Sejarah berdirinya Muhammadiyah.docx

45
2. Sejarah berdirinya Muhammadiyah Bulan Dzulhijjah (8 Dzulhijjah 1330 H) atau November (18 November 1912 M) merupakan momentum penting lahirnya Muhammadiyah. Itulah kelahiran sebuah gerakan Islam modernis terbesar di Indonesia, yang melakukan perintisan atau kepeloporan pemurnian sekaligus pembaruan Islam di negeri berpenduduk terbesar muslim di dunia. Sebuah gerakan yang didirikan oleh seorang kyai alim, cerdas, dan berjiwa pembaru, yakni Kyai Haji Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis dari kota santri Kauman Yogyakarta. Kata ”Muhammadiyah” secara bahasa berarti ”pengikut Nabi Muhammad”. Penggunaan kata ”Muhammadiyah” dimaksudkan untuk menisbahkan (menghubungkan) dengan ajaran dan jejak perjuangan Nabi Muhammad. Penisbahan nama tersebut menurut H. Djarnawi Hadikusuma mengandung pengertian sebagai berikut: ”Dengan nama itu dia bermaksud untuk menjelaskan bahwa pendukung organisasi itu ialah umat Muhammad, dan asasnya adalah ajaran Nabi Muhammad saw, yaitu Islam. Dan tujuannya ialah memahami dan melaksanakan agama Islam sebagai yang memang ajaran yang serta dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw, agar supaya dapat menjalani kehidupan dunia sepanjang kemauan agama Islam. Dengan demikian ajaran Islam yang suci dan benar itu dapat memberi nafas bagi kemajuan umat Islam dan bangsa Indonesia pada umumnya.” Kelahiran dan keberadaan Muhammadiyah pada awal berdirinya tidak lepas dan merupakan menifestasi dari gagasan pemikiran dan amal perjuangan Kyai Haji Ahmad Dahlan (Muhammad Darwis) yang menjadi pendirinya. Setelah menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci dan bermukim yang kedua kalinya pada tahun 1903, Kyai Dahlan mulai menyemaikan benih pembaruan di Tanah Air. Gagasan pembaruan itu diperoleh Kyai Dahlan setelah berguru kepada ulama-ulama Indonesia yang bermukim di Mekkah seperti Syeikh Ahmad Khatib dari Minangkabau, Kyai Nawawi dari Banten, Kyai Mas Abdullah dari Surabaya, dan Kyai Fakih dari Maskumambang; juga setelah membaca pemikiran-pemikiran para

Transcript of Sejarah berdirinya Muhammadiyah.docx

Page 1: Sejarah berdirinya Muhammadiyah.docx

2. Sejarah berdirinya Muhammadiyah

Bulan Dzulhijjah (8 Dzulhijjah 1330 H) atau November (18 November 1912 M) merupakan momentum penting lahirnya Muhammadiyah. Itulah kelahiran sebuah gerakan Islam modernis terbesar di Indonesia, yang melakukan perintisan atau kepeloporan pemurnian sekaligus pembaruan Islam di negeri berpenduduk terbesar muslim di dunia. Sebuah gerakan yang didirikan oleh seorang kyai alim, cerdas, dan berjiwa pembaru, yakni Kyai Haji Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis dari kota santri Kauman Yogyakarta.

Kata ”Muhammadiyah” secara bahasa berarti ”pengikut Nabi Muhammad”. Penggunaan kata ”Muhammadiyah” dimaksudkan untuk menisbahkan (menghubungkan) dengan ajaran dan jejak perjuangan Nabi Muhammad. Penisbahan nama tersebut menurut H. Djarnawi Hadikusuma mengandung pengertian sebagai berikut: ”Dengan nama itu dia bermaksud untuk menjelaskan bahwa pendukung organisasi itu ialah umat Muhammad, dan asasnya adalah ajaran Nabi Muhammad saw, yaitu Islam. Dan tujuannya ialah memahami dan melaksanakan agama Islam sebagai yang memang ajaran yang serta dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw, agar supaya dapat menjalani kehidupan dunia sepanjang kemauan agama Islam. Dengan demikian ajaran Islam yang suci dan benar itu dapat memberi nafas bagi kemajuan umat Islam dan bangsa Indonesia pada umumnya.”

Kelahiran dan keberadaan Muhammadiyah pada awal berdirinya tidak lepas dan merupakan menifestasi dari gagasan pemikiran dan amal perjuangan Kyai Haji Ahmad Dahlan (Muhammad Darwis) yang menjadi pendirinya. Setelah menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci dan bermukim yang kedua kalinya pada tahun 1903, Kyai Dahlan mulai menyemaikan benih pembaruan di Tanah Air. Gagasan pembaruan itu diperoleh Kyai Dahlan setelah berguru kepada ulama-ulama Indonesia yang bermukim di Mekkah seperti Syeikh Ahmad Khatib dari Minangkabau, Kyai Nawawi dari Banten, Kyai Mas Abdullah dari Surabaya, dan Kyai Fakih dari Maskumambang; juga setelah membaca pemikiran-pemikiran para pembaru Islam seperti Ibn Taimiyah, Muhammad bin Abdil Wahhab, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha. Dengan modal kecerdasan dirinya serta interaksi selama bermukim di Ssudi Arabia dan bacaan atas karya-karya para pembaru pemikiran Islam itu telah menanamkan benih ide-ide pembaruan dalam diri Kyai Dahlan. Jadi sekembalinya dari Arab Saudi, Kyai Dahlan justru membawa ide dan gerakan pembaruan, bukan malah menjadi konservatif.

Embrio kelahiran Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi untuk mengaktualisasikan gagasan-gagasannya merupakan hasil interaksi Kyai Dahlan dengan kawan-kawan dari Boedi Oetomo yang tertarik dengan masalah agama yang diajarkan Kyai Dahlan, yakni R. Budihardjo dan R. Sosrosugondo. Gagasan itu juga merupakan saran dari salah seorang siswa Kyai Dahlan di Kweekscholl Jetis di mana Kyai mengajar agama pada sekolah tersebut secara ekstrakulikuler, yang sering datang ke rumah Kyai dan menyarankan agar kegiatan pendidikan yang dirintis Kyai Dahlan tidak diurus oleh Kyai sendiri tetapi oleh suatu organisasi agar terdapat kesinambungan setelah Kyai wafat. Dalam catatan Adaby Darban, ahli sejarah dari UGM kelahiran Kauman, nama ”Muhammadiyah” pada mulanya diusulkan oleh kerabat dan sekaligus sahabat Kyai Ahmad Dahlan yang bernama Muhammad Sangidu,

Page 2: Sejarah berdirinya Muhammadiyah.docx

seorang Ketib Anom Kraton Yogyakarta dan tokoh pembaruan yang kemudian menjadi penghulu Kraton Yogyakarta, yang kemudian diputuskan Kyai Dahlan setelah melalui shalat istikharah (Darban, 2000: 34). Artinya, pilihan untuk mendirikan Muhammadiyah memiliki dimensi spiritualitas yang tinggi sebagaimana tradisi kyai atau dunia pesantren.

Gagasan untuk mendirikan organisasi Muhammadiyah tersebut selain untuk mengaktualisasikan pikiran-pikiran pembaruan Kyai Dahlan, menurut Adaby Darban (2000:13) secara praktis-organisatoris untuk mewadahi dan memayungi sekolah Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah, yang didirikannya pada 1 Desember 1911. Sekolah tersebut merupakan rintisan lanjutan dari ”sekolah” (kegiatan Kyai Dahlan dalam menjelaskan ajaran Islam) yang dikembangkan Kyai Dahlan secara informal dalam memberikan pelajaran yang mengandung ilmu agama Islam dan pengetahuan umum di beranda rumahnya. Dalam tulisan Djarnawi Hadikusuma yang didirikan pada tahun 1911 di kampung Kauman Yogyakarta tersebut, merupakan ”Sekolah Muhammadiyah”, yakni sebuah sekolah agama, yang tidak diselenggarakan di surau seperti pada umumnya kegiatan umat Islam waktu itu, tetapi bertempat di dalam sebuah gedung milik ayah Kyai Dahlan, dengan menggunakan meja dan papan tulis, yang mengajarkan agama dengan dengan cara baru, juga diajarkan ilmu-ilmu umum.

Maka pada tanggal 18 November 1912 Miladiyah bertepatan dengan 8 Dzulhijah 1330 Hijriyah di Yogyakarta akhirnya didirikanlah sebuah organisasi yang bernama ”MUHAMMADIYAH”. Organisasi baru ini diajukan pengesahannya pada tanggal 20 Desember 1912 dengan mengirim ”Statuten Muhammadiyah” (Anggaran Dasar Muhammadiyah yang pertama, tahun 1912), yang kemudian baru disahkan oleh Gubernur Jenderal Belanda pada 22 Agustus 1914. Dalam ”Statuten Muhammadiyah” yang pertama itu, tanggal resmi yang diajukan ialah tanggal Miladiyah yaitu 18 November 1912, tidak mencantumkan tanggal Hijriyah. Dalam artikel 1 dinyatakan, ”Perhimpunan itu ditentukan buat 29 tahun lamanya, mulai 18 November 1912. Namanya ”Muhammadiyah” dan tempatnya di Yogyakarta”. Sedangkan maksudnya (Artikel 2), ialah: a. menyebarkan pengajaran Igama Kangjeng Nabi Muhammad Shallalahu ‘Alaihi Wassalam kepada penduduk Bumiputra di dalam residensi Yogyakarta, dan b. memajukan hal Igama kepada anggauta-anggautanya.”

Terdapat hal menarik, bahwa kata ”memajukan” (dan sejak tahun 1914 ditambah dengan kata ”menggembirakan”) dalam pasal maksud dan tujuan Muhammadiyah merupakan kata-kunci yang selalu dicantumkan dalam ”Statuten Muhammadiyah” pada periode Kyai Dahlan hingga tahun 1946 (yakni: Statuten Muhammadiyah Tahun 1912, Tahun 1914, Tahun 1921, Tahun 1931, Tahun 1931, dan Tahun 1941). Sebutlah Statuten tahun 1914, Maksud Persyarikatan ini yaitu :

Memajukan dan menggembirakan pengajaran dan pelajaran Igama di Hindia Nederland,

dan Memajukan dan menggembirakan kehidupan (cara hidup) sepanjang kemauan agama Islam kepada lid-lidnya.

Page 3: Sejarah berdirinya Muhammadiyah.docx

Dalam pandangan Djarnawi Hadikusuma, kata-kata yang sederhana tersebut mengandung arti yang sangat dalam dan luas. Yaitu, ketika umat Islam sedang dalam kelemahan dan kemunduran akibat tidak mengerti kepada ajaran Islam yang sesungguhnya, maka Muhammadiyah mengungkap dan mengetengahkan ajaran Islam yang murni itu serta menganjurkan kepada umat Islam pada umumnya untuk mempelajarinya, dan kepada para ulama untuk mengajarkannya, dalam suasana yang maju dan menggembirakan.

Pada AD Tahun 1946 itulah pencantuman tanggal Hijriyah (8 Dzulhijjah 1330) mulai diperkenalkan. Perubahan penting juga terdapat pada AD Muhammadiyah tahun 1959, yakni dengan untuk pertama kalinya Muhammadiyah mencantumkan ”Asas Islam” dalam pasal 2 Bab II., dengan kalimat, ”Persyarikatan berasaskan Islam”. Jika didaftar, maka hingga tahun 2005 setelah Muktamar ke-45 di Malang, telah tersusun 15 kali Statuten/Anggaran Dasar Muhammadiyah, yakni berturut-turut tahun 1912, 1914, 1921, 1934, 1941, 1943, 1946, 1950 (dua kali pengesahan), 1959, 1966, 1968, 1985, 2000, dan 2005. Asas Islam pernah dihilangkan dan formulasi tujuan Muhammadiyah juga mengalami perubahan pada tahun 1985 karena paksaan dari Pemerintah Orde Baru dengan keluarnya UU Keormasan tahun 1985. Asas Islam diganti dengan asas Pancasila, dan tujuan Muhammadiyah berubah menjadi ”Maksud dan tujuan Persyarikatan ialah menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat utama, adil dan makmur yang diridlai Allah Subhanahu wata’ala”. Asas Islam dan tujuan dikembalikan lagi ke ”masyarakat Islam yang sebenar-benarnya” dalam AD Muhammadiyah hasil Muktamar ke-44 tahun 2000 di Jakarta.

