Sakit Perut Pada Anak

46
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sakit perut pada bayi dan anak, baik akut maupun kronik, sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari yang bervariasi dari yang paling ringan sampai yang paling berat. Lokasi sakit perut dapat terlokalisir di suatu tempat, tetapi dapat pula diseluruh perut, bahkan dapat menjalar ke tempat lain. Rasa sakit dapat pula hanya berupa nyeri tumpul (dull pain), bagaikan ditusuk-tusuk atau disayat-sayat, dapat pula seperti dililit (kolik), yang tidak jarang menyebabkan penderita sampai berguling-guling. Penyebabnya dapat bermacam-macam, mulai yang berasal dari dalam perut sendiri atau di luar perut, bahkan ada pula yang di luar tubuh. 1 Secara individual setiap anak memiliki toleransi yang berbeda terhadap nyeri intra abdominal, karena itu nyeri abdomen harus ditanggapi walaupun penyebab yang pasti sulit diketahui. Sifat dan tempat lesi yang menimbulkan nyeri biasanya dapat ditentukan dari deskripsi klinis rasa nyeri didalam perut. 2 Bayi dan anak-anak sampai umur 2 tahun, belum dapat mengutarakan nyeri yang dialaminya, sehingga menimbulkan 1

Transcript of Sakit Perut Pada Anak

Page 1: Sakit Perut Pada Anak

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sakit perut pada bayi dan anak, baik akut maupun kronik, sering dijumpai dalam

kehidupan sehari-hari yang bervariasi dari yang paling ringan sampai yang paling berat.

Lokasi sakit perut dapat terlokalisir di suatu tempat, tetapi dapat pula diseluruh perut,

bahkan dapat menjalar ke tempat lain. Rasa sakit dapat pula hanya berupa nyeri tumpul

(dull pain), bagaikan ditusuk-tusuk atau disayat-sayat, dapat pula seperti dililit (kolik),

yang tidak jarang menyebabkan penderita sampai berguling-guling. Penyebabnya dapat

bermacam-macam, mulai yang berasal dari dalam perut sendiri atau di luar perut, bahkan

ada pula yang di luar tubuh.1

Secara individual setiap anak memiliki toleransi yang berbeda terhadap nyeri

intra abdominal, karena itu nyeri abdomen harus ditanggapi walaupun penyebab yang

pasti sulit diketahui. Sifat dan tempat lesi yang menimbulkan nyeri biasanya dapat

ditentukan dari deskripsi klinis rasa nyeri didalam perut.2

Bayi dan anak-anak sampai umur 2 tahun, belum dapat mengutarakan nyeri yang

dialaminya, sehingga menimbulkan persoalan mengenai tanda-tanda yang dapat dianggap

sebagai manifestasi nyeri pada bayi dan anak tersebut. Para ahli berpendapat bahwa

menangis secara mendadak atau menjerit yang disertai muntah dapat dianggap

manifestasi sakit perut pada bayi dan anak.2

Sebagian kasus yang disebabkan oleh gangguan organ datang dalam keadaan akut

dan memerlukan pembedahan. Oleh karena itu tindakan pertama dalam menangani sakit

perut ialah menentukan apakah penyakit tersebut membutuhkan tindakan bedah segera

atau tidak.2 Sebagian besar sakit perut tidak memerlukan tindakan bedah, cukup dengan

pengobatan medikamentosa.1

1

Page 2: Sakit Perut Pada Anak

Sakit perut berulang merupakan gejala yang paling sering dialami oleh anak-anak

diseluruh dunia dan menyebabkan tingginya tingkat absensi anak di sekolah serta

penggunaan sumber daya kesehatan. Kondisi yang tidak kunjung membaik dan

mengganggu menimbulkan ketidakpastian diagnosis, kronisitas dan tingginya kecemasan

orangtua. Hal inilah yang menyebabkan manajemen oleh dokter umum maupun spesialis

anak menjadi sangat sulit, menghabiskan banyak waktu dan mahal.3 Di indonesia data

pasti mengenai kejadian sakit perut berulang pada anak masih belum ada sedangkan di

Inggris kejadian pada anak sekolah 10-15% dan Amerika utara sebesar 20%.4

1.2 Batasan Masalah

Referat ini membahas mengenai patofisiologi, diagnosis dan penatalaksanaan

sakit perut pada anak.

1.3 Tujuan Penulisan

Mengetahui patofisiologi, diagnosis dan penatalaksanaan sakit perut pada anak.

1.4 Metode Penulisan

Referat ini ditulis dengan menggunakan metode tinjauan pustaka yang merujuk

dari berbagai literatur.

2

Page 3: Sakit Perut Pada Anak

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Nyeri perut adalah nyeri yang dirasakan di antara dada dan regio inguinalis. Nyeri

perut bukanlah suatu diagnosis, tapi merupakan gejala dari suatu penyakit. Sakit perut

berulang didefinisikan sebagai serangan sakit perut yang berlangsung minimal 3 kali

selama paling sedikit 3 bulan dalam kurun waktu 1 tahun terakhir dan mengganggu

aktivitas sehari-hari.1,4,5

2.2 Epidemiologi

Sakit perut biasanya terjadi pada anak usia 5 hingga 14 tahun, sementara

frekuensi tertinggi pada usia 5-10 tahun. Apley menemukan bahwa nyeri perut terjadi

pada 10-12% anak laki-laki usia 5-10 tahun dan menurun setelah usia itu. Anak

perempuan cenderung lebih sering menderita sakit ini dibandingkan anak laki-laki

(Perempuan : Laki-laki = 5:3). Sakit perut ini jarang terjadi pada anak di bawah usia 5

tahun dan di atas 15 tahun. Kelainan organik sebagai penyebab sakit perut berulang

terdapat pada 5-15,6% kasus sedangkan 80% kasus disebabkan kelainan fungsional

saluran cerna. Dengan bertambah majunya ilmu pengetahuan dan alat-alat kedokteran

terutama endoskopi dan diketahuinya penyakit gastroduodenum yang disebabkan

Helicobacter pylori , maka diperkirakan makin banyak kelainan organik yang dapat

ditemukan. Pada anak dibawah 4 tahun sebagian besar penyebabnya adalah organik,

sedangkan pada anak besar kelainan fungsional saluran cerna merupakan penyebab

terbanyak.6

2.3 Etiologi

Etiologi sakit perut akut biasanya dibagi menurut usia ataupun menurut perlunya

tindakan bedah atau tidak, ataupun menurut asalnya.

