SALEP

25
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salep (menurut FI III ) yaitu sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar atau sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput (menurut FI IV) . Bahan aktif harus larut dan terdispersi dalam dasar salep yang cocok Untuk mencapai hasil yang dimaksud. Dasar salep bila tidak dinyatakan lain adalah vaselin album, namun tergantung dari sifat bahan obat dan tujuan pemakaiannya, dasar salep yang digunakan untuk pembawa zat berkhasiat menurut di FI ed. IV ada 4 kelompok yaitu: dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap , dasar salep yang dapat dicuci dengan air, dan dasar salep yang larut dalam air. Kloramfenikol merupakan senyawa fenil propan tersubstitusi yang mempunyai dua unsur struktur tidak lazim untuk bahan alam yaitu suatu gugus nitro aromatik dan residu diklor asetil.Gugus R pada turunan kloramfenikol berpengaruh pada aktivitasnya sebagai anti bakteri Staphylococcus aureus . Untuk mendapatkan senyawa turunan kloramfenikol baru dengan aktivitas optimal, harusdiperhatikan agar gugus R bersifat penarik elektron kuat dan mempunya sifat lipofilik lemah. 1

Transcript of SALEP

Page 1: SALEP

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salep (menurut FI III ) yaitu sediaan setengah padat yang mudah dioleskan

dan digunakan sebagai obat luar atau sediaan setengah padat ditujukan untuk

pemakaian topikal pada kulit atau selaput (menurut FI IV) . Bahan aktif harus

larut dan terdispersi dalam dasar salep yang cocok Untuk mencapai hasil yang

dimaksud. Dasar salep bila tidak dinyatakan lain adalah vaselin  album, namun

tergantung dari sifat bahan obat dan tujuan pemakaiannya, dasar salep yang

digunakan untuk pembawa zat berkhasiat menurut di FI ed. IV ada 4 kelompok

yaitu: dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap , dasar salep yang dapat

dicuci dengan air, dan dasar salep yang larut dalam air.

Kloramfenikol merupakan senyawa fenil propan tersubstitusi yang

mempunyai dua unsur struktur tidak lazim untuk bahan alam yaitu suatu gugus

nitro aromatik dan residu diklor asetil.Gugus R pada turunan kloramfenikol

berpengaruh pada aktivitasnya sebagai anti bakteri Staphylococcus aureus.

Untuk mendapatkan senyawa turunan kloramfenikol baru dengan aktivitas

optimal, harusdiperhatikan agar gugus R bersifat penarik elektron kuat

dan mempunya sifat lipofilik lemah.

1.2 Prinsip Percobaan

Pemilihan dasar salep antibiotik

Cara pembuatan salep antibiotik

Syarat salep antibiotik

Evaluasi salep antibiotik

1.3 Tujuan Percobaan

Mengetahui bahan dasar salep antibiotik

Mengetahui persyaratan dan evaluasi salep antibiotic

1

Page 2: SALEP

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Preparat yang digunakan pada kulit antara lain untuk efek fisik, yaitu

kemampuan bekerja sebagai pelindung kulit, pelincir, pelembut, zat pengering dan

lain – lain, atau untuk efek khusus dari bahan obat yang ada. Preparat ini dijual

bebas, sering mengandung campuran dari bahan obat yang digunakan dalam

pengobatan kondisi tertentu seperti, infeksi kulit yang ringan, gatal – gatal, luka

bakar, merah bekas popok, sengatan dan gigitan serangga, kutu air, mata ikan,

penebalan kulit dank eras, kutil, ketombe, jerawat, penyakit kulit kronis dan

eksim. Bentuk sediaan obat yang dimaksudkan untuk pemakaiaan pada kulit

anatara lain salep, krim, sistempemberian obat melalui kulit, lotio, larutan topical

dan tinktur menggambarkan bentuk sediaan dermatologi yang paling sering

dipakai (Ansel, 2005).

