Segitiga Emas Asia Tenggara.doc

21
Segitiga Emas adalah kawasan di bagian utara Asia Tenggara yang meliputi Burma , utara Laos dan bagian utara Thailand. Disebut 'emas' karena kekayaan kawasan ini berasal dari emas hitam atau opium . Kawasan ini merupakan pengeluar candu serta heroin yang paling utama di Asia Tenggara. Dahulu selama ratusan tahun komoditas utama yang diperdagangkan di Segitiga emas adalah teh, giok dan jati. Obat bius diperkenalkan oleh penjajah Inggris untuk mendorong budidaya poppy yang menghasilkan opium untuk pasar Cina, keuntungan yang memperkaya British East India Company dan pemerintah Inggris saat itu. Kawasan Segitiga Emas seluas 950.000 km 2 di antara pertemuan Sungai Ruak dan sungai Mekong . Daerah terpencil bergunung-gunung dan hutan lebat ini didiami oleh suku Shan, Tai Lu dan Hmong, Akha, Lisu, Yao, dan suku-suku lain yang lebih kecil. Sebagian besar kawasan tersebut, sampai baru-baru ini, sangat sulit dicapai. Hampir tertutup dari pusat pemerintahan di Bangkok, Vientiane, dan sampai sekarang pun Rangoon sangat sedikit mengontrol mereka.

Transcript of Segitiga Emas Asia Tenggara.doc

Segitiga Emas adalah kawasan di bagian utara Asia Tenggara yang meliputi Burma, utara Laos dan bagian utara Thailand. Disebut 'emas' karena kekayaan kawasan ini berasal dari emas hitam atau opium. Kawasan ini merupakan pengeluar candu serta heroin yang paling utama di Asia Tenggara. Dahulu selama ratusan tahun komoditas utama yang diperdagangkan di Segitiga emas adalah teh, giok dan jati. Obat bius diperkenalkan oleh penjajah Inggris untuk mendorong budidaya poppy yang menghasilkan opium untuk pasar Cina, keuntungan yang memperkaya British East India Company dan pemerintah Inggris saat itu.

Kawasan Segitiga Emas seluas 950.000 km 2 di antara pertemuan Sungai Ruak dan sungai Mekong. Daerah terpencil bergunung-gunung dan hutan lebat ini didiami oleh suku Shan, Tai Lu dan Hmong, Akha, Lisu, Yao, dan suku-suku lain yang lebih kecil. Sebagian besar kawasan tersebut, sampai baru-baru ini, sangat sulit dicapai. Hampir tertutup dari pusat pemerintahan di Bangkok, Vientiane, dan sampai sekarang pun Rangoon sangat sedikit mengontrol mereka.

Kekuatan politis dan militer di daerah yang menjadi bagian Laos dan Thailand dikendalikan oleh komandan gerilyawan yang hidup dari perdagangan obat-obatan terlarang. Hal ini masih berlaku di timur laut Burma. Setelah perang saudara di Cina, unit tentara Republik (Kuomintang) bergerak ke utara Thailand, berebut wilayah dengan Tentara Pemerintah Shan di bawah komando Khun Sa. Sementara itu tentara Negara Bagian Wa yang kuat semakin menjadi pemain utama, di saat memudarnya pengaruh Kuomintang dan Khun Sa mulai pensiun.

Home Petualangan Inilah Kawasan Segitiga Emas di Asia Tenggara

Inilah Kawasan Segitiga Emas di Asia Tenggara

Pegunungan Segitiga Emas.

Segitiga Emas adalah kawasan yang populer. Mendengarnya saja, orang langsung membayangkan gerilyawan dan pemberontak, tentara rahasia, kereta pengangkut opium yang melewati hutan, triad, agen pemberantas narkotika DEA dan CIA, suku-suku asli di pegunungan, desa terpencil serta bunga-bunga poppy pink dan putih setinggi dada yang menjadi sumber opium, serta turunannya, morfin dan heroin.

Sejak 1960an sampai 1990an, Segitiga Emas adalah kawasan di bagian utara Asia Tenggara yang meliputi Burma -- negara bagian Wa dan Shan -- utara Laos dan bagian utara Thailand, terutama Mae Hong Son, Chiang Rai dan distrik atas provinsi Chiang Mai. Disebut 'emas' karena kekayaan kawasan ini berasal dari emas hitam atau opium.

Seorang perempuan menggendong anak tengah memetik bunga poppy dekat Muang Sing, Laos.

