SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI...

80
SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI KECAMATAN BOGOR TENGAH KOTA BOGOR Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh Siti Rohaya NIM 1113015000046 PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

Transcript of SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI...

Page 1: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER

DI KECAMATAN BOGOR TENGAH

KOTA BOGOR

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

Siti Rohaya

NIM 1113015000046

PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019

Page 2: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner
Page 3: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner
Page 4: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner
Page 5: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner
Page 6: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

i

ABSTRAK

Siti Rohaya (NIM: 1113015000046), Sebaran Spasial Lokasi Pedagang

Kuliner Di Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persebaran lokasi usaha

pedagang kuliner, jenis kuliner yang dijual dan kesesuaian penyebaran spasial

lokasi pedagang kuliner pada tata ruang Kota Bogor di Kecamatan Bogor Tengah,

Kota Bogor.

Metode penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

Variabel penelitian ini meliputi persebaran lokasi usaha pedagang kuliner, jenis

kuliner yang dijual, kesesuaian lokasi pedagang kuliner dengan Peraturan

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bogor. Data dikumpulkan dengan

menggunakan metode observasi dan wawancara dan dianalisa dengan

menggunakan teknik analisis deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah

pedagang kuliner yang tersebar di wilayah Kecamatan Bogor Tengah dengan

sampel 91 titik lokasi. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive

sampling.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa persebaran pedagang kuliner yang

berada di Kecamatan Bogor Tengah membentuk pola memanjang mengikuti jalan

utama Kota Bogor. Ada tiga lokasi pedagang kuliner yang dizonasikan, untuk

zona ke-1 berlokasi berdekatan dengan pasar, sementara untuk zona ke-2

berdekatan dengan taman kota, sedangakan zona ke-3 berdekatan dengan pasar.

Jenis kuliner yang dijual di Kecamatan Bogor Tengah bermacam-macam.

Kesesuaian lokasi usaha pedagang kuliner dengan peta pola ruang dari Rencana

Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bogor mayoritas sudah sesuai dengan

peruntukannya yaitu dari total 91 titik terdapat 62 pedagang (68%) yang sudah

sesuai dan sebanyak 29 pedagang (32%) yang tidak sesuai. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa sebaran lokasi pedagang kuliner dengan tata ruang Kota

Bogor sudah sesuai yang mayoritas berada pada kawasan perdagangan dan jasa.

Kata Kunci : Sebaran Spasial, Pedagang Kuliner, Lokasi Pedagang Kuliner

Page 7: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

ii

ABSTRACT

Siti Rohaya (NIM: 1113015000046), Spatial Distribution of Location of

Culinary Traders in Bogor Tengah Subdistrict, Bogor City.

This research aims to know the spread of the business location of culinary

traders, types of food for sale and the conformity of spatial spread of culinary at

the merchant location floorplan Bogor City, with locations in Subdistrict, Bogor

Tengah, Bogor City.

The method of this research is a descriptive quantitative research types.

This research includes the location of the distribution variables, types of cuisine

culinary merchants were sold, the merchant location suitability for culinary rules

spatial plan area (RTRW) Bogor City. The population in this research is the

Central Bogor Subdistrict culinary traders with 91 sample point locations.

Purposive sampling method sampling.

The results of this study indicate that the distribution of culinary traders in

Central Bogor Regency forms a longitudinal pattern following the main road of

Bogor City. There are three locations for culinary traders that are categorized,

for zone 1 it is located adjacent to the market, while for zone 2 it is adjacent to the

city park, while the third zone borders the market. The types of food sold in Bogor

Tengah Regency vary. The suitability of the culinary merchant business location

with a map of the spatial pattern layout of the Bogor City Spatial Plan (RTRW) is

in accordance with its designation, namely from a total of 91 traders (68%) who

match and 29 traders (32%) who do not. Thus it can be concluded that the

distribution of the location of culinary traders with the spatial layout of the city of

Bogor is in accordance with the majority in the area of trade and services.

Keywords: Spatial Distribution, Culinary Traders, Location of Culinary Traders

Page 8: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

iii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah

SWT yang telah memberi nikmat dan rahmat serta kemudahan sehingga penulis

dapat menyelesaikan dengan baik dan lancar skripsi yang berjudul “Sebaran

Spasial Lokasi Pedagang Kuliner di Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor”.

Shalawat serta salam juga tak lupa penulis curahkan kepada junjungan Nabi

Muhammad SAW, beserta keluarga-Nya, sahabat-Nya dan para pengikutnya

sampai akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan

lancar bukan merupakan hasil dari diri pribadi sepenuhnya, namun berkat ridho

Allah SWT dan bantuan dari semua pihak yang telah turut berkontribusi dalam

memberikan bantuan berupa do’a, motivasi, moral dan materil. Oleh karena itu,

dalam kesempatan baik ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih sebesar-

besarnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu yaitu kepada:

1. Dr. Sururin, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd sebagai Ketua Program Studi Tadris IPS yang

mengajarkan makna kesabaran serta seluruh dosen yang telah menjadi

fasilitator dalam memperoleh ilnu selama belajar di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Syaripulloh, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Tadris Ilmu

Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu membimbing

Mahasiswa/I Tadris IPS.

4. Didin Syafruddin, M.A, Ph.D selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah

mendampingi penulis selama menjalankan proses perkuliahan serta

memberikan nasehat-nasehat kepada penulis perihal pencapaian akademik.

Page 9: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

iv

5. Dr. Sodikin, S.Pd, M.Si dan Tri Harjawati, S.Pd, M.Si, selaku Dosen

Pembimbing yang dengan tulus ikhlas telah meluangkan waktunya guna

memberikan bimbingan, saran dan dorongan yang sangat berharga kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Naswan dan Ibunda Rumsiah yang telah

mencurahkan cintanya serta selalu memberikan kasih sayang, nasihat dan do’a

hingga saat ini, serta kakakku Abdul Halim yang telah memberikan motivasi,

moril dan materil selama perkuliahan berlangsung.

7. Bapak Agustian Syah selaku Camat Bogor Tengah beserta staff dan Bapak

Syamsul Bahri selaku Kepala Seksi Pengawasan PKL Dinas Koperasi dan

UKM Kota Bogor beserta staff yang telah mengizinkan dan mempermudah

penulis dalam melakukan penelitian.

8. Sahabat Muslimah-Ku (Hiazatul Fauziah, Usriatun Hasanah, Nisrina Malihah

dan Nur Ismawati) yang telah meluangkan waktu dan memberikan saran-saran

berharga kepada penulis dalam penulisan skripsi ini serta teman-temanku yang

telah membantu dan mengajari dalam hal pembuatan peta yaitu (Nita Inopianti

dan Iqbal Maulana) juga teman-teman kelac C konsentrasi Geografi dan Prodi

Tadris IPS angkatan 2013. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-

persatu yang telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan skrips ini.

Penulis berharap semoga Allah SWT memberi balasan pahala kepada

semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga penelitian

ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait khususnya, dan bagi seluruh

pembaca pada umumnya. Semoga Allah meridhoi, Amiin.

Jakarta,

Penulis

Siti Rohaya

Page 10: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SIDANG

ABSTRAK ..................................................................................................... i

ABSTRACT .................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ................................................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................................. v

DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 4

C. Pembatasan Masalah ..................................................................... 5

D. Rumusan Masalah ......................................................................... 5

E. Tujuan Penelitian .......................................................................... 5

F. Manfaat Penelitian ........................................................................ 6

1. Manfaat Teoritis ...................................................................... 6

2. Manfaat Praktis ....................................................................... 6

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori .................................................................................. 8

1. Persebaran ............................................................................... 8

2. Spasial ..................................................................................... 9

3. Letak atau Lokasi .................................................................... 11

Page 11: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

vi

a. Konsep Lokasi .................................................................. 11

b. Klasifikasi Lokasi Berdasarkan Ruang ............................. 13

4. Teori Lokasi Industri .............................................................. 16

a. Teori Lokasi Industri Dari August Losch ......................... 17

b. Teori Lokasi Industri Dari Alfred Weber ......................... 17

c. Teori Tempat yang Sentral Dari Walter Christaller .......... 19

5. Sistem Informasi Geografis ................................................... 20

a. Pengertian Sistem Informasi Geografis ........................... 20

b. Komponen Sistem Informasi Geografis ............................ 21

1) Perangkat Keras (Hardware) ...................................... 21

2) Perangkat Lunak (Software) ....................................... 21

3) Brainware ................................................................... 21

6. Sektor Informal ....................................................................... 22

a. Pengertian Sektor Informal ............................................... 22

b. Sektor Informal Di Indonesia ............................................ 22

7. Pedagang Kuliner .................................................................... 24

a. Pengertian Pedagang ......................................................... 24

b. Kuliner .............................................................................. 25

1) Pengertian Kuliner ...................................................... 25

2) Ruang Lingkup Pengembangan Kuliner ..................... 27

3) Ruang Lingkup Industri Kuliner ................................. 28

4) Kebijakan Pengembangan Kuliner ............................. 31

c. Jenis-jenis Kuliner ............................................................ 34

8. Kota ......................................................................................... 35

a. Pengertian Kota ................................................................. 35

b. Asal-usul Kota dan Perkembangannya ............................. 39

B. Penelitian Relevan ........................................................................ 40

C. Kerangka Berfikir ......................................................................... 44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 47

Page 12: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

vii

1. Lokasi Penelitian ..................................................................... 47

2. Waktu Penelitian ..................................................................... 48

B. Metode Penelitian ......................................................................... 48

C. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................... 49

D. Alat dan Bahan Penelitian ............................................................. 50

E. Variabel Penelitian ........................................................................ 51

F. Sumber Data .................................................................................. 52

1. Data Primer ............................................................................. 52

2. Data Sekunder ......................................................................... 52

G. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 52

H. Teknik Analisis Data ..................................................................... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kecamatan Bogor Tengah ............................... 57

1. Kondisi Geografis ................................................................... 58

a. Ketinggian Wilayah Kelurahan dari Permukaan Laut ...... 58

b. Tingkat Kemiringan Daerah Menurut Kelurahan ............. 59

c. Kedalaman Efektif Lahan Menurut Kelurahan ................. 60

d. Kepekaan Tanah Terhadap Erosi Menurut Kelurahan ...... 61

e. Tekstur Tanah Menurut Kelurahan ................................... 62

f. Kondisi Geologi Menurut Kelurahan ................................ 62

g. Kondisi Hidro Geologi Menurut Kelurahan ..................... 63

h. Luas Lahan Menurut Kelurahan ....................................... 64

i. Jumlah Curah Hujan Per Kelurahan .................................. 65

2. Kependudukan ........................................................................ 66

a. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan

Penduduk Menurut Kelurahan .......................................... 66

b. Penduduk Menurut Kelompok Umur ................................ 67

3. Struktur Organisasi Pemerintahan .......................................... 68

4. Keadaan Sosial ........................................................................ 69

B. Hasil Penelitian ............................................................................. 70

Page 13: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

viii

1. Observasi ................................................................................. 70

2. Hasil Wawancara .................................................................... 72

C. Analisis dan Pembahasan .............................................................. 75

1. Persebaran Lokasi Pedagang Kuliner di Kecamatan

Bogor Tengah .......................................................................... 75

2. Jenis Kuliner yang Dijual ........................................................ 84

3. Kesesuaian Lokasi Pedagang Kuliner dengan Peta Rencana

Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bogor Tahun 2011-2031 98

D. Keterbatasan Penelitian ................................................................. 104

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................... 105

B. Saran ............................................................................................. 106

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 107

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 14: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jenis Kuliner Kota Bogor ........................................................ 34

Tabel 2.2 Penelitian Relevan ................................................................... 43

Tabel 3.1 Rencana Penyusunan Skripsi ................................................... 48

Tabel 3.2 Alat Penelitian ......................................................................... 50

Tabel 3.3 Bahan Penelitian ...................................................................... 51

Tabel 3.4 Panduan Observasi .................................................................. 53

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara ............................................... 54

Tabel 3.6 Dokumen yang Diperlukan ..................................................... 55

Tabel 4.1 Ketinggian Wilayah Kelurahan dari Permukaan Laut di

Kecamatan Bogor Tengah ....................................................... 58

Tabel 4.2 Tingkat Kemiringan Daerah Menurut Kelurahan di

Kecamatan Bogor Tengah ...................................................... 59

Tabel 4.3 Kedalaman Efektif Lahan Menurut Kelurahan di Kecamatan

Bogor Tengah .......................................................................... 60

Tabel 4.4 Kepekaan Tanah Terhadap Erosi Menurut Kelurahan di

Kecamatan Bogor Tengah ....................................................... 61

Tabel 4.5 Tekstur Tanah Menurut Kelurahan di Kecamatan Bogor

Tengah ..................................................................................... 62

Tabel 4.6 Kondisi Geologi Menurut Kelurahan di Kecamatan Bogor

Tengah ..................................................................................... 63

Tabel 4.7 Kondisi Hidro Geologi Menurut Kelurahan di Kecamatan

Bogor Tengah 64

Tabel 4.8 Luas Lahan Menurut Kelurahan di Kecamatan Bogor Tengah 64

Tabel 4.9 Jumlah Curah Hujan Per Kelurahan di Kecamatan

Bogor Tengah .......................................................................... 65

Tabel 4.10 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk

Menurut Kelurahan di Kecamatan Bogor Tengah .................. 66

Tabel 4.11 Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

di Kecamatan Bogor Tengah ................................................... 67

Page 15: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

x

Tabel 4.12 Daftar Nama dan Jabatan Pegawai Kecamatan Bogor Tengah 68

Tabel 4.13 Banyaknya Sekolah, Guru dan Murid Menurut Jenjang

Pendidikan di Kecamatan Bogor Tengah ................................ 69

Tabel 4.14 Pedagang Kuliner Menurut Ruang Aktivitasnya ..................... 71

Tabel 4.15 Jenis Kuliner di Kecamatan Bogor Tengah ............................. 85

Tabel 4.16 Usia Pedagang Kuliner ............................................................ 86

Tabel 4.17 Lama Usaha Pedagang Kuliner ............................................... 87

Tabel 4.18 Lama Waktu Aktivitas Pedagang Kuliner ............................... 88

Tabel 4.19 Izin Penggunaan Lokasi Usaha Dari Pemerintah Daerah ....... 89

Tabel 4.20 Pedagang Kuliner Menurut Ruang Aktivitasnya ..................... 91

Tabel 4.21 Luas Ruang Aktivitas Pedagang Kuliner ................................ 92

Tabel 4.22 Jarak Lokasi Berdagang Dengan Tempat Tinggal

Pedagang Kuliner .................................................................... 94

Tabel 4.23 Alasan Pemilihan Lokasi Berdagang ...................................... 95

Tabel 4.24 Kesesuaian Lokasi Usaha Pedagang Kuliner .......................... 101

Tabel 4.25 Ketidaksesuaian Lokasi Usaha Pedagang Kuliner .................. 103

Page 16: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Continum Nilai Nearest Neighbor Statistic T .......................... 9

Gambar 2.2 Segitiga Webber ...................................................................... 18

Gambar 2.3 Kerangka Berfikir .................................................................... 46

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian ............................................................. 47

Gambar 4.1 Peta Administrasi Kecamatan Bogor Tengah ......................... 57

Gambar 4.2 Piramida Penduduk Kecamatan Bogor Tengah ....................... 68

Gambar 4.3 Peta Sebaran Pedagang Kuliner Kecamatan Bogor Tengah ... 76

Gambar 4.4 Peta Zona Sebaran Pedagang Kuliner Kecamatan

Bogor Tengah .......................................................................... 78

Gambar 4.5 Peta Zona 1 Sebaran Lokasi Pedagang Kuliner ...................... 79

Gambar 4.6 Peta Zona 2 Sebaran Lokasi Pedagang Kuliner ...................... 81

Gambar 4.7 Peta Zona 3 Sebaran Lokasi Pedagang Kuliner ...................... 82

Gambar 4.8 Zona Pedagang Kuliner Binaan ............................................... 84

Gambar 4.9 Peta Kesesuaian Lokasi Pedagang Kuliner dengan Peta

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bogor Tahun

2011-2031 ............................................................................... 99

Gambar 4.10 Peta Kesesuaian Sebaran Lokasi Pedagang Kuliner

Kecamatan Bogor Tengah dengan Tata Ruang Kota Bogor ... 100

Gambar 4.11 Peta Ketidaksesuaian Sebaran Lokasi Pedagang Kuliner

Kecamatan Bogor Tengah dengan Tata Ruang Kota Bogor ... 102

Page 17: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Observasi

Lampiran 2 Pedoman Wawancara

Lampiran 3 Transkrip Wawancara Pedagang Kuliner

Lampiran 4 Hasil Observasi

Lampiran 5 Koordinat UTM Lokasi Pedagang Kuliner dan Data Hasil

Penelitian Jenis Kuliner, Lokasi Pasar, Lokasi Sekolah dan Lokasi

Taman Kota

Lampiran 6 Foto Dokumentasi

Lampiran 7 Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 8 Surat Izin Permohonan Penelitian

Lampiran 9 Surat Izin Penelitian dari Kesbangpol

Page 18: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia dikenal dengan negara yang kaya akan kuliner. Kuliner

merupakan hasil olahan yang berupa masakan. Masakan tersebut berupa lauk

pauk, makanan dan minuman. Sedangkan wisata kuliner sendiri adalah

kegiatan yang dilakukan banyak orang dalam bidang kebutuhan makanan,

untuk hiburan.

