S BIO 0704204 Chapter4 -...

32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Data Pretest, Posttest dan Indeks Gain Penguasaan Konsep Penilaian penguasaan konsep siswa dilakukan dengan menggunakan tes tertulis dengan bentuk tes pilihan ganda sebanyak 20 soal. Penguasaan konsep siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat dari rata-rata nilai pretest dan posttest. Sedangkan peningkatan penguasaan konsep dari kedua kelas dapat dilihat dari nilai indeks gain. Berdasarkan nilai pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol, dilakukan analisis statistik untuk mengetahui pengaruh pendekatan Contextual teaching and Learning (CTL) terhadap penguasaan konsep siswa. Rekapitulasi data rata-rata nilai pretest, posttest, dan indeks gain penguasaan konsep kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah ini: Tabel 4.1 Data Pretest, Posttest, dan Indeks Gain Penguasaan Konsep Kelas Rata- rata Pretest (%) Rata-rata Posttest (%) Indeks Gain Kategori Indeks Gain Kontrol 57,97 67,70 0,25 Rendah Eksperimen 58,55 77,63 0,43 Sedang Hasil perhitungan menunjukan rata-rata pretest kelas eksperimen adalah 58,55 sedangkan rata-rata pretest kelas kontrol adalah 57,97. Hal ini menunjukan bahwa nilai pretest kelas eksperimen lebih besar daripada nilai pretest kelas kontrol. Kedua nilai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol termasuk ke dalam kriteria cukup 1

Transcript of S BIO 0704204 Chapter4 -...

Page 1: S BIO 0704204 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0704204_chapter4(1).pdf · eksperimen adalah 0,079. Nilai signifikansi untuk kelompok kontrol dan

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

• • • • Hasil Penelitian

• • • • Data Pretest, Posttest dan Indeks Gain Penguasaan Konsep

Penilaian penguasaan konsep siswa dilakukan dengan menggunakan tes

tertulis dengan bentuk tes pilihan ganda sebanyak 20 soal. Penguasaan konsep siswa

kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat dari rata-rata nilai pretest dan

posttest. Sedangkan peningkatan penguasaan konsep dari kedua kelas dapat dilihat

dari nilai indeks gain.

Berdasarkan nilai pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol,

dilakukan analisis statistik untuk mengetahui pengaruh pendekatan Contextual

teaching and Learning (CTL) terhadap penguasaan konsep siswa. Rekapitulasi data

rata-rata nilai pretest, posttest, dan indeks gain penguasaan konsep kelas eksperimen

dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah ini:

Tabel 4.1 Data Pretest, Posttest, dan Indeks Gain Penguasaan Konsep

Kelas Rata- rata Pretest (%)

Rata-rata Posttest (%)

Indeks Gain Kategori Indeks Gain

Kontrol 57,97 67,70 0,25 RendahEksperimen 58,55 77,63 0,43 Sedang

Hasil perhitungan menunjukan rata-rata pretest kelas eksperimen adalah 58,55

sedangkan rata-rata pretest kelas kontrol adalah 57,97. Hal ini menunjukan bahwa

nilai pretest kelas eksperimen lebih besar daripada nilai pretest kelas kontrol. Kedua

nilai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol termasuk ke dalam kriteria cukup

1

Page 2: S BIO 0704204 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0704204_chapter4(1).pdf · eksperimen adalah 0,079. Nilai signifikansi untuk kelompok kontrol dan

(Arikunto, 2006: 57). Setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan CTL pada kelas eksperimen dan pendekatan konvensional pada kelas

kontrol, kemudian dilakukan posttest. Hasil rata-rata posttest kelas eksperimen adalah

77,63%, nilai ini termasuk ke dalam kategori tingkat pemahaman baik (Arikunto,

2006: 57). Sedangkan rata-rata posttest kelas kontrol adalah 67,70%, nilai ini

termasuk ke dalam kategori pemahaman baik (Arikunto, 2006: 57). Nilai rata-rata

posttest kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol, hal ini menunjukan

bahwa penguasaan konsep kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.

Perbandingan persentase nilai pretest dan posttest penguasaan konsep kelas

kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada Gambar 4.1 di bawah ini.

Rata –rata Nilai (%)

Gambar 4.1 Persentase nilai rata-rata pretest dan posttest penguasaan konsep

kelas kontrol dan kelas eksperimen

Secara keseluruhan, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol mengalami

peningkatan penguasaan konsep. Hal ini dapat dilihat dari nilai indeks gain kedua

kelas tersebut. Nilai rata-rata indeks gain kelas eksperimen adalah 0,43 termasuk ke

dalam kategori sedang. Sedangkan nilai rata-rata indeks gain kelas kontrol adalah 0,25

yang termasuk ke dalam kategori rendah. Nilai indeks gain kelompok eksperimen

lebih tinggi daripada kelas kontrol, hal ini menunjukkan bahwa pendekatan CTL dapat

meningkatkan penguasaan konsep siswa.

2

Page 3: S BIO 0704204 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0704204_chapter4(1).pdf · eksperimen adalah 0,079. Nilai signifikansi untuk kelompok kontrol dan

Perbandingan indeks gain pengusaan konsep kelas kontrol dan kelas

eksperimen dapat dilihat pada Gambar 4.2 di bawah ini.

Nilai Indeks Gain

Gambar 4.2 Perbandingan indeks gain penguasaan konsep kelas kontrol dan

kelas eksperimen

Selain dilakukan perhitungan untuk melihat peningkatan penguasaan konsep

siswa melalui indeks gain, dilakukan pula analisis statistik untuk menguji hipotesis

penelitian. Sebelum dilakukan uji hipotesis dilakukan dulu uji prasyarat. Uji prasyarat

terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas dan uji homogenitas

menggunakan program komputer software SPSS versi 16.0 for windows. Rekapitulasi

data penguasaan konsep kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada Tabel

4.2.

Tabel 4.2 Rekapitulasi Data Penguasaan Konsep Belajar Kelas Kontrol dan

Eksperimen

Komponen Pretest PosttestKontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen

N 37 38 37 38x 57,97 58,55 67,70 77,63

SD 13,74 14,03 11,57 11,91Nilai Tertinggi 80 80 85 90Nilai Terendah 30 30 45 45Uji Normalitas

3

Page 4: S BIO 0704204 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0704204_chapter4(1).pdf · eksperimen adalah 0,079. Nilai signifikansi untuk kelompok kontrol dan

Signifikansi 0,127 0,104 0,072 0,079Kesimpulan Normal Normal Normal Normal

Uji HomogenitasSignifikansi 0,916 0,976Kesimpulan Homogen Homogen

Uji HipotesisZ hitung 0,18 3,76Z tabel ±1,96 ±1,96

Kesimpulan H0 diterima H1 diterima

• • • • Uji Prasyarat Penguasaan Konsep

• • • • Uji Normalitas Pretest Penguasaan Konsep

Uji statistik yang digunakan untuk uji normalitas pretest adalah uji Shapiro-

Wilk dengan mengambil taraf signifikansi (α) sebesar 0,05. Uji normalitas dilakukan

dengan menggunakan program komputer software SPSS versi 16.0 for windows.

Berdasarkan data pada Tabel 4.2 nilai signifikansi kelompok kontrol adalah 0,127 dan

nilai signifikansi untuk kelompok eksperimen adalah 0,104. Nilai signifikansi untuk

kelompok kontrol dan kelompok eksperimen lebih dari 0,05, maka Ho tidak dapat

ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa data pretest siswa kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol berdistribusi normal

• • • • Uji Homogenitas Pretest Penguasaan Konsep

Uji homogenitas pretest menggunakan software SPSS versi 16.0 for windows.

Berdasarkan data pada Tabel 4.2 diperoleh homogenitas based of mean sebesar 0,916.

Nilai tersebut melebihi taraf nyata 0,05 sehingga menunjukan bahwa varian data

tersebut homogen.