Daerah terpencil bergunung-gunung dan hutan lebat ini didiami oleh suku Shan, Tai Lu dan Hmong, Akha, Lisu, Yao, dan suku-suku lain yang lebih kecil. Sebagian besar kawasan tersebut, sampai baru-baru ini, sangat sulit dicapai. Hampir tertutup dari pusat pemerintahan di Bangkok, Vientiane, dan sampai sekarang pun Rangoon sangat sedikit mengontrol mereka.

Kekuatan politis dan militer di daerah yang menjadi bagian Laos dan Thailand dikendalikan oleh komandan gerilyawan yang hidup dari perdagangan obat-obatan terlarang. Hal ini masih berlaku di timur laut Burma. Setelah perang saudara di Cina, unit tentara Republik (Kuomintang) bergerak ke utara Thailand, berebut wilayah dengan Tentara Pemerintah Shan di bawah komando Khun Sa. Sementara itu tentara Negara Bagian Wa yang kuat semakin menjadi pemain utama, di saat memudarnya pengaruh Kuomintang dan Khun Sa mulai pensiun.

Pemandangan dari kota Kuomintang, Mae Salong menuju bekas markas Khun Sa di Hin Taek.

Beberapa waktu belakangan ini, di bawah tekanan Amerika Serikat, pemerintah Thailand melakukan usaha besar untuk memberantas produksi opium di kawasan ini. Dan meski 20 tahun lalu padang bunga poppy masih mudah terlihat di utara Thailand dan Laos, kini sangat jarang terlihat di Thailand dan makin berkurang di Laos.

Emas hitam.

Banyak bunga poppy yang sudah berubah menjadi kopi, teh, buah-buahan musiman dan sayuran di Thailand, dan di utara Laos, sebagian besar hutan sudah berganti jadi tanaman karet yang tahan suhu dingin. Selain itu, suku-suku tradisional yang 'bermasalah' dipindahkan ke kawasan dataran rendah, agar lebih mudah diawasi. Di Burma, tanaman bunga poppy sudah semakin menghilang seiring melemahnya tentara Shan yang berusaha memperbaiki citra, sementara Tentara Wa lebih memilih untuk memproduksi metamfetamin yang lebih mudah dan menguntungkan.

Bekas ladang bunga poppy kini berubah menjadi perkebunan teh.

Di Thailand, ladang bunga poppy sudah tidak ada lagi dan sebagian besar pegunungan kini sudah masuk jalur pembangunan jalan, proses asimilasi budaya dan proyek pertanian oleh anggota kerajaan Thailand, pemerintah, dan berbagai badan amal. Kini, istilah Segitiga Emas lebih menjadi alat pemasaran buat para wisatawan.

Kawasan wisata Segitiga Emas kini adalah desa Sob Ruak, tempat bertemunya perbatasan Burma, Laos dan Thailand. Di sini Anda bisa membeli kaus, mengunjungi dua museum opium dan menikmati minuman dingin di opium lounge sebuah hotel mewah. Ada Golden Triangle Inn untuk tempat menginap, Anda juga bisa mengikuti trek Segitiga Emas dan membayar 20 baht untuk berfoto di ladang bunga poppy Doi Pui.

Dan inilah foto Sungai Kok antara Burma dan Thailand, dulunya pernah menjadi rute penyelundupan penting tapi kini populer sebagai lokasi wisata perahu antara Tha Ton dan Chiang Rai.

Sungai Kok yang indah tanpa obat-obatan terlarang.Pada era globalisasi saat ini, batas antarnegara secara faktual semakin kabur meskipun secara yurisdiksi tetap tidak berubah. Namun para pelaku kejahatan tidak mengenal batas wilayah maupun batas yurisdiksi melalui operasi dari satu wilayah negara ke wilayah negara lain dengan bebas. Isu-isu keamanan, baik tradisional maupun nontradisional, menjadi sangat penting di kawasan Asia Tenggara mengingat hubungan yang terjalin diantara negara-negara ASEAN tidak akan dapat berjalan lancar tanpa adanya kondisi yang aman dari tiap-tiap negara di kawasan tersebut. Collins (dalam Cipto, 2007:223) mengatakan bahwa perluasan keamanan tradisional menjadi keamanan nontradisional tersebut mencakup keamanan lingkungan dan keamanan ekonomi.

