sap hema

18
PRAKTIKUM I MENGUKUR LAJU ENDAP DARAH (LED) I. TUJUAN I.1 Untuk mengetahui dan dapat melakukan pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) dengan metode Westergren dengan baik dan benar. I.2 Untuk mengetahui nilai Laju Endap Darah (LED) pada sampel darah pasien. II. METODE Pengukuran Laju Endap Darah (LED) dengan metode Westergren. III.PRINSIP Sampel darah dengan antikoagulan dimasukkan ke dalam tabung khusus berskala dan diletakkan tegak lurus, maka eritrosit akan mengendap. Pengendapan ini diukur pada satu dan dua jam berikutnya. IV. ALAT DAN BAHAN IV.1 Alat 1. Pipet Westergren 2. Tabung Westergren 3. Rak Westergren 4. Ball pipet 5. Beaker IV.2 Bahan

Transcript of sap hema

Page 1: sap hema

PRAKTIKUM I

MENGUKUR LAJU ENDAP DARAH (LED)

I. TUJUAN

I.1 Untuk mengetahui dan dapat melakukan pemeriksaan Laju Endap Darah

(LED) dengan metode Westergren dengan baik dan benar.

I.2 Untuk mengetahui nilai Laju Endap Darah (LED) pada sampel darah

pasien.

II. METODE

Pengukuran Laju Endap Darah (LED) dengan metode Westergren.

III. PRINSIP

Sampel darah dengan antikoagulan dimasukkan ke dalam tabung khusus

berskala dan diletakkan tegak lurus, maka eritrosit akan mengendap.

Pengendapan ini diukur pada satu dan dua jam berikutnya.

IV. ALAT DAN BAHAN

IV.1 Alat

1. Pipet Westergren

2. Tabung Westergren

3. Rak Westergren

4. Ball pipet

5. Beaker

IV.2 Bahan

1. Tabung EDTA

2. Spuit

3. NaCl 0,9%

4. Sampel darah EDTA

V. CARA KERJA

1. NaCl 0,9% dipipet dengan pipet Westergren sampai skala 150,

kemudian dimasukkan ke dalam tabung Westergren.

Page 2: sap hema

2. Sampel darah dengan anti koagulan EDTA dipipet dengan pipet

Westergren sampai skala 0, kemudian dimasukkan ke dalam tabung

Westergren yang telah diisi dengan NaCl 0,9% sebelumnya.

3. NaCl 0,9% dan sampel darah dihomogenkan.

4. Campuran dalam tabung Westergren kemudian dihisap dengan pipet

Westergren sampai skala 0, kemudian diletakkan pipet Westergren tegak

lurus pada rak Westergren.

5. Tinggi pengendapan dibaca setelah 1 jam.

Page 3: sap hema

PRAKTIKUM II

MENGUKUR KADAR HEMOGLOBIN (Hb)

I. TUJUAN

I.1 Agar mampu melakukan pengukuran kadar hemoglobin (Hb) dengan

metode Sahli, untuk diagnosa kelainan darah.

I.2 Untuk mengetahui kadar hemoglobin (Hb) pada sampel darah Pasien.

II. METODE

Pengukuran kadar hemoglobin (Hb) dengan metode Sahli.

III. PRINSIP

Hemoglobin (Hb) darah dengan HCl 0,1 N akan berubah menjadi asam

hematin. Kemudian kadar asam hematin ini diukr dengan membandingkan

warnanya dengan warna standar secara visual

IV. ALAT DAN BAHAN

IV.1 Alat

1. Hemometer Sahli-Adams, terdiri dari:

Warna standar

Tabung hemometer dengan skala dalam g% dan % dari normal

Pipet Sahli yang memiliki volume 20 cmm

Pengaduk kaca

2. Pipet tetes

3. Beaker glass

IV.2 Bahan

1. Sampel darah EDTA

2. Spuit

3. Larutan HCl 0,1 N

4. Aquadest

V. CARA KERJA

1. Tabung hemometer diisi dengan larutan HCL 0,1 N sampai tanda 2 g%.

2. Sampel darah dihisap dengan pipet Sahli sampai tanda 20 cmm.

Page 4: sap hema

3. Bagian luar pipet dibersihkan dengan kertas saring.

4. Darah segera ditiup dengan hati-hati ke dalam larutan HCl 0,1 N dalam

tabung Hemometer tanpa menimbulkan gelembung udara.