Kuliner terbagi menjadi kuliner tradisional dan kuliner modern.

Kuliner dapat berupa makanan dan minuman, termasuk makanan jajanan serta

bahan campuran yang digunakan secara tradisional dan telah lama

berkembang secara spesifik di daerah atau masyarakat Indonesia. Biasanya

kuliner lokal diolah dari resep yang telah dikenal oleh masyarakat setempat

dengan bahan-bahan yang diperoleh dari sumber lokal yang memiliki citarasa

yang relatif sesuai dengan selera masyarakat setempat. Dengan demikian yang

perlu dipahami disini terkait dengan istilah makanan lokal yaitu pada bahan

baku lokal, cara pengolahan, resep, dan citarasa yang sesuai dengan

masyarakat setempat serta telah diwariskan secara turun temurun (Departemen

Pertanian, 2002).

Kuliner bukan hanya dijadikan sebagai tempat membeli makan atau

sekedar membeli minum, tetapi juga dapat dijadikan sebagai tempat rekreasi

maupun sebagai tempat mengobrol bersama kerabat atau keluarga. Bogor

memiliki beragam aneka kuliner yang enak. Pedagang kuliner pun tersebar

hampir di sepanjang jalan kota Bogor. Mulai dari harga yang relatif murah

sampai dengan yang harganya relatif cukup mahal.

Kehidupan perkotaan membuat masyarakat lebih memilih untuk

membeli makan di luar rumah dibandingkan dengan makanan rumah ataupun

buatan sendiri. Dengan demikian, masyarakat mengunjungi atau mendatangi

tempat-tempat kuliner di sekitarnya. Permintaan masyarakat perkotaan yang

Page 19: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

2

semakin tinggi terhadap makanan jadi membuat gerai-gerai kuliner tersebar di

setiap wilayah kota. Salah satunya di Kota Bogor provinsi Jawa Barat.

Indonesia terdiri dari berbagai macam pulau dan daerah. Dimana setiap

daerah memiliki ciri khas tersendiri salah satunya adalah kota Bogor. Kota

Bogor merupakan salah satu kota yang menyediakan kuliner atau yang di

sebut dengan surganya kuliner karena memiliki berbagai macam kuliner yang

jarang ditemukan di daerah lain. Sebagai kota yang dijuluki dengan surganya

kuliner, terdapat tempat-tempat kuliner yang tersebar di seluruh kota Bogor.

Berdasarkan penelitian dalam jurnal yang berjudul identifikasi wisata kuliner

di Kota Bogor, pola sebaran kuliner di Kota Bogor lebih dominan sebarannya

kepusat kota.1

Namun terjadi beberapa permasalahan yang berkaitan dengan kuliner

di kota Bogor, yaitu salah satunya menurut informasi dari artikel bahwa

trotoar kerap kali dipergunakan bagi pedagang kaki lima untuk berjualan.

Yayat Supriatna selaku pakar tata ruang kota mengatakan bahwa penggunaan

trotoar sebagai lintasan pengendara motor dan PKL memang sering terjadi di

kota-kota besar yang rawan kemacetan. Beliau juga menuturkan bahwa hal

tersebut juga sudah menjadi budaya.2 Selain itu diperoleh informasi juga

bahwa di kota Bogor terdapat beberapa permasalahan mendasar yang dihadapi

dalam penanganan PKL masih belum beranjak dari kondisi perekonomian

yang belum memungkinkan sektor formal optimal menampung angkatan

kerja. Kemudian jumlah PKL yang relatif banyak dan keberadaannya masih

terkonsentrasi di pusat-pusat keramaian, serta lahan relokasi PKL yang sangat

terbatas.3

Pedagang Kaki Lima (PKL) merupakan salah satu dari berbagai jenis

pedagang. Perdagangan di dalam Al-Qur‟an disebutkan bahwa perdagangan

1 Teddy Gunawan, “Identifikasi Wisata Kuliner Kota Bogor,” Jurnal Online Mahasiswa

(JOM) Bidang Perencanaan Wilayah & Kota, Vol 1, no. 1 (2016) 2 Felix Nathaniel, Hak Pejalan Kaki di Trotoar yang Sering Terabaikan, dari

http://tirto.id/hak-pejalan-kaki-yang-sering-terabaikan-csNh, diakses pada 26 Juli 2017. 3 Pemerintah Kota Bogor, “Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kota Bogor

Tahun 2013”, http://kotabogor.go.id/index.php/page/detail/105/penyelenggaraan-pemerintah-

daerah#.WXtW5kGxqc0, diakses pada 22 Juli 2017.

Page 20: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

3

atau perniagaan merupakan jalan yang diperintahkan oleh Allah untuk

menghindarkan manusia dari jalan yang bathil. Seperti yang tercantum dalam

Surat An-Nisa‟ ayat 29 :

Artinya :

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling

memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar),

kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas suka sama suka di

antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh,

Allah Maha Penyayang kepadamu.”4

Dalam melakukan perniagaan, Allah juga telah mengatur adab tentang

perniagaan, bahwa manusia tidak boleh berlebihan dalam melakukan

perdagangan. Allah berfirman dalam Surat At-Taubah ayat 24 berikut :

Artinya :

“Katakanlah, “jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-

saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu

usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan

rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai

daripada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka

tunggulah sampai Allah memberikan keputusan-Nya.” Dan Allah

tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.”5

4 Litequran.net, 2019, (https://litequran.net/an-nisa).

5 Litequran.net, 2019, (https://litequran.net/at-taubah).

Page 21: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

4

Telah dijelaskan mengenai perdagangan atau perniagaan dalam Al-

Qur‟an Surat An-Nisa‟ ayat 29 dan Surat At-Taubah ayat 24. Selain itu dalam

hadits pula dijelaskan tentang keutamaan berdagang.

ما أكل أحد طعاما قط خيرا مه أن يأكل مه عمل يده ، وإن وبى الله

ه يد يأكل مه عملكان –عليه السالم – داود

Artinya :

“Tidaklah seseorang mengkonsumsi makanan yang lebih baik dari

makanan yang dihasilkan dari jerih payah tangannya sendiri. Dan

sesungguhnya nabi Daud „alaihissalam dahulu senantiasa makan

dari jerih payahnya sendiri.”6

Dari penjelasan di atas, maka peneliti ingin mengkaji lebih dalam

mengenai permasalahan kaitannya dengan belum maksimalnya penataan ruang

kota yang menimbulkan kemacetan yang diakibatkan PKL yang berjualan di

lokasi yang tidak semestinya. Maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti

lebih jauh kaitannya dengan pedagang kuliner ini dengan judul “Sebaran

Spasial Lokasi Pedagang Kuliner di Kecamatan Bogor Tengah Kota

Bogor”

B. Identifikasi Masalah

Faktor-faktor yang mempengaruhi banyaknya pedagang kuliner adalah

salah satunya karena Kota Bogor merupakan salah satu kota yang terkenal

kulinernya dan Kota Bogor juga merupakan kota yang memiliki banyak

destinasi wisata. Sebagai destinasi wisata, tak dapat di pungkiri dapat

memunculkan para pedagang, baik itu pedagang kuliner maupun pedagang

lainnya. Maka identifikasi masalah adalah sebagai berikut :

1. Banyaknya para pedagang yang menggunakan bahu jalan (trotoar) sebagai

lokasi berjualan.

6 Muhammad Washito Abu Fawaz, “Hadits-Hadits Shohih Tentang Keutamaan Perniagaan

dan Pengusaha Muslim”, 2017, (https://abufawaz.wordpress.com/2012/04/10/hadits-hadits-shohih-

tentang-keutamaan-perniagaan-dan-pengusaha-muslim/).

Page 22: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

5

2. Masih adanya tata ruang PKL yang tidak sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

3. Terbatasnya lahan untuk relokasi bagi PKL.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan pada permasalahan yang muncul pada identifikasi

masalah diatas, maka peneliti membatasi masalah tentang masih adanya tata

ruang PKL yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Adapun kuliner

yang termasuk dalam penelitian ini adalah jenis kuliner tradisional dan kuliner

modern, baik berupa makanan utama maupun jajanan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka

pertanyaan penelitian yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana persebaran lokasi usaha pedagang kuliner di wilayah

Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor ?

2. Apa jenis kuliner yang dijual oleh pedagang kuliner di wilayah Kecamatan

Bogor Tengah Kota Bogor ?

3. Bagaimana kesesuaian penyebaran spasial pedagang kuliner pada tata

ruang Kota Bogor ?

E. Tujuan

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah:

1. Mengetahui persebaran lokasi usaha pedagang kuliner di wilayah

Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor.

2. Mengetahui jenis kuliner yang dijual oleh pedagang kuliner di wilayah

Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor.

3. Mengetahui kesesuaian penyebaran spasial pedagang kuliner pada tata

ruang Kota Bogor.

Page 23: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

6

E. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Sebagai salah satu karya ilmiah maka penelitian ini dapat

memberikan kontribusi bagi perkembangan mengenai kuliner di Kota

Bogor provinsi Jawa Barat. Adapun dalam bidang pendidikan, dapat

dijadikan sebagai bahan atau media pembelajaran pada mata pelajaran

Geografi.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah :

a. Bagi Penulis

Dapat menambah wawasan serta pengalaman serta dapat

mengaplikasikan ilmu-ilmu yang sudah di peroleh selam aberada di

bangku perkuliahan serta dapat meningkatkan pengetahuan mengenai

kuliner.

b. Bagi Pembaca

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

pemahaman mengenai persebaran kuliner bagi pembaca.

c. Bagi Masyarakat Umum

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan masyarakat

dapat mengetahui bagaimana pola persebaran pedagang kuliner di

Kota Bogor dan memudahkan masyarakat untuk memilih berkunjung

ke tempat kuliner sesuai dengan yang diinginkan.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian diharapkan berguna sebagai bahan bandingan bagi

penelitian mengenai persebaran kuliner yang sudah ataupun akan

dilakukan, penulis juga berharap bahwa penelitian ini dapat menjadi

salah satu referensi dalam penelitian lain yang relevan.

e. Pemerintah Setempat

Dengan adanya penelitian ini dapat memberikan dan

memperkuat regulasi terkait penempatan pedagang kuliner dalam

Page 24: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

7

penyebarannya di Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor. Dengan

penelitian ini, sedikit mengevaluasi dan hasilnya diharapkan bagi

pemerintah setempat mampu memperkuat informasi dan regulasi

terkait penyebaran kuliner di Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor.

Page 25: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Persebaran

Konsep persebaran adalah keberadaan suatu fenomena di suatu

ruang.1 Keberadaan suatu gejala di suatu wilayah dapat memusat di salah

satu tempat, misalnya dekat dengan ibu kota kecamatan atau memanjang

di pinggir jalan, atau berada di semua desa dari kecamatan itu. Dengan

kata lain persebaran suatu gejala dapat memusat, memanjang, tersebar

merata atau tidak merata.2 Adapun prinsip persebaran menyatakan bahwa

fenomena atau gejala geografis di permukaan bumi ini tidak merata karena

perbedaan berbagai unsur geografi.3

Menurut Petter Hagget dalam Saraswati, pola persebaran

permukiman ada 3 tipe pola yaitu seragam (uniform), acak (random),

mengelompok (clustered).4 Pola persebaran ini dapat diberi ukuran yang

bersifat kuantitatif sehingga perbandingan antara pola persebaran dapat

dilakukan dengan baik, bukan saja dari segi waktu tetapi juga dapat segi

ruang (space). Pendekatan ini disebut analisis tetangga terdekat. Analisis

seperti ini memerlukan data tentang jarak antara satu obyek dengan obyek

tetangganya yang terdekat. Sehubungan dengan hal ini tiap objek dianggap

sebagai sebuah titik dalam ruang. Pada hakekatnya analisis tetangga

terdekat ini adalah sesuai untuk hambatan alamiah yang belum dapat

teratasi.5

Pola persebaran terdiri dari mengelompok, random dan seragam.

Dimana dari tiap pola persebaran tersebut memiliki Kategori Indeks

1 Gunardo R.B, Geografi Transportasi, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2014), h. 10.

2 Ibid., h. 41.

3 Ibid., h. 27.

4 Dian Ayu Saraswati, “Analisis Perubahan Luas dan Pola Persebaran Permukiman (Studi

Kasus: Kecamatan Tembalang, Kecamatan Banyumanik, Kecamatan Gunungpati, Kecamatan

Mijen Kota Semarang Jawa Tengah)”, Jurnal Geodesi Undip, Vol. 5, 2016, h. 157. 5 Moch. Choirurrozi, “Pola Persebaran Permukiman di Kecamatan Prambanan Kabupaten

Klaten Tahun 2008,” Skripsi pada Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta,

Surakarta, 2009, h. 6, tidak dipublikasikan.

Page 26: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

9

Persebaran (T).6 Berikut ini adalah Kategori Indeks Persebaran (T)

tersebut, yaitu:

I = Nilai T dari 0 – 0,7 adalah pola mengelompok atau bergerombol

(Cluster Pattern).

II = Nilai T dari 0,8 – 1,4 adalah pola acak atau tersebar tidak merata

(Random Pattern).

III = Nilai T dari 1,5 – 2,15 adalah pola seragam atau tersebar merata

(Uniform /Dispersed Pattern).

Gambar 2. 1 Continum nilai nearest neighbor statistic T (Hagget, 1975

dalam Saraswati)7

2. Spasial

Menurut Achmadi dalam Kartika Kirana, istilah spasial dalam

perkembangan penggunaannya, selain bermakna ruang maupun waktu,

juga bermakna segala macam makhluk hidup maupun benda mati di

dalamnya, seperti iklim, suhu, tofografi, cuaca dan kelembaban.

Sedangkan menurut Rahardjo, spasial berarti sesuatu yang dibatasi oleh

ruang, waktu serta komunikasi atau transportasi.8

Pengertian ruang menurut Undang-Undang No. 4 Tahun 1992

Tentang Perumahan dan Permukiman menyebutkan bahwa, Ruang adalah

6 Maychard Ryantirta Pelambi, dkk., “Identifikasi Pola Sebaran Permukiman Terencana di

Kota Manado, Jurnal pada Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Jurusan Arsitektur

Universitas Sam Ratulangi, h. 58. 7 Dian Ayu Saraswati, “Analisis Perubahan Luas dan Pola Persebaran Permukiman (Studi

Kasus: Kecamatan Tembalang, Kecamatan Banyumanik, Kecamatan Gunungpati, Kecamatan

Mijen Kota Semarang Jawa Tengah)”, h. 157. 8 Kartika Kirana, “Analisis Spasial Faktor Lingkungan Pada Kejadian Demam Berdarah

Dengue Di Kecamatan Genuk,” Skripsi pada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri

Semarang, Semarang, 2016, h. 39, tidak dipublikasikan.

