segitiga penyakit

download segitiga penyakit

of 24

description

Dasar Pemuliaan Tanaman

Transcript of segitiga penyakit

II. KAJIAN PUSTAKA2.1 Konsep Timbulnya Penyakit (Konsep Segi Tiga Gangguan)Penyakit tanaman dapat terjadi jika sedikitnya terdapat kontak dan interaksi antara dua komponen. Komponen tersebut berupa tanaman dan patogen. Jika pada saat terjadinya kontak tersebut lingkungan mendukung, maka akan terjadi penyakit. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa suatu penyakit akan terjadi jika pada suatu waktu di satu tempat terdapat tanaman yang rentan, sementara patogen yang virulen dan lingkungan baik fisik kimia maupun biologi yang sesuai dengan untuk terjadinya penyakit. Apabila satu faktor saja tidak tersedia, maka penyakit tidak akan terjadi. Interaksi antara tanaman, patogen yang virulen dan lingkungan ini sering disebut sebagai konsep segitiga penyakit (Utami dan Anggraini, 2008:228).

Pada konsep segi tiga penyakit tersebut, apabila salah satu faktor penyebab tidak ada, maka tidak akan terjadi suatu penyakit pada tanaman. Namun, apabila dalam kondisi pertumbuhan tanaman terdapat pathogen disekitar tanaman tersebut serta lingkungan mendukung pertumbuhan pathogen, maka kecenderungan untuk terjadinya infeksi penyakit pada tanaman cukup besar (Adinugroho, 2008:14).

2.2Peran Manusia dalam Menimbulkan Penyakit Tanaman (Konsep Segi Empat Gangguan)Konsep timbulnya suatu penyakit semakin berkembang seiring dengan berkembangnya ilmu penyakit tumbuhan, pada awalnya para pakar yang dipelopori oleh DeBary (dalam Adinugroho, 2008:4) menujuk pathogen sebagai penyebab penyakit yang utama.Dalam perkembangannya, diketahui bahwa dalam berbagai buku teks mengenai penyakit tumbuhan umunya dianut konsep segitiga penyakit (disease triangle) seperti antara lain dikemukan oleh Blanchard dan Tattar (dalam Adinugroho, 2008:4). Ketiga komponen penyakit tersebut adalah inang, pathogen dan lingkungan.

Kemudian berkembang sebuah konsep yang didasari pemikiran bahwa manusia ikut berperan dalam timbulnya suatu penyakit tumbuhan (Triharsono, 2010:51).Hal tersebut dikarenakan manusia dapat memberikan pengaruh terhadap pathogen dan tanaman inang itu sendiri serta kondisi lingkungan sebagai faktor-faktor yang dapat menimbulkan penyakit tanaman.Konsep ini dikenal dengan segi empat penyakit (dalam Adinugroho, 2008:4).

Manusia sebagaipenanam, berusaha untuk mempengaruhi ketiga faktor yang dapat menimbulkan penyakit (lingkungan, inang, dan patogen) agar terjadi interaksi yang menguntungkan bagi manusia. Namun demikian, adanya campur tangan manusia menyebabkan interaksi dari kempat faktor tersebut yang akan memicu terjadinya penyimpangan proses fisiologi tanaman, sehingga terjadi penyakit (Utami dan Anggraini, 2008:228).

Dalam konsep segi empat gangguan, gangguan akan terjadi jika tanaman rentan berinteraksi dengan patogen virulen dalam lingkungan yang menguntungkan perkembangan pengganggu, karena adanya tindakan manusia. Dengan demikian perlindungan tanaman pada konsep segi empat gangguan ini ditujukan untuk empat sasaran, yaitu tanaman, pengganggu, lingkungan dan manusia (Purnomo, 2006:6). Sehingga dibutuhkan manajemen lahan yang baik oleh manusia agar tidak melakukan tindakan yang mengakibatkan terjadinya interaksi ketiga faktor dalam konsep segi tiga gangguan.

