Pekerja Diduga menderita Sick Building Syndrome
Anggi Aviandri Putra
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara/6 Jakarta Barat
Email: [email protected]
Pendahuluan
Indonesia menghadapi pembangunan fisik yang sangat pesat, untuk memenuhi kebutuhan
perkantoran dan perumahan di kota besar seperti Jakarta bangunan gedung bertingkat tinggi
menjadi pilihan. Perkembangan dan tren desain arsitektur memang sedang mengarah pada
arsitektur bangunan dengan dinding dan jendela yang terbuat dari kaca. Untuk menjaga suhu
udara ruangan tetap dingin maka digunakan pendingin ruangan. Tidak adanya ventilasi tidak
mengurangi kenyamanan para pekerja di dalam gedung. Sangat nyaman sehingga tidak banyak
yang menyadari bahwa sumber polusi justru berasal dari ruangan kerja itu sendiri.
Pembangunan gedung tersebut berdampak baik bagi banyak orang, tapi selain itu juga
berdampak buruk yakni dapat mengganggu kesehatan para pekerja yang berada dalam gedung
tersebut. Apabila penghuni suatu ruangan lebih dari 20% sering mengalami gangguan kesehatan,
tanpa diketahui sebab dan gangguan tersebut hilang dalam beberapa saat setelah keluar ruangan,
kejadian demikian disebut dengan Sick Building Syndrome (SBS).
Sindrom gedung sakit adalah kumpulan gejala akibat adanya gedung yang "sakit", artinya
terdapat gangguan pada sirkulasi udara di dalam gedung itu. Adanya gangguan itulah yang
menyebabkan gedung tersebut dikatakan "sakit", sehingga timbul sindrom ini yang memang
terjadi karena para penderitanya menggunakan suatu gedung yang sedang "sakit".
Lingkungan ruang kerja yang kurang mendukung seperti polusi udara, ukuran meja dan kursi
kurang sesuai, ventilasi udara ruangan kurang sehat, suhu udara ruang kerja terlalu panas atau
kelembaban tinggi.1
1
Anamnesis
Tuan C berusia 28 tahun datang ke klinik dengan keluhan mudah lelah, sakit kepala dan mata
panas selama 3 bulan ini. Os ini mengatakan bahwa keluhan ini hanya terjadi bila saat os berada
di kantor. Os bekerja sebagai pegawai keuangan selama 5 tahun. Os juga mengaku bahwa
belakangan ini banyak sekali tugas yang dibebankan kepada os, os juga mengatakan bahwa dia
tidak berasa keluhan ini bila os mengajukan cuti.
Pada RPD, os tidak pernah dirawat di rumah sakit ataupun mengidap keluhan penyakit seperti ini
sebelumnya. Os juga mengaku tidak punya alergi. Os juga menyangkal adanya hipertensi,
penyakit jantung,penyakit hati, penyakit ginjal ataupun penyakin kencing manis. Pada riwayat
penyakit keluarga juga tidak ditemukan adanya penyakit yang berat.
Pajanan fisik
Yang termasuk ke dalam pajanan fisik adalah:
a. Pendingin udara (kaitannya dengan suhu dan kelembaban ruang) Secara umum, pengkondisian
udara (air-conditioning) dilakukan dengan mengkondisikan udara dari luar bisa dipanaskan
(untuk heating mode seperti di negeri-negeri dingin) atau didinginkan (untuk cooling mode
seperti halnya di Indonesia) sehingga udara yang disemburkan ke dalam ruangan mencapai
kondisi set-point (temperatur dan kelembaban) yang diinginkan.1
b. Debu di ruangan kerja
Debu merupakan partikel-partikel zat padat, yang disebabkan oleh kekuatan-kekuatan alami atau
mekanis seperti pengolahan, penghancuran, pelembutan, pengepakan yang cepat,
peledakan, dan lain-lain dari bahan, baik organik maupun anorganik, misalnya batu, kayu, bijih,
logam, arang batu, butir-butir zat dan sebagainya, yang memiliki ukuran antara 0,1 – 2,5 mikron.
