Sanitasi Industri di UP Tanjungsari Wonosobo

32
PENERAPAN SANITASI DALAM INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN DI PT PERKEBUNAN TAMBI UP TANJUNGSARI, WONOSOBO Tugas Tersturktur Sanitasi Dan Pengolahan Limbah Industri Pangan Oleh : Umi Latifah A1M011020

description

sanitasi industri yang dlakukan di pabri pengolahan teh hijau PT Perkebunan Tambi UP tanjungsari

Transcript of Sanitasi Industri di UP Tanjungsari Wonosobo

Page 1: Sanitasi Industri di UP Tanjungsari Wonosobo

PENERAPAN SANITASI DALAM INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN DI PT PERKEBUNAN TAMBI UP TANJUNGSARI, WONOSOBO

Tugas Tersturktur Sanitasi Dan Pengolahan Limbah Industri Pangan

Oleh :

Umi LatifahA1M011020

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO

2014

Page 2: Sanitasi Industri di UP Tanjungsari Wonosobo

RINGKASAN

Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia seperti pembuatan sumur yang memenuhi persyaratan kesehatan, pengawasan kebersihan pada peralatan makan, serta pengawasan terhadap makanan (Azwar, 1990).

Prinsip dasar sanitasi meliputi dua hal, yaitu membersihkan dan sanitasi. Membersihkan yaitu menghilangkan mikroba yang berasal dari sisa makanan dan tanah yang mungkin menjadi media yang baik bagi pertumbuhan mikroba. Sanitasi merupakan langkah menggunakan zat kimia dan atau metode fisika untuk menghilangkan sebagian besar mikroba yang tertinggal pada permukaan alat dan mesin pengolah makanan.

Sedanngkan limbah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan, yang mengandung bahan berbahaya atau beracun yang karena sifat, konsentrasi, atau jumlahnya, baik secara langsung atau tidak langsung akan dapat membahayakan lingkungan, kesehatan, kelangsungan hidup manusia atau makhluk hidup lainnya (Mahida,1984).

Sanitasi yang dilakukan PT Perkebunan Tambi UP Tanjungsari yaitu meliputi snaitasi bahan baku, sanitasi mesin dan peralatan, sanitasi pekerja/karyawan dan sanitasi bangunan serta lingkungan perusahaan.

Sanitasi yang diterapkan di PT Perkebunan Tambi UP Tanjungsari masih banyak yang perlu diperbaiki. Hal ini karena proses sanitasi yang dilakukan masih banyak kekurangan. Fasilitas sanitasi di UP Tanjungsari juga belum lengkap sehingga perlu penambahan fasilitas tersebut.

Penanganan limbah di UP Tanjungsari meliputi penanganan limbah padat, cair dan gas. Limbah cair yang ada berupa air yang digunakan untuk mendinginkan tabung gas, limbah padat berbentuk abu sisa pembakaran kayu bakar, sedangkan limbah gas berupa asap yang dikeluarkan dari mesin pelayuan dan pengeringan.

Penanganan limbah yang dilakukan di UP Tanjungsari masih kurang baik, maka perlu adanya perbaikan pengelolaan limbah di UP Tanjungsari. Perlu adanya penambahan cerobong asap agar assap yang dihasilkan tidak terakumulasi di ruang pengolahan. Penanganan limbah padat untuk dibuat tanggul sungai harus dilaksanakan dengan semestinya dan dilakukkan pemantauan agar bisa berjalan dengan baik.

Page 3: Sanitasi Industri di UP Tanjungsari Wonosobo

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan industri di Indonesia akhir-akhir ini meningkat sejalan

dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Industri selalu diikuti masalah

kontaminasi produk , terutama yang berhubungan dengan adanya proses

kegiatan industri tersebut. Dalam proses kegiatannya masalah sanitasi

merupakan salah satu faktor yang paling menentukan kualitas produk akhir.

Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada

pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat

kesehatan manusia seperti pembuatan sumur yang memenuhi persyaratan

kesehatan, pengawasan kebersihan pada peralatan makan, serta pengawasan

terhadap makanan (Azwar, 1990).

Aspek sanitasi dalam produksi pangan merupakan program yang

tidakdapat dipisahkan dalam industri. Sanitasi dalam industri meliputi

sanitasibahan baku sampai dengan produk akhir dan segala sesuatu

yangberhubungan dengan proses produksi yang dapat menyebabkan

kontaminasipada produk seperti sanitasi peralatan produksi, sanitasi pekerja,

sanitasi bangunan, serta perlakuan-perlakuan yang berhubungan langsung

denganbahan karena sanitasi sangat terkait dengan keamanan pangan bagi

konsumen. Penerapan sanitasi yang baik dalam industri akan memberikan

keuntunganproduksi dan meningkatkan mutu produk yang dihasilkan.

Sanitasi pangan ditujukan untuk mencapai kebersihan yang prima

dalam tempat produksi, persiapan penyimpanan, penyajian makanan, dan air

sanitasi. Hal-hal tersebut merupakan aspek yang sangat esensial dalam setiap

cara penanganan pangan.

