Sabo u Pengendali Sedimen

8
1 TEKNO SABO UNTUK PENGENDALIAN SEDIMENTASI WADUK Deskripsi Teknologi Sabo atau lebih populer dengan sebutan Tekno Sabo adalah teknologi untuk mencegah terjadinya bencana sedimen dan mempertahankan daerah hulu terhadap kerusakan lahan. Tujuan dari pembangunan prototipe Sabo dam adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh bangunan prototipe Sabo dam terhadap pengurangan sedimentasi waduk, karena fungsi dari Sabo dam adalah untuk menahan, menampung dan mengendalikan sedimen. Semula, teknologi ini dipergunakan untuk mengendalikan material lahar gunung api. Kondisi alur sungai awal pasca pembangunan Sabo dam perlu diketahui, dan secara berkala bentuk alur ini diamati perubahan-perubahannya, utamanya setelah terjadi banjir, sehingga dapat diketahui perubahan dasar sungai (riverbed fluctuation) dari waktu ke waktu, maka volume sedimen yang mengendap pada alur sungai dapat dihitung dan selanjutnya dapat dipakai sebagai dasar untuk memperkirakan pengaruh pembangunan Sabo dam terhadap pengurangan sedimentasi waduk. Sketsa penampungan sedimen di hulu Sabo dam dan pembentukan kemiringan dasar sungai statis serta dinamis dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.

description

drainase

Transcript of Sabo u Pengendali Sedimen

  • 1

    TEKNO SABO UNTUK PENGENDALIAN SEDIMENTASI WADUK

    Deskripsi

    Teknologi Sabo atau lebih populer dengan sebutan Tekno Sabo adalah teknologi untuk

    mencegah terjadinya bencana sedimen dan mempertahankan daerah hulu terhadap kerusakan

    lahan. Tujuan dari pembangunan prototipe Sabo dam adalah untuk mengetahui seberapa besar

    pengaruh bangunan prototipe Sabo dam terhadap pengurangan sedimentasi waduk, karena

    fungsi dari Sabo dam adalah untuk menahan, menampung dan mengendalikan sedimen. Semula,

    teknologi ini dipergunakan untuk mengendalikan material lahar gunung api.

    Kondisi alur sungai awal pasca pembangunan Sabo dam perlu diketahui, dan secara

    berkala bentuk alur ini diamati perubahan-perubahannya, utamanya setelah terjadi banjir,

    sehingga dapat diketahui perubahan dasar sungai (riverbed fluctuation) dari waktu ke waktu,

    maka volume sedimen yang mengendap pada alur sungai dapat dihitung dan selanjutnya dapat

    dipakai sebagai dasar untuk memperkirakan pengaruh pembangunan Sabo dam terhadap

    pengurangan sedimentasi waduk. Sketsa penampungan sedimen di hulu Sabo dam dan

    pembentukan kemiringan dasar sungai statis serta dinamis dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.

  • 2

    Gambar 1. Sketsa pengendalian aliran sedimen di hulu bangunan Sabo dam

    dan pembentukan kemiringan dasar sungai statis serta dinamis.

    Dasar Pemikiran Penggunaan Tekno Sabo untuk Pengendalian Sedimentasi Waduk

    Untuk memberikan salah satu solusi kepada semua pemangku kepentingan, terutama

    kepada pengelola Waduk, Balai Besar Wilayah Sungai, Pemerintah Daerah tentang bagaimana

    teknologi sabo dapat diterapkan sebagai salah satu alternatif untuk mengendalikan aliran

    sedimen yang berasal dari erosi lahan dan sumber lain yang terangkut masuk ke waduk

    dengan :

    a. Evaluasi kinerja prototipe sabodam tipe tertutup untuk mengendalikan angkutan sedimen

    b. Analisa hidrologi Model Petak Pengukuran Erosi Lahan dan Analisa hidrologi Model DAS

    Pengukuran Angkutan Sedimen, apabila dimasa mendatang model tersebut telah dapat

    dibuat.

