Hadits Mutawatir Dan Ahad

35
HADITS DITINJAU DARI KUANTITAS (MUTAWATIR DAN AHAD) OLEH REDHA AL KHAUSAR BAB I PENDAHULUAN Hadits atau yang disebut dengan sunnah, adalah segala sesuatu yang bersumber atau disandarkan kepada Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam, baik berupa perkataan, perbuatan atau taqrirnya. Sebagai sumber ajaran Islam setelah Al-Qur'an, sejarah perjalanan Hadits tidak terpisahkan dari sejarah perjalanan Islam itu sendiri. Akan tetapi, dalam beberapa hal terdapat ciri-ciri tertentu yang spesifik, sehingga dalam mempelajarinya diperlukan pendekatan khusus. Hadis dapat disebut sumber hukum Islam ke-dua setelah Al- Qur’an karena, hadis diriwayatkan oleh para perawi dengan sangat hati-hati dan teliti, sebagaimana sabda Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam ا ر ن ل ا ن م عده ق م وا ب ت ن ل ف مدا ع ت م ي عل ب كد ن م1

Transcript of Hadits Mutawatir Dan Ahad

HADITS DITINJAU DARI KUANTITAS

(MUTAWATIR DAN AHAD)

OLEHREDHA AL KHAUSAR

BAB I PENDAHULUAN

Hadits atau yang disebut dengan sunnah, adalah segala sesuatu yang

bersumber atau disandarkan kepada Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi

Wasallam, baik berupa perkataan, perbuatan atau taqrirnya. Sebagai sumber

ajaran Islam setelah Al-Qur'an, sejarah perjalanan Hadits tidak terpisahkan dari

sejarah perjalanan Islam itu sendiri. Akan tetapi, dalam beberapa hal terdapat ciri-

ciri tertentu yang spesifik, sehingga dalam mempelajarinya diperlukan pendekatan

khusus. Hadis dapat disebut sumber hukum Islam ke-dua setelah Al-Qur’an

karena, hadis diriwayatkan oleh para perawi dengan sangat hati-hati dan teliti,

sebagaimana sabda Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam

من كذ ب علي متعمدا فليتبوأ مقعده من

النا ر“Barang siapa berdusta atas namaku dengan sengaja, maka tempatnya dalam

neraka disediakan”(SHOHIH. Diriwayatkan oleh Bukhari I/434 no.1229, dan

Muslim I/10 no.3).

Tidak seperti Al-Qur'an, dalam penerimaan Hadits dari Nabi Muhammad

Shalallahu Alaihi Wasallam banyak mengandalkan hafalan para sahabatnya, dan

hanya sebagian saja yang ditulis oleh mereka. Penulisan itupun hanya bersifat dan

untuk kepentingan pribadi. Dengan demikian, Hadits-hadits yang ada pada para

sahabat, yang kemudian diterima oleh para tabi'in, memungkinkan ditemukan

adanya redaksi yang berbeda-beda. Sebab ada yang meriwayatkannya sesuai atau

1

sama benar dengan lafadz yang diterima dari Shalallahu Alaihi Wasallam, dan ada

yang hanya sesuai makna atau maksudnya saja, sedangkan redaksinya tidak sama.

Atas dasar itulah, maka dalam menerima suatu Hadits, langkah yang harus

dilakukan adalah dengan meneliti siapa pembawa Hadits itu (disandarkan kepada

siapa Hadits itu), untuk mengetahui apakah Hadits itu patut kita ikuti atau kita

tinggalkan. Oleh karena untuk memahami Hadits secara universal, diantara

beberapa jalan, salah satu diantaranya adalah dengan melihat Hadits dari segi

kuantitas atau jumlah banyaknya pembawa Hadits (Sanad) itu.

Berangkat dari hal tersebut di atas, maka untuk memahami Hadits ditinjau

dari kuantitas sanad, maka dalam makalah ini akan kami bahas mengenai Hadits

ditinjau dari kuantitas sanadnya.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Hadits Mutawatir

a. Pengertian Hadits Mutawatir

Hadits mutawatir secara bahasa,merupakan isim fa’il,dari at- tawatur yang

berarti berturut turut1.Secara istilah hadits mutawatir adalah hadits yang

diriwayatkan oleh banyak orang (rawi),yang menurut adat (kebiasaan) mustahil

mereka sepakat untuk berdusta.2 Atau hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang

banyak pada setiap tingkatan sanadnya menurut akal tidak mungkin para perawi

tersebut sepakat untuk berdusta dan memalsukan hadits, dan mereka bersandarkan

dalam meriwayatkan pada sesuatu yang dapat diketahui dengan indera seperti

pendengarannya dan semacamnya.3

b. Syarat Hadits Mutawatir4

1 Manna’Al Qathan, Studi Ilmu Hadits,cet.VIII,terj. Mifdhol abdurrahman, (Jakarta : pustaka al kautsar, 2014), hlm. 110

2 Mahmud thahan,Ilmu Hadits Praktis,cet.I,terj.Abu Fuad (Bogor : Pustaka Thariqul Izzah,1985),hlm.20

3 Fatchur Rahman,Ikhtisar Musthalahul Hadits,cet...(Bandung : Pustaka Al Ma’arif,1974),hlm.78

4 Ibid.hlm.79-80

2

Suatu hadits bisa dikatakan mutawatir apabila memenuhi tiga syarat :

1. Pewartaan yang disampaikan oleh rawi rawi tersebut harus berdasarkan

tanggapan panca indera.yakni warta yang mereka sampaikan harus

berdasarkan tanggapan hasil pendengaran atau penglihatan.Kalau

pewartaan itu hasil pemikiran atau rangkuman dari suatu peristiwa atau

hasil istinbath dari satu dalil dengan dalil yang lain,maka bukan berita

mutawatir.