Sanitasi di sebuah perusahaan makanan dapat berjalan dengan baik jika

diterapkan secara baik pula. Pelaksanaan sanitasi secara berkala akan

memberikan dampak yang baik pada industri. Kontaminasi produk, peralatan,

pekerja maupun lingkungan pabrik dapat dihindari. Akan tetapi penerapann

sanitasi yang buruk akan berdampak pada produk akhir, baik itu kontaminasi

Page 4: Sanitasi Industri di UP Tanjungsari Wonosobo

produk dari lingkungan kerja maupun dari pekerja. Oleh karena itu, perlu

adanya kajian mengenai penerapan sanitasi dan pengelolaan limbah pada

suatu industri pengolahan pangan. Salah satu industri pengolahan pangan

yang terdapat di Jawa Tengah adalah PT Perkebunan Tambi UP Tanjungsari

yang memproduksiteh hijau.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah yang akan

dikaji dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pennerapan sanitasi dan pengolahan limbah di

PT Perkebunan Tambi UP Tanjungsari ?

2. Bagaimana evaluasi sanitasi dan pengolahan limbah yang

sudah diterapkan di PT Perkebunan Tambi UP

Tanjungsari ?

C. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui penerapan

sanitasi dan pengolahan limbah di PT Perkebunan Tambi UP Tanjungsari

beserta evaluasinya.

Page 5: Sanitasi Industri di UP Tanjungsari Wonosobo

II. STUDI PUSTAKA

A. Sanitasi

Menurut Labensky (1994) dalam Purnawijayanti (2001)mendefinisikan

sanitasi sebagai penciptaan atau pemeliharaan kondisi yangmampu mencegah

terjadinya kontaminasi makanan atau terjadinya penyakityang disebabkan oleh

makanan.

Ehlers dan Steele (1958) mendefinisikan sanitasi sebagai pencegahan

penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan

yang berkaitan dalam rantai perpindahan penyakit tersebut.

Secara luas ilmu sanitasi adalah penerapan dari prinsip-prinsip tersebut

yang akan membantu dalam memperbaiki, mempertahankan atau

mengembalikan kesehatan yang baik pada manusia. Untuk mempraktekkan

ilmu ini, maka seseorang harus mengubah segala sesuatu dalam lingkungan

yang dapat secara langsung atau tidak langsung membahayakan terhadap

kehidupan manusia. Dalam arti luas, juga mencakup kesehatan masyarakat

(taman, gedung-gedung umum, sekolah , restoran dan lingkungan lainnya).

Sanitasi akan membantu melestarikan hubungan ekologik yang seimbang.

Sanitasi pangan merupakan hal terpenting dari semua ilmu sanitasi

karena sedemikian banyak lingkungan kita yang baik secara langsung maupun

tidak langsung berhubungan dengan suplai makanan manusia. Hal ini sudah

disadari sejak awal sejarah kehidupan manusia dimana usaha-usaha

pengawetan makanan telah dilakukan seperti penggaraman, pengasinan, dan

lain-lain.

Sanitasi pangan berhubungan erat dengan sanitasi obat-obatan dan

kosmetik, karena penggunaan ketiga komoditi tersebut yang memerlukan

kontak baik secara internal maupun eksternal dengan tubuh manusia. Demikian

pula halnya sanitasi pangan tidak dapat dipisahkan dengan sanitasi lingkungan

dimana produk makanan disimpan, ditangani, diproduksi atau dipersiapkan,

Page 6: Sanitasi Industri di UP Tanjungsari Wonosobo

dan dari praktek sanitizer serta higiene personalia yang harus menangani

makanan.

Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi

kebersihan lingkungan dari subyeknya, misalnya menyediakan air yang bersih

untuk keperluan mencuci tangan, menyediakan tempat sampah untuk

mewadahi sampah agar sampah tidak dibuang sembarangan (Depkes RI, 2004).

Sanitasi makanan merupakan upaya-upaya yang ditujukan untuk

kebersihan dan keamanan makanan agar tidak menimbulkan bahaya keracunan

dan penyakit pada manusia (Chandra, 2006). Sedangkan menurut Oginawati

(2008), sanitasi makanan adalah upaya pencegahan terhadap kemungkinan

bertumbuh dan berkembang biaknya jasad renik pembusuk dan patogen dalam

makanan yang dapat merusak makanan dan membahayakan kesehatan

manusia.

