S SEJ 054212 Chapter4 -...
Transcript of S SEJ 054212 Chapter4 -...
51
BAB IV
4848 DALAM PERKEMBANGAN JASA TRANSPORTASI
DI KOTA BANDUNG
Bab ini merupakan analisis dari hasil penelitian terhadap jasa transportasi
4848 dalam menjawab permasalahan yang diuraikan pada bab sebelumnya.
Adapun masalah yang dibahas adalah bagaimana perkembangan jasa transportasi
4848 selama 39 tahun. Pada bagian pertama, penulis membahas tentang latar
belakang berdirinya jasa transportasi 4848, bagaimana gambaran awal kondisi
transportasi di Kota Bandung serta bagaimana peranan Irawan Sarpingi dalam
mendirikan jasa transportasi 4848. Bagian kedua, Kondisi Jasa Transportasi 4848
tahun 1971-2008 yang dapat dilihat dari jumlah armada dan jumlah penumpang.
Bagian ketiga, pengelolaan jasa transportasi 4848 dilihat dari struktur
organisasi dan upaya apa saja yang dilakukan oleh manajemen dalam menghadapi
persaingan usaha. Bagian keempat adalah bagaimana persaingan yang dihadapi
oleh 4848 pasca kemunculan Tol Cipularang dan pada bagian selanjutnya adalah
bagaimana kontribusi Pemerintah Daerah terhadap jasa transportasi.
4.1 Latar Belakang Berdirinya Jasa Transportasi 4848
4.1.1 Gambaran Awal Kondisi Transportasi di Kota Bandung
Jauh sebelum munculnya kendaraan bermotor sebagai alat angkut di jalan-
jalan kota Bandung, masyarakat Bandung menggunakan alat angkut tradisional
untuk berpergian atau mengangkut barang seperti hasil-hasil perkebunan dan
52
pertanian. Perkembangan transportasi di Kota Bandung tidak bisa dilepaskan
dariGrote Postweg yang dibangun oleh H.W Deandles, Gubernur Jenderal Hindia
Belanda pada tahun 1890. Grote Postweg menggantikan fungsi jalan setapak
penghubung Batavia dengan Nagorij Bandong yang sudah ada sejak sebelum
tahun 1786. Dibangunnya jalan itu menyebabkan transpotasi di Kota Bandung
semakin berkembang pesat.
Alat angkut tertua setelah tandu (pelangkin), sapi atau kerbau dan kuda
adalah pedati yang berbentuk kotak kayu besar yang diberi roda kayu di kiri dan
kanannya. Pedati umumnya ditarik oleh seekor atau dua ekor sapi atau kerbau dan
diberi atap untuk sarana peneduh dan pelindung dari hujan, di Bandung bentuk
atap pedatinya datar atau berbentuk segitiga. Tahun 1920-an pedati sudah
menggunakan roda berjari-jari dan ditarik oleh kuda. Muncul pula gerobak pendek
yang hanya berdinding di kedua sisinya, yang ditarik atau didorong oleh manusia
untuk angkutan barang.
Alat transportasi tradisional yang muncul setelah pedati adalah kereta
kuda, cukup banyak jenis kereta kuda yang berlalu-lalang di kota Bandung
“tempo doeloe”. Kereta kuda yang bernama bendi merupakan kereta kuda yang
kelihatannya murni diadaptasi dari kereta kuda yang digunakan sebagai alat
transportasi di Belanda. Pengguna bendi pada umumnya adalah orang-orang
Belanda, warga asing, para menak atau priyayi, pejabat pemerintahan, para
saudagar dan orang kaya Bandung tempo doeloe.
Kereta kuda yang dikembangkan dari bendi adalah kereta kuda dengan
empat roda berjari-jari (ukuran roda depan lebih kecil dari pada roda belakang)
53
dan berbentuk seperti kotak besar. Kusir duduk di bagian depan, di luar ruang
kereta kuda. Ada juga kereta kuda yang masih mirip sekali dengan bendi tetapi
berukuran besar tanpa penutup dan beroda empat. Penumpang duduk berhadap-
hadapan dalam arah depan belakang kereta kuda. Model kereta kuda berbentuk
kotak juga digunakan oleh Dinas Pos sebagai kereta kuda pos. Kereta kuda
berbentuk kotak berukuran besar di Batavia disebut kereta kuda pelangkin.Bentuk
kereta kuda itu pada masa pemerintahan Inggris tahun 1811-1816 diberi julukan
dog car (dokar) dan andong (Yogyakarta) sekarang ini.
Bila dilihat dari asal kata sado sebagai nama kereta kuda yang berasal dari
kata bahasa Perancis Dos a dos, maka dapat diduga kereta kuda jenis itu muncul
ketika Hindia Belanda berada di bawah pemerintahan Perancis dengan Gubernur
Jenderal H.W Daendles (1808-1811). Nama Dos a dos kemudian dikenal dengan
nama sados dan menjadi sado sampai sekarang. Sado di Bandung dan sekitarnya
dengan bentuk papan tempat menaiki sado dan dudukan kaki penumpang yang
datar serta cukup lebar disebut Kahar.Kahar adalah sado yang dikhususkan untuk
mengangkut penumpang dan barang. Kapasitas penumpang sado yang sedikit
membuat seorang Belanda bernama Ir. C.T Deeleman di pinggiran Batavia
menciptakan kereta kuda dengan kapasitas yang lebih banyak pada tahun 1840-an
yang disebut deeleman atau delman.
Menurut R.Moech.A. Affandi dalam bukunya Bandung Baheula 1 (Guna
Utama, 1969), ada kereta kuda bernama kereta balon, yang bernama kereta balon
adalah kahar balon di Batavia yang disebut sebagai kereta kuda EBRO (Eerste
Bataviasche Rijtuig Onderneming- Perusahaan Kereta Pertama Batavia), karena
54
sisi depan dan belakang kereta kuda yang digunakan berbentuk membulat.
Haryoto Kunto dalam bukunya Wajah Bandung Tempo Doeloe (Granesia,1984)
menyebutkan keberadaan kereta kuda dengan nama kereta sekjin (Katam, 2006:
268-273).
Alat transportasi berikutnya yang muncul di Bandung adalah sepeda atau
disebut kereta angin.Pada tahun 1890 sepeda pertama kali masuk ke Hindia
Belanda. Tahun 1890-an sepeda motor pertama masuk ke Hindia Belanda dengan
merek Hindelbrand Und Wolfmuller buatan tahun 1893. Pada saat itu sepeda
motor dijuluki masyarakat sebagai kereta setan karena suaranya keras dan berjalan
sangat kencang. Mobil yang akan diperjualbelikan pertama kali masuk ke Hindia
Belanda tahun 1903 melalui Tanjung Priok dan kemudian dalam waktu singkat
mobil sudah banyak berkeliaran di Batavia dan Bandung. Bandung adalah pusat
kota perkebunan hasil bumi penting, yang dihuni oleh para konglomerat
perkebunan dan perdagangan ketika itu. Tahun 1904, keluarga Kerkhoven,
Boscha, Mollinger yang dikenal sebagai Preanger Planters sudah mengendarai
mobil uap merek Serpollet dan mobil bensin merek Darracq di jalan-jalan Kota
Bandung dan jalan di pegunungan sekitar Bandung (Katam dan Lulus Abadi,
2005: 208).
Transportasi di dalam Kota Bandung sudah ada pada tahun 1930-an yaitu
dengan mobil angkutan penumpang dan pada tahun itu pula Bandung sudah
memiliki bus angkutan kota di dalam dan keluar Kota Bandung. Daya tarik Kota
Bandung memang menjadi salah satu alasan dari perkembangan transportasi yang
terus tumbuh pesat menyesuaikan dengan kebutuhan para
wisatwan yang ingin mengunjungi Kota Bandung.
Bus yang digunakan di dalam dan keluar Kota Bandung tahun 1930
Sumber : data diolah dari bandungtempodulu
Setelah munculnya alat transportasi darat berupa alat angkut tradisional,
mobil, dan bis kemudian t
dengan jalur kereta api Batavia
diresmikan pada tanggal 17 Mei 1884. Stasiun kereta api di
(Sekarang Jl. Setasiun Barat) dibangun pada tahun 1884 dengan gaya arsitektur
campuran Kolonial dan Cina. Jalur jalan kereta api membuka kot
meningkatkan denyut perekonomian kota. Pada tahun 1920
jembatan dengan rekontruksi baja di priangan yang membuat keindahan dan
panorama priangan terlihat sangat indah. Pada tahun 1920
digunakan yaitu tipe
khusus untuk penggunaan di daerah pegunungan. Lokomotif itu oleh warga
terus tumbuh pesat menyesuaikan dengan kebutuhan para Preanger Planter
wisatwan yang ingin mengunjungi Kota Bandung.
Gambar 4.1 Bus yang digunakan di dalam dan keluar Kota Bandung tahun 1930
Sumber : data diolah dari tempodulu.com/transportasi..html
Setelah munculnya alat transportasi darat berupa alat angkut tradisional,
mobil, dan bis kemudian transportasi darat lainnya yang muncul adalah kereta api
alur kereta api Batavia-Bandung milik Staatspoor en Tramweggen
diresmikan pada tanggal 17 Mei 1884. Stasiun kereta api di Spoortstraat West
(Sekarang Jl. Setasiun Barat) dibangun pada tahun 1884 dengan gaya arsitektur
campuran Kolonial dan Cina. Jalur jalan kereta api membuka kot
meningkatkan denyut perekonomian kota. Pada tahun 1920-an sudah dibangun
jembatan dengan rekontruksi baja di priangan yang membuat keindahan dan
panorama priangan terlihat sangat indah. Pada tahun 1920-an lokomotif yang
digunakan yaitu tipe Mallet 1D+D buatan Amerika Serikat yang bertenaga besar
khusus untuk penggunaan di daerah pegunungan. Lokomotif itu oleh warga
55
Preanger Planter dan
Bus yang digunakan di dalam dan keluar Kota Bandung tahun 1930-an
Setelah munculnya alat transportasi darat berupa alat angkut tradisional,
yang muncul adalah kereta api
Staatspoor en Tramweggen,
Spoortstraat West
(Sekarang Jl. Setasiun Barat) dibangun pada tahun 1884 dengan gaya arsitektur
campuran Kolonial dan Cina. Jalur jalan kereta api membuka kota Bandung dan
an sudah dibangun
jembatan dengan rekontruksi baja di priangan yang membuat keindahan dan
an lokomotif yang
uatan Amerika Serikat yang bertenaga besar
khusus untuk penggunaan di daerah pegunungan. Lokomotif itu oleh warga
56
Bandung disebut dengan nama Si Gomar. Lokomotif itu masih digunakan sampai
tahun 1960-an, terutama untuk jalur di luar lintasan utama seperti jalur Banjar-
Pangandaran atau jalur pendek seperti Cibatu-Bandung. Keberadaan transportasi
kereta api menyebabkan orang asing terutama orang Eropa dan Belanda dari luar
Bandung sering datang ke Bandung (Katam, 2006: 281- 292).
Angkutan udara dimulai pada saat Lapangan Terbang Andir untuk
kepentingan militer pada tahun 1920, hangar pesawatnya didirikan tahun 1921,
dan peresmian penggunaan lapangan terbang militer ini terjadi pada tahun 1925.
Pada tahun 1920-an, Lapangan Terbang Andir sudah dilengkapi dengan fasilitas
perbaikan pesawat. Perusahaan penerbangan yang mengangkut penumpang dan
atau surat ke Andir,antara lain: Nederland Indie Post, Telegraaf en Telefoondist
(1923), Pelikan (1933), Postjager (1934), Uiver (1934), dan Koninklikjke
Luchtvaart Maatschappij-KLM, Konninkllijke Nederland Indie Luchtvaart
Maatschappij (KNILM) (Katam dan Lulus Abadi, 2005: 212-213).