2.3 Komponen Dasar Tumbuhnya PenyakitUntuk timbulnya suatu penyakit paling sedikit diperlukan tiga faktor yang mendukung, yaitu tanaman inang atau host, penyebab penyakit atau pathogen dan faktor lingkungan.

2.3.1 Tanaman InangPengaruh tanaman inang terhadapnya timbulnya suatu penyakit tergantung dari jenis tanaman inang, kerentanan tanaman, bentuk dan tingkat pertumbuhan, struktur dan kerapatan populasi, kesehatan tanaman dan ketahanan inang.Timbulnya suatu penyakit juga tergantung pada sifat genetik yang dimiliki oleh inang itu sendiri, terdapat inang yang rentan (suscept), tahan (resisten), toleran (tolerant), kebal (immune) yaitu tanaman yang tidak dapat diinfeksi oleh pathogen(Adinugroho, 2008).

2.3.2 PatogenYang dimaksud patogen adalah organisme hidup yang mayoritas bersifat mikro dan mampu untuk dapat menimbulkan penyakit pada tanaman atau tumbuhan. Mikroorganisme tersebut antara lain fungi, bakteri, virus, nematoda mikoplasma, spiroplasma dan riketsia (Adinugroho, 2008).

2.3.3 Faktor LingkunganFaktor lingkungan mempengaruhi timbul dan berkembangnya penyakit. Beratnya intensitas penyakit pada suatu tanaman seringkali ditentukan oleh lamanya keadaan lingkungan yang menguntungkan untuk timbul dan berkembangnya penyakit. Seperti sudah diulas di atas lingkungan dalam hal ini bisa dibedakan menjadi 2 yaitu lingkungan fisik/kimia dan lingkungan biologi. Yang termasuk dalam lingkungan fisik/kimia yaitu suhu udara, curah hujan (lama dan intensitas), embun (lama dan intensitas), suhu tanah, kandungan air tanah, kesuburan tanah, angin, asal mula api, pencemaran air, kerusakan akibat herbisida, dan lain-lain. Sedangkanlingkungan biologi terdiri dari antagonis, vektor, agen penyebab luka, dan agen kompetitif(Utami dan Anggraini, 2008:228).

2.3.4 Faktor ManusiaManusia dapat menjadi faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit tanaman. Dalah hal tersebut, manusia secara sengaja merekayasake 3 faktor lain yang dapat menyebabkan penyakit pada tanaman.Hal tersebut dikarenakan manusia dapat memberikan pengaruh terhadap pathogen dan tanaman inang itu sendiri serta kondisi lingkungan sebagai faktor-faktor yang dapat menimbulkan penyakit tanaman.

III. PEMBAHASAN3.1 PENYAKIT TANAMAN DISEBABKAN OLEH PERAN MANUSIA MERUBAH FAKTOR INANG : VARIETAS UNGGUL RENTAN HAMA WERENG COKLAT3.1.1 Terciptanya Varietas UnggulDalam tahun awal program intensifikasi pangan, terutama padi, muncul permasalahan mengenai banyaknya varietas padi yang mudah rebah, berumur panjang, dan rentan hama penyakit (Oka, 1998:106). Oleh karena itu, dalam program Pelita I dan Pelita II, pemerintah menitik beratkan pada pembangunan pertanian, yang diantaranya adalah meningkatkan produksi padi melalui intensifikasi, terutama di daerah-daerah yang potensial tinggi yakni di daerah-daerah sawah beririgasi (www.bappenas.go.id/get-file-server/node/7070/).

Pada Program yang diselenggarakan tahun tersebut, Pemerintah menggunakan varietas Pelita I-1 dan Varietas Pelita I-2. Selain varietas tersebut, pemerintah juga menggunakan varietas padi Internasional, diantaranya adalah IR-5, IR-8, dan Padi unggul Filipina C4-63.