Menurut Chandra (2006) dan Oginawati (2008), tujuan dari sanitasi

makanan antara lain:

1. Menjamin keamanan dan kebersihan makanan

2. Mencegah penularan wabah penyakit

3. Mencegah beredarnya produk makanan yang merugikan masyarakat

4. Mengurangi tingkat kerusakan atau pembusukan pada makanan

5. Melindungi konsumen dari kemungkinan terkena penyakit yang disebarkan

oleh perantara-perantara makanan

Dalam upaya sanitasi makanan, terdapat 6 tahapan yang harus

diperhatikan yaitu:

1. Keamanan dan kebersihan produk makanan yang diproduksi

2. Kebersihan individu dalam pengolahan produk makanan

3. Keamanan terhadap penyediaan air bersih

4. Pengelolaan pembuangan air limbah dan kotoran

5. Perlindungan makanan terhadap kontaminasi selama proses pengolahan,

penyajian dan penyimpanan

6. Pencucian, pembersihan, dan penyimpanan alat-alat atau perlengkapan

Page 7: Sanitasi Industri di UP Tanjungsari Wonosobo

Prinsip dasar sanitasi meliputi dua hal, yaitu membersihkan dan sanitasi.

Membersihkan yaitu menghilangkan mikroba yang berasal dari sisa makanan

dan tanah yang mungkin menjadi media yang baik bagi pertumbuhan mikroba.

Sanitasi merupakan langkah menggunakan zat kimia dan atau metode fisika

untuk menghilangkan sebagian besar mikroba yang tertinggal pada permukaan

alat dan mesin pengolah makanan.

B. Penanganan Limbah

Limbah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan, yang mengandung bahan

berbahaya atau beracun yang karena sifat, konsentrasi, atau jumlahnya, baik

secara langsung atau tidak langsung akan dapat membahayakan lingkungan,

kesehatan, kelangsungan hidup manusia atau makhluk hidup lainnya

(Mahida,1984).

Menurut Buckle et. al. (1987) istilah polution equivalent seringdigunakan

untuk menunjukkan persoalan-persoalan yang ada dalampenanganan dan

pembuangan limbah pengolahan pangan. Suatu pabrikpengolahan pangan yang

membuang sisa-sisa sebanyak 106 liter air setiapharinya dengan BOD 2000

ml/liter, menghasilkan daya polusi sebandingdengan bahan buangan rumah

yang berasal dari populasi 40.000 orang(dengan anggapan BOD 300 mg/liter,

180 liter/jam/hari).Menurut Loehr (1977) dalam Jenie dan Winiati (1990)

metodepenanganan dan pembuangan yang layak dari limbah cairan

dapatdilakukan dengan sedimentasi, penimbunan lahan, penanganan

biologikdan perlakuan fisik atau kimia. Penanganan limbah padatan

dapatdilakukan dengan penimbunan tanah, pupuk, pakan ternak dan dehidrasi.

Zat-zat padat yang terdapat dalam limbah dapat dihilangkandengan

melakukan penyaringan atau pengendapan (sedimentasi).Sedangkan untuk

menetralkan asam atau basa dan menghilangkan bahanbahanorganik tertentu

dapat digunakan metode kimia. Sedangkan metodefisikokimia seperti adsorbsi,

pertukaran ion, osmosis, oksidasi kimia danpengendapan biasanya dilakukan

untuk menghilangkan komponenkomponenkimia tertentu yang bersifat

mencemari (Jenie dan Winiati,1990).

Setiap limbah perlu dikarakteristik terlebih dahulu sebelum rancangan

Page 8: Sanitasi Industri di UP Tanjungsari Wonosobo

proses dimulai. Sifat limbah cair yang perlu diketahui adalah volume aliran,

konsentrasi organic, karakteristik dan toksisitas. Tingkat bahaya keracunan

yang disebabkan oleh limbah juga bergantung pada jenis dan karakteristik

limbah.

Berdasarkan sumber atau asal limbah, maka limbah dapat dibagi kedalam

beberapa golongan yaitu :

a. Limbah domestic, yaitu semua limbah yang berasal dari kamar mandi,

dapur, tempat cuci pakaian, dan lain sebagainya, yang secara kuantitatif

limbah tadi terdiri atas zat organik baik padat maupun cair, bahan berbahaya

dan beracun (B-3), garam terlarut, lemak.

b. Limbah nondomestic, yaitu limbah yang berasal dari pabrik, industri,

pertanian, peternakan, perikanan, dan transportasi serta sumber-sumber

lainnya.

c. Limbah pertanian biasanya terdiri atas pestisida, bahan pupuk dan lainnya

(Kristianto,2002)

Page 9: Sanitasi Industri di UP Tanjungsari Wonosobo

III. PENERAPAN SANITASI DAN PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI

Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada

pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat

kesehatan manusia seperti pembuatan sumur yang memenuhi persyaratan

kesehatan, pengawasan kebersihan pada peralatan makan, serta pengawasan

terhadap makanan (Azwar, 1990).

PT Perkebunan Tambi di UP Tambi (produksi teh hitam) telah menjalankan

sistem HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) terhadap pengolahan

komoditasnya dengan tujuan untuk menjamin kualitas mutu teh yang dihasilkan.

Akan tetapi di UP Tanjungsari penerapan HACCP masih dalam tahap

perencanaan. Sanitasi terhadap lingkungan produksi, pekerja, peralatan, maupun

bahan baku diharapkan dapat mendukung terjaminnya mutu teh yang dihasilkan.