Transboundary crime dapat didefinisikan sebagai tindak pidana yang secara langsung maupun tidak langsung melintasi batas negara dan memberikan pengaruh pada lebih dari satu negara. Kejahatan lintas batas yang terorganisasikan mendapat dukungan secara langsung dari beberapa pihak yang dapat dikatakan memiliki cukup power dan terlibat dalam suatu institusi penting di suatu negara. Tujuan utama dari kejahatan ini adalah mendapatkan uang baik secara legal maupun tidak dengan upaya menjual berang apapun yang dapat menghasilkan keuntungan maksimal dengan resiko yang sekecil mungkin (Cipto, 2007:224).

Gangguan lintas batas negara seperti ini sebenanya telah ada sejak lama. Klaim terhadap konsepsi transboundary crime dicetuskan tahun 1996 di Kopenhagen (Emmers, 2002). Kejahatan lintas batas merupakan ancaman untuk negara, ekonomi nasional dan masyarakat sipil. Hal ini dapat mengangu stabilitas nasional dan internasional. Tindakan tersebut bisa digambarkan dengan tindak teror yang memiliki jaringan internasional ataupun kegiatan penjualan obat-obat terlarang dan pencucian uang yang dapat mengurangi kredibilitas lembaga keuangan dan merusak tatanan sosial.

Perdagangan obat-obatan juga menjadi salah satu bentuk dari kejahatan lintas batas, bahkan lintas batas negara. Pengaruh opium di Asia sangat besar. Opium, yang sering disebut emas hitam, begitu berharganya sehingga seringkali orang menggunakan emas sebagai pengganti uang dalam perdagangannya. Di akhir tahun 1900-an, perdagangan yang sama menciptakan apa yang kemudian dikenal sebagai Segitiga Emas[1]. Wilayah itu, yang dinamai oleh para pedagang opium, meliputi bagian dari tiga negara, yaitu Thailand bagian utara, Laos bagian barat dan Myanmar bagian Timur, yang meliputi lebih dari 100.000 kilometer persegi pegunungan dan membentuk sebuah segitiga[2].

Menurut buku Issues for Engagement: Asian Perspectives on Transnational Security Challenges (2010)[3], bahwa obat terlarang memasuki Kamboja dari daerah Segitiga Emas di sepanjang perbatasan-perbatasan Thailand, Laos dan Birma, lalu dari Kamboja kemudian menuju Thailand dan Vietnam untuk diekspor. Negara-negara Segitiga Emas telah matang dalam membuat dan mengedarkan obat terlarang, melalui laboratorium tersembunyi yang ditunjang oleh sindikat kejahatan yang teratur membuat obat-obat terlarang di daerah-daerah Kamboja yang jarang penduduknya, serta adanya perbatasan-perbatasan yang bercelah memancing para penyelundup untuk melewati hutan-hutannya yang terpencil.

Thailand merupakan tempat pemindahan muatan dan importir bersih obat perangsang jenis amphetamine, menurut Laporan Kebijakan Pengendalian Narkotika Internasional dari Departemen Luar Negeri A.S. di tahun 2010[4]. Menurut laporan tersebut, shabu-shabu diperdagangkan dari Birma melewati perbatasan utara Thailand untuk diekspor secara internasional. Kemungkinan obat-obatan terlarang dibawa dari Birma melalui Laos dan menyeberangi Sungai Mekong memasuki Thailand, yang menambahkan bahwa para penyelundup juga membawanya ke selatan melalui Laos menuju Kamboja di mana mereka masuk lewat perbatasan Thai-Kamboja.

Persoalan perdagangan obat-obatan terlarang ini tidak hanya melibatkan negara-negara ASEAN, tetapi telah mendorong ASEAN untuk menarik dan mengajak PBB untuk bersama-sama mencari solusi dari masalah tersebut. Pertemuan United Nations Office of Drug Control and Crime Prevention (UNDCP) menghasilkan Bangkok Declaration in Pursuit of a Drug Free ASEAN 2015. ASEAN juga membangun kerjasama dengan China melalui ASEAN and China Cooperative Operations in Ressponse to Dangerous Drugs (ACCORD), dengan rencana aksi meliputi: (1) pro-aktif meningkatkan kesadaran publik tentang bahaya obat-obatan terlarang; (2) memperkuat kepastian hukum dengan memperluas jaringan pengawasan dan meningkatakan kerjasama penegakan hukum; (3) membangun konsensus dan berbagai pengalaman praktik baik pengurangan permintaan atas obat-obatan terlarang; dan (4) menghancurkan suplai obat-obatan terlarang dengan mendorong program pembangunan alternatif dan partisipasi masyarakat dalam pemusnahan tanaman obat terlarang (Cipto, 2007:230).