2.1 Pengertian Salep

Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan

sebagai obat luar. Bahan obatnya larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep

yang cocok (F.I.ed III). Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain

kadar bahan obat dalm salep yang mengandung obat keras atau obat narkotik

adalah 10%. Salep dibuat dengan substansi berlemak seperti: Adeps lanae,

Vaselinum (Petrolatum) dan minyak mineral. Menurut pemikiran modern salep

adalah sediaan semi padat untuk pemakaiaan pada kulit dengan atau tanpa

penggosokkan. Oleh karena itu salep dapat terdiri dari substansi berminyak atau

terdiri dari emulsi lemak atau lilin yang mengandung air dalam proporsi yang

relative tinggi (Hydrophilic ointment). (Anief,1993)

2.2 Fungsi Salep

a. Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit.

b. Sebagai bahan pelumas pada kulit.

c. Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak permukaan kulit

dengan larutan berair dan rangsang kulit. (Anief,1993)

2

Page 3: SALEP

Menurut Farmakope Indonesia Edisi 3, Salep adalah sediaan setengah padat

yang mudah dioleskan dan digunkan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut

atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok.

Pemerian : tidak boleh berbau tengik.

Kadar : kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung obat

keras atau obat narkotik, kadar bahan obat adalah 10%

Dasar salep : kecuali dinyatakan lain, sebagai bahan dasar salep digunakan

vaselin putih. Tergantung dari sifat bahan obat dan tujuan

pemakaian, dapat dipilih salah satu bahan dasar salep berikut;

1. Dasar salep hidrokarbon, vaselin putih, vaselin kuning atau

campurannya dengan malam putij, dengan malam kuning atau

dengan senyawa karbon lain yang cocok.

2. Dasar salep serap, Lemak bulu domba campuran 3 bagian

kolesterol. 3 bagian stearil alkohol, 8 bagian malam putih dan

8 bagian vaselin putih, campuran 30 bagian malam kuning dan

70 bagian minyak wijen

Homogenitas : jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang

cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen.

Penandaan pada etiket harus juga tertera: “obat luar”.

Salep kloramfenicol mengandung kloramfenicol C11H12Cl12N2O5 tidak kurang dari

85% dan tidak lebih dari 105% dari jumlah yang tertera pada etiket. (Depkes RI,

1979)

2.3 Penggolongan Salep

1. Menurut konsistensinya salep dapat dibagi:

a. Unguenta: salep yang mempunyai konsistensi seperti mentega, tidak

mencair pada suhu biasa, tetapi mudah dioleskan tanpa memakai

tenaga.

b. Cream (krim): salep yang banyak mengandung air, mudah diserap

kulit, suatu tipe yang dapat dicuci dengan air.

c. Pasta: salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk),

suatu salep tebal karena merupakan penutup atau pelindung bagian

kulit yang dioles.

3

Page 4: SALEP

d. Cerata: salep berlemak yang mengandung persentase lilin (wax) yang

tinggi sehingga konsistensinya lebih keras (ceratum labiale).

e. Gelones / spumae / jelly: salep yang lebih halus, umumnya cair dan

sedikit mengandung atau tanpa mukosa, sebagai pelican atau basis,

biasanya terdiri atas campuran sederhana dari minyak dan lemak

dengan titik lebur rendah. Contoh: starch jellies (10% amilum dengan

air mendidih)

2. Menurut sifat farmakologi / terapeutik dan penetrasinya, salep dapat

dibagi:

a. Salep epidermis (epidermic ointment; salep penutup) guna melindungi

kulit dan menghasilkan efek lokal, tidak diabsorbsi, kadang – kadang

ditambahkan antiseptik, astringensia, untuk meredakan rangsangan

atau anestesi lokal. Dasar salep yang baik adalah ds. senyawa

hidrokarbon.

b. Salep endodermis: salep yang bahan obatnya menembus ke dalam

kulit, tetapi tidak melalui kulit, terabsorpsi sebagaian, digunakan

untuk melunakan kulit, terabsopsi sebagaian, digunakan untuk

meredakan rangsangan atau selaput lendir. Dasar salep yang terbaik

adalah minyak lemak.

c. Diadermis: salep yang bahan obatnya menembus ke dalam tubuh

melalui kulit dan mencapai efek yang diinginkan, misalnya salep yang

mengandung senyawa merkuri iodida, beladona.

