jsma.stan-im.ac.idjsma.stan-im.ac.id/pdf/vol6/2/Artikel 6 (Sukarti).doc · Web viewPenetapan...
Transcript of jsma.stan-im.ac.idjsma.stan-im.ac.id/pdf/vol6/2/Artikel 6 (Sukarti).doc · Web viewPenetapan...
Jurnal Sains Manajemen & AkuntansiVolume VI No. 2/November/2014
PENGARUH KEBIJAKAN PENJUALAN KREDIT TERHADAP PERPUTARAN PIUTANG DI UNIT TOKO PRIMKOPPOL RESTABES BANDUNG
Christina Apriliyani Sukarti
ABSTRAK
Sebagai bagian dari perekonomian Indonesia maka koperasi mempunyai peran penting dalam menumbuhkan dan mengembangkan potensi ekonomi rakyat. Sejalan dengan usahanya untuk mengembangkan potensi ekonomi rakyat, maka koperasi berupaya semaksimal mungkin untuk memenuhi semua kebutuhan anggotanya dan memberikan kemudahan dalam hal pemenuhan kebutuhan. Kemudahan yang diberikan oleh koperasi yaitu penjualan secara kredit kepada anggotanya. Dengan adanya penjualan kredit maka harus ditetapkan kebijakan kredit yang baik agar pengelolaan piutang dapat dikelola dengan seefisien mungkin. Penelitian ini dilakukan pada Unit Toko Primkoppol Restabes Bandung yang mempunyai kegiatan penjualan secara kredit. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui kondisi kebijakan penjualan kedit, tingkat perputaran piutang, dan pengaruh Kebijakan Penjualan Kredit terhadap Perputaran Piutang di Unit Toko Primkoppol Restabes Bandung.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif verifikatif dengan pendekatan kuantitatif. Sedangkan, untuk mengetahui kuat atau lemahnya pengaruh kebijakan penjualan kredit (variabel X) terhadap perputaran piutang (variabel Y) digunakan Analisis Koefisien Korelasi. Hubungan besarnya pengaruh variabel X dan Y ditunjukkan melalui analisis Regresi Sederhana, dan untuk mengetahui seberapa besar konstribusi variabel digunakan rumus Koefisien Determinasi. Perolehan hasil analisa tersebut diolah dengan menggunakan program SPSS versi 16 for windows.
Berdasarkan analisis statistik, pengolahan data dengan menggunakan program SPSS versi 16 for windows menunjukkan adanya hubungan yang kuat dan positif antara variabel independen dan variabel dependen yaitu dengan nilai korelasi sebesar (0,681) selain itu besarnya pengaruh variabel X dan Y yaitu dimana setiap kenaikan satu kali dari (variabel X) maka akan diikuti kenaikan (variabel Y) sebesar (0,274) dan terdapat pengaruh yang signifikan atas Kebijakan Penjualan Kredit Terhadap Perputaran Piutang yaitu sebesar 46,37%. Pada uji
hipotesis diperoleh dan ( > )
dimana Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat pengaruh antara kebijakan penjualan kredit terhadap perputaran piutang, maka hipotesis yang diajukan penulis yaitu ”Kebijakan Penjualan Kredit berpengaruh terhadap Perputaran Piutang Di Unit Toko Primkoppol Restabes Bandung” dapat diterima.
Keyword : Kebijakan Penjualan Kredit, Perputaran Piutang
I. PENDAHULUAN
Koperasi adalah badan hukum yang melandasi kegiatannya berdasarkan prinsip
kerjasama sekaligus sebagai bentuk gerakan ekonomi yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.
Gerakan ekonomi koperasi sesuai dengan amanat pasal 33 UUD 1945 ayat 1 yang berbunyi
bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.
Dalam konteks koperasi Bung Hatta mengungkapkan (dalam Bernhard Limbong 2010 : 65)
72
Jurnal Sains Manajemen & AkuntansiVolume VI No. 2/November/2014
bahwa koperasi adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi
berdasarkan tolong-menolong yang didorong oleh keinginan memberi jasa kepada kawan dalam
semangat “seorang buat semua dan semua buat seorang”.
