SBS.docx

13
Pekerja Diduga menderita Sick Building Syndrome Anggi Aviandri Putra Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara/6 Jakarta Barat Email: [email protected] Pendahuluan Indonesia menghadapi pembangunan fisik yang sangat pesat, untuk memenuhi kebutuhan perkantoran dan perumahan di kota besar seperti Jakarta bangunan gedung bertingkat tinggi menjadi pilihan. Perkembangan dan tren desain arsitektur memang sedang mengarah pada arsitektur bangunan dengan dinding dan jendela yang terbuat dari kaca. Untuk menjaga suhu udara ruangan tetap dingin maka digunakan pendingin ruangan. Tidak adanya ventilasi tidak mengurangi kenyamanan para pekerja di dalam gedung. Sangat nyaman sehingga tidak banyak yang menyadari bahwa sumber polusi justru berasal dari ruangan kerja itu sendiri. Pembangunan gedung tersebut berdampak baik bagi banyak orang, tapi selain itu juga berdampak buruk yakni dapat mengganggu kesehatan para pekerja yang berada dalam gedung tersebut. Apabila penghuni suatu ruangan lebih dari 20% sering mengalami gangguan kesehatan, tanpa diketahui sebab dan gangguan 1

description

tt

Transcript of SBS.docx

Page 1: SBS.docx

Pekerja Diduga menderita Sick Building Syndrome

Anggi Aviandri Putra

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara/6 Jakarta Barat

Email: [email protected]

Pendahuluan

Indonesia menghadapi pembangunan fisik yang sangat pesat, untuk memenuhi kebutuhan

perkantoran dan perumahan di kota besar seperti Jakarta bangunan gedung bertingkat tinggi

menjadi pilihan. Perkembangan dan tren desain arsitektur memang sedang mengarah pada

arsitektur bangunan dengan dinding dan jendela yang terbuat dari kaca. Untuk menjaga suhu

udara ruangan tetap dingin maka digunakan pendingin ruangan. Tidak adanya ventilasi tidak

mengurangi kenyamanan para pekerja di dalam gedung. Sangat nyaman sehingga tidak banyak

yang menyadari bahwa sumber polusi justru berasal dari ruangan kerja itu sendiri.

Pembangunan gedung tersebut berdampak baik bagi banyak orang, tapi selain itu juga

berdampak buruk yakni dapat mengganggu kesehatan para pekerja yang berada dalam gedung

tersebut. Apabila penghuni suatu ruangan lebih dari 20% sering mengalami gangguan kesehatan,

tanpa diketahui sebab dan gangguan tersebut hilang dalam beberapa saat setelah keluar ruangan,

kejadian demikian disebut dengan Sick Building Syndrome (SBS).

Sindrom gedung sakit adalah kumpulan gejala akibat adanya gedung yang "sakit", artinya

terdapat gangguan pada sirkulasi udara di dalam gedung itu. Adanya gangguan itulah yang

menyebabkan gedung tersebut dikatakan "sakit", sehingga timbul sindrom ini yang memang

terjadi karena para penderitanya menggunakan suatu gedung yang sedang "sakit".

Lingkungan ruang kerja yang kurang mendukung seperti polusi udara, ukuran meja dan kursi

kurang sesuai, ventilasi udara ruangan kurang sehat, suhu udara ruang kerja terlalu panas atau

kelembaban tinggi.1

1

Page 2: SBS.docx

Anamnesis

Tuan C berusia 28 tahun datang ke klinik dengan keluhan mudah lelah, sakit kepala dan mata

panas selama 3 bulan ini. Os ini mengatakan bahwa keluhan ini hanya terjadi bila saat os berada

di kantor. Os bekerja sebagai pegawai keuangan selama 5 tahun. Os juga mengaku bahwa

belakangan ini banyak sekali tugas yang dibebankan kepada os, os juga mengatakan bahwa dia

tidak berasa keluhan ini bila os mengajukan cuti.

