SABTU, 8 JANUARI 2011 | MEDIA INDONESIA Rumah Bersih ... · Selatan, sedang memasukkan sampah ke...

1
Rumah Bersih Rezeki pun Berlimpah Sampah rumah tangga tidak lagi menjijikkan. Warga Kelurahan Sungai Jingah, Kota Banjarmasin, memiliki penghasilan baru dengan menyulap sampah menjadi pupuk organik. DENNY SUSANTO Mengubah Predikat Kota Kotor KEBERHASILAN usaha pem- buatan pupuk organik di Ke- lurahan Sungai Jingah ini mem- berikan inspirasi bagi komu- nitas warga lain. Beberapa kelompok serupa tumbuh di Banjarmasin. Permukiman pun lebih ber- sih. Beban kota akibat sampah bisa dikurangi. “Saya bersyu- kur, karena kelompok-kelom- pok peduli ini tumbuh, sehing- ga sangat membantu tugas pemerintah kota mengurangi sampah,” kata Kepala Dinas Ta- ta Kota Banjarmasin, Hamdi. Seperti di kota lain, di negeri ini sampah menjadi masalah serius pemerintah. Di Ban- jar masin, ibu kota provinsi Ka limantan Selatan, jumlah penduduknya sekitar 600 ribu jiwa. Setiap hari, tidak kurang dari 600 meter kubik sampah dihasilkan. Jumlah itu tidak termasuk sampah yang dibuang secara langsung ke sungai. Maklum saja, mayoritas warga bermu- kim di sepanjang tepi sungai dan menjadikan sungai sebagai bak sampah raksasa. Dari 600 meter kubik sampah per hari, diperkirakan hanya 7 N USANTARA USANTARA SABTU, 8 JANUARI 2011 | MEDIA INDONESIA S UASANA sejuk menyer- gap, saat memasuki ka- wasan permukiman di kompleks Mahligai, RT 33, Sungai Jingah, Kecamat- an Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin, Kalimantan Sela- tan. Kawasan yang terletak di pinggiran kota berjuluk seribu sungai ini dipenuhi pepohonan pelindung. Teduh, walau cuaca sebenarnya sangat panas. Peneduh berupa pohon bu- ah-buahan tumbuh subur di tiap-tiap halaman depan ru- mah warga. Total keluarga di lingkungan ini berjumlah 52 rumah tangga. Aneka tanam- an hias dan anggrek juga ikut menyemarakkan keasrian kom- pleks berpredikat tebersih dan terhijau (green and clean) se-Kota Banjarmasin ini. Siang itu, beberapa ibu ru- mah tangga terlihat bersama- sama mengumpulkan sampah rumah tangga, sisa pesta pera- yaan malam pergantian tahun. Juga sampah dedaunan pohon yang berguguran. “Sampah-sampah ini jadi sumber pemasukan tambahan warga di sini,” ungkap Fatma- wati, 40, pengurus Tim Peng- gerak PKK RT 33. Sejak empat tahun terakhir, warga kompleks, terutama kaum ibu, bergelut dalam bis- nis pembuatan pupuk organik berbahan baku sampah rumah tangga dan sampah lingkung- an, seperti dedaunan pohon. Dalam sebulan produksi pupuk organik mereka hampir 1 ton. Dengan menjual pupuk organik tanpa label seharga Rp4.000 per pak isi 1,5 kg, ju- taan rupiah mengalir ke kan- tong kelompok ini setiap bu- lannya. Dari hasil penjualan pupuk organik ini juga, kas kampung terisi. Kepentingan bersama warga di RT 33 pun siap didanai. Modal yang dikeluarkan un- tuk kegiatan mereka memang relatif sangat kecil. Warga ha- nya butuh uang untuk membeli bakteri yang mempercepat fer mentasi sampah menja- di pupuk. Bakteri bernama intensif mikroorganisme itu dibeli dengan harga Rp25 ribu per liter. Satu liter cukup un- tuk mengguyur sampah yang menghasilkan 1 ton pupuk organik. “Penjualan pupuk organik produksi warga di sini sangat laris. Banyak pembeli datang dan siap menampung berapa pun produksi pupuk organik warga,” tutur Arimansyah, Ketua RT 33. Ia tersipu saat ditanya be- sarnya uang yang masuk ke kantong ibu-ibu rumah tangga. “Lumayanlah... untuk menam- bah pemasukan dari penghasi- lan suami,” ujarnya, bangga. Dipilah dari rumah Setelah beberapa tahun men- jalankan bisnis ini, warga mulai kekurangan bahan baku sam- pah rumah tangga untuk pem- buatan pupuk organik. Karena itu, setiap hari, secara sadar mereka dari rumah masing- masing memulai tahapan awal pembuatan sampah organik. Pertama-tama, sampah ru- mah tangga dipisahkan antara sampah organik seperti sisa nasi dan sayur, dengan sampah anorganik berupa plastik atau botol. Sampah yang sudah dipi- sahkan ditaruh dalam tong sampah terpisah di depan ru- mah masing-masing. Sampah anorganik terpaksa diberikan kepada petugas sampah untuk dibuang ke tempat pembuang- an. Sebaliknya sampah organik, setelah terkumpul cukup ba- nyak, dimasukkan ke penam- pungan yang disebut kompos- ter. Ini adalah media penyim- pan bahan pupuk organik. Bakteri pun dimasukkan. Pro- ses fermentasi (pembusukan) sampah menjadi pupuk, de- ngan bantuan bakteri aerob (IM4) ini memerlukan waktu dua minggu. “Selain bakteri aerob, perlu juga diberi gula untuk mem- percepat proses pembusukan,” tambah Fatmawati. Jika tanpa bantuan bakteri aerob, proses pembusukan sampah menjadi pupuk bisa sampai enam bulan. Pupuk yang berasal dari sampah orga- nik seperti sisa sayuran, ma- kanan, daging dan ikan me- ngandung nutrisi berupa NPK, MgSCa, dan mikroelemen. Zat-zat ini baik dan sedikit se- kali mengandung logam berat Fe, Al, atau Cu. Alhasil, pupuk organik sangat baik untuk ling- kungan. Usaha kelompok ibu warga kompleks Mahligai, Banjarma- sin, ini ternyata juga menarik perhatian Kementerian Ling- kungan Hidup. Tidak ingin membiarkan para ibu berjalan sendiri, pada 2006 lalu, kemen- terian membantu kelompok ini dengan sumbangan dua mesin pencacah. Sayang, salah satu mesin itu kini dalam kondisi rusak. Bantuan mesin pencacah ini sangat membantu warga untuk menghaluskan sampah dedaunan. Selama ini kegiat- an itu dilakukan dengan cara manual, sampah dicincang menggunakan golok. Sungai Jingah terus dan tetap sejuk. Sesejuk hati para benda- harawati rumah tangga itu ke- tika menerima uang tambahan, hasil penjualan pupuk organik mereka. (N-2) denny_susanto @mediaindonesia.com separuhnya yang bisa dibuang ke tempat pembuangan akhir sampah. Dari jenisnya, 60% sampah rumah tangga di Banjarmasin adalah sampah organik. Ini membuat potensi bisnis pupuk organik merupakan sesuatu yang cukup menjanjikan. Upaya lain, Pemerintah Kota Banjarmasin juga mulai me- mikirkan penerapan strategi untuk memerangi sampah. Ada rencana untuk memba- ngun pembangkit listrik tenaga sampah. Volume sampah kota ini diperkirakan mampu meng- hasilkan setrum dengan kapa- sitas 8-10 megawatt. Masih soal perang sampah, pemerintah juga sudah meng- gulirkan peraturan daerah. Di dalamnya tertuang larang- an untuk membuang sampah secara sembarangan, khusus- nya ke sungai. Juga larangan membuang sampah di siang hari. Banjarmasin memang harus berbenah. Beberapa tahun lalu, masalah sampah menempatkan si Seribu Sungai sebagai salah satu kota terkotor di Tanah Air. (Denny Susanto/N-2) MI/DENNY SUSANTO MESIN PENCACAH: Sejumlah ibu warga RT 33, Kelurahan Sungai Jingah, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, sedang memasukkan sampah ke mesin pencacah, beberapa waktu lalu. Di lingkungan itu, sampah diubah menjadi pupuk organik dan mendatangkan penghasilan baru bagi warga. PUPUK ORGANIK: Seorang warga tengah memeriksa pupuk organik yang dihasilkan dari sampah rumah tangga, pekan lalu. Pengolahan sampah menjadi pupuk membuat lingkungan di Kelurahan Sungai Jingah, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, bersih dan hijau. MI/DENNY SUSANTO

Transcript of SABTU, 8 JANUARI 2011 | MEDIA INDONESIA Rumah Bersih ... · Selatan, sedang memasukkan sampah ke...