    Keunggulan Tekno Sabo untuk Pengendalian Sedimentasi Waduk

    Sebagai contoh kasus di DAS Waduk Mrica, diperkirakan umur layan bangunan sabo di

    tiap Sub.DAS berkisar antara 1 4 tahun. Apabila bangunan sabo yang diusulkan dari penelitian

    ini dibangun maka dapat menambah umur layan waduk selama 3 tahun, akan tetapi apabila di

    lokasi rencana bangunan sabo dilakukan penambangan galian C minimal sebesar 1,30 juta m3

    (setara dengan angkutan sedimen dasar di seluruh DAS rencana bangunan sabo) maka umur

    layan Waduk dapat bertambah 10 tahun. Perhitungan ini mengacu pada Waduk Serbaguna PLTA

    Mrica, dengan asumsi pada tahun 2008 kapasitas Waduk masih tersisa minimal 56,00 juta m3

    dan aliran masuk rata-rata 2,715 juta m3/tahun serta sedimen yang masuk ke dalam waduk

    maksimal 2,90 juta m3/tahun.

    L1

    L2

    ID

    IS I0

    Pos Hidrometri UBP Mrica

    Tampungan mati

    Kapasitas terkontrol

    I0 : Kemiringan awal IS : Kemiringan statis

    ID : Kemiringan dinamis

    Sabo dam

  • 3

    Dari hasil kinerja prototipe sabodam tipe tertutup di DAS Waduk Mrica, K.Lumajang Linggasari

    diperoleh data antara lain :

    a) Perkembangan endapan:

    Bangunan sabo dam dapat menahan endapan, namun penyebarannya masih kurang

    merata. Hal ini karena dasar sungai di hulu bangunan (Armor River Bed) yang berupa

    tanah keras dan berbatu menimbulkan gerusan di bagian hilir.

    b) Stabilitas Bangunan:

    Sampai sejauh ini stabilitas bangunan masih cukup baik meskipun pada musim hujan

    tahun ini telah terjadi banjir dengan ketinggian antara 0,8 1,00 meter sebanyak 11 kali,

    sedang banjir antara 1,00 1,20 meter sebanyak 4 kali.

    c) Fungsi Bangunan :

    Bangunan sabodam di K. Lumajang sebagai penampung sedimen yang mengalir pada

    alur sungai berhasil dengan baik, terlihat dari satu kali musim hujan saja kapasitas

    tampung sedimen sudah hampir penuh.

    d) Manfaat Bangunan:

    Dari hasil analisa data dapat disimpulkan bahwa bangunan prototipe sabodam di K.

    Lumajang mampu mengurangi laju sedimentasi sebesar 0,032 % dari sedimentasi

    tahunan DAS Waduk Mrica.

    e) Material endapan yang berupa pasir, kerikil dan beberapa batu dapat digunakan sebagai

    bahan bangunan, sehingga peran serta masyarakat sekitar bangunan yang menambang

    bahan galian C tersebut menambah daya tampung kapasitas prototipe sabodam.

    f) Dengan adanya penambangan bahan galian C oleh masyarakat di sekitar bangunan

    dapat meningkatkan tingkat perekonomian mereka.

    Prinsip Kerja

    Daerah Aliran Sungai ( DAS ) Waduk merupakan suatu kesatuan wilayah tata air yang

    terbentuk secara alamiah, dimana air akan mengalir melalui sungai utama dan anak-anak sungai

    yang terletak di dalam wilayah DAS tersebut. Secara alami air mengalir dari hulu ke hilir sesuai

    hukum gravitasi.

  • 4

    Gambar 2. Waduk Mrica bagian hulu mengalami laju sedimentasi yang cukup tinggi

    Gambar 3. Sumber sedimen berasal dari erosi lahan pertanian pada DAS waduk

    Gambar 4. Sumber sedimen berasal dari longsoran tebing sungai pada DAS waduk

    Waduk serbaguna diharapkan dapat bermanfaat maksimal selama kurun waktu yang

    direncanakan, oleh karena itu perlu diupayakan pengurangan laju sedimentasi waduk. Terdapat

    tiga metode dasar untuk mengurangi laju sedimentasi waduk ( WMO, 948) :

    1) Mengurangi volume sedimen yang masuk waduk dapat dilakukan dengan cara :

  • 5

    a) mereduksi erosi DAS hulu waduk

    b) menangkap sedimen sebelum memasuki waduk

    2) memindahkan endapan sedimen dari dalam waduk dengan cara pengerukan,

    menggelontor, dan lain lain

    3) membilas aliran yang membawa sedimen untuk menurunkan volume sedimen yang

    mengendap

    Fungsi pengurangan volume sedimen yang masuk waduk dengan mereduksi erosi DAS

    Hulu Waduk dan menangkap sedimen sebelum memasuki waduk dalam kaitannya dengan

    teknologi sabo dapat disederhanakan pada sketsa Gambar 2 berikut ini.

    Gambar 5. Sketsa teknologi sabo untuk pengendalian sedimentasi waduk

    Dari Gambar 2, pengendalian sedimentasi di hulu waduk yaitu mencegah terbawanya

    lapisan tanah bagian atas (top soil) oleh air (erosion control) yang dilaksanakan dengan

    menggunakan teknik konservasi lahan dan membangun sabo dam. Sedimen yang masuk ke alur

    sungai di tampung dan ditahan menggunakan bangunan Sabo, agar tidak semua aliran sedimen

    mencapai genangan waduk. Konservasi lahan dengan cara penghutanan kembali

    (reforestration) atau penghijauan (regreening) dapat dikategorikan sebagai kegiatan sabo.

    Penggundulan hutan sebagai salah satu sebab erosi lahan dapat meningkatkan debit sedimen

    aliran sungai yang bermuara di waduk dan dapat menyebabkan laju sedimentasi waduk

    meningkat. Dengan vegetasi penutup yang baik.di daerah hulu DAS Waduk maka koefisien

    pengaliran menjadi kecil dan kemampuan air untuk mengerosi lapisan tanah menjadi berkurang.

    Teknik konservasi pada prinsipnya merupakan upaya yang terbaik untuk pengendalian

    erosi lahan karena akan berlangsung secara berkelanjutan. Kegiatan konservasi antara lain

    berupa penghutanan kembali (reforestration), penghijauan (reboisasi) dan pembuatan teras

    searah kontur pada lahan pertanian (terasering). Lahan dengan kelerengan >45% semestinya

    tetap dipertahankan sebagai kawasan lindung (hutan) dan lahan dengan kemiringan

  • 6

    dimanfaatkan sebagai lahan pertanian tanaman semusim dilengkapi terasering. Pelaksanaan

    pertanian harus mempertimbangkan besarnya erosi yang terjadi. Sejauh mana erosi itu dapat

    dibiarkan atau sejauh manakah erosi belum mengganggu produktivitas pertanian, sehingga

    usaha budidaya pertanian dapat tetap berlangsung sebagaimana mestinya. Apabila laju

    pembentukan tanah berada dibawah laju erosi, maka keadaan ini dapat dikatakan

    menghawatirkan, sehingga hal ini perlu segera dilakukan pencegahan-pencegahan lebih lanjut

    agar keadaan tidak menjadi lebih parah.

    Mencegah terjadinya praktek pengrusakan tanah secara dini lebih baik dilakukan dari

    pada harus menunggu hingga lahan/tanah menjadi rusak. Pemeliharaan tanah secara terus

    menerus memerlukan biaya yang lebih kecil dibanding harus mengadakan tindakan pemulihan

    kembali produktifitas tanah pada lahan yang sudah kritis akibat erosi. Selain itu waktu yang

    diperlukan untuk pemulihan pun sangat lama.