“ م�ع�ت� sami’tu” = aku telah mendengar/ س�

�ا“ م�ع�ن ”sami’naa/ س� = kami telah mendengar

“ �ت� �ي أ roaitu” = aku telah melihat/ ر�

�ا“ �ن �ي أ roainaa” = kami telah melihat/ ر�

2. Jumlah rawi rawinya harus sesuai ketentuan yang tidak mungkin mereka

sepakat untuk berdusta. Adanya kesamaan atau keseimbangan jumlah

sanad pada tiap thabaqahnya. Jumlah sanad Mutawatir antara satu

thabaqah (tingkatan) dengan thabaqah lainnya harus seimbang. Misalnya,

jika sanad pada thabaqah pertama 10 orang, maka pada thabaqah-thabaqah

berikutnya juga masing-masing harus 10, atau 9, atau 11 orang. Dengan

demikian, bila suatu Hadits diriwayatkan oleh 20 orang sahabat, kemudian

diterima oleh sepuluh tabi'in dan selanjutnya hanya diterima oleh empat

tabi' at-tabi'in, tidak digolongkan Hadits Mutawatir, sebab jumlah

sanadnya tidak seimbang antara thabaqah pertama dengan thabaqah-

thabaqah berikutnya.

3. Jumlah rawi-rawinya harus mencapai suatu ketentuan yang tidak

memungkinkan mereka untuk bersepakat bohong (berdusta). Dalam hal ini

para ulama' berbeda pendapat tentang batasan jumlah untuk tidak

memungkinkan bersepakat dusta :

a) Abu at-Thayyib menentukan sekurang-kurangnnya 4 orang. Karena

diqiyaskan dengan banyaknya saksi yang diperlukan hakim untuk tidak

memberi vonis kepada terdakwa.

3

b) Ash-habu as-Syafi'i menentukan 5 orang, karena mengqiyaskan dengan

jumlah para nabi yang mendapat gelar Ulul Azmi

c) Sebagian ulama' menetapkan sekurang-kurangnya 20 orang, berdasarkan

ketentuan yang difirmankan oleh Allah dalam QS. Al-Anfal : 65 tentang

sugesti Allah kepada orang mukmin yang tahan uji, yang berjumlah 20

orang saja dapat mengalahkan 200 orang.

.........

........

jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh..(Qs.Al Anfal ayat 65)

d) Ulama' yang lain menetapkan jumlah tersebut sekurang-kurangnya 40

orang. Karena mereka mengqiyaskan dengan firman Allah :

Hai Nabi, cukuplah Allah (menjadi Pelindung) bagimu dan bagi orang-orang mukmin yang mengikutimu.(Qs.Al Anfal ayat 64)

c. Contoh Contoh Hadits Mutawatir5

Contoh 1: Hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

�#ار � م�ق�ع�د�ه� م�ن� الن �و#أ �ب �ت �ي �ذ�ب� ع�ل�ي# ف�ل م�ن� ك“Barangsiapa yang berdusta atas namaku, maka hendaklah dia mengambil

tempat duduknya dari api neraka.” (SHOHIH. Diriwayatkan oleh Bukhari I/434

no.1229, dan Muslim I/10 no.3).

Hadits ini diriwayatkan oleh lebih dari 100 Shahabat radhiyallahu anhu

dan memiliki ratusan sanad. Lafazh-lafazhnya hampir sama dan makna semuanya

sama persis.

Contoh 2: Hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

�#ة ن �ج� 'ا ف�ى ال �ت �ي �ه� ب #ه� ل �ى الل �ن ج�د'ا ب �#ه� م�س �ل �ى ل �ن م�ن� ب5 .www.salwa.com/artikel Pembagian Hadits Ditinjau Dari Jalan Periwayatannya Yang

Sampai Kepada Kita oleh ust.muhammad wasitho,Lc.,Ma,diakses tanggal 14 oktober 2015

4

“Barangsiapa membangun masjid karena Allah maka Allah akan membangunkan

baginya sebuah rumah di dalam Surga.” (SHOHIH. Diriwayatkan Muslim I/378

no.533, At-Tirmidzi II/135 no.319, dan Ahmad I/70 no.506, dan selainnya).

Contoh 3: Hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

� �د�أ �م�ا ب 'ا ك �ع�ود� غ�ر�يب ي 'ا و�س� � غ�ر�يب �د�أ �م� ب ال ��س �ن# اإل إ“Islam pertama kali datang dalam keadaan asing, dan akan kembali dalam

keadaan asing pula sebagaimana awal mulanya.” (SHOHIH. Diriwayatkan oleh

Muslim I/131 no.146, Ahmad I/398 no.3784, dan selainnya).

d. Pembagian Hadits Mutawatir

Hadits mutawatir terbagi dua Yaitu Mutawatir Lafdzi dan Mutawatir

Ma'nawi6.Adapun yang dimaksud dengan Hadits Mutawatir Lafdzi adalah :

7المتواتر اللفظي هو ما تواتر لفظه ومعنا

Hadits Mutawatir Lafdzi adalah Hadits yang Mutawatir lafadz dan maknanya

Contoh dari Hadits Mutawatir Lafdzi yaitu :

ع�يد8 �ن� س99� �د� ب و�ي �ة� و�س�99 �ب ي �ي ش99� ب� �ن� أ ر� ب ��ك99 و ب �ب�99 �ا أ �ن ح�د#ث

�ن� م�ع�يل� ب ��س99 ة� و�إ ار� ر� �ن� ز� ام�ر� ب �ن� ع99� ه� ب د� الل#99 � و�ع�ب99�د �م�اك8 ع�ن� ع�ب99 �ر�يكB ع�ن� س99 �ا ش� �ن �وا ح�د#ث م�وس�ى ق�الال� �ي9ه� ق9� ب

� ع�ود8 ع�ن� أ ��ن� م�س9 ه� ب �د� الل#9 �ن� ع�ب ح�م�ن� ب الر#�ذ�ب� #م� م�ن� ك ل �ه� و�س� �ي #ه� ع�ل #ه� ص�ل#ى الل س�ول� الل ق�ال� ر�

�#ار � م�ق�ع�د�ه� م�ن� الن �و#أ �ب �ت �ي �ع�مHد'ا ف�ل ع�ل�ي# م�ت)البخارى(

Barang siapa yang sengaja berdusta atas namaku, maka hendaklah ia menduduki tempat di neraka. (HR. Bukhori)

Menurut Abu Bakar al-Bazzar, Hadits tersebut diriwayatkan oleh 40 orang

sahabat, dan sebagian ulama' mengatakan bahwa Hadits tersebut diriwayatkan

oleh 62 orang sahabat dengan lafadz dan makna yang sama. Hadits tersebut

6A. Qadir Hasan, Ilmu Mushthalah Hadits, ( Bandung: CV.Diponegoro,1990 )hal.44.7Mahmud at-Thahhan, Taisiiru Musthalahul Hadisi,(.....) hal.20.

