SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA...

90
SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKAT KATOLIK DI LARANTUKA KABUPATEN FLORES TIMUR SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh : Shakeel Ahmad 11150321000004 PRODI STUDI AGAMA AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019 M / 1441 H

Transcript of SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA...

Page 1: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKAT

KATOLIK DI LARANTUKA KABUPATEN FLORES TIMUR

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh :

Shakeel Ahmad

11150321000004

PRODI STUDI AGAMA – AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 M / 1441 H

Page 2: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

ii

Page 3: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

iii

Page 4: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

iv

Page 5: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

v

ABSTRAK

Shakeel Ahmad

11150321000004

Sakralitas Patung Tuan Ma Pada Masyarakat Katolik di Larantuka

Kabupaten Flores Timur

Setiap budaya keagamaan baik ritual, peribadatan, kitab suci, bahkan benda

yang dianggap suci memiliki pengaruh mendalam terhadap pemeluknya. Namun

objek material pada tradisi keagamaan lebih banyak menarik daya perhatian bagi

pemeluk agama, karena ada sesuatu yang dapat dilihat bahkan dipegang. Walaupun

persoalan agama adalah persoalan iman dan keyakinan yang datang dari nurani, tetapi

dengan adanya objek sembah pada ritual-ritual keagamaan itulah yang membuat

sarana penyampaian iman dalam nurani tersampaikan. Kepuasan batin para pemeluk

agama bisa disalurkan dengan adanya objek materi dari tradisi agama tertentu.

Seorang Sosiolog fenomenal asal Perancis abad 18, Emile Durkheim,melihat

fenomena objek materi dari tradisi keagamaan ini dengan pendapat bahwa segala

sesuatu yang lahir dari budaya masyarakat tak terkecuali budaya ritual keagamaan

adalah salah satu contoh kesakralan. Mengacu pada pendapat Durkheim tentang

sakralitas objek materi dari tradisi keagamaan, bahwa konteks sakralitas Patung Tuan

Ma sangat bisa dikatan sakral, karena sejak awal munculnya Patung Tuan Ma hingga

inkulturasi nilai-nilai Kristen, membuat kesakralan Patung Tuan Ma menjadi kuat

dengan dilestarikannya tradisi Semana Santa, yaitu Devosi terhadap Patung Tuan Ma.

Pada penulisan skripsi ini, penulis berupaya mencari dan membongkar aspek-

aspek sosio-teologis dan beberapa niali-nilai fenomena keagamaan yang ada pada

Patung Tuan Ma. Mulai dari sejarah, ritual prosesi devosi terhadap Patung Tuan Ma,

hingga pada pendapat para teolog Katolik di Indonesia yang membahas tentang

betapa suci nya Patung Tua Ma.

Penulisan ini bersumber dari metode kajian kepustakaan atau Library

Research yang berasal dari beberapa buku karya-karya sarjana Kristen yang ada di

Indonesia yang berkaitan dengan Mariologi, Devosi dan fenomena keagamaan yang

ada pada tradisi Kristen.

Kata Kunci : Sakral, Patung Tuan Ma, Masyarakat, Katolik

Page 6: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkat dan nikmat-Nya, yang

telah diberikan kepada hamba-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi

untuk meraih gelar Sarjana Agama hingga pada tahap penulisan skripsi di Program

Studi Agama-Agama Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Solawat

serta salam selalu tersampaikan kepada Rasulullah Nabi Muhammad SAW beserta

para sahabat dan keluarganya, semoga rahmat dan syafaat beliau menjadi bekal

sarana wasilah Allah SWT dengan mahluk ciptaan-Nya.

Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan oleh dukungan dan bantuan baik

moral maupun material dari beberapa pihak. Oleh karena itu, dengan rasa hormat dan

terima kasih yang tinggi, kepada:

1. Bapak Mohammad Nuh Hasan, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing penulis

yang dengan tulus dan sangat baik memberikan arahan dan pandangan-

pandangan agar skripsi ini dapat memperoleh hasil yang memuaskan. Semoga

Allah SWT selalu memberikan kesehatan dan kemudahan bagi beliau.

2. Ibu Dra. Hj. Hermawati, MA. selaku Dosen Penasehat Akademik penulis

yang dalam memberikan konsultasi selalu dengan aura yang posistif bagi

penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan lancar.

Page 7: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

vii

3. Bapak Dr. Yusuf Rahman, MA. sebagai Dekan Fakultas Ushuluddin UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran Dekanat, semoga Bapak diberikan

kelancaran memimpin Ushuluddin kearah kemajuan.

4. Bapak Syaiful Azmi, MA. dan Ibu Lisfa Sentosa, MA. sebagai Ketua dan

Sekretaris Program Studi, Studi Agama-Agama yang selalu memberikan

dukungan dan support moral terhadap penulis dalam mengerjakan skripsi juga

setiap proses birokrasi dan administrasi di Prodi.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ushuluddin yang telah memberikan ilmu dalam

setiap Mata Kuliah yang diikuti penulis, khususnya bagi Dosen-dosen

Program Studi Agama-Agama mulai dari Bapak Prof. Dr. Kautsar Azhari

Noer, MA, Bapak Prof. Dr. Ikhsan Tanggok, MA, Bapak Dr. Amin Nurdin,

MA, Bapak Wakil Dekan III Dr. Media Zainul Bahri, MA, Bapak Ismatu

Ropi, Ph.D. Bapak Dadi Darmadi, Ph.D. Bapak Dr. Hamid Nasukhi, MA,

Bapak Zaenul Muttaqin, MA, Ibu Marjuqoh, MA, Ibu Siti Nadroh, MA dan

Ibu Halimah Mahmudy,MA. semoga kesahatan dan kesuksesan selalu

menyertai beliau-beliau.

6. Seluruh staf dan karyawan di Bagian Tata Usaha Fakultas Ushuluddin,

terutama Pak Toto Tohari, M.Ag yang telah membantu penulis dalam setiap

proses birokrasi dan administrasi kampus di Ushuluddin.

7. Ayahanda terkasih Bapak Dili Sadili dan Ibunda tersayang Ibu Intan

Mokodompit yang telah memberikan dukungan penuh, baik merawat,

mendidik, dan memberikan support moral dan material juga senantiasa

Page 8: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

viii

mendoakan bagi penulis mulai dari sekolah dasar hingga menimba ilmu di

Kampus Pembaharu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta hingga pada proses

penulisan skripsi ini. Tidak lupa untuk ketiga adik perempuan penulis yaitu

Saima Fadhal, Rizky Amalia (Kiki), dan Raudhatul Jannah (Yaya) yang selalu

mendukung dan mendoakan yang terbaik bagi penulis. Semoga mereka selalu

dalam lindungan Allah SWT.

8. Untuk seluruh teman-teman GPS V ARH yang masih menjalin komunikasi

dengan baik dengan penulis mulai dari masuk SMA hingga saat ini. Semoga

kalian meraih kesuksesan dalam proses kalian masing-masing.

9. Untuk kawan-kawan dan sahabat-sahabat SAA 2015 yang berjuang bersama

dalam proses pembelajaran di Ushuluddin dari Semester 1 hingga sekarang,

terkushus untuk sahabat-sahabat penulis mulai dari Riza Adi, Guruh, Agi

Mukmin, Bandu, Hafiz Hidayat, Imamuddin, Muhammad Yusuf, serta Bang

Deni Iskandar.

10. Untuk pengurus HMI KOMFUF Cabang Ciputat Periode 2017 yang telah

membantu banyak hal, mulai dari proses pembelajaran, organisasi dan sebagai

sarana mengawali karir organisasi ekstra dan intra kampus bagi penulis

selama di Ciputat, Yakusa!.

11. Untuk kawan-kawan Senat Mahasiswa Universitas UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta 2018, terkhusus bagi fraksi SEMA-U HMI yang sama-sama berjuang

untuk kemaslahatan banyak mahasiswa , banyak hal yang didapatkan oleh

penulis dan sangat beruntung bisa menjadi bagian dari mereka, walaupun

Page 9: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

ix

menjadi oposisi namun semangat organisatoris dan profesionalisme selalu

mereka tunjukan.

12. Terakhir bagi teman-teman kelompok KKN SPARTAN 75 yang selama 2

bulan mulai dari Juli-Agustus 2018 bekerja sama dalam melaksanakan

pengabdian masyarakat, dengan berbagai dinamika dilewati dengan

kekeluargaan.

Akhir kata penulis kembali mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang terlibat dalam proses pembelajaran dan pendidikan penulis hingga pada

tahap penulisan skripsi ini.

Tangerang Selatan, 22 Oktober 2019

Penulis,

Page 10: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PENYATAAN ........................................................................................ ii

LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... iv

ABSTRAK ................................................................................................................ v

KATA PENGANTAR .............................................................................................. vi

DAFTAR ISI ............................................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1

b. Rumusan Masalah .......................................................................................... 7

c. Tujuan Penelitian............................................................................................ 7

d. Tinjauan Pustaka ............................................................................................ 8

e. Metode Penelitan ............................................................................................ 9

f. Sistematika Penulisan ..................................................................................... 11

BAB II SEJARAH DAN PERKEMBANGAN MASYARAKAT KATOLIK DI

LARANTUKA

a. Keadaan masyarakat Pra-Kristen masuk ........................................................ 13

b. Keadaan masyarakat saat Misi Kristen Portugis di Solor dan Larantuka ...... 16

c. Keadaan masyarakat saat Misi Kristen Belanda dan Sekarang ..................... 21

BAB III PRAKTEK DEVOSI PATUNG TUAN MA

( PROSESI SEMANA SANTA)

a. Sejarah Semana Santa (Devosi Patung Tuan Ma) .......................................... 26

b. Waktu Devosi Patung Tuan Ma .................................................................... 27

c. Pelaksana Devosi Patung Tuan Ma ................................................................ 31

d. Prosesi dan Makna Peribadatan Semana Santa .............................................. 33

Page 11: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

xi

BAB IV NILAI KESAKRALAN DEVOSI PATUNG TUAN MA

a. Pengertian dan Makna Sakral ......................................................................... 43

b. Landasan Teologis Sakralitas Patung Tuan Ma ............................................. 47

c. Pengertian dan Makna Devosi........................................................................ 56

d. Nilai Sakral Devosi Patung Tuan Ma ............................................................. 60

e. Sakralitas Patung Tuan Ma dalam pandangan Gereja .................................... 66

BAB V PENUTUP

a. Kesimpulan..................................................................................................... 68

b. Saran ............................................................................................................... 70

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 71

LAMPIRAN .............................................................................................................. 75

a. Lampiran 1 : Foto Penghormatan kepada Patung Tuan Ma ........................... 75

b. Lampiran 2 : Foto Penghormatan Patung Tuan Ma ....................................... 76

c. Lampiran 3 : Foto Patung Tuan Ma di dalam Kapela .................................... 77

d. Lampiran 4 : Foto Pengarakan Puncak Malam Semana Santa ...................... 78

e. Lampiran 5 : Foto Pengarakan Patung Tuan Ma dan Tuan Ana .................... 79

Page 12: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Patung adalah sebuah karya seni manusia dengan bentuk tiga dimensi

yang terbuat dari beberapa bahan seperti kayu, logam, marmer dll. Patung

dibuat dibuat oleh manusia dari masa lampau hingga masa modern saat ini

dengan tujuan yang berbeda, mulai dari tujuan apresiasi seni, simbol karisma

penguasa, hingga tujuan religiusitas. Pada konteks religiusitas, masyarakat

jazirah timur tengah sekitar abad 6 menganggap patung sebagai berhala,

simbol dari Tuhan atau Dewa yang disembah. Namun, seiring berkembangnya

zaman, sekitar abad 14 dengan diiringi pola pikir manusia yang sadar akan

akal budi, maka patung lebih ditujukan pada sebuah karya seni yang memiliki

daya buat dengan kesulitan yang beragam, selain itu patung juga dibuat

sebagai tanda penghormatan bagi kekuasaan Raja-raja di Eropa pada sekitar

abad 13-14. Pada tradisi yang lain, contohnya di belahan dunia timur seperti

di Tiongkok, India, dan Asia Tenggara, patung masih menjadi tujuan

religiusitas yang erat dikarenakan persebaran agama Hindu dan Buddha yang

pesat membuat kuil-kuil Hindu maupun Buddha banyak terdapat patung

Dewa-dewa untuk disembah.

Page 13: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

2

Fenomena berhala pada patung ini terjadi pada banyak kepercayaan, mulai

dari panteisme, henoteisme hingga politeisme juga terdapat pada daerah-

daerah pusat peradaban seperti Mesir kuno, Romawi kuno, hingga Byzantium

dengan tujuan yang sama yaitu fungsi religi untuk disembah dan hingga kini

patung dengan tujuan religi masih terdapat di dalam agama-agama yang

berkembang saat ini contohnya Hindu,Buddha, KongHucu, Tao, bahkan

Kristen. Dalam istilah Hindu kuno patung disebut arca selain untuk

menyembah patung juga dibuat sebagai saran ibadah atau ritual bagi pemeluk

agama yang bersangkutan.1

Pada tradisi Kristen khususnya Katolik, tidak terdapat sakramen khusus

dalam peribadatan melalui sarana patung, Patung hanyalah pemberi kesan

holiness pada gereja-gereja yang biasa disimpan di bagian dalam altar utama

gereja. Hanya beberapa gereja Katolik yang memiliki patung Bunda Maria

ataupun Yesus. Namun, pada judul yang diangkat oleh penulis ini, akan

menjelaskan bahwa ada peran simbolis keagamaan pada patung yang terdapat

dalam tradisi Katolik di Indonesia tepatnya di Larantuka, Flores Timur yaitu

patung Tuan Ma atau reinha rosari yang akan membuaka pengetahuan baru

dan perspektif baru tentang makna sombolis patung dalam tradisi Kristiani

khususnya Katolik.

1 Soedarsono,R.M.Pengantar Apresisasi Seni.(Jakarta:Balai Pustaka,1992),hlm.177.

Page 14: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

3

Dalam Katolik ada istilah Devosi, yaitu bentuk doa yang menjadi bagian

dari praktek kerohanian di luar dari liturgi-liturgi gereja pada umumnya

namun hanya popular di kalangan umat Katolik. Banyak devosi ini telah

secara resmi diakui oleh gereja sebagi sesuatu yang berharga bagi

perkembangan iman namun tidak memiliki nilai penting untuk keselamatan.

Seringkali beberapa devosi di gereja berbentuk doa-doa yang telah

terformalisasikan, benda-benda suci seperti patung dan gambar-gambar suci

yang lahir dari pernyataan wahyu pribadi, atau pengalaman-pengalaman

rohani pribadi dari beberapa orang seperti Penampakan Bunda Maria atau

Yesus Kristus.2

Devosi Katolik juga meliputi penghormatan kepada para orag suci

(santo/santa). Gereja Katolik Roma memiliki tradisi untuk melakukan

penyelidikan menyeluruh terhadap pernyataan wahyu pribadidan kehidupan

para orang yan dicalonkan menerima gelar santo untuk memastikan bahwa

tidak ada penjelasan alam atau ilmiah pada saat penyelidikan berlangsung,

yang bisa menjelaskan keajaiban apapun yang terjadi. Seringkali sebuah

devosi yang diterima oleh gereja memiliki sebuah bentuk doa, gambaran dan

kadang-kadang sebuah pesan khusus.3

Beberapa contoh dari devosi Katolik meliputi Rosario, Jalan Salib, Hati

Kudus Yesus, Citra Kudus Yesus, relik tubuh orang suci, Hati Maria Tak

2 David Kinsley, “Devotion” dalam Mircea Eliade,Encyclopedia of Religion,vol.4(New

York:Macmillan Publisher,1987),hlm.136. 3 Groenen,C.OFM,Mariologi : Teologi dan Devosi ,(Yogyakarta:Kanisius,1994),hlm.149.

Page 15: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

4

Bernoda, Ratu Guadalupe Kami, doa-doa novena bagi orang suci

(santo/santa), Penghormatan bagi tokoh-tokoh Gereja Katolik Timur

(Orthodok) dan tentunya Semana Santa yang ada di Larantuka, Flores Timur.4

Peran penting patung inilah yang akan dibahas pada kaitannya dalam devosi,

ritual devosi Semana Santa jugalah yang melibatkan peran besar Patung Tua

Ma dalam prosesinya.

Semana Santa adalah salah satu tradisi pada perayaan Pekan Suci Paskah

yang merupakan salah satu perayaan suci bagi umat Katolik di Larantuka,

prosesi ini sudah berumur 5 abad lamanya dan merupakan warisan dari bangsa

Portugis yang menetap di Pulau Flores timur dan Pulau Solor pada abad 16.

Akulturasi budaya, agama, dan tradisi-tradisi lokal yang cukup kental

menjadikan tradisi ini menjadi kuat, mengakar, dan tetap dijalankan setiap

tahunnya hingga saat ini bahkan menjadi daya tarik bagi peziarah umat katolik

dari luar daerah hingga mancanegara. Setiap perayaan Semana Santa

berlangsung ribuan peziarah dari Italia, Brazil, Spanyol dan Portugal

mendatangi Larantuka untuk ikut menghidmati ritual suci ini. Semana berasal

dari dua kata, Semana : pecan dan santa : suci. Pekan suci ini dilakukan

dalam satu rangkaian panjang mulai dari istilah hari Rabu Abu, Kamis Putih,

Jumat Agung, Sabtu Suci dan berakhir pada Minggu Paskah. Pada

pelaksanaannya terdapat prosesi mengarak Patung Tuan Ma dan Patung Tuan

Ana dengan suasana syahdu dan khusyuk sambil berdoa dan memohon berkat.

