SALEP
-
Upload
frans-apandi -
Category
Documents
-
view
536 -
download
11
Transcript of SALEP
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salep (menurut FI III ) yaitu sediaan setengah padat yang mudah dioleskan
dan digunakan sebagai obat luar atau sediaan setengah padat ditujukan untuk
pemakaian topikal pada kulit atau selaput (menurut FI IV) . Bahan aktif harus
larut dan terdispersi dalam dasar salep yang cocok Untuk mencapai hasil yang
dimaksud. Dasar salep bila tidak dinyatakan lain adalah vaselin album, namun
tergantung dari sifat bahan obat dan tujuan pemakaiannya, dasar salep yang
digunakan untuk pembawa zat berkhasiat menurut di FI ed. IV ada 4 kelompok
yaitu: dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap , dasar salep yang dapat
dicuci dengan air, dan dasar salep yang larut dalam air.
Kloramfenikol merupakan senyawa fenil propan tersubstitusi yang
mempunyai dua unsur struktur tidak lazim untuk bahan alam yaitu suatu gugus
nitro aromatik dan residu diklor asetil.Gugus R pada turunan kloramfenikol
berpengaruh pada aktivitasnya sebagai anti bakteri Staphylococcus aureus.
Untuk mendapatkan senyawa turunan kloramfenikol baru dengan aktivitas
optimal, harusdiperhatikan agar gugus R bersifat penarik elektron kuat
dan mempunya sifat lipofilik lemah.
1.2 Prinsip Percobaan
Pemilihan dasar salep antibiotik
Cara pembuatan salep antibiotik
Syarat salep antibiotik
Evaluasi salep antibiotik
1.3 Tujuan Percobaan
Mengetahui bahan dasar salep antibiotik
Mengetahui persyaratan dan evaluasi salep antibiotic
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Preparat yang digunakan pada kulit antara lain untuk efek fisik, yaitu
kemampuan bekerja sebagai pelindung kulit, pelincir, pelembut, zat pengering dan
lain – lain, atau untuk efek khusus dari bahan obat yang ada. Preparat ini dijual
bebas, sering mengandung campuran dari bahan obat yang digunakan dalam
pengobatan kondisi tertentu seperti, infeksi kulit yang ringan, gatal – gatal, luka
bakar, merah bekas popok, sengatan dan gigitan serangga, kutu air, mata ikan,
penebalan kulit dank eras, kutil, ketombe, jerawat, penyakit kulit kronis dan
eksim. Bentuk sediaan obat yang dimaksudkan untuk pemakaiaan pada kulit
anatara lain salep, krim, sistempemberian obat melalui kulit, lotio, larutan topical
dan tinktur menggambarkan bentuk sediaan dermatologi yang paling sering
dipakai (Ansel, 2005).
2.1 Pengertian Salep
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar. Bahan obatnya larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep
yang cocok (F.I.ed III). Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain
kadar bahan obat dalm salep yang mengandung obat keras atau obat narkotik
adalah 10%. Salep dibuat dengan substansi berlemak seperti: Adeps lanae,
Vaselinum (Petrolatum) dan minyak mineral. Menurut pemikiran modern salep
adalah sediaan semi padat untuk pemakaiaan pada kulit dengan atau tanpa
penggosokkan. Oleh karena itu salep dapat terdiri dari substansi berminyak atau
terdiri dari emulsi lemak atau lilin yang mengandung air dalam proporsi yang
relative tinggi (Hydrophilic ointment). (Anief,1993)
2.2 Fungsi Salep
a. Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit.
b. Sebagai bahan pelumas pada kulit.
c. Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak permukaan kulit
dengan larutan berair dan rangsang kulit. (Anief,1993)
2
Menurut Farmakope Indonesia Edisi 3, Salep adalah sediaan setengah padat
yang mudah dioleskan dan digunkan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut
atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok.
Pemerian : tidak boleh berbau tengik.
Kadar : kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung obat
keras atau obat narkotik, kadar bahan obat adalah 10%
Dasar salep : kecuali dinyatakan lain, sebagai bahan dasar salep digunakan
vaselin putih. Tergantung dari sifat bahan obat dan tujuan
pemakaian, dapat dipilih salah satu bahan dasar salep berikut;
1. Dasar salep hidrokarbon, vaselin putih, vaselin kuning atau
campurannya dengan malam putij, dengan malam kuning atau
dengan senyawa karbon lain yang cocok.