5

terdapat pada 10 kitab Hadits ; al-Bukhori, Muslim, al-Darimi, Abu Dawuf, Ibnu

Majah, al-Turmudzi, al-Thayalisi, Abu Hanifah, al-Tabrhani, al-Hikam.

Sedangkan hadits mutawatir ma’nawi,adalah

المتواتر المعنوي هو ماتواتر معناه دون8لفطه

Hadits Mutawatir Ma'nawi adalah Hadits yang Mutawatir maknanya bukan lafadznya

Atau dengan kata lain adalah hadits yang rawi rawinya berlainan dalam

menyusun redaksi pemberitaan,tetapi berita pemberitaan yang berlain lainan itu

terdapat persesuaian pada prinsipnya.9

Contoh hadits mutawatir ma’nawi adalah tentang hadits mengangkat

tangan ketika bedoa

��ه �د�ي ف�ع� ي ��ر #م� ال� ي ل �ه� و�س� �ي #ه� ع�ل �يQ ص�ل#ى الل #ب �ان� الن ك#ه� �ن ق�اء� و�إ ��س ت �س ��ال# ف�ي اال �ه� إ ي�ء8 م�ن� د�ع�ائ ف�ي ش�

��ه �ط�ي �ب �اض� إ �ي ى ب �ر� #ى ي ف�ع� ح�ت ��ر ي"Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam tidak mengangkat kedua tangan beliau dalam doa-doanya selain dalam doa salat istiqa' dan beliau mengangkat tangannya, sehingga nampak putih-putih kedua ketiaknya." (HR. Bukhari Muslim)

Hadits yang semakna dengan yang semacam itu,tidak kurang dari 30 buah

dengan redaki yang berbeda beda. Kendatipun hadits hadits tersebut berbeda beda

redaksinya namun karena mempunyai kadar mustarak (titik persamaan) yang

sama,yakni keadaan beliau mengangkat tangan di kala berdoa,maka hadits tersebt

disebut mutawatir maknawy.

e. Faidah Hadits Mutawatir

Hadits Mutawatir memberikan faedah ilmu dhoruri ) yaitu ) الضروري

ilmu yang pasti (yakin) dan tidak boleh diingkari kebenarannya.  Mutawatir itu

wajib diterima dengan yakin dan wajib diamalkan. Hadis Mutawatir sama

8Ibid, hal : 21.9 Fatchur Rahman,Ikhtisar Musthalahul,.....hlm.83.

6

derajatnya dengan nash Al-Quran. Karenanya, mengingkari hadis Mutawatir,

sama dengan mengingkari Al-Quran, dihukum kafir. Atau paling sedikit sebagai

orang yang mulhid, yaitu orangyang mengakui akan keesaan Allah dan mengaku

sebagai orang Islam tetapi tidak mengakui Muhammad sebagai Rasulullah.10

Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa penelitian terhadap rawi-rawi

hadits mutawatir tentang keadilan dan kedlabitannya tidak diperlukan lagi, karena

kuantitas/jumlah rawi-rawinya mencapai ketentuan yang dapat menjamin untuk

tidak bersepakat dusta. Oleh karenanya wajiblah bagi setiap muslim menerima

dan mengamalkan semua hadits mutawatir. Umat Islam telah sepakat tentang

faedah hadits mutawatir seperti tersebut di atas dan bahkan orang yang

mengingkari hasil ilmu daruri dari hadits mutawatir sama halnya dengan

mengingkari hasil ilmu daruri yang berdasarkan musyahailat (penglibatan

pancaindera).

f. Kitab Rujukan Hadits Mutawatir

Para ulama telah memberikan perhatian yang sungguh – sungguh dengan

mengumpulkan hadits hadits mutawatir,lalu menjadikannya sebagai kitab khusus

(mushanaf) tersendiri,untuk memudahkan para penuntut ilmu merujuk

kepadanya.Diantara kitab – kitab itu.

1) Al – Azhar Al – Mutanatsirah Fil Akbar Al Mutawatirah,Karya As – Suyuthi

2) Qathful Azhar,Karya As Suyuthi,Ringkasan Kitab di atas

3) Al – La’ali’ Al Mutanatsirah Fil Ahadits Al Mutawatirahm,Karya Abu Abdillah

Muhammad Bin Thulun Ad – Dimasyqi

4) Nazhmul Mutanatsirah minal Hadits Al – Mutawatirah,Karya Muhammad bin

Ja’far Al Kittani.11

B. Hadits Ahad

10 Hasbi As-Shiddieq, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, (Jakarta: Bulan Bintang,1993), hlm.100

11 Mahmud thahan, studi ilmu....hlm.23

7

Secara etimologi, kata "ahad" merupakan bentuk jama' dari wahid yang

berarti satu. Maka Khobar Ahad atau Khobar Wahid adalah suatu berita yang

disampaikan oleh satu orang. Sedangkan secara terminologi, Hadits Ahad adalah :

الحد يث االحد هوالحديث الذى لم يبلغ رواته مبلغ الحد يث المتوتر سواء كان الراوى واحد او اثنين اوثالثة ااواربعة اوخمسة الى غير ذ لك من العداد.التى ال تشعر بان الحديث د خل فى خبر المتوتر

Artinya : “Hadis ahad adalah hadis yang para rawinya tidak mencapai jumlah rawi hadis mutawatir, baik rawinya itu satu, dua, tiga, empat, atau seterusnya. Tetapi jumlahnya tidak memberi pengertian bahwa hadis dengan jumlah rawi tersebut masuk dalam kelompok hadis mutawatir”.