Primkoppol Restabes Bandung yang terletak di Jl. Merdeka No. 18-20 Bandung
mempunyai 3 unit usaha yaitu : toko, simpan pinjam dan jasa. Unit usaha simpan pinjam pada
Primkoppol memudahkan para anggota untuk memenuhi kebutuhan dana dengan persyaratan
yang cukup mudah hanya dengan mengisi angket / formulir dari Primkoppol. Primkoppol
menggunakan sistem pembayarannya pemotongan gaji langsung. Pemotongan gaji tersebut
dilakukan untuk memperkecil resiko terlambatnya pembayaran.
Pada unit usaha jasa yaitu kantin Polrestabes Bandung, menyediakan berbagai macam
makanan dengan harga terjangkau dan tempat yang nyaman sehingga para anggota Polrestabes
Bandung nyaman ketika mengunjungi kantin. Disamping unit jasa terdapat juga unit usaha
dagang yaitu unit toko Primkoppol yang terletak di lingkungan Polrestabes memiliki letak yang
strategis sehingga memudahkan para anggota untuk mengunjunginya. Unit toko ini
menyediakan kebutuhan anggota seperti sembako, atribut kepangkatan dan barang elektronik.
Koperasi memberikan kemudahan pada anggota untuk dapat memenuhi kebutuhannya.
Kemudahan yang diberikan oleh koperasi yaitu penjualan secara kredit kepada
anggotanya. Dengan adanya penjualan kredit maka koperasi menetapkan kebijakan penjualan
kredit. Kebijakan penjualan kredit di Primkopol Restabes yaitu dalam pembayaran piutang.
Besarnya pemotongan gaji hanya setengah dari seluruh hutang para anggota setiap bulannya,
sedangkan kredit yang dilakukan anggota rutin setiap bulan dan hal tersebut mengakibatkan
menumpuknya hutang anggota.
Bisa dilihat pada tabel 1 data sisa piutang dan total piutang maka akan diperoleh nilai
piutang bermasalah pada tahun 2006-2010 sebagai berikut :
Tabel 1NPL Toko ( Piutang Bermasalah terhadap Total Piutang)
Tahun 2006 – 2010Tahun Total Piutang Sisa Piutang NPL2006 211,588,532.00 178,184,700.00 0.842007 213,215,520.00 206,499,300.00 0.972008 306,136,700.00 275,815,650.00 0.902009 470,599,252.00 430,072,950.00 0.912010 608,776,961.00 535,390,750.00 0.88
Sumber : Data Primer
Berdasarkan data tabel diatas nilai NPL tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar
0,97 sedangkan NPL terendah terjadi pada tahun 2006. Tabel di atas menunjukkan kebijakan
73
Jurnal Sains Manajemen & AkuntansiVolume VI No. 2/November/2014
yang ditetapkan oleh koperasi kemungkinan kurang berjalan secara efisien dan kemugkinan
besar berpengaruh pada perputaran piutang.
Pos piutang dalam neraca merupakan bagian yang cukup besar dari aktiva lancar dan
oleh karenanya perlu mendapat perhatian yang cukup serius agar perkiraan piutang ini dapat
dikelola dengan seefisien mungkin (Lukman 2009 : 255). Adanya piutang maka akan
menimbulkan resiko yang sangat besar, diantaranya adalah piutang tak tertagih (bed debt) atau
keterlambatan pembayaran piutang. Keterlambatan pembayaran piutang dapat dilihat dari
pengukuran efisiensi piutang dengan menghitung perputaran piutang (Sutrisno 2008 : 220).
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul, “
Pengaruh Kebijakan Penjualan Kredit Terhadap Perputaran Piutang Di Unit Toko
Primkoppol Restabes Bandung “.
II. REVIEW LITERATUR
2.1 Kebijaksanaan Piutang
Kebijaksanaan piutang merupakan pedoman yang ditempuh oleh perusahaan dalam
menentukan apakah kepada seorang langganan akan diberikan kredit dan kalau diberikan berapa
banyak atau berapa jumlah kredit yang akan diberikan tersebut (Syamsuddin Lukman 2009 :
256).
Hal yang harus diperhatikan dalam kebijakan piutang adalah perbandingan manfaat
yang diperoleh dengan pengorbanan yang akan ditanggung oleh perusahaan. Sejauh manfaat
yang didapat lebih besar dibanding dengan pengorbanannya, maka kebijaksanaan pemberian
piutang dapat dibenarkan secara finansial (Sutrisno 2007 : 59).