Sanitasi yang dilakukan PT Perkebunan Tambi UP Tanjungsari yaitu meliputi :

1. Sanitasi Bahan Baku

Sanitasi bahan baku merupakan salah satu tahapan sanitasi dalam

industri. Bahan baku yang sersih, akan menghasilkan pproduk akhir yang

bebas dari kontaminan. Bahan baku yang digunakan di UP Tanjungsari adalah

pucuk

teh

.Apabilapucuktehtidakmendapatkanperlakuandanpengawasankhususdarisemua

jeniskontaminanmaupunkotoran, makamutuproduk yang

dihasilkantidakakansesuaidengan yang diharapkan. Selainitu, bahaya yang

ditimbulkanjugasangatmerugikankonsumenapabilateh yang

bahanbakunyaterkontaminasisampaidikonsumsi.

Sanitasi terhadap pucuk teh diawali dari pemetikan di kebun teh.

Pemetikan pucuk teh hanya boleh dilakukan minimal 12 hari sejak

penyemprotan hama yang terakhir dilakukan. Hal ini untuk menghindari

kemungkinan masih adanya sisa-sisa bahan kimia yang menempel di daun teh.

Page 10: Sanitasi Industri di UP Tanjungsari Wonosobo

Pucuk teh tidak boleh terkena kotoran ketika dipetik, seperti jatuh ke tanah

atau terinjak-injak. Hal ini karena dalam pengolahan teh hijau tidak ada proses

pencucian pucuk teh yang akan diolah.

Sanitasi pucuk teh juga dilakukan ketika berada di pabrik. Pucuk teh

yang akan dilayukan tidak terinjak-injak di lantai peangolahan. Pucuk teh

tidak boleh terkena bahan-bahan kimia seperti oli, solar, maupun minyak

pelumas ketika diangkut menggunakan truk. Penghilangan terhadap kotoran

seperti daun-daun kering, rumput dan ranting pohon lain dilakukan oleh

pekerjasaat memasukkan pucuk ke dalam mesin rotary panner.

2. Sanitasi Peralatan dan Mesin Pengolahan

Peralatan, mesin dan riang pengolahan harus mendapat perhatian

khusus, karena berhubungan langsung dengan produk yang diolah.Oleh

karena itu sanitasiterhadapperalatan, mesin,

maupunruanganpengolahansangatpentinguntukdilakukan.

Di UP Tanjungsari, pembersihan alat dilakukan setelah proses selesai,

sedangkan perawatan mesin dilakukan sesara berkala oleh bagian teknik

perusahaan. Sanitasi terhadap mesin di pabrik dilakukan oleh tenaga

kebersihan, maupun tenaga kerja di bagian pengolahan. Mesin-mesin yang

akan digunakan untuk pengolahan maupun setelah digunakan dibersihkan

untuk menghilangkan kontaminan berupa sisa pucuk teh yang tertinggal atau

kotoran lain yang bisa menempel di bahan baku maupun produk teh jadi.

Mesindanperalatan yang perlu dilakukan pembersihan secara teratur,

diantaranya adalah rotary panner, mesin pendingin, press cup roller, ECP,

Rotary drierdanBall Tea.

Rotary pannerdibersihkandarisisa-sisa pucuk teh yang menempel.

Mesin press cup roller dibersihkan menggunakan sapu dari sisa sisa

penggulungan. Untuk mesin ECP pembersihan dilakukan dengan

menghilangkan kerak-kerak sisa pengeringan pucuk teh. Pembersihan pada

mesin rotary drier dan ball tea yaitu dengan menghilangkan sisa teh hasil

pengeringan, dan debu debu yang menempel pada mesin.

3. Sanitasi Karyawan

Page 11: Sanitasi Industri di UP Tanjungsari Wonosobo

Kebersihan dan higienitas pekerja industri makanan sangatpenting.

Pekerja juga merupakan sumber pencemaran. Yang sangatpenting dijaga ialah

agar pekerja tidak sampai menularkan mikrobapatogen karena pencemaran ini

tidak terlihat, tetapi jika terjadi resikonyaberat yaitu peracunan

makanan.Kesehatan dan kebersihan pekerja sangat menentukan mutu produk

yang dihasilkan. Karyawan atau pekerja merupakan salah satu mata rantai

penghubung sumber pencemaran, karena banyak mikroorganisme yang

melekat pada kulit dan pakaian yang dikenakan.

Sanitasi terhadap karyawan di pabrik pengolahan sangat penting

untuk dilakukan Para karyawan yang masuk ke pabrik penolahan diwajibkan

memakai masker serta baju khusus beserta topinya, dan juga sepatu yang

sudah disediakan, selain itu diwajibkan mencuci tangan sebelum masuk ke

ruang pengolahan. Faktor-faktor lingkungan yang tidak sesuai dengan kondisi

pekerja akan menyebabkan gangguan yang mengakibatkan terganggunya

pelaksanaan pekerjaan. Gangguan tersebut dapat berpengaruh terhadap

kenyamanan kerja, gangguan keamanan dan kesehatan dalam bekerja.