Ada juga yang memberikan tarif sebagai berikut

Hadits Ahad adalah Hadits yang tidak memenuhi syarat-syarat Hadits

Mutawatir12

Atau dengan kata lain, Hadits Ahad adalah suatu Hadits yang jumlah

pemberitaannya tidak mencapai jumlah pemberita Hadits Mutawatir, baik

pemberita itu seorang, dua orang, tiga orang, empat orang, lima orang dan

seterusnya, tetapi jumlah tersebut tidak memberi pengertian bahwa Hadits tersebut

masuk ke dalam Hadits Mutawatir13

Dan Hadits Ahad itu dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu Hadits

Masyhur, Hadits 'Aziz dan Hadits Gharib.

a. Hadits Masyhur.

Secara etimologi hadits masyhur adalah, yang diterangkan,yang

ditunjukkan,yang masyhur.Sedangkan secara istilah hadits masyhur adalah hadits

yang diriwayatkan dengan tiga sanad yang berlainan rawinya.14

12Ibid, hal : 22.13 Muhammad Ahmad dan M. Mudzakir, Ulumul Hadits, (Bandung : Pustaka Setia,2000)

hal : 74.14 A.Qadir Hasan,Ilmu Mushthalah ...hal.271

8

Ditinjau dari segi kualitasnya, Hadits Masyhur ada yang Shahih, ada yang

Hasan dan ada yang Dho'if15. Hadits Masyhur yang Shahih artinya Hadits

Masyhur yang memenuhi syarat-syarat keshahihannya, Hadits Masyhur yang

Hasan artinya Hadits Masyhur yang kualitas perawinya di bawah kualitas perawi

Hadits Masyhur yang Shahih, sedangkan Hadits Masyhur yang Dho'if artinya

Hadits Masyhur yang tidak memiliki syarat-syarat atau kurang salah satu

syaratnya dari syarat Hadits Shahih.

Adapun contoh dari Hadits Masyhur adalah :

�م� ل ��م�س #م� ق�ال� ال ل �ه� و�س� �ي #ه� ع�ل �يH ص�ل#ى الل #ب ع�ن� الن

��د�ه �ه� و�ي ان �س� �م�ون� م�ن� ل ل ��م�س �م� ال ل م�ن� س�Artinya : Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda yang dikatakan sebenar benar orang islam itu adalah orang yang orang orang muslim lainnya selamat dari kejahatan lisan dan tangannya.

Hadits tersebut diriwayatkan,oleh Bukhari,Muslim dan Turmudzi dengan

sanad yang berlainan.

Sanad Hadits :

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa sallam

1.Abdulllah bin Amr2.As- Sya’bi3.Abdullah bin Abis – Basfar4.syu’bah5.Adam

BUKHARI

1.Abu Musa2.Abu Burdah3.Abu Burdah bin Abdullah bin Abi Burdah4.Yahya5.Sa’id

MUSLIM

1.Abu Hurairah2.Abu Shalih3.Al Qa’qa4.Ibnu ‘Ajlan5.Al Laits6.Qutaibah

TURMUDZI

15

9

Cobalah perhatikan sanad yang dari jalan abdullah Bin amr sampai Bukhari,yang

dari jalan abu musa sampai muslim dan yang dari jalan abu hurairah sampai jalan

turmudzi kita akan melihat,tidak ada seorang pun yang diantara rawi rawi tersebut yang

bersamaan orang nya.

Oleh karena itu, hadits itu dikatakan mashyur karena mempunyai tiga sanad atau

jalan periwayatan yang berbeda.16

Contoh Hadits mashyur yang lain adalah :

إنم99ا األعم99ال بالني99ات قال رس99ول الل99ه وإنما لكل امرئ م99ا ن99وى فمن ك99انت هجرت99ه إلى دنيا يصيبها أو إلى امرأة ينكحها فهجرته

إلى ما هاجر إليه Hadits ini diriwayatkan oleh bukhari muslim dengan sanad sebagai berikut:17

16 Ibid.hlm.27217 http//ikabalangan.files.wordpress.com.2012/04/new – picture.png .diakses tanggal 13

oktober 2015.

10

Istilah Masyhur yang diterapkan pada suatu Hadits, kadang-kadang bukan

untuk memberikan sifat-sifat Hadits menurut ketetapan di atas, yakni banyaknya

rawi yang meriwayatkan suatu Hadits, tetapi diterapkan juga untuk memberikan

sifat suatu Hadits yang mempunyai ketenaran di kalangan para ahli ilmu tertentu

atau di kalangan masyarakat ramai. Dari sisi ini, maka Hadits Masyhur terbagi

kepada :

Masyhur di kalangan para muhadditsin dan lainnya (golongan ulama' ahli

ilmu dan orang umum)

Masyhur di kalangan ahli-ahli ilmu tertentu, misalnya hanya masyhur di

kalangan ahli Hadits saja, atau ahli Fiqih saja, atau ahli Tasawuf saja, atau

ahli Nahwu saja dan lain sebagainya.

