Sarah Nizom Islam Khabar Ahad Dalam Pandangan Ulama

download Sarah Nizom Islam Khabar Ahad Dalam Pandangan Ulama

of 8

description

ok

Transcript of Sarah Nizom Islam Khabar Ahad Dalam Pandangan Ulama

Khabar Ahad dalam Pandangan UlamaUshulMEI 3Posted byM. Taufik N.TOleh : M. Taufik N.TWalaupun sebenarnya perbedaan pandangan tentang khabar ahad ini sudah dibahas oleh banyak ulama terdahulu, namun sampai sekarang masih ada sebagian dai yang sering melontarkan tuduhan sesat kepada sesama muslim gara-gara perbedaan pandangan tentang hal ini. Kalau ulama ulama dulu mereka bisa saling memahami perbedaan ini, mereka mengedepankan hujjah dan memahami fakta/maksud dari orang yang berbeda pendapat dengan mereka. Berbeda dengan sekarang seolah olah mereka menutup mata akan adanya perbedaan ini, tanpa mau mengkaji benar-benar apa sebenarnya maksud dari orang yang berbeda pendapat dengan mereka. Akibatnya mereka menuduhkan apa yang tidak ada faktanya pada orang yang dituduh.Dalam masalah wajibnya pengamalan khabar ahad, sebenarnya sudah tidak ada yang perlu dipermasalahkan lagi. Akan tetapi penggunaannya sebagai hujjah dalam masalah aqidah, inilah yang sering dijadikan masalah.Kalau diperhatikan, akar masalah dalam hal ini adalah dalah hal PEMAKNAAN AQIDAH itu sendiri, bagi yang menyatakan khabar ahad bukan sebagai hujjah dalam masalah aqidah, mereka memaksudkan aqidah disini sebagai PEMBEDA ANTARA IMAN DAN KAFIR, sedangkan yang menyatakan khabar ahad adalah hujjah dalam masalah aqidah, mereka memaksudkan aqidah disini TIDAK MESTI JADI PEMBEDA ANTARA IMAN DAN KAFIR, hal ini jelas terlihat ketika pihak yang menjadikan khabar ahad sebagai hujjah dalam masalah aqidah (penulis bukan termasuk pihak ini), mereka menyalahkan aqidah Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalani (wafat 852 H) dalam kitab monumental beliau Fathul Bari, namun pihak ini tidak menyatakan Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalani sebagai kafir, (lihat kitab mereka :At Tanbih Ala Mukholafaatil Aqdiyyah Fi Fathil Baariy(= peringatan atas penyimpangan aqidah dalam fathul bari), yang ditulis oleh Syaikh Bin Baz, Shalih Fauzan dkk, kitabnya bisa di downloaddisini), mereka juga menyalahkan aqidahnya Imam An Nawawi (wafat 676 H) dalam hal Asma was Shifat tanpa mengkafirkan beliau (walaupun sebagian mereka akhirnya menyatakan imam an Nawawi pada akhirnya juga tobat sehingga aqidahnya imam an Nawawi mereka klaim sebagai aqidah salafi[1]juga), mereka juga menyalahkan aqidahnya al Hafidz al Baihaqi (wafat 458 H) juga tanpa mengkafirkannya (lihathttp://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=833&bagian=0), mereka juga menyalahkan aqidah imam al Bukhoriy (wafat 256 H) ketika beliau men takwil wajah Allah sebagai kekuasaan/kerajaan Allah, tanpa mengkafirkan imam Bukhoriy.Walhasil sebenarnya yang menyatakan khabar ahad sebagai hujjah/dalil dalam masalah aqidah, mereka membahas suatu tema tersendiri yang berbeda dengan tema yang dibahas oleh ulama ushul, dan dengan tema yang berbeda tersebut kemudian mereka menghakimi ulama yang membahas tema yang lain. Saya tidak habis pikir, apakah mereka memahami atau tidak tema apa yang dibahas oleh ulama ushuluddin sehingga susah sekali memberi penjelasan ini.Kalau mengikuti tema pembahasan menurut mereka, yakni mereka memaksudkan aqidah TIDAK MESTI JADI PEMBEDA ANTARA IMAN DAN KAFIR, sebenarnya masalahnya selesai, yakni khabar ahad yang hasan atau shahih harus jadi hujjah dalam masalah aqidah[2], semua ulama akan sepakat (kecuali memang ingkarus sunnah) dan ketika ada perbedaan pandangan dalam hal