3. Menurut dasar salepnya, salep dapat dibagi:

a. Salep hidrofobik yaitu salep yang tidak suka air atau salep dengan

dasar salep berlemak (greasy bases) tidak dapat dicuci dengan air:

misalnya campuran lemak – lemak, minyak lemak, malam.

b. Salep hindrofilik yaitu salep yang suka air atau kuat menarik air, biasa

ds. tipe M/ A.

4. Menurut formularium nasional (Fornas)

a. Dasar salep 1 (dasar salep senyawa hidrokarbon)

b. Dasar salep 2 (dasar salep serap)

4

Page 5: SALEP

c. Dasar salep 3 (dasar salep yang dapat dicuci dengan air atau ds emulsi

M/A)

d. Dasar salep 4 (dasar salep yang dapat larut dalam air)

(Syamsuni, 2007)

2.4 Dasar Salep

Kualitas dasar salep adalah :

a. Stabil, Selama masih dipakai mengobati maka salep harus bebas dari

inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembaban yang ada dalam

kamar.

b. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi

lunak dan homogeny, sebab salep digunakan untuk kulit yang teriritasi,

inflamasi dan ekskoriasi.

c. Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang paling mudah

dipakai dan dihilangkan dari kulit.

d. Dasar salep yang cocok yaitu dasar salep yang harus compatible secara

fisika dan kimia dengan obat yang dikandungnya. Dasar salep tidak boleh

merusak atau menghambat aksi terapi dari obat yang mampu melepas

obatnya pada daerah yang diobati.

e. Terdistribusi merata, obat harus terdistribusi merata melalui dasar salep

padat atau cair pada pengobatan. (Anief,1993).

2.5 Penggolongan Dasar Salep

Penggolongan dasar salep berdasarkan komposisi:

1. Dasar salep berminyak

2. Dasar salep absorbs

3. Dasar salep tercuci

4. Dasar salep emulsi

1. Contoh dasar salep berminyak

a. Vaselin (petrolatum), terdiri dari vaselin putih dan vaselin kuning. Nama

lain dari vaselin adalah Soft Paraffin.

Vaselin putih merupakan vaselin yang dipucatkan /dimurnikan. Karena

pemucatan menggunakn Asam Sulfat, maka hati – hati jangan dipakai

5

Page 6: SALEP

untuk salep mata, karena dapat terjadi iritasi mata oleh kelebihan asam

sulfat yang dikandung dalam dasar salep.

Vaselin dapat menyerap sebanyak 5% air. Dengan penambahan kolestrol,

kemampuan mendukung air dapat dinaikkan. Selain kolestrol dapat

digunakan pula Span dan Tween, Natrium Lauril Sulfat dan surfaktan

lain (Anief,1993).

Daftar kemampuan vaselin mendu dan Warner

Banyak zat yang ditambahkanKemampuan vaselin

mendukung air

3% Kholesterol 250%

3% Kholesterol + 3% Kholesterol asetat 500%

3% Kholesterol + 3% Kholesterol laurat 600%

3% Kholesterol + 3% Kholesterol palmitat 700%

3% Kholesterol + 3% Kholesterol stearat 800%

3% Isokholesterol 300%

3% Kholesterol + Cetaeum 500%

(Anief, 1988)

b. Parafin, adalah Paraffinum solidum merupakan senyawa hidrokarbon

yang padat dan digunakan untuk mengeraskan salep, sebab menaikkan

titik lebur.

Selain itu digunakan pula paraffin cair yaitu Paraffinum liquidum dengan

dua macam kualitas yaitu yang viskositasnya ringan dan digunakan untuk

membuat vanishing cream, sedang yang viskosistasnya berat digunakan

untuk cold cream.

c. Minyak tumbuh – tumbuhan.

Yang banyak dipakai adalah Oleum Sesami dan Oleum Olivarum dan

digunakan sebagai pelumas dan untuk menurunkan titik lebur dasar

salep.