3.1.2 Varietas Unggul Rentan Hama Wereng CoklatVarietas padi IR-5 dan IR-8 memiliki beberapa kelebihan, diantaranya memiliki produktifitas yang tinggi (5,8 ton/hektar) dan berumur genjah (http://nadhiroh.blog.unair.ac.id/). Sedangkan kelebihan dari varietas Pelita I-1 adalah memiliki produktifitas yang mencapai 6 ton/hektar dan memiliki rasa yang pulen (Suprihatno dan Deradjat, Tanpa Tahun).

Namun demikian, menurut Oka (1998:106), varietas unggul tersebut rentan terhadap penyakit, diantaranya adalah penyakit wereng coklat, penyakit virus tugro, penyakit blas, dan beberapa penyakit lain. Selain itu, menurut (Harahap dan Tjahjono, 1992:10) hama Wereng Coklat dapat menyebabkan tanaman padi mati kekeringan dan tampak terbakar. Serangan wereng cokelat seringkali juga diikuti oleh penyakit virus kerdil hampa (VKH) dan kerdil rumput (VKR), yang disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh wereng cokelat (http://distanhut.bogorkab.go.id).

Hama wereng coklat belum merupakan hama yang berbahaya sebelum tahun 1970, namun sejak tahun 1970, hama tersebut menjadi hama penting dan berbahaya, terutama pada varietas Pelita I-1, IR-5 dan IR-8 yang diperkenalkan pada pelita I dan Pelita II (Harahap dan Tjahjono, 1992:10).

3.1.3 Penyebab Varietas Unggul Rentan terhadap Hama Wereng CoklatVarietas unggul Pelita I-1 dan Pelita I-2 serta varietas IR-5 dan IR-8 menjadi rentan terhadap hama wereng coklat dikarenakan varietas tersebut beranakan banyak serta ditanam pada jarak yang rapat, sehinggga akan menyebabkan iklim mikro diantara rumput padi sangat sesuai dengan habitat hama wereng coklat (Harahap dan Tjahjono, 1992:10).

Ketahanan varietas padi terhadap hama wereng coklat juga ditentukan oleh faktor-faktor lain, yaitu, yaitu faktor biokimia seperti nutrisi dan faktor biofisik seperti ketebalan jaringan tanaman atau interaksi kedua faktor tersebut terhadap sel-sel reproduksi sehingga mempengaruhi jumlah dan kualitas telur wereng coklat (Mugiono dan Supena, Tanpa Tahun).

3.1.4 Solusi PengendalianSolusi pengendalian hama wereng coklat terdapat beberapa cara, salah satunya adalah menerapkan pola tanam bergilir. Hal tersebut dikarenakan tamananwereng coklat hanya dapat tubmuh pada satu jenis inang, yaitu tanaman padi (Harahap dan Tjahjono, 1992:13).

Solusi lain adalah menerapkan varietas yang tahan terhadap hama wereng coklat. Pembuatan Varietas unggul dilakukan dengan cara menenerapan mutasi imbas untuk mendapatkan galur mutan tahan wereng coklat. Beberapa galur mutan tahan penyakit dan hama telah diperoleh dan dilepas sebagai varietas baru (Mugiono dan Supena, Tanpa Tahun). Salah satu varietas padi yang tahan trerhadap hama wereng coklat adalahvarietas IR-64.

3.2 PENYAKIT TANAMAN DISEBABKAN OLEH PERAN MANUSIA MERUBAH FAKTOR PATOGEN: PENGARUH HERBISIDA 2,4-D TERHADAP HAMA PENGGEREK BATANG PADI3.2.1 Tanaman PadiPadi (Oryza sativa L) merupakan komoditi pangan yang mendapat prioritas utama dalam pembangunan pertanian sebab merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia Untuk mengimbangi dan mengatasi kebutuhan beras yang terus meningkat maka diperlukan upaya keras dalam peningkatan produksi beras baik kualitas maupun kuantitas.