Pada RPD, os tidak pernah dirawat di rumah sakit ataupun mengidap keluhan penyakit seperti ini

sebelumnya. Os juga mengaku tidak punya alergi. Os juga menyangkal adanya hipertensi,

penyakit jantung,penyakit hati, penyakit ginjal ataupun penyakin kencing manis. Pada riwayat

penyakit keluarga juga tidak ditemukan adanya penyakit yang berat.

Pajanan fisik

Yang termasuk ke dalam pajanan fisik adalah:

a. Pendingin udara (kaitannya dengan suhu dan kelembaban ruang) Secara umum, pengkondisian

udara (air-conditioning) dilakukan dengan mengkondisikan udara dari luar bisa dipanaskan

(untuk heating mode seperti di negeri-negeri dingin) atau didinginkan (untuk cooling mode

seperti halnya di Indonesia) sehingga udara yang disemburkan ke dalam ruangan mencapai

kondisi set-point (temperatur dan kelembaban) yang diinginkan.1

b. Debu di ruangan kerja

Debu merupakan partikel-partikel zat padat, yang disebabkan oleh kekuatan-kekuatan alami atau

mekanis seperti pengolahan, penghancuran, pelembutan, pengepakan yang cepat,

peledakan, dan lain-lain dari bahan, baik organik maupun anorganik, misalnya batu, kayu, bijih,

logam, arang batu, butir-butir zat dan sebagainya, yang memiliki ukuran antara 0,1 – 2,5 mikron.

Sumber alamiah partikulat atmosfir adalah debu yang memasuki atmosfir karena terbawa oleh

angin. Oleh karena itu, debu bisa terdapat di mana saja, misalnya untuk indoor, penumpukan

barang-barang bekas yang menimbulkan debu. Karena ukurannya yang kecil, debu dapat terhirup

dan tersangkut di dalam paru sehingga dapat mengganggu akivitas pernafasan manusia.1

2

Page 3: SBS.docx

c. Karpet yang tidak dirawat

Karpet merupakan salah satu bahan bangunan yang paling membahayakan bagi kesehatan, dan

apabila memungkinkan, maka disarankan pencegahan penggunannya. Hal tersebut

karena partikel debu yang dibawa oleh manusia dari luar ruangan, pestisida yang disemprotkan

ke ruangan, akan menempel pada karpet. Selain itu ada juga kutu debu yang biasanya tinggal di

antara sela-sela karpet, mengkonsumsi partikel-partikel kulit mati yang diproduksi oleh manusia

setiap harinya. Sebagian iritasi pada Sick Building Syndrome disebabkan oleh alergen yang

terdapat pada karpet, seperti tungau atau kapang. Juga alas karpet serta perekat yang digunakan

untuk merekatkan karpet tersebut acap kali mengeluarkan senyawa-senyawa organik yang

mudah menguap. Sebagian besar orang pernah merasakan bau kuat yang menyengat dari karpet

yang baru dipasang. Bila karpet tidak terawat, jarang dibersihkan dan dijemur, maka pertikel

debu, dan pencemar lain yang menempel di karpet akan ikut masuk ke dalam sistem pernafasan

manusia sehingga dapat mengganggu kesehatan.1

Pajanan biologi

Polusi biologi disebabkan oleh kutu debu, jamur, bakteri, serbuk sari tanaman, dan organisme

lain. Terutama, perkantoran modern yang biasanya menggunakan pendingin tanpa ventilasi

alami. Pekerja dapat berisiko mengidap penyakit, diantaranya:

- Humidifier fever yaitu suatu penyakit yang disebabkan oleh organisme yang menyebabkan sakit

pada saluran pernafasan dan alergi. Organisme ini biasanya terdapat dan hidup pada air yang

terdapat di sistem pendingin.