Kelahiran Muhammadiyah sebagaimana digambarkan itu melekat dengan sikap, pemikiran, dan langkah Kyai Dahlan sebagai pendirinya, yang mampu memadukan paham Islam yang ingin kembali pada Al-Quran dan Sunnah Nabi dengan orientasi tajdid yang membuka pintu ijtihad untuk kemajuan, sehingga memberi karakter yang khas dari kelahiran dan perkembangan Muhammadiyah di kemudian hari. Kyai Dahlan, sebagaimana para pembaru Islam lainnya, tetapi dengan tipikal yang khas, memiliki cita-cita membebaskan umat Islam dari keterbelakangan dan membangun kehidupan yang berkemajuan melalui tajdid (pembaruan) yang meliputi aspek-aspek tauhid (‘aqidah), ibadah, mu’amalah, dan pemahaman terhadap ajaran Islam dan kehidupan umat Islam, dengan mengembalikan kepada sumbernya yang aseli yakni Al-Quran dan Sunnah Nabi yang Shakhih, dengan membuka ijtihad.

Mengenai langkah pembaruan Kyai Dahlan, yang merintis lahirnya Muhammadiyah di Kampung Kauman, Adaby Darban (2000: 31) menyimpulkan hasil temuan penelitiannya sebagai berikut:”Dalam bidang tauhid, K.H A. Dahlan ingin membersihkan aqidah Islam dari segala macam syirik, dalam bidang ibadah, membersihkan cara-cara ibadah dari bid’ah, dalam bidang mumalah, membersihkan kepercayaan dari khurafat, serta dalam bidang pemahaman terhadap ajaran Islam, ia merombak taklid untuk kemudian memberikan kebebasan dalam ber-ijtihad.”.

Adapun langkah pembaruan yang bersifat ”reformasi” ialah dalam merintis pendidikan ”modern” yang memadukan pelajaran agama dan umum. Menurut Kuntowijoyo, gagasan pendidikan yang dipelopori Kyai Dahlan, merupakan pembaruan karena mampu

Page 4: Sejarah berdirinya Muhammadiyah.docx

mengintegrasikan aspek ”iman” dan ”kemajuan”, sehingga dihasilkan sosok generasi muslim terpelajar yang mampu hidup di zaman modern tanpa terpecah kepribadiannya (Kuntowijoyo, 1985: 36). Lembaga pendidikan Islam ”modern” bahkan menjadi ciri utama kelahiran dan perkembangan Muhammadiyah, yang membedakannya dari lembaga pondok pesantren kala itu. Pendidikan Islam “modern” itulah yang di belakang hari diadopsi dan menjadi lembaga pendidikan umat Islam secara umum.

Langkah ini pada masa lalu merupakan gerak pembaruan yang sukses, yang mampu melahirkan generasi terpelajar Muslim, yang jika diukur dengan keberhasilan umat Islam saat ini tentu saja akan lain, karena konteksnya berbeda.

Pembaruan Islam yang cukup orisinal dari Kyai Dahlan dapat dirujuk pada pemahaman dan pengamalan Surat Al-Ma’un. Gagasan dan pelajaran tentang Surat Al-Maun, merupakan contoh lain yang paling monumental dari pembaruan yang berorientasi pada amal sosial-kesejahteraan, yang kemudian melahirkan lembaga Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKU). Langkah momumental ini dalam wacana Islam kontemporer disebut dengan ”teologi transformatif”, karena Islam tidak sekadar menjadi seperangkat ajaran ritual-ibadah dan ”hablu min Allah” (hubungan dengan Allah) semata, tetapi justru peduli dan terlibat dalam memecahkan masalah-masalah konkret yang dihadapi manusia. Inilah ”teologi amal” yang tipikal (khas) dari Kyai Dahlan dan awal kehadiran Muhammadiyah, sebagai bentuk dari gagasan dan amal pembaruan lainnya di negeri ini.

Kyai Dahlan juga peduli dalam memblok umat Islam agar tidak menjadi korban misi Zending Kristen, tetapi dengan cara yang cerdas dan elegan. Kyai mengajak diskusi dan debat secara langsung dan terbuka dengan sejumlah pendeta di sekitar Yogyakarta. Dengan pemahaman adanya kemiripan selain perbedaan antara Al-Quran sebagai Kutab Suci umat Islam dengan kitab-kitab suci sebelumnya, Kyai Dahlan menganjurkan atau mendorong ”umat Islam untuk mengkaji semua agama secara rasional untuk menemukan kebenaran yang inheren dalam ajaran-ajarannya”, sehingga Kyai pendiri Muhammadiyah ini misalnya beranggapan bahwadiskusi-diskusi tentang Kristen boleh dilakukan di masjid (Jainuri, 2002: 78).

Kepeloporan pembaruan Kyai Dahlan yang menjadi tonggak berdirinya Muhammadiyah juga ditunjukkan dengan merintis gerakan perempuan ‘Aisyiyah tahun 1917, yang ide dasarnya dari pandangan Kyai agar perempuan muslim tidak hanya berada di dalam rumah, tetapi harus giat di masyarakat dan secara khusus menanamkan ajaran Islam serta memajukan kehidupan kaum perempuan. Langkah pembaruan ini yang membedakan Kyai Dahlan dari pembaru Islam lain, yang tidak dilakukan oleh Afghani, Abduh, Ahmad Khan, dan lain-lain (mukti Ali, 2000: 349-353). Perintisan ini menunjukkan sikap dan visi Islam yang luas dari Kyai Dahlan mengenai posisi dan peran perempuan, yang lahir dari pemahamannya yang cerdas dan bersemangat tajdid, padahal Kyai dari Kauman ini tidak bersentuhan dengan ide atau gerakan ”feminisme” seperti berkembang sekarang ini. Artinya, betapa majunya pemikiran Kyai Dahlan yang kemudian melahirkan Muhammadiyah sebagai gerakan Islam murni yang berkemajuan.

Page 5: Sejarah berdirinya Muhammadiyah.docx

Kyai Dahlan dengan Muhammadiyah yang didirikannya, menurut Djarnawi Hadikusuma telah menampilkan Islam sebagai ”sistem kehidupan mansia dalam segala seginya”. Artinya, secara Muhammadiyah bukan hanya memandang ajaran Islam sebagai aqidah dan ibadah semata, tetapi merupakan suatu keseluruhan yang menyangut akhlak dan mu’amalat dunyawiyah. Selain itu, aspek aqidah dan ibadah pun harus teraktualisasi dalam akhlak dan mu’amalah, sehingga Islam benar-benar mewujud dalam kenyataan hidup para pemeluknya. Karena itu, Muhammadiyah memulai gerakannya dengan meluruskan dan memperluas paham Islam untuk diamalkan dalam sistem kehidupan yang nyata.

Kyai Dahlan dalam mengajarkan Islam sungguh sangat mendalam, luas, kritis, dan cerdas. Menurut Kyai Dahlan, orang Islam itu harus mencari kebenaran yang sejati, berpikir mana yang benar dan yang salah, tidak taklid dan fanatik buta dalam kebenaran sendiri, menimbang-nimbang dan menggunakan akal pikirannya tentang hakikat kehiduupan, dan mau berpikir teoritik dan sekaligus beripiki praktik (K.R. H. Hadjid, 2005). Kyai Dahlan tidak ingin umat Islam taklid dalam beragama, juga tertinggal dalam kemajuan hidup. Karena itu memahami Islam haruslah sampai ke akarnya, ke hal-hal yang sejati atau hakiki dengan mengerahkan seluruh kekuatan akal piran dan ijtihad.

Dalam memahami Al-Quran, dengan kasus mengajarkan Surat Al-Ma’un, Kyai Dahlan mendidik untuk mempelajari ayat Al-Qur’an satu persatu ayat, dua atau tiga ayat, kemudian dibaca dan simak dengan tartil serta tadabbur (dipikirkan): ”bagaimanakah artinya? bagaimanakah tafsir keterangannya? bagaimana maksudnya? apakah ini larangan dan apakah kamu sudah meninggalkan larangan ini? apakah ini perintah yang wajib dikerjakan? sudahkah kita menjalankannya?” (Ibid: 65). Menurut penuturan Mukti Ali, bahwa model pemahaman yang demikian dikembangkan pula belakangan oleh KH.Mas Mansur, tokoh Muhammadiyah yang dikenal luas dan mendalam ilmu agamanya, lulusan Al-Azhar Cairo, cerdas pemikirannya sekaligus luas pandangannya dalam berbagai masalah kehidupan.

Kelahiran Muhammadiyah dengan gagasan-gagasan cerdas dan pembaruan dari pendirinya, Kyai Haji Ahmad Dahlan, didorong oleh dan atas pergumulannya dalam menghadapi kenyataan hidup umat Islam dan masyarakat Indonesia kala itu, yang juga menjadi tantangan untuk dihadapi dan dipecahkan. Adapun faktor-faktor yang menjadi pendorong lahirnya Muhammadiyah ialah antara lain :

1) Umat Islam tidak memegang teguh tuntunan Al-Quran dan Sunnah Nabi, sehingga menyebabkan merajalelanya syirik, bid’ah, dan khurafat, yang mengakibatkan umat Islam tidak merupakan golongan yang terhormat dalam masyarakat, demikian pula agama Islam tidak memancarkan sinar kemurniannya lagi;

2) Ketiadaan persatuan dan kesatuan di antara umat Islam, akibat dari tidak tegaknya ukhuwah Islamiyah serta ketiadaan suatu organisasi yang kuat;

3) Kegagalan dari sebagian lembaga-lembaga pendidikan Islam dalam memprodusir kader-kader Islam, karena tidak lagi dapat memenuhi tuntutan zaman;

4) Umat Islam kebanyakan hidup dalam alam fanatisme yang sempit, bertaklid buta serta berpikir secara dogmatis, berada dalam konservatisme, formalisme, dan tradisionalisme;

Page 6: Sejarah berdirinya Muhammadiyah.docx

5) dan Karena keinsyafan akan bahaya yang mengancam kehidupan dan pengaruh agama Islam, serta berhubung dengan kegiatan misi dan zending Kristen di Indonesia yang semakin menanamkan pengaruhnya di kalangan rakyat(Junus Salam, 1968:33).

Karena itu, jika disimpulkan, bahwa berdirinya Muhammadiyah adalah karena alasan-alasan dan tujuan-tujuan sebagai berikut: (1) Membersihkan Islam di Indonesia dari pengaruh dan kebiasaan yang bukan Islam; (2) Reformulasi doktrin Islam dengan pandangan alam pikiran modern; (3) Reformulasi ajaran dan pendidikan Islam; dan (4) Mempertahankan Islam dari pengaruh dan serangan luar (H.A. Mukti Ali, dalam Sujarwanto & Haedar Nashir, 1990:332).

Kendati menurut sementara pihak Kyai Dahlan tidak melahirkan gagasan-gagasan pembaruan yang tertulis lengkap dan tajdid Muhammadiyah bersifat ”ad-hoc”, namun penilaian yang terlampau akademik tersebut tidak harus mengabaikan gagasan-gagasan cerdas dan kepeloporan Kyai Dahlan dengan Muhammadiyah yang didirikannya, yang untuk ukuran kala itu dalam konteks amannya sungguh merupakan suatu pembaruan yang momunemntal. Ukuran saat ini tentu tidak dapat dijadikan standar dengan gerak kepeloporan masa lalu dan hal yang mahal dalam gerakan pembaruan justru pada inisiatif kepeloporannya.