Sumber alamiah partikulat atmosfir adalah debu yang memasuki atmosfir karena terbawa oleh
angin. Oleh karena itu, debu bisa terdapat di mana saja, misalnya untuk indoor, penumpukan
barang-barang bekas yang menimbulkan debu. Karena ukurannya yang kecil, debu dapat terhirup
dan tersangkut di dalam paru sehingga dapat mengganggu akivitas pernafasan manusia.1
2
c. Karpet yang tidak dirawat
Karpet merupakan salah satu bahan bangunan yang paling membahayakan bagi kesehatan, dan
apabila memungkinkan, maka disarankan pencegahan penggunannya. Hal tersebut
karena partikel debu yang dibawa oleh manusia dari luar ruangan, pestisida yang disemprotkan
ke ruangan, akan menempel pada karpet. Selain itu ada juga kutu debu yang biasanya tinggal di
antara sela-sela karpet, mengkonsumsi partikel-partikel kulit mati yang diproduksi oleh manusia
setiap harinya. Sebagian iritasi pada Sick Building Syndrome disebabkan oleh alergen yang
terdapat pada karpet, seperti tungau atau kapang. Juga alas karpet serta perekat yang digunakan
untuk merekatkan karpet tersebut acap kali mengeluarkan senyawa-senyawa organik yang
mudah menguap. Sebagian besar orang pernah merasakan bau kuat yang menyengat dari karpet
yang baru dipasang. Bila karpet tidak terawat, jarang dibersihkan dan dijemur, maka pertikel
debu, dan pencemar lain yang menempel di karpet akan ikut masuk ke dalam sistem pernafasan
manusia sehingga dapat mengganggu kesehatan.1
Pajanan biologi
Polusi biologi disebabkan oleh kutu debu, jamur, bakteri, serbuk sari tanaman, dan organisme
lain. Terutama, perkantoran modern yang biasanya menggunakan pendingin tanpa ventilasi
alami. Pekerja dapat berisiko mengidap penyakit, diantaranya:
- Humidifier fever yaitu suatu penyakit yang disebabkan oleh organisme yang menyebabkan sakit
pada saluran pernafasan dan alergi. Organisme ini biasanya terdapat dan hidup pada air yang
terdapat di sistem pendingin.
- Legionnaire disease penyakit ini juga berhubungan dengan system pendingin dalam ruang
namun disebabkan oleh spesifik bakteri terutama bakteri legionella pneumophila. Penyakit ini
terutama akan lebih berbahaya pada pekerja dengan usia lanjut. Reaksi legionella memang sering
tidak sertai gejala mencolok bahkan seperti flu biasa. Paling-paling hanya demam, menggigil,
pusing, batuk berdahak, badan lemas, tulang ngilu dan selera makan
lenyap.1
3
Pajanan kimia
Penggunaan pewangi ruangan merupakan salah satu penyebab polusi dalam ruang karena
pewangi ruangan tersebut akan memaparkan bermacam bahan yang serba kimiawi. Ada yang
bisa menyebabkan alergi, pusing, hingga mual. Dilaporkan bahwa 95% bahan kimia dalam
pewangi adalah senyawa sintesis yang berasal dari petrokimia, termasuk turunan benzene,
aldehida dan banyak toksin serta agen pembuat peka lain. Pajanan yang berulang-ulang akan
memicu peningkatan sensitivitas dan reaksi yang semakin kuat. Sensitivitas ke beragam bahan
lain. Bahan-bahan ini dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan, termasuk reaksi alergi,
masalah pernapasan dan sensitivitas.pada pajanan berulang, bahan-bahan tersebut dapat
meyebabkan keadaan yang lebih serius,misalnya cacat lahir, gangguan saraf pusat, dan kanker.
Selain itu, juga penyemprot nyamuk, rokok, mesin fotokopi yang mengeluarkan ozon,
penggunaan berbagai desinfektan, hingga tanaman hidup yang tidak pernah dikeluarkan dari
ruangan. Tanaman yang jarang dikeluarkan dari ruangan juga kurang baik karena pada malam
hari tanaman mengeluarkan karbondioksida dan mengkonsumsi oksigen. Terlebih jika tanaman
tersebut berada di dalam ruangan kantor yang jarang dibuka ventilasi udara segarnya.1
Pajanan gas
Polusi gas, selain datang dari asap pembuangan kendaraan bermotor, juga terjadi di bangunan
tempat tinggal kita seperti tungku api dan pemanas yan g tidak disertai dengan sistem ventilasi
yang baik, dan juga dari kompor gas yang mengeluarkan karbonmonoksida, karbondioksida, dan
nitrogen dioksida. Selain itu juga banyak materi bangunan modern, seperti cat rumah yang masih