Seringkali dengan kebijaksanaan piutang mengakibatkan adanya sejumlah piutang yang
tidak tetagih (bad debt). Piutang tak tertagih ini diperlakukan sebagai kerugian piutang yang
termasuk sebagi elemen biaya operasi dalam laporan rugi-laba. Sumber-sumber informasi dan
analisa-analisa kredit merupakan suatu hal yang penting bagi keberhasilan manajemen piutang
perusahaan. Penerapan yang tepat dari kebijaksanaan yang tepat ataupun penerapan yang tidak
tepat dari kebijaksanaan yang tidak tepat akan dapat memberikan hasil yang optimal bagi
perusahaan (Syamsudin Lukman 2009 : 256).
2.1.1 Unsur Kebijakan Piutang
Kebijakan kredit menyangkut “trade off” antara laba yang diperoleh dari penjualan
yang menimbulkan piutang disatu pihak, dan biaya yang harus ditanggung karena memiliki
piutang tersebut. Kebijakan kredit terdiri dari 4 unsur menurut Warsini (2003 : 188) yaitu :
1. Jangka waktu kredit, yaitu periode disaat barang diserahkan kepada pembeli sampai dengan
pembeli membayar piutang tersebut.
74
Jurnal Sains Manajemen & AkuntansiVolume VI No. 2/November/2014
2. Standar kredit, yaitu minimum kemampuan keuangan langganan untuk mendapatkan
kredit.
3. Kebijakan pengumpulan piutang.
4. Discount, yaitu pengurangan pembayaran karena pembeli membayar lebih cepat.
2.1.2 Kebijakan Pengumpulan Piutang
Dalam pemberian piutang biasanya jauh lebih mudah dibandingkan penagihannya. Oleh
karena itu, setiap perusahaan harus menerapkan kebijakan dalam pengumpulan piutang.
Kebijakan pengumpulan piutang ada yang bersifat lunak dan ketat.
Menurut Warsini (2003 : 190) mengemukakan bahwa apabila perusahaan menetapkan
kebijakan yang lunak yaitu jangka waktu kredit yang panjang, standar kredit yang rendah,
pengumpulan piutang pasif ataupun discount yang diberikan besar maka tingkat penjualan akan
meningkat tajam sehingga laba juga meningkat, akan tetapi perusahaan menanggung biaya yang
besar peningkatan dana yang tertanam dalam piutang yang berarti menanggung resiko
meningkatnya piutang tak tertagih.
2.2 Keuntungan dan Kerugian yang Ditimbulkan oleh Kebijakan Kredit
Kebijakan kredit menimbulkan keuntungan dan kerugian menurut Harmono (2009 :
214), antara lain :
1. Cadangan kerugian piutang, jumlah piutang yang tak tertagih yang dibebankan pada
penjualan.
2. Biaya pengumpulan piutang, merupakan biaya administrasi untuk melaksanakan operasi
piutang.
3. Potongan tunai, persentase pengurangan penjualan sebagai insentif pembayaran lebih awal.
4. Biaya pendanaan, yaitu biaya kesempatan yang ditimbulkan oleh investasi piutang.
Kredit dapat dijadikan alat penjualan dalam menstimulasi perolehan pendapatan dan
meningkatkan arus kas dalam rangka menutup investasi aktiva tetap. Lebih dari itu, kebijakan
penjualan kredit dapat digunakan untuk mencegah terjadinya erosi segmen pasar. Jika para
pesaing menawarkan kredit dengan termin yang lebih menarik, maka kebijakan kredit tersebut
dapat mengerosi segmen pasar perusahaan pesaingnya.
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Investasi pada Piutang
Piutang merupakan aktiva yang penting dalam perusahaan dan dapat menjadi bagian
yang besar dari likuiditas perusahaan. Besar kecilnya piutang dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah seperti yang dikemukakan oleh Bambang Riyanto
(2001 : 85-87) sebagai berikut :
1. Volume Penjualan Kredit
75
Jurnal Sains Manajemen & AkuntansiVolume VI No. 2/November/2014
Makin besar proporsi penjualan kredit dari keseluruhan penjualan memperbesar jumlah
investasi dalam piutang. Dengan makin besarnya volume penjualan kredit setiap tahunnya
bahwa perusahaan itu harus menyediakan investasi yang lebih besar lagi dalam piutang.