Kyai Dahlan dengn Muhammadiyah yang didirikannya terpanggil untuk mengubah keadaan dengan melakukan gerakan pembaruan. Untuk memberikan gambaran lebih lengkap mengenai latarbelakang dan dampak dari kelahiran gerakan Muhammadiyah di Indonesia, berikut pandangan James Peacock (1986: 26), seorang antropolog dari Amerika Serikat yang merintis penelitian mengenai Muhammadiyah tahun 1970-an, bahwa: ”Dalam setengah abad sejak berkembangnya pembaharuan di Asia Tenggara, pergerakan itu tumbuh dengan cara yang berbeda di bermacam macam daerah. Hanya di Indonesia saja gerakan pembaharuan Muslimin itu menjadi kekuatan yang besar dan teratur. Pada permulaan abad ke-20 terdapat sejumlah pergerakan kecil kecil, pembaharuan di Indonesia bergabung menjadi beberapa gerakan kedaerahan dan sebuah pergerakan nasional yang tangguh, Muhammadiyah. Dengan beratus-ratus cabang di seluruh kepulauan dan berjuta-juta anggota yang tersebar di seluruh negeri, Muhammadiyah memang merupakan pergerakan Islam yang terkuat yang pernah ada di Asia Tenggara. Sebagai pergerakan yang memajukan ajaran Islam yang murni, Muhammadiyah juga telah memberikan sumbangan yang besar di bidang kemasyarakatan dan pendidikan. Klinik-klinik perawatan kesehatan, rumah-rumah piatu, panti asuhan, di samping beberapa ribu sekolah menjadikan Muhammadiyah sebagai lembaga non-Kristen dalam bidang kemasyarakatan, pendidikan dan keagamaan swasta yang utama di Indonesia. ‘Aisyiah, organisasi wanitanya, mungkin merupakan pergerakan wanita Islam yang terbesar di dunia. Pendek kata Muhammadiyah merupakan suatu organisasi yang utama dan terkuat di negara terbesar kelima di dunia.”

Kelahiran Muhammadiyah secara teologis memang melekat dan memiliki inspirasi pada Islam yang bersifat tajdid, namun secara sosiologis sekaligus memiliki konteks dengan keadaan hidup umat Islam dan masyarakat Indonesia yang berada dalam keterbelakangan. Kyai Dahlan melalui Muhammadiyah sungguh telah memelopori kehadiran Islam yang

Page 7: Sejarah berdirinya Muhammadiyah.docx

otentik (murni) dan berorientasi pada kemajuan dalam pembaruannya, yang mengarahkan hidup umat Islam untuk beragama secara benar dan melahirkan rahmat bagi kehidupan. Islam tidak hanya ditampilkan secara otentik dengan jalan kembali kepada sumber ajaran yang aseli yakni Al-Qur‘an dan Sunnah Nabi yang sahih, tetapi juga menjadi kekuatan untuk mengubah kehidupan manusia dari serba ketertinggalan menuju pada dunia kemajuan.

Fenomena baru yang juga tampak menonjol dari kehadiran Muhammadiyah ialah, bahwa gerakan Islam yang murni dan berkemajuan itu dihadirkan bukan lewat jalur perorangan, tetapi melalui sebuah sistem organisasi. Menghadirkan gerakan Islam melalui organisasi merupakan terobosan waktu itu, ketika umat Islam masih dibingkai oleh kultur tradisional yang lebih mengandalkan kelompok-kelompok lokal seperti lembaga pesantren dengan peran kyai yang sangat dominan selaku pemimpin informal. Organisasi jelas merupakan fenomena modern abad ke-20, yang secara cerdas dan adaptif telah diambil oleh Kyai Dahlan sebagai “washilah” (alat, instrumen) untuk mewujudkan cita-cita Islam.

Mem-format gerakan Islam melalui organisasi dalam konteks kelahiran Muhammadiyah, juga bukan semata-mata teknis tetapi juga didasarkan pada rujukan keagmaan yang selama ini melekat dalam alam pikiran para ulama mengenai qaidah “mâ lâ yatimm al-wâjib illâ bihi fa huwâ wâjib”, bahwa jika suatu urusan tidak akan sempurna manakala tanpa alat, maka alat itu menjadi wajib adanya. Lebih mendasar lagi, kelahiran Muhammadiyah sebagai gerakan Islam melalui sistem organisasi, juga memperoleh rujukan teologis sebagaimana tercermin dalam pemaknaan/penafsiran Surat Ali Imran ayat ke-104, yang memerintahkan adanya “sekelompok orang untuk mengajak kepada Islam, menyuruh pada yang ma‘ruf, dan mencegah dari yang munkar”. Ayat Al-Qur‘an tersebut di kemudian hari bahkan dikenal sebagai ”ayat” Muhammadiyah.

Muhammadiyah dengan inspirasi Al-Qur‘an Surat Ali Imran 104 tersebut ingin menghadirkan Islam bukan sekadar sebagai ajaran “transendensi” yang mengajak pada kesadaran iman dalam bingkai tauhid semata. Bukan sekadar Islam yang murni, tetapi tidak hirau terhadap kehidup. Apalagi Islam yang murni itu sekadar dipahami secara parsial. Namun, lebih jauh lagi Islam ditampilkan sebagai kekuatan dinamis untuk transformasi sosial dalam dunia nyata kemanusiaan melalui gerakan “humanisasi” (mengajak pada serba kebaikan) dan “emanisipasi” atau “liberasi” (pembebasan dari segala kemunkaran), sehingga Islam diaktualisasikan sebagai agama Langit yang Membumi, yang menandai terbitnya fajar baru Reformisme atau Modernisme Islam di Indonesia.

Sumber :

http://www.muhammadiyah.or.id/id/content-178-det-sejarah-singkat.html

Pengertian Muhammadiyah

Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia. Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW. sehingga Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW. Latar belakang KH Ahmad Dahlan memilih nama Muhammadiyah yang pada masa itu sangat

Page 8: Sejarah berdirinya Muhammadiyah.docx

asing bagi telinga masyarakat umum adalah untuk memancing rasa ingin tahu dari masyarakat, sehingga ada celah untuk memberikan penjelasan dan keterangan seluas-luasnya tentang agama Islam sebagaimana yang telah diajarkan Rasulullah SAW.

Persyarikatan Muhammadiyah didirikan untuk mendukung usaha KH Ahmad Dahlan untuk memurnikan ajaran Islam yang dianggap banyak dipengaruhi hal-hal mistik. Kegiatan ini pada awalnya juga memiliki basis dakwah untuk wanita dan kaum muda berupa pengajian Sidratul Muntaha. Selain itu peran dalam pendidikan diwujudkan dalam pendirian sekolah dasar dan sekolah lanjutan, yang dikenal sebagai Hooge School Muhammadiyah dan selanjutnya berganti nama menjadi Kweek School Muhammadiyah (sekarang dikenal dengan Madrasah Mu’allimin _khusus laki-laki, yang bertempat di Patangpuluhan kecamatan Wirobrajan dan Mu’allimaat Muhammadiyah_khusus Perempuan, di Suronatan Yogyakarta).

Muhammadiyah secara etimologis berarti pengikut nabi Muhammad, karena berasal dari kata Muhammad, kemudian mendapatkan ya nisbiyah, sedangkan secara terminologi berarti gerakan Islam, dakwah amar ma’ruf nahi mungkar dan tajdid, bersumber pada al-Qur’an dan as-Sunnah. Berkaitan dengan latar belakang berdirinya Muhammadiyah secara garis besar faktor penyebabnya adalah pertama, faktor subyektif adalah hasil pendalaman KH. Ahmad Dahlan terhadap al-Qur’an dalam menelaah, membahas dan mengkaji kandungan isinya. Kedua, faktor obyektif di mana dapat dilihat secara internal dan eksternal. Secara internal ketidakmurnian amalan Islam akibat tidak dijadikannya al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai satu-satunya rujukan oleh sebagiab besar umat Islam Indonesia.

Muhammadiyah adalah Gerakan Islam yang melaksanakan da’wah amar ma’ruf nahi munkar dengan maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Muhammadiyah berpandangan bahwa Agama Islam menyangkut seluruh aspek kehidupan meliputi aqidah, ibadah, akhlaq, dan mu’amalat dunyawiyah yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan harus dilaksanakan dalam kehidupan perseorangan maupun kolektif. Dengan mengemban misi gerakan tersebut Muhammadiyah dapat mewujudkan atau mengaktualisasikan Agama Islam menjadi rahmatan lil-’alamin dalam kehidupan di muka bumi ini.

Sumber :

http://www.muhammadiyah.or.id/content-44-det-tentang-muhammadiyah.html

Faktor Pendorong Internal dan Eksternal

1) Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri umat islam sendiri yang tercermin dalam dua hal, yaitu sikap beragama dan sistem pendidikan islam. Sikap beragama umat islam saat itu pada umumnya belum dapat dikatakan sebagai sikap beragama yang rasional. Sirik, taklid, dan bid’ah masih menyelubungai kehidupan umat islam, terutama dalam lingkungan kraton, dimana kebudayaan hindu telah jauh tertanam. Sikap beragama yang demikian bukanlah terbentuk secara tiba-tiba pada awal abad ke 20 itu, tetapi

Page 9: Sejarah berdirinya Muhammadiyah.docx

merupakan warisan yang berakar jauh pada masa terjadinya proses islamisasi beberapa abad sebelumnya. Seperti diketahui proses islamisasi di indonesia sangat di pengaruhi oleh dua hal, yaitu Tasawuf/Tarekat dan mazhab fikih, dan dalam proses tersebut para pedagang dan kaum sifi memegang peranan yag sangat penting. Melalui merekalah islam dapat menjangkau daerah-daerah hampir diseluruh nusantara ini.

2) Faktor eksernal

Faktor lain yang melatarbelakangi lahirnya pemikiran Muhammadiah adalah faktor yang bersifat eksternal yang disebabkan oleh politik penjajahan kolonial belanda. Faktor tersebut antara lain tanpak dalam system pendidikan kolonial serta usaha kearah westrnisasi dan kristenisasi.

Pendidikan kolonial dikelola oleh pemerintah kolonial untuk anak-anak bumi putra, ataupun yang diserahkan kepada misi and zending Kristen dengan bantuan financial dari pemerintah belanda. Pendidikan demikian pada awal abad ke 20 telah meyebar dibeberapa kota, sejak dari pendidikan dasar sampai atas, yang terdiri dari lembaga pendidikan guru dan sekolah kejuruan. Adanya lembaga pendidikan colonial terdapatlah dua macam pendidikan diawal abad 20, yaitu pendidikan islam tradisional dan pendideikan colonial. Kedua jenis pendidikan ini dibedakan, bukan hanya dari segi tujuan yang ingin dicapai, tetapi juga dari kurikulumnya.

Pendidikan kolonial melarang masuknya pelajaran agama dalam sekolah-sekolah colonial, dan dalan artian ini orang menilai pendidikan colonial sebagai pendidikan yang bersifat sekuler, disamping sebagai peyebar kebudayaan barat. Dengan corak pendidikan yang demikian pemerintah colonial tidak hanya menginginkan lahirnya golongan pribumi yang terdidik, tetapi juga berkebudayaan barat. Hal ini merupakan salah satu sisi politik etis yang disebut politik asisiasi yang pada hakekatnya tidak lain dari usaha westernisasi yang bertujuan menarik penduduk asli Indonesia kedalam orbit kebudayaan barat. Dari lembaga pendidikan ini lahirlah golongan intlektual yang biasanya memuja barat dan menyudutkan tradisi nenek-moyang serta kurang menghargai islam, agama yang dianutnya. Hal ini agaknya wajar, karena mereka lebih dikenalkan dengan ilmu-ilmu dan kebudayaan barat yang sekuler anpa mengimbanginya dengan pendidiakan agama konsumsi moral dan jiwanya. Sikap umat yang demikianlah yang dimaksud sebagai ancaman dan tantangan bagi islam diawal abad ke 20.

Sumber :

http://www.muhammadiyah.or.id/content-44-det-tentang-muhammadiyah.html

3. Mukaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah dan Rumusan Isinya

Muqoddimah Anggarah Dasar Muhammadiyah, yaitu “Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah dan Pe¬nyayang. Segala puji bagi Allah yang mengasuh semua alam; yang Maha Pemurah dan Penyayang; yang memegang pengadilan pada hari kemudian; Hanya kepada

Page 10: Sejarah berdirinya Muhammadiyah.docx

Kau hamba menyembah dan hanya kepada Kau hamba mohon pertolongan; Berilah petunjuk kepada hamba jalan yang lempang; Jalan orang-orang yang telah Kau beri kenikmatan, yang tidak dimurkai dan tidak tersesat lagi”. (al-Qur’an surat al¬Fatihah).

“Saya ridha, bertuhan kepada Allah, beragama kepada Islam dan bernabi kepada Muhammad Rasulul¬lah Shallal ahu ‘alaihi wasallam”.

1) Amma ba’du, Bahwa sesungguhnya ke-Tuhanan itu adalah hak Allah semata-mata. Bertuhan dan ber¬ibadah serta tunduk dan ta’at kepada Allah adalah satu-satunya ketentuan yang wajib atas tiap-tiap makhluk, terutama manusia.