5. Pipet dibilas dengan cara meniup dan menghisap HCl 0,1 N yang ada di

dalam tabung hemometer beberapa kali. Juga bagian luar pipet Sahli

dibilas beberapa kali dengan beberapa tetes larutan HCl 0,1 N atau

aquadest.

6. Ditunggu selama 10 menit untuk memberi kesempatan terbentuknya

asam hematin (95%).

7. Asam hematin ini kemudian diencerkan denan aquadest tetes demi tetes

sambil diaduk sampai mendapatkan warna yang sama dengan warna

standar.

8. Miniskus larutan dibaca dan dinyatakan dalam g% (g/dl).

Page 5: sap hema

PRAKTIKUM III

MENGHITUNG JUMLAH ERITROSIT

I. TUJUAN

I.1 Agar mampu menghitung jumlah sel darah merah (eritrosit), untuk

diagnosa kelainan darah dan membantu pemantauan penyakit infeksi.

I.2 Untuk mengetahui jumlah eritrosit pada sampel darah pasien.

II. METODE

Metode penghitungan eritrosit adalah metode kamar hitung.

III. PRINSIP

Darah diencerkan dengan larutan Hayem, lalu sel-sel darah dihitung dalam

kamar hitung dibawah mikroskop dengan pembesaran lensa objektif 40x.

IV. ALAT DAN BAHAN

IV.1 Alat

1. Haemocytometer dengan pipet Thoma (skala E: 0,5-101)

2. Mikroskop binokuler

3. Gelas beaker

4. Pipet tetes

IV.2 Bahan

1. Sampel darah

2. Antikoagulan EDTA

3. Spuit

4. Larutan Hayem

V. CARA KERJA

1. Sampel darah dihisap dengan pipet pengencer Thoma eritrosit hingga

tanda 0,5 kemudian disusul dengan larutan pengencer yaitu larutan

Hayem sampai tanda 101TM.

2. Pipet pengencer dikocok dengan membentuk angkat 8.

3. Tiga sampai empat tetes pertama dibuang, kemudian kamar hitung diisi

dengan tetesan berikutnya secukupnya.

Page 6: sap hema

4. Dibiarkan beberapa menit agar sel mengendap.

5. Kamar hitung Improved Neubaver disiapkan dibawah mikroskop.

6. Perhitungan sel dilakukan dalam kamar hitung empat persegi kotak-

kotak dengan kode ABCDE TM eritrosit dengan pembesaran lensa

objektif 40x.

7. Jumlah eritrosit = N x 10.000 µ/cmm.

Page 7: sap hema

PRAKTIKUM IV

MENGUKUR KADAR HEMATOKRIT (Hct)

I. TUJUAN

I.1 Agar mampu mengukur kadar hematokrit (Hct), untuk diagnosa kelainan

darah dan membantu pemantauan penyakit.

I.2 Untuk mengetahui kadar hematokrit pada sampel darah pasien.

II. METODE

Metode pengukuran kadar hematokrit adalah metode microhematocrit.

III. PRINSIP

Eritrosit dimampatkan dengan alat pemusing (microhematocrit centrifuge),

kemudian eritrosit yang sudah mampat dibaca pada chart.

IV. ALAT DAN BAHAN

IV.1 Alat

1. Microhematocrit centrifuge

2. Seal (malam)

3. Chart

4. Tabung mikrohematokrit

IV.2 Bahan

1. Sampel darah

2. Tabung antikoagulan EDTA

3. Tissue

V. CARA KERJA

1. Tabung microhematocrit diisi dengan sampel darah sebanyak 2/3

bagian.

2. Salah satu ujung tabung microhematokrit (yang tertutup darah) di seal

dengan malam.

Page 8: sap hema

3. Tabung microhemtocrit ditempatkan pada microhemtocrit centrifuge

dengan seal berada diluar.

