SBY dalam Bingkai Media Kompas.com dan Detik.com: analisis...
Transcript of SBY dalam Bingkai Media Kompas.com dan Detik.com: analisis...
DOKUMENTASI
Tiga Menteri Dijerat KPK, Prestasi KPK atau
SBY?
Jumat, 5 September 2014 | 19:40 WIB
TRIBUNNEWS / DANY PERMANADua pimpinan Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) Bambang Widjojanto (kiri) dan Zulkarnain (tengah) didampingi
juru bicara KPK Johan Budi memberikan keterangan kepada wartawan terkait
penetapan status tersangka Menteri ESDM Jero Wacik, di Kantor KPK, Jakarta,
Rabu (3/9/2014).
JAKARTA, KOMPAS.com — Tiga menteri aktif dan para elite Partai Demokrat
sudah dijerat oleh Komisi Pemberantasan Korupsi pada masa pemerintahan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Namun, para elite Demokrat justru bangga
terhadap SBY yang dianggap mereka tak pandang bulu dalam penegakan hukum
dan pemberantasan korupsi.
Anggota Komisi III DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Eva Kusuma Sundari
mempertanyakan sikap bangga Partai Demokrat itu. Pasalnya, kata dia, dijeratnya
tiga menteri adalah murni prestasi KPK, bukan pemerintah, apalagi SBY pribadi.
(baca: Tiga Menteri Dijerat KPK, Demokrat Justru Bangga kepada SBY)
"Penegakan hukum kan tidak ada intervensi, jadi itu prestasi penegak hukum
dalam hal ini KPK," kata Eva kepada Kompas.com, Jumat (5/9/2014).
Eva menilai, daripada bersikap bangga, lebih baik elite Demokrat prihatin dengan
dijeratnya tiga menteri dengan sangkaan korupsi. Tiga orang yang terjerat ketika
masif aktif menjabat menteri yakni Jero Wacik (sewaktu menjabat Menteri
ESDM), Andi Mallarangeng (sewaktu menjabat Menpora), dan Suryadharma Ali
(sewaktu menjabat Menteri Agama).
"Ya, harusnya prhatinlah, aku aja prihatin. Orang enggak percaya lagi kepada
parpol kalau begini terus. Mudah-mudahan ini jadi pelajaran bagus bagi
pemerintahan mendatang," ujar Eva.
Hal serupa disampaikan pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia,
Ikrar Nusa Bakti. Menurut dia, Demokrat sudah salah menunjukkan sikap jika
bangga terhadap penjeratan tiga menteri oleh KPK.
"Kalau buat saya, tidak bisa seratus persen bangga karena sudah ada tanda tangan
kontrak politik, ada suatu janji, yaitu pakta integritas untuk tidak melakukan
korupsi, tapi dilanggar," ujar Ikrar. (baca: Ini 10 Poin Pakta Integritas
"Penyelamatan" Demokrat)
Demokrat juga, kata dia, tidak bisa terus-menerus memandang kasus korupsi ini
sebagai masalah pribadi kadernya.
"Kita mempertanyakan apa benar kader Demokrat itu korupsi untuk pencitraan
dirinya atau kepentingan partai? Coba itu diinvestigasi," ujarnya.
Sebelumnya, Jero disangka melakukan pemerasan. Menurut KPK, nilai uang yang
diduga diterima Jero sekitar Rp 9,9 miliar. Uang tersebut digunakan untuk
kepentingan pribadi Jero, termasuk pencitraan. Uang itu juga ada yang digunakan
untuk pihak lain.
Setelah dilantik menjadi Menteri ESDM, menurut KPK, Jero meminta besaran
dana operasional menteri (DOM) ditambah. Jero juga diduga memerintahkan anak
buahnya untuk mengupayakan penambahan tersebut.