2) Hidup bermasyarakat itu adalah sunnah (hukum qudrat-iradat) Allah atass kehidupan manusia.

3) Masyarakat yang sejahtera, aman, damai, makmur dan bahagia hanyalah dapat diujudkan di atas dasar keadilan, kejujuran, persaudaraan dan go¬tong-royong bertolong-tolongan dengan bersendikan hukum Allah yang sebenar-benarnya, lepas dari pada pengaruh syaitan dan hawa nafau. Agama Allah yang dibawa dan diajarkan oleh sekalian Nabi yang bijaksana dan berjiwa suci, adalah satu-satunya Pdcok hukum dalam masyarakat yang utama dan seba¬ik-baiknya.

4) Menjunjung tinggi hukum Allah lebih dari pada hukum yang manapun juga, adalah kawajiban mutlak bagi tiap-tiap orang yang mengaku ber-Tuhan kepa¬da Allah. Agama Islam adalah agama Allah yang dibawa oleh sekalian Nabi, sejak Nabi Adam sampai Nabi Muhammad saw. dan diajarkan kepada unmatnya masing-masing untuk mendapatkan hidup bahagia dunia dan akhirat.

5) Syahdan, untuk menciptakan masyarakat yang baha¬gia dan sentosa sebagai yang tersebut di atas itu, tiap-tiap orang, terutama ummat Islam, ummat yang percaya akan Allah dan Hari Kemudian, wajib¬lah mengikuti jejak sekalian Nabi yang suci itu; beribadah kepada Allah dan berusaha segiat-giat¬nya mengumpulkan segala kekuatan dan memperguna¬kannya untuk menjelmakan masyarakat itu di dunia ini, dengan niat yang kurni-tulus dan ikhlas karena Allah semata-mata dan hanya mengharapkan karunia Allah dan ridla-Nya belaka serta mempu¬nyai rasa tanggung-jawab di hadlirat Allah atas segala perbuatannya; lagi pula harus sabar dan tawakkal bertabah hati menghadapi segala kesukar¬an atau kesulitan yang menimpa dirinya, atau rintangan yang menghalangi pekerjaannya dengan penuh pengharapan akan perlindungan dan perto¬longan Allah Yang Maha Kuasa.

6) Untuk melaksanakan terwujudnya masyarakat yang demikian itu, maka dengan berkat dan rahmat Allah dan didirong oleh firman Allah dalam al-Qur’an : “Adakanlah dari kamu sekalian golongan yang me¬ngajak kepada keIslaman, menyuruh kepada kebaikan dan mencegah dari pada keburukan. Mereka itulah-golongan yang beruntung berbahagia”. (al-Qur’an surat Ali ‘Imran ayat 104)

Pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 Hijriyah atau 18 Nopember 1912 Miladiyah oleh Almarhum K.H.A. Dahlan didirikanlah suatu Persyarikatan sebagai “GERAKAN ISLAM’ dengan nama “MUHAMMADIYAH” yang disusun dengan majlis-majlis (Bagian-bahgian)¬nya, mengikuti peredaran zaman serta berdasarkan “syura” yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan atau Muktamar.

Page 11: Sejarah berdirinya Muhammadiyah.docx

7) Kesemuanya itu perlu untuk menunaikan kewa,jiban mengamalkan perintah-perintah Allah dan mengikuti Sunnah Rasul-Nya, Nabi Muhamnad saw, guna menda¬patkan karunia dan ridla-Nya, di dunia dan akhirat, dan untuk mencapai masyarakat yang sen¬tosa dan bahagia, disertai nikmat dan rahmat Allah yang melimpah-limpah, sehingga merupakan : “Suatu negara yang indah, bersih, suci dan makmur di bawah perlindungan Tuhan Yang Maha Pengampun”.

Maka dengan Muhammadiyah ini mudah-mudahan umnat Islam dapatlah diantarkan ke pintu gerbang Syurga “Jannatun Na’imi’ dengan keridlaan Allah Yang Rahman dan Rahim.

o Tujuh Pokok Pikiran dari Mukaddimah, yaitu :

Hidup manusia harus mentauhidkan Allah; ber-Tuhan, beribadah serta tunduk dan taat hanya kepada Allah

Hidup manusia adalah bermasyarakat\ Hanya hukum Allah satu-satunya hukum Yang dapat dijadikan sendi pembentuk pribadi

utama, dan mengatur tertib hidup bersama menuju kehidupan berba¬hagia-sejahtera Yang hakiki dunia dan akhirat

Berjuang menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benar¬nya adalah wajib sebagai ibadah kepa¬da Allah dan berbuat ihsan kepada sesama manusia

Perjuangan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benar¬nya hanya akan berhasil bila meng¬ikuti jejak perjuangan Nabi Muhammad saw

Perjuangan mewujudkan maksud dan tujuan di atas hanya dapat dicapai apabila dilaksanakan dengan cara berorganisasi

Seluruh perjuangan memadu ke satu titik tujuan Muhammadiyah, yakni “Terwujudnya masyarakat Utama, adil dan makmur yang diridlai Allah Subha¬nahu wata’ala

o Keterangan pokok pikiran pertama :

“Hidup manusia harus mentauhidkan Allah; ber-Tuhan, beribadah serta tunduk dan taat hanya kepada Allah”.

Manusia adalah salah satu makhluk Allah yang diberi kedudukan tertinggi di antara makhluk-makhluk lainnya, dan ia dititahkan dengan disertai satu tujuan tertentu. Oleh karena itu sudah seharusnyalah kalau manusia menyesuaikan hidup dan kehidupannya sejalan dengan maksud dan tujuan Allah menciptakan¬nya dengan cara mendasarkan seluruh hidupnya di atas dasar Tauhid, dalam arti hidup ber-Tuhan, beribadah serta tunduk dan taat hanya kepada Allah semata.

Manusia harus percaya dan yakin dengan sesungguh-sungguhnya, bahwa tidak ada sesuatu apapun yang wajib disembah, tak ada sesuatu apapun yang pantas ditakuti, tidak ada sesuatu apapun yang pantas di¬cintai, dan tidak ada sesuatu apaun yang wajib dita¬ati serta diagung-agungkan kecuali hanya kepada Allah semata-mata. Kalaupun di dalam hidupnya sese¬orang mesti mencurahkan rasa cinta ataupun kesadaran mentaati sesuatu, maka

Page 12: Sejarah berdirinya Muhammadiyah.docx

keseluruhannya dilaksanakan dalam kerangka dasar mencintai dan mentaati kepada Allah juga.

Dalam surat Muhammad ayat 19 Allah berfirman : “Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tiada ada Tuhan kecuali Allah”. Ayat ini selain berisi penegasan tentang keberadaan Allah Yang Esa, juga memberikan rangsangan kepada akal fikiran manusia agar dipergu¬nakan sebaik-baiknya untuk menalar. Kalimat “keta¬huilah” mengandung makna bahwa manusia diperintahkan Allah untuklmenggunakan fikiran dan kemampuan lain¬nya guna merenungkan dan memikirkan berbagai keja¬than (mahluk) yang tergelar di alam semesta ini. Manusia diperintahkan untuk membaca dan mengetahui berbagai rahasia alam beserta segala isinya. Demiki¬an juga ia diperintahkan untuk merenungkan terhadap dirinya sendiri secermat-cermatnya. Renungan manusia yang didukung oleh akal fikiran yang kritis disertai dengan pengamatan intuisi yang halus dan tajam pasti akan membuahkan hasi semakin bertambah kuat keyakin¬annya bahwa sesungguhnya seluruh jagat raya beserta “gala isinya ini adalah mahluk Allah, diciptakan dengan perencanaan dan bertujuan.

Manusia yang telah mencapai tintkat kryakinan atau iman yang didapatkan lewat perpaduan antara aiaran wahyu denga penemuan akalnya (ra’yu) akan melahirkan kehidupan yang damai, tenang dan pasrah $ePenuhnya ke haribaan Allah swt. Dan hidup serupa inilah Yang dapat dinyatakan sebagai hidup yang telah selaras dengan kehendak Ilahi, seperti diterangkan dalam surat adz-Dzariyat ayat 56 : “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali agar supaya mereka beribadah kepadaKu”.

Pengabdian diri semata-mata hanya kepada Allah, yang pangkalnya digerakkan dan disinari oleh iman yang kokoh, akan melahirkan amal ibadah yang ikhlas, dan bersih, serta dilaksanakan penuh ketaat¬an semata-mata hanya mengharapkan ridlaNya. Surat al-Bayyinah ayat 4-5 menerangkan bahwa .”tidaklah mereka diperintahkan (sesuatu apapun) kecuali agar supaya mereka menghambakan diri kepada Allah, dengan menRikhlaskan agama semata-mata untuk Allah juga.

o Keterangan pokok pikiran kedua :

“Hidup manusia adalah bermasyarakat”.

Hidup bermasyarakat bagi manusia adalah sunnatullah seperti ditegaskan oleh Allah dalam surat al-Hujurat ayat 13 “Sesungguhnya Kami menjadikan engkau semua dalam bentuk berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar saling kenal-mengenal.”

Secara pengalaman telah diakui oleh para cerdik-cendekiawan, bahwa kehidupan manusia selalu bergerombol. Hal seperti itu karena manusia didorong berbagai dorongan, seperti dorongan spirituil, do¬rongan intelektuil, dorongan biologis, ataupun do¬rongan harga diri. Karena kenyataan serupa itu Aristoteles memandang manusia sebagai makhluk bermasya¬rakat (Zoon politikon ).

Islam mengakui manusia sebagai makhluk yang mandiri dan berpribadi. Sekalipun demikian ia tidak akan dapat melepaskan diri dari hubungan sesama manusia, bahkan dengan mempelajari sifat dan susunan hidup manusia maka bagaimanapun juga tinggi nilai

Page 13: Sejarah berdirinya Muhammadiyah.docx

pribadinya akan totapi ia tidak akan mFSnpunyai nilai bila sifat kehidupannya hanya semata-mata berguna bagi dirinya sendiri. Nilai seseorang akan ditentu¬kan oleh ukuran seberapa jauh ia memberikan pengorbanan dan darma baktinya dalam upaya membina keles¬tarian hidup bersama. Jadi hanya dengan hidup ber¬masyarakat terletak arti dan nilai kehidupan manusia.

Hubungan pengertian antara pokok pikiran per¬tama dengan pokok pikiran kedua adalah erat sekali karena adanya manusia berpribadi yang dilandasi dengan jiwa tauhid merupakan unsur pokok dalam mem¬bentuk dan mewujudkan suatu masyarakat yang baik, teratur lagi tertib.

o Keterangan pokok pikiran ketiga.

“Hanya hukum Allah satu-satunya hukum yang dapat dijadikan sendi pembentukan pribadi utama dan pengatur tertib hidup bersama menuju kehidupan bahagia sejahtera yang hakiki dunia dan akhirat.”

Pendirian pokok pikiran ketiga ini lahir dan kemudian menjadi keyaninan yang kokoh dan kuat adalah sebagai hasil penelaahan dan pecnahaman terhadap ajaran Islam dalam arti dan sifat yang sebenar-be¬narnya. Oleh karena itu pokokpikiran ini merupakan “bekal keyakinan dan pendangan hidup”.

Agama Islam merupakan ajaran-ajaran yang sa¬ngat sempurna serta mutlak nilai kebenarannya. la merupakan petunjuk jiwa dan sebagai rahmat serta taufiq Allah kepada manusiakuntuk meraih kebahagiaan hakiki dunia dan akhirat. Surat Ali Imran ayat 19 dan 85 menegaskan “Sesungguhnya agama yang ada di sisi Allah hanyalah agama Islam, dan siapapun yang mencari agama selain agama Islain, tidak akan diterima dan ia diakhirat termasuk golongan orang-orang yang rugi.”

Surat al-Maidah ayat 3 menerangkan tentang kesempurnaan Islam: “Pada hari ini telah Aku sern¬purnakan agama untukmu dan telah Aku cukupkan pula nikmatKu padamu, dan Aku merelakan Islam sebagai agamamu.”

o Keterangan pokok pikiran keempat :

“Berjuang menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam untuk mewujudkan masyarakat Islam lyang sebenar-benarnya adalah wajib, sebagai ibadah kepada Allah dan berbuat ihsan dan ishlah kepada sesama manusia.”