3

Page 4: Sakit Perut Pada Anak

Pada bayi/anak di bawah usia 2 tahun, penyebab sakit perut yang memerlukan

tindakan bedah, ada yang berasal dari dalam abdomen seperti perforasi tukak lambung,

obstruksi usus karena intususepsi, volvulus dan malrotasi, ada pula yang berasal dari luar

perut seperti hernia inguinalis dengan strangulasi dan inkarserasi, apendisitis dan

enterokolitis nekrotikan.3

Sedangkan pada anak yang berusia lebih dari 2 tahun, penyebab sakit perut dari

dalam abdomen bisa karena obstruksi, peradangan, trauma dan perdarahan. Sakit perut

akibat obstruksi usus akibat perlekatan atau volvulus dan malrotasi serta terjadinya

perforasi akibat obstruksi usus. Peradangan yang dapat mengakibatkan sakit perut yaitu

apendisitis, peritonitis primer, peritonitis akibat perforasi divertikulum meckeli, perforasi

ulkus duodeni atau perforasi akibat demam tifoid, divertikulosis meckeli, kolesistitis

dengan/ tanpa batu empedu dan megakolon toksik dengan perforasi. Trauma seperti

ruptura limpa, buli-buli atau organ visera yang lain dan hematoma subserosa serta

pendarahan ke dalam kista ovarium, merupakan penyakit-penyakit dari dalam abdomen

yang menimbulkan sakit perut. Penyebab lain yang juga bisa mengakibatkan sakit perut

yaitu pada daerah tropis ditemukan perforasi yang berhubungan dengan askariasis,

strongiloidiasis, perforasi abses amuba. Torsio testis dan hernia inguinalis dengan

strangulasi dan inkarserasi menjadi penyebab sakit perut yang berasal dari luar abdomen.3

Penyebab non-bedah sakit perut akut pada bayi/anak di bawah usia 2 tahun yang

berasal dari dalam abdomen yaitu infeksi intestinal yang disebabkan Salmonella,

Shigella, Campylobacter, dll. Sedangkan penyebab dari luar abdomen adalah pneumonia

dan infeksi traktus urinarius. 3

Pada anak di atas usia 2 tahun penyebab sakit perut yang tidak memerlukan

tindakan bedah juga ada yang berasal dari abdomen dan luar abdomen. Penyebab dari

intestinal, biasanya karena infeksi yang disebabkan oleh salmonella, shigella dan yersinia

enterocolitica, keracunan makanan karena toksin Staphylococcus, penyakit crohn, kolitis

ulseratif, kolitis amuba, purpura henoch-schonlein, obstipasi, sickle cell anemia, adenitis

mesentrika, dan ileus mekonium. Penyebab yang berasal dari hati dan percabangan bilier

yaitu Hepatitis A dan B, mononukleosis infeksiosa dan kolelitiasis. Sakit perut karena

penyakit dari pankreas seperti pankreatitis akut karena infeksi, trauma, akibat lesi bilier

4

Page 5: Sakit Perut Pada Anak

dan idiopatik. Sedangkan penyebab sakit perut dari renal adalah infeksi traktus urinarius,

batu dan nefritis. Penyebab karena metabolik seperti porfiria, hiperlipidemia, ketoasidosis

diabetik, familial mediterranean fever. Dan penyebab karena masalah ginekologis adalah

salpingitis.3

Sementara itu penyebab sakit perut pada anak usia diatas 2 tahun ini yang berasal

dari luar abdomen adalah pneumonia, limfadenitis inguinalis, osteomielitis (vertebrae,

pelvis), hematoma otot abdomen, herpes zoster dan kompresi saraf spinal.3

Pada sakit perut berulang, beberapa ahli mencoba untuk mengelompokkan sakit

perut berulang pada beberapa golongan. Konsep pertama yaitu konsep klasik yang

membagi sakit perut berulang kedalam dua golongan, yaitu organik dan psikogenik

(fungsional dan psikosomatik). Pada anak dibawah umur 2 tahun, gejalanya sering

dikaitkan dengan penyebab organik. Namun pada anak yang lebih besar, hanya 10 %

kasus yang disebabkan oleh penyebab organik.3

Konsep kedua diajukan oleh Barr, yaitu membagi menjadi tiga kelompok, yaitu

organik, disfungsional dan psikogenik. Nyeri organik disebabkan oleh suatu penyakit.

Nyeri disfungsional disebabkan oleh berbagai variasi normal dan dibagi ke dalam dua

kategori, yaitu sindrom nyeri spesifik (mekanisme penyebab nyeri diketahui) dan

sindrom nyeri non spesifik (mekanisme penyebab nyeri tidak jelas dan tidak diketahui).

Nyeri psikogenik disebabkan oleh tekanan emosional atau psikososial tanpa adanya

kelainan organik.3

Konsep ketiga diajukan oleh Levine dan Rappaport, yang menekankan adanya

penyebab multifaktorial. Sakit perut berulang merupakan resultan dari empat faktor yaitu

(1) predisposisi somatik, disfungsi atau penyakit, (2) kebiasaan dan cara hidup, (3) watak

dan pola respon dan (4) Lingkungan dan peristiwa pencetus. Faktor-faktor tersebut

berperan meningkatkan atau meredakan rasa sakit.3

2.3.1 Peran Helicobacter pylori terhadap sakit perut pada anak

Helicobacter pylori adalah bakteri yang dapat berkoloni pada saluran cerna

manusia dan merupakan salah satu penyebab ulkus duodenum dan gaster, atau salah satu

5

Page 6: Sakit Perut Pada Anak

faktor penyebab keganasan lambung. Infeksi didapatkan secara per oral dan sebagian

besar ditularkan antar anggota keluarga pada saat masa anak-anak. Prevalensi

Helicobacter pylori pada anak berkisar antar 30-80% dan di negara maju diperkirakan

sebesar 10%. Kuman ini ditemukan hampir di seluruh dunia. Prevalensi infeksi

bervariasi menurut umur, latar belakang, etnik dan status sosioekonomi. Pada negara

berkembang 70-90% populasi pada gasternya terdapat kuman ini, dan sebagian besar

mendapatkan infeksinya saat usia kurang dari 10 tahun.2,7 Infeksi Helicobacter pylori

dilaporkan dalam beberapa studi memiliki peranan dalam terjadinya sakit perut berulang.

Dalam penelitian yang dilakukan Iqbal a.memon dkk didapatkan bahwa 31% penderita

mempunyai nilai serologis terhadap kuman ini positif.8

2.3.1.1 Patogenesis

Mukosa gaster sebenarnya sangat terlindungi dari infeksi bakteri. Tetapi kuman

Helicobacter pylori sangat pandai melakukan adaptasi terhadap hal ini, dengan caranya

yang unik, yaitu dapat masuk ke dalam lapisan mukus, kemudian melakukan

perlengketan dengan sel epitel, evasi respon imun, dan akhirnya terjadi kolonisasi dan

transmisi persisten.9

Setelah masuk gaster, bakteri ini harus melawan aktivitas asam untuk masuk ke

lapisan mukus. Faktor-faktor virulen yang memungkinkan organisme beradaptasi dengan

lingkungan lambung adalah produksi amonia yang diperantarai urease untuk

menetralisasi pH asam, morfologi spiral dan flagella yang memungkinkannya menembus

lapisan mukosa protektif dan menahan peristaltik, dan adhesin yang memungkinkan

organisme melekat pada epitel gastrik. Faktor virulen lain adalah produksi sitotoksin dan

mediator radang.7,9

2.3.1.2 Manifestasi klinis

Manifestasi klinis infeksi H.pylori pada anak sebagian besar asimptomatis atau

memperlihatkan gejala saluran cerna yang tidak spesifik. Manifestasi utama infeksi

Helicobacter pylori yang bergejala adalah gastritis, ulkus peptikum dan kemungkinan

keganasan karsinoma lambung. Keluhan lain yang sering disampaikan oleh anak adalah

6

Page 7: Sakit Perut Pada Anak

nyeri di daerah epigastrium, terbangun pada malam hari, dan sering muntah. Sakit perut

berulang pada anak dianalogikan dengan dispepsia non-ulkus pada orang dewasa.

