Sambutan Pembukaan Sidang Dewan Pleno Ke 1 HIPMI 2008-2011

5
Beranda Topik Pilihan Berita Utama Ruang Pers Profil Foto Pidato Wawancara & Kolom Kliping Perspektif Lain Arsip Kabinet Indonesia Bersatu Link Indonesia English Content Perundangundangan Cari Data Podcast Feed Sindikasi Berita « Maret 2009 » M S S R K J S 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 GO Pidato Presiden Hotel ShangriLa, Jakarta, Selasa, 10 Maret 2009 Sambutan Pembukaan Sidang Dewan Pleno Ke1 HIPMI 20082011 TRANSKRIPSI SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PEMBUKAAN SIDANG DEWAN PLENO KEI HIPMI MASA BAKTI 20082011 SHANGRILA HOTEL, 10 MARET 2009 Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu’alaikum Wr. Wb., Salam sejahtera untuk kita semua, Yang saya hormati Saudara Ketua DPR RI, Bapak Agung Laksono, Wakil Ketua MPR RI, Bapak Aksa Mahmud, para menteri Kabinet Indonesia Bersatu, Saudara Gubernur DKI Jakarta, para sesepuh HIPMI, Bapak Abdul Latief sudah hadir disini dan para sesepuh yang lain, para pimpinan dunia usaha, pimpinan KADIN. Yang saya cintai Saudara Ketua Umum DPP HIPMI dan para pengurus HIPMI baik pusat maupun daerah. Hadirin sekalian yang saya muliakan, Marilah pada kesempatan yang baik dan semoga senantiasa penuh berkah ini, sekali lagi kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena kepada kita semua masih diberi kesempatan, kekuatan dan semoga kesehatan untuk melanjutkan karya, tugas, dan pengabdian kita kepada masyarakat, bangsa, dan negara termasuk dalam melanjutkan perjuangan kita meningkatkan perkembangan ekonomi dan dunia usaha di negeri tercinta. Saudarasaudara, Sebelum saya menyampaikan sambutan yang penting ini, saya ingin merespon sedikit yang disampaikan oleh Bung Erwin Aksa tadi mengenai bunga bank. Jadi setelah saya menerima DPP HIPMI datang ke kantor, kita berdiskusi bagaimana membikin sektor riil tetap bergerak sehingga tidak perlu PHK, yang tentu konsekuensinya harus ada aliran modal dengan tentunya rate yang tepat sehingga semuanya bisa berjalan dengan baik. Beberapa hari setelah itu, saya berdiskusi dengan Wakil Presiden, Pak Jusuf Kalla, dan kurang lebih sepuluh hari yang lalu saya membahas, saya, Wapres, Gubernur BI dan Menko Perekonomian dan Menteri Keuangan, saya sampaikan masalah ini, kemudian saya dukung sebenarnya HIPMI agar setelah BI Rate diturunkan dalam jumlah yang tepat, maka perbankan harus bisa mengikuti. Saya tahu ada kehatihatian. Saya tahu untuk memperbaiki balance sheetnya masingmasing, tetapi jangan hanya berorientasi ke dalam, inward looking, tapi juga outward looking sehingga maksud dari policy BI yang tepat segera diikuti oleh jajaran perbankan, dengan demikian membawa manfaat bagi semua. Saya dengar dulu yang disampaikan tadi dan kebetulan besok kami ada sidang kabinet terbatas atau rapat terbatas, kita akan kaji sejauh mana implementasi yang telah kita bahas beberapa saat yang lalu. Tentang kebersamaan nanti saya sampaikan pada saat akhir. Kebersamaan itu penting, kebersamaan indah. Insya Allah ke depan bangsa kita dengan kebersamaan makin tumbuh dengan baik. Saudarasaudara, Saya harus menyampaikan terima kasih dan penghargaan atas kontribusi HIPMI pada bangsa dan negara, di kala suka dan di kala duka. Saya tidak ingin menjelaskan apa saja yang telah disumbangkan oleh HIPMI dalam rangka menjaga perekonomian dan dunia usaha kita, termasuk ketika kita menghadapi masamasa sulit di saat krisis. Saudarasaudara, Saya senang dengan tema yang dipilih dalam Sidang Pleno HIPMI kali ini, termasuk isi dari sambutan pimpinan HIPMI tadi. Ya benar, dunia sedang berada dalam resesi perekonomian. Kita, Indonesia, tengah gigih untuk mengoptimalkan, mengurangi dampak dari krisis perekonomian global itu. Sedangkan dunia usaha sendiri, Saudarasaudara berada disitu, terus berbuat untuk menjaga kesinambungannya. Dengan tema yang disampaikan itu, dua titik penting yang saya garis bawahi adalah kebersamaan dan kemudian kemandirian. Kebersamaan lebih dekat, lebih kontekstual dengan keadaan sekarang ini karena jangka pendek, tahun ini dan tahun depan barangkali resesi perekonomian dunia masih kita hadapi. We do not know yet kapan global economic recession akan berakhir. Oleh karena itu togetherness , sinergi antara pemerintah, dunia usaha, dunia perbankan sangat penting agar kita bersamasama melalui masamasa yang berat di bidang usaha dan perekonomian negara. Sedangkan kemandirian, untuk diketahui saja, ini adalah agenda penting yang sebetulnya memerlukan waktu untuk membangun dan memperkuatnya di negeri kita. Tetapi justru ketika kita mengalami krisis baru pada tingkat global, krisis terburuk sejak The Great Depression 73 tahun yang lalu itu, kita bisa sesungguhnya memetik pelajaran. Kita bisa mencari peluang baru yang akhirnya nanti sooner or later setelah perantara krisis perekonomian ini berlalu, we

description

Sambutan Pembukaan Sidang Dewan Pleno Ke 1 HIPMI 2008-2011, transkripsi sambutan presiden, Shangrila Hotel, 10 Maret 2009

Transcript of Sambutan Pembukaan Sidang Dewan Pleno Ke 1 HIPMI 2008-2011

Page 1: Sambutan Pembukaan Sidang Dewan Pleno Ke 1 HIPMI 2008-2011

Redaksi | Syarat & Kondisi | Peta Situs | Kontak © 2006­2009 Situs Web Resmi Presiden Republik Indonesia ­ Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono

Hak Cipta dilindungi Undang­undang

Beranda Topik Pilihan Berita Utama Ruang Pers Profil Foto Pidato Wawancara & Kolom Kliping Perspektif Lain

Arsip

Kabinet Indonesia Bersatu

Link Indonesia

English Content

Perundang­undangan

Cari Data

Podcast Feed

Sindikasi Berita

« Maret 2009 »M S S R K J S1 2 3 4 5 6 78 9 10 11 12 13 1415 16 17 18 19 20 2122 23 24 25 26 27 2829 30 31

GO

Pidato Presiden

Hotel Shangri­La, Jakarta, Selasa, 10 Maret 2009

Sambutan Pembukaan Sidang Dewan Pleno Ke­1 HIPMI 2008­2011 TRANSKRIPSISAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PEMBUKAAN SIDANG DEWAN PLENO KE­I HIPMI MASA BAKTI 2008­2011SHANGRI­LA HOTEL, 10 MARET 2009

Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu’alaikum Wr. Wb., Salam sejahtera untuk kita semua,

Yang saya hormati Saudara Ketua DPR RI, Bapak Agung Laksono, Wakil Ketua MPR RI, Bapak Aksa Mahmud, para menteri Kabinet Indonesia Bersatu, Saudara Gubernur DKI Jakarta, para sesepuh HIPMI, Bapak Abdul Latief sudah hadir disini dan para sesepuh yang lain, para pimpinan dunia usaha, pimpinan KADIN.Yang saya cintai Saudara Ketua Umum DPP HIPMI dan para pengurus HIPMI baik pusat maupun daerah.Hadirin sekalian yang saya muliakan,

Marilah pada kesempatan yang baik dan semoga senantiasa penuh berkah ini, sekali lagi kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena kepada kita semua masih diberi kesempatan, kekuatan dan semoga kesehatan untuk melanjutkan karya, tugas, dan pengabdian kita kepada masyarakat, bangsa, dan negara termasuk dalam melanjutkan perjuangan kita meningkatkan perkembangan ekonomi dan dunia usaha di negeri tercinta.

Saudara­saudara, Sebelum saya menyampaikan sambutan yang penting ini, saya ingin merespon sedikit yang disampaikan oleh Bung Erwin Aksa tadi mengenai bunga bank. Jadi setelah saya menerima DPP HIPMI datang ke kantor, kita berdiskusi bagaimana membikin sektor riil tetap bergerak sehingga tidak perlu PHK, yang tentu konsekuensinya harus ada aliran modal dengan tentunya rate yang tepat sehingga semuanya bisa berjalan dengan baik.

Beberapa hari setelah itu, saya berdiskusi dengan Wakil Presiden, Pak Jusuf Kalla, dan kurang lebih sepuluh hari yang lalu saya membahas, saya, Wapres, Gubernur BI dan Menko Perekonomian dan Menteri Keuangan, saya sampaikan masalah ini, kemudian saya dukung sebenarnya HIPMI agar setelah BI Rate diturunkan dalam jumlah yang tepat, maka perbankan harus bisa mengikuti. Saya tahu ada kehati ­hatian. Saya tahu untuk memperbaiki balance sheet­nya masing­masing, tetapi jangan hanya berorientasi ke dalam, inward looking, tapi juga outward looking sehingga maksud dari policy BI yang tepat segera diikuti oleh jajaran perbankan, dengan demikian membawa manfaat bagi semua. Saya dengar dulu yang disampaikan tadi dan kebetulan besok kami ada sidang kabinet terbatas atau rapat terbatas, kita akan kaji sejauh mana implementasi yang telah kita bahas beberapa saat yang lalu. Tentang kebersamaan nanti saya sampaikan pada saat akhir. Kebersamaan itu penting, kebersamaan indah. Insya Allah ke depan bangsa kita dengan kebersamaan makin tumbuh dengan baik.

Saudara­saudara,Saya harus menyampaikan terima kasih dan penghargaan atas kontribusi HIPMI pada bangsa dan negara, di kala suka dan di kala duka. Saya tidak ingin menjelaskan apa saja yang telah disumbangkan oleh HIPMI dalam rangka menjaga perekonomian dan dunia usaha kita, termasuk ketika kita menghadapi masa­masa sulit di saat krisis.

Saudara­saudara,Saya senang dengan tema yang dipilih dalam Sidang Pleno HIPMI kali ini, termasuk isi dari sambutan pimpinan HIPMI tadi. Ya benar, dunia sedang berada dalam resesi perekonomian. Kita, Indonesia, tengah gigih untuk mengoptimalkan, mengurangi dampak dari krisis perekonomian global itu. Sedangkan dunia usaha sendiri, Saudara­saudara berada disitu, terus berbuat untuk menjaga kesinambungannya.

Dengan tema yang disampaikan itu, dua titik penting yang saya garis bawahi adalah kebersamaan dan kemudian kemandirian. Kebersamaan lebih dekat, lebih kontekstual dengan keadaan sekarang ini karena jangka pendek, tahun ini dan tahun depan barangkali resesi perekonomian dunia masih kita hadapi. We do not know yet kapan global economic recession akan berakhir. Oleh karena itu togetherness , sinergi antara pemerintah, dunia usaha, dunia perbankan sangat penting agar kita bersama­sama melalui masa­masa yang berat di bidang usaha dan perekonomian negara.

Sedangkan kemandirian, untuk diketahui saja, ini adalah agenda penting yang sebetulnya memerlukan waktu untuk membangun dan memperkuatnya di negeri kita. Tetapi justru ketika kita mengalami krisis baru pada tingkat global, krisis terburuk sejak The Great Depression 73 tahun yang lalu itu, kita bisa sesungguhnya memetik pelajaran. Kita bisa mencari peluang baru yang akhirnya nanti sooner or later setelah perantara krisis perekonomian ini berlalu, we have to redesign our global economic architecture. Nah di situ, tepat bagi bangsa Indonesia untuk merumuskan, menjalankan kemandirian perekonomian kita dalam tatanan perekonomian dunia baru yang sedang dirumuskan dewasa ini oleh bangsa­bangsa sedunia.

Saudara­saudara,Beberapa saat yang lalu di Institut Pertanian Bogor, bagi yang mengikuti, saya menyampaikan pidato ilmiah sebenarnya tentang bangun perekonomian kita di masa depan. Belajar dari pengalaman rangkaian krisis yang terjadi di tingkat global hingga krisis sejak tahun lalu, tahun ini, dan bahkan masih akan berlangsung 1­2 tahun mendatang. Dan minggu lalu di Lampung, saya juga menyampaikan pidato di hadapan Sidang Tanwir Muhammadiyah yang kurang lebih sama, bagaimana kita mendesain kembali paradigma, strategi dan kebijakan perekonomian nasional kita, tapi saya angkat satu, dua contoh saja.

Saudara­saudara,Mengait dengan tema yang dipilih oleh HIPMI sendiri, memang benar bahwa ke depan kita perlu memperkuat ekonomi domestik. Kita perlu memperluas dan memperbesar pasar domestik agar kandungan ekspor kita dalam komponen pertumbuhan tidak harus mendominasi atau dalam perkataan lain, kita tidak menggantungkan ekonomi kita dari ekspor karena pilihan kita mestinya bukan export­oriented economy sehingga ketika terjadi resesi global seperti sekarang ini, pasar dunia menciut, kita tidak akan jatuh karena ekspor kita gulung tikar.

Yang kedua, pelajaran besar yang juga dapat kita angkat sebagai contoh, sekali lagi kemandirian itu memang mesti dimulai dengan sesuatu yang basic , yang fundamental, misalnya pangan dan energi. Tahun lalu kita mengalami krisis harga pangan global. Kita juga mengalami krisis harga minyak dunia. Belum ada tanda­tanda apakah setelah krisis harga pangan dan harga minyak akan stable sebab ketika demand sudah up kembali, hampir pasti ada mismatch antara supply dan demand dalam pangan dan energi, dan itu sangat mungkin harga minyak akan kembali naik. Oleh karena itu menghadapi volatilitas harga pangan dan harga energi yang tidak bisa kita gantikan, kita perlu membangun sistem, memperkuat kita punya kemandirian di dua komoditas itu.

Saudara­saudara,Dengan pengetahuan itu, mari kita sama­sama review kembali seperti apa perekonomian global dan perekonomian nasional yang tengah berlangsung dewasa ini. Secara jujur harus saya sampaikan, Saudara pun sudah mengerti, bahwa financial market itu belum stabil. Nilai tukar, Saudara masih bisa melihat, capital market stock kita juga masih up and down dengan sangat tajam. Likuiditas masih menjadi persoalan, balance of payment juga mulai menghadapi defisit. Ini menentukan bahwa global, regional and national financial market memang belum pulih kembali dalam stabilitas yang positif.

Yang kedua, resesi oleh perekonomian dunia juga belum ada tanda­tanda untuk recover dan kemudian pulih, dan kita kembali mengalami pertumbuhan global. Global output yang biasanya 3%, 4%, mendekati 5% diperkirakan akan minus pada tahun ini. Tahun depan pun belum bisa diperkirakan akan kembali plus. Pasar dunia sungguh menciut. Drop pada berbagai komoditas ekspor, dan kemudian unemployment sungguh meningkat. Tiongkok yang dikatakan ekonominya kuat, 15­20 juta terjadi pengangguran baru. Amerika Serikat 1­2 juta, belum multinational coorporations . Kita melihat tiap hari di BBC, CNN, CNBC perusahaan­perusahaan besar gulung tikar dengan unemployment yang meledak.

Kesimpulannya, resesi perekonomian global menurut perkiraan saya masih akan berlangsung 1­2 tahun mendatang. Masyarakat dunia sebetulnya, Saudara­saudara, tidak perlu bergulat untuk mengatasi masalah ini. Ada kebersamaan pada tingkat multilateral, misalnya forum G­20, perluasan dari G­7 dan G­8. Di tingkat regional, dunia juga bekerja. Ada Uni Eropa, ada Amerika Utara, di kawasan kita ada ASEAN, ada ASEAN+3, ada Forum Asia Timur yang juga berusaha mengatasi resesi ini. Pada tingkat nasional hampir semua negara, bukan hanya negara kita, juga melakukan countercyclical effects .

Ini terus berlangsung, namun untuk diketahui oleh keluarga besar HIPMI karena semua negara repot, Amerika repot, Jerman repot, Perancis repot, Inggris repot, China demikian juga, negara­negara yang lain tak mampu. Jepang mengalami drop ekspor, misalnya otomotif dan elektronik bisa 52%. Luar biasa. Karena negara­negara yang memiliki kekuatan ekonomi yang tangguh juga dalam keadaan repot tadi, maka upaya bersama baik multilateral maupun regional dampaknya tidak seperti yang kita harapkan. Berbeda dengan krisis 11 tahun yang lalu, Asia tersungkur, yang lain tidak, masih kuat termasuk pasar yang tersedia bagi barang­barang ekspor kita.

Menghadapi semua ini, saya ingin menjelaskan kepada Saudara­saudara untuk diketahui, bahwa kita dan saya berterima kasih karena dunia usaha juga masuk dalam barisan ini. Kita terus melakukan langkah­langkah untuk menyelamatkan perekonomian kita, menjaga keberlanjutan, dan insya Allah setelah resesi berakhir bisa tumbuh kembali. Kita punya strategi, kita punya kebijakan dan kita juga melakukan sejumlah aksi.

Sebagai contoh saya ingin sampaikan kepada Saudara, Indonesia aktif dalam semua forum, multilateral, regional. Untuk apa? Agar kita mendapatkan spot facilities , agar kita juga memiliki spot fund untuk berjaga­jaga seperti Chiang Mai Inisiative, dan kita bisa menjaga dalam batas tertentu keberlangsungan ekspor Indonesia. Jadi berkaitan dengan the trade and investment.

Kita tidak ingin tertinggal dari kebersamaan multilateral dan regional agar tidak merugi, sebab kalau kita tidak aktif berperan memperjuangkan kepentingan kita, bisa saja kita dinomorduakan atau dinomortigakan.

Indonesia sebagai contoh terus bekerja sama dengan World Bank, Asian Development Bank, negara­negara sahabat, Jepang, China, Amerika, Australia, Korea Selatan, Uni Eropa untuk berjaga­jaga kalau ada contingency yang kita lakukan agar market kita up. Ingat, waktu krisis 11 tahun yang lalu, market, kepercayaan pasar, pun tutup karena tidak ada second line of defense kita sehingga pasar pun yang tidak percaya pada Indonesia, dan cepat sekali terjadinya kebangkrutan ekonomi itu. Oleh karena itu kita jaga semuanya agar di samping kita mengatasi secara sendiri, secara nasional, global market memiliki keyakinan, we are able to solve the crisis, to manage the situation.

Saudara­saudara,Dalam berbagai kesempatan itu, saya sendiri hadir; di G­20, ASEAN, ASEAN+3, dan forum­forum yang lain untuk sekali lagi apa yang bisa kita dapatkan dalam kemitraan dan kerjasama itu.

Saudara­saudara,Di dalam negeri, sebagaimana Saudara Erwin tadi sampaikan, kita juga terus menjalankan sebenarnya crisis actions management. Kita telah mengeluarkan sejumlah kebijakan dan langkah­tindakan untuk menjaga sektor riil tetap. Kita ada tetapkan 7 prioritas pertama yang sangat penting menjaga sektor riil, bisnis Saudara semuanya.

Yang kedua, dengan kita bisa menjaga sektor riil kita berharap bisa mencegah gelombang PHK besar­besaran. Andaikata terpaksa terjadi PHK, kita bisa melakukan langkah­langkah untuk menanggulanginya.