• • • • Uji Normalitas Posttest Penguasaan Konsep

Berdasarkan Tabel 4.2 terlihat bahwa dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk

diperoleh nilai signifikansi kelompok kontrol adalah 0,072 dan untuk kelompok

4

Page 5: S BIO 0704204 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0704204_chapter4(1).pdf · eksperimen adalah 0,079. Nilai signifikansi untuk kelompok kontrol dan

eksperimen adalah 0,079. Nilai signifikansi untuk kelompok kontrol dan kelompok

eksperimen lebih dari 0,05, maka Ho tidak dapat ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa

data posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal.

• • • • Uji Homogenitas Posttest Penguasaan Konsep

Uji homogenitas posttest menggunakan software SPSS versi 16.0 for windows.

Berdasarkan data pada Tabel 4.2 diperoleh homogenitas based of mean sebesar 0,976.

Nilai tersebut melebihi taraf nyata 0,05 sehingga menunjukan bahwa varians data

tersebut homogen.

• • • • Uji Hipotesis Penguasaan Konsep

Analisis terhadap hasil posttest penguasaan konsep siswa menunjukan data

terdistribusi normal dan homogen, dan siswa yang mengikuti posttest lebih dari 30

siswa, sehingga untuk uji hipotesis posttest penguasaan konsep menggunakan uji z.

Taraf signifikansi (α) yang digunakan yaitu 0,05.

Pasangan hipotesis nol dan hipotesis alternatifnya adalah sebagai berikut:

H0: tidak terdapat pengaruh pembelajaran dengan pendekatan CTL terhadap

penguasaan konsep siswa.

H1: terdapat pengaruh pembelajaran dengan pendekatan CTL terhadap penguasaan

konsep siswa.

z = 3,76

Setelah didapat nilai z hitung, kemudian menentukan daerah penerimaan

dengan taraf nyata yang dipakai α = 0,05. Hasil perhitungan uji z adalah 3,76 dan nilai

z tabel(0,05) adalah 1,96. Nilai zhitung > ztabel(0,05), hal ini menunjukan bahwa H0 ditolak

5

Page 6: S BIO 0704204 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0704204_chapter4(1).pdf · eksperimen adalah 0,079. Nilai signifikansi untuk kelompok kontrol dan

dan H1 diterima yaitu terdapat pengaruh pembelajaran dengan pendekatan CTL

terhadap penguasaan konsep siswa.

• • • • Data Pretest dan Posttest Kemampuan Komunikasi

Penilaian kemampuan komunikasi tulisan dilakukan dengan menggunakan tes

tertulis dalam bentuk uraian sebanyak 5 soal. Kemampuan komunikasi siswa kelas

eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat dari rata-rata nilai pretest dan posttest.

Sedangkan peningkatan kemampuan komunikasi dari kedua kelas dapat dilihat dari

nilai indeks gain. Rekapitulasi data rata-rata nilai pretest, posttest, dan indeks gain

kemampuan komunikasi dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Data Pretest, Posttest dan Indeks Gain Kemampuan Komunikasi

Kelas Rata-rata Pretest (%)

Rata-rata Posttest (%)

Indeks Gain Kategori Indeks Gain

Kontrol 56,08 63,21 0,18 RendahEksperimen 56,71 79,89 0,41 Sedang

Hasil perhitungan menunjukan rata-rata pretest kelas eksperimen adalah

56,71% sedangkan rata-rata pretest kelas kontrol adalah 56,08%. Hal ini menunjukan

bahwa nilai pretest kelas eksperimen lebih besar daripada nilai pretest kelas kontrol.

Kedua nilai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol termasuk ke dalam kriteria

kurang (Purwanto, 2008: 103). Setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan CTL pada kelas eksperimen dan pendekatan konvensional pada kelas

kontrol, kemudian dilakukan posttest. Hasil rata-rata posttest kelas eksperimen adalah

79,89%, nilai ini termasuk ke dalam kategori baik (Purwanto, 2008: 103). Sedangkan

6

Page 7: S BIO 0704204 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0704204_chapter4(1).pdf · eksperimen adalah 0,079. Nilai signifikansi untuk kelompok kontrol dan

rata-rata posttest kelas kontrol adalah 63,21%, nilai ini termasuk ke dalam kategori

cukup (Purwanto, 2008: 103). Nilai rata-rata posttest kelas eksperimen lebih tinggi

daripada kelas kontrol, hal ini menunjukan bahwa kemampuan komunikasi kelas

eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.

Perbandingan persentase nilai pretest dan posttest kemampuan komunikasi

kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada Gambar 4.3

Nilai Rata-rata (%)

Gambar 4.3 Persentase nilai rata-rata pretest dan posttest kemampuan

komunikasi kelas kontrol dan kelas eksperimen

Secara keseluruhan, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol mengalami

peningkatan penguasaan konsep. Hal ini dapat dilihat dari nilai indeks gain kedua

kelas tersebut. Nilai rata-rata indeks gain kelas kontrol adalah 0,18 yang termasuk ke

dalam kategori rendah. Sedangkan nilai rata-rata indeks gain kelas eksperimen adalah

0,41 yang termasuk ke dalam kategori sedang. Nilai rata-rata indeks gain kelas

eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol, hal ini menunjukan bahwa

pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL dapat meningkatkan

kemampuan komunikasi siswa. Perbandingan indeks gain kelas kemampuan

komunikasi kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Nilai Indeks Gain

Gambar 4.4 Perbandingan indeks gain kemampuan komunikasi kelas kontrol

7

Page 8: S BIO 0704204 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0704204_chapter4(1).pdf · eksperimen adalah 0,079. Nilai signifikansi untuk kelompok kontrol dan

dan kelas eksperimen

Selain dilakukan perhitungan untuk melihat peningkatan kemampuan

komunikasi siswa melalui indeks gain, dilakukan pula analisis statistik untuk menguji

hipotesis penelitian. Rekapitulasi data kemampuan komunikasi tulisan siswa kelas

kontrol dan kelas eksperimen dapat dilhat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Rekapitulasi Data Kemampuan Komunikasi Kelas Kontrol dan

Eksperimen

Komponen Pretest PosttestKontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen

N 37 38 37 38x 56,08 56,71 63,24 72,10

SD 14,28 12,80 14,93 13,41Nilai Tertinggi 80 80 90 95Nilai Terendah 20 30 25 45Uji Normalitas

Signifikansi 0,046 0,148 0,036 0,040Kesimpulan Tidak

NormalNormal Tidak

NormalTidak

NormalUji Hipotesis

Asymp. Sig. (2-tailed) 0,806 0,006Kesimpulan H0 ditolak H1 diterima

• • • • Uji Prasyarat Kemampuan Komunikasi

• • • • Uji Normalitas Pretest Kemampuan Komunikasi

Uji normalitas kemampuan awal komunikasi siswa diperoleh dari data pretest.

Uji statistik yang akan digunakan adalah uji Shapiro-Wilk dengan mengambil taraf

signifikansi (α) sebesar 0,05. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan program

komputer software SPSS versi 16.0 for windows.

Berdasarkan Tabel 4.4 terlihat bahwa dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk

8

Page 9: S BIO 0704204 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0704204_chapter4(1).pdf · eksperimen adalah 0,079. Nilai signifikansi untuk kelompok kontrol dan

diperoleh nilai signifikansi untuk kelompok eksperimen adalah 0,148. Hal ini

menunjukkan data pretest kemampuan komunikasi kelas eksperimen berdistribusi

normal. Nilai signifikansi untuk kelompok kontrol adalah 0,046. Hal ini menunjukkan

data pretest kemampuan komunikasi kelompok kontrol tidak berdistribusi normal,

karena nilai signifikansi kurang dari 0,05, karena ada salah satu data yang tidak

berdistribusi normal, maka tidak perlu dilakukan uji homogenitas.