Gastritis sering memperlihatkan keluhan sakit perut berulang pada anak. Oleh karena itu,

sakit perut berulang pada anak oleh beberapa peneliti dianggap sebagai gejala klinis yang

berhubungan dengan infeksi H.pylori. 30% anak dengan sakit perut berulang ditemukan

bakteri H.pylori dalam antrumnya, sedangkan hanya 10% anak yang ditemukan bakteri

H.pylori didalam korpusnya.7

Walaupun Helicobacter pylori ditemukan pada 50-80% orang dewasa dengan

ulkus lambung, perannya pada ulkus lambung pada anak tidak jelas. Tanda klinis

penyakit ulkus peptikum pada anak bervariasi. Tanda klasik nyeri epigastrik yang

diperburuk dengan puasa dan berkurang dengan makan tidak lazim pada anak yang lebih

muda, walaupun tanda ini ditemukan pada anak yang lebih tua dan remaja. Kurang dari

20% anak dengan penyakit ulkus peptikum mengalami hematemesis dan melena.

Helicobacter pylori ditemukan pada 25% anak dengan ulkus lambung dan 86% pada

ulkus duodenum.7

2.3.1.3 Diagnosis

Metode non invasif

Tes serologi merupakan teknik non-invasif pertama yang dipakai untuk

mendeteksi anti Helicobacter pylori IgG pada serum penderita. Adanya infeksi mukosa

lambung karena Helicobacter pylori terjadi peningkatan spesifik kadar IgG dan IgA

dalam serum dan peningkatan kadar sekretori IgA dan IgM dalam perut. Dengan tes ini

kita dapat mendeteksi paparan bakteri ke host tetapi kita tidak dapat mendeteksi secara

pasti adanya infeksi yang sedang berlangsung. Kadar antibodi menetap dalam darah

dalam jangka waktu panjang sehingga masih dapat dideteksi meskipun sudah diobati.

Uji C-urea nafas didasarkan pada kenyataan bahwa kuman Helicobacter pylori

memproduksi urease yang memecah urea menjadi amonia dan CO2. Uji C-urea napas

merupakan ui diagnostik yang reliabel dan merupakan pilihan pertama dan dapat

7

Page 8: Sakit Perut Pada Anak

digunakan sebagai evaluasi terapi. Kedua cara ini mempunyai nilai sensitivitas dan

spesifisitas 98-100%.7,9,10

Stool antigen test adalah pemeriksaan enzimatik (ELISA) yang dapat

mengidentifikasikan antigen Helicobacter pylori pada feses. Stool antigen test terdiri

dari metode poliklonal dan monoklonal untuk mendeteksi infeksi juga untuk monitoring

pasca terapi Helicobacter pylori. Keuntungan pemeriksaan Stool antigen adalah

membedakan infeksi aktif Helicobacter pylori dengan paparan, pemeriksaan non-

invasif, penderita lebih nyaman lebih murah daripada metode lain, mendeteksi antigen

secara langsung, dapat digunakan sebagai alat untuk monitoring sebelum dan sesudah

terapi dan akurasi >95%.7,9,10

Uji antibodi urine yang mengandung antibodi Helicobacter pylori pada anak-anak

memiliki sensitifitas 94,4% dan spesifisitas 96,9% dan keakuratan 96%, dari beberapa

studi yang mengevaluasi anak-anak dengan uji C-urea nafas dan uji ELISA positif.10

Metode invasif

Pemeriksaan endoskopi direkomendasi untuk dikerjakan pada kasus dengan gejala

saluran cerna atas yang dicurigai suatu kelainan organik dan bila ditemukan Helicobacter

pylori pada pemeriksaan endoskopi, maka pasien harus segera mendapat terapi.

Endoskopi merupakan tindakan untuk mendapatkan jaringan untuk pemeriksaan

histologi, biakan, atau uji urease. PCR juga digunakan sebagai uji diagnostik cepat untuk

Helicobacter pylori, spesimen dari PCR dapat diambil dari spesimen biopsi, asam

lambung, saliva.7,9,10

2.4 Manifestasi klinik

Sakit perut pada anak biasanya mempunyai durasi dan intensitas yang berbeda

walaupun nyerinya biasa berlokasi di periumbilikal nyeri pada daerah yang jauh dari

umbilikus tidak menyingkirkan kemungkinan itu adalah sakit perut berulang.3 Sakit yang

dirasakan bisa terjadi siang ataupun malam dan sakit yang dirasakan sering kali

dihubungkan dengan reaksi yang berlebihan seperti tangan yang melilit perut atau bahkan

menjatuhkan diri.11

8

Page 9: Sakit Perut Pada Anak

Pada bayi dan anak manifestasi klinik sakit perut tergantung pada umur penderita.

Pegangan yang dipakai untuk mengatakan seorang bayi atau anak sakit perut dapat dilihat

pada tabel 2.1

Tabel 2.1 Manifestasi kli nis sakit perut pada anak berdsarkan umur :3

0-3 bulan Umumnya digambarkan dengan adanya muntah

3 bulan – 2 tahun Muntah, tiba-tiba menjerit, menangis tanpa adanya trauma yang dapat menerapkannya

2 tahun – 5 tahun Dapat mengatakan sakit perut tetapi lokalisasi belum tepat

> 5 tahun Dapat menerangkan sifat dan lokalisasi sakit perut

Anak dengan sakit perut akut biasanya terlihat sangat sakit, menangis, keringat

dingin, dengan posisi meringkuk atau membungkuk seperti ingin melindungi perutnya

dengan memendekkan otot rektus abdominalis. Disamping sakit perut kadang-kadang ada

pula gejala-gejala lainnya yang menyertai seperti nausea, muntah, anoreksia, diare dan

panas.3

2.5 Patofisiologi

Sakit perut akut atau berulang umumnya mempunyai 5 sumber, yaitu visera perut,

organ lain di luar perut, lesi pada medula spinalis, gangguan metabolik, dan

psikosomatik:3

Reseptor rasa sakit di dalam traktus digestivus terletak pada saraf yang tidak

bermielin yang berasal dari sistim saraf otonom pada mukosa usus. Jaras saraf ini disebut

sebagai serabut saraf C yang dapat meneruskan rasa sakit lebih menyebar dan lebih lama

dari rasa sakit yang dihantarkan dari kulit oleh serabut saraf A.3

Reseptor nyeri pada perut terbatas di submukosa, lapisan muskularis dan serosa

dari organ di abdomen. Serabut C ini akan bersamaan dengan saraf simpatis menuju ke

ganglia pre dan paravertebra dan memasuki akar dorsa ganglia. Impuls aferen akan

9

Page 10: Sakit Perut Pada Anak

melewati medula spinalis pada traktus spinotalamikus lateralis menuju ke talamus,

kemudian ke konteks serebri.3

Impuls aferen dari visera biasanya dimulai oleh regangan atau akibat penurunan

habat ambang nyeri pada jaringan yang meradang. Nyeri ini khas bersifat tumpul, pegal,

dan berbatas tak jelas serta sulit dilokalisasi. Impuls nyeri dan visera abdomen atas

(lambung, duodenum, pankreas, hati, dan sistem empedu) mencapai medula spinalis pada

segmen thorakalis 6,7,8 serta dirasakan didaerah epigastrium. Impuls nyeri yang timbul

dari segmen usus yang meluas dari ligamentum Treitz sampai fleksura hepatika

memasuki segmen Th 9 dan 10, dirasakan di sekitar umbilikus. Dari kolon distalis, ureter,

kandung kemih, dan traktus genitalia perempuan, impuls nyeri mencapai segmen Th 11

dan 12 serta segmen lumbalis pertama. Nyeri dirasakan pada daerah supra publik dan

kadang-kadang menjalar ke labium atau skrotum. Jika proses penyakit meluas ke

peritorium maka impuls nyeri dihantarkan oleh serabut aferen stomatis ke radiks spinals

segmentalis.3

Penyebab metabolik seperti pada keracunan timah dan porfirin belum jelas

patofisiologi dan patogenesisnya. Patofisiologi sakit perut berulang yang fungsional

(tidak berhubungan dengan kelainan organik) masih sulit dimengerti. Diperkirakan ada

hubungan antara sakit perut berulang fungsional dengan penurunan ambang rangsang

nyeri. Berbagai faktor psikologik dan fisiologik dapat berperan sebagai mediator dari

sakit perut berulang fungsional.12

Faktor yang berperan dalam sakit perut berulang terdiri dari faktor psikologik dan

fisiologik. Faktor psikologik dapat terjadi karena stress, depresi, ikatan keluarga, operant

condition, somatisasi sedangkan faktor fisiologik yaitu adanya intoleransi, dismotilitas

usus, konstipasi, ketidakstabilan otonom.3

Juga diketahui ada hubungan yang kuat antara sakit perut berulang fungsional

dengan tipe kepribadian tertentu, yaitu sering cemas/gelisah, dan selalu ingin sempurna.

Pada anggota keluarga lainnya juga sering ditemukan kelainan psikosomatik seperti

migrain, kolon iritabel.3

10

Page 11: Sakit Perut Pada Anak

2.6 Patogenesis3

1. Gangguan vaskuler. Emboli atau trombosis, ruptur, okulasi akibat torsi atau

penekanan. Kejadian ini misalnya, terjadi pada putaran kista ovarium dan jepitan

usus pada inavaginasi.

2. Peradangan. Peradangan organ di dalam organ peritonium menimbulkan rasa

sakit bila proses peradangan telah mengenal peritoneum parietalis.

Mekanismenya sama seperti peradangan pada umumnya yang disalurkan melalui

persyarafan somatik.

3. Gangguan pasase. Gangguan pasase atau obtruksi organ yang berbentuk

pembuluh, baik yang terdapat di dalam rongga peritoneal atau pun

retroperitoneal. Bila pasase dalam saluran-saluran tersebut terganggu akan timbul

rasa sakit akibat tekanan intra lumen yang meninggi di bagian proksimal

sumbatan. Sakit dirasakan hilang timbul atau terus menerus dengan punyak nyeri

yang hebat (kolik).

4. Penarikan, peregangan dan pembentangan peritoneum viseralis. Dalam

prakteknya, keempat mekanisme timbulnya sakit perut jarang ditemukan sendiri-

sendiri, tapi umumnya merupakan proses campuran.

2.7 Kriteria Diagnosis

Pendekatan diagnosis sakit perut pada anak masih merupakan suatu masalah

karena kriteria diagnosis yang digunakan belum seragam, terutama untuk nyeri perut non

organik. Kriteria diagnosis nyeri perut yang banyak digunakan saat ini adalah kriteria

Rome III. Komite Rome III mengatakan bahwa kriteria Rome II terbatas dalam beberapa

hal, yaitu:13

1. Kurangnya bukti dalam sub-pembagian sakit perut fungsional yang menjelaskan

mengenai gejala yang lebih menonjol yang dapat membantu dalam

mengidentifikasi patofisiologi. Hal ini menyebabkan sensitifitas dan spesifisitas

kriteria Rome II lebih rendah daripada kriteria Rome III.

2. Penjelasan kriteria Rome II untuk sakit perut fungsional lebih luas.

11

Page 12: Sakit Perut Pada Anak

3. Analisis faktor terhadap gejala sakit perut fungsional yang berhubungan dengan

makanan tidak di perhitungkan dalam kriteria Rome II.

Kriteria diagnosis gangguan fungsional gastrointestinal pada anak-anak menurut kriteria

Rome III

G. Functional disorders : neonates and toddlers

G1. Infant regurgitation

G2. Infant rumination syndrome

G3. Cyclic vomiting syndrome

G4. Infant colic

G5. Functional diarrhea

G6. Infant dyschezia

G7. Functional constipation

H. Functional disorders : children and adolescents

H1. Vomiting and aerophagia

H1a. Adolescent rumination syndrome

H1b. Cyclic vomiting syndrome

H1c. Aerophagia

H2. Abdominal pain-related FGIDs

H2a. Functional dyspepsia

H2b. Irritable bowel syndrome

H2c. Abdominal migraine

H2d. Chidhood functional abdominal pain

H2d1. Childhood functional abdominal pain syndrome

H3. Constipation and incontinence

H3a. Functional constipation

H3b. Non retentive fecal incontinence

12

Page 13: Sakit Perut Pada Anak

G. Functional Disorders : Neonates and Toddlers

G1. Infant regurgitation

Regurgitasi adalah bentuk dari gastroeosophageal reflux. Yang membedakan

dengan vomiting adalah keluarnya isi lambung ke dalam mulut tanpa adanya tekanan dan

tidak terjadi nausea dan retching dan tidak ada kontraksi diafragma maupun dinding

perut.14

Kriteria diagnosis untuk infant regurgitation :14

Harus memenuhi semua kriteria di bawah ini pada anak sehat yang berumur 3 minggu-12

bulan :

Regurgitasi 2 kali atau lebih per hari selama 3 hari sampai beberapa minggu

Tidak ada retching (urutan spasmodik dengan penutupan glotis yang terjadi

bersamaan dengan kontraksi ekspiratori otot perut), hematemesis, aspirasi, apnoe,

gagal tumbuh, kesulitan makan dan menelan, atau postur tubuh yang abnormal.

G2. Infant rumination syndrome

Ruminasi adalah kejadian yang secara sadar dan menyenangkan memutahkan

makanan dari lambung, dikunyah-kunyah dan ditelan kembali. Anak besar atau dewasa

meregurgitasikan makanan dengan cara kontraksi otot abdomen, sedangkan pada bayi

mencolokkan jari ke dalam mulutnya dalam upaya untuk menimbulkan regurgitasi.

Terdapat 2 bentuk ruminasi psikogenik dan self stimulating. Psikogenik biasanya terjadi

pada anak normal dengan gangguan hubungan dengan orang tua, sedangkan self

stimulating sering terjadi pada anak dengan keterlambatan mental.14

Kriteria diagnosis untuk infant rumination syndrome:14

Harus memenuhi semua kriteria selama paling sedikit 3 bulan :

Kontraksi berulang otot-otot abdominal, diafragma, dan lidah

Memuntahkan makanan dari lambung ke mulut, dikunyah-kunyah dan ditelan

kembali.

13

Page 14: Sakit Perut Pada Anak

3 atau lebih dari 4 kriteria berikut :

o Onset antara 3 – 8 bulan

o Tidak respon dengan pegobatan pada gastroesophageal reflux disease atau

obat antikolinergik, hand restrain (kontrol paksa dengan pengekangan

tangan untuk memasukkan makanan), merubah formula makanan, gavage

(pemberian makanan secara paksa melalui pipa yang dimasukkan ke

lambung), dan pemberian makan melalui gastrostomy

o Tidak disertai dengan tanda dari nausea atau distress

o Tidak muncul selama tidur dan ketika anak berinteraksi dengan seseorang

di sekitarnya.