4. Dipusingkan selama 15 menit, dengan kecepatan 8.000 rpm.

5. Hasilnya dibaca pada chart.

Page 9: sap hema

PRAKTIKUM V

MENGHITUNG JUMLAH LEUKOSIT

I. TUJUAN

I.1 Agar mampu menghitung jumlah sel darah putih (leukosit), untuk

diagnosa kelainan darah dan membantu pemantauan penyakit infeksi.

I.2 Untuk mengetahui jumlah leukosit pada sampel darah pasien.

II. METODE

Metode perhitungan leukosit adalah metode kamar hitung.

III. PRINSIP

Darah diencerkan dengan larutan Turk, lalu sel-sel darah putih dihitung

dalam kamar hitung dibawah mikroskop dengan pembesaran lensa objektif

10x.

IV. ALAT DAN BAHAN

IV.1Alat

1. Haemocytometer dengan pipet pengencer Thoma (skala E: 0,5-101;

L: 0,5-11; T: 0,5-101)

2. Mikroskop binokuler (objektive E: 45x; L: 10x; T:45x)

3. Kamar hitung Improved Neubauer

IV.2Bahan

1. Reagen Turk yang mempunyai komposisi:

- Larutan gentianviolet 1% dalam air 1 ml.

- Asam asetat glacial 1 ml.

- Aqua destilata 100 ml.

2. Darah EDTA

3. Tissue

4. Aquadest

Page 10: sap hema

V. CARA KERJA

1. Sampel darah dihisap dengan pipet pengencer Thoma leukosit hingga

tanda 0,5 kemudian disusul dengan larutan pengencer yaitu larutan Turk

sampai tanda 11TM.

2. Pipet pengencer dikocok dengan membentuk angkat 8.

3. Tiga sampai empat tetes pertama dibuang, kemudian kamar hitung diisi

dengan tetesan berikutnya secukupnya.

4. Dibiarkan beberapa menit agar sel mengendap.

5. Kamar hitung Improved Neubauer disiapkan dibawah mikroskop.

6. Perhitungan sel dilakukan dalam kamar hitung empat persegi kotak-

kotak dengan kode 1, 2, 3, 4 dengan pembesaran lensa objektif 10x.

7. Dilakukan penghitungan sel darah putih /µL darah.

Page 11: sap hema

PRAKTIKUM VI

MENGHITUNG JUMLAH TROMBOSIT

I. TUJUAN

I.1 Mahasiswa mengetahui teknik dan metode penghitungan jumlah

trombosit.

I.2 Mahasiswa dapat mengetahui jumlah trombosit dalam sampel darah.

II. METODE

Metode yang digunakan adalah metode manual (dengan kamar hitung).

III. PRINSIP

Darah diencerkan dengan larutan Rees Ecker, lalu sel-sel darah (trombosit)

dihitung dalam kamar hitung dibawah mikroskop dengan pembesaran lensa

objektif 40x.

IV. ALAT DAN BAHAN

IV.1 Alat

1. Haemocytometer dengan pipet pengencer Thoma (skala T: 0,5-101)

2. Mikroskop binokuler (objektive 40x)

3. Kamar hitung Improved Neubauer

IV.2 Bahan

1. Sampel darah EDTA

2. Larutan Ress Ecker

3. Tissue

V. CARA KERJA

1. Sampel darah dihisap dengan pipet pengencer Thoma eritrosit hingga

tanda 0,5 kemudian disusul dengan larutan pengencer yaitu larutan Turk

sampai tanda 101TM.

2. Pipet pengencer dikocok dengan membentuk angkat 8.

3. Tiga sampai empat tetes pertama dibuang, kemudian kamar hitung diisi

dengan tetesan berikutnya secukupnya.

Page 12: sap hema

4. Dibiarkan beberapa menit agar sel mengendap.

5. Kamar hitung Improved Neubauer disiapkan dibawah mikroskop.

6. Perhitungan sel dilakukan dalam kamar hitung empat persegi kotak-kotak

dengan kode 1, 2, 3, 4 dengan pembesaran lensa objektif 10x.