baru diaplikasikan, papan partikel (particle board), papan fiber (fiber board), dan berbagai
macam perabotan plastik yang mengeluarkan gas organik dalam jangka tahunan.1
Pajanan radiasi
a. Radiasi alam
Di antara sekian banyak sumber radiasi alam, radon merupakan sumber radiasi alam yang paling
banyak mendapatkan perhatian sehubungan dengan efek merugikan yang ditimbulkannya. Efek
merugikan tersebut berkaitan dengan kesehatan manusia. Radon merupakan gas radioaktif yang
tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, dan secara kimia tidak reaktif. Zat ini terbentuk dari
4
turunan radium-226 yang termasuk dalam rantai luruhan uranium-238 yang ada di dalam batu,
tanah dan air. Zat ini dapat bermigrasi dari batuan dan tanah masuk ke atmosfir. Berbagai bahan
bangunan seperti granit, italian tuff serta alum shale konkrete ringan, mengandung konsentrasi
radium-226 yang dapat menjadi sumber migrasi radon di dalam ruangan. Ternyata udara luar
berperan penting bagi masuknya radon ke udara ruangan melalui ventilasi udara maupun pintu
dan jendela. Komponen terbesar dari paparan radon pada manusia melalui inhalasi radon dan
turunannya yang berumur pendek. Radon dan sekitar sepertiga hasil luruhannnya akan terinhalasi
dan masuk ke dalam organ paru sebagai organ target. Gas radon yang terinhalasi ini dapat masuk
ke dalam darah serta berbagai organ maupun jaringan tubuh manusia. Penggunaan bahan-bahan
tambang seperti asbes dan sisa-sisa hasil pengolahan bahan tambang sebagai bahan bangunan
untuk perumahan atau gedung, dapat memperbesar kadar radon.1
Hubungan pajanan dengan penyakit
Hipotesis kimia
Volatile organic compounds (VOCs) yang berasal dari perabot, karpet, cat serta debu, karbon
monoksida atau formal dehid yang tergantung dalam pewangi ruangan dapat menginduksi respon
reseptor iritasi terutama pada mata dan hidung. Iritasi saluran napas menyebabkan asma dan
rhinitis melalui interaksi radkal bebas sehingga terjadi pengeluara histamine, degradasi sel mast
dan mengeluarkan mediator inflamasi menyebabkan bronkokonstriksi. Pergerakan silia menjadi
lambat sehingga tidak dapat membersihkan saluran napas, peningkatan produksi lendir akibat
iritasi oleh bahan pencemar, rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran napas dan merangsang
pertumbuhan sel. Akibatnya terjadi kesulitan napas, sehingga bakteri sulit dikeluarkan.2
Gedung yang sering menimbulkan SBS adalah gedung yang memiliki arsitektur tertutup rapat
yang dimkasudkan untuk menjaga temperature ruangan agar tetap hangat atau agar tetap sejuk
sehingga jendela tidak pernah dibuka. Biasanya gedung seperti ini kadar CO2nya sering
meningkat. Sumber udara yang diambil untuk dialirkan ke dalam gedung sering tercemar CO
atau gas buangan mesin diesel. Pegawai yang bekerja di dalam gedung akan terkena sindrom ini
akan mengalami gelisah, sesak napas.3
5
Jumlah pajanan
Indikator Sick Building Syndrome yaitu:
1. Penghuni gedung mengeluh sakit kepala, iritasi mata, hidung atau tenggorokan, batuk
kering, kulit kering atau gatal, pusing dan mual, kesulitan dalam berkonsentrasi,
kelelahan dan peka terhadap bau.
2. Penyebab dari gejala tidak diketahui.
3. Sebagian besar pengadu melaporkan lega segera setelah meninggalkan gedung.
Sedangkan indikator sakit yang disebabkan oleh kondisi bangunan yaitu:
1. Penghuni gedung mengeluhkan gejala seperti batuk, dada sesak, demam, menggigil
dan nyeri otot.
2. Gejala-gejala dapat didefinisikan secara klinis dan telah diidentifikasi penyebabnya
secara jelas.
3. Penghuni gedung mungkin memerlukan waktu pemulihan yang lama setelah
meninggalkan gedung.
Faktor individu
Kerentanan individu akan mempengaruhi gejala. Stress karena pekerjaan dan faktor psikososial
juga mempengaruhi timbulnya SBS.3
Sick Building Syndrome
Sick building syndrome (SBS) merupakan masalah yang cukup penting untuk diperhatikan,
karena SBS pada pegawai dapat berdampak terhadap penurunan produktivitas kerja dan
penurunan konsentrasi kerja. Jika hal ini terjadi, kemungkinan akan terjadi penyakit akibat kerja.