Page 27: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

10

wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk

ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan

makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan

hidupnya.9

Pendekatan keruangan menekankan analisisnya pada variasi

distribusi dan lokasi dari gejala-gejala atau kelompok gejala-gejala di

permukaan bumi. Contoh yang dikemukan oleh Petter Hagget misalnya

studi variasi kepadatan penduduk, studi variasi penggunaan lahan, studi

variasi tentang kemiskinan di pedesaan. Faktor-faktor yang menyebabkan

pola-pola distribusi keruangan yang berbeda-beda dan bagaimana pola-

pola keruangan yang ada dapat diubah sedemikian rupa sehingga

distribusinya menjadi lebih efektif. Pendekatan keruangan menyangkut

pola, proses dan struktur dikaitkan dengan dimensi waktu maka

analisisnya bersifat horizontal.10

Selain menekankan analisisnya pada variasi distribusi dan lokasi,

pendekatan keruangan juga menekankan eksistensi (keberadaan) ruang

sebagai penekanannya. Menurut Hagget dalam Marhadi dijelaskan bahwa,

“Analisis keruangan mempelajari perbedaan lokasi mengenai sifat-sifat

penting atau serangkaian sifat-sifat penting.” Dalam analisis keruangan

terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu pertama, penyebaran

penggunaan ruang yang telah ada dan kedua, penyediaan ruang yang akan

digunakan untuk berbagai kegunaan yang dirancang.11

Pendekatan keruangan ini merupakan satu dari tiga pendekatan

utama dalam ilmu geografi, yaitu (1) pendekatan keruangan (spatial

approach), (2) pendekatan ekologis (ecological approach), dan (3)

pendekatan kompleks wilayah (regional complex approach). Menurut

Yunus dalam Pelambi disebutkan bahwa, pendekatan keruangan dapat di

definisikan sebagai suatu metode yang menggunakan variabel ruang dalam

setiap analisanya untuk memahami gejala tertentu agar mempunyai

9 Pelambi dkk., “Identifikasi Pola Sebaran Permukiman Terencana Di Kota Manado”, h. 56.

10 Gunardo R.B, Geografi Politik, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2014), h. 23.

11 Marhadi S.K, Pengantar Geografi Regional, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2014), h. 21.

Page 28: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

11

pengetahuan yang lebih mendalam melalui media ruang.12

Adapun pola

ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang

meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang

untuk fungsi budidaya.13

Dalam Riva Hidayatur Rokhmah, Subekhan mengemukakan

bahwa persebaran adalah posisi lokasi yang terletak di suatu area atau

tempat dalam keadaan tertentu.14

Klasifikasi pola persebaran permukiman

ada 3 tipe pola yaitu seragam (uniform), acak (random), mengelompok

(clustered).15

Adapun pengertian spasial menurut Yunus dalam Rokhmah

dijelaskan bahwa spasial berarti keruangan yang dimana istilah ruang

(space) dapat diartikan sebagai bagian tertentu dari permukaan bumi yang

mampu megakomodasikan berbagai bentuk kegiatan manusia dalam

memenuhi kebutuhan kehidupannya.16

Dari penjabaran tersebut dapat

disimpulkan bahwa sebaran spasial adalah persebaran yang menekankan

pada keruangan atau ruang.

3. Letak atau Lokasi

a. Konsep Lokasi

Lokasi menunjukkan tempat atau wilayah gejala itu terjadi

dengan batas-batas yang jelas, luas cakupannya dan posisi gejala pada

gejala yang lebih besar serta arti pentingnya gejala tersebut di kaji.17

Konsep lokasi atau letak merupakan konsep utama yang sejak awal

perkembangan geografi telah menjadi ciri khusus ilmu geografi.

Unsur-unsur letak sangat penting dalam geografi terutama berkaitan

12

Pelambi, dkk., “Identifikasi Pola Sebaran Permukiman Terencana di Kota Manado”, h.

56. 13

Ibid., h. 57. 14

Riva Hidayatur Rokhmah, “Distribusi Spasial dan Kontribusi Obyek Wisata Pada

Pendapatan Rumah Tangga Di Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang,” Skripsi pada

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang, Semarang, 2013, h. 12, tidak dipublikasikan. 15

Dian Ayu Saraswati, “Analisis Perubahan Luas dan Pola Persebaran Permukiman (Studi

Kasus: Kecamatan Tembalang, Kecamatan Banyumanik, Kecamatan Gunungpati, Kecamatan

Mijen Kota Semarang Jawa Tengah)”, h. 157. 16

Riva Hidayatur Rokhmah, “Distribusi Spasial dan Kontribusi Obyek Wisata Pada

Pendapatan Rumah Tangga Di Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang,” h. 12. 17

Gunardo, Geografi Politik, h. 28.

Page 29: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

12

dengan telaah regional atau kajian wilayah secara garis besar telah

dapat dibedakan menjadi:

1) Letak fisiografis

Letak fisiografis adalah letak suatu tempat terhadap alam,

artinya letak suatu tempat terhadap tempat-tempat dengan tipe

tertentu. Letak fisiografis meliputi:

a) Letak astronomis menunjuk letak berdasarkan garis

lintang dan garis bujur (misalnya Indonesia terletak di

antara 950 Bujur Timur – 141

0 Bujur Timur dan 6

0

Lintang Utara – 110 Lintang Selatan).

b) Letak klimatologis berdasarkan tipe iklim tertentu

(misalnya Indinesia terletak di tipe iklim tropis dengan

ciri curah hujan tinggi, panas sepanjang tahun dan

mempunyai 2 musim yaitu musim penghujan dan

musim kemarau).

c) Letak maritim adalah letak terhadap lautan (Indonesia

berbatasan dengan Lautan Hindia di selatan dan barat

serta Lautan Pasifik di timur dan utara).

d) Letak kontinental berdasarkan letaknya terhadap benua

(Indonesia terletak di antara Benua Asia dan Benua

Australia).

e) Letak geomorfologis berdasarkan letaknya terhadap

gejala alam (misalnya Indonesia terletak di daerah

tumbukan lempeng Eurasia dengan lempeng Samudera

Hindia). Akibatnya Indonesia terletak di daerah cincin

api (ring of fire) yang mempunyai gejala tektonik

seperti gempa bumi dan gunung api.

2) Letak sosiogeografis

Letak sosiogeografis berdasarkan pada kondisi kegiatan

manusia di berbagai bidang. Letak sosiogeografis meliputi:

a) Letak sosial berdasarkan pada kondisi sosial suatu

wilayah (misalnya Indonesia terletak di antara negara

yang tingkat kesehatan dan pendidikannya belum

maju).

b) Letak ekonomis berdasarkan pada kondisi ekonomi

suatu wilayah (Indonesia terletak di negara-negara

dengan pendapatan menengah).

c) Letak politis berdasarkan pada kondisi politik suatu

wilayah (Indonesia terletak di antara negara-negara

demokratis).

Page 30: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

13

d) Letak kultural berdasarkan pada kondisi bidaya suatu

wilayah (Indonesia terletak di antara negara-negara

tradisional dan negara maju).18

b. Klasifikasi Lokasi Berdasarkan Ruang

Secara umum letak suatu tempat dapat memiliki arti strategis.

Lokasi yang berkaitan dengan kondisi sekitarnya dapat memberi arti

menguntungkan dapat pula merugikan.19

Adapun lokasi ditinjau dari

kajian geografi nasional terdiri dari letak absolut atau letak astronomis

dan letak relatif atau letak geografis.20

Lokasi dalam ruang, dapat

dibedakan antara lokasi absolut dengan lokasi relatif, sebagaimana

dijelaskan sebagai berikut:

1) Lokasi absolut

Lokasi absolut suatu tempat atau suatu wilayah, yaitu lokasi

yang berkenaan dengan posisinya menurut garis lintang dan garis

bujur atau berdasarkan jaring-jaring derajat. Lokasi absolut suatu

tempat atau suatu wilayah, dapat dibaca pada peta.21

Dengan dinyatakan lokasi absolut suatu tempat atau suatu

wilayah, karakteristik tempat yang bersangkutan sudah dapat

diabstraksikan lebih jauh. Sekurang-kurangnya, posisi dan

iklimnya sudah dapat dihitung.22

Letak absolut atau mutlak juga disebut dengan letak

astronomis. Letak astronomis mendasarkan pada kedudukan suatu

tempat dimuka bumi yang bulat bagaikan bola menurut garis

lintang dan garis bujurnya, yaitu garis-garis khayalan yang

melingkari bumi yang pertama kali ditemukan atau direka oleh

Eratosthenes untuk dapat menunjukkan letak suatu tempat di bumi

yang bulat.

18

Ibid., h. 13-14. 19

Ibid., h. 15. 20

Suharyono, Dasar-dasar Kajian Geografi Regional, (Yogyakarta: Penerbit Ombak,

2013), h. 36. 21

Nursid Sumaatmadja, Studi Geografi: Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan,

(Bandung: Penerbit Alumni, 1981), h. 118. 22

Ibid., h. 119.

Page 31: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

14

Letak astronomis disebut dengan letak absolut karena

mendasarkan koordinatnya pada garis pangkal atau sumbu yang

tetap, yaitu garis ekuator atau katulistiwa yang menjadi pangkal

hitungan derajat lintang atau garis lintang nol derajat (kedua kutub

bumi sebagai garis lintang 90 derajat utara dan selatan) dan garis

meridian nol yang melalui kota Greenwich dekat London yang

menjadi pangkal hitungan derajat bujur, meskipun pada masa

gencar-gencarnya gerakan pembebasan Amerika dari kekuasaan

Eropa orang pernah mengusulkan agar meridian nol (prime

meridian) tidak dihitung dari garis (lingkaran) meridian yang

melalui London tetapi dari garis lingkaran meridian yang melalui

salah satu ibu kota di Amerika Latin.23

Sebutan letak astronomis muncul karena penentuannya

didasarkan pada hasil pengamatan (pengukuran) posisinya atau

kedudukannya terhadap benda langit (bintang atau matahari).

Sebagian orang menyebut juga letak menurut derajat lintang dan

bujur sebagai letak geografis karena berpengaruh pada kondisi

geografis tempat atau wilayah yang bersangkutan, antara lain

berkaitan dengan keadaan iklim, ukuran dan perbedaan waktu

(kalau ukuran rentang bujurnya cukup besar).24

Sistem garis lintang yang dikembangkan oleh Ptolomaeus

merupakan garis lintang yang berkaitan dengan adanya zona-zona

iklim matahari. Hal yang demikian disebabkan oleh kedudukan

matahari dalam menyinari bumi yang berputar pada sumbunya

yang “miring” terhadap bidang peredarannya dalam gerakan bumi

mengelilingi matahari. Hal tersebut menjadi penyebab timbulnya

dengan apa yang disebut dengan iklim tropik, sub-tropik, iklim

sedang dan seterusnya serta adanya empat musim di wilayah-

wilayah di luar daerah tropik. Oleh sebab perputaran bumi pada

23

Suharyono, Dasar-dasar Kajian Geografi Regional, h. 36. 24

Ibid., h. 36-37.

Page 32: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

15

sumbunya dan pemanasan atmosfer bumi yang tidak sama, maka

timbul pula sistem sirkulasi udara umum di muka bumi yang

menghasilkan sistem atau pola aliran udara baik vertikal maupun

horisontal. Secara vertikal terdapat zona-zona masa udara naik

(tekanan udara rendah, basah) di sekitar ekuator dan lintang

sedang, serta zona-zona massa udara turun (tekanan udara tinggi,

kering) di sekitar 300 dan kutub utara/selatan. Sedang secara

horisontal terdapat pola angin pasat di lintang rendah, angin barat

di lintang sedang, dan angin timur di lintang tinggi.25

2) Lokasi relatif

Letak relatif yang dapat juga disebut letak geografis

merupakan letak atau kedudukan suatu tempat atau wilayah dalam

hubungannya dengan keadaan atau kondisi lingkungan di

sekitarnya, baik keadaan ekonomi, kehidupan sosial politik dan

budaya, wilayah perairan atau daratan yang memberikan arti

penting dan sebagainya. Karena itu muncul pula sebutan-sebutan

letak sosial, letak ekonomis, letak kultural, letak strategis dan

sebagainya. Disebut letak relatif karena keadaannya dapat berubah

sejalan dengan berubahnya kondisi lingkungan sekitar.26

Meskipun letak astronomis yang bersifat absolut telah

mendasari berbagai kemungkinan kondisi lingkungan alam yang

berlainan bagi kehidupan manusia, dalam kajian geografi letak

relatif lebih banyak menjadi perhatian para geografiwan dalam

telaah dan analisisnya. Hal ini berkaitan dengan kondisi

lingkungan sekitar yang terus berubah oleh sebab pertumbuhan

penduduk, kemajuan perkembangan perekonomian, pengetahuan

dan teknologi yang dihasilkan manusia. Karena itu sejak abad 19

orang telah menghasilkan berbagai teori tentang letak atau lokasi

yang diawali dengan munculnya teori zona usaha pertanian Von

25

Ibid., h. 37-38. 26

Ibid., h. 39.

Page 33: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

16

Thunen di Jerman dan disusul kemudian dengan munculnya

macam-macam teori lokasi yang lain (lokasi industri, lokasi tempat

yang sentral, pusat dan pinggiran, ekonomi aglomerasi dan

sebagainya).27

Lokasi relatif suatu tempat atau suatu wilayah, yaitu lokasi

tempat atau wilayah yang bersangkutan berkenaan dengan

hubungan tempat atau wilayah itu dengan faktor alam atau faktor

budaya yang ada di sekitarnya. Jadi, lokasi relatif ini ditinjau dari

posisi suatu tempat atau suatu wilayah terhadap kondisi wilayah-

wilayah yang ada sekitarnya.

Lokasi relatif sesuatu tempat, memberikan gambaran

tentang keterbelakangan, perkembangan, dan kemajuan wilayah

yang bersangkutan bila dibandingkan dengan wilayah lain yang

ada di sekitarnya, dan dapat mengungkapkan pula mengapa

kondisinya demikian.28

Dari penjelasan diatas, dapat di simpulkan bahwa lokasi absolut

merupakan suatu letak yang dimana pengamatan atau pengukurannya

dilihat menurut garis lintang dan garis bujur atau berdasarkan jaring-jaring

derajat. Sedangkan lokasi relatif atau letak geografis dapat ditinjau dari

posisi suatu tempat atau suatu wilayah terhadap kondisi wilayah-wilayah

yang ada sekitarnya.

4. Teori Lokasi Industri

Pada dasarnya dalam teori lokasi terdapat suatu prinsip yang

memberikan masukan bagi penentuan lokasi optimum, yaitu lokasi yang

terbaik dan menguntungkan secara ekonomi. Berikut ini merupakan

penjelasan mengenai teori lokasi industri.

1) Teori lokasi industri optimal (Theory of optimal industrial location)

dari August Losch

27

Ibid., h. 40. 28

Sumaatmadja, Studi Geografi: Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan, h. 119.

Page 34: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

17

Pada tahun 1954 Losch melalui bukunya berjudul The

Economics of location menghaluskan teori Crishtaller yang disusun

pada tahun 1930 di Jerman Selatan. Ia juga menggunakan wilayah

pedalaman agraris (hinterland) berbentuk heksagonal, tetapi tidak

mengasumsikan tersebarnya penduduk secara merata.29

Teori ini didasarkan pada permintaan (demand), teori ini

diasumsikan bahwa lokasi optimal dari suatu industri yaitu apabila

dapat menguasai wilayah pemasaran yang luas, sehingga dapat

dihasilkan pendapatan paling optimal. Untuk membangun teori ini,

Losch juga berasumsi bahwa pada suatu tempat yang topografinya

datar atau homogen, jika disuplai oleh pusat industri volume penjualan

akan membentuk kerucut. Semakin jauh dari pusat industri semakin

berkurang volume penjualan barang karena harganya semakin tinggi,

akibat dari naiknya ongkos transportasi. Berdasarkan teori ini, setiap

tahun pabrik akan mencari lokasi yang dapat menguasai wilayah pasar

seluas-luasnya. Selain itu, teori ini tidak menghendaki wilayah

pasarannya akan terjadi tumpang tindih dengan wilayah pemasaran

milik pabrik lain yang memproduksi barang yang sama, karena dapat

mengurangi pendapatannya di daerah itu. Karena itu, pendirian pabrik-

pabrik biasanya dilakukan secara merata dan saling bersambungan

membentuk heksagonal.30

2) Teori lokasi industri (Theory of industrial location) dari Alfred Weber

Teori ini dimaksudkan untuk menentukan lokasi industri

dengan mempertimbangkan resiko biaya transportasi termurah atau

yang paling minimum, dengan syarat:

a) Wilayah yang akan dijadikan tempat atau lokasi industri

homogen, baik itu topografinya, iklim cuacanya, serta

penduduknya.