Berjuang menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam dengan mencari keridhaan Allah termasuk sabilillah yang artinya : “Jalan yang dapat menyam-paikan kepada yang diridhai Allah atas semua amal yang diizinkanya”.

Pokok pikiran keempat, sebagai konsekuensi atas keyakinan dan pandangan hidup sebagaimana disinmpulkan dalam pokok pikiran ketiga. Adanya pandangan dan keyakinan hidup bahwa hanya ajaran Islam satu-satunya yang dapat dijadikan sendi mengatur ketertiban

Page 14: Sejarah berdirinya Muhammadiyah.docx

hidup manusia menuju kebahagiaan dan kesejah¬teraan dunia dan akhirat, akhirnya menumbuhkan kesadaran wajib berjuang, menegakkan ajaran Islam.

Oleh karena itu antara pokok pikiran ketiga dan keempat terjadi hubungan yang erat sekali, sebab satu cita-cita dan keyakinan baru dipandang positif apabila keyakinan tersebut diperjuangkan. Bahkan manusia dinyatakan hidup yang sebenarnya bilamana ia mempunyai suatu keyakinan hidup dan diperjuangkan dengan sepenuh pengerbanan hidupnya.

Bagi setiap muslim harus mempunyai kesadaran wajib berjuang menegakkan ajaran Islam dengan sepe¬nuh-penuhnya di manapun sebagai tanda dan bukti akan kebenaran iman dan keislamannya.

Allah menggambarkan sifat seorang mukmin yang sebenar-benarnya sebagai berikut : “Orang-orang mukmin itu hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu serta berjuang dengan harta dan dirinya di jalan Allah (sabilillah). Orang-orang itulah orang-orang yang benar”. (al-Hujurat:15)

Pendirian, kesadaran dan sikap seperti di atas merupakan kerangka dan sifat perjuangan Muhammadiyah secara keseluruhan. Dengan demikian setiap kegiatan dan amalan Muhammadiyah diarahkan dan disesuaikan denan sikap serta pedirian yang ada. Dan sebaliknya tidak dapat dibenarkan sama sekali adanya suatu kegiatan yang berlawanan dan yang menyimpang dari padanya.

o Keterangan pokok pikiran kelima :

“Perjuangan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya hanya akan berhasil bila mengikuti jejak perjuangan para Nabi, terutama Perjuagan Nabi Muhammad saw.”.

Apabila pokok pikiran keempat membicarakan tentang konsekuensi terhadap pandangan hidup yang telah diyakini kebenarannya, maka pokok pikiran kelima memperssoalkan tentang bagaimana cara dan akhlak berjuang menegakkan keyakinan hidup tersebut.

Bagi tiap pejuang muslim tidak ada cara dan contoh yang patut dijadikan teladan kecuali harus mengikuti car-cara perjuangan para nabi tertama Nabi Muhammad saw. Sebab pada diri Rasulullah tergambar rentangan contoh teladan paling bagus dan mulia, seperti yang telah ditegaskan Allah dalam surat al Ahzab ayat 21 : “Sesungguhnya pada diri kasulul¬lah ada suatu contoh yang baik bagi kamu sekalian, ialah bagi orang yang mengharapkan keridhaan Allah dan keselamatan hari akhir serta ingat, sebanyak-banyak kepada Allah”.

Surat Ali Imran ayat 31 memberikan petunjuk kepada orang yang berusaha mencintai Allah harus menempuh jalan Rasulullah : “Katakanlah, apabila engkau benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku niscaya engkau akan dicintai Allah, serta diam¬puni dosa-dosamu. ban Allah flaha Nengampun lagi Maha Penyayang.

Page 15: Sejarah berdirinya Muhammadiyah.docx

Kehidupan para nabi, terutama nabi Muhammad saw. adalah merupakan kehidupan yang seluruhnya diperuntukkan dalam perjuangan menegakkan cita-cita agung yakni : Kejayaan agama Allah di seluruh permukaan bumi. Kehidupan Rasulullah yang sangat menga-¬gumkan adalah merupakan gambaran yang hidup, Yang konkrit dan rril serta merupakan wujud Yang nyata dari ide yang terkandung dalam Al-Qur’an. t1anuaia muslim tidak dapat membuat keadilan yang lebih besar terhadap Al-Qur’an kecuali dengan cara mengikuti Rasulullah. Sebab sesungguhnya Rasulullah adalah orang yang ditunjuk Allah menjadi alat penyampai wahyu.

Tegasnya seseorang muslim mengikuti jejak beliau karena didasari suatu keyakinan bahwa tidak ada juru tafsir yang lebih baik dari ajaran A1-Qur’an daripada melaui orang di mana firman Allah diwahyu¬kan untuk umat Islam. Oleh sebab itu mempelajari sejarah perjuangan Rasulullah hingga dapat mengeta¬hui rahasia-rahasia kemenangannya yang gilang-gemi¬lang adalah merupakan syarat mutlak bagi setiap pejuang Muslim yang bercita-cita menegakkan agama Islam.

Sifat-sifat perjuangan Rasulullah yang wajib diikuti ialah selain merupakan ibadah kepada Allah, adalah dilakukan dengan segala kesungguhan atau jihad, ikhlas, penuh rasa tanggung jawab, sabar dan tawakkal.

Dan karana itu pula persyarikatan yang didiri¬kan oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan dinamakan Muhammadiyah, dengan maksud untuk bertafaul atau berharapan baik. semoga persyarikatan beserta para pendukung cita-citanya dapat mencontoh pcrjuangan dan diri pribadi Nabi Muhammad saw.

o Keterangan pokok pikiran keenam :

“Perjuangan mewujudkan maksud dan tujuan di atas hanya akan dapat tercapai apabila dilak¬sanakan dengan berorganisas”

Pokok pikiran keenam membicarakan tentang alat perjuangan sebagai rangkaian logis pokok pikiran-¬pokok pikiran yang sebelumnya, ialah: Munculnya keyakinan dan pandangan hidup menumbuhkan konsekuen¬si untuk memperjuangkannya dengan suatu metode dan akhlak tertentu serta dilaksanakan dengan mengguna¬kan alat perjuangan demi efisiensi pelaksanaannya.

Perjuagan menegakkan ajaran Islam hanya akan dapat berhasil secara efektif & efisien apabila diperjuangkan dengan mempergunakan suatu alat beru-pa organisasi. Dan sudah semestinya organisasi yang dijadikan alat untuk meraih satu tujuan yang sangat tinggi dan agung, memerlukan berbagai syarat yang berat juga, yang harus sepadan dan sebanding dengan nilai yang hendak dicapai. Ajaran Islam menekankan kepada umat¬nya agar dalam berusaha menegakkan ajaran Islam hendaknya dilakukan dengan cara berorganisasi seba¬gaimana yang dinyatakan dalam surat ash-Shaf ayat 4: “Sesungguhnya Allah senang kepada orang-orang yang yang berjuang di atas jalan-Nya secara tersusun rapi iba¬rat suatu bangunan yang kokoh dan kuat”.

Page 16: Sejarah berdirinya Muhammadiyah.docx

Muhammadiyah sadar bahwa mengingat ayat terse¬but maka berorganisasi untuk melaksakanan kewajiban menegakkan ajaran Islam, hukumnya adalah wajib. Hal ini dikukuhkan oleh qaidah umum ushul fikih yang menyatakan bahwa :”Apabila suatu kewajiban tidak selesai kecuali dengan adanya sesuatu yang lain, maka adanya sesuatu yang lain tersebut hukumnya wajib juga”.

o Keterangan pokdc pikiran ketujuh :

“Seluruh perjuangan mengarah ke satu tujuan Muhammadiyah, yakni terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”.

Pokok pikiran ketujuh membicarakan tentang tujuan perjuangan. Di mana Muhammadiyah selaku orga¬nisasi menetapkan bahwa segala amal perjuangan yang telah dan yang akan dirintisnya tidak boleh lepas dari tujuan yang dicita-citakan sejak semula, yakni terwujudnya masyarakat utama, adil dan makmur yang diridlai Allah Subhanahu wata’ala.

Adapun wujud dari masyarakat utama, adil dan makmur yang diridlai Allah SWT dapat diberi ciri sebagai berikut : masyarakat yang sejahtera, aman, damai, makmur dan bahagia yang diwujudkan atas dasar keadilan, kejujuran, persaudaraan dan gotong – ¬royong, saling tolong menolong dengan bersendikan hukum Allah yang sebenar-benarnya, lepas dari pengaruh syaitan dan hawa nafsu.

Masyarakat utama, adil dan makmur yang diri¬dlai Allah SWT selain merupakan kebahagiaan di dunia bagi seluruh umat manusia, ia juga akan menjadi jenjang bagi umat Islam untuk memasuki pintu gerbang syurga “JANNATUN NA’IM” untuk menerima keridhaan Allah yang kekal abadi.

Sumber :

http://pimpinancabangmuarapadang.wordpress.com/about/sekilas-pcm-muara-padang-1/mukadimah-anggaran-dasar-muhammadiyah/

4. Visi dan Misi Muhammadiyah

Visi Muhammadiyah adalah sebagai gerakan Islam yang berlandaskan al-Qur’an dan as-Sunnah dengan watak tajdid yang dimilikinya senantiasa istiqamah dan aktif dalam melaksanakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi mungkar di segala bidang, sehingga menjadi rahmatan li al-‘alamin bagi umat, bangsa dan dunia kemanusiaan menuju terciptanya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya yang diridhai Allah swt dalam kehidupan di dunia ini. Misi Muhammadiyah adalah :

Menegakkan keyakinan tauhid yang murni sesuai dengan ajaran Allah swt yang dibawa oleh Rasulullah yang disyariatkan sejak Nabi Nuh hingga Nabi Muhammad saw.

Memahami agama dengan menggunakan akal pikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam untuk menjawab dan menyelesaikan persoalan-persoalan kehidupan yang bersifat duniawi.

Page 17: Sejarah berdirinya Muhammadiyah.docx

Menyebarluaskan ajaran Islam yang bersumber pada al-Qur’an sebagai kitab Allah yang terakhir untuk umat manusia sebagai penjelasannya.

Mewujudkan amalan-amalan Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat.

Wujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, dimana kesejahteraan, kebaikan dan kebahagiaan luas-merata, Muhammadiyah mendasarkan segala gerak dan amal usahanya atas prinsip-prinsip yang tersimpul dalam Muqaddimah Anggaran Dasar, yaitu :

Hidup manusia harus berdasar tauhid, ibadah, dan taat kepada Allah. Hidup manusia bermasyarakat. Mematuhi ajaran-ajaran agama Islam dengan berkeyakinan bahwa ajaran Islam itu satu-

satunya landasan kepribadian dan ketertiban bersama untuk kebahagiaan dunia akhirat. Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam dalam masyarakat adalah kewajiban

sebagai ibadah kepada Allah dan ikhsan kepada kemanusiaan. Ittiba' kepada langkah dan perjuangan Nabi Muhammad SAW. Melancarkan amal usaha dan perjuangannya dengan ketertiban organisasi.

Sumber :

http://www.muhammadiyah.or.id/content-44-det-tentang-muhammadiyah.html

5. Matan keyakinan dan Cita-Cita Muhammadiyah Muhammadiyah adalah Gerakan Islam dan Dakwah Amar Ma'ruf Nahi Munkar, beraqidah

Islam dan bersumber pada Al-Qur'an dan Sunnah, bercita-cita dan bekerja untuk terwujudnya masyarakat utama, adil, makmur yang diridhai Allah SWT, untuk malaksanakan fungsi dan misi manusia sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi.

Muhammdiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah Agama Allah yang diwahyukan kepada Rasul-Nya, sejak Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan seterusnya sampai kepada Nabi penutup Muhammad SAW, sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada umat manusia sepanjang masa, dan menjamin kesejahteraan hidup materil dan spritual, duniawi dan ukhrawi.

Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan : o Al-Qur'an: Kitab Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW;

o Sunnah Rasul: Penjelasan dan palaksanaan ajaran-ajaran Al-Qur'an yang diberikan oleh

Nabi Muhammad SAW dengan menggunakan akal fikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam.

Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang meliputi bidang-bidang: o 'Aqidah

Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya aqidah Islam yang murni, bersih dari gejala-gejala kemusyrikan, bid'ah dan khufarat, tanpa mengabaikan prinsip toleransi menurut ajaran Islam.

o Akhlak

Page 18: Sejarah berdirinya Muhammadiyah.docx

Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya nilai-nilai akhlak mulia dengan berpedoman kepada ajaran-ajaran Al-Qur'an dan Sunnah rasul, tidak bersendi kepada nilai-nilai ciptaan manusia

o Ibadah

Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya ibadah yang dituntunkan oleh Rasulullah SAW, tanpa tambahan dan perubahan dari manusia.

o Muamalah Duniawiyah

Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya mu'amalat duniawiyah (pengolahan dunia dan pembinaan masyarakat) dengan berdasarkan ajaran Agama serta menjadi semua kegiatan dalam bidang ini sebagai ibadah kepada Allah SWT.

Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa Indonesia yang telah mendapat karunia Allah berupa tanah air yang mempunyai sumber-sumber kekayaan, kemerdekaan bangsa dan Negara Republik Indonesia yang berdasar pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, untuk berusaha bersama-sama menjadikan suatu negara yang adil dan makmur dan diridhoi Allah SWT:"BALDATUN THAYYIBATUB WA ROBBUN GHOFUR"

Sumber :

http://www.muhammadiyah.or.id/id/content-175-det-matan-keyakinan-dan-citacita-hidup.html

6. Khittah Perjuangan Muhammadiyah (pengertian dan isinya)

Khittah perjuangan Muhammadiyah merupakan strategi yang ditetapkan dalam Muktamar untuk mencapai maksud dan tujuan persyarikatan. Khittah merupakan langkah-langkah yang terperinci dan berjenjang serta berkesinambungan yang memberikan jalan dan arah bagi amal usaha Muhammadiyah , sehingga khittah dapat berubah setiap saat. Oleh karena diputuskan dalam Muktamar, maka perubahanya pun harus disyahkan dalam Muktamar.

Dengan melihat sejarah pertumbuhan dan perkembangan persyarikatan Muhammadiyah sejak kelahirannya, memperhatikan faktor-faktor yang melatarbelakangi berdirinya, aspirasi, motif, dan cita-citanya serta amal usaha dan gerakannya, nyata sekali bahwa didalammya terdapat ciri-ciri khusus yang menjadi identitas dari hakikat atau jati diri Persyarikatan Muhammadiyah. Secara jelas dapat diamati dengan mudah oleh siapapun yang secara sepintas mau memperhatikan ciri-ciri perjuangan Muhammdiyah itu adalah sebagai berikut.

Muhammdiyah sebagai Gerakan Islam

Telah diuraikan dalam bab terdahulu bahwa Persyarikatan Muhammadiyah dibangun oleh KH Ahmad Dahlan sebagi hasil kongkrit dari telaah dan pendalaman (tadabbur) terhadap Alquranul Karim. Faktor inilah yang sebenarnya paling utama yang mendorong berdirinya Muhammadiyah, sedang faktor-faktor lainnya dapat dikatakan sebagai faktor penunjang atau faktor perangsang semata. Dengan ketelitiannya yang sangat memadai pada

Page 19: Sejarah berdirinya Muhammadiyah.docx

setiap mengkaji ayat-ayat Alquran, khususnya ketika menelaah surat Ali Imran, ayat:104, maka akhirnya dilahirkan amalan kongkret, yaitu lahirnya Persyarikatan Muhammadiyah. Kajian serupa ini telah dikembangkan sehingga dari hasil kajian ayat-ayat tersebut oleh KHR Hadjid dinamakan “Ajaran KH Ahmad Dahlan dengan kelompok 17, kelompok ayat-ayat Alquran”, yang didalammya tergambar secara jelas asal-usul ruh, jiwa, nafas, semangat Muhammadiyah dalam pengabdiyannya kepada Allah SWT.

Dari latar belakang berdirinya Muhammadiyah seperti di atas jelaslah bahwa sesungguhnya kelahiran Muhammadiyah itu tidak lain karena diilhami, dimotivasi, dan disemangati oleh ajaran-ajaran Al-Qur’an karena itupula seluruh gerakannya tidak ada motif lain kecuali semata-mata untuk merealisasikan prinsip-prinsip ajaran Islam. Segala yang dilakukan Muhammadiyah, baik dalam bidang pendidikan dan pengajaran, kemasyarakatan, kerumahtanggaan, perekonomian, dan sebagainya tidak dapat dilepaskan dari usaha untuk mewujudkan dan melaksankan ajaran Islam. Tegasnya gerakan Muhammadiyah hendak berusaha untuk menampilkan wajah Islam dalam wujud yang riil, kongkret, dan nyata, yang dapat dihayati, dirasakan, dan dinikmati oleh umat sebagai rahmatan lil’alamin.

Muhammadiyah sebagai Gerakan Dakwah Islam

Ciri kedua dari gerakan Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan dakwah Islamiyah. Ciri yang kedua ini muncul sejak dari kelahirannya dan tetap melekat tidak terpisahkan dalam jati diri Muahammadiyah. Sebagaimana telah diuraikan dalam bab terdahulu bahwa faktor utama yang mendorong berdirinya Persyarikatan Muhammadiyah berasal dari pendalaman KHA Dahlan terdapat ayat-ayat Alquran Alkarim, terutama sekali surat Ali Imran, Ayat:104. Berdasarkan Surat Ali Imran, ayat : 104 inilah Muhammadiyah meletakkan khittah atau strategi dasar perjuangannya, yaitu dakwah (menyeru, mengajak) Islam, amar ma’ruf nahi munkar dengan masyarakat sebagai medan juangnya. Gerakan Muhammadiyah berkiprah di tengah-tengah masyarakat bangsa Indonesia dengan membangun berbagai ragam amal usaha yang benar-benar dapat menyentuh hajat orang banyak seperti berbagai ragam lembaga pendidikan sejak taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi, membangun sekian banyak rumah sakit, panti-panti asuhan dan sebagainya. Semua amal usaha Muhammadiyah seperti itu tidak lain merupakan suatu manifestasi dakwah islamiyah. Semua amal usaha diadakan dengan niat dan tujuan tunggal, yaitu untuk dijadikan sarana dan wahana dakwah Islamiyah.

Muhammadiyah sebagi Gerakan Tajdid

Ciri ke tiga yang melekat pada Persyarikatan Muhammadiyah adalah sebagai Gerakan Tajdid atau Gerakan Reformasi. Muhammadiyah sejak semula menempatkan diri sebagai salah satu organisasi yang berkhidmat menyebarluaskan ajaran Agama Islam sebagaimana yang tercantum dalam Alquran dan Assunah, sekaligus memebersihkan berbagai amalan umat yang terang-trangan menyimpang dari ajaran Islam, baik berupa khurafat, syirik, maupun bid’ah lewat gerakan dakwah. Muhammadiyah sebagai salah satu mata rantai dari gerakan tajdid yang diawali oleh ulama besar Ibnu Taimiyah sudah barang tentu ada kesamaaan nafas, yaitu memerangi secara total berbagai penyimpangan ajaran Islam seperti syirik, khurafat, bid’ah dan tajdid, sbab semua itu merupakan benalu yang dapat merusak akidah dan ibadah seseorang.

Page 20: Sejarah berdirinya Muhammadiyah.docx

Sifat Tajdid yang dikenakan pada gerakan Muhammadiyah sebenarnya tidak hanya sebatas pengertian upaya memurnikan ajaran Islam dari berbagai kotoran yang menempel pada tubuhnya, melainkan juga termasuk upaya Muhammadiyah melakukan berbagai pembaharuan cara-cara pelaksanaan Islam dalam kehidupan bermasyarakat, semacam memperbaharui cara penyelenggaraan pendidikan, cara penyantunan terhadap fakir miskin dan anak yatim, cara pengelolaan zakat fitrah dan zakat harta benda, cara pengelolaan rumah sakit, pelaksanaan sholat Id dan pelaksanaan kurba dan sebagainya.

Untuk membedakan antara keduanya maka tajdid dalam pengertian pemurnian dapat disebut purifikasi (purification) dan tajdid dalam pembaharuan dapat disebut reformasi (reformation). Dalam hubungan dengan salah satu ciri Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid, maka Muhammadiyah dapat dinyatakan sebagai Gerakan Purifikasi dan Gerakan Reformasi.

Contoh Khittah Perjuangan Muhammadiyah

1) Khittah Surabaya 1978 (penyempurnaan dari khittah ponorogo 1969)o Muhammadiyah adalah Gerakan Da’wah Islam yang beramal dalam segala bidang

kehidupan manusia dan masyarakat, tidak mempunyai hubungan organisatoris dengan dan tidak merupakan afiliasi dari sesuatu partai politik atau organisasi apapun.

o Setiap anggota Muhammadiyah sesuai dengan hak asasinya dapat tidak memasuki atau

memasuki organisasi lain, sepanjang tidak menyimpang dari Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, dan ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam Persyarikatan Muhammadiyah.

2) Khittah Denpasar 2002

Dalam Posisi yang demikian maka sebagaimana khittah Denpasar, muhammadiyah dengan tetap berada dalam kerangka gerakan dakwah dan tajdid yang menjadi fokus dan orientasi utama gerakannya dapat mengembangkan fungsi kelompok kepentingan atau sebagai gerakan social civil-society dalam memainkan peran berbangsa dan bernegara.

Sumber :

http://www.muhammadiyah.or.id/id/content-176-det-ciri-perjuangan.html

https://www.academia.edu/5651882/KHITTAH_PERJUANGAN_MUHAMMADIYAH

7. Amal Usaha Muhammadiyah dalam Bidang Da’wah dan Pendidikan

Bidang Da’wah

Program gerakano Menamkan keyakinan, memperdalam dan memperluas pemahaman, meningkatkan

pengamalan serta menyebarluaskan ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan

Page 21: Sejarah berdirinya Muhammadiyah.docx

o Memperdalam dan mengembangkan pengkajian ajaran Islam dalam berbagai aspek

kehidupan untuk mendapatkan kemurnian dan kebenarannya

Wujud aksi amal usahanya yaitu memurnaikan ajaran tauhid dalam keseharian dengan cara, sebagai berikut :o Meniadakan kebiasaan/tradisi upacara selamatan-selamatan (mitoni orang hamil,

selamatan kematian dll)\o Memberantas tradisi keagamaan yang dianggap sebagai ajaran Islam

Memurnikan dan meluruskan amaliah ibadaho Meluruskan arah qiblat

o Melaksanakan shalat tarawih 11 rakaat dan diawali dengan shalat iftitah dua rakaat

ringano Memnyelenggarakan shalat hari raya di tanah lapang

o Pengumpulan dan penyaluran zakat maal dan fitrah kepada yang berhak menerimanya

o Penyederhanaan upacara dalam rangka kelahiran, khitanan, pernikahan dan kematian

o Menghilangkan kebiasaan berziarah ke makam-makam para wali yang dikeramatkan

Membentuk Majelis-majelis yang mengelola bidang keagamaan Islam, yaitu : Majelis Tarjih dan Tajdid, Majelis Tabligh, Majelis Wakaf dan Kehartabendaan.

Majelis Tarjih dan Tajid bertugaso Menghidupan tarjih, tajdid dan pemikiran Islam di kalangan Muhammadiyah sebagai

gerakan pembaruan yang kritis dan dinamis di dalam masyarakato Memberikan jawaban terhadap problem dan tantangan perkembangan sosial budaya

dan kehidupan umat Islam pada umumnya

Majelis Tabligh bertugas Memimpin pelaksanaan dakwah di bidang tabligh secara terecana dan terprogram

dengan jelas yang meliputi seluruh aspek kegiatan dakwah (pengajian rutin umat, pengajian rutin angoota dan pengajian pimpinan dan sebagainya)

Majelis Wakaf bertugas

Mengelola bidang perwakafan, pertanahan dan kekayaan yang dimiliki persyarikatan.

Bidang Pendidikan

Pendidikan yang dirintis Muhammadiyah adalah pendidikan yang berorientasi kepada dua hal, yaitu perpaduan antara sistem sekolah umum dan madrasah/pesantren

Untuk mewujudkan rintisan pendidikannya itu, maka Muhammadiyah mendirikan amal usaha berupa :

Sekolah-sekolah umum modern yang mengajarkan keagamaan\ Mendirikan madrasah/pesantren yang mengajrakan ilmu pengetahuan umum/modern

Page 22: Sejarah berdirinya Muhammadiyah.docx

Mendirikan perguruan tinggi

Untuk menjalankan dan mengelola amal usaha tersebut, maka dibentuk :

Majelis Pendidikan Sekolah, Madrasah dan pesantren Majelis Pendidikan Tinggi Lembaga Penelitian dan Pengembangan Majelis Pendidikan kader

Sumber :

https://www.academia.edu/5481656/Amal_Usaha_Muhammadiyah_Kedudukan_dan_Fungsinya

8. Amal Usaha Muhammadiyah dalam Bidang Sosial dan Kesehatan

Sejak awal berdirinya Muhammadiyah menaruh perhatian besar terhadap kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat kelas dhu’afa.