Bandung yang dikenal sebagai Paris Van Java mendorong munculnya
sarana transportasi didukung dengan pertumbuhan penduduk terutama periode
1950-1960-an yang terus meningkat dan disebabkan oleh tingkat urbanisasi yang
relatif tinggi. Kota Bandung kemudian menjadi pusat berbagai kegiatan, baik
sosial, budaya, ekonomi dan politik. Hal itu menimbulkan banyak lapangan kerja
tersedia sehingga menjadi salah satu daya tarik bagi penduduk luar Bandung
untuk datang. Selain itu, adanya dorongan sosial-ekonomi, sosial-psikologis,
perkembangan fungsi kota, dan penambahan prasarana serta sarana kota telah
mendorong adanya mobilitas penduduk ke Kota Bandung (Ekadjati, 1985: 80).
57
Pada tahun 1950-an transportasi di dalam Kota Bandung sudah jarang
ditemukan pedati sapi dan gerobak dorong. Kedua alat angkut tersebut masih
banyak ditemukan di daerah pinggiran kota Bandung dan di daerah pedesaan.
Tahun 1950-an sampai akhir tahun 1960-an sepeda motor bersilinder kecil yang
merajai kota Bandung antara lain dengan merek Mobylet, Kreidler, Ducati, NSU,
Zundapp, DKW, Vicky, Lambreta, Vespa, dan motor bersilinder besar seperti
Harley Davidson, Triumph, Norton, Ariel, Matchless, Sunbeam, Jawa, BSA, Puch,
Union, dan BMW. Akhir tahun 1960-an muncul sepeda motor buatan Jepang
seperti Toyopet, Yamaha, Honda, Suzuki, Yamaguchi, Kawasaki yang kemudian
berjaya di pasar sepeda motor di Indonesia dan mengubur sepeda motor merek-
merek terdahulu.
Awal tahun 1960-an pedati mulai muncul kembali, tetapi sudah ditarik
oleh kuda dan ada yang sudah menggunakan ban mobil. Masyarakat Bandung
menamakan pedati ini dengan nama gerobak kuda. Keberadaan gerobak kuda
cukup banyak di Kota Bandung, sama halnya dengan banyaknya mobil sedan
Chevrolet Impala yang merupakan mobil mewah saat itu. Becak merupakan alat
angkut tradisional terakhir yang muncul di Kota Bandung. Tidak diketahui jelas
mengenai sejarah kemunculannya, namun nama becak berasal dari Bahasa Cina,
yaitu Be Tjiak atau Bo Tjiak Menurut Almanak Betjak terbitan Medan, yang sama-
sama artinya kereta kuda (Katam, 2006: 268).
Gerobak Kuda dan Becak sebagai alat transportasi tahun 1950
Sumber: data diolah dari bandungtempodulu
Pada tahun 1950
DAMRI (Djawatan Angkoetan Motor Repoeblik Indonesia) dengan jenis mobil
otobis. Bis DAMRI melayani jalur angkutan
Alun-alun-Dago. Terminal bis DAMRI sudah dilengkapi dengan loket pembelian
karcis bis dan tempat penumpang menunggu bis. Pada tahun 1950
angkutan penumpang DAMRI terdapat di Jl. Cikapundung Timur. Pada tahun
pula alun-alun selatan digunakan sebagai terminal kendaraan angkutan dalam kota
dan kereta sado serta delman namun lalu lintas pada tahun itu bisa dikatakan sepi
(Katam dan Lulus Abadi, 2005: 210
Transportasi udara yang dilaksanakan oleh Lapangan
kemudian diberi nama Lapangan Husein Sastranegara pada tahun 1950
dipergunakan sebagai pangkalan komersil. Industri Pesawat Terbang Nurtanio,
yang kemudian berganti nama menjadi Industri Pesawat Terbang Nusantara
Gambar 4.2 Gerobak Kuda dan Becak sebagai alat transportasi tahun 1950
Sumber: data diolah dari tempodulu.com/transportasi..html
Pada tahun 1950-an, angkutan penumpang dalam kota dilaksanakan oleh
DAMRI (Djawatan Angkoetan Motor Repoeblik Indonesia) dengan jenis mobil
otobis. Bis DAMRI melayani jalur angkutan Cicadas-Alun-alun, Alun
Dago. Terminal bis DAMRI sudah dilengkapi dengan loket pembelian
karcis bis dan tempat penumpang menunggu bis. Pada tahun 1950
angkutan penumpang DAMRI terdapat di Jl. Cikapundung Timur. Pada tahun
alun selatan digunakan sebagai terminal kendaraan angkutan dalam kota
dan kereta sado serta delman namun lalu lintas pada tahun itu bisa dikatakan sepi
(Katam dan Lulus Abadi, 2005: 210-211).
Transportasi udara yang dilaksanakan oleh Lapangan
kemudian diberi nama Lapangan Husein Sastranegara pada tahun 1950
dipergunakan sebagai pangkalan komersil. Industri Pesawat Terbang Nurtanio,
yang kemudian berganti nama menjadi Industri Pesawat Terbang Nusantara
58
Gerobak Kuda dan Becak sebagai alat transportasi tahun 1950-an
an, angkutan penumpang dalam kota dilaksanakan oleh
DAMRI (Djawatan Angkoetan Motor Repoeblik Indonesia) dengan jenis mobil
alun, Alun-alun-Andir,
Dago. Terminal bis DAMRI sudah dilengkapi dengan loket pembelian
karcis bis dan tempat penumpang menunggu bis. Pada tahun 1950-an terminal
angkutan penumpang DAMRI terdapat di Jl. Cikapundung Timur. Pada tahun itu
alun selatan digunakan sebagai terminal kendaraan angkutan dalam kota
dan kereta sado serta delman namun lalu lintas pada tahun itu bisa dikatakan sepi
terbang Andir
kemudian diberi nama Lapangan Husein Sastranegara pada tahun 1950-an, yang
dipergunakan sebagai pangkalan komersil. Industri Pesawat Terbang Nurtanio,
yang kemudian berganti nama menjadi Industri Pesawat Terbang Nusantara
(IPTN), didirikan pada tanggal 23 Agustus 1976 di lingkungan Bandar Udara
Husein Sastranegara. Nama IPTN kemudian diubah menjadi PT. Dirgantara
Indonesia pada tanggal 23 Agustus 2000.
Suasana alun-alun Bandung yang digunakan penumpang sebagai tempat
Sumber : data diolah dari bandung
4.1.2 Peranan Irawan Sarpingi
Sebelum menjelaskan mengenai perkembangan jasa transportasi 4848
akan lebih baik bila mengetahui tokoh dibalik 4848 yang sangat berjasa bagi
perkembangan jasa transportasi di Kota Bandung, tokoh tersebut adalah Irawan
Sarpingi. Tingginya tingkat mobilitas
mencetuskan ide cemerlang dari seorang Irawan Sarpingi yang bekerja di Jakarta
untuk menciptakan sebuah jasa transportasi yang efekif. Saat itu alat transportasi
ada tanggal 23 Agustus 1976 di lingkungan Bandar Udara
Husein Sastranegara. Nama IPTN kemudian diubah menjadi PT. Dirgantara
Indonesia pada tanggal 23 Agustus 2000.
Gambar 4.3 alun Bandung yang digunakan penumpang sebagai tempat
menunggu DAMRI
Sumber : data diolah dari bandungtempodulu.com/transportasi..html
4.1.2 Peranan Irawan Sarpingi dalam Mendirikan Jasa Transportasi 4848
Sebelum menjelaskan mengenai perkembangan jasa transportasi 4848
akan lebih baik bila mengetahui tokoh dibalik 4848 yang sangat berjasa bagi
perkembangan jasa transportasi di Kota Bandung, tokoh tersebut adalah Irawan
Sarpingi. Tingginya tingkat mobilitas dari dan menuju Kota Bandung kemudian
mencetuskan ide cemerlang dari seorang Irawan Sarpingi yang bekerja di Jakarta
untuk menciptakan sebuah jasa transportasi yang efekif. Saat itu alat transportasi
59
ada tanggal 23 Agustus 1976 di lingkungan Bandar Udara
Husein Sastranegara. Nama IPTN kemudian diubah menjadi PT. Dirgantara
alun Bandung yang digunakan penumpang sebagai tempat
Jasa Transportasi 4848
Sebelum menjelaskan mengenai perkembangan jasa transportasi 4848
akan lebih baik bila mengetahui tokoh dibalik 4848 yang sangat berjasa bagi
perkembangan jasa transportasi di Kota Bandung, tokoh tersebut adalah Irawan
dari dan menuju Kota Bandung kemudian
mencetuskan ide cemerlang dari seorang Irawan Sarpingi yang bekerja di Jakarta
untuk menciptakan sebuah jasa transportasi yang efekif. Saat itu alat transportasi
60
yang biasa digunakan untuk keluar kota adalah kereta api dan bis. Jadwal bis dan
kereta api yang tidak memiliki waktu tetap kemudian menimbulkan
ketidaknyamanan bagi masyarakat yang membutuhkan alat transportasi setiap
waktu. Keadaan tersebut membuat Irawan Sarpingi berpikir untuk mencari
bagaimana cara mendapatkan moda transportasi yang memiliki jadwal fleksibel
dan bisa mengantarkannya ke Bandung atau Jakarta setiap waktu dan tanpa harus
mendatangi stasiun atau terminal. Ketidaknyamanan tersebut ternyata tidak hanya
dirasakan oleh Irawan Sarpingi namun juga bagi orang-orang yang pulang pergi
ke Bandung dan Jakarta.
Berawal dari sebuah Chevrolet suburban miliknya yang sering digunakan
oleh Irawan Sarpingi, beberapa temannya mulai ikut menumpang menuju
Bandung atau Jakarta setiap minggunya. Berawal dari hanya menumpang
kemudian Irawan Sarpingi mencoba untuk meminta biaya bahan bakar sebelum
mengantarkan teman-temannya ke tempat tujuan masing-masing. Tanggapan dari
teman-temannya beragam, ada yang menyetujuinya tetapi ada juga yang tidak.
Biaya yang diminta saat itu hanyalah biaya untuk bahan bakar selama perjalanan
saja, namun karena saat itu jarang sekali orang yang memiliki kendaraan maka
ketika selanjutnya Irawan Sarpingi menentukan biaya tidak hanya untuk membeli
bahan bakar tetapi untuk mendapatkan keuntungan, teman-temannya tidak merasa
keberatan karena menganggapnya sebagai biaya perjalanan Bandung-Jakarta atau
sebaliknya dengan menggunakan bis atau kereta api (Hasil wawancara dengan
Udin Sarpingi tanggal 12 Oktober 2010).
61
Jiwa kewirausahaan Irawan Sarpingi kemudian muncul saat melihat
kondisi tersebut dan berpikir bagaimana menjadikannya sebagai suatu peluang
untuk membuat lahan usaha baru yang akan dikembangkan selanjutnya. Peluang
tersebut kemudian mulai dijalankan secara serius pada tahun 1960 dan diberi
nama 4848 yang diambil dari tanggal berdirinya yaitu tanggal 4 bulan Agustus
tahun 1960. 4848 ditetapkan sebagai nama jasa transportasi agar mudah diingat
oleh masyarakat. Usaha jasa transportasi itu menawarkan sistem door to door atau
sistem yang melayani jasa antar-jemput penumpang dari rumah ke rumah. Sistem
tersebut digunakan sebagai sesuatu yang membuat usaha jasa transportasinya
menjadi berbeda dan menarik di mata masyarakat. Sistem door to door itu
kemudian menjadi sesuatu yang sangat dibutuhkan masyarakat karena dapat
memberikan kenyamanan dan kemudahan dalam melakukan perjalanan. Pada
awalnya rute perjalanan 4848 hanya melayanai tujuan Bandung-Jakarta karena
dinilai oleh Irawan Sarpingi memiliki tingkat mobilitas yang sangat tinggi karena
Jakarta memiliki lapangan kerja yang luas sehingga masyarakat banyak yang
mencari pekerjaan di Jakarta.