Rumah BersihRezeki pun Berlimpah

Sampah rumah tangga tidak

lagi menjijikkan. Warga Kelurahan

Sungai Jingah, Kota Banjarmasin,

memiliki penghasilan baru dengan

menyulap sampah menjadi pupuk

organik.

DENNY SUSANTO

Mengubah Predikat Kota KotorKEBERHASILAN usaha pem-buatan pupuk organik di Ke -lurahan Sungai Jingah ini mem-berikan inspirasi bagi komu-nitas warga lain. Beberapa ke lompok serupa tumbuh di Banjarmasin.

Permukiman pun lebih ber-sih. Beban kota akibat sampah bisa dikurangi. “Saya bersyu-kur, karena kelompok-kelom-pok peduli ini tumbuh, sehing-ga sangat membantu tugas pe merintah kota mengurangi sampah,” kata Kepala Dinas Ta-ta Kota Banjarmasin, Hamdi.

Seperti di kota lain, di nege ri

ini sampah menjadi masalah serius pemerintah. Di Ban-jar masin, ibu kota provinsi Ka limantan Selatan, jumlah penduduknya sekitar 600 ribu jiwa. Setiap hari, tidak kurang dari 600 meter kubik sampah dihasilkan.

Jumlah itu tidak termasuk sam pah yang dibuang secara langsung ke sungai. Maklum saja, mayoritas warga bermu-kim di sepanjang tepi sungai dan menjadikan sungai sebagai bak sampah raksasa.

Dari 600 meter kubik sampah per hari, diperkirakan hanya

7NUSANTARAUSANTARASABTU, 8 JANUARI 2011 | MEDIA INDONESIA

SUASANA sejuk menyer-gap, saat memasuki ka-wasan permukiman di kompleks Mahligai, RT

33, Sungai Jingah, Kecamat-an Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin, Kalimantan Sela-tan. Kawasan yang terletak di pinggiran kota berjuluk seribu sungai ini dipenuhi pepohonan pelindung. Teduh, walau cuaca sebenarnya sangat panas.

Peneduh berupa pohon bu-ah-buahan tumbuh subur di tiap-tiap halaman depan ru-mah warga. Total keluarga di lingkungan ini berjumlah 52 rumah tangga. Aneka tanam-an hias dan anggrek juga ikut menyemarakkan keasrian kom-pleks berpredikat tebersih dan terhijau (green and clean) se-Kota Banjarmasin ini.

Siang itu, beberapa ibu ru-mah tangga terlihat bersama-sama mengumpulkan sampah rumah tangga, sisa pesta pera-yaan malam pergantian tahun. Juga sampah dedaunan pohon yang berguguran.

“Sampah-sampah ini jadi sum ber pemasukan tambahan warga di sini,” ungkap Fatma-wati, 40, pengurus Tim Peng-gerak PKK RT 33.

Sejak empat tahun terakhir, warga kompleks, terutama kaum ibu, bergelut dalam bis-nis pembuatan pupuk organik berbahan baku sampah rumah tangga dan sampah lingkung-an, seperti dedaunan pohon. Dalam sebulan produksi pupuk organik mereka hampir 1 ton.

Dengan menjual pupuk or ganik tanpa label seharga Rp4.000 per pak isi 1,5 kg, ju-taan rupiah mengalir ke kan-tong kelompok ini setiap bu-lan nya. Dari hasil penjualan pupuk organik ini juga, kas kampung terisi. Kepentingan bersama warga di RT 33 pun

siap didanai. Modal yang dikeluarkan un-

tuk kegiatan mereka memang relatif sangat kecil. Warga ha-nya butuh uang untuk membeli bakteri yang mempercepat fer mentasi sampah menja-di pupuk. Bakteri bernama intensif mikroorganisme itu dibeli dengan harga Rp25 ribu per liter. Satu liter cukup un-tuk mengguyur sampah yang menghasilkan 1 ton pupuk organik.

“Penjualan pupuk organik produksi warga di sini sangat laris. Banyak pembeli datang dan siap menampung berapa pun produksi pupuk organik warga,” tutur Arimansyah, Ke tua RT 33.

Ia tersipu saat ditanya be-sarnya uang yang masuk ke kantong ibu-ibu rumah tang ga. “Lumayanlah... untuk menam-bah pemasukan dari penghasi-lan suami,” ujarnya, bangga.