SimpulanKejahatan lintas batas, atau mungkin juga lintas negara, di Asia Tenggara mengalami perkembangan yang sangat pesat pascaglobalisasi. Secara umum, kejahatan ini merujuk secara luas kepada non-violent crime yang pada umumnya mengakibatkan kerugian finansial.Beberapa faktor yang menunjang kompleksitas perkembangan kejahatan lintas batas negara antara lain adalah globalisasi, migrasi atau pergerakan manusia, serta perkembangan teknologi informasi, komunikasi dan transportasi yang pesat, serta keadaan ekonomi dan politik global yang tidak stabil[5]. Kasus yang diangkat penulis dalam kejahatan lintas batas adalah perdagangan narkotika di Segitiga Emas (The Golden Triangle), meliputi Thailand, Laos, dan Myanmar, yang merupakan tempat diproduksinya amphetamine, narkotika, dan heroin dan disebarkan ke seluruh penjuru dunia. Persoalan ini tak kunjung dapat diselesaikan karena mekanisme perdagangan yang sangat terorganisasi dan sulit untuk dilacak. Semakin beragam dan meluasnya tindak kejahatan lintas negara tersebut telah menarik perhatian dan mendorong negara-negara di dunia melakukan kerjasama untuk menanggulangi kejahatan tersebut di tingkat bilateral, regional dan multilateral.

Daerah Segitiga Emas Asia Tenggara sempat menjadi jalur utama pengedaran candu, heroin dan jenis narkoba lainnya yang terbesar di dunia. Luas penanaman narkoba pernah melampaui 1 juta mu atau sekitar 66667 hektar. Transaksi narkoba yang merajalela itu menghantui pemerintah Thailand, Myanmar dan Laos. Beberapa tahun ini, dikarenakan tekanan kuat dari masyarakat internasional dan keperluan pengembangan perdagangan dan ekonomi di perbatasan oleh pemerintah lokal, maka berbagai negara terus mengintensifkan pemberantasan narkotika. Luas areal penanaman di Segitiga Emas dikurangi besar-besaran, dan ekonomi lokal juga berangsur-angsur berubah dari penanaman opium menjadi tanam-tanaman. Pemerintah Thailand dengan bantuan badan-badan terkait PBB telah mengalokasikan dana besar dan menyalurkan teknik, membimbing penduduk lokal mengembangkan kemampuan penanaman tanaman alternatif, berupaya melepaskan masyarakat setempat dari ketergantungan penanaman opium.

Meskipun pemerintah Thailand aktif mengembangkan perdagangan perbatasan dan penanaman tanaman alternatif di daerah tersebut, namun merajalelanya transaksi narkoba tetap merupakan masalah utama di sana. Menurut statistik, pada tahun 2011 terdapat 80 persen pedagang narkotika memasuki Chiang Rai, Chang Mai dan Mae Hon Son dari negara-negara tetangganya. Barang dagangan yang umum dijual termasuk Amphetamine, candu dan Heroin. Menurut statistik pemerintah Thailand, setiap tahun terdapat sekitar 1 miliar butir Ice yang masuk ke Thailand dari Segitiga Emas.

Mengenai situasi penjualan narkoba yang sangat serius ini, pemerintah Thailand telah mengambil sejumlah langkah keras sejak awal, mencantumkan pemberantasan narkoba ke dalam agenda pemerintahannya, secara menyeluruh mengumumkan perang terhadap narkoba, menghancurkan sumber produksi narkoba, memutuskan jalur pengangkutan narkoba, dan memaksa para pecandu berhenti menggunakan narkoba. Pemerintah sudah mendirikan ratusan tempat pengobatan kecanduan narkoba di seluruh negeri, dan meletakkan tempat khusus di kamp militer untuk memaksa para pecandu menghentikan penggunaan narkoba secara tertutup, sertamengalokasikan dana khusus untuk membeli instalasi pemeriksaan tipe baru dan meningkatkan kekuatan pemberantasan narkoba, mengeluarkan hukum anti pencucian uang yang semakin ketat. Selain itu juga mengambil tindakan yang keras terhadap dalang perdagangan narkoba. Sementara itu, Thailand aktif mengembangkan kerja sama dengan negara-negara tetangganya di bidang pemberantasan narkoba, mengadakan pertemuan rutin dengan Tiongkok, Myanmar dan Laos untuk bertukar informasi, membahas solusi, mengatur serangkaian aksi pencarian dan penangkapan bersama, serta menghancurkan sejumlah pabrik pengolahan narkoba.Budi daya opium di Myanmar naik sebesar 13 persen menjadi 57.800 hektare, dari 51.000 hektare, dan produksinya meningkat 26 persen. Hal itu membuat budi daya opium di kawasan segi tiga emas Asia Tenggara (South East Golden Triangle) yang meliputi Myanmar, Laos dan Thailand naik selama tujuh tahun berturut-turut.