G3. Cyclic vomiting syndrome

Muntah siklik adalah muntah-muntah hebat yang terjadi di antara kondisi yang

sehat, penyebabnya tidak diketahui, diagnosis dengan cara ekslusi, pengobatan biasanya

simptomatik, dan prognosis tidak jelas. Mungkin merupakan diagnosa keranjang sampah

(wastebasket). Hal yang perlu dicermati adalah adanya kelainan organik yang didiagnosa

sebagai muntah siklik, misalnya intususepsi intermiten, volvulus, duplikasi intestinal,

divertikulum, malrotasi, tekanan intrakranial yang meningkat, penyakit metabolik dan

toksik.14

Kriteria diagnosis untuk cyclic vomiting syndrome.14

harus memenuhi semua kriteria di bawah ini :

Dimana mual dan mutah-muntah yang hebat terjadi di antara kondisi yang sehat

yang muncul 2 kali atau lebih atau retching yang berlangsung selama berjam-jam

bahkan sampai berhari-hari.14

Kembali sehat selama beberapa minggu sampai beberapa bulan.

G4. Infant colic

Kolik infantil didefinisikan rangsangan nyeri tiba-tiba, rewel atau menangis lebih

dari 3 jam per hari, dan terjadi lebih dari 3 hari dalam seminggu. Tidak ada suatu bukti

bahwa menangis pada kolik infantil disebabkan nyeri pada abdomen atau bagian tubuh

14

Page 15: Sakit Perut Pada Anak

lain. Meskipun demikian, biasanya orang tua mengasumsikan bahwa penyebab menangis

hebat pada anak adalah nyeri perut yang berasal dari gastrointestinal.14

Kriteria diagnosis untuk infant colic :14

Harus memenuhi semua kriteria dibawah ini dari sejak lahir sampai umur 4 bulan :

Anak tiba-tiba menjadi iritable, rewel, dan menangis yang muncul dan berhenti

tanpa sebab yang jelas.

Berlangsung selama 3 jam atau lebih per hari dan muncul minimal 3 hari dalam

satu minggu

Tidak ada gagal tumbuh

G5. Functional diarrhea

Kriteria diagnosis untuk functional diarrhea :14

Harus memenuhi semua kriteria dibawah ini :

Buang air besar 3 kali atau lebih dengan konsistensi cair tanpa adanya rasa sakit.

Berlangsung selama lebih 4 minggu

Onset mulai antara umur 6 – 36 bulan

Diare muncul selama waktu terjaga

Tidak teradapat gagal tumbuh bila kalori yang masuk mencukupi.

G6. Infant Dyschezia

Kriteria diagnosis untuk infant dyschezia :14

Harus mencakupi kedua kriteria dibawah ini untuk anak kurang dari 6 bulan :

Anak biasanya menangis dan tegang selama kurang lebih 10 menit sebelum

berhasil buang air besar yang tidak keras.

Tidak ada masalah kesehatan yang lain.

G7. Functional Constipation

Kriteria diagnosis untuk functional constipation :14

Harus memenuhi sekurang-kurangnya 2 dari 6 kriteria berikut selama 1 bulan untuk anak

lebih dari 4 tahun :15

Page 16: Sakit Perut Pada Anak

Buang air besar 2 kali atau kurang setiap minggu

Sekurang-kurangnya 1 kali setiap minggu mengalami inkontinensia

Riwayat menahan buang air besar yang berlebihan

Riwayat nyeri saat buang air besar dan feses yang keras

Teraba massa feses yang banyak di dalam rektum

Riwayat feses dalam diameter yang besar sehingga dapat menyumbat lubang

toilet.

H. Functional Disorders : Children and Adolescents

H1. Vomiting dan Aerophagia14

H1a. Adolescent rumination syndrome

Kriteria diagnosis untuk adolescent rumination syndrome :

Semua kriteria di bawah ini harus dialami oleh pasien sekurang-kurangnya 1

kali dalam seminggu selama setidaknya 2 bulan sebelum diagnosis ditegakkan :

Regurgitasi dan muntah yang berulang tanpa rasa sakit yang terjadi :

o Segera setelah makan

o Tidak muncul selama tidur

o Tidak respons terhadap pengobatan standar untuk refluks

gastroesofageal

Tidak ada retching

Tidak ada bukti adanya inflamasi, kelainan anatomi, kelainan metabolik,

atau neoplasma.

H1b. Cyclic vomiting syndrome

Kriteria diagnosis untuk cyclic vomiting syndrome :

Harus memenuhi semua kriteria di bawah ini :

Mengalami mual yang hebat dan muntah yang tidak berhenti-henti selama 2

kali atau lebih atau retching selama berjam-jam sampai berhari-hari.

16

Page 17: Sakit Perut Pada Anak

Kembali ke keadaan sehat yang berlangsung selama beberapa minggu

sampai beberapa bulan.

H1c. Aerophagia

Kriteria diagnosis untuk aerophagia :

Harus memenuhi sekurang-kurangnya 2 dari 3 kriteria berikut yang dialami

setidaknya 1 kali seminggu selama setidaknya 2 bulan sebelum diagnosis

ditegakkan :

Menelan banyak udara

Distensi abdomen karena adanya udara intralumen

Sendawa yang berulang atau peningkatan frekuensi flatus.

H2. Abdominal pain-related Functional GastroIntestinal Disorders (FGIDs)15

H2a. Functional dyspepsia

Kriteria diagnosis untuk fuctional dyspepsia :

Harus memenuhi semua criteria di bawah ini yang dialami sekurang-kurangnya

1 kali seminggu selama minimal 2 bulan sebelum diagnosis ditegakkan :

Nyeri yang persisten atau berulang atau perasaan tidak nyaman yang

berasal dari perut bagian atas (di atas umbilikus).

Nyeri tidak berkurang dengan defekasi atau tidak berhubungan

dengan suatu perubahan frekeuensi buang air besar atau konsistensi

feses.

Tidak ada bukti adanya proses inflamasi, kelainan anatomis, kelainan

metabolik, atau neoplasma.

H2b. Irritable bowel syndrome

Kriteria diagnosis untuk irritable bowel syndrome :

Harus memenuhi semua kriteria di bawah ini yang dialami sekurang-kurangnya

1 kali seminggu selama minimal 2 bulan sebelum diagnosis ditegakkan :

17

Page 18: Sakit Perut Pada Anak

Perasaan tidak nyaman di bagian perut (tidak dideskripsikan

sebagai rasa sakit) atau nyeri yang berhubungan dengan 2 atau

lebih kriteria berikut :

o Nyeri berkurang dengan defekasi

o Onset berhubungan dengan perubahan frekuensi buang air

besar

o Onset berhubungan dengan perubahan bentuk dari feses

Tidak ada bukti adanya proses inflamasi, kelainan anatomis,

kelainan metabolik, atau neoplasma.

H2c. Abdominal migraine

Abdominal migraine adalah suatu sindrom dengan gejala abdominal periodik,

terdapat nyeri epigastrik atau periumbilical yang disertai nausea, muntah, diare,

panas dan menggigil, vertigo, iritable serta poliuria. Bilamana gejala abdominal

disertai sakit kepala yang terjadi pada 30-40% pasien dengan migrain kepala

maka diagnosis akan mudah dibuat, tetapi bila kejadian tersebut tersendiri

(isolated abdominal migraine) yang biasanya terdapat pada 3% penderita,

diagnosis menjadi lebih sukar, walaupun akhirnya dapat timbul migraine.

Serangan isolated abdominal pain biasanya mendadak dan berakhir dalam

hitungan jam sampai hari, dimana ciri-cirinya selalu sama pada setiap serangan

dan pasien tampak normal diluar serangan. Biasanya terdapat pada keluarga

dengan riwayat migrain. 15

Kriteria diagnosis untuk abdominal migraine:

Harus memenuhi semua kriteria di bawah ini yang dialami sebelumnya 2 kali

atau lebih selama 12 bulan :

Serangan nyeri hebat yang akut di sekitar umbilikus yang berlangsung selama 1 jam atau lebih.