3.2.2 Herbisida 2,4 DSalah satu cara yang dilakukan adalah memberantas gulma dan tanaman liar menggunakan herbisida. Herbisida adalah jenis pestisida yang berfungsi mencegah dan membasmi tanaman yang merugikan petani seperti alang-alang dan rumput liar. Contoh herbisidayang sering digunakan oleh para petani adalah herbisida jenis 2,4D. (http://budisma.web.id).

2,4-Dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D) adalah herbisida sistemik yang digunakan secara umum untuk mengontrol gulma yang tumbuh dalam tanaman pertanian. Tidak hanya itu, 2,4-D dikenal sebagai salah satu jenis auksin sintetik yang penting (http://en.wikipedia.org/wiki).Senyawa ini memiliki sifat yang selektif pada gulma, sehingga dapat mematikan gulma tetapi tanaman pokok yang dibudidayakan tidak terganggu.Senyawa 2,4-D sangat ampuh untuk membasmi gulma berdaun sempit pada lahan persawahan (www.plantphysiol.org).

3.2.3 Penggerek Batang PadiSalah satu kendala yang dimiliki oleh tanaman padi adalah hama penggerek batang. Di Indonesia telah dikenal berbagai jenis penggerek batang yaitu penggerek batang padi kuning Scirpophaga incertulas Walker, penggerek batang padi putih Scirpophaga innotata Walker penggerek batang merah jambu Sesamia inferens Walker, Penggerek Batang padi bergaris Chilo suppressalis Walker, Penggerek Batang padi berkepala hitam Chilo polychrysus Meyrick dan Penggerek Batang padi berkilat Chilo auticilius Dudgeon. Di Sulawesi Selatan jenis yang paling dominan adalah Scirpophaga innotata, sedang jenis yang lain pada umumnya dalam keadaan minor (Misnahetet al., Tanpa Tahun).

Salah satu jenis penggerek batang padi yang sering ditemui adalah jenisChilo supressalisatau lebih dikenal dengan nama Penggerek Batang Padi Bergaris. Secara umum, hama tersebut memiliki fase hidup mulai dari imago-telur-larva-pupa. Hama tersebut menyerang bagian malai sehingga mengurani jumlah malai yang dipanen. Populasi Penggerek Batang Padi Bergaris biasanya meningkat menjelang berakhirnya musim hujan (Harahap dan Tjahjono, 1992:22).

3.2.4 Pengaruh Herbisida 2,4 D terhadap Perkembangan Hama Penggerek Batang PadiTujuan aplikasi pestisida kepada tanaman ialah untuk membunuh hama sasaran. Golongan pestisida tertentu seperti herbisidadimaksudkan untuk membunuh gulma. Namun demikian, terkadang pengaplikasian herbisida berpengaruh pada peningkatan hama. Menurut Zweep (dalam Oka, 1998:109), herbisida dapat berpengaruh tidak langsung terhadap kerentanan/ketahanan pada hama penyakit tanaman.

Dalam hal ini, adanya Herbisida 2,4-D berdampak negatif terhadap beberapa komponenen ekosistem. Hirono (dalam Oka, 1998:110) menemukan bahwa bila penggerek batang padi bergaris atauChilosuppressalisyang berada pada habitat tanaman padi yang diberi herbisida 2,4-D, maka beratbadanChilo suppressalisakan meningkat 45% dari berat normal.

Bertambahnya berat badan tersebutsecara tidak langsung akan meningkatkan daya resisten hamaChilo suppressalisterhadap pestisida tertentu. Sehingga penyebaran penyakit tanaman oleh Penggerek Batang Padi akan lebih mudah terjadi.

Penyakit yang ditimbulkan oleh Penggerek Batang Padi berupa pemutusan jalannya air dan unsur hara pada batang akibat gerekan hamaChilo suppressalispada bagian batang padi. Hal tersebut menyebabkan tanaman padi menjadi lemah (Harahap dan Tjahjono, 1992:31)

..