Menjalankan usaha jasa transportasi yang belum dikenal oleh masyarakat
bukanlah suatu hal yang mudah. Tantangan tersebut terlihat dari modal yang
dibutuhkan untuk menambah armada yang dimiliki. Irawan Sarpingi berupaya
untuk mencari cara bagaimana mendapatkan modal atau orang yang mau
menitipkan mobilnya untuk digunakan sebagai mobil usaha antar-jemputnya.
Tidak mudah ternyata untuk mendapat kepercayaan dari orang lain untuk mau
bekerja sama dalam mengembangkan usaha jasa transportasi 4848. Hal itu
62
ditunjang dengan keadaan sosial ekonomi pada tahun 1960 yang belum stabil.
Bentuk usaha jasa transportasi yang baru itu ternyata tidak mampu mendongkrak
kepercayaan dari orang lain bahkan sebagian orang yang kemudian memandang
bahwa usaha jasa transportasi itu tidak akan bisa berkembang. Irawan Sarpingi
kemudian tidak putus asa dengan keadaan tersebut bahkan terus berpikir dan
mencari cara bagaimana untuk mendapatkan kepercayaan dan modal untuk
mengembangkan usahanya. Kepercayaan dari keluarga mampu membuat Irawan
Sarpingi yakin bahwa usaha itu mampu berkembang. Beberapa anggota keluarga
kemudian ada yang ikut menyimpan modalnya untuk membeli mobil tetapi ada
pula yang menitipkan mobilnya untuk digunakan sebagai armada tambahan. Pada
tahun 1970, armada yang dimiliki 4848 mencapai 10 unit kendaraan.
Promosi kemudian dilakukan oleh Irawan Sarpingi untuk menarik lebih
banyak penumpang. Upaya yang dilakukan untuk memperkenalkan usahanya
adalah dengan informasi dari ‘mulut ke mulut’. Berawal dari hanya lingkungan
kerja kemudian informasi tersebut menyebar ke masyarakat luas. Bermodal
dengan pelayanan antar-jemput yang menjadi ikon maka informasi tersebut
menyebar dan mampu menarik penumpang untuk menggunakan jasa 4848.
Pertambahan armada 4848 juga menimbulkan tantangan lainnya yaitu
bagaimana untuk mendapatkan penumpang dengan tidak hanya mengandalkan
informasi ‘dari mulut ke mulut’ tetapi dengan cara mencari tempat untuk
mendapatkan penumpang yang lebih banyak lagi. Melihat keramaian orang yang
mencari kendaraan untuk melakukan perjalanan dari Bandung ke Jakarta maka
Irawan Sarpingi memilih terminal dan stasiun untuk mendapatkan penumpang
63
pada tahun 1971. Ide tersebut kemudian mendapatkan hasil yang memuaskan
dengan bertambahnya penumpang yang menggunakan jasa 4848. Kesempatan itu
kemudian tidak disia-siakan dengan memberikan pelayanan terbaik bagi
penumpang. Penumpang yang merasa puas terhadap sistem door to door membuat
4848 semakin dikenal dan semakin mengokohkannya sebagai pelopor jasa
transportasi di Kota Bandung.
Kreatifitas Irawan Sarpingi terlihat pada kemampuannya dalam melihat
berbagai peluang usaha dan mampu merealisasikannya menjadi sebuah lahan
usaha yang dapat memberikan keuntungan tidak hanya bagi Irawan Sarpingi
namun bagi masyarakat luas Kota Bandung. Usaha yang digeluti dalam bidang
jasa transportasi tersebut terlahir dari pengalaman dirinya yang mengalami
kesulitan mendapatkan transportasi yang efektif. Kreatifitas lainnya yang muncul
adalah pada saat Irawan Sarpingi memberanikan diri untuk meminta biaya bahan
bakar kepada teman-temannya dan kemudian mulai mencari keuntungan. Pada
saat membutuhkan modal untuk menambah armadanya, Irawan Sarpingi
menunjukan kreatifitasnya dengan menjadikan keluarganya sebagai penanam
modal ditengah krisis kepercayaan dari orang lain yang tidak mau menanamkan
modalnya. Inovasi yang dilakukannya adalah dengan menjadikan door to door
sebagai ikon dari jasa transportasi yang diciptakannya.
64
4.2 Kondisi Jasa Transportasi 4848 Antara Tahun 1971-2005
4.2.1 Jasa Transportasi 4848 Menjadi Sebuah Badan Usaha
Perusahaan jasa 4848 resmi menjadi badan usaha berdasarkan akta Notaris
Koswara, SH Nomor 31 Tanggal 8 April 1971. Dengan akta pendirian perusahaan
tersebut, nama perusahaan berubah menjadi PT. 4848 Irawan Sarpingi. Perubahan
4848 menjadi sebuah badan usaha dilakukan untuk melindungi pemegang saham
dan modal untuk mengembangkan usaha jasa transportasi. PT. 4848 Irawan
Sarpingi kemudian memiliki kantor di Jalan Trunojoyo No.20 Bandung dengan
nomor telepon 4848.
Dengan berkembangnya kegiatan usaha tersebut menjadi sebuah badan
usaha, 4848 semakin menyadari bahwa sarana angkutan penting bagi masyarakat.
Dari waktu ke waktu, kebutuhan masyarakat akan adanya sarana angkutan terus
meningkat karena masyarakat membutuhkan sarana transportasi yang efektif dan
mampu memberikan kenyamanan bagi para penumpangnya. Untuk melayani
kebutuhan masyarakat terhadap sarana transportasi itulah yang kemudian menjadi
visi bagi 4848.
Dalam kegiatan usahanya, 4848 mengemban misi, yaitu :
1. Penyediaan sarana angkutan yang ditunjukan untuk pelayanan terhadap
kebutuhan masyarakat umum
2. Walaupun sangat terbatas, namun dalam operasional kegiatan usahanya
4848 membantu menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat.
Pada tahun 1971 mulai muncul persaingan dengan usaha jasa transportasi
baru yang mengikuti kesuksesan dari PT. 4848 Irawan Sarpingi yaitu Pelita,
65
Media, Parahyangan, Metro, Paripurna dan Aneka taksi dengan rute perjalanan
yang sama yaitu Jakarta-Bandung. Melihat persaingan mulai bermunculan, 4848
tidak mengalami hambatan yang sangat berarti karena telah memiliki penumpang
setia yang selalu menggunakan jasanya.Setelah merasa menjadi kuat sebagai
perusahaan jasa transportasi yang sudah dikenal masyarakat, PT. 4848 Irawan
Sarpingi mulai merambah usahanya dengan membuat rute baru selain ke Jakarta
yaitu Tasik dan Garut. Meskipun mobilitas masyarakat dari kota tersebut ke
Bandung maupun sebaliknya tidak begitu tinggi seperti mobilitas masyarakat dari
Bandung-Jakarta tetapi PT. 4848 Irawan Sarpingi merasa yakin jasa transportasi
itu dapat membantu mobilitas masyarakat daerah tersebut. Munculnya rute tujuan
baru itukemudian mendapat respon yang sangat baik dari masyarakat,dalam
waktu yang singkat PT.4848 Irawan Sarpingi dapat terus mengembangkan
rute/trayeknya hingga ke wilayah Sumatera dan Jawa Tengah. Nama PT.4848
Irawan Sarpingi sebagai jasa usaha transportasi semakin dikenal sebagai pelopor
jasa transportasi di Kota Bandung.
Pada Tahun 1971, PT. 4848 Irawan Sarpingi merambah usahanya ke jasa
pengiriman barang yaitu jenis pelayanan jasa angkutan untuk menerima,
membawa/mengangkut dan mengantarkan barang titipan dari pengirim kepada
penerima dengan memungut biaya. Barang yang dimaksud adalah barang
cetakan/dokumen, surat kabar, bungkusan kecil, paket dan uang. Jasa pelayanan
tersebut biasa dikenal pengiriman barang. Peluang tersebut terlihat dari banyaknya
penumpang atau masyarakat yang menitipkan barang kepada PT. 4848 Irawan
Sarpingi menuju kota tujuan masing-masing yang kemudian dimanfaatkan
66
menjadi sebuah jasa pengiriman barang yang dapat memberikan keuntungan
kepada perusahaan.
Berubahnya 4848 menjadi Perseroan Terbatas membuat 4848 mengalami
kemajuan yang sangat pesat dan menjadi perusahaan besar dengan menciptakan
berbagai bentuk usaha jasa baru untuk membantu masyarakat dalam jasa
transportasi. Masyarakat juga semakin memberikan kepercayaan terhadap 4848
sehingga semakin banyak yang menggunakan jasa tersebut.Nama 4848 kemudian
menjadi sesuatu yang tidak asing dikenal oleh masyarakat luas.
4.2.2 Perkembangan PT. 4848 Irawan Sarpingi Tahun 1981-2008
Berdasarkan akta pendirian perusahaan No.5 tanggal 20 Januari 1981 atas
nama Notaris Koswara, SH dan surat izin usaha dari Dinas Pariwisata Pos dan
Telekomuniksi Nomor 351/DPI/BIN/PP/1981 tanggal 23 April 1981 serta surat
izin pengusahaan jasa titipan dari Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi
Nomor 087/SIPJT/DIRJEN/1997 yang ditetapkan di Jakarta tanggal 15 Mei 1997,
4848 bergerak pada bidang usaha pelayanan jasa angkutan darat. Layanan jasa
yang ditawarkan oleh 4848 dikhusukan pada angkutan jalan raya, yang meliputi :
1. Angkutan Penumpang/Taksi
Pelayanan jasa angkutan penumpang pada 4848 dikenal dengan 4848
Taksi yang dibagi kedalam dua jenis layanan, yaitu :
a. Layanan taksi dalam kota, yaitu jenis pelayanan yang mengkhususkan
melayani angkutan penumpang dalam kota. Layanan taksi dalam kota
biasa disebut taksi argo.
67
b. Layanan taksi luar kota (Travel), yaitu jenis pelayanan yang dikhususkan
melayani penumpang untuk pemberangkatan ke luar kota sesuai
rute/trayek yang terdapat dalam jangkauan 4848.
2. Angkutan Barang/Jasa Pengiriman Barang.
Adanya akta notaris tersebut membuat bidang usaha pelayanan jasa
transportasi 4848 diakui secara hukum. Diakuinya bidang usaha pelayanan itu
membuat 4848 semakin percaya diri dalam memberikan pelayanan terhadap
masyarakat sehingga masyarakat merasa nyaman dan percaya terhadap berbagai
jasa yang ditawarkan.
Pelayanan yang diberikan kepada masyarakat itu kemudian membuat
PT.4848 terus berkembang dan dikenal oleh masyarakat. Pada tahun 1987,
Usahanya merambah ke jasa layanan taksi dengan memunculkan taksi dalam kota
yang menggunakan argo meter pertama di Bandung. Kemunculan taksi argo meter
memberikan kemudahan kepada masyarakat pada saat itu. Kemudahan,
kenyamanan dan tarif yang relatif terjangkau membuat permintaan terhadap jasa
layanan taksi meningkat. Pada awal kemunculannya pada tanggal 27 oktober 1987
hanya memiliki 10 unit dan terus bertambah pada tahun 1988 dengan membeli
120 taksi argo dalam kota. Jasa Taksi ini kemudian mengalami persaingan seiring
munculnya taksi lainnya di tahun 1989 yaitu taksi Kota Kembang, Bandung Raya.
Hingga tahun 1992, 4848 memiliki 220 unit taksi argometer yang bekerja selama
24 jam sehari. Omset taksi argo mencapai 57.000/hari dengan harga sekitar 2.000-
5.000/taksi.
68
Perkembangan pada usaha jasa antar jemput penumpang juga terus
mengalami peningkatan. Pada kurun waktu 1980-1990 jasa transportasi antar kota
4848 dapat mengangkut hingga 2000 orang/hari untuk rute Jakarta-Bandung saja.