ini, maka halnya seperti perbedaan dalam masalah hukum syara, yakni tidak mengeluarkan seseorang dari keimanannya. [end].Namun tulisan ini akan melihat bagaimana kehujjahan khabar ahad dalam perkara aqidah dalam makna yang disepakati oleh ahli ushuluddin yakni sebagai garis batas yang memisahkan antara iman dengan kafir (dan makna ini yang umum dikalangan ahli ushul, sehingga Syaikh Mahmud Syaltut menyebut orang-orang yang masih menanyakan hal-hal tersebut sebagaiorang yang tidak mengerti apa maksud aqidah).Saya terlebih dulu akan menyajikan copy- paste dan sedikit isinya (sisanya terjemahkan sendiri) dari beberapa bagian kitabAl Islam Aqidah wa Syariah, karya Syaikh Al Azhar (th 1958), yakni Syaikh Mahmud Syaltut (wafat 1963), sengaja saya pilih ini karena ini kitab yang secara khusus membahas Islam dari sisi aqidah dan syariah dan beliau bukan anggota gerakan yang sering dituduh sesat gara gara tidak menjadikan khabar ahad sebagai hujjah dalam masalah aqidah. Kemudian baru akan saya copy paste beberapa pendapat Ulama berkaitan dengan khabar ahad (bisa di lihat di Maktabah Syamilah, atau Jamiul Fiqh al Islamy atau Maktabah al Fiqh wa Ushuulihi, atau Maktabah Alfiyyah li as Sunnah an Nabawiyyah atau di Maktabah Al Aqooid Wal Milal, atau search di saaid.net).Bagi yang berfikir ilmiyyah, tidak taqlid, ana rasa perlu menelusuri sendiri sumber sumber yang ana sebutkan (sehingga kita dapat data primernya), lihat konteks pembahasannya, dan silahkan berkomentar.1.DARI KITABAL ISLAM AQIDAH WA SYARIAHSyarat suatu dalil bisa digunakan untuk aqidah haruslah qathiy (pasti) sumbernya, dan pasti penunjukan maknanya.Ayat al Quran (walaupun pasti sumbernya), yang penunjukan maknanya dzon, sehingga para ulama berbeda pendapat tentang maknanya maka itu bukan (bagian) aqidah yang dibebankan agama atas kita yang menjadi batas yang memisahkan antara orang beriman dan tidak beriman.Kalau dalilnya tidak qathiy, sehingga ulama berbeda pendapat, maka tidak boleh dijadikan bagian dari aqidah[3]sehingga pendapat suatu kelompok (dianggap) itu saja yang Haq, sedang yang lain tidak.Kalau maknanya lebih dari satu, tidak sah untuk dalil dalam aqidah sehingga dihukumi orang yang mengingkarinya sebagai kafir.Tentang pendapat jumhur ulama yang tidak menjadikan khabar ahad sebagai dalil dalam masalah aqidah, ini sudah saya sampaikan di tulisan sebelumnya.Ini pendapat ulama yang menyatakan khabar ahad yufiidul ilma (berfaedah ilmu/yaqin) seperti pendapat Ibnu Hazm dalam al Ihkam. (LIHATLAH BAGAIMANA ADABNYA ULAMA, BELIAU TETAP MENULIS PENDAPAT ULAMA LAIN, PADAHAL PENDAPAT ITU TIDAK SESUAI DENGAN PENDAPATNYA).Maksud YUFIIDUL ILMA di sini adalah AL ILM BI MANA DZON (ilmu dengan makna dzon), atau ILMU YANG MEWAJIBKAN AMAL. Adapun pembicaraan disini hanyalah faedah ilmu dari sisi penetapan aqidah dengan ilmu tersebut.2.KITAB AT TA RIIFAT (Al Jurjaani, wafat 816 H) : : : Semua (ulama) sepakat bahwa orang yang menolak khabar ahad tidaklah kafir (khabar ahad bukan hujjah dalam aqidah yakni batasan antara iman dan kafir)3. KITAB USHULAS SAROKHSY(Abu Bakr Muhammad bin Abi Sahl as-Sarokhsi, pada masanya digelari al-Imam al-Ajall az-Zahid Syams al-A`immah (Sang Imam Agung yang Zuhud dan Matahari Para Imam), Wafat +- 490 H) : : Intinya: Sesungguhnya khabar wahid tidak mewajibkan ilmu yaqin karena mengandung ghalat (kesalahan, dalam bhs matematika = galat = nilai error) dari perowi, dan dia (khabar ahad) mewajibkan amal dengan husnudz dzon terhadap rowi (khabar ahad yg shahih/hasan), .. dan sesungguhnya tidaklah diKAFIRKAN orang yang mengingkarinya karena dalilnya tidak mewajibkan