• • • • Uji Normalitas Posttest Kemampuan Komunikasi

Berdasarkan Tabel 4.4 terlihat bahwa uji normalitas dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk diperoleh nilai signifikansi kelompok eksperimen adalah 0,040. dan

nilai signifikansi untuk kelompok eksperimen adalah 0,036. Nilai signifikansi untuk

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol kurang dari 0,05, maka Ho ditolak. Hal

ini menunjukkan bahwa skor posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

tidak berdistribusi normal. Berdasarkan hasil uji normalitas, data posttest kemampuan

komunikasi kelas kontrol dan kelas eksperimen tidak berdistribusi normal, sehingga

tidak perlu dilakukan uji homogenitas.

• • • • Uji Hipotesis Kemampuan Komunikasi

Berdasarkan hasil uji normalitas kemampuan komunikasi pada kelompok

eksperimen maupun kelompok kontrol disimpulkan bahwa data tidak berdistribusi

normal. Oleh karena itu, untuk membandingkan rata-rata siswa yang memperoleh

pembelajaran CTL dengan pendekatan konvensional dilakukan uji statistik non-

parametrik Mann Whitney U.

Pasangan hipotesis nol dan hipotesis alternatifnya adalah sebagai berikut:

H0: tidak terdapat pengaruh pembelajaran dengan pendekatan CTL terhadap

kemampuan komunikasi siswa.

9

Page 10: S BIO 0704204 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0704204_chapter4(1).pdf · eksperimen adalah 0,079. Nilai signifikansi untuk kelompok kontrol dan

H1: terdapat pengaruh pembelajaran dengan pendekatan CTL terhadap kemampuan

komunikasi siswa.

Uji statistik yang digunakan adalah non-parametrik Mann-Whitney U dengan

mengambil taraf signifikansi 0,05. Kriteria pengujiannya yaitu jika nilai Signifikansi

(2-tailed) > 0,05 maka H0 diterima atau jika nilai Signifikansi (2-tailed) < 0,05

maka H0 ditolak (Uyanto, 2009: 138).

Untuk memudahkan pengujian, penulis menggunakan software SPSS versi

16.0 for windows. Berdasarkan data pada Tabel 4.4 terlihat bahwa dengan

menggunakan uji statistik non-parametrik Mann-Whitney U diperoleh nilai

signifikansi adalah 0,006 artinya H0 ditolak. Hal ini menunjukan bahwa terdapat

pengaruh pembelajaran dengan pendekatan CTL terhadap kemampuan komunikasi

siswa.

• • • • Data Indikator Kemampuan Komunikasi Tulisan

Masing-masing indikator kemampuan komunikasi tulisan terdapat pada setiap

soal uraian. Data hasil pretest setiap indikator kemampuan komunikasi tulisan dapat

dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Data Hasil Pretest Indikator Kemampuan Komunikasi Tulisan

No.Soal

Kemampuan Komunikasi

Tulisan

PretestNo.Soal

Kemampuan Komunikasi

TulisanKontrol

(%)Kategori Eksperimen

(%)Kategori

1. Menginterpretasi Gambar 70,27 Cukup 73,02 Cukup2. Membuat Bagan 48,64 Kurang Sekali 51,97 Kurang Sekali3. Membaca Tabel 66,21 Cukup 63,81 Cukup4. Membaca Grafik 62,16 Cukup 58,55 Kurang5. Membuat Grafik 35,81 Kurang Sekali 38,15 Kurang Sekali

Rata-rata nilai pretest untuk setiap indikator kemampuan komunikasi tulisan

10

Page 11: S BIO 0704204 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0704204_chapter4(1).pdf · eksperimen adalah 0,079. Nilai signifikansi untuk kelompok kontrol dan

siswa kelas kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada Gambar 4.5.

Indikator Kemampuan Komunikasi Tulisan

Prsentase Nilai (%)

Gambar 4.5 Persentase nilai rata-rata pretest kemampuan komunikasi tulisan siswa

Keterangan Gambar :1 = Menginterpretasi gambar2 = Membuat bagan3 = Membaca tabel4 = Membaca grafik5 = Membuat grafik

Data hasil posttest setiap indikator kemampuan komunikasi tulisan dapat

dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Data Hasil Posttest Indikator Kemampuan Komunikasi Tulisan

No.Soal

Kemampuan KomunikasiTulisan

PosttestNo.Soal

Kemampuan KomunikasiTulisan Kontrol

(%)Kategori Eksperimen

(%)Kategori

1. Menginterpretasi Gambar 75,67 Cukup 84,86 Baik2. Membuat Bagan 58,78 Kurang 67,76 Cukup3. Membaca Tabel 68,24 Cukup 77,63 Baik4. Membaca Grafik 63,51 Cukup 76,31 Baik5. Membuat Grafik 54,60 Kurang 66,44 Cukup

Rata-rata nilai posttest untuk setiap indikator kemampuan komunikasi tulisan

siswa kelas kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada Gambar 4.6

Indikator Kemampuan Komunikasi Tulisan

Persentase Nilai (%)

Gambar 4.6 Persentase nilai rata-rata posttest kemampuan komunikasi

tulisan siswa

Keterangan Gambar :1 = Menginterpretasi gambar2 = Membuat bagan3 = Membaca tabel4 = Membaca grafik

11

Page 12: S BIO 0704204 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0704204_chapter4(1).pdf · eksperimen adalah 0,079. Nilai signifikansi untuk kelompok kontrol dan

5 = Membuat grafik

Berdasarkan data pada Tabel 4.5 dan Tabel 4.6 diketahui bahwa kemampuan

awal untuk indikator menginterpretasi gambar kedua kelas termasuk kategori cukup.

Setelah pembelajaran, kelas kontrol mengalami peningkatan rata-rata nilai posttest

namun kategorinya tetap cukup, sedangkan pada kelas eksperimen kemampuan

komunikasi menginterpretasi gambar mengalami peningkatan menjadi kategori baik.

Untuk kemampuan komunikasi membuat bagan kedua kelas termasuk ke

dalam kategori kurang sekali, setelah pembelajaran kelas kontrol mengalami

peningkatan menjadi kategori kurang sedangkan kelas eksperimen menjadi kategori

cukup. Untuk kemampuan komunikasi membaca tabel kedua kelas termasuk ke dalam

kategori cukup. Setelah pembelajaran kelas kontrol kategorinya tetap cukup,

sedangkan untuk kelas eksperimen terjadi peningkatan menjadi kategori baik.

Untuk kemampuan komunikasi membaca grafik kedua kelas termasuk ke

dalam kategori kurang sekali, setelah pembelajaran kelas kontrol mengalami

peningkatan menjadi kategori cukup dan kelas eksperimen menjadi kategori baik.

Untuk kemampuan komunikasi membuat grafik kedua kelas termasuk kategori kurang

sekali, setelah pembelajaran kelas kontrol mengalami peningkatan menjadi kategori

kurang sedangkan kelas eksperimen menjadi kategori cukup.