Beberapa faktor yang berpengaruh pada pekerja yang berkaitan dengan

gangguan yang ditimbulkan dari proses pengolahan antara lain:

a. Bau

Bau yang tidak disukai dapat menyebabkan gangguan kesehatan

seperti pernafasan. Bau tertentu dapat berasal dari proses penggiligan.

b. Penerangan

Penerangan merupakan faktor yang sangat penting dalam

pelaksanaan pekerja/ proses produksi. Penerangan yang baik membuat

para pekerja dapat melihat dengan jelas sesuatu yang dikerjakan, sehingga

dapat melakukan pekerjaan dengan baik. Dan sebaliknya jika sistem

penerangan yang kurang baik dapat melelahkan mata atau bahkan dapat

menyebabkan kecelakaan kerja.

c. Kebisingan

Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki. Dengan adanya

kebisingan dapat menyebabkan gangguan terhadap kesehatan. Gangguan

Page 12: Sanitasi Industri di UP Tanjungsari Wonosobo

tersebut dapat berupa kerusakan indera pendengaran, selain itu juga dapat

mengganggu komunikasi. Penempatan generator yang menjadi sumber

suara ditempatkan diruang yang terpisah dengan ruang proses produksi,

sehingga tidak mengganggu karyawan dalam bekerja.

Setiap tahap pengolahan harus dilakukan antisipasi walaupun sederhana

untuk menjamin keselamatan dan kenyamanan kerja para pekerja. Di UP

Tanjungsari,ada perlengkapan yang harus digunakan pekerja saat melakukan

proses pengolahan seperti:

1) Masker

Pemakaian masker dimaksudkan agar bahan baku maupun produk

yang dihasilkan tidak terkontaminasi oleh sumber kontaminan dari mulut

karyawan maupun pengunjung ketika bercakap-cakap. Selain itu, dengan

pemakaian masker ini kenyamanan karyawan dan pengunjung juga akan

lebih terjamin sebab proses pengolahan teh menimbulkan bau yang cukup

menusuk hidung. Masker di UP Tanjungsari terbuat dari kain yang cukup

untuk melindungi dari debu dan kelembaban berlebih dan tidak terlalu

pengap.

2) Baju Seragam dan Tutup Kepala

Pemakaian baju seragam dan topi/ tutup kepala dimaksudkan agar

teh yang sedang diolah tidak tercemar oleh karyawan maupun pengunjung.

Penggunaan baju seragam berfungsi untuk mengurangi kemungkinan

tercemarnya produk teh oleh karyawan maupun pengunjung dikarenakan

teh memiliki sifat higroskopis yaitu mudah menyerap bau menyengat

seperti parfum. Tutup kepala digunakan untuk menjaga agar tidak terjadi

pencemaran pada produk teh oleh debu dari kepala atau rambut pekerja

sehingga estetika dan keamanan teh dapat dijaga. Baju seragam yang

dipakai berwarna biru dengan tutup kepala yaitu topi.

3) Celemek

Celemek dapat befungsi sebagai pelindung pakaian pekerja dari

kotoran teh yang terkadang susah dihilangkan. Selain itu juga dapat

Page 13: Sanitasi Industri di UP Tanjungsari Wonosobo

merapikan pakaian kerja sehingga kemungkinan pakaian tersangkut pada

alat lebih terkurangi. Celemek digunakan oleh pekerja yang bekerja pada

tempat yang basah, seperti ketika pembeberan pucuk pada whitering

troughdan ketika memasukkan pucuk teh dalam mesin pelayuan. Celemek

yang digunakan di UP Tanjungsari terbuat dari bahan yang kedap air,

sehingga baju pekerja tidak basah saat melakukan pekerjaannya.

4) Sarung Tangan

Sarung tangan berfungsi untuk menghindari kontaminasi produk

oleh tangan pekerja sebagai pengolahnya. Sarung tangan juga untuk

pengamanan kerja saat melakukan pekerjaan. Pekerja yang bertugas pada

bagian pemasukkan bahan bakar pada tungku diharuskan memakai sarung

tangan anti api agar tangan terhindar dari kontak langsung dengan api.

Selain itu pekerja tersebut harus mengenakan kacamata agar melindungi

dari percikan api. Sarung tangan juga harus dipakai di setiap tahapan

pengolahan seperti pelayuan, penggulungan dan pengeringan serta

pengemasan.

5) Sepatu

Sepatu boot merupakan sepatu khusus yang digunakan oleh para

mandor kebun dan para pemetik di kebun untuk melindungi dari bahaya

luar, misalnya duri, paku yang dapat menancap dikaki ataupun serangga

yang berbahaya. Setiap karyawan di bagian pengolahan diwajibkan

mengganti alas kakinya dengan sepatu saat masuk ke pabrik. Hal ini

dilakukan untuk mencegah kontaminasi silang dari luar pabrik ke dalam

pabrik dan untuuk menghindari dengan teh yang diolahkontaminasi.