- Legionnaire disease penyakit ini juga berhubungan dengan system pendingin dalam ruang

namun disebabkan oleh spesifik bakteri terutama bakteri legionella pneumophila. Penyakit ini

terutama akan lebih berbahaya pada pekerja dengan usia lanjut. Reaksi legionella memang sering

tidak sertai gejala mencolok bahkan seperti flu biasa. Paling-paling hanya demam, menggigil,

pusing, batuk berdahak, badan lemas, tulang ngilu dan selera makan

lenyap.1

3

Page 4: SBS.docx

Pajanan kimia

Penggunaan pewangi ruangan merupakan salah satu penyebab polusi dalam ruang karena

pewangi ruangan tersebut akan memaparkan bermacam bahan yang serba kimiawi. Ada yang

bisa menyebabkan alergi, pusing, hingga mual. Dilaporkan bahwa 95% bahan kimia dalam

pewangi adalah senyawa sintesis yang berasal dari petrokimia, termasuk turunan benzene,

aldehida dan banyak toksin serta agen pembuat peka lain. Pajanan yang berulang-ulang akan

memicu peningkatan sensitivitas dan reaksi yang semakin kuat. Sensitivitas ke beragam bahan

lain. Bahan-bahan ini dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan, termasuk reaksi alergi,

masalah pernapasan dan sensitivitas.pada pajanan berulang, bahan-bahan tersebut dapat

meyebabkan keadaan yang lebih serius,misalnya cacat lahir, gangguan saraf pusat, dan kanker.

Selain itu, juga penyemprot nyamuk, rokok, mesin fotokopi yang mengeluarkan ozon,

penggunaan berbagai desinfektan, hingga tanaman hidup yang tidak pernah dikeluarkan dari

ruangan. Tanaman yang jarang dikeluarkan dari ruangan juga kurang baik karena pada malam

hari tanaman mengeluarkan karbondioksida dan mengkonsumsi oksigen. Terlebih jika tanaman

tersebut berada di dalam ruangan kantor yang jarang dibuka ventilasi udara segarnya.1

Pajanan gas

Polusi gas, selain datang dari asap pembuangan kendaraan bermotor, juga terjadi di bangunan

tempat tinggal kita seperti tungku api dan pemanas yan g tidak disertai dengan sistem ventilasi

yang baik, dan juga dari kompor gas yang mengeluarkan karbonmonoksida, karbondioksida, dan

nitrogen dioksida. Selain itu juga banyak materi bangunan modern, seperti cat rumah yang masih

baru diaplikasikan, papan partikel (particle board), papan fiber (fiber board), dan berbagai

macam perabotan plastik yang mengeluarkan gas organik dalam jangka tahunan.1

Pajanan radiasi

a. Radiasi alam

Di antara sekian banyak sumber radiasi alam, radon merupakan sumber radiasi alam yang paling

banyak mendapatkan perhatian sehubungan dengan efek merugikan yang ditimbulkannya. Efek

merugikan tersebut berkaitan dengan kesehatan manusia. Radon merupakan gas radioaktif yang

tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, dan secara kimia tidak reaktif. Zat ini terbentuk dari

4

Page 5: SBS.docx

turunan radium-226 yang termasuk dalam rantai luruhan uranium-238 yang ada di dalam batu,

tanah dan air. Zat ini dapat bermigrasi dari batuan dan tanah masuk ke atmosfir. Berbagai bahan

bangunan seperti granit, italian tuff serta alum shale konkrete ringan, mengandung konsentrasi

radium-226 yang dapat menjadi sumber migrasi radon di dalam ruangan. Ternyata udara luar

berperan penting bagi masuknya radon ke udara ruangan melalui ventilasi udara maupun pintu

dan jendela. Komponen terbesar dari paparan radon pada manusia melalui inhalasi radon dan

turunannya yang berumur pendek. Radon dan sekitar sepertiga hasil luruhannnya akan terinhalasi

dan masuk ke dalam organ paru sebagai organ target. Gas radon yang terinhalasi ini dapat masuk

ke dalam darah serta berbagai organ maupun jaringan tubuh manusia. Penggunaan bahan-bahan

tambang seperti asbes dan sisa-sisa hasil pengolahan bahan tambang sebagai bahan bangunan