6

Page 7: SALEP

Pada proses hidrogenasi minyak akan menjadi bentuk setengah padah

berwarna putih. Keuntungan dari proses ini ialah menjadi makin stabil,

tidak tengik serta menambah daya absorbsi air.

d. Jelene tersusun dari minyak hidrokarbon dan malam, structural tersusun

sedemikian sehingga fase cair mudah bergerak, dengan demikian

berbentuk gerakan intern yang menyesuaikan diri dengan perubahan

antar muka secara kontinu. Sehingga difusi obat ke media sekelilingnya

dapat terjadi lebih baik.

Jelene adalah lunak, tak berwarna,titik leburnya 90o – 91o C, halus

pegangannya serta baik sebagai dasar salep (Anief,1993)

Keuntungan penggunaan jelene, dalam penyimpanan tetap dan cukup

lunak. Jelene 50 W dikenal sebagai Plastibase (Squibb). Tidak

tercampurkan dengan Pix liquida, Kamfer, Mentol, Gandapura, karena

akan membuat Jelene encer (Anief, 1988)

e. Silicon merupakan seri polimer sintetik dengan struktur dasar bukan

hidrokarbon, tetapi suatu rantai Si dan O yaitu (-O-Si-O-Si), dalam

perdagangan dikenal Dimetikon. Biasanya untuk salep dan kosmetik

dengan viskositas 50-1.000 Cs. Silicon stabil pada suhu tinggi dan tahan

terhadap oksidasi. (Anief,1993)

2. Contoh dasar salep absorbsi

Golongan dasar salep absorbsi meliputi minyak hidrofil seperti Adeps

Lanae, Hydrophylic Petrolatum dan dasar salep yang baru seperti Aquaphor,

Polysorb, Hydrosorb, dan Plastibase hydrophilic.

Hydrophylic petrolatum

R/ white petrolatum 86%

White wax 8%

Stearyl alcohol 3%

Kholesterol 3%

(Anief, 1986).

Dasar salep absorbs ada dua tipe :

a. Dasar salep anhidrus yang mampu menyerap air dan membentuk tipe

emulsi A/M seperti Adeps Lanae dan hydrophilic petrolatum.

7

Page 8: SALEP

Adeps lanae merupakan lemak bulu domba, mengandung persentase

tinggi kolestrol sebagai ester dan bentuk alcohol hingga dapat

mengabsorbsi air. Pada pemakaiaan pada kulit dapat merupakan

lapisan penutup, melunakkan kulit hingga salep mudah dipakai.

Keberatannya bau dan banyak yang alergi terhadap adeps lanae.

Hydrophilic petrolatum, dengan adanya kolestrol memungkinkan

dasar salep menyerap air atau cairan obat dalam air dan terbentuk

krim A/M emulsi dan dasr salep sukar dihilangkan dari kulit oleh air.

b. Dasar salep hidrus dan merupakan tipe emulsi A/M tapi masih mampu

menyerap air yang ditambahkan seperti cold cream, lanolin. Sifat lain

dasar salep absorbsi ialah tidak mudah dicuci. (Anief,1993)

3. Dasar salep tercuci

Dasar salep ini adalah anhidrus, larut dalam air dan mudah dicuci dengan

air. Hanya bagian kecil dari cairan dapat didukung oleh dasar salep tanpa

perubahan viskositas. (Anief,1993)

Contoh dasar salep tercuci

1. Polyethylene glycol ointment USP

R/ Polyethylene glycol 4.000 40%

Polyethylene glycol 400 60%

2. Tragacanth

3. P.G.A.

(Anief, 1986)

4. Dasar salep emulsi, ada dua macam yaitu :

a. Dasar salep emulsi tipe A/M seperti Lanolin dan Cold Cream.

b. Dasar salep emulsi tipe M/A seperti vanishing cream dan Hydrophilic

ointment. (Anief,1993)

Vanishing cream

R/ Cetyl alkohol 1,0

Lanolini 2,0

Paraffin Liquidi 5,0

Stearic acid 9,0

Pot. Hydroxide 0.5

8

Page 9: SALEP

Propylene glycol 5,0

Aqua ad 77,5

Emulsifying ointment B.P.