Untuk ke luar kota Bandung selain Jakarta, penumpang 4848 bisa mencapai 1000-
1500 orang/hari. Pada saat kurun waktu tersebut 4848 mengalami kemajuan yang
sangat pesat, karyawan yang dimiliki 4848 bahkan hingga mencapai 400 orang.
Perkembangan tersebut sangat terlihat jelas padahal pada tahun yang sama muncul
persaingan dengan jasa transportasi sejenis tetapi dengan pelayanan yang
diberikan dan penumpang yang tetap setia masih menggunakan 4848 maka
persaingan tidak begitu terasa bahkan Irawan Sarpingi mampu terus
mengembangkan usahanya dengan membuka rute trayek ke wilayah lainnya dan
mendapat respon positif dari masyarakat. Kemudahan tersebut didukung oleh
tidak adanya persaingan di wilayah trayek baru sehingga mampu memberikan
keuntungan lebih dan kemudian mampu berkembang seperti trayek Bandung-
Jakarta padahal trayek baru tersebut tidak memiliki tingkat mobilitas yang begitu
tinggi. Keberanian dalam memperluas usahanya tersebut bermodalkan dari 4848
sebagai sebuah badan usaha sehingga meyakinkan masyarakat untuk
menggunakan jasa transportasinya.
Untuk lebih jelasnya di bawah ini merupakan tabel mengenai
perkembangan 4848 dilihat dari tahun, jumlah penumpang yang menggunakan
4848 sebagai berikut:
69
Tabel 4.1 Jumlah Penumpang 4848
Tahun Tujuan Jumlah Penumpang 1970 – 1980
Bandung - Jakarta P.P 288 – 600 orang/hari Rute Lain P.P
1981 – 1990
Bandung - Jakarta P.P 2.000 orang / hari Rute Lain P.P 1.000 – 1.500orang/hari
1991 – 2000
Bandung - Jakarta P.P 840 – 1000 orang/hari Rute Lain P.P 1.000 – 1500 orang/hari
2001-2005
Bandung - Jakarta P.P 280 – 560 orang/ hari Rute Lain P.P
2006-2008 Bandung - Jakarta P.P 86 – 150 orang/hari Rute Lain P.P 240 – 300 orang/ hari
Sumber : diolah dari wawancara dengan manajer HRD 4848 Koriyanto pada tanggal 24 Mei 2010.
Dari tabel jumlah penumpang itu bisa dilihat penurunan dan kenaikan
yang terjadi setiap 10 tahunnya. Pada awal kemunculan dan perkembangannya,
ditunjang dengan jumlah armada yang masih minim maka jumlah penumpang
yang dapat terangkutpun hanya sekitar 288-600 orang per hari. Pada saat itu
tujuan lain diluar Bandung–Jakarta masih memiliki sedikit agen yaitu Tasik dan
Garut. Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, di tahun 1971, 4848 mulai
mencari penumpang di stasiun sehingga penumpang sudah mulai menggunakan
4848 dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 1981-1990 dapat terlihat
bahwa jumlah penumpang melonjak tajam seiring dengan pertambahan armada
dan semakin tingginya permintaan dari masyarakat, saat tahun 1981-1990 agen
4848 semakin berkembang hingga Bandar Lampung, sebagian kota di Jawa
Tengah dan Jawa Timur bahkan sampai ke Bali omset yang bisa didapatkan bisa
lebih dari 15 juta perhari.
Penurunan mulai terlihat pada tahun berikutnya karena mulai maraknya
jasa transportasi sejenis, hanya saja hal itu berlaku pada tujuan Jakarta-Bandung
70
saja, sedangkan untuk tujuan lainnya masih relatif stabil.Hal itu disebabkan oleh
tidak ada persaingan di rute wilayah timur Jawa Barat lainnya. Pada tahun 2001-
2005 jumlah penumpang semakin menurun drastis dari tahun sebelumnya
disebabkan oleh menurunya permintaan dari masyarakat akan jasa transportasi
4848.
Peningkatan dan penurunan jumlah penumpang 4848 juga dipengaruhi
oleh armada yang dimiliki untuk memenuhi permintaan masyarakat, adapun
jumlah armada yang dimiliki oleh 4848 dapat dilihat dari tabel berikut ini
Tabel 4.2 Jumlah Armada 4848
Tahun Jumlah Jenis Kendaraan Persentase jumlah kendaraan yang beropersi
1960 1 unit Chevrolet Suburban 100% 1969 10 unit - 100 % 1977 20 unit - 75 % 1989 82 unit Holden Kingwood dan
Belmont 75 %
1994 70 unit Mitsubishi L300 dan Ford Laser
50 %
2000 50 unit Mitsubishi dan Kijang 40 % 2005 40 unit KIA Pregio, KIA carens,
Suzuki APV dan Kijang Inova
30 %
2008 35 unit KIA Pregio, KIA carens, Suzuki APV,Kijang Inova
30 %
Sumber : Data diolah dari arsip daftar kendaraan PT. 4848 Irawan Sarpingi tanggal 31 Desember 2005 dan hasil wawancara dengan Koriyanto.BC.An tanggal 18 Juli 2010.
Dari tabel mengenai jumlah armada yang dimiliki oleh 4848 dapat
disimpulkan bahwa jumlah armada 4848 terus menurun setiap tahunnya.
Penurunan tersebut diiringi dengan menurunnya jumlah kendaraan yang
beroperasi. Pada awal kemunculannya, karena jumlah armada yang dimiliki masih
minim maka seluruh armadanya beroperasi, namun pada tahun 1989, setelah
71
mengalami pertambahan jumlah armada hingga mencapai 82 unit jumlah armada
yang beroperasi hanya 75% saja. Hal itu disebabkan oleh beberapa armada yang
mengalami kerusakan, sehingga tidak semua armada yang dimiliki beroperasi.
Pada tahun 1980-1990 merupakan masa kejayaan 4848 karena jumlah armada
yang dimiliki mencapai 82 unit. Seperti yang telah dijelaskan pada tabel
sebelumnya mengenai jumlah penumpang yang menggunakan jasa transportasi
4848, tidak heran bila pada saat itu mampu membawa penumpang hingga ribuan
orang perharinya karena jumlah armada yang dimilikinya dapat memenuhi
tingginya permintaan masyarakat.
Pada tahun 1994, jumlah armada yang dimiliki sedikit berkurang dan
mengalami pergantian armada, bila pada tahun 1980-an jenis kendaraan yang
dimiliki adalah Holden Kingwood dan Belmont, maka pada tahun 1990-an
berganti dengan jenis kendaraan Mitsubishi L-300 dan kendaraan jenis Ford
Laser. Mulai tahun 1994 kemudian jumlah armada yang beroperasi semakin
berkurang menjadi 50%. Penyebabnya adalah beberapa agen yang dimiliki
berkurang dan dapat dilihat dari tabel selanjutnya.
Tahun 2000, jumlah kendaraan yang dimiliki berkurang sekitar 20 unit
dari jumlah sebelumnya dengan hanya 40% armada yang beroperasi. Untuk
mempertahankannya, 4848 kemudian mengganti kendaraannya dengan beberapa
unit Toyota Kijang dan Mitsubishi terbaru untuk mempertahankan pengguna setia
dan juga sebagai bentuk pelayanan yang diberikan untuk memberi kenyamanan
agat masyarakat masih menggunakan 4848. 4848 kemudian semakin mengalami
kemunduran dengan hanya mengoperasikan 30% dari jumlah kendaraan yang
72
dimilikinya saat itu. Persaingan semakin kental ketika banyak jenis usaha jasa
transportasi lainnya yang juga mengambil rute lain selain Jakarta sehingga 4848
kemudian semakin tidak bisa bersaing. Upaya dilakukan oleh 4848 untuk
mengembalikan kepercayaan dari masyarakat dengan membeli beberapa unit
kendaraan keluaran terbaru dan mengganti kendaraan jenis lama. Upaya tersebut
memang cukup berbuah manis namun tidak mampu mendongkrak 4848 seperti
masa kejayaannya dulu. Pada tahun 2008, 4848 hanya memiliki 35 unit kendaraan
dengan 30% kendaraan saja yang beroperasi. Seperti yang dijelaskan sebelumnya
bahwa penurunan persentase jumlah armada yang beroperasi itu adalah tingkat
kepercayaan masyarakat yang semakin menurun setiap tahunnya sehingga jelas
apapun upaya yang dilakukan oleh 4848 seperti penggantian armada dan
peremajaan armada dirasa belum maksimal dan belum mampu menjadi sarana
transportasi yang digemari oleh masyarakat seperti masa kejayaannya.
Salah satu alasan masyarakat masih menggunakan jasa transportasi 4848
adalah harga tarif yang terjangkau. Tarif yang diberlakukan tidak jauh melampaui
harga tiket bis atau kereta api sesuai ketentuan Pemerintah yang tidak boleh
menetapkan harga tarif sama dengan atau kurang dari tarif bis dan kereta api.
Untuk lebih jelasnya dibawah ini merupakan daftar rata-rata tarif 4848 ke
berbagai tujuan.
73
Tabel 4.3 Daftar Rata-Rata Tarif ke Berbagai Tujuan
Rute/Trayek 1965 1974 1985 2001 2002 Jakarta 5.000 10.000 80.000 65.000
Tasikmalaya 3.500 40.000 Garut 1.800 30.000
Cikajang 2.000 35.000 Ciamis 4.000 45.000 Banjar 4.500 55.000
Pangandaran 6.000 65.000 Kuningan 4.500 60.000 Cirebon 4.500 60.000
Majalengka 2.500 40.000 Indramayu 2.750 60.000 Sumedang 2.500 35.000 Banjarsari 60.000
Sumber : Data diolah dari hasil wawancara dengan Udin Sarpingi tanggal 12 Oktober 2010. Menurut tabel diatas dijelaskan bahwa rata-rata tarif dari beberapa rute
tidak mengalami perubahan yang signifikan pertahunnya. Rata-rata tarif akan
berubah bila tariff bahan bakar juga mengalami kenaikan. Tabel diatas tidak
hanya menjelaskan mengenai tarif, tapi juga mengenai perkembangan rute tujuan
yang dimiliki oleh 4848. Pada tahun 1974,mulai bermunculan beberapa rute
tujuan baru, rute tujuan tersebut adalah Tasikmalaya, Garut, Cikajang, Ciamis,
Banjar, dan Pangandaran.Pada tahun 1985 kemudian muncul rute baru yaitu,
Kuningan, Cirebon, Majalengka, Indramayu, dan Sumedang. Perbedaan tarif ke
berbagai tujuan pada tahun yang sama disebabkan oleh perbedaan jarak, maka
tidak heran bila semakin jauh maka harga yang ditetapkan juga semakin mahal
dibandingkan dengan tujuan lainnya.
Pada pertengahan tahun 1990-an beberapa agen di beberapa kota terutama
Bali dan beberapa wilayah di Jawa Tengah dan Jawa Timur sudah mulai
mengalami kemunduran. Pada akhir tahun 2000, agen di Bandar Lampung
74
terpaksa harus ditidakadakan karena faktor permintaan yang semakin
menurun.Pada tahun 2005, 4848 hanya melayani rute Bandung menuju Tasik,
Singaparna, Garut, Cikajang, Rancah, Kawali, Ciamis, Banjar, Cijulang,
Pangandaran, Sumedang, Majalengka, Cirebon, Indramayu dan Kuningan. Rute
tujuan tersebut tidak mengalami kemunduran karena masih belum menghadapi
persaingan, persaingan hanya terjadi pada tujuan Bandung-Jakarta saja. Pada
tahun 2001 tarif mulai mengalami kenaikan pasca krisis moneter 1998. Pada tahun
2001 terlihat sesuatu yang menarik yaitu tarif tujuan Jakarta lebih mahal dari
tahun 2002. Perbedaan tarif tersebut dikarenakan perbedaan permintaan
penumpang yang berbeda. Pada tahun 2002 permintaan terhadap jasa 4848
mengalami penurunan sehingga pihak manajemen menurunkan tarif untuk
menarik penumpang kembali menggunakan jasa transportasi 4848.