2. Syarat Pembayaran Penjualan Kredit
Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak. Apabila perusahaan
menetapkan syarat pembayaran yang ketat berarti bahwa perusahaan lebih mengutamakan
keselamatan kredit daripada pertimbangan profitabilitas. Syarat yang ketat misalnya dalam
bentuk batas waktu pembayaran yang pendek, pembebanan bunga yang berat pada
pembayaran piutang yang terlambat.
3. Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit
Dalam penjualan kredit perusahaan dapat menetapkan batas maksimal atau plafond bagi
kredit yang diberikan kepada para langganannya. Makin tinggi plafond yang ditetapkan
bagi masing-masing langganan berarti makin besar pula dana yang diinvestasikan dalam
piutang. Sebaliknya, jika batas maksimal plafond lebih rendah, maka jumlah piutang pun
akan lebih kecil.
4. Kebijaksanaan Dalam Mengumpulkan Piutang
Perusahaan dapat menjalankan kebijaksanaan dalam pengumpulan piutang secara aktif atau
pasif. Perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan secara aktif, maka perusahaan harus
mengeluarkan uang yang lebih besar untuk membiayai aktivitas pengumpulan piutang,
tetapi dengan menggunakan cara ini, maka piutang yang ada akan lebih cepat tertagih,
sehingga akan lebih memperkecil jumlah piutang perusahaan. Sebaliknya, jika perusahaan
menggunakan kebijaksanaan secara pasif, maka pengumpulan piutang akan lebih lama,
sehingga jumlah piutang perusahaan akan lebih besar.
5. Kebiasaan Membayar Dari Para Langganan
Kebiasaan para langganan untuk membayar dalam periode cash discount akan
mengakibatkan jumlah piutang lebih kecil, sedangkan langganan membayar periode setelah
cash discount akan mengakibatkan jumlah piutang lebih besar karena jumlah dana yang
tertanam dalam piutang lebih lama untuk menjadi kas.
2.4 Prinsip Pemberian Piutang
Kredit yang diberikan akan memunculkan piutang dagang dan piutang dagang ini tidak
ada jaminan Undang-Undangnya, sehingga apabila terjadi piutang tidak terbayar (macet) maka
sulit diselesaikan di pengadilan. Resiko yang selalu dihadapi oleh perusahaan yang menjual
produknya secara kredit adalah tidak terbayarnya piutang. Oleh karena itu untuk mengantisipasi
sedini mungkin terjadinya resiko kredit, maka sebelum memberikan kredit perlu diadakan
evaluasi terhadap calon-calon pelanggan (Sartono Agus 2008 : 436).
76
Jurnal Sains Manajemen & AkuntansiVolume VI No. 2/November/2014
Harmono (2009 : 211) mengemukakan pertimbangan yang lazim digunakan untuk
mengevaluasi calon pelanggan sering disebut dengan prinsip 5C atau the five C’s principles.
Prinsip-prinsip 5C tersebut adalah :
1. Character, kemampuan untuk membayar kredit.
2. Capacity, kemampuan pelanggan untuk menghasilkan arus kas.
3. Capital, sumber daya yang dimiliki pelanggan.
4. Collateral atau jaminan kredit.
5. Condition of economic atau kondisi bisnis.
2.5 Hubungan Antara Kebijakan Penjualan Kredit Terhadap Perputaran Piutang
Keberhasilan atau kegagalan kebijakan penjualan kredit yang ditetapkan perusahaan
terutama tergantung pada permintaan atas produk yang dijulanya. Semakin tinggi permintaan
atas produk yang ditawarkan, maka semakin menguntungkan penjualan produk yang
bersangkutan. Kebijakan penjualan secara kredit akan meningkatkan penjualan perusahaan,
tetapi juga menimbulkan resiko.
Beberapa resiko yang mungkin timbul dengan kebijakan kredit ini adalah periode
pengumpulan piutang yang tidak tepat, piutang yang tidak tertagih atau pembeli tidak
membayar hutangnya pada perusahaan (kredit macet) dan besarnya investasi yang tertanam
pada piutang tidak seimbang dengan manfaat yang diperoleh dari kebijakan kredit tersebut
(Harjito, 2011 : 106).