R/ Emulsifying wax 300

White soft parafin 500

Liquid paraffinum 200

Emulsifying wax

R/ Cetostearyl alkohol 90

Sod. Lauryl sulfate 10

Purified water 4 ml

(Anief, 1986).

2.6 Pembuatan Salep

Baik dalam ukuran besar maupun kecil, salep dibuat dengan dua metode,

yaitu :

1. Pencampuran

Dalam metode pencampuran, komponen dari salep dicampur bersama –

sama dengan segala cara sampai sediaan yang rata tercapai.

Pencampuran bahan padat.

Pembuatan salep menggunakan spatula, dengan cara

menggerus/menggosokkannya serta meratakan dan mengumpulkan

komponen – komponenya pada permukaan yang kasar dengan spatula

sampai hasilnya lembut dan rata.

Pencampuran cairan.

Bahan cairan atau larutan obat dapat ditambahkan setelah

dipertimbangkan sifat – sifat salepnya. Misalnya larutan atau preparat

berair akan menjadi sukar ditambahkan ke dalam salep berlemak,

kecuali dalam jumlah yang kecil.

2. Peleburan

Dengan metode peleburan, semua atau beberapa komponen dari salep

dicampurkan dengan melebur bersama dan didinginkan dengan

pengadukan yang konstan sampai mengental (Ansel, 2005).

9

Page 10: SALEP

Pengaturan Pembuatan Salep Menurut F.Van Duin

1. Peraturan salep pertama

“Zat-zat yang dapat larut dalam campuran lemak, dilarutkan kedalamnya,

jika perlu dengan pemanasan”.

2. Peraturan salep kedua

“Bahan – bahan yang larut dalam air, jika tidak tidak ada peraturan lain,

dilarutkan terlebih dahulu dalam air, asalkan jumlah air yang

dipergunakan dapat diserap seluruhnya oleh basis salep dan jumlah air

yang dipakai, dikurangi dari basis salepnya”.

3. Peraturan salep ketiga

“Bahan-bahan yang sukar atau hanya sebagian dapat larut dalam lemak

dan air ahrus diserbukkan lebih dahulu, kemudian diayak No.60”.

4. Peraturan salep keempat

“Salep – salep yang dibuat dengan jalan mencairkan, campurannya harus

digerus sampai dingin” bahan – bahan yang ikut dilebur,

penimbangannya harus dilebihkan 10% - 20% untuk mencegah

kekurangan bobotnya” (Syamsuni, 2007).

Termasuk dalam golongan sediaan salep ialah:

1. Cream

Cream adalah suatu salep yang mengandung banyak air, mudah diserap

kulit. Suatu tipe yang dapat di cuci dengan air

2. Pasta

Pasta adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat

(serbuk). Suatu salep tebal, keras biasanya tidak meleleh pada suhu

badan, jadi merupakan penutup/pelindung bagian kulit yang diberi

3. Cerata

Cerata adalah suatu salep berlemak yang mengandung persentase tinggi

lilin (waxex), hingga konsistensi jadi lebih keras. Contoh : Ceratum

Labiale (CMN)

10

Page 11: SALEP

4. Jelly

Jelly adalah suatu salep yang lebih halus, umumnya cair dan

mengandung sedikt atau tanpa lilin (wax), dipergunakan terutama pada

membran mukosa, sebagai pelicin atau basis, biasanya terdiri campuran

sederhana dari minyak dan lemak dengan titik lebur yang rendah.

Washable Jelly mengandung mucilagines, misalnya: gom, tragacanth,

amylum.