Penyaluran dan pembagian zakat fitrah dan maal kepada fakir miskin dan asnaf yang lain Pendirian panti asuhan, panti miskin, panti jompo Pendirian, Balai kesehatan, poliklinik, Rumah sakit Ibu dan Anak dan Rumah Sakit Umum Pendampingan terhadap masyarakat kelas dhu’afa agar dapat mandiri

Untuk mengelola amal-amal usaha tersebut, dibentuk majelis dan lembaga :

Majelis Pelayanan Kesehatan masyarakat Majelis Pelayanan Sosial Majelis Pemberdayaan Masyarakat Majelis Lingkungan Hidup Lembaga Penangulangan Bencana

Sumber :

https://www.academia.edu/5481656/Amal_Usaha_Muhammadiyah_Kedudukan_dan_Fungsinya

9. Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah

Misi utama yang dibawa oleh Muhammadiyah adalah pembaharuan (tajdid) pemahaman agama. Adapun yang dimaksudkan dengan pembaharuan oleh Muhammadiyah ialah yang seperti yang dikemukakan M. Djindar Tamimy : Maksud dari kata-kata “tajdid” (bahasa Arab) yang artinya “pembaharuan” adalah mengenai dua segi menurut sasarannya, yaitu :

Pertama, berarti pembaharuan dalam arti mengembalikan kepada keasliannya/kemurniannya, ialah bila tajdid itu sasarannya mengenai soal-soal prinsip perjuangan yang sifatnya tetap/tidak berubah-ubah.

Page 23: Sejarah berdirinya Muhammadiyah.docx

Kedua, berarti pembaharuan dalam arti modernisasi, ialah bila tajdid itu sasarannya mengenai masalah seperti: metode, sistem, teknik, strategi, taktik perjuangan, dan lain-lain yang sebangsa itu, yang sifatnya berubah-ubah, disesuaikan dengan situasi dan kondisi/ruang dan waktu.

Tajdid itu sesungguhnya merupakan watak daripada ajaran Islam itu sendiri dalam perjuangannya, sehingga dapat disimpulkan bahwa pembaharuan itu tidaklah selamanya berarti memodernkan, akan tetapi juga memurnikan, membersihkan yang bukan ajaran.

Muhammadiyah adalah gerakan keagamaan yang bertujuan menegakkan agama Islam ditengah-tengah masyarakat, sehingga terwujud masyarakat Islam sebenar-benarnya. Islam sebagai agama terakhir, tidaklah memisahkan masalah rohani dan persoalan dunia, tetapi mencakup kedua segi ini. Sehingga Islam yang memancar ke dalam berbagai aspek kehidupan tetaplah merupakan satu kesatuan suatu keutuhan. Pembaharuan Islam sebagai satu kesatuan inilah yang ditampilkan Muhammadiyah itu sendiri. Sehingga dalam perkembangan sekarang ini Muhammadiyah menampakkan diri sebagai pengembangan dari pemikiran perluasan gerakan-gerakan yang dilahirkan oleh KH. Ahmad Dahlan sebagai karya amal shaleh.

Tarjih, secara teknis tarjih adalah proses analisis untuk menetapkan hukum dengan menetapkan dalil yang lebih kuat (rajih), lebih tepat analogi dan lebih kuat maslahatnya. Sedangkan secara institusional majlis tarjih adalah lembaga ijtihad jama'i (organisatoris) di lingkungan Muhammadiyah yang anggotanya terdiri dari orang-orang yang meiliki kompetensi ushuliyah dan ilmiah dalam bidangnya masing-masing.

10. Masalah Hisab dan Ru’yat

Di lingkungan Muhammadiyah digunakan apa yang disebut dengan hisab wujudul hilal. Hisab wujudul hilal adalah metode menetapkan awal bulan baru yang menegaskan bahwa bulan kamariah baru dimulai apabila telah terpenuhi tiga para meter (kriteria), yaitu :

telah terjadi konjungsi atau ijtimak, konjungsi (ijtimak) itu terjadi sebelum matahari terbenam, pada saat matahari terbenam Bulan berada di atas ufuk

Penggunaan metode hisab oleh Muhammadiyah didasarkan atas berbagai alasan, baik syar’i maupun astronomis, yang antara lain sebagai berikut :

1) Semangat al-Quran adalah penggunaan hisab. Dalam surat ar-Rahman ayat 5 Allah berfirman,

�ان� ب ح�س� ب �ق�م�ر� و�ال م�س� الش�

Artinya : Matahari dan Bulan beredar menurut perhitungan [55:5]

Page 24: Sejarah berdirinya Muhammadiyah.docx

Ayat ini menegaskan bahwa matahari dan Bulan beredar dengan hukum yang pasti dan oleh karenanya dapat dihitung dan diprediksi. Ayat ini tidak sekedar memberi informasi, tetapi juga mengandung dorongan untuk melakukan perhitungan gerak matahari dan Bulan karena banyak kegunaannya. Di antara kegunaan perhitungan gerak Bulan dan matahari itu, sebagaimana dijelaskan dalam ayat 5 dari surat Yunus, adalah untuk mengetahui bilangan tahun dan perhitungan waktu. Ayat 5 surat Yunus dimaksud berbunyi,

ع�د�د� �م�وا �ع�ل ت ل �ازل� م�ن ه� و�ق�د�ر� ا �ور# ن �ق�م�ر� و�ال �اء# ضي م�س� الش� ج�ع�ل� �ذي ال ه�و��م�ون� �ع�ل ي � ق�و�م ل �ات �آلي ا �ف�ص1ل� ي �ح�ق1 ال ب � ال إ ك� ذ�ل �ه� الل �ق� ل خ� م�ا اب� �حس� و�ال ين� ن الس1

Artinya: Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan Bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya bagi Bulan itu manzilah-manzilah, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui [Q. 10: 5].

2) Hadis-hadis yang secara harfiah mengharuskan rukyat atau istikmal dalam memulai dan mengakhiri puasa Ramadhan tidak berlaku permanen, karena hadis-hadis tersebut mengandung illat. Ini ditegaskan oleh Nabi saw dalam hadis riwayat al-Bukhari dan Muslim sebagai berikut,

ع�ة# س� ت ة# م�ر� ي �ع�ن ي �ذ�ا و�ه�ك �ذ�ا ه�ك ه�ر� الش� �ح�س�ب� ن وال �ب� �ت �ك ن ال Dة� م1ي� أ Dم�ة

� أ �ا ن[ ومسلم [ البخاري رواه ين� �الث ث ة# و�م�ر� رين� .و�عش�

Artinya: Sesungguhnya kami adalah umat yang ummi; kami tidak bisa menulis dan tidak bisa melakukan hisab. Bulan itu adalah demikian-demikian. Maksudnya adalah kadang-kadang dua puluh sembilan hari, dan kadang-kadang tiga puluh hari [diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim].

Hadis ini menunjukkan bahwa penggunaan rukyat pada zaman Nabi saw. itu karena keadaan umat masih ummi, yaitu sebagian terbesar tidak mengenal baca tulis dan tidak dapat melakukan hisab.

3) Secara astronomis, penggunaan rukyat sebagai metode penetapan awal bulan kamariah menimbulkan masalah yang tak terhindarkan, antara lain: Tidak dapat digunakan untuk menyusun kalender, karena masuknya bulan baru

diketahui paling cepat H-1. Rukyat tidak dapat menyatukan penanggalan kamariah secara global, karena rukyat

tidak bisa mengkaver seluruh permukaan bumi pada waktu yang bersamaan. Jangkauan rukyat terbatas sehingga tidak dapat diberlakukan ke seluruh dunia, bahkan

ada kawasan tertentu di muka bumi tidak dapat merukyat sama sekali karena tempatnya tidak normal.

11. Struktur Organisasi Muhammadiyah Keorganisasian Muhammadiyah

Page 25: Sejarah berdirinya Muhammadiyah.docx

Organisasi Muhammadiyah, sebagai berikut :

1) Jaringan Kelembagaan Muhammadiyah: Pimpinan Pusat Pimpinan Wilayah Pimpinan Daerah Pimpinan Cabang Pimpinan Ranting Jama'ah Muhammadiyah

2) Pembantu Pimpinan Persyarikatan Majelis Majelis Tarjih dan Tajdid Majelis Tabligh Majelis Pendidikan Tinggi Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Majelis Pendidikan Kader Majelis Pelayanan Sosial Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan Majelis Pemberdayaan Masyarakat Majelis Pembina Kesehatan Umum Majelis Pustaka dan Informasi Majelis Lingkungan Hidup Majelis Hukum Dan Hak Asasi Manusia Majelis Wakaf dan Kehartabendaan

3) Lembaga Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting Lembaga Pembina dan Pengawasan Keuangan Lembaga Penelitian dan Pengembangan Lembaga Penanganan Bencana Lembaga Zakat Infaq dan Shodaqqoh Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik Lembaga Seni Budaya dan Olahraga Lembaga Hubungan dan Kerjasama International

4) Organisasi Otonom Aisyiyah Pemuda Muhammadiyah Nasyiyatul Aisyiyah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Hizbul Wathan Tapak Suci

Page 26: Sejarah berdirinya Muhammadiyah.docx

12. Isme dan Aliran Sesat yang Berkembang di Masyarakat dan Prinsip Ajarannya yang Dikategorikan Sesat

Aliran-aliran sesat di kalangan umat Islam, ada dua golongan yang timbul akibat pemahaman yang berbeda bidang pembahasannya yaitu :

1) Faham yang timbul dari sumber pemahaman yang berhubungan dengan masalah aqidah. Perbedaan faham yang ditimbulkan dari sumber yang berhubungan dengan aqidah Islamiyah terkenal dengan istilah FIRQOH, seperti Syiah, Khawarij, Oodariyah, Jabariyah, Mu'tazilah, Ahlus-Sunnah wal Jama'ah.

2) Faham yang timbul dari sumber pemahaman yang berhubungan dengan masalah furu'iyah atau 'ubudiyah. Perbedaan faham yang ditimbulkan dari sumber yang berhubungan dengan masalah fu.ru'iyah terkenal dengan istilah: MADZHAB, seperti Madzhab Hanafi, Madzhab Hambali, Madzhab Maiiki, Madzhab Syafe'i, Madzhab Dlahiri dan lain sebagainya.

Aliran yang berhubungan dengan masalah aqidah (Firqah)

1) Firqah Syi'ah.

Sesudah Rasulullah wafat, timbul perselisihan pendapat di kalangan masyarakat Islam kota Madinah dan sekitarnya mengenai: KHILAFAH, yaitu mengenai kekhalifahan (kepala pemerintahan) yang pernah dipegang Rasulullah.

Sementara kerabat Nabi dalam keadaan berkabung, muncul seorang Yahudi yang secara lahirnya telah mengaku beragama Islam yaitu Abdullah bin Saba', dengan segala kelicikan dan kelihaiannya menghembus-hembuskan isu bahwa sesungguhnya hak kekhalifahan berada di tangan Ali bin Abi Tholib, putera paman Rasulullah sekaligus menantunya. Suara tersebut pertama kali tidak ditanggapi secara serius; akan tetapi karena tidak henti-hentinya diulang maka lama kelamaan orang-orang awam menerimanya juga sebagai kebenaran.

Abdullah bin Saba' selalu menampakkan kecintaannya yang teramat mendalam kepada shahabat Ali bin Thalib, serta mengajarkan berbagai hal yang sangat berlebih-lebihan tentang diri pribadi shahabat Ali.

Setelah dilihat situasi masyarakat sudah cukup matang, maka Abdullah bin Saba' mulai melancarkan fitnah ke tengah-tengah masyarakat. Bahwa Abu Bakar, Umar bin Khatab serta Usman bin Affan telah berbuat dosa besar, karen ketiga tokoh tersebui telah merebut hak orang Jain, yaitu merebut kekhalifahan milik sayyidina Ali bin Abi Thalib. Para pengikut faham dan ajaran Abdullah bin Saba' ini akhirnya mengelompok dalam satu aliran yang terkenal dengan sebutan kaum Syi'ah.