Terdapat periode sehat yang berlangsung selama beberapa minggu sampai beberapa bulan.

Nyeri berkurang dengan aktivitas normal.

18

Page 19: Sakit Perut Pada Anak

Nyeri berhubungan dengan 2 atau lebih dari kriteria berikut :

o Anoreksia

o Nausea

o Muntah

o Sakit kepala

o Photophobia

o Pucat

Tidak ada bukti proses inflamasi, kelainan anatomis, kelainan metabolik,

atau neoplasma.

H2d. Childhood functional abdominal pain.

Kriteria diagnosis untuk childhood functional abdominal pain:

Harus memenuhi semua kriteria di bawah ini yang dialami sekali seminggu

selama 2 bulan sebelum diagnosis ditegakkan :

Nyeri abdomen yang hilang timbul atau terus menerus

Tidak mencukupi kriteria FGIDs yang lain

Tidak ada bukti adanya proses inflamasi, kelainan anatomis, kelainan

metabolik, atau neoplasma.

H3. Constipation dan Incontinence15

H3a. Functional constipation

Kriteria diagnosis untuk functional constipation :

Harus memenuhi 2 atau lebih dari kriteria berikut pada anak minimal umur 4

tahun yang tidak memenuhi kriteria yang cukup untuk IBS, dialami minimal 1

kali seminggu selama setidaknya 2 bulan sebelum diagnosis ditegakkan :

Buang air besar 2 kali seminggu atau kurang

Mengalami setidaknya 1 kali inkontinensia feses per minggu

19

Page 20: Sakit Perut Pada Anak

Riwayat retensi feses

Riwayat nyeri saat buang air besar atau feses yang keras

Terdapat massa feses yang besar di rektum

Riwayat diameter feses yang besar sehingga dapat menyumbat toilet.

H3b. Nonretentive fecal incontinence

Kriteria diagnosis untuk nonretentive fecal incontinence :

Harus memenuhi semua kriteria di bawah ini yang dialami minimal 2 bulan

sebelum diagnosis ditegakkan pada anak kurang dari 4 tahun :

Defekasi di tempat yang tidak sesuai dengan konteks sosial minimal 1 kali

sebulan

Tidak ada bukti adanya proses inflamasi, kelainan anatomis, kelainan

metabolik, atau neoplasma

Tidak ada retensi feses.

Pemastian seorang anak menderita sakit perut fungsional tidak boleh hanya

berdasarkan ditemukannya gangguan emosi pada anak tersebut. Oleh karena itu

anamnesis yang teliti dan pemeriksaan fisis yang lengkap merupakan hal terpenting

dalam melakukan evaluasi anak dengan sakit perut.

Adanya suatu kelainan organik perlu dipikirkan bila pada anamnesis dan

pemeriksaan fisis ditemukan beberapa hal (alarm symptoms) seperti yang tertulis di

bawah ini :12

1. Lokasi nyeri jelas dan jauh dari umbilicus

2. Nyeri berhubungan dengan fungsi saluran cerna (konstipasi, diare, inkontinensia)

3. Muntah

4. Serangan nyeri mendadak dan menetap dalam beberapa menit sampai hari

5. Nyeri menjalar kepunggung, bahu, atau ekstremitas

6. Disuria

20

Page 21: Sakit Perut Pada Anak

7. Perdarahan rectal

8. Usia kurang dari 4 tahun dan di atas 15 tahun

9. Riwayat keluarga menderita penyakit saluran cerna atau sistemik (ulkus

peptikum, inflammatory bowel diseases, Helicobacter pylori .

2.8 Pemeriksaan Penunjang

Harus diingat dalam membuat diagnosis pada anak dengan sakit perut akut,

anamnesis dan pemeriksaan fisik memegang peranan penting, sedangkan pemeriksaan

laboratorium dan penunjang hanya membantu.3

Pemeriksaan laboratorium dan penunjang adalah :1

- Pemeriksaan laboratorium rutin darah lengkap, urin lengkap dan tinja lengkap sangat

penting.

- Ureum dan elektrolit darah penting pada diare dehidrasi.

- Biakan tinja penting untuk menegakkan ada tidaknya enteropatogen, terutama

Salmonella, Shigella , Campilobacter dan Yersinia. Amebiasis, infeksi cacing

(Ascaris, Trichuris) dengan mudah dapat didiagnosis.

- Mengukur pH tinja dan tes reduksi dalam tinja untuk intoleransi laktosa.

- Pemeriksaan klirens urea, kreatinin, foto polos perut dan pielografi intravena penting

untuk menegakkan diagnosis infeksi traktus urinarius dan batu di dalam saluran

kemih.

- Foto polos 3 posisi sangat diperlukan untuk menegakkan diagnosis adanya obstruksi

dan kelainan di luar traktus digestivus.

- Foto toraks diperlukan bila diduga ada pneumonia.

- USG bila diduga ada kelainan perut dan hepatobilier.

21

Page 22: Sakit Perut Pada Anak

- EKG dan EMG untuk diagnosis spasmofili.

- Endoskopi untuk mendiagnosis ada tidaknya kolitis.

2.9 Penatalaksanaan

Apabila seorang anak menderita sakit perut akut, maka yang penting dilakukan

adalah menentukan apakah penyakitnya memerlukan tindakan bedah atau tidak. Kalau

kita sudah dapat membuat keputusan bahwa anak itu tidak memerlukan tindakan bedah,

maka kita harus mencari penyebab sakit perut dan diberikan pengobatan sesuai

etiologinya. Terapi simptomatis perlu juga diberikan seperti istirahat serta pengawasan

cairan dan diet. Pada keadaan dimana anak sangat kesakitan dapat diberikan sedatif

ataupun analgetika.

Pada sakit ringan dan sedang, obat-obatan yang dapat diberikan seperti aspirin

(dosis 10 mg/kg/dosis), acetaminofen (10 mg/kg/dosis), codein (3 mg/kg/dosis),

Naproksen (10-18 mg/kg/hari), axycodome (0,08 mg/kg/dosis), dan tolmetin (18-50

mg/kg/hari). Sedangkan pada nyeri yang sifatnya berat, dapat diberikan Obat-obatan yang

diberikan dapat seperti morfin (0,1 - 0,2 mg/kg/dosis), metadon (0,1 - 0,2 mg/kg/dosis),

meperidin (0,75 – 2 mg/kg/dosis) dan hidromorfin (0,015 – 0,3 mg/kg/dosis) 2.

Keberhasilan penatalaksanaan sangat tergantung pada akurasi melakukan

pendekatan diagnosis. Untuk penatalaksanaan sakit perut berulang ini sangat sulit. Hal ini

diakibatkan karena sakit perut berulang sering memberikan penampilan klinis yang tidak

spesifik. Tidak ada panduan pasti, oleh karena itu penilaian klinis yang dilakukan harus

secara menyeluruh, sehingga dapat menentukan diagnosis dan terapi yang tepat.

Memberikan penjelasan kepada orang tua, merupakan hal yang sangat penting. Orang tua

harus mendapatkan penjelasan bahwa keadaan ini sering dijumpai pada anak. 4

Penanganan selanjutnya, tergantung dari keadaan spesifik yang menyebabkan

keluhan sakit perut berulang. Keluhan konstipasi dapat diberikan obat golongan lakasan

(lactulose), meningkatkan konsumsi serat, toilet training (5 menit setelah makan pagi dan

22

Page 23: Sakit Perut Pada Anak

sore). Pada keadaan irritable bowel syndrome yang paling penting adalah memberikan

penjelasan serta mengantisipasi pencetus psikososial yang mungkin dapat sebagai

pencetus timbulnya keluhan serta meningkatkan diet tinggi serat . Pada umumnya dengan

metode ini akan memberikan hasil yangbaik dalam waktu antara 6-12 bulan. 4

Prinsip pengobatan Helicobacter pylori pada anak :4

1. Tidak dianjurkan pemberian antibiotika tunggal

2. Dianjurkan penggunaan 2 macam antibiotika dan kombinasi preprat bismut

3. Pilihan selanjutnya adalah 3 macam antibiotika + PPI

4. Pilihan lini ke 2 dan ke 3, apabila terjadi resistensi.

Dua macam antibiotika mempunyai tujuan agar terjadi efek sinergis di antara

antibiotika yakni agar efek intraluminal bekerja baik, shingga antibiotika lainnya dapat

bekerja secara sistemik. Penggunaan PPI mempunyai manfaat untuk menurunkan

keasaman lambung agar antibiotika dapat bekerja lebih optimal.4

Terapi lini pertama4

PPI + amoksisislin +Klaritromisin

RBC (Ranitidin Bismuth Compleks +amoksisilin + Klaritromisin

Terapi lini kedua4

PPI + Bismuth + Metronidazole + Tetrasiklin terapi penyelamatan

PPI + amoksisilin Rifabutin (LAR)

Anak yang menderita infeksi Helicobacter pylori disertai ulkus diberikan terapi PPI

ditambah dua jenis antibiotik selama 14 hari.

23

Page 24: Sakit Perut Pada Anak

Tabel 2.2. Terapi eradikasi Helicobacter pylori pada anak-anak9

Pilihan Obat-obatan DosisLini 1

1

2

3

AmoxicilinClarithromycinPPI (omeprazole)

AmoxicilinMetronidazolePPI (omeprazole)

ClarithromycinMetronidazolePPI (omeprazole)

50 mg/kg/hari, sampai 1 gr perhari15 mg/kg/hari max 500 mg 2x sehari1 mg/kg/hari max 20 mg 2x sehari

50 mg/kg/hari,sampai 1 gr perhari20 mg /kg, 2x sehari sampai 500 mg 2x sehari1 mg/kg/hari max 20 mg 2x sehari

15 mg/kg/hari max 500 mg 2x sehari20 mg /kg, 2x sehari sampai 500 mg 2x sehari1 mg/kg/hari max 20 mg 2x sehari

Lini 2 4

5

Bismuth subsaliysilateMetronidazolePPI (omeprazole)

Antibiotik tambahan : Amoxicilin Tetrasiklin Clarithromycin

Ranitidine bismuth citrateChlarithromycinmetronidazole

1 tablet (262 mg) 4x sehari atau 15 ml (17,6 m 4x sehari)20 mg /kg, 2x sehari sampai 500 mg 2x sehari1 mg/kg/hari max 20 mg 2x sehari

50 mg/kg/hari,sampai 1 gr perhari15 mg/kg/hari sampai 500 mg 2xsehari15 mg/kg/hari max 500 mg 2x sehari

1 tablet 4 x sehari15 mg/kg/hari max 500 mg 2x sehari20 mg /kg, 2x sehari sampai 500 mg 2x sehari

24

Page 25: Sakit Perut Pada Anak

Tabel 2.3. Terapi infeksi Helicobacter pylori pada anak-anak9

Study year Eligible children

Treatment Regimen Duration(D)

Eradication Rate(%)

93%CI(if Stated)

Gottrand et al266

2001 31

32

Omeprazole 10-20 mg bidAmoxicilin 25 mg/kg

Chlaritromycin 7,5 mg/kg

Amoxicilin 25 mg/kgChlaritromycin 7,5 mg/kg

7 23/31 (74,2) ITT

20/25 PP

3/32 (9,4) ITT

3/28 (10,7) PP

39-90

46-83

Tiren et al261

1999 38 Omeprazole 0,3 mg/kgAmoxicilin 50 mg/kg

Chlaritromycin 15 mg/kg

14 24/32 (75) 60-90

Behrens et al263

1999 63

73

Omeprazole 1 or 2 mg/kgAmoxicillin 50 mg/kg

Omeprazole 1 or 2 mg/kgAmoxicillin 50 mg/kg

Clarithromycin 20 mg/kg

14

14

27/52 (52)

44/53 (83)

Casswall et al262

1998 32 Omeprazole 10 or 20 mg/d 7Clarithromycin 7.5 mg/kgMetronidazole 7.5 mg/kg/d

7 28/32 (87)

Moshkowitz et al263

1998 35 Omeprazole 20 mg bidClarithromycin 250 mg bidMetronidazole 500 mg bid

7 25/35 (71)*

Walsh et al260

1997 28 Bismuth 480 mg/1.73 m2

Clarithromycin 15 mg/kgMetronidazole 20 mg/kg

7 21/22 (95) 77-100

Kato et al264

1997 22 Omeprazole 0.6 mg/kgAmoxicillin 30 mg/kg

Omeprazole 0.6 mg/kgAmoxicillin 30 mg/kg

Clarithromycin 15 mg/kg

14

14

15/22 (70)

11/12 (92

ITT = intention-to-treat analysis; PP = per protocol analysis.*Eight children had received previous eradiaction therapy.

25

Page 26: Sakit Perut Pada Anak

Terapi pilihan untuk sakit perut berulang pada anak :5

1. Intervensi diet

a. Perbanyak konsumsi serat

Serat mengurangi waktu transit di usus dan lebih bermanfaat dalam

subgrup pasien dengan konstipasi.

b. Diet bebas laktosa

Tidak ada kaitan antara sakit perut berulang pada anak dengan intoleransi

laktosa, sehingga diet bebas laktosa sepertinya tidak berpengaruh apa-apa

terhadap sakit perut berulang.

c. Alergi makanan

Hal ini direkomendasikan pada orang-orang yang dicurigai mempunyai

alergi terhadap makanan.

d. Probiotik

Berperan dalam mencegah pertumbuhan berlebihan dari bakteri-bakteri

patogendan menjaga integritas pertahanan mukosa usus.

2. Farmakoterapi

a. H2 blockers

Dapat diberikan pada pasien dengan dispepsia fungsional.

b. Agen serotonergik

Sebagai kunci modulator sensitivitas visera dan motilitas saluran cerna.

c. Antidepressan trisiklik

Mekanisme potensial aksinya adalah mengurangi persepsi pusat nyeri,

perubahan dalam fisiologi sistem pencernaan dan efek psikologisnya. Obat

26

Page 27: Sakit Perut Pada Anak

ini bukan pilihan terapi utama pada anak-anak dengan sakit perut

berulang.

3. Pendekatan psikologis

a. Terapi kognitif dan prilaku

b. Hipnoterapi usus

Hipnoterapi mengurangi motilitas kolon dan gangguan sensitivitas di

rektal serta dapat memodifikasi proses sinyal nyeri di otak pada korteks

anterior cinguli.