29

N. Daldjoeni, Geografi Kota dan Desa, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2014), h. 152. 30

Junanto Wibowo, “Pola Persebaran Sentra Industri Batik di Kota Pekalongan Berbasis

Sistem Informasi Geografi,” Skripsi pada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang,

Semarang, 2014, h. 20-21, tidak dipublikasikan.

Page 35: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

18

b) Sumber daya alam tersedia cukup memadai.

c) Ada upah baku yang ditetapkan di daerah tersebut, seperti

upah minimum regional (UMR).

d) Terdapat kompetisi antar industri untuk memperoleh pasar

maupun keuntungan.

e) Manusia di daerah tersebut berpikir rasional.31

Pada prinsipnya unit yang merupakan hubungan fungsional

dengan biaya serta jarak yang harus ditempuh dalam pengangkutan itu

memiliki biaya yang sama atau tetap. Disini dapat diasumsikan bahwa

harga satuan angkutan kemana-mana sama, sehingga perbedaan biaya

angkutan hanya disebabkan oleh berat barang dan jarak yang

ditempuh.

Apabila persyaratan tersebut terpenuhi, Weber menggunakan

teori lokasi industri yang biasa disebut dengan Segitiga Weber. Weber

menggunakan tiga variabel penentu yaitu, titik material, titik

komsumsi, dan titik tenaga kerja.32

Berikut gambar untuk lebih

jelasnya.

Gambar 2.2 Segitiga Webber

Keterangan :

M : Pasar

P : Lokasi biaya terendah

R1, R2 : Bahan baku

Gambar pertama : apabila biaya angkut berdasarkan pada jarak

Gambar kedua : apabila biaya angkut bahan baku lebih mahal dari

pada hasil industri

31

. Ibid., 18-19. 32

Ibid., h. 19.

Page 36: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

19

Gambar ketiga : apabila biaya angkut bahan baku lebih murah dari

pada hasil industri.

3) Teori tempat yang sentral (theory of cental place) dari Walter

Christaller

Teori ini didasarkan pada konsep range (jangkauan) dan

threshold (ambang). Range (jangkauan) adalah jarak tempuh yang

diperlukan untuk mendapatkan barang yang dibutuhkan masyarakat,

sedangkan threshold (ambang) adalah jumlah minimal anggota

masyarakat yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan suplai

barang. Menurut teori ini, tempat yang sentral secara hierarki dapat

dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:

a) Tempat sentral yang berhierarki 3 (K = 3), merupakan pusat

pelayanan berupa pasar yang senantiasa menyediakan barang-

barang bagi daerah sekitarnya, atau disebut juga kasus pasar

optimal.

b) Tempat sentral yang berhierarki 4 (K = 4), merupakan situasi lalu

lintas yang optimum. Artinya, daerah tersebut dan daerah

sekitarnya yang terpengaruh tempat sentral itu senantiasa

memberikan kemungkinan jalur lalu lintas yang paling efisien.

c) Tempat sentral yang berhierarki 7 (K = 7), merupakan situasi

administratif yang optimum. Artinya, tempat sentral ini

mempengaruhi seluruh bagian wilayah-wilayah tetangganya.33

Dalam menggunakan teori ini, ada beberapa persyaratan yaitu

sebagai berikut:

a) Keadaan topografi relatif sama atau seragam, tidak ada gangguan

yang dapat mengganggu jalur transportasi.

b) Tingkat ekonomi penduduk relatif homogen dan tidak

memungkinkan adanya produksi primer yang menghasilkan padi-

padian, kayu, dan batubara.34

33

Ibid., h.22-23. 34

Ibid., h. 23.

Page 37: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

20

5. Sistem Informasi Geografis

a. Pengertian Sistem Informasi Geografis

Sistem Informasi Geografis atau dalam bahasa Inggris dikenal

dengan Geographic Information System (GIS) adalah sistem informasi

khusus yang mengelola data yang memiliki informasi spasial

(bereferensi keruangan); atau dalam arti yang lebih sempit, adalah

sistem komputer yang memiliki kemampuan untuk membangun,

menyimpan, mengelola dan menampilkan informasi bereferensi

geografis, misalnya data yang diidentifikasi menurut lokasinya, dalam

sebuah basis data.35

Adapun menurut BAKORSURTANAL (Badan Koordinasi

Survei dan Pemetaan Nasional) yang saat ini berubah menjadi BIG

(Badan Informasi Geospasial) menjabarkan SIG sebagai kumpulan

yang terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data

geografi, dan personal yang didesain untuk memperoleh, menyimpan,

memperbaiki, memanipulasi menganalisis, dan menampilkan semua

bentuk informasi yang bereferensi geografi.36

Menurut Burrough P.A,

“Sistem Informasi Geografis adalah suatu sistem perangkat yang dapat

melakukan pengumpulan, penyimpanan, pengambilan kembali

pengubahan (transformasi), dan penayangan (visualisasi) dari data

keruangan (spasial) untuk kebutuhan tertentu.”37

b. Komponen Sistem Informasi Geografis

Sistem Informasi Geografis memiliki komponen pendukung.

Komponen tersebut terdiri dari perangkat keras dan perangkat lunak

untuk keperluan masukan, penyimpanan, pengolahan, analisis, dan

terampil informasi.

35

Hadwi Soendjojo dan Akhmad Riqqi, Kartografi, (Bandung: Penerbit ITB, 2012), h, 203. 36

Sodikin, Sistem Informasi Geografis & Penginderaan Jauh (Teori dan Praktek dengan Er

Mapper dan ArcGIS 10), (t.p.: tt.p, 2016), Cet. II, h. 200. 37

Ferad Puturuhu, Mitigasi Bencana dan Penginderaan Jauh, (Yogyakarta: Graha Ilmu,

2015), Cet. I, h. 10.

Page 38: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

21

1) Perangkat Keras (Hardware)

Yaitu perangkat fisik yang merupakan bagian dari sistem komputer

yang dapat mendukung analisis geografis dan pemetaan. Perangkat

keras tersebut antara lain:

a) Digitizer, adalah alat yang digunakan untuk mengubah

data teristris menjadi data digital.

b) Plotter, adalah alat yang digunakan untuk mencetak

peta yang lebar (besar).

c) Printer, adalah alat yang digunakan untuk mencetak

data maupun peta dalam ukuran relatif kecil.

d) CPU (Central Processing Unit) adalah pusat

pemrosesan data digital.

e) VDU (Visual Display) adalah komponen yang

digunakan sebagai layar monitor untuk menayangkan

hasil pemroresan CPU.

f) Disk drive adalah bagian CPU yang mampu

menghidupkan suatu program.

g) Tape drive adalah bagian CPU yang mampu

menyimpan data hasil pemroresan.

2) Perangkat Lunak (Software)

Yaitu komponen SIG yang berupa program-program yang

mendukung kerja SIG, seperti input data, proses data, dan output

data, di samping program kerja seperti Mapinfo, ArcView,

ArcGIS, dan sebagainya.

3) Brainware

Yaitu pelaksana yang bertanggungjawab dalam proses

pengumpulan. proses, analisis, dan publikasi data geografis.38

6. Sektor Informal

a. Pengertian Sektor Informal

Lahirnya istilah sektor informal adalah hasil penelitian Keith

Hart seorang peneliti Inggris di Ghana pada tahun 1971; menulis

laporannya yang berjudul Informal income opportunies: an urban

employment in Gahan. Sejak itu istilah informal dipakai oleh para

38

Sodikin, Sistem Informasi Geografis & Penginderaan Jauh (Teori dan Praktek dengan Er

Mapper dan ArcGIS 10), h. 200-201.

Page 39: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

22

ekonom di mana-mana baik di Negara maju maupun Negara sedang

berkembang.

Mengenai sektor pada tahun 1972 ILO (International Labour

Organization) mengemukakan delapan ciri-ciri, dengan demikian:

kegiatan usaha keluarga, bentuknya kecil-kecilan, bersifat inte tepat

innsif kerja, menggunakan terutama material pribumi, mudah

didapatkan oleh konsumen, menggunakan teknologi tepat guna

(appropriate technology), keterampilan dari yang bersangkutan bukan

hasil pendidikan sekolah, usaha pasaran yang tak diatur.39

Dalam

Daldjoeni, Sethuraman mendefiniskan sektor informal sebagai sektor

yang meliputi segala kegiatan komersial yang tak diatur dan kegiatan

non-komersial, yang sama-sama tak memiliki struktur organisasi dan

operasional. Termasuk di sektor informal juga; pasar gelap, pelacuran,

babu, koki sertas srabutan di rumah-rumah. Jika diperluas lagi menurut

Kleinpenning sektor informal juga mencakup dagang dagang

rombengan serta ekonomi tong sampah (mengumpulkan apa-apa yang

telah dibuang untuk dijual).40

b. Sektor Informal di Indonesia

Salah satu sektor informal yang merupakan kegiatan ekonomi

yang tidak terorganisasikan dan belum terjangkau oleh kebijakan

pemerintah adalah perdagangan kaki lima.41

Definisi operasional dari sektor informal sukar diberikan

karena ada bermacam-macam, bergantung kepada sudut pandangan

ilmu yang dipakai. Adapun dari kacamata ekonomi, sebutan sektor-

sektor informal menunjuk kepada aktivitas ekonomi yang berskala

kecil, padat karya, tak mementingkan kualifikasi formal, lekat dengan

39

Daldjoeni, Geografi Kota dan Desa, h. 188-189. 40

Ibid., h. 189. 41

Ibid., h. 190.

Page 40: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

23

rasa kekeluargaan, fleksibilitas tinggi, tak stabil, dan tak teratur upah

rendah dan barangkali bebas proteksi.42

Peranan sektor informal di Indonesia penting sekali. Untuk

melacaknya dalam berbagai kegiatan masyarakat, dapat dilihat empat

segi, adalah sebagai berikut:

1) Menurut BPS, pada tahun 1978 angka pengangguran

terbuka di Indonesia besarnya 2,4% dan ini mencakup kota

dan desa. Rendahnya angka ini disebabkan karena sebagian

besar angkatan kerja pertanian dan jasa kemasyarakatan

tersalur ke sektor informal, yakni 73,2%. Adapun yang

formal (industri, perdagangan, dan pertambangan hanya

22,1%).

2) Sektor informal mampu menyumbang sebanyak 64,9% dari

nilai PDB (Produk Domestik Bruto), sedang yang formal

seperti industri, perdagangan, dan pertambangan hanya

22.1%)

3) Pertumbuhan penduduk Indonesia per tahunnya ada 2,3%,

sehingga angkatan kerja setiap tahunnya bertambah dengan

1.4 juta. Padahal sektor industri misalnya baru mampu

menampung 4,1% dari pertumbuhan angkatan kerja

Indonesia; begitu pula jenis-jenis yang lain masuk sektor

informal. Meningkatnya pengangguran terbuka

menimbulkan akses seperti penodongan, perampokan,

pembunuhan, pelacuran, dan lain-lain. Setidak-tidaknya

sehubungan itu sektor informal membantu banyak dalam

usaha pemecahan masalah pengangguran di negeri

Indonesia.

4) Kehadiran sektor Informal menguntungkan penduduk desa

dan kota sekaligus, meskipun nampaknya pelayanan

mereka itu berupa penjualan abu gosok, tukang patri,

pengeruk kakus, penambal ban, pembersih halaman,

pembantu rumah tangga, penjual bakso dan sebagainya.43

Akhir-akhir ini ILO mengembangkan suatu strategi kebutuhan

dasar untuk dicobakan di Dunia Ketiga. Dalam waktu satu generasi

misalnya kebutuhan kaum miskin di kota harus sudah dapat dipenuhi.

Para penguasa diharapkan memperhatikan sektor informal yang ciri-

42

Ibid. 43

Ibid., h. 190-191.

Page 41: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

24

cirinya intensitas kerja rendah, produktivitas rendah, dan teknologinya

ditepatgunakan.

Dalam sektor informal ini masih terdapat banyak perbedaan; di

samping pertukangan dan perusahaan di rumah, masih ada penganggur

penuh dan setengah penganggur, tenaga terdidik dan tak terdidik.

Penanganan sektor informal oleh penguasa atau kaum elit cenderung

menguntungkan kepentingan kapitalisme lewat pemanfaatan tenaga

murahan.44

Dengan kata lain sektor informal dapat menguntungkan

bagi pihak tertentu.

7. Pedagang Kuliner

a. Pedagang

Istilah dagang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki

arti pekerjaan yang berhubungan dengan menjual dan membeli barang

untuk memperoleh keuntungan. Adapun pedagang memiliki arti orang

yang mencari nafkah dengan berdagang.45

Perdagangan juga memiliki

arti sebagai kegiatan usaha yang dilakukan secara terus menerus,

seperti tercantum dalam Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 5 Tahun

2009 Tentang Perizinan dan Pendaftaran di Bidang Perindustrian dan

Perdagangan, “perdagangan adalah kegiatan usaha jual beli barang

atau jasa yang dilakukan secara terus menerus, dengan tujuan

pengalihan pengalihan hak atas barang atau jasa dengan disertai

dengan imbalan atau kompensasi.”46

Sedangkan menurut Pasal 2

(lama) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) dijelaskan

bahwa, “pedagang adalah orang yang melakukan perbuatan

perdagangan sebagai pekerjaan sehari-hari.”47

44

Ibid., h. 192. 45

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed. 3, (Jakarta: Balai

Pustaka, 2005), cet. 3, h. 229. 46

Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 5 Tahun 2009, Tentang Perizinan dan Pendaftaran

di Bidang Perindustrian dan Perdagangan, Bogor, 2009. h. 93. 47

Farida Hasyim, Hukum Dagang, ed. 1, (Jakarta: Sinar Grafika, 2014), Cet. 5, h. 3.

Page 42: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

25

Perdagangan atau perniagaan pada umumnya ialah pekerjaan

membeli barang dari suatu tempat atau pada suatu waktu dan menjual

barang itu ditempat lain atau pada waktu yang berikut dengan maksud

untuk memperoleh keuntungan. Dalam zaman yang modern ini

perdagangan adalah pemberian perantaraan kepada produsen dan

konsumen untuk membelikan dan menjualkan barang-barang yang

memudahkan dan memajukan pembelian dan penjualan itu.48

Dijelaskan lebih lanjut mengenai perdagangan atau perniagaan dalam

Pasal 3 (lama) KUHD, yaitu “membeli barang untuk dijual kembali,

dalam jumlah banyak atau sedikit, masih berupa bahan atau sudah jadi,

atau hanya untuk disewakan pemakaiannya.49

Perdagangan juga dapat

dikatakan sebagai suatu kegiatan jual beli yang bertujuan

menyampaikan barang atau jasa dari produsen (penghasil) kepada

konsumen (pemakai).50

Berdasarkan penjelasan diatas mengenai pengertian pedagang

dan perdagangan dapat ditarik kesimpulan bahwa pedagang adalah

sebuah pekerjaan yang dimana dalam pekerjaannya ini terdapat

aktivitas jual beli, sedangkan perdagangan adalah suatu usaha yang

dilakukan secara terus menerus dengan menyampaikan barang atau

jasa dari produsen kepada konsumen dan mendapat kompensasi.

b. Kuliner

1) Pengertian Kuliner

Istilah kuliner berasal dari bahasa Inggris yaitu culinary

yang berarti berhubungan dengan dapur atau masakan.51

Adapun

dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata kuliner memiliki

48

C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum Dagang

Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), Cet. 4, h. 15. 49

Farida Hasyim, Hukum Dagang, h. 3. 50

Eva Banowati, Geografi Indonesia, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2014), h. 191. 51

John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama, 2005), Cet. 26, h. 159.