2. Dasar salep serap, Lemak bulu domba campuran 3 bagian
kolesterol. 3 bagian stearil alkohol, 8 bagian malam putih dan
8 bagian vaselin putih, campuran 30 bagian malam kuning dan
70 bagian minyak wijen
Homogenitas : jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang
cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen.
Penandaan pada etiket harus juga tertera: “obat luar”.
Salep kloramfenicol mengandung kloramfenicol C11H12Cl12N2O5 tidak kurang dari
85% dan tidak lebih dari 105% dari jumlah yang tertera pada etiket. (Depkes RI,
1979)
2.3 Penggolongan Salep
1. Menurut konsistensinya salep dapat dibagi:
a. Unguenta: salep yang mempunyai konsistensi seperti mentega, tidak
mencair pada suhu biasa, tetapi mudah dioleskan tanpa memakai
tenaga.
b. Cream (krim): salep yang banyak mengandung air, mudah diserap
kulit, suatu tipe yang dapat dicuci dengan air.
c. Pasta: salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk),
suatu salep tebal karena merupakan penutup atau pelindung bagian
kulit yang dioles.
3
d. Cerata: salep berlemak yang mengandung persentase lilin (wax) yang
tinggi sehingga konsistensinya lebih keras (ceratum labiale).
e. Gelones / spumae / jelly: salep yang lebih halus, umumnya cair dan
sedikit mengandung atau tanpa mukosa, sebagai pelican atau basis,
biasanya terdiri atas campuran sederhana dari minyak dan lemak
dengan titik lebur rendah. Contoh: starch jellies (10% amilum dengan
air mendidih)
2. Menurut sifat farmakologi / terapeutik dan penetrasinya, salep dapat
dibagi:
a. Salep epidermis (epidermic ointment; salep penutup) guna melindungi
kulit dan menghasilkan efek lokal, tidak diabsorbsi, kadang – kadang
ditambahkan antiseptik, astringensia, untuk meredakan rangsangan
atau anestesi lokal. Dasar salep yang baik adalah ds. senyawa
hidrokarbon.
b. Salep endodermis: salep yang bahan obatnya menembus ke dalam
kulit, tetapi tidak melalui kulit, terabsorpsi sebagaian, digunakan
untuk melunakan kulit, terabsopsi sebagaian, digunakan untuk
meredakan rangsangan atau selaput lendir. Dasar salep yang terbaik
adalah minyak lemak.
c. Diadermis: salep yang bahan obatnya menembus ke dalam tubuh
melalui kulit dan mencapai efek yang diinginkan, misalnya salep yang
mengandung senyawa merkuri iodida, beladona.
3. Menurut dasar salepnya, salep dapat dibagi:
a. Salep hidrofobik yaitu salep yang tidak suka air atau salep dengan
dasar salep berlemak (greasy bases) tidak dapat dicuci dengan air:
misalnya campuran lemak – lemak, minyak lemak, malam.
b. Salep hindrofilik yaitu salep yang suka air atau kuat menarik air, biasa
ds. tipe M/ A.
4. Menurut formularium nasional (Fornas)
a. Dasar salep 1 (dasar salep senyawa hidrokarbon)
b. Dasar salep 2 (dasar salep serap)
4
c. Dasar salep 3 (dasar salep yang dapat dicuci dengan air atau ds emulsi
M/A)
d. Dasar salep 4 (dasar salep yang dapat larut dalam air)
(Syamsuni, 2007)
2.4 Dasar Salep
Kualitas dasar salep adalah :
a. Stabil, Selama masih dipakai mengobati maka salep harus bebas dari
inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembaban yang ada dalam
kamar.
b. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi
lunak dan homogeny, sebab salep digunakan untuk kulit yang teriritasi,
inflamasi dan ekskoriasi.
c. Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang paling mudah
dipakai dan dihilangkan dari kulit.
d. Dasar salep yang cocok yaitu dasar salep yang harus compatible secara
fisika dan kimia dengan obat yang dikandungnya. Dasar salep tidak boleh
merusak atau menghambat aksi terapi dari obat yang mampu melepas
obatnya pada daerah yang diobati.
e. Terdistribusi merata, obat harus terdistribusi merata melalui dasar salep
padat atau cair pada pengobatan. (Anief,1993).
2.5 Penggolongan Dasar Salep
Penggolongan dasar salep berdasarkan komposisi:
1. Dasar salep berminyak
2. Dasar salep absorbs
3. Dasar salep tercuci
4. Dasar salep emulsi
1. Contoh dasar salep berminyak
a. Vaselin (petrolatum), terdiri dari vaselin putih dan vaselin kuning. Nama
lain dari vaselin adalah Soft Paraffin.