4. Terapi pelengkap

a. Kapsul minyak pepermint

Mekanisme aksinya diperkirakan berasal dari komponen mentolnya yang

merelaksasi otot polos saluran cerna dengan memblok saluran kalsium.

b. Jahe

Digunakan pada pasien dengan keluhan utama muntah,dispepsia atau

diare. Jahe mempunyai aksi prokinetik yang memungkinkan terjadinya

spasmolitik dari antagonis kalsium.

c. Akupuntur

d. Terapi pijat

Diasumsikan bahwa pijatan dapat mengurangi eksitasi serat visera aferen

dan kemungkinan berpengaruh pada proses dan persepsi nyeri di otak.

Selain itu, piatan dapat meningkatkan tonus vagal dan motilitas lambung.

27

Page 28: Sakit Perut Pada Anak

Gambar 2.1 Algoritma diagnosis sakit perut mendadak pada anak 1.

28

SAKIT PERUT MENDADAK

1. Anamnesis2. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan laboratorium-Darah lengkap-Urin lengkap-Tinja lengkap

3. Derajat Penyakit

Manifestasi dari usus halus-diare-tinja berdarah-obstipasi- muntah-hematemesis- sakit pinggul

4. Manifestasi di luar usus halus

ringan sedang berat

5. Lokasi dan jenisnya Tanda peritoneal, kuadran atas kanan, hilang

timbul

-rawat inap-terapi suportif-antibiotik

Menyebar ,sekitar pusar, sebelah kiri

epigastrik Kuadran kanan atas

6. Foto abdomen 3 posisi , konsul bedah

NormalObservasi 1-

2 hari

AbnormalKasus

pediatrik

AbnormalKasus bedah

Observasi 1-2 hari

amilase -test faal hati-USG

Pancreatitis

Abnormal

Antasid

Normal Penyakit hepatobilier

-esofagitis-ulkus peptikum

endoskopi

Respon jelekRespon baik-pneumonia-Batu ginjal-radang usus-osteomielitis-keganasan

-apendisitis-invaginasi-volvulus-laserasi hati/limpa-kehamilan ekstra uteri

Infeksi penyakit sistemik

Page 29: Sakit Perut Pada Anak

Gambar 2.2 Algoritma diagnosis sakit perut berulang pada anak 1.

29

SAKIT PERUT BERULANG

A. AnamnesisB. Pemeriksaan fisik

F. Lokasi

D. Manifestasi penyerta dari usus halus

-diare kronik-tinja berdarah-obstipasi- muntah- ikterus

E. Manifestasi luar usus halus

Infeksi radang usus penyakit ginjal keganasan

Antasid

Epilepsi perut

Respon baik

Intoleransi laktosa

Adneksitis

KhasTidak khas

Obstipasi radang usus psikis

Spasmofilia

EEG EMG

Respon jelek

Tes faal hati, USG

Sakit pinggul Menyebar sekitar pusar /

sebelah kiri

Epigastrik Kuadran kanan atas

Penyakit hepatobilier

Esofagitis ulkus Amilase

AbnormalPankreatitis

Normal

Endoskopi

C. Pemeriksaan laboratorium darah lengkap urin lengkap tinja lengkap

Page 30: Sakit Perut Pada Anak

BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Pendekatan diagnosis nyeri perut pada anak masih sulit karena kriteria diagnosis

yang digunakan belum seragam, terutama untuk nyeri perut non organik. Kriteria

diagnosis nyeri perut yang banyak digunakan saat ini adalah kriteria Rome III. Sakit perut

akut atau berulang mempunyai lima sumber, yaitu organ viseral, organ di luar abdomen,

lesi pada medula spinalis, gangguan metabolik, psikosomatik. Kriteria diagnostik sakit

perut fungsional dibagi berdasarkan Rome III, yaitu: infant regurgitation, infant

rumination syndrome, cyclic vomiting syndrome, infant colic, functional diarrhea, infant

dyschezia, functional constipation, vomiting dan aerophagia, abdominal pain-related

FGID, constipation dan incontinence.Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan

laboratorium darah lengkap, urin lengkap, foto polos perut dan pielografi intravena dan

elektrolit darah, biakan tinja, pH tinja dan tes reduksi tinja (clinitest), USG abdomen, CT

Scan abdomen, EEG, dan endoskopi. Pengobatan diberikan sesuai etiologi.

30

Page 31: Sakit Perut Pada Anak

DAFTAR PUSTAKA

1. Markum AH. Buku ajar ilmu kesehatan anak. Vol 1. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 1999. p. 493-6

2. Wiryati AAM, Aryasa IKN, Suraatmaja S. Sakit perut akut pada anak. In: Suraatmaja S, editor. Kapita selekta gastroenterologi. Jakarta: CV Sagung Seto; 2007. p. 189-203.

3. Boediarso A. Sakit perut pada anak. In: Jufri M, editor. Buku ajar gastroenterologi

hepatologi. 1st ed. Jakarta: IDAI; 2010. p. 149-65.

4. Ranuh R, Fardah A, Subijanto MS. Kongres Nasional III Badan Koordinasi Gastroenterologi Anak Indonesia; 2007 Dec 6-8 Surabaya; 2007. p. 101-9.

5. Vlieger AM, Benninga MA. Chronic abdominal pain including functional abdominal pain, irritable bowel syndrome, and abdominal migraine. In: Kleinman RE, Goulet OJ, Vergani GM, Sanderson IR, Sherman P, Shneider BL, editors. Pediatric gastrointestinal disease. 5th ed. Vol 1. India: International Print-O-Pac-Limited; 2008. p. 715-25.

6. Suharsono, Boediharso A, Halimun MA. Gastroenterologi anak praktis. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 1988. p. 219-29.

7. Atkins JT, Cleary TG. Helicobacter. In: Bishop, Warren P, editors. Essential of pediatric. 5th ed. Piladelphia: Elsevier Saunders; 2006. p. 988-89.

8. Memon IA, LAL MN, Murtaza G, Jamal A, Bhatti RN, Tariq S. Reccurent abdominal pain in children. Pak J Med Sci. 2009;25:26-30.

9. Walters D, Jones NL. Helicobacter pylori in childhood. In: Wyllie R, Hyams JS, editors. Pediatric gastrointestinal & liver disease. 3rd ed. United States America: Saunders Elsevier; 2006. p. 409-27.

10. Gold BD. Helicobacter pylori infection. In: Bell LM, editor. Pediatric gastroenterology. United States of America: Mosby Elevier; 2008. p. 98-109.

11. William HJ, Levin MJ, Sondheimer JM, Deterding RR. Current diagnosis & treatment pediatrics. New York: The Mc Grow Hill Companies; 2009. p. 599-600.

12. Mahajan LA, Kaplan B. Chronic abdominal pain of childhood and adolescence. In: Wyllie R, Hyams JS, editors. Pediatric gastrointestinal & liver disease. 3 rd ed. United States America: Saunders Elsevier; 2006. p. 111-23.

31

Page 32: Sakit Perut Pada Anak

13. Kari KF, Anderson J, Puzanovova M, Walker LS. Rome II versus Rome III classification of functional gastrointestinal disorder in pediatric cronic abdominal pain. JPGN. 2008;47:299-302.

14. Hymann PE, Milla PJ, Benninga MA, Davidson GP, Fleisher DF, Taminiau J. Childhood functional gastrointestinal disorders: Neonate/Toddler. Gastroenterology. 2006;130:1519-26.

15. Rosquin A, Larenzo CD, Forbes D, Guiraldes E, Hyams JS, Staiaro A, et al. Childhood functional gastrointestinal disorders: Child/Adolescent. Gastroenterology. 2006;130:1527-37.

32