Ada pula pendapat Bambang Riyanto (2001 : 86) yaitu kebijakan yang ditetapkan oleh
perusahaan bisa secara lunak atau ketat. Perusahaan yang menjalankan kebijakan secara ketat
dimana apabila ada pelanggan yang belum melunasi piutang pada saat jatuh tempo tidak akan
diberi kredit sampai dilunasinya piutang tersebut. Tetapi jika perusahaan menjalankan kebijakan
secara longgar sehingga walaupun belum membayar saat jatuh tempo masih diberi kredit lagi.
Dengan demikian semkain ketat kebijakan yang ditetapkan maka semakin kecil investasi pada
piutang dan apabila longgar jumlah piutangnya pun akan semakin besar.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa apabila jumlah piutang yang semakin besar
berarti semakin lama dana terikat pada piutang, yang kemungkinan besar mengakibatkan
semakin rendah pula tingkat perputaran piutang. Ini menunjukkan bahwa pentingnya penetapan
kebijakan kredit yang tetap oleh perusahaan.
III. METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN
Objek penelitian adalah objek yang akan diteliti dan dianalisis. Objek penelitian dalam
penelitian ini yaitu mengenai kebijakan penjualan kredit terhadap perputaran piutang di Unit
Toko Primkoppol Restabes Bandung yang berlokasi di Jalan Merdeka Nomor 18-20 Bandung.
77
Jurnal Sains Manajemen & AkuntansiVolume VI No. 2/November/2014
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode
survey, yaitu penelitian yang dilakukan dengan secara langsung terjun ke lapangan dan
mengadakan kontak dengan responden guna mengumpulkan data yang berkaitan dengan
kebijakan penjualan kredit di Primer Koperasi Kepolisian Resor Kota Besar Bandung,
sedangkan pendekatan penelitiannya menggunakan pendekatan deskritif verifikatif.Yang
menjadi populasi dalam penelitian ini adalah anggota koperasi yang berjumlah 1013
orang sampai dengan Bulan Desember 2011. Sedangkan ukuran sampel dalam
penelitian ini adalah 91 orang.
Secara lengkap jenis dan sumber data primer dan sekunder dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :
Tabel 2Jenis dan Sumber Data
Jenis Data Sumber Data
Sejarah Primkoppol Restabes Primkoppol RestabesNeraca Periode Tahun 2001-2010 Laporan RAT Primkoppol RestabesLaporan Rugi Laba Tahun 2001-2010 Laporan RAT Primkoppol RestabesKebijakan Penjualan Kredit Primkoppol Restabes
Anggota Primkoppol Restabes
Harapan anggota terhadap Kebijakan Penjualan Kredit Primkoppol Restabes
Anggota Primkoppol Restabes
Sumber : Laporan RAT
Penetapan Tingkat Signifikansi dan Uji Hipotesis
a. Penetapan Tingkat Signifikansi
Tingkat signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 95 % (α = 0,05), karena dinilai cukup ketat untuk mewakili hubungan antara variabel-variabel yang diuji atau menunjukkan hubungan bahwa korelasi antara variabel independen dengan variabel dependen cukup nyata. Sedangkan untuk menguji hipotesis digunakan uji t.
b. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan oleh penulis akan diuji melalui
hipotesis nol dan hipotesis alternatif. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui
apakah kebijakan penjualan kredit berpengaruh atau tidak terhadap perputaran
piutang. Adapun hipotesisnya adalah sebagai berikut:
78
Jurnal Sains Manajemen & AkuntansiVolume VI No. 2/November/2014
Kebijakan Penjualan Kredit tidak berpengaruh terhadap
Perputaran Piutang Di Unit Toko Primkoppol Restabes Bandung.
Kebijakan Penjualan Kredit berpengaruh terhadap
Perputaran Piutang Di Unit Toko Primkoppol Restabes Bandung
IV.Temuan-temuan
4.1 Pengujian Validitas dan Reliabilitas
Berikut adalah tabel hasil pengujian validitas dengan menggunakan SPSS 16.00 for
windows .