Salah satu cara yang diperintahkan untuk meningkatkan dana operasional menteri
itu adalah dengan menggelar rapat-rapat yang sebagian besar merupakan rapat
fiktif. Selain itu, ada juga cara berupa pengumpulan dana dari rekanan proyek di
Kementerian ESDM.
Presiden SBY Terkejut Jero Wacik Jadi Tersangka
Rabu, 3 September 2014 | 20:25 WIB
Politisi Partai Demokrat
JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengaku
terkejut saat mendengar kabar ditetapkannya Menteri ESDM Jero Wacik sebagai
tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Presiden SBY saat ini
masih berada di Singapura.
"Presiden telah mendengar informasi melalui media tentang status tersangka Pak
Jero Wacik yang ditetapkan oleh KPK hari ini. Berita ini membuat Presiden
terkejut," ujar Juru Bicara Presiden Julian Aldrin Pasha dalam pesan singkat,
Rabu (3/9/2014).
Julian menuturkan, saat ini Presiden belum mengetahui secara persis mengenai
kasus yang menimpa Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat itu. Presiden
SBY yang juga Ketua Umum Partai Demokrat mengaku belum menerima
keterangan tertulis.
"Karena pemberitahuan tertulis belum diterima, maka kami belum dapat
memberikan pernyataan lebih jauh," ucap Julian.
Jero diduga melakukan tindak pidana korupsi dalam bentuk pemerasan terkait
dengan jabatannya sebagai menteri dalam kurun waktu 2011-2012. (Baca: Jero
Wacik Disangka Memeras)
Setelah menjadi Menteri ESDM, Jero diduga mengupayakan perolehan dana
operasional menteri yang lebih besar dari yang dianggarkan. Jero diduga meminta
anak buahnya untuk melakukan beberapa hal agar dana operasional menteri di
Kementerian ESDM bisa lebih besar.
Ini Alasan SBY Terkejut Jero Jadi Tersangka
Kamis, 4 September 2014 | 17:15 WIB
rusman/presidenri.go.idPr
esiden Susilo Bambang Yudhoyono
JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kaget
begitu mengetahui penetapan Menteri ESDM Jero Wacik sebagai tersangka oleh
Komisi Pemberantasan Korupsi. Keterkejutan SBY itu dilatari karena selama ini
ia tak pernah mendapat informasi bukti kuat soal keterlibatan Jero dalam kasus
korupsi.
"Beliau (SBY) terkejut karena selama ini beliau mendapat laporan bahwa tidak
ada arah kuat untuk Jero kemudian ditetapkan tersangka," ujar Juru Bicara
Presiden Julian Aldrin Pasha di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis
(4/9/2014).
Saat pengumuman
tersangka oleh KPK, Rabu (3/9/2014), SBY tengah berada di Singapura.
Julian mengatakan, Presiden SBY akan mengikuti perkembangan kasus yang
menjerat Jero. Dia menuturkan, pada saatnya, Jero akan menghadap Presiden.
"Saya belum tahu kapan," kata dia.
Saat ditanya apakah kemungkinan Presiden bertemu Jero pada malam nanti, Julian
mengaku tidak tahu. (baca: Malam Ini, SBY Panggil Menteri-menteri ke
Cikeas)
"Karena nanti malam itu soal internal Partai Demokrat," ujarnya.
Jero disangka melakukan pemerasan. Menurut KPK, nilai uang yang diduga
diterima Jero sekitar Rp 9,9 miliar. Uang tersebut digunakan untuk kepentingan
pribadi Jero, termasuk pencitraan. Uang itu juga ada yang digunakan untuk pihak
lain.
Setelah dilantik menjadi Menteri ESDM, menurut KPK, Jero meminta besaran
dana operasional menteri (DOM) ditambah. Jero juga diduga memerintahkan anak
buahnya untuk mengupayakan penambahan tersebut.
Salah satu cara yang diperintahkan untuk meningkatkan dana operasional menteri
itu adalah dengan menggelar rapat-rapat yang sebagian besar merupakan rapat
fiktif. Selain itu, ada juga cara berupa pengumpulan dana dari rekanan proyek di
Kementerian ESDM.
Dua Kali ke Luar Negeri, Dua Menteri Presiden SBY Jadi Tersangka
Korupsi
Kamis, 4 September 2014 | 21:19 WIB
KOMPAS
IMAGES/DHONI SETIAWANPresiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil
Presiden Boediono beserta jajaran Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II berfoto
usai pelantikan di depan Istana Negara, Jakarta Pusat, Kamis (22/10).
JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beberapa
kali melakukan kunjungan kerja ke luar negeri untuk tugas kenegaraan. Namun,
dalam dua kali kunjungannya itu, dua kali pula menteri di kabinetnya ditetapkan
KPK sebagai tersangka.
Sebut saja Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik yang baru saja
ditetapkan KPK sebagai tersangka dalam kasus pemerasan untuk menambah dana
operasional menteri (DOM) dan pengadaan proyek tahun 2011-2013. KPK
menilai korupsi Jero melebihi Rp 9,9 miliar. (Baca: KPK Tetapkan Jero Wacik
Tersangka)
Ketika Jero ditetapkan sebagai tersangka, Presiden SBY sedang dalam kunjungan
kerja ke Singapura. Lantaran tidak berada di Tanah Air, SBY pun mengaku
terkejut mendengar kabar itu. (Baca:Presiden SBY Terkejut Jero Wacik Jadi
Tersangka)
Tak ayal, sepulangnya dari Singapura, Kamis (4/9/2014), SBY berencana
membahas "nasib" Jero di Kabinet Indonesia Bersatu II dalam Sidang Kabinet
Paripurna keesokan harinya, Jumat (5/9/2014). Jero pun mengaku sudah
mempersiapkan surat pengunduran dirinya dalam kabinet.
Tak hanya Jero, publik tentu tidak lupa mengenai penetapan status Menteri
Agama Suryadharma Ali pada 22 Mei 2014. Ia ditetapkan sebagai tersangka
dalam kasus dugaan tindak pidana korupsi pengadaan barang dan jasa haji pada
tahun 2012-2013.
Sama seperti Jero, Suryadharma pun ditetapkan KPK sebagai tersangka ketika
Kepala Negara sedang berkunjung ke Manila. Ketika itu SBY baru mengetahui
kabar pembantunya itu jadi tersangka. (Baca: Masih di Manila, Presiden Belum
Tahu Penetapan Tersangka Suryadharma Ali).
Suryadharma tidak langsung mengundurkan diri sebagai Menteri Agama. Ketika
menemui SBY di Istana Bogor, ia hanya menyerahkan persoalan tersebut kepada
SBY. (Baca: Bertemu Presiden, Suryadharma Mengundurkan Diri sebagai
Menag)
Pasca-penetapan menjadi tersangka, para menteri itu belum langsung mengajukan
pengunduran dirinya lantaran Kepala Negara sedang tidak di Tanah Air. Mereka
baru menghadap Presiden keesokan hari setelah Presiden tiba.
Selain memiliki kesamaan itu, para menteri yang ditetapkan sebagai tersangka
oleh KPK pada saat Presiden sedang berada di luar negeri adalah mereka sama-
sama petinggi partai politik pendukung pemerintahan SBY. Jero adalah Sekretaris
Majelis Tinggi Partai Demokrat dan Suryadharma masih tercatat sebagai Ketua
Umum Partai Persatuan Pembangunan.
Nasib berbeda dialami Andi Mallarangeng, ia ditetapkan tersangka dalam
kasus dugaan korupsi pengadaan sarana dan prasarana olehraga di Hambalang,
Bogor, Jawa Barat, pada 6 Desember dua tahun lalu. Ketika itu, Andi masih
tercatat sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga. (Baca: KPK Tetapkan Andi
Mallarangeng Tersangka Hambalang)
Ketika Andi ditetapkan sebagai tersangka, SBY sedang berada di tanah air. Ia pun
sehari kemudian langsung menghadap SBY dan mengajukan pengunduran diri.
Jelang Akhir Jabatan, SBY Canangkan Program 100 Hari Terakhir
Jumat, 11 Juli 2014 | 19:11 WIB
Shares
KOMPAS.com/Icha RastikaPresiden Susilo Bambang Yudhoyono saat
memimpin sidang kabinet paripurna di Kantor Presiden
JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membuat
program 100 hari terakhir menjelang penghujung periode pemerintahannya. Di
dalam program 100 hari terakhir itu, Presiden SBY menargetkan menyelesaikan
masalah kelistrikan dan minerba.
"Berkaitan dengan program 100 hari terakhir, saya mengajak tuntaskan pekerjaan
kita di sini, pilpres dan pileg sudah selesai. Oleh karena itu, menteri-menteri saya
berharap kembali aktif dan kembali aktif melanjutkan tugasnya," ujar SBY di
kantor presiden, Jumat (11/7/2014).
SBY mengungkan UKP4 akan mendata pekerjaan rumah pemerintah yang
diprioritaskan dan agenda kementerian. UKP4 bersama Bappenas juga akan
menentukan apa yang akan dilakukan.
"Saya mengingatkan banyak orang bilang ini masa transisi, baik presiden dan
kabinet. Tetapi justru kita harus melakukan tugas yang ada, ingat pakta integritas
agar saya bisa menyerahkan kepada presiden yang akan datang dengan kondisi
baik," ucap SBY.
Menteri Koordinator Perekonomian Chairul Tanjung menjabarkan dalam program
100 hari terakhir, Presiden SBY ingin menyelesaikan masalah kelistrikan,
minerba, migas, dan infrastruktur.
"Percepatan proyek-proyek infrastruktur, soal sistem logistik nasional, soal
pelabuhan, bandara dan sebagainya. Kan itu sebelum diminta sudah kita lakukan
semua," kata SBY.
Jabat Tangan SBY dengan Jokowi di Gedung DPR
- detikNews
(Foto: Setpres/ Abror Rizki)
Jakarta - Jumat 15 Aug 2014, 12:53 WIB
Hari ini adalah momen penting Presiden SBY, sebab menjadi masa terakhir
baginya untuk membacakan pidato kenegaraan menyambut HUT ke-69 RI di
gedung DPR/MPR. Kehadiran SBY di gedung parlemen disambut para pimpinan
lembaga tinggi negara, termasuk juga Jokowi yang berkapasitas sebagai Gubernur
DKI Jakarta.
SBY menyalami Jokowi di sisi luar Gedung MPR-DPR, Senayan, Jumat
(15/8/2014) usai SBY berpidato. SBY yang berjas hitam, berkemeja putih dan
berdasi ungu menyalami Jokowi yang berjas hitam, berkemeja putih dan berdasi
merah. Momen ini disaksikan oleh Ketua DPR Marzuki Alie yang selama ini
dikenal sebagai pendukung Prabowo-Hatta.
SBY tampak menyodorkan tangan kanan dan digenggam Jokowi dengan kedua
tangannya. Sedangkan tangan kiri SBY memegang lengan kanan Jokowi.
Keduanya tampak tersenyum.
Ini merupakan pertemuan paling mutakhir keduanya setelah pertemuan di Istana
Kepresidenan dalam acara buka puasa bersama bulan lalu. Kala itu selain Jokowi
dan JK, hadir juga Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa. Jokowi juga bertamu ke
kediaman SBY saat Iduf Fitri 1 Syawal lalu.
Dalam pidatonya hari ini, SBY menyebut nama Jokowi-JK sebagai peserta Pilpres
2014 yang ditetapkan KPU sebagai presiden-wapres terpilih. Penyebutan ini
disambut tepuk tangan meriah hadirin. SBY harus berhenti berpidato sejenak
untuk memberi waktu hadirin menyelesaikan tepuk tangannya. Setelah itu SBY
melanjutkan tentang sidang gugatan yang sedang berlangsung di MK.