Vaselin putih merupakan vaselin yang dipucatkan /dimurnikan. Karena
pemucatan menggunakn Asam Sulfat, maka hati – hati jangan dipakai
5
untuk salep mata, karena dapat terjadi iritasi mata oleh kelebihan asam
sulfat yang dikandung dalam dasar salep.
Vaselin dapat menyerap sebanyak 5% air. Dengan penambahan kolestrol,
kemampuan mendukung air dapat dinaikkan. Selain kolestrol dapat
digunakan pula Span dan Tween, Natrium Lauril Sulfat dan surfaktan
lain (Anief,1993).
Daftar kemampuan vaselin mendu dan Warner
Banyak zat yang ditambahkanKemampuan vaselin
mendukung air
3% Kholesterol 250%
3% Kholesterol + 3% Kholesterol asetat 500%
3% Kholesterol + 3% Kholesterol laurat 600%
3% Kholesterol + 3% Kholesterol palmitat 700%
3% Kholesterol + 3% Kholesterol stearat 800%
3% Isokholesterol 300%
3% Kholesterol + Cetaeum 500%
(Anief, 1988)
b. Parafin, adalah Paraffinum solidum merupakan senyawa hidrokarbon
yang padat dan digunakan untuk mengeraskan salep, sebab menaikkan
titik lebur.
Selain itu digunakan pula paraffin cair yaitu Paraffinum liquidum dengan
dua macam kualitas yaitu yang viskositasnya ringan dan digunakan untuk
membuat vanishing cream, sedang yang viskosistasnya berat digunakan
untuk cold cream.
c. Minyak tumbuh – tumbuhan.
Yang banyak dipakai adalah Oleum Sesami dan Oleum Olivarum dan
digunakan sebagai pelumas dan untuk menurunkan titik lebur dasar
salep.
6
Pada proses hidrogenasi minyak akan menjadi bentuk setengah padah
berwarna putih. Keuntungan dari proses ini ialah menjadi makin stabil,
tidak tengik serta menambah daya absorbsi air.
d. Jelene tersusun dari minyak hidrokarbon dan malam, structural tersusun
sedemikian sehingga fase cair mudah bergerak, dengan demikian
berbentuk gerakan intern yang menyesuaikan diri dengan perubahan
antar muka secara kontinu. Sehingga difusi obat ke media sekelilingnya
dapat terjadi lebih baik.
Jelene adalah lunak, tak berwarna,titik leburnya 90o – 91o C, halus
pegangannya serta baik sebagai dasar salep (Anief,1993)
Keuntungan penggunaan jelene, dalam penyimpanan tetap dan cukup
lunak. Jelene 50 W dikenal sebagai Plastibase (Squibb). Tidak
tercampurkan dengan Pix liquida, Kamfer, Mentol, Gandapura, karena
akan membuat Jelene encer (Anief, 1988)
e. Silicon merupakan seri polimer sintetik dengan struktur dasar bukan
hidrokarbon, tetapi suatu rantai Si dan O yaitu (-O-Si-O-Si), dalam
perdagangan dikenal Dimetikon. Biasanya untuk salep dan kosmetik
dengan viskositas 50-1.000 Cs. Silicon stabil pada suhu tinggi dan tahan
terhadap oksidasi. (Anief,1993)
2. Contoh dasar salep absorbsi
Golongan dasar salep absorbsi meliputi minyak hidrofil seperti Adeps
Lanae, Hydrophylic Petrolatum dan dasar salep yang baru seperti Aquaphor,
Polysorb, Hydrosorb, dan Plastibase hydrophilic.
Hydrophylic petrolatum
R/ white petrolatum 86%
White wax 8%
Stearyl alcohol 3%
Kholesterol 3%
(Anief, 1986).
Dasar salep absorbs ada dua tipe :
a. Dasar salep anhidrus yang mampu menyerap air dan membentuk tipe
emulsi A/M seperti Adeps Lanae dan hydrophilic petrolatum.
7
Adeps lanae merupakan lemak bulu domba, mengandung persentase
tinggi kolestrol sebagai ester dan bentuk alcohol hingga dapat
mengabsorbsi air. Pada pemakaiaan pada kulit dapat merupakan
lapisan penutup, melunakkan kulit hingga salep mudah dipakai.