Tabel 3Validitas Variabel X (Kebijakan Penjualan Kredit)
Variabel Sub Variabel Item Pertanyaan Keterangan
Kebijakan Penjualan Kredit (X)
Masa Kredit P1 0.408 0.208 ValidP2 0.407 0.208 Valid
Potongan HargaP3 0.250 0.208 ValidP4 0.404 0.208 ValidP5 0.373 0.208 Valid
Standar Kredit P6 0.289 0.208 ValidP7 0.244 0.208 Valid
Prosedur PenagihanP8 0.397 0.208 ValidP9 0.415 0.208 ValidP10 0.349 0.208 Valid
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS Tahun 2012
Hasil di atas menunjukkan bahwa semua pernyataan kuestioner variabel X dinyatakan
valid karena semua hasil dari rhitung lebih besar dari rtabel. Sedangkan hasil pengujian reliabilitas
variabel X dengan menggunakan SPSS 16.00. for windows adalah sebagai berikut:
Tabel 4Reliabilitas Variabel X
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.217 10
79
Jurnal Sains Manajemen & AkuntansiVolume VI No. 2/November/2014
Berdasarkan tabel di atas nilai cronbach’s alpha untuk variabel X adalah sebesar 0.217 yang
berarti nilai cronbach’s alpha lebih besar dari nilai , ini berarti pernyataan
kuestioner variabel X yang diuji terbukti reliabel.
4.2 Analisis Korelasi Product Moment
Untuk memastikan kuat atau lemahnya hubungan antara kebijakan penjualan kredit
dengan perputaran piutang. Nilai r dalam penelitian ini data diolah dengan program SPSS versi
16 for windows adalah sebagai berikut :
Tabel 5Hasil Pengujian Korelasi
CorrelationsKebijakan Piutang
Kebijakan Pearson Correlation 1 .681*
Sig. (2-tailed) .043N 91 9
Piutang Pearson Correlation .681* 1
Sig. (2-tailed) .043N 9 9
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Berdasarkan hasil di atas nilai korelasi antara variabel X (Kebijakan Penjualan Kredit)
dengan variabel Y (Perputaran Piutang) sebesar 0,681 ( r = 0,681). Hasil perhitungan dari
koefisien korelasi adalah 0,681. Adapun hubungan variabel X dengan variabel Y merupakan
hubungan yang bersifat positif, jika koefisien korelasi (r ) positif ( r > 0) hubungan antara
variabel X dan Y adalah searah. Apabila variabel X mengalami kenaikan, maka variabel Y akan
mengalami kebaikan. Jika variabel X mengalami penurunan, maka variabel Y akan mengalami
penurunan. Menurut aturan Sugiono, hubungan ini termasuk kepada hubungan yang kuat.
4.3 Analisis Regresi Linear Sederhana
Untuk mengetahui besarnya pengaruh kebijakan terhadap perputaran piutang harus
dilakukan analisis regresi linear sederhana.
80
Jurnal Sains Manajemen & AkuntansiVolume VI No. 2/November/2014
Perhitungan ini dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 16 for windows
hasilnya disajikan dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.3Hasil Pengujian Regresi
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) -6.699 3.569 -1.877 .103
Kebijakan .274 .111 .681 2.461 .043
a. Dependent Variable: Piutang
Berdasarkan perhitungan di atas maka dapat diketahui koefisien a dan b sebagai
berikut :
a = -6,699 b = 0,274
Hasil perhitungan di atas pun menggambarkan persamaan regresi sebagai berikut :
Y = a + bX
Y = -6,699 + 0,274 X
Di mana : Y = Perputaran Piutang
X = Kebijakan Penjualan Kredit
-6,699 = Nilai perputaran piutang perusahaan jika tidak ada perubahaan kebijakan
penjualan kredit
0,274 = Jumlah tingkat perputaran piutang untuk setiap satu perubahan kebijakan
penjualan kredit
Setelah diperoleh persamaan regresi, maka dapat diketahui nilai a dan b sebagi berikut:
Nilai a = -6,699
Nilai a sebesar -6,699, nilai ini mengindentifikasikan bahwa adanya pengaruh dari
variabel X (kebijakan penjualan kredit) maka tingkat perputaran piutang adalah -
6,699% (bila X sama dengan nol).
Nilai b = 0,274
81
Jurnal Sains Manajemen & AkuntansiVolume VI No. 2/November/2014
Nilai b positif dan tanda positif menunjukkan bahwa hubungan antara variabel X dan
variabel Y adalah searah. Hal ini berarti bahwa setiap perubahan/kenaikan pada nilai
variabel X akan berbanding terbalik dengan perubahan/kenaikan variabel Y. Lebih
jelas lagi bahwa jika nilai variabel X (Kebijakan Penjualan Kredit) mengalami
kenaikan maka nilai variabel Y (Perputaran Piutang) juga akan mengalami kenaikan.