4. Sanitasi Bangunan dan Lingkungan

Sanitasi lingkungan produksi perlu mendapat perhatian, karena

berkaitan erat dengan masyarakat sekitar, pengolahan, dan kelestarian

lingkungan. Lingkungan produksi berhubungan dengan lokasi dan konstruksi

bangunan.

Page 14: Sanitasi Industri di UP Tanjungsari Wonosobo

Lokasi UP Tanjungsari terletak di daerah dekat dengan pemukiman

penduduk sehingga bahan sisa hasil pengolahan yang dibuang harus ditangani

secara benar, supaya tidak menganggu kesehatan dan kenyamanan penduduk

sekitar. Selain itu, untuk menjaga kebersihan halaman pabrik dan ruang

pengolahan sudah ada petugas kebersihan yang setiap pagi tugasnya menyapu

dan membersihkan ruang pengolahan dan halaman sekitar pabrik. Kebersihan

lingkungan pabrik dan karyawan sangat terjaga dikarenakan disediakan tempat

sampah untuk menampung kotoran dan juga wastafel untuk cuci tangan para

pekerja sebelum dan setelah melakukan aktivitas kerja.

Lingkungan tempat perusahaan didirikan harus diperhatikan letaknya

terhadap lingkungan yang kurang sehat. Penentuan lokasi bangunan secara

langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi produk yang dihasilkan,

untuk itu pemilihan lokasi bangunan tidak boleh diabaikan begitu saja.

Sanitasi bangunan di UP Tanjungsari meliputi :

a. Sanitasi Lantai

Lantai di UP Tanjungsari relatif kedap air, permukaannya rata dan

halus tetapi tidak licin serta mudah untuk dibersihkan. Proses pembersihan

lantai yang di lakukan di UP Tanjungsari yaitu menyapu dan mengepel

lantai sebelum proses dan setelah proes produksi, sehingga lantai terlihat

bersih dan tidak mengganggu jalanya proses produksi.

b. Sanitasi Dinding

Dinding menggunakan tembok dengan ketinggian ± 5-7 meter dari

permukaan lantai, dinding tembok juga dilengkapi dengan ventilasi yang

berfungsi sebagai sirkulasi udara. Pembersihan dinding biasanya dilakukan

seminggu sekali untuk dinding yang berdekatan dengan alat mesin yaitu

dengan cara mengelap dinding tersebut agar terbebas dari kotoran yang

menempel.

c. Atap dan Langit-Langit

Atap terbuat dari seng. Seng dapat menyerap panas dan selain itu

tahan terhadap pengaruh hujan, tahan lama, dan tidak bocor. Langit-langit

terbuat dari kayu dengan permukaan rata dan tidak mudah terkelupas serta

Page 15: Sanitasi Industri di UP Tanjungsari Wonosobo

tahan lama dan mudah dibersihkan. Pembersihan atap dan langit-langit

dilakukan dilakukan setiap sebulan sekali oleh petugas kebersihan dengan

menggunakan sapu panjang.

d. Ventilasi

Ventilasi berfungsi sebagai sirkulasi udara. Uap air akan

mengembun dan menempel pada permukaan peralatan, mesin, langi-langit

dan dinding yang mudah menimbulkan karat sedangkan pada kayu akan

mengakibatkan kayu menjadi mudah lapuk atau terjadi serangan jamur.

Masalah tersebut dapat ditanggulangi dengan adanya ventilasi sebagai

pengatur suhu ruangan. Ventilasi udara di UP Tanjungsari terbuat dari

kawat jaring memudahkan dalam proses pembersihan. Pembersihan debu

yang menempel pada ventilasi di lakukan setiap seminggu sekali oleh

petugas kebersihan.

B. Penanganan Limbah

Limbah adalah sisa dari hasil kegiatan industri atau usaha

yangmengandung bahan pencemar yang bersifat berbahaya dan beracun

karenasifat, konsentrasi, dan jumlahnya.Pengolahan limbah yang dihasilkan

sangat penting untuk dilakukan agar tidak mencemari lingkungan di sekitar

pabrik walaupun pada dasarnya proses pengolahan teh tidak menimbulkan

limbah yang terlalu berbahaya bagi lingkungan. Limbah hasil tahapan proses

harus mendapatkan perhatian dan dikelola dengan baik agar tidak

membahayakan dan berdampak buruk bagi lingkungan. UP Tanjungsari

menghasilkan limbah padat, cair, maupun gas (asap). Penanganan terhadap

masing-masing limbah berbeda-beda.

a. Limbah Padat

Limbah padat yang dihasilkan oleh UP Tanjungsari berupa sisa

pembakaran kayu bakar (abu) yang dihasilkan pada tungku pemanas

ditumpuk setelah itu dimasukkan ke dalam karung untuk dijadikan sebagai

tanggul sungai sehingga air yang mengaliri karung tersebut menjadi jernih

Page 16: Sanitasi Industri di UP Tanjungsari Wonosobo

karena abu memiliki sifat menetralkan keasaman dan menyerap racun

(mensterilkan media) sehingga residu kotoran akan tertinggal.