• • • • Data Hasil Observasi

Kemampuan komunikasi lisan siswa dijaring melalui observasi menggunakan

lembar observasi yang dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung yakni

pada saat kegiatan diskusi. Rata-rata penguasaan kemampuan komunikasi lisan pada

setiap indikator yang diamati dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Persentase Rata-rata Kemampuan Komunikasi Lisan Siswa

No Indikator Kemampuan Komunikasi Lisan % Kategori

12

Page 13: S BIO 0704204 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0704204_chapter4(1).pdf · eksperimen adalah 0,079. Nilai signifikansi untuk kelompok kontrol dan

1. Siswa mengemukan pendapat dalam diskusi. 78,94 Sering

2. Siswa mendengarkan pendapat anggota kelompok yang lain.

97,36 Sangat Sering

3. Siswa membantu mengembangkan pendapat teman sekelompoknya.

36,84 Jarang

4. Siswa memperhatikan dan mengkondisikan audiens ketika akan berbicara.

60,52 Sering

5. Siswa mengemukakan pertanyaan kepada guru 42,10 Jarang

6. Siswa menjawab pertanyaan dari guru atau dari siswa lain.

21,05 Sangat Jarang

7. Siswa dapat menyakinkan orang lain tentang apa yang disampaikannya.

39,47 Jarang

8. Siswa menyanggah pendapat kelompok lain. 47,36 Jarang

9. Siswa menerima pendapat dan masukan dari teman.42,10 Jarang

10. Siswa mengemukakan kesimpulan dari hasil diskusi.21,05 Sangat jarang

Berdasarkan data pada Tabel 4.7 indikator kemampuan komunikasi lisan yang

paling sering muncul adalah siswa mendengarkan pendapat anggota kelompok yang

lain pada saat diskusi kelompok, indikator tersebut dimunculkan sangat sering

(97,36). Indikator kemampuan komunikasi lisan yang paling jarang muncul adalah

kemampuan bertanya (21,05) dan kemampuan mengemukakan kesimpulan (21,05)

yang termasuk kategori sangat jarang siswa memunculkan indikator tersebut.

Persentase kemunculan setiap indikator kemampuan komunikasi lisan siswa

dapat dilihat pada Gambar 4.7.

Persentase Kemunculan (%)

Indikator Kemampuan Komunikasi Lisan

Gambar 4.7 Persentase kemunculan indikator kemampuan komunikasi lisan

Keterangan Gambar :1: Mengemukan pendapat 2: Mendengarkan pendapat 3: Membantu mengembangkan pendapat teman4: Memperhatikan dan mengkondisikan audiens ketika akan berbicara.

13

Page 14: S BIO 0704204 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0704204_chapter4(1).pdf · eksperimen adalah 0,079. Nilai signifikansi untuk kelompok kontrol dan

5: Mengemukakan pertanyaan 6: Menjawab pertanyaan dari guru atau dari siswa lain7: Menyakinkan orang lain 8: Menyanggah pendapat kelompok lain9: Menerima pendapat dan masukan dari teman10: Mengemukakan kesimpulan dari hasil diskusi

• • • • Data Hasil Angket Siswa

Pendapat atau respon siswa tentang pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan CTL dijaring melalui angket yang dibagikan di kelas eksperimen setelah

pembelajaran berlangsung. Analisis data hasil angket siswa dilakukan dengan cara

mempersentasekan jawaban siswa (jawaban Ya dan jawaban Tidak) pada setiap

pernyataan yang terdapat pada angket. Rata-rata jawaban siswa untuk setiap

pertanyaan angket dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Persentase Rata-rata Jawaban Siswa

No. Soal JawabanYa (%) Tidak (%)

1 Apakah kamu tahu atau pernah mengalami penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran?

2,63% 97,36%

2 Apakah pendekatan CTL yang dilakukan membuat pembelajaran menjadi menyenangkan?

94,73% 5,26%

3 Apakah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL membuat kamu lebih tertarik untuk mempelajari konsep pencemaran lingkungan?

78,94% 21,05%

4 Apakah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL memudahkan kamu dalam memahami konsep pencemaran lingkungan?

94,73% 5,26%

5 Apakah pendekatan CTL cocok diterapkan pada materi pencemaran lingkungan?

92,10% 7,89%

6 Apakah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL dapat membantu kamu untuk menerapkan konsep yang sudah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari?

86,84% 13,15%

7 Apakah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL dapat membuat kamu lebih aktif berkomunikasi dengan guru di kelas?

73,68% 26,31%

8 Apakah kamu terlibat aktif ketika sedang berdiskusi?

78,94% 21,05%

9 Apakah kamu dapat mengemukakan pendapat dengan lancar dan jelas pada saat berdiskusi

36,84% 68,42%

14

Page 15: S BIO 0704204 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0704204_chapter4(1).pdf · eksperimen adalah 0,079. Nilai signifikansi untuk kelompok kontrol dan

10 Apakah kamu dapat menyanggah pendapat orang lain pada saat berdiskusi?

44,73% 55,26%

11 Apakah kamu dapat menerima pendapat orang lain pada saat berdiskusi?

100% 0%

12 Apakah kamu kesulitan memahami materi dari gambar,bagan,tabel, atau grafik?

86,84% 13,15%

13 Apakah kamu kesulitan menyajikan data ke dalam bentuk bagan?

94,73% 5,26%

14 Apakah kamu kesulitan menyajikan data ke dalam bentuk grafik?

78,94% 21,05%

15 Apakah pendekatan CTL yang dilakukan dalam pembelajaran, dapat meningkatkan kemampuan komunikasi kamu?

73,68% 26,31%

• • • • Pembahasan

• • • • Penguasaan Konsep

Pretest dilakukan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen untuk mengetahui

kemampuan awal siswa mengenai konsep pencemaran lingkungan. Dari hasil analisis

terhadap data nilai pretest, menunjukkan bahwa kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol memiliki kemampuan awal yang sama atau tidak berbeda secara signifikan.

Hasil pretest di kedua kelompok memiliki rata-rata yang kecil dan termasuk ke dalam

kategori penguasaan cukup. Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan konsep awal

siswa di kedua kelompok sebelum mengikuti pembelajaran rendah. Ini merupakan

sesuatu yang wajar karena siswa diberikan tes tentang konsep pencemaran lingkungan

yang materinya belum pernah disampaikan kepada mereka. Berbeda dengan

penguasaan konsep awal siswa, penguasaan konsep siswa setelah mengikuti

pembelajaran menjadi lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil posttest di kelas

eksperimen yang lebih tinggi dan termasuk ke dalam kategori baik.

Nilai rata-rata indeks gain kelompok eksperimen adalah 0,43 yang termasuk ke

15

Page 16: S BIO 0704204 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0704204_chapter4(1).pdf · eksperimen adalah 0,079. Nilai signifikansi untuk kelompok kontrol dan

dalam kategori sedang, sedangkan nilai rata-rata indeks gain kelompok kontrol adalah

0,25 yang termasuk ke dalam kategori rendah. Hal ini menunjukkan bahwa

penguasaan konsep siswa yang belajar dengan menggunakan pendekatan CTL lebih

baik daripada yang belajar dengan menggunakan pendekatan konvensional.

Peningkatan penguasaan konsep di kelompok eksperimen disebabkan siswa

membangun pengetahuannya sendiri (constructivism) dan mengendapkan pengetahuan

yang diperolehnya dengan cara menghubungkannya dengan permasalahan sehari-hari

(reflection). Seperti yang dikemukakan oleh Piaget dan Freire (Lie, 2004: 5) bahwa

berhasil tidaknya siswa menggali pengetahuan tergantung pada bagaiman guru

menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan siswa membentuk makna-

makna dari bahan pelajaran melalui suatu proses belajar dan menyimpannya dalam

ingatan yang sewaktu- waktu dapat diproses dan dikembangkan lebih lanjut.

Menurut Slameto (2003: 54) hasil belajar, dipengaruhi oleh dua faktor yaitu

faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap

belajar dikelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu: (a) faktor keluarga (b) faktor

sekolah termasuk didalamnya pendekatan dan metode mengajar, kurikulum, relasi

guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pembelajaran,

waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan

tugas rumah, dan (c) faktor masyarakat.

Siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL

penguasaan konsepnya lebih baik karena melakukan kegiatan praktikum yang

membuat siswa lebih mengingat materi pembelajaran. Sedangkan pada kelas yang

memperoleh pembelajaran konvensional hanya mendengarkan penjelasan dari guru

tanpa ada kegiatan praktikum, siswa di kelas kontrol tidak membangun

16

Page 17: S BIO 0704204 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0704204_chapter4(1).pdf · eksperimen adalah 0,079. Nilai signifikansi untuk kelompok kontrol dan

pengetahuannya sendiri, sehingga lebih mudah lupa materi yang diajarkan.