Dipilah dari rumahSetelah beberapa tahun men-

jalankan bisnis ini, warga mulai kekurangan bahan baku sam-pah rumah tangga untuk pem-buatan pupuk organik. Karena itu, setiap hari, secara sadar me reka dari rumah masing-ma sing memulai tahapan awal pembuatan sampah organik.

Pertama-tama, sampah ru-mah tangga dipisahkan antara sampah organik seperti sisa nasi dan sayur, dengan sampah anorganik berupa plastik atau botol.

Sampah yang sudah dipi-sahkan ditaruh dalam tong sampah terpisah di depan ru-mah masing-masing. Sampah anorganik terpaksa diberikan kepada petugas sampah untuk dibuang ke tempat pembuang-an.

Sebaliknya sampah organik, setelah terkumpul cukup ba-nyak, dimasukkan ke penam-

pungan yang disebut kompos-ter. Ini adalah media penyim-pan bahan pupuk organik. Bakteri pun dimasukkan. Pro-ses fermentasi (pembusukan) sampah menjadi pupuk, de-ngan bantuan bakteri aerob (IM4) ini memerlukan waktu dua minggu.

“Selain bakteri aerob, perlu juga diberi gula untuk mem-percepat proses pembusukan,” tambah Fatmawati.

Jika tanpa bantuan bakteri aerob, proses pembusukan sam pah menjadi pupuk bisa sampai enam bulan. Pupuk yang berasal dari sampah orga-nik seperti sisa sayuran, ma-kanan, daging dan ikan me-ngandung nutrisi berupa NPK, MgSCa, dan mikroelemen. Zat-zat ini baik dan sedikit se-kali mengandung logam berat Fe, Al, atau Cu. Alhasil, pupuk organik sangat baik untuk ling-kungan.

Usaha kelompok ibu warga kompleks Mahligai, Banjarma-sin, ini ternyata juga menarik perhatian Kementerian Ling-kungan Hidup. Tidak ingin membiarkan para ibu berjalan sendiri, pada 2006 lalu, kemen-terian membantu kelompok ini dengan sumbangan dua mesin pencacah. Sayang, salah satu me sin itu kini dalam kondisi rusak.

Bantuan mesin pencacah ini sangat membantu warga untuk menghaluskan sampah dedaunan. Selama ini kegiat-an itu dilakukan dengan cara manual, sampah dicincang menggunakan golok.

Sungai Jingah terus dan tetap sejuk. Sesejuk hati para benda-harawati rumah tangga itu ke-tika menerima uang tambahan, hasil penjualan pupuk organik mereka. (N-2)

[email protected]

se paruhnya yang bisa dibuang ke tempat pembuangan akhir sampah.

Dari jenisnya, 60% sampah rumah tangga di Banjarmasin adalah sampah organik. Ini membuat potensi bisnis pupuk organik merupakan sesuatu yang cukup menjanjikan.

Upaya lain, Pemerintah Kota Banjarmasin juga mulai me-mi kirkan penerapan strategi untuk memerangi sampah. Ada rencana untuk memba-ngun pembangkit listrik tenaga sampah. Volume sampah kota ini diperkirakan mampu meng-

hasilkan setrum dengan kapa-sitas 8-10 megawatt.

Masih soal perang sampah, pemerintah juga sudah meng-gulirkan peraturan daerah.

Di dalamnya tertuang larang-an untuk membuang sampah secara sembarangan, khusus-nya ke sungai. Juga larangan membuang sampah di siang hari.

Banjarmasin memang harus berbenah. Beberapa tahun lalu, masalah sampah menempatkan si Seribu Sungai sebagai salah satu kota terkotor di Tanah Air. (Denny Susanto/N-2)

MI/DENNY SUSANTO

MESIN PENCACAH: Sejumlah ibu warga RT 33, Kelurahan Sungai Jingah, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, sedang memasukkan sampah ke mesin pencacah, beberapa waktu lalu. Di lingkungan itu, sampah diubah menjadi pupuk organik dan mendatangkan penghasilan baru bagi warga.

PUPUK ORGANIK: Seorang warga

tengah memeriksa pupuk organik

yang dihasilkan dari sampah rumah

tangga, pekan lalu. Pengolahan sampah menjadi pupuk membuat

lingkungan di Kelurahan

Sungai Jingah, Banjarmasin,

Kalimantan Selatan, bersih dan hijau.

MI/DENNY SUSANTO