4 Maria Handoko, Petrus, CM. Santa Maria Perawan ,(Malang:Dioma,2006),hlm131-132.

Page 16: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

5

Adapaun sejarah bagaimana Patung Tuan Ma berasal dan menjadi tokoh

utama dalam prosesi kudus bagi umat Katolik di Larantuka adalah sebagai

berikut.5

Pada Awal abad 16, tepatnya tahun 1510-an, Patung dengan berbentuk

wanita dewasa terdampar dibibir pantai Larantuka yang berasal dari Kapal-

Kapal Portugis yang karam di perairan Flores. Sebelum masuknya Kristen

khususnya Katolik di Larantuka, Patung ini ditemukan oleh salah seorang

laki-laki suku larantuka dan dibawa kehadapan Raja Suku Larantuka,

kemudian Raja Suku Larantuka menganggap bahwa Patung tersebut adalah

sebuah anugrah dan keajaiban, karena pada saat itu masyarakat suku larantuka

tidak ada yang dapat membuat patung yang terbuat dari serat-serat kayu

tersebut, mulai dari situlah sang Raja Suku menetapkan bahwa Patung

tersebut harus diberi penghormatan dan dijadikan simbol sembah pada saat

perayaan panen hasil bumi dan hasil laut dengan memberi sesajian. Berawal

dari situ pula Patung ini diberi nama sebagai Patung Tuan Ma yang memiliki

arti Tuan dan Mama bagi masyarakat Larantuka.6

Pada akhir abad 16 tepatnya tahun 15-60-an, misi Katolik pertama kali

berada di Pulau Solor dan Larantuka, misi ini digencarkan oleh Ordo

Dominikan, penyebaran misi Katolik pertamini juga disebut sebagai Misi

5 https://www.GoodNewsFromIndonesia.id/2017/04/13/semana-santa-tradisi-paskah-di-

Larantuka-jadi-kunjungan-dunia. (diakses pada 14 Maret 2019). 6 https://tirto.id/sejarah-semana-santa-tradisi-paskah-umat-katolik-di-larantuka.cgV8.

(diakses pada 14 Maret 2019).

Page 17: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

6

Solor. Hal tersebut menjadikan misi Katolik pertama di Nusantara, terdapat 3

misionaris Katolik asal Portugis yang melakukan Misi Solor ini, yaitu Pater

Antonio de Cruz, Simao de Chagas dan Bruder Alexio, kemudian diawal abad

17 Raja-raja Larantuka dan Pulau Solor seiring gencarnya misi dan penerapan

ajaran kristus dengan pendekatan akulturasi budaya dan hubungan baik

dengan raja-raja suku local maka secara perlahan beralih masuk Kristen

Katolik yang dibaptis oleh misonaris Portugis yaitu Pastor Manuel de Cagas.7

Peristiwa ini juga memulai sejarah munculnya kerajaan Kristen pertama di

Nusantara, mengetahui adanya objek suci yang menjadi simbol sakral bagi

masyarakat dalam bentuk patung Tuan Ma, maka Pastor Manuel de cagas

melakukan intervensi penafsiran pada Patung Tuan Ma, Pastor Manuel

menjelaskan pada Raja-raja yang telah masuk Kristen itu dengan menyebut

bahwa Patung Tuan Ma adalah sebenarnya Bunda Maria, Dia-lah yang

memliki Putra kudus yang bernama Yesus Kristus sebagai pembawa

keselamatan. Patung Tuan Ma memiliki julukan “Reinha Rosario Maria” dan

diakhir abad 17, Raja Larantuka Raja Don Lorenzo I memberi gelar Agung

untuk Patung Tuan Ma sebagai “ Ratu Orang Larantuka” dalam bahasa

portugis berarti Reinha, oleh karena itu Larantuka disebut sebagai Kota Ratu.

Selain itu penamaan kata „Tuan’ pada Patung Tuan Ma meiliki arti sebagi

pelindung dan pengayom masyarakat dan kota Larantuka. Pada prosesi

7 https://katoliknews.com/2016/03/24/Semana-santa-sejarah-dan-rangkaian-acara/.

(diakses pada 14 Maret 2019).

Page 18: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

7

Devosi Patung Tuan Ma selalu dilaksanakan pada bulan Februari yang

menjadi bagian panjang dari Semana Santa Pra-Paskah tepatnya pada Jumat

Agung dengan mengaraknya keliling kota Larantuka dan berakhir di Katedral

Reinha Rosari.8 Beberapa penjelasan di atas akan dikupas tuntas lebih jauh

dan dalam pada Skripsi yang berjudul “ SAKRALITAS PATUNG TUAN

MA PADA MASYARAKAT KATOLIK DI LARANTUKA, FLORES

TIMUR”.

B. RUMUSAN MASALAH

Untuk mendalami permasalahan megenai kesakralan Patung Tuan Ma dan

mengetahui bentuk dan corak sakralisasi Patung Tuan Ma. Maka dalam

penyusunan skripsi ini penulis merumuskan satu poin masalah agar terfokus pada

judul yang penulis ajukan yaitu:

1. Bagaimana bentuk dan corak Sakralisasi pada Patung Tuan Ma ?

2. Seperti apa nilai kesakralan yang ada pada Patung Tuan Ma melalui

prosesi devosi ?

C. TUJUAN PENILITIAN

Tujuan dalam penulisan dari Skripsi ini adalah untuk sebagai berikut:

8 Boelaars,Huub,J.W.M. Indonesianisasi: Dari Gereja Katolik di Indonsesia menjadi Gereja

Katolik Indonesia. (Yogyakarta:Penerbit Kanisius,2005),hlm.65.

Page 19: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

8

1. Tujuan Teoritis : suatu upaya untuk memaparkan hasil penelitian baik

berupa kajian literatur, dengan menggali makna sakralitas suatu objek simbol

keagamaan dari berbagai perspektif metode studi agama mulai dari sosiologi,

teologi hingga fenomenologi agama yang dapat mempengaruhi nilai-nilai

keagamaaan masyarakat Katolik di Larantuka, kemudian memberikan

informasi tentang rekonstruksi sejarah masuknya Kristen Katolik di Nusantara

khususnya Indonesia Timur.

2. Tujuan Formal : dalam upaya mendapatkan gelar akademik Sarjana Agama

(S.Ag) pada Program Studi Studi Agama-Agama Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Tujuan dan manfaat Praktis: agar menjadi salah satu dari acuan khususnya

bagi mahasiswa Studi Agama-agama untuk lebih memperkaya referensi dalam

tema-tema Kristen, juga bahan referensi bagi penulis selanjutnya yang hendak

mengambil tema serupa.

D. TINJAUAN PUSTAKA

Dalam karya penulisan skripsi ini penulis mengutamakan 2 sumber buku yang

menjadi buku acuan dalam mengupas tuntas tentang perkembangan Katolik di

Larantuka, Devosi, Patung Tuan Ma dan Semana Santa yang menjadi

pembahasan skripsi ini, adapun kedua buku tersebut yaitu :

Page 20: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

9

1. Praktek Devosi Umat Larantuka Kepada Bunda Maria. Adalah

sebuah Skripsi karya Maria Dolorosa Biabi pada Program Studi

Teologi Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara pada tahun 2010. Dalam

skripsinya, Maria berusaha mengangkat tema ritual yang ditujukan

pada Bunda Maria melalui devosi, Maria juga membahas aspek-aspek

yang berkaitan dengan ajaran dan perspektif Gereja Katolik.

2. Sakralitas Barong Using dalam Kehidupan Masyarakat Kemiren

Banyuwangi. Adalah sebuah Jurnal Ilmiah oleh Ketut Darmana dari

Fakultas Seni Budaya Univesitas Udayana yang terbit pada tahun

2017. Jurnal ini membahas tentang suau objek yang memiliki nilai

keagamaan dalam hal ini Hindu yang berpengaruh terhadap kehidupan

sosial di masyarakat Desa Kemiren Kabupaten Banyuwangi. Objek

Barong Using memiliki kesamaan makna dengan Patung Tuan Ma

pada tradisi Katolik di Larantuka yang memiliki tujuan sebagai objek

yang disakralkan oleh masyarakat hingga menjadi tradisi keagamaan.

E. METODE PENELITIAN

Dalam setiap penelitian sudah pasti tidak lepas dari metode. Metode

mutlak adanya karena merupakan upaya agar penelitian dapat terlksana

dengan baik sehingga mendapat hasil yang memuaskan. Dalam skripsi yang

akan digarap ini, metode penelitian yang digunakan adalah :

Page 21: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

10

a) Studi Pustaka atau Library Research .Dengan mengumpulkan

sumber-sumber data yang dibutuhkan, tentang ha-hal yang

berkaitan dengan judul kemudian diproses dalam pengumpulan

informasi, dilanjutkan pada pengklasifikasian dan analisisnya.

Buku-buku yang akan dijadikan sumber pustaka adalah buku-buku

dari Perpustakaan Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta dan

sebagian dari Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

b) Metode Analisis Data. Data diolah dan dianalisis dengan teknik

deskriptif-analitik yaitu metode yang digunakan terhadap sesuatu

data kemudian disusun, dijelaskan selanjutnya berdasarkan analisa

penulis.

c) Sumber Primer dan Sumber Sekunder. Sumber primer berasal dari

buku-buku referensi yang berkaitan dengan judul, yaitu buku yang

berjudul Semana Santa di Larantuka karya Bernard Tukan dari

penerbit Yayasan Mandiri Masyarakat Larantuka tahun 2011,

Skripsi Devosi Marial Kebaktian Kepada Santa Perawan Maria

dalam Gereja Roma Katolik karya Trisna Arsyadi, S.Th.I dari

Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2008 .

Buku Catholics in Indonesia 1808 – 1942 karya Karel Steenbrink

Leiden tahun 2007 dan sebuah Buku besar oleh Mircea Elliade

yang berjudul The Encyclopedia of Religion pada jilid 4 New York

tahun 1987, selain itu ada buku Mariologi : Teologi dan Devosi

Page 22: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

11

karya C. Groenen terbit tahun 1994 di Yogyakarta juga buku

Devosi kepada Maria dalam Gereja Katolik oleh Laurensius

Mugito di Malang tahun 2006. Adapun sumber sekunder berasal

dari jurnal-jurnal penelitian yang terintegritasi akademik dan

artikel online terpercaya.

d) Adapun beberapa pendekatan yang akan diterapkan oleh penulis

yaitu Metode Kajian Ilmiah.

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam teknik penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada standar

penulisan skripsi pada buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi,

Tesis, dan Disertasi)” yang diterbitkan oleh Center for Quality Development

and Assurance Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun

2007.

Adapun isi pada bab satu,penulis akan membahas latar belakang masalah

dan beberapa instrument-instrumen pendukung tentang pembahasan pada

judul skripsi yang diajukan.

Pada bab dua, penulis akan mulai dengan pembahasan definisi sakralitas,

devosi, hingga makna teologis dari sakralisasi patung dalam tradisi Gereja

Katolik sebelum masuk pada isi judul yang penulis angkat.

Page 23: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

12

Pada bab tiga, penulis akan membahas sejarah patung Tuan Ma hingga

proses sakralisasi yang terjadi pada masyarakat Larantuka, juga dijadikan

tradisi devosi pada perayaan paskah setiap tahunnya.

Pada bab empat, penulis akan membahas beberapa contoh devosi kepada

Bunda Maria di beberapa daerah di dunia dan prosesi Semana Santa yang

melibatkan peran penting Patung Tuan Ma pada prosesi perayaan paskah di

Larantuka.

Pada bab 5, penulis akan memaparkan kesimpulan dari pembahasan dari

judul skripsi yang penulis ajukan dan juga beberapa referensi,sumber

pelengkap,hingga lampiran-lampiran.

Page 24: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

13

BAB II

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN MASYARAKAT KATOLIK DI

LARANTUKA

A. KEADAAN MASYARAKAT LARANTUKA PRA-KRISTEN

Dari berbagai kesultanan dan kerajaan yang tersebar di seluruh

wilayah Nusantara, mulai abad 10 Masehi hingga pada tradisi Kesultanan

yang menjadi warisan budaya saat ini, terdapat banyak kerajaan-kerajaan

nusantara yang muncul dan berkembang, melakukan kegiatan ekspansi,

melakukan kekuasaan atas budaya teritorial, peperangan, hingga penyebaran

Agama. Dari Kerajaan Hindu-Buddha Sriwijaya di Sumatra hingga Kerajaan

Islam Tidore di Maluku, masing masing mewarnai sejarah panjang tentang

keberadaan kerajaan-kerajaan nusantara dengan berlatar belakang penyebaran

Agama dan budaya.

Di bagian gugusan kepulauan Nusantara bagian selatan, tepatnya di

Nusa Tenggara Timur inilah juga berkembang salah satu kerajaan yang

memiliki sejarah panjang, baik dalam hal kebudayaan, tradisi mitologis,

hingga interaksi dengan Agama, bahkan peranannya menghadapi

kolonialisme Eropa saat itu. Kerajaan Larantuka, demikianlah nama kerajaan

tersebut. Kerajaan Larantuka adalah salah satu kerajaan di Indonesia yang

pernah menguasai hamper seluruh wilayah Nusa Tenggara. Kerajaan ini sudah

ada sejak abad 13 M. Beberapa wilayah kekuasaannya meliputi Pulau Solor,

Page 25: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

14

Pulau Lembata, Pulau Adonara, dan Pulau Flores. Pusat pemerintahan

kerajaan Larantuka berada di Flores Timur, adapun hasil kekayaan alam yang

menjadikan kerajaan ini makmur ialah hasil kayu cendana yang melimpah

yang nantinya akan diburu oleh kolonial eropa.9

Pada abad ke-14 M, pengaruh kerajaan Majapahit sangat kuat masuk

ke wilayah Nusa Tenggara. Pada masa itu dalam kepemimpinan Hayam

Wuruk, kerajaan Larantuka disebut sebagai Galiyao. Sebelum masuknya

Katolik oleh Portugis ke Nusa Tenggara Timur, kerajaan Larantuka sudah

berkembang hingga 9 masa Raja-raja Larantuka berkuasa sampai abad ke-16

M.

Kerajaan Larantuka didirikan oleh Pati Golo Arakian dan Watowele,

sepasang suami istri yang inggal di wilayah Flores tepatnya di Desa yang

bernama Lamaholot, mereka adalah Kepala Suku yang sudah lama menetap,

bahkan Watowele dengan memiliki keturunan langsung dari Suku Ile Jadi,

suku di Flores yang dianggap keramat .Kerajaan ini dibentuk dari

bergabungnya beberapa suku yang ada di pulau Flores bagian Timur dengan

pusatnya di Larantuka. Sedangkan Pati Golo adalah keturunan Jawa dari

orang-orang Majapahit. Sebelum nama Larantuka, kerajaan ini bernama

Kerajaan Ata Jawa, kemudian nama ini berubah menjadi Kerajan Larantuka

pada masa Raja Sira Demon Pagu Molang. Pada masa ini kerajaan lebih

9 (https://Kumparan.com/kerajaan-larantuka-kerajaan-katolik-penguasa-wilayah –nusa-

tenggara/ di akses tanggal 19 Agustus 2019.)

Page 26: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

15

teratur dan diyakini sebagai pondasi awal kerajaan Larantuka yang

sesungguhnya.10

Memasuki abad ke-16 M, kolonialisme Portugis tiba di wilayah Nusa

Tenggara Timur, awalnya Pulau Flores sebagi tempat singgah bagi Portugis

untuk melakukan ekspedisi ke Maluku. Namun Portugis menemukan hasil

bumi yang memiliki nilai jula umtuk dibawa ke Eropa. Maka Portugis

membangun koloninya di Flores Timur sehingga Kerajaan Larantuka

mendapat pengaruh budaya yang cukup kental dari Portugis hingga terjadinya

pembaptisan Raja Larantuka masuk Katolik, Seiring dengan adanya Misi

Katolik di Pulau Solor disebut juga Misi Solor yang dibawa oleh Portugis

sehingga sistem kerajaannya menjadi bercorak Katolik, inilah yang

menyebabkan bahwa Kerajaan Larantuka sebagai Kerajaan Kristen pertama di

Indonesia. Dengan nama Raja Katolik pertama yaitu Raja Don Fransisco Ado

Bala, setelah dibaptis diberi marga Diaz Viera de Godinho (DVG) dengan

gelar Don. Tidak sulit bagi Portugis merebut hati puluhan ribu masyarakat

Larantuka saat itu karena Raja-rajanya sudah beragama Katolik.11

Masuknya Kristen di Flores Timur merupakan usaha dan perjuangan

para misionaris gereja bahkan para pedagang dari eropa yang datang ke

wilayah tersebut pada abad ke-15. Kehadiran para misionaris ini merupakan

10

(https://tirto.id/tamatnya-kerajaan-kristen-pertama-di-nusantara-larantuka-cvuU diakses

tanggal 19 Agustus 2019.) 11 Tirto.id/kerajaan-larantuka/ dikutip dari M. Nijhoff, Anthropologica, Volume 140, 1984,

hal. 324.)