SBS adalah sekumpulan gejala yang dialami oleh penghuni gedung atau bangunan, yang
dihubungkan dengan waktu yang dapat diidentifikasikan terhadap penyakit ini. Adapun keluan-
keluhan tersebut dapat timbul dari penghuni gedung pada ruang atau bagian tertentu dari gedung
6
tersebut, tetapi tidak terdapat penyakit atau penyebab khusus yang dapat diidentifikasikan pada
penyakit ini.1-3
Gejala Sick Building Syndrome
Umumnya gejala dan keluhan SBS tidak cukup spesifik bahkan biasanya tidak dianggap serius
sehingga memerlukan pengobatan khusus atau perawatan rumah sakit. Keluhan itu hanya
dirasakan pada saat bekerja di gedung dan menghilang secara wajar pada hari minggu atau hari
libur, keluhan tersebut lebih sering dan lebih bermasalah pada individu yang mengalami stress,
kurang diperhatikan dan kurang mampu dalam mengubah situasi pekerjaan atau
penghidupannya.
Keluhan SBS antara lain iritasi mata (mata merah, pedih, gatal), kerongkongan kering, sakit
kepala, kehilangan konsentrasi, sinusitis, iritasi kulit, sesak napas, batuk, cepat mengantuk,
gangguan perut, bersin-bersin dan iritasi saluran pernapasan.1-4
Pencegahan
Pencegahan SBS harus dimulai dari sejak perencanaan sebuah gedung untuk suatu pekerjaan
atau kegiatan tertentu, penggunaan bahan bangunan mulai dari fondasi bangunan, dinding, lantai,
penyekat ruangan, cat dinding yang dipergunakan, tata letak peralatan yang mengisi ruangan
sampai operasional peralatan tersebut.
Perlu kewaspadaan dalam penggunaan bahan bangunan terutama yang berasal dari hasil
tambang, termasuk asbes. Dianjurkan agar bangunan gedung didesain berdinding tipis serta
memiliki system ventilasi yang baik. Pengurangan konsentrasi sejumlah gas/partikel dan mikro
organism di dalam ruangan dapat dilakukan dengan pemberian tekanan yang cukup besar di
dalam ruangan. Peningkatan sirkulasi udara seringkali menjadi upaya yang sangat efektif untuk
mengurangi polusi di dalam ruangan. Dalam kondisi tertentu yaitu konsentrasi polutan sangat
tinggi, dapat diupayakan dengan ventilasi pompa keluar.
Bahan-bahan kimia tertentu yang meupakan polutan sumbernya dapat berada didalam ruangan
itu sendiri. Bahan-bahan polutan sebaiknya diletakkan di dalam ruangan-ruangan khusus yang
berventilasi dan di luar area kerja. Sedangkan karpet yang diperunakan untuk pelapis dinding
7
maupun lantai secara rutin perlu dibersihkan dengan penyedot debu dan apabila dianggap perlu
dalam waktu jangka tertenu dilakukan pencucian. Demikian pula pembersihan AC secara rutin
harus dilakukan.
Tata letak peralatan elektronik memegang peranan penting. Tata letak yang terkait dengan jarak
pajanan peralatan penghasil radiasi elektromagnetik ini tidak hanya dipandang dari segi
ergonomic tetapi juga kemungkinan memberikan andil dalam menimbulkan SBS. Kebutuhan
para penghuni ruangan untuk merokok tidak dapat dihindari. Perlu disediakan ruangan khusus
yang berventilasi cukup, jika tidak memungkinkan untuk meninggalkan gedung. Hal ini untuk
mencegah kumulasi asap rokok yang mempunyai andil dalam menimbulkan SBS.1-5
Kesimpulan
Sick building syndrome merupakan kumpulan gejala akut pada pekerja di gedung perkantoran
dapat berupa nyeri kepala, batuk, sesak, iritasi kulit dan gejala lain tetapi bukan merupakan
penyakit spesifik dan penyebabnya tidak dapat diidentifikasikan dengan jelas. SBS terjadi karena
buruknya kualitas udara dalam ruangan. Pencegahan dan penatalaksanaan bersifat kompherensi,
melibatkan pekerja, manager dan organisasi.5
8
Daftar pustaka
1. Jayeratman J, Koh D. Buku ajar praktik kedokteran kerja, pekerja dan kesehatan. Jakarta.
EGC. 2009. H;6-8, 14-5.
2. Aditama TY, Andarini SL. Sick building syndrome. Med J Indones 2002. H; 11, 124-31
3. Djojodibroto RD. Respirologi. Jakarta. EGC. 207. H; 205.
4. Burge PS. Sick building syndrome. Diunduh dari
http://oem.bmj.com/content/61/2/185.full pada tanggal 2 Oktober 2013.
5. Yulianti Dian, Ikhsan Muchtar. Sick building syndrome. Departemen pulmonologi FKUI.
Di unduh dari http://kalbemed.com pada tanggal 2 oktober 2013
9