4.3 Manajemen Jasa Transportasi 4848
4.3.1 Struktur Organisasi Jasa Transportasi 4848
Sejak awal berdirinya, 4848 merupakan perusahaan yang dimiliki
perseorangan.Struktur organisasi yang digunakan adalah struktur organisasi garis,
dimana berbagai kebijakan perusahaan ditentukan oleh pimpinan puncak
(Direktur Utama).Penggunaan struktur organisai garis dikarenakan 4848
merupakan perusahaan milik perseorangan yang menginginkan berbagai
kebijakan/keputusan bersumber pada satu tangan yang memiliki wewenang
tunggal, yaitu Direktur Utama. Maksud penggunaan bentuk struktur organisasi
garis pada 4848 adalah :
75
1. Bentuk organisasi yang sederhana
2. Kecepatan dalam pengambilan keputusan
3. Interaksi hubungan kerja antar anggota organisasi dan tanggung jawab
serta wewenang yang jelas.
4. Dapat menjamin disiplin yang kuat.
5. Pengawasan secara ketat terhadap kegiatan para pegawai bawahan dapat
dilaksanakan dengan mudah.
Secara garis besar, struktur organisasi pada 4848 terbagi dalam dua bagian,
yaitu:
1. Pimpinan, yaitu direktur utama sebagai pemegang wewenang tunggal yang
berhak mengeluarkan kebijakan/keputusan untuk dilaksanakan oleh
bawahannya.
2. Pelaksana, yaitu orang-orang atau unit-unit di dalam perusahaan yang
secara langsung ikut serta menghasilkan tercapainya tujuan perusahaan.
Uraian tugas jabatan dalam struktur organisasi 4848 adalah sebagai
berikut:
1. Direktur Utama
Sebagai pimpinan puncak, Direktur Utama memiliki tugas yaitu pertama,
menyusun perencanaan, melakukan pembinaan, dan pengawasan terhadap
kegiatan-kegiatan bawahan di lingkungan perusahaan.Kedua, melakukan
kegiatan-kegiatan komersil dengan jalan membina hubungan baik dengan para
pengguna angkutan.Ketiga, melakukan pengawasan dan penilaian secara
menyeluruh terhadap pejabat-pejabat di bawahnya serta memelihara suasana kerja
76
yang baik dalam organisasi perusahaan.Keempat, secara berkala mengadakan
penilaian terhadap manfaat dan efisiensi dari sistem dan prosedur kerja yang
berkaitan erat dengan perusahaan dan melakukan penyempurnaan.
2. Manajer Keuangan
Bertanggung jawab langsung atas pelaksanaan tugas di lingkungan kerja
kepada Direktur Utama. Tugas Manajer Keuangan adalah pertama, mempelajari
rencana operasi perusahaan dalam rangka menyusun, melaksanakan, dan
mengendalikan rencana anggaran pendapatan dan belanja. Kedua, mengawasi
pelaksanaan pembayaran gaji dan utang piutang serta menyelesaikan masalah
perbankan dan pajak. Ketiga, mengendalikan pemakaian keuangan sesuai dengan
sistem prosedur yang berlaku. Keempat, menyusun laporan bulanan, triwulan, dan
tahunan dalan bentuk rugi/laba perusahaan.
3. Manajer Administrasi
Bertanggung jawab langsung atas pelaksanaan tugas di lingkungan
kerjanya kepada Direktur Utama. Tugas Manajer Administrasi adalah pertama
menjamin semua laporan angkutan untuk jangka waktu yang ditentukan dan
diperiksa ketepatannya sebelum dimasukkan berkas. Kedua, menjamin laporan
mengenai izin mengemudi semua karyawan yang berhak menjalankan kendaraan
perusahaan yang berpangkal di wilayah dan melaporkan perpanjangan surat izin
mengemudi yang telah habis masa berlakunya. Ketiga memeriksa dan memberi
kode-kode pada bukti-bukti pembukuan memorial tentang jam kerja orang,
rekening koran dan lain-lain. Keempat, mengawasi dan membimbing pelaksanaan
77
adminitrasi persediaan kantor. Kelima, membuat surat, mengirim, mengelola,
menyimpan arsip dan dokumen dan keenam, membuat laporan berkala.
4. Manajer Operasional
Bertanggung jawab langsung atas pelaksanaan tugas di wilayah kerjanya
kepada Direktur Utama.Manajer Operasional merupakan tulang punggung fungsi
operasional dari perusahaan. Kedudukan Manajer Operasional merangkap kepala
kantor cabang dan berhubungan langsung dalam melayani pengguna jasa
angkutan di wilayah kerjanya. Manajer operasional membawahi tiga kepala
bagian, yaitu kepala bagian personalia dan umum, kepala bagian operasional dan
ekspedisi serta kepala bagian komersil.
Tugas manajer pperasional adalah pertama, menerima intruksi langsung
dari Direktur Utama untuk dilaksanakan sendiri atau diteruskan kepada
bawahannya. Kedua, merencanakan, memberi pengarahan dan melaksanakan
koordinasi operasi dan administrasi terhadap semua kendaraan perusahaan yang
terdaftar di wilayah kerjanya. Ketiga, menjamin semua kendaraan perusahaan
yang berpangkal di wilayah kerjanya dipelihara sesuai dengan prosedur dan
syarat-syarat hukum untuk dokumen kendaraan dipenuhi. Keempat, menjamin
pengantaran/pengangkutan penumpang dan atau barang dari lokasi
pemberangkatan di wilayahnya dilaksanakan dengan efisien sesuai dengan syarat-
syarat yang diberlakukan. Kelima, menjamin penyelenggaraan suatu jasa
penyerahan barang pada konsumen secara efisien di dalam wilayahnya. Keenam,
menjalin koordinasi dengan kepala cabang wilayah lain dalam kegiatan
operasional perusahaan.Ketujuh, bertanggung jawab atas adanya sarana perbaikan
78
dan pemeliharaan kendaraan di wilayahnya dan menjamin tersedianya cukup suku
cadang di bengkel-bengkel perusahaan agar dapat mengurangi waktu menganggur
kendaraan yang tidak layak jalan.
5. Bagian Personalia dan Umum
Bertanggung jawab kepada kepala kantor cabang atas pelaksanaan tugas di
wilayah kerjanya. Bagian Personalia dan Umum membawahi dan mengendalikan
tiga sub bagian, yaitu sub bagian DIKLAT, sub bagian rumah tangga dan sub
bagian keamanan. Tugas bagian Personalia dan Umum adalah: pertama, menerima
instruksi dari kepala kantor cabang untuk dikerjakan sendiri atau diteruskan
kepada bawahannya. Kedua, merencanakan dan menyusun jadwal kegiatan kerja
rutin yang akan dilaksanakan. Ketiga, menyusun rencana penyelenggaraan
DIKLAT. Keempat, memberikan pertimbangan dan sarana kepada kepala kantor
cabang mengenai masalah kepegawaian dan rumah tangga perusahaan. Kelima,
menjamin kelancaran kerja kantor cabang dalam wilayah kerjanya.
6. Bagian Operasional dan Ekspedisi
Merupakan bagian yang terjun langsung ke lapangan. Kedudukan Bagian
Operasional dan Ekspedisi berada di bawah kepala kantor cabang dan membawahi
serta mengendalikan empat sub bagian, yaitu sub bagian bengkel, sub bagian pool,
sub bagian paket dan sub bagian taksi. Tugas bagian operasional dan ekspedisi
adalah pertama, melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengelolaan dan
pengawasan terhadap penyelenggaraan kegiatan usaha angkutan penumpang dan
angkutan barang. Kedua, membantu kepala kantor cabang dalam merencanakan
program kerja bersama kantor cabang wilayah lain. Ketiga, menyelenggarakan
79
pengadministrasian yang berkaitan dengan pelaksanaan pengangkutan. Keempat,
mengatur pemberangkatan kendaraan angkutan, baik angkutan penumpang
maupun angkutan barang. Kelima, menjamin kesiapan kendaraan untuk
beroperasi. Keenam, menganalisa seluruh pengoperasian armada angkutan.
7. Bagian Komersil
Merupakan bagian yang menentukan penilaian terhadap penyerahan
produk layanan jasa kepada konsumen.Bagian komersil membawahi dan
mengendalikan dua sub bagian, yaitu sub bagian servis dan transport serta sub
bagian reset dan promosi. Bagian komersil bertanggung jawab atas pelaksanaan
tugas di lingkungan kerjanya kepada kepala kantor cabang tugas bagian komersil
adalah pertama, tugas teknis, yaitu tugas yang berkaitan dengan kelayakjalanan
kendaraan, kebersihan dan kenyamanan kendaraan. Kedua, tugas administrasi,
yaitu meliputi kegiatan penerangan kepada konsumen yang mengajukan
pengaduan atas layanan yang diberikan. Ketiga, mengkoordinir urusan servis dan
transport serta urusan reset pasar dan promosi. Keempat, memberikan
pertimbangan dan sarana pemecahan masalah kepada bagian lain mengenai hal-
hal yang berhubungan dengan kegiatan operasi perusahaan.
Sebelum struktur organisasi ini diberlakukan, 4848 memiliki struktur
organisasi sederhana, setiap karyawannya bahkan memiliki pekerjaan ganda atau
bisa memegang posisi manapun dalam struktur organisasi. Hanya saja dalam
perkembangannya, 4848 menyadari arti penting struktur orgaisasi sebagai sebuah
manajemen perusahaan sehingga dibentuklah struktur organisasi sebagai berikut:
80
Bagan 4.1 Struktur Organisasi 4848
Sumber : data yang diolah dari arsip manajemen 4848 mengenai struktur organisasi 4848
DIREKTUR UTAMA
MANAJER OPERASIONA
L
MANAJER ADMINISTRASI
MANAJER KEUANGAN
SUB BAG BENGKEL
SUB BAG POOL
SUB BAG TAKSI
SUB BAG PAKET
BAGIAN PERSONALIA DAN UMUM
BAGIAN OPERASIONAL DAN EKSPEDISI
SUB BAG SERVIS DAN TRASNPORT
SUB BAG RESET
DANPROMOSI
SUB BAG KEMANAN
SUB BAG RUMAH TANGGA
SUB BAG DIKLAT
BAGIAN KOMERSIL
81
Pengorganisasian seperti yang dijabarkan diatas digunakan untuk
menjalankan manajemen yang baik. Dengan adanya organisasi, tata hubungan
antartugas para anggotanya merupakan hal yang penting, dimana mereka dapat
menjalin koordinasi untuk mencapai tujuan. Organisasi sebagai kerangka saja
tidak cukup, organisasi juga diartikan sebagai suatu proses. Sebagai proses,
organisasi menentukan aktivitas-aktivitas apa yang diperlukan guna pencapaian
suatu tujuan dan rencana, dengan membagi-bagi dan mengelompokkan pekerja-
pekerja dalam satuan-satuan tugas, serta penentuan hubungan wewenang antar
orang-orang yang melakukan tugas dengan komunikasi yang jelas.
Organisasi baik sebagai kerangka maupun suatu proses adalah penting,
karena pekerjaan melalui dan bersama-sama orang lain. Dalam hubungan ini,
salah satu tugas pokok seorang pemimpin adalah menciptakan team work antara
sesama anggota organisasi. Dengan organisasi yang sehat dapat memudahkan
terselenggaranya administrasi dan sistem pelaporan yang memungkinkan
pertumbuhan dan diversifikasi usaha, memberi kesempatan untuk penerapan
kemajuan teknologi yang cocok secara optimal, dan merangsang pikiran yang
kreatif dan prakarsa melalui tugas-tugas pekerjaan yang ditentukan. Manajemen
yang khas dalam 4848 adalah pemegang kekuasaan tertinggi merupakan turun
temurun yang diawali oleh Irawan Sarpingi kemudian kepemimpinan
dilaksanakan oleh anak dari Irawan Sarpingi.
Irawan Sarpingi dalam menjalankan usahanya tidak begitu memperhatikan
struktur organisasi dan hanya mengandalkan sistem kepercayaan kepada
bawahannya.Agen-agen 4848 yang dipimpin oleh anggota keluarganya dikelola
82
sesuai dengan kebijakan masing-masing pemegang agen tersebut tetapi tetap
melakukan koordinasi dan setiap kebijakan yang diambil harus dilaporkan kepada
Irawan Sarpingi sebagai pemimpin tertinggi. Pada perkembangan selanjutnya,
Irawan Sarpingi kemudian berusaha menjalankan manajemennya sesuai dengan
struktur organisasi. Direktur Utama yang dipegang oleh Irawan Sarpingi memilih
menempatkan bagian-bagian di bawahnya secara terstruktur dan jelas agar setiap
keputusan yang diambil olehnya dapat terealisasi dengan mudah. Dengan adanya
bagian-bagian tersebut diharapkan dapat semakin mengembangkan 4848. Pada
kenyataannya ternyata struktur organisasi yang baik bila tidak didukung oleh
karyawan dan keputusan yang baik tidak akan berjalan baik. Ketika Irawan
Sarpingi memimpin perusahaan memang semua koordinasi dan kerjasama antar
karyawan berjalan dengan lancar. Sifatnya yang rendah hati, mudah bergaul dan
menerapkan sistem kekeluargaan terhadap setiap karyawannya ternyata tidak
diimbangi dengan pola pikirnya untuk mau merubah jasa transportasi sesuai
dengan kebutuhan masyarakat. Hasilnya adalah masyarakat kemudian
meninggalkan 4848 dan beralih ke jasa transportasi lainnya. Irawan Sarpingi
memang memiliki banyak inovasi tetapi tidak cepat merubah bentuk pelayanan
padahal pola pikir masyarakat akan jasa transportasi terus berkembang.
Mobilitas masyarakat yang tinggi semakin membutuhkan jasa transportasi
yang efektif tidak diiringi dengan pelayanan 4848 yang masih sama seperti dulu
yaitu pelayanan antar jemput penumpang dan barang yang hanya sebatas itu
padahal masyarakat kemudian semakin kritis dan membutuhkan pelayanan yang
tidak hanya sekedar itu. Armada yang tidak mengalami perubahan baik dalam
83
pergantian maupun peremajaan yang maksimal semakin mengurangi kepercayaan
masyarakat.
Sepeninggal Irawan Sarpingi, kepemimpinan dijalankan oleh Bintang
Irawan, ilmu manajemen yang dimilikinya memang baik bahkan dapat dinilai jauh
lebih baik dibandingkan dengan Irawan Sarpingi, organisasi tersusun dengan rinci,
pergantian armada dilakukan secara bertahap dan mulai menyesuaikan dengan
permintaan masyarakat. Tetapi dalam hubungannya dengan karyawan tidak begitu
baik sehingga organisasi yang terstruktur dengan sedemikian rupa pun tidak dapat
berjalan selaras. Perubahan manajemen yang seperti itulah yang harus
diselaraskan dan dirubah secara bertahap sehingga manajemen bisa berjalan baik
tidak hanya secara terstruktur tapi juga secara pelaksanaan.
1.3.2 Pengelolaan Jasa Transportasi 4848
Pengelolaan terhadap jasa transportasi dalam bentuk jasa antar jemput dan
pengiriman barang dilaksanakan oleh bagian ekspedisi. Fungsi bagian ekspedisi
adalah untuk menjamin kelancaran operasional perusahaan, terutama dalam
penyelenggaraan pengiriman, pengangkutan serta pengantaran baik penumpang
maupun barang.Tugas pokok, wewenang serta kewajiban bagian ekspedisi adalah
sebagai berikut.
1. Tugas pokok
Yaitu melaksanakan kebijakan pimpinan perusahaan yang didelegasikan
kepada kantor cabang yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengelolaan,
84
dan pegawasan terhadap penyelenggaraan penerimaan dan pengantaran baik
barang ataupun penumpang.
2. Wewenang
Yaitu melaksanakan tugas-tugas dan kewajiban yang diberikan sesuai
dengan pengarahan dan petunjuk dari pimpinan perusahaan.
3. Tanggung Jawab
Bagian ekspedisi mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas-tugas
kepada kepala kantor cabang wilayahnya.
Bagian operasional dan ekspedisi membawahi empat sub bagian, yang
memiliki tugas sebagai berikut.
1. Sub Bagian Bengkel
Bertugas dalam kegiatan perawatan, perbaikan, dan pemeliharaan
kendaraan sebagai armada angkutan.
2. Sub Bagian Pool
Tugas sub bagian pool adalah pertama, mempersiapkan kendaraan yang
akan dioperasikan. Kedua, memeriksa segala kelengkapan kendaraan dan kondisi
kendaraan sebelum dan sesudah operasi. Ketiga, melayani laporan pengemudi
mengenai kerusakan kendaraan. Keempat, mengelola pengemudi.
3. Sub Bagian Taksi
Tugas sub bagian taksi adalah mengatur penumpang dan pendaftaran
penumpang untuk diantar ke tempat tujuan.
4. Sub Bagian Paket
85
Tugas sub bagian paket adalah menerima dan mengantar titipan barang
dengan armada angkutan ke tempat tujuan yang diinginkan pengirim.
Bagan 4.2
Struktur Organisasi Bagan Operasional dan Ekspedisi 4848
Sumber : data yang diolah dari Arsip manajemen 4848
Berdasarkan bagan di atas setiap kepala kantor cabang atau agen yang
dimiliki oleh 4848 membawahi kepala bagian operasional dan ekspedisi yang
melaksanakan kebijakan kepala kantor cabang dan mengelola penerimaan dan
pengantaran barang dan juga manusia. Kepala bagian operasional dan ekspedisi
kemudian membawahi empat sub bagian yaitu sub bagian bengkel yang bertugas
untuk memperbaiki dan melakukan perawatan terhadp armada. Sub bagian pool
bertugas mempersiapkan kendaraan, sub bagian taksi bertugas sebagai pengaturan
penumpang dan pendaftaran, sub bagian paket bertugas untuk menerima dan
mengantar titipan barang. Bagan tersebut digunakan untuk memperpudah
pendistribusian barang dan manusia agar mempermudah pelayanan.
KEPALA KANTOR CABANG
KEPALA BAGIAN OPERASIONAL DAN EKSPEDISI
SUB BAGIAN
BENGKEL
SUB BAGIAN
POOL
SUB BAGIAN TAKSI
SUB BAGIAN PAKET
86
Pelaksanaan pengangkutan barang dan manusia dilaksanakan dalam
rangka meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan kepada masyarakat secara
umum.4848 terus berupaya mengembangkan usahanya untuk mencapai produk
pelayanan yang maksimal. Pelayanan jasa pengiriman barang berupa barang
cetakan/dokumen, bungkusan kecil, paket dan uang.Ruang lingkup pelayanan jasa
pengiriman barang meliputi masyarakat secara umum.
Wujud nyata dari kegiatan pengiriman barang tersebut adalah pelaksanaan
pengangkutan barang dalam rangka memperlancar pendistribusian titipan barang
ke kota-kota tujuan pengiriman selama berada pada jalur tujuan yang dijangkau
oleh 4848. Jangkauannya masih terbatas pada kota-kota di Pulau Jawa, Bali, dan
kota Bandar Lampung untuk pulau Sumatera. Dengan adanya pelayanan jasa
pengiriman barang, maka seluruh lapisan masyarakat dapat mengirimkan dan
menitipkan barang untuk diantarkan ke tempat tujuan yang diinginkan.
Pengangkutan barang yang menjangkau beberapa wilayah pendistribusian tidak
lepas dari penggunaan sarana angkutan sebagai sarana utama dalam menunjang
kelancarannya. Barang yang dititipkan dapat diantarkan ke tempat tujuan tepat
pada waktunya.
Penerimaan merupakan tahap awal yang penting dari proses
terselenggaranya pendistribusian. Oleh karena itu diperlukan kecermatan dan
ketelitian dalam penanganannya, sehingga kekeliruan-kekeliruan baik dalam
pencatatan, pemisahan, pengumpulan dan pemeriksaan barang yang akan diangkut
dapat dihindari. Kekeliruan yang terjadi akan berakibat terhambatnya
87
pendistribusian bahkan dapat merugikan baik bagi perusahaan ataupun pengirim
barang.
Penerimaan titipan barang dilakukan oleh petugas loket pada kantor resmi
(kantor cabang) atau agen-agen resmi 4848. Pelaksanaan penerimaan titipan
barang di loket paket dapat digambarkan sebagai berikut : pertama, pengirim
datang dengan membawa barang yang akan dikirimkan pada loket-loket. Petugas
loker akan menerima titipan barang dan memeriksa kondisi barang, terutama pada
pembungkusan atau pengemasan barang yang akan dititipkan. Kedua, petugas
loket mencatat nama dan alamat pengirim serta nama dan alamat penerima yang
dituju seperti yang tercantum pada barang, kemudian menimbang barang tersebut
untuk menentukan besarnya biaya. Ketiga, barang tersebut kemudian dipisahkan
sesuai dengan kota alamat yang dituju untuk kemudian dikirimkan ke alamat yang
dituju. Pelaksanakan pengangkutan penumpang juga dilaksanakan oleh bagian
ekspedisi. Untuk mendapatkan tiket perjalanan bisa dilakukan melalui media
telepon atau bisa langsung mendatangi agen–agen 4848. Calon penumpang bisa
langsung membeli tiket untuk keberangkatan hari itu juga atau bisa memesan
untuk keberangkatan hari apa saja sesuai dengan yang diinginkan calon
penumpang.
Awalnya 4848 menawarkan sistem door to door tetapi dalam
perkembangan selanjutnya door to door tidak lagi dianggap sebagai sistem yang
efektif. Sejak tahun 2006, 4848 mulai menerapkan sistem point to door atau point
to point sehingga para calon penumpang mendapatkan pilihan untuk melakukan
perjalanan sesuai dengan kebutuhan calon penumpang.
88
Kemudahan tersebut diberikan oleh Manajemen 4848 sebagai salah satu
cara untuk mengurangi persaingan dengan jasa transportasi lainnya juga bagian
dari pelayanan terbaik yang ditawarkan oleh 4848. Pembelian tiket juga bisa
dilakukan secara online untuk mempermudah calon penumpang dalam membeli
tiket perjalanan yang diinginkan.Pengelolaan 4848 terus diupayakan menjadi yang
terbaik bagi para penumpang setianya.
Bintang Irawan juga menetapkan harga yang menarik dan promosi besar-
besaran, namun pelayanan yang berkualitas menjadi hal utama yang harus
menjadi keunggulan agar dapat menjadi cara yang efektif untuk membidik pasar
yang berpotensi besar mencetak penjualan, mengetahui secara jelas keinginan dan
kebutuhan konsumen, memuaskan konsumen dan memberikan pengaruh pada
perusahaan untuk menguasai atau menjadi dominan di pasar.
Redaktur ahli majalah SWA dalam SWA Executie Magazine ( 23 Agustus
2006), mengemukakan :
Untuk mengantisipasi pasar yang begitu besar, 4848 melakukan beberapa program untuk meningkatkan pelayanan kepada konsumennya, pada awalnya 4848 terfokus pada jasa taksi door to door, melayani rute yang terbatas. Namun utuk mempertahankan pasar dan meningkatkan jumlah penggunan jasa 4848 strategi pun berubah.Strategi tersebut dilakukan dengan meremajakan dan menambah armada yang sudah ada.Selain peremajaan dan mengganti dengan mobil-mobil baru, seluruh armada beroperasi setiap hari untuk melayani pelanggan. Strategi yang dilakukan tersebut pada dasarnya adalah untuk
mempertahankan diri dalam persaingan bisnis, selain itu diharapkan dengan
peningkatan program layanan pelanggan diatas dapat meningkatkan 4848 yang
sudah mulai meredup yang salah satunya diakibatkan oleh banyaknya pesaing
bisnis yang sama.