Page 27: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

16

tonggak awal sejarah kekristenan di wilayah Flores Timur. Salah satu usaha

yang dilakukan oleh para misionaris ini adalah mendekati raja setempat, yang

pada zaman itu raja menjadi penguasa tunggal. Sejarah mencatat bahwa raja

dari Desa Lohayong dibaptis oleh kapten kapal Portugis tahun 1556.12

B. KEADAAN MASYARAKAT SAAT MISI KRISTEN PORTUGIS DI

SOLOR DAN LARANTUKA

a. Awal Kedatangan Portugis di Flores Timur

Portugis datang mempengaruhi masyarakat Flores Timur slah satunya

dengan memperkenalkan agama Katolik. Portugis memiliki pengaruh yang

sangat besar di Solor, Adonara dan Larantuka. Catatan penting bagi Flores

Timur adalah pelayaran seorang Portugis bernama S.M Cabot pada tahun

1544. Cabot sangat mengagumi karang di Tanjung Bunga dan akhirnya Cabot

memberi nama Cabot de Flores . setelah menetap di wilayah Flores Timur

dalam beberapa tahun, Kolonial Portugis membangun sebuah benteng di

Lohayong pada tahun 1556.13

Pada tahun 1617 Pater Joao de Cagas mempersiapkan suatu kegiatan

pengarakan yang diadakan pada hari Jumat Agung dengan mengelilingi kota.

Sepanjang jalan, para imam melagukan nyanyian rohani dan litany orang

kudus. Selama kegiatan perarakan itu, para pemimpin desa bergantian

12

L. Lame Uran, Sejarah Perkembangan Misi Flores Dioses Agung Ende, hlm.18.

13

L. Lame Uran, Sejarah Perkembangan Misi Flores Dioses Agung Ende, hlm.23.

Page 28: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

17

memikul salib kayu besar peristiwa ini menjadi awal munculnnya tradisi

Semana Santa.14

Salah satu tradisi keagamaan yang diwariskan oleh Portugis hingga

kini adalah perarakan Patung Tuan Ma ( Sang Reinha Rosari) dengan suasan

duka cita mengelilingi kota Larantuka yang dilaksanakan pda Pekan Suci

Jumat Agung. Bagi orang Larantuka, prosesi Jumat Agung adalah prosesi

mengarak Patung Tuan Ma yang berduka mengantar Jenazah (dalam bentuk

patung) Yesus ke pemakaman. Sepanjang jalan para anggota ikatan

persaudaraan gereja menyanyikan lagu-lagu pujian dalam bahasa Portugis.15

b. Misi Portugis di Solor

Dalam usaha mencari negeri penghasil rempah-rempah pada peralihan

abad ke-15 dan abad ke-16, kapal-kapal dagang Portugis sampai di kepulauan

Nusa Tenggara. Di dalam kapal-kapal itu membawa juga misionaris-

misionaris Katolik yang dengan dukungan resmi Raja Portugal untuk

mewartakan Katolik di tempata tujuan dimana kapal-kapal itu singgah.16

Tahun 1556 Pater Antonio Taveira,OP, telah membaptis 5000 orang di

Pulau Timor dan sebagian di Flores Timur. Baru pada tahun 1561 usaha misi

di wilayah ini mulai ditangani lebih serius olh misionaris-misonaris Ordo

14

L. Lame Uran, Sejarah Perkembangan Misi Flores Dioses Agung Ende, hlm. 55. 15

Felix Fernandes dan Johan S. Tukan, Ziarah Iman Bersama Ibu Maria berduka Cita

Semana Santa di Larantuka, Jakarta: Yayasan Putera-puteri Maria, hlm. 3-5. 16

Frans Cornelissen, Sejarah Gereja Katolik Indonesia, Jilid I: Penerangan Kantor Wali

Gereja Indonesia.hlm. 367.

Page 29: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

18

Diminikan. Maka mulailah apa ynag disebut „Misi Solor‟ di wilayah Nusa

Tenggara Timur, karena Ordo ini megambil pusat kegiatannya di Pulau

Solor.17

Barang dagangan yang sangat diincar oleh para pedagang di Nusa

Tenggara Timur ialah cendana di Pulau Timor. Para pedagang Portugis itu

menemukan sebuah pelabuhan yang aman di Solor, dekat Desa Lohayong saat

ini. Portugis dapat masuk ke daerah Solor dan Timor, ketika Portugis

menundukakan Malaka pada tahun 1511, mereka mengetahui adanya potensi

perdagangan kayu cendana dari banyak pedagang Gujarat, Bengali, dan Arab

di daerah tersebut. Pada tahun 1561, tibalah tiga misionaris Dominikan yang

pertama di Solor, yakni Pater Antonio da Cruz, Pater Simao de Cagas dan

Bruder Alexio. Mereka Tinggal bersama dengan para pedagang Portugis.

Hubungan mereka dengan penduduk setempat sangat baik. Pekerjaan mereka

yang pertama ialah mendirikan rumah tinggal dan gereja. Pewartaan iman

Katolik di Solor oleh para misionaris Portugis ini dilakukan dengan cara yang

khas, yaitu inggal di tengah masyarakat selama satu bulan dan membaptis

masyarakat setempat dengan harapan agar masyarakat yang telah dibaptis

terikat dengan Gereja dan berada dibawah kendali Portugis.18

17

Frans Cornelissen, Sejarah Gereja Katolik Indonesia, Jilid I, Jakarta: Penerangan Kantor

Wali Gereja Indonesia, 1974, hlm. 369. 18

Adolf Heuken, Be My Witness to The Ends of The Earth, Jakarta: Cipta Loka Caraka, 2002,

hlm. 134.

Page 30: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

19

Setelah mengalami serangan dari aramada Kerajaan Islam dari

Lombok, para misonaris itu mempelopori didirikannya benteng pertahanan,

baik bagi orang Portugis maupun bagi penduduk pribumi. Penyerangan-

penyerangan yang dilakukan oleh armada Islam ke kampung Kristen

disebabkan karena orang Islam kalah dalam perdagangan kayu cendana dan

banyak pedagang kelas atas di pesisir Solor yang terpengaruh oleh saudara

mereka di pesisir Jawa yang memeluk agama Islam pada abad ke-16. Orang

Portugis tinggal terpisah dengan pribumi di dalam benteng itu. Kedua

kelompok mempunyai gereja sendiri-sendiri, tetapi meiliki satu sistem

pertahanan bersama.19

Pada awal tahun 1613 sebuah armada kolonial Portugis dengan tujuan

penjarahan dan kolonialisme tidak sengaja singgah di Solor. Apolonius Scotte

yang memimpin armada itu menuntut agar orang Portugis (komunitas Kristen)

yang sudah tinggal selama beberapa tahun di solor menyerahkan benteng

Solor. Tuntutan ini ditolak oleh orang Portugis di Solor. Setelah melakukan

tindakan penyerangan dengan menghabiskan banyak amunisi nya, orang-

orang Portugis di Solor menyerah kepada Scotte pada bulan April tahun 1613.

Setelah itu, orang Portugis di Solor berangkat ke Malaka dan beberapa pergi

ke Larantuka yang pada waktu itu masih dikuasai oleh armada kolonial

Portugis. Kolonialis Portugis ini praktis menguasai Pulau Solor hingga Pulau

19

Frans Corneslissen, Sejarah Gereja Katolik Indonesia, hlm. 370.

Page 31: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

20

Adonara. Demikian berakhirlah perjalanan misi di Solor dan berpindah pusat

misi ke Larantuka.20

c. Misi Portugis di Larantuka

Setelah Solor jatuh, Portugis berusaha bertahan di Larantuka. Tetapi

Kolonialis ternyata tidak lama di Solor. Pada tahun 1619 Pater Michael

Rangel, OP, memperbaiki kembali benteng di Solor, sementara pada saat itu

Larantuka telah berkembang menjadi pusat misi Katolik yang baru. Pada

tanggal 13 Desember 1633, Pater Rangel menulis sebuah laporan ke Portugal

yang antaralain menyatakan : “Masa gemilang agama Kristen sudah kembali

lagi. Kurban misa, perarakan diselenggarakan lagi, stasi-stasi misi didirikan,

pentaubatan orang-orang yang belum mengenal Allah dan penghiburan bagi

kaum beriman kembali seperti dulu.21

Dengan demikian kekusaan Portugis di Larantuka semakin terdesak

oleh para kolonialis, kecuali bagian timur pulau Timor. Pada bulan Desember

1851 Portugis dan Belanda mengadakan kontrak pembagian wilayah

kekuasaan di Nusa Tenggara Timur. Beberapa kali perjanjian ini mengalami

perubahan dan penegasan sampai dengan dibuatnya satu persetujuan pada

20

Frans Cornelissen, Sejarah Gereja Katolik Indonesia, hlm. 380. 21

Frans Cornelissen, Sejarah Gereka Katolik Indonesia, hlm. 388.

Page 32: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

21

tanggal 20 April 1859. Waktu itu ditentukan lagi bahwa Flores lepas dari

pengaruh Portugis dan masuk ke dalam lingkungan jajahan Belanda.22

C. KEADAAN MASYARAKAT SAAT MISI KRISTEN BELANDA

HINGGA SEKARANG

a. Misi Larantuka Oleh Ordo Yesuit dari Belanda

Para misonaris Belanda memulai babak baru sejarah misi Kristen di

Larantuka dengan dua kesulitan utama, yaitu :

Pertama, keterkejutan prasangka dari Raja Larantuka dan kepala-

kepala suku yang sudah Katolik. Mereka berprasangka jangan-jangan

di bawah “ tuan yang baru”, mereka akan dijadikan orang Protestan.

Prasangka itu teratasi dengan sebuah rekomendasi yang dikirim oleh

Pater Gregorio, misionaris Portugis dari Dili. Raja-raja kemudian ikut

membantu perkembangan misi di Flores Timur dan pulau-pulau

sekitarnya.

Kedua, berkenaan dengan kualitas iman umat pada waktu itu. Pastor

L.P.N Sanders, misionaris Belanda pertama di Larantuka melihat

gereja-gereja terbengkalai. Seorang misionaris lain asal Belanda

bernama Pastor Heynen menulis: “Betapa banyak kebiasaan buruk

telah masuk ke dalam hidup mereka. Takhayul tumbuh subur bagaikan

22

Karel Steenbrink, Orang-orang Katolik di Indonseia 1808-1942, Jilid I diterjemahkan oleh

Yosef Maria Florisan, Maumere: Ledalero, 2006, hlm. 131.

Page 33: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

22

tanaman liar di lading yang tidak terurus. Animisme dilakukan dengan

leluasa. Mabuk, dengan semua akibat yang tidak mengenal kesusilaan,

balas dendam dan semua kekejaman tidak berperikemanusiaan

merajalela. Memang kita harus berjuang untuk melawan kepicikan dan

kemalasa keagamaan di daerah ini.23

Pastor G. Metz, SJ, yang membuka jalur misi para misionaris Yesuit

Belanda di wilayah Flores Timur, Adonara, dan Solor mulai mengambangkan

pendidikan lewat sekolah, disamping itu beliau mengambangkan bidang

kesehatan dan pertanian. Kemajuan demi kemajuan dicapai, sampai tahun

1875 simbol kekafiran yang terakhir dihapuskan dengan dibubarkannya

rumah adat yang terakhir di wilayah itu. Larantuka berkembang menjadi pusat

misi yang semakin mantap, sementara paroki-paroki di pulau-pulau lain

dihidupkan kembali atau didirikan baru. Dalam usaha-usaha ini Don Lorenzo,

Raja Larantuka memberi andil yang cukup banyak.24

Sekitar tahun 1913 misionaris bergelar SVD ( Societas Verbi Divini )

mulai memasuki sejarah Gereja di Nusa Tenggara. Serikat ini didirikan oleh

Arnold Janssen di kota Steyl, Jerman Barat pada tahun 1875. Pada tahun 1913

juga terbentuk Prefektur Apostolik Nusa Tenggara dengan Mgr. Noyen, SVD

sebagai kepala Prefekturnya. Pada awalnya Timor menjadi pusat Prefektur.

Pada tahun 1914 Flores diambil alih oleh Serikat Sabda Allah dari tangan

23

Karel Steenbrink, Orang-orang Katolik di Indonesia 1808-1942, Jilid I, hlm. 179. 24

Maria D. Biabi, Devosi Umat Larantuka Kepada Bunda Maria, hlm. 18.

Page 34: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

23

Yesuit. Kegiatan pastoral di Larantuka pada waktu itu sudah mencatat

kemajuan-kemajuan, antara lain: daerah-daerah sekitar Larantuka yang dahulu

belum beriman menjadi Katolik, sekolah-sekolah berkembang dibanyak

tempat di pelosok-pelosok.25

Pada masa Perang Dunia II, ketika hampir semua misionaris Eropa

diiternir, satu dari dua imam pribumi pertama, Pastor Gabriel Manek, SVD,

ikut melayani umat di wilayah Larantuka. Beliau, kemudian menjadi Vikaris

Apostolik Larantuka, ketika Larantuka dan pulau-pulau sekitar Vikariat

Laranuka.26

b. Larantuka Pasca Kemerdekaan

Jumlah umat semakin bertambah, pada tahun 1950 di Hokeng didirikan

Seminari Menengah, tempat pendidikan para calon imam, menyusul

didirikannya Kongregasi Suster Puteri Reinha Rosari tahun 1958. Kongregasi

Frater dan beberapa kongregasi suster ikut mengambil bagian dalam

pembinaan Gereja di Keuskupan Larantuka. Pada tahun 1961 hierarki Gereja

di Indonesia terbentuk dan Nusa Tenggara menjadi satu Provinsi Gerejawi

tersendiri, Larantuka menjadi pusat dengan Mgr. A. H. Thijssen, SVD sebagai

Uskupnya. Keuskupan Larantuka meneruskan usaha pengembangan

25

Adolf Heuken, Ensiklopedia Gereja, Jilid VIII, Jakarta: Cipta Loka Caraka, 2005, hlm. 50. 26

Maria D. Biabi, Devosi Umat Larantuka kepada Bunda Maria, hlm.19.

Page 35: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

24

pendidikan umum dan kejuruan, ekonomi, pembinaan calon imam dan

biarawan-biarawati lokal, serta pengembangan pastoral.27

c. Keadaan Masyarakat Larantuka Saat ini

Kehidupan sosial masyarakat di Larantuka begitu erat dengan

hubungan persaudaraan dan solidaritas juga rasa memiliki yang sangat nyata

dalam praktek keseharian. Kebersamaan itu terlihat jelas dalam menghadapi

berbagai persoalan. Satu kebiasaan yang masih dipertahankan oleh

masyarakat Larantuka untuk meringankan beban orang yang mengadakan

pesta adalah dengan menyumbangkan beras dan uang. Jumlah uang tidak

ditentukan, tetapi sesuai dengan kemampuan. Selain sumbangan berupa

materi, mereka juga meluangkan waktu dan tenaga mereka untuk membantu

sesame warga disekitarnya.28

Kebudayaan lokal Flores Timur telah mengalami perubahan sebagai

akibat dari adanya pertemuan dengan kebudayaan dari luar. Pertemuan ini

telah menyebabkan terjadinya perubahan nilai di dalam masyarakat. Orang-

orang Larantuka tidak biasa mempertahankan budaya asli karena pada intinya

kebudayaan bukan hanya suatu keadaan tetapi proses yang telah terjadi. Hal

27

Alex Beding, Mgr. Gabriel Manek, SVD: Uskup, Pendiri Tarekat Reinha Rosari,

Larantuka: Tarekat Reinha Rosari, 2000, hlm. 47. 28

Darius Nggawa, Menyingkap Jurus-jurus Penggembalaan di Keuskupan Larantuka,

Sekretariat Pastoral Keuskupan Larantuka, 2004, hlm. 53.

Page 36: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

25

ini berarti bahwa dengan sendirinya kebudayaan itu berkembang dan

berubah.29

Mayoritas orang Larantuka menganut Katolik, tetapi ada juga yang

menganut Islam dan Protestan. Berdasarkan data dari Kantor Kemenag

Wilayah Flores Timur pada tahun 2007, jumlah umat Katolik sebesar 184.942

jiwa, Protestan 1.804 jiwa, dan Islam 46.439 jiwa. Walaupun dalam wilayah

ini ada beberapa agama yang dianut oleh masayarakat, tetapi kerukunan dan

toleransi beragama tetap terjalin. Setiap agama dapat melaksanakan kegiatan

keagamaan dengan bebas dan aman, tanpa ada gangguan dari umat lain.30

Seiring perkembangan zaman terjadi perubahan penghayatan iman.

Misalnya, perubahan sikap-sikap liturgis, para orang tua masih terlihat

bersikap sopan ketika masuk gedung gereja. mereka berlutut sambil membuat

tanda salib, tetapi para anak muda hanya sekedar langsung masuk kedalam

gedung gereja dan langsung ketempat duduk masing-masing. Walaupun

terjadi perubahan penghayatan iman, semua umat tetap aktif mengahayati

iman mereka dalam merayakan jamuan suci dan mengikuti kegiatan-kegiatan

di lingkungan, antara lain, melaksanakan Doa-doa Rosario pada bulan Mei

dan Oktober dan mengadakan diskusi Kitab Suci setiap seminggu sekali pada

bulan September.

29

Yosef Gowing, Membangun Umat Basis, Larantuka: Sekretariat Pastoral Larantuka, 1999,

hlm. 33. 30

Maria D. Biabi, Devosi Umat Larantuka Kepada Bunda Maria, Jakarta: STF Driyarkara,

2010, hlm. 10.