Perubahan di Akun Media Sosial SBY dan Ibu Ani Setelah Lengser
- detikNews Selasa 21 Oct 2014, 10:39 WIB
Jakarta - Sudah bukan rahasia lagi, SBY dan Ibu Ani adalah tokoh yang melek
terhadap dahsyatnya media sosial. Mereka adalah pengguna aktif Twitter dan
Instagram, yang dimanfaatkan untuk berinteraksi dengan rakyat. Kini setelah
lengser dari Istana Presiden, ada yang berubah di media sosial mereka.
Seperti yang terlihat dalam Twitter @SBYudhoyono yang memiliki follower
5.74000.000, Selasa (21/10/2014) pukul 10.30 WIB. Info profil SBY bertuliskan.
"Akun Resmi Presiden Ke-6 RI (2004-2014) Susilo Bambang Yudhoyono.
Dikelola oleh Staf Pribadi. Twit dari Susilo Bambang Yudhoyono ditandai
*SBY*".
Sebelumnya, saat menjabat sebagai presiden, SBY menulis info profil. "Akun
resmi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dikelola oleh staf khusus Presiden
Republik Indonesia. Twit dari Presiden ditandai *SBY*.
Sementara di akun Instagram Ibu Ani yang memiliki follower 723.962 itu, tertulis
profil yang menggambarkan kebahagiaan karena bisa memiliki waktu lebih
banyak untuk melakukan hobi dan berkumpul dengan keluarga.
"Alhamdulillah, now I have more time for my lovely family, photography, and
gardening," tulis Ibu Ani di profil Instagramnya.
Sebelumnya, profil perempuan yang bernama lengkap Kristiani Herawati itu
bertuliskan “Akun resmi Ibu Negara Republik Indonesia. Semua foto adalah hasil
bidikan Ibu Negara, kecuali foto-foto aktivitas Ibu Negara."
Minggu 28 Sep 2014, 06:39 WIB
Laporan Dari Washington, DC
SBY: Saya Sangat Membatasi Kunjungan ke Luar Negeri
- detikNews
Washington, DC - Presiden SBY membantah tudingan pihaknya boros anggaran
dalam kunjungan-kunjungannya ke luar negeri. Yang benar, kata SBY, dirinya
malah sangat membatasi untuk menghadiri forum-forum internasional. Kunjungan
ke luar negeri selama ini hanya sepertiga dari banyaknya undangan yang meminta
presiden hadir.
"Saya sangat membatasi. Kalau saya harus ikuti summit dan undangan-undangan,
itu akan sangat banyak. Yang saya datangi hanya sepertiganya," kata Presiden
SBY dalam jumpa pers di Hotel Willard Intercontinental, Washington, DC, Sabtu
(27/9/2014). Presiden menanggapi hal ini saat ditanya tentang tudingan SBY tidak
hemat dalam melakukan kunjungan luar negerinya.
Presiden SBY mengaku tidak mungkin tidak hadir di KTT Asean, begitu juga di
KTT East Asia Summmit. SBY juga tidak mungkin absen di KTT APEC dan
KTT G20, karena Indonesia memang dari awal ikut menggagasnya. "Saya juga
tidak mungkin untuk tidak hadir di KTT OKI (Organisasi Konferensi Islam) dan
Sidang Majelis Umum PBB," tegas SBY.
Selama ini, kehadiran Indonesia dalam forum-forum itu sangat efektif. Sebagai
contoh, tahun 2007 saat Retreat COP Copenhagen yang nyaris gagal, dengan
keterlibatan Indonesia, maka target yang diharapkan juga tercapai. "Saat saya
hadiri KTT G-20, saat itu ada usulan agar ada serangan ke Suriah, tapi kita
berpendapat bahwa cara yang paling tepat menyelesaikan masalah adalah
gencatan senjata yang diawasi PBB. Alhamdulillah akhirnya tak dilakukan
serangan militer ke Suriah," kata SBY.