Masyhur di kalangan orang-orang umum saja.

b. Hadits Aziz

11

Secara etimologi aziz artinya yang sedikit,yang gagah,atau yang

kuat.secara istilah ilmu hadits, hadits aziz adalah hadits yang diriwayatkan dengan

minimal dua sanad yang berlainan rawinya.18 Atau dengan kata lain hadits aziz

adalah hadits yang diriwayatkan oleh dua orang,walaupun dua orang rawi tersebut

terdapat pada satu thabaqah saja,kemudian setelah itu,orang orang pada

meriwayatkannya.19

Dari definisi tersebut, kiranyanya dapat disimpulkan bahwa suatu Hadits

dikatakan 'Aziz bukan saja yang meriwayatkan oleh dua orang rawi pada setiap

thabaqat, yakni sejak dari thabaqat pertama sampai thabaqat terakhir, tetapi

sewaktu kedua thabaqat didapati dua orang perawi, tetap dapat dikategorikan

sebagai Hadits 'Aziz. Dalam kaitannya dengan masalah ini, Ibnu Hibban

mengatakan bahwa Hadits 'Aziz yang hanya diriwayatkan dari dan kepada dua

orang perawi pada setiap thabaqat tidak mungkin terjadi. Secara teori memang ada

kemungkinan, tetapi sulit untuk dibuktikan20

Dari pemahaman seperti ini, bisa saja terjadi suatu Hadits yang pada

mulanya tergolong sebagai Hadits 'Aziz, karena hanya diriwayatkan oleh dua

rawi, tetapi berubah menjadi Hadits Masyhur, karena perawi pada thabaqat

lainnya berjumlah banyak.

Dalam Hadits 'Aziz terdapat Hadits 'Aziz yang Shahih, ada yang Hasan

dan ada pula yang Dha'if.Hadits 'Aziz yang Shahih, Hasan dan Dha'if tergantung

kepada terpenuhi atau tidaknya ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan Hadits

Shahih, Hasan dan Dha'if.

Contoh Hadits 'Aziz.

ال يؤمن احدكم حتى اكون احب إليه من )متفقنفسه ووالده وولده والناس اجمعين

عليه(

18 Manna’Al Qathan, pengantar studi...hlm.114.19 Mahmud thahan, studi ilmu....hlm.9320 Munzier Suparta, Ilmu Hadits, ( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2003) ,hal.116.

12

Tidak sempurna iman salah seorang darimu sehingga aku lebih dicintainya dari pada ia mencintai dirinya sendiri, orang tuanya, anak-anaknya dan manusia seluruhnya (Muttafaqun 'Alaihi)

Hadits tersebut diriwayatkan oleh Bukahri dan Muslim dari jalan Anas bin

Malik.Dan diriwayatkan juga oleh bukhari dari jalan Abu Hurairah.

Susunan sanad dari dua jalan (sanad) itu adalah : yang meriwayatkan dari

Anas : Qatadah dan Abdul Aziz bin Shuhaib.Yang meriwayatkan dari Qatadah :

Syu’bah dan Said.Yang meriwayatkan dari Abdul Aziz : Ismail bin ‘Illiyyah dan

Abdul Warits. 21

c. Hadits Gharib

Gharib secara bahasa artinya yang jauh dari negerinya,yang asing,yang

ajaib,yang luar biasa,yang jauh untuk di pahami. Adapun menurut musthalahul

hadits,hadits gharib adalah suatu hadits yang diriwayatkan hanya dengan satu

sanad,dengan kata lain suatu hadits yang seorang rawi bersendiri dalam

meriwayatkannya,yaitu tidak ada orang lain menceritakannya,melainkan dia.22

Hadits gharib ini ada yang Shahih,Hasan dan Dhaif,yang Shahih contoh

nya seperti yang terdapat dalam As Shahihain,yang Dhaif inilah yang biasanya

banyak terjadi dalam Gharib,sedangkan yang Hasan banyak tedapat dalam

Jami’Tirmidzi23

Adapun maksud dari penyendirian rawi yaitu penyendirian rawi dalam

meriwayatkan Hadits itu, dapat mengenai personalianya, yakni tidak ada orang

lain yang meriwayatkan selain rawi itu sendiri. Juga dapat mengenai sifat atau

keadaan si rawi, artinya sifat atau keadaan si rawi itu berbeda dengan sifat dan

keadaan rawi-rawi lain yang juga meriwayatkan Hadits tersebut.24

Contoh Hadits Gharib.

� �ة'،ا ع�ب Qو�ن� ش� ت ��ض�عB و�س و� ب� �ع�و�ن� أ ب �ض�عB و�س� �م�ان� ب �ي �إل ا

21 Manna’Al Qathan, studi ilmu...hlm.11522 A. Qadir Hasan, Ilmu Mushthalah ...hlm.27823 Imam An Nawawi,Syarah Hadits Arba’in Nawawiyah,cet.II terj.Abu Ahmad Hasan

dan Ummu Dzakiya.(Solo:Pustaka Barokah,2005) hlm.1524 Fatchur Rahman,Ikhtisar Musthalahul,.....hlm.97

13

�م�اط�ة� �اه�ا إ �د�ن # الله�، و�أ �ال �له� إ � إ �ه�ا ق�و�ل� ال �ف�ض�ل ف�أ�م�ان� �ي �إل ا �ةB م�ن� ع�ب �اء� ش� ي �ح� ، و�ال ��ق �ذ�ى ع�ن� الط#ر�ي �أل .ا

“Iman Memiliki Lebih Dari Tujuh Puluh Atau Enam Puluh Cabang. Cabang Yang Paling Tinggi Adalah Perkataan ‘Lâ Ilâha Illallâh,’ Dan Yang Paling Rendah Adalah Menyingkirkan Duri (Gangguan) Dari Jalan. Dan Malu Adalah Salah Satu Cabang Iman [ Shahîh: HR.al-Bukhâri dalam al-Adâbul Mufrad (no. 598), Muslim (no. 35), Abû Dâwud (no. 4676), an-Nasâ-i (VIII/110) dan Ibnu Mâjah (no. 57), dari Shahabat Abû Hurairah. Lihat Shahîhul Jâmi’ ash-Shaghîr (no. 2800).]