Contoh: starch jellies ( 10% amylum dengan air mendidih)

Faktor-faktor yang mempengaruhi efek absorpsi obat dalam salep oleh kulit

adalah :

1. Dari segi fisiologi

a. Keadaan kulit

b. Luas daerah pemakaian dan

c. Banyaknya pemakaian

d. Letak pemakaian dan lama pemakaian

2. Keadaan hidrasi pada stratum corneum

3. Temperatur kulit

4. Adanya pelarut yang dapat campur atau melarut dalam stratum corneum

5. Konsentrasi obat

6. Sifat-sifat obatnya

a. Kelarutan karakteristik dari obat yang akan penetrasi

b. Koefisien partisi (PC) dari obat antara kulit perintang dan bahan

pembawa obat.

7. Komposisi dasar salep, hl ini kebanyakan berhubungan dengan efek :

a. Kelarutan obat dalam dasar salep

b. Koefisien aktivitas obat

c. Koefisien partisi (PC) obat dalam kulit/ bahan pembawa (Anief,

1986).

2.7 Pengawetan Salep

Salep sering memerlukan penambahan pengawet seperti antimikroba, pada

formulasi untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang terkontaminasi.

Pengawet – pengawet ini termasuk hidroksibenzoat, fenol - fenol pengawet ini

11

Page 12: SALEP

termasuk hidroksibenzoat, fenol – fenol, asam benzoate, asam sorbet, garam

ammonium kuartener dan campuran lainnya.

2.8 Pengemasan dan Penyimpanan Salep

Salep biasanya dikemas baik dalam botol atau tube. Tube dibuat dari kaleng

atau plastic. Tube salep untuk pemakaian topical lebih sering dari ukuran 5 sampai

30 gram. Tube umumnya diisi dengan alat pengisi dari bagian ujung belakang

yang terbuka dari tube yang kemudiaan ditutup dengan disegel. Salep yang dibuat

dengan cara peleburan dapat dituangkan langsung ke dalam tube. Pada skala kecil

seperti yang dibuat mendadak, pengisian dari tube salep oleh ahli farmasi di

apotek, tube dapat diisi dengan cara sbagai berikut :

Salep yang telah dibuat digulung di atas kertas perkamen menjadi

bentuk silinder, diameter silinder sedikit lebih kecil dari tube supaya

dapat diisikan dengan panjang kertas yang lebih dari silinder.

Dengan tutup dari tube dilepas supaya udara keluar, silinder dari salep

dengan kertas dimasukkan ke dalam bagian ujung bawah tube yang

terbuka.

Potongan kertas yang melipat salep dipegang oleh satu tangan sedang

lainnya menekan dengan spatula yang berat k earah tutup tube sampai

tube tadi penuh dan sambil menarik perlahan – lahan kertas salep tadi di

lepaskan, ratakan permukaan salep dengan spatula, kurang lebih setengah

inci dari ujung bawah.

Bagian bawah yang disisakan lipatan 2 x1/8 inci dan dibuat dari ujung

bawah tube yang dipipihkan, ditekan/jepit penyegel tepat diatas lipatan

untuk menjamin bahwa sudah betul – betul tertutup. (Ansel, 2005).

Kebanyakan salep harus disimpan pada temperature dibawah 30oC untuk

mencegah melembek apalagi dasar salepnya bersifat dapat mencair. (Ansel,

2005).

12

Page 13: SALEP

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat Dan Bahan

3.1.1. Alat

Beaker glass

Cawan porselin

Lumpang dan stamper

Spatula

Sudip

Termometer

Batang pengaduk

Timbangan gram

Timbangan miligram

Neraca analitik

Kertas perkamen

Jarum/kawat

Cetakan suppositoria

Aluminum foil

Lemari pendingin

Waterbath

3.1.2 Bahan

Kloramfeniol base

Vaselin Alba

Adeps Lanaw

Propilenglikol

3.2 Resep

13

Page 14: SALEP

R/ Chloramfenikol 200 mg Propilenglikol. 1 Adeps Lanae 1 Vaselin ad 10

m.f.ungt sue

# Pro : Liana

3.3 Daftar Obat

Daftar Obat : 1. Kloramfenikol : Keras2. Propylenglikol : Bebas3. Adeps lanae : Bebas4. Vaselin album : Bebas

3.4 Perhitungan Bahan

1. Kloramfenikol : 0,5/100 × 10 = 0,2 gram = 200 mg

200 mg × 2 = 400 mg

2. Propylenglikol : 1 gram × 2 = 2 gram

3. Adeps lanae : 1 gram × 2 = 2 gram

4. Vaselin album ad : 10 gram × 2 = 20 gram

= 20 gram – ( 400 mg + 2 gram + 2 gram )

= 15,6 gram

Evaluasi :

a. Uji kebocoran (salep dalam tube)

Alat : Oven dan kertas penyerap

Cara :

1. Ambil 10 tube salep mata, bersihkan permukaan luar tiap tube

dengan kertas penyerap.