Menurut SBY, sebenarnya tugas-tugas internasional juga penting. "Boleh saja
urusan luar negeri diletakkan setelah tugas-tugas nasional/dalam negeri. Tapi
foreign policy (kebijakan luar negeri-red) merupakan kelanjutan dari urusan
dalam negeri. Ini harus dibaca utuh dan ini ada di UUD," jelas SBY.
"Jadi, kami sangat-sangat selektif. Untuk masa yang akan datang, terserah dengan
Presiden yang yang akan datang, mana forum-forum internasional yang akan
dihadiri. Tapi secara pribadi saya sampaikan, sebaiknya Presiden hadir di forum-
forum tersebut," imbuh SBY.
Tentang penghematan anggaran, SBY sudah melakukan penghematan pada dua
periode kepemimpinannya. "Ini manajemen, bukan pencitraan. Hati-hati dalam
memaknai penghematan. Dalam tugas ini ada tujuan yang harus dicapai. Jadi,
saya mengutamakan efektif dan efisien. Jangan sampai membabi buta, tapi tujuan
tidak tercapai. Saya sangat mendukung penghematan," ujar SBY.
Tentang pesawat kepresidenan, Presiden SBY menegaskan, yang akan lebih
banyak menggunakan pesawat ini adalah presiden selanjutnya. Pembelian pesawat
ini juga bagian dari penghematan. "Kalau sewa pesawat Garuda cost-nya sangat
tinggi. Karena itu, kita pilih pesawat yang bisa mendarat di mana saja di
Indonesia, tapi juga bisa untuk terbang ke kawasan Asean," jelas SBY.
Mengenai ada dorongan agar presiden mendatang menjual saja pesawat
kepresinenan agar lebih efisien, Presiden menjual mempersilakan pemerintahan
baru nanti. "Kalau mau menjual, kalau memang untuk tujuan yang baik, ya
monggo saja. Kita serahkan masa depan Indonesia kepada pemerintahan yang
baru," kata SBY.
Tidak Mau Menggurui Jokowi
Saat diminta menyampaikan pesan dan resep kepada Presiden terpilih Jokowi
terkait dengan forum-forum internasional, Presiden SBY tidak bersedia. "Saya
yakin Pak Jokowi dan pemerintahan yang akan datang punya visi dan resep untuk
meningkatkan hasil yang sudah tercapai selama ini. Kalau saya kasih resep, nanti
tidak bagus, seolah-olah saya menggurui," ujar SBY.
Tapi SBY sudah menyampaikan kerjasama-kerjasama internasional yang selama
ini dilakukan pemerintahannya kepada Jokowi. "Agendanya apa, ke depan seperti
apa, jajaran Kemlu sudah sampaikan ke Tim Transisi. Sebab diplomasi ini sangat
menunjang kepentingan dalam negeri," kata SBY.
Kamis 04 Sep 2014, 12:10 WIB
3 Menteri KIB Jadi Tersangka, PD: Itu Komitmen SBY Memberantas Korupsi
- detikNews
Jakarta - Tiga menteri dalam kabinet pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono
(SBY) ditetapkan sebagai tersangka dugaan korupsi. Wakil Ketua Umum Partai
Demokrat Nurhayati Ali Assegaf menegaskan justru hal ini menunjukkan
komitmen SBY sebagai presiden yang peduli dengan pemberantasan korupsi.
"Mana ada di era siapa ada tiga menteri aktif menjadi tersangka? Tidak ada
intervensi pemerintah. Pemerintah bisa saja mengatakan kenapa harus diperiksa
menteri saya itu kalau presiden berkeinginan. Tapi karena konsistensi
pemerintahan SBY, sehingga di zaman siapa ada tiga menteri aktif jadi tersangka
karena komitmen beliau," ujar Nurhayati di Gedung DPR, Senayan, Jakarta,
Kamis (4/9/2014).