Yang ketiga adalah kita menjaga daya beli rakyat. Bermacam­macam scheme kita lakukan. Kita berusaha memperoleh, masih alhamdulillah, tidak terjadi inflasi, justru ada deflasi pada bulan­bulan terakhir. Kita melindungi yang miskin, to protect the poor, dari APBN dan APBD. Kita juga menjaga meskipun suasananya sulit, pangan dan energi tetap tersedia.

Dan yang terakhir, setelah semua yang kita jalankan enam kualitas tadi kita berharap agar setidak­tidaknya kita bisa menjaga pertumbuhan pada tingkat yang pantas. Saudara tahu, Singapura tahun 2007 tumbuh 7%, tahun lalu hanya 2%, tahun ini barangkali minus. Demikian juga negara­negara maju akan mengalami pertumbuhan minus. Kita untung sedikit; tahun 2007 6,3%, tahun lalu 6,1%, drop hanya 0,2%, bagus. Mudah­mudahan tahun ini dengan kerja keras kita semua tahun ini pertumbuhan kita tidak lebih rendah dari 4,5%. Insya Allah kita jaga di situ. Jangan sampai nihil, apalagi minus, jangan sampai lebih rendah.

Upaya countercyclical ini saya sampaikan sekaligus, Saudara­saudara, supaya paham mengapa struktur APBN dan APBD, terima kasih kepada Pak Agung Laksono, teman­teman DPR yang juga dalam merumuskan kembali APBN kita di masa krisis, kita relatif lancar dalam rumusannya. Yang jelas struktur, arah dan besaran APBN kita tahun 2009 ini sudah kita desain untuk bisa mencapai tujuh prioritas tadi.

Pertama, paket stimulus lumayan, Rp 73,3 triliun. Dengan catatan, benar Bung Erwin, agar segera dialirkan. Saya sudah meminta 11 Menteri yang mendapatkan porsi besar dalam paket stimulus ini agar segera dialirkan. Kita ingin April, bulan depan sudah mengalir. Keterlambatan dari departemen dan kementerian akan menghambat semua proses stimulasi pertumbuhan, dan Rp 73,3 triliun bukan angka yang sedikit.

Dana untuk pengembangan infrastruktur juga besar. Saudara tahu tujuannya? Untuk menciptakan lapangan pekerjaan. Job creation . PU saja Rp 35 triliun, kemudian Departemen Perhubungan Rp 17 triliun. Ada tambahan Rp 12,2 triliun juga untuk infrastructure building.

Saudara tahu, jangan sampai rakyat kita tidak bisa membeli. Tetap kita jalankan dana untuk social safety net. Berbagai­bagai scheme agar mereka punya kemampuan untuk membeli. Kemudian tetap dalam struktur APBN kita, kita mengandalkan penerimaan pajak. Tidak lagi kita menggantungkan utang luar negeri, apalagi jual aset. Jadi benar­benar yang kita jadikan tumpuan adalah penerimaan pajak. Memang defisit akan naik sedikit, diperkirakan mencapai 2,5%. Dalam masa krisis biasa, ada yang 12% defisitnya, ada yang 10 persen. Inilah structure, politik dari APBN kita yang kita desain khusus, Pemerintah dengan DPR RI, agar betul­betul krisis ini bisa kita lewati, dan yang Saudara harapkan tadi bisa kita capai.

Saudara­saudara,Dengan penjelasan saya tadi, situasi global, langkah bersama tingkat global regional, langkah kita, termasuk stimulasi pertumbuhan yang kita tetapkan, dan besaran serta struktur APBN, maka saya mengajak Saudara­saudara, dunia usaha utamanya HIPMI, mari kita benar­benar bersinergi. Karena apa? Dengan langkah cepat kita enam bulan yang lalu, Saudara masih ingat, Pak Hidayat juga bersama­sama kita, KADIN maksud saya, BI, perbankan, pemerintah termasuk para gubernur juga kita hadirkan. Kita ingin gerak cepat dan tepat. Jangan sampai terjadi krisis kepercayaan seperti 11 tahun yang lalu. Akibat kebersamaan kita itu hingga saat ini, dengan manajemen krisis, sebenarnya kita bisa meminimalkan dampak dari krisis perekonomian global itu, meskipun saya mengatakan belum aman. Terus terang belum aman. Artinya manajemen krisis harus terus kita jalankan bersama­sama.

Saudara­saudara,Kami pun terus membangun sinergi, pemerintah, BI agar terjadi policy mix antara monetary policy dengan fiscal policy. Kalau tidak, repot nanti. Seperti yang dikatakan tadi bagaimana policy tentang rebate, interest rebate yang pas sehingga tujuan untuk stimulasi menjaga sektor riil bisa dijaga bersama­sama.

Pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan. Perppu sudah kita keluarkan. Insentif banyak kita berikan untuk menjaga sektor riil. Ya, saya harus jujur, Saudara­saudara, penerimaan pemerintah berkurang tahun ini. Broke, the government is broke karena pajak berkurang. Insentif kita berikan cukup banyak, penerimaan berkurang sehingga defisit perlu ditutup dengan ikhtiar yang lain. Tetapi tidak apa­apa agar paling tidak sektor riil relatif terjaga.

Yang saya sarankan dari Saudara­saudara, dari dunia usaha adalah mari kita berbagi, sharing. Kalau pemerintah memang willing untuk berkurang penerimaannya, mungkin pada masa­masa sulit ini keuntungan atau profit Saudara barangkali sedikit berkurang. Seorang pejuang tentu bisa memahami kalau pemerintahnya broke , temen­temen usaha ikut berkurang. Nanti kalau sudah kita lewati krisis ini insya Allah kita kembali kumpul.

Kemudian, saya harus mengajak tepuk tangan semua, tekad dari Saudara­saudara untuk semaksimal mungkin mencegah terjadinya PHK. Itu pahlawan. Kalau ternyata tidak bisa dihindari, datang dulu ke menteri terkait. Jangan buru­buru langsung mem­PHK­kan apalagi dalam jumlah yang besar. Datang dulu kepada menteri terkait. Apa yang bisa kita carikan solusinya. Tentu efisiensi menjadi penting, efektivitas menjadi penting untuk Saudara­saudara.

Dalam keadaan krisis, sulit kita win­win. Mungkin kita win dan lose. Kalau ada yang lose, pertama­tama pemerintah siap menerima berkurangnya penerimaan. Mungkin nomor dua, Saudara siap pula sedikit penghasilannya asalkan rakyat win, bisa membeli. Kita bersatu. Insya Allah ini yang terbaik. Dan nanti kita akan tebus bersama­sama setelah resesi ini usai, karena kalau kita bisa jaga betul­betul, tidak ada ketegangan sosial, tidak ada gangguan keamanan, tidak ada kisruh, rakyat kita perhatikan, kita bisa memulai pekerjaan kita manakala resesi ini telah kita lalui.

Saudara­saudara,Saudara mungkin mendengar bahwa yang kita keluarkan dari APBN untuk social safety net besar. Gaji tetap kita naikkan tahun 2009, termasuk gaji ke­13. upah buruh tetap kita jaga. Nilai tukar petani tetap kita jaga untuk naik. Jadi penghasilan buruh dan petani, dan pegawai diharapkan di atas dari kenaikan harga sembako sehingga ada welfare again . Nah kalau itu bisa kita capai, Saudara­saudara, yang Saudara produksi atau barang dan jasa ada yang membeli. Yang paling berbahaya adalah kalau tidak ada yang membeli, the crisis of demand. Saudara bisa memproduksi, “Kami efisien. Kami produktif, ” tapi kalau tidak ada yang membeli tentu akan menjadi repot perekonomian kita.

Oleh karena itu saya ingatkan, teruslah belanja sebanyak­banyaknya. Ini musim pemilu, banyak pimpinan partai di sini. Pak Suryadharma Ali, belilah banyak­banyak kain untuk bendera partai. Parpol­parpol bikin panggung, bikin band. Biar ada itu dan tumbuh penghasilan semuanya, biar saja mengalir seperti biasanya. Begini Saudara­saudara, ini sepertinya guyon tapi serius. Kalau Saudara ke Singapura kan sepi sekarang. Wapres cerita sama saya; ke Amerika, melihat mal­mal juga sepi. Itu yang terjadi. Berarti lebih berat resesi itu. Saya sering melihat di mal, sering lihat ke luar­luar, ke jalan­jalan, alhamdulillah kalau di negara kita tidak terpengaruh. Kalau ada seperti itu sebetulnya baik. Yang berbahaya kalau semua berhenti belanja.

Saudara­saudara, Inilah keadaan dalam negeri kita. Sekali lagi mari bergandengan tangan pemerintah, perbankan, dunia usaha, pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Ajak para bupati, para ajak walikota, ajak para gubernur untuk juga menggandeng dunia usaha, HIPMI untuk bersama­sama mengatasi permasalahan ini.

Yang terakhir, karena Saudara pengusaha muda, 10 tahun lagi, 15 tahun lagi, 20 tahun lagi, Saudara yang melanjutkan kepemimpinan di negeri ini. Semua yang berdiri di hadapan saya ini dan semuanya oleh karena itu sesuai dengan tema kali ini, saya ingin bicara sedikit saja tentang perekonomian kita di masa depan baiknya bagaimana, seperti apa supaya lebih adil dunia ini, supaya lebih tepat perekonomian di negeri ini.

Pertama­tama singkatnya, apa yang saya katakan di berbagai pertemuan: di Hokkaido, Jepang, G­8 Conference; di Beijing, ASEM Summit; di Washington DC, G­20 Summit; semua sepakat, tata perekonomian dunia harus diperbaiki. Sekarang ini rules­nya tidak fair, governance­nya tidak credible . Memang ada World Bank, memang ada IMF, memang ada WTO tapi itu aspek to pasca­Perang Dunia ke­2 yang dalam banyak hal tidak bisa merespon krisis dengan baik bahkan tidak bisa mencegah terjadinya krisis. Ekonomi lebih bersifat rapuh, lebih bersifat money economy, dan bukan real­value economy. Ini berbahaya sekali. Harus kita jauhkan dari sifat perekonomian seperti itu.

Kemudian ingat, dulu dunia 6,6 miliar. Harus ada balance supply dengan demand. Manakala terjadi mismatch , di sinilah awal dari krisis saat sekarang. Oleh karena itu ke depan, perekonomian global ke depan turut memikirkan kebutuhan dunia itu berapa, yang efisien sehingga baik pangan, energi, maupun air itu bisa dipenuhi dengan baik. Itu tingkat global, tapi tidak usah kita terlalu berambisi, itu perlu waktu. Mungkin 5­10 tahun baru ketemu seperti apa multi global economic order, new global quality manufacture yang sedang kita bangun.

Tingkat regional, Saudara harus pandai­pandai mendapatkan peluang, kerja sama ekonomi kawasan, bertumpu pada geoekonomi. Saudara kenal yang namanya IMTGT? Kenal? BIMP­EAGA? Sijori? Di ASEAN, itu ada kerja sama makin bagus sebetulnya IMTGT (Indonesia Malaysia Thailand Growth Triangle). Baru saja di Huampin kita rapat, saya pimpin, dan di situ ada Perdana Menteri Thailand, Perdana Menteri Malaysia. Kemudian kita juga mengevaluasi BIMP­EAGA (Brunei, Indonesia, Malaysia, Philippines). Kita evaluasi, kebetulan yang memimpin saya kemarin, Presiden Indonesia. Kemudian Sijori. Sekarang ini, sudah banyak opportunity­nya: ada transportasi, ada perikanan, ada agriculture , ada tourism, ada infrastructure.

Saya berharap agar daerah didukung. Itu lebih menjemput bola. Dan gubernur mengajak dunia usaha lokal untuk juga menjemput bola. Kemarin pagi, ikut saya ketua KADIN mendengarkan komitmen kami semua agar jangan pusat yang lebih menangani, biarkan daerah di mana kerja sama ekonomi itu dilaksanakan. Kalau ditata, opportunity­nya bisa diambil di mana­mana. Kalau semua yang ngatur Jakarta, kasihan pengusaha daerah

Di tingkat regional, juga ada pembentukan bank. Saudara tahu Chiang Mai Initiative? Tahu itu upaya kita untuk menghimpun dana sebesar 120 billion. Semacam IMF of the world better part yang bisa membantu negara­negara ASEAN+3. Kalau ada kesulitan dengan pendanaan, itu sudah dirumuskan. Bulan Mei akan diputuskan di Denpasar, Bali dan setelah itu bisa digunakan dengan baik.

Itu regional. Di tingkat nasional, titipan saya, silakan dikaji HIPMI untuk kepentingan Saudara di masa depan. Yang kita bayangkan paling tidak begini. Pembangunan perekonomian sekarang ini betul ­betul harus merata. Kabupaten­kabupaten, kota­kota provinsi harus membangun sumber­sumber perekonomian. Harus ada zone of development yang lebih baik lagi. Dengan demikian, tidak dimonopoli oleh Jawa yang memang bertahun­tahun jadi sumber pertumbuhan. Kemudian, infrastruktur sudah ada, ekonomi daerah sudah ada, fiskal pun sudah kita desentralisasikan sebagian.

Yang kedua, saya pikir mari kita mulai dari sekarang ini yang betu­betul menguasai hajat hidup orang banyak, itu harus lebih mandiri. Pangan, energi, sandang, perlengkapan rumah tangga, maupun alat dan pelengkapan pertahanan. Jadi kalau kita menuju ke situ, janganlah kita tergantung dari luar negeri. Apalagi kalau pasar domestik kita semakin besar di masa depan.

Berikutnya lagi ialah investasi mesti harus lebih banyak dari dalam negeri. Konsekuensinya adalah tabungan atau saving harus ditingkatkan. Saya mendengar kabar gembira, katanya dari perbankan kita, tabungan masyarakat makin besar. Asalkan tidak disimpan di bawah bantal, itu semuanya bisa digunakan dengan baik, termasuk tabungan jangka panjang, pensiun, dan sebagainya. Salah satu main speaker mengatakan tadi, harus diperkuat, kemudian daya beli rakyat, seperti saya sampaikan tadi, harus kita jaga.

Terakhir adalah berhasil atau tidak berhasilnya kita mengembangkan ekonomi domestik ini sangat berpulang kepada inovasi, kreativitas, dan aktivitas daerah. Ini saya tujukan kepada para gubernur, bupati, dan wali kota. Diperlukan manajemen yang bagus. Diperlukan skill menggandeng investor. Bikin iklim usaha yang kompetitif. Utamakan pengusaha lokal. Dan dengan demikian, tidak lagi terjadi ketimpangan. Semuanya bisa berjalan secara baik. Sinergi tetap diperlukan: pemerintah pusat, pemerintah daerah, BI dengan perbankannya mengembangkan dan punya perbankan, dunia usaha, serta stakeholders yang lain.

Inilah, Saudara­saudara, bagian kedua bagaimana kita menjemput masa depan global, regional, dan nasional. Tetapi fokus kita marilah kita bekerja untuk tahun 2009 dan 2010 ini, agar perekonomian kita selamat, agar terjaga sektor riil, dan tidak perlu ada PHK.

Saudara­saudara, Sebelum mengakhiri sambutan ini, tadi Bung Erwin mengatakan berkali ­kali tentang mudah­mudahan dalam pemilu, dalam demokrasi ini tidak terjadi halangan yang bisa mengganggu atau memundurkan apa yang telah kita capai sejauh ini. Saya setuju, saya dukung, dan saya kira semua juga mendengar bahwa kini di negeri ini, termasuk saya sendiri, termasuk semua­semua, mari kita jaga suasana dengan baik, mari kita jaga apa yang telah kita lakukan, jangan sampai mengganggu, jangan sampai menghambat apa yang sudah kita capai sekarang ini.

Kebersamaan itu memang bagus dan marilah kebersamaan kita, kita tahankan kebersamaan yang sejati. Dengan demikian sinergis, gain­nya menjadi makin positif. Dan saya kira Tuhan Maha Besar selalu memberikan peluang dan peluang. Anak bangsa bisa bersama­sama mengelola kehidupan negerinya, menjalankan roda pemerintahannya dengan baik lagi untuk masa depan bangsa, untuk generasi yang akan datang.

Demikianlah yang ingin saya sampaikan, dan akhirnya dengan terlebih dahulu memohon ridho Tuhan Yang Maha Kuasa dan dengan mengucapkan "Bismillahirrahmanirrahim", Sidang Pleno ke­1 HIPMI dengan resmi saya nyatakan dibuka.

Wassalamulaikum warahmatullahi wabarakatuh.

*****

Biro Pers dan MediaRumah Tangga Kepresidenan

Page 2: Sambutan Pembukaan Sidang Dewan Pleno Ke 1 HIPMI 2008-2011

Redaksi | Syarat & Kondisi | Peta Situs | Kontak © 2006­2009 Situs Web Resmi Presiden Republik Indonesia ­ Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono

Hak Cipta dilindungi Undang­undang

Beranda Topik Pilihan Berita Utama Ruang Pers Profil Foto Pidato Wawancara & Kolom Kliping Perspektif Lain

Arsip

Kabinet Indonesia Bersatu

Link Indonesia

English Content

Perundang­undangan

Cari Data

Podcast Feed

Sindikasi Berita

« Maret 2009 »M S S R K J S1 2 3 4 5 6 78 9 10 11 12 13 1415 16 17 18 19 20 2122 23 24 25 26 27 2829 30 31

GO

Pidato Presiden

Hotel Shangri­La, Jakarta, Selasa, 10 Maret 2009

Sambutan Pembukaan Sidang Dewan Pleno Ke­1 HIPMI 2008­2011 TRANSKRIPSISAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PEMBUKAAN SIDANG DEWAN PLENO KE­I HIPMI MASA BAKTI 2008­2011SHANGRI­LA HOTEL, 10 MARET 2009

Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu’alaikum Wr. Wb., Salam sejahtera untuk kita semua,

Yang saya hormati Saudara Ketua DPR RI, Bapak Agung Laksono, Wakil Ketua MPR RI, Bapak Aksa Mahmud, para menteri Kabinet Indonesia Bersatu, Saudara Gubernur DKI Jakarta, para sesepuh HIPMI, Bapak Abdul Latief sudah hadir disini dan para sesepuh yang lain, para pimpinan dunia usaha, pimpinan KADIN.Yang saya cintai Saudara Ketua Umum DPP HIPMI dan para pengurus HIPMI baik pusat maupun daerah.Hadirin sekalian yang saya muliakan,

Marilah pada kesempatan yang baik dan semoga senantiasa penuh berkah ini, sekali lagi kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena kepada kita semua masih diberi kesempatan, kekuatan dan semoga kesehatan untuk melanjutkan karya, tugas, dan pengabdian kita kepada masyarakat, bangsa, dan negara termasuk dalam melanjutkan perjuangan kita meningkatkan perkembangan ekonomi dan dunia usaha di negeri tercinta.

Saudara­saudara, Sebelum saya menyampaikan sambutan yang penting ini, saya ingin merespon sedikit yang disampaikan oleh Bung Erwin Aksa tadi mengenai bunga bank. Jadi setelah saya menerima DPP HIPMI datang ke kantor, kita berdiskusi bagaimana membikin sektor riil tetap bergerak sehingga tidak perlu PHK, yang tentu konsekuensinya harus ada aliran modal dengan tentunya rate yang tepat sehingga semuanya bisa berjalan dengan baik.