7. Dilakukan penghitungan trombosit /µL darah.

Page 13: sap hema

PRAKTIKUM VII

MENGHITUNG JUMLAH RETIKULOSIT

I. TUJUAN

I.1 Agar mahasiswa mengetahui teknik dan metode penghitungan

retikulosit.

I.2 Agar mahasiswa mampu menghitung dan mengetahui jumlah retikulosit

dalam sampel darah.

II. METODE

Metode yang digunakan adalah metode supravital staining (pengecatan

supravital).

III. PRINSIP

Retikulosit dalam darah diwarnai dengan cara supravital, kemudian

jumlahnya dibandingkan dengan jumlah eritrosit dan dinyatakan dengan %

atau promil.

IV. ALAT DAN BAHAN

IV.1 Alat

1. Object glass

2. Cover glass

3. Tabung reaksi kecil

4. Pipet tetes

5. Mikroskop

5.2 Bahan

1. Sampel darah EDTA

2. Tissue

3. Reagen BCB 1%

V. CARA KERJA

1. Dua tetes larutan BCB 1% diteteskan ke dalam tabung reaksi kemudian

dicampur dengan satu tetes darah dengan antikoagulan EDTA

(perbandingan BCB : darah = 2 : 1)

Page 14: sap hema

2. Dihomogenkan dan didiamkan 15 menit.

3. Diteteskan satu tetes campuran tersebut diatas objek glass.

4. Kemudian ditutup dengan cover glass dan diamati dengan mikroskop.

Page 15: sap hema

PRAKTIKUM VIII

PEMBUATAN DAN PEMERIKSAAN HAPUSAN DARAH

I. TUJUAN

I.1 Agar mahasiswa dapat mengetahui teknik pembuatan sediaan dan

pemeriksaan hapusan darah.

I.2 Agar mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis leukosit.

II. METODE

Indirect preparat atau metode apus darah dengan pewarnaan giemsa.

III. PRINSIP

Daragdengan antikoagulan EDTA diteteskan pada object glass kemudian

dibuat apusan darah dengan kaca penghapus, biarkan sediaan kering di

udara dan diwarnai dengan giemsa 10% kemudian diamati dengan

mikroskop pembesaran lensa objektif 100x dengan ditambah oil imersi

IV. ALAT DAN BAHAN

1. Alat

- Kaca objek

- Pipet tetes

- Beaker glass

- Rak Pewarnaan

- Mikroskop

2. Bahan

- Darah EDTA

- Etanol

- Cat Giemsa

- Aquades

- Alkohol 70%

- Oil imersi

- Tissue lensa

- Air

- Buffer phosfat

Page 16: sap hema

V. CARA KERJA

A. Pembuatan sediaan apus darah

1. Alat dan bahan disiapkan

2. Kaca objek di desinfeksi dengan alcohol 70%, di bersihkan dengan

tissue

3. Darah EDTA di teteskan sebanyak satu tetes dengan pipet tetes pada

objek glass di salah satu ujung kaca objek ±2cm dari tepi

4. Kaca penghapus diletakkan di depan kaca tetesan darah dengan sudut

30-45º terhadap kaca sediaan.

5. Kaca penghapus di tarik ke belakang sampai tetesan darah menempel

dan menyebar rata di tepi kaca penghapus

6. Segera digeserkan kaca penghapus ke depan sehingga terbentuk

hapusan darah sepanjang 3-4 cm

7. Dibiarkan sediaan mongering di udara

8. Sediaan di fiksasi dengan etanol selama ± 5 menit

9. Sediaan ditetesi dengan pewarna giemsa yang telah diencerkan dengan

larutan penyangga /buffer phosfat dan dibiarkan 30 menit

10. Dibilas dengan

11. Di biarkan mongering di udara dengan posisi vertikal

B. Pengamatan sediaan apus darah

1. Alat dan bahan disiapkan

2. Mikroskop dihidupkan

3. Sediaan di letakkan pada meja mikroskop

4. Diamati sediaan dengan pembesaran lensa objektif 10x untuk mencari

lapang pandang