Selain karena adanya kegiatan praktikum, faktor lain yang menyebabkan

peningkatan hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan CTL

lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional adalah setelah

pembelajaran siswa di kelas eksperimen diberi kesempatan untuk bertanya mengenai

materi yang kurang dimengerti dan guru menjelaskan kembali. Siswa di kelas

eksperimen juga melakukan reflection, dimana siswa mengendapkan pengetahuan

yang sudah dipelajari. Siswa di kelas kontrol tidak melakukan kegiatan bertanya

sehingga siswa tidak bisa bertanya mengenai konsep yang belum dimengerti. Siswa di

kelas kontrol juga tidak melakukan kegiatan reflection, sehingga siswa kurang bisa

memaknai pembelajaran yang telah dilakukan.

Berdasarkan hasil angket, siswa yang menjawab “ya” untuk pertanyaan

pendekatan CTL memudahkan kamu dalam memahami konsep pencemaran

lingkungan adalah sebanyak 94,73%, sedangkan yang menjawab “tidak” sebanyak

5,26%. Hal ini menunjukan bahwa siswa lebih mudah memahami konsep pencemaran

lingkungan melalui pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL.

• • • • Kemampuan Komunikasi Tulisan

Dari hasil analisis terhadap data nilai pretest kemampuan komunikasi

menunjukkan bahwa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki

pemahaman konsep awal tidak berbeda secara signifikan. Hasil pretest di kedua

kelompok memiliki rata-rata yang kecil, hal ini menunjukan bahwa kemampuan awal

siswa di kedua kelompok sebelum mengikuti pembelajaran rendah. Hal ini

disebabkan siswa jarang sekali mendapatkan soal berupa bagan, tabel, dan grafik

dalam tes biologi.

17

Page 18: S BIO 0704204 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0704204_chapter4(1).pdf · eksperimen adalah 0,079. Nilai signifikansi untuk kelompok kontrol dan

Setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL di

kelas eksperimen dan pendekatan konvensional di kelas kontrol, dilakukan posttest.

Rata-rata posttest kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol. Hasil rata-rata

posttest kelas eksperimen adalah 79,89%, nilai ini termasuk ke dalam kategori baik

(Purwanto, 2008: 103). Sedangkan rata-rata posttest kelas kontrol adalah 63,21%,

nilai ini termasuk ke dalam kategori cukup (Purwanto, 2008: 103). Berdasarkan nilai

rata-rata indeks gain kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol. Nilai rata-

rata indeks gain kelas eksperimen adalah 0,41 yang termasuk ke dalam kategori

sedang. Sedangkan nilai rata-rata indeks gain kelas kontrol adalah 0,18 yang termasuk

ke dalam kategori rendah . Hal ini menunjukan terdapat pengaruh pembelajaran CTL

terhadap kemampuan komunikasi siswa.

Keterampilan komunikasi dapat dilatihkan guru dengan cara membuat gambar,

tabel, diagram, grafik, atau histogram (Semiawan, 1988: 33). Penyebab terdapat

perbedaan yang signifikan dari kemampuan komunikasi tulisan siswa kelompok

kontrol dan eksperimen adalah terdapat perbedaan pengalaman belajar yang dialami

siswa di kelas kontrol dan kelas eksperimen. Di kelas eksperimen guru menampilkan

gambar, bagan, tabel, dan grafik, kemudian membimbing siswa untuk

menganalisisnya sehingga siswa membangun pengetahuannya sendiri

(constructivisme). Selain itu siswa di kelas eksperimen juga memperoleh pengetahuan

bukan dari hasil mengingat seperangkat fakta tapi dari hasil kegiatan menemukan

(inquiry) melalui kegiatan praktikum.

Terdapat empat indikator kemampuan komunikasi tulisan dalam penelitian ini

yaitu kemampuan komunikasi tulisan melalui gambar, bagan, tabel, dan grafik. Setiap

indikator terdapat di dalam soal uraian pretest dan posttest.

18

Page 19: S BIO 0704204 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0704204_chapter4(1).pdf · eksperimen adalah 0,079. Nilai signifikansi untuk kelompok kontrol dan

• • • • Kemampuan Komunikasi melalui Gambar

Indikator kemampuan komunikasi melalui gambar terdapat pada soal uraian

nomor satu. Kemampuan komunikasi melalui gambar pada kedua kelompok sebelum

pembelajaran tidak jauh berbeda antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Rata-

rata hasil pretest kemampuan komunikasi melalui gambar pada kelas eksperimen

yaitu 73,02%, yang termasuk ke dalam kategori cukup, dan pada kelas kontrol yaitu

70,27% yang termasuk ke dalam kategori cukup. Kedua kelompok siswa memiliki

kemampuan komunikasi melalui gambar yang termasuk kategori cukup, karena siswa

sudah sering mendapatkan soal tes berupa gambar, sehingga siswa terbiasa

menginterpretasi gambar.

Setelah pembelajaran, rata-rata hasil posttest kemampuan komunikasi melalui

gambar pada kelas eksperimen mengalami peningkatan menjadi 84,86% yaitu

kategori baik. Sedangkan pada kelas kontrol rata-rata nilai posttest untuk kemampuan

komunikasi melalui gambar juga mengalami peningkatan menjadi 75,67%, namun

kategorinya tetap cukup. Berdasarkan kategori kemampuan komunikasi, kategori

kelompok eksperimen lebih baik daripada kategori kelompok kontrol.

Di kelas eksperimen guru banyak menampilkan gambar dan membimbing

siswa untuk menganalisis gambar tersebut, sehingga siswa terbiasa untuk

menginterpretasi gambar dan mengubahnya menjadi bentuk uraian. Siswa di kelas

eksperimen sering mendapat latihan menginterpretasi gambar sehingga rata-rata nilai

posttest siswa kelas eksperimen lebih baik dibandingkan rata-rata nilai posttest kelas

kontrol.

19

Page 20: S BIO 0704204 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0704204_chapter4(1).pdf · eksperimen adalah 0,079. Nilai signifikansi untuk kelompok kontrol dan

• • • • Kemampuan Komunikasi melalui Bagan

Manfaat dari penggunaan bagan sebagai sebuah media yaitu merangkum suatu

keterangan secara sederhana, memperlihatkan hubungan antara data yang satu dengan

yang lainnya secara jelas dan mudah, serta mendorong siswa berpikir secara kritis dan

analisis (Latuheru, 1988: 48).

Indikator kemampuan komunikasi membuat bagan terdapat pada soal uraian

nomor dua. Berdasarkan hasil analisis pretest, rata-rata pretest kemampuan

komunikasi melalui bagan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

termasuk ke dalam kategori kurang sekali. Rata-rata nilai pretest pada kelas

eksperimen yaitu 51,97%, sedangkan pada kelompok kontrol yaitu 48,64%.

Rendahnya rata-rata nilai pretest kedua kelompok siswa disebabkan siswa tidak

terbiasa membuat bagan dan jarang sekali mendapat soal berupa bagan. Setelah

pembelajaran dilakukan, dan dilakukan analisis hasil posttest, rata-rata nilai posttest

kelas eksperimen adalah 67,76% yang termasuk kategori cukup sedang untuk kelas

kontrol adalah 58,78% yang termasuk kategori kurang.

Rata-rata nilai posttest kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan

kelas kontrol karena kelas eksperimen melakukan kegiatan praktikum. Pada saat

kegiatan praktikum siswa diharuskan melihat cara kerja yang berupa bagan dan harus

memahaminya. Selain itu siswa di kelompok eksperimen juga ditugaskan untuk

membuat laporan hasil praktikum, dan untuk cara kerja harus dibuat dalam bentuk

bagan. Siswa di kelas eksperimen dibiasakan untuk membuat bagan pada saat

kegiatan praktikum dan setelah kegiatan praktikum, sehingga nilai posttest kelas

eksperimen lebih besar dibandingkan kelas kontrol.

