SALINAN -...

66
Menimbang : Mengingat SALINAN PRES I DEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2OI7 TENTANG OTORITAS VETERINER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 688 dan Pasal 75 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2OO9 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 4l Tahun 2OI4 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2OOg tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Otoritas Veteriner; 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2OO9 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO9 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5015) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2Ol4 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 18 Tahun 2OO9 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2Ol4 Nomor 338, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5619); MEMUTUSKAN ...

Transcript of SALINAN -...

Page 1: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

Menimbang :

Mengingat

SALINAN

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 3 TAHUN 2OI7

TENTANG

OTORITAS VETERINER

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 688 danPasal 75 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2OO9 tentangPeternakan dan Kesehatan Hewan sebagaimana telah diubahdengan Undang-Undang Nomor 4l Tahun 2OI4 tentangPerubahan Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2OOg

tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan perlu menetapkanPeraturan Pemerintah tentang Otoritas Veteriner;

1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2OO9 tentangPeternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2OO9 Nomor 84, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5015)sebagaimana telah diubah dengan Undang-UndangNomor 41 Tahun 2Ol4 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2OO9 tentang Peternakan danKesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2Ol4 Nomor 338, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5619);

MEMUTUSKAN ...

Page 2: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

Menetapkan :

PRES I DENREPUBLII( INDONESIA

-2-

MEMUTUSKAN:

PERATURANVETERINER.

PEMERINTAH TENTANG OTORI:AS

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:

1. Otoritas Veteriner adalah kelembagaan Pemerintah atauPemerintah Daerah yang bertanggung jawab danmemiliki kompetensi dalam penyelenggaraan KesehatanHewan.

2. Sistem Kesehatan Hewan Nasional yang selanjutnyadisebut Siskeswanas adalah tatanan Kesehatan Hervanyang ditetapkan oleh Pemerintah dan diselenggara<anoleh Otoritas Veteriner dengan melibatkan seluruhpenyelenggara Kesehatan Hewan, pemangkukepentingan, dan masyarakat secara terpadu.

3. Veteriner adalah segala urusan yang berkaitan der:ganHewan, Produk Hewan, dan Penyakit Hewan.

4. Kesehatan Hewan adalah segala urusan yang berkaitandengan perlindungan sumber daya Hewan, kesehatanmasyarakat dan lingkungan, serta penjaminankeamanan Produk Hewan, Kesejahteraan Hewan, danpeningkatan akses pasar untuk mendukung kedaulatan,kemandirian, dan ketahanan pangan asal Hewan.

5. Kesehatan Masyarakat Veteriner adalah segala urusanyang berhubungan dengan Hewan dan Produk He"vanyang secara langsung atau tidak langsrngmempengaruhi kesehatan manusia.

6. Karantina Hewan adalah tindakan sebagai upayapencegahan masllk dan tersebarnya harna dan PenyakitHewan dari suatu area ke area lain di dalam negeri ataukeluarnya dari dalam wilayah Negara Republik Indonesia.

7 . Kesejahteraan...

Page 3: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

REPuJ5,?t'',3ot}*..,o' -3-

7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yangberhubungan dengan keadaan fisik dan mental Her,vanmenurut ukuran perilaku alami Hewan yang perluditerapkan dan ditegakkan untuk melindungi Hewan dariperlakuan Setiap Orang yang tidak layak terhadapHewan yang dimanfaatkan manusia.

8. Tenaga Kesehatan Hewan adalah orang yangmenjalankan aktivitas di bidang Kesehatan Hervanberdasarkan kompetensi dan kewenangan MedikVeteriner yang hierarkis sesuai dengan pendidikanformal dan/atau pelatihan Kesehatan Hervanbersertifikat.

9. Dokter Hewan adalah orang yang memiliki profesi dibidang kedokteran Hewan dan kewenangan MedikVeteriner dalam melaksanakan pelayanan KesehatanHewan.

10. Dokter Hewan Berwenang adalah Dokter Hewan yangditetapkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/wali kotasesuai dengan kewenangannya berdasarkan jangkauantugas pelayanannya dalam rangka penyelenggaraanKesehatan Hewan.

11. Medik Veteriner adalah Dokter Hewan yangmenyelenggarakan kegiatan di bidang Kesehatan Hewan.

12. Penyakit Hewan adalah gangguan kesehatan pada Hervanyang disebabkan oleh cacat genetik, proses degeneratif,gangguan metabolisme, trauma, keracunan, infestasiparasit, prion, dan infeksi mikroorganisme patogen.

13. Penyakit Hewan Menular Strategis adalah PenyakitHewan yang dapat menimbulkan angka kematiandan/atau angka kesakitan yang tinggi pada He'*'an,dampak kerugian ekonomi, keresahan masyara<at,dan/ atau bersifat zoonotik.

14. Wabah adalah kejadian penyakit luar biasa yang dapatberupa timbulnya suatu Penyakit Hewan menular barudi suatu wilayah atau kenaikan kasus Penyakit Hewanmenular mendadak yang dikategorikan sebagai bencananonalam.

15. Hewan ...

Page 4: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

t7.

15.

16.

18.

19.

(1)

(2t

PRES I DENREPUBLII< INDONESIA

-4-

Hewan adalah binatang atau satwa yang seluruh atausebagian dari siklus hidupnya berada di darat, air,dan/atau udara, baik yang dipelihara maupun yang dihabitatnya.

Produk Hewan adalah semua bahan yang berasal dariHewan yang masih segar dan/atau telah diolah ataudiproses untuk keperluan konsumsi, farmakoseutika,pertanian, dan/atau kegunaan lain bagi pemenuhankebutuhan dan kemaslahatan manusia.

Obat Hewan adalah sediaan yang dapat digunakanuntuk mengobati Hewan, membebaskan gejala, ataumemodifikasi proses kimia dalam tubuh yang meliputisediaan biologik, farmakoseutika, premiks, dan sediaanObat Hewan alami.

Pelayanan Jasa Medik Veteriner adalah layanan jasayang berkaitan dengan kompetensi Dokter Hewan yangdiberikan kepada masyarakat dalam rangka praktikkedokteran Hewan

Setiap Orang adalah orang perseorangan atau korporasi,baik yang berbadan hukum maupun yang tidakberbadan hukum serta yang melakukan kegiatan dibidang peternakan dan Kesehatan Hewan.

Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusanpemerintahan di bidang peternakan dan KesehatanHewan.

BAB II

KELEMBAGAAN OTORITAS VETERINER

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 2

Otoritas Veteriner mempunyai tugas menyiapkanrumusan dan melaksanakan kebijakan dalampenyelenggaraan Kesehatan Hewan.otoritas Veteriner berwenang mengambil keputusantertinggi yang bersifat teknis Kesehatan Hewan.

20.

(3) Pelaksanaan ...

Page 5: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

(3)

(4)

PRES I DENREPUELII( INDONESIA

-5-

Pelaksanaan tugas dan wewenang Otoritas Veterinersebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)merupakan penguatan tugas, fungsi, 'dan wewenangdalam penyelenggaraan Kesehatan Hewan.

Dalam pengambilan keputusan tertinggi sebagaimanadimaksud pada ayat (21, Otoritas Veteriner melibat<ankeprofesionalan Dokter Hewan dan mengerahkan semualini kemampuan profesi.

Pasal 3

Otoritas Veteriner mempunyai fungsi:

a. pelaksana Kesehatan Masyarakat Veteriner;

b. penyusun standar dan meningkatkan mutupenyelenggaraan Kesehatan Hewan;

c. pengidentifikasi masalah dan pelaksana pelayaranKesehatan Hewan;

d. pelaksana pengendalian dan penanggulangan PenyakitHewan;

e. pengawas dan pengendali pemotongan ternakruminansia betina produktif dan/atau ternakruminansia indukan;

f. pengawas tindakan penganiayaan dan penyalahgunaanterhadap Hewan serta aspek Kesejahteraan Hewanlainnya;

g. pengelola Tenaga Kesehatan Hewan;

h. pelaksana pengembangan profesi kedokteran Hewan;

i. pengawas penggunaan alat dan mesin Kesehatan He'*-an;

j. pelaksana perlindungan Hewan dan lingkungannya;k. pelaksana penyidikan dan pengamatan Penyakit Hewan;

1. penjamin ketersediaan dan mutu Obat Hewan;

m. penjamin keamanan Pakan dan bahan Pakan asalHewan;

n. pen]rusun...

Page 6: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

o.

(1)

(2)

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

-6-

n. penyusun prasarana dan sarana serta pembiayaanKesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner;dan

pengelola medik akuatik dan medik konservasi.

Pasal 4

Tugas, wewenang, dan fungsi Otoritas Veterinersebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 3merupakan penguatan tugas, fungsi, dan wewenangPemerintah Pusat dan pemerintah daerah dalampenyelenggaraan Kesehatan Hewan.

Dalam hal belum terdapat tugas, fungsi, dan wewenangdalam penyelenggaraan Kesehatan Hewan, PemerintahPusat atau pemerintah daerah sesuai dengankewenangannya harus membentuk kelembagaanOtoritas Veteriner.

Pasal 5

Otoritas Veteriner terdiri atas:

a. Otoritas Veteriner nasional;

b. Otoritas Veteriner kementerian;

c. Otoritas Veteriner provinsi; dan

d. Otoritas Veteriner kabupaten/kota.

Bagian Kedua

Otoritas Veteriner Nasional

Pasal 6

(1) Otoritas Veteriner nasional sebagaimana dimaksuddalam Pasal 5 huruf a berwenang mengambil keputusantertinggi yang bersifat teknis Kesehatan Hewan nasional.

(2) Keputusan tertinggi sebagaimana dimaksud pada aya: (1)meliputi keputusan dalam:

a. pemberian...

{iD

Page 7: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

R E P u J'-T': t,"35f;

*. r, o-7 -

a. pemberian rekomendasi status bebas PenyakitHewan menular tertentu untuk seluruh wilayahNegara Kesatuan Republik Indonesia kepada Ment:ri;

b. pemberian rekomendasi penetapan Wabah PenyakitHewan menular kepada Menteri;

c. pemberian rekomendasi pencabutan penetapanWabah Penyakit Hewan menular kepada Menteri;

d. pembuatan kesepakatan persyaratan teknisKesehatan Hewan dengan negara lain secarabilateral, regional, dan internasional;

e. pemberian rekomendasi penetapan status daruratVeteriner di tingkat nasional kepada Menteri;

f. penetapan tingkat perlindungan yang dapat diterir:ra;

g. penetapan anaiisis risiko Penyakit Hewan terhadappemasukan Hewan dan Produk Hewan dari -uarwilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;

h. penetapan jenis Obat Hewan yang dapat digunakanyang boleh beredar di wilayah Negara KesatuanRepublik Indonesia;

i. penetapan persyaratan Kesehatan Hewan urrtukHewan dan Produk Hewan yang akan dimasukkan kedalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;

j. pemberian rekomendasi persetujuan untuk pertamakali terhadap negara, zor:.a dalam suatu negara, danunit usaha asal Hewan dan Produk Hewan kepadaMenteri; dan

k. pemberian rekomendasi pemasukan dan pengeluaranHewan, bibit, benih, Produk Hewan, satwa liar, danHewan akuatik dari dan ke dalam wilayah NegaraKesatuan Republik Indonesia kepada Menteri.

