Secara Umum Mikoriza Dikelompokkan Menjadi Tiga Tipe Yaitu Ektomikoriza

5
Secara umum mikoriza dikelompokkan menjadi tiga tipe yaitu ektomikoriza, endomikoriza, dan ektendomikoriz, yaitu sebagai berikut: Cendawan ini dikenal dengan tiga tipe yaitu Ektomikoriza, Endomikoriza, dan Ekstendomikoriza. Ektomikoriza mempunyai sifat antara lain akar yang kena infeksi membesar, bercabang, rambut-rambut akar tidak ada, hifa menjorok ke luar dan berfungsi sebagi alat yang efektif dalam menyerap unsur hara dan air, hifa tidak masuk ke dalam sel tetapi hanya berkembang diantara dinding-dinding sel jaringan korteks membentuk struktur seperti pada jaringan Hartiq. Ektendomikoriza merupakan bentuk antara (intermediet) kedua mikoriza yang lain. Ciri-cirinya antara lain adanya selubung akar yang tipis berupa jaringan Hartiq, hifa dapat menginfeksi dinding sel korteks dan juga sel-sel korteknya. Penyebarannya terbatas dalam tanah-tanah hutan sehingga pengetahuan tentang mikoriza tipe ini sangat terbatas. Endomikoriza mempunyai sifat-sifat antar lain akar yang kena infeksi tidak membesar, lapisan hifa pada permukaan akar tipis, hifa masuk ke dalam individu sel jaringan korteks, adanya bentukan khusus yang berbentuk oval yang disebut Vasiculae (vesikel) dan sistem percabangan hifa yang dichotomous disebut arbuscules (arbuskul). Menurut Fakuara (1988), ektomikoriza dijumpai tanaman hutan dan terutama dari anggota cendawan Ascomycetes dan basidiomycetes sedangkan endomikoriza dijumpai pada tanaman perdu, rumput-rumputan, tanaman perkebunan dan buah-buahan, dan terutama dari anggota cendawan Zygomycetes

description

deskripsi

Transcript of Secara Umum Mikoriza Dikelompokkan Menjadi Tiga Tipe Yaitu Ektomikoriza

Page 1: Secara Umum Mikoriza Dikelompokkan Menjadi Tiga Tipe Yaitu Ektomikoriza

Secara umum mikoriza dikelompokkan menjadi tiga tipe yaitu ektomikoriza, endomikoriza,

dan ektendomikoriz, yaitu sebagai berikut:

Cendawan ini dikenal dengan tiga tipe yaitu Ektomikoriza, Endomikoriza, dan

Ekstendomikoriza. Ektomikoriza mempunyai sifat antara lain akar yang kena infeksi

membesar, bercabang, rambut-rambut akar tidak ada, hifa menjorok ke luar dan berfungsi

sebagi alat yang efektif dalam menyerap unsur hara dan air, hifa tidak masuk ke dalam sel

tetapi hanya berkembang diantara dinding-dinding sel jaringan korteks membentuk struktur

seperti pada jaringan Hartiq.

Ektendomikoriza merupakan bentuk antara (intermediet) kedua mikoriza yang lain.

Ciri-cirinya antara lain adanya selubung akar yang tipis berupa jaringan Hartiq, hifa dapat

menginfeksi dinding sel korteks dan juga sel-sel korteknya. Penyebarannya terbatas dalam

tanah-tanah hutan sehingga pengetahuan tentang mikoriza tipe ini sangat terbatas.

Endomikoriza mempunyai sifat-sifat antar lain akar yang kena infeksi tidak

membesar, lapisan hifa pada permukaan akar tipis, hifa masuk ke dalam individu sel jaringan

korteks, adanya bentukan khusus yang berbentuk oval yang disebut Vasiculae (vesikel) dan

sistem percabangan hifa yang dichotomous disebut arbuscules (arbuskul).

Menurut Fakuara (1988), ektomikoriza dijumpai tanaman hutan dan terutama dari

anggota cendawan Ascomycetes dan basidiomycetes sedangkan endomikoriza dijumpai pada

tanaman perdu, rumput-rumputan, tanaman perkebunan dan buah-buahan, dan terutama dari

anggota cendawan Zygomycetes

Tipe endomikoriza yang secara ekonomi dan ekologi sangat penting adalah Mikoriza

Vasikular-Arbus kular (MVA), Cendawan ini termasuk kedalam famili Endogonaceae, ordo

Mucorales, kelas Zygomycetes (Imas et al, 1989). Cendawan MVA di klarifikasikan menjadi

lima genus yaitu : Glomus, Gigaspora, Acaulospora dan Sclerecytis, Endogone,

(Schenck,1982)

Schenck (1982), menyatakan bahwa ciri utama yang membedakan MVA dengan

cendawan pembentuk mikoriza lainnya adalah adanya arbuscular dan vesikular.