Page 37: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

26

BAB III

PRAKTEK DEVOSI PATUNG TUAN MA ( PROSESI SEMANA SANTA)

A. SEJARAH SEMANA SANTA

Perihal awal munculnya tradisi Seman Santa, ada berbagai macam cerita

yang beredar. Namun dari sekian sumber, satu yang pasti, bahwa tradisi ini

mulai hidup saat Patung Tuan Ma ditemukan di Pantai Larantuka pada sekitar

tahun 1510. Patung itu diduga terdampar saat kapal Portugis menuju perairan

Flores Timur. Saat ituada seorang anak perempuan dari Suku Resiona melihat

patung kayu berupa seorang perempuan, patung itu kemudian dibawa pulang

untuk diserah kepada neneknya, saat itu masyarakat masih dalam kepercayaan

animism dan dinamisme lalu menganggap patung itu sebagai benda „benda

keramat‟. Lalu patung keramat ini ditahtakan di korke (rumah adat) kemudian

diberi ritual penghormatan khusus.

Hikayat lain menyebut, ada seorang pemuda dari suku Resiona melihat

seorang dewi yang berjalan ditepi pantai, pemuda itu bertanya kepada sang

dewi namun sang dewi menjawab dengan bahasa yang tidak dimengerti oleh

pemuda itu. Pemuda itu kemudian melaporkan kejadian tersebut kepada tetua

suku, setelah kemabali ke pantai, sang dewi pun sudah berubah menjadi

patung. Di dekat patung itu tertulis di pasir yang tidak dipahami, baru

kemudian ketika Misionaris Katolik Portugis mendapatkan arti simbol tulisan

tersebut yang artinya adalah Santa Maria Reinha Rosari (Ratu Suci Maria).

Page 38: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

27

Raja Larantuka saat itu Raja Don Gaspar II melakukan ritual penghormatan

khusus bagi sang patung baik ketika sebelum perang, perayaan syukur hasil

tani yang dilakukan orang-orang Lamaholot (sebuah desa sentral di

Larantuka), dan penyembahan keagamaan yang hingga kini dilestarikan

melalui budaya devosi. Masyarakat Larantuka menyebutnya sebagai Tuan

Ma, secara harfiah Tuan Ma berarti tuan dan mama. Menurut Raja Larantuka

Don Gaspar II, Patung Tuan Ma merupakan sebuah pemberian Sang Pencipta

untuk melindungi orang-orang Larantuka.31

B. WAKTU DAN TEMPAT-TEMPAT PROSESI SEMANA SANTA

Pada pelaksanaan prosesi Devosi Semana Santa di Larantuka, tidak

terlepas dari kegiatan Pra-Paskah yang ada dalam tradisi Gereja Katolik.

mulai dari Rabu Abu, Kamis Putih, Jumat Agung, hingga malam Paskah

menjelang hari Sabtu Alleluya. Namun, secara khusus pada kegiatan

devosional Patung Tuan Ma, hanya tiga hari penting pada urutan masa Pra-

Paskah, yaitu Kamis Putih, Jumat Agung yang menjadi puncak Devosi Patung

Tuan Ma dan Sabtu Alleluya.

Berikut ini adalah ketiga hari devosional masa Pra-Paskah di Larantuka :

a. Kamis Putih

Kamis Putih adalah hari untuk mengenang Yesus dalam perjamuan

terakhir. Pada hari ini, Yesus mengadakan perjaman terakhir dalam hidup-

31

https://bbc.com/bbc-news-indonesia/Tradisi-Paskah-Semana-Santa-di-Larantuka-dan-

Hikayat-Tuan-Ma. Diakses pada 4 September 2019.

Page 39: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

28

Nya, hari Kamis Putih juga disebut sebagai hari suci, karena pada hari ini

Yesus memberikan wasiyat kepada para murid-Nya.

Hari ini merupakan misteri cinta kasih Allah yang sangat menakubkan dan

tak terlampaui. Dalam hai Kamis Putih umat diajarkan tentang bagaimana

implementasi cinta kasih yang sangat berharga kepada seluruh umat manusia,

dari hari ini jugalah Yesus memberikan teladan kepada para muridnya agar

mau melakukan apa yang telah Yesus lakukan.32

Makna yang tersirat dari Kamis Putih adalah melakukan perjamuan yang

disebut sebagai perjamuan Tuhan, bagaimana perayaan ini dilakukan pada

malam sebelum Yesus menderita sengsara dari seluruh sabda Yesus yang

menunjukkan makna. Perjamuan ini menandakan tentang kematian-Nya atau

penyerahan diri-Nya pada salib demi keselamatan umat. Hari ini menjelaskan

bagaimana umat diajak untuk mengenang kembali pemakluman “perintah

baru”, yaitu “hukum cinta kasih”, yang menjadi hukum tertinggi dalam

Kristen. “Perintah baru” itu diberikanoleh Yesus tidak hanya dengan

pernyataan lisan, melainkan dengan tindakan yang nyata.

Yesus meminta umat agar melakukan teladan-Nya, yaitu saling melayani

dan mengasihi. Adapun syaratnya ialah hanya satu, yaitu umat bersedia

mengosongkan diri dengan meninggalkan egoisme,rasa angkuh, sombong,

kebencian dan dendam yang dimiliki dalam diri masing-masing. Umat

32

Ginanjar, Makna Teologis Upacara Masa Pra-Paskah Dalam Gereja Katolik, Fakultas

Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008, hlm. 69.

Page 40: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

29

dianjurkan untuk mengosongkan hati dan ketersinggungan, sakit hati,

kemarahan, kebencian dan dendam terhadap sesama. Maka renungan dan doa

pribadi sangat dianjurkan dalam upacara Kamis Putih.33

b. Jumat Agung

Hari Jumat adalah hari sebagai perenungan, pengenangan, atau peringatan

atas wafatnya Yesus Kristus. Jumat Agung biasanya dirayakan pada siang

hari, ini menandakan sengsara kematian Yesus bertepatan dengan waktu

kematian Yesus di kayu salib yakni pukul tiga sore. Salib merupakan tempat

dimana Yesus tergantung sebagai tanda keselamatan bagi dunia. Melalui salib

inilah karya keselamatan Allah dijalani oleh Yesus dengan penderitaan,

namun Dia menjalaninya dengan rela. Penderitaan ini adalah tanda cinta Allah

yang sangat tinggi. Yesus yang menjadi manusia, hidup diantara umat dan

akhirnya wafat sebagai manusia. Puasa dianjurkan pada hari Jumat Agung

karena umat diajak utuk ikut serta dalam penderitaan Yesus disalib.

Makna dari Jumat Agung adalah dengan tujuan mengajak umat untuk

sadar bahwa penderitaan adalah bagian dalam kehidupan manusia. Dalam

panggilan hidupnya sebagai apapun, penderitaan tidak akan hilang, maka dari

itu umat diajak oleh Yesus untuk melihat penderitaan sebagi bagian dalam

karya Allah. Makna lain dari Jumat Agung adalah peghormatan Kayu Salib,

dalam upacara ini umat yang hadir dianjurkan untuk mencium Kayu Salib.

33

Ginanjar, Makna Teologis Upacara Masa Pra-Paskah dalam Gereja Katolik, hlm. 73.

Page 41: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

30

Bagaimana umat diajak bersyukur atas kerelaan Yesus menanggung sengsara

kematian-Nya, demi membela umat ynag dikasihi-Nya.34

c. Sabtu Alleluya

Hari Sabtu Alleluya adalah hari dimana Malam Paskah dilaksanakan,

yaitu malam dimana penantian Tuhan yang akan datang. Malam ini dilakukan

dengan liturgi yang meriah untuk memperingati kebangkitan Yesus Kristus

dari antara orang mati. Perayaan dilakukan pada waktu terbenamnya matahari

pada hari Sabtu Suci dan sebelum matahari terbit pada hari Minggu Paskah.

Di dalam perayaan malam Paskah ada empat bagian :

1. Upacara Cahaya

2. Liturgi Sabda

3. Liturgi Baptis

4. Perayaan Ekaristi, dengan seruan Alleluya yang meriah.

Alleluya berasal dari bahasa ibrani, halleluya artinya pujilah. Dalam

Perjanjian Lama sering dipakai pada awal dan akhir Mazmur misalnya pada

Mazmur pasal 104, 111, dan 113. Selama masa Pra-Paskah seruan Alleluya

tidak diucapkan karena memeperingati sengsara Yesus Kristus, maka setelah

dibangkitkan, umat memuji kebesaran Tuhan yang telah membangkitkan

Putera-Nya.35

34

Ginanjar, Makna Teologis Upacara Masa Pra-Paskah dalam Gereja Katolik, hlm. 83-84. 35

Maria D. Biabi, Devosi Umat Larantuka kepada Bunda Maria, hlm. 49.

Page 42: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

31

Pada ketiga hari itu, prosesi Devosi Patung Tuan Ma dilakukan pada

puncaknya apda Hari Jumat Agung mulai pagi hari hingga tengah malam.

Kegiatan itu dilakukan pada delapan temapat pemberhentian atau disebut juga

Armida, ada delapan Armida pada kegiatan devosi Semana Santa ini.

Delapan armida yang disiapkan oleh umat, adalah:

1. Armida Misecordiae

2. Armida Tuan Meninu (Yesus saat Anak-anak)

3. Armida Balela

4. Armida Tuan Trewa (Tuan Terbelenggu)

5. Armida Pante Kebis

6. Armida Pondok Sirih

7. Armida Kuce

8. Armida Tuan Ana (Yesus)

C. PELAKSANA DEVOSI PATUNG TUAN MA

Pelaksanaan Devosi Patung Tuan Ma (Semana Santa) melibatkan

banyak orang, baik itu umat katolik, Pengurus Gereja, peziarah, hingga

Konfreria36

. Pada prakteknya kegiatan devosi ini diatur dengan baik oleh

Konfreria Rosari di Larantuka. Konfreria Rosari Larantuka didirikan oleh

Pater Lukas da Cruz pada tahun 1564. Konfreria ini di Larantuka memiliki

peranan besar bagi perkembangan gereja di Flores Timur. Jasa besar konfreria

36

Konfreria adalah sebuah organisasi yang dibentuk oleh misionaris Portugis untuk

memelihara agama Katolik agar tetap terjaga dalam situasi sulit khususnya di Larantuka.

Page 43: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

32

yakni mempertahankan iman Katolik pada masa-masa sulit dan dimana Flores

hanya sesekali dikunjungi Imam dari Dili selama abad ke-18.37

Tujuan dan fungsi Konfreria selain dari menjadi pelaksana Devosi

Patung Tuan Ma (Seman Santa), adalah sebagai sebagai penyambut pewartaan

Katolik di Larantuka. Ada dua tugas Konfreria Rosari Larantuka, yaitu :

1. Tugas Pengudusan Diri

Orang Kristiani awam di Larantuka telah mengerahkan seluruh tenaganya

untuk menjalani hidup yang kudus, teguh mempertahaka iman dan berusaha

untuk menunjukan perkembangan Gereja. Para anggota konfreria menyadari

bahwa sebagai seorang murid Kristus yaitu berusaha untuk hidup sesuai

dengan teladang Sang Guru, walaupaun ada kelalaian.

2. Melakuakan Pembacaan Inji, Membaca Doa Rosario, Mengikuti

kebaktian-kebaktian

Anggota serikat konfreria yang secara resmi telah diterima, harus setia

dan memberikan kesaksian hidup yang baik, antara lain dengan rajin berdoa

dan aktif dalam kegiatan-kegitan, baik gereja maupun di lingkungan,

khususnya pada Pekan Suci Semana Santa. Anggota serikat konfreria, selalu

aktif dalam pendalaman dan sharing Kitab Suci di kelompok basis dalam

lingkungan. Pada bulan Mei dan Oktober, sesuai dengan ketetapan Gereja,

diadakanlah penghormatan khusus kepada Bunda Maria, salah satunya Patung

37

Maria D. Biabi, Devosi Umat Larantuka kepada Bunda Maria, hlm. 20.

Page 44: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

33

Tuan Ma. Selama bulan Mei dan Oktober, biasanya mereka berkumpul untuk

berdoa Rosario di basis-basis, yang dilakukan secara bergantian dari rumah ke

rumah.38

D. PROSESI DAN MAKNA PERIBADATAN SEMANA SANTA

Bentuk-bentuk praktek iman yang biasa dijalankan oleh umat Katolik di

Larantuka adalah menjalankan tradisi yang sudah ada yakni merayakan Pekan

Suci Semana Santa, mendaraskan doa-doa litany Santa Perawan Maria

terhadap wujud yang terwakili oleh Patung Tuan Ma, doa Angelus pada jam-

jam tertentu dan berziarah ke gua-gua Maria yang ada di Larantuka. Hal inilah

yang menyebabkan umat Katolik di Larantuka sangat mengagumi Allah dan

Yesus dalam diri Bunda Maria.39

Pekan suci ini adalah pekan terakhir dalam masa puasa untuk mengenang

duka cita sejarah kewafatan Yesus, di sebut pekan suci karena dalam sepekan

ini umat Katolik memperingati sengsara, wafat serta merayakan kebangkitan

Kristus. Secara tradisional, hari Senin dan Selasa umat Katolik di Larantuka

menjalankan kegiatan mereka masing-masing. Pada hari Rabu pagi, umat

Katolik berkumpul di Kapel Tuan Trewa ( Tuan Terbelenggu) dalam istilah

lain di sebut juga Rabu Trewa, untuk berdoa dan merenungkan sengsara

38

Maria D. Biabi, Devosi Umat Larantuka kepada Bunda Maria, hlm. 21. 39

Maria D. Biabi, Devosi Umat Larantuka kepada Bunda Maria, hlm. 41.

Page 45: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

34

Tuhan dan pada pukul 18:00 ada Lamentasi40

di Katedral. Puncak perayaan

iman yang dirayakan setiap tahun dimulai pada hari Kamis Putih, Jumat

Agung, Sabtu Alleluya, dan Minggu Paskah.

a. Kamis Putih

Kamis Putih adalah hari pertama Tri Hari Suci dalam Perayaan Semana

Santa dan merupakan peringatan akan Perjamuan Terakhir Yesus bersama

keduabelas Rasul-Nya, Yesus menghadiahkan Sakramen41

Ekaristi Gereja-

Nya dan Misa Krisma42

. Warna liturgi pada hari Kamis adalah Putih. Warna

Putih melambangkan kegembiraan, kemurnian, dan kemuliaan.43

Di pagi hari ada misa Misa Krisma di Katedral , pada saat itu uskup

memberkati minyak yang akan digunakan dalam pemberian Sakramen

Pembaptisan, Krisma, Pengurapan orang sakit dan Pentahbisan. Misa Krisma

ini mengungkapkan persatuan seluruh imam, pada hari ini Kristus menyuruh

para Rasul: “lakukanlah ini untuk mengenang Aku”. Maka, para imam yang

hadir memperbarui janji imamat yang pernah mereka ucapkan pada hari

tahbisan Misa Krisma yang terlaksana di Larantuka, kadang tidak dirayakan

40

Lamentasi berasal dari bahasa latin, Lamentatio yang berarti ratapan. Suatu bentuk ibadat

sabda yang berasal dan diambil dari kitab Yeremia 41

Sakramen berasal dari bahasa latin, sacramentium yang berarti tanda. Sakramen merupakan

tanda dan sarana yang mengungkapkan iman dan menguatkan iman, mempersembahkan penghormatan

kepada Allah serta penyucian manusia. 42

Misa Krisma adalah misa yang dalam pelaksanaannya melakukan prosesi pengurapan

minyak dari campuran zaitun dan balsam. 43

Suryanugraha, Rupa dan Citra: Aneka Simbol dalam Misa, Bandung: Sang Kris, 2004,

hlm.79.

Page 46: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

35

pada hari Kamis pagi tetapi serinng dilaksanakan pada hari Rabu, karena ada

paroki yang jauh.44

Pada sore hari, Pastor bersama umat merayakan Ekaristi di paroki masing-

masing. Sesudah homili, dengan mengikuti teladan Kristus, selebran utama

membasuh kaki duabelas wakil umat. Setelah itu dilanjutkan dengan liturgy

Ekaristi sampai selesai. Untuk menyimpan Sakramen Kudus, haruslah

disediakan tempat yang dihiasi, sehingga diakhir perayaan diarak menuju

tempat yang telah dihiasi itu. Setelah itu dilanjutkan dengan adorasi Sakramen

Kudus oleh berbagai kelompok umat sampai tengah malam.45

Secara tradisional, pada hari Kamis Putih sesudah Perayaan Ekaristi pagi

hari, orang Katolik di Larantuka mempersiapkan segala sesuatu untuk prosesi

hari Jumat Agung. Antara lain: membuat pagar bambu (turo) di sisi kiri dan

kanan jalan raya sepanjang jalan yang akan dilewati prosesi. Diatas pagar

bambu itu dipasang lilin yang akan menyala sepanjang malam saat prosesi,

pembuatan armida (tempat perhentian)46

, Patung Tuan Ma atau disebut juga

Patung Maria Dolorosa (Patung Maria Berduka) dibersihkan dan dimandikan

oleh petugas Konfreria.(Konfreria adalah sebuah organisasi yang dibentuk

oleh misionaris Portugis untuk memelihara agama Katolik agar tetap terjaga

dalam situasi sulit di Larantuka) setelah itu Patung Tuan Ma dilengkapi

44

Adolf Heuken, Ensiklopedia Gereja, Jilid VIII, Jakarta: Cipta Loka Caraka, 2005, hlm. 14. 45

Fulgentius Siki, Pedoman Pekan Suci: Konggregasi Ibadat Tentang Persiapan dan

Perayaan Paskah, Malang: Dioma, 1989, hlm. 16. 46

Dalam tradisi Gereja, ada 14 stasi Jalan Salib, tetapi dalam tradisi Jalan Salib orang Katolik

di Larantuka pada prosesi Jumat Agung hanya ada 8 stasi.