Keberatannya bau dan banyak yang alergi terhadap adeps lanae.
Hydrophilic petrolatum, dengan adanya kolestrol memungkinkan
dasar salep menyerap air atau cairan obat dalam air dan terbentuk
krim A/M emulsi dan dasr salep sukar dihilangkan dari kulit oleh air.
b. Dasar salep hidrus dan merupakan tipe emulsi A/M tapi masih mampu
menyerap air yang ditambahkan seperti cold cream, lanolin. Sifat lain
dasar salep absorbsi ialah tidak mudah dicuci. (Anief,1993)
3. Dasar salep tercuci
Dasar salep ini adalah anhidrus, larut dalam air dan mudah dicuci dengan
air. Hanya bagian kecil dari cairan dapat didukung oleh dasar salep tanpa
perubahan viskositas. (Anief,1993)
Contoh dasar salep tercuci
1. Polyethylene glycol ointment USP
R/ Polyethylene glycol 4.000 40%
Polyethylene glycol 400 60%
2. Tragacanth
3. P.G.A.
(Anief, 1986)
4. Dasar salep emulsi, ada dua macam yaitu :
a. Dasar salep emulsi tipe A/M seperti Lanolin dan Cold Cream.
b. Dasar salep emulsi tipe M/A seperti vanishing cream dan Hydrophilic
ointment. (Anief,1993)
Vanishing cream
R/ Cetyl alkohol 1,0
Lanolini 2,0
Paraffin Liquidi 5,0
Stearic acid 9,0
Pot. Hydroxide 0.5
8
Propylene glycol 5,0
Aqua ad 77,5
Emulsifying ointment B.P.
R/ Emulsifying wax 300
White soft parafin 500
Liquid paraffinum 200
Emulsifying wax
R/ Cetostearyl alkohol 90
Sod. Lauryl sulfate 10
Purified water 4 ml
(Anief, 1986).
2.6 Pembuatan Salep
Baik dalam ukuran besar maupun kecil, salep dibuat dengan dua metode,
yaitu :
1. Pencampuran
Dalam metode pencampuran, komponen dari salep dicampur bersama –
sama dengan segala cara sampai sediaan yang rata tercapai.
Pencampuran bahan padat.
Pembuatan salep menggunakan spatula, dengan cara
menggerus/menggosokkannya serta meratakan dan mengumpulkan
komponen – komponenya pada permukaan yang kasar dengan spatula
sampai hasilnya lembut dan rata.
Pencampuran cairan.
Bahan cairan atau larutan obat dapat ditambahkan setelah
dipertimbangkan sifat – sifat salepnya. Misalnya larutan atau preparat
berair akan menjadi sukar ditambahkan ke dalam salep berlemak,
kecuali dalam jumlah yang kecil.
2. Peleburan
Dengan metode peleburan, semua atau beberapa komponen dari salep
dicampurkan dengan melebur bersama dan didinginkan dengan
pengadukan yang konstan sampai mengental (Ansel, 2005).
9
Pengaturan Pembuatan Salep Menurut F.Van Duin
1. Peraturan salep pertama
“Zat-zat yang dapat larut dalam campuran lemak, dilarutkan kedalamnya,
jika perlu dengan pemanasan”.
2. Peraturan salep kedua
“Bahan – bahan yang larut dalam air, jika tidak tidak ada peraturan lain,
dilarutkan terlebih dahulu dalam air, asalkan jumlah air yang
dipergunakan dapat diserap seluruhnya oleh basis salep dan jumlah air
yang dipakai, dikurangi dari basis salepnya”.
3. Peraturan salep ketiga
“Bahan-bahan yang sukar atau hanya sebagian dapat larut dalam lemak
dan air ahrus diserbukkan lebih dahulu, kemudian diayak No.60”.
4. Peraturan salep keempat
“Salep – salep yang dibuat dengan jalan mencairkan, campurannya harus
digerus sampai dingin” bahan – bahan yang ikut dilebur,
penimbangannya harus dilebihkan 10% - 20% untuk mencegah
kekurangan bobotnya” (Syamsuni, 2007).