Kalau kita susun sanad maka gambarannya berupa begini :

Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam

1.Abu Hurairah2.Abu Shalih3.Abdullah bin Dinar

BUKHARI

1.Abu Hurairah2.Abu Shalih3.Abdullah bin Dinar4.Sulaiman bin Bilal5.Abu ‘Amir6.Abdun bin Humaid

MUSLIM

1.Abu Hurairah2.Abu Shalih3.Abdullah bin Dinar4.Shuhail bin Abi Shalih5.Hammad6.Musa bin Ismail

ABU DAWUD

1.Abu Hurairah2.Abu Shalih3.Abdullah bin Dinar4. Sulaiman bin Bilal5. Abu ‘Amir6.Muhammad bin Abdullah

AN NASA’I

Ditinjau dari segi bentuk penyendirian rawi seperti tertera di atas, maka

Hadits Gharib ini terbagi menjadi dua macam, yaitu Gharib Mutlaq dan Gharib

Nisbi.

a) Gharib Mutlaq

14

Dikatakan Gharib Mutlaq, artinya penyendirian itu terjadi berkaitan

dengan keadaan jumlah personalianya, yakni tidak ada orang lain yang

meriwayatkan Hadits tersebut kecuali dirinya sendiri.

Contoh :

اإليمان بضع وسبعون شعبة والحياء شعبة

من اإليمان )متفق علعه(Iman itu bercabang-cabang menjadi 73 cabang, malu itu salah satu cabang dari iman (Muttafaqun 'Alaihi)

Hadits tersebut diterima oleh Abu Hurairah dan Abu Hurairah (sahabat)

hanya diterima oleh Abu Shalih (tabi'in) dari Abu Shalih hanya diterima oleh

Abdullah Ibn Dinar (tabi'u al-tabi'in) yang darinya juga hanya diriwayatkan oleh

Sulaiman ibn Bilal, dan dari Sulaiman diterima oleh Abu Amir. Baru setelah dari

Abu Amir Hadits tersebut diriwayatkan oleh Ubaidillah Ibn Sa'id dan Abdun Ibn

Humaid yang dari keduanya, kemudian diterima oleh Muslim.

Mengenai Gharib Mutlaq ini, para ulama' berbeda pendapat, apakah

penyendirian pada thabaqah sahabat juga termasuk ke dalam kategori Hadits

Gharib atau tidak. Dengan kata lain, apakah kajian tentang keghariban Hadits itu

juga termasuk pada thabaqah sahabat atau tidak. Menurut sebagian ulama',

keghariban sahabat juga termasuk, sehingga apabila suatu Hadits diterima dari

Rasulullah hanya oleh seorang sahabat (misalnya oleh Abu Hurairah sendiri atau

oleh 'Aisyah sendiri), Hadits tersebut juga disebut Gharib, meskipun pada

thabaqah-thabaqah berikutnya diterima oleh beberpa orang.

Menurut sebagian ulama' lainnya berpendapat bahwa, penyendirian

sahabat tidak termasuk ke dalam Hadits Gharib. Keghariban Hadits menurut

mereka hanya diukur pada thabaqah tabi'in (misalnya pada Ibn Syihab az-Zuhri)

dan thabaqah-thabaqah berikutnya. Dengan demikian, suatu Hadits baru bisa

dikatagorikan ke dalam Hadits Gharib apabila terjadi penyendirian pada thabaqah

tabi'in atau thabaqah-thabaqah berikutnya.

b) Hadits Gharib Nisbi

15

Disebut Hadits Gharib Nisbi, arti katanya Gharib adalah yang relatif. Ini

maksudnya, penyendirian itu bukan pada perawi atau sanadnya, melainkan

mengenai sifat atau keadaan tertentu seorang rawi :

1. Penyendirian tentang sifat keadilan dan kedhabitan dan ketsiqahan rawi.

Contoh :

يقراء فى األضحىكان رسول الله والفطر بق والقران المجيد واقترب الساعة

وانشق القمر )اخرجه مسلم(Konon Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam pada hari raya Qurban dan hari

raya Idul Fitri membaca surat Qaaf dan surat al-Qamar (Akhrajahu Muslim)

2. Penyendirian tentang kota atau tempat tinggal tertentu, yakni Hadits yang

hanya diriwayatkan oleh para rawi dari kota atau daerah tertentu saja,

misalnya Basrah, Kufah atau Madinah saja. Contoh :

ان نقراء بفاتحة الكتابامرنا رسول الله وما تيسر منه )رواه ابو داوو(

Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam memerintahkan kepada kita agar

membaca al-Fatihah dan surat mudah dari al-Qur'an (HR. Abu Dawud)

Hadits ini diterima oleh Abu Dawud dari Abu Walid al-Thayalisi dari Hamam

dan Qatadah dari Abu Nasharah dan Sa'id yang kesemuanya berasal dari Bashrah.

3. Penyendirian tentang meriwayatkannya dari rawi tertentu. Contoh :

على صفية بسوبق وتمرأن النبى �و�لم� اSesungguhnya Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam mengadakan walimah untuk

Shafiyah dengan jamuan makanan yang terbuat dari tepung gandum dan kurma

Hadits Ash –habus Sunan (nomor I ) yang bersanadkan Ibnu

Uyainah,Wa’il,Bakar bin Wa’il,Az Zuhry dan Anas Radhiyallahu’an,menurut Al

16

Hafidh Ibnu Thahir hanya Wa’il sendiri yang meriwayatkan dari anak nya,Bakar

dan selain Ibnu Uyainah tidak ada seorang rawi yang meriwayatkan daripadanya.

Al Tuzy meriwayatkan hadits tersebut (Nomor II) dari Ibnu Uyainah dari

Ziyyad bin Sa’id dari Az Zuhry tanpa melalui wa’il.Jamaah Ahli hadits (Nomor

III) meriwayatkan dari Uyainah,terus langsung dari Az Zuhry tanpa perantara.

Dengan demikian,Wa’il adalah menyendiri dengan perawi lain dalam

meriwayatkannya.Ia meriwayatkannya dari anaknya sendiri,sedang rawi rawi lain

tidak ada yang meriwayatkan semisal itu.25

Penyendirian seorang perawi seperti di atas, bisa pada keadilan dan

kedhabitannya, atau pada tempat tinggal atau kota tertentu. Misalnya, Hadits itu

tidak diriwayatkan oleh perawi yang tsiqah kecuali si fulan. Maka si fulan berarti

gharib dalam ketsiqahannya dari perawi lainnya. Atau misalnya, Hadits itu tidak

diriwayatkan oleh penduduk ahli Madinah kecuali si fulan. Maka si fulan berarti

gharib dalam meriwayatkan Hadits tersebut.