Page 47: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

36

dengan busana perkabungan berwarna biru tua. Selanjutnya, diberikan

kesempatan kepada umat untuk berdoa dan menyampaikan permohonan

khusus kepada Tuhan melalui Bunda Maria, umat Katolik yakin, Bunda Maria

akan mengahantar doa dan permohonan nereka kepada Yesus (Per Mariam ad

Yesum).47

Seperti tradisi Gereja Katolik pada umumnya, pada Kamis Putih malam,

di Gereja Reinha Rosari diadakan perayaan pembasuhan kaki 12 Rasul yang

dilanjutkan dengan adorasi, doa bergilir di depan Sakramen Kudus, berdoa di

depan Patung Tuan Ma di Kapela Tuan Ma dan melakukan penghormatan

kepada Tuan Ana (Patung Yesus) di Kapela Tuan Ana. Yang unik, pada tahap

ini disiapkan secara sukarela untuk melakukan promesa yang dinamakan

Lakademu. Tugas Lakademu hanya dari Gereja Reinha Rosari sampai ke

Kapel Tuan Ana selama prosesi Jumat Agung. Para Lakademu ini memeriksa

rute perjalanan dan mengecek kesiapan armida-armida. Perjalanan Lakademu

ini disebut jalan Kure. Para Lakademu berjalan bergandengan tangan

sepanjang rute prosesi dan berhenti dan berhenti di tiap armida untuk

memeriksa keamanan dan keadaan di delapan armida.48

47

Maria D. Biabi, Devosi Umat Larantuka kepada Bunda Maria, hlm. 43. 48

Maria D. Biabi, Devosi Umat Larantuka kepada Bunda Maria, hlm. 44.

Page 48: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

37

Selain itu ada benda-benda peninggalan Portugis berupa perlengkapan

sengsara Kristus yang dibersihkan adalah tombak, cemeti, mahkota duri, salib,

paku dan ayam jantan yang mengingatkan terjadinya penyangkalan Petrus.49

b. Jumat Agung

Hari Jumat dalam Pekan Suci disebut Jumat Agung karena pada hari ini

Gereja mengenang sengsara dan wafat Tuhan Yesus di salib demi penebusan

seluruh umat manusia. Pada hari ini orang Katolik wajib berpuasa dan

berpantang makan daging. Sore hari diadakan upacara khusus untuk

memperingati sengsara Yesus. Upacara ini meliputi tiga bagian pokok:

1. Liturgi Sabda, puncak pada bacaan dan nyanyian „Kisah Sengsara

karangan Yohanes‟ yang disusul doa umat meriah.

2. Penghormatan Salib

3. Komuni Suci dengan pembagian Roti Host yang sudah

dikonsekrasikan dalam perayaan Ekaristi pada Kamis Putih sore.

Warna liturgi Jumat Agung adalah merah. Warna merah melambangkan

cinta, pengorbanan, kekuatan dan api ilahi (Keluaran. 3:2).50

Prosesi devosi Tuan Ma pada hari Jumat Agung merupakan salah satu

tradisi keagamaan umat Katolik di Larantuka, inilah puncak devosi

peninggalan para misionaris Portugis pada abad ke-16. Pada hari Jumat

49

Felix Fernandes dan J.B.Tukan, Ziarah Iman bersama Ibu Maria Berduka CIta Semana

Santa, Jakarta: Benza Noia, 1997, hlm. 30. 50

Suryanugraha, Rupa dan Citra: Aneka Simbol dalam Misa, hlm.79.

Page 49: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

38

Agung suasana di Larantuka sunyi sepi bagaikan tidak berpenghuni. Semua

umat menjalankan kegiatan keagamaan dalam suasana tenang dan mengikuti

semua acara sepanjang hari Jumat dengan khidmat. Adapun kegiatan yang

dilakukan oleh umat Katolik di Larantuka adalah pada pagi hari sekitar pukul

10:00 ada prosesi laut, Tuan Meninu diarak dari Kota Sauk ke Armida Tuan

Meninu melalui laut. Dalam perarakkan itu banyak perahu yang mengiringi

perahu yang membawa Tuan Meninu dan berakhir di depan istana raja

Larantuka dan selanjutnya diarak menuju armida Tuan Meninu. Patung Tuan

Ma diarak menuju Katedral Reinha Rosari, perarakkan itu berlangsung kurang

lebih dua jam.51

Umat yang tidak mengikuti prosesi laut, mereka sudah menanti di depan

istana Raja Larantuka. Setelah kotak yang berisi Salib Tuan Meninu

diturunkan dari perahu, langsung bersama umat berarak menuju armida

Balela. Adapun urutan perarakkan yaitu: Anggota konfreria berkumpul, Tuan

Meninu yang dijunjung oleh petugas dan di tudungi paying oleh umat

kemudian perarakkan diiringi dengan doa dan nyanyian dalam bahasa

Portugis dan bahasa Indonesia.52

Sebelum prosesi Tuan Ma dan Tuan Ana megelilingi kota Larantuka,

terlebih dahulu umat diajak untuk pergi ke tempat pemakaman umum yang

tidak jauh dari Katedral Reinha Rosari untuk mendoakan umat beriman yang

51

Maria D. Biabi, Devosi Umat Larantuka kepada Bunda Maria, hlm. 45. 52

Felix Fernandes dan J.B.Tukan, Ziarah Iman Semana Santa, hlm. 36.

Page 50: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

39

telah meninggal. Ritual ini sebagai simbol bahwa Yesus Kristus, Sang Terang

bangkit bersama orang-orang beriman yang telah meninggal. Sementara umat

berdoa, empat Lakademu berjalan mengelilingi pekuburan dan kembali ke

Katedral. Setelah itu umat yang hadir disiapkan agar prosesi dapat dimulai.53

Pukul 15:00 umat memperingati peristiwa wafat-Nya dengan mengarak

patung Tuan Ma dan Tuan Ana ke Katedral Reinha Rosari. Adapun urutan

perarakkan sebagai berikut: diawali dengan pemukulan gendering (genda do),

anggota konfreria berkumpul membawa salib dan lilin, mengarak Patung

Tuan Ma, mengarak Patung Tuan Ana dan para petugas yang membawa

simbol-simbol penghinaan terhadap Tuhan Yesus, antara lain: Palu dan Paku,

30 keping perak, mahkota duri, tongkat, bunga karang, lembing. Perarakkan

itu diiringi dengan doa dan nyanyian.54

Prosesi dimulai dan diakhiri di Katedral. Proses inilah yang ditunggu-

tunggu oleh umat Katolik di Larantuka maupun peziarah yang datang dari

berbagai daerah. Panjang rute prosesi mencapai lima kilometer. Doa

pembukaan oleh Bapak Uskup, setelah itu, seorang wanita maju ke altar

menunjukkan gulungan lukisan wajah Yesus yang sengsara sambil

meyanyikan sebuah lagu Ratapan (Rat, 1:12).55

Setelah itu prosesi dimulai. Sepanjang jalan prosesi doa dan nyanyian

dipandu oleh anggota konfreria. Para petugas mengatur dan memberi

53

Felix Fernandes dan J.B.Tukan, Ziarah Iman Semana Santa, hlm. 31. 54

Maria D. Biabi, Devosi Umat Larantuka Kepada Bunda Maria, hlm. 46. 55

Felix Fernandes dan J.B.Tukan, Ziarah Iman Semana Santa, hlm. 39.

Page 51: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

40

pengumuman. Urutan perarakkan sebagai berikut: para pemukul gendering

berbaris, diikuti panji konfreria kemudian anak-anak membawa simbol-simbol

penghinaan kepada Yesus, biarawan-biarawati mendampingin Patung Tuan

Ma, diikuti oleh empat Lakademu yang membawa Patung Tuan Ana, lalu

yang terakhir diikuti oleh umat dan peziarah. Semua orang memegang lilin

pada malam Jumat Agung sepanjang jalannya prosesi. Seketika malam itu

Larantuka menjadi lautan cahaya lilin dengan suasna khidmat perkabungan.

Berikut ini kegiatan devosional Jalan Salib di delapan armida di

Larantuka, yaitu sebagai berikut:

1. Armida Misecordiae. Di armida ini, bacaan injil, doa-doa dan nyanyian

dilantunkan dalam rangka peringatan akan kedatangan Yesus.

2. Armida Tuan Meninu. Di armida ini, umat diajak untuk mensyukuri kasih

Allah, dimana Allah memenuhi janji-Nya dengan mengurtus Putra-Nya ke

dunia.

3. Armida Balela. Di sini, umat diajak untuk meneladani Yesus yang setia

melaksanakan tugas perutusan-Nya.

4. Armida Tuan Trewa. Di armida ini, uamt diajak untuk merenungkan sikap

dan teladan Yesus yang rela berkorban untuk menebus manusia dari

perlakuan dosa.

Page 52: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

41

5. Armida Pante Kebis. Disini umat diajak untuk merenungkan kesetiaan dan

ketabahan Bunda Maria dalam mengikuti Yesus dari rumah Pilatus sampai

puncak Kalvari.

6. Armida Pohon Sirih. Umat diajak merenungkan cinta dan ketaatan Yesus

kepada kehendak Allah dengan mengorbankan diri-Nya di kayu salib.

7. Armida Kuce. Di armida ini sekali lagi umat diajak untuk merenungkan

penderitaan Yesus di kayu salib.

8. Armida Tuan Ana. Di armida ini umat diajak merenungkan Yesus

diturunkan di kayu salib dan dimakamkan.56

Urutan armida ini adalah sebagai bentuk gambaran seluruh kehidupan

Yesus dari kelahiran sampai kewafatan Yesus di salib. Disetiap armida ada

bacaan injil yang disesuaikan dengan tema renungan, setelah itu doa oleh

umat dan berkat salib dengan berlutut dan melantunkan lagu syukur, begitu

seterusnya di setiap armida dilakukan hingga prosesi selesai. Acara prosesi

ditutup di Katedral. Ketika tiba di halaman katedral, sudah ada dua petugas

yang berdiri disamping kiri dan kanan pintu gereja untuk menerima sisa-sisa

lilin dari peserta prosesi. Sisa lilin yang terkumpul akan diserahkan kepada

Konfreria yang selanjutnya diserahkan kepada petugas kapel untuk dibuatkan

lilin baru dan digunakan sepanjang tahun.

56

Maria D. Biabi, Devosi Umat Larantuka kepada Bunda Maria, hlm. 47-48.

Page 53: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

42

c. Sabtu Alleluya

Kegiatan yang dilakukan oleh umat Katolik di Larantuka pada hari Sabtu

Alleluya adalah bersama dengan anggota Konfreria menghantar patung Tuan

Man dan Tuan Ana dari Katedral ke kapelnya masing-masing. Tuan Ana dan

simbol-simbol penghinaan di arak menuju kapel Tuan Ana di Lohayong dan

patung Tuan Ma diarak menuju kapel Tuan Ma di Pante Kebis. Setelah tiba di

kapel, patung Tuan Ma ditahtakan dan memeberi kesempatan untuk umat

untuk berdoa, selanjutnya disimpan.

Pada hari Sabtu Alleluya, para peziarah yang datang dari kota lain, sudah

meninggalkan Larantuka, tetapi masih ada peziarah yang ada di Larantuka

sampai hari senin. Pada Sabtu pagi, para peziarah diberi kesempatan untuk

mengunjungi kapel Tuan Ma, Tuan Ana, Tuan Trewa untuk berdoa dan

mempelajari sejarah hadirnya patung-patung itu di Larantuka. Perayaan

Ekaristi di malam paskah dilaksanakan paroki masing-masing, suasana

perayaan Ekaristi kembali diwarnai dengan kegembiraan karena umat percaya

bahwa Kristus sudah dibangkitkan.57

57

Maria D. Biabi, Devosi Umat Larantuka kepada Bunda Maria, Jakarta: STF Driyarkara,

2010, hlm. 50.

Page 54: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

43

BAB IV

NILAI KESAKRALAN DEVOSI PATUNG TUAN MA

A. PENGERTIAN DAN MAKNA SAKRAL

Pemaknaan istilah sakral banyak dikenal dalam kajian studi agama, baik

terhadap Tuhan, ibadah, hingga upacara ritual maupun sesuatu yang berbau

keduniaan dan mengarah pada kegiatan-kegiatan sehari-hari tanpa kita sadari,

seperti melakukan bantuan terhadap orang lain, kegiatan jual beli dsb. Dalam

prosesnya kedua hal yang berbeda pada makna sakral terkadang mengalami

tumpang tindih, artinya yang sacral seringkali memposisikan sebagai yang profan,

sebaliknya yang profan berubah menjadi sakral hingga pada pengertian yang

berhubungan dengan Tuhan dianggap sakral karena dipandang tiada kebenaran

apapun selain dari Tuhan.58

Sakralisasi pada benda-benda yang terjadi pada masyarakat dahulu

mengingatkan kita pada kedua aspek agama dan sosial yang merujuk pada konsep

sakral itu sendiri menurut Mircea Aliade (1956)59

dalam bukunya The Sacred and

the Profane dan aspek pengaruh sosial menurut Emile Durkheim (1912) dalam

bukunya The Elementary form of The Religious Life. Kedua tokoh ini telah

58

Maimun Nawawi, BAHASA DAN HEGEMONI KEKUASAAN (Analisis Hsitoris-Sosiologis

Tentang Sakralitas Bahasa Al-Quran) Jurnal OKARA,Vol.II Tahun 7, November 2012. Hlm 166 59

Mircea Eliade adalah Filsuf besar abad 20 asal Rumania sekaligus Teolog dan juga Profesor

Ahli Sejarah Agama dan Filsafat Agama dari Universitas Chicago. Dia lahir di Bucharest pada 9 Maret

1907 dan meninggal di Chicago pada 22 April 1986. Karya agung nya salah satunya adalah buku The

Encyclopedia of Religion pada tahun 1986 yang menjadi referensi beberapa Kampus kajian keagamaan

di berbagai belahan dunia.

Page 55: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

44

memberi pendefinisian dengan jelas tentang sesuatu yang sakral untuk aspek

tersebut. Dari sudut pandang Eliade, hal-hal yang sakral merupakan sesuatu yang

supernatural ,luar biasa , dan menngagumkan dan penting. Sebaliknya, hal-hal

yang profan merupakan ha-hal yang biasa, termasuk dalam urusan sehari-hari,

tidak sengaja, dan pada umumnya kurang penting. Hal-hal yang berkaitan soal

sakral adalah hal yang memiliki arti keteraturan, kesempurnaan, kharisma,

berkaitan dengan para leluhur, pahlawan, dewa, hingga sesuatu yang ghaib,

sedangkan hal yang profan merupakan urusan manusia yang dapat berubah, bisa

menjadi kacau jika dipengaruhi. Eliade juga berpendapat bahwa yang sakral

adalah sesuatu yang bukan sosial tetapi sesuatu yang merupakan supernatural,

diluar duniawi, suci dan terkadang abadi. Hal ini merupakan realitas yang benar-

benar nyata dan manifestasinya berbeda dengan yang profan. 60

Adapun menurut Durkheim, sakral adalah sesuatu yang lahir dalam proses

sosial dan memiliki arti pada elemen-elemen sosial juga pengaruhnya langsung

pada klan/komunitas, sedangkan yang profan adalah suatu hal yang sifatnya

individu memiliki nilai yang sifatnya privat. Simbol dan ritual yang sakral tampak

memiliki nilai supranatural 61 sebagai wujud yang terlihat luarnya saja, karena

tujuan simbol hanya sekedar membuat sadar orang akan tugas sosialnya sebagai

bagian dari klan/komunitas atau bagian dari masyarakat. Oleh karena itu

60

Ketut Darmana, Sakralitas BarongUsing dalam Kehidupan Masyarakat Using Kemiren

Banyuwangi, Jurnal FSB UNUD 2017.hlm 4. 61

Daniel L. Pals, Seven Theories of Religion , Terj. Inyiak Ridwan Munzir,dkk. (Yogyakarta:

IRCisoD, 2012) hlm. 144.

Page 56: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

45

Durkheim mendefinisikan yang sakral sebagai hal-hal yang dilindungi dan

diisolasi oleh aturan-aturan, adapun yang profan merupakan hal-hal tempat

aturan-aturan tersebut dilakukan dan harus terus dibiarkan berjarak dari yang

sakral. Sehingga muncul kesimpulan bahwa yang sakral memiliki sifat sosial.

Apabila merujuk pada pandangan Eliade, maka argumentasi teoritis

terhadap fenomena sakralitas Patung Tuan Ma adalah bahwa keberadaan Patung

Tuan Ma sendiri berasal dari perwujudan Bunda Maria yang suci, karena simbol

patung berwujud perempuan memiliki makna manifesto dari sesuatu yang

supranatural , agung, dahsyat dan luar biasa yaitu dari sosok Bunda Maria itu

sendiri. Pancaran kesucian Bunda Maria yang dipercaya bersemayam dalam

simbol Patung Tuan Ma tersebut, menunjukan pada masyarakat Larantuka tentang

sesuatu yang sakral dan suci yang memiliki ruh religiusitas.