(3) Otoritas Veteriner nasional mengoordinasikan OtoritasVeteriner kementerian, Otoritas Veteriner provinsi, danOtoritas Veteriner kabupaten/kota dalam pengambilankeputusan tertinggi yang bersifat teknis KesehatanHewan.

Pasal 7...

#

Page 8: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

(1)

(2)

(3)

(1)

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

.8-

Pasal 7

Otoritas Veteriner nasional dipimpin oleh peja-batOtoritas Veteriner nasional yang diangkat dandiberhentikan oleh Menteri.

Syarat untuk diangkat sebagai pejabat Otoritas Veterinernasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaiberikut:

a. telah ditetapkan oleh Menteri sebagai Dokter HervanBerwenang;

b. memiliki keahlian dan pengalaman di bidangKesehatan Hewan, Kesehatan Masyarakat Veteriner,atau Karantina Hewan; dan

c. menduduki jabatan paling rendah pimpinan tinggipratama di bidang Kesehatan Hewan, KesehatanMasyarakat Veteriner, atau Karantina Hewan.

Ketentuan lebih lanjut mengenai pengangkatan danpemberhentian pejabat Otoritas Veteriner nasionalsebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur denganPeraturan Menteri.

Pasal 8

Pejabat Otoritas Veteriner nasional sebagaimanad.imaksud dalam Pasal 7 bertindak sebagai wakilPemerintah Republik Indonesia dalam penyelenggaraanKesehatan Hewan dunia.

(2) Pejabat Otoritas Veteriner nasional sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dapat:

a. melakukan kerja sama dengan negara lain ataupihak internasional lain dalam penanganan PenyakitHewan lintas batas, Penyakit Hewan yang barumuncul, dan Penyakit Hewan yang muncul kembali;

b. menyediakan kajian dan interpretasi terhaCaptingkat dan kejadian Penyakit Hewan dan keamalanProduk Hewan skala nasional dan internasional;dan/atau

c. menganalisis ...

Page 9: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

R E P u J,-Tot t'',?otf;

*, =,

o-9-

c. menganalisis prasarana dan sarana Veteriner sertakemampuannya dalam merespon ancaman PenyakitHewan skala nasional dan internasional terhadapKesehatan Hewan dan kesehatan manusia.

(3) Pejabat Otoritas Veteriner nasional sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dalam melakukan kerja samadengan negara lain atau pihak internasional -ainsebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Ketiga

Otoritas Veteriner Kementerian

Pasal 9

Otoritas Veteriner kementerian sebagaimanadalam Pasal 5 huruf b meliputi Otoritas Veteriner

a. kementerian yang menyelenggarakanpemerintahan di bidang Kesehatan Hewan;

b. kementerian yang menyelenggarakanpemerintahan di bidang konservasi sumberhayati dan ekosistemnya; dan

c. kementerian yang menyelenggarakanpemerintahan di bidang perikanan.

dimaksudpada:

urusan

urusandaya alam

urusan

(1)

Pasal 10

Otoritas Veteriner kementerian yang menyelenggarakanurusan pemerintahan di bidang Kesehatan Hewansebagaimana dimaksud dalam Pasal t huruf a meliputi:

a. Otoritas Veteriner Kesehatan Hewan;

b. Otoritas Veteriner Kesehatan Masyarakat Veterirer;dan

c. Otoritas Veteriner Karantina Hewan.

Otoritas Veteriner kementerian sebagairnana dimaksudpada ayat (1) dipimpin masing-masing oleh pejabatOtoritas Veteriner kementerian yang diangkat dandiberhentikan oleh Menteri.

(21

(3) Ketentuan ...

Page 10: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

_ 10_

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengangkatan danpemberhentian pejabat Otoritas Veteriner kementeriansebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur denganPeraturan Menteri.

Pasal 1 1

Syarat untuk diangkat sebagai pejabat Otoritas Veteri.nerkementerian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2)

sebagai berikut:

a. telah ditetapkan oleh Menteri sebagai Dokter HewanBerwenang; dan

b. menduduki jabatan paling rendah pimpinan tinggipratama yang membidangi:

1. Kesehatan Hewan;

2. Kesehatan Masyarakat Veteriner; atau

3. Karantina Hewan,

di kementerian yang menyelenggarakan urusanpemerintahan di bidang Kesehatan Hewan.

Pasal 12

(1) Pejabat Otoritas Veteriner yang menangani KesehatanHewan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1)

huruf a melakukan pengambilan keputusan teknistertinggi dalam:

a. pemberian rekomendasi penetapan jenis PenyakitHewan Menular Strategis kepada Menteri;

b. pemberian rekomendasi penetapan status dansituasi wilayah Penyakit Hewan Menular Strategiskepada Menteri;

c. penetapan wilayah pembebasan Penyakit He-wanMenular Strategis;

d. penetapan investigasi Wabah Penyakit Hewanrnenular'

e. penetapan...

Page 11: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

11-

e. penetapan dan pelaksanaan responpenanganan Wabah lintas daerah provinsi;

cepat

f. pemberian rekomendasi penetapan penggunaan ObatHewan untuk keamanan ternak konsumsi kepadaMenteri;

g. pemberian rekomendasi penerbitan sertifikat becasPenyakit Hewan suatu wilayah dan unit usahabidang peternakan dan Kesehatan Hewan kepadaMenteri;

h. pemberian rekomendasi pemasukan Hewan, benih,dan bibit ke dalam wilayah Negara KesatuanRepublik Indonesia kepada Menteri;

i. pemberian rekomendasi pemasukan Obat Hewandan bahan pakan asal Hewan ke dalam wilayahNegara Kesatuan Republik Indonesia kepadaMenteri;

j. pemberian rekomendasi persyaratan teknis negaradan unit usaha bidang peternakan dan KesehatanHewan dari negara asal kepada Menteri;

k. pemberian sertifikat Veteriner bagi Hewan yang akandikeluarkan dari wilayah Negara Kesatuan RepublikIndonesia untuk menjadi salah satu dasarpemeriksaan Karantina Hewan di tempatpengeluaran;

1. pemberian tugas kepada Dokter Hewan Berwenanguntuk memproses pemberian sanksi terhadappelanggaran di bidang Kesehatan Hewan;

m. pelaksanaan pengendalian 1alu lintas Hewan; dan

n. penetapan penggunaan Obat Hewan untuk programpengendalian dan penanggulangan Penyakit He',,,,anmenular tertentu.

(2) Pejabat Otoritas Veteriner yang menangani KesehatanMasyarakat Veteriner sebagaimana dimaksud dalamPasal 10 ayat (1) huruf b melakukan pengambilankeputusan teknis tertinggi dalam:

a. pemberian ...

Page 12: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

REPUJintt,',?5|*=r,o-t2-

a. pemberian rekomendasi penetapan zoonosis prioritaskepada Menteri;

b. pelaksanaan pengendalian lalu lintas Produk Hewan;

c. pemberian sertifikat Veteriner bagi Produk Hewanyang akan dikeluarkan dari wilayah NegaraKesatuan Republik Indonesia untuk menjadi salahsatu dasar pemeriksaan Karantina Hewan di tempatpengeluaran;

d. pemberian rekomendasi pemasukan Produk Hewanke dalam wilayah Negara Kesatuan RepublikIndonesia kepada Menteri;

e. pemberian tugas kepada Dokter Hewan Berwenanguntuk memproses pemberian sanksi terhadappelanggaran di bidang Kesehatan MasyarakatVeteriner;

f. pemberian rekomendasi persyaratan teknis negaradan unit usaha Produk Hewan dari negara asalkepada Menteri;

g. penetapan strategi pencegahan penularan zoonosis;dan

h. penetapan penggunaan Obat Hewan, peralatan, danperlakuan Hewan dalam tindakan penerapanKesejahteraan Hewan.

(3) Pejabat Otoritas Veteriner yang menangani KarantinaHewan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1)

huruf c melakukan pengambilan keputusan teknistertinggi dalam:

a. pemberian rekomendasi penetapan jenis mediapembawa hama Penyakit Hewan karantina kepadaMenteri;

b. pemberian rekomendasi penetapan jenis hamaPenyakit Hewan karantina kepada Menteri;

c. pemberian rekomendasi analisis risiko hamaPenyakit Hewan karantina kepada Menteri;

d. pemberian rekomendasi penetapanpemasukan dan pengeluaran HewanMenteri;

tempatkepada

e. pemberian...

Page 13: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

e.

f.

ob.

h.

i.

FRES I DENREPUBLII( INDONESIA

_13_

pemberian rekomendasi penetapan tempat transitkepada Menteri;

pemberian rekomendasi penetapan atau pencabutankawasan karantina kepada Menteri;pemberian rekomendasi penetapan insta_asiKarantina Hewan kepada Menteri;pemberian rekomendasi penetapan persyaratan alatangkut dan kemasan kepada Menteri;pemberian rekomendasi persyaratan KarantinaHewan dan kewajiban tambahan bagi pemasukanHewan, Produk Hewan, dan benda lain yang berasaldari luar negeri, dikirim dari suatu area atau pulauke area atau pulau lainnya, dan yang akandikeluarkan dari dalam wilayah Negara KesatuanRepublik Indonesia kepada Menteri;

J. penetapan tempat pelaksanaan tindakan KarantinaHewan di negara asal, di iuar tempat pemasukan,dan di luar tempat pengeluaran; dan

k. penetapan kebijakan tindakan Karantina Hewanterhadap pemasukan danf atau pengeluaran Hewan,Produk Hewan, dan benda lain yang berasal cariluar negeri, dikirim dari suatu area atau pulau kearea atau pulau lainnya, dan yang akan dikeluarl:andari dalam wilayah Negara Kesatuan RepublikIndonesia.

Pasal 13

otoritas veteriner kementerian sebagaimana dimaksuddalam Pasal t huruf b dan huruf c melaksanakan fungsiotoritas kompeten.

Fungsi otoritas kompeten sebagaimana dimaksud padaayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

(1)

(2)

Bagian ...

#

Page 14: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

(1)

i2)

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

-14-

Bagian Keempat

Otoritas Veteriner Provinsi

Pasal 14

Otoritas Veteriner provinsi sebagaimana dimaksuddalam Pasal 5 huruf c berwenang mengambil keputusantertinggi yang bersifat teknis Kesehatan Hewan diwilayah provinsi.

