Saponifikasi Pembuatan Sabun Padat

4
SAPONIFIKASI PEMBUATAN SABUN PADAT PRAKTIKUM SATUAN PROSES II LAPORAN Oleh Endang Yuniarti NIM 141411009 2A PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2015

description

Saponifikasi

Transcript of Saponifikasi Pembuatan Sabun Padat

Page 1: Saponifikasi Pembuatan Sabun Padat

SAPONIFIKASI PEMBUATAN SABUN PADAT

PRAKTIKUM SATUAN PROSES II

LAPORAN

Oleh

Endang Yuniarti NIM 141411009

2A

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2015

Page 2: Saponifikasi Pembuatan Sabun Padat

Pembahasan

Proses saponifikasi adalah apabila trigliserida direaksikan dengan alkali, maka ikatan antara atom oksigen pada gugus karboksilat dan ato karbon pada gliserol akan terpisah. Saponifikasi suatu ester dengan basa (NaOH dan KOH) menghasilkan garam dari asam karboksilat atau asam lemak berantai panjang, yang merupakan sabun. Sabun mempunyai kemampuan mengemulsi kotoran berminyak sehingga dapat dibuang pada pembilasan. Dalam praktikum saponifikasi pembuatan sabun, digunakan NaOH sebagai alkali dalam pembuatan sabun padat. Hal ini disebabkan karena pada NaOH memiliki permukaan yang lebih keras sedangkan KOH memiliki permukaan yang lembut. Pembuatan sabun pada umumnya sangat sederhana yaitu dengan memanaskan campuran lemak atau minyak dengan NaOH sehingga terhidrolisis menjadi gliserol dan garam natrium dari asam lemak (sabun). Dalam percobaan ini pembuatan sabun dilakukan dua kali yang pembedanya adalah pembertian reaktan berlebih pada salah satu percobaan. Pada percobaan pertama, dicampurkan 24,5 ml minyak kelapa sawit dengan NaOH 30% sebanyak 50ml yang dimasukan tetes demi tetes dan dipanaskan pada suhu 60-70oC. Diperoleh data pengamatan sebagai berikut

No. Bahan Tempat Pengamatan Keterangan 1 15gr NaOH

+50ml Aquadest

Gelas kimia 100 ml

Larutan NaOH berwarna bening

Pencampuran dilakukan dengan pengadukan dan pemanasan

2 24,5 ml Minyak + NaOH (B)

Reaktor gelas kimia 250 ml

Larutan berubah wujud menjadi kental dan berwarna putih

Penambahan NaOH setetes disertai dengan pengadukan selama 30 menit dan pemanasan secara langsung T = 60oC

3 Larutan B + NaCl (C)

Reaktor gelas kimia 250 ml

Larutan masih berwujud kental dan berwarna putih

Pencampuran dilakukan dengan pengadukan selama 30 menit dan pemanasan secara langsung pada suhu konstan

4 Larutan C + amilum

Reaktor gelas kimi 250 ml

Larutan semakin kental dan berwarna putih

Pencampuran dilakukan dengan pengadukan selama 30 menit dan pemanasan secara langsung pada suhu konstan

Sedangkan pada percobaan kedua, diberikan 5 ml minyak sawit berlebih dan diperoleh data pengamatan sama dengan percobaan pertama. Pada kedua percobaan diberikan penambahan amilum dan NaCl, penambahan larutan NaCl jenuh adalah agar sabun memisah dari gliserolnya karena gliserol lebih mudah larut dalam larutan garam dibanding dengan sabunnya. Penambahan bahan tambahan tersebut tidak berpengaruh pada sifat kimia sabun tetapi berpengaruh terhadap

Page 3: Saponifikasi Pembuatan Sabun Padat

sifat fisik sabun, seperti lembut di tangan dan sebagainya. Setelah proses pemanasan selesai, sabun yang telat dibuat dianalisis kadar alkali bebas yang dapat menentukan niai pH dari sabun yang telah dibuat dengan cara mengambil 1 gr sabun dicampurkan dengan alcohol dan dipanaskan hingga mendidih, lalu didinginkan dan dititrasi dengan HCl 0,5 N. Dari hasil perhitungan, diperoleh pada percobaan pertama sabun memiliki pH 8,8 dan pada percobaan kedua, sabun memiliki pH 8,81. Dari kedua percobaan sabun yang telah dibuat kedua sabun bersifat basa, dan tidak sesuai dengan standar pH sabun yang seharusnya yaitu memiliki pH 7. Sehingga sabun yang dibuat tidak cocok dipakai karena dapat merusak kulit. Sedangkan yield yang diperoleh pada percobaan pertama yaitu 107% dan pada percobaan kedua 89%. Sabun pada percobaan pertama memiliki nilai yield lebih dari 100% hal ini membuktikan bahwa masih terdapat gliserol dalam sabun tersebut.

Simpulan

1. Pembuatan sabun pada percobaan pertama diperoleh yield 107% dan pada percobaan kedua diperoleh yield 89%. Sedangkan pada percobaan pertama diperoleh pH 8,8 dan pada percobaan kedua diperoleh pH 8,81

2. Faktor pH merupakan factor yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sabun karena mempengaruhi kualitas sabun tersebut dan sabun yang baik adalah sabun yang pH-nya 7 (netral) sehingga tidak merusak kulit pemakainya .

Pustaka

Petunjuk Praktikum Satuan Proses, Jurusan Teknik Kimia PolbanFessenden & Fessenden, Kimia Organik jilid 2.Erlangga.1999