ilmu yaqin, dan wajib beramal dengannya karena dalilnya mewajibkan untuk diamalkanmengingkari khabar ahad (yang shahih/hasan) tanpa dia mendatangkan takwil dihukumi sesat, jika ada takwil atas pengingkarannya dan ia menyatakan wajibnya amal dengan khabar wahid maka ia tidak dinyatakan sesat.4. KITAB USHUL AL BAZDAWIY (Fakhrul Islam Al Bazdawi, Wafat 482 H) : : : Khabar ahad mewajibkan amal, tidak mewajibkan ilmu yaqin, mengingkarinya (tanpa takwil/alasan) dipandang sesat, tidak kafir.5. KITAB USHUL ASY SYASYI : : : 1402 6.KITAB USHUL IJAABATUS SAAIL SYARH BUGHYATUL AAMAL (AS SHONANIY) : : : 7. KITAB IRSYAADUL FUHUL- IMAM ASY SYAUKANI : : Bagian kedua adalah aahaad, yakni khabar yangtidak berfaedah ilmu dari dirinya sendiri, baik berfaedah ilmu dari asalnya, maupun berfaedah ilmu dengan adanya qarinah atau indikasi luar dari khabar ahad tersebut,maka tidak ada perantara antara mutawatir dengan aahaad, dan ini adalah pernyataan jumhur/mayoritas ulama.8. KITAB AL IHKAM : : 9.KITAB AL BAKHRUL MUHIITH : : : : : 10. KITAB AL MAHSHUL FI USHUULIL FIQH (ABU BAKARIBNUL ARABY, Pakar hadits senior sekaligus ahli ushul, wafat 543 H) : : : Telah berkata ulama kami bahwa khabar wahid itu ada dua bagian:yang pertamamewajibkan ilmu dan amal sebagaimana khabar mutawatir,yang keduamewajibkan amal namun tidak mewajibkan ilmu, adapun yang pertama (khabar ahad/wahid yang mewajibkan ilmu dan amal) adalah 1) khabar dari Allah (al wahid) 2) Khabar dari Rasulullah (sendirian), khabar seseorang bersama Rasulullah SAW ADAPUN YANG KEDUA, YANG MEWAJIBKAN AMAL NAMUN TANPA MEWAJIBKAN ILMU (YAQIN), ADALAH KHABAR AHAD SECARA MUTLAK. Selanjutnya pada halaman 115, beliau menjelaskan syubhat orang yang menyatakan khabar ahad menghasilkan ilmu (yaqin): : dan sekelompok orang berkata: sesungguhnya khabar ahad mewajibkan ilmu (yaqin) dan amal sebagaimana khabar mutawatir, dan hal ini sesungguhnya hanyalah terjadi karena dua syubhat (kesamaran) masuk kedalam (pemikiran) mereka, BISA JADI KARENA KE JAHILAN MEREKA AKAN MAKNA AL ILMU, DAN BISA JADI KARENA KEJAHILAN MEREKA AKAN (MAKNA) KHABAR WAAHID (KHABAR AHAD), maka sesungguhnya kami dengan sangat jelas mengetahui tidak akan tercapainya al ilm (yaqin) dengan (hujjah) khabar waahid, dan boleh (mungkin)nya ada kebohongan dan kelupaan pada nya (khabar ahad).11.Imam Abu Zakariya Muhyidin Al-Nawawi(w. 676 H) : . : . .. : . .Adapun khabar ahad, ia adalah hadits yang tidak memenuhi syarat-syarat mutawatir, sama saja apakah karena perawinya satu atau lebih. Masih diperselisihkan hukum hadits ahad. Pendapat yang dipegang oleh mayoritas kaum Muslim dari kalangan shahabat dan tabiiin, dan kalangan ahli hadits, fukaha, dan ulama ushul yang datang setelah para shahabat dan tabiun adalah:khabar ahad (hadits ahad) yang tsiqah adalah hujjah syariy yang wajib diamalkan, dan khabar ahad hanya menghasilkan dzann, tidak menghasilkan ilmu (keyakinan).Wajibnya mengamalkan hadits ahad, kita ketahui berdasarkan syariat, bukan karena akal.Sebagian ahli hadits berpendapat bahwa hadits-hadits ahad yang terdapat di dalam Shahih Bukhari dan Muslim menghasilkan ilmu (keyakinan), berbeda dengan hadits-hadits ahad lainnya. Pada penjelasan sebelumnya kami telah menjelaskan kesalahan pendapat ini secara rinci. Semua pendapat selain pendapat jumhur adalah bathil. Kebathilan orang yang berpendapat tanpa hujjah dalam masalah ini telah tampak jelas.Adapun orang yang berpendapat bahwa hadits ahad menghasilkan keyakinan, sesungguhnya orang itu terlalu berbaik sangka. Bagaimana bisa dinyatakan hadits ahad menghasilkan keyakinan (ilmu), sedangkan hadits ahad masih mungkin mengandung ghalath, wahm, dan kadzb? Wallahu alam bish shawab.