Keputusan tertinggi sebagaimana dimaksud pada ayat(1) meliputi:

a. penetapan analisis risiko Penyakit Hewan terhadapHewan dan Produk Hewan yang dilalulintaskan dariprovinsi lain;

b. pemberian rekomendasi pemasukan danpengeluaran Hewan, bibit, benih, Produk Hew-an,pakan Hewan, dan Obat Hewan antarprovinsi;

c. penetapan pelaksanaan respon cepat penangananWabah lintas kabupatenlkota dalam wilayahprovinsi;

d. pemberian rekomendasi penetapan status Wabahberdampak sosioekonomi tinggi bagi wilayah prov_nsidan rekomendasi penetapan penutupan daerahakibat Wabah kepada gubernur;

e. pemberian rekomendasi pencabutan status Wabahdan rekomendasi penetapan pencabutan penutupandaerah akibat Wabah dalam satu wilayah prov:nsikepada gubernur;

f. pemberian sertifikat nomor kontrol Veteriner bagiunit usaha Produk Hewan; dan

g. pemberian sertifikat Veteriner pengeluaran Hewandan/atau Produk Hewan dari provinsi.

Pasal 15

Otoritas Veteriner provinsi sebagaimana dimaksuddalam Pasal 14 ayat (1) meliputi suburusan:

(1)

a. Kesehatan ...

Page 15: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

(2)

(3)

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

15-

a. Kesehatan Hewan; dan

b. Kesehatan MasyarakatVeteriner.

Otoritas Veteriner provinsi sebagaimana dimaksud padaayat (1) dipimpin oleh pejabat Otoritas Veteriner prov:nsiyang diangkat dan diberhentikan oleh gubernur.

Ketentuan lebih lanjut mengenai pengangkatan danpemberhentian pejabat Otoritas Veteriner provinsi diaturdengan peraturan gubernur.

Pasal 16

Syarat untuk dapat diangkatVeteriner provinsi sebagaimanaayat (2) sebagai berikut:

a. telah ditetapkan oleh gubernur sebagai Dokter HewanBerwenang; dan

b. menduduki jabatan paling rendah administrator yangmembidangi suburusan Kesehatan Hewan atauKesehatan Masyarakat Veteriner.

Bagian Kelima

Otoritas Veteriner Kabupate n I Kota

Pasal 17

Otoritas Veteriner kabupaten/kota sebagaimanadimaksud dalam Pasal 5 huruf d berwenang mengambilkeputusan tertinggi yang bersifat teknis KesehatanHewan di wilayah kabupaten/kota.

Keputusan tertinggi sebagaimana dimaksud pada ayat(1) meliputi:

a. penetapan analisis risiko Penyakit Hewan terhadapHewan dan Produk Hewan yang dilaluiintaskan darikabupaten/kota lain dalam wilayah provinsi yangsama;

sebagai pejabat Otoritasdimaksud dalam Pasal 15

(1)

(2)

b. pemberian ...

Page 16: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

_ 16_

pemberian rekomendasi pemasukan danpengeluaran Hewan, bibit, benih, Produk Hewan,pakan Hewan, dan Obat Hewan arrtarkabupaten I kota kepada bupati/wali kota;

penetapan pelaksanaan respon cepat penangananWabah dalam wilayah kabupaten/kota;

pemberian rekomendasi penetapan status Wabahberdampak sosioekonomi tinggi bagi wila.rahkabupaten/kota dan rekomendasi penetapanpenutupan daerah akibat Wabah kepadabupati/wali kota;

pemberian rekomendasi pencabutan status Wabahdan rekomendasi penetapan pencabutan penutupandaerah akibat Wabah dalam 1 (satu) wila..rahkabupaten/kota kepada bupati/wali kota; dan

pemberian sertifikat Veteriner pengeluaran Hev.randan/atau Produk Hewan dari kabupaten/kota.

Pasal 18

(1) Otoritas Veteriner kabupaten/kota sebagaimanadimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) meliputi suburusarr:

a. Kesehatan Hewan; dan

b. Kesehatan Masyarakat Veteriner.

Otoritas Veteriner sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dipimpin oleh pejabat Otoritas Veteriner kabupaten/kotayang diangkat dan diberhentikan oleh bupati/wali kota.

Ketentuan lebih lanjut mengenai pengangkatan danpemberhentian pejabat Otoritas Veterinerkabupaten/kota diatur dengan peraturan bupati/walikota.

Pasal 19

Syarat untuk diangkat sebagai pejabat Otoritas Veterinerkabupatenfkota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18ayat (21 sebagai berikut:

b.

c.

d.

e.

(2)

(3)

a. telah ...

f.

Page 17: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-17-

a. telah ditetapkan oleh bupati/wali kota sebagai DokterHewan Berwenang; dan

b. menduduki jabatan paling rendah pengawas yangmembidangi suburusan l(esehatan Hewan atauKesehatan Masyarakat Veteriner.

Bagian Keenam

Dokter Hewan Berwenang

Pasal 20

(1) Kementerian yang menyelenggarakan urusanpemerintahan di bidang Kesehatan Hewan, pemerintahprovinsi, dan pemerintah kabupaten/kota wajibmemiliki Dokter Hewan Berwenang.

(2) Syarat untuk ditetapkan sebagai Dokter HewanBerwenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

sebagai berikut:

a. merupakan Dokter Hewan yang berstatus pegawainegeri sipil; dan

b. bertugas dalam penyelenggaraan Kesehatan Hewanpaling singkat 2 (dua) tahun.

(3) Dokter Hewan Berwenang sebagaimana dimaksud padaayat (1) ditetapkan oleh:

a. Menteri, untuk Dokter Hewan Berwenang padakementerian yang menyelenggarakan urusanpemerintahan di bidang kesehatan hewan;

b. gubernur, untuk Dokter Hewan Berwenang provinsi;dan

c. bupati/wali kota, untuk Dokter Hewan Berwenangkabupaten/kota.

(4) Jumlah Dokter Hewan Berwenang sebagaimanadimaksud pada ayat (3) ditetapkan berdasarkan jenis,beban kerja, dan jangkauan tugas pelayanan dalampenyelenggaraan Kesehatan Hewan di wilayah kerjanya.

Pasal 2l ...

Page 18: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

(1)

(2)

PRES I DENREPUELIK INDONESIA

18-

Pasal 21

Dokter Hewan Berwenang sebagaimana dimaksuddalam Pasal 20 berwenang mengambil keputusan teknisberdasarkan jangkauan tugas pelayanannya dalampenyelenggaraan Kesehatan Hewan.

Keputusan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)meliputi:

a. penentuan ternak ruminansia betina yang tidakproduktif;

b. pelaksanaan uisum et repertum karena adanyaindikasi terjangkitnya Hewan oleh Penyakit Hevranmenular yang membahayakan kesehatan manusia,Hewan, dan/atau lingkungan;

c. pengesahanHewan;

penerapan prinsip Kesejahteraan

d. pengesahan penerapan sistem jaminan keamanandan mutu Produk Hewan;

e. pengesahan penerapan prosedur biosecurity dalarnrangka sertifikasi bebas Penyakit Hewan menulartertentu dan pemberantasan Penyakit Hewanmenular di suatu wilayah;

f. pengesahan status kesehatan satwa liar dalamkonservasi dan rehabilitasi;

g. pengesahan surat keterangan Kesehatan Hewanuntuk status Kesehatan Hewan dan suratketerangan Produk Hewan untuk keamanan ProdukHewan dan media pembawa Penyakit Hewanlainnya;

h. pengesahan hasil pengujian dan pengawasankeamanan pakan;

i. penutupan sementara lokasi usaha di bidangpeternakan dan Kesehatan Hewan apabiladiindikasikan adanya Wabah; dan

j. pemberian ...

Page 19: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

(3)

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

19-

j. pemberian rekomendasi penghentian sementaraproses produksi kepada pejabat Otoritas Veterinersesuai dengan kewenangannya apabila unit usaha dibidang peternakan dan Kesehatan Hewan terdeteksitercemar bahaya biologik, kimiawi, dan/atau fisikyang membahayakan kesehatan atau diindikasikanmelakukan pelanggaran terhadap peraturanperundang-undangan di bidang peternakan danKesehatan Hewan.

Dalam rangka pengambilan keputusan teknissebagaimana dimaksud pada ayat (2ll, Dokter HewanBerwenang memiliki kewenangan untuk memasuki unitusaha guna melakukan inspeksi status KesehatanHewan, Kesejahteraan Hewan, dan keamanan ProdukHewan.

Dalam rangka melakukan inspeksi sebagaimanadimaksud pada ayat (3), Dokter Hewan Berwenangharus didasarkan pada surat penugasan dari:

a. pejabat Otoritas Veteriner kementerian; atau

b. pimpinan perangkat daerah provinsi atau perangkatdaerah kabupaten/kota yang melaksanakan fungsipenyelenggaraan Kesehatan Hewan sesuai dengankewenangannya.

Pasal22

Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksuddalam Pasai 21 Dokter Hewan Berwenang wajib:

a. melaporkan pelaksanaan wewenangnya kepada pejabatOtoritas Veteriner; dan

b. melaksanakan perintah dari pejabat Otoritas Veterineryang merupakan tindak lanjut dari laporansebagaimana dimaksud dalam huruf a.

(4)

Pasal 23

Penetapan sebagai Dokter Hewandimaksud dalam Pasal 20 ayatgubernur, atau bupati/walikewenangannya apabila Dokterbersangkutan:

Berwenang sebagaimana(3) dicabut oleh Menteri,kota sesuai dengan

Hewan Berwenang yang

a. mutasi ...

Page 20: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

q#

a.

b.

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

-20-

mutasi atau alih tugas jabatan dari bidangpenyelenggaraan Kesehatan Hewan;

berhenti atau diberhentikan sebagai pegawai negerisipil; atau

c. melakukan tindak pidana yang ancaman pidananya 5(lima) tahun atau lebih.

Pasal24

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penetapan ataupencabutan sebagai Dokter Hewan Berwenang diaturdengan Peraturan Menteri.

BAB III

SISKESWANAS

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 25

Siskeswanas terdiri atas subsistem:

a. Kesehatan Hewan;

b. Kesehatan Masyarakat Veteriner;

c. Karantina Hewan;

d. penelitian dan pengembangan Kesehatan Hewan;

e. sumber daya Kesehatan Hewan;

f. informasi Kesehatan Hewan; dan

g. peran serta masyarakat.

Subsistem Kesehatan Hewan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf a paling sedikit memuat:a. penyehatan Hewan;

b. pengamatan Penyakit Hewan;

(1)

(2)

c. pencegahan ...

Page 21: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

(3)

PRES I DENREPUBLII( INDONESIA

2t-

c. pencegahan dan pemberantasan Penyakit Hewan;

d. pengamanan Penyakit Hewan; dan

e. pengawasan Obat Hewan.