Sebaliknya jika dikaitkan pada pandangan Durkheim, maka simbol Patung

Tuan Ma tersebut merupakan simbol kolektif kolegial juga bagian dari proses

sakralisasi dari masyarakat Larantuka abad 15 yang difungsikan sebagai perekat

dan keberlangsungan hidup masyarakat terhadap tradisi pemberian seserahan

sebagai bentuk syukur akan hasil panen tani dan hasil laut mereka. Pemujaan

Patung Tuan Ma pada prinsipnya tidak memuja Patung Tuan Ma sebagai patung

berjubah yang terbuat dari kayu, tetapi bentuk pemujaan pada kekuatan

impersonal, yaitu: masyarakat Larantuka itu sendiri. Agar kelangsungan tradisi

seserahan hasil bumi tetap berjalan dan simbol terhadap Patung Tuan Ma tetap

terjaga, maka diberlakukan aturan-aturan, ritual hingga prosesi peribadatan untuk

Page 57: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

46

tujuan tersebut. Mempertahan pemberlakuan aturan-aturan pada benda sakral ini

berarti menjaga simbol keutuhan dan keberlangsungan Patung Tuan Ma, dan

menjaga kelestarian Patung Tuan Ma bagi masyarakat Larantuka itu sendiri.

Dengan begitu, pemujaan dan pensakralan terhadap Patung Tuan Ma, pada

dasarnya merupakan pernyataan kesetiaan kepada simbolnya yang tidak lain

adalah masyarakat Larantuka itu sendiri.

Mengacu pada kedua pandangan daari Eliade dan Durkheim di atas, maka

ada dua dimensi kesakralan yang termanifestasikan dalam simbol Patung Tuan

Ma dalam kehidupan masyarakat Larantuka.

Pertama, dimensi supranatural yaitu: kekuatan magis dan ghaib yang

dipercayai memancar melalui Patung Tuan Ma itu sendiri. Dimensi ini dipercayai

terus hidup dan mampu mempengaruhi kelangsungan hidup warga masyarakat

secara keseluruhan mulai dari sebelum Kristen datang hingga setelah menjadi

bagian dari masyarakat Kristen dalam hal ini Katolik ada. Dia bersifat suci dan

penghormatan terhadapnya dipercaya mampu memberikan rasa aman dan

pengaruh spiritualitas.

Kedua, dimensi sosial, yaitu: identitas diri masyarakat Larantuka secara

simbolik terepresentasikan oleh daya suci Patung Tuan Ma sehingga Larantuka

kerap kali dianggap sebagai kota suci bagi umat Katolik di Nusa Tenggara Timur.

Nilai ini diartikan sebagai kesakralan Patung Tuan Ma memberi pengaruh

spiritualitas bagi seluruh aspek kehidupan di Larantuka seperti hasil alam, hasil

Page 58: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

47

laut yang melimpah, keindahan geografis dan suasana sejuk dan kondusif yang

ada pada Larantuka dan masyarakatnya. Pada prinsipnya sakralisasi Patung Tuan

Ma adalah menjaga keberlanjutan nilai-nilai tersebut, sampai sekarang kesakralan

itu masih terjaga dalam bingkai peribadatan pada tradisi Gereja Katolik di

Larantuka.

B. LANDASAN TEOLOGIS KESAKRALAN PATUNG TUAN MA

Setidaknya ada puluhan ayat sebagai penguat dasar teologis yang berasal dari

Alkitab, baik dari Perjanjian Baru maupun Perjanjian Lama , namun ayat-ayat

Biblis yang secara eksplisit hampir mendekati ke-arah sakralisasi kepada Maria,

yaitu :

“Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata: Salam

bagimu. Mereka mendekati-Nya dan memeluk kaki-Nya serta

menyembah-Nya” (Mat. 28:9).

“Mereka semua bertekun dalam dengan sehati dalam doa bersama-

sama, dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus dan

saudara-saudara Yesus. (Kis. 1:14)

Dalam perspektif sosio-teologis, kesakralan Patung Tuan Ma merupakan bukti

budaya religius yang kental dan berkembang di Larantuka sehingga menjadi salah

satu bagian dari agama dalam bingkai devosi. Hal ini menjadikan faktor utama

pada upaya sakralisasi Patung Tuan Ma mudah dan diterima oleh masyarakat

Page 59: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

48

Katolik, karena hadir dalam memperkuat iman Katolik melalui devosi pada

Perayaan Pekan Suci Semana Santa.

Secara sudut pandang teologis, ungkapan iman melalui berbagai bentuk

cara memang bukan yang paling menentukan, tetapi isi iman itu sendiri. Isi iman

itu dipahami dan dihayati menurut „taraf rakyat‟ bukan „taraf teolog‟ juga bisa

sungguh-sungguh memuat kepercayaan total dan tanpa syarat kepada Allah

sendiri. Kaitannya dengan praktek devosi oleh umat Katolik Larantuka kepada

Bunda Maria yaitu sebuah ungkapan umat terhadap iman dan kasih dan rahmat

Allah yang mereka alami melalui perantaraan Bunda Maria.62

Berkenaan dengan sarana meditasi melalui doa Rosario suci sebagaimana

yang diusulkan Paus Yohanes Paulus II, para teolog mengamati bahwa dalam cara

tertentu, Paus mengajak seluruh elemen Gereja agar belajar dari Maria sebagai

seorang yang taat dan setia kepada Allah yang paling unggul serta acuan dalam

upaya kontemplasi Kristiani.63

Perspektif teologis yang lain berasal dari Pemimpin Agung Gereja Katolik

Roma pada tahun 2002 yaitu Paus Yohanes Paulus II, ntuk menyambut semangat

umat yang antusias sebagai bentuk ungkapan kasih sayang dan penghormatannya

kepada Bunda Maria dengan mendaraskan doa-doa yang dapat dipakai untuk

merenungkan wajah Kristus, maka umat terbantu untuk menggali pemahaman

62

Maria D. Biabi, Devosi Umat Larantuka Kepada Bunda Maria, hlm. 37. 63

Fidelis B. Wotan, Devosi Marial dan Pemahamannya dalam Tradisi Iman Katolik, Serikat

Maria Monfortan, Bandung, 2018.

Page 60: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

49

yang penting dari makna esensial doa Rosario melalui tulisan dari surat Apostolik

Rosarium Verginis Mariae. Paus Yohanes Paulus II menulis :

”Memang jelas, doa Rosario berciri khas Maria. Akan tetapi pada intinya

Rosario adalah doa yang kristosentris. Dalam unsur-unsurnya yang sederhana,

doa Rosario menampilkan saripati amanat Injil secara utuh; dengan demikian

doa Rosario dapat dikatakan sebagai ringkasan seluruh Injil. Rosario adalah

gema dari doa Maria, Rosario adalah magnificat abadi untuk memuji karya

inkarnasi yang menyelamatkan, yang dimulai dala, Rahim Maria yang tetap

perawan. Dengan doa Rosario orang Kristiani berguru di sekolah Maria, mereka

dilatih untuk menatap keindahan wajah Kristus dan mengalami kedalaman kasih-

Nya. Berkat doa Rosario kaum beriman menerima rahmat berlimpah lewat

tangan Bunda Penebus sendiri”64

.

Kemudian, ada beberapa keraguan pada beberapa hal bagi orang yang

menganggap sensitif terhadap karya Eliade yang memiliki makna teologis yang

sangat signifikan, namun, sejak awal, Eliade benar-benar mengabaikan konsep

teologi nya dalam karya yang dia buat mengenai makna sakralitas. Mengapa?

Pertama, kita harus berusaha untuk mencari tahu sebelumnya apa dasar pemikiran

dari Eliade soal kritiknya terhadap Kristen Timur yang tidak secara eksplisit.

Contohnya, bahwa pro-kontra antara Eliade dan Gereja Kristen Timur adalah

perdebatan mereka dalam kajian semangat rasional teologi barat yang membuat

64

Fidelis B. Wotan, Devosi Marial dan Pemahamannya dalam Tradisi Iman Katolik, Serikat

Maria Monfortan, Bandung, 2018.

Page 61: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

50

pemaknaan kata “sakral” menjadi otoritas Gereja Kristen Timur untuk memberi

penjelasan secara definitif dengan tujuan melihatkan kepada masyarakat Kristen

di Eropa saat itu bahwa keberadaan Gereja dengan segala otoritas yang dimiliki

soal urusan teologis adalah tugasnya.65

Kemudian, hal ini disambut oleh beberapa penelitian dari Dostoevsky,

seorang teolog dan filsuf asal Rusia abad 20, tentang penelusurannya terhadap

asal-usul ateisme barat hingga pda nila-nilai Paganisme yang terserap dalam

ajaran Gereja Kristen Roma. Lebih jauh, Eliade mengusut nilai-nilai mistis yang

dalam pada ajaran Kristen Timur dan dengan hal itulah dia menentang hal-hal

yang sifatnya mistis terhadap konsep apapun pada pemaknaan kata „sakral‟ versi

Gereja Kristen Timur.

Jika menelaah lebih lanjut, akan ada sedikit rujukan pada karya Eliade

soal ketuhanan, atau paling tidak terdapat kategori teologis pada Allah. Sementara

itu Eliade sangat mementingkan dirinya dengan melakukan kajian soal filsafat

India (filsafat yang sangat berbeda dengan filsafat barat yang cenderung menjauh

pada realitas kesakralan). Eliade sebenarnya sudah mulai meninggalkan seluruh

tradisi filsafat dan teologi Barat, mungkin karena alasan, dia sudah mengetahui

juga mendeteksi tentang pemahamannya mengenai teologi Kristen yang terkesan

menjauh pada makna dan realitas kesucian. Jika demikian, maka beralih pada

pemikir kontemporer yang telah mendeteksi antipasti yang mendalam antara

65

Thomas J. J. Altizer. Mircea Eliade and The Dialectic of the Sacred,(Connecticut:

Greenwood Press, 1975) hlm. 37.

Page 62: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

51

„iman‟ dan „teologi‟ adalah hal yang tepat.66 Martin Heidegger, adalah filsuf asal

Jerman abad 20 yang sangat kontroversial dalam bidang filsafat agama,

Heidegger percaya bahwa kita hidup dalam masa “waktu baru”:itu adalah masa

para dewa-dewa telah melarikan diri dan dewa-dewa itu tak akan kembali. Inilah

waktu yang kita butuhkan, karena terdapat beberapa kekurangan yang ganda dan

yang yangbukan dari kekurangan ganda ini adalah bahwa tidak ada lagi dewa-

dewa yang akan melarikan diri dan dewa-dewa itu akan datang kembali.

Mengadopsi sepatah kata dari puisi karya Holderlin, seorang sastrawan terkenal

asal Jerman abad 18 yang telah melahirkan ribuan karya melalui puisi, dia

berbicara tentang “Kegagalan Tuhan” bahwa Tuhan menahan kehadirannya bagi

manusia walaupun terlepas dari kenyataannya, entah bagaiman Dia ada disana.

Tentang kehadirannya, kita mungkin tidak tahu apa-apa, karena teologi telah

kehilangan semua kontak dengan yang suci.67

Beberapa pendapat diatas menunjukan bahwa makna “sakral” adalah suatu

acuan, apakah hal-hal yang suci dan transenden itu melekat pada pemaknaannya

atau sebaliknya, hal-hal yang jauh dari nilai-nilai kesucian justru melakat dalam

arti dari “sakral” itu sendiri. Konsep teologis Eliade yang dipengaruhi dari filsafat

ketimuran menjelaskan kepada kita bahwa “sakralitas” haruslah sejalan dan

66

Mircea Eliade. The Dialectic and The Sacred. (Philadelphia:Westminster Press,1963)

hlm.38. 67

Martin Heidegger. Existence and Being , oleh Werner Brock (London: Vision

Press,Ltd.,1959) hlm 285.

Page 63: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

52

berbanding lurus dengan nilai-nilai kesucian dan harus dapat termanifestasikan

dalam wujud iman dan lebih jauh pada kaitannya dengan ritual.

Heidegger dalam buku Existence and Being menulis bahwa : Teologi

adalah sesuatu yang mencari penafsiran pada hal yang sifatnya primordial tentang

“Man Being” terhadap Tuhan, itu ditentukan oleh iman itu sendiri dan tetap

didalamnya. Perlahan, mulai memahami sekali lagi wawasan Martin Luther68

bahwa pondasi dimana sistem dogma yang dibuatnya bersandar pada sesuatu

yang belum muncul dari hasil penyelidikannya dimana posisi iman adalah yang

utama dan secara konseptual inilah pondasi itu memadai dan menjawab masalah

teologis, tetapi hal itu tersembunyi bahkan menyimpang.69

Terlepas dari kenyataan bahwa masa itu Heidegger telah dibaptis oleh

banyak teolog Jerman, maka tidak ada alasan bagi Heidegger akan mengakui

bahwa teologi akan memulihkan pondasinya. Sebagai gantinya, ia terus

menyerang teologi, dan dengan semangat yang lebih besar yang denga pegangan

filsafat-filsafat Yunani. Pada tahun 1949, setelah mengutip kata-kata Paulus,

“bukankah Allah telah membuat kebijaksanaan atas dunia yang bodoh? (Kor I

1:20) lalu ia bertanya, “akankah suatu hari teologi Kristen mengambil keputusan

68

Martin Luther adalah Teolog besar abad 16 asal Jerman yang dikenal sebagai Tokoh

Reformis Protestan. Luther juga sebagai Professor ahli teologi di Universitas Erfurt ,dan juga

melahirkan gerakan Lutherianisme hingga saat ini berkembangnya Gereja Kristen Protestan yang ada

di seluruh dunia. 69

Martin Heidegger. Existence and Being , oleh Werner Brock (London: Vision

Press,Ltd.,1959) hlm 313.

Page 64: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

53

untuk menganggap serius perkataan Rasul Paulus dan akan lahir konsep filsafat

kebodohan?.70

Mengutip dari pendapat Heidegger, Eliade terarahkan bagaimana kondisi

teologi barat yang mutlak dan kaku terancam kembali oleh kritik-kritik yang

berdasarkan pada filsafat-filsafat yunani, filsafat barat hingga kaitannya pada

agama yang membut nilai-niali metafisik akan pudar dan bertransformasi pada

penafsiran ulang esensi dari ajaran Kristen itu sendiri.

Sebagai perlawanan, bagi Heidegger, kegagalan terbesar dari teologi

adalah pada awal diciptakannya teologi itu sendiri, saat dia memilih untuk

mengespresikan dirinya sendiri melalui ontologi Yunani, Heidegger sadar bahwa

keberadaan teologi membuat ragu dan rancu pemahamannya mengenai

pemaknaan hal ghaib berujung pada keberadaan Tuhan itu sendiri. Tetapi, disaat

yang bersamaan, metafisika Barat diadopsi kembali ke ajaran Kristen,

ditransformasikan sedemikian rupa hingga berujung pada kekacauan bahkan

bencana terhadap dogma Kristen itu sendiri yang membuat kritik dan serangan-

serangan argumentatif dari para filsuf Barat saat itu. Kemudian yang terjadi,

Kristen melakukan usaha penafsiran ulang eksistensi mahluk ciptaan Allah.

Pemikiran dan pengetahuan menjadi berbeda dari iman. Hal ini tidak

mengahalangi rasionalisme dan irrasionalisme terhadap ajaran, tapi lebih kearah

70

Martin Heidegger. “The Way Back Into the Ground of Metaphysics”,oleh Walter

Kaufmann (Meridian Books,Inc.,1956) hlm.218.

Page 65: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

54

mempersiapkan jalan baru yang lebih kuat, dalam artian tak mudah goyah oleh

serangan-serangan teologis baru.71

Teologi patristik72 mengembangkan tentang ajaran dimana dunia berada,

mahluk yang ada, sesuatu yang ada (das seiende), hal yang dianggap diciptakan

oleh Tuhan. Seiring bersama doktrin penciptaan telah pudar, teologi Logos secara

radikal berusaha memunculkan penafsiran pada Logos dari Empat Injil sehingga

menjadikannya alasan rasional. Heidegger (walaupun hanya berpendapat sedikit

tentang teologi Logos ) dengan sangat jelas mengatakan bahwa doktrin klasik

tentang penciptaan adalah cara untuk memahami penciptaan itu sebagai hal yang

sudah dipersiapkan sebelumnya secara rasional73 dan Eliade sependapat soal hal

ini. Oleh karena itu, begitu hubungan mahluk hidup dengan Sang Pencipta

renggang bahkan jauh, bersamaan dengan itu akal manusia menjadikan dirinya

dominan bahkan menjadikan dirinya absolut (das seiende ) dalam istilah

matematika murni yaitu hal yang tak bisa dihindari menjadi sesuatu yang dapat

terpikirkan. Sesuatu yang dapat dihitung dan terhitung ini menjadi hal yang bisa

dikuasai oleh modernitas, teknologi terstruktur secara matematis, yang mana

71

Thomas Langan. The Meaning of Heidegger. (New York: Columbia University Press,

1959) hlm.161. 72

Teologi Patristik adalah Teologi yang muncul pada Abad 8 di Andalusia dengan banyak

bersumber dari Perjanjian Baru dan dipopulerkan oleh Imam Thomas Aquinas. Teologi patristic

melahirkan beberapa tradisi peribadatan, beberapa diantaranya yaitu paskah dan pantekosta yang

hingga kini masih ada. 73

Thomas J. J. Altizer. Mircea Eliade and The Dialectic of the Sacred,(Connecticut:

Greenwood Press, 1975) hlm. 39.