2) Firqah Khawarij.

Ketika Ali bin Abi Thalib memegang kekhalifahan yang keempat sebagai pengganti khalifah Usman bin Affan maka beberapa kerabat dekat Usman bin Affan menuduh Ali bin

Page 27: Sejarah berdirinya Muhammadiyah.docx

Abi Thalib, bahwa kematian Usman bin Affan didalangi dan dilaksanakan oleh Ali dan para pengikutnya, dengan maksud jabatan khalifah segera dapat diambil olehnya. Oleh karena itu beberapa pengnasa daerah yang dahuiu diangkat oleh khalifah Usman dan kebetulan masih kera-batnya mengadakan aksi pembangkangan terhadap pemerintahan Ali bin Abi Thalib, Di antara mereka adalah Muawiyah Gubernur Basrah (Siria) dan Amru bin 'Ash Gubernur Mesir, Sudah barang teniu aksi mereka tidak dibenarkan oleh. Ali. Berlarut-larutnya ketegangan antara penguasa daerah dengan penguasa pusat menimbulkan peperangan. Di satu pihak khalifah Ali beserta pengikut-pengikutnya di lain fihak Muawiyah dengan pengikut-pengikutnya yang dibantu oleh Gubernur Amru bin 'Ash.

Peperangan tersebut pada akhirnya menunjukkan tanda-tanda kemenangan di fihak Ali. Maka dengan penuh tipu daya Muawiyah mengajukan ajakan perdamaian yang diterima juga oleh Ali. Terkenallah perdamaian itu dengan nama "Tahkim". Ternyata keputusan Tahkim memperlihatkan kemenaringan di fihak Muawiyah, atas jasa Amru bin 'Ash yang ditunjuk selaku wakil Muawiyah. Kiranya keputusan tersebut membuat sementara golongan ekstrim pendukung Ali merasa tidak puas dan tidak mau menerimanya, sehingga mereka memisahkan diri dari kelompok Ali, dan kelak mereka itu dikenal sebagi golongan Khawarij. Golongan Khawarij ini mempunyai pendirian bahwa golongan Ali serta pendukungnya yang menyetujui Tahkim, golongan Muawi-yah dan Amru bin 'Ash serta kawan-kawannya telah keluar dari batas-batas Islam. Dengan Tahkim berarti mereka telah menyerahkan hukum tidak kepada Allah, sedang mereka berpendirian “tidak ada hukum kecuali hukum Allah sendiri". Karena kenyataan seperti itu akhirnya mereka merencanakan pembunuhan kepada semua orang yang terlibat dalam peristiwa Tahkim.

3) Mu’tazilah

Pada permulaan abad kedua Hijrah timbul perselisihan pendapat di perguruan Basroh antara Hasan Basri dengan muridnya, Wasil bin 'Atha (80-131H) tentang masalah : "Bagaimanakah hukumnya seseorang muslim yang telah berbuat dosa besar, apakah ia tetap mukmin ataukah ia telah kafir?" Menurut Wasil bin Atha’ orang tersebut hukumnya tidak mukmin dan tidak pula kafir, akan tetapi ia fasik yaitu antara mukmin dan kafir. Baginya bertempat tidak di surga dan tidak pula di neraka. Pendapat tersebut menyimpang dari hukum yang diyakini sebagian besar umat Islam, di mana orang yang berbuat demiklan dinyatakan hukumnya tetap Islam. Dan gara-gara pendapatnya seperti itu mengakibatkan Wasil bin 'Atha diasingkan dari kalangan Basroh. Dari benih yang ditanamkan Wasil ini, maka lahirlah firqoh baru yang terkenal dengan sebutan Mu’tazilah. Di samping itu Mu'tazilah berpendirian bahwa manusia dengan akalnya, bebas atas segala perbuatan dan tindakannya; ia dapat me-nentukan tentahg baik dan buruk sekalipun tanpa tuntunan agama. Pendapat yang seperti ini akhirnya memberikan ctri yang khas dari Mu'tazilah di mana mereka sangat menonjolkan peranan akal, dan justru karena itu mereka terkenal pula dengan julukan: Golongan Rasionalisme dalam Islam.

4) Firqoh Qodariyah

Sekelompok umat Islam berpendapat bahwa qadar atau taqdir itu tidak ada. Manusia diberi kebebasan untuk menentukan pilihan dan melakukan perbuatannya. Allah telah

Page 28: Sejarah berdirinya Muhammadiyah.docx

menyerahkan sepenuhnya nasib manusia di dalam tangannya sendiri Pendapat seperti ini sesungguhnya timbul dari itikad yang baik juga, sebab mereka bermaksud nntuk mensucikan Allah agar jangan sampai ada seseorang yang beranggapan bahwa perbuatannya yang buruk dan yang jahat itu dinyatakan sebagai ketentuan Allah, dan baginya tidak ada kemampuan menolaknya. Golongan yaag sangat mengagungkan kekuasan dan ikhtiar pada diri manusia sendiri dikenal sebagai Firqoh Qadariyah.

5) Firqoh Jabariyah

Sebaliknya dari Qadariyah, ada golongan yang berusaha juga mensucikan Allah dengan cara yang berbeda titik tolaknya. Mereka berpendapat bahwa Allah berkuasa atas segala-galanya; kehendak dan kekuasan Allah tidak terbatas seperti yang dikatakan oleh sementara orang. Oleh karena itu taqdir Allah sangai menentukan aias diri Manusia semisal bulu yang diterbangkan angin, kemana angin bertiup ke sana pula ia ikut terbang. Golongan ini di kalangan umat islam dikenal sebagai: Firqoh Jabariyah.

6) Ahmadiyah:

Sekalipun Ahmadiyah bukan mata rantai yang bertalian dengan firqah-firqah di atas, dan munculnya baru pada abad ke 19 M, namun karena sering terbaur dengan nama Muhammadiyah hingga orang awam di luar Muhammadiyah suiit membedakan Muhammadiyah dengan Ahmadiyah, maka dipandang perlu di sini dijelaskan secara singkat mengenai Ahmadiyah Apalagi gerakan ini sebagian mempunyai pengertian tersendiri dalam memahami keyakinan-keyakinan pokok syariat Islam. Sejarah kelahirannya kira-kira mulai tahun 1888 M didusun Qadian daerah Punjab India. Karena pendiri gerakan ini adalah Mirza Ghulam Ahmad maka ada yang mengatakan gerakan ini dinisbatkan kepada pendirinya, yakni AHMADIYAH. Sementara itu ada suatu pendapat bahwa nama yang dipakai bukan dinisbatkan pada pendirinya, melainkan dinisbatkan pada diri Rasulullah yang salah satu namanya, adalah Ahmad (surat As-Shaf ayat: 6).

Gerakan Ahmadiyah sekalipun masih dalam ruang lingkup Islam, akan tetapi karena ajarannya banyak yang menyimpang dari paham umum di kalangan umat Islam maka nampaknya agak terasing.

Aliran-aliran dalam Ahmadiyah:

Setelah gerakan Ahmadiyah berdiri beberapa waktu lamanya, dan pendiriannya meninggal dunia, maka timbul pcrselisihan di antara para murid dan pendukung-pendukungnya. Puncak perselisihan mereka berakhir dengan timbulnya dua golongan dalam Ahmadiyah, yaitu:

a. Jama’at Ahmadiyah

Kelompok ini terkenal dengan sebutan Ahmadiyah Qadian. Golongan ini berkeyakinan bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah AI Masih yang dijanjikan (mau'ud) yaitu "Masih" kedua yang dijanjikan. "Masih" kedua ini berkedudukan sebagai nabi. Berarti Mirza Ghulam Ahmad adalah nabi, sekalipun tidak membawa syari'at baru.

Page 29: Sejarah berdirinya Muhammadiyah.docx

la menggambarkan dirinya dengan nabi Muhammad saw. serupa nabi Harun dengan nabi Musa, dan semua orang Islam yaag tidak bai'at kepadanya adalah kafir. Pengikut aliran ini berpegang teguh atas ucapan Mirza Ghulam Ahmad sebagai berikut: "Pintu Nubuwwah (Kenabian) masih tetap terbuka, dan nabi Muhammad bukahlah nabi terakhir". "Aku (Mirza) bukan nabi baru, ralusan nabi-nabi telah datang se-belumku". Ahmad. "Aku adalah nabi juga, dan umati juga". Ahir cath Ahbar'aam. "Aku adalah Al Masih yang dijanjikan dan aku adalah dia itu, oleh Rasulullah dinamakan nabi Allah". Nuzul Al Masih. "Sesuai dengan perintah Tuhan5 aku adalah nabi, kalau ku ingkari aku berdosa". Akhircath.

Aliran Ahmadiyah di atas karena jelas menyimpang dari aqidah Islamiyah yang murni maka telah disepakati oleh sebagian besar umat Islam sebagai suatu gerakan di luar Islam, bahkan Ahmadiyah Lahore pun menuduhnya sebagai gerakan yang sesat.

b. Gerakan Ahmadiyah: terkenal dengah sebutan Ahmadiyah Lahore.

Gerakan ini muncul dan memisahkan diri dari Ahmadiyah Qadian pada tahun 1914 dan merigambil kota Lahore sebagai pusat kegiatannya, dengan pemimpinnya Maulana Muhammad Ali dan Kwaja Kamaluddin. Menurut aliran ini, Mirza Ghulam Ahmad bukan nabi tetapi hanya Mujaddid atau pembaharu atau Muhaddats, yaitu seorang yang diajak berbicara doleh Tuhan. Sebab dengan pengakuan akan kenabian berarti merendahkan derajat kenabian Muhammad yang sempurna itu. Pengikut aliran ini berpegang pada ucapan Mirza Ghulam Ahmad: "saya menganggap kepada barang siapa yang da'wah kenabian, bahwa orang itu pendusta yang kafir". Istihar. "Saya mempunyai iman yang teguh, bahwa nabi kita saw, nabi yang terakhir dan sesudah beliau tidak akan lahir nabi baru maupun nabi lama …. melainkan Muhaddats lah yang akan datang itu". Hammamatul Busyra. "Ini adatah kebohongan sejati yang dikenakan kepada kami, ialah kami mengaku menjadi nabi". Anjam Atham. “Tidaklah ada pengakuan menjadi nabi, tetapi kami ftiengaku menjadi Muhaddats ini atas perintah Allah". Izalati Auham. "Mereka itu menuduh kami tidak dengan kenyataan, ialah bahwa kami mengaku menjadi nabi". Kitabul Bariyyah. Aliran ini dalam sebagian besar keyakinannya hampir sama dengan aliran Islam lainnya. Kecuali yang memberikan ciri tertentu dan membuatnya berbeda adalah adanya keyakinan bahwa pendiri Ahmadiyah adalah seorang Muhaddats, serta da'wahnya sebagai Muhaddats tersebut atas perintah Tuhan. Apa yang sering terdengar dari ucapan Mirza bahwa difinya adalah nabi, maka ucapan tersebut bukannya mengandung pengertian nabi yang sesungguhnya melainkan nabi dalam arti majazi (kiasan).

Ciri-ciri aliran Ahmadiyah.

Di samping sifai-sifat ajaranrtya yang menonjol di antara Jama'at Ahmadiyah dengan Gerakan Ahmadiyah, Ahmadiyah Qadian dengan Ahmadiyah Lahore mempunyai i'tikad yang berbeda, namun ada titik-titik persamaannya, antara lain:

1. Penolakan terhadap afaiah jihad, sebagai salah satu prinsip dalam Islam. Hal ini menjadi berlawanan dengan firqah Khawarij yang memasukkan jihad sebagai rukun iman yang ke enam. Sedang menurut keyakinan umat Islam pada umumnya masalah jihad adalah diibaratkan semisal "taring". Islam tanpa jihad seperti harimau tanpa taring.

Page 30: Sejarah berdirinya Muhammadiyah.docx

2. Kedua aliran Ahmadiyah tersebut juga tidak mau semena-mena atau saling kawin dengan umat Islam lainnya. Tidak bersedia melakukan shalat berjarama'ah bersama dengan umat Islam lainnya, baik mereka jadi imam ataupun menjadi makm