untuk perumahan atau gedung, dapat memperbesar kadar radon.1

Hubungan pajanan dengan penyakit

Hipotesis kimia

Volatile organic compounds (VOCs) yang berasal dari perabot, karpet, cat serta debu, karbon

monoksida atau formal dehid yang tergantung dalam pewangi ruangan dapat menginduksi respon

reseptor iritasi terutama pada mata dan hidung. Iritasi saluran napas menyebabkan asma dan

rhinitis melalui interaksi radkal bebas sehingga terjadi pengeluara histamine, degradasi sel mast

dan mengeluarkan mediator inflamasi menyebabkan bronkokonstriksi. Pergerakan silia menjadi

lambat sehingga tidak dapat membersihkan saluran napas, peningkatan produksi lendir akibat

iritasi oleh bahan pencemar, rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran napas dan merangsang

pertumbuhan sel. Akibatnya terjadi kesulitan napas, sehingga bakteri sulit dikeluarkan.2

Gedung yang sering menimbulkan SBS adalah gedung yang memiliki arsitektur tertutup rapat

yang dimkasudkan untuk menjaga temperature ruangan agar tetap hangat atau agar tetap sejuk

sehingga jendela tidak pernah dibuka. Biasanya gedung seperti ini kadar CO2nya sering

meningkat. Sumber udara yang diambil untuk dialirkan ke dalam gedung sering tercemar CO

atau gas buangan mesin diesel. Pegawai yang bekerja di dalam gedung akan terkena sindrom ini

akan mengalami gelisah, sesak napas.3

5

Page 6: SBS.docx

Jumlah pajanan

Indikator Sick Building Syndrome yaitu:

1. Penghuni gedung mengeluh sakit kepala, iritasi mata, hidung atau tenggorokan, batuk

kering, kulit kering atau gatal, pusing dan mual, kesulitan dalam berkonsentrasi,

kelelahan dan peka terhadap bau.

2. Penyebab dari gejala tidak diketahui.

3. Sebagian besar pengadu melaporkan lega segera setelah meninggalkan gedung.

Sedangkan indikator sakit yang disebabkan oleh kondisi bangunan yaitu:

1. Penghuni gedung mengeluhkan gejala seperti batuk, dada sesak, demam, menggigil

dan nyeri otot.

2. Gejala-gejala dapat didefinisikan secara klinis dan telah diidentifikasi penyebabnya

secara jelas.

3. Penghuni gedung mungkin memerlukan waktu pemulihan yang lama setelah

meninggalkan gedung.

Faktor individu

Kerentanan individu akan mempengaruhi gejala. Stress karena pekerjaan dan faktor psikososial

juga mempengaruhi timbulnya SBS.3

Sick Building Syndrome

Sick building syndrome (SBS) merupakan masalah yang cukup penting untuk diperhatikan,

karena SBS pada pegawai dapat berdampak terhadap penurunan produktivitas kerja dan

penurunan konsentrasi kerja. Jika hal ini terjadi, kemungkinan akan terjadi penyakit akibat kerja.

SBS adalah sekumpulan gejala yang dialami oleh penghuni gedung atau bangunan, yang

dihubungkan dengan waktu yang dapat diidentifikasikan terhadap penyakit ini. Adapun keluan-

keluhan tersebut dapat timbul dari penghuni gedung pada ruang atau bagian tertentu dari gedung

6

Page 7: SBS.docx

tersebut, tetapi tidak terdapat penyakit atau penyebab khusus yang dapat diidentifikasikan pada

penyakit ini.1-3

Gejala Sick Building Syndrome

Umumnya gejala dan keluhan SBS tidak cukup spesifik bahkan biasanya tidak dianggap serius

sehingga memerlukan pengobatan khusus atau perawatan rumah sakit. Keluhan itu hanya

dirasakan pada saat bekerja di gedung dan menghilang secara wajar pada hari minggu atau hari

libur, keluhan tersebut lebih sering dan lebih bermasalah pada individu yang mengalami stress,

kurang diperhatikan dan kurang mampu dalam mengubah situasi pekerjaan atau

penghidupannya.