89
4.4 Kebijakan Pemerintah Mengenai Angkutan Antar Jemput
Peran pemerintah tidak bisa dilepaskan dari sebuah jasa transportasi.
Peraturan terhadap jasa transportasi saat awal kemunculan 4848 tahun 1960
memang belum ada, tetapi dengan berkembangnya usaha jasa transportasi yang
terus bermunculam maka kebijakan pemerintah pun diberlakukan. Pemerintah
baru mengeluarkan peraturan mengenai jasa trasnportasi melalui Undang-Undang
Nomor 14 tahun 1992. Namun dalam Undang-Undang tersebut jasa transportasi
darat atau travel belum memiliki Undang-Undang yang mengaturnya secara
khusus, saat itu peraturan yang digunakan adalah Pasal 9 bagian ke empat (b)
yaitu termasuk pengangkutan dengan cara sewa.
Jelaslah bahwa kemudian dengan turunnya peraturan tersebut maka 4848
merupakan sebuah jasa pengangkutan sewa. Dalam Pasal 11 dijelaskan bahwa
pengangkutan dengan cara sewa sebagaimana dari pintu ke pintu, dengan atau
tanpa pengemudi dengan wilayah operasi yang tidak terbatas. Adanya peraturan
jasa transportasi ini membuat 4848 merasa mulai diakui secara de Facto oleh
pemerintah dan mendapatkan kemudahan dalam menjalankan usahanya karena
dilindungi secara hukum. Pada perkembangan selanjutnya pemerintah kemudian
mengeluarkan PP atau Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1993 bagian ketiga :
izin operasi angkutan (tidak dalam trayek).
Jasa transportasi yang sebelumnya termasuk jasa pengangkutan sewa di
dalamPeraturan Pemerintah tersebut kemudian berganti menjadi jenis angkutan
tidak dalam trayek.4848 dan jasa transportasi lainnya kemudian merasa semakin
90
diuntungkan dengan adanya Peraturan Pemerintah tersebut karena dapat terus
menciptakan rute baru tanpa terkendala apapun. Berbeda dengan bis atau
angkutan lainnya yang memiliki peraturan untuk memiliki trayek yang terbatas.
Itulah keuntungan yang didapat dari Pemerintah sebagai bentuk perhatiannya
kepada pelayanan masyarakat. Peraturan lebih khusus lagi bagi jasa transportasi
darat atau travel terdapat dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 35 tahun
2003 tentang penyelenggaraan angkutan orang di jalan dengan kendaraan umum.
Keputusan Menteri Perhubungan ini merupakan aturan resmi yang dibuat
mengenai jasa transportasi atau yang kemudian disebut travel. walaupun faktanya
jasa transportasi sudah ada sebelum tahun dibuatnya Keputusan Menteri
Perhubungan itu. Keputusan Menteri Perhubungan itu kemudian semakin
memberikan aturan yang jelas bagi usaha jasa transportasi yang mulai marak
dengan berbagai aturan baru seperti tidak boleh singgah di terminal, tidak
menaikan penumpang di perjalanan dan tidak mengenakan tarif yang dapat
mengganggu pelayanan angkutan dalam trayek pada lintasan yang sama.
Selain adanya Peraturan Pemerintah secara de facto, Pemerintah juga
berperan besar terhadap perkembangan jasa transportasi 4848.Pemerintah
terutama Dinas Perhubungan Kota Bandung memberikan pengawasan terhadap
setiap jasa transportasi domisili Kota Bandung. Pengawasan tersebut berupa
pengawasan harga yang tidak boleh lebih tinggi dari angkutan bis.Persaingan tarif
antar jasa transportasi seringkali memunculkan persaingan yang tidak sehat
bahkan ada beberapa usaha jasa transportasi yang menawarkan tarif lebih murah
91
dari tarif bis. Hal itu jelas tidak diperbolehkan oleh Dinas Perhubungan, alasannya
adalah untuk menjaga angkutan bis dan lainnya agar tidak mengalami kerugian.
Dinas Perhubungan Kota Bandung juga melakukan pembinaan usaha
terhadap perusahaan jasa transportasi. Menurut Dinas Perhubungan Kota Bandung
adanya jasa transportasi yang terus berkembang tidak membuat Dinas
Perhubungan untuk membatasinya, selama jasa transportasi itu tidak menyalahi
aturan yang diberlakukan dan tidak merugikan angkutan lainnya maka semuanya
tergantung dari pilihan masyarakat apa mau menggunakan moda transportasi jenis
itu atau tidak. Dari sisi usaha, pemerintah sebagai institusi mempunyai
kewenangan untuk mengatur dengan pertimbangan teknis yang dilakukan untuk
kelangsungan perusahaan juga. Jasa transportasi merupakan mitra dan binaan
Dinas Perhubungan, maka secara operasional selalu dipantau pelayanannnya
terhadap masyarakat dan diukur dari banyaknya keluhan masyarakat terhadap jasa
transportasi tersebut. Bila terlihat banyak keluhan dari masyarakat maka Dinas
Perhubungan dapat menegur bahkan memberhentikan izin usaha jasa transportasi
tersebut.
4848 sebagai salah satu jasa transportasi di Kota Bandung juga
mendapatkan pengawasan dari Dinas Perhubungan. Selain itu 4848 juga
menganggap bahwa Dinas Perhubungan merupakan mitra kerja dari 4848
sehingga tercipta hubungan baik antara keduanya.Kerjasama yang terjalin lama
membuat hubungan 4848 dan Dinas Perhubungan menjadi sesuatu yang bernilai
positif.Hubungan baik itu tercermin dari berbagai kemudahan yang didapat oleh
4848 atas kerjasama yang terjalin baik selama ini seperti pemberian izin usaha
92
atau trayek yang diberikan oleh Dinas Perhubungan kepada 4848.Kemudahan
lainnya adalah Dinas Perhubungan selalu mengawasi usaha 4848 dan memberikan
pengarahan dan saran positif bagi keberlangsungannya.
4.5 4848 dalam Persaingan antar Jasa Transportasi
Sejak selesai dibangunnya Tol Cipularang (Cikampek-Purwakarta-
Padalarang) pada tahun 2005 usaha jasa transportasi mulai bermunculan.
Keberadaan ruas tol itu mempermudah akses transportasi antar kedua kota besar
Bandung-Jakarta. Waktu dan jarak tempuhnya menjadi lebih efisien dibandingkan
dengan menempuh jalur-jalur penghubung lainmisalnya, dengan menempuh jalur
Puncak, jalur Jonggol, maupun melalui jalur kereta api. Dengan keberadaan ruas
tol Cipularang, perjalananya menjadi lebih cepat dan tidak terlalu melelahkan.
Pembangunan ruas tol Cipularang telah menjadi inspirasi bisnis di bidang
transportasi berkonsep angkutan travel. Dipelopori oleh Xtrans yang membidik
kalangan masyarakat menengah ke atas, khususnya kalangan profesional dan
businessman dengan mengusung waktu tempuh yang lebih cepat satu jam
dibandingkan dengan armada lainnya.
Bandung sebagai tujuan wisata, bisnis, kuliner, pendidikan serta maraknya
tempat belanja pakaian murah membuat Bandung menjadi kota yang wajib
dikunjungi. Kemudahan yang diciptakan oleh adanya tol Cipularang membuat
wisatawan Jakarta hampir setiap akhir pekan menghabiskan waktu di Bandung.
Segala kemudahan itu membuat keberhasilan Xtrans yang sebelumnya melihat
pelopor jasa transportasi 4848 kemudian diikuti dengan bermunculan usaha jasa
93
transportasi baru.Persainganpun tidak dapat dielakkan, salah satunya adalah
persaingan dengan sistem yang diberlakukan. Bila sebelumnya 4848
menggunakan sistem door to door kemudian beralih dengan sistem Point to Point
atau Shuttle to Shuttle. Maksud sistem tersebut adalah armada hanya mengangkut
penumpang di pool-nya (shuttle) saja. Armada travel juga tidak mengangkut
penumpang selama di perjalanan. Sistem tersebut ternyata efektif karena menjadi
jelas dan tidak mengganggu target waktu tempuhnya. Sistem layanan antar jemput
(door to door) yang menjadi ikon perusahaan-perusahaan angkutan travel, tidak
bisa memenuhi harapan masyarakat di segmen kalangan professional dan
businessmanmaka kemudian sistem shuttle to shuttle atau point to point lah yang
menjadi pilihan.Peningkatan jumlah usaha jasa transportasi di kota Bandung
kemudian terus meningkat.Dibawah ini merupakan tabel mengenai jumlah jasa
transportasi dan jumlah penumpang yang ada di Kota Bandung.
94
Tabel 4.4 Nama Jasa Transportasi dan Populasi Penumpang Pada Perusahaan Jasa
Transportasi di Kota Bandung Periode Tahun 2007
No Nama Travel Jumlah Penumpang ( Orang )
1. City Trans 68.558 2. Vit Trans 80.684 3. Bimo Trans 9.421 4. Queen Travel 10.209 5. Nusantara Indah Travel 21.863 6. Primajasa Travel 17.424 7. Selecta Travel 10.971 8. Day Trans 56.133 9. X Trans 269.999 10. 4848 Travel 42.098 11. Celebrity Travel 21.110 12. Cipaganti Travel 137.509 13. Rama Citra Travel 40.487 14. Roadtrip Travel 21.031 15. Transporter 38.228 16. Mitra Travel 15.726 17. Cakra 21 Travel 9.421 18. Safa Trans 22.213 19. Buah Batu Travel 23.763 20. MM Travel 23.255 21. Audi’s Travel 18.160 22. Mega Trans 43.026 23. Star Travel 31.460 24. Baraya Travel 119.165 25. Transline 67.034 26. Maju Jaya Travel 10.069 27. Aya Mobil Travel 23.641 28. JE Travel 21.890 29. Mitra Travel 20.611 30. Dwi Berkah Travel 29.954 31. Purnagama Travel 37.834 32. Metrolines Travel 9.842 33. Kangoroo Travel 21.128 34. Pradana Travel 9.825
Jumlah 34 1.403.742 Sumber : data yang diolah dari arsip Dinas perhubungan mengenai jumlah jasa transportasi di Kota Bandung tahun 2007.
95
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa setelah munculnya tol
Cipularang jasa transportasi terus berkembang. Pada tahun 2007, terdapat 34 jasa
transportasi di Kota Bandung dengan berbagai kota tujuan di Indonesia. Jasa
transportasi kemudian menjadi sebuah moda transportasi masyarakat yang banyak
diburu dilihat dari segi kenyamanan dan keefektifan waktu. Maraknya jasa
transportasi juga menimbulkan persaingan dibidang pelayanan. Pelayanan tersebut
diberikan untuk memberikan kenyamanan terhadap konsumen. Pelayanan tersebut
berupa penyediaan armada-armada yang dilengkapi fasilitas seperti AC, GPS (
Global Positioning System) untuk menunjukkan arah dan tujuan kendaraan, dan
bahkan kursi penumpang yang terdapat dalam armadanya diatur atau disusun satu
kursi untuk satu penumpang sehingga para pengguna tidak perlu duduk
berdesakan dalam mobil dan dapat duduk dengan senyaman mungkin.
Persaingan lainnya juga terdapat dalam pengaturan tarif. Setiap jasa
transportasi mengeluarkan promo tarif murah sesuai tujuan dan pelayanan. Hanya
saja Dinas Perhubungan terus mengawasi masalah tarif agar tidak lebih murah
dari tarif bis. Persaingan tarif justru membuat masyarakat semakin diuntungkan
dengan usaha jasa transportasi. Tersedianya berbagai macam transportasi dan
kemudahan akses dalam berbagai hal di Bandung serta banyaknya tempat-tempat
wisata, maka semakin banyak wisatawan domestik dan mancanegara yang
berkunjung dengan tujuan berlibur, bisnis dan lain sebagainya di Kota Bandung.