Dia pun meminta agar masyarakat dan media bisa bersikap obyektif dalam kasus
Jero Wacik. Menurutnya, adanya tiga menteri jadi tersangka bukan berarti
kesalahan SBY dalam memilih menteri. Dia pun berharap agar pemerintahan
Jokowi-JK bisa memiliki komitmen yang sama dengan SBY dalam
pemberantasan korupsi.
"Masyarakat dan media harus bisa melihat. Ini karena komitmen beliau dalam
korupsi. Jadi, kita tunggu komitmen pemerintahan berikutnya. Jadi, bukan
ketersengajaan memilih," kata Anggota Komisi I DPR itu.
Nurhayati juga berharap opini tersangka korupsi selalu Partai Demokrat pun bisa
diubah. Menurutnya, sebagai partai yang serius mendukung pemberantasan
korupsi, Demokrat punya tekad dalam persoalan ini.
"Kami berharap tidak terus menerus Demokrat. Karena kami yang mendukung
pembernatasan korupsi baik dalam anggaran maupun penegakan hukum. Kami
tidak pernah ada intervensi. Kami ingatkan banyak kasus tidak hanya dari partai
Demokrat," ujar Ketua Fraksi Partai Demokrat di DPR itu.
Lantas, bagaimana dengan pengganti Jero Wacik sebagai anggota dewan nanti?
Dia mengatakan kalau persoalan itu adalah wewenang KPU dengan mengacu
suara terbanyak setelah Jero Wacik di daerah pemilihannya.
"Itu KPU. Suara terbanyak kita akan tanyakan siapa suara terbanyak setelahnya.
Kalau running text tetap akan dilantik. Kalau ranah Partai Demokrat jelas ada
pakta integritas. KPU juga punya kekuatan hukum. Jangan terus menerus
dikaitkan dengan Partai Demokrat," sebutnya.
Adapun tiga menteri dalam kabinet pemerintahan SBY yang sudah dtetapkan
sebagai tersangka dugaan korupsi oleh KPK adalah Andi Mallarangeng (Menteri
Pemuda dan Olahraga), Suryadharma Ali (Menteri Agama) dan Jero Wacik
(Menteri ESDM).
Jumat 11 Jul 2014, 16:21 WIB
Program 100 Hari Terakhir, SBY Minta Para Menteri Tuntaskan Tugasnya
- detikNews
Jakarta - Presiden SBY bersama menteri di Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II
akan segera mengakhiri masa jabatannya pada Oktober 2014 mendatang. Jelang
berakhirnya masa jabatan tersebut, SBY membuat program 100 hari terakhir
kabinet.
"Berkaitan dengan program 100 hari terakhir, saya mengajak tuntaskan pekerjaan
kita, pilpres dan pileg sudah selesai. Oleh karena itu menteri saya berharap
kembali aktif dan kembali aktif melanjutkan tugasnya," ujar SBY dalam sambutan
sidang kabinet paripurna di kantornya, Jl Veteran, Jakarta Pusat, Jumat
(11/7/2014).
SBY juga meminta UKP4 menyiapkan apa agenda dan pekerjaan rumah
pemerintah dan para menteri. SBY meminta ada tiga hingga lima hal penting
dalam RKP dan APBNP 2014 yang menjadi priorotas program.
"Dari situ UKP4 dan kepala bappenas akan menentukan apa yang akan dilakukan.
Dan dilaporkan kepada saya dan wapres dan saya akan meneruskan kepada
seluruh menteri," tuturnya.
"Saya mengingatkan banyak orang bilang ini masa transisi, baik presiden dan
kabinet. Tetapi justru kita harus melakukan tugas yang ada, ingat pakta integritas.
Agar saya bisa menyerahkan kepada presiden yang akan datang dengan kondisi
baik dan memberikan informasi yang lengkap," lanjutnya.