20

Page 21: S BIO 0704204 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0704204_chapter4(1).pdf · eksperimen adalah 0,079. Nilai signifikansi untuk kelompok kontrol dan

• • • • Kemampuan Komunikasi melalui Tabel

Indikator kemampuan komunikasi membaca tabel terdapat pada soal uraian

nomor tiga. Rata-rata pretest kemampuan komunikasi membaca tabel pada kelas

kontrol lebih besar dibandingkan dengan kelas eksperimen. Berdasarkan analisis hasil

pretest, kemampuan komunikasi membaca tabel pada kelas eksperiemen termasuk

kategori cukup (63,21), dan pada kelas kontrol juga termasuk kategori cukup (66,21).

Berdasarkan analisis terhadap hasil posttest, rata-rata posttest kelas eksperimen

adalah 77,63% yang termasuk ke dalam kategori baik, sedangkan rata-rata posttest

kelas kontrol adalah 68,24% yang termasuk ke dalam kategori cukup. Rata- rata

posttest kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol karena pada kelas

eksperimen, guru sering menampilkan tabel pada saat pembelajaran dan membimbing

siswa untuk menganalisis tabel yang ditampilkan. Selain itu kelas eksperimen juga

melakukan kegiatan praktikum dimana siswa disuruh untuk membuat laporan hasil

penelitian berupa tabel, sehingga siswa menjadi terbiasa membaca dan membuat tabel.

• • • • Kemampuan Komunikasi melalui Grafik

Pembuatan grafik dimulai dengan pembuatan sumbu x dan y, menuliskan

variabel, pembuatan skala, dan pencantuman satuan serta meletakkan setiap pasang

angka pada titik koordinat yang sama (Subiyanto, 1988: 121). Indikator kemampuan

komunikasi grafik terdapat pada soal uraian nomor empat dan nomor lima, pada soal

nomor empat terdapat soal membaca grafik dan pada soal nomor lima terdapat soal

membuat grafik.

Rata-rata hasil pretest membaca grafik pada kelas eksperimen termasuk

kategori kurang (58,55), sedangkan pada kelas kontrol termasuk kategori cukup

21

Page 22: S BIO 0704204 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0704204_chapter4(1).pdf · eksperimen adalah 0,079. Nilai signifikansi untuk kelompok kontrol dan

(62,16). Rata-rata hasil pretest membuat grafik pada kelas eksperimen termasuk

kategori kurang sekali (38,15) begitu pula pada kelas kontrol termasuk kategori

kurang sekali (35,81). Kemampuan komunikasi membuat grafik termasuk ke dalam

kategori kurang sekali pada kelas eksperimen dan kelas kontrol disebabkan siswa

tidak terbiasa mendapatkan soal dalam bentuk grafik dan jarang membuat grafik

kecuali pada saat pembelajaran matematika.

Setelah pembelajaran, dilakukan posttest untuk melihat pengaruh pendekatan

CTL terhadap kemampuan komunikasi. Berdasarkan analisis terhadap hasil posttest,

rata-rata posttest kemampuan komunikasi membaca grafik pada kelas eksperimen

adalah 76,31% yang termasuk kategori baik, sedangkan pada kelas kontrol adalah

63,51% yang termasuk kategori cukup. Untuk indikator kemampuan komunikasi

membuat grafik, rata-rata posttest kelas eksperimen adalah 66,44% yang termasuk

kategori cukup sedangkan untuk kelas kontrol adalah 54,60% yang termasuk kategori

kurang.

Berdasarkan hasil analisis terhadap kemampuan komunikasi melalui grafik,

ternyata siswa yang mampu membaca grafik belum tentu memiliki kemampuan untuk

membuat grafik. Salah satu faktor yang menjadi penyebabnya adalah bahwa

keterampilan membaca grafik lebih sering dilatihkan guru kepada siswa dibandingkan

dengan keterampilan membuat grafik. Selain itu jika dilihat dari jenjang kognitif,

kemampuan membaca grafik termasuk ke dalam jenjang kognitif C2 yaitu

pemahaman sedangkan untuk kemampuan membuat grafik termasuk ke dalam jenjang

kognitif C3 yaitu penerapan (Rustaman et al., 2003: 36).

Kelompok eksperimen mengalami peningkatan indikator kemampuan

22

Page 23: S BIO 0704204 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0704204_chapter4(1).pdf · eksperimen adalah 0,079. Nilai signifikansi untuk kelompok kontrol dan

komunikasi membaca grafik dan membuat grafik, karena di kelas eksperimen guru

sering menampilkan grafik dan menyuruh siswa untuk menganalisis grafik yang

ditampilkan. Selain itu siswa juga disuruh untuk membuat laporan hasil penelitian

berupa tabel dan grafik, sehingga siswa terbiasa membaca dan membuat grafik.

• • • • Kemampuan Komunikasi Lisan

Rustaman (2003: 125) mengungkapkan bahwa dengan kegiatan diskusi,

keberanian dan kreativitas siswa dalam mengemukakan pendapat, bertukar pikiran

dengan teman serta menghargai dan menerima pendapat orang lain diransang untuk

dapat dimiliki oleh siswa. Kegiatan diskusi dalam pembelajaran membuat siswa

mendapat pengalaman dan latihan dalam mengungkapkan diri secara lisan dan

berkomunikasi dengan orang lain dalam menghadapi masalah.

Berdasarkan data pada Tabel 4.7, indikator kemampuan komunikasi lisan yang

paling sering dimunculkan yaitu indikator nomor dua yaitu mendengarkan pendapat

anggota kelompok yang lain yaitu sebanyak 97,36%. Sedangkan indikator

kemampuan komunikasi yang paling jarang muncul adalah nomor enam yaitu

menjawab pertanyaan dari guru atau kelompok lain (21,05) dan indikator nomor

sepuluh yaitu mengemukakan kesimpulan dari hasil diskusi (21,05).

Menurut Dahar (1996: 190) peningkatan kemampuan siswa terjadi melalui

transmisi sosial, karena dalam pembelajaran mengedepankan interaksi sesama

anggota secara positif dalam rangka mengkontruksi pengetahuan. Pada kelompok

eksperimen, dengan menggunakan pendekatan CTL terdapat learning community

dimana siswa melakukan diskusi, sehingga siswa bisa mengembangkan kemampuan

komunikasi lisan. Pada saat kegiatan diskusi berlangsung terjadi interaksi antara siswa

dengan guru maupun antara siswa dengan siswa lainnya. Interaksi yang positif dan

23

Page 24: S BIO 0704204 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0704204_chapter4(1).pdf · eksperimen adalah 0,079. Nilai signifikansi untuk kelompok kontrol dan

komunikasi dua arah yang efektif membuat siswa bisa mengkonstruksi

pengetahuannya sendiri. Faktor lain yang menyebabkan kemunculan kemampuan

komunikasi lisan siswa kelompok eksperimen adalah adanya reward berupa nilai

tamabah bagi siswa yang aktif pada saat bediskusi. Setiap ada siswa yang

mengemukakan pendapat, menyanggah pendapat, bertanya, atau menjawab

pertanyaan, guru mencatatnya dan memberikan nilai tambah (authentic assesment).

Siswa yang memunculkan indikator komunikasi di setiap kelompok juga

berbeda-beda, hal ini dapat dilihat pada Lampiran C5. Siswa anggota kelompok A

merupakan kelompok yang paling sering memunculkan indikator kemampuan

komunikasi. Sedangkan siswa anggota kelompok F merupakan yang paling jarang

memunculkan indikator kemampuan komunikasi lisan. Berikut ini merupakan

pembahasan mengenai kemunculan aspek kemampuan komunikasi lisan siswa selama

pembelajaran berlangsung di kelas eksperimen.