Subsistem Kesehatan Masyarakat Veterinersebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b palingsedikit memuat:

a. penjaminan higiene sanitasi;

b. pengendalian zoonosis;

c. keamanan Produk Hewan; dan

d. penerapan Kesejahteraan Hewan.

Subsistem Karantina Hewan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf c paling sedikit memuat:

a. persyaratan Karantina Hewan;

b. tindakan Karantina Hewan;

c. kawasan Karantina Hewan;

d. jenis hama Penyakit Hewan karantina;

e. jenis media pembawa hama Penyakit Hewankarantina; dan

f. tempat pemasukan dan pengeluaran.

Subsistem penelitian dan pengembangan KesehatanHewan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf dpaling sedikit memuat inovasi, pengkajian, danpenerapan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidangKesehatan Hewan.

Subsistem sumber daya Kesehatan Hewan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf e paling sedikit memuat:

a. sumber daya manusia;

b. prasarana dan sarana; dan

c. pendanaan.

Subsistem informasi Kesehatan Hewan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf f paling sedikit memuat:

(41

(s)

(6)

(7)

a. status ...

Page 22: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-22-

a. status dan situasi Penyakit Hewan;

b. persyaratan teknis Kesehatan Hewan;

c. pemetaan Penyakit Hewan;

d. kajian epidemiologik;

e. komunikasi risiko; dan

f. pelayanan Kesehatan Hewan.

(8) Subsistem peran serta masyarakat sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf g paling sedikit memuatperan serta masyarakat dalam:

a. pemeliharaan atau perawatan Kesehatan Hewan;

b. pengamatan Penyakit Hewan;

c. pengendalianzoonosis;

d. peningkatan kesehatan lingkungan;e. penerapan Kesejahteraan Hewan;

f. peningkatan kesadaran dalam keamanan produkHewan;

g. pelayanan Kesehatan Hewan;

h. prasarana dan sarana; dani. pengembangan sumber daya manusia Kesehatan

Hewan.

Bagian Kedua

Penyusunan Siske swanas

Pasal 26

(1) Rancangan Siskeswanas disusun oleh pejabat otoritasveteriner nasional dengan mengikutsertakan pejabatOtoritas Veteriner kementerian, pejabat OtoritasVeteriner provinsi, dan pejabat otoritas veterinerkabupaten/kota.

(2) Rancangan siskeswanas sebagaimana dimaksud padaayat (1) disusun sejalan dengan rencana pembangunanjangka menengah nasional.

Pasal 27 ...

Page 23: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

(1)

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

23-

Pasal27

Rancangan Siskeswanas yang telah disusunsebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 disampaikankepada Menteri untuk dilakukan konsultasi publik.

Konsultasi publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)paling sedikit melibatkan:

a. pejabat Otoritas Veteriner kementerian;

b. pejabat Otoritas Veteriner provinsi;

c. pejabat Otoritas Veteriner kabupatenl kota;d. kementerian/lembaga pemerintahan nonkementerian

yang bidang tugasnya terkait dengan bidangpenyelenggaraan Kesehatan Hewan;

e. organisasi profesi kedokteran Hewan; dan

f. perguruan tinggi terkait.

Pasal 28

(1) Rancangan Siskeswanas sebagaimana dimaksud dalamPasal 27 disampaikan oleh Menteri kepada Presidenuntuk ditetapkan.

(21 Siskeswanas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)menjadi acuan bagi Otoritas Veteriner dalampenyelenggaraan Kesehatan Hewan.

(3) Dalam hal Siskeswanas sebagaimana dimaksud padaayat (1) beium ditetapkan, pelaksanaanpenyelenggaraan Kesehatan Hewan oleh OtoritasVeteriner kementerian dilakukan dengan menggunakanrencana strategis kementerian.

(4) Dalam hal Siskeswanas sebagaimana dimaksud padaayat (1) belum ditetapkan, pelaksanaanpenyelenggaraan Kesehatan Hewan oleh OtoritasVeteriner provinsi dilakukan dengan mengacu:

a. pada rencana strategis kementerian sebagaimanadimaksud pada ayat (3); dan

b. menggunakan rencana strategis perangkat daerahprovinsi yang melaksanakan fungsi penyelenggaraanKesehatan Hewan di provinsi.

(2)

(5) Dalam ...

Page 24: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

(1)

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

-24-

(5) Dalam hal Siskeswanas sebagaimana dimaksudpada ayat (1) belum ditetapkan, pelaksanaanpenyelenggaraan Kesehatan Hewan oleh OtoritasVeteriner kabupaten/ kota dilakukan dengan:

a. mengacu pada rencana strategis kementeriansebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan rencanastrategis perangkat daerah provinsi sebagaimanadimaksud pada ayat (4); dan

b. menggunakan rencana strategis perangkat daerahkabupaten/kota yang melaksanakan fungsipenyelenggaraan Kesehatan Hewan dikabupaten/kota.

Pasal 29

Siskeswanas dapat ditinjau kembali setelah 5 (lima)tahun.

Ketentuan mengenai penyusunan rancanganSiskeswanas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27dan Pasal 28 berlaku secara mutatis mutandis terhadappeninj auan kembali Siskeswanas.

Bagian Ketiga

Pelaksanaan Siskeswanas

Pasal 30

Dalam rangka pelaksanaan Siskeswanas, Otoritas Veterinernasional, Otoritas Veteriner kementerian, Otoritas Veterinerprovinsi, dan Otoritas Veteriner kabupaten/kota sesuaidengan kewenangannya melaksanakan koordinasi.

(21

Bagian ...

Page 25: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

REPUJSott,',?Sf;*=.,o-25-

Bagian Keempat

Sistem Informasi Veteriner

Pasal 31

Sistem informasi Veteriner diselenggarakan olehkementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahandi bidang Kesehatan Hewan, kementerian/lembagapemerintah nonkementerian yang bidang tugasnya terkaitdengan bidang Kesehatan Hewan, pemerintah provinsi, danpemerintah kabupaten / kota.

Pasal 32

(1) Sistem informasi Veteriner sebagaimana dimaksuddalam Pasal 31 merupakan sistem informasi yangterintegrasi antara sistem informasi bidang tugasnyayang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidangKesehatan Hewan, kementerian/lembaga pemerintahnonkementerian yang bidang tugasnya terkait denganKesehatan Hewan, pemerintah provinsi, dan pemerintahkabupaten/kota.

(2) Sistem informasi Veteriner sebagaimana dimaksud padaayat (1) diintegrasikan oleh Menteri.

(3) Dalam mengintegrasikan sistem informasi Veterinersebagaimana dimaksud pada ayat (2),menteri/pimpinan lembaga pemerintah nonkementerianyang bidang tugasnya terkait dengan Kesehatan Hewanwajib memberikan akses data dan informasi terkaitpenyelenggaraan Kesehatan Hewan kepada Menterisesuai dengan permintaan.

(4) Sistem informasi Veteriner sebagaimana dimaksud padaayat (1) paling sedikit memuat informasi mengenai:

a. pengendalian dan penanggulangan Penyakit Hewan;

b. Kesehatan Masyarakat Veteriner;

c. Kesejahteraan Hewan;

d. pelaporan Penyakit Hewan;

e. jumlah dan jenis Hewan, Produk Hewan, dan mediapembawa Penyakit Hewan lainnya yang dimasukkanke atau dikeluarkan dari wilayah Negara KesatuanRepublik Indonesia;

f. jumlah ...

Page 26: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

26-

f. jumlah dan jenis Hewan, Produk Hewan, dan mediapembawa Penyakit Hewan lainnya yang dimasukkanke atau dikeluarkan dari 1 (satu) pulau ke pulaulain dalam wilayah Negara Kesatuan RepublikIndonesia;

g. kompetensi di bidang Kesehatan Hewan;

h. ketersediaan dan kebutuhan Tenaga KesehatanHewan;

i. pengembangan Tenaga Kesehatan Hewan;

j. penempatan Tenaga Kesehatan Hewan;

k. lembaga pendidikan dan pelatihan KesehatanHewan; dan

1. prasarana dan sarana Kesehatan Hewan.

Pasal 33

Informasi Veteriner sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32ayat (4) harus dapat diakses oleh Setiap Orang.

Pasal 34

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengumpulandata, pengolahan data, dan penyajian informasi Veterinerdiatur dengan Peraturan Menteri.

BAB IV

TENAGA KESEHATAN HEWAN

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 35

(1) Untuk memenuhi kebutuhan Tenaga Kesehatan Hewan,Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah mengaturpenyediaan dan penempatan Tenaga Kesehatan Hewandi seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesiasesuai dengan kebutuhan.

(2) Tenaga ...

{D

Page 27: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-27 -

(21 Tenaga Kesehatan Hewan terdiri atas tenaga MedikVeteriner, sarjana kedokteran Hewan, dan tenagaparamedik Veteriner.

Tenaga Medik Veteriner sebagaimana dimaksud padaayat (2) terdiri atas Dokter Hewan dan Dokter Hewanspesialis.

Tenaga paramedik Veteriner sebagaimana dimaksudpada ayat (21 paling sedikit terdiri atas tenaga yangmemiliki kompetensi teknis di bidang:

Kesehatan Hewan;

Kesehatan Hewan akuatik;

kesehatan satwa liar;perawatan Hewan;

farmasi Veteriner;

higiene pangan;

g. laboratorium Veteriner;

h. reproduksi Veteriner;

i. anestesi;

j. radiologi;

k. pemeriksaan daging dan susu;

1. biologi molekuler;

m. Kesejahteraan Hewan; dan

n. Karantina Hewan.

Kompetensi tenaga paramedik Veteriner sebagaimanadimaksud pada ayat (4) dapat diubah sesuai denganperkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Perubahan kompetensi tenaga paramedik Veterinersebagaimana dimaksud pada ayat (5) ditetapkan olehMenteri.

(3)

(4)

(s)

(6)

a.

b.

c.

d.

e.

f.

Pasal 36

Penyediaan tenaga Medikkedokteran Hewan dilakukantinggi kedokteran Hewan.

Veteriner dan sarjanaoleh lembaga pendidikan

(1)

(2) Penyediaan ...

Page 28: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

(2)

(3)

(4)

(s)

PRES I DENREPU".

i ;!:oNEsrA

Penyediaan tenaga paramedik Veteriner dapatdilakukan oleh lembaga pendidikan di bidangKesehatan Hewan.

Lembaga pendidikan di bidang Kesehatan Hewansebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus memilikikarakter pendidikan kedokteran Hewan.

Lembaga pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dan ayat (2) dapat diselenggarakan oleh PemerintahPusat, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.

Penyelenggaraan pendidikan di bidang KesehatanHewan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

Bagian Kedua

Penyediaan

Paragraf 1

Perencanaan

Pasal 37

(1) Perencanaan Tenaga Kesehatan Hewan ditetapkan oleh:

a. Menteri, untuk rencana Tenaga Kesehatan Hewan;

b. menteri yang menyelenggarakan urusanrencanapemerintahan di bidang perikanan, untuk

Tenaga Kesehatan Hewan akuatik;c. menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang konservasi sumber dayaalam hayati dan ekosistemnya, untuk rencanaTenaga Kesehatan Hewan yang merupakan satwaliar;

d. gubernur, untuk rencana Tenaga Kesehatan Hewanprovinsi; dan

e. bupati/wali kota, untuk rencana Tenaga KesehatanHewan kabupaten/kota.

(2) Perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)meliputi:

a. rencana ...

Page 29: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

-29-

a. rencana Tenaga Kesehatan Hewan jangka panjanguntuk periode 20 (dua puluh) tahun;

b. rencana Tenaga Kesehatan Hewan jangka menengahuntuk periode 5 (lima) tahun; dan

c. rencana Tenaga Kesehatan Hewan tahunan untukperiode 1 (satu) tahun.

(3) Rencana Tenaga Kesehatan Hewan sebagaimana

, dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat:

a. peta penyebaran Tenaga Kesehatan Hewan;

b. kebutuhan Tenaga Kesehatan Hewan;

c. program pengembangan Tenaga Kesehatan Hewan;dan

d. peluang kerja bagi Tenaga Kesehatan Hewan baik didalam negeri maupun di luar negeri.

Pasal 38

(1) Pen5rusunan rencana Tenaga Kesehatan Hewansebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1)

dilakukan melalui tahap:

a. inventarisasi;

b. penyiapan rencana; dan

c. penetapan.rencana.

Inventarisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf a dilaksanakan untuk memperoleh data daninformasi mengenai peta penyebaran dan kebutuhanTenaga Kesehatan Hewan.

Data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat(2) digunakan sebagai bahan penyusunan rancanganrencana Tenaga Kesehatan Hewan.

Pasal 39

Dalam men5rusun rencana Tenaga Kesehatan Hewan harusmempertimbangkan:

(2)

(3)

a. kemajuan ...

Page 30: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

a.

b.

c.

PRES I DENREPU"T

i J;"_oNEsrA

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi;peraturan perundang-undangan; dankebutuhan Tenaga Kesehatan Hewan.

Pasal 40

(1) Perencanaan Tenaga Kesehatan Hewan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) huruf a disusun olehOtoritas Veteriner kementerian yang menyelenggarakanurusan pemerintahan di bidang kesehatan hewanbersama kementerian/lembaga pemerintahnonkementerian yang bidang tugasnya terkait.

(2) Perencanaan Tenaga Kesehatan Hewan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dikoordinasikan denganOtoritas Veteriner provinsi dan Otoritas Veterinerkabupatenlkota.

Pasal 41

Perencanaan Tenaga Kesehatan Hewan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 40 tidak teimasuk perencanaansumber daya manusia Kesehatan Hewan aparaturKepolisian Negara Republik Indonesia dan Tentara NasionalIndonesia.

Pasal 42

Perencanaan Tenaga Kesehatan Hewan nasionalsebagaimana dimaksud dalam Pasai 40 ayat (1) menjadipedoman dalam penyusunan rencana formasi TenagaKesehatan Hewan provinsi dan kabupaten/kota.Perencanaan Tenaga Kesehatan Hewan provinsisebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi pedomandalam penyusunan rencana formasi Tenaga KesehatanHewan kabupaten/kota.

(1)

(2)

Paragraf 2 ...

Page 31: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

(1)

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-31 -

Paragraf 2

Pengadaan

Pasal 43

Kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahandi bidang Kesehatan Hewan, kementerian/lembagapemerintah non kementerian yang bidang tugasnya terkaitdengan Kesehatan Hewan, pemerintah provinsi, danpemerintah kabupaten/kota wajib memiliki TenagaKesehatan Hewan yang sesuai dengan bidang tugasnya.

Pasal 44

Tenaga Kesehatan Hewan pada usaha pelayananKesehatan Hewan dan usaha di bidang KesehatanHewan yang diselenggarakan oleh orang perseorangandan/atau badan hukum, pengadaannya dilakukan olehorang perseorangan dan/atau badan hukum.Tenaga Kesehatan Hewan sebagaimana dimaksud padaayat (1) wajib sesuai dengan kompetensinya.

Pasal 45

Pengadaan Tenaga Kesehatan Hewan pada kementerianyang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidangKesehatan Hewan, kementerian/lembaga pemerintahnonkementerian yang bidang tugasnya terkait denganKesehatan Hewan, pemerintah provinsi, dan pemerintahkabupate n I kota dilakukan :

a. dengan mengacu pada perencanaan Tenaga KesehatanHewan; dan

b. sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2)

Paragraf3...

Page 32: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

-32-

Paragraf 3

Pengembangan

Pasal 46

(1) Pengembangan Tenaga Kesehatan Hewan dilakukanuntuk meningkatkan kompetensi kerja TenagaKesehatan Hewan.

(2) Pengembangan Tenaga Kesehatan Hewan sebagaimanadimaksud pada ayat (i) dilaksanakan dengan cara:'a. pendidikan dan pelatihan;

b. penyuluhan; dan/atau

c. pengembanganlainnya.

Pasal 47

(1) Pendidikan dan pelatihan Tenaga Kesehatan Hewansebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (2) huruf amerupakan satu kesatuan dalam sistem pendidikannasional dan pembinaannya dilakukan bersama olehMenteri dan menteri yang menyelenggarakan urusanpemerintahan di bidang pendidikan.

(2) Pendidikan dan pelatihan Tenaga Kesehatan Hewansebagaimana dimaksud pada ayat (1) berbasiskompetensi kerja di bidang Kesehatan Hewan.

(3) Jenis kompetensi kerja sebagaimana dimaksud padaayat (2) ditetapkan oleh Menteri.

(4) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan TenagaKesehatan Hewan dilakukan secara terpadu antarakementerian, pemerintah provinsi, pemerintahkabupaten/kota, dan masyarakat.

(5) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan TenagaKesehatan Hewan secara terpadu sebagaimanadimaksud pada ayat (4) dilaksanakan berdasarkankriteria yang ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 48 ...

{D

Page 33: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

REPUJin=t,',?Sf;*r=,o-33-

Pasal 48

Tenaga Kesehatan Hewan wajib meningkatkan kompetensikerja di bidang Kesehatan Hewan sesuai dengan jeniskompetensi kerja yang ditetapkan untuk jabatan ataupekerjaan di bidang Kesehatan Hewan.

Pasal 49

(1) Kementerian, pemerintahkabupaten/kota, danmenyelenggarakan pendidikanHewan.

(2) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan KesehatanHewan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajibmemiliki izin sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

Pasal 50

Menteri, gubernur, bupati/wali kota, dan badan usaha dibidang Kesehatan Hewan memberikan penyuluhansebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (2) huruf bsecara berkala kepada Tenaga Kesehatan Hewan yang bukanpegawai negeri sipil, peternak, dan pelaku usaha di bidangpeternakan dan Kesehatan Hewan.

Pasal 51

Pengembangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal46 ayat (2) huruf c dapat berupa pemagangan, bimbinganteknis, lokakarya, dan seminar.

provinsi, pemerintahmasyarakat dapat

dan pelatihan Kesehatan

Pasal 52

Ketentuan lebih lanjut mengenaipengembangan Tenaga KesehatanPeraturan Menteri.

syarat dan tata caraHewan diatur dengan

Bagian ...

{,D

Page 34: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-34-

Bagian Ketiga

Penempatan

Pasal 53

Menteri, menteri/pimpinan lembaga pemerintahnonkementerian yang bidang tugasnya terkait denganKesehatan Hewan, gubernur, dan bupati/wali kota wajibmenempatkan Tenaga Kesehatan Hewan sesuai dengankebutuhan dan kompetensinya.

Bagian Keempat

Tenaga Asing Kesehatan Hewan

Pasal 54

Penggunaan tenaga asing Kesehatan Hewan hanyadapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan DokterHewan spesialis.

Penggunaan tenaga asing sebagaimana dimaksud padaayat (1) dilakukan berdasarkan ketentuan peraturanperundang-undangan di bidang ketenagakerjaan.

Pasal 55

Dokter Hewan spesialis sebagaimana dimaksud dalamPasal 54 ayat (1) hanya dapat melakukan PelayananJasa Medik Veteriner berdasarkan perjanjian bilateralatau multilateral antara negara Indonesia dan negaraatau lembaga internasional sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

Pelayanan Jasa Medik Veteriner sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dapat dilakukan oleh Dokter Hewanspesialis yang memenuhi persyaratan:

a. mampu berbahasa Indonesia dengan lancar secaralisan dan tulisan;

(1)

(2)

(1)

(2)

b. memiliki ...

Page 35: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

(3)

(4)

(s)

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

35-

b. memiliki sertifikat kompetensi sebagai DokterHewan spesialis dari negara asalnya;

c. memiliki surat izin praktik dari negara asal;

d. tidak memiliki masalah etika profesi danpelanggaran hukum di negara asal yang dibuktikandengan surat keterangan tertulis dari pejabatOtoritas Veteriner nasional negara asal;

e. memiliki kartu anggota dari organisasi profesiDokter Hewan dari negara asal;

f. terdaftar pada organisasi profesi kedokteran Hewandi Indonesia;

g. bermitra dengan Dokter Hewan Indonesia;

h. memiliki sertifikat kompetensi di bidang PenyakitHewan tropik di Indonesia;

i. memenuhi standar kompetensi yang sama denganDokter Hewan spesialis Indonesia sesuai denganjenis pelayanan yang diberikan; dan

j. bersedia mengikuti ketentuan peraturanperundang-undangan.

Dokter Hewan spesialis yang memenuhi persyaratansebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat {2)diberikan izin praktik untuk melakukan Pelayanan JasaMedik Veteriner di Indonesia.

Izin praktik sebagaimana dimaksud pada ayat (3)diberikan oleh bupati/wali kota setelah mendapatrekomendasi dari organisasi profesi kedokteran Hewan.

Dalam melakukan Pelayanan Jasa Medik VeterinerDokter Hewan spesialis sebagaimana dimaksud padaayat (1) wajib mematuhi ketentuan peraturanperundang-undangan dan etika profesi.

BAB V...

Page 36: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

(1)

(2)

PFIES IDENREPUBLIK INDONESIA

-36-

BAB V

PELAYANAN KESEHATAN HEWAN

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 56

Pelayanan Kesehatan Hewan meliputi pelayanan jasalaboratorium Veteriner, pelayanan jasa laboratoriumpemeriksaan dan pengujian Veteriner, Pelayanan JasaMedik Veteriner, dan pelayanan jasa di pusat KesehatanHewan atau pos Kesehatan Hewan.

Pelayanan Kesehatan Hewan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dikelompokkan ke dalam pelayanan:

a. jasa laboratorium; dan

b. jasa Medik Veteriner.

Pasal 57

Pelayanan Kesehatan Hewan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 56 dapat dilakukan oleh kementerian,pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, orangperseorangan, atau badan hukum.

Pada setiap kabupaten/kota wajib tersedia pelayananjasa laboratorium dan jasa Medik Veteriner.

Bagian Kedua

Pelayanan Jasa Laboratorium

Pasal 58

(1) Pelayanan jasa laboratorium sebagaimana dimaksuddalam Pasal 56 ayat (2) huruf a meliputi pelayanan:

(1)

(2)

a. jasa ...

Page 37: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

-37 -

a. jasa diagnostik;

b. jasa pengujian kesehatan benih, keamanan danmutu Produk Hewan, keamanan dan mutu ObatHewan, keamanan pakan, dan status keamananmedia pembawa Penyakit Hewan lainnya; dan

c. penelitian dan pengembangan.

(21 Pelayanan jasa laboratorium sebagaimana dimaksudpada ayat (1) harus dipimpin oleh Dokter Hewan.

Pasal 59

(1) Pelayanan jasa laboratorium hanya dapat dilakukanoleh laboratorium yang terakreditasi sesuai denganruang lingkup pengujian berdasarkan peraturanperundang-undangan.

(2) Dalam hal laboratorium yang terakreditasi sebagaimanadimaksud pada ayat (1) belum ada, Menteri menetapkanlaboratorium yang memiliki kemampuan pemeriksaandan pengujian laboratorium tertentu untuk wilayahregional.

Pasal 60

Laboratorium terakreditasi sebagaimana dimaksuddalam Pasal 59 ayat (1) dapat ditetapkan sebagailaboratorium rujukan oleh Menteri.

Laboratorium rujukan sebagaimana dimaksud padaayat (1) selain memberikan pelayanan jasalaboratorium, juga melaksanakan fungsi:

a. pengukuran kemampuan laboratorium lain;

b. pemagangan bagi sumber daya manusialaboratorium lain;

c. pengembangan teknik dan metode diagnosa dan ujilaboratorium;

(1)

(2)

d. peneguhan...

Page 38: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-38-

peneguhan diagnosis hasildan/atau

uji Penyakit Hewan;

e. peneguhan hasil uji bahaya biologik, kimiawi, danfisik pada Produk Hewan.

Pasal 61

Pemberian pelayanan jasa laboratorium sebagaimanadimaksud dalam Pasal 60 yang dilakukan oleh SetiapOrang wajib memiliki izin usaha dari bupati/wali kota.

Izin usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)diberikan berdasarkan rekomendasi dari pejabatOtoritas Veteriner kabupaten / kota.

Pasal 62

Pelayanan jasa laboratorium diagnostik sebagaimanadimaksud dalam Pasal 58 ayat (1) huruf a dilakukanuntuk menentukan status Kesehatan Hewan.

Hasil pelayanan jasa laboratorium diagnostiksebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipergunakanoleh Dokter Hewan untuk melakukan tindakanlanjutan.

Pasal 63

Pelayanan jasa pengujian kesehatan benih, keamanan danmutu Produk Hewan, keamanan dan mutu Obat Hewan,keamanan pakan, dan status keamanan media pembawaPenyakit Hewan lainnya sebagaimana dimaksud da_lamPasal 58 ayat (1) huruf b dilakukan untuk menentukanstatus kesehatan benih, keamanan dan mutu produkHewan, keamanan dan mutu Obat Hewan, keamananpakan, dan status keamanan media pembawa penyakitHewan lainnya.

d.

(1)

(2)

(1)

(2)

Pasal 64 ...

Page 39: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

(1)

(21

PRES I DENREPU"'i

J;:oNESrA

Pasal 64

Apabila dalam pelayanan jasa laboratoriumsebagaimana dimaksud dalam pasal 62 ayat (1)ditemukan agen Penyakit Hewan menular, penanggungjawab laboratorium wajib melaporkan kepada pejabatOtoritas Veteriner kabupaten/ kota.

Dalam hal agen Penyakit Hewan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) mengindikasikan terjadinyaWabah, laporan wajib disampaikan dalam waktu palinglama I x 24 (satu kali dua puluh empat) jam sejakindikasi Wabah diketahui.Pejabat Otoritas Veteriner kabupaten/kotasebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajibmenindaklanjuti laporan sebagaimana dimaksud padaayat (1) dan ayat(2) dengan:

a. memberikan rekomendasi kepada bupati/wali kotauntuk melaporkan terjadinya Wabah kepadagubernur dan Menteri; dan

b. melakukan pengendalian dan penanggulanganPenyakit Hewan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

Dalam hal laboratorium sebagaimana dimaksud padaayat (1) merupakan laboratorium provinsi, penanggungjawab laboratorium wajib melaporkan kepada pejabatOtoritas Veteriner provinsi dengan tembusandisampaikan kepada pejabat Otoritas Veterinernasional dan pejabat Otoritas Veterinerkabupaten/ kota yang bersangkutan.

Dalam hal laboratorium sebagaimana dimaksud padaayat (1) merupakan laboratorium kementerian,penanggung jawab laboratorium wajib melaporkankepada pejabat Otoritas Veteriner nasional dengantembusan disampaikan kepada pejabat OtoritasVeteriner provinsi dan pejabat Otoritas Veterinerkabupaten/ kota setempat.

(3)

(4)

(s)

Pasal 65 ...

#

Page 40: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

_40_

Pasal 65

(1) Penelitian dan pengembangan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 58 ayat (1) huruf c dilakukan olehlaboratorium untuk:a. penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi di bidang Kesehatan Hewan;

b. pengkajian dan penerapan teknologi di bidangKesehatan Hewan;

c. pengembangan industri di bidang KesehatanHewan; dan

d. pengembangan biosafety dan biosecurity dalamrangka keamanan dan pertahanan negara.

(2) Penelitian dan pengembangan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) yang berkaitan dengan Penyakit Hewanmenular eksotik dapat dilakukan setelahmemberitahukan terlebih dahulu kepada Menteri.

Pasal 66

Hasil penelitian dan pengembangan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 65 wajib diberitahukan kepadaMenteri.

Dalam hal hasil penelitian dan pengembangansebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang berkaitandengan Penyakit Hewan menular eksotik yangberpotensi memiliki dampak sosioekonomi tinggi wajibdisampaikan terlebih dahulu kepada Menteri untukmemperoleh persetujuan sebelum digunakan dan/ataudipublikasikan.

Pemberian persetujuan oleh Menteri sebagaimanadimaksud pada ayat (2) dilakukan setelah memperolehrekomendasi dari pejabat Otoritas Veteriner nasional.

Pasal 67

Ketentuan lebih lanjut mengenai pelayanan jasalaboratorium sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58sampai dengan Pasal 66 diatur dengan Peraturan Menteri.

(1)

(2t

(3)

Bagian ...

Page 41: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-41 -

Bagian Ketiga

Pelayanan Jasa Medik Veteriner

Pasal 68

(1) Pelayanan jasa Medik Veteriner sebagaimanadimaksud daiam Pasal 56 ayat (2) huruf b meliputi:

a. pemberian diagnosis dan prognosis PenyakitHewan;

b. tindakan transaksi terapetik; dan

c. konsultasi Kesehatan Hewan dan pendidikan klienatau masyarakat mengenai Kesehatan Hewan danlingkungan.

(2) Pelayanan jasa Medik Veteriner sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan terhadapHewan terestrial, satwa liar, dan Hewan akuatik,termasuk produknya.

(3) Pelayanan jasa Medik Veteriner sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan ataspermintaan klien atau menindaklanjuti keputusanPemerintah Pusat dan/atau pemerintah daerah yangberkaitan dengan pengendalian dan penanggulanganPenyakit Hewan dan/atau Kesehatan MasyarakatVeteriner.

(4) Tindak lanjut Pelayanan Jasa Medik Veteriner dapatberupa:

a. konfirmasi kepada unit pelayanan KesehatanHewan rujukan jika diperlukan; dan

b. penyampaian data Penyakit Hewan kepada pejabatOtoritas Veteriner setempat.

Pasal 69 ...

Page 42: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

(1)

(2)

(1)

(2)

(3)

PRES I DENREPIJBLIK INDONESIA

_42_

Pasal 69

Dalam hal Pelayanan Jasa Medik Veterinersebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ditemukanhasil diagnosis Penyakit Hewan Menular Strategis yangmengindikasikan Wabah dan/atau Penyakit Hewanmenular eksotik, petugas Pelayanan Jasa MedikVeteriner wajib melaporkan kepada pejabat OtoritasVeteriner kabupaten/kota dalam waktu palinglama I x 24 (satu kali dua puluh empat) jam sejakindikasi ditemukan.

Pejabat Otoritas Veteriner kabupaten/kota wajibmenindaklanjuti laporan sebagaimana dimaksud padaayat (1) dengan:

a. memberikan rekomendasi kepada bupati/wali kotauntuk melaporkan terjadinya Wabah dan/atauPenyakit Hewan menular eksotik kepada gubernurdan Menteri; dan

b. melakukan pengendalian dan penanggulanganPenyakit Hewan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

Pasal 70

Pelayanan jasa Medik Veteriner sebagaimanadimaksud dalam Pasal 68 ayat (1) diiakukan pada unitpelayanan Kesehatan Hewan.

Unit pelayanan Kesehatan Hewan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) terdiri atas tempat praktikDokter Hewan mandiri, ambulatori, klinik Hewan,pusat Kesehatan Hewan, rumah sakit Hewan, danrumah potong Hewan.

Ambulatori sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapatberupa pelayanan klinik Hewan keliling dan/ataupelayanan j asa laboratorium.

Pasal 71 ...

Page 43: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

-43-

Pasal 71

(1) Ambulatori, klinik Hewan, pusat Kesehatan Hewan,rumah sakit Hewan, dan rumah potong Hewan yangdiselenggarakan oleh Setiap Orang wajib memiliki izinusaha dari bupati/wali kota.

(2) Ambulatori sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yangterintegrasi dengan unit pelayanan Kesehatan Hewan,klinik Hewan, pusat Kesehatan Hewan, rumah sakitHewan, dan rumah potong Hewan tidak memerlukanizin usaha dari bupati/wali kota.

Pasal72

(1) Pelayanan Jasa Medik Veteriner sebagaimanadimaksud dalam Pasal 68 ayat (1) dilakukan olehDokter Hewan spesialis, Dokter Hewan, sarjanakedokteran Hewan, dan tenaga paramedik Veteriner.

(21 Pelayanan Jasa Medik Veteriner yang dilakukan olehsarjana kedokteran Hewan dan tenaga paramedikVeteriner sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanyadapat dilakukan untuk tindakan yang bersifatnonparenteral.

(3) Dalam hal sarjana kedokteran Hewan dan tenagaparamedik Veteriner melakukan tindakan MedikVeteriner selain tindakan sebagaimana dimaksud padaayat (2), wajib di bawah penyeliaan Dokter Hewan.

Pasal 73

Dokter Hewan dan Dokter Hewan spesialis yangmelakukan Pelayanan Jasa Medik Veteriner wajibmemiliki izin praktik pelayanan Kesehatan Hewan daribupati/wali kota.

Untuk mendapatkan izin praktik sebagaimanadimaksud pada ayat (1) Dokter Hewan dan DokterHewan spesialis mengajukan surat permohonankepada bupati/waii kota.

(1)

(2)

(3) Izin ...

q,D

Page 44: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

-44-

(3) lzin praktik sebagaimana dimaksud pada ayat (2)diberikan berdasarkan rekomendasi dari pejabatOtoritas Veteriner kabupaten/ kota.

Pasal T4

Terhadap tenaga Kesehatan Hewan yang bertugas padakementerian yang menyelenggarakan urusanpemerintahan di bidang Kesehatan Hewan,kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian yangbidang tugasnya terkait dengan Kesehatan Hewan,pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kotayang melaksanakan tugas pelayanan Jasa MedikVeteriner, keputusan mengenai penugasan pelayanan JasaMedik veteriner disamakan sebagai izin praktik pelayananJasa Medik Veteriner.

Pasal 75

Ketentuan lebih lanjut mengenai pelayanan Jasa Medikveteriner sebagaimana dimaksud dalam pasar 68 sampaidengan Pasal 74 diatur dengan Peraturan Menteri.

BAB VI

PRAKTIK KEDOKTERAN HEWAN

Pasal 76

otoritas veteriner bersama dengan organisasi profesikedokteran Hewan melakukan pembinaan ataspelaksanaan praktik kedokteran Hewan di seluruh wilayahNegara Kesatuan Republik Indonesia.

Pasal 77

Pembinaan sebagaimana dimaksud dalarn pasal Z6meliputi penyusunan pedoman, pengawasan, dan evaluasiterhadap pedorlran praktik kedokteran Hewan.

Pasal 78 ...

Page 45: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

(1)

(2)

(3)

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

_45_

Pasal 78

Pedoman praktik kedokteran Hewan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 77 disusun oleh otoritas Veterinernasional bersama organisasi profesi kedokteran Hewan.

Pasal 79

Pengawasan terhadap praktik kedokteran Hewansebagaimana dimaksud dalam pasal TT dilak:ukan olehotoritas veteriner dan organisasi profesi kedokteranHewan.

Otoritas Veteriner melakukan pengawasan terhadapkegiatan praktik kedokteran Hewan sesuai denganpedoman praktik.kedokteran Hewan.

Organisasi profesi kedokteran Hewan melakukanpengawasan atas mutu pelayanan medik yangdiberikan oleh Tenaga Kesehatan Hewan sesuaidengan pedoman praktik kedokteran Hewan.

Pasal 80

Evaluasi sebagaimana dimaksud dalam pasal TTdilakukan terhadap pedoman praktik kedokteranHewan.

Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan bersama oleh otoritas Veteriner nasionaldan organisasi profesi kedokteran Hewan setiap tahun.

Pasal 81

Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan pedoman,pengawasan, dan evaluasi terhadap pedoman praktikkedokteran hewan sebagaimana dimaksud daram pasar 77diatur dengan Peraturan Menteri.

(1)

(2)

BAB VII ...

Page 46: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

(1)

(21

(1)

(2)

(1)

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

_46_

BAB VII

SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 82

Setiap Orang yang melakukan pelayanan jasalaboratorium yang tidak memiliki izin usaha daribupati/wali kota sebagaimana dimaksud dalamPasal 61 ayat (1) dikenai sanksi administratif.Setiap Orang yang melakukan usaha ambulatori,klinik Hewan, pusat Kesehatan Hewan, rumah sakitHewan, atau rumah potong Hewan yang tidak memilikiizir. usaha dari bupati/wali kota sebagaimanadimaksud dalam Pasal 71 ayat (1) dikenai sanksiadministratif.

Pasal 83

Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalamPasal 82 berupa:

a. peringatan tertulis; dan/ataub. penutupan pelayanan.

Sanksi administratif sebagaimana dimaksud padaayat (1) diberikan oleh bupati/wali kota berdasarkanrekomendasi dari Otoritas Veteriner kabupaten/kota.

Pasal 84

Sanksi administratif berupa peringatan tertulissebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 ayat (1)huruf a diberikan sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turutdengan jangka waktu masing-masing 10 (sepuluh) harikerja.

(2) Apabila ...

Page 47: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

(1)

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

-47-

(21 Apabila setelah diberikan peringatan tertulissebagaimana dimaksud pada ayat (1) Setiap Orangsebagaimana dimaksud dalam Pasal 82 tidak mulaimengajukan permohonan izin usaha dari bupati/walikota, diberikan sanksi administratif berupapenutupan pelayanan.

Pasal 85

Dokter Hewan spesialis yang melakukan pelanggaranterhadap ketentuan peraturan perundang-undangandan/atau etika profesi sebagaimana dimaksud dalamPasal 55 ayat (5) diberikan sanksi administratifberupa pencabutan izin praktik.

Pemberian sanksi administratif sebagaimanadimaksud pada ayat (1) tidak menghilangkanpemberian sanksi sebagaimana diatur dalamperaturan perundang-undangan diketenagakerj aan dan keimigrasian.

bidang

Pasal 86

Penanggung jawab usaha jasa laboratorium yang tidakmelaporkan ditemukannya indikasi Wabah kepadapejabat Otoritas Veteriner kabupaten/kota dalam jangkawaktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 ayat (2)

diberikan sanksi administratif berupa pencabutan izinusaha.

Pasal 87

Petugas Pelayanan Jasa Medik Veteriner yang tidakmelaporkan hasil diagnosis Penyakit Hewan MenularStrategis yang mengindikasikan Wabah dan/atauPenyakit Hewan menular eksotik kepada pejabat OtoritasVeteriner kabupatenlkota dalam jangka waktusebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) diberikansanksi administratif berupa:

(2)

a. sanksi...

#

Page 48: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

-48-

a. sanksi kepegawaian dan pencabutan keputusanmengenai penugasan Pelayanan Jasa Medik Veterinerbagi petugas yang merupakan Tenaga KesehatanHewan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74; atau

b. pencabutan izin praktik bagi petugas yang bukanmerupakan Tenaga Kesehatan Hewan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 74.

BAB VIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 88

Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku:

Dalam hal di suatu wilayah kabupaten/kota belumterdapat Dokter Hewan yang berstatus sebagaipegawai negeri sipil untuk ditetapkan sebagai DokterHewan Berwenang, bupati/wali kota sesuai dengankewenangannya dapat menetapkan:

1. Dokter Hewan yang tidak berstatus sebagaipegawai negeri sipil sebagai Dokter HewanBerwenang untuk jangka waktu palinglama 3 (tiga) tahun sejak berlakunya PeraturanPemerintah ini; atau

2. Dokter Hewan Berwenang dari dan melaluikoordinasi dengan pemerintah daerah lain yangberdekatan atau instansi Pemerintah Pusatlainnya.

Apabila wilayah kabupaten/kota sebagaimanadimaksud pada huruf a merupakan daerah otonombaru, jangka waktu 3 (tiga) tahun dihitung sejakdilantiknya kepala daerah untuk yang pertama kali.

Pasal 89

Peraturan Pemerintah ini mulai beriaku pada tanggaldiundangkan.

a.

b.

Agar...

Page 49: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

PRES IDENREPUELII< INDONESIA

-49-

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Peraturan Pemerintah ini denganpenempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 20 Januan 2Ol7

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

JOKO WIDODO

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 20 Januari 2Ol7

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

YASONNA H. LAOLY

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2OI7 NOMOR 20

Salinan sesuai dengan aslinYaKEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI

ukum dan Perundang-undangan,

ilvanna Djaman

islxn Deputi Bidang Perekonomian,

Page 50: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 3 TAHUN 2OI7

TENTANG

OTORITAS VETERINER

I. UMUM

Penyelenggaraan Kesehatan Hewan di seluruh wilayah NegaraKesatuan Republik Indonesia merupakan hai yang harus dilakukan olehPemerintah Pusat dan pemerintah daerah. Dalam penyelenggaraanKesehatan Hewan, Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah berkewajibanmeningkatkan penguatan tugas, fungsi, dan wewenang Otoritas Veterinersebagai kelembagaan yang berwenang mengambil keputusan tertinggi yangbersifat teknis Kesehatan Hewan. Otoritas Veteriner bertugas menyiapkanrumusan dan melaksanakan kebijakan dalam penyelenggaraan KesehatanHewan dengan mengacu pada Siskeswanas yang ditetapkan oleh Presiden.

Otoritas Veteriner terdiri atas Otoritas Veteriner nasional, OtoritasVeteriner kementerian, Otoritas Veteriner provinsi, dan Otoritas Veterinerkabupaten/kota, masing-masing dipimpin oleh pejabat Otoritas Veteriner.Pejabat Otoritas Veteriner harus Dokter Hewan Berwenang dan memenuhisyarat-syarat tertentu. Sedangkan Dokter Hewan Berwenang harusberstatus sebagai pegawai negeri sipil dan memenuhi syarat-syarattertentu.

Kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidangKesehatan Hewan, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kotawajib memiliki Dokter Hewan Berwenang.

Pejabat...

Page 51: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

R E P u JrTnt t,'*ootf;

* r' o-2-

Pejabat Otoritas Veteriner nasional diangkat oleh Menteri. PejabatOtoritas Veteriner nasional mengoordinasikan pejabat Otoritas Veterinerkementerian, pejabat Otoritas Veteriner provinsi, dan pejabat OtoritasVeteriner kabupaten/kota dalam pengambilan keputusan tertinggi yangbersifat teknis Kesehatan Hewan. Pejabat Otoritas Veteriner nasionalbertindak sebagai wakil Pemerintah Republik Indonesia dalampenyelenggaraan Kesehatan Hewan dunia.

Otoritas Veteriner provinsi diangkat oleh gubernur, dan OtoritasVeteriner kabupaten/kota diangkat oleh bupati/wali kota.

Sebagai suatu kelembagaan, Otoritas Veteriner tidak mungkin dapatmelaksanakan tugas dan fungsinya dengan optimal tanpa dibantu olehDokter Hewan Berwenang dan Tenaga Kesehatan Hewan yangmelaksanakan pelayanan Kesehatan Hewan.

Otoritas Veteriner bersama organisasi profesi kedokteran Hewanmelaksanakan Siskeswanas dengan memberdayakan potensi TenagaKesehatan Hewan dan membina pelaksanaan praktik kedokteran Hewan diseluruh wilayah Republik Indonesia.

Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas maka diperlukanpengaturan dalam suatu Peraturan Pemerintah mengenai OtoritasVeteriner, Siskeswanas, Tenaga Kesehatan Hewan, pelayanan KesehatanHewan, dan praktik kedokteran Hewan sebagai pelaksanaan ketentuanPasal 68E dan Pasal 75 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2OO9 tentangPeternakan dan Kesehatan Hewan sebagaimana telah diubah denganUndang-Undang Nomor 4l Tahun 2OI4 tentang Perubahan AtasUndang-Undang Nomor 18 Tahun 2OO9 tentang Peternakan dan KesehatanHewan.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3) ...

Page 52: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

-3-

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Pengambilan keputusan tertinggi dilakukan oleh Otoritas Veterinerpada setiap tingkat, baik Otoritas Veteriner nasional, OtoritasVeteriner kementerian, Otoritas Veteriner provinsi, maupun OtoritasVeteriner kabupaten / kota.

Yang dimaksud dengan "mengerahkan semua tini kemampuanprofesi" adalah pengerahan semua Dokter Hewan dan/atau DokterHewan spesialis berdasarkan spesies dan/atau keilmuan kedokteranHewan.

Pasal 3

Huruf aCukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf cCukup jelas.

Huruf dCukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf fCukup jelas.

Huruf g

Cukup jelas.

Huruf h

Cukup jelas.

Huruf i ...

Page 53: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

-4-

Huruf i

Yang dimaksud dengan "alat dan mesin Kesehatan Hewan" adalahperalatan kedokteran Hewan yang disiapkan dan digunakan untukHewan sebagai alat bantu dalam penyelenggaraan Kesehatan Hewan.

Huruf jCukup jelas.

Huruf k

Cukup jelas.

Huruf 1

Cukup jelas.

Huruf mCukup jelas.

Huruf n

Cukup jelas.

Huruf o

Yang dimaksud dengan "medik konservasi" adalah penerapan MedikVeteriner dalam penyelenggaraan Kesehatan Hewan di bidangkonservasi satwa liar.

Pasal 4

Cukup jelas.

Pasal 5

Cukup jelas.

Pasal 6

Cukup jelas.

Pasal 7

Cukup jelas.

Pasal 8 ...

Page 54: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

-5-

Pasal 8

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Huruf a

Yang dimaksud dengan "Penyakit Hewan lintas batas" adalahpenyakit endemik yang mempunyai daya penularan tinggi dancepat dan tidak mengenal batas negara.

Huruf bCukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 9

Cukup jelas.

Pasal 10

Cukup jelas.

Pasal 1 1

Cukup jelas.

Pasal 12

Ayat (1)

Huruf aCukup jelas.

Huruf bCukup jelas.

Huruf c ...

Page 55: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

-6-

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf fCukup jelas.

Huruf g

Cukup jelas.

Huruf h

Cukup jelas.

Huruf iCukup jelas.

Huruf jCukup jelas.

Huruf k

Cukup jelas.

Huruf ICukup jelas.

Huruf m

Cukup jelas.

Huruf nTertentu dalam ketentuan ini antara laindan agen penyebabnya mudah bermutasi,diagnosis, alat, dan mesin baru.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

berupa jenis penyakitresisten, dan metode

Pasal 13 ...

Page 56: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

PRES I DENREPLJBLIK INDONESIA

-7 -

Pasal 13

Cukup jelas.

Pasal 14

Cukup jelas.

Pasal 15

Cukup jelas.

Pasal 16

Cukup jelas.

Pasal 17

Cukup jelas.

Pasal 18

Cukup jelas.

Pasal 19

Cukup jelas.

Pasal 2O

Cukup jelas.

Pasal 2 1

Ayat (1)

Keputusan teknis berdasarkan jangkauan tugas pelayanandilakukan oleh Dokter Hewan Berwenang di unit-unit pelayananKesehatan Hewan seperti di laboratorium Kesehatan Hewan, rumahpotong Hewan, dan pusat Kesehatan Hewan.

Ayat (2)

Huruf aCukup jelas.

Huruf b ...

#

Page 57: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

PRES I DENREPUBLIK INDOI\IESIA

-8-

Huruf bVisum et repertum diperlukan . misalnya untuk keperluanpembuktian adanya tindak pidana yang berkaitan denganHewan yang mati, tindak pidana pencurian, dan tindak pidanalainnya yang berkaitan dengan Hewan.

Huruf cCukup jelas.

Huruf dCukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf fCukup jelas.

Huruf g

Cukup jelas.

Huruf h

Cukup jelas.

Huruf iCukup jelas.

Huruf jCukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 22

Cukup jelas.

Pasal 23

Cukup jelas.

Pasal 24

Cukup jelas.

Pasal 25 ...

Page 58: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-9 -

Pasal 25

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (a)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas

Ayat (6)

Huruf a

Sumber daya manusia yaitu Tenaga Kesehatan Hewan dansarjana serta vokasi dari disiplin ilmu lainnya yang tugasnyaberkaitan dengan penyelenggaraan Kesehatan Hewan, danmasyarakat yang berperan serta dalam pelaksanaan KesehatanHewan.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf cCukup jelas.

Ayat (7)

Huruf aCukup jelas.

Huruf bCukup jelas.

Huruf cCukup jelas.

Huruf dYang dimaksud dengan "kajian epidemiologik" adalah kajianyang meliputi interaksi antara agen penyakit Hewan, hospes,dan lingkungan hidup.

Huruf e ...

Page 59: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-10-

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf fCukup jelas.

Ayat (8)

Cukup jelas.

Pasal 26

Cukup jelas.

Pasal 27

Cukup jelas.

Pasal 28

Cukup jelas.

Pasal 29

Ayat (1)

Ditinjau kembali setelah lima tahun dimaksudkan untukmemberikan kepastian bahwa sejak ditetapkan sampaidengan 5 (lima) tahun, Siskeswannas dapat menjadi acuan bagiOtoritas Veteriner.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 30

Cukup jelas.

Pasal 31

Cukup jelas.

Pasal 32

Cukup jelas.

Pasal 33 ...

Page 60: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

PRES IDENREPUELIK INDONESIA

- 11-

Pasal 33

Cukup jelas.

Pasal 34

Cukup jelas.

Pasal 35

Cukup jelas.

Pasal 36

Cukup jelas.

Pasal 37

Cukup jelas.

Pasal 38

Cukup jelas.

Pasal 39

Cukup jelas.

Pasal 4O

Ayat (1)

Kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian yang bidangtugasnya terkait, antara lain kementerian yang menyelenggarakanurusan pemerintahan di bidang pendayagunaan aparatur negaradan reformasi birokrasi dan kementerian yang menyelenggarakanurusan pemerintahan di bidang perencanaan pembangunan' nasional.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 4l ...

Page 61: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

_t2_

Pasal 41

Cukup jelas.

Pasal 42

Cukup jelas.

Pasal 43

Cukup jelas.

Pasal 44

Ayat (1)

Usaha di bidang Kesehatan Hewan dalam ketentuan ini misalnyausaha di bidang Obat Hewan dan peralatan Kesehatan Hewanantara lain perusahaan produsen, importir, distributor, depo, tokoobat atau peralatan Kesehatan Hewan, pembibitan Hewankesayangan, usaha kebun binatang, konservasi atau tamannasional, laboratorium Kesehatan Hewan antara lain laboratoriumdiagnostik, pemeriksaan dan pengujian, mutu, penelitian danpengembangan Kesehatan Hewan, laboratorium KesehatanMasyarakat Veteriner, rumah potong Hewan, rumah sakit Hewan,klinik Hewan, pusat Kesehatan Hewan, ataLl kios daging.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 45

Cukup jelas.

Pasal 46

Cukup jelas.

Pasal 47

Cukup jelas.

Pasal 48

Cukup jelas.

Pasal 49 ...

Page 62: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

_13_

Pasal 49

Cukup jelas.

Pasal 50

Cukup jelas.

Pasal 51

Cukup jelas.

Pasal 52

Cukup jelas.

Pasal 53

Ketentuan ini dimaksudkan agar Dokter Hewan, sarjana kedokteranHewan, dan tenaga paramedik Veteriner ditempatkan pada bidangtugas yang berkaitan dengan penyelenggaraan Kesehatan Hewan.

Pasal 54

Cukup jelas.

Pasal 55

Cukup jelas.

Pasal 56

Cukup jelas.

Pasal 57

Cukup jelas.

Pasal 58

Cukup jelas.

Pasal 59

Cukup jelas.

Pasal 60 ...

Page 63: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

-14-

Pasal 60

Cukup jelas.

Pasal 61

Ayat (1)

Pemberian pelayanan jasa laboratorium termasuk laboratorium yangberada pada unit usaha di bidang Kesehatan Hewan.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 62

Cukup jelas.

Pasal 63

Cukup jelas.

Pasal 64

Cukup jelas.

Pasal 65

Cukup jelas.

Pasal 66

Cukup jelas.

Pasal 67

Cukup jelas.

Pasal 68

Ayat (1)

Huruf aPemberian diagnosis dan prognosis penyakit Hewan dapatdilakukan misalnya secara klinis, patologis, laboratoris, forensik,dan/ atau epidemiologik.

Klinis ...

Page 64: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

-15-

Klinis misalnya pemeriksaan reproduksi, pencernaan,pernafasan, kulit, dan mata.

Huruf b

Yang dimaksud dengan "terapetik" yaitu ilmu pengetahuan danteknik untuk mengembalikan Kesehatan Hewan.

Huruf cCukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 69

Cukup jelas.

Pasal 70

Cukup jelas.

Pasal 71

Cukup jelas.

Pasal 72

Cukup jelas.

Pasal 73

Cukup jelas.

Pasal T4

Cukup jelas.

Pasal 75

Cukup jelas.

Pasal 76 ...

Page 65: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

- 16-

Pasal 76

Cukup jelas.

Pasal 77

Cukup jelas.

Pasal 78

Cukup jelas.

Pasal 79

Cukup jelas.

Pasal 80

Cukup jelas.

Pasal 81

Cukup jelas.

Pasal 82

Cukup jelas.

Pasal 83

Cukup jelas.

Pasal 84

Cukup jelas.

Pasal 85

Cukup jelas.

Pasal 86

Cukup jelas.

Pasal 87 ...

Page 66: SALINAN - jdih.sumedangkab.go.idjdih.sumedangkab.go.id/new/Dokumen/Perpus/JDIH-1524210121-Sumedang.pdf · REPuJ5,?t'',3ot}*..,o ' -3-7. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang

REPUJSott,',?5|*==,o-17-

Pasal 87

Cukup jelas.

Pasal 88

Cukup jelas.

Pasal 89

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6019