Page 43: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

26

makna yang berhubungan dengan masak-memasak.52

Istilah

kuliner di Indonesia sendiri baru ada sejak tahun 2005. Dimana ada

sebuah acara atau tayangan televisi yang meliput tempat-tempat

makan unik dan sudah memiliki reputasi yang baik dan tayangan

tersebut bernama “Wisata Kuliner”. Sejak saat itu, kata kuliner

menjadi semakin popular dan menjadi sesuatu yang identik dengan

mencicipi berbagai jenis makanan dan minuman.53

Kuliner berkaitan erat dengan proses dalam menyiapkan

makanan atau memasak yang merupakan kegiatan dasar manusia

dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Beberapa antropolog

memercayai bahwa kegiatan memasak sudah ada sejak 250 ribu

tahun yang lalu pada saat tungku pertama kali ditemukan. Sejak

itu, teknik memasak terus mengalami perkembangan dan setiap

daerah di penjuru dunia memiliki teknik memasak dan variasi

makanan tersendiri. Hal tersebut menjadikan makanan sebagai

suatu hal yang memiliki fungsi sebagai produk budaya. Kemudian

dengan pemahaman tersebut, kuliner dijadikan sebuah komoditas

industri kreatif berbasis budaya.54

Menurut bahasa Melayu dalam Patimah, “kuliner adalah

hasil olahan yang berupa masakan, masakan tersebut berupa lauk-

pauk, makanan (panganan) dan minuman”.55

Kata kuliner berarti suatu seni mengolah bahan makanan

yang dimulai dari memilih bahan makanan dan mempersiapkan

bahan makanan dan peralatan yang digunakan, kemudian

diteruskan dengan memasak bahan makanan sampai cara

52

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, ed. 4,

(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 753. 53

Mandra Lazuardi dan Mochamad Sandy Triady, Ekonomi Kreatif: Rencana

Pengembangan Kuliner Nasional 2015-2019, (tt.p.: PT Republika Solusi, 2015), Cet. I, h. 4. 54

Ibid. 55

Teddy Gunawan, dkk., “Identifikasi Wisata Kuliner Kota Bogor”, Jurnal Program Studi

Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan, h. 2.

Page 44: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

27

menyajikan agar hidangan tampil menarik dan rasa yang lezat

sehingga dapat menggugah selera makan.56

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa

kuliner merupakan cara penyajian maupun seni dalam mengolah

makanan atau minuman yang di olah dari bahan-bahan tertentu dan

disajikan secara menarik agar dapat menggugah selera makan.

2) Ruang Lingkup Pengembangan Kuliner

Menurut laporan mengenai ekonomi kreatif yang

diterbitkan oleh Mississipi Development Authority menyatakan

bahwa ruang lingkup kuliner pada ekonomi kreatif merupakan

bagian dari industri pertanian dan industry makanan. Secara lebih

rinci ruang lingkup ini dibagi ke dalam empat kategori, yaitu:

a) Jasa penyedia makanan/restoran/jasa boga (caterers);

b) Toko roti (baked goods stores);

c) Toko olahan gula/permen/coklat (confectionery and nut

stores);

d) Toko produk makanan special (all other specialty foods

stores).57

Adapun ruang lingkup subsektor kuliner di Indonesia

sendiri dibagi ke dalam dua kategori utama, ditinjau dari hasil

akhir yang ditawarkan, yaitu jasa kuliner dan barang kuliner. Jasa

kuliner (foodservice) yang dimaksud adalah jasa penyediaan

makanan dan minuman di luar rumah. Ditinjau dari aspek

persiapan dan penyajiannya, hal ini dapat dibagi ke dalam dua

kategori umum, yaitu restoran dan jasa boga. Restoran adalah

tempat penyedia makanan dan minuman di mana konsumen datang

berkunjung, sedangkan jasa boga adalah penyedia makanan dan

minuman yang mendatangi lokasi konsumen.58

56

Munifa, dkk. Gizi Kuliner Dasar, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015), h. 1. 57

Lazuardi dan Triady, Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kuliner Nasional 2015-

2019, h. 8. 58

Ibid., h. 9.

Page 45: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

28

3) Ruang Lingkup Industri Kuliner

Kuliner merupakan subsektor baru yang di masukkan pada

industri kreatif, yaitu sekitar pada tahun 2011. Sesuai dengan

Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2009, ruang

lingkup subsektor kuliner adalah antara lain:

a) Restoran

Kelompok ini mencakup jenis usaha jasa pangan yang

bertempat di sebagian atau seluruh bangunan permanen yang

menjual dan menyajikan makanan dan minuman untuk umum

di tempat usahanya, baik dilengkapi dengan peralatan/

perlengkapan untuk proses pembuatan dan penyimpanan

maupun tidak dan telah mendapatkan surat keputusan sebagai

restoran/rumah makan dari instasi yang membinanya.

b) Warung Makan

Kelompok ini mencakup jenis usaha jasa pangan yang

bertempat di sebagian atau seluruh bangunan tetap (tidak

berpindah-pindah), yang menyajikan dan menjual makanan dan

minuman di tempat usahanya baik dilengkapi maupun tidak

dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan

maupun penyimpanan dan belum mendapatkan ijin dan surat

keputusan dari instalasi yang membinanya.

c) Kedai Makanan

Kelompok ini mencakup usaha perdagangan eceran

yang menjual dan menyajikan makanan siap dikonsumsi yang

melalui proses pembuatan di tempat tetap yang dapat dipindah-

pindahkan atau dibongkar pasang, biasanya dengan

menggunakan tenda, seperti kedai seafood, pecel ayam dan

lain-lain.

d) Penyediaan Makanan Keliling atau Tempat Tidak Tetap

Kelompok ini mencakup usaha perdagangan eceran

yang menjual dan menyajikan makanan siap dikonsumsi yang

Page 46: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

29

didahului dengan proses pembuatan dan biasanya dijual dengan

cara berkeliling, seperti tukang bakso keliling, tukang gorengan

keliling dan lain-lain.

e) Jasa Boga Untuk Suatu Event Tertentu (Event Catering)

Kelompok ini mencakup penyediaan jasa makanan atas

dasar kontrak perjanjian dengan pelanggan, lokasi ditentukan

oleh pelanggan untuk suatu event tertentu. Kelompok ini

mencakup usaha penjualan makanan jadi (siap dikonsumsi)

yang terselenggara melalui pesanan-pesanan untuk kantor,

perayaan, pesta, seminar, rapat dan sejenisnya. Biasanya

makanan jadi yang dipesan diantar ke tempat kerja, pesta,

seminar, rapat dan sejenisnya berikut pramusaji yang akan

melayani tamu-tamu/peserta seminar atau rapat pada saat

pesta/seminar berlangsung.

f) Penyediaan Makanan Lainnya

Kelompok ini mencakup jasa katering yaitu jasa

penyediaan makanan atas dasar kontrak perjanjian dengan

pelanggan, untuk periode waktu tertentu. Kegiatannya

mencakup kontraktor jasa makanan (misalnya untuk perusahaan

transportasi), jasa katering berdasarkan perjanjian di fasilitas

olahraga dan fasilitas sejenis, kantin atau kafetaria (misalnya

untuk pabrik, perkantoran, rumah sakit atau sekolah) atas dasar

konsesi, jasa katering yang melayani rumah tangga. Termasuk

dalam kelompok ini jasa catering yang melayani tempat

pengeboran minyak dan lokasi penggergajian kayu. Misalnya

Aerowisata.

g) Bar

Kelompok ini mencakup usaha yang kegiatannya

menghidangkan minuman keras serta makanan kecil untuk

umum di tempat usahanya dan telah mendapatkan ijin dari

instansi yang membinanya.

Page 47: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

30

h) Kelab Malam atau Diskotik Yang Utamanya Menyediakan

Minuman

Kelompok ini mencakup suatu usaha penyedikan jasa

pelayanan minum sebagai kegiatan utama di mana

menyediakan juga tempat dan fasilitas untuk menari dengan

diiringi musik hidup, atraksi pertunjukan lampu sebagai

layanan tambahan secara pramuria.

i) Rumah Minum atau Kafe

Kelompok ini mencakup jenis usaha jasa pangan yan

bertempat di sebagian atau seluruh bangunan permanen yang

menjual dan menyajikan utamanya minuman untuk umum di

tempat usahanya, baik dilengkapi dengan peralatan atau

perlengkapan untuk proses pembuatan dan penyimpanan

maupun tidak dan baik telah mendapatkan surat keputusan

sebagai rumah minum dari instansi yang membinanya maupun

belum.

j) Kedai Minuman

Kelompok ini mencakup usaha perdagangan eceran

yang menjual dan menyajikan utamanya minuman siap

dikonsumsi yang melalui proses pembuatan di tempat tetap

yang dapat dipindah-pindahkan atau dibongkar pasang,

biasanya dengan menggunakan tenda, seperti kedai kopi, kedai

jus dan minuman lainnya.

k) Rumah atau Kedai Obat Tradisional

Kelompok ini mencakup jenis usaha yang bertempat

disebagian atau seluruh bangunan permanen yang menjual dan

menyajikan minuman jamu atau obat tradisioanal untuk umum

di tempat usahanya, baik yang dilengkapi dengan

peralatan/perlengkapan untuk proses pembuatan dan

penyimpanan maupun tidak dan baik telah mendapatkan surat

keputusan sebagai rumah jamu dari instansi yang membinanya

Page 48: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

31

maupun belum. Kelompok ini juga mencakup usaha

perdagangan eceran yang menjual dan menyajikan minuman

jamu siap dikonsumsi yang melalui proses pembuatan di tempat

tetap yang dapat dipindah-pindahkan atau dibongkar pasang,

biasanya dengan menggunakan tenda, seperti kedai jamu.

l) Penyediaan Minuman Keliling atau Tempat Tidak Tetap

Kelompok ini mencakup usaha perdagangan eceran

yang menjual dan menyajikan makanan dan minuman siap

dikonsumsi yang didahului dengan proses pembuatan dan

biasanya dijual dengan cara berkeliling, seperti tukang es doger,

tukang es cincau, tukang jamu gendong dan lain-lain.59

5) Kebijakan Pengembangan Kuliner

Beberapa kebijakan yang terkait dengan industri kuliner adalah:

1. Kebijakan izin usaha kuliner

Standardisasi lokasi usaha

Standardisasi operasional usaha

Standardisasi pelayanan usaha

Kebijakan izin usaha pada umumnya dikeluarkan oleh

institusi pemerintah tingkat daerah. Peraturan atau kebijakan

setiap daerah dapat berbeda-beda sesuai keadaan daerah

tersebut. Sebelum mendapatkan izin, pada umumnya terdapat

beberapa syarat terkait standardisasi sebuah usaha, terutama

usaha bidang kuliner, seperti standar pelayanan, kebersihan,

operasional, dan sebagainya.

Kebijakan izin usaha untuk usaha restoran diatur oleh

peraturan tingkat daerah sesuai lokasi usaha tersebut.

Contohnya, di DKI Jakarta, izin usaha rumah makan atau

restoran berada di bawah Peraturan Daerah Provinsi DKI

Jakarta Nomor 10 Tahun 2004 tentang Kepariwisataan, dimana

59

Ibid., h. 39-40.

Page 49: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

32

usaha-usaha yang terkait seperti rumah makan, restoran,

catering, salon, hotel, usaha hiburan, dan jasa usaha pariwisata

harus memiliki Tanda Daftar Usaha Pariwisata (TDUP) yang

berfungsi sebagai izin operasional usaha. Syarat untuk

mendapatkan TDUP diantaranya adalah salinan IMB yang

peruntukkannya untuk usaha atau kantor, Surat Keterangan

Domisili Usaha, dan beberapa kelengkapan lainnya.

Untuk produk kuliner yang berbentuk kemasan dan

akan dijual di pasar, maka harus memiliki izin edar, sesuai

dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang

Pangan. Dinyatakan dalam Pasal 91 bahwa Pelaku Usaha

Pangan wajib memiliki izin edar yang dikeluarkan oleh Badan

Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), kecuali bagi produk

pangan olahan yang diproduksi oleh industri rumah tangga.

Untuk produk skala rumah tangga, izin edar cukup berupa

Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPPIRT)

yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan tingkat

Kabupaten/Kota.

Selain izin usaha dan izin edar, terdapat aturan

mengenai standardisasi kebersihan rumah makan dan restoran

yang diatur melalui Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 1098 tahun 2003. Peraturan ini mengatur

persyaratan hygiene sanitasi rumah makan dan restoran dengan

tujuan untuk melindungi masyarakat dari makanan dan

minuman yang tidak memenuhi persyaratan hygiene sanitasi

yang dikelola rumah makan dan restoran agar tidak

membahayakan kesehatan. Pelanggaran terhadap peraturan ini

adalah sanksi administratif yang dapat berupa teguran lisan,

terguran tertulis, sampai dengan pencabutan sertifikat laik

hygiene sanitasi rumah makan dan restoran.

Page 50: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

33

2. Kebijakan Sertifikasi

Kebijakan ini terkait sertifikasi dalam melakukan

operasional usaha di pasar. Sertifikasi yang sudah ada adalah

seperti sertifikasi halal. Di Indoensia, sertifikat halal

dikeluarkan oleh Lembaga Pengkajian dan Pengawasan Obat

dan Makanan Majelis Ulama (LPPOM MUI) dan Badan Halal

Nahdlatul Ulama (BHNU). Pada dasarnya sertifikat ini akan

memberikan jaminan halal terhadap produk pangan, obat, dan

kosmetika yang beredar dan dikonsumsi masyarakat. Sertifikat

halal ini harus diperbaharui setiap tiga tahun sekali.60

Tujuan dari sertifikat ini adalah untuk memberikan

jaminan mutu dan kualitas yang ditawarkan kepada konsumen

sudah sesuai dengan aturan halal. Sertifikat halal menjadi

faktor penting di Indonesia sebagai negara dengan mayoritas

penduduk beragama Islam. Untuk memberikan panduan

lengkap mengenai proses sertifikasi halal yang dapat digunakan

oleh pelaku usaha maupun konsumen, LPPOM MUI

menerbitkan HAS 2300 yang merupakan sebuah buku panduan

yang dibagi menjadi dua bagian, yaitu HAS 23000:1 mengenai

Persyaratan Sertifikasi: Kriteria Sistem Jaminan Halal dan

HAS 23000:2 mengenai Persyaratan Sertifikasi Halal:

Kebijakan dan Prosedur.61

3. Kebijakan Pengembangan Usaha

Salah satu media pengembangan usaha pada bidang

kuliner dapat menggunakan konsep waralaba. Peraturan

Menteri Perdagangan Nomor 7 Tahun 2013 tentang

Pengembangan Kemitraan Dalam Waralaba Untuk Jenis Usaha

Jasa Makanan dan Minuman telah mengembangkan konsep

waralaba agar menciptakan lingkungan usaha dengan sistem

60

Ibid., h. 53. 61

Ibid., h. 54.

Page 51: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

34

waralaba yang lebih kondusif, terutama untuk pengembangan

usaha kecil dan menengah. Peraturan ini dilatarbelakangi oleh

perkembangan dan pertumbuhan waralaba jenis usaha makanan

dan minuman yang signifikan. Peraturan ini pun diharapkan

mampu mempromosikan produk-produk domestik dengan

adanya penetapan kewajiban penggunaan bahan baku dan

peralatan dari dalam negeri.62

c. Jenis-jenis Kuliner

Bogor dikenal sebagai kota kuliner. Jenis-jenis kuliner seperti

disajikan pada Tabel 2.1

Tabel 2.1

Jenis Kuliner Kota Bogor63

No Kuliner

Jenis Tradisional Jenis Modern

1 Toge Goreng Bu Evon Brownnies Amanda Kukus

2 Soto Kuning Roti Unyil Venus Bakery

3 Doclang Mantarena Lapis Talas Arasari

4 Asinan Bogor -

5 Laksa Bogor -

6 Lapis Bogor -

7 Bumbu Desa -

8 Michelle Bakery -

9 Nasi Goreng Pete Guan Tjo -

10 Sate Gate Empang -

11 Sop Buntut Sapi -

12 Pondok Sate Kiloan -

13 Mie Ayam Sidomampir -

Sumber: Profil Bogor

62

Ibid. 63

Profil Bogor, Wisata Kuliner Bogor, 2016,

(http://direktori.kotabogor.go.id/index.php/situs/wisatakul).