Hal itu dikemukakan dalam laporan terbaru Kantor PBB untuk Narkotika dan Kejahatan (United Nations Office on Drug and Crime /UNODC), yang dikeluarkan hari Rabu (18/12).

Laporan Survei Opium 2013 di Asia Tenggara - Lao PDR itu menyebutkan bahwa meskipun ada upaya pemberantasan, peningkatan budi daya membuat Myanmar peningkatan produksi opium sebesar 26 persen pada 2013 menjadi sekitar 870 ton. Ini merupakan produksi tertinggi sejak penilaian oleh UNODC dan Pemerintah Myanmar yang dimulai pada tahun 2002.

Pada 2013, Laos dan Myanmar menghasilkan 893 ton opium yang merupakan 18 persen dari produksi opium dunia. Hal ini menunjukkan tingkat kenaikan sebesar 22 persen dari tahun 2012. Angka itu juga menunjukkan peningkatan 2,7 kali lebih banyak daripada tahun 2005 ketika mereka memproduksi 326 ton.

Ancaman SeriusPeningkatan produksi dan budi daya ini merupakan ancaman bagi kejahatan dan penggunaan narkotika di dunia. "Angka-angka ini memperjelas bahwa kita perlu meningkatkan upaya untuk mengatasi akar masalah budi daya dan harusb mempromosikan alternatif di luar tanaman poppy, kata Jeremy Douglas, Perwakilan UNODC Regional Asia Tenggara dan Pasifik.

"Kita harus bertindak cepat. Golden Triangle merupakan pusat geografis dari sub wilayah Mekong, di mana kawasan ini memperluas transportasi dan infrastruktur untuk mengatasi hambatan perdagangan dan kontrol perbatasan di seluruh wilayah. Jaringan kejahatan terorganisir akan mengambil keuntungan dari perdagangan obat terlarang di Asia Tenggara yang memiliki posisi yang baik di wilayah yang terintegrasi," kata Douglas.

Kenaikan budi daya dan produksi opium dapat memicu kenaikan permintaan opiat di pasar lokal dan regional, kata UNODC. Di Myanmar dan Laos, penggunaan heroin, opium dan obat-obatan sintetik tetap tinggi, dan jauh lebih tinggi terjadi di desa-desa di mana tanaman opium tumbuh.

Myanmar adalah tempat budi daya opium terbesar di Asia Tenggara dan di dunia, dan kedua setelah Afghanistan. Wilayah Shan tetap merupakan pusat kegiatan opium Myanmar yang memproduksi 92 persen dari seluruh budi daya opium. Sisanya dihasilkan di negara bagian Kachin. Di Laos, sesuai hasil survei UNODC, produksi opium terpusat di tiga provinsi utara, yaitu Phongsali, Xiangkhoang dan Houaphan.

Masalah KemiskinanUNODC mengatakan bahwa survei terhadap petani di desa-desa yang menanam opium di kawasan Golden Triangle menunjukkan bahwa uang dari budi daya opium sangat penting bagi penduduk desa yang terancam rawan pangan dan kemiskinan.

"Survei kami menunjukkan hubungan yang kuat antara kemiskinan dan budi daya opium," kata Jason Eligh, Manajer UNODC untuk wilayah Myanmar. "Petani opium bukan orang jahat. Mereka adalah orang-orang miskin. Uang yang didapat dari budi daya opium merupakan bagian penting untuk pendapatan keluarga. Di desa-desa yang menenam poppy, lebih banyak rumah tangga berada dalam jerat utang dan rawan pangan daripada di desa yang tidak menanam poppy, kata dia.

"Penduduk desa yang terancam rawan pangan dan kemiskinan membutuhkan alternatif ekonomi yang berkelanjutan atau mereka akan terus dalam keputus-asaan menanam opium sebagai tanaman yang menghasilkan," kata Eligh.DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Segitiga_Emas_%28Asia_Tenggara%29http://malangnews.blogspot.com/2011/10/inilah-kawasan-segitiga-emas-di-asia.html#.UwxTys7GD_g