3.3 PENYAKIT TANAMAN DISEBABKAN OLEH PERAN MANUSIA MERUBAH FAKTOR LINGKUNGAN: PERTANIAN MONOKULTUR DAN PENYEBARAHAN WABAH HAMA WERENG3.3.1 Pertanian MonokulturPada era pertanan modern, sistem pertanian monokultur sering digunakan. Ciri dari pertanian monokultur adalah berupa menanam spesies tanaman yang sama untuk ditanam pada sebidang lahan tertentu. Pertanian monokultur sering dilakukan pada tanaman budidaya pokok, seperti padi.

Alasan banyak petani padi menggunakan pertanian monokultur dikarenakan oleh keinginan untuk memperoleh hasil yang besar secara produktifitas. Lebih lanjut, pada pertanian monokultur padi, para petani lebih sering menggunakan varietas yang berumur genjah dan ditanam sampai tiga kali sampai lima kali dalam setahun (Oka, 1998:107).

3.3.2Pertanian Monokultur dan Penyebaran Virus TugroDengan sistem padi yang disebutkan diatas, maka akan terdapat hamparan luas tanaman padi dalam semua tingkatan umur, dari persemaian sampai dengan masa panen (Staggered planting). Agroekosistem yang demikian, menurut Oka (1998:107) akan menyediakan makanan yang terus menerus pada hama tertentu. Adanya makanan tersebbut akan menyebabkan hama berkembang biak secara terus menerus dan pada suatu titik tertentu akan mengakibatkan wabah .

Wabah yang sering terjadi akibat sistem monokultur padi adalah wabah penyakit virus tungro padi(Oka, 1998:107). Virus Tungro disebabkan oleh dua jenis virus yang berbeda yaitu virus bentuk batang Rice Tungro Bacilliform Virus (RTBV) dan virus bentuk bulat Rice Tungro Spherical Virus (RTSV). Virus tungro hanya ditularkan oleh wereng hijau sebagai vektor. Penularan virus tungro dapat terjadi apabila vektor memperoleh virus setelah mengisap tanaman yang terinfeksi virus kemudian berpindah dan mengisap tanaman sehat tanpa melalui periode laten dalam tubuh vektor (http://epetani.deptan.go.id).

Penyebab lain yang menyebabkan pertanian monokultur padi menjadi rentan terhadap penyakit tungro dikarenakan dengan menggunakan pertanian monokultur, predator alami wereng (vektor virus tungro) mati dan tidak dapat berkembang biak karena minimnya habitat dan rendahnyakeberagaman ekosistem monokultur.

DAFTAR PUSTAKAPUSTAKA BUKUAdinugroho W.C. 2008. Konsep Timbulnya Penyakit Tanaman. Tidak Diterbitkan. Tugas Kuliah. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB).

Harahap & Tjahyono. 1992. Pengendalian Hama Penyakit Padi. Jakarta: Penebar Swadaya.

Misnaheti, Baco D., Aisyah. (Tanpa Tahun). Tren Perkembangan Batang Pada Tanaman di Sulawesi Selatan. Jurnal. Tanpa Penerbit.

Mugiono, Supena P. (Tanpa Tahun) Penampilan Sifat Biofisik Beberapa Mutan Padi Tahan Wereng Coklat. Jurnal. Tanpa Penerbit.

Oka Ida N. 1998. Pengendalian Hama Terpadu. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Purnomo, B. 2006. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman, (Tanpa Penerbit)

Rozakurniati. 2010. Varietas Padi Tahan Wereng Cokelat. Jurnal. SINAR TANI Edisi 27 Oktober 2 November 2010.

PUSTAKA INTERNEThttp://distanhut.bogorkab.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=134&Itemid=188http://fp.uns.ac.id/~hamasains/PENDAHULUAN.htmhttp://nadhiroh.blog.unair.ac.id/stats/?stats_author=Hanis+Kusumawati+Rhttp://en.wikipedia.org/wiki/Auxin_%2822http://budisma.web.id/materi/sma/kimia-kelas-x/macam-macam-pestisida/www.plantphysiol.orghttp://epetani.deptan.go.id/konsultasi/penyakit-tungro-pada-padi-sawah-964