Nilai b = 0,274 mempunyai arti bahwa setiap perubahan yang terjadi pada nilai
variabel X (Kebijakan Penjualan Kredit) sebesar satu kali akan diikuti kenaikan
variabel Y (Tingkat Profitabilitas) sebesar 0,274.
4.4 Analisis Koefisien Determinasi
Analisis ini digunakan untuk menghitung besarnya pengaruh variabel X (Kebijakan
Penjualan Kredit) terhadap variabel Y (Perputaran Piutang) dalam bentuk persentase, maka
digunakan perhitungan koefisien determinasi dengan rumus di bawah ini:
Berdasarkan hasil penghitungan di atas, maka besarnya pengaruh variabel X (kebijakan
penjualan kredit) terhadap variabel Y (perputaran piutang) adalah sebesar sedangkan
sisanya sebesar dipengaruhi oleh faktor lain (diluar kebijakan penjualan kredit).
4.5 Pengujian Hipotesis
Untuk mengetahui apakah hipotesis diterima atau ditolak, maka dilakukan uji t satu
pihak (one tiled) dengan hipotesis sebagai berikut:
artinya kebijakan penjualan kredit tidak berpengaruh terhadap perputaran piutang di
Unit Toko Primkoppol Restabes Bandung
artinya kebijakan penjualan kredit berpengaruh terhadap perputaran piutang di Unit
Toko Primkoppol Restabes Bandung
Dengan kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut:
Jika maka diterima dan ditolak
Jika maka ditolak dan diterima
82
Jurnal Sains Manajemen & AkuntansiVolume VI No. 2/November/2014
Di mana:
Derajat kebebasan atau degree of freedom
Tingkat kekeliruan (
Untuk menghitung uji signifikansi t, maka dipergunakan rumus di bawah ini:
dan
Karena degree of freedom = 89 tidak terdapat pada tabel t, untuk mencarinya digunakan
interpolasi dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Diketahui
maka untuk adalah
83
Jurnal Sains Manajemen & AkuntansiVolume VI No. 2/November/2014
Hasil penghitungan di atas menunjukkan , sehingga hasil tersebut
menunjukkan artinya diterima dan ditolak. Ini berarti
kebijakan penjualan kredit berpengaruh terhadap perputaran piutang di Primer Koperasi
Kepolisian Resor Kota Besar Bandung. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di
bawah ini
Gambar 1Uji Signifikansi Koefisien Korelasi dengan Uji Satu Pihak
0 1,664 8,771
Berdasarkan uji korelasi, koefisien determinasi, dan uji t, maka hipotesis yang diajukan
penulis yaitu “Kebijakan Penjualan Kredit berpengaruh terhadap perputaran piutang di
Primer Koperasi Kepolisian Resor Kota Besar Bandung” dapat diterima.
V.DISKUSI, IMPLIKASI, DAN KETERBATASAN
Kebijaksanan penjualan kredit pada Primkoppol Restabes Bandung kurang berjalan dengan
lancar. Ini karena, Primkoppol memberikan kebijakan yang longgar pada anggotanya. Sehingga
para anggota diberi kebebasan melakukan kredit untuk memenuhi kebutuhannya walaupun sisa
utang anggota masih belum lunas. Dengan kebijakan yang longgar ini maka akan berdampak
negatif bagi koperasi dan perlu segera diperbaharui demi kelangsungan hidup koperasi.
Tingkat perputaran piutang di Primkoppol Restabes Bandung mengalami fluktuatif.
Perputaran yang cenderung lambat ini diakibatkan oleh jumlah rata-rata piutang yang besar dan
peningkatan penjualan kredit. Peningkatan penjualan kredit disebabkan, karena kebijakan yang
ditetapkan begitu longgar. Sedangkan jumlah rata-rata piutang yang besar disebabkan sistem
pembayaran yang tidak konsisten dari para anggota dan kegiatan melakukan kredit secara terus
84
Daerah Penerimaan H0
Jurnal Sains Manajemen & AkuntansiVolume VI No. 2/November/2014
menerus dengan sisa piutang yang masih menumpuk. ini mengakibatkan dana yang tertanam
pada piutang semakin besar dan perputaran pada piutang tidak lancar.