2. Letakkan tube di atas loyang posisi horizontal.

3. Masukkan ke dalam oven diamkan selama 1 jam, suhu 60o ± 3oC

4. Tidak boleh terjadi kebocoran (kertas penyerap harus tetap kering).

b. Uji homogenitas (F.Ind. Ed.III, 1979).

Alat : Objek glas / kertas perkamen

Cara : Jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang

cocok harus menunjukkan susunan yang homogen.

BAB IV14

Page 15: SALEP

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Dari hasil percobaan diperoleh bahwa salep yang diuji untuk kelompok

V tidak mengalami kebocoran ketika uji kebocoran.

Dari hasil uji homogenitas, kedua salep yang telah dibuat memberikan

hasil baik yaitu homogen.

4.2 Pembahasan

Pada percobaan salep antibiotika ini dilakukan uji homogenitas dan uji

kebocoran salep, uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kehomogenan

sediaan yang dibuat. Homogenitas sediaan dapat dilihat dari ketercampuran

bahan-bahan yang digunakan pada basis semisolid. Uji ini dilakukan dengan cara

tiap sediaan diletakkan pada objek glass lalu dilekatkan objek glass lainnya

dan dilihat homogenitas sediaan. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan,

isi dari sediaan salep mempunyai homogenitas yang baik dimana tidak terdapat

serbuk yang tidak halus di objek glass.

Uji kebocoran tube salep dilakukan dengan cara tube salep yang akan diuji

dibersihkan dan keringkan baik-baik permukaan luar tiap tube dengan kain

penyerap. Letakkan tube pada posisi horizontal di atas kertas saring, dimasukkan

dalam oven dengan suhu yang diatur pada 60° C selama 8 jam. Tidak boleh

terjadi kebocoran yang berarti selama atau setelah pengujian selesai.

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, diketahui bahwa tube salep

tidak mengalami kebocoran.

BAB V

15

Page 16: SALEP

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan.

Bahan dasar salep mata yang digunakan adalah Kloramfenikol,

Propylenglikol dan Adeps lanae.

Salep mata memenuhi persyaratan evaluasi uji homogenitas dan

memenuhi persyaratan evaluasi uji kebocoran dimana tidak boleh terjadi

kebocoran tube (kertas penyerap harus kering)

5.2 Saran

Praktikan hendaknya mengetahui prosedur kerja dengan benar dari

percobaan.

Praktikan hendaknya melakukan prosedur percobaan dengan baik agar

diperoleh hasil yang baik sehingga tidak ada tube yang bocor setelah

pengeringan dalam oven

Pengeringan dalam oven harus dijaga suhunya 60-700C.

Pada saat penimbangan semua bahan harus dilakukan dengan teliti agar

bahan obat yang termasuk obat keras benar dosis nya.

DAFTAR PUSTAKA

16

Page 17: SALEP

Anief, Moh. (1993). Farmasetika. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Hal : 110 – 115

Anief, Moh. (1986). Ilmu Farmasi. Jakarta : Ghalia Indonesia. Hal 74-76.

Anief, Moh. (1988). Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada University

Press. Hal 52-63

Ansel, Howard. C. (2005). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi keempat.

Jakarta : Universitas Indonesia. Hal : 489.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1979). Farmakope Indonesia Edisi

III. Jakarta : Depkes RI.

Syamsuni, H.A. (2007). Ilmu Resep. Jakarta : ECG

LAMPIRAN

17

Page 18: SALEP

18