Beberapa hari setelah itu, saya berdiskusi dengan Wakil Presiden, Pak Jusuf Kalla, dan kurang lebih sepuluh hari yang lalu saya membahas, saya, Wapres, Gubernur BI dan Menko Perekonomian dan Menteri Keuangan, saya sampaikan masalah ini, kemudian saya dukung sebenarnya HIPMI agar setelah BI Rate diturunkan dalam jumlah yang tepat, maka perbankan harus bisa mengikuti. Saya tahu ada kehati ­hatian. Saya tahu untuk memperbaiki balance sheet­nya masing­masing, tetapi jangan hanya berorientasi ke dalam, inward looking, tapi juga outward looking sehingga maksud dari policy BI yang tepat segera diikuti oleh jajaran perbankan, dengan demikian membawa manfaat bagi semua. Saya dengar dulu yang disampaikan tadi dan kebetulan besok kami ada sidang kabinet terbatas atau rapat terbatas, kita akan kaji sejauh mana implementasi yang telah kita bahas beberapa saat yang lalu. Tentang kebersamaan nanti saya sampaikan pada saat akhir. Kebersamaan itu penting, kebersamaan indah. Insya Allah ke depan bangsa kita dengan kebersamaan makin tumbuh dengan baik.

Saudara­saudara,Saya harus menyampaikan terima kasih dan penghargaan atas kontribusi HIPMI pada bangsa dan negara, di kala suka dan di kala duka. Saya tidak ingin menjelaskan apa saja yang telah disumbangkan oleh HIPMI dalam rangka menjaga perekonomian dan dunia usaha kita, termasuk ketika kita menghadapi masa­masa sulit di saat krisis.

Saudara­saudara,Saya senang dengan tema yang dipilih dalam Sidang Pleno HIPMI kali ini, termasuk isi dari sambutan pimpinan HIPMI tadi. Ya benar, dunia sedang berada dalam resesi perekonomian. Kita, Indonesia, tengah gigih untuk mengoptimalkan, mengurangi dampak dari krisis perekonomian global itu. Sedangkan dunia usaha sendiri, Saudara­saudara berada disitu, terus berbuat untuk menjaga kesinambungannya.

Dengan tema yang disampaikan itu, dua titik penting yang saya garis bawahi adalah kebersamaan dan kemudian kemandirian. Kebersamaan lebih dekat, lebih kontekstual dengan keadaan sekarang ini karena jangka pendek, tahun ini dan tahun depan barangkali resesi perekonomian dunia masih kita hadapi. We do not know yet kapan global economic recession akan berakhir. Oleh karena itu togetherness , sinergi antara pemerintah, dunia usaha, dunia perbankan sangat penting agar kita bersama­sama melalui masa­masa yang berat di bidang usaha dan perekonomian negara.

Sedangkan kemandirian, untuk diketahui saja, ini adalah agenda penting yang sebetulnya memerlukan waktu untuk membangun dan memperkuatnya di negeri kita. Tetapi justru ketika kita mengalami krisis baru pada tingkat global, krisis terburuk sejak The Great Depression 73 tahun yang lalu itu, kita bisa sesungguhnya memetik pelajaran. Kita bisa mencari peluang baru yang akhirnya nanti sooner or later setelah perantara krisis perekonomian ini berlalu, we have to redesign our global economic architecture. Nah di situ, tepat bagi bangsa Indonesia untuk merumuskan, menjalankan kemandirian perekonomian kita dalam tatanan perekonomian dunia baru yang sedang dirumuskan dewasa ini oleh bangsa­bangsa sedunia.

Saudara­saudara,Beberapa saat yang lalu di Institut Pertanian Bogor, bagi yang mengikuti, saya menyampaikan pidato ilmiah sebenarnya tentang bangun perekonomian kita di masa depan. Belajar dari pengalaman rangkaian krisis yang terjadi di tingkat global hingga krisis sejak tahun lalu, tahun ini, dan bahkan masih akan berlangsung 1­2 tahun mendatang. Dan minggu lalu di Lampung, saya juga menyampaikan pidato di hadapan Sidang Tanwir Muhammadiyah yang kurang lebih sama, bagaimana kita mendesain kembali paradigma, strategi dan kebijakan perekonomian nasional kita, tapi saya angkat satu, dua contoh saja.

Saudara­saudara,Mengait dengan tema yang dipilih oleh HIPMI sendiri, memang benar bahwa ke depan kita perlu memperkuat ekonomi domestik. Kita perlu memperluas dan memperbesar pasar domestik agar kandungan ekspor kita dalam komponen pertumbuhan tidak harus mendominasi atau dalam perkataan lain, kita tidak menggantungkan ekonomi kita dari ekspor karena pilihan kita mestinya bukan export­oriented economy sehingga ketika terjadi resesi global seperti sekarang ini, pasar dunia menciut, kita tidak akan jatuh karena ekspor kita gulung tikar.

Yang kedua, pelajaran besar yang juga dapat kita angkat sebagai contoh, sekali lagi kemandirian itu memang mesti dimulai dengan sesuatu yang basic , yang fundamental, misalnya pangan dan energi. Tahun lalu kita mengalami krisis harga pangan global. Kita juga mengalami krisis harga minyak dunia. Belum ada tanda­tanda apakah setelah krisis harga pangan dan harga minyak akan stable sebab ketika demand sudah up kembali, hampir pasti ada mismatch antara supply dan demand dalam pangan dan energi, dan itu sangat mungkin harga minyak akan kembali naik. Oleh karena itu menghadapi volatilitas harga pangan dan harga energi yang tidak bisa kita gantikan, kita perlu membangun sistem, memperkuat kita punya kemandirian di dua komoditas itu.

Saudara­saudara,Dengan pengetahuan itu, mari kita sama­sama review kembali seperti apa perekonomian global dan perekonomian nasional yang tengah berlangsung dewasa ini. Secara jujur harus saya sampaikan, Saudara pun sudah mengerti, bahwa financial market itu belum stabil. Nilai tukar, Saudara masih bisa melihat, capital market stock kita juga masih up and down dengan sangat tajam. Likuiditas masih menjadi persoalan, balance of payment juga mulai menghadapi defisit. Ini menentukan bahwa global, regional and national financial market memang belum pulih kembali dalam stabilitas yang positif.

Yang kedua, resesi oleh perekonomian dunia juga belum ada tanda­tanda untuk recover dan kemudian pulih, dan kita kembali mengalami pertumbuhan global. Global output yang biasanya 3%, 4%, mendekati 5% diperkirakan akan minus pada tahun ini. Tahun depan pun belum bisa diperkirakan akan kembali plus. Pasar dunia sungguh menciut. Drop pada berbagai komoditas ekspor, dan kemudian unemployment sungguh meningkat. Tiongkok yang dikatakan ekonominya kuat, 15­20 juta terjadi pengangguran baru. Amerika Serikat 1­2 juta, belum multinational coorporations . Kita melihat tiap hari di BBC, CNN, CNBC perusahaan­perusahaan besar gulung tikar dengan unemployment yang meledak.

Kesimpulannya, resesi perekonomian global menurut perkiraan saya masih akan berlangsung 1­2 tahun mendatang. Masyarakat dunia sebetulnya, Saudara­saudara, tidak perlu bergulat untuk mengatasi masalah ini. Ada kebersamaan pada tingkat multilateral, misalnya forum G­20, perluasan dari G­7 dan G­8. Di tingkat regional, dunia juga bekerja. Ada Uni Eropa, ada Amerika Utara, di kawasan kita ada ASEAN, ada ASEAN+3, ada Forum Asia Timur yang juga berusaha mengatasi resesi ini. Pada tingkat nasional hampir semua negara, bukan hanya negara kita, juga melakukan countercyclical effects .

Ini terus berlangsung, namun untuk diketahui oleh keluarga besar HIPMI karena semua negara repot, Amerika repot, Jerman repot, Perancis repot, Inggris repot, China demikian juga, negara­negara yang lain tak mampu. Jepang mengalami drop ekspor, misalnya otomotif dan elektronik bisa 52%. Luar biasa. Karena negara­negara yang memiliki kekuatan ekonomi yang tangguh juga dalam keadaan repot tadi, maka upaya bersama baik multilateral maupun regional dampaknya tidak seperti yang kita harapkan. Berbeda dengan krisis 11 tahun yang lalu, Asia tersungkur, yang lain tidak, masih kuat termasuk pasar yang tersedia bagi barang­barang ekspor kita.

Menghadapi semua ini, saya ingin menjelaskan kepada Saudara­saudara untuk diketahui, bahwa kita dan saya berterima kasih karena dunia usaha juga masuk dalam barisan ini. Kita terus melakukan langkah­langkah untuk menyelamatkan perekonomian kita, menjaga keberlanjutan, dan insya Allah setelah resesi berakhir bisa tumbuh kembali. Kita punya strategi, kita punya kebijakan dan kita juga melakukan sejumlah aksi.

Sebagai contoh saya ingin sampaikan kepada Saudara, Indonesia aktif dalam semua forum, multilateral, regional. Untuk apa? Agar kita mendapatkan spot facilities , agar kita juga memiliki spot fund untuk berjaga­jaga seperti Chiang Mai Inisiative, dan kita bisa menjaga dalam batas tertentu keberlangsungan ekspor Indonesia. Jadi berkaitan dengan the trade and investment.

Kita tidak ingin tertinggal dari kebersamaan multilateral dan regional agar tidak merugi, sebab kalau kita tidak aktif berperan memperjuangkan kepentingan kita, bisa saja kita dinomorduakan atau dinomortigakan.

Indonesia sebagai contoh terus bekerja sama dengan World Bank, Asian Development Bank, negara­negara sahabat, Jepang, China, Amerika, Australia, Korea Selatan, Uni Eropa untuk berjaga­jaga kalau ada contingency yang kita lakukan agar market kita up. Ingat, waktu krisis 11 tahun yang lalu, market, kepercayaan pasar, pun tutup karena tidak ada second line of defense kita sehingga pasar pun yang tidak percaya pada Indonesia, dan cepat sekali terjadinya kebangkrutan ekonomi itu. Oleh karena itu kita jaga semuanya agar di samping kita mengatasi secara sendiri, secara nasional, global market memiliki keyakinan, we are able to solve the crisis, to manage the situation.

Saudara­saudara,Dalam berbagai kesempatan itu, saya sendiri hadir; di G­20, ASEAN, ASEAN+3, dan forum­forum yang lain untuk sekali lagi apa yang bisa kita dapatkan dalam kemitraan dan kerjasama itu.

Saudara­saudara,Di dalam negeri, sebagaimana Saudara Erwin tadi sampaikan, kita juga terus menjalankan sebenarnya crisis actions management. Kita telah mengeluarkan sejumlah kebijakan dan langkah­tindakan untuk menjaga sektor riil tetap. Kita ada tetapkan 7 prioritas pertama yang sangat penting menjaga sektor riil, bisnis Saudara semuanya.

Yang kedua, dengan kita bisa menjaga sektor riil kita berharap bisa mencegah gelombang PHK besar­besaran. Andaikata terpaksa terjadi PHK, kita bisa melakukan langkah­langkah untuk menanggulanginya.

Yang ketiga adalah kita menjaga daya beli rakyat. Bermacam­macam scheme kita lakukan. Kita berusaha memperoleh, masih alhamdulillah, tidak terjadi inflasi, justru ada deflasi pada bulan­bulan terakhir. Kita melindungi yang miskin, to protect the poor, dari APBN dan APBD. Kita juga menjaga meskipun suasananya sulit, pangan dan energi tetap tersedia.

Dan yang terakhir, setelah semua yang kita jalankan enam kualitas tadi kita berharap agar setidak­tidaknya kita bisa menjaga pertumbuhan pada tingkat yang pantas. Saudara tahu, Singapura tahun 2007 tumbuh 7%, tahun lalu hanya 2%, tahun ini barangkali minus. Demikian juga negara­negara maju akan mengalami pertumbuhan minus. Kita untung sedikit; tahun 2007 6,3%, tahun lalu 6,1%, drop hanya 0,2%, bagus. Mudah­mudahan tahun ini dengan kerja keras kita semua tahun ini pertumbuhan kita tidak lebih rendah dari 4,5%. Insya Allah kita jaga di situ. Jangan sampai nihil, apalagi minus, jangan sampai lebih rendah.

Upaya countercyclical ini saya sampaikan sekaligus, Saudara­saudara, supaya paham mengapa struktur APBN dan APBD, terima kasih kepada Pak Agung Laksono, teman­teman DPR yang juga dalam merumuskan kembali APBN kita di masa krisis, kita relatif lancar dalam rumusannya. Yang jelas struktur, arah dan besaran APBN kita tahun 2009 ini sudah kita desain untuk bisa mencapai tujuh prioritas tadi.

Pertama, paket stimulus lumayan, Rp 73,3 triliun. Dengan catatan, benar Bung Erwin, agar segera dialirkan. Saya sudah meminta 11 Menteri yang mendapatkan porsi besar dalam paket stimulus ini agar segera dialirkan. Kita ingin April, bulan depan sudah mengalir. Keterlambatan dari departemen dan kementerian akan menghambat semua proses stimulasi pertumbuhan, dan Rp 73,3 triliun bukan angka yang sedikit.

Dana untuk pengembangan infrastruktur juga besar. Saudara tahu tujuannya? Untuk menciptakan lapangan pekerjaan. Job creation . PU saja Rp 35 triliun, kemudian Departemen Perhubungan Rp 17 triliun. Ada tambahan Rp 12,2 triliun juga untuk infrastructure building.

Saudara tahu, jangan sampai rakyat kita tidak bisa membeli. Tetap kita jalankan dana untuk social safety net. Berbagai­bagai scheme agar mereka punya kemampuan untuk membeli. Kemudian tetap dalam struktur APBN kita, kita mengandalkan penerimaan pajak. Tidak lagi kita menggantungkan utang luar negeri, apalagi jual aset. Jadi benar­benar yang kita jadikan tumpuan adalah penerimaan pajak. Memang defisit akan naik sedikit, diperkirakan mencapai 2,5%. Dalam masa krisis biasa, ada yang 12% defisitnya, ada yang 10 persen. Inilah structure, politik dari APBN kita yang kita desain khusus, Pemerintah dengan DPR RI, agar betul­betul krisis ini bisa kita lewati, dan yang Saudara harapkan tadi bisa kita capai.

Saudara­saudara,Dengan penjelasan saya tadi, situasi global, langkah bersama tingkat global regional, langkah kita, termasuk stimulasi pertumbuhan yang kita tetapkan, dan besaran serta struktur APBN, maka saya mengajak Saudara­saudara, dunia usaha utamanya HIPMI, mari kita benar­benar bersinergi. Karena apa? Dengan langkah cepat kita enam bulan yang lalu, Saudara masih ingat, Pak Hidayat juga bersama­sama kita, KADIN maksud saya, BI, perbankan, pemerintah termasuk para gubernur juga kita hadirkan. Kita ingin gerak cepat dan tepat. Jangan sampai terjadi krisis kepercayaan seperti 11 tahun yang lalu. Akibat kebersamaan kita itu hingga saat ini, dengan manajemen krisis, sebenarnya kita bisa meminimalkan dampak dari krisis perekonomian global itu, meskipun saya mengatakan belum aman. Terus terang belum aman. Artinya manajemen krisis harus terus kita jalankan bersama­sama.

Saudara­saudara,Kami pun terus membangun sinergi, pemerintah, BI agar terjadi policy mix antara monetary policy dengan fiscal policy. Kalau tidak, repot nanti. Seperti yang dikatakan tadi bagaimana policy tentang rebate, interest rebate yang pas sehingga tujuan untuk stimulasi menjaga sektor riil bisa dijaga bersama­sama.

Pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan. Perppu sudah kita keluarkan. Insentif banyak kita berikan untuk menjaga sektor riil. Ya, saya harus jujur, Saudara­saudara, penerimaan pemerintah berkurang tahun ini. Broke, the government is broke karena pajak berkurang. Insentif kita berikan cukup banyak, penerimaan berkurang sehingga defisit perlu ditutup dengan ikhtiar yang lain. Tetapi tidak apa­apa agar paling tidak sektor riil relatif terjaga.

Yang saya sarankan dari Saudara­saudara, dari dunia usaha adalah mari kita berbagi, sharing. Kalau pemerintah memang willing untuk berkurang penerimaannya, mungkin pada masa­masa sulit ini keuntungan atau profit Saudara barangkali sedikit berkurang. Seorang pejuang tentu bisa memahami kalau pemerintahnya broke , temen­temen usaha ikut berkurang. Nanti kalau sudah kita lewati krisis ini insya Allah kita kembali kumpul.

Kemudian, saya harus mengajak tepuk tangan semua, tekad dari Saudara­saudara untuk semaksimal mungkin mencegah terjadinya PHK. Itu pahlawan. Kalau ternyata tidak bisa dihindari, datang dulu ke menteri terkait. Jangan buru­buru langsung mem­PHK­kan apalagi dalam jumlah yang besar. Datang dulu kepada menteri terkait. Apa yang bisa kita carikan solusinya. Tentu efisiensi menjadi penting, efektivitas menjadi penting untuk Saudara­saudara.

Dalam keadaan krisis, sulit kita win­win. Mungkin kita win dan lose. Kalau ada yang lose, pertama­tama pemerintah siap menerima berkurangnya penerimaan. Mungkin nomor dua, Saudara siap pula sedikit penghasilannya asalkan rakyat win, bisa membeli. Kita bersatu. Insya Allah ini yang terbaik. Dan nanti kita akan tebus bersama­sama setelah resesi ini usai, karena kalau kita bisa jaga betul­betul, tidak ada ketegangan sosial, tidak ada gangguan keamanan, tidak ada kisruh, rakyat kita perhatikan, kita bisa memulai pekerjaan kita manakala resesi ini telah kita lalui.

Saudara­saudara,Saudara mungkin mendengar bahwa yang kita keluarkan dari APBN untuk social safety net besar. Gaji tetap kita naikkan tahun 2009, termasuk gaji ke­13. upah buruh tetap kita jaga. Nilai tukar petani tetap kita jaga untuk naik. Jadi penghasilan buruh dan petani, dan pegawai diharapkan di atas dari kenaikan harga sembako sehingga ada welfare again . Nah kalau itu bisa kita capai, Saudara­saudara, yang Saudara produksi atau barang dan jasa ada yang membeli. Yang paling berbahaya adalah kalau tidak ada yang membeli, the crisis of demand. Saudara bisa memproduksi, “Kami efisien. Kami produktif, ” tapi kalau tidak ada yang membeli tentu akan menjadi repot perekonomian kita.

Oleh karena itu saya ingatkan, teruslah belanja sebanyak­banyaknya. Ini musim pemilu, banyak pimpinan partai di sini. Pak Suryadharma Ali, belilah banyak­banyak kain untuk bendera partai. Parpol­parpol bikin panggung, bikin band. Biar ada itu dan tumbuh penghasilan semuanya, biar saja mengalir seperti biasanya. Begini Saudara­saudara, ini sepertinya guyon tapi serius. Kalau Saudara ke Singapura kan sepi sekarang. Wapres cerita sama saya; ke Amerika, melihat mal­mal juga sepi. Itu yang terjadi. Berarti lebih berat resesi itu. Saya sering melihat di mal, sering lihat ke luar­luar, ke jalan­jalan, alhamdulillah kalau di negara kita tidak terpengaruh. Kalau ada seperti itu sebetulnya baik. Yang berbahaya kalau semua berhenti belanja.

Saudara­saudara, Inilah keadaan dalam negeri kita. Sekali lagi mari bergandengan tangan pemerintah, perbankan, dunia usaha, pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Ajak para bupati, para ajak walikota, ajak para gubernur untuk juga menggandeng dunia usaha, HIPMI untuk bersama­sama mengatasi permasalahan ini.

Yang terakhir, karena Saudara pengusaha muda, 10 tahun lagi, 15 tahun lagi, 20 tahun lagi, Saudara yang melanjutkan kepemimpinan di negeri ini. Semua yang berdiri di hadapan saya ini dan semuanya oleh karena itu sesuai dengan tema kali ini, saya ingin bicara sedikit saja tentang perekonomian kita di masa depan baiknya bagaimana, seperti apa supaya lebih adil dunia ini, supaya lebih tepat perekonomian di negeri ini.