• • • • Mengemukan pendapat dalam diskusi

Hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dan bertukar pikiran dengan

orang lain (Komalasari, 2010: 12). Faktor yang menyebabkan hampir seluruh siswa

memunculkan indikator kemampuan komunikasi mengemukakan pendapat dalam

diskusi adalah siswa sebelumnya diberikan waktu untuk bertukar pikiran dengan

teman sekelompoknya. Bertukar pikiran dalam kelompok menyebabkan siswa lebih

berani menyampaikan pendapatnya dalam diskusi kelas, karena siswa sudah memiliki

pemahaman yang memadai dan sudah mendapatkan dukungan dari teman

sekelompoknya.

Berdasarkan data pada Tabel 4.6, kemampuan komunikasi lisan

mengemukakan pendapat dalam diskusi persentasenya adalah 78,94% yang termasuk

24

Page 25: S BIO 0704204 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0704204_chapter4(1).pdf · eksperimen adalah 0,079. Nilai signifikansi untuk kelompok kontrol dan

kategori sering. Indikator mengemukakan pendapat dalam diskusi sering muncul

karena siswa sudah memiliki pengetahuan awal mengenai materi yang akan

didiskusikan dari hasil membaca bertukar pikiran dengan teman sekelompoknya,

sehingga siswa tidak ragu untuk mengemukakan pendapatnya dalam diskusi.

Sebanyak 21,06% siswa diam dan tidak mengemukakan pendapat dalam

diskusi. Kehadiran observer yang mengamati kegiatan diskusi yang dilakukan siswa

pun menjadi faktor lain yang menyebabkan siswa-siswa tertentu tidak

mengungkapkan pendapatnya.

• • • • Mendengarkan pendapat anggota kelompok yang lain

Dimyati (Saskia: 2007: 78) mengemukakan bahwa mendengarkan adalah hal

penting dalam komunikasi, perilaku mendengar yang baik akan berpengaruh terhadap

perilaku berbicara siswa, karena siswa akan menanggapi dengan baik, jika dia adalah

seorang pendengar yang baik. Di dalam komunikasi selain harus ada yang

menyampaikan ide atau pendapat juga harus ada yang mendengarkan pendapat,

sehingga terjadi interaksi.

Berdasarkan data pada Tabel 4.6, kemampuan komunikasi lisan mendengarkan

pendapat dalam diskusi persentasenya adalah 97,36% yang termasuk kategori sering

muncul. Indikator mendengarkan pendapat dalam diskusi sering muncul karena siswa

diharuskan untuk menjawab pertanyaan dari guru atau siswa lainnya sehingga siswa

harus mendengarkan supaya bisa menjawab pertanyaan atau menanggapi dengan baik

dan benar.

• • • • Membantu mengembangkan pendapat teman sekelompoknya

Saskia (2004: 61) menyatakan bahwa dukungan anggota kelompok yang lain

sangat penting bagi siswa ketika sedang berpendapat. Adanya dukungan dan bantuan

25

Page 26: S BIO 0704204 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0704204_chapter4(1).pdf · eksperimen adalah 0,079. Nilai signifikansi untuk kelompok kontrol dan

dalam kelompok siswa akan merasa menjadi bagian dari kelompok tersebut dan

dengan tanpa ragu siswa akan mengungkapkan ide atau pendapat-pendapatnya dalam

menyelesaikan permasalahan yang dihadapkan pada kelompoknya.

Berdasarkan data pada Tabel 4.6, kemampuan komunikasi lisan membantu

mengembangkan pendapat teman sekelompoknya dalam diskusi persentasenya adalah

36,84% yang termasuk kategori jarang muncul. Indikator membantu mengembangkan

pendapat teman sekelompoknya jarang muncul karena setiap kelompok sudah

bertukar pikiran sebelum diskusi kelas, sehingga hampir semua anggota kelompok

sudah memiliki pemahaman sendiri-sendiri.

• • • • Memperhatikan dan mengkondisikan audiens ketika akan berbicara

Perhatian dari audiens akan menyebabkan siswa merasa pendapatnya dihargai,

oleh karena itu kondisi audiens yang kondusif akan membantu siswa mengungkapkan

pendapatnya tanpa ragu (Saskia, 2004: 61). Sebelum mengemukakan pendapat dalam

diskusi, siswa seharusnya mengkondisikan audiens, sehingga siswa tidak perlu

mengulang kembali mengungkapkan pendapatnya.

Berdasarkan data pada Tabel 4.6, kemampuan komunikasi lisan

memperhatikan dan mengkondisikan audiens ketika akan berbicara persentasenya

adalah 60,52% yang termasuk kategori sering muncul. Hampir seluruh siswa

memunculkan indikator memperhatikan dan mengkondisikan audiens ketika akan

berbicara, karena siswa ingin pendapatnya dihargai dan supaya siswa tidak perlu

mengulang kembali pendapat yang ingin disampaikannya.

• • • • Mengemukakan pertanyaan

Menurut Silberman (Alfaruqi, 2009) proses belajar yang sesungguhnya akan

terjadi bila siswa mengajukan pertanyaan. Kemampuan bertanya mengindikasikan

26

Page 27: S BIO 0704204 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0704204_chapter4(1).pdf · eksperimen adalah 0,079. Nilai signifikansi untuk kelompok kontrol dan

sejauh mana siswa mengerti mengenai materi yang sudah diajarkan. Terkadang ada

beberapa konsep yang sulit untuk dikuasai siswa, sehingga siswa bertanya kepada

guru atau siswa lainnya megenai konsep yang belum dimengerti.

Berdasarkan data pada Tabel 4.6, kemampuan komunikasi lisan

mengemukakan pertanyaan persentasenya adalah 42,10% yang termasuk kategori

jarang muncul. Indikator mengemukakan pertanyaan jarang muncul, karena siswa

takut dianggap bodoh dan lambat menanggapi pelajaran jika mengajukan pertanyaan.

Siswa juga takut ditertawakan oleh siswa yang lainnya jika bertanya kepada guru. Hal

ini menyulitkan guru untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tentang materi

yang sudah diajarkan.

• • • • Menjawab pertanyaan dari guru atau kelompok lain

Pujiati (2004: 82) menyatakan bahwa rasa takut, rendah diri atau rasa malu

yang ada pada siswa terhadap temannya sendiri ataupun terhadap guru adalah faktor

yang menghambat suasana yang bebas dalam kelas dan menyebabkan siswa merasa

terhambat dalam mengungkapkan pendapatnya. Akibatnya siswa akan cenderung

untuk diam dan mengandalkan siswa lain yang dianggapnya lebih pintar untuk

menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru atau siswa yang lain

Berdasarkan data pada Tabel 4.6, untuk kemampuan komunikasi lisan

menjawab pertanyaan persentasenya adalah 21,05% yang termasuk kategori sngat

jarang muncul. Siswa merasa takut jawabannya salah sehingga takut mengungkapkan

jawabannya. Selain itu siswa juga takut ditertawakan oleh siswa yang lainnya jika

jawaban yang dikemukakan oleh siswa tersebut salah.

• • • • Mempertahankan pendapat dengan alasan yang benar

Untuk bisa mempertahankan pendapat ketika sedang berdiskusi, siswa harus

27

Page 28: S BIO 0704204 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0704204_chapter4(1).pdf · eksperimen adalah 0,079. Nilai signifikansi untuk kelompok kontrol dan

memiliki pemahaman yang cukup tentang materi yang didiskusikan. Selain itu siswa

juga harus memiliki keberanian untuk berdebat dengan siswa lainnya (Saskia: 2004:

63). Berdasarkan data pada Tabel 4.6, kemampuan komunikasi lisan

mempertahankan pendapat dengan alasan yang benar persentasenya adalah 42,10%

yang termasuk kategori jarang muncul.

Indikator kemampuan komunikasi lisan mempertahankan pendapat dengan

alasan yang benar jarang muncul karena siswa kurang memiliki pemahaman yang

mendalam mengenai materi yang didiskusikan. Selain itu siswa enggan berdebat

terlalu lama dengan temannya, sehingga siswa menerima saja pendapat temannya.