Peneliti bermaksud mengajukan saran yang berkaitan dengan penelitian ini, sebagai
berikut :
1. Primkoppol Restabes Bandung hendaknya dapat melakukan evaluasi pada saat RAT dan
menjelaskan pada seluruh anggota koperasi, bahwa kebijakan yang disepakati dan
ditetapkan bersama tidak berjalan dengan lancar diperkuat bukti jumlah perputaran piutang
yang sangat lambat dan pihak pengelola koperasi yang menunjukan keadaan piutang
sebenarnya di koperasi untuk memperoleh solusi dan mengatasi masalah yang ada.
2. Primkoppol Restabes hendaknya mengadakan penetapan kebijakan penjualan kredit baru
seperti :
a. Adanya biaya administrasi dimuka untuk memperkecil resiko terlambatnya
pembayaran piutang.
b. Pembatasan keterlambatan pembayaran kredit tidak lebih dari 2 bulan apabila lebih
dari jangka waktu yang ditetapkan maka akan dikenakan kenaikan bunga.
c. Pemberian kredit hanya diberikan pada anggota yang memiliki jumlah gaji yang layak
dengan catatan anggota sudah tidak mempunyai utang di koperasi.
d. Anggota tidak diperbolehkan melakukan kredit jika sisa utang masih ada, ini untuk
menghindari menumpuknya utang anggota.
3. Para anggota Primkoppol Restabes Bandung dituntut memiliki tingkat kesadaran yang
tinggi dalam hal penetapan bersama kebijakan penjualan kredit. Agar pihak anggota tidak
ada yang merasa dirugikan dengan kebijakan yang akan ditetapkan dan pengelola koperasi
lebih maksimal dalam pengelolaan piutang. Sehingga kegiatan koperasi dapat berjalan
dengan lancar.
REFERENSI
Alexandri Beni. 2009. Manajemen Keuangan Bisnis Teori dan Soal. Bandung :
ALFABETA
Astuti Dewi. 2004. Manajemen Keuangan Perusahaan Cetakan 1. Jakarta : Ghalia
Halim Abdul. 2009. Manajemen Keuangan Bisnis. Jakarta : Ghalia
Harjito Agus. 2011. Manjemen Keuangan Cetakan pertama Edisi ke-2. Yogyakarta : EKONISIA
85
Jurnal Sains Manajemen & AkuntansiVolume VI No. 2/November/2014
Harmono. 2009. Manajemen Keuangan Berbasis Balanced Scorecard Pendekatan Teori, Kasus, dan Riset Bisnis. Jakarta : PT. Bumi Aksara
Hidayat Syarifudin. 2011. Metodologi Penelitian. Bandung : CV. Mandar Maju
Huston. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan Edisi ke-10. Jakarta : SALEMBA
Irawati Susan. 2008. Manajemen Keuangan. Bandung : Pustaka
Limbong Benhard. 2010. Pengusaha Koperasi Memperkokoh Fondasi Ekonomi Rakyat. Jakarta : CV. Rafi Maju Mandiri
Moh, Nazir. 2010. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Mulyani Sri. 2009. Ekonomi 1. Jakarta : Pusat Perbukuan
Narbuko Kholid. 2010. Metodologi Penelitian Cetakan ke-11. Jakarta : Bumi Aksara
Purbayu. 2005. Analisis Statistik Dengan Microsoft Excel Dan Spss. Yogyakarta : Andi Offset
Riduwan. 2010. Rumus dan Data dalam Analisis Statistika Cetakan ke-4. Bandung : ALFABETA
Ruslan, Rosady. 2010. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta : Rajawali Pers.
Sartono Agus. 2008. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi Edisi ke-4. Yogyakarta : BPFE – Yogyakarta
Sudjana. 2005. Metode Statistika, Edisi Revisi, Cetakan Keenam. Bandung: Tarsito
Sunyoto Danang. 2011. Metodologi Penelitian untuk Ekonomi. Yogyakarta : CAPS
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : ALFABETA
Sutrisno. 2008. Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta : EKONISIA
Syamsuddin Lukman. 2009. Manajemen Keuangan Perusahaan Konsep Aplikasi dalam : Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan. Jakarta : Rajawali Pers
Umar Husein. 2009. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis Edisi ke-2. Jakarta : Rajawali Pers
Undang-undang ______. Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian
86
Jurnal Sains Manajemen & AkuntansiVolume VI No. 2/November/2014
87