Page 52: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

35

Kuliner dalam pandangan Islam bukan hanya sekedar makanan

yang enak, lezat atau menggugah selera makan. Islam sendiri memiliki

aturan untuk umatnya tentang makanan yang halal (makanan yang

boleh dimakan) ataupun makanan yang haram (tidak boleh dimakan).

Selain halal, makanan tersebut juga harus baik.

Hal ini dijelaskan sebagaimana dalam Al-Qur’an surat Al-

Baqarah ayat 168.

Artinya:

“Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan

baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti

langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata

bagimu.”64

Dalam ayat lain dijelaskan perintah untuk memakan makanan

yang baik. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah swt, surat Al Baqarah

ayat 172.

Artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki

yang baik yang Kami berikan kepada kamu dan bersyukurlah

kepada Allah, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya.”65

8. Kota

a. Pengertian Kota

Arti kota terdiri dari dua aspek besar yang satu sama lain tidak

dapat dipisahkan. Kedua aspek tersebut yang pertama adalah aspek

64

Litequran.net, 2019, (https://litequran.net/al-baqarah). 65

Ibid.

Page 53: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

36

fisik (terbangun dengan alam) sebagai wujud ruang dengan elemen

elemennya dan yang kedua adalah aspek manusia sebagai subyek

pembangunan dan pengguna ruang kota.66

Pengertian kota (city) yang sering dijadikan acuan di Indonesia

adalah tempat dengan konsentrasi penduduk lebih padat dari wilayah

sekitarnya karena terjadi pemusatan kegiatan fungsional yang

berkaitan dengan kegiatan atau aktivitas penduduknya. Definisi kota

menurut Ditjen Cipta Karya yaitu permukiman yang berpenduduk

relatif besar, luas areal terbatas, pada umumnya bersifat nonagraris,

kepadatan penduduk relatif tinggi, tempat sekelompok orang dalam

jumlah tertentu dan bertempat tinggal dalam suatu wilayah geografis

tertentu, cenderung berpola hubungan rasional, ekonomis, dan

individualistis.67

Menurut Sriartha, “kota merupakan suatu sistem jaringan

kehidupan manusia dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan

diwarnai pula dengan strata sosial ekonomi yang heterogen dan

coraknya yang materialistis.”68

Adapun 4 ciri-ciri kota menurut

Freeman dalam Koester meliputi: penyedia fasilitas untuk seluruh

warga; penyedia jasa (tenaga); penyedia jasa profesional (bank,

kesahatan, dan lain-lain); serta memiliki pabrik (industri). Kota

dianggap sebagai pusat pasar, sehingga perdagang merupakan basis

jaringan dalam suatu kota.69

Dari sudut ahli ekologi perkotaan, “perkotaan adalah masalah

kependudukan yang terpisah-pisah karena latar kemakmuran dan

kebudayaan.” Sedangkan dari sudut ekonomi, “kota merupakan pusat

produksi, perdagangan dan distribusi dengan basis kesatuannya ialah

66

Sugiono Soetomo, Urbanisasi dan Morfologi; Proses Perkembangan Peradaban dan

Wadah Ruangnya Menuju Ruang yang Manusiawi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), h. 19. 67

Nia K. Pontoh dan Iwan Kustiwan, Pengantar Perencanaan Perkotaan, (Bandung:

Penerbit ITB: 2008), h. 5. 68

I Gusti Ayu Adi Rahayuni, “Pola Penyebaran Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota

Singaraja”, Skripsi pada Jurusan Pendidikan Geografi FIS Undiksha, h. 2, tidak dipublikasikan. 69

Raldi Hendro Koestoer, dkk., Dimensi Keruangan Kota: Teori dan Kasus, (Jakarta: UI

Press, 2001), h. 10.

Page 54: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

37

organisasi-organisasi ekonomi.” Adapun menurut Max Weber dalam

Purnawarman, ia memberikan pengertian bahwa “kota adalah suatu

permukiman yang mengutamakan kehidupan perdagangan dan

komersial dari pada pertanian. Dengan kata lain, bidang perdagangan

berperan besar di perkotaan yang dimana kota ini merupakan tempat

pasar atau sebuah permukiman pasar.70

Pengertian tentang kota juga dikemukan oleh Sirjamaki sebagai

berikut:

“Kota merupakan pusat-pusat komersial dan industri, kota-kota

juga merupakan sekumpulan penduduk dengan tingkat

pemerintahan sendiri yang di atur oleh pemerintah-pemerintah

kota. Kota juga merupakan pusat-pusat untuk belajar serta

tempat kemajuan peradaban. Dilihat dari segi sejarah, kota-kota

merupakan tempat kelahiran peradaban dunia, dan di kotalah

menjadi tempat bagi pembentukan peradaban yang lebih

tinggi.”71

Dalam UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang,

bahwa “Perkotaan atau kawasan perkotaan merupakan suatu wilayah

yang mempunyai kegiatan bukan pertanian dengan susunan fungsi

kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan

distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan

ekonomi.”72

Kota memiliki fungsi bagi wilayah di sekitarnya. (1) kota

sebagai pusat pendidikan, kesehatan, dan budaya; (2) kota memiliki

fungsi jasa distribusi (jasa perdagangan/pemasaran, dan jasa

pengangkutan) bagi wilayah sekitarnya; dan (3) kota merupakan lokasi

industri pengolahan dan jasa. Menurut Adisasmita, keseluruhan fungsi

tersebut di atas harus dilihat dalam konteks bagaimana upaya yang

70

Purnawarman Basundoro, Pengantar Sejarah Kota, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012),

h. 15. 71

Ibid., h. 16. 72

Gunawan, dkk., “Identifikasi Wisata Kuliner Kota Bogor”, h.1.

Page 55: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

38

harus dilakukan untuk mewujudkan kota-kota tersebut secara efektif

dan efisien dalam melaksanakan fungsinya.73

Terdapat lima aspek untuk dapat dikatakan sebagai kota

menurut P.J.M. Nas, yaitu 1) suatu lingkungan maerial buatan

manusia, 2) suatu pusat produksi, 3) suatu komunitas sosial, 4) suatu

komunitas budaya, dan 5) suatu masyarakat terkontrol.74

Menurut Bintarto, “kota itu suatu sistem jaringan kehidupan

manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan

diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen dan coraknya

materialistis”. Ia juga juga mengatakan bahwa, “kota dapat diartikan

sebagai benteng budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan

non-alami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar

dengan corak kehidupan yang sifatnya heterogen dan materialistis

dibandingkan dengan daerah belakangnya (hinterland).” Jika di

periksa dari udara maka kota nampak berupa aglomerasi bangunan

dikelilingi dan dibatasi oleh jalur-jalur jalan atau sungai-sungai yang

diselang-seling oleh pepohonan besar-kecil …”75

Hofmeister mencoba mengungkapkan definisi dari kota dalam

arti yang luas :

“Kota adalah suatu pemusatan keruangan dari tempat tinggal

dan tempat kerja manusia yang kegiatannya umum di sektor

sekunder dan tersier, dengan pembagian kerja ke dalam dan

arus lalu lintas yang beraneka antara bagian-bagiannya dan

pusatnya, yang pertumbuhannya sebagian besar disebabkan

oleh tambahan kaum pendatang dan mampu melayani

kebutuhan barang dan jasa bagi wilayah yang jauh letaknya.76

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kota adalah suatu

sistem kehidupan manusia yang padat penduduknya dimana dari

penduduk tersebut bekerja di sektor sekunder dan tersier serta dapat

memenuhi kebutuhan untuk wilayah yang jauh.

73

Ibid. 74

Basundoro, Pengantar Sejarah Kota, h. 18. 75

Daldjoeni, Geografi Kota dan Desa, h. 36. 76

Ibid., h. 42.

Page 56: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

39

b. Asal-usul Kota dan Perkembangannya

Ada pendapat yang mengemukakan bahwa kota muncul sekitar

3500 SM atau 4000 SM. Kota tertua muncul di daerah Irak bagian

selatan. Munculnya kota biasanya dikaitkan desa, yaitu bahwa kota

merupakan konsekuensi logis dari perkembangan sebuah desa. Pada

awalnya kota merupakan desa dan tempat bermukim para petani. Kota

dianggap mewakili masyarakat modern.77

Dalam buku Pengantar Sejarah Kota, E.E. Bergel

mengemukakan beberapa istilah berkaitan dengan perkembangan suatu

wilayah menjadi sebuah kota. Beberapa istilah tersebut antara lain:

a) Village (desa), pada umumnya diartikan sebagai setiap

tempat peermukiman para petani, terlepas dari besar dan

kecilnya daerah tersebut. Ciri utama dari desa adalah bahwa

antara desa yang satu dengan desa yang lain tidak saling

mendominasi, tidak saling menguasai atau saling

mempengaruhi.

b) Town, diterjemahkan sebagai kota kecil, dan didefinisikan

sebagai suatu permukiman perkotaan yang mendominasi

lingkungan pedesaan dalam berbagai segi …

c) City, diartikan sebagai kota besar … beberapa ciri antara

lain: a) dalam beberapa hal perbedaan anatar city dengan

town ganya bersifat gradual, yaitu perbedaan jumlah

tingkatan, b) City lebih bersifat kompleks, c) memiliki

tingkat diferensiasi yang tinggi, d) city merupakan

cerminan paling lengkap dari konsentrasi manusia dalam

suatu ruang.

d) Metropolis (metro= hidup, polis= kota). Batasan metropolis

semula didasarkan oleh jumlah penduduk, yaitu kota yang

penduduknya lebih dari 1.000.000. Kemudian batasan ini

menjadi idak berguna lagi karena banyak kota yang

memiliki kualitas urban. Batasan yang dipakai kemudian

adalah kota yang memiliki arti internasional atau

supranasional.”78

77

Basundoro, Pengantar Sejarah Kota, h. 19. 78

Ibid., h. 20-21.

Page 57: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

40

B. Penelitian Relevan

Penelitian tentang pedagang kuliner yang pernah dilakukan

sebelumnya, yaitu dilihat dari judul penelitian, metode dan hasil penelitian.

Mengenai penelitian sebelumnya akan dijabarkan sebagai berikut:

Stevira Stani (2012) dalam penelitiannya “Sebaran Pedagang Makanan

Kaki Lima di Segitiga Emas Jakarta”. Metode yang digunakan yaitu analisis

deskriptif. Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan persebaran dan

karakteristik PMKL di sekitar gedung perkantoran segitiga emas Jakarta.

Berdasarkan hasil observasi pada penelitian ini lama aktivitas berdagang

kelompok PMKL yaitu berkisar antara Sembilan sampai dengan sebelas

setengah jam. Waktu berdagang dimulai pada pukul 07:00 dan berakhir pada

pukul 17:00, namun pada kelompok PMKL 5, 6, 7 waktu mulai berdagang

pada pukul 06:30 dan kelompok PMKL 4 dan 5 berakhir pada pukul 16:00

dan 18:00. Rata-rata waktu yang digunakan kelompok PMKL untuk

berdagang hampir sama, yaitu 10 jam dalam satu hari. Fenomena persebaran

kelompok PMKL yang terjadi pada segitiga emas Jakarta terkonsentrasi pada

jalan utama yang dekat dengan persimpangan jalan dimana terdapat gedung

perkantoran dengan pola semakin banyak jumlah lantai perkantoran semakin

banyak jumlah PMKL. Jam operasional sebagaian PMKL dimulai sebelum

jam masuk kantor dan berakhir setelah jam keluar kantor.

Radika Indra Utama (2016) dengan judul penelitian “Interaksi Sosial

Antara Pedagang Kuliner Lokal dengan Wisatawan Kuliner Lokal dalam

Mengembangkan Wisata Kuliner Lokal di Kota Surakarta”. Metode penelitian

yang digunakan ialah metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.

Hasil penelitian yang diperoleh dari interaksi sosial antara pedagang kuliner

lokal dengan wisatawan kuliner lokal dalam mengembangkan wisata kuliner

lokal di Kota Surakarta, didapatkan kesimpulan bahwa pedagang kuliner lokal

mengkomunikasikan produk kuliner lokalnya dengan menggunakan spanduk,

getok tular, dan internet. Pedagang kuliner lokal dalam memberikan

pelayanannya dengan cara ramah, bersih, dan cepat. Kerja sama antara

Page 58: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

41

pedagang kuliner lokal dengan wisatawan kuliner lokal adalah pertukaran

sosial dengan proposisi sukses.

Ayu Herlina (2013) dengan judul penelitian “Perilaku Kewirausahaan

Pedagang Kuliner di Daerah Kampus Universitas Jember di Jalan Kalimantan

dan Jawa Kabupaten Jember”. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan

desktiptif kualitatif yang ditujukan untuk mengetahui perilaku kewirausahaan

pedagang kuliner kaki lima dengan mendeskripsikan aspek kepercayaan diri,

kesediaan menanggung resiko dan bertindak kreatif-inovatif. Hasil dari

peneliitian ini dapat disimpulkan bahwa Para pedagang kuliner kaki lima

dalam menjalankan usahanya selalu dihadapi yang intinya adalah tidak

lakunya dagangan atau dagangan tidak habis sehingga mengalami kerugian

atau untungnya berkurang, yang kedua umumnya bersikap optimis, percaya

diri dan berperilaku pantang menyerah, “tahan banting” untuk tetap berusaha

karena mereka umumnya memandang bahwa usaha yang kini dilakukan telah

memberikan peningkatan kesejahteraan dibandingkan sebelum mereka

melakukan usaha kuliner kaki lima, yang ketiga untuk dapat bertahan dan

berkembang usahanya, para pedagang kuliner kaki lima juga melakukan

kreatifitas dan inovasi misalkan seperti dalam meracik bumbu dan produknya.

Rivaldi Pragola (2010) dalam penelitiannya “Analisis Mekanisme

Harga Terhadap Etika Bisnis Pedagang Kuliner Pada Restourant Taman

Resto”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

Hasil dari penelitian ini adalah etika yang berperan penting bagi pelaku

usaham, dimana asumsi ini adalah jalan singkat dari konsep marketing produk.

Seleksi publik, sebagai penjual dan pembeli harus jadi polisi yang menindak

dan menilai hal yang menjadi suatu motivasi bagi pengusaha untuk melihat

kembali secara mendetail rangkaian produksinya apakah melaksanakan etika

didalamnya. Standar ini yang menjadi ujung tombak dari bisnis yang

dibangun. Etika merupakan syarat utama yang sukses dan pemerintah sebagai

fungsi negara harus lebih melihat masalah tersebut sebagai masalah yang

besar, sehingga fungsi kontrol etik pada dunia usaha bisa kembali dijalankan.

Page 59: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

42

Ganjar Utomo (2011) dengan judul “Distribusi Spasial Lokasi

Pedagang Kaki Lima Di Kelurahan Sragen Kulon Kecamatan Sragen

Kabupaten Sragen.” Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

termasuk dalam penelitian populasi. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui persebaran lokasi usaha pedagang kaki lima di wilayah

Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen, mengetahui jenis dagangan pedagang kaki

lima wilayah Kelurahan Sragen Kulon Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen dan

mengetahui besarnya sumbangan pedagang kaki lima terhadap pendapatan

keluarga di wilayah Kelurahan Sragen Kulon Kecamatan Sragen Kabupaten

Sragen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) distribusi spasial lokasi

pedagang kaki lima di Kelurahan Sragen Kulon membentuk pola memanjang

mengikuti jalan utama Kota Sragen. Lokasi pedagang kaki lima sebagian besar

berada di Dukuh Beloran sebanyak 30 orang (56.6%) dari total 53 pedagang kaki

lima yang ada. (2) Jenis dagangan yang dijual oleh pedagang kaki lima di

Kelurahan Sragen Kulon didominasi oleh jenis dagangan makanan yaitu sebanyak

39 orang (73,6%), jenis dagangan non makanan sebanyak 7 orang (13,2%) dan

jasa pelayanan sebanyak 7 orang (13,2%). (3) Sumbangan pendapatan pedagang

kaki lima terhadap pendapatan keluarga sebesar 68,68 %. Rata-rata pendapatan

pedagang kaki lima perbulan adalah Rp 1.166.037,00.

Page 60: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

43

Tabel 2.2

Penelitian yang Relevan

No Nama

Peneliti Judul Penelitian Persamaan dan Perbedaan

1 Stevira

Stani

(2012)

Sebaran Pedagang

Makanan Kaki Lima

di Segitiga Emas

Jakarta

Persamaan:

Meneliti mengenai pedagang kuliner atau

makanan

Perbedaan:

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui

hubungan aktivitas perkantoran dengan

aktivitas PMKL.

2 Radika

Indra

Utama

(2016)

Interaksi Sosial Antara

Pedagang Kuliner

Lokal dengan

Wisatawan Kuliner

Lokal dalam

Mengembangkan

Wisata Kuliner Lokal

di Kota Surakarta

Persamaan:

Meneliti mengenai pedagang kuliner

Perbedaan:

Meneliti pedagang kuliner dalam

mengembangkan wisata kulinernya

3 Ayu

Herlina

(2013)

Perilaku

Kewirausahaan

Pedagang Kuliner di

Daerah Kampus

Universitas Jember di

Jalan Kalimantan dan

Jawa Kabupaten

Jember

Persamaan:

Meneliti mengenai pedagang kuliner

Perbedaan:

Bertujuan untuk mengetahui perilaku

kewirausahaan pedagang kuliner kaki lima

dengan mendeskripsikan aspek kepercayaan

diri, kesediaan menanggung resiko dan

bertindak kreatif-inovatif.

4 Rivaldi

Pragola

(2010)

Analisis Mekanisme

Harga Terhadap Etika

Bisnis Pedagang

Kuliner Pada

Restourant Taman

Resto

Persamaan:

Meneliti tentang pedagang kuliner

Perbedaan:

Penelitian ini meneliti pedagang kuliner dari

sudut harga.

Page 61: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

44

Tabel 2.2 (Lanjutan)

5 Ganjar

Utomo

(2011)

Distribusi Spasial

Lokasi Pedagang Kaki

Lima Di Kelurahan

Sragen Kulon

Kecamatan Sragen

Kabupaten Sragen

Persamaan:

Meneliti tentang pedagang kaki lima dan

bertujuan untuk mengetahui persebaran

lokasi pedagang

Perbedaan:

Bertujuan untuk mengetahui mengetahui

persebaran lokasi usaha pedagang kaki lima

di wilayah Kecamatan Sragen Kabupaten

Sragen, mengetahui jenis dagangan

pedagang kaki lima wilayah Kelurahan

Sragen Kulon Kecamatan Sragen Kabupaten

Sragen dan mengetahui besarnya

sumbangan pedagang kaki lima terhadap

pendapatan keluarga di wilayah Kelurahan

Sragen Kulon Kecamatan Sragen Kabupaten

Sragen.

C. Kerangka Berfikir

Pedagang Kuliner adalah orang yang melakukan perbuatan

perdagangan masakan atau olahan sebagai pekerjaan sehari-hari yang

berhubungan dengan menjual dan membeli barang untuk memperoleh

keuntungan. Setiap pedagang kuliner menjual makanan yang berbeda-beda

jenisnya. Adapun jenis-jenis kuliner diantaranya terdapat kuliner tradisonal

dan kuliner modern. Jenis dari kuliner tradisional antara lain, yaitu toge

goreng, soto kuning, doclang mantarena, asinan Bogor, laksa Bogor, lapis

Bogor, bumbu desa, michelle bakery, nasi goreng pete guan tjo, sate gate

empang, sop buntut sapi, pondok sate kiloan dan mie ayam sidomampir.

Sedangkan jenis kuliner modern antara lain, yaitu brownies Amanda kukus,

roti unyil venus bakery, dan lapis talas arasari.

Persebaran lokasi industri merupakan persebaran yang dapat

membentuk mengelompok, random (acak), dan seragam yang dimana lokasi

ini dapat memberikan keuntungan secara ekonomi. Diharapkan dengan

Page 62: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

45

melalui persebaran lokasi industri ini bisa mengetahui bagaimana persebaran

pedagang kuliner apakah membentuk mengelompok, random (acak) atau

seragam.

Kesesuaian penyebaran spasial adalah suatu metode untuk melihat

bentuk dari persebaran pedagang kuliner yang dilihat dari kesesuaian atau

ketentuan yang berlaku. Dimana penyebaran spasial pedagang kuliner ini

dilihat secara keruangan. Industri kuliner yang berada pada lokasi keramaian

dan dapat menarik perhatian banyak orang dapat memberi keuntungan dalam

aspek ekonomi.

Dengan melakukan persebaran industri untuk jenis industri kuliner dan

melalui kesesuaian persebaran ini dilakukan dengan melalui tahapan plotting.

Dimana plotting dilakukan untuk mem-plott lokasi keberadaan pedagang

kuliner di Kecamatan Bogor Tengah melalui pembuatan gambar atau titik,

garis dan tanda-tanda tertentu di peta. Dimana hasil dari plotting tadi di

analisis secara spasial melalui GIS. Dimana maksud dari analisis spasial

adalah menggambarkan tingkatan atau pola dari sebuah fenomena spasial,

sehingga dapat dimengerti dengan lebih baik. Dengan melakukan analisis

spasial, diharapkan muncul informasi baru yang dapat digunakan sebagai

dasar pengambilan keputusan di bidang yang dikaji.79

Analisis spasial

dilakukan untuk menganalisis lokasi pedagang kuliner secara keruangan yang

dilakukan melalui GIS. Dimana GIS itu merupakan sistem informasi khusus

yang mengelola data yang memiliki informasi spasial. Dalam penelitian ini

GIS yang digunakan adalah Quantum GIS sehingga akan diperoleh peta

sebaran spasial pedagang kuliner yang ada di Kecamatan Bogor Tengah

sehingga dapat diketahui bentuk dari persebaran pedagang kuliner tersebut.

Hasil dari peta sebaran pedagang kuliner tersebut di analisis secara

deskripsi bagaimana persebarannya. Sedangkan overlay untuk melihat

kesesuaian lokasi pedagang kuliner. Analisis deskripsi ini digunakan untuk

mendeskripsikan jenis-jenis kuliner yang menjadi penelitian yang berada di

Kecamatan Bogor Tengah. Sedangkan overlay digunakan untuk mengetahui

79

Muh. Aris Marfai, Pemodelan Geografi, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2015), h. 55.

Page 63: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

46

kesesuaian lokasi pedagang kuliner dengan ketentuan Rencana Tata Ruang

Wilayah (RTRW) Kota Bogor. Overlay yaitu menganalisis dan

mengintegrasikan dua atau lebih data spasial yang berbeda.80

80

Sodikin, Sistem Informasi Geografis & Penginderaan Jauh (Teori dan Praktek dengan Er

Mapper dan ArcGIS 10), h. 205.

Pedagang Kuliner

Persebaran Lokasi

Industri

Jenis Kuliner Kesesuaian Penyebaran

Spasial

Plotting Keberadaan

Pedagang Kuliner

Analisis Spasial Melalui GIS

Peta Sebaran Spasial

Pedagang Kuliner

Analisis Deskripsi Overlay dengan RTRW

Kota Bogor

Kesesuaian Lokasi Kuliner

Gambar 2.3 Kerangka Berfikir

Page 64: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

47

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor,

Provinsi Jawa Barat. Kecamatan Bogor Tengah terdiri dari 11 kelurahan.

Kota Bogor membentang antara 106’ 48’ BT dan 6’ 26’ LS.1 Lokasi

penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1

Gambar 3.1

Peta Lokasi Penelitian

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember sampai

dengan bulan April, dengan perincian kegiatan penelitian berdasarkan

Tabel 3.1.

1 Pemerintah Kota Bogor, Letak Geografis Kota Bogor, 2017,

(http://kotabogor.go.id/index.php/page/detail/9/letak-geografis#.WggK0EGxqc0)

Page 65: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

48

Tabel 3.1

Rencana Penyusunan Skripsi

No Jenis Kegiatan Des Jan Feb Mar Apr

1 Penyusunan Instrumen

2 Pengambilan Data Lapangan

3 Pengolahan Data

4 Penyusunan Bab IV & V

5 Kelengkapan Lampiran

6 Sidang Munaqosah

7 Revisi Skripsi

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif kuantitatif adalah salah

satu jenis penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis,

faktual, dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi tertentu, atau mencoba

menggambarkan fenomena secara detail. Jadi, penelitian deskriptif kuantitatif

merupakan usaha sadar dan sistematis untuk memberikan jawaban terhadap

suatu masalah dan/atau mendapatkan informasi lebih mendalam dan luas

terhadap suatu fenomena dengan menggunakan tahap-tahap penelitian dengan

pendekatan kuantitatif.2

Adapun analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan persebaran

pedagang kuliner yang bersifat PKL di Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor.

Penelitian dilakukan langsung ke sumber data, dalam hal ini proses

merupakan hal yang penting dalam mendapatkan data. Data yang terkumpul

tidak hanya berupa angka tetapi juga berupa kata-kata.

2 A. Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, kualitatif, dan Gabungan, (Jakarta:

Prenamedia Group, 2014), h. 62.

Page 66: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

49

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian peneliti dalam

suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan. Jadi, populasi

berhubungan dengan data, bukan faktor manusianya. Jika setiap manusia

memberikan suatu data, maka banyaknya data atau ukuran populasi akan

sama dengan banyaknya manusia.3 Populasi dalam penelitian ini adalah

pedagang kuliner yang tersebar di wilayah Kecamatan Bogor Tengah.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut.4 Sampel yang akan peneliti ambil dalam penelitian

ini adalah pedagang kuliner yang bersifat pedagang kaki lima yang berada

di Kecamatan Bogor Tengah.

Dalam penelitian ini untuk menentukan banyaknya sampel, peneliti

menggunakan rumus Slovin dengan tingkat kepercayaan 90% (tingkat

kesalahan 10%) dengan perhitungan rumus sebagai berikut:5

Keterangan:

n : Jumlah sampel

N : Jumlah populasi

d2 : tingkat kesalahan (presisi) ditetapkan 10% dengan tingkat

kepercayaan 90%

3 Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori - Aplikasi, (Jakarta:

Bumi Aksara, 2007), h. 116. 4 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D),

(Bandung: Alfabeta, 2013), Cet. 18, h. 118. 5 Suryani dan Hendryadi, Metode Riset Kuantitatif: Teori dan Aplikasi Pada Penelitian

Bidang Manajemen dan Ekonomi Islam, (Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri, 2015), Cet. 1, h.

194.

Page 67: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

50

Berdasarkan rumus diatas, untuk menentukan ukuran sampel

dengan jumlah populasi 1068 maka cara penghitungannya adalah sebagai

berikut:

Dari hasil penghitungan diatas diperoleh hasil 91,05 yang

kemudian dibulatkan menjadi 91. Maka sampel dalam penelitian ini

sebanyak 91 responden.

D. Alat dan Bahan

Adapun peralatan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat

pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2

Alat Penelitian

No Alat/Perangkat Lunak Kegunaan

1 Laptop Untuk mengolah data

2 GPS Essentials Untuk plotting lokasi pedagang

kuliner yang diteliti.

3 Kamera/Handphone Untuk dokumentasi pedagang

kuliner.

4 Software ArcGIS 10.1 Untuk pengolahan data spasial

Page 68: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

51

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada

Tabel 3.3.

Tabel 3.3

Bahan Penelitian

No Bahan Sumber Keterangan

1 Peta Administrasi

Kota Bogor

BAPPEDA Kota

Bogor

Untuk mengetahui batas

wilayah administrasi

Kecamatan Bogor

Tengah

2 Peta Kota Bogor Peta Kota Bogor shp Untuk digitasi peta

daerah lokasi penelitian

3 Peta RTRW Kota

Bogor BAPPEDA Kota

Bogor

Untuk meng-overlay

kesesuaian lokasi kuliner

4 Peta Administrasi

Kecamatan Peta Kecamatan shp

Untuk mengetahui lokasi

penelitian

E. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.6 Dalam

penelitian ini yang menjadi variabel penelitian adalah sebagai berikut:

1. Persebaran lokasi pedagang kuliner.

Dalam variabel ini peneliti menggunakan lokasi absolut, yaitu lokasi atau

tempat yang terletak berdasarkan pada garis lintang dan garis bujur dan

bersifat tetap. Lokasi absolut dapat diukur menggunakan GPS.

2. Jenis kuliner yang dijual oleh pedagang kuliner yang bersifat PKL

(Pedagang Kaki Lima).

3. Kesesuaian lokasi pedagang kuliner dilihat dari Peraturan Rencana Tata

Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bogor.

6 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D),

h. 61.

Page 69: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

52

F. Sumber Data

Sumber data dalam sebuah penelitian adalah subjek dari mana data

diperoleh. Data pada umumnya terdiri dati data primer dan data sekunder.

Adapun data primer dan data sekunder dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari masyarakat baik yang

dilakukan melalui wawancara, observasi, dan alat lainnya.7 Data primer

dalam penelitian ini meliputi data identitas pedagang kuliner, data lokasi

pedagang kuliner, dan jenis kuliner yang dijual.

2. Data sekunder

Sumber data ini adalah data yang diperoleh dari atau berasal dari

bahan kepustakaan.8 Dalam penelitian ini data sekunder yang dibutuhkan

adalah data jumlah pedagang kuliner seluruh Kecamatan Bogor Tengah

yang diperoleh dari Dinas Koperasi dan UMKM Kota Bogor dan data

penduduk Kecamatan Bogor Tengah yang dapat diperoleh dari BPS

Kecamatan Bogor Tengah.

G. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data pokok yang digunakan berupa data primer,

data primer diperoleh langsung di lapangan dengan cara observasi dan

wawancara. Adapun yang dimaksud dengan observasi dan wawancara adalah

sebagai berikut.

1. Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang

spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan

kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan

7 P. Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,

2011), h. 87. 8 Ibid, h. 88.

Page 70: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

53

orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek

alam yang lain.9

Dari penelitian tersebut dapat diperoleh suatu petunjuk bahwa

mencatat data observasi bukanlah sekedar mencatat, tetapi juga

mengadakan pertimbangan kemudian mengadakan penilaian ke dalam

suatu skala bertingkat.10

Metode observasi ini digunakan untuk melakukan plotting pada

pedagang kuliner yang di teliti. Hal-hal yang perlu di observasi antara lain:

a. Persebaran pedagang kuliner

b. Kondisi lingkungan pedagang kuliner

c. Jenis kuliner yang dijual oleh setiap pedagang yang diteliti.

d. Jenis ruang aktivitas yang digunakan.

Adapun aspek-aspek diatas digambarkan dalam Tabel 3.4

Tabel 3.4

Panduan Observasi

No Aspek yang diamati Deskripsi

1 Persebaran pedagang kuliner

2 Kondisi lingkungan pedagang

kuliner

3 Jenis kuliner yang dijual

4 Jenis ruang aktivitas yang digunakan

2. Wawancara

Wawancara atau interview merupakan salah satu bentuk teknik

pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian deskriptif

9 Ibid., h. 203.

10 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2013), Cet. 15, h. 272.

Page 71: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

54

kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Wawacara dilakukan dengan cara lisan

dalam pertemuan tatap muka secara individual.11

Wawancara harus dilaksanakan dengan efektif, artinya dalam

kurun waktu yang sesingkat-singkatnya dapat diperoleh dari sebanyak-

banyaknya. Bahasa harus jelas, terarah. Suasana harus tetap rileks agar

data yang diperoleh data yang objektif dan dapat dipercaya.12

Wawancara dilakukan kepada pedagang kuliner untuk memperkuat

data penelitian. Wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur

dengan mengacu pada daftar pertanyaan yang disusun dan dianggap sesuai

dengan lokasi pedagang kuliner.