Page 66: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

55

merupakan sesuatu yang pada prinsipnya berbeda dari setiap penggunaannya.74

Ketika duinia dipahami sebagai ciptaan, dalam pengertian ini dunia sepenuhnya

terisolasi oleh iman, karena inilah dunia diberikan otoritas rasionalnya sendiri,

dan karenanya menjadi kurang berarti secara religius.75

Jauh lebih signifikan

adalah konsekuensi bahwa teologi yang dipahami mengisolasi dirinya dari realitas

keimanan. Sekarang teologi dapat mulai memahami dunia, tetapi hal itu menjadi

sebuah pendekatan baru dalam filsafat Barat.

Tidak ada keraguan pada Heidegger ketika membahas masalah “Kematian

Tuhan” melalui media filsafat dan teologi Barat, dengan demikian dia sejalan

dengan Kierkegaard dan Dotoevsky. Namun, ia belum berhasil mengindentifikasi

dengan jelas dimana letak sifat kejatuhan teologi, walaupun dalam perspektif

filsafat ia sangat dalam dan mengupas tuntas. Tepat pada bahasan inilah

pemahaman Eliade tentang yang „sakral‟ menjadi relevan, karena, sebagaimana

ditunjukkan bahwa prinsip utamanya adalah yang sakral lawan dari yang profane,

bukan hanya berbeda pemaknaan, lebih jauh dari itu ialah bagian dari teologis

yang sifatnya esensial. Dalam memilih dan mencari pemahaman dunia sebagai

ciptaan dalam pengertian rasional, teologi mengubah artian iman tentang dunia

sebagai hal yang profan, sehingga menjadikan dunia sebagai sesuatu yang netral

secara religius. Dengan demikian dunia tidak lagi profane, tetapi konsekuensi

74

Martin Heidegger. An Introduction to Metaphisycs, oleh Ralph Manheim (Yale University

Press, 1959) hlm. 193. 75

Thomas J. J. Altizer. Oriental Mysticism and Biblical Eschatology, (The Wesminster Press,

1961),hlm 109.

Page 67: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

56

logis dari transformasi dari hal ini adalah bahwa yang „sakral‟ atau suci tidak lagi

berhubungan dengan unsur-unsur dunia atau lebih tepatnya , sesuatu yang sakral

dapat dihubungkan dengan dunia hanya dengan ide rasional tentang Tuhan,

sebuah gagasan tentang Tuhan („Idea of God”meminjam istilah Filsafat Yunani)

yang pada dasarnya adalah turunan dari pemahaman manusia tentang dunia.

Teologi jatuh pada proses berkembangnya ide-ide rasionalisme tentang

Tuhan, sebuah pendekatan yang berdasarkan pada penghapusan hal-hal yang

profan bahkan penghapusan hal-hal yang sakral. Begitu kesadaran akan hal-hal

profane dibuang, maka akan lenyap juga kesadaran akan hal-hal yang sakral,

karena jika yang sakral adalah lawan yang profan, itu tidak bisa lagi

dimanifestasikan ketika yang profan telah menghilang. Konsekuensinya, esensi

teologi tidak berdasarkan iman hingga tidak dapat lagi menyaksikan kehadiran

Yang Suci, proyeksi teologi ini dapat menjauhkan dari hal yang suci.76

C. PENGERTIAN DAN MAKNA DEVOSI

Dalam ruang lingkup Agama, devosi dapat diartikan sebagai gairah,

pengaruh batin, keterikatan batin, kesalehan, dedikasi, penghormatan,

kepercayaan, kesetiaan, hingga cinta khusus untuk suatu objek, orang, kekuatan,

juga sebagai cinta kepada dewa yang dianggap suci. Devosi juga merupakan

bentuk aksi dari pikiran, seperti; sembahyang, berdoa, dan sumpah agama/nazar.

76

Thomas J. J. Altizer. Mircea Eliade and The Dialectic of the Sacred,(Connecticut:

Greenwood Press, 1975) hlm. 40.

Page 68: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

57

Devosi adalah fenomena yang sangat umum dalam area keagamaan di seluruh

ruang lingkup tradisi agama-agama dunia.

Dalam beberapa tradisi, sekte-sekte, budaya-budaya., devosi adalah pusat

perhatian dalam Agama atau bahkan hamper memiliki kesamaan dengan Agama

itu sendiri. Dalam hal ini, contohnya seperti beberapa versi dari Buddha di

Tiongkok dan Jepang, gerakan-gerakan devosional Hindu, dan beberapa gerakan

devosional Kristen seperti Pietisme. Pusat perhatian devosi dalam tradisi

keagamaan lebih sebagai hal yang umum, yang mana kecenderungannya terpusat

pada tradisi Theistik. Meskipun yang terpenting dari salah satu contoh dari

Devosi Tanah Air Buddha adalah pembuktian yang cukup untuk menunjukan

usaha perhatian terhadap menyamakan devosi dengan Theisme.77

a. Objek-Objek Devosi

Luasnya cakupan devosi dalam Agama menjadi bukti, kapan jenis objek-

objek dalam devosi itu dianggap. Yaitu saat Dewa-dewa selalu dianggap sebagai

objek utama dari devosi. Pada tradisi Agama-agama dunia, banyak hal-hal yang

besar, baik itu objek, kejadian, hingga perayaan yang diberikan devosi khusus.

Dibanyak Agama-agama Afrika, tradisi historis keagamaan yang memiliki nilai

sejarah, Konghucu, Hindu, dan sosok leluhur, menjadi objek-objek penting untuk

dihormati, dikagumi hingga diberikan devosi. Banyak orang hidup dan mati,

demikian juga objek-objek devosi dan pemujaan secara devosional, ada yang

77

Mircea Elliade. The Encyclopedia of Religion oleh David Kinsley (New York: MacMillan

Publisher Company, 1987). hlm. 321.

Page 69: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

58

bertahan dalam ikatan budaya dan ada pula yang hilang karena dianggap sebagai

formalitas peribadatan.

Guru dalam Hindu, Santo dalam Kristen, Hsien dalam Tao, Raja Sage

dalam Konghucu, Imam dalam Islam, Tirthankaras dalam Jainisme dan

Boddhisatva dalam Buddha. Sang Buddha adalah salah satu contoh dari beberapa

tokoh-tokoh spiritual dalam tradisi Agama-agama dunia yang mendapatkan

devosi.

Awal terjadi devosi disebabkan dengan ditemukannya peninggalan-

peninggalan yag terkumpul juga kehadiran figur sakral dan keramat yang

dijadikan objek pemujaan dan penghormatan dalam tradisi Paganisme, terus

menerus dilakukan hingga masuk kedalam tradisi Agama-agama dunia. Temple of

Tooth di Kandy, Sri Lanka terdapat patung Sang Buddha yang dikurung dalam

stupa lalu diabadikan menjadi candi adlah contoh dari kuil devosi dalam tradisi

Buddha di Asia Selatan. Di Eropa abad pertengahan, umat Kristiani menyimpan

benda-benda bersejarah yang dianggap sakral lalu disimpan di altar-altar Gereja,

beberapa benda tersebut diyakini sebagai representasi konkret dari wujud Ilahiah

yang menaungi Gereja. Beberapa kayu salib berukuran besar, tualng-tulang para

martir, botol kecil berisikan asi Bunda Perawan Maria, hingga kulit Jesus.,

beberapa diantara peninggalan-peninggal suci tersebut menjadi objek popular dari

kegiatan devosional dalam Kristen abad pertengahan. Pada tradisi Kristen

sekaranag, kemugkinan yang menjadi objek paling dikenal, juga sebagai

peninggalan sakral adalah The Shroud of Turin, yaitu kain kafan Jesus Kristus

Page 70: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

59

yang disimpan di Museum Turin. Dalam tradisi yang lain, jasad fisik sisa dari

Santo, kuburan Santo, umumnya juga diberikan penghormatan.78

Bermacam tempat besar juga dianggap suci dan mendapatkan devosi,

seperti sungai-sungai dalam Hindu, Gunung-gunung dalm Shinto yang sering

mendapatkan pernghormatan khusus. Benar bahwa kebanyakan tradisi keagamaan

mengasosiasikan kesucian pada tempat-tempat khusus. Contohnya, seperti kota-

kota yang ada di dunia, dibanyak tradisi penting Agama-agama, seringkali

menjadikan kota sebagai pusat ziarah dan devosi mereka. Varanasi dalam Hindu,

Jerussalem dalam Yahudi dan Kristen, Mekkah dalam Islam dan Ise dalam Shinto

adalah beberapa contoh kota-kota di dunia yang dijadikan objek suci. Terkadang,

seluruh wilayah geografis hingga negara menjadi objek devosi. India bagi seluruh

umat Hindu dan Israel bagi kebanyakan umat Yahudi.

Devosi sering berfokus pada objek pujaan dan ritual. The Ark of Covenant

dalam Yahudi kuno dan Roti Host dalam Kristen adalah contoh yang sering

diketahui dalam tradisi agama-agama dunia sebagai objek dan media dalam

melakukan kegiatan devosional. Teks suci juga dijadikan sebagai objek pada

beberapa Agama. Taurat dalam Yahudi, Lotus Sutra dalam tradisi Buddha

Nichiren, Adigranth dalam Sikh dan Al-Qur‟an dalam Islam adalah beberapa

contohnya. Sungguh bahwa kesakralan, kesucian atau ke-Ilahian telah

mengungkapkan dirinya sendiri untuk dipahami atau dijadikan pemahaman,

78

Mircea Elliade. The Encyclopedia of Religion oleh David Kinsley (New York: MacMillan

Publisher Company, 1987). hlm. 323.

Page 71: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

60

manusia dalam berbagai cara yang bebeda dan berbagai jenis bentuk, bahwa pada

beberapa hal-hal tentang sejarah keagamaan, hamper setiap objek yang dapat

dibayangkan atau diimajinasikan telah sndirinya mendapat devosi keagamaan

atau kegiatan penghormatan secara religius.79

D. NILAI SAKRAL DEVOSI PATUNG TUAN MA

Dalam tradisi Kristen kegiatan devosional ditujukan kepada beberapa

benda peninggalan suci, Santo, hingga kejadian historis. Kegiatan devosional

secara khusus contohnya adalah Devosi Marial, kegiatan devosional ini menjadi

tradisi besar dalam sejarah panjang devosi pada Kristen baik Katolik maupun

Kristen Protestan. Adapun tujuan dari Devosi Marial ini adalah sebagai bentuk

penghormatan bagi umat Kristen akan keberadaan Sang Bunda Maria sebagai

figur utama hamba Allah yang suci, berhasil, sebagai contoh dari kuatnya

keimanan dari berbagai kesulitan. Orientasi kehidupan orang-orang yang beriman

adalah untuk mencintai dan memuliakan Tuhan dengan mentaati seluruh perintah-

Nya. Oleh karena itu, kepada Sang Bunda Maria, umat Katolik membawa

pengharapan keteladanan dari figur Maria kehadapan Allah. Hubungannya

dengan Patung Tuan Ma‟ yang ada di Larantuka adalah karena Patung Tuan Ma

diyakini oleh masyarakat sebagai penjelmaan/perwujudan figur Bunda Maria,

inilah mengapa erat kaitannya antara Patung Tuan Ma‟ dengan Devosi Marial,

79

Mircea Elliade. The Encyclopedia of Religion : Devotion . hlm. 324.

Page 72: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

61

karena dalam prosesi Semana Santa sebagai kegiatan devosional bagi Patung

Tuan Ma dilakukan berdasarkan kaidah-kaidah Devosi Marial.80

Gereja telah menetapkan beberapa prinsip teologis terhadap Bunda Maria

dengan Gereja dan Kristus. Umat Katolik memulai memahami Bunda Maria

sebagai Bunda Allah dari perwujudan Yesus dengan mengikuti hasil dari konsili

Efesus pada tahun 431 M. Santo Louis de Monfort (1716) menjelaskan ada 8

(delapan) poin mengapa umat Katolik harus melakukan Devosi Marial.

1. Devosi Marial menunjukan dorongan untuk berbakti kepada Allah

dihadapan Yesus Kristus dengan perantara Maria.

2. Devosi Marial membuat umat Katolik senantiasa mengikuti jejak Kristus

dan menjadikan teladan terhadap-Nya.

3. Mempersembahkan seluruh amalan kepada Yesus Kristus melalui tangan

Bunda-Nya.

4. Devosi Marial merupakan sarana untuk menjaga kemuliaan Allah yang

lebih besar.

5. Devosi Marial mengantar umat Katolik pada kesatuan denga Tuhan secara

sempurna.

6. Devosi Marial memberi umat Katolik kebebasan batin yang merupakan

dambaan sebagai anak-anak Allah.

80

Maria Handoko. Santa Perawan Maria Bunda Allah .(Malang: Dioma, 2006).hlm.35-36.

Page 73: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

62

7. Devosi Marial merupakan cara yang baik untuk melakukan cinta kasih

terhadap sesama.

8. Devosi Marial merupakan sarana ketekunan dan menetapkan hati untuk

tetap setia dalam keutamaan kepada Allah.

Dengan demikian, bila seseorang berdevosi kepada Maria, maka ia juga

dianggap berbakti secara utuh kepada Yesus Kristus dan teguh keyakinannya

kepada Maria juga dipersembahkan kepadda Yesus Kristus.81

Bentuk devosi kepada Maria, dalam hal ini doa-doa untuk Maria mulai

muncul pada masa Kristen abad pertengahan. Seperti doa Angelus (abad 13M)

dan doa-doa Rosario (abad 15M), doa-doa tersebut dipakai secara lazim oleh

umat Katolik hinga saat ini.82

Menjelang akhir abad ke 2 Masehi topik mengenai kesalehan Maria

telah mengalami perkembangan. Dengan informasi yang sarat akan nilai

sejarah tetapi sangat terbatas dalam Alkitab, khususnya Perjanjian Baru,

sejumlah ahli kitab mencoba menggali sebanyak mungkin informasi tentang

Maria yang terdapat dalam Alkitab. Injil Lukas merupakan sumber informasi

yang paling sering dipakai oleh para ahli kitab untuk menggambarkan Maria.

Hal ini disebabkan karena Injil Lukas paling banyak memuat ayat-ayat yang

berkaitan dengan Maria, dan pada akhirnya, informasi-infomasi yang

diperoleh para ahli kitab dijadikan landasan iman untuk memberikan

81

Louis Marie Grignon de Monfort. Bakti Sejati Kepada Maria oleh R.Isak (Bandung:

Serikat Maria Monfortan). hlm. 63. 82

Maria Handoko, Santa Perawan Maria Bunda Allah . hlm. 30.

Page 74: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

63

penghormatan kepada Maria.83 Gereja Katolik Roma memiliki keyakinan

bahwa dasar devosi kepada Maria bukanlah karena kuasanya mengabulkan

doa, tetapi karena teladannya sebagai pribadi yang beriman dan kesedihannya

menyerahkan dan rela berkorban demi mengemban kehendak Allah.

Penyerahan Maria kepada rencana dan kehendak Allah begit murni, tulus dan

sempurna sehingga pantas menjadi teladan bagi umat Kristiani, khususnya

Katolik. Sikap ini dirumuskan dalam Injil lukas ketika dia mendapat kabar

dari malaikat Gabriel bahwa dia akan mengandung Yesus. “Sesungguhnya

aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Luk 1:38).

Karena kesempurnaan Maria inilah umat menghormatinya.84

Dalam Injil Lukas yang sering dijadikan dasar berdevosi kepada Maria

adalah yang berisi; “Allah telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya.

Sesungguhnya mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku

berbahagia, karena Yang Maha Kuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan

besar kepadaku .. “(Luk 1:48-49). Yang dimaksud “perbuatan-perbuatan

besar” adalah keterlibatan Maria dalam keselamatan Ilahi dan Gereja. Allah

menghendaki Maria ikut berperan aktif dalam misteri Kristus. Dalam teks-

teks Perjanjian Baru tentang Maria terdapat beberapa teks-teks yang mengutip

dari Perjanjian Lama bahkan secara eksplisit dalam Yesaya Pasal 7 ayat 14,

juga disinggung secara implisit dalam Kejadian Pasal 3 ayat 15. Menurut

83

Trisna Arsyadi. Devosi Marial. (Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

2008). hlm. 40. 84

Laurensius Mugito, SCJ. Devosi kepada Maria dalam Gereja Katolik. hlm. 83.

Page 75: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

64

beberapa ahli Mariologi Katolik, teks-teks Perjanjian Lama tersebut sejak

semula sudah mengandung bayangan tentang Maria.