Keluhan SBS antara lain iritasi mata (mata merah, pedih, gatal), kerongkongan kering, sakit

kepala, kehilangan konsentrasi, sinusitis, iritasi kulit, sesak napas, batuk, cepat mengantuk,

gangguan perut, bersin-bersin dan iritasi saluran pernapasan.1-4

Pencegahan

Pencegahan SBS harus dimulai dari sejak perencanaan sebuah gedung untuk suatu pekerjaan

atau kegiatan tertentu, penggunaan bahan bangunan mulai dari fondasi bangunan, dinding, lantai,

penyekat ruangan, cat dinding yang dipergunakan, tata letak peralatan yang mengisi ruangan

sampai operasional peralatan tersebut.

Perlu kewaspadaan dalam penggunaan bahan bangunan terutama yang berasal dari hasil

tambang, termasuk asbes. Dianjurkan agar bangunan gedung didesain berdinding tipis serta

memiliki system ventilasi yang baik. Pengurangan konsentrasi sejumlah gas/partikel dan mikro

organism di dalam ruangan dapat dilakukan dengan pemberian tekanan yang cukup besar di

dalam ruangan. Peningkatan sirkulasi udara seringkali menjadi upaya yang sangat efektif untuk

mengurangi polusi di dalam ruangan. Dalam kondisi tertentu yaitu konsentrasi polutan sangat

tinggi, dapat diupayakan dengan ventilasi pompa keluar.

Bahan-bahan kimia tertentu yang meupakan polutan sumbernya dapat berada didalam ruangan

itu sendiri. Bahan-bahan polutan sebaiknya diletakkan di dalam ruangan-ruangan khusus yang

berventilasi dan di luar area kerja. Sedangkan karpet yang diperunakan untuk pelapis dinding

7

Page 8: SBS.docx

maupun lantai secara rutin perlu dibersihkan dengan penyedot debu dan apabila dianggap perlu

dalam waktu jangka tertenu dilakukan pencucian. Demikian pula pembersihan AC secara rutin

harus dilakukan.

Tata letak peralatan elektronik memegang peranan penting. Tata letak yang terkait dengan jarak

pajanan peralatan penghasil radiasi elektromagnetik ini tidak hanya dipandang dari segi

ergonomic tetapi juga kemungkinan memberikan andil dalam menimbulkan SBS. Kebutuhan

para penghuni ruangan untuk merokok tidak dapat dihindari. Perlu disediakan ruangan khusus

yang berventilasi cukup, jika tidak memungkinkan untuk meninggalkan gedung. Hal ini untuk

mencegah kumulasi asap rokok yang mempunyai andil dalam menimbulkan SBS.1-5

Kesimpulan

Sick building syndrome merupakan kumpulan gejala akut pada pekerja di gedung perkantoran

dapat berupa nyeri kepala, batuk, sesak, iritasi kulit dan gejala lain tetapi bukan merupakan

penyakit spesifik dan penyebabnya tidak dapat diidentifikasikan dengan jelas. SBS terjadi karena

buruknya kualitas udara dalam ruangan. Pencegahan dan penatalaksanaan bersifat kompherensi,

melibatkan pekerja, manager dan organisasi.5

8

Page 9: SBS.docx

Daftar pustaka

1. Jayeratman J, Koh D. Buku ajar praktik kedokteran kerja, pekerja dan kesehatan. Jakarta.

EGC. 2009. H;6-8, 14-5.

2. Aditama TY, Andarini SL. Sick building syndrome. Med J Indones 2002. H; 11, 124-31

3. Djojodibroto RD. Respirologi. Jakarta. EGC. 207. H; 205.

4. Burge PS. Sick building syndrome. Diunduh dari

http://oem.bmj.com/content/61/2/185.full pada tanggal 2 Oktober 2013.

5. Yulianti Dian, Ikhsan Muchtar. Sick building syndrome. Departemen pulmonologi FKUI.

Di unduh dari http://kalbemed.com pada tanggal 2 oktober 2013

9