Saat itu, masyarakat dan jasa transportasi seakan tidak bisa dipisahkan.
Masyarakat membutuhkan jasa transportasi sebagai alat transportasi yang efektif,
jasa transportasi juga membutuhkan masyarakat untuk mendapatkan keuntungan.
96
Konsep penawaran dan permintaan digunakan disini, masyarakat memiliki
permintaan terhadap jasa transportasi dan usaha jasa transportasi memberikan
penawaran kepada masyarakat. Masyarakat kini dapat memilih jasa transportasi
mana yang akan digunakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan sepatutnya
usaha jasa transportasi memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat.
Masyarakat mungkin lupa bahwa pelopor jasa transportasi di Kota
Bandung adalah 4848, perjalanan panjang selama kurang lebih 39 tahun ternyata
belum cukup kuat untuk menghadapi persaingan yang semakin tajam. Pada
awalnya 4848 merupakan sebuah moda jasa transportai yang sangat dibutuhkan
oleh masyarakat terutama di awal kemunculnnya. Menggunakan 4848 dapat
memudahkan masyarakat dalam mengantarkan barang maupun penumpang ke
tempat tujuan.4848 menjadi bagian yang sulit dipisahkan dari masyarakat umum
pada masa kejayaanya. Namun seiring perjalanan waktu 4848 semakin
ditinggalkan.
Manajemen 4848 memang tidak diam saja menghadapi permasalahan
seperti itu.Pada tahun 2006, 4848 sudah mulai menerapkan sistem door to point
dan point to point. Hal itu merupakan jawaban dari upaya peningkatan pelayanan
4848 untuk meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan kepada penumpang
setianya.Sistem pembelian tiket melalui online punterus diperbaharui dan
dikenalkan untuk memudahkan para penumpang dalam pembelian tiket.Langkah
manajemen berikutnya adalah dengan melakukan peremajaan ke beberapa armada
yang dimilikinya. Walaupun hal itu belum terjadi pada semua unit yang dimiliki,
tetapi manajemen terus berupaya untuk memperbaiki dalam meningkatkan citra
97
4848 sebagai pelopor jasa tranportasi di Kota Bandung. Beberapa wacana
kerjasama juga digaungkan oleh 4848 hingga akan melebarkan sayap ke
mancanegara, wacana tersebut terus dirampungkan agar hal tersebut cepat
direalisasikan.
4.6 Kemuduran Jasa Transportasi 4848
Perkembangan pesat 4848 yang tidak bertahan lama, dimulai pada tahun
1992, jasa taksi dalam kota mengalami kemunduran didorong dengan faktor
munculnya jasa taksi lainnya yang memberikan pelayanan yang lebih baik.
Penurunan jasa taksi dalam kota 4848 pada tahun 1992 tidak mempengaruhi jasa
transportasi lainnya bahkan pada tahun itu jasa antar-jemput sedang mengalami
peningkatan. Pada tahun 2001-2005 jumlah penumpang semakin menurun drastis
dari tahun sebelumnya yang disebabkan oleh mulai menurunnya permintaan dari
masyarakat akan jasa transportasi 4848. Tahun 2006-2008 penurunan semakin
terlihat sangat signifikan terutama pada tujuan Bandung-Jakarta, berbeda dengan
tahun sebelumnya penurunan drastis juga terjadi pada tujuan lainnya. Penurunan
tersebut diiringi dengan pelayanan dan menurunnya minat penumpang
menggunakan 4848 karena beberapa alasan.
Penurunan jumlah penumpang yang terjadi khususnya untuk rute Bandung
dan Jakarta mengakibatkan omset penjualan 4848 menurun.Manajer HRD 4848
Koriyanto mengemukakan bahwa :
Karena waktu tempuh 4848 sama dengan kereta api, 4848 mulai ditinggalkan penumpang. Penumpang yang naik travel 4848 mengalami pergeseran, ketika belum banyak pesaing, banyak karyawan atau mahasiswa yang masih mau menggunakan jasa 4848. Sekarang ini, 4848 digunakan oleh orang tua atau
98
orang-orang yang ingin berlibur karena tidak diburu waktu. Sehingga secara tidak langsung omset 4848 pun menurun (sumber:http://www.google.com//bisnis travel. Publikasi Februari 2006).
Persaingan dalam usaha jasa transportasi terus meningkat, tahun 2006
merupakan puncak persaingan antara sesama usaha jasa transportasi. Persaingan
yang kompetitif inilah yang menyebabkan penurunan jumlah penumpang 4848.
Penurunan jumlah penumpang 4848 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.5 Jumlah Penumpang 4848 Rute Bandung – Jakarta (PP) Tahun 2006-2007
Rute Jumlah Penumpang Tahun 2006 Jumlah
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
Bdg-Jkt 2.068 2.585 3.134 2.882 1.572 2.468 3.877 1.936 2.268 1.754 2.549 1.802 28.895 Jkt- Bdg 2.080 3.369 2.389 1.471 3.132 2.560 1.435 3.437 2.742 2.276 2.913 2.987 30.791
Rute Jumlah Penumpang Tahun 2007 Jumlah
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
Bdg-Jkt 1.775 1.556 1.260 1.108 997 1.125 1.304 1.112 986 1.246 1.096 1.468 15.033 Jkt- Bdg 1.278 2.472 1.454 2.743 2.149 2.116 2.486 1.986 1.894 2.389 1.784 2.268 23.125
Rute Jumlah Penumpang Tahun 2008 Jumlah
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
Bdg-Jkt 986 854 769 815 798 967 995 849 864 763 789 979 10.428 Jkt- Bdg 874 937 890 769 753 975 984 965 766 698 643 839 10.093
Sumber : data yang diolah dari arsip jumlah penumpang 4848 tahun 2006-2008
Dari data tabel di atas dapat diketahui bahwa selama tahun 2006 sampai
dengan tahun 2008 jumlah penumpang 4848 mengalami naik turun baik untuk
rute Bandung-Jakarta maupun sebaliknya. Penurunan jumlah penumpang untuk
kedua rute tersebut mulai terlihat pada bulan April 2006 sebesar 252 orang untuk
rute Bandung-Jakarta dan 107 orang untuk rute Jakarta-Bandung. Meskipun pada
bulan selanjutnya mengalami peningkatan, namun penurunan jumlah penumpang
terus terjadi, khususnya untuk rute Bandung-Jakarta yang selama delapan bulan
berturut-turut (Desember 2006-Mei 2007) mengalami penurunan jumlah
penumpang. Tabel penumpang rute itu juga semakin memperjelas penurunan
99
jumlah penumpang 4848 untuk tujuan Bandung-Jakarta yang terus merosot
hingga tahun 2008.
Fenomena tersebut juga memperlihatkan terjadinya penurunan permintaan
dari konsumen sebagai alat transportasi alternatif sehingga menuntut perusahaan
untuk lebih meningkatkan strategi yang dilakukan dalam bentuk pelayanan.
Startegi yang dilakukan pada dasarnya adalah untuk mempertahankan diri dalam
persaingan bisnis, selain itu diharapkan dengan peningkatan program layanan
pelanggan di atas dapat meningkatkan nama 4848 yang sudah mulai meredup
diakibatkan oleh banyaknya pesaing bisnis yang sama. Meskipun sebagai pionir di
bidangnya, namun pada akhirnya tidak dikenal oleh masyarakat sebagai
perusahaan besar yang memiliki beberapa jaringan usaha bahkan semakin
tersingkir dari persaingan usaha jasa transportasi. Masyarakat hanya sedikit saja
yang mengaku mengenal bahkan lebih banyak yang tidak mengenal, 4848 hanya
terkenal di berbagai kalangan orang tua atau bahkan dari kalangan orang-orang
yang dulu pernah menggunakan atau hanya mengetahui 4848 saat masa-masa
kejayaannya saja.
Ada beberapa hal yang membuat 4848 semakin ditinggalkan oleh
penumpangnya. Salah satu faktor yang paling mencolok adalah armada yang
dimiliki oleh 4848, armada yang digunakan untuk tujuan timur Jawa Barat sudah
tua dan sudah seharusnya diganti dengan armada yang baru atau hanya melakukan
peremajaan terhadap armada yang dinilai merupakan armada lama yang masih
digunakan. Berbeda dengan jasa transportasi lainnya yang mengandalkan armada
100
baru sehingga masyarakat lebih memilih jasa transportasi baru dibandingkan
dengan 4848.
Sudut pandang masyarakat kemudian semakin berubah karena sistem door
to door tidak dianggap efektif lagi, banyaknya jumlah kendaraan di Kota Bandung
semakin memperlambat armada 4848 dalam menjemput dan mengantar
penumpang yang tempat tinggalnya saling berjauhan, waktu tempuh yang
seharusnya lebih cepat menjadi terbuang banyak dengan menjeput dan mengantar
penumpang ke tujuan mereka masing-masing. Kenyamanan dari pelayanan
menjadi faktor selanjutnya yang membuat 4848 semakin ditinggalkan. Hal itu
ditandai dengan adanya beberapa armada 4848 yang terkesan bisa mencari
penumpang di mana saja.Jumlah penumpang yang diangkut pun melebihi
kapasitas yang tidak seharusnya. Pada umunya sebuah armada hanya mengangkut
5 sampai 10 orang tapi terkadang penumpang melebihi kapasitas yang ditetapkan
tersebut. Kelebihan penumpang itu membuat kenyamanan semakin berkurang.
Bila jasa transportasi lainnya menjadikan pelayanan menjadi hal yang
diutamakan, salah satunya dengan sistem satu orang berangkat, 4848 belum
mampu melakukannya. Sudah seharusnya 4848 mencontoh kepada pelayanan
usaha jasa trasnportasi lainnya untuk mengatasi penurunan jumlah penumpang
yang terus terjadi.
Kepemimpinan Bintang Irawan berbeda dengan kepemimpinan Irawan
Sarpingi, perbedaan itu terlihat pada kebijakan dan setiap keputusan yang diambil,
bila sebelumnya Irawan Sarpingi berusaha menciptkan kondisi perusahaan yang
kondusif dengan rasa toleransi terhadap karyawannya yang tinggi ditunjang
101
kesupelan yang dimilikinya sehingga membuat Irawan Sarpingi dekat dengan
atasan maupun bawahan. Sikap tersebut memberikan poin berbeda dengan
kepemimpinan saat ini, meskipun manajemen yang dimiliki belum begitu
terorganisir namun dengan situasi hubungan kerja yang baik dengan bawahan
maka semua persoalan bisa terselesaikan dengan baik bahkan sifat kekeluargaan
yang diterapkannya membuat perusahaan bisa berkembang dengan pesat.
Berbeda dengan sepeninggal Irawan Sarpingi, manajemen yang diterapkan oleh
Bintang Irawan memang terorganisir secara rinci namun dalam prakteknya
manajemen saja tidak cukup tetapi juga dibutuhkan hubungan yang baik dengan
karyawan. Permasalahan dalam manajemen itu juga yang menjadi alasan
mendasar mengapa 4848 tidak lagi berada di puncak kejayaannya.
Menurunnya 4848 tetapi tidak hanya dapat dipandang dari segi manajemen
saja. Pola pikir dan semakin tingginya kebutuhan masyarakat pun menjadi salah
satu alasan kemunduran dari 4848. Pengguna jasa transportasi yang didominasi
oleh para karyawan dan businessman membutuhkan waktu singkat dalam
melakukan perjalanan, pelayanan yang diberikan juga tidak dapat memenuhi
selera masyarakat yang semakin membutuhkan pelayanan terbaik sehingga 4848
semakin tidak dapat bertahan.