Pertama­tama singkatnya, apa yang saya katakan di berbagai pertemuan: di Hokkaido, Jepang, G­8 Conference; di Beijing, ASEM Summit; di Washington DC, G­20 Summit; semua sepakat, tata perekonomian dunia harus diperbaiki. Sekarang ini rules­nya tidak fair, governance­nya tidak credible . Memang ada World Bank, memang ada IMF, memang ada WTO tapi itu aspek to pasca­Perang Dunia ke­2 yang dalam banyak hal tidak bisa merespon krisis dengan baik bahkan tidak bisa mencegah terjadinya krisis. Ekonomi lebih bersifat rapuh, lebih bersifat money economy, dan bukan real­value economy. Ini berbahaya sekali. Harus kita jauhkan dari sifat perekonomian seperti itu.

Kemudian ingat, dulu dunia 6,6 miliar. Harus ada balance supply dengan demand. Manakala terjadi mismatch , di sinilah awal dari krisis saat sekarang. Oleh karena itu ke depan, perekonomian global ke depan turut memikirkan kebutuhan dunia itu berapa, yang efisien sehingga baik pangan, energi, maupun air itu bisa dipenuhi dengan baik. Itu tingkat global, tapi tidak usah kita terlalu berambisi, itu perlu waktu. Mungkin 5­10 tahun baru ketemu seperti apa multi global economic order, new global quality manufacture yang sedang kita bangun.

Tingkat regional, Saudara harus pandai­pandai mendapatkan peluang, kerja sama ekonomi kawasan, bertumpu pada geoekonomi. Saudara kenal yang namanya IMTGT? Kenal? BIMP­EAGA? Sijori? Di ASEAN, itu ada kerja sama makin bagus sebetulnya IMTGT (Indonesia Malaysia Thailand Growth Triangle). Baru saja di Huampin kita rapat, saya pimpin, dan di situ ada Perdana Menteri Thailand, Perdana Menteri Malaysia. Kemudian kita juga mengevaluasi BIMP­EAGA (Brunei, Indonesia, Malaysia, Philippines). Kita evaluasi, kebetulan yang memimpin saya kemarin, Presiden Indonesia. Kemudian Sijori. Sekarang ini, sudah banyak opportunity­nya: ada transportasi, ada perikanan, ada agriculture , ada tourism, ada infrastructure.

Saya berharap agar daerah didukung. Itu lebih menjemput bola. Dan gubernur mengajak dunia usaha lokal untuk juga menjemput bola. Kemarin pagi, ikut saya ketua KADIN mendengarkan komitmen kami semua agar jangan pusat yang lebih menangani, biarkan daerah di mana kerja sama ekonomi itu dilaksanakan. Kalau ditata, opportunity­nya bisa diambil di mana­mana. Kalau semua yang ngatur Jakarta, kasihan pengusaha daerah

Di tingkat regional, juga ada pembentukan bank. Saudara tahu Chiang Mai Initiative? Tahu itu upaya kita untuk menghimpun dana sebesar 120 billion. Semacam IMF of the world better part yang bisa membantu negara­negara ASEAN+3. Kalau ada kesulitan dengan pendanaan, itu sudah dirumuskan. Bulan Mei akan diputuskan di Denpasar, Bali dan setelah itu bisa digunakan dengan baik.

Itu regional. Di tingkat nasional, titipan saya, silakan dikaji HIPMI untuk kepentingan Saudara di masa depan. Yang kita bayangkan paling tidak begini. Pembangunan perekonomian sekarang ini betul ­betul harus merata. Kabupaten­kabupaten, kota­kota provinsi harus membangun sumber­sumber perekonomian. Harus ada zone of development yang lebih baik lagi. Dengan demikian, tidak dimonopoli oleh Jawa yang memang bertahun­tahun jadi sumber pertumbuhan. Kemudian, infrastruktur sudah ada, ekonomi daerah sudah ada, fiskal pun sudah kita desentralisasikan sebagian.

Yang kedua, saya pikir mari kita mulai dari sekarang ini yang betu­betul menguasai hajat hidup orang banyak, itu harus lebih mandiri. Pangan, energi, sandang, perlengkapan rumah tangga, maupun alat dan pelengkapan pertahanan. Jadi kalau kita menuju ke situ, janganlah kita tergantung dari luar negeri. Apalagi kalau pasar domestik kita semakin besar di masa depan.

Berikutnya lagi ialah investasi mesti harus lebih banyak dari dalam negeri. Konsekuensinya adalah tabungan atau saving harus ditingkatkan. Saya mendengar kabar gembira, katanya dari perbankan kita, tabungan masyarakat makin besar. Asalkan tidak disimpan di bawah bantal, itu semuanya bisa digunakan dengan baik, termasuk tabungan jangka panjang, pensiun, dan sebagainya. Salah satu main speaker mengatakan tadi, harus diperkuat, kemudian daya beli rakyat, seperti saya sampaikan tadi, harus kita jaga.

Terakhir adalah berhasil atau tidak berhasilnya kita mengembangkan ekonomi domestik ini sangat berpulang kepada inovasi, kreativitas, dan aktivitas daerah. Ini saya tujukan kepada para gubernur, bupati, dan wali kota. Diperlukan manajemen yang bagus. Diperlukan skill menggandeng investor. Bikin iklim usaha yang kompetitif. Utamakan pengusaha lokal. Dan dengan demikian, tidak lagi terjadi ketimpangan. Semuanya bisa berjalan secara baik. Sinergi tetap diperlukan: pemerintah pusat, pemerintah daerah, BI dengan perbankannya mengembangkan dan punya perbankan, dunia usaha, serta stakeholders yang lain.

Inilah, Saudara­saudara, bagian kedua bagaimana kita menjemput masa depan global, regional, dan nasional. Tetapi fokus kita marilah kita bekerja untuk tahun 2009 dan 2010 ini, agar perekonomian kita selamat, agar terjaga sektor riil, dan tidak perlu ada PHK.

Saudara­saudara, Sebelum mengakhiri sambutan ini, tadi Bung Erwin mengatakan berkali ­kali tentang mudah­mudahan dalam pemilu, dalam demokrasi ini tidak terjadi halangan yang bisa mengganggu atau memundurkan apa yang telah kita capai sejauh ini. Saya setuju, saya dukung, dan saya kira semua juga mendengar bahwa kini di negeri ini, termasuk saya sendiri, termasuk semua­semua, mari kita jaga suasana dengan baik, mari kita jaga apa yang telah kita lakukan, jangan sampai mengganggu, jangan sampai menghambat apa yang sudah kita capai sekarang ini.

Kebersamaan itu memang bagus dan marilah kebersamaan kita, kita tahankan kebersamaan yang sejati. Dengan demikian sinergis, gain­nya menjadi makin positif. Dan saya kira Tuhan Maha Besar selalu memberikan peluang dan peluang. Anak bangsa bisa bersama­sama mengelola kehidupan negerinya, menjalankan roda pemerintahannya dengan baik lagi untuk masa depan bangsa, untuk generasi yang akan datang.

Demikianlah yang ingin saya sampaikan, dan akhirnya dengan terlebih dahulu memohon ridho Tuhan Yang Maha Kuasa dan dengan mengucapkan "Bismillahirrahmanirrahim", Sidang Pleno ke­1 HIPMI dengan resmi saya nyatakan dibuka.

Wassalamulaikum warahmatullahi wabarakatuh.

*****

Biro Pers dan MediaRumah Tangga Kepresidenan

Page 3: Sambutan Pembukaan Sidang Dewan Pleno Ke 1 HIPMI 2008-2011

Redaksi | Syarat & Kondisi | Peta Situs | Kontak © 2006­2009 Situs Web Resmi Presiden Republik Indonesia ­ Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono

Hak Cipta dilindungi Undang­undang

Beranda Topik Pilihan Berita Utama Ruang Pers Profil Foto Pidato Wawancara & Kolom Kliping Perspektif Lain

Arsip

Kabinet Indonesia Bersatu

Link Indonesia

English Content

Perundang­undangan

Cari Data

Podcast Feed

Sindikasi Berita

« Maret 2009 »M S S R K J S1 2 3 4 5 6 78 9 10 11 12 13 1415 16 17 18 19 20 2122 23 24 25 26 27 2829 30 31

GO

Pidato Presiden

Hotel Shangri­La, Jakarta, Selasa, 10 Maret 2009

Sambutan Pembukaan Sidang Dewan Pleno Ke­1 HIPMI 2008­2011 TRANSKRIPSISAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PEMBUKAAN SIDANG DEWAN PLENO KE­I HIPMI MASA BAKTI 2008­2011SHANGRI­LA HOTEL, 10 MARET 2009

Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu’alaikum Wr. Wb., Salam sejahtera untuk kita semua,

Yang saya hormati Saudara Ketua DPR RI, Bapak Agung Laksono, Wakil Ketua MPR RI, Bapak Aksa Mahmud, para menteri Kabinet Indonesia Bersatu, Saudara Gubernur DKI Jakarta, para sesepuh HIPMI, Bapak Abdul Latief sudah hadir disini dan para sesepuh yang lain, para pimpinan dunia usaha, pimpinan KADIN.Yang saya cintai Saudara Ketua Umum DPP HIPMI dan para pengurus HIPMI baik pusat maupun daerah.Hadirin sekalian yang saya muliakan,

Marilah pada kesempatan yang baik dan semoga senantiasa penuh berkah ini, sekali lagi kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena kepada kita semua masih diberi kesempatan, kekuatan dan semoga kesehatan untuk melanjutkan karya, tugas, dan pengabdian kita kepada masyarakat, bangsa, dan negara termasuk dalam melanjutkan perjuangan kita meningkatkan perkembangan ekonomi dan dunia usaha di negeri tercinta.

Saudara­saudara, Sebelum saya menyampaikan sambutan yang penting ini, saya ingin merespon sedikit yang disampaikan oleh Bung Erwin Aksa tadi mengenai bunga bank. Jadi setelah saya menerima DPP HIPMI datang ke kantor, kita berdiskusi bagaimana membikin sektor riil tetap bergerak sehingga tidak perlu PHK, yang tentu konsekuensinya harus ada aliran modal dengan tentunya rate yang tepat sehingga semuanya bisa berjalan dengan baik.

Beberapa hari setelah itu, saya berdiskusi dengan Wakil Presiden, Pak Jusuf Kalla, dan kurang lebih sepuluh hari yang lalu saya membahas, saya, Wapres, Gubernur BI dan Menko Perekonomian dan Menteri Keuangan, saya sampaikan masalah ini, kemudian saya dukung sebenarnya HIPMI agar setelah BI Rate diturunkan dalam jumlah yang tepat, maka perbankan harus bisa mengikuti. Saya tahu ada kehati ­hatian. Saya tahu untuk memperbaiki balance sheet­nya masing­masing, tetapi jangan hanya berorientasi ke dalam, inward looking, tapi juga outward looking sehingga maksud dari policy BI yang tepat segera diikuti oleh jajaran perbankan, dengan demikian membawa manfaat bagi semua. Saya dengar dulu yang disampaikan tadi dan kebetulan besok kami ada sidang kabinet terbatas atau rapat terbatas, kita akan kaji sejauh mana implementasi yang telah kita bahas beberapa saat yang lalu. Tentang kebersamaan nanti saya sampaikan pada saat akhir. Kebersamaan itu penting, kebersamaan indah. Insya Allah ke depan bangsa kita dengan kebersamaan makin tumbuh dengan baik.

Saudara­saudara,Saya harus menyampaikan terima kasih dan penghargaan atas kontribusi HIPMI pada bangsa dan negara, di kala suka dan di kala duka. Saya tidak ingin menjelaskan apa saja yang telah disumbangkan oleh HIPMI dalam rangka menjaga perekonomian dan dunia usaha kita, termasuk ketika kita menghadapi masa­masa sulit di saat krisis.

Saudara­saudara,Saya senang dengan tema yang dipilih dalam Sidang Pleno HIPMI kali ini, termasuk isi dari sambutan pimpinan HIPMI tadi. Ya benar, dunia sedang berada dalam resesi perekonomian. Kita, Indonesia, tengah gigih untuk mengoptimalkan, mengurangi dampak dari krisis perekonomian global itu. Sedangkan dunia usaha sendiri, Saudara­saudara berada disitu, terus berbuat untuk menjaga kesinambungannya.

Dengan tema yang disampaikan itu, dua titik penting yang saya garis bawahi adalah kebersamaan dan kemudian kemandirian. Kebersamaan lebih dekat, lebih kontekstual dengan keadaan sekarang ini karena jangka pendek, tahun ini dan tahun depan barangkali resesi perekonomian dunia masih kita hadapi. We do not know yet kapan global economic recession akan berakhir. Oleh karena itu togetherness , sinergi antara pemerintah, dunia usaha, dunia perbankan sangat penting agar kita bersama­sama melalui masa­masa yang berat di bidang usaha dan perekonomian negara.

Sedangkan kemandirian, untuk diketahui saja, ini adalah agenda penting yang sebetulnya memerlukan waktu untuk membangun dan memperkuatnya di negeri kita. Tetapi justru ketika kita mengalami krisis baru pada tingkat global, krisis terburuk sejak The Great Depression 73 tahun yang lalu itu, kita bisa sesungguhnya memetik pelajaran. Kita bisa mencari peluang baru yang akhirnya nanti sooner or later setelah perantara krisis perekonomian ini berlalu, we have to redesign our global economic architecture. Nah di situ, tepat bagi bangsa Indonesia untuk merumuskan, menjalankan kemandirian perekonomian kita dalam tatanan perekonomian dunia baru yang sedang dirumuskan dewasa ini oleh bangsa­bangsa sedunia.

Saudara­saudara,Beberapa saat yang lalu di Institut Pertanian Bogor, bagi yang mengikuti, saya menyampaikan pidato ilmiah sebenarnya tentang bangun perekonomian kita di masa depan. Belajar dari pengalaman rangkaian krisis yang terjadi di tingkat global hingga krisis sejak tahun lalu, tahun ini, dan bahkan masih akan berlangsung 1­2 tahun mendatang. Dan minggu lalu di Lampung, saya juga menyampaikan pidato di hadapan Sidang Tanwir Muhammadiyah yang kurang lebih sama, bagaimana kita mendesain kembali paradigma, strategi dan kebijakan perekonomian nasional kita, tapi saya angkat satu, dua contoh saja.

Saudara­saudara,Mengait dengan tema yang dipilih oleh HIPMI sendiri, memang benar bahwa ke depan kita perlu memperkuat ekonomi domestik. Kita perlu memperluas dan memperbesar pasar domestik agar kandungan ekspor kita dalam komponen pertumbuhan tidak harus mendominasi atau dalam perkataan lain, kita tidak menggantungkan ekonomi kita dari ekspor karena pilihan kita mestinya bukan export­oriented economy sehingga ketika terjadi resesi global seperti sekarang ini, pasar dunia menciut, kita tidak akan jatuh karena ekspor kita gulung tikar.

Yang kedua, pelajaran besar yang juga dapat kita angkat sebagai contoh, sekali lagi kemandirian itu memang mesti dimulai dengan sesuatu yang basic , yang fundamental, misalnya pangan dan energi. Tahun lalu kita mengalami krisis harga pangan global. Kita juga mengalami krisis harga minyak dunia. Belum ada tanda­tanda apakah setelah krisis harga pangan dan harga minyak akan stable sebab ketika demand sudah up kembali, hampir pasti ada mismatch antara supply dan demand dalam pangan dan energi, dan itu sangat mungkin harga minyak akan kembali naik. Oleh karena itu menghadapi volatilitas harga pangan dan harga energi yang tidak bisa kita gantikan, kita perlu membangun sistem, memperkuat kita punya kemandirian di dua komoditas itu.

Saudara­saudara,Dengan pengetahuan itu, mari kita sama­sama review kembali seperti apa perekonomian global dan perekonomian nasional yang tengah berlangsung dewasa ini. Secara jujur harus saya sampaikan, Saudara pun sudah mengerti, bahwa financial market itu belum stabil. Nilai tukar, Saudara masih bisa melihat, capital market stock kita juga masih up and down dengan sangat tajam. Likuiditas masih menjadi persoalan, balance of payment juga mulai menghadapi defisit. Ini menentukan bahwa global, regional and national financial market memang belum pulih kembali dalam stabilitas yang positif.

Yang kedua, resesi oleh perekonomian dunia juga belum ada tanda­tanda untuk recover dan kemudian pulih, dan kita kembali mengalami pertumbuhan global. Global output yang biasanya 3%, 4%, mendekati 5% diperkirakan akan minus pada tahun ini. Tahun depan pun belum bisa diperkirakan akan kembali plus. Pasar dunia sungguh menciut. Drop pada berbagai komoditas ekspor, dan kemudian unemployment sungguh meningkat. Tiongkok yang dikatakan ekonominya kuat, 15­20 juta terjadi pengangguran baru. Amerika Serikat 1­2 juta, belum multinational coorporations . Kita melihat tiap hari di BBC, CNN, CNBC perusahaan­perusahaan besar gulung tikar dengan unemployment yang meledak.

Kesimpulannya, resesi perekonomian global menurut perkiraan saya masih akan berlangsung 1­2 tahun mendatang. Masyarakat dunia sebetulnya, Saudara­saudara, tidak perlu bergulat untuk mengatasi masalah ini. Ada kebersamaan pada tingkat multilateral, misalnya forum G­20, perluasan dari G­7 dan G­8. Di tingkat regional, dunia juga bekerja. Ada Uni Eropa, ada Amerika Utara, di kawasan kita ada ASEAN, ada ASEAN+3, ada Forum Asia Timur yang juga berusaha mengatasi resesi ini. Pada tingkat nasional hampir semua negara, bukan hanya negara kita, juga melakukan countercyclical effects .

Ini terus berlangsung, namun untuk diketahui oleh keluarga besar HIPMI karena semua negara repot, Amerika repot, Jerman repot, Perancis repot, Inggris repot, China demikian juga, negara­negara yang lain tak mampu. Jepang mengalami drop ekspor, misalnya otomotif dan elektronik bisa 52%. Luar biasa. Karena negara­negara yang memiliki kekuatan ekonomi yang tangguh juga dalam keadaan repot tadi, maka upaya bersama baik multilateral maupun regional dampaknya tidak seperti yang kita harapkan. Berbeda dengan krisis 11 tahun yang lalu, Asia tersungkur, yang lain tidak, masih kuat termasuk pasar yang tersedia bagi barang­barang ekspor kita.

Menghadapi semua ini, saya ingin menjelaskan kepada Saudara­saudara untuk diketahui, bahwa kita dan saya berterima kasih karena dunia usaha juga masuk dalam barisan ini. Kita terus melakukan langkah­langkah untuk menyelamatkan perekonomian kita, menjaga keberlanjutan, dan insya Allah setelah resesi berakhir bisa tumbuh kembali. Kita punya strategi, kita punya kebijakan dan kita juga melakukan sejumlah aksi.

Sebagai contoh saya ingin sampaikan kepada Saudara, Indonesia aktif dalam semua forum, multilateral, regional. Untuk apa? Agar kita mendapatkan spot facilities , agar kita juga memiliki spot fund untuk berjaga­jaga seperti Chiang Mai Inisiative, dan kita bisa menjaga dalam batas tertentu keberlangsungan ekspor Indonesia. Jadi berkaitan dengan the trade and investment.

Kita tidak ingin tertinggal dari kebersamaan multilateral dan regional agar tidak merugi, sebab kalau kita tidak aktif berperan memperjuangkan kepentingan kita, bisa saja kita dinomorduakan atau dinomortigakan.