Selain abu sisa pembakaran, limbah padat dari proses pengolahan teh

berupa debu yang jatuh ke lantai tidaklah terlalu berbahaya.

Penanganannya hanya perlu dilakukan dengan cara menyapunya kemudian

dibuang ke tempat sampah.

b. Limbah Cair

Limbah yang paling sedikitdihasilkan pada proses pengolahan teh

adalah limbah cair, karena proses pengolahan teh tidakmelibatkan air. Air

hanya digunakan untuk mendinginkan tabung gas yang digunakan sebagai

bahan bakar mesin ball teadan membersihkan lantai sehingga tidak

tercemar bahan lain.Penanganannya dengan cara dialirkan ke selokan dan

dibuang. Selainitu limbah cair yang dihasilkan berupa minyak pelumas

yangdigunakan pada mesin. Jumlahnya tidak terlalu banyak,

sehinggapenanganannya dengan ditempatkan dalam wadah agar

tidakmencemari tanah.

c. Limbah Gas

Limbah gas (asap) lebih mendapat perhatian dengan pengaturan letak

cerobong asap yang tepat sehingga tidak terlalu dekat dengan tempat

dimana karyawan beraktivitas. Ditambah dengan adanya tanaman

penyejuk di sekitar lokasi pabrik membuat kondisi udara di UP

Tanjungsari bisa tetap terjaga.

Asap dari heat exchanger baik untuk pelayuan maupun pengeringan

langsung dibuang ke udara sekitar melalui cerobong asap. Tinggi cerobong

pengeluaran asap hasil pembakaran di ruang pengeringan lebih tinggi

dibandingkan dengan tinggi bangunan pabrik tempat proses pengolahan

berlangsung. Ini dimaksudkan agar asap/gas hasil pembakaran tersebut

tidak masuk ke ruang pengolahan sehingga tidak mengganggu jalannya

proses pengolahan

Page 17: Sanitasi Industri di UP Tanjungsari Wonosobo

IV. EVALUASI

A. Evaluasi Untuk Sanitasi Bahan Baku

Sanitasi bahan baku yang dilakukan di UP Tanjungsari belum cukup

baik. Hal ini dikarenakan massih ditemui bahan baku berupa pucuk teh yang

kotor maupun tercampur dengan benda asing lain. Pucuk teh yang berada di

ruang pengolahan juga masih sering terinjak oleh para pekerja. Sehingga perlu

adanya penanganan khusus untuk pucuk teh dan juga perhatian dari pekerja

agar membiasakan diri untuk tidak menginjak pucuk teh yang akan diolah.

B. Evaluasi Untuk Sanitasi Mesin dan Peralatan

Sanitasi untuk mesin dan peralatan di UP Tanjungsari sudah cukup baik.

Akan tetapi proses pembersihannya masih belum dilakukan secara berkala.

Jadwal untuk pembersihan mesin dan peralatan juga belum ada. Pembersihan

mesin dan peralatan belum memenuhi standar. Hal ini dikarenakan, pada setiap

mesin pengolahan, massih ada kotoran yang tertinggaldari sisa pengolahan.

Sisa – sisa yang menempel di mesin pengolahan ini masih sukar dibersihkan,

terutama pada mesin ECP. Sehingga perlu adanya cara khusus untuk

membersihkan mesin-mesin pengolahan.

C. Evaluasi Untuk Sanitasi Karyawan

Sanitasi karyawan atau pekerja di UP Tanjungsari belum dilaksanakan

dengan baik dan belum memenuhi standar. Hal ini bisa dilihat dari pakaian

kerja yang dipakai setiap hari dan baru diganti seminggu sekali. Selain itu

masih banyak pekerja yang tidak memakai penutup kepala, sarung tangan,

maupun masker. Ada juga pekerja yang tidak memakai pakaian kerjanya.

Budaya kebersihan di kalangan pekerja juga masih dsangat rendah. Walaupun

Page 18: Sanitasi Industri di UP Tanjungsari Wonosobo

sudah disediakan wastafel untuk tempat cuci tangan, tapi masih jarang pekerja

yang mencuci tangannya sebelum masuk ke pabrik pengolahan.

Sanitasi karyawan ini juga belum terlaksana dengan baik karena

kurangya dukungan dari pihak perusahaan. Bisa dilihat dari pemberian pakaian

kerja dan sarung tangan dalam waktu 1 bulan sekali. Waktu 1 bulan merupakan

waktu yang terlalu lama. Pemberian pakaian kerja dan kelengkapan lain yang

terlalu lama, menyebabkan kurangnya kebersihan dari pekerja. Pakaian kerja

dan kelengkapan lain yang jarang diganti dapat menyebabkan kontaminasi

pada produk yang diolah.

D. Evaluasi Untuk Sanitasi Bangunan Dan Lingkungan

Sanitasi bangunan dan lingkungan yang dilakukan di UP Tanjungsari

belum memenuhi standar dan perlu adanya peningkatan lagi. Hal ini bisa

dilihat seperti langit-langit yang massih berdebu karena pembersihan yang

kurang berkala. Lantai masih terdapat kotoran yang menempel walaupun sudah

dibersihkan, sudut lantai bangunan bagian dalam masih berbentuk siku padahal

standar yang ditetapkan sudut lantai harus dibuat melengkung agar mudah

dibersihkan, penggunaan tempat cuci tangan yang masih belum optimal,

penempatan tempat sampah masih belum teratur, serta kebersihan toilet dan

mushola karyawan yang masih kurang. Oleh karena itu, perlu beberapa

perbaikan seperti sudut lantai bangunan bagian dalam dibuat melengkung,

langit-langit dibersihkan secara teratur, sirkulasi udara harus mencegah

akumulasi debu dan dilengkapi dengan kain kasa pencegah serangga, seperti

tikus dan sebagainya, pemanfaatan dengan semestinya tempat untuk mencuci

tangan , tempat sampah harus dirancang dan ditempatkan pada tempat terpisah

untuk mencegah kontaminasi, kebersihan toilet yang harus dijaga dan

diusahakan jauh dari area produksi.

E. Evaluasi Untuk Penanganan Limbah

Penanganan limbah yang dilakukan di UP Tanjungsari sudah dilakukan

dengan cukup baik. Limbah cair dan gas yang dihasilkan sudah ditangana

dengan benar. Hanya saja cerobong asap yang ada di pabrik pengolahan masih

belum mencukupi sehingga masih ada asap yang berada di ruang pengolahan.

Page 19: Sanitasi Industri di UP Tanjungsari Wonosobo

Untuk penanganan limbah padat berupa abu sisa kayu bakar massih belum

ditangani dengan baik. Hal ini dikarenakan masih adanya abu yang dibuang

dibelakang pabrik dan tidak di masukkan ke karung sebagai tanggul sungai.

Pembuangan limbah abu di belakang ruang pengolahan ini menyebabkan asap

yang keluar dari abu masuk ke ruang pengolahan, sehingga menyebaban polusi

dan ketidaknyamanan para pekerja.

Berdasarkan hal di atas maka perlu adanya perbaikan pengelolaan limbah

di UP Tanjungsari. Perlu adanya penambahan cerobong asap agar assap yang

dihasilkan tidak terakumulasi di ruang pengolahan. Penanganan limbah padat

untuk dibuat tanggul sungai harus dilaksanakan dengan semestinya dan

dilakukkan pemantauan agar bisa berjalan dengan baik.

Page 20: Sanitasi Industri di UP Tanjungsari Wonosobo

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Sanitasi yang telah diterapkan oleh PT Perkebuan Tambi UP Tanjungsari

meliputi sanitasi bahan baku, sanitasi pekerja/karyawan, sanitasimesin dan

peralatan serta sanitasi bangunan dan lingkungan kerja. Secara keseluruhan

penerapan sanitasi dan penanganan limbah yang telah dilakukan massih kurang

dan perlu adanya perbaikan.

B. Saran

Perlu adanya perbaikan untuk sanitasi perusahaan dan

juga penambahan beberapa fasilitas pendukungnya.

Penanganan limbah juga perlu ditingkatkan dan diperbaiki

agar tidak mencemari teh hijau yang dihasilkan.

Page 21: Sanitasi Industri di UP Tanjungsari Wonosobo

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Azrul. 1990. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan.PT. Bina Rupa

Aksara. Jakarta.

Buckle,K.A.,1987. Ilmu Pangan. Universitas Indonesia Press.Jakarta.

Chandra, Budiman. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. EGC. Jakarta

DepKes RI. 2004.Sistem Kesehatan Nasional 2004. Jakarta.

Jenie, Betty dan Pudji Rahayu Winiati. 1990. Penanganan Limbah Industri

Pangan. Kanisius. Yogyakarta.

Kristanto, P. 2002.Ekologi Industri. Penerbit ANDI. Yogyakarta.

Labensky, S.L dan A.M. Hause. 1994. On Cooking: Techniques from Expert

Chefs. New York.

Loehr, R. C. 1977. Pollution Control for Agriculture. Academic Press, Inc.,

NewYork.

Mahida, U.N. 1984.Pencemaran air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Penerbit

CV. Radjawali. Jakarta

Oginawati, K. 2008. Sanitasi Makanan dan Minuman. Penerbit Institut Teknologi

Bandung Press. Bandung.

Purnawijayanti, Hiasinta A. 2001. Sanitasi Higiene dan Keselamatan Kerja dalam

Pengolahan Pangan. Kanisius. Yogyakarta.