    Penanganan menggunakan teknik konservasi, akan membutuhkan waktu yang cukup

    lama karena harus menunggu tumbuh dan berkembang pohon-pohon yang ditanam. Untuk itu

    perlu dilakukan upaya penanganan yang kedua, yaitu dengan cara membuat bangunan Sabo

    untuk menahan sedimen hasil erosi yang telah masuk ke badan sungai. Angkutan sedimen

    ditahan pada tampungan bangunan Sabo tipe tertutup sehingga mengendap dan tertahan secara

    permanen. Akan tetapi karena bangunan Sabo memiliki kapasitas tampung yang terbatas, maka

    fungsi penampung sedimen juga terbatas.

    Gambar 6. Contoh kegiatan konservasi lahan untuk menurunkan laju erosi pada DAS waduk

  • 7

    Gambar 7. Contoh bangunan sabo untuk menahan angkutan sedimen sungai pada DAS waduk

    Oleh karena itu kedua cara tersebut pada sketsa Gambar 2 diatas diharapkan dapat

    dilaksanakan secara terpadu, dalam upaya mengendalikan angkutan sedimen di sungai. Waduk

    memerlukan pemeliharaan agar proses pendangkalan dapat lebih lambat. Teknologi Sabo

    menjadi alternatif penanganan yang diharapkan mampu mengurangi tingginya laju sedimentasi

    waduk. Dari uraian di atas, teknologi sabo merupakan kombinasi antara pekerjaan yang bersifat

    rekayasa vegetatif dan rekayasa teknik sipil.

    Untuk menanggulangi meningkatnya laju sedimentasi di Waduk perlu dilakukan usaha

    pencegahan dari terjadinya erosi atau terangkutnya material oleh aliran air sungai dari bagian

    hulu. Ada dua sumber sedimen yang terangkut oleh anak-anak sungai yaitu material dasar yang

    membentuk dasar sungai dan material yang datangnya dari tebing-tebing sungai yang longsor.

    Sehingga dalam studi ini usaha umtuk memperkecil alngkutan sedimen yang masuk di Waduk

    direncanakan dengan membuat fasilitas bangunan Sabo.

    Dipilihnya fasilitas bangunan Sabo karena meterial yang ada di sungai-sungai tersebut di

    atas merupakan material yang berupa pasir, kerikil, dan batu-batuan (krakal). Sedangkan untuk

    mengatasi sedimentasi akibat material halus yang asalnya dari erosi permukaan tanah di daerah

    pegunungan maka cara untuk menurunkan terjadinya erosi tersebut dengan pekerjaan

    konservasi seperti reboisasi, cara pengolahan tanah yang benar, pengerjaan tanah menurut garis

    kontour, pembuatan teras dan pembuatan saluran drainase.

  • 8

    Penerapan Produk dan Replikasi oleh Pemangku Kepentingan

    Penerapan Tekno Sabo untuk pengendalian sedimentasi waduk telah ditlaksanakan

    dengan pembuatan Prototipe Bangunan Sabodam di alur K. Lumajang Linggasari, Kecamatan

    Wanadadi, Kabupaten Banjarnegara ternyata berhasil. Prototip bangunan sabo di K. Lumajang

    tersebut dapat dijadikan acuan untuk perencanaan bangunan sabo di lokasi lain di sungai/anak

    sungai pada DAS waduk

    Dari hasil penelitian sebelumnya (2006) yang berupa peta sebaran 47 usulan rencana

    lokasi sabo dam di DAS Waduk Mrica telah digunakan oleh Balai Besar Wilayah Sungai Serayu

    Opak sebagai acuan dalam usaha pengendalian sedimentasi pada sungai-sungai yang berada di

    wilayah kerjanya.

    Gambar 8. Sketsa usulan rencana lokasi sabo dam DAS Waduk Mrica

    Banjarnegara

    Wonosobo

    Stasiun

    Waduk Mrica

    Banjarnegara

    Wonosobo

    Sabodam

    LOKASI USULAN RENCANA

    SABODAM DAS WADUK MRICA

    Waduk Mrica

    Keterangan

    DAS Begaluh

    DAS Serayu Hulu

    DAS Tulis

    DAS Merawu

    DAS Bleber dll