• • • • Menyanggah pendapat kelompok lain

Siswa yang kurang memahami materi akan menyebabkan menurunnya

kepercayaan dirinya, sehingga siswa merasa ragu atau tidak percaya diri untuk

mengungkapkan pendapat atau menyanggah pendapat orang lain. Berdasarkan data

pada Tabel 4.6, indikator kemampuan komunikasi lisan menyanggah jawaban

kelompok lain persentasenya adalah 47,36% yang termasuk ke dalam kategori jarang

muncul. Indikator ini jarang muncul, karena siswa kurang percaya diri untuk

menyanggah pendapat siswa yang lainnya.

• • • • Menerima pendapat dan masukan dari teman

Berdasarkan data pada Tabel 4.6, indikator menerima pendapat dan masukan

dari teman persentasenya adalah 42,10% yang termasuk ke dalam kategori jarang

muncul. Indikator ini jarang muncul karena siswa sudah memiliki pemahaman sendiri

mengenai materi yang didiskusikan, sehingga siswa merasa perlu untuk

mempertahankan pendapatnya terlebih dahulu sebelum menerima pendapat dari orang

lain.

28

Page 29: S BIO 0704204 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0704204_chapter4(1).pdf · eksperimen adalah 0,079. Nilai signifikansi untuk kelompok kontrol dan

• • • • Mengemukakan kesimpulan dari hasil diskusi

Dimyati (2002) mengemukakan bahwa kegiatan menyimpulkan dapat diartikan

sebagai suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa

berdasarkan fakta, konsep, atau prinsip yang diketahui. Berdasarkan data pada Tabel

4.6, kemampuan komunikasi lisan mengemukakan kesimpulan hasi diskusi

persentasenya adalah 21,05% yang termasuk kategori sangat jarang muncul. Indikator

komunikasi ini jarang muncul, karena mengemukakan kesimpulan hanya dilakukan di

akhir kegiatan diskusi dan hanya dilakukan oleh beberapa orang siswa.

• • • • Tanggapan Siswa dan Guru terhadap Pendekatan Contextual Teaching and

Learning (CTL)

Dari hasil analisis angket siswa, diketahui bahwa sebanyak 94,73% siswa

menjawab ya untuk pertanyaan angket nomor dua yaitu pendekatan Contextual

Teaching and Learning (CTL) yang dilakukan membuat pembelajaran menjadi

menyenangkan. Hanya sebagian kecil siswa, yaitu sebanyak 5,26% yang menjawab

tidak untuk pertanyaan nomor dua yaitu pendekatan CTL yang dilakukan membuat

pembelajaran menjadi menyenangkan. Oleh karena itu secara umum dapat dikatakan

bahwa tanggapan siswa terhadap pendekatan CTL yang dilakukan adalah positif.

Pembelajaran dan pengajaran kontekstual melibatkan para siswa dalam

aktivitas penting yang membantu mereka mengkaitkan pelajaran dengan konteks

kehidupan nyata yang mereka hadapi (Johnson, 2010: 35). Sebanyak 94,73% siswa

menjawab “ya” untuk pertanyaan angket nomor empat yaitu pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan CTL memudahkan kamu dalam memahami materi

29

Page 30: S BIO 0704204 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0704204_chapter4(1).pdf · eksperimen adalah 0,079. Nilai signifikansi untuk kelompok kontrol dan

pencemaran lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwa melalui pendekatan CTL siswa

lebih mudah memahami materi pencemaran lingkungan, karena siswa bisa

mengkaitkan konsep yang sudah mereka pelajari dengan permasalahan dalam

kehidupan sehari-hari, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.

Tanggapan guru terhadap pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

CTL adalah positif. Menurut informasi, yang diperoleh dari hasil wawancara dengan

guru biologi yang mengajar di kelas yang dijadikan sampel penelitian, dikatakan

bahwa pada dasarnya siswa telah memiliki kemampuan berkomunikasi yang

terakumulasi dari pembelajaran-pembelajaran yang telah mereka dapatkan

sebelumnya. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Semiawan (1988: 33) bahwa

keterampilan komunikasi dapat dilatihkan guru dengan cara membuat gambar, model,

tabel, diagram, grafik, atau histogram. Kemampuan komunikasi akan terus

berkembang seiring dengan semakin seringnya siswa melakukan pembelajaran yang

menuntut mereka aktif untuk berkomunikasi. Mengembangkan keterampilan

berkomunikasi sama halnya dengan mengembangkan keterampilan motorik, keduanya

memerlukan latihan.

Peningkatan kemampuan komunikasi tulisan siswa setelah pembelajaran

dilakukan merupakan hal yang cukup memuaskan, mengingat jarangnya siswa

mendapatkan latihan soal berupa bagan, tabel, atau grafik. Selain itu tahapan-tahapan

dalam pembelajaran CTL agak sulit untuk terlaksana secara tuntas, karena terbatasnya

waktu mengajar dan kurangnya sarana untuk siswa belajar.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru diperoleh informasi bahwa guru

mengganggap CTL dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa karena adanya

komponen CTL yaitu inquiry dan learning community dimana siswa membangun

30

Page 31: S BIO 0704204 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0704204_chapter4(1).pdf · eksperimen adalah 0,079. Nilai signifikansi untuk kelompok kontrol dan

pemahamannya sendiri, sehingga pengetahuan lebih lama mengendap dalam pikiran

siswa dan pengetahuan tersebut lebih bermakna bagi siswa. Guru pengajar juga

mengganggap CTL dapat mengembangkan kemampuan komunikasi siswa karena

dengan CTL yang menggunakan format diskusi, siswa dituntut untuk saling bertukar

pikiran dan pendapat sehingga kemampuan komunikasi terutama komunikasi lisan

siswa dapat terlatih dengan baik.

• • • • Hubungan antara Penguasaan Konsep dan Kemampuan Komunikasi dalam

Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL dapat meningkatkan penguasaan

konsep dan kemampuan komunikasi siswa. Hubungan antara penguasaan konsep

dengan kemampuan komunikasi dapat dilihat dengan melakukan analisis korelasi. Uji

korelasi antara penguasaan konsep dengan kemampuan komunikasi menggunakan

software SPSS versi 16.0 for windows. Skala interval dan skala ratio yang digunakan

adalah skala korelasi Product Moment yang dikembangkan oleh Pearson.

Dari hasil perhitungan korelasi product moment, diperoleh r = 0,833 dengan P-

value = 0,000. Karena P-value = 0,000 lebih kecil daripada α = 0,05 maka H0 ditolak.

Kesimpulannya ada hubungan linear yang signifikan antara penguasaan konsep

dengan kemampuan komunikasi siswa. Korelasi antara kemampuan komunikasi

dengan hasil belajar adalah 0,833 yang termasuk ke dalam kategori korelasi kuat.

Untuk melihat pengaruh penguasaan konsep terhadap kemampuan

komunikasi siswa dilakukan uji regresi. Uji regresi kemampuan komunikasi dengan

hasil belajar menggunakan software SPSS versi 16.0 for windows. Analisis regresi

yang digunakan adalah analisis regresi sederhana.

31

Page 32: S BIO 0704204 Chapter4 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0704204_chapter4(1).pdf · eksperimen adalah 0,079. Nilai signifikansi untuk kelompok kontrol dan

Dari hasil perhitungan regresi, diperoleh nilai R2 (R square) dari tabel Model

Summary menunjukkan bahwa 69,4% dari variance kemampuan komunikasi dapat

dijelaskan oleh perubahan dalam variabel penguasaan konsep. Hal ini berarti

kemampuan komunikasi siswa dipengaruhi sebanyak 69,4% oleh penguasaan konsep

yang dimilikinya. Hasil analisis korelasi dan regresi dapat dilihat secara lengkap pada

Lampiran C7.

32