Termasuk dalam golongan sediaan salep ialah:
1. Cream
Cream adalah suatu salep yang mengandung banyak air, mudah diserap
kulit. Suatu tipe yang dapat di cuci dengan air
2. Pasta
Pasta adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat
(serbuk). Suatu salep tebal, keras biasanya tidak meleleh pada suhu
badan, jadi merupakan penutup/pelindung bagian kulit yang diberi
3. Cerata
Cerata adalah suatu salep berlemak yang mengandung persentase tinggi
lilin (waxex), hingga konsistensi jadi lebih keras. Contoh : Ceratum
Labiale (CMN)
10
4. Jelly
Jelly adalah suatu salep yang lebih halus, umumnya cair dan
mengandung sedikt atau tanpa lilin (wax), dipergunakan terutama pada
membran mukosa, sebagai pelicin atau basis, biasanya terdiri campuran
sederhana dari minyak dan lemak dengan titik lebur yang rendah.
Washable Jelly mengandung mucilagines, misalnya: gom, tragacanth,
amylum.
Contoh: starch jellies ( 10% amylum dengan air mendidih)
Faktor-faktor yang mempengaruhi efek absorpsi obat dalam salep oleh kulit
adalah :
1. Dari segi fisiologi
a. Keadaan kulit
b. Luas daerah pemakaian dan
c. Banyaknya pemakaian
d. Letak pemakaian dan lama pemakaian
2. Keadaan hidrasi pada stratum corneum
3. Temperatur kulit
4. Adanya pelarut yang dapat campur atau melarut dalam stratum corneum
5. Konsentrasi obat
6. Sifat-sifat obatnya
a. Kelarutan karakteristik dari obat yang akan penetrasi
b. Koefisien partisi (PC) dari obat antara kulit perintang dan bahan
pembawa obat.
7. Komposisi dasar salep, hl ini kebanyakan berhubungan dengan efek :
a. Kelarutan obat dalam dasar salep
b. Koefisien aktivitas obat
c. Koefisien partisi (PC) obat dalam kulit/ bahan pembawa (Anief,
1986).
2.7 Pengawetan Salep
Salep sering memerlukan penambahan pengawet seperti antimikroba, pada
formulasi untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang terkontaminasi.
Pengawet – pengawet ini termasuk hidroksibenzoat, fenol - fenol pengawet ini
11
termasuk hidroksibenzoat, fenol – fenol, asam benzoate, asam sorbet, garam
ammonium kuartener dan campuran lainnya.
2.8 Pengemasan dan Penyimpanan Salep
Salep biasanya dikemas baik dalam botol atau tube. Tube dibuat dari kaleng
atau plastic. Tube salep untuk pemakaian topical lebih sering dari ukuran 5 sampai
30 gram. Tube umumnya diisi dengan alat pengisi dari bagian ujung belakang
yang terbuka dari tube yang kemudiaan ditutup dengan disegel. Salep yang dibuat
dengan cara peleburan dapat dituangkan langsung ke dalam tube. Pada skala kecil
seperti yang dibuat mendadak, pengisian dari tube salep oleh ahli farmasi di
apotek, tube dapat diisi dengan cara sbagai berikut :
Salep yang telah dibuat digulung di atas kertas perkamen menjadi
bentuk silinder, diameter silinder sedikit lebih kecil dari tube supaya
dapat diisikan dengan panjang kertas yang lebih dari silinder.
Dengan tutup dari tube dilepas supaya udara keluar, silinder dari salep
dengan kertas dimasukkan ke dalam bagian ujung bawah tube yang
terbuka.
Potongan kertas yang melipat salep dipegang oleh satu tangan sedang
lainnya menekan dengan spatula yang berat k earah tutup tube sampai
tube tadi penuh dan sambil menarik perlahan – lahan kertas salep tadi di
lepaskan, ratakan permukaan salep dengan spatula, kurang lebih setengah
inci dari ujung bawah.
Bagian bawah yang disisakan lipatan 2 x1/8 inci dan dibuat dari ujung
bawah tube yang dipipihkan, ditekan/jepit penyegel tepat diatas lipatan
untuk menjamin bahwa sudah betul – betul tertutup. (Ansel, 2005).
Kebanyakan salep harus disimpan pada temperature dibawah 30oC untuk
mencegah melembek apalagi dasar salepnya bersifat dapat mencair. (Ansel,
2005).