Keitimewaan Maria tesebut menjadikan dirinya begitu dicintai dan

dihormati oleh umat Katolik dengan melakukan berbagai macam bentuk

devosi kepada Maria, seperti: doa-doa kepada Maria, ziarah, dsb. Tetapi

bentuk-bentuk devosi kepada Maria ini seringkali terlalu berlebihan, sehingga

Maria seolah-olah kedudukannya setara denga Allah. Untuk mengantisipasi

hal ini para Bapa Gereja melalui Konsili Vatikan II membuat beberapa kriteria

untuk melakukan devosi yang benar kepada Maria. Selain itu, Konsili Vatikan

II menyatakan bahwa penghormatan kepada Santa Perawan Maria merupakan

ibadat khusus dalam Gereja Katolik. Konsili Vatikan II menmpatkan Maria

sebagai figure yang memperjelas dan mendukung peran Yesus Kristus.

Bentuk-bentuk devosi kepada Santa Perawan Maria yang ada di masa lalu

cukup banyak dan popular di kalangan umat Katolik. Hal ini disebabkan

karena adanya inkulturasi devosi kepada Maria. Jadi, bentuk-bentuk devosi

berbeda-beda di setiap wilayah, tergantung budaya yang berkembang di

masyarakat yang ada di masing-masing wilayah.85

Devosi kepada Santa Perawan Maria harus didasari iman sejati

Kristiani. Dalam devosi yang benar, seorang yang melakukan devosi harus

sadar bahwa Maria bukanlah tokoh sentral dalam iman sejati Kristiani. Pusat

85

Trisna Arsyadi. Devosi Marial. (Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

2008). hlm. 46.

Page 76: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

65

iman Kristiani adalah Trinitas. Devosi bisa dikatakan benar, jika dengan

devosi seseorang mengenal tempat Maria dalam karya penyelamatan, yaitu di

bawah Yesus Kristus. Dalam menghormati Maria, di dalam diri seorang yang

mealakukan devosi harus menumbuhkan rasa pengharagaan yang besar akan

kuasa Allah. Jadi, devosi yang benar harus menampakkan aspek Trinitas,

Kristologis, dan makna Eklesial.86

Dalam kajian ini secara tidak langsung berkaitan dengan judul yang

dibahas yaitu tentang Patung Tuan Ma‟ yang diberikan penghormatan secara

religius melalui devosi. Gereja Roma Katolik biasanya dihiasi dengan macam-

macam gambar dan patung Yesus Kristus, patung Maria biasanya memiliki

posisi kedudukan paling depan. Bagi umat Katolik patung tersebut bukan

hiasan seni belaka, melainkan merupakan sasarn devosi yang emosional.

Religiusitas dan iman umat dapat dihayati dengan hangat dan dalam apabila

dapat disalurkan melalui objek yang konkret seperti Patung. Hal ini berawal

dari tradisi umat Kristiani abad 4-5 M dengan menganggap patung atau

gambar memiliki peran besar dan dihormati, karena dapat dijadikan sarana

pendidikan keagamaan bagi orang awam, hingga akhir abad 7 M patung dan

gambar menjadi objek devosi yang diyakini memiliki daya gaib yang

melindungi orang-orang atau suatu tempat.

Sama halnya dengan orang-orang kudus, Maria pun selagi hidup

penuh dengan pengaruh Roh Kudus. Maka, Roh Kudus pun tidak akan jauh

86

Eddy Kristiyanto. Maria Dalam Gereja. hlm. 91.

Page 77: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

66

dari patung atau gambar Maria, oleh karena itu umat Katolik begitu

menghormai patung Maria. Sasaran devosi itu bukanlah patung atau gambar,

melainkan wujud Sang Bunda Maria itu sendiri.

E. SAKRALITAS PATUNG TUAN MA DALAM PANDANGAN

GEREJA

Pada diskursus ini, Patung Tuan Ma sebagai wujud Bunda Maria yang

diyakini umat Katolik di Larantuka merupakan sesuatu yang memiliki

peluang mendapatkan pengakuan bahkan acuan dasar untuk mempertahankan

devosi dalam bentuk Semana Santa agar terus menerus dilestarikan. Selain

telah mendapat persetujuan mutlak dari Keuskupan Larantuka, kesakralan

Patung Tuan Ma dalam pelaksanaan Devosi Marial Pra-Paskah erat kaitannya

dan sangat relevan dengan pendapat Paus Yohanes Paulus II pada tahun 2002.

Paus Yohanes Paulus II memproklamasikan pada bulan Oktober tahun 2002

sebagai tahun Rosario Suci sebagai bentuk penghormatan dan pelaksanaan

ajaran tentang kegiatan Devosi Marial termasuk didalamnya doa-doa Rosario,

selain daripada bentuk Doa-doa Rosario berkaitan dengan kegiatan Devosi

Marial, Paus Yohanes Paulus II juga mengajak umat beriman untuk

memposisikan Doa Rosario sebagai sebuah doa di mana setiap orang dapat

mengenang wajah Yesus Kristus bersama Maria demi mencapai tujuan

kontemplatif pada setiap individu.

Menurut Paus Yohanes Paulus II, “Doa Rosario berciri khas Maria,

akan tetapi pada intinya Rosario menampilkan intisari amanat dari Injil, doa

Page 78: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

67

Rosario adalah gema dari doa Maria”. Dengan demikian, mendoakan doa

Rosario kepada Maria berarti memiliki kesempatan untuk melibatkan diri ke

dalam suatu seni kontemplasi atas misteri-misteri Kristus dan sekaligus

mengalami rasa cinta-Nya di dalam hidup-hidup sehari-hari. Melalui devosi

Marial, umat Katolik diajak untuk memahami Kristus dari Maria, disatukan

dengan Kristus bersama Maria, berdoa kepada Kristus bersama Maria.87

Iman Katolik masuk dalam hidup dan kebudayaan serta masyarakat,

manakala kebudayaan itu dimurnikan dengan nilai-nilai injil. Berkenaan

dengan ini, apa yang disebut „inkulturasi‟ iman dalam liturgi dan devosi pada

Patung Tuan Ma diharapkan mampu mengahadirkan yang kuat dan mendalam

pada kebudayaan tertentu khususnya budaya Semana Santa yang

memperlihatkan betapa khidmat iman kepada Maria sangat dirasakan oleh

Umat. Jadi, jika devosi yang dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari juga

sebagai bentuk dari implementasi iman kepada Yesus Kristus melalui Maria,

maka Gereja semakin memahami kerinduan spiritual umat. Hal inilah yang

membuat pendekatan sosio-teologis dapat dibuktikan pada kegiatan

devosional seperti pada perayaan Semana Santa dengan Patung Tuan Ma

sebagai objek spiritualnya.

87

Fidelis B. Wotan, Devosi Marial dan Pemahamannya dalam Tradisi Iman Katolik, Serikat

Maria Monfortan, Bandung, 2018.

Page 79: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

68

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pemaknaan kata sakralitas terhadap sebuah objek kajian agama

memang tidak dapat dihindarkan. Jika dikaitkan dengan tradisi yang ada di

masyarakat, maka tentu hal-hal yang menjadi sakral secara sosial dapat

terjadi. Pada konteks Patung Tuan Ma, makna sakralitas erat berhubungan

dengan nilai-nilai Katolik yang ditafsirkan oleh para Fater Gereja abad 17

yang datang ke Larantuka. Kemudian dikuatkan dengan adanya tradisi Devosi

yang berasal dari ajaran Katolik sehingga memperkuat kesakralan Patung

Tuan Ma. Sebagai wujud dari Sang Bunda Maria yang memiliki pengaruh

spiritual khususnya bagi umat Katolik di Larantuka. Jadi, definisi sakral

dalam konteks Patung Tuan Ma sebagi objek yang disakralkan yaitu selain

berarti suci, lebih luas mengarah pada nilai-nilai spiritual langsung yang

berasal dari wujud Sang Bunda Maria dengan segala kasih-Nya kepada Sang

Kristus.

Dimulai pada hari Kamis Putih yang memiliki makna suci terhadap

peristiwa penjamuan terakhir Yesus kepada muridnya, di implementasikan

dengan Sakramen Ekaristi di Katedral Reinha Rosari di Larantuka dipimpin

langsung oleh Pastor, kemudian hari esoknya pada hari Jumat Agung yaitu

Page 80: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

69

sebagai puncak dari upacara Seman Santa dimana Patung Tuan Ma di

keluarkan dari tempat persemayamannya di Kapela Tuan Ma, dengan diawali

dari dimandikannya Patung Tuan Ma oleh petugas prosesi, di berikan Jubah,

hinga diarak keliling Kota Larantuka, baik darat maupun laut, prosesi

pengarakan ini berlangsung khidmat yang diikuti oleh seluruh umat Katolik di

Larantuka, selain pengarakan umat Katolik yang mengikuti prosesi Semana

Santa ini juga melakukan doa-doa di beberapa armida (tempat penghormatan)

yang disiapkan oleh petugas prosesi. Hingga pada malam Jumat Agung

puncak dari Semana Santa dengan berakhirnya perarakan Patung Tuan Ma di

Katedral Reinha Rosari yang memiliki makna bahwa pada hari Jumat tersebut

Sang Bunda Maria, bersedih dan mengantarkan kewafatan Yesus Kristus,

yang dalam tradisi Kristen umumnya dikenal sebagai peristiwa Paskah atau

kewafatan Yesus Kristus.

Keesokan harinya pada hari Sabtu yang dinamai Sabtu Alleluya, umat

Katolik kembali melakukan perarakan denga mengembalikan Patung Tuan

Ma ke tempat asalnya yaitu di kapela Tuan Ma, setelah itu umat merayakan

kebangkitan Yesus Kristus yang duduk di samping Sang Bapa dengan suasana

hati yang gembira.

Femomena sosio-teologis dari kesakralan Patung Tuan Ma adalah

sebuah kekayaan tradisi keagamaan baik dalam perspektif budaya maupun

kajian agama, di mana fenomena objek material memiliki daya spiritual yang

berpengaruh terhadap masyarakat dan diperkuat oleh niali-nilai agama dalam

Page 81: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

70

hal ini Kristen. Tidak hanya sisi spiriualitas, lebih jauh pada bidang sosial

ekonomi, Larantuka disebut sebagai Kota Suci dari Timur Indonesia dengan

keanekaragaman budaya yang dilestarikan oleh masyarakatnya.

B. Saran-saran

Saran dari penulis berkaitan tentang penulisan skripsi tema-tema Kristen

maupun kajian fenomenologi keaagamaan yaitu sebgai berikut:

1. Saran untuk mahasiswa Studi Agama-agama yang akan membuat penulisan

karya ilmiah tentang tema-tema kekristenan diharapkan langsung mencari

pada sumber yang ditulis atau berasal dari orang atau institusi Kristen atau

Katolik agar hasilnya objektif dan valid secara akademis.

2. Saran untuk Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta agar

beberapa buku-buku tema kekristenan dan kajian umum agama-agama lebih

diperbanyak dan bisa mengambil sumber dari Perpustakaan-perpustakaan

yang berasal dari Perguruan Tinngi Kristen atau Katolik, Sekolah Tinggi

Teologi ataupun bisa dari Perpustakaan yang ada di Gereja.

3. Saran untuk Perpustakaan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta untuk lebih menyediakan buku-buku dengan tema-tema Kristologi dan

Fenomenologi keagamaan.

Page 82: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

71

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Arsyadi, Trisna. Devosi Marial Kebaktian Kepada Santa Perawan Maria dalam

Gereja Roma Katolik. Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2008.

Beding, Alex, Mgr. Gabriel Manek, SVD: Uskup, Pendiri Tarekat Puteri Reinha

Rosari, Larantuka: Tarekat Puteri Reinha Rosari, 2000.

Biabi. Maria Dolorosa. Praktek Devosi Umat Larantuka Kepada Bunda Maria.

Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta. 2010.

Boelaars,Huub,J.W.M.,Indonesianisasi,Dari Gereja Katolik di Indonesia

menjadi Gereja Katolik Indonesia, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2005.

Cornelissen, Frans, Sejarah Gereja Katolik Jilid I, Ende: Dokumentasi

Penerangan Kantor Wali Gereja Indonesia, 1974.

Eliade, Mircea, Encyclopedi of Religion, Vol.4. New York: MacMillan

Publisher,1987.

Eddy Kristiyanto, A, Maria dalam Gereja: Pokok-pokok Ajaran Konsili Vatikan

II Tentang Maria Dalam Gereja Kristus, Yogyakarta: Kanisius, 1987.

Fernandes, Felix dan Johan Suban Tukan, Ziarah Iman Bersama Ibu Maria

Berduka: Semana Santa di Larantuka, Jakarta: Benza Noia dan Yayasan

Putera-Puteri Maria, 1997.

Page 83: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

72

Franca, A.P.Da.,Portuguese Influence in Indonesia. Jakarta: BPK Gunung

Mulia,1970.

Groenen, C. OFM, Mariologi: Teologi dan Devosi, Yogyakarta: Kanisius,1994.

Gowing, Yosef, Membangun Umat Basis, Larantuka: Sekretariat Pastoral

Keuskupan Larantuka, 1999.

Heuken,SJ,Adolf., Ensiklopedi Populer tentang Gereja Katolik di Indonesia,

Jakarta, 1989.

, Be My Witness To The Ends of The Earth, Jakarta: Yayasan Cipta

Loka Caraka, 2002.

Laan,SVD,S.P., “Sejarah Gereja Katolik di Wilayah Keuskupan Agung Ended an

Larantuka” ,dalam: Sejarah Gereja Katolik Indonesia. Penerbit Penerangan

Kantor Wali Gereja Indonesia dan Percetakan Arnoldus, Jakarta, 1974,

hlm.1095-1251.

Mardianto, Devosi Maria dalam Gereja Katolik, Fak. Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Perbandingan Agama 2008.

Maria Handoko, Petrus,CM. Santa Perawan Maria: Bunda Allah dalam Misteri

Kristus dan Gereja, Malang:Dioma,2006.

Mugito, Laurensius, SCJ. Devosi kepada Maria dalam Gereja katolik, Ekawarta,

no.2/VIII/1998.

Muskens,M.P.M., “Awal Mula Gereja Katolik Indonesia, Abad ke-14 –

Permulaan Abad ke-19”dalam: Seajarah Gereja Katolik Indonesia. Jakarta,

1974.

Nggawa, Darius, Menyingkap Jurus-jurus Penggembalaanku di Keuskupan

Larantuka, Larantuka: Sekretariat Pastoral Keuskupan Larantuka, 2004.

Page 84: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

73

Nasuhi, Hamid.dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan

Disertasi), Jakarta: CeQDA Universitas Islam negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2007.

Steenbrink,Karel.,Jan.S.Aritonang., A History of Christianity in Indonesia, Leiden

& Boston: Brill, 2008.

Steenberink,Karel., Catholics in Indonesia 1808 – 1942 a documented history ,

Leiden: KITLV Press, 2007.

, Orang – Orang Katolik Di Indonesia 1808 – 1942: Suatu

Pemulihan Bersahaja 1808-1942, (Terjemahan Yosef Maria Florisan), Jilid I,

Maumere: Ledalero, 2006.

Suryanugraha, Rupa dan Citra: Aneka Simbol Dalam Misa, Bandung: SangKris,

2004.

Tukan, Bernard. Semana Santa di Larantuka . Flores Timur: Penerbit Yayasan

Mandiri Masyarakat larantuka, 2011.

, Bara Kagum Menjadi Api, Larantuka: Komisi Kerasulan

Awam Keuskupan Larantuka, 2006.

Uran, Lambert Lame, Sejarah Perkembangan Misi Flores Dioses Agung Ende,

Page 85: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

74

B. Artikel Online

www.GoodNewsFromIndonesia.id/2017/04/13/semana-santa-tradisi-paskah-di-

Larantuka-jadi-kunjungan-dunia.

katoliknews.com/2016/03/24/Semana-santa-sejarah-dan-rangkaian-acara/.

tirto.id/sejarah-semana-santa-tradisi-paskah-umat-katolik-di-larantuka.cgV8.

bbc.com/bbc-news-indonesia/Tradisi-Paskah-Semana-Santa-di-Larantuka-dan-

Hikayat-Tuan-Ma.

C. Jurnal

Fidelis B. Wotan, Devosi Marial dan Pemahamannya dalam Tradisi

Iman Katolik. Jurnal Artikel Serikat Maria Monfortan. Bandung. 2018.

Ketut Darmana, Sakralitas Barong Using dalam Kehidupan

Masyarakat Using Kemiren Banyuwangi. Jurnal Fakultas Seni dan

Budaya Universitas Udayana. 2017.

Maimun Nawawi. Bahasa dan Hegemoni Kekuasaan ( Analisis

historis-Sosiologis Tentang Sakralitas Bahasa Al-Qur’an). Jurnal

OKARA, Vol.II Tahun 7, November 2012.

Page 86: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

75

LAMPIRAN

Lampiran 1 : Foto Penghormatan kepada Patung Tuan Ma

Sumber :www.bbc.com/bbcindonesia

Page 87: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

76

Lampiran 2 : Foto Penghormatan Patung Tuan Ma

Sumber: cnn imdonesia

Page 88: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

77

Lampiran 3 : Foto Patung Tuan Ma di Kapela

Sumber : bbc.com/bbcindonesia

Page 89: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

78

Lampiran 4 : Foto Pengarakan Puncak Malam Semana Santa

Sumber :bbc.com/bbcindonesia

Page 90: SAKRALITAS PATUNG “TUAN MA” PADA MASYARAKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49783... · 2020. 1. 29. · v ABSTRAK Shakeel Ahmad 11150321000004 Sakralitas Patung

79

Lampiran 5 : Foto Pengarakkan Patung Tuan Ma dan Tuan Ana

Sumber : goodnewsfromindonesia.id/gnfi