Dilihat dari sudut keghariban pada sanad dan pada matan, Hadits Gharib

terbagi kepada dua macam. Pertama, keghariban pada sanad dan matan secara

bersama-sama, dan kedua, keghariban pada sanad saja26

Yang dimaksud dengan Gharib pada sanad dan matan secara bersama-

sama adalah Hadits Gharib yang hanya diriwayatkan oleh satu silsilah sanad

dengan satu matan Haditsnya. Sedangkan yang dimaksud dengan Gharib pada

sanad saja adalah Hadits yang telah populer dan diriwayatkan oleh banyak

sahabat, tetapi ada seorang rawi yang meriwayatkannya dari salah seorang sahabat

yang lain yang tidak populer. Periwayatan Haditsmelalui sahabat yang lain seperti

ini disebut sebagai Hadits Gharib pada sanad.

Dari pembahasan tentang Hadits Gharib tersebut, jelasnya pada Hadits

Gharib mempunyai beberapa hukum (nilai) diantaranya :

1. Shahih, yaitu jika perawinya mencapai dhabith yang sempurna dan tidak

ditentang oleh perawi yang lebih kuat dari padanya.

25 Ibid.hlm.10226Utang Ranuwijaya,Ilmu Hadits, (Jakarta : Gaya Media Pratama,2001) Hal : 149

17

2. Hasan, yaitu jika dia mendekati derajat yang di atas dan tidak ditentang

oleh orang yang lebih rajah dari padanya.

3. Syad, yaitu jika ditentang oleh orang yang lebih kuat dari padanya, sedang

dia adalah orang kepercayaan.

4. Munkar, yaitu jika ditentang oleh orang yang lebih kuat dari padanya,

sedang diapun adalah orang yang lemah.

5. Matruk, yaitu jika dia tertuduh dusta walaupun tidak ditentang oleh orang

lain.

Oleh karena yang demikian, terbagilah Hadits Gharib kepada tiga bagian,

yaitu :

1. Gharib Shahih, yaitu segala Hadits Gharib yang terdapat dalam Shahih

Bukhari dan Shahih Muslim

2. Gharib Hasan, yaitu kebanyakan Hadits Gharib yang terdapat dalam sunan

at-Turmudzi

3. Gharib Dha'if, yaitu kebanyakan Hadits Gharib yang terdapat dalam

sunan-sunan lain dan dalam musnad-musnad27

Untuk menetapkan suatu Hadits itu Gharib, hendaklah diperiksa lebih dulu

pada kitab-kitab Hadits, semisal kitab Jami' dan kitab Musnad, apakah Hadits

tersebut mempunyai sanad lain selain sanad yang dicari kegharibannya itu, atau

tidak. Kalau ada hilanglah kegharibannya.

Adapun Kitab yang banyak memuat Hadits Gharib diantaranya adalah :

(1) Musnaad Al Bazaar

(2) Al-Mu’jam Al Ausath karya At Thabrany

Dan Kitab Kitab yang membahas Hadits Gharib adalah :

(1) Gharaibu Malik,Karya al-Daruquthniy

(2) Al-Afraad, Karya al-Daruquthniy

27 www.Academi.edu.com/ makalah hadits ditinjau dari kuantitasnya diakses tanggal 15 Oktober 2015 jam 10 : 56 wib

18

(3) Al-sunan Allatiy Tafarrada Bikulli Sunnatin Minha Ahlu Baldah,Karya

Abu Daud al Sajistaniy

C. Kedudukan Hadits Ahad

Hadits-hadits ahad memberi dua faedah:

1) Dzon, yaitu sangkaan kuat tentang sahnya penyandaran penukilan hadits

dari seseorang. Dan hal ini bertingkat-tingkat sesuai tingkatnya masing-

masing yang telah disebutkan. Terkadang hadits ahad memberi faedah

ilmu jika ditemukan banyak indikator dan dikuatkan oleh ushul (kaedah

pokok dalam syari’at).

Misalnya dengan indikator (qorinah), hadits tersebut diterima oleh seluruh

umat. Tidak ada yang menolaknya misal hadits innamal ‘amalu biniyat. Ini

termasuk hadits ghorib, akan tetapi karena seluruh ulama menerimanya, maka ini

adalah qorinah yang menunjukkan bahwa hadits ini adalah benar-benar dari

Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam. Atau hadits tersebut didukung oleh ushul,

yaitu didukung oleh kaedah pokok dalam syari’at. Ada banyak ayat yang

menunjukkan. kebenaran maksud dari hadits tersebut. Maka ini merupakan

indikasi kuat bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkannya. Atau itu

adalah hadits yang muttafaqun ‘alaih. Meskipun itu adalah hadits ahad atau

ghorib. Namun itu menjadi qorinah yang kuat. Ini pendapat yang dirojihkan

Syaikh Ibnu Utsaimin dalam masalah ini yaitu hadits ahad itu memberi faidah

dzon kecuali ada qorinah. Jadi, hadits ahad itu memberi faidah ilmu (yakin) jika

ada indikator-indikator pendukungnya.

2) Mengamalkan kandungannya. Dengan mempercayainya jika berupa berita

dan mempraktekkannya jika berupa tuntutan.

Baik tuntutan untuk mengerjakannya atau tuntutan untuk meninggalkannya.