12
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat Dan Bahan
3.1.1. Alat
Beaker glass
Cawan porselin
Lumpang dan stamper
Spatula
Sudip
Termometer
Batang pengaduk
Timbangan gram
Timbangan miligram
Neraca analitik
Kertas perkamen
Jarum/kawat
Cetakan suppositoria
Aluminum foil
Lemari pendingin
Waterbath
3.1.2 Bahan
Kloramfeniol base
Vaselin Alba
Adeps Lanaw
Propilenglikol
3.2 Resep
13
R/ Chloramfenikol 200 mg Propilenglikol. 1 Adeps Lanae 1 Vaselin ad 10
m.f.ungt sue
# Pro : Liana
3.3 Daftar Obat
Daftar Obat : 1. Kloramfenikol : Keras2. Propylenglikol : Bebas3. Adeps lanae : Bebas4. Vaselin album : Bebas
3.4 Perhitungan Bahan
1. Kloramfenikol : 0,5/100 × 10 = 0,2 gram = 200 mg
200 mg × 2 = 400 mg
2. Propylenglikol : 1 gram × 2 = 2 gram
3. Adeps lanae : 1 gram × 2 = 2 gram
4. Vaselin album ad : 10 gram × 2 = 20 gram
= 20 gram – ( 400 mg + 2 gram + 2 gram )
= 15,6 gram
Evaluasi :
a. Uji kebocoran (salep dalam tube)
Alat : Oven dan kertas penyerap
Cara :
1. Ambil 10 tube salep mata, bersihkan permukaan luar tiap tube
dengan kertas penyerap.
2. Letakkan tube di atas loyang posisi horizontal.
3. Masukkan ke dalam oven diamkan selama 1 jam, suhu 60o ± 3oC
4. Tidak boleh terjadi kebocoran (kertas penyerap harus tetap kering).
b. Uji homogenitas (F.Ind. Ed.III, 1979).
Alat : Objek glas / kertas perkamen
Cara : Jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang
cocok harus menunjukkan susunan yang homogen.
BAB IV14
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Dari hasil percobaan diperoleh bahwa salep yang diuji untuk kelompok
V tidak mengalami kebocoran ketika uji kebocoran.
Dari hasil uji homogenitas, kedua salep yang telah dibuat memberikan
hasil baik yaitu homogen.
4.2 Pembahasan
Pada percobaan salep antibiotika ini dilakukan uji homogenitas dan uji
kebocoran salep, uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kehomogenan
sediaan yang dibuat. Homogenitas sediaan dapat dilihat dari ketercampuran
bahan-bahan yang digunakan pada basis semisolid. Uji ini dilakukan dengan cara
tiap sediaan diletakkan pada objek glass lalu dilekatkan objek glass lainnya
dan dilihat homogenitas sediaan. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan,
isi dari sediaan salep mempunyai homogenitas yang baik dimana tidak terdapat
serbuk yang tidak halus di objek glass.
Uji kebocoran tube salep dilakukan dengan cara tube salep yang akan diuji
dibersihkan dan keringkan baik-baik permukaan luar tiap tube dengan kain
penyerap. Letakkan tube pada posisi horizontal di atas kertas saring, dimasukkan
dalam oven dengan suhu yang diatur pada 60° C selama 8 jam. Tidak boleh
terjadi kebocoran yang berarti selama atau setelah pengujian selesai.
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, diketahui bahwa tube salep
tidak mengalami kebocoran.
BAB V
15
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan.
Bahan dasar salep mata yang digunakan adalah Kloramfenikol,
Propylenglikol dan Adeps lanae.
Salep mata memenuhi persyaratan evaluasi uji homogenitas dan
memenuhi persyaratan evaluasi uji kebocoran dimana tidak boleh terjadi
kebocoran tube (kertas penyerap harus kering)
5.2 Saran
Praktikan hendaknya mengetahui prosedur kerja dengan benar dari
percobaan.
Praktikan hendaknya melakukan prosedur percobaan dengan baik agar
diperoleh hasil yang baik sehingga tidak ada tube yang bocor setelah
pengeringan dalam oven
Pengeringan dalam oven harus dijaga suhunya 60-700C.
Pada saat penimbangan semua bahan harus dilakukan dengan teliti agar
bahan obat yang termasuk obat keras benar dosis nya.
DAFTAR PUSTAKA
16
Anief, Moh. (1993). Farmasetika. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Hal : 110 – 115
Anief, Moh. (1986). Ilmu Farmasi. Jakarta : Ghalia Indonesia. Hal 74-76.
Anief, Moh. (1988). Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press. Hal 52-63
Ansel, Howard. C. (2005). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi keempat.
Jakarta : Universitas Indonesia. Hal : 489.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1979). Farmakope Indonesia Edisi
III. Jakarta : Depkes RI.
Syamsuni, H.A. (2007). Ilmu Resep. Jakarta : ECG
LAMPIRAN
17
18