Indonesia sebagai contoh terus bekerja sama dengan World Bank, Asian Development Bank, negara­negara sahabat, Jepang, China, Amerika, Australia, Korea Selatan, Uni Eropa untuk berjaga­jaga kalau ada contingency yang kita lakukan agar market kita up. Ingat, waktu krisis 11 tahun yang lalu, market, kepercayaan pasar, pun tutup karena tidak ada second line of defense kita sehingga pasar pun yang tidak percaya pada Indonesia, dan cepat sekali terjadinya kebangkrutan ekonomi itu. Oleh karena itu kita jaga semuanya agar di samping kita mengatasi secara sendiri, secara nasional, global market memiliki keyakinan, we are able to solve the crisis, to manage the situation.

Saudara­saudara,Dalam berbagai kesempatan itu, saya sendiri hadir; di G­20, ASEAN, ASEAN+3, dan forum­forum yang lain untuk sekali lagi apa yang bisa kita dapatkan dalam kemitraan dan kerjasama itu.

Saudara­saudara,Di dalam negeri, sebagaimana Saudara Erwin tadi sampaikan, kita juga terus menjalankan sebenarnya crisis actions management. Kita telah mengeluarkan sejumlah kebijakan dan langkah­tindakan untuk menjaga sektor riil tetap. Kita ada tetapkan 7 prioritas pertama yang sangat penting menjaga sektor riil, bisnis Saudara semuanya.

Yang kedua, dengan kita bisa menjaga sektor riil kita berharap bisa mencegah gelombang PHK besar­besaran. Andaikata terpaksa terjadi PHK, kita bisa melakukan langkah­langkah untuk menanggulanginya.

Yang ketiga adalah kita menjaga daya beli rakyat. Bermacam­macam scheme kita lakukan. Kita berusaha memperoleh, masih alhamdulillah, tidak terjadi inflasi, justru ada deflasi pada bulan­bulan terakhir. Kita melindungi yang miskin, to protect the poor, dari APBN dan APBD. Kita juga menjaga meskipun suasananya sulit, pangan dan energi tetap tersedia.

Dan yang terakhir, setelah semua yang kita jalankan enam kualitas tadi kita berharap agar setidak­tidaknya kita bisa menjaga pertumbuhan pada tingkat yang pantas. Saudara tahu, Singapura tahun 2007 tumbuh 7%, tahun lalu hanya 2%, tahun ini barangkali minus. Demikian juga negara­negara maju akan mengalami pertumbuhan minus. Kita untung sedikit; tahun 2007 6,3%, tahun lalu 6,1%, drop hanya 0,2%, bagus. Mudah­mudahan tahun ini dengan kerja keras kita semua tahun ini pertumbuhan kita tidak lebih rendah dari 4,5%. Insya Allah kita jaga di situ. Jangan sampai nihil, apalagi minus, jangan sampai lebih rendah.

Upaya countercyclical ini saya sampaikan sekaligus, Saudara­saudara, supaya paham mengapa struktur APBN dan APBD, terima kasih kepada Pak Agung Laksono, teman­teman DPR yang juga dalam merumuskan kembali APBN kita di masa krisis, kita relatif lancar dalam rumusannya. Yang jelas struktur, arah dan besaran APBN kita tahun 2009 ini sudah kita desain untuk bisa mencapai tujuh prioritas tadi.

Pertama, paket stimulus lumayan, Rp 73,3 triliun. Dengan catatan, benar Bung Erwin, agar segera dialirkan. Saya sudah meminta 11 Menteri yang mendapatkan porsi besar dalam paket stimulus ini agar segera dialirkan. Kita ingin April, bulan depan sudah mengalir. Keterlambatan dari departemen dan kementerian akan menghambat semua proses stimulasi pertumbuhan, dan Rp 73,3 triliun bukan angka yang sedikit.

Dana untuk pengembangan infrastruktur juga besar. Saudara tahu tujuannya? Untuk menciptakan lapangan pekerjaan. Job creation . PU saja Rp 35 triliun, kemudian Departemen Perhubungan Rp 17 triliun. Ada tambahan Rp 12,2 triliun juga untuk infrastructure building.

Saudara tahu, jangan sampai rakyat kita tidak bisa membeli. Tetap kita jalankan dana untuk social safety net. Berbagai­bagai scheme agar mereka punya kemampuan untuk membeli. Kemudian tetap dalam struktur APBN kita, kita mengandalkan penerimaan pajak. Tidak lagi kita menggantungkan utang luar negeri, apalagi jual aset. Jadi benar­benar yang kita jadikan tumpuan adalah penerimaan pajak. Memang defisit akan naik sedikit, diperkirakan mencapai 2,5%. Dalam masa krisis biasa, ada yang 12% defisitnya, ada yang 10 persen. Inilah structure, politik dari APBN kita yang kita desain khusus, Pemerintah dengan DPR RI, agar betul­betul krisis ini bisa kita lewati, dan yang Saudara harapkan tadi bisa kita capai.

Saudara­saudara,Dengan penjelasan saya tadi, situasi global, langkah bersama tingkat global regional, langkah kita, termasuk stimulasi pertumbuhan yang kita tetapkan, dan besaran serta struktur APBN, maka saya mengajak Saudara­saudara, dunia usaha utamanya HIPMI, mari kita benar­benar bersinergi. Karena apa? Dengan langkah cepat kita enam bulan yang lalu, Saudara masih ingat, Pak Hidayat juga bersama­sama kita, KADIN maksud saya, BI, perbankan, pemerintah termasuk para gubernur juga kita hadirkan. Kita ingin gerak cepat dan tepat. Jangan sampai terjadi krisis kepercayaan seperti 11 tahun yang lalu. Akibat kebersamaan kita itu hingga saat ini, dengan manajemen krisis, sebenarnya kita bisa meminimalkan dampak dari krisis perekonomian global itu, meskipun saya mengatakan belum aman. Terus terang belum aman. Artinya manajemen krisis harus terus kita jalankan bersama­sama.

Saudara­saudara,Kami pun terus membangun sinergi, pemerintah, BI agar terjadi policy mix antara monetary policy dengan fiscal policy. Kalau tidak, repot nanti. Seperti yang dikatakan tadi bagaimana policy tentang rebate, interest rebate yang pas sehingga tujuan untuk stimulasi menjaga sektor riil bisa dijaga bersama­sama.

Pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan. Perppu sudah kita keluarkan. Insentif banyak kita berikan untuk menjaga sektor riil. Ya, saya harus jujur, Saudara­saudara, penerimaan pemerintah berkurang tahun ini. Broke, the government is broke karena pajak berkurang. Insentif kita berikan cukup banyak, penerimaan berkurang sehingga defisit perlu ditutup dengan ikhtiar yang lain. Tetapi tidak apa­apa agar paling tidak sektor riil relatif terjaga.

Yang saya sarankan dari Saudara­saudara, dari dunia usaha adalah mari kita berbagi, sharing. Kalau pemerintah memang willing untuk berkurang penerimaannya, mungkin pada masa­masa sulit ini keuntungan atau profit Saudara barangkali sedikit berkurang. Seorang pejuang tentu bisa memahami kalau pemerintahnya broke , temen­temen usaha ikut berkurang. Nanti kalau sudah kita lewati krisis ini insya Allah kita kembali kumpul.

Kemudian, saya harus mengajak tepuk tangan semua, tekad dari Saudara­saudara untuk semaksimal mungkin mencegah terjadinya PHK. Itu pahlawan. Kalau ternyata tidak bisa dihindari, datang dulu ke menteri terkait. Jangan buru­buru langsung mem­PHK­kan apalagi dalam jumlah yang besar. Datang dulu kepada menteri terkait. Apa yang bisa kita carikan solusinya. Tentu efisiensi menjadi penting, efektivitas menjadi penting untuk Saudara­saudara.

Dalam keadaan krisis, sulit kita win­win. Mungkin kita win dan lose. Kalau ada yang lose, pertama­tama pemerintah siap menerima berkurangnya penerimaan. Mungkin nomor dua, Saudara siap pula sedikit penghasilannya asalkan rakyat win, bisa membeli. Kita bersatu. Insya Allah ini yang terbaik. Dan nanti kita akan tebus bersama­sama setelah resesi ini usai, karena kalau kita bisa jaga betul­betul, tidak ada ketegangan sosial, tidak ada gangguan keamanan, tidak ada kisruh, rakyat kita perhatikan, kita bisa memulai pekerjaan kita manakala resesi ini telah kita lalui.

Saudara­saudara,Saudara mungkin mendengar bahwa yang kita keluarkan dari APBN untuk social safety net besar. Gaji tetap kita naikkan tahun 2009, termasuk gaji ke­13. upah buruh tetap kita jaga. Nilai tukar petani tetap kita jaga untuk naik. Jadi penghasilan buruh dan petani, dan pegawai diharapkan di atas dari kenaikan harga sembako sehingga ada welfare again . Nah kalau itu bisa kita capai, Saudara­saudara, yang Saudara produksi atau barang dan jasa ada yang membeli. Yang paling berbahaya adalah kalau tidak ada yang membeli, the crisis of demand. Saudara bisa memproduksi, “Kami efisien. Kami produktif, ” tapi kalau tidak ada yang membeli tentu akan menjadi repot perekonomian kita.

Oleh karena itu saya ingatkan, teruslah belanja sebanyak­banyaknya. Ini musim pemilu, banyak pimpinan partai di sini. Pak Suryadharma Ali, belilah banyak­banyak kain untuk bendera partai. Parpol­parpol bikin panggung, bikin band. Biar ada itu dan tumbuh penghasilan semuanya, biar saja mengalir seperti biasanya. Begini Saudara­saudara, ini sepertinya guyon tapi serius. Kalau Saudara ke Singapura kan sepi sekarang. Wapres cerita sama saya; ke Amerika, melihat mal­mal juga sepi. Itu yang terjadi. Berarti lebih berat resesi itu. Saya sering melihat di mal, sering lihat ke luar­luar, ke jalan­jalan, alhamdulillah kalau di negara kita tidak terpengaruh. Kalau ada seperti itu sebetulnya baik. Yang berbahaya kalau semua berhenti belanja.

Saudara­saudara, Inilah keadaan dalam negeri kita. Sekali lagi mari bergandengan tangan pemerintah, perbankan, dunia usaha, pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Ajak para bupati, para ajak walikota, ajak para gubernur untuk juga menggandeng dunia usaha, HIPMI untuk bersama­sama mengatasi permasalahan ini.

Yang terakhir, karena Saudara pengusaha muda, 10 tahun lagi, 15 tahun lagi, 20 tahun lagi, Saudara yang melanjutkan kepemimpinan di negeri ini. Semua yang berdiri di hadapan saya ini dan semuanya oleh karena itu sesuai dengan tema kali ini, saya ingin bicara sedikit saja tentang perekonomian kita di masa depan baiknya bagaimana, seperti apa supaya lebih adil dunia ini, supaya lebih tepat perekonomian di negeri ini.

Pertama­tama singkatnya, apa yang saya katakan di berbagai pertemuan: di Hokkaido, Jepang, G­8 Conference; di Beijing, ASEM Summit; di Washington DC, G­20 Summit; semua sepakat, tata perekonomian dunia harus diperbaiki. Sekarang ini rules­nya tidak fair, governance­nya tidak credible . Memang ada World Bank, memang ada IMF, memang ada WTO tapi itu aspek to pasca­Perang Dunia ke­2 yang dalam banyak hal tidak bisa merespon krisis dengan baik bahkan tidak bisa mencegah terjadinya krisis. Ekonomi lebih bersifat rapuh, lebih bersifat money economy, dan bukan real­value economy. Ini berbahaya sekali. Harus kita jauhkan dari sifat perekonomian seperti itu.

Kemudian ingat, dulu dunia 6,6 miliar. Harus ada balance supply dengan demand. Manakala terjadi mismatch , di sinilah awal dari krisis saat sekarang. Oleh karena itu ke depan, perekonomian global ke depan turut memikirkan kebutuhan dunia itu berapa, yang efisien sehingga baik pangan, energi, maupun air itu bisa dipenuhi dengan baik. Itu tingkat global, tapi tidak usah kita terlalu berambisi, itu perlu waktu. Mungkin 5­10 tahun baru ketemu seperti apa multi global economic order, new global quality manufacture yang sedang kita bangun.

Tingkat regional, Saudara harus pandai­pandai mendapatkan peluang, kerja sama ekonomi kawasan, bertumpu pada geoekonomi. Saudara kenal yang namanya IMTGT? Kenal? BIMP­EAGA? Sijori? Di ASEAN, itu ada kerja sama makin bagus sebetulnya IMTGT (Indonesia Malaysia Thailand Growth Triangle). Baru saja di Huampin kita rapat, saya pimpin, dan di situ ada Perdana Menteri Thailand, Perdana Menteri Malaysia. Kemudian kita juga mengevaluasi BIMP­EAGA (Brunei, Indonesia, Malaysia, Philippines). Kita evaluasi, kebetulan yang memimpin saya kemarin, Presiden Indonesia. Kemudian Sijori. Sekarang ini, sudah banyak opportunity­nya: ada transportasi, ada perikanan, ada agriculture , ada tourism, ada infrastructure.

Saya berharap agar daerah didukung. Itu lebih menjemput bola. Dan gubernur mengajak dunia usaha lokal untuk juga menjemput bola. Kemarin pagi, ikut saya ketua KADIN mendengarkan komitmen kami semua agar jangan pusat yang lebih menangani, biarkan daerah di mana kerja sama ekonomi itu dilaksanakan. Kalau ditata, opportunity­nya bisa diambil di mana­mana. Kalau semua yang ngatur Jakarta, kasihan pengusaha daerah

Di tingkat regional, juga ada pembentukan bank. Saudara tahu Chiang Mai Initiative? Tahu itu upaya kita untuk menghimpun dana sebesar 120 billion. Semacam IMF of the world better part yang bisa membantu negara­negara ASEAN+3. Kalau ada kesulitan dengan pendanaan, itu sudah dirumuskan. Bulan Mei akan diputuskan di Denpasar, Bali dan setelah itu bisa digunakan dengan baik.

Itu regional. Di tingkat nasional, titipan saya, silakan dikaji HIPMI untuk kepentingan Saudara di masa depan. Yang kita bayangkan paling tidak begini. Pembangunan perekonomian sekarang ini betul ­betul harus merata. Kabupaten­kabupaten, kota­kota provinsi harus membangun sumber­sumber perekonomian. Harus ada zone of development yang lebih baik lagi. Dengan demikian, tidak dimonopoli oleh Jawa yang memang bertahun­tahun jadi sumber pertumbuhan. Kemudian, infrastruktur sudah ada, ekonomi daerah sudah ada, fiskal pun sudah kita desentralisasikan sebagian.

Yang kedua, saya pikir mari kita mulai dari sekarang ini yang betu­betul menguasai hajat hidup orang banyak, itu harus lebih mandiri. Pangan, energi, sandang, perlengkapan rumah tangga, maupun alat dan pelengkapan pertahanan. Jadi kalau kita menuju ke situ, janganlah kita tergantung dari luar negeri. Apalagi kalau pasar domestik kita semakin besar di masa depan.

Berikutnya lagi ialah investasi mesti harus lebih banyak dari dalam negeri. Konsekuensinya adalah tabungan atau saving harus ditingkatkan. Saya mendengar kabar gembira, katanya dari perbankan kita, tabungan masyarakat makin besar. Asalkan tidak disimpan di bawah bantal, itu semuanya bisa digunakan dengan baik, termasuk tabungan jangka panjang, pensiun, dan sebagainya. Salah satu main speaker mengatakan tadi, harus diperkuat, kemudian daya beli rakyat, seperti saya sampaikan tadi, harus kita jaga.

Terakhir adalah berhasil atau tidak berhasilnya kita mengembangkan ekonomi domestik ini sangat berpulang kepada inovasi, kreativitas, dan aktivitas daerah. Ini saya tujukan kepada para gubernur, bupati, dan wali kota. Diperlukan manajemen yang bagus. Diperlukan skill menggandeng investor. Bikin iklim usaha yang kompetitif. Utamakan pengusaha lokal. Dan dengan demikian, tidak lagi terjadi ketimpangan. Semuanya bisa berjalan secara baik. Sinergi tetap diperlukan: pemerintah pusat, pemerintah daerah, BI dengan perbankannya mengembangkan dan punya perbankan, dunia usaha, serta stakeholders yang lain.

Inilah, Saudara­saudara, bagian kedua bagaimana kita menjemput masa depan global, regional, dan nasional. Tetapi fokus kita marilah kita bekerja untuk tahun 2009 dan 2010 ini, agar perekonomian kita selamat, agar terjaga sektor riil, dan tidak perlu ada PHK.

Saudara­saudara, Sebelum mengakhiri sambutan ini, tadi Bung Erwin mengatakan berkali ­kali tentang mudah­mudahan dalam pemilu, dalam demokrasi ini tidak terjadi halangan yang bisa mengganggu atau memundurkan apa yang telah kita capai sejauh ini. Saya setuju, saya dukung, dan saya kira semua juga mendengar bahwa kini di negeri ini, termasuk saya sendiri, termasuk semua­semua, mari kita jaga suasana dengan baik, mari kita jaga apa yang telah kita lakukan, jangan sampai mengganggu, jangan sampai menghambat apa yang sudah kita capai sekarang ini.

Kebersamaan itu memang bagus dan marilah kebersamaan kita, kita tahankan kebersamaan yang sejati. Dengan demikian sinergis, gain­nya menjadi makin positif. Dan saya kira Tuhan Maha Besar selalu memberikan peluang dan peluang. Anak bangsa bisa bersama­sama mengelola kehidupan negerinya, menjalankan roda pemerintahannya dengan baik lagi untuk masa depan bangsa, untuk generasi yang akan datang.

Demikianlah yang ingin saya sampaikan, dan akhirnya dengan terlebih dahulu memohon ridho Tuhan Yang Maha Kuasa dan dengan mengucapkan "Bismillahirrahmanirrahim", Sidang Pleno ke­1 HIPMI dengan resmi saya nyatakan dibuka.

Wassalamulaikum warahmatullahi wabarakatuh.

*****

Biro Pers dan MediaRumah Tangga Kepresidenan

Page 4: Sambutan Pembukaan Sidang Dewan Pleno Ke 1 HIPMI 2008-2011

Redaksi | Syarat & Kondisi | Peta Situs | Kontak © 2006­2009 Situs Web Resmi Presiden Republik Indonesia ­ Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono

Hak Cipta dilindungi Undang­undang

Beranda Topik Pilihan Berita Utama Ruang Pers Profil Foto Pidato Wawancara & Kolom Kliping Perspektif Lain

Arsip

Kabinet Indonesia Bersatu

Link Indonesia

English Content

Perundang­undangan

Cari Data

Podcast Feed

Sindikasi Berita

« Maret 2009 »M S S R K J S1 2 3 4 5 6 78 9 10 11 12 13 1415 16 17 18 19 20 2122 23 24 25 26 27 2829 30 31

GO

Pidato Presiden

Hotel Shangri­La, Jakarta, Selasa, 10 Maret 2009

Sambutan Pembukaan Sidang Dewan Pleno Ke­1 HIPMI 2008­2011 TRANSKRIPSISAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PEMBUKAAN SIDANG DEWAN PLENO KE­I HIPMI MASA BAKTI 2008­2011SHANGRI­LA HOTEL, 10 MARET 2009

Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu’alaikum Wr. Wb., Salam sejahtera untuk kita semua,

Yang saya hormati Saudara Ketua DPR RI, Bapak Agung Laksono, Wakil Ketua MPR RI, Bapak Aksa Mahmud, para menteri Kabinet Indonesia Bersatu, Saudara Gubernur DKI Jakarta, para sesepuh HIPMI, Bapak Abdul Latief sudah hadir disini dan para sesepuh yang lain, para pimpinan dunia usaha, pimpinan KADIN.Yang saya cintai Saudara Ketua Umum DPP HIPMI dan para pengurus HIPMI baik pusat maupun daerah.Hadirin sekalian yang saya muliakan,

Marilah pada kesempatan yang baik dan semoga senantiasa penuh berkah ini, sekali lagi kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena kepada kita semua masih diberi kesempatan, kekuatan dan semoga kesehatan untuk melanjutkan karya, tugas, dan pengabdian kita kepada masyarakat, bangsa, dan negara termasuk dalam melanjutkan perjuangan kita meningkatkan perkembangan ekonomi dan dunia usaha di negeri tercinta.

Saudara­saudara, Sebelum saya menyampaikan sambutan yang penting ini, saya ingin merespon sedikit yang disampaikan oleh Bung Erwin Aksa tadi mengenai bunga bank. Jadi setelah saya menerima DPP HIPMI datang ke kantor, kita berdiskusi bagaimana membikin sektor riil tetap bergerak sehingga tidak perlu PHK, yang tentu konsekuensinya harus ada aliran modal dengan tentunya rate yang tepat sehingga semuanya bisa berjalan dengan baik.

Beberapa hari setelah itu, saya berdiskusi dengan Wakil Presiden, Pak Jusuf Kalla, dan kurang lebih sepuluh hari yang lalu saya membahas, saya, Wapres, Gubernur BI dan Menko Perekonomian dan Menteri Keuangan, saya sampaikan masalah ini, kemudian saya dukung sebenarnya HIPMI agar setelah BI Rate diturunkan dalam jumlah yang tepat, maka perbankan harus bisa mengikuti. Saya tahu ada kehati ­hatian. Saya tahu untuk memperbaiki balance sheet­nya masing­masing, tetapi jangan hanya berorientasi ke dalam, inward looking, tapi juga outward looking sehingga maksud dari policy BI yang tepat segera diikuti oleh jajaran perbankan, dengan demikian membawa manfaat bagi semua. Saya dengar dulu yang disampaikan tadi dan kebetulan besok kami ada sidang kabinet terbatas atau rapat terbatas, kita akan kaji sejauh mana implementasi yang telah kita bahas beberapa saat yang lalu. Tentang kebersamaan nanti saya sampaikan pada saat akhir. Kebersamaan itu penting, kebersamaan indah. Insya Allah ke depan bangsa kita dengan kebersamaan makin tumbuh dengan baik.

Saudara­saudara,Saya harus menyampaikan terima kasih dan penghargaan atas kontribusi HIPMI pada bangsa dan negara, di kala suka dan di kala duka. Saya tidak ingin menjelaskan apa saja yang telah disumbangkan oleh HIPMI dalam rangka menjaga perekonomian dan dunia usaha kita, termasuk ketika kita menghadapi masa­masa sulit di saat krisis.

Saudara­saudara,Saya senang dengan tema yang dipilih dalam Sidang Pleno HIPMI kali ini, termasuk isi dari sambutan pimpinan HIPMI tadi. Ya benar, dunia sedang berada dalam resesi perekonomian. Kita, Indonesia, tengah gigih untuk mengoptimalkan, mengurangi dampak dari krisis perekonomian global itu. Sedangkan dunia usaha sendiri, Saudara­saudara berada disitu, terus berbuat untuk menjaga kesinambungannya.

Dengan tema yang disampaikan itu, dua titik penting yang saya garis bawahi adalah kebersamaan dan kemudian kemandirian. Kebersamaan lebih dekat, lebih kontekstual dengan keadaan sekarang ini karena jangka pendek, tahun ini dan tahun depan barangkali resesi perekonomian dunia masih kita hadapi. We do not know yet kapan global economic recession akan berakhir. Oleh karena itu togetherness , sinergi antara pemerintah, dunia usaha, dunia perbankan sangat penting agar kita bersama­sama melalui masa­masa yang berat di bidang usaha dan perekonomian negara.

Sedangkan kemandirian, untuk diketahui saja, ini adalah agenda penting yang sebetulnya memerlukan waktu untuk membangun dan memperkuatnya di negeri kita. Tetapi justru ketika kita mengalami krisis baru pada tingkat global, krisis terburuk sejak The Great Depression 73 tahun yang lalu itu, kita bisa sesungguhnya memetik pelajaran. Kita bisa mencari peluang baru yang akhirnya nanti sooner or later setelah perantara krisis perekonomian ini berlalu, we have to redesign our global economic architecture. Nah di situ, tepat bagi bangsa Indonesia untuk merumuskan, menjalankan kemandirian perekonomian kita dalam tatanan perekonomian dunia baru yang sedang dirumuskan dewasa ini oleh bangsa­bangsa sedunia.

Saudara­saudara,Beberapa saat yang lalu di Institut Pertanian Bogor, bagi yang mengikuti, saya menyampaikan pidato ilmiah sebenarnya tentang bangun perekonomian kita di masa depan. Belajar dari pengalaman rangkaian krisis yang terjadi di tingkat global hingga krisis sejak tahun lalu, tahun ini, dan bahkan masih akan berlangsung 1­2 tahun mendatang. Dan minggu lalu di Lampung, saya juga menyampaikan pidato di hadapan Sidang Tanwir Muhammadiyah yang kurang lebih sama, bagaimana kita mendesain kembali paradigma, strategi dan kebijakan perekonomian nasional kita, tapi saya angkat satu, dua contoh saja.

Saudara­saudara,Mengait dengan tema yang dipilih oleh HIPMI sendiri, memang benar bahwa ke depan kita perlu memperkuat ekonomi domestik. Kita perlu memperluas dan memperbesar pasar domestik agar kandungan ekspor kita dalam komponen pertumbuhan tidak harus mendominasi atau dalam perkataan lain, kita tidak menggantungkan ekonomi kita dari ekspor karena pilihan kita mestinya bukan export­oriented economy sehingga ketika terjadi resesi global seperti sekarang ini, pasar dunia menciut, kita tidak akan jatuh karena ekspor kita gulung tikar.

Yang kedua, pelajaran besar yang juga dapat kita angkat sebagai contoh, sekali lagi kemandirian itu memang mesti dimulai dengan sesuatu yang basic , yang fundamental, misalnya pangan dan energi. Tahun lalu kita mengalami krisis harga pangan global. Kita juga mengalami krisis harga minyak dunia. Belum ada tanda­tanda apakah setelah krisis harga pangan dan harga minyak akan stable sebab ketika demand sudah up kembali, hampir pasti ada mismatch antara supply dan demand dalam pangan dan energi, dan itu sangat mungkin harga minyak akan kembali naik. Oleh karena itu menghadapi volatilitas harga pangan dan harga energi yang tidak bisa kita gantikan, kita perlu membangun sistem, memperkuat kita punya kemandirian di dua komoditas itu.

Saudara­saudara,Dengan pengetahuan itu, mari kita sama­sama review kembali seperti apa perekonomian global dan perekonomian nasional yang tengah berlangsung dewasa ini. Secara jujur harus saya sampaikan, Saudara pun sudah mengerti, bahwa financial market itu belum stabil. Nilai tukar, Saudara masih bisa melihat, capital market stock kita juga masih up and down dengan sangat tajam. Likuiditas masih menjadi persoalan, balance of payment juga mulai menghadapi defisit. Ini menentukan bahwa global, regional and national financial market memang belum pulih kembali dalam stabilitas yang positif.

Yang kedua, resesi oleh perekonomian dunia juga belum ada tanda­tanda untuk recover dan kemudian pulih, dan kita kembali mengalami pertumbuhan global. Global output yang biasanya 3%, 4%, mendekati 5% diperkirakan akan minus pada tahun ini. Tahun depan pun belum bisa diperkirakan akan kembali plus. Pasar dunia sungguh menciut. Drop pada berbagai komoditas ekspor, dan kemudian unemployment sungguh meningkat. Tiongkok yang dikatakan ekonominya kuat, 15­20 juta terjadi pengangguran baru. Amerika Serikat 1­2 juta, belum multinational coorporations . Kita melihat tiap hari di BBC, CNN, CNBC perusahaan­perusahaan besar gulung tikar dengan unemployment yang meledak.

Kesimpulannya, resesi perekonomian global menurut perkiraan saya masih akan berlangsung 1­2 tahun mendatang. Masyarakat dunia sebetulnya, Saudara­saudara, tidak perlu bergulat untuk mengatasi masalah ini. Ada kebersamaan pada tingkat multilateral, misalnya forum G­20, perluasan dari G­7 dan G­8. Di tingkat regional, dunia juga bekerja. Ada Uni Eropa, ada Amerika Utara, di kawasan kita ada ASEAN, ada ASEAN+3, ada Forum Asia Timur yang juga berusaha mengatasi resesi ini. Pada tingkat nasional hampir semua negara, bukan hanya negara kita, juga melakukan countercyclical effects .

Ini terus berlangsung, namun untuk diketahui oleh keluarga besar HIPMI karena semua negara repot, Amerika repot, Jerman repot, Perancis repot, Inggris repot, China demikian juga, negara­negara yang lain tak mampu. Jepang mengalami drop ekspor, misalnya otomotif dan elektronik bisa 52%. Luar biasa. Karena negara­negara yang memiliki kekuatan ekonomi yang tangguh juga dalam keadaan repot tadi, maka upaya bersama baik multilateral maupun regional dampaknya tidak seperti yang kita harapkan. Berbeda dengan krisis 11 tahun yang lalu, Asia tersungkur, yang lain tidak, masih kuat termasuk pasar yang tersedia bagi barang­barang ekspor kita.

Menghadapi semua ini, saya ingin menjelaskan kepada Saudara­saudara untuk diketahui, bahwa kita dan saya berterima kasih karena dunia usaha juga masuk dalam barisan ini. Kita terus melakukan langkah­langkah untuk menyelamatkan perekonomian kita, menjaga keberlanjutan, dan insya Allah setelah resesi berakhir bisa tumbuh kembali. Kita punya strategi, kita punya kebijakan dan kita juga melakukan sejumlah aksi.

Sebagai contoh saya ingin sampaikan kepada Saudara, Indonesia aktif dalam semua forum, multilateral, regional. Untuk apa? Agar kita mendapatkan spot facilities , agar kita juga memiliki spot fund untuk berjaga­jaga seperti Chiang Mai Inisiative, dan kita bisa menjaga dalam batas tertentu keberlangsungan ekspor Indonesia. Jadi berkaitan dengan the trade and investment.

Kita tidak ingin tertinggal dari kebersamaan multilateral dan regional agar tidak merugi, sebab kalau kita tidak aktif berperan memperjuangkan kepentingan kita, bisa saja kita dinomorduakan atau dinomortigakan.

Indonesia sebagai contoh terus bekerja sama dengan World Bank, Asian Development Bank, negara­negara sahabat, Jepang, China, Amerika, Australia, Korea Selatan, Uni Eropa untuk berjaga­jaga kalau ada contingency yang kita lakukan agar market kita up. Ingat, waktu krisis 11 tahun yang lalu, market, kepercayaan pasar, pun tutup karena tidak ada second line of defense kita sehingga pasar pun yang tidak percaya pada Indonesia, dan cepat sekali terjadinya kebangkrutan ekonomi itu. Oleh karena itu kita jaga semuanya agar di samping kita mengatasi secara sendiri, secara nasional, global market memiliki keyakinan, we are able to solve the crisis, to manage the situation.

Saudara­saudara,Dalam berbagai kesempatan itu, saya sendiri hadir; di G­20, ASEAN, ASEAN+3, dan forum­forum yang lain untuk sekali lagi apa yang bisa kita dapatkan dalam kemitraan dan kerjasama itu.

Saudara­saudara,Di dalam negeri, sebagaimana Saudara Erwin tadi sampaikan, kita juga terus menjalankan sebenarnya crisis actions management. Kita telah mengeluarkan sejumlah kebijakan dan langkah­tindakan untuk menjaga sektor riil tetap. Kita ada tetapkan 7 prioritas pertama yang sangat penting menjaga sektor riil, bisnis Saudara semuanya.

Yang kedua, dengan kita bisa menjaga sektor riil kita berharap bisa mencegah gelombang PHK besar­besaran. Andaikata terpaksa terjadi PHK, kita bisa melakukan langkah­langkah untuk menanggulanginya.

Yang ketiga adalah kita menjaga daya beli rakyat. Bermacam­macam scheme kita lakukan. Kita berusaha memperoleh, masih alhamdulillah, tidak terjadi inflasi, justru ada deflasi pada bulan­bulan terakhir. Kita melindungi yang miskin, to protect the poor, dari APBN dan APBD. Kita juga menjaga meskipun suasananya sulit, pangan dan energi tetap tersedia.

Dan yang terakhir, setelah semua yang kita jalankan enam kualitas tadi kita berharap agar setidak­tidaknya kita bisa menjaga pertumbuhan pada tingkat yang pantas. Saudara tahu, Singapura tahun 2007 tumbuh 7%, tahun lalu hanya 2%, tahun ini barangkali minus. Demikian juga negara­negara maju akan mengalami pertumbuhan minus. Kita untung sedikit; tahun 2007 6,3%, tahun lalu 6,1%, drop hanya 0,2%, bagus. Mudah­mudahan tahun ini dengan kerja keras kita semua tahun ini pertumbuhan kita tidak lebih rendah dari 4,5%. Insya Allah kita jaga di situ. Jangan sampai nihil, apalagi minus, jangan sampai lebih rendah.

Upaya countercyclical ini saya sampaikan sekaligus, Saudara­saudara, supaya paham mengapa struktur APBN dan APBD, terima kasih kepada Pak Agung Laksono, teman­teman DPR yang juga dalam merumuskan kembali APBN kita di masa krisis, kita relatif lancar dalam rumusannya. Yang jelas struktur, arah dan besaran APBN kita tahun 2009 ini sudah kita desain untuk bisa mencapai tujuh prioritas tadi.

Pertama, paket stimulus lumayan, Rp 73,3 triliun. Dengan catatan, benar Bung Erwin, agar segera dialirkan. Saya sudah meminta 11 Menteri yang mendapatkan porsi besar dalam paket stimulus ini agar segera dialirkan. Kita ingin April, bulan depan sudah mengalir. Keterlambatan dari departemen dan kementerian akan menghambat semua proses stimulasi pertumbuhan, dan Rp 73,3 triliun bukan angka yang sedikit.

Dana untuk pengembangan infrastruktur juga besar. Saudara tahu tujuannya? Untuk menciptakan lapangan pekerjaan. Job creation . PU saja Rp 35 triliun, kemudian Departemen Perhubungan Rp 17 triliun. Ada tambahan Rp 12,2 triliun juga untuk infrastructure building.

Saudara tahu, jangan sampai rakyat kita tidak bisa membeli. Tetap kita jalankan dana untuk social safety net. Berbagai­bagai scheme agar mereka punya kemampuan untuk membeli. Kemudian tetap dalam struktur APBN kita, kita mengandalkan penerimaan pajak. Tidak lagi kita menggantungkan utang luar negeri, apalagi jual aset. Jadi benar­benar yang kita jadikan tumpuan adalah penerimaan pajak. Memang defisit akan naik sedikit, diperkirakan mencapai 2,5%. Dalam masa krisis biasa, ada yang 12% defisitnya, ada yang 10 persen. Inilah structure, politik dari APBN kita yang kita desain khusus, Pemerintah dengan DPR RI, agar betul­betul krisis ini bisa kita lewati, dan yang Saudara harapkan tadi bisa kita capai.

Saudara­saudara,Dengan penjelasan saya tadi, situasi global, langkah bersama tingkat global regional, langkah kita, termasuk stimulasi pertumbuhan yang kita tetapkan, dan besaran serta struktur APBN, maka saya mengajak Saudara­saudara, dunia usaha utamanya HIPMI, mari kita benar­benar bersinergi. Karena apa? Dengan langkah cepat kita enam bulan yang lalu, Saudara masih ingat, Pak Hidayat juga bersama­sama kita, KADIN maksud saya, BI, perbankan, pemerintah termasuk para gubernur juga kita hadirkan. Kita ingin gerak cepat dan tepat. Jangan sampai terjadi krisis kepercayaan seperti 11 tahun yang lalu. Akibat kebersamaan kita itu hingga saat ini, dengan manajemen krisis, sebenarnya kita bisa meminimalkan dampak dari krisis perekonomian global itu, meskipun saya mengatakan belum aman. Terus terang belum aman. Artinya manajemen krisis harus terus kita jalankan bersama­sama.

Saudara­saudara,Kami pun terus membangun sinergi, pemerintah, BI agar terjadi policy mix antara monetary policy dengan fiscal policy. Kalau tidak, repot nanti. Seperti yang dikatakan tadi bagaimana policy tentang rebate, interest rebate yang pas sehingga tujuan untuk stimulasi menjaga sektor riil bisa dijaga bersama­sama.

Pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan. Perppu sudah kita keluarkan. Insentif banyak kita berikan untuk menjaga sektor riil. Ya, saya harus jujur, Saudara­saudara, penerimaan pemerintah berkurang tahun ini. Broke, the government is broke karena pajak berkurang. Insentif kita berikan cukup banyak, penerimaan berkurang sehingga defisit perlu ditutup dengan ikhtiar yang lain. Tetapi tidak apa­apa agar paling tidak sektor riil relatif terjaga.

Yang saya sarankan dari Saudara­saudara, dari dunia usaha adalah mari kita berbagi, sharing. Kalau pemerintah memang willing untuk berkurang penerimaannya, mungkin pada masa­masa sulit ini keuntungan atau profit Saudara barangkali sedikit berkurang. Seorang pejuang tentu bisa memahami kalau pemerintahnya broke , temen­temen usaha ikut berkurang. Nanti kalau sudah kita lewati krisis ini insya Allah kita kembali kumpul.

Kemudian, saya harus mengajak tepuk tangan semua, tekad dari Saudara­saudara untuk semaksimal mungkin mencegah terjadinya PHK. Itu pahlawan. Kalau ternyata tidak bisa dihindari, datang dulu ke menteri terkait. Jangan buru­buru langsung mem­PHK­kan apalagi dalam jumlah yang besar. Datang dulu kepada menteri terkait. Apa yang bisa kita carikan solusinya. Tentu efisiensi menjadi penting, efektivitas menjadi penting untuk Saudara­saudara.

Dalam keadaan krisis, sulit kita win­win. Mungkin kita win dan lose. Kalau ada yang lose, pertama­tama pemerintah siap menerima berkurangnya penerimaan. Mungkin nomor dua, Saudara siap pula sedikit penghasilannya asalkan rakyat win, bisa membeli. Kita bersatu. Insya Allah ini yang terbaik. Dan nanti kita akan tebus bersama­sama setelah resesi ini usai, karena kalau kita bisa jaga betul­betul, tidak ada ketegangan sosial, tidak ada gangguan keamanan, tidak ada kisruh, rakyat kita perhatikan, kita bisa memulai pekerjaan kita manakala resesi ini telah kita lalui.

Saudara­saudara,Saudara mungkin mendengar bahwa yang kita keluarkan dari APBN untuk social safety net besar. Gaji tetap kita naikkan tahun 2009, termasuk gaji ke­13. upah buruh tetap kita jaga. Nilai tukar petani tetap kita jaga untuk naik. Jadi penghasilan buruh dan petani, dan pegawai diharapkan di atas dari kenaikan harga sembako sehingga ada welfare again . Nah kalau itu bisa kita capai, Saudara­saudara, yang Saudara produksi atau barang dan jasa ada yang membeli. Yang paling berbahaya adalah kalau tidak ada yang membeli, the crisis of demand. Saudara bisa memproduksi, “Kami efisien. Kami produktif, ” tapi kalau tidak ada yang membeli tentu akan menjadi repot perekonomian kita.

Oleh karena itu saya ingatkan, teruslah belanja sebanyak­banyaknya. Ini musim pemilu, banyak pimpinan partai di sini. Pak Suryadharma Ali, belilah banyak­banyak kain untuk bendera partai. Parpol­parpol bikin panggung, bikin band. Biar ada itu dan tumbuh penghasilan semuanya, biar saja mengalir seperti biasanya. Begini Saudara­saudara, ini sepertinya guyon tapi serius. Kalau Saudara ke Singapura kan sepi sekarang. Wapres cerita sama saya; ke Amerika, melihat mal­mal juga sepi. Itu yang terjadi. Berarti lebih berat resesi itu. Saya sering melihat di mal, sering lihat ke luar­luar, ke jalan­jalan, alhamdulillah kalau di negara kita tidak terpengaruh. Kalau ada seperti itu sebetulnya baik. Yang berbahaya kalau semua berhenti belanja.

Saudara­saudara, Inilah keadaan dalam negeri kita. Sekali lagi mari bergandengan tangan pemerintah, perbankan, dunia usaha, pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Ajak para bupati, para ajak walikota, ajak para gubernur untuk juga menggandeng dunia usaha, HIPMI untuk bersama­sama mengatasi permasalahan ini.

Yang terakhir, karena Saudara pengusaha muda, 10 tahun lagi, 15 tahun lagi, 20 tahun lagi, Saudara yang melanjutkan kepemimpinan di negeri ini. Semua yang berdiri di hadapan saya ini dan semuanya oleh karena itu sesuai dengan tema kali ini, saya ingin bicara sedikit saja tentang perekonomian kita di masa depan baiknya bagaimana, seperti apa supaya lebih adil dunia ini, supaya lebih tepat perekonomian di negeri ini.

Pertama­tama singkatnya, apa yang saya katakan di berbagai pertemuan: di Hokkaido, Jepang, G­8 Conference; di Beijing, ASEM Summit; di Washington DC, G­20 Summit; semua sepakat, tata perekonomian dunia harus diperbaiki. Sekarang ini rules­nya tidak fair, governance­nya tidak credible . Memang ada World Bank, memang ada IMF, memang ada WTO tapi itu aspek to pasca­Perang Dunia ke­2 yang dalam banyak hal tidak bisa merespon krisis dengan baik bahkan tidak bisa mencegah terjadinya krisis. Ekonomi lebih bersifat rapuh, lebih bersifat money economy, dan bukan real­value economy. Ini berbahaya sekali. Harus kita jauhkan dari sifat perekonomian seperti itu.

Kemudian ingat, dulu dunia 6,6 miliar. Harus ada balance supply dengan demand. Manakala terjadi mismatch , di sinilah awal dari krisis saat sekarang. Oleh karena itu ke depan, perekonomian global ke depan turut memikirkan kebutuhan dunia itu berapa, yang efisien sehingga baik pangan, energi, maupun air itu bisa dipenuhi dengan baik. Itu tingkat global, tapi tidak usah kita terlalu berambisi, itu perlu waktu. Mungkin 5­10 tahun baru ketemu seperti apa multi global economic order, new global quality manufacture yang sedang kita bangun.

Tingkat regional, Saudara harus pandai­pandai mendapatkan peluang, kerja sama ekonomi kawasan, bertumpu pada geoekonomi. Saudara kenal yang namanya IMTGT? Kenal? BIMP­EAGA? Sijori? Di ASEAN, itu ada kerja sama makin bagus sebetulnya IMTGT (Indonesia Malaysia Thailand Growth Triangle). Baru saja di Huampin kita rapat, saya pimpin, dan di situ ada Perdana Menteri Thailand, Perdana Menteri Malaysia. Kemudian kita juga mengevaluasi BIMP­EAGA (Brunei, Indonesia, Malaysia, Philippines). Kita evaluasi, kebetulan yang memimpin saya kemarin, Presiden Indonesia. Kemudian Sijori. Sekarang ini, sudah banyak opportunity­nya: ada transportasi, ada perikanan, ada agriculture , ada tourism, ada infrastructure.

Saya berharap agar daerah didukung. Itu lebih menjemput bola. Dan gubernur mengajak dunia usaha lokal untuk juga menjemput bola. Kemarin pagi, ikut saya ketua KADIN mendengarkan komitmen kami semua agar jangan pusat yang lebih menangani, biarkan daerah di mana kerja sama ekonomi itu dilaksanakan. Kalau ditata, opportunity­nya bisa diambil di mana­mana. Kalau semua yang ngatur Jakarta, kasihan pengusaha daerah

Di tingkat regional, juga ada pembentukan bank. Saudara tahu Chiang Mai Initiative? Tahu itu upaya kita untuk menghimpun dana sebesar 120 billion. Semacam IMF of the world better part yang bisa membantu negara­negara ASEAN+3. Kalau ada kesulitan dengan pendanaan, itu sudah dirumuskan. Bulan Mei akan diputuskan di Denpasar, Bali dan setelah itu bisa digunakan dengan baik.

Itu regional. Di tingkat nasional, titipan saya, silakan dikaji HIPMI untuk kepentingan Saudara di masa depan. Yang kita bayangkan paling tidak begini. Pembangunan perekonomian sekarang ini betul ­betul harus merata. Kabupaten­kabupaten, kota­kota provinsi harus membangun sumber­sumber perekonomian. Harus ada zone of development yang lebih baik lagi. Dengan demikian, tidak dimonopoli oleh Jawa yang memang bertahun­tahun jadi sumber pertumbuhan. Kemudian, infrastruktur sudah ada, ekonomi daerah sudah ada, fiskal pun sudah kita desentralisasikan sebagian.

Yang kedua, saya pikir mari kita mulai dari sekarang ini yang betu­betul menguasai hajat hidup orang banyak, itu harus lebih mandiri. Pangan, energi, sandang, perlengkapan rumah tangga, maupun alat dan pelengkapan pertahanan. Jadi kalau kita menuju ke situ, janganlah kita tergantung dari luar negeri. Apalagi kalau pasar domestik kita semakin besar di masa depan.

Berikutnya lagi ialah investasi mesti harus lebih banyak dari dalam negeri. Konsekuensinya adalah tabungan atau saving harus ditingkatkan. Saya mendengar kabar gembira, katanya dari perbankan kita, tabungan masyarakat makin besar. Asalkan tidak disimpan di bawah bantal, itu semuanya bisa digunakan dengan baik, termasuk tabungan jangka panjang, pensiun, dan sebagainya. Salah satu main speaker mengatakan tadi, harus diperkuat, kemudian daya beli rakyat, seperti saya sampaikan tadi, harus kita jaga.

Terakhir adalah berhasil atau tidak berhasilnya kita mengembangkan ekonomi domestik ini sangat berpulang kepada inovasi, kreativitas, dan aktivitas daerah. Ini saya tujukan kepada para gubernur, bupati, dan wali kota. Diperlukan manajemen yang bagus. Diperlukan skill menggandeng investor. Bikin iklim usaha yang kompetitif. Utamakan pengusaha lokal. Dan dengan demikian, tidak lagi terjadi ketimpangan. Semuanya bisa berjalan secara baik. Sinergi tetap diperlukan: pemerintah pusat, pemerintah daerah, BI dengan perbankannya mengembangkan dan punya perbankan, dunia usaha, serta stakeholders yang lain.

Inilah, Saudara­saudara, bagian kedua bagaimana kita menjemput masa depan global, regional, dan nasional. Tetapi fokus kita marilah kita bekerja untuk tahun 2009 dan 2010 ini, agar perekonomian kita selamat, agar terjaga sektor riil, dan tidak perlu ada PHK.

Saudara­saudara, Sebelum mengakhiri sambutan ini, tadi Bung Erwin mengatakan berkali ­kali tentang mudah­mudahan dalam pemilu, dalam demokrasi ini tidak terjadi halangan yang bisa mengganggu atau memundurkan apa yang telah kita capai sejauh ini. Saya setuju, saya dukung, dan saya kira semua juga mendengar bahwa kini di negeri ini, termasuk saya sendiri, termasuk semua­semua, mari kita jaga suasana dengan baik, mari kita jaga apa yang telah kita lakukan, jangan sampai mengganggu, jangan sampai menghambat apa yang sudah kita capai sekarang ini.

Kebersamaan itu memang bagus dan marilah kebersamaan kita, kita tahankan kebersamaan yang sejati. Dengan demikian sinergis, gain­nya menjadi makin positif. Dan saya kira Tuhan Maha Besar selalu memberikan peluang dan peluang. Anak bangsa bisa bersama­sama mengelola kehidupan negerinya, menjalankan roda pemerintahannya dengan baik lagi untuk masa depan bangsa, untuk generasi yang akan datang.

Demikianlah yang ingin saya sampaikan, dan akhirnya dengan terlebih dahulu memohon ridho Tuhan Yang Maha Kuasa dan dengan mengucapkan "Bismillahirrahmanirrahim", Sidang Pleno ke­1 HIPMI dengan resmi saya nyatakan dibuka.

Wassalamulaikum warahmatullahi wabarakatuh.

*****

Biro Pers dan MediaRumah Tangga Kepresidenan

Page 5: Sambutan Pembukaan Sidang Dewan Pleno Ke 1 HIPMI 2008-2011

Redaksi | Syarat & Kondisi | Peta Situs | Kontak © 2006­2009 Situs Web Resmi Presiden Republik Indonesia ­ Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono

Hak Cipta dilindungi Undang­undang

Beranda Topik Pilihan Berita Utama Ruang Pers Profil Foto Pidato Wawancara & Kolom Kliping Perspektif Lain

Arsip

Kabinet Indonesia Bersatu

Link Indonesia

English Content

Perundang­undangan

Cari Data

Podcast Feed

Sindikasi Berita

« Maret 2009 »M S S R K J S1 2 3 4 5 6 78 9 10 11 12 13 1415 16 17 18 19 20 2122 23 24 25 26 27 2829 30 31

GO

Pidato Presiden

Hotel Shangri­La, Jakarta, Selasa, 10 Maret 2009

Sambutan Pembukaan Sidang Dewan Pleno Ke­1 HIPMI 2008­2011 TRANSKRIPSISAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PEMBUKAAN SIDANG DEWAN PLENO KE­I HIPMI MASA BAKTI 2008­2011SHANGRI­LA HOTEL, 10 MARET 2009

Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu’alaikum Wr. Wb., Salam sejahtera untuk kita semua,

Yang saya hormati Saudara Ketua DPR RI, Bapak Agung Laksono, Wakil Ketua MPR RI, Bapak Aksa Mahmud, para menteri Kabinet Indonesia Bersatu, Saudara Gubernur DKI Jakarta, para sesepuh HIPMI, Bapak Abdul Latief sudah hadir disini dan para sesepuh yang lain, para pimpinan dunia usaha, pimpinan KADIN.Yang saya cintai Saudara Ketua Umum DPP HIPMI dan para pengurus HIPMI baik pusat maupun daerah.Hadirin sekalian yang saya muliakan,

Marilah pada kesempatan yang baik dan semoga senantiasa penuh berkah ini, sekali lagi kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena kepada kita semua masih diberi kesempatan, kekuatan dan semoga kesehatan untuk melanjutkan karya, tugas, dan pengabdian kita kepada masyarakat, bangsa, dan negara termasuk dalam melanjutkan perjuangan kita meningkatkan perkembangan ekonomi dan dunia usaha di negeri tercinta.

Saudara­saudara, Sebelum saya menyampaikan sambutan yang penting ini, saya ingin merespon sedikit yang disampaikan oleh Bung Erwin Aksa tadi mengenai bunga bank. Jadi setelah saya menerima DPP HIPMI datang ke kantor, kita berdiskusi bagaimana membikin sektor riil tetap bergerak sehingga tidak perlu PHK, yang tentu konsekuensinya harus ada aliran modal dengan tentunya rate yang tepat sehingga semuanya bisa berjalan dengan baik.

Beberapa hari setelah itu, saya berdiskusi dengan Wakil Presiden, Pak Jusuf Kalla, dan kurang lebih sepuluh hari yang lalu saya membahas, saya, Wapres, Gubernur BI dan Menko Perekonomian dan Menteri Keuangan, saya sampaikan masalah ini, kemudian saya dukung sebenarnya HIPMI agar setelah BI Rate diturunkan dalam jumlah yang tepat, maka perbankan harus bisa mengikuti. Saya tahu ada kehati ­hatian. Saya tahu untuk memperbaiki balance sheet­nya masing­masing, tetapi jangan hanya berorientasi ke dalam, inward looking, tapi juga outward looking sehingga maksud dari policy BI yang tepat segera diikuti oleh jajaran perbankan, dengan demikian membawa manfaat bagi semua. Saya dengar dulu yang disampaikan tadi dan kebetulan besok kami ada sidang kabinet terbatas atau rapat terbatas, kita akan kaji sejauh mana implementasi yang telah kita bahas beberapa saat yang lalu. Tentang kebersamaan nanti saya sampaikan pada saat akhir. Kebersamaan itu penting, kebersamaan indah. Insya Allah ke depan bangsa kita dengan kebersamaan makin tumbuh dengan baik.

Saudara­saudara,Saya harus menyampaikan terima kasih dan penghargaan atas kontribusi HIPMI pada bangsa dan negara, di kala suka dan di kala duka. Saya tidak ingin menjelaskan apa saja yang telah disumbangkan oleh HIPMI dalam rangka menjaga perekonomian dan dunia usaha kita, termasuk ketika kita menghadapi masa­masa sulit di saat krisis.

Saudara­saudara,Saya senang dengan tema yang dipilih dalam Sidang Pleno HIPMI kali ini, termasuk isi dari sambutan pimpinan HIPMI tadi. Ya benar, dunia sedang berada dalam resesi perekonomian. Kita, Indonesia, tengah gigih untuk mengoptimalkan, mengurangi dampak dari krisis perekonomian global itu. Sedangkan dunia usaha sendiri, Saudara­saudara berada disitu, terus berbuat untuk menjaga kesinambungannya.

Dengan tema yang disampaikan itu, dua titik penting yang saya garis bawahi adalah kebersamaan dan kemudian kemandirian. Kebersamaan lebih dekat, lebih kontekstual dengan keadaan sekarang ini karena jangka pendek, tahun ini dan tahun depan barangkali resesi perekonomian dunia masih kita hadapi. We do not know yet kapan global economic recession akan berakhir. Oleh karena itu togetherness , sinergi antara pemerintah, dunia usaha, dunia perbankan sangat penting agar kita bersama­sama melalui masa­masa yang berat di bidang usaha dan perekonomian negara.

Sedangkan kemandirian, untuk diketahui saja, ini adalah agenda penting yang sebetulnya memerlukan waktu untuk membangun dan memperkuatnya di negeri kita. Tetapi justru ketika kita mengalami krisis baru pada tingkat global, krisis terburuk sejak The Great Depression 73 tahun yang lalu itu, kita bisa sesungguhnya memetik pelajaran. Kita bisa mencari peluang baru yang akhirnya nanti sooner or later setelah perantara krisis perekonomian ini berlalu, we have to redesign our global economic architecture. Nah di situ, tepat bagi bangsa Indonesia untuk merumuskan, menjalankan kemandirian perekonomian kita dalam tatanan perekonomian dunia baru yang sedang dirumuskan dewasa ini oleh bangsa­bangsa sedunia.

Saudara­saudara,Beberapa saat yang lalu di Institut Pertanian Bogor, bagi yang mengikuti, saya menyampaikan pidato ilmiah sebenarnya tentang bangun perekonomian kita di masa depan. Belajar dari pengalaman rangkaian krisis yang terjadi di tingkat global hingga krisis sejak tahun lalu, tahun ini, dan bahkan masih akan berlangsung 1­2 tahun mendatang. Dan minggu lalu di Lampung, saya juga menyampaikan pidato di hadapan Sidang Tanwir Muhammadiyah yang kurang lebih sama, bagaimana kita mendesain kembali paradigma, strategi dan kebijakan perekonomian nasional kita, tapi saya angkat satu, dua contoh saja.

Saudara­saudara,Mengait dengan tema yang dipilih oleh HIPMI sendiri, memang benar bahwa ke depan kita perlu memperkuat ekonomi domestik. Kita perlu memperluas dan memperbesar pasar domestik agar kandungan ekspor kita dalam komponen pertumbuhan tidak harus mendominasi atau dalam perkataan lain, kita tidak menggantungkan ekonomi kita dari ekspor karena pilihan kita mestinya bukan export­oriented economy sehingga ketika terjadi resesi global seperti sekarang ini, pasar dunia menciut, kita tidak akan jatuh karena ekspor kita gulung tikar.

Yang kedua, pelajaran besar yang juga dapat kita angkat sebagai contoh, sekali lagi kemandirian itu memang mesti dimulai dengan sesuatu yang basic , yang fundamental, misalnya pangan dan energi. Tahun lalu kita mengalami krisis harga pangan global. Kita juga mengalami krisis harga minyak dunia. Belum ada tanda­tanda apakah setelah krisis harga pangan dan harga minyak akan stable sebab ketika demand sudah up kembali, hampir pasti ada mismatch antara supply dan demand dalam pangan dan energi, dan itu sangat mungkin harga minyak akan kembali naik. Oleh karena itu menghadapi volatilitas harga pangan dan harga energi yang tidak bisa kita gantikan, kita perlu membangun sistem, memperkuat kita punya kemandirian di dua komoditas itu.

Saudara­saudara,Dengan pengetahuan itu, mari kita sama­sama review kembali seperti apa perekonomian global dan perekonomian nasional yang tengah berlangsung dewasa ini. Secara jujur harus saya sampaikan, Saudara pun sudah mengerti, bahwa financial market itu belum stabil. Nilai tukar, Saudara masih bisa melihat, capital market stock kita juga masih up and down dengan sangat tajam. Likuiditas masih menjadi persoalan, balance of payment juga mulai menghadapi defisit. Ini menentukan bahwa global, regional and national financial market memang belum pulih kembali dalam stabilitas yang positif.

Yang kedua, resesi oleh perekonomian dunia juga belum ada tanda­tanda untuk recover dan kemudian pulih, dan kita kembali mengalami pertumbuhan global. Global output yang biasanya 3%, 4%, mendekati 5% diperkirakan akan minus pada tahun ini. Tahun depan pun belum bisa diperkirakan akan kembali plus. Pasar dunia sungguh menciut. Drop pada berbagai komoditas ekspor, dan kemudian unemployment sungguh meningkat. Tiongkok yang dikatakan ekonominya kuat, 15­20 juta terjadi pengangguran baru. Amerika Serikat 1­2 juta, belum multinational coorporations . Kita melihat tiap hari di BBC, CNN, CNBC perusahaan­perusahaan besar gulung tikar dengan unemployment yang meledak.

Kesimpulannya, resesi perekonomian global menurut perkiraan saya masih akan berlangsung 1­2 tahun mendatang. Masyarakat dunia sebetulnya, Saudara­saudara, tidak perlu bergulat untuk mengatasi masalah ini. Ada kebersamaan pada tingkat multilateral, misalnya forum G­20, perluasan dari G­7 dan G­8. Di tingkat regional, dunia juga bekerja. Ada Uni Eropa, ada Amerika Utara, di kawasan kita ada ASEAN, ada ASEAN+3, ada Forum Asia Timur yang juga berusaha mengatasi resesi ini. Pada tingkat nasional hampir semua negara, bukan hanya negara kita, juga melakukan countercyclical effects .

Ini terus berlangsung, namun untuk diketahui oleh keluarga besar HIPMI karena semua negara repot, Amerika repot, Jerman repot, Perancis repot, Inggris repot, China demikian juga, negara­negara yang lain tak mampu. Jepang mengalami drop ekspor, misalnya otomotif dan elektronik bisa 52%. Luar biasa. Karena negara­negara yang memiliki kekuatan ekonomi yang tangguh juga dalam keadaan repot tadi, maka upaya bersama baik multilateral maupun regional dampaknya tidak seperti yang kita harapkan. Berbeda dengan krisis 11 tahun yang lalu, Asia tersungkur, yang lain tidak, masih kuat termasuk pasar yang tersedia bagi barang­barang ekspor kita.

Menghadapi semua ini, saya ingin menjelaskan kepada Saudara­saudara untuk diketahui, bahwa kita dan saya berterima kasih karena dunia usaha juga masuk dalam barisan ini. Kita terus melakukan langkah­langkah untuk menyelamatkan perekonomian kita, menjaga keberlanjutan, dan insya Allah setelah resesi berakhir bisa tumbuh kembali. Kita punya strategi, kita punya kebijakan dan kita juga melakukan sejumlah aksi.

Sebagai contoh saya ingin sampaikan kepada Saudara, Indonesia aktif dalam semua forum, multilateral, regional. Untuk apa? Agar kita mendapatkan spot facilities , agar kita juga memiliki spot fund untuk berjaga­jaga seperti Chiang Mai Inisiative, dan kita bisa menjaga dalam batas tertentu keberlangsungan ekspor Indonesia. Jadi berkaitan dengan the trade and investment.

Kita tidak ingin tertinggal dari kebersamaan multilateral dan regional agar tidak merugi, sebab kalau kita tidak aktif berperan memperjuangkan kepentingan kita, bisa saja kita dinomorduakan atau dinomortigakan.

Indonesia sebagai contoh terus bekerja sama dengan World Bank, Asian Development Bank, negara­negara sahabat, Jepang, China, Amerika, Australia, Korea Selatan, Uni Eropa untuk berjaga­jaga kalau ada contingency yang kita lakukan agar market kita up. Ingat, waktu krisis 11 tahun yang lalu, market, kepercayaan pasar, pun tutup karena tidak ada second line of defense kita sehingga pasar pun yang tidak percaya pada Indonesia, dan cepat sekali terjadinya kebangkrutan ekonomi itu. Oleh karena itu kita jaga semuanya agar di samping kita mengatasi secara sendiri, secara nasional, global market memiliki keyakinan, we are able to solve the crisis, to manage the situation.

Saudara­saudara,Dalam berbagai kesempatan itu, saya sendiri hadir; di G­20, ASEAN, ASEAN+3, dan forum­forum yang lain untuk sekali lagi apa yang bisa kita dapatkan dalam kemitraan dan kerjasama itu.

Saudara­saudara,Di dalam negeri, sebagaimana Saudara Erwin tadi sampaikan, kita juga terus menjalankan sebenarnya crisis actions management. Kita telah mengeluarkan sejumlah kebijakan dan langkah­tindakan untuk menjaga sektor riil tetap. Kita ada tetapkan 7 prioritas pertama yang sangat penting menjaga sektor riil, bisnis Saudara semuanya.

Yang kedua, dengan kita bisa menjaga sektor riil kita berharap bisa mencegah gelombang PHK besar­besaran. Andaikata terpaksa terjadi PHK, kita bisa melakukan langkah­langkah untuk menanggulanginya.

Yang ketiga adalah kita menjaga daya beli rakyat. Bermacam­macam scheme kita lakukan. Kita berusaha memperoleh, masih alhamdulillah, tidak terjadi inflasi, justru ada deflasi pada bulan­bulan terakhir. Kita melindungi yang miskin, to protect the poor, dari APBN dan APBD. Kita juga menjaga meskipun suasananya sulit, pangan dan energi tetap tersedia.

Dan yang terakhir, setelah semua yang kita jalankan enam kualitas tadi kita berharap agar setidak­tidaknya kita bisa menjaga pertumbuhan pada tingkat yang pantas. Saudara tahu, Singapura tahun 2007 tumbuh 7%, tahun lalu hanya 2%, tahun ini barangkali minus. Demikian juga negara­negara maju akan mengalami pertumbuhan minus. Kita untung sedikit; tahun 2007 6,3%, tahun lalu 6,1%, drop hanya 0,2%, bagus. Mudah­mudahan tahun ini dengan kerja keras kita semua tahun ini pertumbuhan kita tidak lebih rendah dari 4,5%. Insya Allah kita jaga di situ. Jangan sampai nihil, apalagi minus, jangan sampai lebih rendah.

Upaya countercyclical ini saya sampaikan sekaligus, Saudara­saudara, supaya paham mengapa struktur APBN dan APBD, terima kasih kepada Pak Agung Laksono, teman­teman DPR yang juga dalam merumuskan kembali APBN kita di masa krisis, kita relatif lancar dalam rumusannya. Yang jelas struktur, arah dan besaran APBN kita tahun 2009 ini sudah kita desain untuk bisa mencapai tujuh prioritas tadi.

Pertama, paket stimulus lumayan, Rp 73,3 triliun. Dengan catatan, benar Bung Erwin, agar segera dialirkan. Saya sudah meminta 11 Menteri yang mendapatkan porsi besar dalam paket stimulus ini agar segera dialirkan. Kita ingin April, bulan depan sudah mengalir. Keterlambatan dari departemen dan kementerian akan menghambat semua proses stimulasi pertumbuhan, dan Rp 73,3 triliun bukan angka yang sedikit.

Dana untuk pengembangan infrastruktur juga besar. Saudara tahu tujuannya? Untuk menciptakan lapangan pekerjaan. Job creation . PU saja Rp 35 triliun, kemudian Departemen Perhubungan Rp 17 triliun. Ada tambahan Rp 12,2 triliun juga untuk infrastructure building.

Saudara tahu, jangan sampai rakyat kita tidak bisa membeli. Tetap kita jalankan dana untuk social safety net. Berbagai­bagai scheme agar mereka punya kemampuan untuk membeli. Kemudian tetap dalam struktur APBN kita, kita mengandalkan penerimaan pajak. Tidak lagi kita menggantungkan utang luar negeri, apalagi jual aset. Jadi benar­benar yang kita jadikan tumpuan adalah penerimaan pajak. Memang defisit akan naik sedikit, diperkirakan mencapai 2,5%. Dalam masa krisis biasa, ada yang 12% defisitnya, ada yang 10 persen. Inilah structure, politik dari APBN kita yang kita desain khusus, Pemerintah dengan DPR RI, agar betul­betul krisis ini bisa kita lewati, dan yang Saudara harapkan tadi bisa kita capai.

Saudara­saudara,Dengan penjelasan saya tadi, situasi global, langkah bersama tingkat global regional, langkah kita, termasuk stimulasi pertumbuhan yang kita tetapkan, dan besaran serta struktur APBN, maka saya mengajak Saudara­saudara, dunia usaha utamanya HIPMI, mari kita benar­benar bersinergi. Karena apa? Dengan langkah cepat kita enam bulan yang lalu, Saudara masih ingat, Pak Hidayat juga bersama­sama kita, KADIN maksud saya, BI, perbankan, pemerintah termasuk para gubernur juga kita hadirkan. Kita ingin gerak cepat dan tepat. Jangan sampai terjadi krisis kepercayaan seperti 11 tahun yang lalu. Akibat kebersamaan kita itu hingga saat ini, dengan manajemen krisis, sebenarnya kita bisa meminimalkan dampak dari krisis perekonomian global itu, meskipun saya mengatakan belum aman. Terus terang belum aman. Artinya manajemen krisis harus terus kita jalankan bersama­sama.

Saudara­saudara,Kami pun terus membangun sinergi, pemerintah, BI agar terjadi policy mix antara monetary policy dengan fiscal policy. Kalau tidak, repot nanti. Seperti yang dikatakan tadi bagaimana policy tentang rebate, interest rebate yang pas sehingga tujuan untuk stimulasi menjaga sektor riil bisa dijaga bersama­sama.

Pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan. Perppu sudah kita keluarkan. Insentif banyak kita berikan untuk menjaga sektor riil. Ya, saya harus jujur, Saudara­saudara, penerimaan pemerintah berkurang tahun ini. Broke, the government is broke karena pajak berkurang. Insentif kita berikan cukup banyak, penerimaan berkurang sehingga defisit perlu ditutup dengan ikhtiar yang lain. Tetapi tidak apa­apa agar paling tidak sektor riil relatif terjaga.

Yang saya sarankan dari Saudara­saudara, dari dunia usaha adalah mari kita berbagi, sharing. Kalau pemerintah memang willing untuk berkurang penerimaannya, mungkin pada masa­masa sulit ini keuntungan atau profit Saudara barangkali sedikit berkurang. Seorang pejuang tentu bisa memahami kalau pemerintahnya broke , temen­temen usaha ikut berkurang. Nanti kalau sudah kita lewati krisis ini insya Allah kita kembali kumpul.

Kemudian, saya harus mengajak tepuk tangan semua, tekad dari Saudara­saudara untuk semaksimal mungkin mencegah terjadinya PHK. Itu pahlawan. Kalau ternyata tidak bisa dihindari, datang dulu ke menteri terkait. Jangan buru­buru langsung mem­PHK­kan apalagi dalam jumlah yang besar. Datang dulu kepada menteri terkait. Apa yang bisa kita carikan solusinya. Tentu efisiensi menjadi penting, efektivitas menjadi penting untuk Saudara­saudara.

Dalam keadaan krisis, sulit kita win­win. Mungkin kita win dan lose. Kalau ada yang lose, pertama­tama pemerintah siap menerima berkurangnya penerimaan. Mungkin nomor dua, Saudara siap pula sedikit penghasilannya asalkan rakyat win, bisa membeli. Kita bersatu. Insya Allah ini yang terbaik. Dan nanti kita akan tebus bersama­sama setelah resesi ini usai, karena kalau kita bisa jaga betul­betul, tidak ada ketegangan sosial, tidak ada gangguan keamanan, tidak ada kisruh, rakyat kita perhatikan, kita bisa memulai pekerjaan kita manakala resesi ini telah kita lalui.

Saudara­saudara,Saudara mungkin mendengar bahwa yang kita keluarkan dari APBN untuk social safety net besar. Gaji tetap kita naikkan tahun 2009, termasuk gaji ke­13. upah buruh tetap kita jaga. Nilai tukar petani tetap kita jaga untuk naik. Jadi penghasilan buruh dan petani, dan pegawai diharapkan di atas dari kenaikan harga sembako sehingga ada welfare again . Nah kalau itu bisa kita capai, Saudara­saudara, yang Saudara produksi atau barang dan jasa ada yang membeli. Yang paling berbahaya adalah kalau tidak ada yang membeli, the crisis of demand. Saudara bisa memproduksi, “Kami efisien. Kami produktif, ” tapi kalau tidak ada yang membeli tentu akan menjadi repot perekonomian kita.

Oleh karena itu saya ingatkan, teruslah belanja sebanyak­banyaknya. Ini musim pemilu, banyak pimpinan partai di sini. Pak Suryadharma Ali, belilah banyak­banyak kain untuk bendera partai. Parpol­parpol bikin panggung, bikin band. Biar ada itu dan tumbuh penghasilan semuanya, biar saja mengalir seperti biasanya. Begini Saudara­saudara, ini sepertinya guyon tapi serius. Kalau Saudara ke Singapura kan sepi sekarang. Wapres cerita sama saya; ke Amerika, melihat mal­mal juga sepi. Itu yang terjadi. Berarti lebih berat resesi itu. Saya sering melihat di mal, sering lihat ke luar­luar, ke jalan­jalan, alhamdulillah kalau di negara kita tidak terpengaruh. Kalau ada seperti itu sebetulnya baik. Yang berbahaya kalau semua berhenti belanja.

Saudara­saudara, Inilah keadaan dalam negeri kita. Sekali lagi mari bergandengan tangan pemerintah, perbankan, dunia usaha, pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Ajak para bupati, para ajak walikota, ajak para gubernur untuk juga menggandeng dunia usaha, HIPMI untuk bersama­sama mengatasi permasalahan ini.

Yang terakhir, karena Saudara pengusaha muda, 10 tahun lagi, 15 tahun lagi, 20 tahun lagi, Saudara yang melanjutkan kepemimpinan di negeri ini. Semua yang berdiri di hadapan saya ini dan semuanya oleh karena itu sesuai dengan tema kali ini, saya ingin bicara sedikit saja tentang perekonomian kita di masa depan baiknya bagaimana, seperti apa supaya lebih adil dunia ini, supaya lebih tepat perekonomian di negeri ini.

Pertama­tama singkatnya, apa yang saya katakan di berbagai pertemuan: di Hokkaido, Jepang, G­8 Conference; di Beijing, ASEM Summit; di Washington DC, G­20 Summit; semua sepakat, tata perekonomian dunia harus diperbaiki. Sekarang ini rules­nya tidak fair, governance­nya tidak credible . Memang ada World Bank, memang ada IMF, memang ada WTO tapi itu aspek to pasca­Perang Dunia ke­2 yang dalam banyak hal tidak bisa merespon krisis dengan baik bahkan tidak bisa mencegah terjadinya krisis. Ekonomi lebih bersifat rapuh, lebih bersifat money economy, dan bukan real­value economy. Ini berbahaya sekali. Harus kita jauhkan dari sifat perekonomian seperti itu.

Kemudian ingat, dulu dunia 6,6 miliar. Harus ada balance supply dengan demand. Manakala terjadi mismatch , di sinilah awal dari krisis saat sekarang. Oleh karena itu ke depan, perekonomian global ke depan turut memikirkan kebutuhan dunia itu berapa, yang efisien sehingga baik pangan, energi, maupun air itu bisa dipenuhi dengan baik. Itu tingkat global, tapi tidak usah kita terlalu berambisi, itu perlu waktu. Mungkin 5­10 tahun baru ketemu seperti apa multi global economic order, new global quality manufacture yang sedang kita bangun.

Tingkat regional, Saudara harus pandai­pandai mendapatkan peluang, kerja sama ekonomi kawasan, bertumpu pada geoekonomi. Saudara kenal yang namanya IMTGT? Kenal? BIMP­EAGA? Sijori? Di ASEAN, itu ada kerja sama makin bagus sebetulnya IMTGT (Indonesia Malaysia Thailand Growth Triangle). Baru saja di Huampin kita rapat, saya pimpin, dan di situ ada Perdana Menteri Thailand, Perdana Menteri Malaysia. Kemudian kita juga mengevaluasi BIMP­EAGA (Brunei, Indonesia, Malaysia, Philippines). Kita evaluasi, kebetulan yang memimpin saya kemarin, Presiden Indonesia. Kemudian Sijori. Sekarang ini, sudah banyak opportunity­nya: ada transportasi, ada perikanan, ada agriculture , ada tourism, ada infrastructure.

Saya berharap agar daerah didukung. Itu lebih menjemput bola. Dan gubernur mengajak dunia usaha lokal untuk juga menjemput bola. Kemarin pagi, ikut saya ketua KADIN mendengarkan komitmen kami semua agar jangan pusat yang lebih menangani, biarkan daerah di mana kerja sama ekonomi itu dilaksanakan. Kalau ditata, opportunity­nya bisa diambil di mana­mana. Kalau semua yang ngatur Jakarta, kasihan pengusaha daerah

Di tingkat regional, juga ada pembentukan bank. Saudara tahu Chiang Mai Initiative? Tahu itu upaya kita untuk menghimpun dana sebesar 120 billion. Semacam IMF of the world better part yang bisa membantu negara­negara ASEAN+3. Kalau ada kesulitan dengan pendanaan, itu sudah dirumuskan. Bulan Mei akan diputuskan di Denpasar, Bali dan setelah itu bisa digunakan dengan baik.

Itu regional. Di tingkat nasional, titipan saya, silakan dikaji HIPMI untuk kepentingan Saudara di masa depan. Yang kita bayangkan paling tidak begini. Pembangunan perekonomian sekarang ini betul ­betul harus merata. Kabupaten­kabupaten, kota­kota provinsi harus membangun sumber­sumber perekonomian. Harus ada zone of development yang lebih baik lagi. Dengan demikian, tidak dimonopoli oleh Jawa yang memang bertahun­tahun jadi sumber pertumbuhan. Kemudian, infrastruktur sudah ada, ekonomi daerah sudah ada, fiskal pun sudah kita desentralisasikan sebagian.

Yang kedua, saya pikir mari kita mulai dari sekarang ini yang betu­betul menguasai hajat hidup orang banyak, itu harus lebih mandiri. Pangan, energi, sandang, perlengkapan rumah tangga, maupun alat dan pelengkapan pertahanan. Jadi kalau kita menuju ke situ, janganlah kita tergantung dari luar negeri. Apalagi kalau pasar domestik kita semakin besar di masa depan.

Berikutnya lagi ialah investasi mesti harus lebih banyak dari dalam negeri. Konsekuensinya adalah tabungan atau saving harus ditingkatkan. Saya mendengar kabar gembira, katanya dari perbankan kita, tabungan masyarakat makin besar. Asalkan tidak disimpan di bawah bantal, itu semuanya bisa digunakan dengan baik, termasuk tabungan jangka panjang, pensiun, dan sebagainya. Salah satu main speaker mengatakan tadi, harus diperkuat, kemudian daya beli rakyat, seperti saya sampaikan tadi, harus kita jaga.

Terakhir adalah berhasil atau tidak berhasilnya kita mengembangkan ekonomi domestik ini sangat berpulang kepada inovasi, kreativitas, dan aktivitas daerah. Ini saya tujukan kepada para gubernur, bupati, dan wali kota. Diperlukan manajemen yang bagus. Diperlukan skill menggandeng investor. Bikin iklim usaha yang kompetitif. Utamakan pengusaha lokal. Dan dengan demikian, tidak lagi terjadi ketimpangan. Semuanya bisa berjalan secara baik. Sinergi tetap diperlukan: pemerintah pusat, pemerintah daerah, BI dengan perbankannya mengembangkan dan punya perbankan, dunia usaha, serta stakeholders yang lain.

Inilah, Saudara­saudara, bagian kedua bagaimana kita menjemput masa depan global, regional, dan nasional. Tetapi fokus kita marilah kita bekerja untuk tahun 2009 dan 2010 ini, agar perekonomian kita selamat, agar terjaga sektor riil, dan tidak perlu ada PHK.

Saudara­saudara, Sebelum mengakhiri sambutan ini, tadi Bung Erwin mengatakan berkali ­kali tentang mudah­mudahan dalam pemilu, dalam demokrasi ini tidak terjadi halangan yang bisa mengganggu atau memundurkan apa yang telah kita capai sejauh ini. Saya setuju, saya dukung, dan saya kira semua juga mendengar bahwa kini di negeri ini, termasuk saya sendiri, termasuk semua­semua, mari kita jaga suasana dengan baik, mari kita jaga apa yang telah kita lakukan, jangan sampai mengganggu, jangan sampai menghambat apa yang sudah kita capai sekarang ini.

Kebersamaan itu memang bagus dan marilah kebersamaan kita, kita tahankan kebersamaan yang sejati. Dengan demikian sinergis, gain­nya menjadi makin positif. Dan saya kira Tuhan Maha Besar selalu memberikan peluang dan peluang. Anak bangsa bisa bersama­sama mengelola kehidupan negerinya, menjalankan roda pemerintahannya dengan baik lagi untuk masa depan bangsa, untuk generasi yang akan datang.

Demikianlah yang ingin saya sampaikan, dan akhirnya dengan terlebih dahulu memohon ridho Tuhan Yang Maha Kuasa dan dengan mengucapkan "Bismillahirrahmanirrahim", Sidang Pleno ke­1 HIPMI dengan resmi saya nyatakan dibuka.

Wassalamulaikum warahmatullahi wabarakatuh.

*****

Biro Pers dan MediaRumah Tangga Kepresidenan