Arbuscular adalah hifa yang membentuk cabang-cabang dalam jaringan korteks dimana

melalui arbuscular inilah terjadi pertukaran hara antara tanaman inang dengan cendawan

mikoriza. Arbuscular akan lebur dan kandungannya diserap sel inang, sedangkan vesikular

adalah hifa yang mengalami pembengkakan pada ujungnya dimana vesikular mengandung

banyak lemak yang kemudian akan ditransfer ke dalam sel, oleh sebab itu vesikular

dipandang sebagai organ penyimpanan.

2.4 Genus Mikoriza

Page 2: Secara Umum Mikoriza Dikelompokkan Menjadi Tiga Tipe Yaitu Ektomikoriza

Sampai saat ini ada 6 genus fungi yang termasuk ke dalam FMA. Karakteristik yang

khas untuk masing-masing genus ialah sebagai berikut:

1. Glomus

Spora berbentuk bulat dan jumlahnya banyak. Jumlah dinding spora berlapis-lapis

terdiri dari empat lapisan, tidak bereaksi dengan larutan Melzer, tidak memiliki

ornamen. Ada dudukan hifa (subtending hyphae) lurus berbentuk silinder. Warna

sporanya bening, hialin (transparan), putih, kuning, atau coklat. Ukuran spora rata-rata

259 μm (Brundrett M et al. 1994). Spora berbentuk bulat dan jumlahnya banyak. Jumlah

dinding spora berlapis-lapis terdiri dari empat lapisan, tidak bereaksi dengan larutan

Melzer, tidak memiliki ornamen. Ada dudukan hifa (subtending hyphae) lurus

berbentuk silinder. Warna sporanya bening, hialin (transparan), putih, kuning, atau

coklat. Ukuran spora rata-rata 259 μm (Brundrett M et al. 1994).

Pada genus Glomus proses perkembangan spora adalah dari ujung hifa yang

membesar sampai mencapai ukuran maksimal dan terbentuk spora. Spora Glomus hanya

memiliki satu jenis dinding yaitu dinding spora. Dinding spora berwarna merah sampai

cokelat pada media PVLG dan akan berwarna lebih pekat di preaksi Melzer. Permukaan

dinding spora halus tanpa perhiasan. Dinding spora berjumlah satu, seluruh lapisan yang ada

pada dinding spora berasal dari dinding hifa pembawa. Glomus tidak membentuk dinding

perkecambahan fleksibel. Dinding spora berakhir dengan pori pada daerah melekatnya hifa

pembawa. (Brundrett M et al. 1994).

Gambar 3. Spora Glomus

2. Paraglomus

Spora berbentuk bulat dengan warna kuning, semi transparan, dan bening. Jumlah dinding

spora terdiri dari tiga lapisan transparan. Dudukan hifa berbentuk silinder. Ukuran spora rata-

rata 85μm (Brundrett M et al. 1994).

3. Gigaspora

Sporanya bereaksi dengan larutan Melzer secara menyeluruh, tidak memiliki

ornamen. Hifa membentuk suspensor bulbous atau dudukan hifa yang membulat.

Memiliki sel auksilari yang merupakan perwujudan vesikula eksternal. Warna sporanya

Page 3: Secara Umum Mikoriza Dikelompokkan Menjadi Tiga Tipe Yaitu Ektomikoriza

kuning cerah. Spora berbentuk bulat dengan ukuran rata-rata 321μm. Spora dinding

terdiri dari tiga lapisan (Brundrett M et al. 1994).

4. Scutellospora

Proses perkembangan Scutellospora sama dengan Gigaspora, untuk membedakan

dengan genus Gigaspora, pada Scutellospora terdapat lapisan kecambah. Bila

berkecambah, hifa ke luar dari lapisan kecambah tadi. Spora bereaksi dengan larutan

Melzer secara menyeluruh. Warna sporanya merah coklat ketika bereaksi dengan larutan

Melzer. Ukuran sporanya rata-rata 165 μm (Brundrett M. et al. 1994).

5. Acaulospora

Proses perkembangan spora Acaulospora seolah-olah dari hifa tapi sebenarnya tidak.

Pertama-tama ada hifa yang ujungnya membesar seperti spora yang dibuat hifa

terminal. Di antara hifa terminal dan dudukan hifa akan timbul bulatan kecil yang

semakin lama semakin besar. Lapisan luar tidak bereaksi dengan larutan Melzer, tetapi

lapisan dalam bereaksi dengan larutan Melzer (warna lebih gelap–merah keunguan).

Sporanya memiliki beraneka bagian, bergantung kepada jenisnya, misalnya bentuk duri

pada A. spinosa dan berbentuk tabung pada A. tuberculata. Warna sporanya dominan

merah. Dinding spora terdiri dari tiga lapisan. Ukuran sporanya rata-rata 279 μm (Brundrett

M et al. 1994).

6. Entrophospora

Proses perkembangan spora Entrophospora hampir sama dengan proses perkembangan

spora Acaulospora, yaitu di antara hifa terminal dengan dudukan hifa. Warna sporanya

kuning coklat. Jika spora belum matang, warnaya tampak jauh lebih buram. Spora

berbentuk bulat dengan ukuran rata-rata 121 μm. Dinding spora terdiri dari dua lapisan

(Brundrett M et al. 1994).