[Imam An Nawawiy, Syarah Shahih Muslim]Beliau juga membahas kelemahan pendapat Ibn Sholah yang menyatakan bahwa Hadis Ahad adalah Qothi, setelah menukil pernyataan Ibn Sholah, beliau menegaskan : : Pendapat ini yang disebutkan oleh Ibnu Sholah tentang (hadits) Bukhory dan muslim dalam tema pembahasan ini menyalahi pendapat para ahli tahqiq dan jumhur ulama, mereka mengatakan: hadits hadits dalam kitab shohihain yang tidak mencapai derajat mutawatir SESUNGGUHNYA HANYA MENGHASILKAN DZON, maka sesungguhnya ia hadits ahad, dan hadits ahad sesungguhnya hanya berfaedah dzon, tidak ada bedanya dalam masalah ini antara (hadits) Imam Bukhari, Imam Muslim dan para Imam Hadis lainnya. SEDANGKAN APA YANG DIJUMPAI BAHWA UMAT MENERIMA (KHABAR AHAD DALAM BUKHARI MUSLIM) SESUNGGUHNYA HANYA BERFAEDAH AKAN WAJIBNYA AMAL dengan apa apa yang ada dalam keduanya (yakni shahih Bukhory Muslim)12.Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalany(wafat 852 H) mengutip Al Hafidz al Karmaniy (wafat 796 H): Telah berkata Al Karmaniy:agar diketahui, sesungguhnya dia (diterimanya khabar ahad sebagai hujjah) HANYALAH DALAM HAL AMALIYYAH BUKAN DALAM HAL ITIQADIYYAH(Fathul Baariy Juz 13 bab ).13. Syaikh Abu Zahroh, dalam kitabnya : Ushuulul Fiqh hal 108 menggunakan istilah ilmu dzonny (untuk menyatakan ilmu bi mana dzonn): Hadits Aahaad berfaedah ilmu dzonny, bukan ilmu qathiy karena ada syubhat sampainya ke Nabi SAW.14. Syaikh Abdul Wahab Khallafdalam kitab Ushulul Fiqh nya: dan sunnah aahaad adalah dzanniyyatul wurud dari rasulullah SAW karena sanadnya tidak menghasilkan kepastian (qathiy)15. Al Hafidz Ibnu Abdil Barr(wafat 341 H), dalam kitab menyatakan: : : Para sahabat kami berselisih tentangkhabar wahid yang adilapakah mewajibkan ilmu dan sekaligus amal? atau mewajibkan amal namun tidak mewajibkan ilmu? dia (Ibnu Abdil Barr) berkata: dan sebagian besar orang pandai diantara mereka berpendapat bahwa khabar wahid (yang adil) mewajibkan amal, tanpa mewajibkan ilmu, dan ini adalah perkataan As Syafii dan jumhur (mayoritas) ahli fiqh.Jadi jelaslah bahwa mayoritas ulama ahli ushul memandang khabar ahad walaupun perowinya adil adalah mewajibkan amal namun tetap tidak mewajibkan ilmu/ yaqin sehingga tidak cukup untuk sebagai hujjah bagi pengkafiran orang lain, namun demikian mengingkari khabar ahad (yang shahih/hasan) tanpa dia mendatangkan takwil, dihukumi sesat, jika ada takwil atas pengingkarannya dan ia menyatakan wajibnya amal dengan khabar wahid maka ia tidak dinyatakan sesat.Adapun pernyataan dalam pembahasan di beberapa kitab bahwa khabar ahad YUFIIDUL ILMA , maka yang dimaksud disitu adalah AL ILM BI MANA DZON (ilmu/yaqin dengan makna dzon sebagaimana orang melakukan test dengan alat yang akurasinya 99% lalu dia katakan bahwa hasilnya meyakinkan), atau ILMU YANG MEWAJIBKAN AMAL, atau yang diistilahkan Syaikh Abu Zahroh dengan ILMU DZONNY, walaupun tidak dipungkiri ada juga yang memaksudkannya dengan ilmu yaqin.***Saya rasa cukup segini dulu, mudah-mudahan bisa menjadi penyatu umat baik yang menjadikan khabar ahad sebagai hujjah dalam masalah aqidah, maupun yang tidak menjadikannya sebagai hujjah dalam masalah aqidah, mohon maaf kalau bahasanya menyinggung salah satu pihak, kalau mau lihat pendapat ulama yang menjadikan khabar ahad mewajibkan yaqin sehingga layak sebagai dalil dalam masalah aqidah, lihat kitabnya Ibnu Hazm, Ibnu Taymiyyah maupun Ibnu Qayyim al Jauziyyah (sudah ana sebut di tulisan sebelumnya), serta kitab kitab madzhab dzahiri. Allahu Taala Alam.Baca Juga: