga hasilnya dapat

dipergunakan untuk meramalkan kejadian atau keadaan masa yang akan datang.

Selanjutnya (Nazir, 56 : 1988) menyebutkan bahwa tujuan dari studi Historis

adalah untuk membuat rekonstruksi masa lampau secara objektif dan sistematis

dengan mengumpulkan, mengevaluasikan serta menjelaskan dan mensintesiskan

bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan menarik kesimpulan secara tepat.

Dengan kata lain metode Historis dapat dilakukan dalam dua cara sebagai

berikut :

1. Untuk menggambarkan gejala-gejala yang terjadi pada masa lalu sebagai suatu

rangkaian peristiwa yang beridir sendiri, terbatas dalam kurun waktu tertentu di

masa lalu.

2. Menggambarkan gejala-gejala masa lalu sebagai sebab suatu keadaan atau kejadian

pada masa sekarang sebagai akibat. Data masa lalu itu dipergunakan sebagai

informasi untuk memperjelas kejadian atau keadaan masa sekarang sebagai

rangkaian yang tidak terputus atau saling berhubungan satu dengan yang lain.

Atas dasar uraian di atas perlu ditekankan bahwa metode historis tidak

mengutamakan data masa sekarang, tetapi lebih memusatkan perhatiannya pada masa

lalu berupa; peninggalan-peninggalan, dokumen-dokumen, arsip-arsip, benda-benda

sejarah, monumen-monumen, benda-benda pusaka dan bahkan tempat-tempat yang

dianggap keramat dan lain-lain.

Entri ini dituliskan pada 14 Maret 2009 pada 12:33 pm dan disimpan dalam Pemerintahan. Anda bisa mengikuti setiap tanggapan atas artikel ini melalui RSS 2.0 pengumpan. Anda bisa tinggalkan tanggapan, atau lacak tautan dari situsmu sendiri.