Jadi hadits ahad memberi faedah amal. Jika hadits itu berupa masalah aqidah

19

berupa masalah khobar maka tetap wajib menjadikannya sebagai aqidah dan

mempercayainya. Jadi ucapan ulama bahwa hadits ahad yang shahih itu memberi

makna sangkaan kuat, itu sama sekali tidak ada hubungannya bahwa dalam

masalah aqidah tidak diamalkan.Meskipun ada tiga pendapat untuk masalah ini,

meskipun ulama yang memilih dzon secara mutlak sekalipun, namun mereka tetap

beramal dengan hadits ahad dalam masalah aqidah dalam masalah khobar dengan

mempercayai dan mengimaninya sebagai bagian dari aqidah. Inilah curangnya

Para penolak hadits ahad . Ketika mereka mengatakannya bahwasannya mereka

tidak mau menerima hadits ahad dalam masalah aqidah. Lalu mereka mengatakan

yang mendukung kami adalah ulama ini, disebutkan satu dua tiga dst disebutkan.

Padahal apa yang disebutkan oleh ulama tersebut bahwa hadits ahad memberi

makna (dzon) sangkaan. Dan sangkaan yang dimaksudkan adalah sangkaan yang

kuat bukan sekedar sangkaan. Sama sekali mereka tidak bermaksud dikarenakan

itu memberi makna dzon kemudian tidak dipakai dalam masalah aqidah. Namun

Mereka curang. Mereka katakan yang mendukung kami adalah ulama ini dan itu.

Padahal ulama tersebut membicarakan dari segi itu memberi makna dzon atau

tidak dan beliau merojihkan memberi makna dzon. Lalu apakah beliau

mengatakan itu tidak diterima sebagai dalil dalam masalah aqidah? Tidak. Beliau

tetap menerimanya sebagai dalil dalam masalah aqidah. Hanya saja ulama tersebut

memilih memberi makna dzon. Karena mengamalkan hadits ahad dalam masalah

aqidah adalah ijma ulama salaf. Sebagaimana dinukil oleh banyak ulama.

Meskipun itu adalah hadits ahad, maka itu adalah memberi faidah amal dengan

dijadikannya sebagai aqidah jika berisi masalah-masalah aqidah.

BAB IIIPENUTUP

Sebagai akhir bahasan masalah ini, alangkah baiknya kita saling ingat dan

mengingatkan, bahwa:

1. Wajib bagi setiap muslim mengimani semua hadits yang sudah shahih

yang datang dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, baik dalam

20

masalah ‘aqidah maupun ahkam, baik yang mutawatir maupun hadits ahad

yang shahih. Semua wajib kita imani dan kita terima dengan sepenuh hati.

2. Bahwa hak tasyri’ (membuat syari’at) hanyalah milik Allah Subhanahu wa

Ta'ala semata, dan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam yang akan

menjelaskannya. Sedangkan bila yang ditetapkan Rasulullah Shallallahu

'alaihi wa sallaam tidak terdapat dalam Al-Qur-an berarti beliau telah

diizinkan Allah untuk menetapkan sya-ri’at itu. Dan bagi seorang mukmin

bila diseru untuk berhukum dengan hukum Allah dan Rasul-Nya tiada

pilihan lain baginya kecuali wajib taat. Allah Subhanahu wa Ta'ala

berfirman:

“Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan, ‘Kami mendengar, dan kami patuh.’ Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (An-Nuur: 51)

3. Kita harus menjadi orang-orang yang senantiasa mengikuti jejak

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, para Shahabat Ridwanullah

'alaihim ajma'in, Tabi'in, dan Tabi’ut Tabi'in. Karena tidak ada yang pantas

untuk dijadikan contoh, panutan, dan teladan, melainkan terpatri pada

sosok pribadi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

4. Kita tidak diperkenankan mengikuti tokoh-tokoh yang dianggap sebagai

orang terkenal, yang dalam ‘aqidah dan amal mereka menyimpang dari

apa yang sudah digariskan Allah dan Rasul-Nya.

5. Pemahaman, pengamalan, dan dakwah yang bersumber dari Al-Qur-an

dan As-Sunnah haruslah sebagaimana yang difahami, diamalkan, dan

didakwahkan oleh Rasulullah Shallallahuu 'alaihi wa sallam, dan para

Shahabatnya, tidak boleh ada seorang pun yang menyalahi aturan dalam

perkara ini.

21

DAFTAR PUSTAKA

Bahan Dari Buku

Ahmad ,Muhammad dan Mudzakir, M. Ulumul Hadits, Bandung : Pustaka

Setia,2000

Al Qathan ,Manna’, Studi Ilmu Hadits,cet.VIII,terj. Mifdhol abdurrahman,

Jakarta : pustaka al kautsar, 2014

An Nawawi,Imam,Syarah Hadits Arba’in Nawawiyah,cet.II terj.Abu Ahmad

Hasan dan Ummu Dzakiya.Solo:Pustaka Barokah,2005

As-Shiddieq,Hasbi Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis,

Jakarta: Bulan Bintang,1993 

At-Thahhan Mahmud, Taisiiru Musthalahul Hadisi

At-Thahan ,Mahmud,Ilmu Hadits Praktis,cet.I,terj.Abu Fuad Bogor : Pustaka

Thariqul Izzah,1985.

Hasan ,A. Qadir, Ilmu Mushthalah Hadits, Bandung: CV.Diponegoro,1990

Rahman ,Fatchur,Ikhtisar Musthalahul Hadits,cet... Bandung : Pustaka Al

Ma’arif,1974.

Ranuwijaya ,Utang,Ilmu Hadits, Jakarta : Gaya Media Pratama,2001

Suparta, Munzier ,Ilmu Hadits, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2003

Bahan Dari Internet.

www.Academi.edu.com/ makalah hadits ditinjau dari kuantitasnya diakses tanggal

15 Oktober 2015 jam 10 : 56 wib

www.salwa.com/artikel Pembagian Hadits Ditinjau Dari Jalan Periwayatannya

Yang Sampai Kepada Kita oleh Ust.Muhammad Wasitho,Lc.,Ma,diakses

tanggal 14 oktober 2015

http//ikabalangan.files.wordpress.com.2012/04/new – picture.png .diakses tanggal

22

13 oktober 2015.

23