Adapun kisi-kisi pertanyaan wawancara seperti terlihat pada Tabel

3.5

Tabel 3.5

Kisi-Kisi Pedoman Wawancara

Variabel

Penelitian Indikator Sub Indikator

Nomor Butir

Pertanyaan

Jenis Kuliner Karakteristik

aktivitas

pedagang

1. Jenis kuliner yang

dijual

2. Lama berdagang

3. Bentuk dan sarana

perdagangan

4. Pola pelayanan

aktivitas pedagang

1

2, 3

9, 10

11, 12

Kesesuaian

Lokasi

Pedagang

Kuliner

Karakteristik

lokasi

pedagang

5. Lokasi/tempat

aktivitas

6. Jarak lokasi usaha

dengan tempat

tinggal

4, 8

6

11 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2006), Cet. II, h. 216. 12

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, h. 271.

Page 72: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

55

Tabel 3.5 (Lanjutan)

7. Luas ruang yang

digunakan

8. Alasan pemilihan

lokasi

5

7

3. Dokumentasi

Panduan dokumentasi berisi hal-hal yang berkaitan dengan

berkaitan dengan keadaan dan lokasi pedagang kuliner, seperti deskripsi

lokasi penelitian, data profil kecamatan, data jumlah pedagang kaki lima

dan arsip-arsip yang yang berkaitan dengan penelitian. Hal-hal yang perlu

di dokumentasikan antara lain:

Potret tata letak pedagang kuliner

Jumlah pedagang kaki lima kuliner yang berada di Kecamatan Bogor

Tengah

Data profil Kecamatan Bogor Tengah

Peta Tata Ruang Kota Bogor

Dokumen yang diperlukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada

Tabel 3.6

Tabel 3.6

Dokumen yang Diperlukan

No. Dokumen yang Diperlukan Sumber Data

1 Potret/gambar tata letak pedagang

kuliner Lokasi penelitian

2 Jumlah PKL Kuliner di Kecamatan

Bogor Tengah Dinas Koperasi dan UMKM

3 Data profil kecamatan Pemerintah Kota Bogor

4 Peta Tata Ruang Kota Bogor BAPPEDA Kota Bogor

Page 73: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

56

H. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ada beberapa cara,

yaitu sebagai berikut:

1. Mengetahui persebaran lokasi pedagang kuliner dengan menggunakan

peta.

Untuk melakukan analisis persebaran persebaran lokasi pedagang

kuliner dilakukan dengan cara plotting. Plotting ini dilakukan di lokasi

yang dimana pedagang kuliner berjualan. Dengan mengetahui lokasi

berdagang pedagang kuliner, maka lokasi pedagang kuliner dapat

dipetakan. Data hasil plotting diolah dengan menggunakan software

Quantum GIS 2.18.

2. Mengetahui jenis kuliner yang dijual.

Untuk mengetahui hasil jawaban resonden dari hasil wawancara

dilakukan dengan mengklasifikasikan jawaban responden dari pedagang

kuliner. Metode ini digunakan untuk mengkaji data-data yang diperoleh

dari hasil jawaban responden dari pertanyaan dalam wawancara.

3. Mengetahui kesesuaian lokasi pedagang kuliner dengan Rencana Tata

Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bogor

Kesesuaian lokasi pedagang kuliner dilihat pada RTRW Kota

Bogor yang dimana dalam peraturan tersebut terdapat pembagian beberapa

zona menjadi zona permukiman, zona kuliner dan sebagainya dengan cara

meng-overlay plot atau lokasi penyebaran pedagang dengan peta RTRW.

Page 74: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

105

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa persebaran

pedagang kuliner di Kecamatan Bogor Tengah membentuk mengikuti jalan

utama dan jalan penghubung ke jalan utama. Dari total 91 titik lokasi, titik

terbanyak terdapat di Kelurahan Cibogor sebanyak 23 titik lokasi yang

tersebar di Jalan Mayor Oking, Jalan Nyi Raja Permas, Jalan Kapten Muslihat,

Jalan Dewi Sartika Depan, Jalan MA Salmun sedangkan di Kelurahan Gudang

dan Kelurahan Tegalega merupakan lokasi paling sedikit dengan jumlah

masing-masing 1 titik lokasi. Adapun di Kelurahan Gudang tersebar di Jalan

Surayakencana dan untuk di Kelurahan Tegalega tersebar di Jalan Ciheuleut.

Hal ini sesuai dengan teori dari August Lost yang berasumsi bahwa yang

mengatakan bahwa lokasi penjual sangat berpengaruh terhadap jumlah

konsumennya. Semakin jauh dari pusat industri semakin berkurang volume

penjualan barang karena harganya semakin tinggi, akibat dari naiknya ongkos

transportasi. Dengan kata lain, makin jauh dari pasar, konsumen semakin

enggan untuk membeli karena biaya transportasi untuk mendatangi tempat

penjualan semakin mahal.

Jenis kuliner yang dijual oleh pedagang kuliner di wilayah Kecamatan

Bogor tengah yaitu antara lain asinan Bogor, ayam bakar dan nasi, ayam

gepuk, bakpau, bakso, bakso bakwan, bakso colok, sempol ayam, bakso

goreng, bakso isi telur, bubur ayam, bubur ayam, capucino cincau, cilor

gulung, cimol, cungkring, dendeng, es doger, es kelapa muda, es krim durian,

gemblong ketan, gorengan, kentang krispi, ketoprak, kripik singkong, kue

basah, lontong, lumpia basah, martabak keju, martabak manis, masakan

padang, mie ayam, mie rebus, minuman, nasi goreng, nasi uduk, otak-otak,

pecel lele, pisang aroma, pisang keju, roti bakar, roti cane, roti panggang,

rujak ulek, sate ayam madura, sate padang, sea food, siomay, soto ayam, soto

Page 75: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

106

daging, soto kuning, soto mie Bogor, tahu, tapai singkong, telur cilung dan

telur gulung.

Kesesuaian lokasi pedagang kuliner dengan peta pola ruang dari

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor tahun 2011-2031 mayoritas sudah

sesuai dengan peruntukkannya. Hal ini dapat diketahui dari 91 titik lokasi

pedagang kuliner, terdapat 62 lokasi yang sudah sesuai dengan

peruntukkannya yaitu berada di zona perdagangan dengan dan jasa dengan

persentase sebesar 68% dan 29 lokasi tersebar di zona lainnya dengan

persentase sebesar 32%.

B. Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan, penulis dapat memberi

saran sebagai berikut:

1. Pedagang kuliner yang bersifat pedagang kaki lima masih harus diberikan

penyuluhan dan pengarahan tentang tempat-tempat yang diperbolehkan

untuk berdagang agar tidak mengganggu ketertiban.

2. Perlu adanya penambahan lahan untuk merelokasi pedagang kuliner.

3. Untuk pemerintah diharapkan tetap mempertahankan atau memperkuat

aturan lokasi pedagang kuliner.

4. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan meneliti pedagang kuliner yang

berdagang di malam hari.

Page 76: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

107

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Banowati, Eva. Geografi Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2014.

Basundoro, Purnawarman. Pengantar Sejarah Kota. Yogyakarta: Penerbit

Ombak, 2012.

Daldjoeni, N. Geografi Kota dan Desa. Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2014.

Hasyim, Farida. Hukum Dagang. Jakarta: Sinar Grafika, Ed I, Cet. 5, 2014.

Kansil, C.S.T., dan Kansil, Christine S.T. Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum

Dagang Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, Cet. 4, 2008.

Koestoer, Raldi Hendro., dkk., Dimensi Keruangan Kota: Teori dan Kasus.

Jakarta: UI Press, 2001.

Lazuardi, Mandra., dan Triady, Mochamad Sandy. Ekonomi Kreatif: Rencana

Pengembangan Kuliner Nasional 2015-2019. tt.p.: PT Republika Solusi,

Cet. I, 2015.

M. Echols, John., dan Shadily, Hassan. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama, Cet. 26, 2005.

Marfai, Muh. Aris. Pemodelan Geografi. Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2015.

Munifa, dkk. Gizi Kuliner Dasar. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015.

Nasional, Departemen Pendidikan. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, ed. 4, 2008.

Nasional, Departemen Pendidikan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka, Ed. 3, Cet. III, 2005.

Pontoh, Nia K., dan Kustiwan, Iwan. Pengantar Perencanaan Perkotaan.

Bandung: Penerbit ITB, 2008.

Puturuhu, Ferad. Mitigasi Bencana dan Penginderaan Jauh. Yogyakarta: Graha

Ilmu, Cet. I, 2015.

R.B, Gunardo. Geografi Transportasi. Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2014a.

----------------. Geografi Politik, Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2014b.

S.K, Marhadi. Pengantar Geografi Regional. Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2014.

Page 77: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

108

Sodikin, Sistem Informasi Geografis & Penginderaan Jauh (Teori dan Praktek

dengan Er Mapper dan ArcGIS 10), t.p.: tt.p, Cet. II, 2016.

Soendjojo, Hadwi., dan Riqqi, Akhmad. Kartografi. Bandung: Penerbit ITB,

2012.

Soetomo, Sugiono. Urbanisasi dan Morfologi; Proses Perkembangan Peradaban

dan Wadah Ruangnya Menuju Ruang yang Manusiawi. Yogyakarta: Graha

Ilmu, 2013.

Subagyo, P. Joko. Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktik. Jakarta: Rineka

Cipta, 2011.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D). Bandung: Alfabeta, Cet. 18, 2013.

Suharyono. Dasar-dasar Kajian Geografi Regional. Yogyakarta: Penerbit

Ombak, 2013.

Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, Cet. II, 2006.

Sumaatmadja, Nursid. Studi Geografi: Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan.

Bandung: Penerbit Alumni, 1981.

Suryani dan Hendryadi. Metode Riset Kuantitatif: Teori dan Aplikasi Pada

Penelitian Bidang Manajemen dan Ekonomi Islam. Jakarta: PT Fajar

Interpratama Mandiri, Cet. 1, 2015.

Yusuf, A. Muri. Metode Penelitian: Kuantitatif, kualitatif, dan Gabungan.

Jakarta: Prenamedia Group, 2014.

Zuriah, Nurul. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori – Aplikasi.

Jakarta: Bumi Aksara, 2007.

Skripsi

Choirurrozi, Moch. “Pola Persebaran Permukiman di Kecamatan Prambanan

Kabupaten Klaten Tahun 2008,” Skripsi pada Fakultas Geografi Universitas

Muhammadiyah Surakarta, 2009. tidak dipublikasikan.

Kirana, Kartika. “Analisis Spasial Faktor Lingkungan Pada Kejadian Demam

Berdarah Dengue Di Kecamatan Genuk,” Skripsi pada Fakultas Ilmu

Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Semarang, 2016. tidak

dipublikasikan.

Rokhmah, Riva Hidayatur. “Distribusi Spasial dan Kontribusi Obyek Wisata Pada

Pendapatan Rumah Tangga Di Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten

Page 78: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

109

Semarang,” Skripsi pada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang,

2013. tidak dipublikasikan.

Wibowo, Junanto. “Pola Persebaran Sentra Industri Batik di Kota Pekalongan

Berbasis Sistem Informasi Geografi,” Skripsi pada Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Semarang, 2014. tidak dipublikasikan.

Jurnal

Gunawan, Teddy. Identifikasi Wisata Kuliner Kota Bogor. Jurnal Online

Mahasiswa (JOM) Bidang Perencanaan Wilayah & Kota. 1, 2016.

Pelambi, Maychard Ryantirta., dkk., “Identifikasi Pola Sebaran Permukiman

Terencana di Kota Manado, Jurnal pada Program Studi Perencanaan

Wilayah & Kota Jurusan Arsitektur Universitas Sam Ratulangi. t.t.

Rahayuni, I Gusti Ayu Adi. “Pola Penyebaran Pedagang Kaki Lima (PKL) di

Kota Singaraja”, Jurnal Jurusan Pendidikan Geografi FIS Undiksha, 2013.

Saraswati, Dian Ayu. “Analisis Perubahan Luas dan Pola Persebaran Permukiman

(Studi Kasus: Kecamatan Tembalang, Kecamatan Banyumanik, Kecamatan

Gunungpati, Kecamatan Mijen Kota Semarang Jawa Tengah)”. Jurnal

Geodesi Undip. 5, 2016.

Peraturan

Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 13 Tahun 2005 Tentang Penataan Pedagang

Kaki Lima.

Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 5 Tahun 2009, Tentang Perizinan dan

Pendaftaran di Bidang Perindustrian dan Perdagangan.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2012

Tentang Pedoman Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima.

Website

Fawaz, Muhammad Washito Abu. “Hadits-Hadits Shohih Tentang Keutamaan

Perniagaan dan Pengusaha Muslim”, http://www.google.co.id/

amp/s/abufawaz.wordpress.com/2012/04/10/hadits-hadits-shohih-tentang-

keutamaan-perniagaan-dan-pengusaha-muslim/amp/, 22 Juli 2017.

Litequran.net, https://litequran.net/al-baqarah, 1 Maret 2019.

Litequran.net, https://litequran.net/an-nisa, 1 Maret 2019.

Litequran.net, https://litequran.net/at-taubah, 1 Maret 2019.

Page 79: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

110

Nathaniel, Felix. “Hak Pejalan Kaki di Trotoar yang Sering Terabaikan”,

http://tirto.id/hak-pejalan-kaki-yang-sering-terabaikan-csNh, 26 Juli 2017.

Pemerintah Kota Bogor. “Letak Geografis Kota Bogor”,

http://kotabogor.go.id/index.php/page/detail/9/letakgeografis#.WggK0EGxq

c0, 23 Desember 2017.

Pemerintahan Kota Bogor, “Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kota

Bogor Tahun 2013”, http://kotabogor.go.id/index.php/page/detail/105/

penyelenggaraan- pemerintah-daerah#.WXtW5kGxqc0. 22 Juli 2017.

Profil Bogor. “Wisata Kuliner Bogor”, http://direktori.kotabogor.go.id/

index.php/situs/wisatakul, 23 Desember 2017.

Profil Umum Kecamatan Bogor Tengah, http://kotabogor.go.id/index.php

/profilwilayah/detail/6/kecamatan, 8 Februari 2018.

Wawancara

Agus. Wawancara. Bogor, 05 Januari 2018.

Ahmad. Wawancara. Bogor, 05 Januari 2018.

Asep. Wawancara. Bogor, 03 Januari 2018.

Ayu. Wawancara. Bogor, 03 Januari 2018.

Aziz. Wawancara. Bogor, 05 Januari 2018.

Dewi. Wawancara. Bogor, 03 Januari 2018.

Dian. Wawancara. Bogor, 03 Januari 2018

Jamal. Wawancara. Bogor, 05 Januari 2018.

Makmun. Wawancara. Bogor, 05 Januari 2018.

Page 80: SEBARAN SPASIAL LOKASI PEDAGANG KULINER DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45296/1/SITI ROHAYA-FITK.pdfsebaran spasial lokasi pedagang kuliner

BIOGRAFI PENULIS

Siti Rohaya, lahir di Bogor, pada tanggal 10 Juli

1994. Bertempat tinggal di Kelurahan Duren Seribu,

Kecamatan Bojongsari, Kota Depok. Penulis merupakan

anak keempat dari Bapak Naswan dan Ibu Rumsiah.

Pendidikan formal yang ditempuh ialah mulai dari

sekolah dasar di MIS Ar-Rahman Duren Seribu,

melanjutkan ke sekolah menengah pertama di MTs Negeri 1 Kota Bogor,

melanjutkan ke sekolah menengah atas di MAN 1 Kota Bogor, dan melanjutkan

Perhuguruan Tinggi di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta, pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Ilmu Pengetahuan

Sosial/Konsentrasi Geografi.

Penulis menyelesaikan rangkaian tugas akhir seperti Praktek Profesi

Keguruan Terpadu (PPKT) pada tahun 2017 di MTs Khazanah Kebajikan Pondok

Cabe serta melakukan penelitian untuk penyelesaian tugas akhir di Jurusan Ilmu

Pengetahuan Sosial (IPS) di Kecamatan Bogor Tengah dengan judul Sebaran

Spasial Lokasi Pedagang Kuliner Di Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor.